Prinsip Pareto (bahasa Inggris:The Pareto principle) (juga dikenal sebagai aturan 80-20) menyatakan bahwa untuk banyak kejadian, sekitar 80% daripada efeknya disebabkan oleh 20% dari penyebabnya. Sebagai ilustrasi, bahwa 80% dari kesuksesan yang telah atau akan Anda peroleh merupakan hasil dari 20% usaha Anda selama ini. Artinya adalah hanya ada 20% dari tindakan dan pemikiran dalam hidup kita yang harus lebih dimaksimalkan untuk mendapatkan 80% keberhasilan. Ada 20% dari waktu dalam hidup kita yang harus lebih dimaksimalkan, karena dari 20% waktu itulah tersembunyi 80% kesuksesan dalam hidup kita.
Secara sederhana, Hukum Pareto mengajak kita untuk lebih mempertajam intuisi dan mencari 20% usaha tersebut. Bayangkan efektifitas waktu, tenaga, fikiran yang bisa kita peroleh jika kita berhasil menemukan 20% sebab tersebut. Kemudian kita bisa memaksimalkannya untuk mencapai 80% kesuksesan dalam hidup kita.
Contoh Slide Presentasi Powerpoint yang Baik dan MenarikMuhammad Noer
Berikut adalah contoh bagaimana membuat slide presentasi yang baik dan menarik.
Anda bisa belajar dari lima contoh sederhana berikut ini untuk membuat slide yang lebih efektif.
Contoh pitch deck untuk presentasi ke investor dari morang moreng snack, pakarnya aneka keripik pedas yang pedasnya gak cabe cabean.
"isi pitch deck ini hanya contoh"
Mata Kuliah: Sistem Penunjang Keputusan
Pertemuan: 4
Jurusan: Sistem Informasi
Kampus: STMIK Swadharma
Sumber Gambar:
https://stock.adobe.com/de/search?k=nachdenklich&filters%5Bcontent_type%3Aphoto%5D=1&filters%5Bcontent_type%3Aillustration%5D=1&filters%5Bcontent_type%3Azip_vector%5D=1&filters%5Bcontent_type%3Avideo%5D=1&filters%5Bcontent_type%3Atemplate%5D=1&filters%5Bcontent_type%3A3d%5D=1&filters%5Binclude_stock_enterprise%5D=0&filters%5Bis_editorial%5D=0&safe_search=1&ca=0&load_type=find_similar&similar_content_id=22795843&find_similar_by=all
https://www.123rf.com/photo_24964022_3d-people-man-person-and-a-cubes-future-concept.html
https://pixabay.com/id/illustrations/laki-laki-kulit-putih-model-3d-2064842/
https://www.gograph.com/clipart/are-you-sure-words-written-by-3d-man-gg75438103.html
https://id.pinterest.com/pin/341358846733761157/?lp=true
http://nontradmd.blogspot.com/2012/11/uncertain-certainty.html
https://www.dekoruma.com/artikel/80484/langkah-investasi-properti-yang-benar
http://www.abouturban.com/2018/05/31/mau-mendirikan-pabrik-ketahui-dulu-perizinannya/
http://www.innovationfast.com/3-dimensions-of-product-innovation/
https://www.minecraft-schematics.com/schematic/8201/
https://www.toonpool.com/cartoons/decision%20making%20process%20flip%20coi_90209
https://huskmitnavn.dk/blogs/projects/3d-drawings
Hukum Pareto Yang Dapat Diterapkan Dalam Kegiatan Pendidikan dan PembelajaranLSP3I
Prinsip Pareto (The Pareto principle) menyatakan bahwa untuk banyak kejadian, sekitar 80% daripada efeknya disebabkan oleh 20% dari penyebabnya. Sebagai ilustrasi, bahwa 80% dari kesuksesan yang telah atau akan Anda peroleh merupakan hasil dari 20% usaha Anda selama ini. Artinya adalah hanya ada 20% dari tindakan dan pemikiran dalam hidup kita yang harus lebih dimaksimalkan untuk mendapatkan 80% keberhasilan.
Perubahan substansi pendidikan dan elemen pendidikan essensial zaman nowLSP3I
Perkembangan pendidikan tinggi dewasa ini, tentunya ada perubahan mendasar, unik dan menarik di kaji. Tiga perubahan mendasar, yaitu:
1. Pergeseran Orientasi
2. Industrialisasi Institusi Pendidikan
3. Degradasi Tenaga Pendidik
Elemen Pendidikan Essensial Zaman Now adalah prinsip pendidikan seumur hidup (life long education). Peserta didik harus dibekali dengan dua macam kemampuan. Di satu sisi harus memiliki kelenturan untuk menyesuaikan diri dengan angin perubahan. Di sisi lain harus memiliki akar yang kuat agar tidak mudah roboh diterjang angin.
Dua kemampuan tersebut terdiri dari empat elemen penting yaitu, Ilmu Pengetahuan, karakter, kesenian/budaya, spiritual/keagamaan, dan kreativitas.
Contoh Slide Presentasi Powerpoint yang Baik dan MenarikMuhammad Noer
Berikut adalah contoh bagaimana membuat slide presentasi yang baik dan menarik.
Anda bisa belajar dari lima contoh sederhana berikut ini untuk membuat slide yang lebih efektif.
Contoh pitch deck untuk presentasi ke investor dari morang moreng snack, pakarnya aneka keripik pedas yang pedasnya gak cabe cabean.
"isi pitch deck ini hanya contoh"
Mata Kuliah: Sistem Penunjang Keputusan
Pertemuan: 4
Jurusan: Sistem Informasi
Kampus: STMIK Swadharma
Sumber Gambar:
https://stock.adobe.com/de/search?k=nachdenklich&filters%5Bcontent_type%3Aphoto%5D=1&filters%5Bcontent_type%3Aillustration%5D=1&filters%5Bcontent_type%3Azip_vector%5D=1&filters%5Bcontent_type%3Avideo%5D=1&filters%5Bcontent_type%3Atemplate%5D=1&filters%5Bcontent_type%3A3d%5D=1&filters%5Binclude_stock_enterprise%5D=0&filters%5Bis_editorial%5D=0&safe_search=1&ca=0&load_type=find_similar&similar_content_id=22795843&find_similar_by=all
https://www.123rf.com/photo_24964022_3d-people-man-person-and-a-cubes-future-concept.html
https://pixabay.com/id/illustrations/laki-laki-kulit-putih-model-3d-2064842/
https://www.gograph.com/clipart/are-you-sure-words-written-by-3d-man-gg75438103.html
https://id.pinterest.com/pin/341358846733761157/?lp=true
http://nontradmd.blogspot.com/2012/11/uncertain-certainty.html
https://www.dekoruma.com/artikel/80484/langkah-investasi-properti-yang-benar
http://www.abouturban.com/2018/05/31/mau-mendirikan-pabrik-ketahui-dulu-perizinannya/
http://www.innovationfast.com/3-dimensions-of-product-innovation/
https://www.minecraft-schematics.com/schematic/8201/
https://www.toonpool.com/cartoons/decision%20making%20process%20flip%20coi_90209
https://huskmitnavn.dk/blogs/projects/3d-drawings
Hukum Pareto Yang Dapat Diterapkan Dalam Kegiatan Pendidikan dan PembelajaranLSP3I
Prinsip Pareto (The Pareto principle) menyatakan bahwa untuk banyak kejadian, sekitar 80% daripada efeknya disebabkan oleh 20% dari penyebabnya. Sebagai ilustrasi, bahwa 80% dari kesuksesan yang telah atau akan Anda peroleh merupakan hasil dari 20% usaha Anda selama ini. Artinya adalah hanya ada 20% dari tindakan dan pemikiran dalam hidup kita yang harus lebih dimaksimalkan untuk mendapatkan 80% keberhasilan.
Perubahan substansi pendidikan dan elemen pendidikan essensial zaman nowLSP3I
Perkembangan pendidikan tinggi dewasa ini, tentunya ada perubahan mendasar, unik dan menarik di kaji. Tiga perubahan mendasar, yaitu:
1. Pergeseran Orientasi
2. Industrialisasi Institusi Pendidikan
3. Degradasi Tenaga Pendidik
Elemen Pendidikan Essensial Zaman Now adalah prinsip pendidikan seumur hidup (life long education). Peserta didik harus dibekali dengan dua macam kemampuan. Di satu sisi harus memiliki kelenturan untuk menyesuaikan diri dengan angin perubahan. Di sisi lain harus memiliki akar yang kuat agar tidak mudah roboh diterjang angin.
