SlideShare a Scribd company logo
1 of 9
Download to read offline
BAB II

                             TINJAUAN PUSTAKA



A. Masalah kadar albumin pada pasien bedah

        Protein Energi Malnutrisi (PEM) sering dijumpai dibangsal-bangsal bedah

   (Bistrian, 1974). Satu survai populasi pasien bedah disebuah rumah sakit

   pendidikan mendapat 1 dari 5 pasien mengalami PEM (Pattigrew, 1984). Pada

   pasien bedah umum dengan penyakit gastrointestinal mayor, 1 dari 2 sampai 3

   pasien memperlihatkan bukti PEM, walaupun derajatnya mungkin ringan dan

   tidak bermakna klinis (Hill, 2000).

        Gizi yang adekuat memegang peranan penting dalam proses penyembuhan

   dan memperpendek masa rawat semakin disadari. Masalah Protein Energy

   Malnutrition (PEM) banyak terdapat di rumah sakit-rumah sakit yang lebih

   dikenal dengan istilah “iatrogenic malnutrition”. (Daldiyono,1998).

        Keadaan malnutrisi saat ini masih tinggi angka kejadiannya di bangsal-

   bangsal bedah RSUP Dr Kariadi Semarang sesuai hasil survey pendahuluan

   yang sudah termuat di latar belakang masalah. Angka kejadian hypoalbumin di

   A2 sebesar 56% dan A3 sebesar 51,6%.

        Penilaian status gizi yang digunakan untuk mengetahui prevalensi

   malnutrisi di rumah sakit pada umumnya adalah dengan cara antropometri dan

   pemeriksaan biokimia yaitu kadar serum albumin. Kadar serum albumin dan

   kolesterol, terutama HDL, dapat menjadi predictor kematian di rumah sakit,

   infeksi nosokomial dan lama rawat inap. Ketepatan penilaian status gizi akan

   menghasilkan ketepatan dalam intervensi gizi sehingga mempercepat proses
penyembuhan (Susetyowati, 2006). Kadar albumin berubah sesuai dengan status

   hidrasi, gangguan fungsi ginjal dan hati, serta metabolisme protein (Purba,

   2006).

B. Kebutuhan gizi pasien bedah

        Pembedahan pada dasarnya merupakan tindakan invasive yang akan

   merusak struktur jaringan tubuh, dimana pada masa setelah operasi terjadi suatu

   fase metabolisme baik anabolisme maupun katabolisme (Riou et al, 1992).

   Pasien yang menjalani operasi beresiko mengalami malnutrisi akibat menjalani

   puasa, stress operasi, dan peningkatan metabolisme yang terjadi (Pennington, et

   al. 2000).

        Nutrisi perioperatif adalah nutrisi yang diberikan pada pra bedah , durante,

   dan pasca bedah. Tujuan nutrisi perioperatif adalah untuk mencapai hasil yang

   optimal dari operasi, dan mengurangi morbiditas operasi diantaranya infeksi

   luka operasi, penyembuhan luka yang lambat, pneumonia, dan sepsis. Tujuan

   bantuan nutrisi pada pasien bedah adalah menyediakan kalori, protein, vitamin,

   mineral, dan trace element yang adekuat untuk mengkoreksi kehilangan

   komposisi tubuh dan untuk mempertahankan keadaan normal dari zat-zat gizi

   tersebut. Salah satu kebutuhan kalori pasien bedah adalah menggunakan

   formulasi Harris Benedict, yang menghitung pemakaian basal energi

   expenditure ( BEE):

     BEE (laki-laki ) = 66,4 + 13,7 W + 5 H – 6,7 A

     BEE ( wanita ) = 665 + 9,6 W + 1,8 H – 4,6 A

     Kebutuhan kalori sehari adalah = BEE X factor aktifitas X factor stress
Faktor aktifitas untuk pasien rawat jalan 1,25 ; pasien bed rest 1,15 dan

   dengan ventilator 1,10. Faktor stress pada pasien bedah bervariasi, untuk bedah

   minor dengan operasi elektif adalah 1,0 – 1,2 ; pada bedah mayor 1,3 – 1,55

   (landt, 2002).

                                     Tabel 2.1.
              Kebutuhan protein berdasarkan tingkat stress pasien bedah
                                                                Kebutuhan protein
                          Tingkat Stress
                                                              (g/kg berat badan/hari)
    Stress ringan (bedah elektif)                                      1 – 1,2
    Stress sedang (masa penyembuhan paska bedah)                     1,5 – 1,75
    Stress tinggi (pembedahan dengan malnutrisi preoperasi)           1,5 − 2
                                     Sumber : Land (2002)

C. Nutrisi pre bedah

        Persiapan pre bedah penting sekali untuk memperkecil risiko operasi karena

   hasil akhir suatu pembedahan sangat tergantung pada penilaian keadaan

   penderita dan persiapan pre bedah. Dalam persiapan inilah ditentukan adanya

   indikasi atau kontraindikasi operasi, toleransi penderita terhadap tindakan bedah,

   dan ditetapkan waktu yang tetap untuk melaksanakan pembedahan. (jong,1997).

        Pemberian diet pre bedah harus mempertimbangkan keadaan umum pasien,

   macam pembedahan (mayor atau minor), sifat operasi (segera atau elektif) dan

   ada tidaknya penyakit penyerta. Pengkajian status gizi pre bedah sangat

   diperlukan untuk menentukan perlu tidaknya dukungan nutrisi, yang dapat

   berupa suplementasi nutrisi oral, enteral nutrisi maupun paranteral nutrisi.

