Analisa kebutuhan tenaga keperawatan di rumah sakitRahayoe Ningtyas
Dokumen tersebut membahas beberapa metode untuk menganalisis kebutuhan tenaga keperawatan di rumah sakit, termasuk metode rasio, Gillies, dan standar Depkes. Metode-metode tersebut mempertimbangkan faktor seperti tingkat ketergantungan pasien, jumlah pasien, dan jam perawatan yang dibutuhkan."
Aplikasi perhitungan tenaga keperawatan need (douglas)Yabniel Lit Jingga
Dokumen ini membahas metode Need dan Douglas untuk menghitung kebutuhan tenaga keperawatan di rumah sakit berdasarkan klasifikasi pasien menjadi 3 kategori: minimal, parsial, dan total. Metode Douglas menetapkan standar waktu perawatan untuk setiap kategori dan menghitung jumlah perawat yang dibutuhkan untuk setiap shift berdasarkan jumlah pasien. Contoh kasus menunjukkan cara menghitung jumlah perawat pagi, sore, dan malam
Ringkasan singkat dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut memberikan cara cepat menghitung tetesan infus dengan menggunakan rumus dan contoh soal
2. Ada dua jenis infus yang dijelaskan, yaitu untuk dewasa dan anak
3. Untuk dewasa menggunakan infus macro drip dengan faktor tetes berbeda antara merek Otsuka dan Terumo, sedangkan untuk anak menggunakan micro drip dengan faktor tetes
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan mengatur tentang hak dan kewajiban masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang berkualitas, serta tanggung jawab Pemerintah untuk menyediakan sumber daya kesehatan dan fasilitas pelayanan kesehatan yang merata bagi seluruh masyarakat Indonesia guna mencapai derajat kesehatan yang optimal.
Manajemen bencana dan kedaruratan meliputi upaya pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan, tanggap darurat, pemulihan, rehabilitasi, dan rekonstruksi sebelum, saat, dan sesudah terjadinya bencana. Kegiatan tanggap darurat mencakup manajemen dan koordinasi, perlindungan korban, logistik, penampungan, air bersih, sanitasi, kesehatan, dan pelayanan masyarakat.
Analisa kebutuhan tenaga keperawatan di rumah sakitRahayoe Ningtyas
Dokumen tersebut membahas beberapa metode untuk menganalisis kebutuhan tenaga keperawatan di rumah sakit, termasuk metode rasio, Gillies, dan standar Depkes. Metode-metode tersebut mempertimbangkan faktor seperti tingkat ketergantungan pasien, jumlah pasien, dan jam perawatan yang dibutuhkan."
Aplikasi perhitungan tenaga keperawatan need (douglas)Yabniel Lit Jingga
Dokumen ini membahas metode Need dan Douglas untuk menghitung kebutuhan tenaga keperawatan di rumah sakit berdasarkan klasifikasi pasien menjadi 3 kategori: minimal, parsial, dan total. Metode Douglas menetapkan standar waktu perawatan untuk setiap kategori dan menghitung jumlah perawat yang dibutuhkan untuk setiap shift berdasarkan jumlah pasien. Contoh kasus menunjukkan cara menghitung jumlah perawat pagi, sore, dan malam
Ringkasan singkat dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut memberikan cara cepat menghitung tetesan infus dengan menggunakan rumus dan contoh soal
2. Ada dua jenis infus yang dijelaskan, yaitu untuk dewasa dan anak
3. Untuk dewasa menggunakan infus macro drip dengan faktor tetes berbeda antara merek Otsuka dan Terumo, sedangkan untuk anak menggunakan micro drip dengan faktor tetes
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan mengatur tentang hak dan kewajiban masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang berkualitas, serta tanggung jawab Pemerintah untuk menyediakan sumber daya kesehatan dan fasilitas pelayanan kesehatan yang merata bagi seluruh masyarakat Indonesia guna mencapai derajat kesehatan yang optimal.
Manajemen bencana dan kedaruratan meliputi upaya pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan, tanggap darurat, pemulihan, rehabilitasi, dan rekonstruksi sebelum, saat, dan sesudah terjadinya bencana. Kegiatan tanggap darurat mencakup manajemen dan koordinasi, perlindungan korban, logistik, penampungan, air bersih, sanitasi, kesehatan, dan pelayanan masyarakat.
