SlideShare a Scribd company logo
1 of 40
HENTIKAN PROGRAM
SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL
             (SBI)

     SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL
   ADALAH PROGRAM YANG SALAH KONSEP
           DAN 90% PASTI GAGAL

          Ikatan Guru Indonesia (IGI)
MENGAPA PROGRAM SBI HARUS
           DIHENTIKAN?
Jika kita cermati ternyata program SBI ini
 mengandung banyak kekurangan mencolok. Alih-alih
 menghasilkan kualitas bertaraf internasional seperti
 yang diinginkan, kualitas pendidikan kita justru akan
 merosot.
 Mengapa?
 Ada beberapa kelemahan mendasar dari program
 SBI sehingga program ini memang harus dievaluasi,
 diredefinisi, dan perlu untuk dihentikan sampai hal-
 hal mendasar tersebut ditangani.
KONSEPNYA LEMAH
• Pertama, program ini jelas tidak didahului dengan riset
 yang mendalam dan konsepnya lemah. Dengan menyatakan
 bahwa SBI = SNP + X, maka sebenarnya konsep SBI ini tidak
 memiliki bentuk dan arah yang jelas. Tidak jelas apa yang
 diperkuat, diperkaya, dikembangkan, diperdalam, dll
 tersebut. Apakah “X’ ini sistem Cambridge, IGCSE, atau IB?
 Dengan memasukkan TOEFL/TOEIC, ISO dan UNESCO sebagai
 “X” juga menunjukkan bahwa Dikdasmen juga tidak begitu paham
 dengan apa yang ia maksud dengan “X” tersebut. Sampai saat ini tak
 ada penjelasan akademik apa yang dimaksud dengan “X” tsb.
APA ITU ‘BERTARAF INTERNASIONAL’?
• Program ini sudah SALAH KONSEP sejak dari awalnya. UU yang
  mencantumkan tentang program ini harus di judicial
  review. Coba perhatikan UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas
  pasal 50 ayat (3) yang berbunyi,  "Pemerintah dan/atau pemerintah
  daerah menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada
  semua jenjang pendidikan, untuk dikembangkan menjadi satuan
  pendidikan yang bertaraf internasional." 
  Apa sebenarnya yang dimaksud dengan satuan pendidikan yang
  bertaraf internasional tersebut? Istilah ini tidak pernah
  dikenal sebelumnya dan tidak jelas apa acuan, kriteria dan
  apalagi rujukan akademiknya. Istilah ini muncul begitu saja
  dalam UU Sisdiknas. Bagaimana mungkin sebuah UU memuat sebuah
  rumusan yang sama sekali tidak memiliki acuan, kriteria, dan
  rujukan akademik?
APA RUJUKAN AKADEMIK ‘SNP + X’?
• Apakah sebenarnya satuan pendidikan yang
 bertaraf internasional itu? Apakah kalau
 menggunakan bahasa Inggris, berbasis IT,
 berfasilitas wah, dlsbnya maka sekolah tersebut bisa
 disebut satuan pendidikan yang bertaraf
 internasional? Apa rujukan akademik yang
 digunakan ketika menyatakan bahwa SNP + X
 = bertaraf internasional? Apa sebenarnya yang
 dimaksud dalam UU istilah ‘bertaraf internasional’
 tersebut? Rumusan “SNP + X” adalah rumusan yang
 tidak jelas maksudnya.
SALAH MODEL
• Kedua, Dikdasmen membuat rumusan 4 model pembinaan SBI tersebut
  yaitu : (1) Model Sekolah Baru (Newly Developed), (2) Model
  Pengembangan pada Sekolah yang Telah Ada (Existing School), (3) Model
  Terpadu, dan (4) Model Kemitraan. Padahal kalau dilihat sebenarnya hanya
  ada dua model yaitu Model (1) Model Sekolah Baru dan Model (2)
  Model Sekolah yang Telah Ada. Dari dua model tersebut Dikdasmen
  sebenarnya hanya melakukan satu model rintisan yaitu Model (2) Model
  Pengembangan pada Sekolah yang Telah Ada (existing School) dan tidak
  memiliki atau berusaha untuk membuat model (1) Model Sekolah Baru.
  Anehnya, buku Panduan Penyelenggaraan Rintisan Sekolah
  Bertaraf Internasional (SBI) yang dikeluarkan sebenarnya lebih
  mengacu pada Model (1) padahal yang dikembangkan saat ini
  semua adalah Model (2). Jelas bahwa sekolah yang ada tidak akan
  mungkin bisa memenuhi kriteria untuk menjadi sekolah SBI karena acuan
  yang dikeluarkan sebenarnya ditujukan bagi pendirian sekolah
  baru atau Model (1).
SALAH MODEL
• Sebagai contoh, jika sekolah yang ada sekarang ini diminta untuk memiliki
  guru berkategori hard science seperti Matematika, Fisika, Kimia, Biologi (dan
  nantinya diharapkan kategori soft science-nya juga menyusul) menggunakan
  bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar, atau memiliki tanah dengan luas
  minimal 15.000 m, dll persyaratan seperti dalam buku Panduan, maka jelas
  itu tidak akan mungkin dapat dipenuhi oleh sekolah yang ada. Ini ibarat
  meminta kereta api untuk berjalan di jalan tol!
• Sebagai ilustrasi, sedangkan guru bahasa Inggris di sekolah-sekolah ‘favorit’
  kita saja hanya sedikit yang memiliki TOEFL > 500, apalagi jika itu
  dipersyaratkan bagi guru-guru mata pelajaran hard science. Maka itu jelas
  tidak mungkin. Ini berarti Dikdasmen tidak mampu untuk
  menerjemahkan model yang ditetapkannya sendiri sehingga
  membuat Dikdasmen berresiko gagal total dalam mencapai
  tujuannya.
TEMPO Interaktif, Mojokerto -
Nilai TOEFL para guru yang mengajar di sekolah
 menengah atas (SMA) yang menyandang status
 Rintisan Sekolah Berstandar Internasional
 (RSBI) di Mojokerto, Jawa Timur, masih di
 bawah standar.
Seharusnya nilai standar TOEFL para guru RSBI
 ini adalah 450. ”Tapi saya akui saat ini rata-rata
 di bawah itu. Saya yang tertinggi saja hanya
 430,” kata Ali Ismail, Kepala SMU Negeri 1
 Sooko, Mojokerto, Kamis (15/07).
SALAH ASUMSI
• Ketiga, Penggagas mengasumsikan bahwa untuk dapat mengajar hard
  science dalam pengantar bahasa Inggris maka guru harus memiliki
  TOEFL> 500. Padahal tidak ada hubungan antara nilai TOEFL
  dengan kemampuan mengajar hard science dalam bhs Inggris.
  Skor TOEFL yang tinggi tidak menjamin kefasihan dan kemampuan
  orang dalam menyampaikan gagasan dalam bahasa Inggris. Banyak orang
  yang memiliki nilai TOEFL<500 yang lebih fasih berbahasa Inggris
  dibandingkan orang yang memiliki nilai TOEFL > 500 . Singkatnya,
  menjadikan nilai TOEFL sebagai patokan keberhasilan
  pengajaran hard science bertaraf internasional adalah asumsi
  yang keliru. TOEFL lebih cenderung mengukur kompetensi seseorang,
  padahal yang dibutuhkan guru sekolah bilingual adalah performance- nya,
  dan performance ini banyak dipengaruhi faktor-faktor non-linguistic.
  TOEFL bukanlah ukuran kompetensi pedagogik. 
KETIDAKPAHAMAN
• Keempat, penggagas ide ini nampaknya juga tidak paham
 bahwa tidak semua orang bisa ‘dijadikan’ fasih berbahasa
 Inggris (apalagi mengajar dengan menggunakan bahasa
 Inggris) meskipun orang tersebut diminta untuk tinggal dan hidup di
 negara yang menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa sehari-hari.
 Sebagai ilustrasi, bahkan masih banyak guru-guru kita di daerah-daerah
 yang belum mampu menggunakan bahasa Indonesia dengan fasih dalam
 mengajar! Sebagian dari guru kita di tanah air ini masih menggunakan
 bahasa daerahnya dalam mengajar meski tinggal dan hidup di
 lingkungan yang menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa
 pengantar. Hal ini menunjukkan bahwa adalah tidak mungkin
 ‘menyulap’ para guru hard science agar dapat fasih
 berbahasa Inggris (apalagi memperoleh nilai TOEFL>500
 seperti persyaratan dalam buku Panduan Penyelenggaran
 Rintisan SBI tersebut) meski mereka dikursuskan di sekolah
 bahasa Inggris terbaik.
KEMUSTAHILAN
• Berdasarkan pendapat para guru bahasa Inggris senior susah sekali
  untuk menjadikan orang dewasa yang tidak berbahasa Inggris sama
  sekali untuk menguasai bahasa Inggris untuk percakapan sehari-hari
  apalagi untuk meminta mereka untuk mentransfer konsep pengajaran
  dalam bahasa Inggris. Jadi untuk mengubah guru yang tidak berbahasa
  Inggris untuk mengajar dalam bahasa Inggris dengan mengirimkan
  mereka ke institusi/kursus bahasa Inggris yang terbaik sekalipun adalah
  HAL YANG MUSTAHIL. Ini menyangkut teori otak juga dimana
  Bahasa akan mudah dipelajari oleh otak dari usia dini 0-6 tahun. Di usia
  6-12 untuk mempelajari suatu bahasa akan memakan waktu lebih lama
  dan sulit, sedangkan diatas 12 tahun lebih sulit lagi untuk menguasai
  suatu bahasa. Banyak Master dan PhD lulusan luar negeri kita yang
  kemampuan bahasa Inggrisnya masih rendah dan masih terbata-bata
  dalam menyampaikan pendapat. Padahal mereka telah hidup dan
  belajar menggunakan bahasa Inggris selama mereka belajar di luar
  negeri.
Mungkinkah Guru Indonesia Menggunakan
    Bahasa Inggris sebagai Bahasa
    Pengantar?
 Jim Cummins, ahli bahasa dari University of Toronto. dalam
  proses akusisi bahasa kedua kita harus membedakan antara Basic
  Interpersonal Communication Skills (BICS) dengan Cognitive
  Academic Language Proficiency (CALP). BICS adalah
  kemampuan bahasa yang diperlukan dalam konteks sosial, misalnya
  percakapan dengan teman, transaksi jual beli di pasar, jamuan makan di
  restoran, dsb. Percakapan sosial ini banyak memiliki petunjuk-petunjuk
  non-verbal (seperti ekspresi wajah, gerakan tubuh, dan objek acuan)
  dan tidak begitu memerlukan aspek kognitif secara dominan.
  Sedangkan CALP lebih mengacu kepada bahasa yang
  digunakan pada konteks pembelajaran akademik formal,
  yang meliputi kegiatan membaca, menulis, mendengar dan
  berbicara dalam sesuai dengan kaidah keilmuan tertentu,
  misalnya ilmu fisika, biologi, sosiologi, seni suara, dsb.
Jim Cummins PhD
             University of Toronto.
 Hasil riset menunjukkan bahwa waktu untuk menguasai BICS dan
  CALP tidaklah sama. BICS dapat dikuasai dalam waktu relatif
  singkat, enam bulan hingga dua tahun, sedangkan CALP
  memerlukan waktu sekitar lima hingga sepuluh tahun.
  Konteks Indonesia berbeda dari AS dan Kanada karena bahasa Inggris
  tidak dipergunakan dalam percakapan sehari-hari sehingga waktu
  untuk penguasaan bahasa tentunya lebih lama. Selain itu
  penguasaan bahasa akademik bukan hanya penghafalan kosakata dan
  struktur bahasa, namun juga pada keluwesan dalam bertutur lisan dan
  tulisan, dan kemahiran dalam mendengar dan membaca serta berpikir
  dengan bahasa tersebut.
S ur ya Dharma M P A, PhD
Direktur Tenaga Kependidikan Direktorat Peningkatan Mutu
Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PMPTK)
23/6/2009


