Tanah merupakan lingkungan yang terdiri dari gabungan antara lingkungan abiotik dan biotik yang dapat dijadikan sebagai tempat tinggal bagi bermacam makhluk hidup, salah satunya adalah fauna tanah.
Keberadaan dan kepadatan populasi suatu jenis hewan tanah di suatu daerah sangat tergantung dari faktor lingkungan, yaitu lingkungan abiotik dan lingkungan biotik (Sugiyarto, 2007).
Fauna tanah yang ada dalam tumpukan serasah daun di Rumah Kompos Unesa terdiri dari:
Ulat Gagak (Polydesmida sp.)
Cacing Tanah (Lumbricus terrestris)
Keong Semak (Bradybaena similaris)
Larva Kumbang Tanduk (Tenebrio molitor)
Kaki Seribu (Trigoniulus corrallinus)
Semut (Oechophila smaragdina)
Kutu Kayu (Oniscidea)
Kumbang Tanduk (Tenebrio molitor)
Fauna dengan kelimpahan terbanyak adalah ulat gagak, semut, dan kutu kayu dengan jumlah tidak terhingga.
Tanah merupakan lingkungan yang terdiri dari gabungan antara lingkungan abiotik dan biotik yang dapat dijadikan sebagai tempat tinggal bagi bermacam makhluk hidup, salah satunya adalah fauna tanah.
Keberadaan dan kepadatan populasi suatu jenis hewan tanah di suatu daerah sangat tergantung dari faktor lingkungan, yaitu lingkungan abiotik dan lingkungan biotik (Sugiyarto, 2007).
Fauna tanah yang ada dalam tumpukan serasah daun di Rumah Kompos Unesa terdiri dari:
Ulat Gagak (Polydesmida sp.)
Cacing Tanah (Lumbricus terrestris)
Keong Semak (Bradybaena similaris)
Larva Kumbang Tanduk (Tenebrio molitor)
Kaki Seribu (Trigoniulus corrallinus)
Semut (Oechophila smaragdina)
Kutu Kayu (Oniscidea)
Kumbang Tanduk (Tenebrio molitor)
Fauna dengan kelimpahan terbanyak adalah ulat gagak, semut, dan kutu kayu dengan jumlah tidak terhingga.
Perkuliahan Psikologi Industri di Prodi Teknik Industri dengan topik Manajemen Stress Kerja mencakup pengertian, penyebab dan dampak, pengukuran stress, manajemen stress, dan penelitian terkait
Materi ini menjabarkan tentang bagaimana strategi promosi kesehatan agar berhasil. Pendekatan-pendekatan yang dilakukan kepada semua pihak. Baik tokoh masyarakat, tokoh keluarga, dan pihak pihak terkait.
Banyak media KIE yang dibuat untuk program penanggulangan HIV dan AIDS. Namun hanya sedikit yang memberikan perhatian pada proses pretest sebelum media KIE tersebut diproduksi dan didistribusikan. Ini adalah beberapa contoh metode sederhana untuk melakukan pretest terhadap draf media KIE yang mungkin telah anda punyai.
Perkuliahan Psikologi Industri di Prodi Teknik Industri dengan topik Manajemen Stress Kerja mencakup pengertian, penyebab dan dampak, pengukuran stress, manajemen stress, dan penelitian terkait
Materi ini menjabarkan tentang bagaimana strategi promosi kesehatan agar berhasil. Pendekatan-pendekatan yang dilakukan kepada semua pihak. Baik tokoh masyarakat, tokoh keluarga, dan pihak pihak terkait.
Banyak media KIE yang dibuat untuk program penanggulangan HIV dan AIDS. Namun hanya sedikit yang memberikan perhatian pada proses pretest sebelum media KIE tersebut diproduksi dan didistribusikan. Ini adalah beberapa contoh metode sederhana untuk melakukan pretest terhadap draf media KIE yang mungkin telah anda punyai.
Safety adalah segala bentuk usaha keselamatan yang berhubungan dengan cara kerja, tempat kerja, alat kerja, material, proses maupun landasan tempat kerja yg bertujuan utk mengendalikan potensi bahaya yg dapat menimbulakan kecelakaan kerja.
