SlideShare a Scribd company logo
1 of 27
Download to read offline
Science and Policy Dialogue Part III
4 Agustus 2022
JAMBI SUSTAINABLE LANDSCAPE
MANAGEMENT PROJECT (J-SLMP)
BioCF-ISFL PROVINSI JAMBI
Oleh:
Ir. H. SEPDINAL, ME
KETUA SN-PMU
Penyebab Deforestasi
• Kontribusi perkebunan, pertanian dan HTI terhadap
deforestasi hutan di Jambi relative sama besarnya.
• Konversi menjadi HTI Sebagian besar terjadi di hutan
produksi, sedangkan perkebunan sebagian besar di
APL, walau ada yang di Kawasan hutan
• Pertanian justru banyak terjadi di kawasan hutan
• Sebagian besar hutan yang deforestasi pada periode
2006-2018, menjadi lahan produktif termasuk
pertanian, perkebunan dan hutan tanaman
• Namun hutan terdeforestasi yang lahan tidak
produktif juga sangat banyak
• Yang terjadi bukan karena konversi untuk kegiatan
ekonomi berbasis lahan, melainkan untuk
pengambilan kayunya, dan tidak dikelola secara
berkelanjutan
• Pembukaan hutan untuk pertambangan dan
pemukiman relative kecil
Cagar Alam TN Tahura HP HPT HPK HL
Lahan tidak produktif 86,516 520 21,249 16,329 175,725 45,365 357 19,659 365,721 43.12
Pertanian 36,797 263 8,735 10,370 66,868 24,037 43 8,539 155,653 18.35
Perkebunan 110,919 16 888 126 24,485 16,282 2,168 7,503 162,386 19.15
Hutan tanaman 5,990 0 0 0 152,875 3,844 8 26 162,744 19.19
Pertambangan 147 0 39 0 1,138 0 0 1 1,324 0.16
Pemukiman 172 1 0 0 97 8 0 0 278 0.03
Total 240,542 801 30,911 26,825 421,187 89,536 2,576 35,728 848,107 100
%
Penyebab Deforestasi APL
Kawasan Konservasi KPH
Total
Tutupan Hutan 2006 Tutupan Hutan dan Lahan 2018
Sumber Emisi Provinsi Jambi
• Sumber emisi terbesar berasal dari kehilangan tutupan lahan (FOLU), yaitu
sebesar 14.321.376 atau 71,8 %.
• Emisi dari lahan gambut terbesar kedua (25,7 %) setelah perubahan
tutupan lahan, dimana dekomposisi gambut dan kebakaran gambut
mengeluarkan emisi yang cukup besar.
Kategori Sub Kategori
Emisi/Serapan 2006-
2018
Emisi/Serapan
Tahunan
Kontribusi
Absolut
Total FOLU 171,856,510 14,321,376 71.8%
Deforestasi 213,935,822 17,827,985 28.7%
Degradasi Hutan 11,259,626 938,302 1.5%
Peningkatan Cadangan Karbon Hutan (69,416,495) (5,784,708) 9.3%
Degradasi Karbon Non Hutan 128,469,862 10,705,822 17.2%
Peningkatan Karbon Non Hutan (112,392,305) (9,366,025) 15.1%
Total Gambut 191,584,777 15,965,398 25.7%
Dekomposisi gambut 108,712,894 9,059,408 14.6%
Kebakaran gambut 82,871,883 6,905,990 11.1%
Total Pertanian 18,675,050 1,556,254 2.5%
Pembakaran biomassa 887,740 73,978 0.1%
Ternak 4,117,470 343,123 0.6%
Lahan pertanian 13,669,840 1,139,153 1.8%
FOLU
Gambut
Pertanian
Sektor Kehutanan
Sektor Pertanian
Lahan Gambut
• Emisi dari sektor pertanian
hanya sebesar 2,5% dari total
emisi keseluruhan Jambi.
• Sebagian besar emisi pertanian
berasal dari pemupukan
Project Milestone JSLMP BioCF-ISFL
2019
Preparation
Phase Start
2021
Pre Investment
Phase Start
2022
On Granting
Start
Letter of
Intent
signed
2025
Grant
Agreement
Preparation
Preparation
Extension
2020
Grant
Agreement Pre-
Investment
signed on
27 December
2020
2018
Emssion
Reduction
Payment
Agreement
(ERPA)
USD 1,5m
USD 13,5m
Pre Investment
Phase & On
Granting Ended
2023 2026
KINERJA/RBP $ 70 Juta
WPK PRIORITY
Wilayah Intervensi Pre-Investment BioCF-ISFL di KPH
No Name ofFMU
A SelectedArea Agricultural land Degradedland Forestedarea Total
1 KPHPBungoUnitIIdanIII 4,660 31,751 63,146 99,557
2 KPHPLimauUnitVIISorolangun(FP2Area) 7,895 5,885 91,963 105,742
3 KPHPMeranginUnitIV,V,VI 18,509 40,569 99,429 158,507
4 KPHPTanjungJabungbaratUnitXV,XVIdanKP 20,609 50,361 41,861 112,830
5 KPHPUnitVIIIHilirSorolangun 24,323 31,215 14,385 69,922
Total 75,995 159,781 310,783 546,558
B NonSelectedArea
6 KPHPBatangHari UnitXIdanXII 28,643 24,557 24,594 77,794
7 KPHPKerinci UnitI 5,133 2,934 7,254 15,321
8 KPHPMuaraJambi UnitXIII 402 40,740 30,205 71,347
9 KPHPTanjungJabungTimurUnitXIV 4,451 24,701 12,325 41,477
10 KPHPTeboBaratUnitIX 44,476 69,396 11,687 125,559
11 KPHPTeboTimurUnitX 30,522 39,449 22,669 92,640
Total 113,627 201,776 108,734 424,137
GrandTotal 189,622 361,557 419,517 970,695
Areas Performance Areal KPH Intervensi untuk Pre-Investment yang
dipilih adalah;
(1) Bungo Unit II and unit III;
(2) KPHP Merangin unit IV, Unit V and unit VI;
(3) KPHP Tanjung Jabung Barat unit XV, unit XVI
and KPHL (Protected FMU) unit XVII;
(4) KPHP Hilir Sarolangun unit VIII.
Total tutapan hutan alam setara dengan 52.16 %
dari total tutupan hutan alam dibawah KPH atau
setara dengan 21.06 % dari total tutupan hutan alam
Provinsi Jambi. KPHP Limau unit VII Sarolangun
tidak dijadikan wilayah intervensi karena sudah
didukung oleh Forest Investment Program II (FIP II)
yang dibiyai oleh World Bank.
Dengan demikian total areal yang diitervensi untuk
penuruan emisi di wilayah KPH adalah seluas
310,786 atau setara dengan 74.08 % dari total hutan
alam di seluruh wilayah KPH atau setara dengan
29,91 % dari total tutupan hutan alam di Jambi
Province
No NameofConcervationArea
A SelectedArea Agriculturalland Degradedland Forestedarea Total
1 CAHutanBakauPantaiTimur 242 38 2,034 2,314
2 TNBerbak 42 39,975 97,059 137,076
3 TNBukitDuaBelas 1,019 3,455 48,110 52,584
4 TNBukitTigaPuluh 629 545 34,568 35,742
5 TNKerinciSeblat 12,799 21,072 376,680 410,551
Total 14,730 65,092 558,452 638,620
B NonSelectedArea
6 KSA/KPABuluhHitam/PasirMayangDanauBangko 457 457
7 KSA/KPATabirKejasung/SungaiBengkal 323 395 718
8 TahuraBukitSari 266 266
9 TahuraSekitarTanjung(OrangKayoHitam) 15 16,225 2,011 18,251
10 TahuraSultanThahaSyaifuddin 11,744 1,976 13,720
Total 12,082 19,053 2,277 33,411
GrandTotal 26,812 84,145 560,729 672,031
AreasPerformance
Wilayah Intervensi Pre-Investment BioCF-ISFL di
Kawasan Konservasi
Wilayah intervensi di Kawasan Konservasi adalah
(1) TN Berbak;
(2) TN Bukit Dua Belas;
(3) TN Bukit Tiga Puluh;
(4) TN Kerinci Seblat dan
(5) CA Hutan Bakau Pantai Timur Nature Reserve.
Tutupan hutan alamdi 5 Kawasan tersebut setara dengan
53.75 % dari total areal berhutan di Provinsi Jambi.
Wilayah Intervensi KPH + Wilayah Intervensi
Konservasi setara dengan 74,81% dari total areal
hutan alam di Provinsi Jambi
• Penetapan Lokasi Prioritas :
 KPHP Merangin
 KPHP Bungo
 KPHP Sarolangun Hilir
 KPHPTanjung Jabung Barat
 TNKS
 TNBT
 TNBD
 TNB
 BKSDA
• Penetapan Perangkat Daerah :
 Bappeda
 Dinas Lingkungan Hidup
 Dinas Kehutanan
 Dinas Perkebunan
 DinasTPHP
Alokasi Anggaran Tahap Pra Investasi melalui Penerusan Hibah
Monitoring, Analysis and
Reporting System (MAR)
BioCF ISFL
Sistem Pemantauan, Analisis dan Pelaporan pada Program BioCF-ISFL
BioCarbon Fund Initiative for Sustainable Forest Landscape
Jambi Sustainable Landscape Management Project
Penghitungan
baseline
provinsi dan
tapak
Sistem MAR BioCF Jambi
Penghitungan
capaian
penurunan
emisi
Pelaporan
penurunan emisi dan
pencatatan ke SRN
Penghitungan emisi
dan serapan gas
rumah kaca
Monitoring
perubahan tutupan
hutan dan lahan
Monitoring
Analysis
Reporting
• MAR BioCF di Jambi dikembangkan untuk mengukur,
memantau, melaporkan serta memverifikasi upaya mitigasi
penurunan emisi
• Mengikuti kebutuhan dan panduan BioCF dan juga
REDD+ nasional
• Mencakup pemantauan emisi dan serapan, pelaporan serta
pendistribusian manfaat
• Disebut dengan MAR karena juga mencakup analisa data
Benefit Sharing Mechanism
(BSM) BioCF ISFL
Mekanisme Pembagian Manfaat pada Program BioCF-ISFL
BioCarbon Fund Initiative for Sustainable Forest Landscape
Jambi Sustainable Landscape Management Project
PEMBAYARAN
PENURUNAN EMISI
25/26
Program Penurunan Emisi
Didiskusikan dalam
Emission Reductions
Payment Agreement
(ERPA)
22/23 23/24 24/25
20/21 21/22
Pengajuan Pembayaran Penurunan Emisi
• Program BioCF ini menargetkan penurunan
emisi sebesar 14 juta ton CO2 dari
2020/2021 s.d 2024/2025
• Pembayaran penurunan emisi dilakukan
dua kali, yaitu di 2023 dan 2026
• Bila penurunan emisi 14 juta tercapai
pada 2023, maka pembayaran penuh
akan dilakukan.
• Hasil pembayaran ini yang akan dibagi-bagi
ke penerima manfaat dalam yurisdiksi
Jambi dengan berbagai kriteria.
KRITERIA dalam mengembangkan BSM
Kriteria Indikator
Efektivitas (Effectiveness) Indikator emisi (emission reduction)
Efisiensi (Efficiency) Biaya Kebijakan dan Pengelolaan:
- Biaya transaksi (transaction costs)
- Biaya administrasi dan kegiatan
