BIDANG-BIDANG PELAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAHAna Onana
Â
Bidang-Bidang Pelayanan Bimbingan dan Konseling di Sekolah(Prayitno, 2004)
1.Bidang Pelayanan Kehidupan dan Perkembangan Sosial, Kemasyarakatan dan Kewarganegaraan (BIMBINGAN SOSIAL)
2.Bidang Pelayanan Kehidupan dan Perkembangan Kegiatan Karir dan Pekerjaan (BIMBINGAN KARIR)
3.Bidang Pelayanan Kehidupan dan Perkembangan Kegiatan Pembelajaran Diri (BIMBINGAN BELAJAR)
4.Bidang Pelayanan Kehidupan dan Perkembangan Pribadi (BIMBINGAN PRIBADI)
5.Bidang Pengembangan Kehidupan Berkeluarga (BIMBINGAN KELUARGA)
6.Bidang Pengembangan Kehidupan Beragama (BIMBINGAN AGAMA)
BIDANG-BIDANG PELAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAHAna Onana
Â
Bidang-Bidang Pelayanan Bimbingan dan Konseling di Sekolah(Prayitno, 2004)
1.Bidang Pelayanan Kehidupan dan Perkembangan Sosial, Kemasyarakatan dan Kewarganegaraan (BIMBINGAN SOSIAL)
2.Bidang Pelayanan Kehidupan dan Perkembangan Kegiatan Karir dan Pekerjaan (BIMBINGAN KARIR)
3.Bidang Pelayanan Kehidupan dan Perkembangan Kegiatan Pembelajaran Diri (BIMBINGAN BELAJAR)
4.Bidang Pelayanan Kehidupan dan Perkembangan Pribadi (BIMBINGAN PRIBADI)
5.Bidang Pengembangan Kehidupan Berkeluarga (BIMBINGAN KELUARGA)
6.Bidang Pengembangan Kehidupan Beragama (BIMBINGAN AGAMA)
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondelferrydmn1999
Â
Indonesia, negara kepulauan yang kaya akan keragaman budaya, suku, dan tradisi, memiliki Jakarta sebagai pusat kebudayaan yang dinamis dan unik. Salah satu kesenian tradisional yang ikonik dan identik dengan Jakarta adalah ondel-ondel, boneka raksasa yang biasanya tampil berpasangan, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Ondel-ondel awalnya dianggap sebagai simbol budaya sakral dan memainkan peran penting dalam ritual budaya masyarakat Betawi untuk menolak bala atau nasib buruk. Namun, seiring dengan bergulirnya waktu dan perubahan zaman, makna sakral ondel-ondel perlahan memudar dan berubah menjadi sesuatu yang kurang bernilai. Kini, ondel-ondel lebih sering digunakan sebagai hiasan atau sebagai sarana untuk mencari penghasilan. Buku foto Lensa Kampung Ondel-Ondel berfokus pada Keluarga Mulyadi, yang menghadapi tantangan untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel warisan leluhur di tengah keterbatasan ekonomi yang ada. Melalui foto cerita, foto feature dan foto jurnalistik buku ini menggambarkan usaha Keluarga Mulyadi untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel sambil menghadapi dilema dalam mempertahankan makna budaya di tengah perubahan makna dan keterbatasan ekonomi keluarganya. Buku foto ini dapat menggambarkan tentang bagaimana keluarga tersebut berjuang untuk menjaga warisan budaya mereka di tengah arus modernisasi.
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfNur afiyah
Â
Pembelajaran landasan pendidikan yang membahas tentang profesionalisasi pendidikan. Semoga dengan adanya materi ini dapat memudahkan kita untuk memahami dengan baik serta menambah pengetahuan kita tentang profesionalisasi pendidikan.