PERALATAN & HSE MANAGEMENT SYSTEM PENGOLAHAN MIGASYOHANIS SAHABAT
Peralatan Pengolahan Minyak Bumi
Kilang minyak (refinery unit) merupakan suatu area yang di dalamnya berisi alat-alat produksi yang memiliki fungsi masing-masing dalam hal pengolahan minyak bumi menjadi produk jadi.
Studi Kasus : Oksidasi Pirit dan Pengaruhnya Terhadap Ekosistemd1051231041
Pirit merupakan zat di dalam tanah yang terbawa karena adanya arus pasang surut. Zat ini dapat membahayakan ekosistem sekitar apabila mengalami reaksi oksidasi dan penyebab utama mengapa tanah menjadi masam, karena mengandung senyawa besi dan belerang. Studi kasus ini bertujuan untuk menganalisis pembentukan, dampak, peran, pengaruh, hingga upaya pengelolaan lingkungan yang dapat dilakukan guna mengatasi masalah ekosistem yang terjadi.
Hasil dari #INC4 #TraktatPlastik, #plastictreaty masih saja banyak reaksi ketidak puasan, tetapi seluruh negara anggota PBB bertekad melanjutkan putaran negosiasi
berikutnya: #INC5 di bulan November 2024 di Busan Korea Selatan
Cerita sukses desa-desa di Pasuruan kelola sampah dan hasilkan PAD ratusan juta adalah info inspiratif bagi khalayak yang berdiam di perdesaan
.
#PartisipasiASN dalam #bebersihsampah nyata biarpun tidak banyak informasinya
Analisis Konten Pendekatan Fear Appeal dalam Kampanye #TogetherPossible WWF.pdfBrigittaBelva
Berada dalam kerangka Mata Kuliah Riset Periklanan, tim peneliti menganalisis penggunaan pendekatan "fear appeal" atau memicu rasa takut dalam kampanye #TogetherPossible yang dilakukan oleh World Wide Fund (WWF) untuk mengedukasi masyarakat tentang isu lingkungan.
Analisis dilakukan dengan metode kualitatif, meliputi analisis konten media sosial WWF, observasi, dan analisis naratif. Tidak hanya itu, penelitian ini juga memberikan strategi nyata untuk meningkatkan keterlibatan dan dampak kampanye serupa di masa depan.
KERUSAKAN LAHAN GAMBUT ANALISIS EMISI KARBON DARI DEGRADASI LAHAN GAMBUT DI A...d1051231072
Lahan gambut adalah salah satu ekosistem penting di dunia yang berfungsi sebagai penyimpan karbon yang sangat efisien. Di Asia Tenggara, lahan gambut memainkan peran krusial dalam menjaga keseimbangan ekologi dan ekonomi. Namun, seiring dengan meningkatnya tekanan terhadap lahan untuk aktivitas pertanian, perkebunan, dan pembangunan infrastruktur, degradasi lahan gambut telah menjadi masalah lingkungan yang signifikan. Degradasi lahan gambut terjadi ketika lahan tersebut mengalami penurunan kualitas, baik secara fisik, kimia, maupun biologis, yang pada akhirnya mengakibatkan pelepasan karbon dalam jumlah besar ke atmosfer.
Lahan gambut di Asia Tenggara, khususnya di negara-negara seperti Indonesia dan Malaysia, menyimpan cadangan karbon yang sangat besar. Diperkirakan bahwa lahan gambut di wilayah ini menyimpan sekitar 68,5 miliar ton karbon, yang jika terlepas, akan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap emisi gas rumah kaca global.
