BERKELAS!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Jual Pintu Aluminium Modern Warna Pu...
Jadwal imunisasi skdnmkqldmkdmlkqmdl;qmd;lq,d
1. Prof. Cissy B Kartasasmita, dr, MSc, PhD, SpA(K)
• Guru Besar Departemen Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran,
Universitas Padjadjaran/RS Hasan Sadikin
• Dokter FK Unpad, 1973
• SpA FK Unpad, 1983
• SpA(K) Kologium Anak IDAI, 1992
• MSc Catholic University of Leuven, Belgium, 1990
• PhD Catholic University of Leuven, Belgium, 1993
• Anggota Satgas Imunisasi PP IDAI
• Ketua Indonesia Influenza Foundation (IIF)
• Ketua Pokja Imunisasi PP PERALMUNI
• Anggota Indonesia Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI)
• Board Member of APACI, ASAP, ICPP and GAN
3. PENDAHULUAN
• Saat ini vaksin sudah tersedia untuk lebih dari 18 penyakit berbahaya
bahkan mematikan.
• Infants, children, adolescents, teens and adults need different
vaccinations, depending on their age, location, job, lifestyle, travel
schedule, health conditions or previous vaccinations.
• Program Imunisasi sesuai kebutuhan dan kemampuan Nasional
Setiap Negara berlainan
• Jumlah Vaksin yang beredar di Indonesia sangat lengkap dan banyak,
jumlah vaksin yang dapat masuk NIP terbatas
• Rekomendasi IDAI melengkapi PIN Kemkes
4.
5.
6.
7. Respirology
Hex avalent, pneum ococcal vaccine update included in national
im m unisation schedule
Rachel Soon
Medical Writer
05 Dec 2020
The new National Immunisation Schedule for Childr en as issued by the MOH commencing November 2020. (Image credit: Immunise4Life)
The Malaysian National Immunisation Pr ogramme (NIP) will now include a hexavalent combination DTaP-IPV-
HiB-HepB vaccine and a pneumococcal vaccine.
Respirology
8. JADWAL IMUNISASI KEMKES
Routine Immunization Program
Age (Month) Primary Immunization
< 24 hrs Hep.B birth dose
1 BCG, OPV1
2 DPT-HB-Hib1, OPV2, and PCV*
3 DPT-HB-Hib2, OPV3, and PCV*
4 DPT-HB-Hib3, OPV4, IPV
9 MR
10 JE**
12 PCV*
Age (Month) Secondary Immunization (Booster Dose)
18 Measles-Rubella (MR), DPT-HB-Hib
Grades School-Based Immunization
Grade 1 DT, MR
Grade 2 Td
Grade 5 Td, HPV***
Grade 6 HPV***
• HPV*** demonstration program mulai di
DKI Jakarta tahun 2016, lanjut 2017 di
Kulonprogo dan Gunung Kidul, DIY , dan
tahun 2018, dai Manado dan Makassar
▪ JE** mulai di provinsi Bali tahun 2018.
• PCV* demonstration program mulai tahun
2017 di Provinsi Nusa Tenggara Barat, di
Lombok Barat dan Lombok Timur. Trahun
2018, lanjut di Lombok Tengah, Lombok
Utara dan Kota Mataram. Selain itu juga di
Povinsi Bangka Belitung: Pangkal Pinang,
Bangka and Bangka Tengah
9. Jadwal Imunisasi Rutin 2022
9
Vaksinasi primer dan booster diberikan pada usia yang berbeda-beda sesuai rekomendasi ITAGI
Jenis Imunisasi
Usia Pemberian
Bayi dan Baduta (bulan) Anak Usia Sekolah WUS
(15-39
th)
1 SD 2 SD 5 SD 6 SD
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 18
Hepatitis B
BCG
DPT-HB-Hib
Polio Tetes (bOPV)
Polio Suntik (IPV)
Campak Rubela
Pneumococcal Conjugate
Vaccine (PCV)
Japannese Encephalitis
Difteri Tetanus (DT)
Tetanus Difteri (Td)
Human Pappiloma Virus (HPV)
Vaccine
Rotavirus
13. ▪ Untuk melaksanakan jadwal Imunisasi IDAI 2020
dengan benar, pelajari :
• keterangan di bawah tabel
• product information / leaflet setiap vaksin
▪ Untuk memahami lebih rinci, baca :
• Sari Pediatri Desember 2020
• WHO position paper
• penelitian di Indonesia
• negara- negara SEARO
• Buku Pedoman Imunisasi IDAI terbaru
Penting
14. IDAI 2020 = WHO 2018: Sebaiknya
diberikan segera setelah lahir atau
sebelum bayi berumur 1 bln
Apabila berumur 3 bulan atau lebih
BCG diberikan jika uji tuberkulin negatif.