Test of English for International Communication
 (ToEIC), dari sekitar 600 guru dan Kepala
 Sekolah SMP, SMA, dan SMK Rintisan
 Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) di
 seluruh Indonesia pada umumnya rendah,
 Sebanyak 60 % nya berada pada level
 kemampuan berbahasa paling rendah
 (novice)
KEGAGALAN DIDAKTIK
• Kelima, dengan penekanan pada penggunaan bahasa Inggris
  sebagai medium of instruction di kelas oleh guru-guru yang selain
  tak mampu berbahasa Inggris juga masih diragukan kemampuan
  penguasaan materi dan metode pembelajarannya, jelas akan
  membuat proses KBM menjadi kacau balau. Program ini
  jelas merupakan eksperimen yang beresiko tinggi yang
  belum pernah diteliti dan dikaji secara mendalam dampaknya tapi
  sudah dilakukan di seribu lebih sekolah yang sebetulnya
  merupakan sekolah-sekolah berstandar “A”. Program ini
  sangat beresiko. Ratusan sekolah-sekolah berstatus Mandiri
  yang diikutkan program ini beresiko besar untuk mengalami
  kekacauan dalam proses KBM-nya.
Hywel Coleman
Honorary Senior Research Fellow, School of
Education, University of Leeds, UK
 The purpose of these schools is ambiguous.
 The purpose of teaching other subjects through English is unclear
 Many teachers do not possess the English language
  competence they need to teach core subjects.
 The consequences for other languages in Indonesia are potentially
  serious : competence in the national language (Bahasa Indonesia) is
  likely to decline
 The international standard schools appear to give rise to negative
  social attitudes between their pupils and those who study in
  mainstream schools.
KEGAGALAN DIDAKTIK
 Berharap target yang tinggi dari guru yang tidak kompeten (atau
  kompetensinya merosot karena harus menggunakan bahasa asing) adalah
  kesalahan yang sangat fatal. Resiko kegagalannya sangat besar untuk
  ditanggung. Program SBI ini bakal menghancurkan best practices dalam
  proses KBM yang selama ini telah dimiliki oleh sekolah-sekolah Mandiri
  yang dianggap telah mencapai standar SNP tersebut.
 FAKTA : Hasil Ujian Nasional baru-baru ini menunjukkan bahwa
  banyak sekolah-sekolah berstatus RSBI ternyata hasil UN-
  nya lebih rendah daripada sekolah-sekolah reguler lainnya.
  Banyak siswa RSBI yang bahkan tidak lulus dalam Ujian nasional tahun
  2010. Ini adalah fakta keras yang menunjukkan bahwa program RSBI
  ini telah menghancurkan best practice dan menurunkan
  mutu sekolah-sekolah terbaik yang dijadikan sekolah RSBI.
Kisah Malaysia
Pengajaran dan Pembelajaran Sains dan Matematik