Dua kemampuan tersebut terdiri dari empat elemen penting yaitu, Ilmu Pengetahuan, karakter, kesenian/budaya, spiritual/keagamaan, dan kreativitas.
Menyoal transformasi pendidikan tinggi di era 4.0LSP3I
Hakekatnya proses pendidikan merupakan proses pemberdayaan seseorang untuk membentuk kepribadian dan menciptakan integritas dirinya sendiri. Melalui aktivitas pendidikan itulah seseorang diharapkan dapat memperoleh kemampuan yang dibutuhkan dirinya sendiri maupun oleh masyarakat, dan negara sehingga mampu memberikan kontribusi nyata sesuai dengan kapasitas kompetensinya.
Kompetensi individual sebagai hasil belajar, diharapkan mampu menjadi modal dasar berkontribusi di masyarakat untuk melakukan perubahan yang tentu saja ke arah yang lebih baik. Oleh karena itu pendidikan kita memerlukan orientasi dan arah yang jelas sesuai dengan cita-cita dan tujuan negara.
Itu sebabnya dalam implementasinya pendidikan seharusnya tidak sekedar mendidik seseorang dari sisi intelektualnya, akan tetapi juga kepribadian, etika, dan estetika dari dalam potensi diri isi Pembelajar. Dengan bekal keseimbangan pribadi seperti itulah, peserta didik kita, diharapkan mampu menjadi agen perubahan (agent of change).
Namun sayangnya arah pendidikan saat ini terlihat kehilangan arah dari cita-cita para pendahulu. Pendidikan dewasa ini seperti menjadi komoditas dan dagangan saja. Institusi pendidikan (kampus) yang berorientasi pada selera pasar tak ubahnya seperti menjadi pabrik pencetak mesin mesin manusia siap kerja namun miskin inovasi.
Pendidikan kita yang hanya berorientasi pada hasil (yang dijawantahkan dengan nilai tertulis) tanpa memperhatikan prosesnya menjadikan hasil anak didik menjadi insan-insan yang hanya berorientasi pada hasil dan uang saja.
Jika menyimak secara seksama kebijakan Kemendikbud terkait kampus merdeka berpotensi membuat pendidikan tinggi kita tak menentu arah. Berangkat dari konsep lama link and match, kebijakan ini bakal membuat kampus semakin terjebak menjadi pabrik pencetak tenaga kerja untuk berbagai ragam industri.
Membangun relevansi dunia pendidikan dan dunia kerjaLSP3I
Salah satu masalah penting dalam upaya meningkatkan kualitas sumberdaya manusia (SDM) adalah keterkaitan antara dunia pendidikan dan dunia kerja.
Dunia pendidikan belum mampu menjembatani kebutuhan dunia kerja terkini secara komprehensif. Hal ini pula menjadi penyebab terjadi pengangguran intelektual.
Sejauh mana keterkaitan pendidikan dengan dunia kerja? Untuk menjawab pertanyaan ini, ada 2 hal yang menjadi tantangan perguruan tinggi sekarang ini dalam hubungannya dengan dunia kerja, adalah Kurikulum dan Pendekatan Pengajaran.
Pentingnya perubahan pendidikan di era pengetahuanLSP3I
Para peramal masa depan (futurist) mengatakan bahwa abad 21 disebut abad pengetahuan, karena pengetahuan telah menjadi landasan utama segala aspek kehidupan (Trilling dan Hood, 1999).
Perubahan-perubahan yang terjadi selain karena perkembangan teknologi yang sangat pesat, juga diakibatkan oleh pertumbuhan dan perkembangan yang luar biasa dalam ilmu pengetahuan, psikologi, dan transformasi nilai-nilai budaya.
Era pengetahuan menyebabkan terjadinya perubahan cara pandang manusia terhadap manusia, cara pandang manusia terhadap masalah-masalah sosial dan alam, cara pandang manusia terhadap dunia pendidikan atau perubahan peran orang tua/guru/dosen dalam dunia pendidikan, serta perubahan pola hubungan antar mereka.
Era pengetahuan telah menimbulkan perubahan yang signifikan pada tatanan lapangan kerja maupun dunia pendidikan. Era pengetahuan telah memaksa kita untuk menyesuaikan sejumlah aturan main, cara kerja, perilaku dan bahkan telah menjungkirbalikkan paradigma yang dianggap benar pada zaman sebelumnya.
Hal yang paling sesat terjadi apabila saat kini kita masih menggunakan cara lama di era yang sudah berubah. Perusahaan-perusahaan bisnis yang tercatat sebagai perusahaan kelas dunia ternyata separuhnya telah lenyap dalam tempo 10 tahun, karena mereka tidak mampu mengikuti tuntutan perubahan zaman.
Era pengetahuan telah melahirkan tatanan kehidupan baru, yang memiliki karakteristik berbeda dibandingkan dengan era manual atau era mesin industri. Pengetahuan telah menjadi modal virtual (human capital) yang sangat menentukan perkembangan serta sekaligus kemajuan peradaban di jaman ini.
Dampak yang ditimbulkan dari perubahan tersebut sangat luar biasa, antara lain diperlihatkan melalui sejumlah fenomena seperti :
Mengalirnya beragam sumber daya fisik maupun non-fisik (data, informasi, dan pengetahuan) dari satu tempat ke tempat lainnya secara bebas dan terbuka. Ini telah merubah total lingkup dunia bisnis dan dunia usaha yang selama ini terlihat mapan.
Meningkatnya kolaborasi dan kerjasama antar negara dalam proses penciptaan produk dan/atau jasa yang berdaya saing tinggi secara langsung maupun tidak langsung telah menggeser kekuatan ekonomi dunia dari "barat" menuju "timur" dari "utara" ke "selatan"
Menguatnya tekanan negara-negara maju terhadap negara berkembang untuk secara total segera menerapkan agenda globalisasi yang memaksa setiap negara untuk menyerahkan nasibnya pada mekanisme ekonomi pasar bebas dan terbuka yang belum tentu mendatangkan keuntungan bagi seluruh pihak yang terlibat.
Begitu banyak pemberitaan mengenai wabah virus corona yang menghiasi media cetak dan elektronik setiap hari. Namun, pemberitaan itu justru tidak banyak memberi edukasi dan pencerahan bagaimana membangun kesadaran publik menghadapi virus corona. Justru, membuat situasi malah bikin makin panik. Hal ini tentunya menimbulkan sindrom berlebihan di tengah geliat usaha pemerintah dan masyarakat melawan Covid-19. Belum lagi munculnya informasi-informasi bohong atau berita hoaks yang menyebar melalui media sosial, tentunya dapat menimbulkan kepanikan dalam masyarakat, yang dapat berdampak pada menurunnya kualitas kesehatan masyarakat.
Pendidikan holistik merupakan suatu filsafat pendidikan yang berangkat dari pemikiran bahwa pada dasarnya seorang individu dapat menemukan identitas, makna dan tujuan hidup melalui hubungannya dengan masyarakat, lingkungan alam, dan nilai-nilai spiritual. Secara historis, pendidikan holistik sebetulnya bukan hal yang baru.
Tujuan pendidikan holistik adalah membantu mengembangkan potensi individu dalam suasana pembelajaran yang lebih menyenangkan dan menggairahkan, demoktaris dan humanis melalui pengalaman dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Melalui pendidikan holistik, peserta didik diharapkan dapat menjadi dirinya sendiri (learning to be). Dalam arti dapat memperoleh kebebasan psikologis, mengambil keputusan yang baik, belajar melalui cara yang sesuai dengan dirinya, memperoleh kecakapan sosial, serta dapat mengembangkan karakter dan emosionalnya (Basil Bernstein).