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
Â
Jenis layanan bk
1. Jenis-jenis Layanan Bimbingan dan Konseling
(Pendalaman Materi Diklat Guru Bimbingan dan Konseling Madrasah pada Kementerian Agama
)
Oleh: Muh. Afroji
Abstrak
Madrasah sebagai salah satu lembaga pendidikan masyarakat Indonesia dan merupakan
penunjang pembangunan nasional dibidang pendidikan yang berlandaskan agama Islam, selain
itu juga merupakan wahana untuk ikut serta mengatasi pergeseran dan perubahan nilai-nilai
negatif yang mungkin muncul pada masa era globalisasi ini.
Hal itulah yang menjadi dasar pertimbangan atau pemikiran tentang penyelenggaraan bimbingan
dan konseling di Madrasah, selain adanya landasan hukum, undang-undang atau ketentuan
lainnya, namun yang lebih penting adalah menyangkut upaya pelayanan bimbingan terhadap
peserta didik agar mampu mengembangkan potensi dirinya atau mencapai tugas-tugas
perkembangannya secara optimal (menyangkut aspek fisik, emosi, intelektual, sosial, dan moral-
spiritual).
Tulisan ini menyajikan beberapa jenis layanan bimbingan konseling yang dapat dilaksanakan di
sekolah/madrasah oleh guru pembimbing di madrasah.
Kata Kunci: Layanan bimbingan dan konseling
A. Pendahuluan
Dalam pasal 27 Peraturan Pemerintah No. 29 tahun 1990, yang termaksud dalam kurikulum
SMU tentang Petunjuk Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling dijelaskan bahwa Bimbingan
merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa dalam rangka upaya menemukan pribadi,
mengenal lingkungan dan merencanakan masa depan. Bimbingan dalam rangka menemukan
pribadi dimaksud agar peserta didik mengenal kekuatan dan kelemahan dirinya sendiri, serta
menerima secara positif dan dinamis sebagai modal pengembangan diri lebih lanjut. Bimbingan
dalam rangka mengenal lingkungan dimaksud agar peserta didik mengenal obyektif lingkungan,
baik lingkungan sosial dan Iingkungan fisik dan menerima berbagai kondisi lingkungan itu
secara positif dan dinamis pula.
Bimbingan adalah proses bantuan yang ditujukan untuk membantu individu dalam memahami
dirinya (bakat, minat, kemampuan) dan lingkungan agar mampu membuat keputusan sehingga
tercapai perkembangan secara optimal untuk kepentingan dirinya dan masyarakat.
Bimibingan dan konseling merupakan bagian integral dari proses pendidikan secara umum dan
memiliki kontribusi terhadap keberhasilan pendidikan di madrasah.
Untuk membantu individu (peserta didik) ke arah tersebut, pembimbing/ konselor madrasah
perlu juga memahami lebih mendalam terkait layanan bimbingan dan konseling di madrasah.
2. B. Jenis-jenis layanan bimbingan
Sekolah dan madrasah memiliki tanggung jawab yang besar membantu siswa agar berhasil
dalam belajar. Untuk itu sekolah dan madrasah hendaknya memberikan bantuan kepada siswa
untuk mengatasi masalah-masalah yang timbul dalam kegiatan belajar siswa. (Tohirin, 2009:12)
Selanjutnya Zainal Aqib, (2012:80) menjelaskan bahwa suatu kegiatan bimbingan dan konseling
disebut layanan apabila kegiatan tersebut dilakukan melalui kontak langsung dengan sasaran
layanan (klien), dan secara langsung berkenaan dengan permasalahan ataupun kepentingan
tertentu yang dirasakan oleh sasaran layanan itu.
Berbagai jenis layanan dan kegiatan perlu dilakukan sebagai wujud penyelenggaraan pelayanan
bimbingan terhadap sasaran layanan yaitu peserta didik. Masing-masing komponen layanan
diperlukan strategi implementasi program.