Bila uji tuberkulin tidak tersedia,
BCG dapat diberikan.
Bila timbul reaksi cepat pada minggu
pertama dilakukan pemeriksaan lanjutan
untuk diagnosis tuberkulosis
BCG
IDAI 2017 : sebelum 3 bulan, optimal
usia 2 bulan. Apabila diberikan pada usia
3 bulan atau lebih, dilakukan uji tuberkulin,
Permenkes 2017 : 1 bulan
1. Abubakar I, Pimpin L, Ariti C, Beynon R, Mangtani P, Sterne JA. Systematic review and metaanalysis of the current evidence on the duration of protection by bacillus
Calmette–Guérin vaccination against tuberculo¬sis. Health Technol Assess 2013;17(37)
2. Mangtani P, Abubakar I, Ariti C, Beynon R, Pimpin L, Fine PE. Protection by BCG vaccine against tuberculosis: A systematic review of randomized controlled trials. Clin
Infect Dis. 2014;58(4):470–480
WHO 2018 : negara banyak TB :
BCG 1 x baru lahir (at birth) : _
• melindungi 82% terjadi TB paru 1
• mengurangi : 90% TB berat 2
Atau segera ada kesempatan
Jangan ditunda,
15. IDAI 2020 = WHO 2017 = Permenkes 2017, sebelum berumur 24 jam
• berat lahir < 2000 g, imunisasi HB ditunda sampai berumur ≥ 1 bulan,
• ibu HBsAg positif imunisasi HepB segera setelah lahir, tidak dihitung sbg dosis primer.
• maksimal dalam 7 hari setelah lahir.
Hepatitis B : Bayi Baru Lahir
WHO 2017 : sebelum bayi berumur 24 jam
• Bayi yg tidak mendapat vaksin HB pada waktu lahir berisiko terinfeksi HB 3.5 kali lebih besar
• Apabila dosis pertama diberikan 7 hari setelah lahir, bayi yang lahir dari ibu HBsAg (+)
risiko infeksi HB meningkat 8,6 kali dibandingkan dgn pemberian pada hari 1-3 setelah lahir.
IDAI 2017, dalam waktu 12 jam setelah lahir ,
16. ❑ IDAI 2017 : paling sedikit 1 kali IPV
bersama OPV3
IDAI 2020
IPV minimal diberikan 2 kali sebelum umur
1 tahun.
Selanjutnya berikan bOPV atau IPV bersama
DTwP atau DTaP
Fadliana dkk (2018) di Bandung pada 143 bayi
1 x IPV bersama OPV ke 4 : anti polio 2 lebih
rendah
• prosentase titer antibodi > 8,
• presentase serokonversi, GMT
• presentase peningkatan titer antibodi > 4x.
IPV
❑ WHO 2016 : minimal 1x IPV umur 14 minggu
bersama OPV
SAGE / Unicef (2018)
Rencana : minimal 2 dosis IPV sebelum 2023
Fadlyana E, Dhamayanti M, Tarigan R, Mulia Sari R, Bachtiar NS, Kartasasmita CB, Rusmil K. Immunogenicity and safety profile of a primary dose of bivalent oral polio vaccine
given simultaneously with DTwP-Hb-Hib and inactivated poliovirus vaccine at the 4th visit in Indonesian infants. Vaccine 2020; 38(8):1962-7. https://doi.org/10.1016/j.
vaccine.2020.01.007
17. Simasathien S et al. Comparison of enhanced potency inactivated poliovirus vaccine (EIPV) versus standard oral poliovirus vaccine (OPV) in Thai infants. Scand J Inf Dis. 1994; 26:731–738.
