2. TUJUAN TRAINING
Mengembangkan kompetensi peserta agar memiliki
kemampuan membuat dan mengelola JSA (analisa
keselamatan pekerjaan) secara maksimal untuk mencegah
kecelakaan & PAK (Penyakit Akibat Kerja)
4. JSA adalah suatu metode yang dipakai untuk
menganalisa bahaya dari setiap tahapan
pekerjaan sehingga bisa dikembangkan
solusi untuk mencegah terjadinya kecelakaan
dan PAK
5. LATAR BELAKANG
• Setiap kecelakaan pasti ada penyebabnya.
• Setiap jenis pekerjaan dapat diuraikan dalam suatu urutan tahapan yang
sederhana.
• Setiap tahapan pekerjaan dapat diidentifikasi bahaya dan risikonya.
• Setiap bahaya dan risiko ada solusi pencegahannya.
• Tenaga kerja bisa melakukan pekerjaan dengan cara yang salah dan
berbahaya apabila tidak diberi panduan dan dilatih.
• JSA dapat membantu tenaga kerja melakukan pekerjaan dengan benar dan
aman.
7. • JSA sebagai salah satu upaya atau program pencegahan kecelakaan
dan PAK yang efektif.
• Bisa menjadi bahan training dan atau meeting dengan tenaga kerja.
• Menjadi pedoman tenaga kerja melakukan pekerjaan dengan benar
dan aman.
• Memberikan pre job instruction pada pekerjaan yang baru
• Bisa menjadi acuan pada waktu investigasi kecelakaan dan atau PAK.
• Dapat dipakai untuk meninjau ulang SOP.
• Meningkatkan produktivitas.
9. YANG PALING TEPAT UNTUK MEMBUAT JSA ATAU
KOORDINATOR PEMBUAT JSA ADALAH DEPARTEMENT
MANAGER/LEADER/SUPERVISOR
Karena :
• Paling menguasai pekerjaan atau tugas yang akan dibuat JSA.
• Mempunyai kepentingan langsung untuk menyelamatkan anak
buahnya.
• Mempunyai catatan lengkap tentang kecelakaan dan near-miss di
Departemennya dimana JSA akan dibuat.
• Menguasai prosedur dan peraturan kerja.
11. 1.Langkah-langkah pekerjaan secara spesifik.
2.Bahaya yang terdapat pada setiap langkah pekerjaan.
3.Pengendalian untuk mengurangi atau bahkan menghilangkan
bahaya pada setiap langkah pekerjaan yang telah
diidentifikasi.
13. 1. Inventarisasi Tugas Pekerjaan (Job Task
Inventory)
2. Memilih Tugas Pekerjaan (Select Job Task From
Inventory)
3. Menguraikan Tugas Pekerjaan menjadi
langkah-langkah kerja dari awal sampai selesai
(Job Steps)
4. Mengidentifikasi bahaya dan potensi kerugian pada setiap langkah
pekerjaan (Identify Hazards)
5. Menetapkan sistem kendali bahaya (Determine
Control Measures)
6. Mengkomunikasikan dan Menggunakan JSA
(Communicate and use the JSA)
15. • Bukan ‘pekerjaan’ dalam arti luas (JABATAN), seperti:
– Tukang las
– Mekanik
– Tukang listrik
– Operator produksi, dll
• Tapi ‘pekerjaan’ dalam arti kecil (TUGAS atau SINGLE TASK), seperti:
– Mengganti bolam lampu
– Mengganti ban kempes
– Memindah mesin press.
– Mengelas.
DEFINISI TUGAS PEKERJAAN/PEKERJAAN/JOB TASK
18. Berikut beberapa pertimbangan dalam memilih pekerjaan untuk dibuat JSA :
a) Frekuensi dari kecelakaan atau yang berpotensi celaka.
Sebuah pekerjaan yang sering kali terulang kecelakaan merupakan prioritas utama
dalam JSA.
b) Potensi keparahan dalam beberapa situasi harus ditinjau kembali dan diberikan
prioritas tertinggi jika terdapat potensi untuk terjadinya luka luka yang lebih parah. Hal
ini termasuk :
1.Pekerjaan yang tidak biasa, tidak rutin ( Non Routine )
2.Sumber-sumber energi yang tinggi (listrik, tekanan. dll)
3.Beberapa kegiatan konstruksi (tempat kerja tinggi, alat berat yang bergerak, tingkat
aktivitas yang tinggi dalam daerah yang sempit/kecil).
Pekerjaan dengan kecenderungan kecelakaan yang tinggi mempunyai
prioritas dan harus dianalisa terlebih dulu.