Depdiknas (2008:224-230) menguraikan strategi pelaksanaan program untuk masing-masing
layanan sebagai berikut:
1. Pelayanan dasar
a. Bimibingan Klasikal
Program yang dirancang menuntut konselor untuk melakukan kontak langsung dengan para
peserta didik di kelas. Secara terjadwal, konselor memberikan pelayanan bimbingan kepada para
peserta didik. Kegiatan bimbingan kelas ini bisa berupa diskusi kelas atau brain storming (curah
pendapat).
b. Pelayanan Orientasi
Pelayanan ini merupakan suatu kegiatan yang memungkinkan peserta didik dapat memahami dan
menyesuaikan diri dengan ligkungan baru, terutama lingkungan Sekolah/Madrasah, untuk
mempermudah atau memperlancar berperannya mereka di lingkungan baru tersebut. Pelayanan
orientasi ini biasanya dilaksanakan pada awal program pelajaran baru. Materi pelayanan orientasi
di Sekolah/Madrasah, staf dan guru-guru, kurikulum, program bimbingan dan konseling,
program ekstrakurikuler, fasilititas atau sarana dan prasarana, dan tata tertib Sekolah/Madrasah.
c. Pelayanan Informasi
Yaitu pemberian informasi tentang berbagai hal yang dipandang bermanfaat bagi peserta didik
melalui komunikasi langsung maupun tidak langsung (melalui media cetak maupun elektronik,
seperti: buku, brosur, leaflet, majalah, dan internet).
d. Bimbingan Kelompok
Konselor memberikan pelayanan bimbingan kepada peserta didik melalui kelompok-kelompok
kecil (5 s.d 10 orang atau 8 – 12 orang). Bimbingan ini ditujukan untuk merespon kebutuhan dan
3. minat para peserta didik. Topik yang didiskusikan dalam bimbingan kelompok ini, adalah
masalah yang bersifat umum (common problem) dan tidak rahasia, seperti cara-cara belajar yang
efektif, kiat-kiat menghadapi ujian, dan mengelola sterss.
e. Pelayanan Pengumpulan Data (Aplikasi Instrumentasi)
Merupakan kegiatan untuk mengumpulkan data atau informasi tentang pribadi peserta didik, dan
ligkugan peserta didik. Pengumpulan data ini dapat dilakukan dengan berbagai instrumen, baik
tes maupun non tes.
2. Pelayanan responsif
a. Konseling Individual dan Kelompok Pemberian pelayanan konseling ini ditujukan untuk
membantu peserta didik yang mengalami kesulitan, mengalami hambatan dalam mencapai tugas-
tugas perkembnagannya. Melalui konseling, peserta didik (konseli) dibantu untuk
mengidentifikasi masalah, penyebab masalah, penemuan alternatif pemecahan masalah, dan
pengambilan keputusan secara lebih tepat. Konseling ini dapat dilakukan secara individual
maupun kelompok.
b. Referal (Rujukan atau Alih Tangan)
Apabila konselor merasa kurang memiliki kemampuan untuk menangani masalah konseli, maka
sebaiknya dia mereferal atau mengalihtangankan konseli kepada pihak lain yang lebih
berwenang, seperti psikolog, psikiater, dokter, dan kepolisian. Konseli yang sebaiknya direferal
adalah mereka yang memiliki masalah, seperti depresi, tindak kejahatan (kriminalitas),
kecanduan narkoba, dan penyakit kronis.
c. Kolaborasi dengan Guru Mata Pelajaran atau Wali Kelas
Konselor berkolaborasi dengan guru dan wali kelas dalam rangka memperoleh informasi tentang
peserta didik (seperti prestasi belajar, kehadiran, dan pribadinya), membantu memecahkan
masalah peserta didik, dan mengidentifikasi aspek-aspek bimbingan yang dapat dilakukan oleh
guru mata pelajaran. Aspek-aspek itu di antaranya: (a) menciptakan iklim sosio-emosiaonal kelas
yang kondusif bagi belajar peserta didik; (b) memahami karakteristik peserta didik yang unik dan
beragam; (c) menandai peserta didik yang diduga bermasalah; (d) membantu peserta didik yang
mengalami kesulitan belajar melalui program remedial teaching; (e) mereferal
(mengalihtangankan) peserta didik yang memerlukan pelayanan bimbingan dan konseling
kepada guru pembimbing; (f) memberikan informasi yang up to date tentang kaitan mata
pelajaran dengan bidang kerja yang diminati peserta didik; (g) memahami perkembangan dunia
industri atau perusahaan, sehingga dapat memberikan informasi yang luas kepada peserta didik
tentang dunia kerja (tuntutan keahlian kerja, suasana kerja, persyaratan kerja, dan prospek kerja);
(h) menampilkan pribadi yang matang, baik dalam aspek emosiaonal, sosial, maupun moral-
spiritual (hal ini penting, karena guru merupakan “figur Central” bagi peserta didik; dan (i)
memberikan informasi tentang cara-cara mempelajari mata pelajaran yang diberikannya secara
efektif.