(Administrative and implementation costs)
- Biaya peluang (Opportunity cost)
Keadlian
(Equity)
- Alokasi dana (Allocation of fund)
- Partisipasi (Participation)
- Akses (Access)
- Kontribusi (contribution)
(Developed from Loft, 2016)
PROSES MEKANISME PEMBAGIAN MANFAAT
Identifikasi manfaat Program Penurunan Emisi: Karbon dan non- Karbon.
Manfaat Karbon dalam bentuk Uang dari penurunan emisi (karbon: CO2) yang akan dibagi ke
penerima manfaat di yurisdiksi Jambi.
Identifikasi penerima manfaat
Semua yang berada dalam yurisdiksi Jambi adalah penerima manfaat potensial. Namun yang
layak menerima manfaat adalah yang berkontribusi bagi penurunan emisi
Penentuan alokasi manfaat dan proporsinya
Manfaat dalam bentuk uang akan dialokasi untuk berbagai alokasi: biaya operasional proyek
(12%), berdasarkan kinerja dalam menurunkan emisi dan menjaga hutan (70%) dan
kompensasi sosial-ekonomi dan Kegiatan Pendukung (18%)
Penentuan mekanisme penyaluran manfaat
Manfaat dalam bentuk uang akan ditransfer dari BPDLH di tingkat pusat ke penerima manfaat di yurisdiksi
Jambi melalui Lembaga Perantara, sebuah lembaga yang ditunjuk untuk menyalurkan dana
Penentuan penggunaan manfaat
Dana digunakan untuk program dan kegiatan yang terkait dengan: a) peningkatan sosial-ekonomi
masyarakat; b) penurunan emisi. Sepanjang program dan kegiatan tidak menimbulkan emisi atau
deforestasi dan degradasi hutan dan lahan di masa mendatang. Kerangka pengaman sosial dan lingkungan
akan dikembangkan untuk menyaring program dan kegiatan yang diusulkan.
Penerima manfaat: Illustrasi
National park/
conservation
units
Protected forests
(KPHL)
IUPPHK
APL
Production
Forests
(KPHP)
Perhutan
Sosial
Kecamatan
Desa
Kontribusi penerima manfaat dalam WPK
dapat diukur karena:
• Batas yang jelas
• Memiliki kewenangan (TN, KPH)
atau
• having status legal (IUPHHK,
Perhutanan Sosial, APL)
Penerima manfaat di luar wilayah perhitungan karbon dapat
diakui melalui:
- Memiliki koneksi legal (diakui oleh pengelola WPK (KPH, TN
etc.) terkait penerima manfaat potensial
- Pengukuran berbasis batas kecamatan untuk menyalurkan
manfaat ke desa-desa dan diteruskan ke komunitas dalam desa
- Pendekatan berbasis
Kawasan
- Pendekatan berbasisnon-
Kawasan
Kriteria:
- Historis emisi
- Tutupan hutan
- Resiko deforestasi
Penerima Manfaat
Persyaratan khusus untuk penerima manfaat dari sektor swasta
Prasyarat yang diusulkan untuk sektor
swasta, khususnya usaha di bidang kehutanan
dan perkebunan adalah sebagai berikut:
• Memiliki sertifikat Pengelolaan Hutan
Produksi Lestari (PHPL) selama lima tahun
berturut-turut (untuk unit usaha di hutan
produksi).
• Memiliki sertifikat Indonesia Sustainable
Palm Oil (ISPO) atau Roundtable on
Sustainable Palm Oil (RSPO) untuk
perusahaan-perusahaan di sektor
perkebunan.
• Memiliki evaluasi yang baik (poin A)
selama lima tahun terakhir.
• Dihubungkan dengan Program Penilaian Peringkat Kinerja
Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup (PROPER).
• Jika merujuk ke status PROPER yang dikembangkan KLHK,
sebuah perusahaan seharusnya mencapai kriteria hijau atau
emas yang dapat mengambil bagian sebagai salah satu
penerima manfaat yang memenuhi syarat untuk menerima
manfaat.
Mekanisme identifikasi manfaat untuk desa atau komunitas
Potensial
desa atau
komunitas
yang
diidentifikasi
Ingin dilibat dalam
program secara sukarela Yes
No
Bukan
Penerima Manfaat
Divalidasi oleh
SPMU
No
Yes
Penerima Manfaat
Yang memenuhi
syarat Potensial
desa atau
komunitas
yang
diidentifikasi
Tidak memiliki hak legal
terhadap WPK, tetapi
berkontribusi bagi penurunan
emisi
No
Bukan
Penerima Manfaat
Memiliki hak legal
terhadap WPK, tetapi
berkontribusi bagi
penurunan emisi
Yes
Divalidasi oleh
SPMU
No
Yes
Penerima Manfaat
Yang memenuhi
syarat
Proses PADIATAPA
Menggunakan Unit Manajemen
(KPH dan Unit Taman Nasional
Alokasi Manfaat PenurunanEmisi
Kinerja = 7 0 %
Kompensasi sosial-Ekonomi &
Kegiatan Pendukung = 18 %
- Kompensasi Sosial-Ekonomi: 1 5 %
- Kegiatan Pendukung: 3 %
Biaya Operasional: 1 2 % • Biaya operasional (12%) akan dialokasikan
ke pemerintah pusat dan daerah serta
BPDLH
• Kinerja 70 % diperuntukan 40 % untuk program
emisi dan 60 % untuk sosial ekonomi
masyarakat.
• Sasaranya adalah Kelompok Masyarakat,
Kelompok PS, Desa, KPH, Kawasan Konservasi dan
sektor swasta akan mendapat manfaat dari
alokasi untuk Kinerja (70%) dan juga
disiapkan Buffer bagi yang tidak
bekinerja berupa programdan
kegiatan
• Kompensasi Sosial-Ekonomi (15%) akan
dialokasikan ke desa/masyarakat.
• LSM dan Universitas akan dapat
mengakses dana penurunan emisi dari
Kegiatan Pendukung (3%)
Biaya Operasional Program BioCF
Pelaksana Biaya Operasional TOTAL
Pemerintah Pusat 2% 2%
Pemerintah
Daerah 5% 5%
BPDLH 5% 5%
TOTAL 12% 12%
Fee
BPDLH
Penerima manfaat per alokasi
Alokasi Penerima manfaat
Biaya Operasional (12%) Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah dan BPDLH
Kinerja (70%)
Masyarakat/desa, termasuk kelompok PS, KPH, kawasan konservasi,
dan sektor swasta
Kompensasi Sosial-
Ekonomi (15%)
Desa-desa yang telah berkontribusi dalam pencegahan deforestasi
dan degradasi hutan melalui upaya-upaya di aspek sosial-ekonomi
(melalui proses FPIC)
Kegiatan Pendukung (3%) LSM dan Universitas
Catatan:
• Dalam deliberasi dengan para pihak, Sektor Swasta tidak akan menerima manfaat dalam bentuk moneter, tetapi dalam
bentuk iklim bisnis yang kondusif dari program and kegiatan yang dilakukan oleh dinas yang mensupervisi berdasarkan
alokasi manfaat yang diterima unit isnis.
• Sementara kemudahan akses, perizinan dan sertifikasi adalah manfaat tambahan dari perbaikan tata kelola sektor hutan dan
lahan yang bukan merupakan manfaat dari 70 juta USD
Program dan kegiatan untukpenurunan
emisi GHG, dalam hal ini CO2e, adalah
terkait:
- Penurunan emisi dari deforestasi
dan degradasi hutan
- Meningkatkan konservasi stok
karbon hutan
- Pengelolaan hutan lestari
- Peningkatan stok karbonhutan
Manfaat bukan karbon mencakup:
- Perlindungan fungsi ekologis
- Perlindungan keanekaragaman hayati
- Memperkuat mata pencaharian
- Meningkatkan tata kelola hutandan
lahan
- Perlindungan ekosistem esensial
Pra-kondisi mencakup:
- Meningkatkan kapasitas
institusi dan sumberdaya
manusia
- Memperkuat instrumen
kebijakan dan program
penurunan emisi
- Riset dan pengembangan;dan
- Pra kondisi lainnya
Dalam Permen LHK P.70/2017 tentang REDD+ sudah mengatur
penggunaan dana REDD+ untuk 3 komponen: penurunan emisi,
manfaat bukan karbon,pra kondisi
Penggunaan Manfaat
Manfaat yang diusulkan:
1. Penurunan emisi (40%)
2. Pengembangan sosial-ekonomi
masyarakat (60%)
Skema Penyaluran: Menggunakan Lembaga Perantara
BPDLH
Lembaga Perantara
E1 E1 E1 E1
Mewakili penerima manfaat
dari luar pemerintah
Catatan:
Biru: Institusi/Badan dalam Pemerintah
Berwarna: Entitas-entitas di luar pemerintah
Integrasi BSM dengan Sistem MAR dan Kerangka Pengaman
Bank
Dunia
Pemerintah
Indonesia
BPDLH
Pembayaran
Penurunan Emisi
(up to 70 US$)
Pembayaran akan
diterima oleh BPDLH di
tingkat nasional
(mengacu ke PP
23/2005)
Pembayaran akandicatat di
APBN sebagai Penerimaan
BLU (mengacu ke UU
17/2003 dan UU 09/2018
BPDLH dibangun berdasarkan PP
46/2017 dan PeraturanPresiden
(Perpres) 77/2018
Pemerintah
Provinsi
Masyarakat
Swasta
Kelompok penerima
manfaat mengacuke
Permen LHK
P.70/2017
Lembaga
Perantara
Village
Government
manfaat tingkat
tapak
Pemerintah
Nasional
Pembayaran penurunan emisi akan ditransfer ke
pemerintah nasional melalui LembagaPerantara
Penerusan dana Penerimaan BLU ke penerima
manfaat di tingkat tapak untuk penurunan emisi LSM,
lembaga riset
dll
MAR I:
Pencairan Dana
Penurunan Emisi (tCO2e)
a)Deforestation
b)Degradation hutan
MAR II:
Penyaluran Dana
Performance (70%): a) Historical Emissions
(CO2); b) Tutupan hutan (Ha); c) resiko
deforestasi
E&S Safeguards
Safeguard
untuk
penggunaan
dana
Safeguard untukmenerima manfaat:
Tidak berkinerja karena hambatan-
hambatan dari luar seperti illegal
logging, kebakaran, dll.
Safeguard untukkegiatan-
kegiatan penurunan emisi
MAR III:
Penyaluran dana ke desa dan komunitas:
Multi-Criteria:
a) Perencanaan Program (40%)
b) Perencanaan keuangan (30%)
c) Institusi pengelola sumber daya alam dan
lingkungan (30%)
Penerima
Kelembagaan BioCF-ISFL
Terima Kasih