Rencana asuhan keperawatan menjelaskan diagnosa hipertermi pada pasien dengan suhu tubuh 38,8°C. Tujuan penanganannya adalah mengembalikan suhu tubuh ke normal 36,5°C. Rencana meliputi pemantauan suhu, pemberian kompres hangat, kolaborasi pemberian antiperetik, serta edukasi kepada orang tua tentang pengukuran suhu tubuh. Hasil implementasi menunjukkan suhu tubuh normal kembali beserta peningkatan pemah
Balita di desa Y menghadapi masalah gizi dan penyakit akibat lingkungan yang kurang hygienis serta pengetahuan ibu tentang gizi yang kurang memadai. Perawat berperan sebagai pendidik untuk meningkatkan pengetahuan ibu tentang gizi balita dan sanitasi lingkungan.
Dokumen tersebut merupakan ringkasan rekam medis pasien rawat inap yang mencakup identitas pasien, riwayat penyakit, diagnosa, perawatan yang diberikan, dan keadaan pasien saat keluar. Dokumen ini digunakan untuk merekam seluruh informasi medis pasien selama dirawat di rumah sakit.
Pembinaan kesehatan usia lanjut di panti werdhaMahzar Wahyudi
lansia perlu di perhatian selayak manusia seutuh nya. usahakan kesehatan lansia harus tetap optimal, meningkatakan kualitas hidup lansia, dan mempertahankan produktivitasnya
Dokumen tersebut memberikan ringkasan tentang asuhan keperawatan pada pasien An. M yang menderita asma bronchiale. Ringkasan utamanya adalah:
1. Pasien mengalami sesak napas berat, batuk produktif, dan tanda-tanda hipoksia.
2. Dilakukan pengobatan nebulizer, oksigenasi, dan pemantauan parameter vital.
3. Kondisi pasien mengalami peningkatan dengan berkurangnya sesak dan tanda hipoksia.
Makalah ini membahas tentang pemberian obat secara intramuskular, meliputi pengertian, tujuan, indikasi, kontraindikasi, daerah penyuntikan, persiapan alat dan bahan, hal-hal yang perlu diperhatikan, prosedur kerja, dan penyuluhan pasien. Pemberian obat secara intramuskular dilakukan untuk mempercepat absorpsi obat dengan menyuntikkan langsung ke otot. Daerah penyuntikan yang tepat antara lain p
Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai pengkajian sistem pernapasan, sistem kardiovaskuler, dan sistem lainnya yang relevan untuk mendeteksi gangguan kardiovaskuler. Pemeriksaan fisik meliputi inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi dada, jantung, pembuluh darah, mata, ginjal, hati, usus, dan tulang untuk menilai gejala dan tanda-tanda klinis gangguan kardiovaskuler. Output urine dan
Dokumen tersebut membahas pengkajian bio-psiko-sosio-spiritual dan budaya yang dilakukan oleh perawat. Pengkajian spiritual menggunakan pendekatan FICA, INVITE, dan HOPE untuk menilai kebutuhan spiritual pasien. Pengkajian budaya menilai aspek-aspek seperti teknologi, agama, sosial, nilai budaya, politik, ekonomi, dan pendidikan dengan menggunakan model Sunrise. Dokumen ini memberikan panduan bagi perawat
Dokumen tersebut berisi ceklis keselamatan operasi yang digunakan untuk memastikan keselamatan pasien sebelum, selama, dan sesudah operasi. Ceklis tersebut berisi daftar pertanyaan untuk memverifikasi identitas pasien, prosedur yang akan dilakukan, kemungkinan risiko dan komplikasi, serta langkah-langkah keselamatan lainnya.