Hird TR et al. Systematic review of mucosal immunity induced by oral and inactivated poliovirus vaccines against virus shedding following oral poliovirus vaccine challenge. PLoS Pathogens. 2012; 8(4)e1002599
Robertson SE et al. Clinical efficacy of a new, enhanced-potency, inactivated poliovirus vaccine. Lancet. 1988; Apr 23; 1(8591):897–899.
Resik S et al. Priming after a fractional dose of inactivated poliovirus vaccine. New Eng J Med. 2013; 368:416–424.
Dayan GH et al. Serologic response to inactivated polio vaccine: a randomized clinical trial comparing 2 vaccination schedules in Puerto Rico. J Inf Dis. 2007; 195:12– 20. Cuba IPV Study collaborative group.
Randomized, placebo- controlled trial of inactivated polio virus in Cuba. New Eng Med J. 2007; 356:1536–1544.
Faden H et al. Comparative evaluation of immunization with live attenuated and enhanced-potency inactivated trivalent poliovirus vaccines in childhood: systemic and local immune responses. JInf Dis. 1990; 162:1291–1297.
IPV : 1 vs 2 vs 3 dosis
o 1 x IPV (umur 6 – 8 minggu ) serokonversi anti polio tipe 2 : 32%–39%. (Simasathien,
et al 1994, Hird TR et al, 2012);
o 1 x IPV (umur 4 bulan) serokonversi tipe 2 : 63 % (Robertson SE et al, 1988: Resik S et al, 2013)
❑USA : 2 x IPV (umur 2 & 4 bln) serokonversi 95% semua serotipe.
❑Cuba ( IPV study collaborative. New Eng Med J. 2007, Resik S et al : New Eng J Med. 2013 )
o 2 x IPV : (umur 4 & 8 bulan) serokonversi tipe 1, 2 , 3 : 100%, 100%, 99.4%
o 3 x IPV : (umur 6, 10, & 14 minggu) serokonversi tipe 1, 2, and 3 in 94%, 83% , 100%
❑Puerto Rico : 3 doses ( Dayan GH et al , 2007)
o 3 x IPV: (umur 6, 10, 14 minggu) serokonversi tipe 1,2,3 : 85.8%, 86.2% and 96.9%
o 3 x IPV : (umur 2, 4, 6 bulan) serokonversi tipe 1,2,3, : 99.6%, 100% and 99.1%
18. Booster DPT
IDAI 2017
pada umur 5 tahun diberikan
booster DTP
IDAI 2020 = WHO 2017 = Permenkes 2017
• umur 18 bulan
• umur 5 - 7 tahun , (atau program BIAS SD kelas 1)
• umur 10-11 tahun, (atau program BIAS SD kelas 5)
• umur 18 tahun
Permenkes 2017 : BIAS
Kelas 1 (7 tahun) : DT
Kelas 2 (8 tahun) : Td
Kelas 5 (11 tahun) : Td
WHO : Diphtheria (2017)
• 12–23 bulan, 4–7 tahun, dan 9–15 tahun,
• 1x booster sesudahnya, untuk perlindungan jangka panjang .
WHO : Pertusis, (2015),
Vaksin aseluler : perlindungan akan menurun sebelum umur 6 tahun
WHO : Tetanus, (2017)
• 12–23 bulan; 4–7 tahun; dan 9–15 tahun
• Idealnya, antar booster sedikitnya jrak 4 tahun
19. Booster Hib
IDAI 2017
booster Hib diberikan pada
umur 15 – 18 bulan,
Permenkes 2017
Umur 18 bulan
IDAI 2020 = Permenkes 2017 = WHO 2013
umur 18 bulan bersama DTwP atau DTaP.
WHO (2013)
Booster minimal 6 bulan setelah Hib ke 3
Vaksin Hib kombinasi dengan pertussis aseluler (DTaP-
Hib) menghasilkan antibodi lebih rendah
20. PCV
IDAI 2017 umur 2, 4 dan 6 bulan
• booster umur 12 -15 bulan.
IDAI 2020 = WHO 2019
• umur 2, 4 dan 6 bulan
• booster umur 12 -15 bulan.