More Related Content

What's hot

Tugas dan Fungsi DPRD dalam Pembangunan Daerah
Tugas dan Fungsi DPRD  dalam Pembangunan Daerah Tugas dan Fungsi DPRD  dalam Pembangunan Daerah
Tugas dan Fungsi DPRD dalam Pembangunan Daerah Dadang Solihin
 
Konsep perencanaan pembangunan desa
Konsep perencanaan pembangunan desaKonsep perencanaan pembangunan desa
Konsep perencanaan pembangunan desaPemdes Seboro Sadang
 
Perencanaan Partisipatif
Perencanaan PartisipatifPerencanaan Partisipatif
Perencanaan PartisipatifPSEKP - UGM
 
Bahan Paparan Kepala BAPPEDA.ppt
Bahan Paparan Kepala BAPPEDA.pptBahan Paparan Kepala BAPPEDA.ppt
Bahan Paparan Kepala BAPPEDA.pptTheAlucard1
 
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN PERDESAAN 29-30 MARET 2022.pdf
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN PERDESAAN  29-30 MARET 2022.pdfPENYUSUNAN RENCANA KAWASAN PERDESAAN  29-30 MARET 2022.pdf
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN PERDESAAN 29-30 MARET 2022.pdfSugeng Budiharsono
 
Kuliah Online Eps. 36 "Smart Village Tingkatkan Produktivitas dan Ekonomi Desa"
Kuliah Online Eps. 36 "Smart Village Tingkatkan Produktivitas dan Ekonomi Desa" Kuliah Online Eps. 36 "Smart Village Tingkatkan Produktivitas dan Ekonomi Desa"
Kuliah Online Eps. 36 "Smart Village Tingkatkan Produktivitas dan Ekonomi Desa" Akademi Desa 4.0
 
PPT RDTR_31052022.pptx
PPT RDTR_31052022.pptxPPT RDTR_31052022.pptx
PPT RDTR_31052022.pptxYettiAnita
 
Manajemen lahan dan pertanahan
Manajemen lahan dan pertanahanManajemen lahan dan pertanahan
Manajemen lahan dan pertanahanFanly Sondakh
 
Expose fgd klhs rdtr
Expose fgd klhs rdtrExpose fgd klhs rdtr
Expose fgd klhs rdtrRyan Nugraha
 
Mekanisme kawasan perdesaaan
Mekanisme  kawasan perdesaaanMekanisme  kawasan perdesaaan
Mekanisme kawasan perdesaaanEkoWahyudi107
 
Mekanisme dan Proses Perencanaan Pembangunan Daerah berdasarkan UU 25/2004
Mekanisme dan Proses Perencanaan Pembangunan Daerah  berdasarkan UU 25/2004Mekanisme dan Proses Perencanaan Pembangunan Daerah  berdasarkan UU 25/2004
Mekanisme dan Proses Perencanaan Pembangunan Daerah berdasarkan UU 25/2004Dadang Solihin
 
Perencanaan Partisipatif
Perencanaan PartisipatifPerencanaan Partisipatif
Perencanaan PartisipatifDadang Solihin
 
Perencanaan Pembangunan Partisipatif
Perencanaan Pembangunan PartisipatifPerencanaan Pembangunan Partisipatif
Perencanaan Pembangunan PartisipatifBagus ardian
 
Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Rencana Pembangunan Daerah
Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi  Rencana Pembangunan DaerahPenyusunan, Pengendalian dan Evaluasi  Rencana Pembangunan Daerah
Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Rencana Pembangunan DaerahDadang Solihin
 
Monitoring dan Evaluasi Perencanaan Pembangunan Daerah
Monitoring dan Evaluasi Perencanaan Pembangunan DaerahMonitoring dan Evaluasi Perencanaan Pembangunan Daerah
Monitoring dan Evaluasi Perencanaan Pembangunan DaerahDadang Solihin
 
Analisis Transek
Analisis TransekAnalisis Transek
Analisis TransekSiti Sahati
 
Bahan Pegangan Kemiskinan Ekstrem.pdf
Bahan Pegangan Kemiskinan Ekstrem.pdfBahan Pegangan Kemiskinan Ekstrem.pdf
Bahan Pegangan Kemiskinan Ekstrem.pdfmuzakir tombolotutu
 
EVALUASI PERENCANAAN PEMBANGUNAN
EVALUASI PERENCANAAN PEMBANGUNANEVALUASI PERENCANAAN PEMBANGUNAN
EVALUASI PERENCANAAN PEMBANGUNANDadang Solihin
 

What's hot (20)

Tugas dan Fungsi DPRD dalam Pembangunan Daerah
Tugas dan Fungsi DPRD  dalam Pembangunan Daerah Tugas dan Fungsi DPRD  dalam Pembangunan Daerah
Tugas dan Fungsi DPRD dalam Pembangunan Daerah
 
Konsep perencanaan pembangunan desa
Konsep perencanaan pembangunan desaKonsep perencanaan pembangunan desa
Konsep perencanaan pembangunan desa
 
Perencanaan Partisipatif
Perencanaan PartisipatifPerencanaan Partisipatif
Perencanaan Partisipatif
 
Bahan Paparan Kepala BAPPEDA.ppt
Bahan Paparan Kepala BAPPEDA.pptBahan Paparan Kepala BAPPEDA.ppt
Bahan Paparan Kepala BAPPEDA.ppt
 
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN PERDESAAN 29-30 MARET 2022.pdf
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN PERDESAAN  29-30 MARET 2022.pdfPENYUSUNAN RENCANA KAWASAN PERDESAAN  29-30 MARET 2022.pdf
PENYUSUNAN RENCANA KAWASAN PERDESAAN 29-30 MARET 2022.pdf
 
Kuliah Online Eps. 36 "Smart Village Tingkatkan Produktivitas dan Ekonomi Desa"
Kuliah Online Eps. 36 "Smart Village Tingkatkan Produktivitas dan Ekonomi Desa" Kuliah Online Eps. 36 "Smart Village Tingkatkan Produktivitas dan Ekonomi Desa"
Kuliah Online Eps. 36 "Smart Village Tingkatkan Produktivitas dan Ekonomi Desa"
 