Dokumen ini membahas tentang anemia pada lansia. Penyebab utamanya adalah penyakit kronis, kekurangan zat besi, pendarahan, dan kekurangan vitamin B12 dan asam folat. Gejalanya antara lain lemah, letih, lesu, pusing, dan kulit pucat. Anemia didefinisikan sebagai jumlah sel darah merah atau hemoglobin yang berada di bawah normal. Pencegahannya melalui konsumsi makanan kaya zat besi, folat,
Proses eliminasi urine normal melibatkan beberapa organ utama yaitu ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra. Ginjal membentuk urine dari limbah darah yang kemudian disalurkan melalui ureter ke kandung kemih. Urine akan ditampung di kandung kemih hingga mencapai kapasitas tertentu sebelum dikeluarkan melalui uretra. Beberapa faktor seperti aktivitas, konsumsi cairan, dan penyakit dap
Perawatan individu dan komunitas pada bencanaKhairulAnwar237
Dokumen tersebut membahas peran perawat dalam merawat individu dan komunitas yang terdampak bencana. Perawat berperan penting di semua tahap, mulai dari persiapan dengan melakukan identifikasi risiko, simulasi, dan edukasi, selama terjadinya bencana dengan memberikan pertolongan pertama, hingga pemulihan dengan memberikan dukungan kesehatan fisik dan mental. Fokus utama dari pertolongan pertama psikologis adalah memenu
Dokumen tersebut membahas tentang Do Not Resuscitate (DNR) yang merupakan perintah untuk tidak melakukan resusitasi jantung paru pada pasien henti jantung. Dibahas pula aspek-aspek hukum, etik, dan pelaksanaannya di Indonesia yang memerlukan komunikasi yang baik antara dokter dan pasien beserta keluarganya serta pendokumentasian yang memadai. "
Dokumen tersebut membahas tentang Do Not Resuscitate (DNR) yang merupakan perintah untuk tidak melakukan resusitasi jantung paru pada pasien henti jantung. Dibahas pula aspek-aspek hukum, etik, dan pelaksanaannya di Indonesia yang memerlukan komunikasi yang baik antara dokter dan pasien beserta keluarganya serta pendokumentasian yang memadai. "
Rencana asuhan keperawatan menjelaskan diagnosa hipertermi pada pasien dengan suhu tubuh 38,8°C. Tujuan penanganannya adalah mengembalikan suhu tubuh ke normal 36,5°C. Rencana meliputi pemantauan suhu, pemberian kompres hangat, kolaborasi pemberian antiperetik, serta edukasi kepada orang tua tentang pengukuran suhu tubuh. Hasil implementasi menunjukkan suhu tubuh normal kembali beserta peningkatan pemah
Balita di desa Y menghadapi masalah gizi dan penyakit akibat lingkungan yang kurang hygienis serta pengetahuan ibu tentang gizi yang kurang memadai. Perawat berperan sebagai pendidik untuk meningkatkan pengetahuan ibu tentang gizi balita dan sanitasi lingkungan.
Dokumen tersebut merupakan ringkasan rekam medis pasien rawat inap yang mencakup identitas pasien, riwayat penyakit, diagnosa, perawatan yang diberikan, dan keadaan pasien saat keluar. Dokumen ini digunakan untuk merekam seluruh informasi medis pasien selama dirawat di rumah sakit.
Pembinaan kesehatan usia lanjut di panti werdhaMahzar Wahyudi
lansia perlu di perhatian selayak manusia seutuh nya. usahakan kesehatan lansia harus tetap optimal, meningkatakan kualitas hidup lansia, dan mempertahankan produktivitasnya
Dokumen tersebut memberikan ringkasan tentang asuhan keperawatan pada pasien An. M yang menderita asma bronchiale. Ringkasan utamanya adalah:
1. Pasien mengalami sesak napas berat, batuk produktif, dan tanda-tanda hipoksia.
2. Dilakukan pengobatan nebulizer, oksigenasi, dan pemantauan parameter vital.
3. Kondisi pasien mengalami peningkatan dengan berkurangnya sesak dan tanda hipoksia.
Makalah ini membahas tentang pemberian obat secara intramuskular, meliputi pengertian, tujuan, indikasi, kontraindikasi, daerah penyuntikan, persiapan alat dan bahan, hal-hal yang perlu diperhatikan, prosedur kerja, dan penyuluhan pasien. Pemberian obat secara intramuskular dilakukan untuk mempercepat absorpsi obat dengan menyuntikkan langsung ke otot. Daerah penyuntikan yang tepat antara lain p
Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai pengkajian sistem pernapasan, sistem kardiovaskuler, dan sistem lainnya yang relevan untuk mendeteksi gangguan kardiovaskuler. Pemeriksaan fisik meliputi inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi dada, jantung, pembuluh darah, mata, ginjal, hati, usus, dan tulang untuk menilai gejala dan tanda-tanda klinis gangguan kardiovaskuler. Output urine dan
Dokumen tersebut membahas pengkajian bio-psiko-sosio-spiritual dan budaya yang dilakukan oleh perawat. Pengkajian spiritual menggunakan pendekatan FICA, INVITE, dan HOPE untuk menilai kebutuhan spiritual pasien. Pengkajian budaya menilai aspek-aspek seperti teknologi, agama, sosial, nilai budaya, politik, ekonomi, dan pendidikan dengan menggunakan model Sunrise. Dokumen ini memberikan panduan bagi perawat
Dokumen tersebut berisi ceklis keselamatan operasi yang digunakan untuk memastikan keselamatan pasien sebelum, selama, dan sesudah operasi. Ceklis tersebut berisi daftar pertanyaan untuk memverifikasi identitas pasien, prosedur yang akan dilakukan, kemungkinan risiko dan komplikasi, serta langkah-langkah keselamatan lainnya.
Dokumen ini membahas tentang anemia pada lansia. Penyebab utamanya adalah penyakit kronis, kekurangan zat besi, pendarahan, dan kekurangan vitamin B12 dan asam folat. Gejalanya antara lain lemah, letih, lesu, pusing, dan kulit pucat. Anemia didefinisikan sebagai jumlah sel darah merah atau hemoglobin yang berada di bawah normal. Pencegahannya melalui konsumsi makanan kaya zat besi, folat,
Proses eliminasi urine normal melibatkan beberapa organ utama yaitu ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra. Ginjal membentuk urine dari limbah darah yang kemudian disalurkan melalui ureter ke kandung kemih. Urine akan ditampung di kandung kemih hingga mencapai kapasitas tertentu sebelum dikeluarkan melalui uretra. Beberapa faktor seperti aktivitas, konsumsi cairan, dan penyakit dap
Perawatan individu dan komunitas pada bencanaKhairulAnwar237
Dokumen tersebut membahas peran perawat dalam merawat individu dan komunitas yang terdampak bencana. Perawat berperan penting di semua tahap, mulai dari persiapan dengan melakukan identifikasi risiko, simulasi, dan edukasi, selama terjadinya bencana dengan memberikan pertolongan pertama, hingga pemulihan dengan memberikan dukungan kesehatan fisik dan mental. Fokus utama dari pertolongan pertama psikologis adalah memenu
Dokumen tersebut membahas tentang Do Not Resuscitate (DNR) yang merupakan perintah untuk tidak melakukan resusitasi jantung paru pada pasien henti jantung. Dibahas pula aspek-aspek hukum, etik, dan pelaksanaannya di Indonesia yang memerlukan komunikasi yang baik antara dokter dan pasien beserta keluarganya serta pendokumentasian yang memadai. "
Dokumen tersebut membahas tentang Do Not Resuscitate (DNR) yang merupakan perintah untuk tidak melakukan resusitasi jantung paru pada pasien henti jantung. Dibahas pula aspek-aspek hukum, etik, dan pelaksanaannya di Indonesia yang memerlukan komunikasi yang baik antara dokter dan pasien beserta keluarganya serta pendokumentasian yang memadai. "
2023 PRINSIP PP DAN ETIKA KEMKES dr. Maria.pptxMariaankira
Perawatan paliatif memberikan manfaat bagi kualitas hidup pasien, seperti meningkatkan kualitas hidup dan mengontrol gejala secara signifikan. Perawatan paliatif juga dapat meningkatkan efisiensi biaya dengan mengurangi pemeriksaan, perawatan, dan rawat inap yang mahal di akhir hayat pasien.
Mediasi merupakan cara yang sering dipilih para pihak dalam menyelesaikan sengketa medis, adakalanya hasil mediasi tidak dipatuhi para pihak, oleh karena itu, untuk menguatkan hasil mediasi, didaftarkan di pengadilan sesuai dengan prosedur mediasi di pengadilan dan dikuatkan oleh putusan pengadilan agar putusan tersebut mengikat para pihak.