KERUSAKAN LAHAN GAMBUT ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAN STRATEGI ...d1051231039
Lahan gambut merupakan salah satu ekosistem yang unik dan penting secara global. Terbentuk dari endapan bahan organik yang terdekomposisi selama ribuan tahun, lahan gambut memiliki peran yang sangat signifikan dalam menjaga keanekaragaman hayati, menyimpan karbon, serta mengatur siklus air. Kerusakan lahan gambut dapat menyebabkan hilangnya habitat, degradasi lingkungan, dan penurunan kesuburan tanah. Kerusakan lahan gambut di Indonesia telah meningkat seiring waktu, dengan laju deforestasi dan degradasi lahan gambut yang signifikan. Menurut data, sekitar 70% dari lahan gambut di Indonesia telah rusak, dan angka tersebut terus meningkat. Kerusakan lahan gambut memiliki dampak yang luas dan serius, tidak hanya secara lokal tetapi juga global. Selain menyebabkan hilangnya habitat bagi berbagai spesies tumbuhan dan hewan yang khas bagi ekosistem gambut, kerusakan lahan gambut juga melepaskan jumlah karbon yang signifikan ke atmosfer, berkontribusi pada perubahan iklim global.Kerusakan lahan gambut memiliki dampak negatif yang luas pada masyarakat, lingkungan, dan ekonomi. Dalam jangka panjang, kerusakan lahan gambut dapat menyebabkan hilangnya sumber daya alam, penurunan kesuburan tanah, dan peningkatan risiko bencana alam.
PAPER KIMIA LINGKUNGAN MENINGKATNYA GAS RUMAH KACA IMPLIKASI DAN SOLUSI BAGI ...muhammadnoorhasby04
Gas rumah kaca memainkan peran penting dalam mempengaruhi iklim Bumi melalui mekanisme efek rumah kaca. Fenomena ini alami dan esensial untuk menjaga suhu Bumi tetap hangat dan layak huni. Namun, peningkatan konsentrasi gas rumah kaca akibat aktivitas manusia, seperti pembakaran bahan bakar fosil, deforestasi, dan praktik pertanian intensif, telah memperkuat efek ini, menyebabkan pemanasan global dan perubahan iklim yang signifikan.Pemanasan global membawa dampak luas pada berbagai aspek lingkungan, termasuk suhu rata-rata global, pola cuaca, kenaikan permukaan laut, serta frekuensi dan intensitas fenomena cuaca ekstrem seperti badai dan kekeringan. Dampak ini juga meluas ke ekosistem alami, menyebabkan gangguan pada habitat, distribusi spesies, dan interaksi ekologi, yang berdampak pada keanekaragaman hayati.
Untuk mengatasi tantangan yang ditimbulkan oleh peningkatan gas rumah kaca dan perubahan iklim, upaya mitigasi dan adaptasi menjadi sangat penting. Langkah-langkah mitigasi meliputi transisi ke sumber energi terbarukan, peningkatan efisiensi energi, dan pengelolaan lahan yang berkelanjutan. Di sisi lain, langkah-langkah adaptasi mencakup pembangunan infrastruktur yang tahan terhadap cuaca ekstrem, pengelolaan sumber daya air yang lebih baik, dan perlindungan terhadap wilayah pesisir.Selain itu, mengurangi konsumsi daging, memanfaatkan metode kompos, dan pembangunan infrastruktur yang tahan terhadap perubahan iklim adalah beberapa tindakan konkret yang dapat diambil untuk mengurangi dampak gas rumah kaca.Dengan pemahaman yang lebih baik tentang mekanisme dan dampak dari efek rumah kaca, serta melalui kolaborasi global yang kuat dan langkah-langkah konkret yang efektif, kita dapat melindungi planet kita dan memastikan kesejahteraan bagi generasi mendatang.
KERUSAKAN LAHAN GAMBUT: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAN STRATEGI...
Jurnal lingkungan kerja dan gangguan kesehatan
1. Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) 2013 ISSN 2339-028X
I-65
ANALISIS KUISIONER LINGKUNGAN KERJA DAN GANGGUAN KESEHATAN
PEKERJA DI INDUSTRI GERABAH - JOGJAKARTA
Indah Pratiwi*
Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Surakarta
Jl. A Yani Tromol Pos I Pabelan, Surakarta.