19. c)Jenis pekerjaan yang berulang-ulang karena tenaga kerja sering dihadapkan kepada
bahaya apa saja. Setiap pekerjaan yang menyebabkan cacat harus dimasukan ke
dalam JSA.
d)Hasil dari masukan-masukan tenaga kerha dimana pekerjaan yang menurut mereka
mempunyai potensi bahaya. Pekerjaan atau peralatan yang sering hampir terjadi
bahaya harus menjadi prioritas JSA.
e) Pekerjaan yang baru atau pekerjaan yang tidak rutin dilakukan. Proses JSA harus
termasuk suatu cara untuk mengevaluasi pekerjaan yang baru dan pekerjaan yang
tidak sering dilakukan (misal : mematikan mesin unit produksi). JSA untuk setiap
pekerjaan baru harus dibuat sesegera mungkin. Analisa tidak boleh ditunda yang
berpotensi menyebabkan kecelakaan atau hampir terjadi kecelakaan (nearmiss).
f) Pekerjaan yang belum punya SOP atau potensi bahaya tidak tertanggulangi dengan
SOP yang ada.
21. Tentukan langkah pekerjaan dari awal sampai akhir.
Gunakan kata kerja aktif atau operasional
sederhana pada setiap langkah pekerjaan seperti:
memotong, mengganjal, mengelas dsb.
Hindari menggunakan kata-kata yang terlalu
umum seperti: mengoperasikan, merawat,
membangun dsb.
22. Untuk membagi pekerjaan menjadi langkah-langkah, pilihlah tenaga
kerja yang tepat untuk melakukan observasi/pengamatan. Pilihlah
tenaga kerja yang berpengalaman, mampu dan kooperatif sehingga
mampu berbagi ide/saran/masukan.
Jelaskan tujuan dan keuntungan dari JSA kepada tenaga kerja.
Observasi performa tenaga kerja terhadap pekerjaan dan tulis langkah
dasar JSA.
Rekaman video pekerjaan dapat digunakan untuk peninjauan di masa
mendatang. Pertanyakan langkah awal pekerjaan dilanjutkan langkah
selanjutnya dan seterusnya
23. Persyaratan yang harus dipenuhi seseorang yang terlibat dalam pembuatan JSA
:
a) Pengawas/Supervisor - di departemen dimana pekerjaan dilakukan.
b) Karyawan
1. Orang yang paling familiar/paham dengan pekerjaan.
2. Mereka memiliki pemahaman yang baik dari pekerjaan, dan pengetahuan ini
sangat berharga untuk menemukan bahaya.
3. Melibatkan tenaga kerja yang akan membantu meminimalkan kelalaian atau
kesalahan, sehingga analisisnya berkualitas.
24. KESALAHAN UMUM
• Menggunakan kata kerja yang terlalu umum, sehingga
banyak bahaya yang tidak terdeteksi.
• Mencatat “bagaimana melakukan pekerjaan” bukan “apa
yang dilakukan”.
25. KESALAHAN YANG SERING DALAM
MEMBUAT LANGKAH PEKERJAAN
Kesalahan tersering pertama : pada tahap ini adalah memasukkan
kegiatan untuk mengatasi bahaya kedalam langkah pekerjaan, contohnya:
– Memarkir forklift di tempat yang lantainya rata.
– Memasang persneling ke gigi 1.
– Mengganjal ban truk.
– Memakai sarung tangan.
– Mengangkat bahan baku produksi dengan cara yang benar
– dsb
26. KESALAHAN YANG SERING DALAM
MEMBUAT LANGKAH PEKERJAAN
Kesalahan tersering kedua, memuat langkah yang terlalu
detil, contohnya:
–Menutup pintu ruangan.
–Menekan tombol start.
–Mengenakan full body harness.
–Melihat jarum penunjuk pressure gauge.
27. KESALAHAN YANG SERING DALAM
MEMBUAT LANGKAH PEKERJAAN
Kesalahan tersering ketiga, memuat kegiatan yang terlalu luas,
sehingga beberapa langkah kerja yang harus dicantumkan menjadi
hilang, contohnya:
Melepas ban truk yang kempes, padahal langkah ini masih berisi
langkah-langkah seperti:
– memasang dongkrak.
– menurunkan dongkrak.
– melepas baut roda, dan
– melepas ban yang kempes.
28. Langkah-langkah ini tidak hanya dibuat secara spesifik
untuk satu pekerjaan tertentu, tetapi juga khusus untuk satu
area kerja tertentu.
Jika area kerja berubah tetapi jenis pekerjaan sama, tetap
saja langkah-langkah dari pekerjaan tersebut perlu berubah
juga.
30. Identifikasi semua bahaya baik yang disebabkan oleh lingkungan maupun yang
berhubungan dengan prosedur kerja.