                   dalam Bahasa Inggeris
 Pengajaran dan Pembelajaran Sains dan Matematik dalam
  Bahasa Inggeris (PPSMI) ialah nama program pendidikan
  Malaysia yang menetapkan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar
  mata pelajaran Sains dan Matematika di semua peringkat pendidikan.
 Program ini dimulai oleh Dr Mahathir pada tahun 2003. Akhirnya
  pada 8 Juli 2009 setelah kajian mendalam dilakukan diputuskan
  bahwa program ini akan dihapuskan sepenuhnya pada tahun 2012
  karena dianggap gagal.
 PPSMI ini memang tidak menghasilkan apa yang
  diharapkan pencetusnya. Yang bisa survive hanya sekolah
  yang berada di kota besar dan sekolah berasrama di kota;
  pada jenis sekolah lainnya nyaris tanpa ampun terjadi
  degradasi penurunan mutu
KESALAHAN ASUMSI (LAGI)
• Ketujuh, kritik paling mendasar barangkali adalah kesalahan
  asumsi dari penggagas sekolah ini bahwa Sekolah BERTARAF
  internasional itu harus diajarkan dalam bhs asing (Inggris
  khususnya) dengan menggunakan media pendidikan mutakhir dan
  canggih seperti laptop, LCD, dan VCD . Padahal negara-negara maju
  seperti Jepang, Perancis, Finlandia, Jerman, Korea, Italia, dll. tidak perlu
  menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar jika ingin
  menjadikan sekolah mereka BERTARAF internasional.Kita tidak perlu
  harus mengajarkan materi hard science dalam bhs Inggris supaya dapat
  dianggap bertaraf internasional. Kurikulumnyalah yang harus bertaraf
  internasional atau dalam kata lain tidak dibawah kualitas kurikulum negara
  lain yang sudah maju. Jadi fokus kita adalah pada penguatan kurikulumnya.
  Penguatan kemampuan berbahasa Inggris bertaraf internasional bisa
  dilakukan secara simultan dengan memberi pelatihan terus menerus kepada
  guru-guru bhs Inggris yang mempunyai beban untuk meningkatkan
  kompetensi siswa dalam berbahasa Inggris.
Gila Bahasa Inggris
KESALAHAN ASUMSI (LAGI)
Selama ini siswa-siswa kita yang melanjutkan pendidikannya di
  luar negeri tidak pernah diminta untuk mempunyai persyaratan
  berstandar Cambridge, umpamanya. Jika mereka memiliki
  tingkat penguasaan yang tinggi dalam bidang studi dan mereka
  mampu memiliki kompetensi berbahasa Inggris yang baik maka
  mereka selalu bisa masuk ke perti di luar negeri. Bukankah
  selama ini mereka tidak pernah ditest masuk dengan
  menggunakan materi Matematika, Fisika, kimia, Biologi, dll
  dalam bhs Inggris? Lantas mengapa mereka harus dilatih sejak
  awal untuk memahami materi bidang studi tersebut dalam bhs
  Inggris (oleh guru yang tidak memiliki kompetensi memadai
  untuk itu)?
PROSES, DAN BUKAN ALAT
• Kedelapan, Penekanan pada penggunaan piranti media pendidikan
  mutakhir dan canggih seperti laptop, LCD, dan VCD juga menyesatkan
  seolah tanpa itu maka sebuah sekolah tidak bisa bertaraf internasional.
  Sebagian besar sekolah hebat di luar negeri masih menggunakan kapur
  dan tidak mensyaratkan media pendidikan mutakhir dan canggih seperti
  laptop, LCD, dan VCD sebagai prasyarat kualitas pendidikan mereka.
  Program ini nampaknya lebih mementingkan alat ketimbang proses.
  Padahal pendidikan adalah lebih ke masalah proses ketimbang
  alat.
  Pendidikan yang berorientasi ke hasil adalah paradigma
  lama dan telah digantikan oleh pendidikan yang
  berorientasikan pada proses karena pendidikan itu sendiri
  adalah sebuah proses.
PENDIDIKAN BERMUTU BUKAN HANYA
     UNTUK ANAK CERDAS BERBAKAT
• Kesembilan, kesalahan mendasar lain adalah asumsi dan
  anggapan bahwa Sekolah Bertaraf Internasional hanyalah
  bagi siswa yang memiliki standar kecerdasan tertentu.
  Sekolah yang bertaraf internasional dianggap tidak bisa diterapkan
  pada siswa yang memiliki tingkat kecerdasan rata-rata. Ini juga
  mengasumsikan bahwa SNP (Standar Nasional Pendidikan) hanyalah
  bagi mereka yang memiliki tingkat kecerdasan ‘rata-rata’. Ini adalah
  asumsi yang berbahaya dan secara tidak sadar telah ‘mengkhianati’
  SNP itu sendiri karena menganggap SNP ‘tidak layak’ bagi siswa-
  siswa cerdas Indonesia. Lantas untuk apa Standar Nasional Pendidikan
  jika dianggap belum mampu untuk memberikan kualitas yang setara
  dengan standar internasional? Ini juga paham yang diskriminatif
  dan eksklusif dalam pendidikan dan menganggap
  kecerdasan intelektual yang menonjol merupakan segala-
  galanya sehingga perlu mendapat perhatian dan fasilitas
  lebih daripada siswa yang tidak memilikinya.
KEUNGGULAN AKADEMIK SEMATA
Kesalahan konseptual (R)SBI adalah terutama pada penekanannya
  pada segala hal yang bersifat akademik dengan menafikan
  segala yang non-akademik. Semua keunggulan yang hendak
  dicapai oleh program SBI ini adalah keunggulan akademik semata
  dan tak ada lain. Seolah tujuan pendidikan adalah untuk
  menjadikan siswa untuk menjadi seseoarang yang cerdas
  akademik belaka. Tak ada dibicarakan tentang keunggulan di
  bidang Seni, Budaya, dan Olahraga. Padahal paradigma
  keunggulan akademik adalah pandangan yang sudah sangat kuno.
  Seolah ‘bertaraf internasional’ adalah keunggulan akademik
  padahal justru Seni, Budaya, dan Olahragalah yang
  akan lebih mampu mengantarkan kita untuk bersaing
  dan tampil di dunia internasional.
BERTARAF INTERNASIONAL HANYA 2%
Sekolah yang dirancang untuk menjadi SBI hanyalah sekitar
  2% dari jumlah sekolah yang ada di tanah air. Artinya, jika
  kita menganggap bahwa sekolah-sekolah SBI-lah sekolah
  yang nantinya akan dianggap bertaraf internasional dan
  SETARA dengan sekolah-sekolah di negara maju secara
  umum maka itu sama artinya dengan menyatakan bahwa
  hanya 2% dari sekolah kita yang mutunya setara
  dengan sekolah-sekolah di dunia internasional
  (meskipun yang paling buruk). Ini jelas
  ‘menghinakan’ sistem pendidikan kita dan program SBI ini
  jelas merendahkan sistem pendidikan kita secara nasional.
SBI = PEMBOHONGAN PUBLIK
• Kesepuluh, dengan program SBI ini pemerintah
 memberikan persepsi yang keliru kepada para orang
 tua, siswa, dan masyarakat bahwa sekolah-sekolah yang
 ditunjuknya menjadi sekolah Rintisan tersebut adalah sekolah yang
 ‘akan’ menjadi Sekolah Bertaraf Internasional dengan berbagai
 kelebihannya. Padahal kemungkinan tersebut tidak akan dapat
 dicapai atau bahkan akan menghancurkan kualitas sekolah yang
 ada. Dan ini adalah sama dengan menanam “bom waktu’.
  Masyarakat akan merasa dibohongi dengan program ini dan pada
 akhirnya akan menuntut tanggungjawab pemerintah yang
 mengeluarkan program ini.
MENCIPTAKAN KESENJANGAN SOSIAL
• Kesebelas, Program SBI ini di lapangan ternyata menciptakan
  kesenjangan sosial pada siswa. Program SBI menjadikan sekolah yang
  mengikutinya menjadi eksklusif dan menciptakan kastanisasi karena
  hanya bisa dimasuki oleh anak-anak kalangan menengah ke atas. Tingginya
  pembiayaan yang dikenakan pada orang tua siswa membuat sekolah-sekolah
  SBI ini tidak dapat dimasuki oleh anak-anak dari kalangan bawah. Akibatnya
  terjadi kesenjangan sosial di sekolah.
• Hal ini juga akan menimbulkan kekecewaan dan kemarahan dalam hati para
  orang tua kalangan bawah yang tidak mampu masuk ke dalam sekolah
  eksklusif ini. Mereka akan merasa sengaja dipinggirkan dalam sebuah sistem
  pendidikan yang dianggap ‘terbaik’ dan yang akan menjamin masa depan
  anak-anak mereka. Kekecewaan dan rasa frustrasi yang menumpuk akan
  dapat meledak jika telah mencapai kulminasinya juga.
KOMERSIALISASI PENDIDIKAN
 Keduabelas, Salah satu kritik terbesar dari masyarakat tentang SBI ini
  adalah bahwa program ini telah memberi legitimasi kepada sekolah
  untuk melakukan komersialisasi pendidikan. Pendidikan
  diperdagangkan justru oleh pemerintah yang seharusnya memberikan
  pelayanan pendidikan kepada rakyatnya secara gratis dan juga
  bermutu. Komersialisasi pendidikan ini adalah
  pengkhianatan terhadap tujuan pendirian bangsa dan
  negara. Saat ini sekolah-sekolah publik RSBI bahkan telah menjadi
  lebih swasta dari swasta dalam memungut biaya pada masyarakat.
  Hampir semua sekolah RSBI menarik dana dari masyarakat dengan
  biaya tinggi yang sebenarnya sungguh tidak layak mengingat mereka
  adalah sekolah publik yang semestinya dibiayai sepenuhnya oleh
  pemerintah dan ‘haram’ sifatnya menjadi komersial.
BERTARAF INTERNASIONAL UJIANNYA
             NASIONAL?
 Ketigabelas, Sungguh ganjil jika sebuah UU Sistem Pendidikan
  Nasional (UU Sisdiknas) tiba-tiba memunculkan sebuah istilah ‘bertaraf
  internasional’ ! Mau dimasukkan ke mana dan dengan konstelasi
  bagaimana sebuah sistem pendidikan yang ‘bertaraf internasional’ dalam
  sebuah Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas), apalagi dianggap sebagai
  standar tertinggi?  
 Selain itu, Meski menyandang nama ‘bertaraf internasional’ tapi
  siswanya masih harus ikut ujian nasional. Alangkah ganjilnya jika
  sebuah sekolah yang bertaraf INTERNASIONAL tapi kemudian masih harus
  mengikuti sebuah UJIAN NASIONAL!
  Tidak mungkin sekolah harus mempersiapkan siswa untuk mengikuti DUA
  SISTEM UJIAN yang berbeda (nasional dan internasional) karena itu
  SANGAT MEMBERATKAN guru dan siswa serta tidak bermanfaat.
BAGAIMANA DENGAN PROGRAM WAJIB
           BELAJAR 9 TAHUN?
• Keempat belas, Pemerintah telah menetapkan Wajib Belajar 9
  Tahun sebagai programnya. Maka sebagai konsekuensinya SEMUA
  pembiayaan pendidikan bagi siswa mulai dari pendidikan dasar
  maupun menengah HARUS dipenuhinya dan tidak boleh ada
  pungutan pada siswa. Pungutan pada orang tua siswa,
  meski melalui komite, adalah bertentangan dengan
  Undang-Undang Sisdiknas itu sendiri.
  Pasal yang memuat aturan tentang diperbolehkannya pungutan
  bagi siswa sekolah bertaraf internasional HARUS
  DIAMANDEMEN karena bertentangan satu sama lain.
SISWA BUKAN GLADIATOR!
 Kelimabelas, salah satu tujuan dari dicetuskannya program SBI ini
  adalah agar pendidikan kita mampu menelurkan siswa-siswa yang akan
  mampu mewakili dan mampu menjadi pemenang dalam berbagai
  olimpiade bidang studi dan adu kecerdasan tingkat regional dan
  internasional. Ini jelas bertentangan dengan tujuan pendidikan itu
  sendiri dan sama artinya dengan membuat sekolah-sekolah gladiator
  yang akan menghasilkan para gladiator untuk diadu ke sana kemari
  demi menutupi kelemahan sistem pendidikan pemerintah secara
  umum.
  Ini bisa dianggap sebagai penyalahgunaan tujuan pendidikan atau
  education abuse. Pendidikan berfungsi untuk menjadikan siswa
  sebagai manusia seutuhnya dan bukan untuk menjadi gladiator di
  bidang ilmu pengetahuan.
HENTIKAN PROGRAM SBI
• Mari kita hentikan program SBI yang konsepnya asal-
 asalan ini karena justru akan merugikan kualitas
 pendidikan kita. Program ini tidak akan mungkin berhasil
 meski diguyur dengan dana seberapa pun dan dalam
 jangka waktu berapa pun karena memang sudah SALAH
 DESAIN dan juga telah TERBUKTI GAGAL di negara
 lain. Dalam prakteknya program SBI ini juga
 mengkhianati rakyat kecil yang justru lebih membutuhkan
 pendanaan dan perhatian yang lebih besar ketimbang
 anak-anak cerdas kita. Anak-anak cerdas kita SELALU
 bisa menunjukkan kehebatan maupun kompetensinya di
 mana pun dan kapan pun tanpa harus dijadikan ‘gladiator’
 di sekolah.
APA GANTINYA?
• Program SBI jelas salah konsep, tidak sesuai dengan
  semangat nasionalisme, dan tidak sesuai untuk semua
  kalangan.
  Untuk itu bangsa kita hanya memerlukan SATU standar
  yaitu SSN (Sekolah Standar Nasional) yg bermutu
  tinggi dan GRATIS. Pemerintah perlu mengembangkan
  SSN menjadi sebuah standar pendidikan yang terbaik yang
  bisa dicapai oleh bangsa Indonesia yang tidak kalah mutunya
  dengan pendidikan di negara lainnya. Kita tidak
  memerlukan LABEL ‘internasional’ hanya untuk sekedar
  menunjukkan bahwa kita dapat sejajar dengan bangsa-
  bangsa lain
USULAN
Jika istilah ‘bertarf internasional’ tidak bisa dihapus dan
 dihindari maka perlu adanya suatu REINTERPRETASI dan
 REFORMULASI dari rumusan sekolah bertaraf internasional
 yang ada selama ini. Usulan rumusan dasar tersebut adalah sbb :
“Satuan Pendidikan yang bertaraf Internasional adalah sekolah yang
 dapat memberikan pelayanan pendidikan berkualitas tinggi
 kepada siswa-siswa yang memiliki potensi akademik dan non-
 akademik yang sangat menonjol sehingga siswa-siswa tersebut
 dapat memiliki bekal pengetahuan, ketrampilan dan sikap pribadi serta
 kompetensi dan prestasi akademik dan non-akademik yang menonjol
 dan memiliki kemampuan untuk berkolaborasi secara
 internasional.”
PENDIDIKAN BERTARAF
   INTERNASIONAL
Pelayanan pendidikan yang bertaraf internasional di sini mencakup
 8 SNP dan ditambah dengan pelayanan pendidikan tambahan yang
 akan dapat memunculkan kompetensi terbaik dari siswa agar dapat
 memiliki daya saing internasional.
Ada tiga komponen penting yang mencakup pengertian ‘bertaraf
 internasional’ di sini, yaitu :
Pelayanan sekolah yang bermutu tinggi
Input siswa yang memiliki potensi akademik dan non-
 akademik yang sangat menonjol
Prestasi akademik dan non-akademik di bidang Seni,
 Budaya, dan Olahraga serta kemampuan untuk bekerjasama
 dan berkolaborasi secara internasional dengan lulusan dari mana
 pun.
SUBSTANSI DAN BUKAN
   KOSMETIK
Dengan konsep seperti ini maka tidak diperlukan lagi segala
  macam aksesori dan kosmetik yang tidak perlu pada program ini
  agar berbau internasional seperti : Standar ISO, Ujian
  Cambridge, IBO, TOEFL, Sister School, Studi Banding ke luar
  negeri, kelas ber AC, menggunakan laptop dan LCD, dll.
  Sekolah dapat memusatkan perhatiannya pada program-program
  dan proses pembelajaran yang benar-benar dapat merangsang
  siswa untuk mengembangkan potensinya secara optimal melalui
  program-program yang sudah diketahui efektifitasnya.
  Pendidikan harus benar-benar diarahkan pada proses dan bukan
  pada alat dan aksesori
BUKAN HANYA AKADEMIK
Konsep SBI yang lama yang hanya menonjolkan kemampuan
 akademik siswa semata hendaknya direinterpretasikan ulang dan
 kemudian haruslah memberikan porsi yang sama besarnya
 kepada bakat menonjol siswa yang bersifat non-akademik seperti
 Seni, Budaya, dan Olahraga karena pada hakikatnya dalam
 kehidupan nyata bakat di bidang non-akademik dan kecerdasan-
 kecerdasan lain yang tercakup dalam multiple intellegencies
 justru sangat dibutuhkan dalam kehidupan mereka di dunia nyata
 kelak. Pengagungan kepada bakat akademik semata menunjukkan
 ketidakpahaman kita akan dimensi pendidikan itu sendiri yang
 memang tidaklah semata akademik.
GUNAKAN BAHASA NASIONAL
Untuk itu semua bidang studi (kecuali bahasa asing) harus
  diajarkan dalam bahasa Indonesia yang baku dan
  standar untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam
  menggunakan bahasa nasional tersebut. Dengan dihapuskannya
  kewajiban menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar
  di kelas maka guru dapat kembali memfokuskan persiapannya
  pada proses pembelajaran yang efektif dan tidak perlu berjibaku
  menggunakan bahasa Inggris yang samasekali tidak dikuasainya
  tersebut. Kita tidak perlu mengikuti kesalahan yang sama yang
  telah dilakukan oleh pemerintah Malaysia.
KOMPETENSI BAHASA INGGRIS
Untuk meningkatkan kompetensi siswa dalam menggunakan
 bahasa Inggris sebagai bekal untuk hidup di dunia global maka
 pelajaran bahasa Inggris mesti ditambah porsinya baik
 itu jumlah jam belajarnya mau pun efektifitas
 pembelajarannya. Pembelajarannya juga harus lebih variatif
 agar dapat mendukung berkembangnya kemampuan siswa dalam
 4 ketrampilan berbahasa Inggris yang mencakup : Listening,
 Speaking, Reading dan Writing. Berbagai program dapat sidusun
 untuk meningkatkan kompetensi siswa ini. Ada banyak program
 dari lembaga-lembaga internasional yang dapat diadopsi untuk
 mencapai tujuan ini.
TERIMA KASIH ATAS PERHATIAN ANDA