WHO 2019 (2p + 1b, 3p +0, 3p +1b)
• PCV10 & PCV13 aman & effektif
• dgn 3-dosis atau 4-dose (3p + 1)
• 2p + 1b berpotensi lebih baik daripada the 3p+0
• kadar antibodi lebih tinggi dgn boster pada tahun kedua
Program Kemenkes, 2017
NTB, Bangka Belitung
PCV 3x : umur 2, 3 dan 12 bulan
1. Scotta P, Rutjesa AWS, Bermetza L, Roberta N, Scottc S, Lourenco T, Eggera M, Lowa N.
Comparing pneumococcal conjugate vaccine schedules based on 3 and 2 primary doses:
Systematic review and meta-analysis. Vaccine 2011;(29):9711–21
2. Spijkerman J, Veenhoven RH, Alienke J. Wijmenga-Monsuur AJ, Elberse KEM, van
Gageldonk PGM, Knol MJ, de Melker HE, Sander EAM, Schouls LM, Gerbers GAM.
Immunogenicity of 13-Valent Pneumococcal Conjugate Vaccine Administered According to 4
Different Primary Immunization Schedules in Infants: A Randomized Clinical Trial. JAMA.
2013;310(9):930-937. doi:10.1001/jama.2013.228052
Scotta dkk (2011) dosis 3p+1b tingkat seropositif lebih
tinggi untuk serotipe 6B dan 23F.1
Spikerman dkk (2013) Uji klinik 400 bayi cukup bulan di
Belanda 2010-2011 diberikan PCV13 jadwal 2-4-6 bulan
ditambah 1 booster (3p+1b) cenderung menghasilkan
imunitas lebih baik untuk serotipe 18C, 23 F, 6B, 3, 9 dan 1.
Serotipe tersebut banyak ditemukan di Indonesia
21. PCV
IDAI 2017 umur 7-12 bulan, 2 x, interval 2 bulan;
• Umur > 1 tahun : 1 kali, booster umu > 12 bulan atau 2
bulan setelah dosis terakhir.
• Pada anak usia di atas 2 tahun PCV diberikan satu kali.
IDAI 2020 = WHO 2019
• Belum : umur 7 - 12 bulan → 2x jarak minimal 1
bulan dan booster setelah umur 12 bulan (jarak minimal
2 bulan dari dosis sebelumnya).
• Jika belum diberikan pada umur 1- 2 tahun berikan
PCV 2 kali dengan jarak 2 bulan
• Jika belum diberikan pada umur 2 - 5 tahun
• PCV10 diberikan 2 kali dengan jarak 2 bulan,
• PCV13 diberikan 1 kali.
WHO 2019
• umur 7–11 bulan : 2 x, jarak minimal 4 minggu
• 1x booster pada tahun kedua, jarak minimal 2 bulan dari
dosis terakhir
• PCV10, umur 12-15 bulan, 2x, interval minimal 2 bulan
• PCV13,
• umur 12–23 bulan, 2x interval minimal 2 bulan
• umur 2–5 tahu, 1x
22. IDAI 2020.
RV monovalen 2 X,
• dosis pertama umur 6 - 12 minggu.
• dosis kedua jarak minimal 4 minggu,
• harus selesai pada umur 24 minggu.
RV pentavalen : 3 X
• dosis pertama umur 6 - 12 minggu
• dosis kedua dan ketiga jarak 4 - 10 minggu
• harus selesai pada umur 32 minggu.
Rotavirus
IDAI 2017
RV monovalen 2 x,
• dosis pertama umur 6-14 minggu
• dosis pertama tidak diberikan pada usia > 15
minggu),
• dosis ke-2 interval minimal 4 minggu.
• batas akhir umur 24 minggu.
RV pentavalen diberikan 3 X
• dosis pertama usia 6-14 minggu
• (dosis pertama tidak diberikan pada usia > 15
minggu), d
• osis kedua dan ketiga diberikan dengan interval 4-
10 minggu.