*
Email: Indah.Pratiwi@ums.ac.id
Abstrak
Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi dan mengevaluasi lingkungan kerja fisik dan
gangguan kesehatan yang dirasakan pekerja pembuat gerabah di Kasongan Bantul –
Jogjakarta. Lingkungan kerja fisik apabila tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan
potensi bahaya fisik, meliputi: kebisingan (noise), radiasi, pencahayaan, getaran, tekanan
panas. Pembuatan gerabah dilakukan didalam maupun di luar ruangan, melalui 5tahapan
aktivitas, yaitu: proses penggilingan, proses pembentukan, proses pembakaran, proses
pengecatan, dan proses pengepakan.
Pada penelitian ini, metode yang dilakukan adalah menyebarkan kuisioner lingkungan kerja
fisik dan gangguan kesehatan pekerja kepada 170 responden pada ke-5 aktivitas diatas. Pada
lingkungan kerja fisik terdapat sepuluh item pertanyaan berkaitan yang dirasakan pekerja
secara langsung dan sembilan item pertanyaan untuk gangguan kesehatan. Hasil pengolahan
data yang diperoleh adalah : 52,35% menyatakan kondisi tempat kerja (didalam/diluar
ruangan) terlalu berdebu, 47,65% responden menyatakan terlalu panas, sedangkan hanya
5,29% responden menyatakan kondisi terlalu dingin. Pada gangguan kesehatan yang
dirasakan pekerja, adalah 57,65% responden menyatakan sering mengalami rasa lelah yang
lebih cepat dan mulut terasa kering (dehidrasi) dan 44,71% responden menyatakan sering
menyatakan pegal di daerah mata sedangkan hanya 20,59% responden menyatakan
mengalami dada sesak atau sakit (chest tightness/pain).
Kata kunci: lingkungan kerja, gangguan kesehatan, industri gerabah
1. PENDAHULUAN
Penyerapan tenaga kerja, peran UMKM di Indonesia pada tahun 2011 tercatat sebesar
101.722.458 orang atau 97,24 persen dari total penyerapan tenaga kerja yang ada, meningkat
2,33 persen atau 2.320.683 orang dari tahun 2010. Untuk sektor ekonomi tahun 2011 penyerapan
tenaga kerja terbesar adalah sektor Industri Pengolahan pada usaha kecil yaitu sebanyak
1.163.195 orang atau 29,65 persen, sedangkan pada usaha menengah sebanyak 1.231.298 orang
atau 43,28 persen (Kementrian Koperasi & UMKM, 2012).
Industri gerabah, yang sering disebut dengan tembikar atau keramik, merupakan salah
satu jenis usaha yang menjadi komoditi unggulan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Menggunakan teknologi yang sederhana dan dikerjakan dengan tangan, kemudian
dikeringkan, dibakar dengan tungku tradisional ternyata mampu mendatangkan keuntungan
yang besar. Bagi Daerah Istimewa Yogyakarta, keberadaan industri gerabah di Kasongan telah
menjadikan salah satu ciri khas wilayah ini yang dikenal tidak saja karena mutu yang tinggi, desain
yang variatif dan kualitas yang bagus, tetapi juga dari nilai ekspornya yang tinggi. Jumlah UMKM
industri pengolahan pembuatan gerabah di Daerah Istimewa Yogyakarta khususnya di sentra
Kasongan berjumlah 582 unit dari 1.410 unit jumlah UMKM dengan total penyerapan tenaga kerja
sekitar 2.500 orang. Proses pembuatan gerabah mengalami 5 tahapan, yaitu : (1) proses
pencampuran yaitu penggilingan bahan baku, (2) proses pembentukan menggunakan 3 cara, yaitu
teknik putar, teknik cetak, teknik pin spilin, (3) proses pembakaran, (4) proses finishing melalui
pewarnaan/pengecatan, (5) proses pengepakan.
Suhu tubuh manusia dipertahankan hampir menetap (homoeotermis) oleh suatu sistem
pengatur tubuh (thermoregulatory system). Udara adalah penghantar panas yang kurang begitu
baik, tetapi melalui kontak dengan tubuh dapat terjadi pertukaran panas antara udara dengan tubuh.