Pendidikan holistik memperhatikan kebutuhan dan potensi yang dimiliki peserta didik, baik dalam aspek intelektual, emosional, emosional, fisik, artistik, kreatif, dan spritual. Proses pembelajaran menjadi tanggung jawab personal sekaligus juga menjadi tanggung jawab kolektif, oleh karena itu strategi pembelajaran lebih diarahkan pada bagaimana mengajar dan bagaimana orang belajar. Beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam mengembangkan strategi pembelajaran holistik, diantaranya: (1) menggunakan pendekatan pembelajaran transformatif; (2) prosedur pembelajaran yang fleksibel; (3) pemecahan masalah melalui lintas disiplin ilmu, (4) pembelajaran yang bermakna, dan (5) pembelajaran melibatkan komunitas di mana individu berada.
Dalam pendidikan holistik, peran dan otoritas dosen untuk memimpin dan mengontrol kegiatan pembelajaran hanya sedikit dan dosen lebih banyak berperan sebagai sahabat, mentor, dan fasilitator. Peran dosen seperti seorang teman dalam perjalanan yang telah berpengalaman dan menyenangkan.
Kampus sebagaimana Sekolah hendaknya menjadi tempat peserta didik dan dosen bekerja guna mencapai tujuan yang saling menguntungkan. Komunikasi yang terbuka dan jujur sangat penting, perbedaan individu dihargai dan kerjasama (kolaborasi) lebih utama dari pada kompetisi.
Metode pendidikan baru dalam beradaptasi dengan revolusi industri 4.0LSP3I
"Revolusi Industri 4.0 itu hanya istilah semata, yang sesungguhnya adalah tradisi berpikir manusia yang mengikuti garis linier hubungan antara pengetahuan, sains, dan teknologi yang pengaruhnya pada perubahan alam dan perubahan perilaku manusia sungguh sangat luar biasa karena terciptanya peralatan-peralatan yang digunakan untuk memudahkan manusia melakukan kegiatan-kegiatan yang sulit dan rumit."- Berbagai upaya pemerintah dan perguruan tinggi kita dalam menyambut penetrasi Revolusi Industri 4.0, yang kedatangannya diharapkan tidak sekadar disambut oleh euforia yang melenakan, tetapi merangsang kesadaran bahwa kesiapaan bangsa ini untuk menceburkan diri pada arus revolusi tersebut harus disertai dengan 'pemberian bekal' yang mumpuni agar menghindarkan diri terseret arus globalisasi yang menenggelamkan. Banyak analisa menyatakan bahwa keunggulan kompetitif (competitive adventage) sebuah bangsa di era Revolusi Industri 4.0 ini sesungguhnya mengejawantah pada kemampuan mengintegrasikan beragam sumber daya yang dimiliki agar memiliki konektivitas pada penguasaan teknologi, komunikasi, dan big data untuk menghasilkan 'smart product' dan 'smart services', dan tidak sekadar pada produktivitas kerja yang berskala besar semata. Tantangan Utama Revolusi Industri 4.0 adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia, yang dapat mengelaborasi ilmu pengetahuan, keterampilan hidup, dan penguasaan terhadap teknologi informasi.
Skill yang harus dimiliki Lulusan Perguruan Tinggi di era industri 4.0LSP3I
Era revolusi industri 4.0 membuka kesempatan bagi sumber daya manusia (SDM) di berbagai bidang untuk memiliki keahlian yang sesuai dengan perkembangan teknologi terkini. Untuk itu, diperlukan kesiapan pelaksanaan program pendidikan dan pembelajaran yang dapat meningkatkan keterampilan (up-skilling) atau pembaruan keterampilan (reskilling) para peserta didik berdasarkan kebutuhan dunia kerja saat ini.
Perguruan tinggi, sudah menyadari pentingnya pendidikan soft skill untuk para mahasiswanya. Perguruan tinggi saat ini tak hanya membekali anak didiknya dengan ilmu pengetahuan dan hard skill, tetapi juga mulai melakukan pengembangan soft skill. Perguruan tinggi harus secara konsisten mendidik dan mempersiapkan anak didik mereka agar kelak dapat beradaptasi dengan dunia kerja dewasa ini melalui penyelenggaraan pendidikan dan pembelajaran yang menyelarasakan kebutuhan hardskill dan softskill kekinian, yang menjadi tuntutan dalam era revolusi industri 4.0.
Mengenal metode dan teknik mengajar dosen masa kiniLSP3I
Di era pendidikan 4.0 ini, PT menghadapi tantangan yang besar. Untuk itu, diperlukan adanya peningkatan kualitas proses pembelajaran dalam rangka menghasilkan lulusan yang bermutu. Untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran di PT, dituntut adanya peningkatan kompetensi dan profesionalisme dosen.
Profesionalisme mengisyaratkan empat kompetensi yang harus dimiliki dosen, khususnya kompetensi dosen yang terkait dengan tugas utamanya sebagai pengajar sekaligus pendidik, yaitu kompetensi bidang studi, kompetensi pemahaman tentang peserta didik, kompetensi pembelajaran yang mendidik, dan kompetensi pengembangan kepribadian dan keprofesionalan.
Strategi perguruan tinggi untuk menarik minat mahasiswa baruLSP3I
Kegiatan pemasaran perguruan tinggi tentu berbeda dengan organisasi bisnis. Perbedaan tersebut tentu disebabkan oleh tujuan, skala, dan pelanggan yang berbeda. Perguruan tinggi, tentu bukan organisasi bisnis yang kadang lebih permisif dalam banyak hal, sehingga ada batasan-batasan bagi perguruan tinggi dalam melakukan kegiatan pemasaran. Boleh di bilang pemasaran perguruan tinggi lebih sebagai pemasaran kehumasan. SEhingga perguruan tinggi lebih banyak mengandalkan pemasaran yang porsi kehumasannya lebih besar. Sedangkan periklanan, promosi penjualan, dan penjualan peribadi, akan lebih kecil.
Perguruan tinggi sebagai organisasi non profit, seperti juga halnya organisasi bisnis juga mengharapkan keuntungan dalam melakukan kegiatannya. Tujuannya agar perguruan tinggi tinggi dapat memelihara dirinya secara ekonomi, disamping dengan begitu, cita-cita mulia perguruan tinggi yang mendidik anak bangsa menjadi insan Indonesia yang cerdas dan kompetitif bisa tetap dipegang, dan tentu saja diraih.
Era kini bernama disrupsi, yang sering diposisikan sebagai suatu masalah, di lain sisi sebagai tantangan dan sekaligus solusi dalam peradaban kehidupan kekinian. Terminologi “disruptif” yang menjadi kata sifat dari era atau jaman memiliki makna konotasi negatif karena merupakan sebuah perubahan kemapanan. Disrupsi yang secara literal diterjemahkan sebagai “kekacauan” memiliki derivasi makna yang tidak lepas dari daya ledakan perubahan yang mengganggu kematangan modernisasi. Ia juga membuat kekisruhan baru melalui pola-pola menyeluruh dari aspek semua kehidupan
Sejak terbukanya kebebasan informasi dan teknologi media, pertumbuhan media massa dan media baru mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Media komunikasi yang telah bermetamorfosis menjadi media digital itu perkembangannya semakin beragam, lebih gampangnya direpresentasikan oleh pertumbuhan smartphone dan sejenisnya.
Dewasa ini penetrasi berbagai jenis media tersebut telah merambah ke berbagai kalangan dan komunitas di masyarakat, tanpa membedakan strata sosial dan ekonomi. Seiring dengan berkembangnya teknologi komunikasi tentu ada beberapa konsekuensi, baik yang berkonotasi positif maupun negatif, dalam konteks ini dapat dianalogikan bahwa media masa telah mengambil bagian dari peran-peran tertentu di masyarakat. Media massa telah mempengaruhi pola pikir dan realitas kehidupan dengan ragam cara.
Realitas atau kenyataan, dalam bahasa sehari-hari berarti "hal yang nyata; yang benar-benar ada". Dalam pengertiannya yang sempit dalam filsafat barat, ada tingkat-tingkat dalam sifat dan konsep tentang realitas. Tulisan ini membahas pentingnya memahami realitas objektif dan realitas media agar kita tidak terasing dan tersesatkan dengan berita media massa yang semakin masif dan menghegemoni masyarakat kekinian.