SK. Menkumham Nomor AHU-125.AH.01.06.Tahun 2009,
          tertanggal 26 November 2009

More Related Content

Similar to SBI Gagal Total Jika Tak Perbaiki Konsep Dasar

CONTOH_COMPANY_PROFILE_HBS.pptx
CONTOH_COMPANY_PROFILE_HBS.pptxCONTOH_COMPANY_PROFILE_HBS.pptx
CONTOH_COMPANY_PROFILE_HBS.pptxcipta73
 
perlunya pengembangan materi dalam kelas bilingual _Riska's journal
perlunya pengembangan materi dalam kelas bilingual _Riska's journalperlunya pengembangan materi dalam kelas bilingual _Riska's journal
perlunya pengembangan materi dalam kelas bilingual _Riska's journalriskadeafrizya
 
Tugas mos isma & indah tata tertib sekolah
Tugas mos isma & indah tata tertib sekolahTugas mos isma & indah tata tertib sekolah
Tugas mos isma & indah tata tertib sekolahsmkbahaindah
 
Pentingnya Bahasa Inggris dalam Pendidikan.docx
Pentingnya Bahasa Inggris dalam Pendidikan.docxPentingnya Bahasa Inggris dalam Pendidikan.docx
Pentingnya Bahasa Inggris dalam Pendidikan.docxZukét Printing
 
Pentingnya Bahasa Inggris dalam Pendidikan.pdf
Pentingnya Bahasa Inggris dalam Pendidikan.pdfPentingnya Bahasa Inggris dalam Pendidikan.pdf
Pentingnya Bahasa Inggris dalam Pendidikan.pdfZukét Printing
 
Bahan ajar tentang
Bahan ajar tentangBahan ajar tentang
Bahan ajar tentangAhmad Sodiq
 
Tugas tik word
Tugas tik wordTugas tik word
Tugas tik wordnareswaray
 
Tugas tik word
Tugas tik wordTugas tik word
Tugas tik wordnareswaray
 
[3] silabus smp mtk
[3] silabus smp mtk[3] silabus smp mtk
[3] silabus smp mtkfryzko iko
 
kajian-kes-murid-mundur-dan-lembam
 kajian-kes-murid-mundur-dan-lembam kajian-kes-murid-mundur-dan-lembam
kajian-kes-murid-mundur-dan-lembamRidzuan Ahmad
 
X bahasa inggris-kd-3.1_4.1_final
X bahasa inggris-kd-3.1_4.1_finalX bahasa inggris-kd-3.1_4.1_final
X bahasa inggris-kd-3.1_4.1_finalserlyhana
 