PPT RDTR_31052022.pptx
PPT RDTR_31052022.pptxPPT RDTR_31052022.pptx
PPT RDTR_31052022.pptx
 
Manajemen lahan dan pertanahan
Manajemen lahan dan pertanahanManajemen lahan dan pertanahan
Manajemen lahan dan pertanahan
 
Expose fgd klhs rdtr
Expose fgd klhs rdtrExpose fgd klhs rdtr
Expose fgd klhs rdtr
 
Mekanisme kawasan perdesaaan
Mekanisme  kawasan perdesaaanMekanisme  kawasan perdesaaan
Mekanisme kawasan perdesaaan
 
Mekanisme dan Proses Perencanaan Pembangunan Daerah berdasarkan UU 25/2004
Mekanisme dan Proses Perencanaan Pembangunan Daerah  berdasarkan UU 25/2004Mekanisme dan Proses Perencanaan Pembangunan Daerah  berdasarkan UU 25/2004
Mekanisme dan Proses Perencanaan Pembangunan Daerah berdasarkan UU 25/2004
 
Perencanaan Partisipatif
Perencanaan PartisipatifPerencanaan Partisipatif
Perencanaan Partisipatif
 
Pemetaan Batas Desa
Pemetaan Batas DesaPemetaan Batas Desa
Pemetaan Batas Desa
 
Perencanaan Pembangunan Partisipatif
Perencanaan Pembangunan PartisipatifPerencanaan Pembangunan Partisipatif
Perencanaan Pembangunan Partisipatif
 
Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Rencana Pembangunan Daerah
Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi  Rencana Pembangunan DaerahPenyusunan, Pengendalian dan Evaluasi  Rencana Pembangunan Daerah
Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Rencana Pembangunan Daerah
 
Monitoring dan Evaluasi Perencanaan Pembangunan Daerah
Monitoring dan Evaluasi Perencanaan Pembangunan DaerahMonitoring dan Evaluasi Perencanaan Pembangunan Daerah
Monitoring dan Evaluasi Perencanaan Pembangunan Daerah
 
Indis2.pdf
Indis2.pdfIndis2.pdf
Indis2.pdf
 
Analisis Transek
Analisis TransekAnalisis Transek
Analisis Transek
 
Bahan Pegangan Kemiskinan Ekstrem.pdf
Bahan Pegangan Kemiskinan Ekstrem.pdfBahan Pegangan Kemiskinan Ekstrem.pdf
Bahan Pegangan Kemiskinan Ekstrem.pdf
 
EVALUASI PERENCANAAN PEMBANGUNAN
EVALUASI PERENCANAAN PEMBANGUNANEVALUASI PERENCANAAN PEMBANGUNAN
EVALUASI PERENCANAAN PEMBANGUNAN
 

Similar to Jambi Sustainable Landscape Management Project (J-SLMP) BioCF-ISFL Provinsi Jambi

Edit-20221007-Arah-Kebijakan-Pembangunan-KLHK-PAA-2023-2.pdf
Edit-20221007-Arah-Kebijakan-Pembangunan-KLHK-PAA-2023-2.pdfEdit-20221007-Arah-Kebijakan-Pembangunan-KLHK-PAA-2023-2.pdf
Edit-20221007-Arah-Kebijakan-Pembangunan-KLHK-PAA-2023-2.pdfBKPHBRPN
 
Kebijakan Nasional Perlindungan Lingkungan Hidup dan Pemanfaatan Ruang dalam ...
Kebijakan Nasional Perlindungan Lingkungan Hidup dan Pemanfaatan Ruang dalam ...Kebijakan Nasional Perlindungan Lingkungan Hidup dan Pemanfaatan Ruang dalam ...
Kebijakan Nasional Perlindungan Lingkungan Hidup dan Pemanfaatan Ruang dalam ...imaniar nastiti
 
Presentasi Banjir Riau
Presentasi Banjir RiauPresentasi Banjir Riau
Presentasi Banjir RiauPeople Power
 
Membangun Ketahanan Ekonomi Regional dan Masyarakat Adat Melalui Hasil Hutan ...
Membangun Ketahanan Ekonomi Regional dan Masyarakat Adat Melalui Hasil Hutan ...Membangun Ketahanan Ekonomi Regional dan Masyarakat Adat Melalui Hasil Hutan ...
Membangun Ketahanan Ekonomi Regional dan Masyarakat Adat Melalui Hasil Hutan ...CIFOR-ICRAF
 
GREEN INVESTMENT MENUJU INDNESIA HIJAU DAN KUAT
GREEN INVESTMENT MENUJU INDNESIA HIJAU DAN KUATGREEN INVESTMENT MENUJU INDNESIA HIJAU DAN KUAT
GREEN INVESTMENT MENUJU INDNESIA HIJAU DAN KUATBenArief
 
kebijakan nasional mitigasi perubahan iklim
kebijakan nasional mitigasi perubahan iklimkebijakan nasional mitigasi perubahan iklim
kebijakan nasional mitigasi perubahan iklimInstansi
 
Kebijakan penguatan konservasi dan percepatan restorasi ekosistem gambut dan ...
Kebijakan penguatan konservasi dan percepatan restorasi ekosistem gambut dan ...Kebijakan penguatan konservasi dan percepatan restorasi ekosistem gambut dan ...
Kebijakan penguatan konservasi dan percepatan restorasi ekosistem gambut dan ...CIFOR-ICRAF
 
Kebijakan dan program dishut sumbar dalam sosialisasi svlk kemitraan kemenhut
Kebijakan dan program dishut sumbar dalam sosialisasi svlk kemitraan kemenhutKebijakan dan program dishut sumbar dalam sosialisasi svlk kemitraan kemenhut
Kebijakan dan program dishut sumbar dalam sosialisasi svlk kemitraan kemenhutFazrin Rahmadani
 
Walhi Riau Kondisi Dan Tingkat Kerusakan Hutan Di Riau
Walhi Riau   Kondisi Dan Tingkat Kerusakan Hutan Di RiauWalhi Riau   Kondisi Dan Tingkat Kerusakan Hutan Di Riau
Walhi Riau Kondisi Dan Tingkat Kerusakan Hutan Di RiauPeople Power
 
PERHUTANAN SOSIAL PADA HUTAN PRODUKSI
PERHUTANAN SOSIAL  PADA HUTAN PRODUKSIPERHUTANAN SOSIAL  PADA HUTAN PRODUKSI
PERHUTANAN SOSIAL PADA HUTAN PRODUKSIAdi Pujakesuma
 
Gerakan Menabung Pohon | Ganesha Sobat Bumi
Gerakan Menabung Pohon | Ganesha Sobat BumiGerakan Menabung Pohon | Ganesha Sobat Bumi
Gerakan Menabung Pohon | Ganesha Sobat Bumigsbindonesia
 
Pipib untuk-emisi-karbon
Pipib untuk-emisi-karbonPipib untuk-emisi-karbon
Pipib untuk-emisi-karbonDaud Sutrisno
 
5 pilar kelayakan green property
5 pilar kelayakan green property5 pilar kelayakan green property
5 pilar kelayakan green propertydmanaf
 
Proposal 5 pilar_kelayakan_green_property
Proposal 5 pilar_kelayakan_green_propertyProposal 5 pilar_kelayakan_green_property
Proposal 5 pilar_kelayakan_green_propertyanom monalope
 
LABA SEGAR KAYU JABON
LABA SEGAR KAYU JABONLABA SEGAR KAYU JABON
LABA SEGAR KAYU JABONI-Gist
 
El niño 2015 kebakaran hutan & lahan dan solusinya
El niño 2015 kebakaran hutan & lahan dan solusinyaEl niño 2015 kebakaran hutan & lahan dan solusinya
El niño 2015 kebakaran hutan & lahan dan solusinyaCIFOR-ICRAF
 
Data Anggaran Dinas Kehutanan Kalimantan Barat 2016 vs Makan Minumnya
Data Anggaran Dinas Kehutanan Kalimantan Barat 2016 vs Makan MinumnyaData Anggaran Dinas Kehutanan Kalimantan Barat 2016 vs Makan Minumnya
Data Anggaran Dinas Kehutanan Kalimantan Barat 2016 vs Makan MinumnyaJARI Indonesia Borneo Barat
 
Presentasi renja 2015 pada forgab skpd 5 maret2014
Presentasi renja 2015 pada forgab skpd   5 maret2014Presentasi renja 2015 pada forgab skpd   5 maret2014
Presentasi renja 2015 pada forgab skpd 5 maret2014Ariston Pamungkas
 
Sains Bicara Indonesia Masa Depan dan Tatakelolanya: Pengantar Dialog
Sains Bicara Indonesia Masa Depan dan Tatakelolanya: Pengantar DialogSains Bicara Indonesia Masa Depan dan Tatakelolanya: Pengantar Dialog
Sains Bicara Indonesia Masa Depan dan Tatakelolanya: Pengantar DialogIndonesia Climate Change Center
 

Similar to Jambi Sustainable Landscape Management Project (J-SLMP) BioCF-ISFL Provinsi Jambi (20)

Edit-20221007-Arah-Kebijakan-Pembangunan-KLHK-PAA-2023-2.pdf
Edit-20221007-Arah-Kebijakan-Pembangunan-KLHK-PAA-2023-2.pdfEdit-20221007-Arah-Kebijakan-Pembangunan-KLHK-PAA-2023-2.pdf
Edit-20221007-Arah-Kebijakan-Pembangunan-KLHK-PAA-2023-2.pdf
 
Kebijakan Nasional Perlindungan Lingkungan Hidup dan Pemanfaatan Ruang dalam ...
Kebijakan Nasional Perlindungan Lingkungan Hidup dan Pemanfaatan Ruang dalam ...Kebijakan Nasional Perlindungan Lingkungan Hidup dan Pemanfaatan Ruang dalam ...
Kebijakan Nasional Perlindungan Lingkungan Hidup dan Pemanfaatan Ruang dalam ...
 