Belajar lagi, belajar lagi ........bosan ahh.......!", gerutu sebagian mahasiswa saat disuruh belajar atau mengerjakan tugas kuliah. Biasanya mereka juga tidak langsung menurut bila disuruh, tapi berusaha menghindar dengan berbagai alasan. Tony Buzan melakukan survai. Tiga puluh tahun lamanya ia melakukan penelitian yang berkaitan dengan asosiasi seseorang terhadap kata "belajar". Waktu ditanyakan kepada responden kesan apa yang muncul dalam pikiran mereka saat mendengar kata "pendidikan" atau "belajar", jawabannya adalah "membosankan", "ujian", "tugas", "buang-buang waktu", "hukuman", tidak relevan", "tahanan", "benci dan takut".
Dapat disimpulkan bahwa belajar dan kuliah bukanlah hal yang menyenangkan bagi sebagian mahasiswa kita. Sebenarnya apa yang terjadi dengan mereka? Apakah karena belajar telah menjadi semacam pemaksaan dan beban sehingga keasyikan mereka menguasai keterampilan menjadi hilang?
Menggagas perguruan tinggi alternatif berbasis entrepreneurship dan ekonomi k...LSP3I
Pertumbuhan makro ekonomi yang cukup kuat selama lebih dari satu dekade ini secara berlahan telah mampu menurunkan angka pengangguran di Indonesia. Namun, dengan kira-kira dua juta penduduk Indonesia yang tiap tahunnya terjun ke dunia kerja, adalah tantangan yang sangat besar buat pemerintah Indonesia untuk menstimulasi penciptaan lahan kerja baru supaya pasar kerja dapat menyerap para pencari kerja yang tiap tahunnya terus bertambah; pengangguran muda (kebanyakan adalah mereka yang baru lulus kuliah) adalah salah satu kekhawatiran utama dan butuh adanya tindakan yang cepat. Negara ini juga memiliki populasi penduduk yang muda karena sekitar setengah dari total penduduk Indonesia berumur di bawah 30 tahun. Jika kedua faktor tersebut digabungkan, indikasinya Indonesia adalah negara yang memiliki kekuatan tenaga kerja yang besar, yang akan berkembang menjadi lebih besar lagi ke depan, maka menekankan pentingnya penciptaan lapangan kerja dalam perekonomian terbesar di Asia Tenggara.
Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang dapat mencapai tujuan pembelajaran itu sendiri. Dosen perlu memilih pendekatan/metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik dan tujuan mata kuliah. Salah satu metode yang efektif digunakan dalam pembelajaran adalah metode presentasi dan penjelasan. Metode presentasi dan penjelasan dimaksudkan untuk membantu peserta didik mengembangkan pengetahuan deklaratif baru. Ada dua hasil belajar utama yang inggin dicapai melalui metode presentasi dan penjelasan yaitu membantu peserta didik mengembangkan struktur konseptual dan mengembangkan kebiasaan mendengarkan dan berpikir. Perlu dicatat bahwa metode presentasi dan penjelasan sangat tidak efektif digunakan untuk mengembangkan pengetahuan prosedural, berpikir tingkat tinggi, dan kemampuan pemecahan masalah.
Seiring perkembangan di era digital, teknologi semakin canggih, dengan mudahnya informasi diakses. Jika dulu informasi didapatkan dari media konvensional seperti koran dan televisi, kini masyarakat bisa mengaksesnya hanya dari genggaman tangan dengan menggunakan perangkat smartphone. Informasi tersebut tentunya tak hanya hiburan, tapi juga ilmu yang berguna untuk pendidikan. Peserta didik bisa belajar IPTEKS dengan cara yang lebih menyenangkan dan interaktif lewat teknologi. Tak lagi hanya duduk menyimak dosen yang mengajar di depan kelas.
Inilah menjadi tantangan pendidikan kita kekinian, bagaimana proses pembelajaran yang seharusnya di dalam dunia pendidikan di era digital saat ini berbenah. Proses pembelajaran yang konvensional atau tradisional di diubah. Pendidikan konvensional yang lebih menekankan kepada mengingat, menghapalkan, memperoleh informasi hanya dari satu arah atau mengaplikasikan prosedur sederhana yang membuat peserta didik tidak mahir dalam berpikir kritis terhadap permasalahan yang dihadapi.
Pendidikan Instan : Telisik Sisi Lain Praktek Pendidikan KekinianLSP3I
Pendidikan adalah kehidupan dan jantung peradaban sebuah bangsa karena Pendidikan adalah satu-satunya yang dapat melahirkan negara bermartabat. Jika sistem dan praketk pendidikan berjalan tidak sebagaimana mestinya, maka maka output dari pendidikan itu sendiri tidak akan menghasilkan dampak yang baik justru akan menghancurkan peradaban kehidupan itu sendiri.
Hukum pareto yang dapat diterapkan dalam seluruh sendi kehidupan
1. Hukum Pareto: Formula 80/20 yang
dapat diterapkan dalam seluruh sendi
kehidupan
Prinsip Pareto (bahasa Inggris:The Pareto principle) (juga dikenal sebagai aturan
80-20) menyatakan bahwa untuk banyak kejadian, sekitar 80% daripada efeknya
disebabkan oleh 20% dari penyebabnya. Sebagai ilustrasi, bahwa 80% dari
kesuksesan yang telah atau akan Anda peroleh merupakan hasil dari 20% usaha
Anda selama ini. Artinya adalah hanya ada 20% dari tindakan dan pemikiran
dalam hidup kita yang harus lebih dimaksimalkan untuk mendapatkan 80%
keberhasilan. Ada 20% dari waktu dalam hidup kita yang harus lebih
dimaksimalkan, karena dari 20% waktu itulah tersembunyi 80% kesuksesan
dalam hidup kita.
Secara sederhana, Hukum Pareto mengajak kita untuk lebih mempertajam intuisi
dan mencari 20% usaha tersebut. Bayangkan efektifitas waktu, tenaga, fikiran
yang bisa kita peroleh jika kita berhasil menemukan 20% sebab tersebut.
Kemudian kita bisa memaksimalkannya untuk mencapai 80% kesuksesan dalam
hidup kita.
2. HUKUM PARETO: FORMULA 80/20 YANG DAPAT DITERAPKAN DALAM SELURUH SENDI KEHIDUPAN
Sebelum membahas lebih jauh tentang apa dan bagaimana penerapan Hukum Pareto, akan lebih afdol jika kita
mengetahui sejarah terciptanya formula 80/20. Hukum Pareto atau yang dikenal juga dengan beberapa istilah
berbeda yakni the 80–20 rule (hukum 80/20), The Law of The Vital Few atau The Principle of Factor Sparsity,
merupakan sebuah pemikiran dari seorang konsultan manajemen bernama Joseph M. Juran. Di sinilah yang
sering kali banyak disalah artikan, dalam beberapa sumber saya menemukan bahwa Hukum Pareto dicetuskan
oleh seorang ekonom berkebangsaan Italia, Vilfredo Pareto.
Prinsip Pareto (bahasa Inggris:The Pareto principle) (juga dikenal sebagai aturan 80-20[1]) menyatakan bahwa
untuk banyak kejadian, sekitar 80% daripada efeknya disebabkan oleh 20% dari penyebabnya. Dalam
implementasinya, prinsip 80/20 ini dapat diterapkan untuk hampir semua hal:
80% dari keluhan pelanggan muncul dari 20% dari produk atau jasa.
80% dari keterlambatan jadwal timbul dari 20% dari kemungkinan penyebab penundaan.
20% dari produk atau jasa mencapai 80% dari keuntungan.
20% dari cacat sistem menyebabkan 80% masalah.
Inilah yang menjadi ruh dari Hukum Pareto yakni ada sebuah hubungan matematis dimana 80% reaksi
sebenarnya dihasilkan hanya dari 20% aksi yang dilakukan. Beberapa waktu berselang, Joseph M. Juran
merangkumnya menjadi Hukum Pareto yang lebih bersifat universal. Dirinya sangat yakin bahwa konsep 80/20
tersebut bisa diterapkan dalam seluruh sendi kehidupan manusia, mulai sosial, budaya, ekonomi dan lain-lain.
1. Hukum Pareto Sebagai Sebuah Nilai Hidup
Setiap manusia di dunia hidup dalam satu kesatuan dan membentuk sistem kehidupan yang terus berjalan.