Tergantung dari suhu udara dan kecepatan angin. Sehingga penelitian ini bertujuan untuk:
1) Mengidentifikasi, menilai dan mengevaluasi lingkungan kerja fisik
2. Template Format Penulisan Paper SNTT ke-1 (Gunawan dkk.)
I-66
2) Mengetahui gangguan kesehatan yang dirasakan pekerja
2. TEORI
Menurut Pulat, 1992 dalam Tarwaka, dkk (2004:35), bahwa reaksi fisiologis tubuh (heat
strain) karena peningkatan temperature udara diluar comfort zone sebagai berikut:
a. Gangguan perilaku dan performansi kerja, ditandai dengan terjadinya kelelahan, sering
melakukan istirahat curian, kurang produktif.
b. Dehidrasi, kondisi akibat tubuh kehilangan cairan tubuh yang berlebihan yang disebabkan
pergantian cairan yang tidak cukup maupun karena gangguan kesehatan.
c. Heat Ras, keadaan seperti biang keringat atau keringat buntat yang berlebihan akibat kondisi
kulit yang terus basah.
d. Heat Cramp, merupakan kondisi kejang-kejang otot tubuh (tangan dan kaki) akibat
keluarnya keringat yang menyebabkan hilangnya garam natrium dari tubuh yang disebabkan
karena minum terlalu banyak dengan sedikit garam natrium.
e. Heat Syncope atau Faintin, keadaan yang disebabkan karena aliran darah keotak tidak cukup
karena sebagian besar aliran darah di bawa kepermukaan kulit atau perifer yang disebabkan
karena pemaparan suhu tinggi.
f. Heat Exhaustion, keadaan yang terjadi akibat tubuh kehilangan terlalu banyak cairan dan
kehilangan garam.
Untuk mengendalikan pengaruh pemaparan tekanan panas terhadap tenaga kerja perlu
dilakukan koreksi tempat kerja, sumber-sumber panas lingkungan dan aktivitas kerja yang
dilakukan. Koreksi tersebut dimaksudkan untuk menilai secara cermat faktor-faktor tekanan panas
dan mengukur ISBB pada masing-masing pekerjaan dan membandingkan dengan standar yang
diperbolehkan sehingga dapat dilakukan langkah pengendalian secara benar (Tarwaka, dkk,
2004:37).
Secara ringkas teknik pengendalian terhadap pemaparan tekanan panas di tempat kerja dapat
dijelaskan sebagai berikut:
1) Mengurangi faktor beban kerja dengan mekanisasi
2) Mengurangi beban panas radian dengan cara:
a) Menurunkan temperatur udara dari proses kerja yang menghasilkan panas.
b) Relokasi proses kerja yang menghasilkan panas
c) Penggunaan tameng panas dan alat pelindung yang dapat memantulkan panas.
3) Mengurangi temperatur dan kelembaban melalui ventilasi pengeceran (dilution ventilation)
atau pendinginan secara mekanis (mechanical cooling)
4) Meningkatkan pergerakan udara
5) Pembatasan terhadap waktu pemaparan dengan cara:
a) Melakukan pekerjaan pada tempat panas pada pagi dan sore hari
b) Penyediaan tempat sejuk yang terpisah dengan proses kerja untuk pemulihan
c) Mengatur waktu kerja-istirahat secara tepat berdasarkan beban kerja dan nilai ISBB
2.1 PENGENDALIAN LINGKUNGAN KERJA PANAS
Untuk mengendalikan pengaruh pemaparan tekanan panas terhadap tenaga kerja perlu
dilakukan koreksi tempat kerja, sumber-sumber panas lingkungan dan aktivitas kerja yang
dilakukan. Koreksi tersebut dimaksudkan untuk menilai secara cermat faktor-faktor tekanan panas
dan mengukur ISBB pada masing-masing pekerjaan dan membandingkan dengan standar yang
diperbolehkan sehingga dapat dilakukan langkah pengendalian secara benar (Tarwaka, dkk.,
2004:37).