Banyaknya masyarakat yang kritis dan mulai melek hukum membuat para penjual jasa pelayanan khususnya jasa pelayanan kesehatan harus ekstra hati-hati dalam melakukan pelayanan kesehatan. Berbagai kemungkinan dapat terjadi, apalagi sebagai penyedia jasa di bidang medis, tidak terlepas dari berbagai kemungkinan yang merupakan hasil terapi (pengobatan). Hasil terapi dapat berupa reaksi alergi, reaksi efek samping tindakan ataupun cacat bahkan kematian. Mindset masyarakat langsung mengarah pada adanya malpraktik oleh tenaga kesehatan apabila terjadi reaksi tersebut.
Apabila standar prosedur dalam pengobatan sudah ditempuh, sebenarnya bukan merupakan suatu malpraktik tetapi suatu risiko medis. Menghadapi situasi tersebut, perlu adanya mediasi untuk mendamaikan pihak pasien ataupun dokter yang mengalami sengketa medis. Tetapi ternyata mediasi yang difasilitasi oleh mediator tidak memuaskan semua pihak, sehingga tidak dapat memuaskan pihak yang berseteru.
Adanya Peraturan Mahkamah Agung (Perma) Nomor 1 Tahun 2008 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan merupakan salah satu alternatif yang dapat digunakan untuk penyelesaian sengketa medis tersebut. Prosedur mediasi dalam peraturan tersebut memungkinkan dipatuhinya hasil mediasi para pihak karena hasil tersebut dikuatkan dengan putusan pengadilan.
Dokumen tersebut membahas tentang informed consent dalam praktik kedokteran di Indonesia. Terdapat berbagai sumber yang menjelaskan isi penjelasan yang harus diberikan kepada pasien sebelum mendapatkan persetujuan, namun pelaksanaannya masih bervariasi. Proses informed consent seharusnya merupakan bagian dari komunikasi yang baik antara dokter dan pasien dalam pengambilan keputusan bersama.
Informed consent bertujuan agar pasien mendapatkan informasi yang memadai untuk mengambil keputusan terkait terapi yang akan dilakukan. Dokter harus menjelaskan diagnosis, tindakan, manfaat, risiko, dan alternatif terapi kepada pasien. Informasi yang diberikan harus lengkap dan sesuai kebutuhan pasien untuk memungkinkan pembuatan keputusan bersama antara dokter dan pasien.
Dokumen tersebut membahas tentang etika dan dilema dalam praktik kebidanan khususnya mengenai informed choice dan informed consent. Dokumen menjelaskan pentingnya memberikan informasi kepada pasien sebelum tindakan medik dilakukan serta mendapat persetujuan pasien berdasarkan pemahaman yang memadai. Dokumen juga membahas aspek hukum, tujuan, unsur, dan penerapan informed consent dalam praktik kesehatan.
Hal ini membantu untuk memiliki pemahaman yang baik tentang
penerapan prinsip-prinsip bioetika ketika merawat pasien dengan
penyakit yang mengancam jiwa.
Makalah ini membahas tentang transaksi terapeutik yang meliputi pengertian perjanjian, bentuk perjanjian, hubungan antar manusia, asas-asas terapeutik, dan pola hubungan terapeutik."
Pengambilan Keputusan Dalam Pelayanan KebidananUFDK
Dokumen tersebut membahas tentang pengambilan keputusan oleh bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan. Dokumen menjelaskan bahwa pengambilan keputusan dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti fisik, emosional, rasional, dan lingkungan sosial. Dokumen juga membahas pentingnya informed choice dan informed consent dalam memberikan pilihan kepada pasien secara etis.
Dokumen tersebut membahas tentang komunikasi profesional dalam pelayanan kesehatan dan beberapa isu serta tren yang terkait. Isu utama yang diangkat adalah pentingnya komunikasi yang baik antara tenaga medis dan pasien untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dan menghindari kesalahpahaman.