Presentasi Banjir Riau
Presentasi Banjir RiauPresentasi Banjir Riau
Presentasi Banjir Riau
 
Membangun Ketahanan Ekonomi Regional dan Masyarakat Adat Melalui Hasil Hutan ...
Membangun Ketahanan Ekonomi Regional dan Masyarakat Adat Melalui Hasil Hutan ...Membangun Ketahanan Ekonomi Regional dan Masyarakat Adat Melalui Hasil Hutan ...
Membangun Ketahanan Ekonomi Regional dan Masyarakat Adat Melalui Hasil Hutan ...
 
GREEN INVESTMENT MENUJU INDNESIA HIJAU DAN KUAT
GREEN INVESTMENT MENUJU INDNESIA HIJAU DAN KUATGREEN INVESTMENT MENUJU INDNESIA HIJAU DAN KUAT
GREEN INVESTMENT MENUJU INDNESIA HIJAU DAN KUAT
 
kebijakan nasional mitigasi perubahan iklim
kebijakan nasional mitigasi perubahan iklimkebijakan nasional mitigasi perubahan iklim
kebijakan nasional mitigasi perubahan iklim
 
Kebijakan penguatan konservasi dan percepatan restorasi ekosistem gambut dan ...
Kebijakan penguatan konservasi dan percepatan restorasi ekosistem gambut dan ...Kebijakan penguatan konservasi dan percepatan restorasi ekosistem gambut dan ...
Kebijakan penguatan konservasi dan percepatan restorasi ekosistem gambut dan ...
 
Kebijakan dan program dishut sumbar dalam sosialisasi svlk kemitraan kemenhut
Kebijakan dan program dishut sumbar dalam sosialisasi svlk kemitraan kemenhutKebijakan dan program dishut sumbar dalam sosialisasi svlk kemitraan kemenhut
Kebijakan dan program dishut sumbar dalam sosialisasi svlk kemitraan kemenhut
 
Walhi Riau Kondisi Dan Tingkat Kerusakan Hutan Di Riau
Walhi Riau   Kondisi Dan Tingkat Kerusakan Hutan Di RiauWalhi Riau   Kondisi Dan Tingkat Kerusakan Hutan Di Riau
Walhi Riau Kondisi Dan Tingkat Kerusakan Hutan Di Riau
 
PERHUTANAN SOSIAL PADA HUTAN PRODUKSI
PERHUTANAN SOSIAL  PADA HUTAN PRODUKSIPERHUTANAN SOSIAL  PADA HUTAN PRODUKSI
PERHUTANAN SOSIAL PADA HUTAN PRODUKSI
 
Gerakan Menabung Pohon | Ganesha Sobat Bumi
Gerakan Menabung Pohon | Ganesha Sobat BumiGerakan Menabung Pohon | Ganesha Sobat Bumi
Gerakan Menabung Pohon | Ganesha Sobat Bumi
 
Pipib untuk-emisi-karbon
Pipib untuk-emisi-karbonPipib untuk-emisi-karbon
Pipib untuk-emisi-karbon
 
5 pilar kelayakan green property
5 pilar kelayakan green property5 pilar kelayakan green property
5 pilar kelayakan green property
 
Proposal 5 pilar_kelayakan_green_property
Proposal 5 pilar_kelayakan_green_propertyProposal 5 pilar_kelayakan_green_property
Proposal 5 pilar_kelayakan_green_property
 
LABA SEGAR KAYU JABON
LABA SEGAR KAYU JABONLABA SEGAR KAYU JABON
LABA SEGAR KAYU JABON
 
El niño 2015 kebakaran hutan & lahan dan solusinya
El niño 2015 kebakaran hutan & lahan dan solusinyaEl niño 2015 kebakaran hutan & lahan dan solusinya
El niño 2015 kebakaran hutan & lahan dan solusinya
 
Data Anggaran Dinas Kehutanan Kalimantan Barat 2016 vs Makan Minumnya
Data Anggaran Dinas Kehutanan Kalimantan Barat 2016 vs Makan MinumnyaData Anggaran Dinas Kehutanan Kalimantan Barat 2016 vs Makan Minumnya
Data Anggaran Dinas Kehutanan Kalimantan Barat 2016 vs Makan Minumnya
 
Presentasi renja 2015 pada forgab skpd 5 maret2014
Presentasi renja 2015 pada forgab skpd   5 maret2014Presentasi renja 2015 pada forgab skpd   5 maret2014
Presentasi renja 2015 pada forgab skpd 5 maret2014
 
PERKEBUNAN COKELAT INDONESIA.pdf
PERKEBUNAN COKELAT INDONESIA.pdfPERKEBUNAN COKELAT INDONESIA.pdf
PERKEBUNAN COKELAT INDONESIA.pdf
 
Sains Bicara Indonesia Masa Depan dan Tatakelolanya: Pengantar Dialog
Sains Bicara Indonesia Masa Depan dan Tatakelolanya: Pengantar DialogSains Bicara Indonesia Masa Depan dan Tatakelolanya: Pengantar Dialog
Sains Bicara Indonesia Masa Depan dan Tatakelolanya: Pengantar Dialog
 

More from CIFOR-ICRAF

Delivering nature-based solution outcomes by addressing policy, institutiona...
Delivering nature-based solution outcomes by addressing  policy, institutiona...Delivering nature-based solution outcomes by addressing  policy, institutiona...
Delivering nature-based solution outcomes by addressing policy, institutiona...CIFOR-ICRAF
 
Policy Dialogue Three Key Priorities
Policy Dialogue Three Key PrioritiesPolicy Dialogue Three Key Priorities
Policy Dialogue Three Key PrioritiesCIFOR-ICRAF
 
The Second Roadmap on ASEAN Cooperation towards Transboundary Haze Pollution ...
The Second Roadmap on ASEAN Cooperation towards Transboundary Haze Pollution ...The Second Roadmap on ASEAN Cooperation towards Transboundary Haze Pollution ...
The Second Roadmap on ASEAN Cooperation towards Transboundary Haze Pollution ...CIFOR-ICRAF
 
The role of forest in climate change mitigation: Introduction to REDD+ initia...
The role of forest in climate change mitigation: Introduction to REDD+ initia...The role of forest in climate change mitigation: Introduction to REDD+ initia...
The role of forest in climate change mitigation: Introduction to REDD+ initia...CIFOR-ICRAF
 
REDD+ et marche du carbone. Instrument de developpement ou marche de dupes de...
REDD+ et marche du carbone. Instrument de developpement ou marche de dupes de...REDD+ et marche du carbone. Instrument de developpement ou marche de dupes de...
REDD+ et marche du carbone. Instrument de developpement ou marche de dupes de...CIFOR-ICRAF
 
La RDC dans le paysage des projets et des programmes juridictionnels REDD+
La RDC dans le paysage des projets et des programmes juridictionnels REDD+La RDC dans le paysage des projets et des programmes juridictionnels REDD+
La RDC dans le paysage des projets et des programmes juridictionnels REDD+CIFOR-ICRAF
 
Cadre légal et réglementaire du marché carbone en RDC
Cadre légal et réglementaire du marché carbone en RDCCadre légal et réglementaire du marché carbone en RDC
Cadre légal et réglementaire du marché carbone en RDCCIFOR-ICRAF
 
Exploitation minière artisanale, moyens de subsistance et déforestation dans ...
Exploitation minière artisanale, moyens de subsistance et déforestation dans ...Exploitation minière artisanale, moyens de subsistance et déforestation dans ...
Exploitation minière artisanale, moyens de subsistance et déforestation dans ...CIFOR-ICRAF
 
Qu'est-ce qui influence l'efficacité des interventions de conservation des fo...
Qu'est-ce qui influence l'efficacité des interventions de conservation des fo...Qu'est-ce qui influence l'efficacité des interventions de conservation des fo...
Qu'est-ce qui influence l'efficacité des interventions de conservation des fo...CIFOR-ICRAF
 
Industries miniéres et justice climatique en Afrique centrale : étude de droi...
Industries miniéres et justice climatique en Afrique centrale : étude de droi...Industries miniéres et justice climatique en Afrique centrale : étude de droi...
Industries miniéres et justice climatique en Afrique centrale : étude de droi...CIFOR-ICRAF
 
Enjeux de la future politique forestière de la République Démocratique du Congo
Enjeux de la future politique forestière de la République Démocratique du CongoEnjeux de la future politique forestière de la République Démocratique du Congo
Enjeux de la future politique forestière de la République Démocratique du CongoCIFOR-ICRAF
 
Incentive Scheme for Smallholders
Incentive Scheme for Smallholders Incentive Scheme for Smallholders
Incentive Scheme for Smallholders CIFOR-ICRAF
 
Capacity Building in oil palm trade and sustainability
Capacity Building in oil palm trade and sustainabilityCapacity Building in oil palm trade and sustainability
Capacity Building in oil palm trade and sustainabilityCIFOR-ICRAF
 