Sebagian mengambil peran sebagai atasan dan sebagian lain tentu ada yang menjadi bawahan. Sebagian
akhirnya mendapatkan kesuksesan, namun lebih banyak lagi yang masih merangkak dari kegagalan.
Formula khusus yang diungkapkan Vilfredo Pareto, bahwa manusia sebenarnya hidup dalam sebuah
perbandingan 80/20. Sebagai contoh sederhananya, percayakah Anda bahwa sebenarnya kita hanya perlu
memaksimalkan 20% usaha kita untuk mencapai 80% kesuksesan dalam hidup kita? Mungkin sebagian orang
akan menolak pemikiran ini, namun ternyata Pareto dengan fakta temuannya berhasil membuka mata jutaan
orang tentang besarnya manfaat memahami prinsip 80/20 tersebut. Secara sederhana, Hukum Pareto
3. mengajak kita untuk lebih mempertajam intuisi dan mencari 20% usaha tersebut. Bayangkan efektifitas waktu,
tenaga, fikiran yang bisa kita peroleh jika kita berhasil menemukan 20% sebab tersebut. Kemudian kita bisa
memaksimalkannya untuk mencapai 80% kesuksesan dalam hidup kita.
Sebenarnya jika telisik lebih dalam lagi masih banyak fakta menarik yang mendukung konsep 80/20 ini. Dan
sebagai manusia, kita boleh percaya atau boleh juga tidak tentang adanya konsep 80/20 tersebut. Namun yang
pasti, jika kita bisa memahami “keajaiban” konsep 80/20, sebenarnya kita bisa lebih memaksimalkan diri,
memaksimalkan potensi tenaga dan waktu yang kita miliki.
Prinsip Pareto dikembangkan ke dalam banyak bahasa, namun intinya tetap sama, yaitu daya ungkit prioritas.
Jika kita pandai memprioritaskan aktivitas kita, maka akan mendapat lebih banyak produktivitas dengan jumlah
waktu yang lebih sedikit. Dalam prinsip Pareto, bahwa 20% aktivitas prioritas tinggi menghasilkan 80%
produktivitas, bahkan dengan waktu yang sangat singkat. Inilah penghematan yang luar biasa besar, baik dari
sisi waktu maupun biaya. Dalam bidang pendidikan, khusunya aktivitas pembelajaran harus fokus pada proses,
bukan hanya hasil akhir semata. Mengapa harus proses lebih diprioritaskan ? Karena dengan cara ini, akan
menentukan kualitas hasil pendidikan. Proses pembelajaran merupakan sebuah strategi berjangka panjang
yang menentukan berhasil atau gagalnya praktek pendidikan.
Memang hasil penting, namun jauh lebih penting bagaimana proses pendidikan yang dilaksanakan dapat
menghasilkan luaran yang unggul dan berdaya saing dan itu di tentukan dari prosesnya. Proses tidak akan
pernah menghianati hasil, demikian kata orang bijak. Fokus utama pada Praktek Pendidikan ada pada proses
sebagai investasi membangun sistem pendidikan yang berkualitas. Inilah inti dari Hukum pareto atau leverage,
bagaimana memusatkan perhatian pada 20% itu untuk mendapatkan 80% hasil. Prinsip Pareto mengajarkan
kepada kita bagaimana memilih prioritas aktivitas yang memiliki potensi besar, 20% aktivitas menghasilkan 80%
produktivitas.
2. Diagram Pareto; Pengertian, Prinsip, Implemementasi
Diagram Pareto adalah suatu grafik batang (nilai/jumlah asal) yang dipadukan dengan diagram garis (jumlah
kumulatif %) yang terdiri dari berbagai faktor yang behubungan dengan suatu variabel yang disusun menurut
besarnya dampak faktor tersebut. Prinsip Pareto ini kemudian terkenal dengan prinsip 80/20: 20 % dari
masalah memiliki 80 % dari dampak dan hanya 20 % dari masalah yang ada adalah penting. Selebihnya
adalah masalah yang mudah. Artinya dari semua masalah yang ada, hanya sedikit yang sering terjadi
sedangkan yang lainnya jarang terjadi.
Bahkan kemudian dari sudut pandang kualitas, professor J. M. Juran (Ahli Mutu) mengadopsi ide Pareto ini,
sebagai “asumsi Juran” yang diperkenalkan sebagai instrumen untuk mengklasifikasi masalah kualitas. Seperti
hanya 20% dari masalah yang diidentifikasi menyebabkan 80% dari kerusakan/kesalahan/kecacatan. Pun
demikian, bahwa sebagian besar hasil dalam situasi apa pun ditentukan oleh sejumlah kecil penyebab. contoh
adalah dengan fokus pada 20% aktifitas, akan memperoleh 80% keuntungan.
Dalam konteks lainnya, gambaran prinsip 80/20 yang terdiri dari dua kelompok data terkait (biasanya sebab dan
akibat, atau input dan output) juga bisa diinterpretasikan sebagai :
80 % dari output yang dihasilkan oleh 20 % dari masukan
80 % dari hasil berasal dari 20 % dari usaha
80 % dari aktivitas akan membutuhkan 20 % dari sumber daya
80 % dari kesulitan dalam mencapai sesuatu terletak pada 20 % dari tantangan
80 % dari masalah datang dari 20 % penyebab
80 % dari keberhasilan pendidikan berasal dari 20 % dari berbagai kegiatan pendidikan
20 % dari penggunaan energi di rumah tangga akan menawarkan 80% dari potensi penghematan
energi”
4. Prinsip Pareto adalah model yang sangat berguna atau teori dengan aplikasi tak berbatas. Bukan hanya dibidang
manajemen, pendidikan, namun juga pada pelayanan kesehatan, studi sosial dan demografi, semua jenis
analisis distribusi, ekonomi bisnis, perencanaan dan evaluasi, dan juga untuk pekerjaan dan bidang kehidupan
lainnya. Misalnya, penghematan energi rumah tangga dapat menjadi dramatis dan mudah jika mampu
mengidentifikasi 20% dari penggunaan listrik yang memiliki potensi penghematan sebesar 80%. atau
mengidentifikasi 20% yang dikeluhkan oleh pasien dan keluarganya kalau di rumah sakit. Atau bila mampu
mengidentifikasi motedo dan pola pengajaran yang sering dipergunakan, maka metode tersebut dibuatkan pola
yang efektif yang menyesuaikan karakteristik peserta didik dan mudah diaplikasikan. Dan masih banyak contoh
lain yang bisa diasumsikan.
Meskipun dikenal dengan prinsip 80/20, namun Prinsip pareto tidak harus dengan perbandingan 80:20 untuk
setiap situasi. Karena Angka 80-20 belum tentu cocok untuk setiap masalah. Misalnya, insinyur perangkat lunak
menggunakan aturan 90-10 yang menyatakan bahwa 90% dari kode komputer menyumbang 10% dari waktu
pengembangan, dan sisanya 10% menyumbang 90% dari waktu pengembangan. Apakah rasio 95/5, 90/10,
80/20 atau 75/25, pengalaman menunjukkan perbedaan-perbedaan persentase tertentu mencirikan berbagai
pengalaman, penelitian termasuk studi dari berbagai masalah di setiap bidangnya.
Jadi, Prinsip Pareto tidak harus diaplikasikan 80:20 sehingga menjadi pas 100%. Dua angka perbandingan bisa
lebih atau kurang dari 100. Misalnya hasil optimal sebesar 99% dari 15% 15% faktor-faktor penentu, atau di
mana 75% dari hasil berasal dari 5% dari faktor. Atau 99 :22 (yang menggambarkan bahwa konsentrasi lebih
besar daripada 80:20 dan karena signifikansi pada „top-end‟) atau 05:50 (yaitu, hanya 5% manfaat yang berasal
dari 50% input).
Penggunaan prinsip 80/20 yang telah menjadi standar dan terkenal karena : 1) 80:20 korelasi yang pertama
yang ditemukan dan dipublikasikan, 2) 80:20 tetap rasio paling mencolok dan sering terjadi, 3) Sejak
penemuannya, 80:20 merupakan rasio yang selalu digunakan sebagai nama dan ilustrasi dasar teori Pareto.