Batas akhir pemberian pada usia 32 minggu
23. • Pemberian vaksin Rotavirus tepat waktu (dosis pertama pada 6-8 minggu,
dosis kedua dan ketiga dengan interval 4 minggu memberikan keuntungan:
• semakin cepat anak terproteksi sebelum terinfeksi
• mengurangi risiko terjadinya koinsiden intususepsi
• Pemberian vaksin rotavirus tidak berhubungan atau meningkatkan risiko
terjadinya intususepsi
• (Hai-Ling Lu et al. Association Between Rotavirus Vaccination and Risk of Intussusception Among Neonates and Infants,
A Systematic Review and Meta-analysis. AMA Network Open. 2019;2(10):e1912458.
doi:10.1001/jamanetworkopen.2019.12458
• Soares-Weiser et al. Cochrane database of Systemic Review 2019, issue 3 DOI: 10.1002/14651858.CD008521.pub5
• Penelitian di Korea mengenai insiden intususepsi menunjukkan risiko terjadinya intusepsi
meningkat setelah bayi usia > 15 minggu baik sebelum dan sesuadah introduksi vaksin
rotavirus.
24. IDAI 2020 = Kepmenkes no 45 / 2017
= WHO PP (2007, 2011, 2017)
• 9 bulan : MR
• Jika sampai umur 12 bulan belum vaksin
MR, berikan MMR (jarak Campak 6 bulan)
• Booster MR / MMR
• 18 bulan
• 5 – 7 tahun (SD kelas 1)
IDAI 2017 Apabila sudah vaksin campak pada usia 9
bulan,,
vaksin MMR/MR diberikan pada usia 15 bulan
(minimal interval 6 bulan)
WHO PP, Measles 2017.
• 9 bulan
• 15 bulan
WHO PP, Rubella 2011
• 9 bulan
• 15 – 18 bulan
• 4 – 6 tahun
Kepmenkes no 45 / 2017
Introduksi Imunisasi Measles Rubella
• imunisasi dasar : 9 bulan;
• imunisasi lanjutan 18 bulan
kelas 1 (satu) sekolah dasar
pada Bulan Imunisasi Anak Sekolah;
WHO, PP, Mumps, 2007 : 2x
• 12 – 18 bulan
• 2 thn – masuk sekolah.
MR (Campak, Rubella) / MMR
25. IDAI 2017
mulai usia 12 bulan pada daerah endemis
atau turis yang akan bepergian ke daerah
endemis tersebut.
Untuk perlindungan jangka panjang dapat
diberikan booster 1-2 tahun berikutnya.
IDAI 2020 = WHO 2015 =
Kepmenkes 2017
mulai usia 9 bulan pada daerah endemis
atau yang akan bepergian ke daerah
endemis
Untuk perlindungan jangka panjang dapat
diberikan booster 1-2 tahun berikutnya
Kepmenkes 2017
Introduksi Imunisasi Japanese Encephalitis ke
dalam program imunisasi rutin,
pada anak usia 9 (sembilan) bulan,
WHO 2015
Umur 9 bulan atau lebih
Booster umur 12–24 bulan kemudian
Japanese Encephalitis
2016 : 9 provinsi melaporkan kasus JE
Bali, Kalimantan Barat, Sulawesi Utara,
Nusa Tenggara Timur, DKI Jakarta, DI Yogyakarta, Jawa
Tengah, Nusa Tenggara Barat, dan Kepulauan Riau,
26. IDAI 2017
setelah usia 12 bulan,
Terbaik pada usia sebelum masuk SD
> 13 tahun, interval minimal 4 minggu.
IDAI 2020 = WHO PP 2014 = 2 X
mulai umur 12 – 18 bulan.
• Umur 1 – 12 tahun : jarak 6 mgg - 3 bulan.
• Umur 13 tahun /lebih : jarak 4 – 6 minggu.
Varicella
WHO PP, 2014
Dosis 1 : 12 – 18 bulan
• 1 x : mengurangi sakit berat dan kematian
Tidak mencegah penyebaran virus & KLB.
• 2 x effektivitas lebih tinggi menurunan
sakit berat dan kematian,
• mengurangi kasus dan KLB
• Jarak minimum
• umur 1 – 12 thn : 6 mgg – 3 bulan
• 13 th sd dewasa : 4 – 6 minggu
27. IDAI 2020 = WHO PP 2012 = 2 X
mulai umur 1 tahun ,
diberikan 2 dosis
Dosis ke-2 diberikan 6 - 18 bulan
kemudian.