Monitoring songbirds' online market
Monitoring songbirds' online market Monitoring songbirds' online market
Monitoring songbirds' online market CIFOR-ICRAF
 
Supporting Farmer Transition to Produce Deforestation-Free Coffee
Supporting Farmer Transition to Produce Deforestation-Free CoffeeSupporting Farmer Transition to Produce Deforestation-Free Coffee
Supporting Farmer Transition to Produce Deforestation-Free CoffeeCIFOR-ICRAF
 
Pathways to sustainable trade and system dynamic simulation
Pathways to sustainable trade and system dynamic simulationPathways to sustainable trade and system dynamic simulation
Pathways to sustainable trade and system dynamic simulationCIFOR-ICRAF
 
Cenários de desmatamento para o Brasil Plataforma REDD BRASIL
Cenários de desmatamento para o Brasil Plataforma REDD BRASILCenários de desmatamento para o Brasil Plataforma REDD BRASIL
Cenários de desmatamento para o Brasil Plataforma REDD BRASILCIFOR-ICRAF
 
A Plataforma REDD+ Brasil: contexto
A Plataforma REDD+ Brasil: contexto   A Plataforma REDD+ Brasil: contexto
A Plataforma REDD+ Brasil: contexto CIFOR-ICRAF
 
Research priorities in seagrass ecosystems to enhance blue carbon as Natural...
Research priorities in seagrass ecosystems to enhance blue carbon  as Natural...Research priorities in seagrass ecosystems to enhance blue carbon  as Natural...
Research priorities in seagrass ecosystems to enhance blue carbon as Natural...CIFOR-ICRAF
 
The role of mangrove blue carbon research to support national climate mitigat...
The role of mangrove blue carbon research to support national climate mitigat...The role of mangrove blue carbon research to support national climate mitigat...
The role of mangrove blue carbon research to support national climate mitigat...CIFOR-ICRAF
 

More from CIFOR-ICRAF (20)

Delivering nature-based solution outcomes by addressing policy, institutiona...
Delivering nature-based solution outcomes by addressing  policy, institutiona...Delivering nature-based solution outcomes by addressing  policy, institutiona...
Delivering nature-based solution outcomes by addressing policy, institutiona...
 
Policy Dialogue Three Key Priorities
Policy Dialogue Three Key PrioritiesPolicy Dialogue Three Key Priorities
Policy Dialogue Three Key Priorities
 
The Second Roadmap on ASEAN Cooperation towards Transboundary Haze Pollution ...
The Second Roadmap on ASEAN Cooperation towards Transboundary Haze Pollution ...The Second Roadmap on ASEAN Cooperation towards Transboundary Haze Pollution ...
The Second Roadmap on ASEAN Cooperation towards Transboundary Haze Pollution ...
 
The role of forest in climate change mitigation: Introduction to REDD+ initia...
The role of forest in climate change mitigation: Introduction to REDD+ initia...The role of forest in climate change mitigation: Introduction to REDD+ initia...
The role of forest in climate change mitigation: Introduction to REDD+ initia...
 
REDD+ et marche du carbone. Instrument de developpement ou marche de dupes de...
REDD+ et marche du carbone. Instrument de developpement ou marche de dupes de...REDD+ et marche du carbone. Instrument de developpement ou marche de dupes de...
REDD+ et marche du carbone. Instrument de developpement ou marche de dupes de...
 
La RDC dans le paysage des projets et des programmes juridictionnels REDD+
La RDC dans le paysage des projets et des programmes juridictionnels REDD+La RDC dans le paysage des projets et des programmes juridictionnels REDD+
La RDC dans le paysage des projets et des programmes juridictionnels REDD+
 
Cadre légal et réglementaire du marché carbone en RDC
Cadre légal et réglementaire du marché carbone en RDCCadre légal et réglementaire du marché carbone en RDC
Cadre légal et réglementaire du marché carbone en RDC
 
Exploitation minière artisanale, moyens de subsistance et déforestation dans ...
Exploitation minière artisanale, moyens de subsistance et déforestation dans ...Exploitation minière artisanale, moyens de subsistance et déforestation dans ...
Exploitation minière artisanale, moyens de subsistance et déforestation dans ...
 
Qu'est-ce qui influence l'efficacité des interventions de conservation des fo...
Qu'est-ce qui influence l'efficacité des interventions de conservation des fo...Qu'est-ce qui influence l'efficacité des interventions de conservation des fo...
Qu'est-ce qui influence l'efficacité des interventions de conservation des fo...
 
Industries miniéres et justice climatique en Afrique centrale : étude de droi...
Industries miniéres et justice climatique en Afrique centrale : étude de droi...Industries miniéres et justice climatique en Afrique centrale : étude de droi...
Industries miniéres et justice climatique en Afrique centrale : étude de droi...
 
Enjeux de la future politique forestière de la République Démocratique du Congo
Enjeux de la future politique forestière de la République Démocratique du CongoEnjeux de la future politique forestière de la République Démocratique du Congo
Enjeux de la future politique forestière de la République Démocratique du Congo
 
Incentive Scheme for Smallholders
Incentive Scheme for Smallholders Incentive Scheme for Smallholders
Incentive Scheme for Smallholders
 
Capacity Building in oil palm trade and sustainability
Capacity Building in oil palm trade and sustainabilityCapacity Building in oil palm trade and sustainability
Capacity Building in oil palm trade and sustainability
 
Monitoring songbirds' online market
Monitoring songbirds' online market Monitoring songbirds' online market
Monitoring songbirds' online market
 
Supporting Farmer Transition to Produce Deforestation-Free Coffee
Supporting Farmer Transition to Produce Deforestation-Free CoffeeSupporting Farmer Transition to Produce Deforestation-Free Coffee
Supporting Farmer Transition to Produce Deforestation-Free Coffee
 
Pathways to sustainable trade and system dynamic simulation
Pathways to sustainable trade and system dynamic simulationPathways to sustainable trade and system dynamic simulation
Pathways to sustainable trade and system dynamic simulation
 
Cenários de desmatamento para o Brasil Plataforma REDD BRASIL
Cenários de desmatamento para o Brasil Plataforma REDD BRASILCenários de desmatamento para o Brasil Plataforma REDD BRASIL
Cenários de desmatamento para o Brasil Plataforma REDD BRASIL
 
A Plataforma REDD+ Brasil: contexto
A Plataforma REDD+ Brasil: contexto   A Plataforma REDD+ Brasil: contexto
A Plataforma REDD+ Brasil: contexto
 
Research priorities in seagrass ecosystems to enhance blue carbon as Natural...
Research priorities in seagrass ecosystems to enhance blue carbon  as Natural...Research priorities in seagrass ecosystems to enhance blue carbon  as Natural...
Research priorities in seagrass ecosystems to enhance blue carbon as Natural...
 
The role of mangrove blue carbon research to support national climate mitigat...
The role of mangrove blue carbon research to support national climate mitigat...The role of mangrove blue carbon research to support national climate mitigat...
The role of mangrove blue carbon research to support national climate mitigat...
 

Jambi Sustainable Landscape Management Project (J-SLMP) BioCF-ISFL Provinsi Jambi