3. HASIL PENELITIAN
Penilaian ini dimaksudkan untuk mengetahui keadaan riil tempat kerja dan membandingkan
dengan standar dan mengetahui respon pekerja terhadap paparan kondisi lingkungan kerja tersebut.
Penilaian iklim kerja dilakukan dengan melakukan pengukuran pada tempat kerja dengan
menggunakan Quesstemp baik didalam ruangan maupun diluar ruangan mencakup beberapa titik
3. Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) 2013 ISSN 2339-028X
I-67
pengukuran Penilaian iklim kerja ini meliputi ISBB (Indek Suhu Basah dan Bola), Suhu Bola, Suhu
Basah dan Suhu Kering, seperti terlihat pada tabel 1 berikut ini.
Tabel 1 : Hasil Pengukuran Iklim kerja
No Area
WBGTB
G
T
Globe Temp Dry Bulb Wet Bulb
Standar
WBGT Waktu Kerja
(jam/hari)
1 R. Produksi 1 28.2 31.57 30.15 27.04 Sedang 7
2 R. Produksi 2 28.43 30.99 30.04 26.54 Sedang 7
3 R. Produksi 3 28 30.92 30.53 26.68 Sedang 7
4 R. Prod. Luar 28.26 31.79 31.32 26.66 Sedang 7
5 Pembakaran 25.47 29.37 29.23 24.33 Berat 7
Keterangan: R1 : Ruang Produksi 1
R2 : Ruang Produksi 2
R3 : Ruang Produksi 3
WBGT (Wet Bulb Globe Temperature) adalah tingkat ISBB
Globe Temperature adalah tingkat panas radiasi
Dry Bulb adalah tingkat suhu kering alami
Wet Bulb adalah tingkat suhu basah alami
Dari Tabel 1 diatas dapat diketahui bahwa ISBB (Indek Suhu Basah dan Bola) pada ruang
produksi 1, 2, 3 dan ruang produksi luar tergolong dalam kategori beban kerja yang sedang dengan
75 % kerja dan 25 % istirahat (7 jam/hari dengan istirahat 1 jam). Sedangkan pada pekerja bagian
pembakaran termasuk dalam kategori beban kerja yang berat karena tidak sesuai dengan waktu
kerja dan waktu istirajat dengan tingkat ISBB tersebut, dengan demikian perlu dilakukan
pengaturan waktu kerja dan waktu istirahat yang tepat menginggat beban pekerjaan yang tinggi
(berat).
Tabel 2 : Lingkungan Kerja Fisik
No Kondisi Lingkungan Kerja Ya (%) Tidak(%)
1 Terlalu Kering 34,71 65,29
2 Terlalu Lembab 11,18 88,82
3 Terlalu Panas 47,65 52,35
4 Terlalu Dingin 5,29 94,71
5 Terlalu Berasap 37,06 62,94
6 Terlalu Berdebu 52,35 47,65
7 Sirkulasi Udara Tidak Bagus 25,29 74,71
8 Terdapat Bau Tidak Sedap 27,65 72,35
9 Terlalu Sempit 31,18 68,82
10 Penerangan Kurang Jelas 10,59 89,41
Pada lingkungan kerja fisik terdapat sepuluh item pertanyaan berkaitan yang dirasakan
pekerja secara langsung lihat tabel 2. Hasil pengolahan data yang diperoleh adalah : 52,35%
menyatakan kondisi tempat kerja (didalam/diluar ruangan) terlalu berdebu dikarenakan mereka
4. Template Format Penulisan Paper SNTT ke-1 (Gunawan dkk.)
I-68
bekerja menggunakan tanah liat dan sistem ventilasi tidak ada, 47,65% responden menyatakan
terlalu panas karena sistem penghawaan di dalam ruangan tidak ergonomis. Sedangkan hanya
5,29% responden menyatakan kondisi terlalu dingin. Untuk pie diagram pada gambar 1.