   Pasien-pasien yang rentan terhadap malnutrisi, terutama yang terkait dengan

   hipoalbuminemia adalah: hipermetabolisme akibat stress (penyakit, infeksi,

   tindakan medik dan bedah), pasien DM terutama dengan ulkus dan gangren,

   gangguan fungsi ginjal, gangguan fungsi hati, penyakit saluran cerna,
perioperatif, kasus bedah digestive, keganasan, anoreksia nervosa, luka bakar,

  geriatric dan penyakit-penyakit kronis(Hill, 2000).

D. Albumin

       Albumin merupakan komponen protein yang terbesar dari plasma darah,

  yaitu lebih dari separuhnya. Protein ini disintesa oleh hati. Dalam serum darah

  albumin merupakan protein yang memegang tekanan onkotik terbesar untuk

  mempertahankan cairan vaskuler, membantu metabolisme dan transportasi obat-

  obat, anti peradangan, anti oksidan, keseimbangan asam basa, mempertahankan

  integritas mikrovaskuler sehingga mencegah kuman masuk dari usus ke

  pembuluh darah dan efek anti koagulasi. Penurunan kadar albumin dalam darah

  (hipoalbuminemia) mengakibatkan cairan keluar dari pembuluh darah, keluar ke

  dalam jaringan menyebabkan terjadinya “oedema”. Selanjutnya, banyak

  penurunan pada syntesis di hepar merupakan kompensasi yang besar dengan

  penurunan katabolisme. Waktu paruhnya cukup panjang yaitu 19 – 22 hari

  (Marzuki S, 2003).

       Albumin serum akan meningkat pada keadaan : pasca infuse albumin, dan

  dehidrasi (peningkatan hemoglobin dan hematokrit).Sedangkan albumin serum

  akan menurun pada keadaan : (a) gangguan sintesa albumin (penyakit hati,

  alcoholism, malabsorbsi, starvasi penyakit kronis), (b) kehilangan albumin

  (sindroma nefrotic, luka bakar, dll.), (c) status gizi jelek, akibat rasio albumin

  dan globulin rendah (peradangan kronik, penyakit kolagen, kakeksia, infeksi

  berat).
Prinsip pemeriksaan: Spektrofotometrik Reagent Bromo Cresol Green (BMC)

     Nilai rujukan            : 3,4 – 5,0 g/dl, 52 – 68% dari protein total

                              < 2,8 g/dl termasuk defisiensi.

                                     Tabel 2.2
              Interpretasi untuk memperkirakan defisiensi albumin serum
          Subject                 Deficient           Low         Acceptable
       Infant 0-11 bulan             -                <2,5             ≥2.5
       Anak1-5tahun                <2,8               <3,0             ≥3,0
       Ana6-17tahun                <2,8               <3,5             ≥3,5
       Dewasa                      <2,8               <2,8-3,5         ≥3,5
       Hamil trimester 1           <3,0                <3,0-3,9        ≥4,0
       Hamil trimester 2& 3        <3,0                <3,0-3,4        ≥3,5
                               Sumber : ASDI dan RSDK (2006)

        Kadar albumin dalam serum tergantung pada tiga proses yang dinamik,

   yaitu sintesa, degradasi dan distribusi.

        Penelitian terdahulu yang terkait upaya peningkatan kadar albumin dalam

   darah oleh Salman(1999) yaitu pemberian putih telur. Putih telur yang kental dan

   kokoh berbentuk albumin (Buckle et al, 1999). Komposisi zat gizi putih telur per

   100 gram berat bahan mengandung 10,8 gram protein dan 95% nya merupakan

   albumin (DKBM, 1984).

        Sintesa albumin terjadi di hati dengan jumlah sekitar 13,6 gram per hari,

   dengan waktu paruh albumin dalam tubuh sekitar 14 – 20 hari. Beberapa factor

   dapat mempengaruhi sintesis albumin antara lain gizi, lingkungan, hormon dan

   adanya suatu penyakit.

E. Therapi hipoalbuminemia

   1. Therapi diet

           Tujuan utama terapi diet hipoalbuminemia adalah meningkatkan dan

      mempertahankan status gizi dalam hal ini kadar serum albumin serta

      mencegah seminimal mungkin penurunan kadar albumin untuk mencegah
komplikasi. Kebutuhan energi pada hipoalbuminemia diupayakan terpenuhi

karena apabila asupan energi kurang dari kebutuhan maka bisa terjadi

pembongkaran protein tubuh untuk diubah menjadi sumber energi sehingga

beresiko memperburuk kondisi hopoalbuminemia. Oleh karena itu pada

pasien-pasien hypoalbumin khususnya dan pasien bedah pada umumnya di

RSUP Dr Kariadi diberikan diet TKTP, kalau perlu diberikan ekstra putih

telur, ekstra ikan gabus, dan atau MPT.

    Modisco merupakan singkatan dari Modified Dried Skimmed Milk and

Coconut. Modisco pertama kali dtemukan oleh May dan Whitehead pada

tahun 1973. Modisco merupakan makanan atau minuman bergizi tinggi yang

pertama kali dicobakan pada anak-anak yang mengalami gangguan gizi berat

di Uganda (Afrika) dengan hasil yang memuaskan. Manfaat modisco yang

paling utama adalah untuk mengatasi gizi buruk pada manusia dengan cepat

dan mudah. Karena modisco mempunyai kandungan kalori yang tinggi serta

mudah dicerna oleh usus manusia. Modisco juga dapat membantu

mempercepat penyembuhan penyakit sehingga biaya pengobatan menjadi

lebih ringan (Sudiana & Acep, 2005).