  • 1. Science and Policy Dialogue Part III 4 Agustus 2022 JAMBI SUSTAINABLE LANDSCAPE MANAGEMENT PROJECT (J-SLMP) BioCF-ISFL PROVINSI JAMBI Oleh: Ir. H. SEPDINAL, ME KETUA SN-PMU
  • 2. Penyebab Deforestasi • Kontribusi perkebunan, pertanian dan HTI terhadap deforestasi hutan di Jambi relative sama besarnya. • Konversi menjadi HTI Sebagian besar terjadi di hutan produksi, sedangkan perkebunan sebagian besar di APL, walau ada yang di Kawasan hutan • Pertanian justru banyak terjadi di kawasan hutan • Sebagian besar hutan yang deforestasi pada periode 2006-2018, menjadi lahan produktif termasuk pertanian, perkebunan dan hutan tanaman • Namun hutan terdeforestasi yang lahan tidak produktif juga sangat banyak • Yang terjadi bukan karena konversi untuk kegiatan ekonomi berbasis lahan, melainkan untuk pengambilan kayunya, dan tidak dikelola secara berkelanjutan • Pembukaan hutan untuk pertambangan dan pemukiman relative kecil Cagar Alam TN Tahura HP HPT HPK HL Lahan tidak produktif 86,516 520 21,249 16,329 175,725 45,365 357 19,659 365,721 43.12 Pertanian 36,797 263 8,735 10,370 66,868 24,037 43 8,539 155,653 18.35 Perkebunan 110,919 16 888 126 24,485 16,282 2,168 7,503 162,386 19.15 Hutan tanaman 5,990 0 0 0 152,875 3,844 8 26 162,744 19.19 Pertambangan 147 0 39 0 1,138 0 0 1 1,324 0.16 Pemukiman 172 1 0 0 97 8 0 0 278 0.03 Total 240,542 801 30,911 26,825 421,187 89,536 2,576 35,728 848,107 100 % Penyebab Deforestasi APL Kawasan Konservasi KPH Total Tutupan Hutan 2006 Tutupan Hutan dan Lahan 2018
  • 3. Sumber Emisi Provinsi Jambi • Sumber emisi terbesar berasal dari kehilangan tutupan lahan (FOLU), yaitu sebesar 14.321.376 atau 71,8 %. • Emisi dari lahan gambut terbesar kedua (25,7 %) setelah perubahan tutupan lahan, dimana dekomposisi gambut dan kebakaran gambut mengeluarkan emisi yang cukup besar. Kategori Sub Kategori Emisi/Serapan 2006- 2018 Emisi/Serapan Tahunan Kontribusi Absolut Total FOLU 171,856,510 14,321,376 71.8% Deforestasi 213,935,822 17,827,985 28.7% Degradasi Hutan 11,259,626 938,302 1.5% Peningkatan Cadangan Karbon Hutan (69,416,495) (5,784,708) 9.3% Degradasi Karbon Non Hutan 128,469,862 10,705,822 17.2% Peningkatan Karbon Non Hutan (112,392,305) (9,366,025) 15.1% Total Gambut 191,584,777 15,965,398 25.7% Dekomposisi gambut 108,712,894 9,059,408 14.6% Kebakaran gambut 82,871,883 6,905,990 11.1% Total Pertanian 18,675,050 1,556,254 2.5% Pembakaran biomassa 887,740 73,978 0.1% Ternak 4,117,470 343,123 0.6% Lahan pertanian 13,669,840 1,139,153 1.8% FOLU Gambut Pertanian Sektor Kehutanan Sektor Pertanian Lahan Gambut • Emisi dari sektor pertanian hanya sebesar 2,5% dari total emisi keseluruhan Jambi. • Sebagian besar emisi pertanian berasal dari pemupukan
  • 4. Project Milestone JSLMP BioCF-ISFL 2019 Preparation Phase Start 2021 Pre Investment Phase Start 2022 On Granting Start Letter of Intent signed 2025 Grant Agreement Preparation Preparation Extension 2020 Grant Agreement Pre- Investment signed on 27 December 2020 2018 Emssion Reduction Payment Agreement (ERPA) USD 1,5m USD 13,5m Pre Investment Phase & On Granting Ended 2023 2026 KINERJA/RBP $ 70 Juta
  • 6. Wilayah Intervensi Pre-Investment BioCF-ISFL di KPH No Name ofFMU A SelectedArea Agricultural land Degradedland Forestedarea Total 1 KPHPBungoUnitIIdanIII 4,660 31,751 63,146 99,557 2 KPHPLimauUnitVIISorolangun(FP2Area) 7,895 5,885 91,963 105,742 3 KPHPMeranginUnitIV,V,VI 18,509 40,569 99,429 158,507 4 KPHPTanjungJabungbaratUnitXV,XVIdanKP 20,609 50,361 41,861 112,830 5 KPHPUnitVIIIHilirSorolangun 24,323 31,215 14,385 69,922 Total 75,995 159,781 310,783 546,558 B NonSelectedArea 6 KPHPBatangHari UnitXIdanXII 28,643 24,557 24,594 77,794 7 KPHPKerinci UnitI 5,133 2,934 7,254 15,321 8 KPHPMuaraJambi UnitXIII 402 40,740 30,205 71,347 9 KPHPTanjungJabungTimurUnitXIV 4,451 24,701 12,325 41,477 10 KPHPTeboBaratUnitIX 44,476 69,396 11,687 125,559 11 KPHPTeboTimurUnitX 30,522 39,449 22,669 92,640 Total 113,627 201,776 108,734 424,137 GrandTotal 189,622 361,557 419,517 970,695 Areas Performance Areal KPH Intervensi untuk Pre-Investment yang dipilih adalah; (1) Bungo Unit II and unit III; (2) KPHP Merangin unit IV, Unit V and unit VI; (3) KPHP Tanjung Jabung Barat unit XV, unit XVI and KPHL (Protected FMU) unit XVII; (4) KPHP Hilir Sarolangun unit VIII. Total tutapan hutan alam setara dengan 52.16 % dari total tutupan hutan alam dibawah KPH atau setara dengan 21.06 % dari total tutupan hutan alam Provinsi Jambi. KPHP Limau unit VII Sarolangun tidak dijadikan wilayah intervensi karena sudah didukung oleh Forest Investment Program II (FIP II) yang dibiyai oleh World Bank. Dengan demikian total areal yang diitervensi untuk penuruan emisi di wilayah KPH adalah seluas 310,786 atau setara dengan 74.08 % dari total hutan alam di seluruh wilayah KPH atau setara dengan 29,91 % dari total tutupan hutan alam di Jambi Province
  • 7. No NameofConcervationArea A SelectedArea Agriculturalland Degradedland Forestedarea Total 1 CAHutanBakauPantaiTimur 242 38 2,034 2,314 2 TNBerbak 42 39,975 97,059 137,076 3 TNBukitDuaBelas 1,019 3,455 48,110 52,584 4 TNBukitTigaPuluh 629 545 34,568 35,742 5 TNKerinciSeblat 12,799 21,072 376,680 410,551 Total 14,730 65,092 558,452 638,620 B NonSelectedArea 6 KSA/KPABuluhHitam/PasirMayangDanauBangko 457 457 7 KSA/KPATabirKejasung/SungaiBengkal 323 395 718 8 TahuraBukitSari 266 266 9 TahuraSekitarTanjung(OrangKayoHitam) 15 16,225 2,011 18,251 10 TahuraSultanThahaSyaifuddin 11,744 1,976 13,720 Total 12,082 19,053 2,277 33,411 GrandTotal 26,812 84,145 560,729 672,031 AreasPerformance Wilayah Intervensi Pre-Investment BioCF-ISFL di Kawasan Konservasi Wilayah intervensi di Kawasan Konservasi adalah (1) TN Berbak; (2) TN Bukit Dua Belas; (3) TN Bukit Tiga Puluh; (4) TN Kerinci Seblat dan (5) CA Hutan Bakau Pantai Timur Nature Reserve. Tutupan hutan alamdi 5 Kawasan tersebut setara dengan 53.75 % dari total areal berhutan di Provinsi Jambi. Wilayah Intervensi KPH + Wilayah Intervensi Konservasi setara dengan 74,81% dari total areal hutan alam di Provinsi Jambi
  • 8. • Penetapan Lokasi Prioritas :  KPHP Merangin  KPHP Bungo  KPHP Sarolangun Hilir  KPHPTanjung Jabung Barat  TNKS  TNBT  TNBD  TNB  BKSDA • Penetapan Perangkat Daerah :  Bappeda  Dinas Lingkungan Hidup  Dinas Kehutanan  Dinas Perkebunan  DinasTPHP
  • 9. Alokasi Anggaran Tahap Pra Investasi melalui Penerusan Hibah
  • 10. Monitoring, Analysis and Reporting System (MAR) BioCF ISFL Sistem Pemantauan, Analisis dan Pelaporan pada Program BioCF-ISFL BioCarbon Fund Initiative for Sustainable Forest Landscape Jambi Sustainable Landscape Management Project
  • 11. Penghitungan baseline provinsi dan tapak Sistem MAR BioCF Jambi Penghitungan capaian penurunan emisi Pelaporan penurunan emisi dan pencatatan ke SRN Penghitungan emisi dan serapan gas rumah kaca Monitoring perubahan tutupan hutan dan lahan Monitoring Analysis Reporting • MAR BioCF di Jambi dikembangkan untuk mengukur, memantau, melaporkan serta memverifikasi upaya mitigasi penurunan emisi • Mengikuti kebutuhan dan panduan BioCF dan juga REDD+ nasional • Mencakup pemantauan emisi dan serapan, pelaporan serta pendistribusian manfaat • Disebut dengan MAR karena juga mencakup analisa data
  • 12. Benefit Sharing Mechanism (BSM) BioCF ISFL Mekanisme Pembagian Manfaat pada Program BioCF-ISFL BioCarbon Fund Initiative for Sustainable Forest Landscape Jambi Sustainable Landscape Management Project
  • 13. PEMBAYARAN PENURUNAN EMISI 25/26 Program Penurunan Emisi Didiskusikan dalam Emission Reductions Payment Agreement (ERPA) 22/23 23/24 24/25 20/21 21/22 Pengajuan Pembayaran Penurunan Emisi • Program BioCF ini menargetkan penurunan emisi sebesar 14 juta ton CO2 dari 2020/2021 s.d 2024/2025 • Pembayaran penurunan emisi dilakukan dua kali, yaitu di 2023 dan 2026 • Bila penurunan emisi 14 juta tercapai pada 2023, maka pembayaran penuh akan dilakukan. • Hasil pembayaran ini yang akan dibagi-bagi ke penerima manfaat dalam yurisdiksi Jambi dengan berbagai kriteria.