Diagram Pareto dipergunakan saat:
Menganalisis data tentang frekuensi masalah atau penyebab dalam suatu proses, Ingin fokus pada
masalah/penyebab yang paling signifikan dari sekian banyak masalah/penyebab, Menganalisis faktor
penyebab/masalah yang luas dengan melihat hal khusus dari penyebab/masalah tersebut, Mengkomunikasikan
data dengan pihak lain.
Dengan menggunakan diagram Pareto maka: Dapat memilah masalah utama/besar menjadi bagian yang lebih
kecil sehingga dapat fokus pada upaya perbaikannya. Mengidentifikasidan mengurutkan menurut prioritas atau
faktor yang paling signifikan. Memungkinkan pemanfaatan yang lebih baik sumber daya yang terbatas
Langkah-langkah Penyusunan Diagram Pareto
Untuk membangun sebuah Diagram Pareto, maka harus dimulai dengan kepemilikan data yang telah
dikumpulkan dan dikelompokkan. Langkah-langkah selengkapnya sebagai berikut:
a. Pengumpulan data
Mengidentifikasi topik/kejadian/masalah dan faktor-faktor yang berkontribusi terhadap hal tersebut
(kategori) yang akan diteliti (misalnya, jenis kesalahan yang ditemukan selama kegiatan berlangsung).
Tentukan cara pengukuran yang tepat. Pengukuran umum adalah frekuensi, kuantitas, biaya dan waktu.
Tentukan berapa lama cakupan diagram pareto: Satu siklus kerja?
b. Olah data
Hasil pengumpulan/pengukuran data diberikan/diisikan pada masing-masing kategori. Urutkan (sort) data
5. yang dimiliki dari yang frekuensi tertinggi hingga terendah. Hitung jumlah total hasil pengukuran
keseluruhan kategori. Hitunga persentase tiap kategori. Hitung jumlah kumulatif persentase kategori. Atur
diagram sesuai kelayakan informasi grafis
c. Tindak lanjut
Analisis/Interpretasikan dan komunikasikan hasil tersebut. Lakukan upaya perbaikan sesuai prioritas
d. Evaluasi hasilnya dengan langkah-langkah tersebut diatas untuk perbandingan pasca intervensi
Prinsip Pareto menjadi salah satu prinsip untuk meningkatkan produktifitas sebuah usaha atau kegiatan, namun
sangat aplikatif dalam kehidupan disegala bidang kehidupan.
a. Bekerja Cerdas
Jika ingin meraih sukses dalam dunia kerja, tentu kita ingin menjadi bagian dari orang yang melakukan
20% usaha dan memberi hasil 80%. Kuncinya disini adalah bekerja cerdas, bukan hanya bekerja keras.
Bukan berarti bahwa bekerja keras tidak penting, sangat penting, namun dengan bekerja pintar atau
cerdik maka kerja keras akan memberikan hasil yang maksimal.
Prinsip Pareto mengajarkan kita untuk fokus pada 20 persen pekerjaan kita, karena hal itu akan
berdampak pada 80 persen hasil akhir yang diharapkan. Artinya dengan upaya minimal namun
membuahkan hasil maksimal. Didalamnya tetap ada bagian dimana kita dituntut untuk bekerja keras
dalam mengejar target, namun dengan fokus pada hal-hal yang terpenting.
b. Fokus pada hal terpenting dan menjadi pekerjaan utama
Salah satu yang krusial dalam menerapkan prinsip 80/20 ini adalah menentukan apa yang menjadi hal
terpenting dan menjadi pekerjaan utama. Tidak semua hal penting harus menjadi prioritas, kita harus
bisa memilah mana yang menjadi pekerjaan utama dan terpenting sehingga harus diprioritaskan. Buatlah
daftar pekerjaan penting itu dan urutkan berdasarkan prioritasnya. Jika Anda bisa menyelesaikan
pekerjaan utama yang menjadi tanggung jawab, maka bisa dipastikan 80% hasil sudah dalam
perjalanan. Lalu sisa pekerjaannya bagaimana? Anda bisa meminta bantuan atau mendelegasikannya.
c. Managemen waktu
Jika kita memiliki waktu yang terbatas, tentu tidak akan membuang-buang waktu untuk hal-hal yang
kurang penting atau kurang produktif. Jika kita bisa mengatur waktu untuk mengerjakan hal-hal utama
dan penting terlebih dahulu, hal tersebut akan membuat lebih produktif dan efesien. Kita tidak bisa
mengartikan secara harfiah bahwa 20% usaha akan menghasilkan 80% hasil, namun hal ini adalah
prinsip untuk menyadarkan bahwa hal-hal yang terpenting dan utama akan menghasilkan hasil yang
terbesar, mungkin saja hal-hal utama itu 25% atau 30% dan menghasilkan bukan hanya 80% tetapi 90%
atau 95% hasil. Untuk itu fokus pada hal-hal utama tersebut sangat penting dalam mencapai kesuksesan
berkarir, karena hal ini merupakan kunci produktifitas. Hari ini, cobalah dengan membuat langkah
pertama untuk menerapakan Prinsip Pareto ini, kenalilah hal-hal utama dan prioritas dalam pekerjaan
kita. Lalu fokus untuk menyelesaikan pekerjaan itu dan lihatlah hasil akhirnya.
3. Sukses dengan Formula Pareto
Mungkin tidak harus persis persentasinya untuk penggambaran seberapa banyak hal diperoleh dari suatu hal lain
yang lebih sedikit. Contohnya, 80 persen profit atau laba didapatkan dari 20 persen pelanggan terbesar. Dan 80
persen penjualan dihasilkan dari 20 persen jenis produk, atau 80 % penjualan dibukukan oleh 20 % top sales
persons.
6. Logikanya memang segala hal berjalan dengan perhitungan 50:50, seberapa besar hasil tergantung dari
seberapa besar usaha. Semakin banyak usahanya, semakin banyak pula hasilnya. Tapi kenyataannya, kita bisa
lihat di dalam kehidupan pribadi kita sendiri contohnya; 80 persen kebahagiaan kita didapat dari hanya 20 persen
dari kesemua aktivitas yang kita lakukan. Terkait dengan keseharian, bisa jadi 20% aktivitas prioritas tinggi
menghasilkan 80% produktivitas. Silahkan berargumen setuju atau tidak, namun dalam temuan saya dilapangan
pendapat ini ada benarnya juga. Banyak terjadi kondisi dimana rencana/harapan tidak sesuai dengan realitas,
bisa jadi karena kita terjebak pada 80% aktivitas dengan prioritas rendah, dalam artian kurang produktif.
Mungkin ada baiknya kita evaluasi kembali rencana hidup kita, pekerjaan kita, keseharian kita. Sudahkah kita
menemukan 20% pareto dalam kehidupan? Atau kita masih terjebak dalam kehidupan mainstream. Yang
mungkin membuat kita lambat progress dalam bekerja atau untuk tujuan hidup jangka panjang. Kalau kita
merasa hidup kita kurang menarik, kurang termotivasi, bisa jadi tujuan hidup kita kurang greget. Atau malah
belum ada tujuan sama sekali?
Menemukan 20% dalam kehidupan pareto seperti menemukan akselerasi baru. Mungkin adakalanya kita tidak
fokus saat bekerja. Dengan menerapkan 20% pareto tersebut, akan meminimalisir waktu, tenaga, dan pikiran
kita. Sehingga aktivitas bisa lebih produktif. Menurut opini saya, pareto dalam kehidupan bisa dimulai dengan
beberapa hal yang mudah:
1. Temukan 20% aktivitas yang bikin 80% kerjaan optimal
2. Temukan 20% penggunaan waktu yang membuat 80% hemat waktu
3. Temukan 20% sumber kebahagiaan yang menyebabkan 80% hidup anda selalu bersemangat
Seorang dosen bisa meningkatkan prestasinya dengan memusatkan perhatian pada 20-30 persen kegiatan yang
paling produktif. Serta melakukan proses yang paling krusial, seperti meneliti atau menulis. Lalu meningkatkan
kemampuan tersebut dengan training dan membaca buku, dsb, sehingga menjadi pakar di bidang keilmuannya.
Prinsip 80-20 ini memberikan suatu pemikiran yang berguna bagi efektivitas dan efisiensi penggunaan waktu
serta sumber daya lainnya. Dengan berfokus pada 20 persen area yang benar-benar produktif, kita bisa
membuat suatu peningkatan yang signifikan. Agar Efektif serta efisien.