4. d. Kolaborasi dengan Orang tua
Konselor perlu melakukan kerjasama dengan para orang tua peserta didik. Kerjasama ini penting
agar proses bimbingan terhadap peserta didik tidak hanya berlangsung di sekolah/ madrasah,
tetapi juga oleh orang tua di rumah. Melalui kerjasama ini memungkinkan terjadinya saling
memberikan informasi, pengertian, dan tukar pikiran antar konselor dan orang tua dalam upaya
mengembangkan potensi peserta didik atau memecahkan masalah yang mungkin dihadapi
peserta didik. Untuk melakukan kerjasama dengan orang tua ini, dapat dilakukan beberapa
upaya, seperti: (a) kepala sekolah/madrasah atau komite sekolah/ madrasah mengundang para
orang tua untuk datang ke sekolah/ madrasah (minimal satu semester satu kali), yang
pelaksanaannya dapat bersamaan dengan pembagian rapor, (b) sekolah/madrasah memberikan
informasi kepada orang tua (melalui surat) tentang kemajuan belajar atau peserta didik, dan (c)
orang tua diminta untuk melaporkan keadaan anaknya di rumah ke sekolah/ madrasah, terutama
menyangkut kegiatan belajar dan perilaku sehari-harinya.
e. Kolaborasi dengan pihak-pihak terkait di luar sekolah/madrasah
Yaitu berkaitan dengan upaya sekolah/madrasah untuk menjalin kerjasama dengan unsur-unsur
masyarakat yang dipandang relevan dengan peningkatan mutu pelayanan bimbingan. Jalinan
kerjasama ini seperti dengan pihak-pihak (a) instansi pemerintah, (b) instansi swasta, (c)
organisasi profesi, seperti ABKIN (Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia), (d) para ahli
dalam bidang tertentu yang terkait, seperti psikolog, psikiater, dan dokter, (e) MGBK
(Musyawarah Guru Bimbingan dan Konseling), dan (f) Depnaker (dalam rangka analisis bursa
kerja/lapangan pekerjaan).
f. Konsultasi
Konselor melayani pelayanan konsultasi bagi guru, orang tua, atau pihak pimpinan
sekolah/madrasah yang terkait dengan upaya membangun kesamaan persepsi dalam memberikan
bimbingan kepada para peserta didik, menciptakan lingkungan sekolah/madrasah yang kondusif
bagi perkembangan peserta didik, melakukan referal, dan meningkatkan kualitas program
bimbingan dan konseling.
g. Bimbingan Teman Sebaya (Peer Guidance/Peer Facilitation)
Bimbingan teman sebaya ini adalah bimbingan yang dilakukan oleh peserta didik terhadap
peserta didik yang lainnya. Peserta didik yang menjadi pembimbing sebelumnya diberikan
latihan atau pembinaan oleh konselor. Peserta didik yang menjadi pembimbing berfungsi sebagai
mentor atau tutor yang membantu peserta didik lain dalam memecahkan masalah yang
dihadapinya, baik akademik maupun non-akademik. Di samping itu dia juga berfungsi sebagai
mediator yang membantu konselor dengan cara memberikan informasi tentang kondisi,
perkembangan, atau masalah peserta didik yang perlu mendapat pelayanan bantuan bimbingan
atau konseling.
h. Konferensi Kasus
5. Yaitu kegiatan untuk membahas permaslahan peserta didik dalam suatu pertemuan yang dihadiri
oleh pihak-pihak yang dapat memberikan keterangan, kemudahan dan komitmen bagi
terentaskannya permasalahan peserta didik itu. Pertemuan konferensi kasus ini bersifat terbatas
dan tertutup.
i. Kunjungan Rumah
Yaitu kegiatan untuk memperoleh data atau keterangan tentang peserta didik tertentu yang
sedang ditangani, dalam upaya mengentaskan masalahnya, melalui kunjungan ke rumahnya.