    Kombinasi MPT komposisinya antara lain: agar-agar dengan variasi

rasa, putih telur ayam, gula pasir, susu skim dengan berat 80 gr. Tujuan

utama MPT digunakan untuk meningkatkan kadar albumin dalam darah.

MPT diberikan pada pasien-pasien bedah yang hypoalbumin (<3gr/dl)

dengan waktu pemberian 2x perhari (pk.10.oo dan 16.oo wib) selama 7 s/d

10 hari. Pembuatan Modisco Putih Telur ( MPT ) sesuai standar pelayanan

gizi di RSUP Dr. Kariadi dilakukan oleh tenaga SMKK Boga dan produksi
dilaksanakan di Instalasi Gizi RSUP Dr. Kariadi, sedangkan distribusi MPT

   ke pasien oleh tenaga pramusaji IRNA bedah. Namun sampai sekarang

   belum ada pembuktian peningkatan kadar albumin dalam darah sesuai yang

   diharapkan.(Sumber: Standar Pelayanan Instalasi Gizi RSUP. Dr. Kariadi

   Semarang).

2. Therapi Medis

       Pasien-pasien yang rentan terhadap malnutrisi, terutama yang terkait

   dengan hipoalbumin seperti kasus-kasus di atas dari team medis diberikan

   transfusi FFP dan atau human albumin. Untuk pemberian kedua transfusi

   tersebut pada kasus yang kadar albumin dalam darah ≤ 2,5 gr/dl (Hill, 2000).

   Namun kedua therapi medis tersebut perlu beberapa pertimbangan antara

   lain : pertimbangan harga yang cukup mahal, tidak mudah untuk

   mendapatkannya khususnya untuk pasien dengan status kelas III /

   jamkesmas.

3. Peran Perawat Dalam Therapi Hypoalbumin

       Pemberian therapi pada pasien hypoalbumin baik therapi medis maupun

   therapi diet, perawat terlibat dalam mengoptimalkan pemberian therapi

   tersebut sesuai dengan peran dan fungsinya sebagai perawat diantaranya:

   sebagai conselor, educator, kolaborator, dan advocator. Karena perawat

   merupakan petugas kesehatan yang selalu berada di samping pasien 24 jam,

   sehingga baik buruknya kondisi / status keshatan pasien perawatlah yang

   pertama kali mengetahui baru kemudian dilanjutkan kolaborasi dengan pihak

   terkait (medis, gizi, fisiotherapi, dll).
Dalam pemberian therapi hypoalbumin peran perawat sangat penting

      diantaranya: memberikan KIE pada pasien dan keluarga tentang therapi

      hypoalbumin, memonitor distribusi instrumen / suplemen sampai ke pasien

      dan benar-benar dikonsumsi pasien dengan benar . Setelah yakin suplemen

      dikonsumsi pasien dengan benar, kemudian dilanjutkan peran perawat untuk

      mengevaluasi baik secara klinis maupun biokimia. Salah satu indikator

      keberhasilan pemberian therapi diet hypoalbumin adalah meningkatnya

      kadar serum albumin dalam darah yang akan mempercepat proses

      penyembuhan    penyakit    dan   kepulangan       pasien    sehingga    akan

      memperpendek LOS.

F. Kerangka teori


       Gangguan                                     Therapi Medis :
      Fungsi Hati
                                                    • FFP
                                                    • Human
                                                       albumin
       Malnutrisi

      Luka Bakar


        Tumor /              Penurunan Kadar Albumin                   Albumin
        Kanker                    (Hipoalbumin)                      dalam darah


        Kasus
        Bedah

       Gangguan
        fungsi                                  Therapi Gizi :
                                                    •   TKTP
        ginjal
                                                    •   Ekstrak putih telur
                                                    •   Ekstrak ikan
                                                        gabus
                                                    •   Ekstrak MPT


                      (Sumber : Purba dan Susetyowati, 2006)
G. Kerangka konsep


              Pemberian therapi                     Albumin
              modisco putih telur                   dalam darah



H. Variabel penelitian

   1. Variabel Dependen / Terikat :

       Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kadar albumin dalam darah.

   2. Variabel Independen / Bebas :

       Variabel independent adalah suplementasi modisco putih telur ( MPT )

I. Hipotesis penelitian :

   Ada pengaruh pemberian suplementasi Modisco Putih Telur ( MPT ) terhadap

   peningkatan kadar albumin dalam darah pada pasien

More Related Content

What's hot

DIET PADA PEMBEDAHAN
DIET PADA PEMBEDAHAN DIET PADA PEMBEDAHAN
DIET PADA PEMBEDAHAN pjj_kemenkes
 
Kasus k empedu kolelitiasis
Kasus k empedu kolelitiasisKasus k empedu kolelitiasis
Kasus k empedu kolelitiasis'Rheyfan Caspian
 
Nutrition Care Procces (NCP) HIV AIDS
Nutrition Care Procces (NCP) HIV AIDSNutrition Care Procces (NCP) HIV AIDS
Nutrition Care Procces (NCP) HIV AIDSDwi Handayani
 