  • 14. KRITERIA dalam mengembangkan BSM Kriteria Indikator Efektivitas (Effectiveness) Indikator emisi (emission reduction) Efisiensi (Efficiency) Biaya Kebijakan dan Pengelolaan: - Biaya transaksi (transaction costs) - Biaya administrasi dan kegiatan (Administrative and implementation costs) - Biaya peluang (Opportunity cost) Keadlian (Equity) - Alokasi dana (Allocation of fund) - Partisipasi (Participation) - Akses (Access) - Kontribusi (contribution) (Developed from Loft, 2016)
  • 15. PROSES MEKANISME PEMBAGIAN MANFAAT Identifikasi manfaat Program Penurunan Emisi: Karbon dan non- Karbon. Manfaat Karbon dalam bentuk Uang dari penurunan emisi (karbon: CO2) yang akan dibagi ke penerima manfaat di yurisdiksi Jambi. Identifikasi penerima manfaat Semua yang berada dalam yurisdiksi Jambi adalah penerima manfaat potensial. Namun yang layak menerima manfaat adalah yang berkontribusi bagi penurunan emisi Penentuan alokasi manfaat dan proporsinya Manfaat dalam bentuk uang akan dialokasi untuk berbagai alokasi: biaya operasional proyek (12%), berdasarkan kinerja dalam menurunkan emisi dan menjaga hutan (70%) dan kompensasi sosial-ekonomi dan Kegiatan Pendukung (18%) Penentuan mekanisme penyaluran manfaat Manfaat dalam bentuk uang akan ditransfer dari BPDLH di tingkat pusat ke penerima manfaat di yurisdiksi Jambi melalui Lembaga Perantara, sebuah lembaga yang ditunjuk untuk menyalurkan dana Penentuan penggunaan manfaat Dana digunakan untuk program dan kegiatan yang terkait dengan: a) peningkatan sosial-ekonomi masyarakat; b) penurunan emisi. Sepanjang program dan kegiatan tidak menimbulkan emisi atau deforestasi dan degradasi hutan dan lahan di masa mendatang. Kerangka pengaman sosial dan lingkungan akan dikembangkan untuk menyaring program dan kegiatan yang diusulkan.
  • 16. Penerima manfaat: Illustrasi National park/ conservation units Protected forests (KPHL) IUPPHK APL Production Forests (KPHP) Perhutan Sosial Kecamatan Desa Kontribusi penerima manfaat dalam WPK dapat diukur karena: • Batas yang jelas • Memiliki kewenangan (TN, KPH) atau • having status legal (IUPHHK, Perhutanan Sosial, APL) Penerima manfaat di luar wilayah perhitungan karbon dapat diakui melalui: - Memiliki koneksi legal (diakui oleh pengelola WPK (KPH, TN etc.) terkait penerima manfaat potensial - Pengukuran berbasis batas kecamatan untuk menyalurkan manfaat ke desa-desa dan diteruskan ke komunitas dalam desa - Pendekatan berbasis Kawasan - Pendekatan berbasisnon- Kawasan Kriteria: - Historis emisi - Tutupan hutan - Resiko deforestasi
  • 18. Persyaratan khusus untuk penerima manfaat dari sektor swasta Prasyarat yang diusulkan untuk sektor swasta, khususnya usaha di bidang kehutanan dan perkebunan adalah sebagai berikut: • Memiliki sertifikat Pengelolaan Hutan Produksi Lestari (PHPL) selama lima tahun berturut-turut (untuk unit usaha di hutan produksi). • Memiliki sertifikat Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO) atau Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) untuk perusahaan-perusahaan di sektor perkebunan. • Memiliki evaluasi yang baik (poin A) selama lima tahun terakhir. • Dihubungkan dengan Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup (PROPER). • Jika merujuk ke status PROPER yang dikembangkan KLHK, sebuah perusahaan seharusnya mencapai kriteria hijau atau emas yang dapat mengambil bagian sebagai salah satu penerima manfaat yang memenuhi syarat untuk menerima manfaat.
  • 19. Mekanisme identifikasi manfaat untuk desa atau komunitas Potensial desa atau komunitas yang diidentifikasi Ingin dilibat dalam program secara sukarela Yes No Bukan Penerima Manfaat Divalidasi oleh SPMU No Yes Penerima Manfaat Yang memenuhi syarat Potensial desa atau komunitas yang diidentifikasi Tidak memiliki hak legal terhadap WPK, tetapi berkontribusi bagi penurunan emisi No Bukan Penerima Manfaat Memiliki hak legal terhadap WPK, tetapi berkontribusi bagi penurunan emisi Yes Divalidasi oleh SPMU No Yes Penerima Manfaat Yang memenuhi syarat Proses PADIATAPA Menggunakan Unit Manajemen (KPH dan Unit Taman Nasional
  • 20. Alokasi Manfaat PenurunanEmisi Kinerja = 7 0 % Kompensasi sosial-Ekonomi & Kegiatan Pendukung = 18 % - Kompensasi Sosial-Ekonomi: 1 5 % - Kegiatan Pendukung: 3 % Biaya Operasional: 1 2 % • Biaya operasional (12%) akan dialokasikan ke pemerintah pusat dan daerah serta BPDLH • Kinerja 70 % diperuntukan 40 % untuk program emisi dan 60 % untuk sosial ekonomi masyarakat. • Sasaranya adalah Kelompok Masyarakat, Kelompok PS, Desa, KPH, Kawasan Konservasi dan sektor swasta akan mendapat manfaat dari alokasi untuk Kinerja (70%) dan juga disiapkan Buffer bagi yang tidak bekinerja berupa programdan kegiatan • Kompensasi Sosial-Ekonomi (15%) akan dialokasikan ke desa/masyarakat. • LSM dan Universitas akan dapat mengakses dana penurunan emisi dari Kegiatan Pendukung (3%)
  • 21. Biaya Operasional Program BioCF Pelaksana Biaya Operasional TOTAL Pemerintah Pusat 2% 2% Pemerintah Daerah 5% 5% BPDLH 5% 5% TOTAL 12% 12% Fee BPDLH
  • 22. Penerima manfaat per alokasi Alokasi Penerima manfaat Biaya Operasional (12%) Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah dan BPDLH Kinerja (70%) Masyarakat/desa, termasuk kelompok PS, KPH, kawasan konservasi, dan sektor swasta Kompensasi Sosial- Ekonomi (15%) Desa-desa yang telah berkontribusi dalam pencegahan deforestasi dan degradasi hutan melalui upaya-upaya di aspek sosial-ekonomi (melalui proses FPIC) Kegiatan Pendukung (3%) LSM dan Universitas Catatan: • Dalam deliberasi dengan para pihak, Sektor Swasta tidak akan menerima manfaat dalam bentuk moneter, tetapi dalam bentuk iklim bisnis yang kondusif dari program and kegiatan yang dilakukan oleh dinas yang mensupervisi berdasarkan alokasi manfaat yang diterima unit isnis. • Sementara kemudahan akses, perizinan dan sertifikasi adalah manfaat tambahan dari perbaikan tata kelola sektor hutan dan lahan yang bukan merupakan manfaat dari 70 juta USD
  • 23. Program dan kegiatan untukpenurunan emisi GHG, dalam hal ini CO2e, adalah terkait: - Penurunan emisi dari deforestasi dan degradasi hutan - Meningkatkan konservasi stok karbon hutan - Pengelolaan hutan lestari - Peningkatan stok karbonhutan Manfaat bukan karbon mencakup: - Perlindungan fungsi ekologis - Perlindungan keanekaragaman hayati - Memperkuat mata pencaharian - Meningkatkan tata kelola hutandan lahan - Perlindungan ekosistem esensial Pra-kondisi mencakup: - Meningkatkan kapasitas institusi dan sumberdaya manusia - Memperkuat instrumen kebijakan dan program penurunan emisi - Riset dan pengembangan;dan - Pra kondisi lainnya Dalam Permen LHK P.70/2017 tentang REDD+ sudah mengatur penggunaan dana REDD+ untuk 3 komponen: penurunan emisi, manfaat bukan karbon,pra kondisi Penggunaan Manfaat Manfaat yang diusulkan: 1. Penurunan emisi (40%) 2. Pengembangan sosial-ekonomi masyarakat (60%)
  • 24. Skema Penyaluran: Menggunakan Lembaga Perantara BPDLH Lembaga Perantara E1 E1 E1 E1 Mewakili penerima manfaat dari luar pemerintah Catatan: Biru: Institusi/Badan dalam Pemerintah Berwarna: Entitas-entitas di luar pemerintah
  • 25. Integrasi BSM dengan Sistem MAR dan Kerangka Pengaman Bank Dunia Pemerintah Indonesia BPDLH Pembayaran Penurunan Emisi (up to 70 US$) Pembayaran akan diterima oleh BPDLH di tingkat nasional (mengacu ke PP 23/2005) Pembayaran akandicatat di APBN sebagai Penerimaan BLU (mengacu ke UU 17/2003 dan UU 09/2018 BPDLH dibangun berdasarkan PP 46/2017 dan PeraturanPresiden (Perpres) 77/2018 Pemerintah Provinsi Masyarakat Swasta Kelompok penerima manfaat mengacuke Permen LHK P.70/2017 Lembaga Perantara Village Government manfaat tingkat tapak Pemerintah Nasional Pembayaran penurunan emisi akan ditransfer ke pemerintah nasional melalui LembagaPerantara Penerusan dana Penerimaan BLU ke penerima manfaat di tingkat tapak untuk penurunan emisi LSM, lembaga riset dll MAR I: Pencairan Dana Penurunan Emisi (tCO2e) a)Deforestation b)Degradation hutan MAR II: Penyaluran Dana Performance (70%): a) Historical Emissions (CO2); b) Tutupan hutan (Ha); c) resiko deforestasi E&S Safeguards Safeguard untuk penggunaan dana Safeguard untukmenerima manfaat: Tidak berkinerja karena hambatan- hambatan dari luar seperti illegal logging, kebakaran, dll. Safeguard untukkegiatan- kegiatan penurunan emisi MAR III: Penyaluran dana ke desa dan komunitas: Multi-Criteria: a) Perencanaan Program (40%) b) Perencanaan keuangan (30%) c) Institusi pengelola sumber daya alam dan lingkungan (30%) Penerima