Tanyakan pada diri masing-masing Team pertanyaan berikut untuk setiap tahap:
Adakah bahaya macet, akan macet atau kontak yang berbahaya dengan objek
pekerjaan?
Dapatkah pekerja memegang objek dengan aman?
Dapatkah gerakan mendorong, menarik, mengangkat, menekuk atau memutar yang
dilakukan menyebabkan ketegangan?
Adakah potensi tergelincir atau tersandung?
Adakah bahaya jatuh ketika pekerja berada di tempat tinggi?
Dapatkah pekerja mencegah bahaya saat kontak dengan sumber listrik dan kontak
putus?
Apakah lingkungan berbahaya bagi keselamatan dan kesehatan? Adakah
konsentrasi gas beracun, asap, kabut, uap, debu, panas atau radiasi?
Adakah bahaya ledakan?
34. Mengembangkan pengendalian yang efektif dari setiap bahaya yang
diidentifikasi termasuk mengembangkan prosedur kerja yang aman untuk
mencegah kejadian atau potensi kecelakaan. Beberapa pengendalian yang
mungkin dapat diterapkan:
a.Menemukan cara baru untuk melakukan pekerjaan dengan memilih metode
paling aman.
b.Mengubah kondisi fisik (seperti peralatan, perlengkapan, tata letak area kerja)
yang menimbulkan bahaya.
c.Mengubah prosedur kerja untuk menghilangkan atau menimalisasi bahaya.
d.Mengurangi frekuensi kinerjanya . Melaksanakan rotasi atau pembatasan
waktu bekerja.
e.Gunakan alat pelindung diri yang sesuai dengan bahaya yang ada untuk
melindungi karyawan, dimana hal ini merupakan cara pengendalian yang
terakhir.
36. JSA TIDAK AKAN BERMANFAAT JIKA TIDAK DIKOMUNIKASIKAN
DENGAN BAIK KE TENAGA KERJA.
Untuk itu :
1.Komunikasikan jsa ke tenaga kerja yang terlibat dengan
pekerjaan terkait melalui training, tool box meeting, safety
dialogue, dashboard, dll , termasuk kepada tenaga kerja baru di
pekerjaan tersebut.
2.Jsa harus mudah diakses oleh tenaga kerja.
3.Lakukan evaluasi dan review terhadap jsa secara periodik, jika
terjadi kecelakaan atau nearmiss, ada perubahan terhadap kondisi
pekerjaan.
42. 1.Isilah profil pekerjaan yang akan dibuat JSA nya. Bagian paling atas Form JSA
biasanya mencakup nama pekerjaan, nama pekerja dan berapa lama waktu pekerjaan
tersebut dikerjakan. Agar terdokumentasi dengan baik, maka sebaiknya setiap JSA
memiliki nomor spesifik untuk mempermudah dalam mengaksesnya.
2.Isilah langkah-langkah atau tahapan dari pekerjaan dengan detail dari awal/persiapan
sampai selesai. Tuliskan semua detail tahapan pekerjaan agar jangan sampai ada yang
terlewat.
4. Isi kolom risiko untuk setiap bahaya yang telah teridentifikasi. Risiko adalah dampak
dari bahaya jika ia sampai menimbulkan kerugian.
( RISK = SEVERITY X PROBABILITY )
3.Isilah kolom bahaya untuk setiap bahaya yang potensi terjadi dari masing-masing tahap
pekerjaan tersebut.
43. 5.Isilah kolom pengendalian. Setelah menentukan risiko yang dapat terjadi, kita harus
menentukan pengendalian apa yang efektif untuk menguangi risiko tersebut.
6.Isilah kolom tanggung jawab. Pada kolom tanggung jawab, harus ditulis siapa saja yang
bertanggung jawab dan berkomitmen untuk melaksanakan setiap pengendalian yang
ditulis.
7. Tanda tangan dan nama jelas pada isian “supervisor”. Isian tersebut berfungsi sebagai
pertanggungjawaban supervisor atas semua hal yang tertulis di JSA dan memastikan
bahwa JSA tersebut telah mencakup semua aktifitas yang akan dilakukan nanti.
Dan juga tanda tangan dan nama jelas pada isian “ Safety Manager”. Isian tersebut
berfungsi sebagai persetujuan dari pihak HSE/Safety dan memastikan bahwa seluruh
yang tertulis di JSA telah memenuhi aspek keselamatan kerja.
44. 8. Tanda tangan dan nama anggota tim JSA yang
terlibat. JSA tidak akan efektif apabila seluruh tim tidak
mengetahui isi dari JSA ini. Oleh karena itu, kolom isian
tanda tangan anggota tim mutlak diperlukan sebagai
bukti bahwa JSA telah disosialisasikan ke seluruh
anggota tim.