Pemenuhan kebutuhan nutrisi
Pemenuhan kebutuhan nutrisiPemenuhan kebutuhan nutrisi
Pemenuhan kebutuhan nutrisiSulistia Rini
 
EFIKASI SUPLEMEN BESI-MULTIVITAMIN UNTUK PERBAIKAN STATUS BESI REMAJA WANITA
EFIKASI SUPLEMEN BESI-MULTIVITAMIN UNTUK PERBAIKAN  STATUS BESI REMAJA WANITAEFIKASI SUPLEMEN BESI-MULTIVITAMIN UNTUK PERBAIKAN  STATUS BESI REMAJA WANITA
EFIKASI SUPLEMEN BESI-MULTIVITAMIN UNTUK PERBAIKAN STATUS BESI REMAJA WANITASii AQyuu
 
Ncp kanker kolon
Ncp kanker kolonNcp kanker kolon
Ncp kanker kolonelsegintzna
 
ADIME NCP PAGT Diet Kasus Pernapasan (PPOK)
ADIME NCP PAGT Diet Kasus Pernapasan (PPOK)ADIME NCP PAGT Diet Kasus Pernapasan (PPOK)
ADIME NCP PAGT Diet Kasus Pernapasan (PPOK)Shela Rizky Tarinda
 
Susu Kolostrum Colever TDC
Susu Kolostrum Colever TDCSusu Kolostrum Colever TDC
Susu Kolostrum Colever TDCFikrie Omar
 
Bentuk makanan
Bentuk makananBentuk makanan
Bentuk makanandinartanti
 
Konsep kebutuhan nutrisi
Konsep kebutuhan nutrisiKonsep kebutuhan nutrisi
Konsep kebutuhan nutrisiSulistia Rini
 
Usulan program kreativitas mahasiswa
Usulan program kreativitas mahasiswaUsulan program kreativitas mahasiswa
Usulan program kreativitas mahasiswayogisaka1
 
Training materi Nutrisi Enteral
Training materi Nutrisi EnteralTraining materi Nutrisi Enteral
Training materi Nutrisi Enteralsuhandono
 
nutrisi pada pasien bedah neonatal
nutrisi pada pasien bedah neonatalnutrisi pada pasien bedah neonatal
nutrisi pada pasien bedah neonatalanismaulida
 

What's hot (20)

DIET PADA PEMBEDAHAN
DIET PADA PEMBEDAHAN DIET PADA PEMBEDAHAN
DIET PADA PEMBEDAHAN
 
Kasus k empedu kolelitiasis
Kasus k empedu kolelitiasisKasus k empedu kolelitiasis
Kasus k empedu kolelitiasis
 
Modul iii gizi kb 4
Modul iii gizi kb 4Modul iii gizi kb 4
Modul iii gizi kb 4
 
Nutrition Care Procces (NCP) HIV AIDS
Nutrition Care Procces (NCP) HIV AIDSNutrition Care Procces (NCP) HIV AIDS
Nutrition Care Procces (NCP) HIV AIDS
 
Diktat Matkul Gizi Ikan
Diktat Matkul Gizi IkanDiktat Matkul Gizi Ikan
Diktat Matkul Gizi Ikan
 
Pemenuhan kebutuhan nutrisi
Pemenuhan kebutuhan nutrisiPemenuhan kebutuhan nutrisi
Pemenuhan kebutuhan nutrisi
 
Nutrisi miscellaneous
Nutrisi miscellaneousNutrisi miscellaneous
Nutrisi miscellaneous
 
04 14-30-48-88revisi metsat
04 14-30-48-88revisi metsat04 14-30-48-88revisi metsat
04 14-30-48-88revisi metsat
 
EFIKASI SUPLEMEN BESI-MULTIVITAMIN UNTUK PERBAIKAN STATUS BESI REMAJA WANITA
EFIKASI SUPLEMEN BESI-MULTIVITAMIN UNTUK PERBAIKAN  STATUS BESI REMAJA WANITAEFIKASI SUPLEMEN BESI-MULTIVITAMIN UNTUK PERBAIKAN  STATUS BESI REMAJA WANITA
EFIKASI SUPLEMEN BESI-MULTIVITAMIN UNTUK PERBAIKAN STATUS BESI REMAJA WANITA
 
Askep nutrisi 2011
Askep nutrisi 2011Askep nutrisi 2011
Askep nutrisi 2011
 
Ncp kanker kolon
Ncp kanker kolonNcp kanker kolon
Ncp kanker kolon
 
ADIME NCP PAGT Diet Kasus Pernapasan (PPOK)
ADIME NCP PAGT Diet Kasus Pernapasan (PPOK)ADIME NCP PAGT Diet Kasus Pernapasan (PPOK)
ADIME NCP PAGT Diet Kasus Pernapasan (PPOK)
 
Susu Kolostrum Colever TDC
Susu Kolostrum Colever TDCSusu Kolostrum Colever TDC
Susu Kolostrum Colever TDC
 
Bentuk makanan
Bentuk makananBentuk makanan
Bentuk makanan
 
Asuhan gizi sirosis hati
Asuhan gizi sirosis hati Asuhan gizi sirosis hati
Asuhan gizi sirosis hati
 
Konsep kebutuhan nutrisi
Konsep kebutuhan nutrisiKonsep kebutuhan nutrisi
Konsep kebutuhan nutrisi
 