1. ISSUE END OF LIFE
( DO NOT RESUSCITATION)
KELOMPOK 2
M. ADVAN
NOVI ERLIANI
NOVIA MURNIATI
NURAINI
NURASIAH
RAPIAH
SANTI NAILUFAR
YOSEP EKY
ENDANG PUJI
DENI ATMAJA
2. DNR (DO NOT RESUSCITATION)
Do Not Resuscitation (DNR) merupakan suatu keputusan
yang ditujukan pada klien dimana klien akan mendapatkan
suatu tindakan penghentian alat bantu hidup, penghindaran
Cardio Pulmonary Resuscitation (CPR), serta hanya
mendapatkan kenyamanan. (Chu, 2002; Amestiasih &
Cornelia, 2017)
DNR dilaksanakan atas permintaan klien dan keluarga serta
atas pertimbangan dari tim medis. DNR dapat dilakukan atas
pertimbangan status kesehatan klien maupun biaya
perawatan (Weiss & Hite, 2000; Amestiasih & Cornelia, 2017)
3. Klien dan keluarga yang meminta untuk dilakukannya DNR pada
klien memiliki hak otonomi yang harus dihormati yang terkadang
menjadi suatu dilema bagi tim kesehatan.
Namun disisi lain DNR dapat dilakukan apabila tim medis
menemukan suatu kenyataan bahwa klien memiliki harapan
hidup yang rendah, dimana kemungkinan tertolongnya sangat
kecil (Michael, 2002; Amestiasih & Cornelia, 2017).
Menurut Fields (2007) dalam Amestiasih & Cornelia (2017),
menerapkan DNR pada seorang klien bukan berarti tidak ada
asuhan yang dapat kita berikan, melainkan justru harus
ditemukan cara lain yang terbaik yang dapat kita berikan. Hal ini
untuk meningkatkan kualitas end of life klien. Ruland dan Moore
pada tahun 1998 telah mencetuskan teori peacefull end of life.
4. End of life merupakan bagian penting dari keperawatan paliatif
yang diperuntukkan bagi klien yang mendekati akhir kehidupan. End of
life care bertujuan untuk membantu orang hidup dengan sebaik-
baiknya dan meninggal dengan bermartabat (Curie, 2014).
Tujuan diskusi End Of Life adalah pemahaman klien tentang
penyakit dan pilihan terapi, pemahaman nilai, kepercayaan dan tujuan
perawatan yang diinginkan klien; dan identifikasi harapan klien. Tujuan
perawatan yang dibuat secara kolaboratif dan berpusat pada klien ini
terbukti meningkatkan hasil klinis, kualitas hidup, serta kepuasan klien.
5. Singer, et al, merumuskan 5 bidang yang harus
diperhatikan dalam perawatan paliatif, yaitu:
1. Manajemen nyeri dan gejala
2. Pertimbangan tindakan yang sia-sia (futile care), misalnya
intubasi dan resusitasi jantung paru pada klien kanker
paru stadium akhir
3. Pertimbangan keinginan klien
4. Biaya
5. Hubungan dokter-klien dan
dokter-keluarga
6. PRO DAN KONTRA DNR
Beberapa pertimbangan yang digunakan kelompok pro terhadap DNR
adalah pertimbangan legal dan etis. Pertimbangan legal misalnya, bahwa
rekomendasi American Heart Association (AHA), sebagai salah satu panduan
yang banyak digunakan di seluruh dunia, menyatakan bahwa RJP tidak
diindikasikan pada semua klien. Klien dengan kondisi terminal, penyakit yang
tidak reversibel, dan penyakit dengan prognosis kematian hampir dapat
dipastikan, tidak perlu dilakukan RJP (Tarigan, 2019).
Aspek lain yang banyak digunakan untuk menolak DNR adalah aspek etis
dan agama. Kaidah etis dan terutama kaidah agama menjadi banyak dasar pihak
yang menolak dilakukan DNR. Agama tidak memberikan kuasa pada manusia
untuk dapat menentukan hidup dan mati seseorang sebagaimana keputusan
DNR dianggap dapat menentukan hidup dan mati seseorang (Tarigan, 2019).
7. KAJIAN ETIK PADA DNR
DNR dianggap sebagai bagaian dari upaya
resusitasi klien sehingga prinsip etik yang dikaji
haruslah pengkajian terhadap keseluruhan upaya
RJP
.