Hepatitis A
WHO PP 2012, 2 X
Mulai umur 1 tahun
Jarak dengan imunisasi ke 2 :
6 – 18 bulan
IDAI 2017
Mulai umur 2 tahun,
2 x, interval 6 – 12 bulan
28. Dengue
IDAI 2017
Diberikan pada usia 9-16 tahun
dengan jadwal 0, 6, dan 12 bulan
IDAI 2020 = WHO 2018
umur 9 – 16 tahun = 3 x jarak 6 bulan.
• seropositif dengue
• dibuktikan :
• riwayat pernah dirawat infeksi dengue
• (pemeriksaan antigen NS-1 dan atau uji
serologis IgM/IgG anti dengue positif )
• atau pemeriksaan serologi IgG anti
dengue positif
Efikasi vaksin lebih tinggi
pada umur 9 – 16 tahun (65,6%)
dibandingkan umur 2 – 8 tahun (44,6%).67
WHO 2018
• 3 X jarak 6 bulan
• Effikasi dan aman pada orang yang telah
terinfeksi dengue sebelumnya (seropositive)
• Berdasar test antibodi, atau catatan hasil lab
.
29. IDAI 2020 = WHO 2017
• perempuan umur 9 – 14 tahun : 2 X
• jarak 6 – 15 bulan
• (BIAS SD kelas 5 dan 6) = Kemkes 2016
• umur 15 tahun atau lebih : 3 X
• vaksin bivalen : 0, 1, 6 bulan
• vaksin quadrivalent : 0, 2, 6 bulan
WHO 2017 Imunogenisitis (kekebalan) sama
• perempuan umur 9–14 tahun ; 2 x HPV
jadwal 0, 6 bulan atau 0, 12 bulan,
• perempuan umur 15 – 26 tahun ; 3 x HPV
jadwal 0, 1 atau 2, 6 bulan)
HPV
Kemkes 2016, Petunjuk Teknis Pelaksanaan
Imunisasi HPV (Human Papilloma Virus)
dalam Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS),
2 X :Kelas 5 dan kelas 6
IDAI 2017 mulai usia 10 tahun. tiga kali
bivalen dgnjadwal 0, 1, 6 bulan;
tetravalen 0,2,6 bulan.
remaja usia 10-13 tahun, 2 dosis dengan interval 6-12
bulan; respons antibodi setara dengan 3 dosis.
30. Tidak boleh umur lebih muda / interval lebih cepat dari rekomendasi
▪ tidak boleh lebih muda 5 hari atau lebih dari umur minimal yang direkomendasikan karena akan
menghasilkan respons imun sub optimal
▪ tidak boleh lebih cepat 5 hari atau lebih dari interval minimum yang direkomendasikan, karena akan
menghasilkan respons imun sub optimal
Bila lebih muda atau lebih cepat 5 hari atau lebih :
perlu diulang dengan interval atau pada umur minimal yang direkomendasikan.
Kalau interval lebih lama dari yang direkomendasikan berisiko terjadi infeksi sebelum diberikan
dosis lengkap.
Kalau imunisasi terlambat tidak perlu pengulangan atau penambahan dosis karena tidak akan
mengurangi konsentrasi antibodi final setelah diberikan dosis lengkap
Mencegah Vaksin Failure
31. Ringkasan : Perubahan Jadwal Imunisasi Rekomendasi IDAI 2020
• BCG : segera setelah lahir, atau pada kunjungan pertama
• Hepatitis B-O (nol): dalam 24 jam setelah lahir + 18 bulan bersama DPT
• berat lahir < 2000 g, imunisasi HB ditunda sampai berumur ≥ 1 bulan,
• ibu HBsAg positif imunisasi HepB segera setelah lahir, tidak dihitung sbg dosis primer.
• maksimal dalam 7 hari setelah lahir.
•IPV (polio suntik) : minimal 2 X (mulai umur 4 bulan) + OPV
•DPT booster : umur 18 bulan
• umur 5 - 7 tahun , (atau program BIAS SD kelas 1)
• umur 10-11 tahun, (atau program BIAS SD kelas 5)
• umur 18 tahun
•Hib : 18 bulan
32. Rotavirus : 2 X / 3 X
RV monovalen 2 X,
• dosis pertama umur 6 - 12 minggu.
• dosis kedua jarak minimal 4 minggu,
• harus selesai umur 24 minggu.