Usulan program kreativitas mahasiswa
Usulan program kreativitas mahasiswaUsulan program kreativitas mahasiswa
Usulan program kreativitas mahasiswa
 
Modul iii gizi kb 2
Modul iii gizi kb 2Modul iii gizi kb 2
Modul iii gizi kb 2
 
Training materi Nutrisi Enteral
Training materi Nutrisi EnteralTraining materi Nutrisi Enteral
Training materi Nutrisi Enteral
 
nutrisi pada pasien bedah neonatal
nutrisi pada pasien bedah neonatalnutrisi pada pasien bedah neonatal
nutrisi pada pasien bedah neonatal
 

Similar to Peningkatan Albumin

Kasus ggk dan hipertensi grade ii
Kasus ggk dan hipertensi grade iiKasus ggk dan hipertensi grade ii
Kasus ggk dan hipertensi grade iiDessycis
 
Makalah prinsip diet pada ibu hamil dengan anemia 2
Makalah prinsip diet pada ibu hamil dengan anemia 2Makalah prinsip diet pada ibu hamil dengan anemia 2
Makalah prinsip diet pada ibu hamil dengan anemia 2Septian Muna Barakati
 
PENGANTAR ILMU GIZI, TREND & ISSUE DI INDONESIA.pptx
PENGANTAR ILMU  GIZI, TREND & ISSUE DI INDONESIA.pptxPENGANTAR ILMU  GIZI, TREND & ISSUE DI INDONESIA.pptx
PENGANTAR ILMU GIZI, TREND & ISSUE DI INDONESIA.pptxpkmmasmambang
 
Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi
Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan NutrisiAsuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi
Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Nutrisipjj_kemenkes
 
kebutuhan dan penilaian gizi
kebutuhan dan penilaian gizikebutuhan dan penilaian gizi
kebutuhan dan penilaian giziamirahmiyati12
 
Final orientasi anc terpadu kirim dir 10 agustus
Final orientasi anc terpadu kirim dir 10 agustusFinal orientasi anc terpadu kirim dir 10 agustus
Final orientasi anc terpadu kirim dir 10 agustusDokter Tekno
 
Status Nutrisi (1).pptx
Status Nutrisi (1).pptxStatus Nutrisi (1).pptx
Status Nutrisi (1).pptxssuserdfff78
 
161983652-MARASMUS-PPT.pptx
161983652-MARASMUS-PPT.pptx161983652-MARASMUS-PPT.pptx
161983652-MARASMUS-PPT.pptxRahmatSanada1
 
35152967 nutrisi-anak-sakit-berat
35152967 nutrisi-anak-sakit-berat35152967 nutrisi-anak-sakit-berat
35152967 nutrisi-anak-sakit-beratiqbal_r2hmi
 
Makalah prinsip diet pada ibu hamil dengan anemia 2
Makalah prinsip diet pada ibu hamil dengan anemia 2Makalah prinsip diet pada ibu hamil dengan anemia 2
Makalah prinsip diet pada ibu hamil dengan anemia 2Operator Warnet Vast Raha
 
Makalah prinsip diet pada ibu hamil dengan anemia 2
Makalah prinsip diet pada ibu hamil dengan anemia 2Makalah prinsip diet pada ibu hamil dengan anemia 2
Makalah prinsip diet pada ibu hamil dengan anemia 2Operator Warnet Vast Raha
 
Tugas Presentasi Marasmus .pptx
Tugas Presentasi Marasmus .pptxTugas Presentasi Marasmus .pptx
Tugas Presentasi Marasmus .pptxNormanDelVano1
 
Nutritional care process diagnosis
Nutritional care process diagnosisNutritional care process diagnosis
Nutritional care process diagnosisputrikinasih6
 

Similar to Peningkatan Albumin (20)

malnutrisi
malnutrisimalnutrisi
malnutrisi
 
Nutrisi parenteral
Nutrisi parenteralNutrisi parenteral
Nutrisi parenteral
 
Kasus ggk dan hipertensi grade ii
Kasus ggk dan hipertensi grade iiKasus ggk dan hipertensi grade ii
Kasus ggk dan hipertensi grade ii
 
Bab 2 fix
Bab 2 fixBab 2 fix
Bab 2 fix
 
Makalah prinsip diet pada ibu hamil dengan anemia 2
Makalah prinsip diet pada ibu hamil dengan anemia 2Makalah prinsip diet pada ibu hamil dengan anemia 2
Makalah prinsip diet pada ibu hamil dengan anemia 2
 
Chapter ii
Chapter iiChapter ii
Chapter ii
 
PENGANTAR ILMU GIZI, TREND & ISSUE DI INDONESIA.pptx
PENGANTAR ILMU  GIZI, TREND & ISSUE DI INDONESIA.pptxPENGANTAR ILMU  GIZI, TREND & ISSUE DI INDONESIA.pptx
PENGANTAR ILMU GIZI, TREND & ISSUE DI INDONESIA.pptx
 
Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi
Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan NutrisiAsuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi
Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi
 
kebutuhan dan penilaian gizi
kebutuhan dan penilaian gizikebutuhan dan penilaian gizi
kebutuhan dan penilaian gizi
 
Final orientasi anc terpadu kirim dir 10 agustus
Final orientasi anc terpadu kirim dir 10 agustusFinal orientasi anc terpadu kirim dir 10 agustus
Final orientasi anc terpadu kirim dir 10 agustus
 