KONSEP DASAR PEMBELAJARAN ENGLISH FOR ELEMENTARY SCHOOL
KONSEP DASAR PEMBELAJARAN ENGLISH  FOR ELEMENTARY SCHOOLKONSEP DASAR PEMBELAJARAN ENGLISH  FOR ELEMENTARY SCHOOL
KONSEP DASAR PEMBELAJARAN ENGLISH FOR ELEMENTARY SCHOOLAni Mahisarani
 

Similar to SBI Gagal Total Jika Tak Perbaiki Konsep Dasar (20)

Voice from the classroom
Voice from the classroomVoice from the classroom
Voice from the classroom
 
03.docx
03.docx03.docx
03.docx
 
CONTOH_COMPANY_PROFILE_HBS.pptx
CONTOH_COMPANY_PROFILE_HBS.pptxCONTOH_COMPANY_PROFILE_HBS.pptx
CONTOH_COMPANY_PROFILE_HBS.pptx
 
perlunya pengembangan materi dalam kelas bilingual _Riska's journal
perlunya pengembangan materi dalam kelas bilingual _Riska's journalperlunya pengembangan materi dalam kelas bilingual _Riska's journal
perlunya pengembangan materi dalam kelas bilingual _Riska's journal
 
Isu pendidikan
Isu pendidikanIsu pendidikan
Isu pendidikan
 
Tugas mos isma & indah tata tertib sekolah
Tugas mos isma & indah tata tertib sekolahTugas mos isma & indah tata tertib sekolah
Tugas mos isma & indah tata tertib sekolah
 
Bindo kelas 3
Bindo kelas 3Bindo kelas 3
Bindo kelas 3
 
Pentingnya Bahasa Inggris dalam Pendidikan.docx
Pentingnya Bahasa Inggris dalam Pendidikan.docxPentingnya Bahasa Inggris dalam Pendidikan.docx
Pentingnya Bahasa Inggris dalam Pendidikan.docx
 
Pentingnya Bahasa Inggris dalam Pendidikan.pdf
Pentingnya Bahasa Inggris dalam Pendidikan.pdfPentingnya Bahasa Inggris dalam Pendidikan.pdf
Pentingnya Bahasa Inggris dalam Pendidikan.pdf
 
Bahan ajar tentang
Bahan ajar tentangBahan ajar tentang
Bahan ajar tentang
 
Tugas tik word
Tugas tik wordTugas tik word
Tugas tik word
 
Tugas tik word
Tugas tik wordTugas tik word
Tugas tik word
 
[3] silabus smp mtk
[3] silabus smp mtk[3] silabus smp mtk
[3] silabus smp mtk
 
kajian-kes-murid-mundur-dan-lembam
 kajian-kes-murid-mundur-dan-lembam kajian-kes-murid-mundur-dan-lembam
kajian-kes-murid-mundur-dan-lembam
 
X bahasa inggris-kd-3.1_4.1_final
X bahasa inggris-kd-3.1_4.1_finalX bahasa inggris-kd-3.1_4.1_final
X bahasa inggris-kd-3.1_4.1_final
 
Manyunyu SOPS
Manyunyu SOPSManyunyu SOPS
Manyunyu SOPS
 
Bahasa+indonesia+unit+1
Bahasa+indonesia+unit+1Bahasa+indonesia+unit+1
Bahasa+indonesia+unit+1
 
Pendidikan.docx
Pendidikan.docxPendidikan.docx
Pendidikan.docx
 
Pendidikan.pdf
Pendidikan.pdfPendidikan.pdf
Pendidikan.pdf
 
KONSEP DASAR PEMBELAJARAN ENGLISH FOR ELEMENTARY SCHOOL
KONSEP DASAR PEMBELAJARAN ENGLISH  FOR ELEMENTARY SCHOOLKONSEP DASAR PEMBELAJARAN ENGLISH  FOR ELEMENTARY SCHOOL
KONSEP DASAR PEMBELAJARAN ENGLISH FOR ELEMENTARY SCHOOL
 

Recently uploaded

Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxmawan5982
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023DodiSetiawan46
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...MarwanAnugrah
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfTaqdirAlfiandi1
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxmawan5982
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxarnisariningsih98
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada AnakPpt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anakbekamalayniasinta
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxmtsmampunbarub4
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau tripletMelianaJayasaputra
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaNadia Putri Ayu
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdfShintaNovianti1
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisNazla aulia
 
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxMateri Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxc9fhbm7gzj
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxnerow98
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxSyaimarChandra1
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 

Recently uploaded (20)

Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada AnakPpt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
 
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxMateri Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 