RV pentavalen : 3 X
• dosis pertama umur 6 - 12 minggu
• dosis kedua & ketiga jarak 4 -10 mgg
• harus selesai umur 32 minggu
PCV
• umur 2, 4 dan 6 bulan, booster umur 12 -15 bulan
• Belum divaksin PCV umur 7 - 12 bulan → 2 x
jarak minimal 1 bulan dan booster setelah umur 12
bln (jarak minimal 2 bulan dari dosis sebelumnya).
• Belum divaksin PCV umur 1- 2 tahun berikan PCV 2
X dengan jarak 2 bulan
• Belum divaksin PCV umur 2 - 5 tahun
• PCV10 diberikan 2 kali dengan jarak 2 bulan,
• PCV13 diberikan 1 kali.
PCV Program Kemenkes, sejak 2017,
NTB, Bangka Belitung : PCV 3x : umur 2, 3 dan 12 bulan
* PCV masuk Program Imunisasi Nasional Bertahap mulai Juli 2022
* Rotavirus Masuk Program Imunisasi Nasional
Bertahap mulai Oktober 2022 ?
33. Influenza:
6 bulan sd dewasa
mulai umur 6 bulan, diulang setiap tahun.
Umur 6 bulan - 8 tahun
• imunisasi pertama 2 X jarak minimal 4
mgg.
Umur > 9 tahun imunisasi pertama 1 X
Japanese Encephalitis (JE)
mulai 9 bulan
• Di daerah endemis
• 2016 : 9 provinsi melaporkan kasus JE:
• Bali, terbanyak
• Kalimantan Barat,
• Sulawesi Utara,
• Nusa Tenggara Timur,
• DKI Jakarta,
• DI Yogyakarta,
• Jawa Tengah,
• Nusa Tenggara Barat,
• Kepulauan Riau,
• atau yang akan bepergian ke
daerah endemis tersebut.
Booster 1-2 tahun berikut, untuk
perlindungan jangka panjang
Measles (Campak) dan Rubella (MR)
• 9 bulan :
• Jika 12 bulan belum MR, berikan MMR
(jarak dgn campak 6 bulan)
• Booster MR / MMR
• umur 18 bulan
• umur 5 – 7 tahun (SD kelas 1)
34. Hepatitis A : 2 X
mulai umur 1 tahun ,
diberikan 2 dosis
Dosis ke-2 diberikan 6 - 18 bulan
kemudian.
Varicella : 2 X
mulai umur 12 – 18 bulan.
• Umur 1 – 12 tahun : interval 6 mgg - 3 bulan.
• Umur 13 tahun /lebih : interval 4 – 6 minggu.
Tifoid. tidak berubah
• mulai umur 2 tahun,
• diulang tiap 3 tahun
35. Dengue 3 X
umur 9 – 16 tahun
3 x dengan jarak 6 bulan.
• seropositif dengue
• dibuktikan dengan:
• pernah dirawat infeksi dengue
• (pemeriksaan antigen NS-1 dan atau uji
serologis IgM/IgG anti dengue positif )
• atau pemeriksaan serologi IgG anti dengue
positif
HPV : 2 X / 3 X
• perempuan umur 9 – 14 tahun : 2 X
• jarak 6 – 15 bulan (BIAS SD kelas 5 dan
6).
• umur 15 tahun atau lebih : 3 X
• vaksin bivalen : 0, 1, 6 bulan
• vaksin quadrivalent : 0, 2, 6 bulan
* Vaksin Dengue Baru sedang dalam Proses BPOM * HPV masuk secara Bertahap Program Nasional 2022
36. TAKE HOME MESAGES
• Setiap Negara Mempunyai Jadwal Imunisasi Nasional sendiri
• Jadwal Imunisasi sesuai dengan Kebutuhan masing masing Negara
sesuai pola epidemiologi PD3I, EBM, Rekomendasi WHO
• Di Indonesia ada PIN dan IDAI (Melengkapi)
• Update Rekomendasi diperlukan
• Perlu diketahui dan dipelajari oleh Pelaksana Imunisasi
• Membaca Rekomendasi bukan hanya Tabel namun Keterangan di
bawah Tabel
• Perlu untuk mengetahui alasan kenapa terjadi perubahan