Status Nutrisi (1).pptx
Status Nutrisi (1).pptxStatus Nutrisi (1).pptx
Status Nutrisi (1).pptx
 
161983652-MARASMUS-PPT.pptx
161983652-MARASMUS-PPT.pptx161983652-MARASMUS-PPT.pptx
161983652-MARASMUS-PPT.pptx
 
35152967 nutrisi-anak-sakit-berat
35152967 nutrisi-anak-sakit-berat35152967 nutrisi-anak-sakit-berat
35152967 nutrisi-anak-sakit-berat
 
Makalah prinsip diet pada ibu hamil dengan anemia 2
Makalah prinsip diet pada ibu hamil dengan anemia 2Makalah prinsip diet pada ibu hamil dengan anemia 2
Makalah prinsip diet pada ibu hamil dengan anemia 2
 
Makalah prinsip diet pada ibu hamil dengan anemia 2
Makalah prinsip diet pada ibu hamil dengan anemia 2Makalah prinsip diet pada ibu hamil dengan anemia 2
Makalah prinsip diet pada ibu hamil dengan anemia 2
 
NUTRASETIKA untuk PEDIATRIK
NUTRASETIKA untuk PEDIATRIKNUTRASETIKA untuk PEDIATRIK
NUTRASETIKA untuk PEDIATRIK
 
Chapter III.pdf
Chapter III.pdfChapter III.pdf
Chapter III.pdf
 
Resistensi insulin
Resistensi insulinResistensi insulin
Resistensi insulin
 
Tugas Presentasi Marasmus .pptx
Tugas Presentasi Marasmus .pptxTugas Presentasi Marasmus .pptx
Tugas Presentasi Marasmus .pptx
 
Nutritional care process diagnosis
Nutritional care process diagnosisNutritional care process diagnosis
Nutritional care process diagnosis
 