3. Perencanaan individual
Konselor membantu peserta didik menganalisis kekuatan dan kelemahan dirinya berdasarkan
data atau informasi yang diperoleh, yaitu yang menyangkut pencapaian tugas-tugas
perkembangan, atau aspek-aspek pribadi, sosial, belajar, dan karier. Melalui kegiatan penilaian
diri ini, peserta didik akan memiliki pemahaman, penerimaan, an pengarahan dirinya secara
positif dan konstruktif. Pelayanan perencanaan individual ini dapat dilakukan juga melalui
pelayanan penempatan (penjurusan dan penyaluran), untuk membentuk peserta didik menempati
posisi yang sesuai dengan bakat dan minatnya.
Konseli menggunakan informasi tentang pribadi, sosial, pendidikan dan karier yang diperolehnya
untuk (1) merumuskan tujuan, dan merencanakan kegiatan (alternatif kegiatan) yang menunjang
pengembangan dirinya, atau kegiatan yang berfungsi untuk memperbaiki kelemahan dirinya; (2)
melakukan kegiatan yang sesuai dengan tujuan atau perencanaan yang telah ditetapkan, dan (3)
mengevaluasi kegiatan yang telah dilakukannya.
4. Dukungan sistem
1) Pengembangan Profesi
Konselor secara terus menerus berusaha untuk memperbaharui pengetahuan dan
keterampilannya melalui (a) in-service training, (b) aktif dalam organisasi profesi, (c) aktif dalam
kegiatan-kegiatan ilmiah, seperti seminar dan workshop (lokakarya), atau (d) melanjutkan studi
ke program yang lebih tinggi (Pascasarjana).
2) Manajemen Program
Program pelayanan bimbingan dan konseling tidak mungkin akan tercipta, terselenggara, dan
tercapai bila tidak memiliki suatu sistem manajemen yang bermutu, dalam arti dilakukan secara
jelas, sistematis, dan terarah. Oleh karena itu, bimbingan dan konseling harus ditempatkan
sebagai bagian terpadu dari seluruh program sekolah/madrasah dengan dukungan wajar dalam
aspek ketersediaan sumber daya manusia (konselor), maupun sarana, dan pembiayaan.
3) Riset dan Pengembangan
6. Strategi: melakukan penelitian, mengikuti kegiatan profesi dan mengikuti aktifitas peningkatan
profesi serta kegiatan pada organisasi profesi.
C. Penutup
Bimbingan dan konseling di madrasah merupakan upaya proaktif dan sistematik dalam
memfasilitasi perkembangan peserta didik secara optimal, sehingga peserta didik tersebut
mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Jenis-jenis layanan bimbingan dan konseling meliputi dukungan sistem, perencanaan individual,
pelayanan dasar, dan pelayanan responsif.
Daftar Pustaka
Depdikbud. 1994. Juklak Bimbingan dan Konseling. Depdikbud. Jakarta.
Departemen Pendidikan Nasional.2004. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Direktorat
Tenaga Kependidikan. Jakarta.
Departemen Pendidikan dan Nasional. 2008. Penataan Pendidikan Profesional Konselor dan
Layanan Bimbingan dan Konseling Dalam Jalur Pendidikan Formal. Depdinas. Jakarta.
Tohirin. 2007. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi). Jakarta.
PT Raja Grafindo Persada
Zainal Aqib. 2012. Ikhtisar Bimbingan & Konseling di Sekolah. Bandung. Penerbit Yrama
Widya
Source: http://bdkjakarta.kemenag.go.id/index.php?a=artikel&id=187