1. Prinsip Beneficience
2. Prinsip non maleficence (do no harm)
3. Prinsip otonomi
4. Prinsip keadilian
8. ASPEK HUKUM DI INDONESIA
Belum ada peraturan yang secara jelas mengatur bagaimana DNR
dilakukan di Indonesia. Dasar perundang-undangan yang banyak
digunakan sebagai landasan dalam mempertahkan kehidupan manusia
adalah UUD tahun 1945 pasal 28 A perubahan kedua yang
menyebutkan “setiap orang berhak hidup serta berhak
mempertahankan hidup dan kehidupannya”.
Hal ini diperkuat oleh Undang-undang no. 29 tahun 2004 tentang
Praktik Kedokteran pasal 39 yang menyatakan bahwa “praktik
kedokteran diselenggarakan berdasarkan pada kesepakatan antara
dokter atau dokter gigi dengan klien dalam upaya untuk pemeliharaan
kesehatan, pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan
penyakit dan pemulihan kesehatan.”
9. ASPEK HUKUM DI INDONESIA
Pertolongan kegawatdaruratan harus diberikan oleh dokter
berdasarkan pada Kode Etik Kedokteran Indonesia pasal 17
menjelaskan bahwa “Setiap dokter wajib melakukan
pertolongan darurat sebagai suatu wujud tugas peri
kemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang lain bersedia dan
mampu memberikannya.”
Pada penjelasan pasal 17 dinyatakan bahwa kewajiban
dokter untuk memberikan pertolongan gawat darurat hanya
gugur oleh beberapa hal, salah satunya adalah pada klien yang
telah mendapat keputusan medis DNR yang diberikan pada
klien paliatif (Tarigan, 2019).
10. MELAKUKAN DNR PADA KLIEN
Pada pelaksanaannya harus dipahami bahwa permintaan DNR pada
dasarnya adalah permintaan klien atas kepentingan dirinya. Belum ada aturan
yang mengikat apakah keluarga dapat memintakan keputusan DNR pada
keluarganya. Persetujuan DNR harus dilakukan dengan mempertimbangkan
segala aspek, terutama untung ruginya sebuah upaya penyelamatan. DNR hanya
dilakukan untuk melindungi otonomi klien dan mencegah bahaya lebih lanjut
pada klien (Tarigan, 2019).
Penilaian keberhasilan terapi oleh dokter tidak serta merta menjadi alasan
DNR dilakukan oleh dokter. Masukan klien dan keluarga adalah bagian yang
penting. Penilaian kesia-siaan sepihak oleh dokter tidak berada lebih prioritas
dibanding keputusan keluarga. Komunikasi menjadi bagian penting dalam
pengambilan keputusan DNR. Klien baru akan dapat memberikan keputusan
setelah dilakukan komunikasi yang baik oleh dokter.
11. MELAKUKAN DNR PADA KLIEN
Komunikasi dilakukan pada klien bila dirasa klien mampu menerima
informasi tersebut. Bila klien tidak mampu atau tidak ingin atau bila diskusi
terkait DNR akan menyebabkan gangguan fisik dan mental pada klien, maka
diskusi dengan klien tidak dilakukan. Kondisi tersebut harus tertulis dengan
baik di catatan klien. Bila klien tidak dapat terlibat pada pengambilan
keputusan, keputusan DNR harus dilakukan pada kerabat yang memiliki
wewenang atas klien.
DNR harus dituliskan dengan jelas pada status klien. Dokumentasi
yang dituliskan termasuk diskusi yang terjadi dan kesimpulan yang diambil.
Penjelasan yang diberikan dokter, termasuk pertanyaan yang dikeluarkan
klien serta jawabannya harus dituliskan dalam catatan. Pendokumentasian
tersebut harus diikuti dengan pemberian tanda khusus yang dapat dikenali
oleh semua petugas kesehatan.
12. MELAKUKAN DNR PADA KLIEN
Bila dalam perjalanan penyakitnya klien berkeinginan mengubah
keputusan DNRnya, harus dilakukan pendokumentasian yang baik.
Keputusan DNR harus dapat direvisi dan revisi tersebut harus diketahui oleh
semua petugas kesehatan yang mungkin bersinggungan dengan klien,
misalnya dengan menarik tanda yang sudah dibuat sebelumnya (Tarigan,
2019).