Peningkatan Albumin

  • 1. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Masalah kadar albumin pada pasien bedah Protein Energi Malnutrisi (PEM) sering dijumpai dibangsal-bangsal bedah (Bistrian, 1974). Satu survai populasi pasien bedah disebuah rumah sakit pendidikan mendapat 1 dari 5 pasien mengalami PEM (Pattigrew, 1984). Pada pasien bedah umum dengan penyakit gastrointestinal mayor, 1 dari 2 sampai 3 pasien memperlihatkan bukti PEM, walaupun derajatnya mungkin ringan dan tidak bermakna klinis (Hill, 2000). Gizi yang adekuat memegang peranan penting dalam proses penyembuhan dan memperpendek masa rawat semakin disadari. Masalah Protein Energy Malnutrition (PEM) banyak terdapat di rumah sakit-rumah sakit yang lebih dikenal dengan istilah “iatrogenic malnutrition”. (Daldiyono,1998). Keadaan malnutrisi saat ini masih tinggi angka kejadiannya di bangsal- bangsal bedah RSUP Dr Kariadi Semarang sesuai hasil survey pendahuluan yang sudah termuat di latar belakang masalah. Angka kejadian hypoalbumin di A2 sebesar 56% dan A3 sebesar 51,6%. Penilaian status gizi yang digunakan untuk mengetahui prevalensi malnutrisi di rumah sakit pada umumnya adalah dengan cara antropometri dan pemeriksaan biokimia yaitu kadar serum albumin. Kadar serum albumin dan kolesterol, terutama HDL, dapat menjadi predictor kematian di rumah sakit, infeksi nosokomial dan lama rawat inap. Ketepatan penilaian status gizi akan menghasilkan ketepatan dalam intervensi gizi sehingga mempercepat proses
  • 2. penyembuhan (Susetyowati, 2006). Kadar albumin berubah sesuai dengan status hidrasi, gangguan fungsi ginjal dan hati, serta metabolisme protein (Purba, 2006). B. Kebutuhan gizi pasien bedah Pembedahan pada dasarnya merupakan tindakan invasive yang akan merusak struktur jaringan tubuh, dimana pada masa setelah operasi terjadi suatu fase metabolisme baik anabolisme maupun katabolisme (Riou et al, 1992). Pasien yang menjalani operasi beresiko mengalami malnutrisi akibat menjalani puasa, stress operasi, dan peningkatan metabolisme yang terjadi (Pennington, et al. 2000). Nutrisi perioperatif adalah nutrisi yang diberikan pada pra bedah , durante, dan pasca bedah. Tujuan nutrisi perioperatif adalah untuk mencapai hasil yang optimal dari operasi, dan mengurangi morbiditas operasi diantaranya infeksi luka operasi, penyembuhan luka yang lambat, pneumonia, dan sepsis. Tujuan bantuan nutrisi pada pasien bedah adalah menyediakan kalori, protein, vitamin, mineral, dan trace element yang adekuat untuk mengkoreksi kehilangan komposisi tubuh dan untuk mempertahankan keadaan normal dari zat-zat gizi tersebut. Salah satu kebutuhan kalori pasien bedah adalah menggunakan formulasi Harris Benedict, yang menghitung pemakaian basal energi expenditure ( BEE): BEE (laki-laki ) = 66,4 + 13,7 W + 5 H – 6,7 A BEE ( wanita ) = 665 + 9,6 W + 1,8 H – 4,6 A Kebutuhan kalori sehari adalah = BEE X factor aktifitas X factor stress
  • 3. Faktor aktifitas untuk pasien rawat jalan 1,25 ; pasien bed rest 1,15 dan dengan ventilator 1,10. Faktor stress pada pasien bedah bervariasi, untuk bedah minor dengan operasi elektif adalah 1,0 – 1,2 ; pada bedah mayor 1,3 – 1,55 (landt, 2002). Tabel 2.1. Kebutuhan protein berdasarkan tingkat stress pasien bedah Kebutuhan protein Tingkat Stress (g/kg berat badan/hari) Stress ringan (bedah elektif) 1 – 1,2 Stress sedang (masa penyembuhan paska bedah) 1,5 – 1,75 Stress tinggi (pembedahan dengan malnutrisi preoperasi) 1,5 − 2 Sumber : Land (2002) C. Nutrisi pre bedah Persiapan pre bedah penting sekali untuk memperkecil risiko operasi karena hasil akhir suatu pembedahan sangat tergantung pada penilaian keadaan penderita dan persiapan pre bedah. Dalam persiapan inilah ditentukan adanya indikasi atau kontraindikasi operasi, toleransi penderita terhadap tindakan bedah, dan ditetapkan waktu yang tetap untuk melaksanakan pembedahan. (jong,1997). Pemberian diet pre bedah harus mempertimbangkan keadaan umum pasien, macam pembedahan (mayor atau minor), sifat operasi (segera atau elektif) dan ada tidaknya penyakit penyerta. Pengkajian status gizi pre bedah sangat diperlukan untuk menentukan perlu tidaknya dukungan nutrisi, yang dapat berupa suplementasi nutrisi oral, enteral nutrisi maupun paranteral nutrisi. Pasien-pasien yang rentan terhadap malnutrisi, terutama yang terkait dengan hipoalbuminemia adalah: hipermetabolisme akibat stress (penyakit, infeksi, tindakan medik dan bedah), pasien DM terutama dengan ulkus dan gangren, gangguan fungsi ginjal, gangguan fungsi hati, penyakit saluran cerna,
  • 4. perioperatif, kasus bedah digestive, keganasan, anoreksia nervosa, luka bakar, geriatric dan penyakit-penyakit kronis(Hill, 2000). D. Albumin Albumin merupakan komponen protein yang terbesar dari plasma darah, yaitu lebih dari separuhnya. Protein ini disintesa oleh hati. Dalam serum darah albumin merupakan protein yang memegang tekanan onkotik terbesar untuk mempertahankan cairan vaskuler, membantu metabolisme dan transportasi obat- obat, anti peradangan, anti oksidan, keseimbangan asam basa, mempertahankan integritas mikrovaskuler sehingga mencegah kuman masuk dari usus ke pembuluh darah dan efek anti koagulasi. Penurunan kadar albumin dalam darah (hipoalbuminemia) mengakibatkan cairan keluar dari pembuluh darah, keluar ke dalam jaringan menyebabkan terjadinya “oedema”. Selanjutnya, banyak penurunan pada syntesis di hepar merupakan kompensasi yang besar dengan penurunan katabolisme. Waktu paruhnya cukup panjang yaitu 19 – 22 hari (Marzuki S, 2003). Albumin serum akan meningkat pada keadaan : pasca infuse albumin, dan dehidrasi (peningkatan hemoglobin dan hematokrit).Sedangkan albumin serum akan menurun pada keadaan : (a) gangguan sintesa albumin (penyakit hati, alcoholism, malabsorbsi, starvasi penyakit kronis), (b) kehilangan albumin (sindroma nefrotic, luka bakar, dll.), (c) status gizi jelek, akibat rasio albumin dan globulin rendah (peradangan kronik, penyakit kolagen, kakeksia, infeksi berat).
