Dokumen tersebut membahas tentang peran internet, media sosial, dan demokrasi di abad ke-21. Secara singkat, dokumen menjelaskan bagaimana media sosial saat ini sering digunakan untuk menyebarkan berita bohong dan memunculkan polarisasi pendapat, namun perlu ada upaya untuk meningkatkan demokrasi dengan melibatkan warga negara lebih dalam proses pengambilan keputusan melalui platform kolaborasi seperti DemocracyOS.
ANALISIS TRENDING TOPIC HARIAN INDONESIA DAN CAPRES 02
Internet, Sosial Media dan Demokrasi Abad 21
1. Internet,
Sosial Media dan
Demokrasi Abad 21
Ismail Fahmi, PhD.
Co-Founder Awesometrics.com
Founder PT Media Kernels Indonesia
Ismail.fahmi@gmail.com
Diskusi Kalam Salman ITB
Jl. Dharmawangsa Raya No. 6, Jaksel
22 November 2016
2. 2
Wahai orang-orang yang beriman! Jika seseorang
yang fasik datang kepadamu membawa suatu
berita, maka telitilah kebenarannya, agar kamu
tidak mencelakakan suatu kaum karena
kebodohan (kecerobohan), yang akhirnya kamu
menyesali perbuatanmu itu.
(Al-Hujurat 6)
3. 3
(Ingatlah) di waktu kamu menerima berita bohong
itu dari mulut ke mulut dan kamu katakan dengan
mulutmu apa yang tidak kamu ketahui sedikit juga,
dan kamu menganggapnya suatu yang ringan saja.
Padahal dia pada sisi Allah adalah besar.
(An-Nuur 15)
4. 4
1992 – 2007 S1, Teknik Elektro, ITB
2003 – 2004 S2, Computational Linguistics, Universitas Groningen, Belanda
2004 – 2009 S3, Computational Linguistics, Universitas Groningen, Belanda
2000 – 2003 Inisiator IndonesiaDLN (Digital Library Network pertama di Indonesia)
Mengembangkan Ganesha Digital Library (GDL)
Mendirikan Knowledge Management Research Group (KMRG) ITB
Membangun Digital Library ITB
2009 – Sekarang Engineer di Weborama, Perusahaan berbasis big data (Paris/Amsterdam)
2012 – Sekarang Co-Founder Awesometrics, Media Monitoring & Analytics Company
2014 – Sekarang Founder PT. Media Kernels Indonesia, a Natural Language Processing Company
2015 – Sekarang Konsultan Perpustakaan Nasional, Inisiator Indonesia OneSearch
Ismail Fahmi, PhD.
Ismail.fahmi@gmail.com
37. Problem with Social Media
•It is designed to favor:
• broadcasting over engagement,
• posts over discussions
• shallow comments over deep conversations.
•Results: deep polarization.
37
40. How Trump Win?
40
His followers don’t fact-check
anything – they’ll post
everything, believe anything.
41. 41
Wahai orang-orang yang beriman! Jika seseorang
yang fasik datang kepadamu membawa suatu
berita, maka telitilah kebenarannya, agar kamu
tidak mencelakakan suatu kaum karena
kebodohan (kecerobohan), yang akhirnya kamu
menyesali perbuatanmu itu.
(Al-Hujurat 6)
46. Today’s Politics
• Hanya melibatkan rakyat sekali dalam 1 periode pemilihan (per 5
tahun).
• Biaya yang sangat mahal, proses yang panjang.
• Keputusan diambil di ruang tertutup, tidak jarang yang
diperjuangkan berbeda dengan aspirasi rakyat pemilih.
• Internet hanya digunakan untuk menggalang massa pemilih,
tapi bukan untuk melibatkan mereka dalam dialog dan
pengambilan keputusan.
46
50. DemocracyOS: Collaborative decision making
50
DemocracyOS evolved to become one of
the most used platforms for collaborative
decision-making and it got translated into 15
languages.
• It has been used in Tunisia to debate its
national constitution;
• by the Federal Government of Mexico to
develops its open goverment policy;
• by the youngest parlamentarian in Kenya
to consult his constituency.
54. Indonesia?
• Saat ini, internet, media online dan sosial media:
• Baru digunakan untuk kampanye, penggalangan massa.
• Lebih parah lagi sering untuk menyebarkan hasutan, kebencian,
polarisasi.
• Dampak yang sudah terasa:
• Sosial media sudah tidak nyaman lagi untuk hubungan pertemanan.
• Timeline sosial media membuat setress.
• Polarisasi pendapat terbawa hingga polarisasi kelompok, dan makin
dalam.
54
55. Pemikiran
• Harus ada yang mau memulai mengupgrade demokrasi di
Indonesia.
• Demokrasi yang memanfaatkan platform kolaborasi yang sudah
digunakan setiap hari oleh rakyat.
• Platform yang memungkinkan rakyat menyampaikan
pendapatnya meski sangat tajam perbedaannya.
• Dengan cara yang beradap.
55
56. Untuk memulai?
Kita butuh:
The Connectors
Mereka yang memastikan bahwa semua suara pro dan kontra, yang
disampaikan secara beradab dan disertai pemikiran yang mendalam,
akan dibawa ke meja pengambilan keputusan. Misal wakil rakyat, kepala
pemerintahan, dll.
Siapakah ‘the connector’ yang berani menarik suara pemilih progresif
dengan cara baru DemocracyOS?
56