SBI Gagal Total Jika Tak Perbaiki Konsep Dasar

  • 1. HENTIKAN PROGRAM SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL (SBI) SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL ADALAH PROGRAM YANG SALAH KONSEP DAN 90% PASTI GAGAL Ikatan Guru Indonesia (IGI)
  • 2. MENGAPA PROGRAM SBI HARUS DIHENTIKAN? Jika kita cermati ternyata program SBI ini mengandung banyak kekurangan mencolok. Alih-alih menghasilkan kualitas bertaraf internasional seperti yang diinginkan, kualitas pendidikan kita justru akan merosot. Mengapa? Ada beberapa kelemahan mendasar dari program SBI sehingga program ini memang harus dievaluasi, diredefinisi, dan perlu untuk dihentikan sampai hal- hal mendasar tersebut ditangani.
  • 3. KONSEPNYA LEMAH • Pertama, program ini jelas tidak didahului dengan riset yang mendalam dan konsepnya lemah. Dengan menyatakan bahwa SBI = SNP + X, maka sebenarnya konsep SBI ini tidak memiliki bentuk dan arah yang jelas. Tidak jelas apa yang diperkuat, diperkaya, dikembangkan, diperdalam, dll tersebut. Apakah “X’ ini sistem Cambridge, IGCSE, atau IB? Dengan memasukkan TOEFL/TOEIC, ISO dan UNESCO sebagai “X” juga menunjukkan bahwa Dikdasmen juga tidak begitu paham dengan apa yang ia maksud dengan “X” tersebut. Sampai saat ini tak ada penjelasan akademik apa yang dimaksud dengan “X” tsb.
  • 4. APA ITU ‘BERTARAF INTERNASIONAL’? • Program ini sudah SALAH KONSEP sejak dari awalnya. UU yang mencantumkan tentang program ini harus di judicial review. Coba perhatikan UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas pasal 50 ayat (3) yang berbunyi,  "Pemerintah dan/atau pemerintah daerah menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada semua jenjang pendidikan, untuk dikembangkan menjadi satuan pendidikan yang bertaraf internasional."  Apa sebenarnya yang dimaksud dengan satuan pendidikan yang bertaraf internasional tersebut? Istilah ini tidak pernah dikenal sebelumnya dan tidak jelas apa acuan, kriteria dan apalagi rujukan akademiknya. Istilah ini muncul begitu saja dalam UU Sisdiknas. Bagaimana mungkin sebuah UU memuat sebuah rumusan yang sama sekali tidak memiliki acuan, kriteria, dan rujukan akademik?
  • 5. APA RUJUKAN AKADEMIK ‘SNP + X’? • Apakah sebenarnya satuan pendidikan yang bertaraf internasional itu? Apakah kalau menggunakan bahasa Inggris, berbasis IT, berfasilitas wah, dlsbnya maka sekolah tersebut bisa disebut satuan pendidikan yang bertaraf internasional? Apa rujukan akademik yang digunakan ketika menyatakan bahwa SNP + X = bertaraf internasional? Apa sebenarnya yang dimaksud dalam UU istilah ‘bertaraf internasional’ tersebut? Rumusan “SNP + X” adalah rumusan yang tidak jelas maksudnya.
  • 6. SALAH MODEL • Kedua, Dikdasmen membuat rumusan 4 model pembinaan SBI tersebut yaitu : (1) Model Sekolah Baru (Newly Developed), (2) Model Pengembangan pada Sekolah yang Telah Ada (Existing School), (3) Model Terpadu, dan (4) Model Kemitraan. Padahal kalau dilihat sebenarnya hanya ada dua model yaitu Model (1) Model Sekolah Baru dan Model (2) Model Sekolah yang Telah Ada. Dari dua model tersebut Dikdasmen sebenarnya hanya melakukan satu model rintisan yaitu Model (2) Model Pengembangan pada Sekolah yang Telah Ada (existing School) dan tidak memiliki atau berusaha untuk membuat model (1) Model Sekolah Baru. Anehnya, buku Panduan Penyelenggaraan Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) yang dikeluarkan sebenarnya lebih mengacu pada Model (1) padahal yang dikembangkan saat ini semua adalah Model (2). Jelas bahwa sekolah yang ada tidak akan mungkin bisa memenuhi kriteria untuk menjadi sekolah SBI karena acuan yang dikeluarkan sebenarnya ditujukan bagi pendirian sekolah baru atau Model (1).
  • 7. SALAH MODEL • Sebagai contoh, jika sekolah yang ada sekarang ini diminta untuk memiliki guru berkategori hard science seperti Matematika, Fisika, Kimia, Biologi (dan nantinya diharapkan kategori soft science-nya juga menyusul) menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar, atau memiliki tanah dengan luas minimal 15.000 m, dll persyaratan seperti dalam buku Panduan, maka jelas itu tidak akan mungkin dapat dipenuhi oleh sekolah yang ada. Ini ibarat meminta kereta api untuk berjalan di jalan tol! • Sebagai ilustrasi, sedangkan guru bahasa Inggris di sekolah-sekolah ‘favorit’ kita saja hanya sedikit yang memiliki TOEFL > 500, apalagi jika itu dipersyaratkan bagi guru-guru mata pelajaran hard science. Maka itu jelas tidak mungkin. Ini berarti Dikdasmen tidak mampu untuk menerjemahkan model yang ditetapkannya sendiri sehingga membuat Dikdasmen berresiko gagal total dalam mencapai tujuannya.
  • 8. TEMPO Interaktif, Mojokerto - Nilai TOEFL para guru yang mengajar di sekolah menengah atas (SMA) yang menyandang status Rintisan Sekolah Berstandar Internasional (RSBI) di Mojokerto, Jawa Timur, masih di bawah standar. Seharusnya nilai standar TOEFL para guru RSBI ini adalah 450. ”Tapi saya akui saat ini rata-rata di bawah itu. Saya yang tertinggi saja hanya 430,” kata Ali Ismail, Kepala SMU Negeri 1 Sooko, Mojokerto, Kamis (15/07).
  • 9. SALAH ASUMSI • Ketiga, Penggagas mengasumsikan bahwa untuk dapat mengajar hard science dalam pengantar bahasa Inggris maka guru harus memiliki TOEFL> 500. Padahal tidak ada hubungan antara nilai TOEFL dengan kemampuan mengajar hard science dalam bhs Inggris. Skor TOEFL yang tinggi tidak menjamin kefasihan dan kemampuan orang dalam menyampaikan gagasan dalam bahasa Inggris. Banyak orang yang memiliki nilai TOEFL<500 yang lebih fasih berbahasa Inggris dibandingkan orang yang memiliki nilai TOEFL > 500 . Singkatnya, menjadikan nilai TOEFL sebagai patokan keberhasilan pengajaran hard science bertaraf internasional adalah asumsi yang keliru. TOEFL lebih cenderung mengukur kompetensi seseorang, padahal yang dibutuhkan guru sekolah bilingual adalah performance- nya, dan performance ini banyak dipengaruhi faktor-faktor non-linguistic. TOEFL bukanlah ukuran kompetensi pedagogik. 
  • 10. KETIDAKPAHAMAN • Keempat, penggagas ide ini nampaknya juga tidak paham bahwa tidak semua orang bisa ‘dijadikan’ fasih berbahasa Inggris (apalagi mengajar dengan menggunakan bahasa Inggris) meskipun orang tersebut diminta untuk tinggal dan hidup di negara yang menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa sehari-hari. Sebagai ilustrasi, bahkan masih banyak guru-guru kita di daerah-daerah yang belum mampu menggunakan bahasa Indonesia dengan fasih dalam mengajar! Sebagian dari guru kita di tanah air ini masih menggunakan bahasa daerahnya dalam mengajar meski tinggal dan hidup di lingkungan yang menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar. Hal ini menunjukkan bahwa adalah tidak mungkin ‘menyulap’ para guru hard science agar dapat fasih berbahasa Inggris (apalagi memperoleh nilai TOEFL>500 seperti persyaratan dalam buku Panduan Penyelenggaran Rintisan SBI tersebut) meski mereka dikursuskan di sekolah bahasa Inggris terbaik.
  • 11. KEMUSTAHILAN • Berdasarkan pendapat para guru bahasa Inggris senior susah sekali untuk menjadikan orang dewasa yang tidak berbahasa Inggris sama sekali untuk menguasai bahasa Inggris untuk percakapan sehari-hari apalagi untuk meminta mereka untuk mentransfer konsep pengajaran dalam bahasa Inggris. Jadi untuk mengubah guru yang tidak berbahasa Inggris untuk mengajar dalam bahasa Inggris dengan mengirimkan mereka ke institusi/kursus bahasa Inggris yang terbaik sekalipun adalah HAL YANG MUSTAHIL. Ini menyangkut teori otak juga dimana Bahasa akan mudah dipelajari oleh otak dari usia dini 0-6 tahun. Di usia 6-12 untuk mempelajari suatu bahasa akan memakan waktu lebih lama dan sulit, sedangkan diatas 12 tahun lebih sulit lagi untuk menguasai suatu bahasa. Banyak Master dan PhD lulusan luar negeri kita yang kemampuan bahasa Inggrisnya masih rendah dan masih terbata-bata dalam menyampaikan pendapat. Padahal mereka telah hidup dan belajar menggunakan bahasa Inggris selama mereka belajar di luar negeri.
  • 12. Mungkinkah Guru Indonesia Menggunakan Bahasa Inggris sebagai Bahasa Pengantar?  Jim Cummins, ahli bahasa dari University of Toronto. dalam proses akusisi bahasa kedua kita harus membedakan antara Basic Interpersonal Communication Skills (BICS) dengan Cognitive Academic Language Proficiency (CALP). BICS adalah kemampuan bahasa yang diperlukan dalam konteks sosial, misalnya percakapan dengan teman, transaksi jual beli di pasar, jamuan makan di restoran, dsb. Percakapan sosial ini banyak memiliki petunjuk-petunjuk non-verbal (seperti ekspresi wajah, gerakan tubuh, dan objek acuan) dan tidak begitu memerlukan aspek kognitif secara dominan. Sedangkan CALP lebih mengacu kepada bahasa yang digunakan pada konteks pembelajaran akademik formal, yang meliputi kegiatan membaca, menulis, mendengar dan berbicara dalam sesuai dengan kaidah keilmuan tertentu, misalnya ilmu fisika, biologi, sosiologi, seni suara, dsb.
  • 13. Jim Cummins PhD University of Toronto.  Hasil riset menunjukkan bahwa waktu untuk menguasai BICS dan CALP tidaklah sama. BICS dapat dikuasai dalam waktu relatif singkat, enam bulan hingga dua tahun, sedangkan CALP memerlukan waktu sekitar lima hingga sepuluh tahun. Konteks Indonesia berbeda dari AS dan Kanada karena bahasa Inggris tidak dipergunakan dalam percakapan sehari-hari sehingga waktu untuk penguasaan bahasa tentunya lebih lama. Selain itu penguasaan bahasa akademik bukan hanya penghafalan kosakata dan struktur bahasa, namun juga pada keluwesan dalam bertutur lisan dan tulisan, dan kemahiran dalam mendengar dan membaca serta berpikir dengan bahasa tersebut.