Efektivitas dan efisiensi ini juga bisa dicapai dengan suatu inovasi yang membuat 20 persen upaya yang
dikerjakan bisa menghasilkan 80 % dari total kinerja. Revolusi dalam produktivitas dimulai dari pemikiran yang
kreatif. Dosen harus banyak ide untuk mendapatkan 20 % ide brilian yang akan membawa hasil yang luar biasa.
Dengan cara merencanakan, mengelola, melaksanakan, mengevaluasi suatu tujuan dengan tepat dan berdaya
guna. Secara efektif dan efisien; Hal ini dilakukan dengan mengutamakan tugas-tugas yang terpenting dan
mendelegasikan yang lainnya.
Manajemen pribadi yang baik bisa dilakukan dengan mengelola diri secara optimal. Memanfaatkan waktu dan
sumber daya lainnya dengan produktif. Stop membuang-buang waktu melakukan hal-hal yang tidak terlalu
berdampak besar. Konsentrasikan diri untuk melakukan hal-hal yang paling bernilai dan bermakna besar. Sukses
dengan memanfaatkan aturan 80/20 berarti memperdalam fokus dengan menciptakan skala prioritas
berdasarkan besarnya dampak aktivitasnya. Kesuksesan akan didapat dengan berfokus pada pelaksanaan
beberapa kegiatan yang paling utama. Jadi, kuncinya adalah; mengidentifikasi 20 persen yang menghasilkan 80
persen. Dan mempraktekkan prinsip 80% 20% tersebut.
Dalam manajemen khususnya manajemen waktu, prinsip Pareto adalah hal yang sangat membantu.
Diterjemahkan ke dalam manajemen waktu, arti prinsip Pareto adalah: dalam 20 persen dari waktu yang tersedia
(untuk melaksanakan kegiatan), Anda sudah berhasil merampungkan 80 persen tugas tersebut. Dan
memerlukan 80 persen dari waktu Anda, untuk mencapai 20 persen sisa tugas yang belum terselesaikan
(membuatnya menjadi 100 persen perfek, menyempurnakannya). Kegiatan yang saya maksud di sini, kegiatan
yang menjadi tugas pokok dosen yang dimiliki dalam profesinya.
7. Salah satu hal penting yang perlu dipelajari dan dilakukan dalam menambah professional kita sebagai dosen
adalah dengan melatih diri untuk menentukan prioritas. Untuk menentukan prioritas, kita dapat menggunakan
prinsip Pareto. Secara sederhana, prinsip Pareto dapat dijelaskan sebagai berikut, bahwa "20 persen dari seluruh
daftar prioritas kita akan memberi hasil 80% dari total target kita apabila kita memfokuskan penggunaan sumber
daya yang ada (= waktu, tenaga, metode, alat) pada hal-hal yang terdapat di 20% prioritas utama dari seluruh
prioritas kita tersebut".
Bagaimana mengapikasikannya dalam Kegiatan Pendidikan ?
Manusia, benda-benda, waktu, keahlian, atau semua alat produksi telah memiliki aturan alamiah yang berkaitan
antara hasil dan aktivitas dengan jumlah perbandingan mulai dari 80/20 atau 70/30. Contoh: Karena dosen
memberi pencerahan ilmu dan pengetahuan, rumus tersebut lalu diterapkan ke dalam pengembangan pribadi.
Ternyata para pakar di bidangnya masing-masing menemukan sesuatu yang kira-kira sama dengan temuan
Pareto. Artinya jika bicara hasil, ketepatan proses, dan kualitas maka hal-hal tersebut erat hubungannya dengan
how well atau how good are you doing, bukan how often dan how long.
Semua tahu akan pentingnya waktu. Waktu adalah satu-satunya aset yang tak bisa diganti dengan apapun
Contoh sederhana adalah, Kegiatan pendidikan di kampus, tidak bisa dipungkiri 80% keberhasilan suatu
kegiatan pembelajaran diakibatkan kerja keras dosen (20%). Namun 20% usaha seperti apa yang dilakukan
untuk menghasilkan 80% kesuksesan tersebut; Tentu saja 20% usaha yang yang lakukan disini adalah usaha
yang efektif dan efisien, bukan bukan usaha yang malas-malasan, usaha yang minim, dll.
Contoh Penerapan Prinsip Pareto :
1. Waktu : 20% dari waktu kita, apabila kita gunakan dengan baik, akan memberi hasil 80% dari tujuan yang
kita harapkan.
2. Hubungan Antar Personal : 20% dari orang-orang yang kita kenal, merupakan orang-orang yang "dekat"
dengan kita, dan mereka menghabiskan 80% dari total seluruh waktu kita.
3. Pendidikan: 20% dari seluruh kegiatan yang kita hasilkan dapat memberikan 80% dari total kesusksesan
yang kita harapkan.
4. Pembelajaran: 20% dari kegiatan pembelajaran akan mempengaruhi atas 80% tingkat perkembangan belajar
peserta didik.
Penting sekali untuk dipahami, Maju mundurnya praktek pendidikan dimulai dari dosen. Mereka adalah barisan
terdepan dalan mengajar dan mendidik. Mereka harus berani melakukan perubahan, berani berinovasi, berani
menjadi contoh bagi yang lain. Sampai terbentuk sebuah Kesadaran akan perubahan.
Hukum Pareto tentang yang sedikit ini, menandaskan ada sedikit orang yang mampu menjalankan perannya
dengan efektif. Sebaliknya, terlalu banyak orang yang tidak melaksanakan tanggung jawabnya. Dengan baik,
keberhasilan dari praktek pendidikan menjadi tanggung jawab utama dosen sebagai pengajar dan pendidik,
sehingga setiap dosen dituntut dapat memberikan kontribusi sebanyak 80% kemajuan pendidikan.
Dengan kata lain hasil praktek pendidikan yang diperoleh ditentukan sejauhmana dosen bisa bekerja secara
cerdas. Contoh: Untuk mentransfer pengetahuan dan nilai pada peserta didik harus berpikir efektif dan efisien
dalam arti ketepatan strategi yang tidak berlebihan. Artinya temukan 20% dari strategi yang bisa merebut 80%
daya tarik peserta didik dengan memberi 80% pembelajaran yang „mendidik‟.
Disinilah pentingnya memahmi rumus pareto menerapkan cara belajar cerdas. Tanyakan pada dosen tentang
metode pengajaran – pembelajaran yang paling disukai peserta didik. Bisa jadi secara rata-rata dari semua
metode pembelajaran yang ada, hanya 20% dari metode tersebut yang paling tepat. Dan 20% dari metode yang
tepat tersebut pasti juga menjadi sumber inspirasi dan semangat peserta didik yang menyumbangkan 80%
keberhasilan pendidikan dan pembelajaran tersebut.
8. Ada banyak metode pembelajaran; Cobalah untuk membuat statistik dari metode tersebut untuk mendapatkan
informasi mengenai metode yang efektif dan efisien dalam meningkatkan semangat belajar peserta didik. Bisa
jadi, 80% dari peserta didik akan menunjuk kepada satu atau dua metode pembelajaran yang apabila
dibandingkan dari semua aktifitas pembelajaran yang ada.
Begitu juga pada pemberian tugas pada mahasiswa. Seringkali kita mendapati tugas yang dikerjakan mahasiswa
hanya sedikit (sekitar 20%) dari jumlah mahasiswa yang ada yang memberikan kontribusi pengetahuan dan
keilmuan di dalam bahasan materi tugas tersebut. Namun demikian, kembali lagi bahwa teori pareto ini tidak bisa
begitu saja diartikan secara harfiah. Misalnya, 80% kegiatan belajar hanya dilakukan oleh 20% mahasiswa. Kalau
kita yakini secara membabi buta, teori ini akan menimbulkan gangguan pada dinamika praktek pendidikan yang
ada. Perlu digunakan alat ukur yang lebih pas untuk mengetahuinya secara utuh.