Gambar 1: Lingkungan Kerja Fisik
Pada gangguan kesehatan terdapat sembilan item pertanyaan untuk gangguan kesehatan pada
tabel 3, yang dirasakan pekerja, adalah 57,65% responden menyatakan sering mengalami rasa lelah
yang lebih cepat dan mulut terasa kering (dehidrasi) dikarenakan ruangan produksi yang terlalu
berdebu dan panas dan 44,71% responden menyatakan sering menyatakan pegal di daerah mata
karena kondisi yang berdebu sedangkan hanya 20,59% responden menyatakan mengalami dada
sesak atau sakit (chest tightness/pain).
Tabel 3 : Gangguan Kesehatan
No Gangguan Kesehatan Ya (%) Tidak (%)
1 Sulit bernafas/gangguan pernafasan (Breathing Difficulties) 28,24 71,76
2 Tenggorokan sakit dan kering (Dry/sore throat) 28,24 71,76
3 Dada sesak/sakit (Chest tighteness/pain) 20,59 79,41
4 Iritasi mata/mata merah dan pedih (Eye irritation) 31,76 68,24
5 Pusing disekitar daerah mata (Headache) 28,24 71,76
6 Pegal daerah mata 44,71 55,29
7 Kulit terasa kering (Dry Skin) 40 60,00
8 Biang keringat/gatal pada kulit (Heat Rash) 36,47 63,53
9 Cepat lelah dan mulut terasa kering (Dehidrasi) 57,65 42,35
5. Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) 2013 ISSN 2339-028X
I-69
Gambar 2 : Gangguan Kesehatan
Kondisi lingkungan tempat kerja sangat berpengaruh terhadap suasana kerja, kesehatan serta
keselamatan bagi pekerja. Lingkungan kerja yang nyaman sangat dibutuhkan oleh pekerja untuk
dapat bekerja secara optimal dan produktif. Evaluasi lingkungan kerja dapat dilakukan dengan cara
pengukuran kondisi tempat kerja dan mengetahui respon pekerja terhadap paparan lingkungan
kerja. Berikut hasil pengkuran kondisi lingkungan kerja di UMKM Gerabah Jogjakarta.
Pengaruh pemamparan iklim kerja yang melebihi batas standar akan menyebabkan ketidak
nyamanan pekerja dan gangguan kesehatan yang meliputi:
a. Gangguan perilaku dan performansi kerja seperti kelelahan, sering melakukan istirahat
curian dan lain-lain.
b. Dehidrasi atau kehilangan cairan tubuh yang berlebihan yang disebabkan pergantian cairan
tubuh yang tidak cukup.
c. Meningkatnya denyut jantung, temperatur kulit dan suhu inti tubuh serta gejala vasodilatasi
(pengembangan pembuluh darah).
4. KESIMPULAN
Lingkungan kerja fisik terdapat sepuluh item pertanyaan berkaitan yang dirasakan pekerja
secara langsung, hasil pengolahan data yang diperoleh adalah : 52,35% menyatakan kondisi tempat
kerja (didalam/diluar ruangan) terlalu berdebu, 47,65% responden menyatakan terlalu panas,
sedangkan hanya 5,29% responden menyatakan kondisi terlalu dingin.
Gangguan kesehatan terdapat sembilan item pertanyaan yang dirasakan pekerja, adalah
57,65% responden menyatakan sering mengalami rasa lelah yang lebih cepat dan mulut terasa
kering (dehidrasi) dan 44,71% responden menyatakan sering menyatakan pegal di daerah mata
sedangkan hanya 20,59% responden menyatakan mengalami dada sesak atau sakit (chest
tightness/pain).
6. Template Format Penulisan Paper SNTT ke-1 (Gunawan dkk.)
I-70
REFERENSI
Kementrian Koperasi & UMKM, 2012, Perkembangan Data Usaha Mikro, Kecil, menengah
(UMKM) dan Usaha Besar (UB) Tahun 2011-2012
Pratiwi, 2009, Pengembangan Metode dan Peralatan Kerja Industri Mebel Kayu Mangga dengan
Pendekatan Ergonomi pada Pengrajin Mebel di Gatak Sukoharjo, Seminar Nasional Teknik Industri
Universitas Hasanudin,
Tarwaka, dkk, 2004, Ergonomi untuk Keselamatan Kesehatan Kerja dan Produktivitas