  • 14. S ur ya Dharma M P A, PhD Direktur Tenaga Kependidikan Direktorat Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PMPTK) 23/6/2009 Test of English for International Communication (ToEIC), dari sekitar 600 guru dan Kepala Sekolah SMP, SMA, dan SMK Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) di seluruh Indonesia pada umumnya rendah, Sebanyak 60 % nya berada pada level kemampuan berbahasa paling rendah (novice)
  • 15. KEGAGALAN DIDAKTIK • Kelima, dengan penekanan pada penggunaan bahasa Inggris sebagai medium of instruction di kelas oleh guru-guru yang selain tak mampu berbahasa Inggris juga masih diragukan kemampuan penguasaan materi dan metode pembelajarannya, jelas akan membuat proses KBM menjadi kacau balau. Program ini jelas merupakan eksperimen yang beresiko tinggi yang belum pernah diteliti dan dikaji secara mendalam dampaknya tapi sudah dilakukan di seribu lebih sekolah yang sebetulnya merupakan sekolah-sekolah berstandar “A”. Program ini sangat beresiko. Ratusan sekolah-sekolah berstatus Mandiri yang diikutkan program ini beresiko besar untuk mengalami kekacauan dalam proses KBM-nya.
  • 16. Hywel Coleman Honorary Senior Research Fellow, School of Education, University of Leeds, UK  The purpose of these schools is ambiguous.  The purpose of teaching other subjects through English is unclear  Many teachers do not possess the English language competence they need to teach core subjects.  The consequences for other languages in Indonesia are potentially serious : competence in the national language (Bahasa Indonesia) is likely to decline  The international standard schools appear to give rise to negative social attitudes between their pupils and those who study in mainstream schools.
  • 17. KEGAGALAN DIDAKTIK  Berharap target yang tinggi dari guru yang tidak kompeten (atau kompetensinya merosot karena harus menggunakan bahasa asing) adalah kesalahan yang sangat fatal. Resiko kegagalannya sangat besar untuk ditanggung. Program SBI ini bakal menghancurkan best practices dalam proses KBM yang selama ini telah dimiliki oleh sekolah-sekolah Mandiri yang dianggap telah mencapai standar SNP tersebut.  FAKTA : Hasil Ujian Nasional baru-baru ini menunjukkan bahwa banyak sekolah-sekolah berstatus RSBI ternyata hasil UN- nya lebih rendah daripada sekolah-sekolah reguler lainnya. Banyak siswa RSBI yang bahkan tidak lulus dalam Ujian nasional tahun 2010. Ini adalah fakta keras yang menunjukkan bahwa program RSBI ini telah menghancurkan best practice dan menurunkan mutu sekolah-sekolah terbaik yang dijadikan sekolah RSBI.
  • 18. Kisah Malaysia Pengajaran dan Pembelajaran Sains dan Matematik dalam Bahasa Inggeris  Pengajaran dan Pembelajaran Sains dan Matematik dalam Bahasa Inggeris (PPSMI) ialah nama program pendidikan Malaysia yang menetapkan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar mata pelajaran Sains dan Matematika di semua peringkat pendidikan.  Program ini dimulai oleh Dr Mahathir pada tahun 2003. Akhirnya pada 8 Juli 2009 setelah kajian mendalam dilakukan diputuskan bahwa program ini akan dihapuskan sepenuhnya pada tahun 2012 karena dianggap gagal.  PPSMI ini memang tidak menghasilkan apa yang diharapkan pencetusnya. Yang bisa survive hanya sekolah yang berada di kota besar dan sekolah berasrama di kota; pada jenis sekolah lainnya nyaris tanpa ampun terjadi degradasi penurunan mutu
  • 19. KESALAHAN ASUMSI (LAGI) • Ketujuh, kritik paling mendasar barangkali adalah kesalahan asumsi dari penggagas sekolah ini bahwa Sekolah BERTARAF internasional itu harus diajarkan dalam bhs asing (Inggris khususnya) dengan menggunakan media pendidikan mutakhir dan canggih seperti laptop, LCD, dan VCD . Padahal negara-negara maju seperti Jepang, Perancis, Finlandia, Jerman, Korea, Italia, dll. tidak perlu menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar jika ingin menjadikan sekolah mereka BERTARAF internasional.Kita tidak perlu harus mengajarkan materi hard science dalam bhs Inggris supaya dapat dianggap bertaraf internasional. Kurikulumnyalah yang harus bertaraf internasional atau dalam kata lain tidak dibawah kualitas kurikulum negara lain yang sudah maju. Jadi fokus kita adalah pada penguatan kurikulumnya. Penguatan kemampuan berbahasa Inggris bertaraf internasional bisa dilakukan secara simultan dengan memberi pelatihan terus menerus kepada guru-guru bhs Inggris yang mempunyai beban untuk meningkatkan kompetensi siswa dalam berbahasa Inggris.
  • 21. KESALAHAN ASUMSI (LAGI) Selama ini siswa-siswa kita yang melanjutkan pendidikannya di luar negeri tidak pernah diminta untuk mempunyai persyaratan berstandar Cambridge, umpamanya. Jika mereka memiliki tingkat penguasaan yang tinggi dalam bidang studi dan mereka mampu memiliki kompetensi berbahasa Inggris yang baik maka mereka selalu bisa masuk ke perti di luar negeri. Bukankah selama ini mereka tidak pernah ditest masuk dengan menggunakan materi Matematika, Fisika, kimia, Biologi, dll dalam bhs Inggris? Lantas mengapa mereka harus dilatih sejak awal untuk memahami materi bidang studi tersebut dalam bhs Inggris (oleh guru yang tidak memiliki kompetensi memadai untuk itu)?
  • 22. PROSES, DAN BUKAN ALAT • Kedelapan, Penekanan pada penggunaan piranti media pendidikan mutakhir dan canggih seperti laptop, LCD, dan VCD juga menyesatkan seolah tanpa itu maka sebuah sekolah tidak bisa bertaraf internasional. Sebagian besar sekolah hebat di luar negeri masih menggunakan kapur dan tidak mensyaratkan media pendidikan mutakhir dan canggih seperti laptop, LCD, dan VCD sebagai prasyarat kualitas pendidikan mereka. Program ini nampaknya lebih mementingkan alat ketimbang proses. Padahal pendidikan adalah lebih ke masalah proses ketimbang alat. Pendidikan yang berorientasi ke hasil adalah paradigma lama dan telah digantikan oleh pendidikan yang berorientasikan pada proses karena pendidikan itu sendiri adalah sebuah proses.
  • 23. PENDIDIKAN BERMUTU BUKAN HANYA UNTUK ANAK CERDAS BERBAKAT • Kesembilan, kesalahan mendasar lain adalah asumsi dan anggapan bahwa Sekolah Bertaraf Internasional hanyalah bagi siswa yang memiliki standar kecerdasan tertentu. Sekolah yang bertaraf internasional dianggap tidak bisa diterapkan pada siswa yang memiliki tingkat kecerdasan rata-rata. Ini juga mengasumsikan bahwa SNP (Standar Nasional Pendidikan) hanyalah bagi mereka yang memiliki tingkat kecerdasan ‘rata-rata’. Ini adalah asumsi yang berbahaya dan secara tidak sadar telah ‘mengkhianati’ SNP itu sendiri karena menganggap SNP ‘tidak layak’ bagi siswa- siswa cerdas Indonesia. Lantas untuk apa Standar Nasional Pendidikan jika dianggap belum mampu untuk memberikan kualitas yang setara dengan standar internasional? Ini juga paham yang diskriminatif dan eksklusif dalam pendidikan dan menganggap kecerdasan intelektual yang menonjol merupakan segala- galanya sehingga perlu mendapat perhatian dan fasilitas lebih daripada siswa yang tidak memilikinya.
  • 24. KEUNGGULAN AKADEMIK SEMATA Kesalahan konseptual (R)SBI adalah terutama pada penekanannya pada segala hal yang bersifat akademik dengan menafikan segala yang non-akademik. Semua keunggulan yang hendak dicapai oleh program SBI ini adalah keunggulan akademik semata dan tak ada lain. Seolah tujuan pendidikan adalah untuk menjadikan siswa untuk menjadi seseoarang yang cerdas akademik belaka. Tak ada dibicarakan tentang keunggulan di bidang Seni, Budaya, dan Olahraga. Padahal paradigma keunggulan akademik adalah pandangan yang sudah sangat kuno. Seolah ‘bertaraf internasional’ adalah keunggulan akademik padahal justru Seni, Budaya, dan Olahragalah yang akan lebih mampu mengantarkan kita untuk bersaing dan tampil di dunia internasional.
  • 25. BERTARAF INTERNASIONAL HANYA 2% Sekolah yang dirancang untuk menjadi SBI hanyalah sekitar 2% dari jumlah sekolah yang ada di tanah air. Artinya, jika kita menganggap bahwa sekolah-sekolah SBI-lah sekolah yang nantinya akan dianggap bertaraf internasional dan SETARA dengan sekolah-sekolah di negara maju secara umum maka itu sama artinya dengan menyatakan bahwa hanya 2% dari sekolah kita yang mutunya setara dengan sekolah-sekolah di dunia internasional (meskipun yang paling buruk). Ini jelas ‘menghinakan’ sistem pendidikan kita dan program SBI ini jelas merendahkan sistem pendidikan kita secara nasional.
  • 26. SBI = PEMBOHONGAN PUBLIK • Kesepuluh, dengan program SBI ini pemerintah memberikan persepsi yang keliru kepada para orang tua, siswa, dan masyarakat bahwa sekolah-sekolah yang ditunjuknya menjadi sekolah Rintisan tersebut adalah sekolah yang ‘akan’ menjadi Sekolah Bertaraf Internasional dengan berbagai kelebihannya. Padahal kemungkinan tersebut tidak akan dapat dicapai atau bahkan akan menghancurkan kualitas sekolah yang ada. Dan ini adalah sama dengan menanam “bom waktu’.  Masyarakat akan merasa dibohongi dengan program ini dan pada akhirnya akan menuntut tanggungjawab pemerintah yang mengeluarkan program ini.