Penerapan teori Pareto lebih baik digunakan sebagai upaya efisiensi saja. Misalnya di dalam banyak metode
pembelajaran. Contohnya ketika kita membuat daftar sepuluh aktifitas pembelajaran yang perlu dilakukan untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran, maka kita hanya memakai dua yang terpenting dari sepuluh daftar aktifitas
tersebut. Jika semuanya digunakan maka dosen tidak akan dapat mengetahui metode yang lebih pas atau
sesuai dengan karakteristik peserta didik jaman now.
Di dalam aktifitas kegiatan pengajaran dan pembelajaran, 80% keberhasilan dosen membelajarkan peserta didik,
ditentukan oleh 20% efektifitas dan efisiensi dari metode pengajaran yang digunakan. Tugas dosen adalah,
fokuskan waktu dan usaha untuk lebih meningkatkan metode pengajaran yang digunakan.
Keuntungan dengan menerapkan hukum pareto dalam aktifitas Pembelajaran:
1. Pembelajaran lebih tertarget.
20% efektifitas dan efisiensi dari metode pengajaran yang digunakan adalah FOKUS UTAMA. Mungkin
selama ini masih peserta didik yang kurang semangat mengikuti kegiatan pembelajaran; Bacalah reaksi
dari peserta didik anda. Follow up lebih intensif agar peserta didik benar-benar tertarik mengikuti
kegiatan pembelajaran.
2. Menghemat waktu dan tenaga.
Jangan habiskan waktu dan tenaga dengan mencoba semua metode pembelajaran secara membabi
buta dan tak tentu arah. Sekali lagi, bacalah reaksi dari peserta didik. Bila terlihat ada gejala kurang
bergairah dengan cara dan metode yang digunakan, segera antisipasi dengan mencoba metode yang
lain dan jangan memaksakan cara dan metode yang membuat mereka tidak nyaman belajar. Kerena
mereka hanya akan membuang-buang waktu dan tenaga tanpa hasil. Hanya dosen yang berpikir terbuka
yang dapat menerima perubahan untuk sukses.
3. Meminimalisir dari penolakan.
Dengan melakukan metode dan cara pembelajaran peserta didik yang tertarget, berarti meminimalisir
dosen dari penolakan. Karena peserta didik mengikuti perkuliahan bukan sekedar mendapatkan
pengetahuan tapi juga senang dan bahagian mengikuti kegiatan pembelajaran. Selain menghemat waktu
dan tenaga, kegiatan pengajaran lebih tertarget dan dapat meningkatkan produktivitas dan kinerja
pendidikan.
Berdasarkan Prinsip Pareto ini, bisa kita simpulkan bahwa dari metode pengajaran yang harus kita kerjakan, ada
2 metode yang nilainya lima bahkan sepuluh kali lipat atau lebih dibandingkan 8 metode yang lain. Pada 20
persen metode terpenting itulah, kita harus memusatkan tenaga dan pikiran kita. Bukan pada 80 persen yang
tidak penting.
9. Bagaimana mengapikasikannya?
Pertama dosen pastinya mempunyai banyak mengetahui metode pembelajaran, dari Prinsip Pareto, bahwa 20%
metode dan cara yang digunakan, menyumbang 80% peningkatan hasil pembelajaran. Sedangkan 80% metode
dan cara menyumbangkan 20% peningkatan hasil pembelajaran.
Bagaimana cara meningkatkan hasil pembelajaran? Olah data hasil pembelajaran yang telah dilaksanakan,
urutkan metode pengajaran yang banyak memberikan dampak paling besar sampai dengan yang paling kecil
(bisa berdasarkan nilah akhir yang dihasilkan peserta didik maupun pengamatan langsung di kelas saat kegiatan
perkuliahan). Kemudian ambil 20% dari metode pengajaran dari teratas bandingkan dengan hasil nilai akhir yang
diperoleh mahasiswa maupun dari pengamatan langsung di kelas.
Setelah diketahui metode apa saja yang 20% teratas, yang dapat meningkatkan hasil pembelajaran tersebut.
Kemudian dari metode tersebut, berikan pendekatan yang lebih efektif agar peserta didik anturis mengikuti
kegiatan perkuliahan dan senang belajar, Dengan semangat belajar yang tinggi, peserta didik akan terus
menerus mencari informasi pengetahuan lebih banyak lagi yang bisa meningkatkan prestasi belajar mereka.
Untuk lebih jelasnya lagi, mari kita ambil contoh penerapan prinsip Pareto dalam kegiatan pembelajaran.
Langkah-langkah yang perlu diambil adalah :
1. Susunlah atau tetapkan tujuan pembelajaran yang termasuk metode dan pola pembelajaran yang mampu
memberikan semangat dan antusiasme peserta didik belajar. Untuk mencapai hasil dan tujuan yang
ditetapkan (= 20% dari tujuan dan metode pembelajaran). Sebutlah bahwa tujuan dan metode pembelajaran
tersebut masuk yang "utama.
2. Gunakan 80% dari waktu untuk berinteraksi membangun kedekatan pada perta didik, serta mengajar,
mendidik; memberikan tugas, melatih tanggung-jawab peserta didik.
3. Gunakan 80% sumber daya (alat, metode, sarana, failitas) untuk meningkatkan dan mengembangkan
pembelajaran dalam mencapai hasil yang ditetapkan.
4. Lakukanlah proses pemberdayaan peserta didik untuk melaksanakan aktivitas pembelajaran yang memberi
dampak bagi tercapainya minimal 80% hasil dari total target pembelajaran yang diharapkan.
5. Cari metode dan pola pembelajaran yang lain untuk menyempurnakan hasil pembelajaran. Dengan kata lain
menambahkan metode lainnya yang dapat diandalkan sebanyak 20% dari total masing-masing metode
pembelajaran yang ada. Ini adalah konsep "multiplikasi" atau pelipat-gandaan".
Pertanyaan selanjutnya yang mungkin timbul adalah, bagaimana menentukan tujuan dan metode pembelajaran
yang yang akan masuk kategori "utama".
Untuk menjawabnya, cobalah tuliskan tujuan dan metode pembelajaran yang anda ketahui serta pelajari
karakteristik peserta didik jaman now yang berhubungan dengan cara dan metode belajar mereka. Sejauh apa
kira-kira dampak yang ditimbulkannya ? Kalau model itu berdampak besar dan sesuai dengan karakteristik
peserta didik, maka masukkanlah model tersebut ke dalam kategori "utama" Anda.
Kalau tujuan dan model pembelajaran telah ditentukan, selanjutnya menentukan skala prioritas untuk kegiatan
pembelajaran; menyangkut kegiatan proses belajar mengajar (Materi/bahan pelajaran, penyajiannya, pemberian
tugas, dsb) Pembagian skala prioritas, yaitu:
1. Sangat Penting & Sangat Mendesak : Segera laksanakan dan selesaikan terlebih dahulu aktifitas bersifat
seperti ini.
10. 2. Sangat Penting & Kurang Mendesak : Tetapkan batas waktu untuk penyelesaiannya dan usahakan untuk
mengerjakan aktifitas ini dalam rutinitas sehari-hari.
3. Kurang Penting & Sangat Mendesak : Temukanlah cara yang cepat dan efisien untuk mengerjakannya tanpa
banyak melibatkan waktu. Apabila mungkin, delegasikanlah itu kepada seorang asisten yang mampu
melakukannya.
4. Kurang Penting & Kurang Mendesak : Umumnya ini adalah tugas yang berulang dan cukup menyita waktu,
seperti contohnya membuat laporan dan lain sebagainya. Kerjakan dalam waktu setengah jam sampai satu
jam yang disisihkan setiap beberapa hari sekali agar tidak menganggu pekerjaan utama.
Cobalah mulai mengevaluasi kegiatan pembelajaran, pelajarilah dengan seksama berdasarkan skala prioritas
tersebut di atas.
Sebagai penutup; Di masa kini, bekerja keras saja tidaklah bijaksana, dan bekerja dengan cerdas saja juga
belum cukup untuk menciptakan perubahan positif yang berdampak luas bagi pekerjaan kita maupun organisasi.
Yang dibutuhkan saat ini adalah bekerja dengan cerdas dan bersedia atau berinisiatif melakukan tindakan "extra-
mile". Yaitu melakukan tindakan melebihi dari uraian pekerjaan; tugas dan tanggung-jawab kita yang dinyatakan
dan disampaikan secara formal dalam suatu organisasi.