  • 5. Prinsip pemeriksaan: Spektrofotometrik Reagent Bromo Cresol Green (BMC) Nilai rujukan : 3,4 – 5,0 g/dl, 52 – 68% dari protein total < 2,8 g/dl termasuk defisiensi. Tabel 2.2 Interpretasi untuk memperkirakan defisiensi albumin serum Subject Deficient Low Acceptable Infant 0-11 bulan - <2,5 ≥2.5 Anak1-5tahun <2,8 <3,0 ≥3,0 Ana6-17tahun <2,8 <3,5 ≥3,5 Dewasa <2,8 <2,8-3,5 ≥3,5 Hamil trimester 1 <3,0 <3,0-3,9 ≥4,0 Hamil trimester 2& 3 <3,0 <3,0-3,4 ≥3,5 Sumber : ASDI dan RSDK (2006) Kadar albumin dalam serum tergantung pada tiga proses yang dinamik, yaitu sintesa, degradasi dan distribusi. Penelitian terdahulu yang terkait upaya peningkatan kadar albumin dalam darah oleh Salman(1999) yaitu pemberian putih telur. Putih telur yang kental dan kokoh berbentuk albumin (Buckle et al, 1999). Komposisi zat gizi putih telur per 100 gram berat bahan mengandung 10,8 gram protein dan 95% nya merupakan albumin (DKBM, 1984). Sintesa albumin terjadi di hati dengan jumlah sekitar 13,6 gram per hari, dengan waktu paruh albumin dalam tubuh sekitar 14 – 20 hari. Beberapa factor dapat mempengaruhi sintesis albumin antara lain gizi, lingkungan, hormon dan adanya suatu penyakit. E. Therapi hipoalbuminemia 1. Therapi diet Tujuan utama terapi diet hipoalbuminemia adalah meningkatkan dan mempertahankan status gizi dalam hal ini kadar serum albumin serta mencegah seminimal mungkin penurunan kadar albumin untuk mencegah
  • 6. komplikasi. Kebutuhan energi pada hipoalbuminemia diupayakan terpenuhi karena apabila asupan energi kurang dari kebutuhan maka bisa terjadi pembongkaran protein tubuh untuk diubah menjadi sumber energi sehingga beresiko memperburuk kondisi hopoalbuminemia. Oleh karena itu pada pasien-pasien hypoalbumin khususnya dan pasien bedah pada umumnya di RSUP Dr Kariadi diberikan diet TKTP, kalau perlu diberikan ekstra putih telur, ekstra ikan gabus, dan atau MPT. Modisco merupakan singkatan dari Modified Dried Skimmed Milk and Coconut. Modisco pertama kali dtemukan oleh May dan Whitehead pada tahun 1973. Modisco merupakan makanan atau minuman bergizi tinggi yang pertama kali dicobakan pada anak-anak yang mengalami gangguan gizi berat di Uganda (Afrika) dengan hasil yang memuaskan. Manfaat modisco yang paling utama adalah untuk mengatasi gizi buruk pada manusia dengan cepat dan mudah. Karena modisco mempunyai kandungan kalori yang tinggi serta mudah dicerna oleh usus manusia. Modisco juga dapat membantu mempercepat penyembuhan penyakit sehingga biaya pengobatan menjadi lebih ringan (Sudiana & Acep, 2005). Kombinasi MPT komposisinya antara lain: agar-agar dengan variasi rasa, putih telur ayam, gula pasir, susu skim dengan berat 80 gr. Tujuan utama MPT digunakan untuk meningkatkan kadar albumin dalam darah. MPT diberikan pada pasien-pasien bedah yang hypoalbumin (<3gr/dl) dengan waktu pemberian 2x perhari (pk.10.oo dan 16.oo wib) selama 7 s/d 10 hari. Pembuatan Modisco Putih Telur ( MPT ) sesuai standar pelayanan gizi di RSUP Dr. Kariadi dilakukan oleh tenaga SMKK Boga dan produksi
  • 7. dilaksanakan di Instalasi Gizi RSUP Dr. Kariadi, sedangkan distribusi MPT ke pasien oleh tenaga pramusaji IRNA bedah. Namun sampai sekarang belum ada pembuktian peningkatan kadar albumin dalam darah sesuai yang diharapkan.(Sumber: Standar Pelayanan Instalasi Gizi RSUP. Dr. Kariadi Semarang). 2. Therapi Medis Pasien-pasien yang rentan terhadap malnutrisi, terutama yang terkait dengan hipoalbumin seperti kasus-kasus di atas dari team medis diberikan transfusi FFP dan atau human albumin. Untuk pemberian kedua transfusi tersebut pada kasus yang kadar albumin dalam darah ≤ 2,5 gr/dl (Hill, 2000). Namun kedua therapi medis tersebut perlu beberapa pertimbangan antara lain : pertimbangan harga yang cukup mahal, tidak mudah untuk mendapatkannya khususnya untuk pasien dengan status kelas III / jamkesmas. 3. Peran Perawat Dalam Therapi Hypoalbumin Pemberian therapi pada pasien hypoalbumin baik therapi medis maupun therapi diet, perawat terlibat dalam mengoptimalkan pemberian therapi tersebut sesuai dengan peran dan fungsinya sebagai perawat diantaranya: sebagai conselor, educator, kolaborator, dan advocator. Karena perawat merupakan petugas kesehatan yang selalu berada di samping pasien 24 jam, sehingga baik buruknya kondisi / status keshatan pasien perawatlah yang pertama kali mengetahui baru kemudian dilanjutkan kolaborasi dengan pihak terkait (medis, gizi, fisiotherapi, dll).
  • 8. Dalam pemberian therapi hypoalbumin peran perawat sangat penting diantaranya: memberikan KIE pada pasien dan keluarga tentang therapi hypoalbumin, memonitor distribusi instrumen / suplemen sampai ke pasien dan benar-benar dikonsumsi pasien dengan benar . Setelah yakin suplemen dikonsumsi pasien dengan benar, kemudian dilanjutkan peran perawat untuk mengevaluasi baik secara klinis maupun biokimia. Salah satu indikator keberhasilan pemberian therapi diet hypoalbumin adalah meningkatnya kadar serum albumin dalam darah yang akan mempercepat proses penyembuhan penyakit dan kepulangan pasien sehingga akan memperpendek LOS. F. Kerangka teori Gangguan Therapi Medis : Fungsi Hati • FFP • Human albumin Malnutrisi Luka Bakar Tumor / Penurunan Kadar Albumin Albumin Kanker (Hipoalbumin) dalam darah Kasus Bedah Gangguan fungsi Therapi Gizi : • TKTP ginjal • Ekstrak putih telur • Ekstrak ikan gabus • Ekstrak MPT (Sumber : Purba dan Susetyowati, 2006)
  • 9. G. Kerangka konsep Pemberian therapi Albumin modisco putih telur dalam darah H. Variabel penelitian 1. Variabel Dependen / Terikat : Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kadar albumin dalam darah. 2. Variabel Independen / Bebas : Variabel independent adalah suplementasi modisco putih telur ( MPT ) I. Hipotesis penelitian : Ada pengaruh pemberian suplementasi Modisco Putih Telur ( MPT ) terhadap peningkatan kadar albumin dalam darah pada pasien