  • 27. MENCIPTAKAN KESENJANGAN SOSIAL • Kesebelas, Program SBI ini di lapangan ternyata menciptakan kesenjangan sosial pada siswa. Program SBI menjadikan sekolah yang mengikutinya menjadi eksklusif dan menciptakan kastanisasi karena hanya bisa dimasuki oleh anak-anak kalangan menengah ke atas. Tingginya pembiayaan yang dikenakan pada orang tua siswa membuat sekolah-sekolah SBI ini tidak dapat dimasuki oleh anak-anak dari kalangan bawah. Akibatnya terjadi kesenjangan sosial di sekolah. • Hal ini juga akan menimbulkan kekecewaan dan kemarahan dalam hati para orang tua kalangan bawah yang tidak mampu masuk ke dalam sekolah eksklusif ini. Mereka akan merasa sengaja dipinggirkan dalam sebuah sistem pendidikan yang dianggap ‘terbaik’ dan yang akan menjamin masa depan anak-anak mereka. Kekecewaan dan rasa frustrasi yang menumpuk akan dapat meledak jika telah mencapai kulminasinya juga.
  • 28. KOMERSIALISASI PENDIDIKAN  Keduabelas, Salah satu kritik terbesar dari masyarakat tentang SBI ini adalah bahwa program ini telah memberi legitimasi kepada sekolah untuk melakukan komersialisasi pendidikan. Pendidikan diperdagangkan justru oleh pemerintah yang seharusnya memberikan pelayanan pendidikan kepada rakyatnya secara gratis dan juga bermutu. Komersialisasi pendidikan ini adalah pengkhianatan terhadap tujuan pendirian bangsa dan negara. Saat ini sekolah-sekolah publik RSBI bahkan telah menjadi lebih swasta dari swasta dalam memungut biaya pada masyarakat. Hampir semua sekolah RSBI menarik dana dari masyarakat dengan biaya tinggi yang sebenarnya sungguh tidak layak mengingat mereka adalah sekolah publik yang semestinya dibiayai sepenuhnya oleh pemerintah dan ‘haram’ sifatnya menjadi komersial.
  • 29. BERTARAF INTERNASIONAL UJIANNYA NASIONAL?  Ketigabelas, Sungguh ganjil jika sebuah UU Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) tiba-tiba memunculkan sebuah istilah ‘bertaraf internasional’ ! Mau dimasukkan ke mana dan dengan konstelasi bagaimana sebuah sistem pendidikan yang ‘bertaraf internasional’ dalam sebuah Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas), apalagi dianggap sebagai standar tertinggi?    Selain itu, Meski menyandang nama ‘bertaraf internasional’ tapi siswanya masih harus ikut ujian nasional. Alangkah ganjilnya jika sebuah sekolah yang bertaraf INTERNASIONAL tapi kemudian masih harus mengikuti sebuah UJIAN NASIONAL! Tidak mungkin sekolah harus mempersiapkan siswa untuk mengikuti DUA SISTEM UJIAN yang berbeda (nasional dan internasional) karena itu SANGAT MEMBERATKAN guru dan siswa serta tidak bermanfaat.
  • 30. BAGAIMANA DENGAN PROGRAM WAJIB BELAJAR 9 TAHUN? • Keempat belas, Pemerintah telah menetapkan Wajib Belajar 9 Tahun sebagai programnya. Maka sebagai konsekuensinya SEMUA pembiayaan pendidikan bagi siswa mulai dari pendidikan dasar maupun menengah HARUS dipenuhinya dan tidak boleh ada pungutan pada siswa. Pungutan pada orang tua siswa, meski melalui komite, adalah bertentangan dengan Undang-Undang Sisdiknas itu sendiri. Pasal yang memuat aturan tentang diperbolehkannya pungutan bagi siswa sekolah bertaraf internasional HARUS DIAMANDEMEN karena bertentangan satu sama lain.
  • 31. SISWA BUKAN GLADIATOR!  Kelimabelas, salah satu tujuan dari dicetuskannya program SBI ini adalah agar pendidikan kita mampu menelurkan siswa-siswa yang akan mampu mewakili dan mampu menjadi pemenang dalam berbagai olimpiade bidang studi dan adu kecerdasan tingkat regional dan internasional. Ini jelas bertentangan dengan tujuan pendidikan itu sendiri dan sama artinya dengan membuat sekolah-sekolah gladiator yang akan menghasilkan para gladiator untuk diadu ke sana kemari demi menutupi kelemahan sistem pendidikan pemerintah secara umum. Ini bisa dianggap sebagai penyalahgunaan tujuan pendidikan atau education abuse. Pendidikan berfungsi untuk menjadikan siswa sebagai manusia seutuhnya dan bukan untuk menjadi gladiator di bidang ilmu pengetahuan.
  • 32. HENTIKAN PROGRAM SBI • Mari kita hentikan program SBI yang konsepnya asal- asalan ini karena justru akan merugikan kualitas pendidikan kita. Program ini tidak akan mungkin berhasil meski diguyur dengan dana seberapa pun dan dalam jangka waktu berapa pun karena memang sudah SALAH DESAIN dan juga telah TERBUKTI GAGAL di negara lain. Dalam prakteknya program SBI ini juga mengkhianati rakyat kecil yang justru lebih membutuhkan pendanaan dan perhatian yang lebih besar ketimbang anak-anak cerdas kita. Anak-anak cerdas kita SELALU bisa menunjukkan kehebatan maupun kompetensinya di mana pun dan kapan pun tanpa harus dijadikan ‘gladiator’ di sekolah.
  • 33. APA GANTINYA? • Program SBI jelas salah konsep, tidak sesuai dengan semangat nasionalisme, dan tidak sesuai untuk semua kalangan. Untuk itu bangsa kita hanya memerlukan SATU standar yaitu SSN (Sekolah Standar Nasional) yg bermutu tinggi dan GRATIS. Pemerintah perlu mengembangkan SSN menjadi sebuah standar pendidikan yang terbaik yang bisa dicapai oleh bangsa Indonesia yang tidak kalah mutunya dengan pendidikan di negara lainnya. Kita tidak memerlukan LABEL ‘internasional’ hanya untuk sekedar menunjukkan bahwa kita dapat sejajar dengan bangsa- bangsa lain
  • 34. USULAN Jika istilah ‘bertarf internasional’ tidak bisa dihapus dan dihindari maka perlu adanya suatu REINTERPRETASI dan REFORMULASI dari rumusan sekolah bertaraf internasional yang ada selama ini. Usulan rumusan dasar tersebut adalah sbb : “Satuan Pendidikan yang bertaraf Internasional adalah sekolah yang dapat memberikan pelayanan pendidikan berkualitas tinggi kepada siswa-siswa yang memiliki potensi akademik dan non- akademik yang sangat menonjol sehingga siswa-siswa tersebut dapat memiliki bekal pengetahuan, ketrampilan dan sikap pribadi serta kompetensi dan prestasi akademik dan non-akademik yang menonjol dan memiliki kemampuan untuk berkolaborasi secara internasional.”
  • 35. PENDIDIKAN BERTARAF INTERNASIONAL Pelayanan pendidikan yang bertaraf internasional di sini mencakup 8 SNP dan ditambah dengan pelayanan pendidikan tambahan yang akan dapat memunculkan kompetensi terbaik dari siswa agar dapat memiliki daya saing internasional. Ada tiga komponen penting yang mencakup pengertian ‘bertaraf internasional’ di sini, yaitu : Pelayanan sekolah yang bermutu tinggi Input siswa yang memiliki potensi akademik dan non- akademik yang sangat menonjol Prestasi akademik dan non-akademik di bidang Seni, Budaya, dan Olahraga serta kemampuan untuk bekerjasama dan berkolaborasi secara internasional dengan lulusan dari mana pun.
  • 36. SUBSTANSI DAN BUKAN KOSMETIK Dengan konsep seperti ini maka tidak diperlukan lagi segala macam aksesori dan kosmetik yang tidak perlu pada program ini agar berbau internasional seperti : Standar ISO, Ujian Cambridge, IBO, TOEFL, Sister School, Studi Banding ke luar negeri, kelas ber AC, menggunakan laptop dan LCD, dll. Sekolah dapat memusatkan perhatiannya pada program-program dan proses pembelajaran yang benar-benar dapat merangsang siswa untuk mengembangkan potensinya secara optimal melalui program-program yang sudah diketahui efektifitasnya. Pendidikan harus benar-benar diarahkan pada proses dan bukan pada alat dan aksesori
  • 37. BUKAN HANYA AKADEMIK Konsep SBI yang lama yang hanya menonjolkan kemampuan akademik siswa semata hendaknya direinterpretasikan ulang dan kemudian haruslah memberikan porsi yang sama besarnya kepada bakat menonjol siswa yang bersifat non-akademik seperti Seni, Budaya, dan Olahraga karena pada hakikatnya dalam kehidupan nyata bakat di bidang non-akademik dan kecerdasan- kecerdasan lain yang tercakup dalam multiple intellegencies justru sangat dibutuhkan dalam kehidupan mereka di dunia nyata kelak. Pengagungan kepada bakat akademik semata menunjukkan ketidakpahaman kita akan dimensi pendidikan itu sendiri yang memang tidaklah semata akademik.
  • 38. GUNAKAN BAHASA NASIONAL Untuk itu semua bidang studi (kecuali bahasa asing) harus diajarkan dalam bahasa Indonesia yang baku dan standar untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menggunakan bahasa nasional tersebut. Dengan dihapuskannya kewajiban menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar di kelas maka guru dapat kembali memfokuskan persiapannya pada proses pembelajaran yang efektif dan tidak perlu berjibaku menggunakan bahasa Inggris yang samasekali tidak dikuasainya tersebut. Kita tidak perlu mengikuti kesalahan yang sama yang telah dilakukan oleh pemerintah Malaysia.
  • 39. KOMPETENSI BAHASA INGGRIS Untuk meningkatkan kompetensi siswa dalam menggunakan bahasa Inggris sebagai bekal untuk hidup di dunia global maka pelajaran bahasa Inggris mesti ditambah porsinya baik itu jumlah jam belajarnya mau pun efektifitas pembelajarannya. Pembelajarannya juga harus lebih variatif agar dapat mendukung berkembangnya kemampuan siswa dalam 4 ketrampilan berbahasa Inggris yang mencakup : Listening, Speaking, Reading dan Writing. Berbagai program dapat sidusun untuk meningkatkan kompetensi siswa ini. Ada banyak program dari lembaga-lembaga internasional yang dapat diadopsi untuk mencapai tujuan ini.
  • 40. TERIMA KASIH ATAS PERHATIAN ANDA SK. Menkumham Nomor AHU-125.AH.01.06.Tahun 2009, tertanggal 26 November 2009