Dokumen tersebut membahas tentang pengukuran kadar gula darah dan arti dari angka 154 yang didapatkan dalam pengukuran tersebut. Dokumen menjelaskan standar yang ditetapkan WHO untuk kategorisasi gangguan kadar gula darah dan arti dari hasil pengukuran 154 mg/dL. Dokumen juga menjelaskan berbagai metode pengukuran kadar gula darah dan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil pengukuran.
1. Home
Kabar Aktual
Tausiyah
Pelayanan
Program
Tentang Forkom
Kontak Kami
Dokumentasi
Path: Home Konsultasi Kesehatan Memahami Pengukuran Kadar Gula Darah
Memahami Pengukuran Kadar Gula Darah
Written by Canti
Pertanyaan:
As salaamu'alaykum
Sebelumnya terima kasih atas adanya form tanya jawab kesehatan ini.
Pak Dokter, kalau ketika mengukur kadar gula dalam darah itu tertulis angka misalnya 154, itu
artinya apa ya? Trus bagaimana hubungan angka tersebut dengan kerja tubuh kita? Terima kasih
atas jawabannya, semoga menjadi amal jariyah yang bermanfaat.
Wassalaam,
canti
Jawaban:
Assalamualaykum wr wb
Alhamdulillah wa sholatu wa salam ‘ala Rasulillah SAW.
2. Terima kasih juga kami ucapkan atas pertanyaan yang telah diberikan
Kesan saya ketika membaca pertanyaan dari ibu Canti adalah menjawabnya tidak sesederhana
pertanyaannya. Mengartikan angka 154 yang muncul ketika mengukur kadar gula darah tidak
hanya terbatas pada orang tersbut menderita gangguan kadar gula darah atau tidak. Ada aspek lain
yang harus dinilai sebelum mengarah kesana. Supaya tidak melakukan salah penilaian, ada
baiknya menurut hemat saya kita berpetualang dahulu melusuri hal-hal yang berkaitan dengan
ukur-mengukur gula darah ini.
OK, pertama sebelum memulai petualangan penelusuran ini, saya ingin mengatakan bahwa
pengujian kadar gula darah pada prinsipnya menerangkan berapa banyak kandungan kadar gula
yang terdapat dalam darah yang menjadi bahan pengukuran dengan menggunakan berbagai
metode yang masing-masing memiliki standard tersendiri. Ini penting untuk dipahami sebagai
modal awal dalam menjawab pertanyaan dari ibu Canti karena pada kenyataannya akan kita temui
banyak cara digunakan untuk mengukur kadar gula darah seseorang sehingga kita harus tahu cara
mana yang dipakai dan apa gambaran yang diberikan dari hasil yang didapat dari pengukuran
tersebut.
Penelusuran dimulai!
WHO, badan kesehatan dunia yang berkewajiban bersama seluruh anggota di dalamnya untuk
menetapkan sebuah standard internasional dalam bidang kesehatan, untuk permasalahan gangguan
kadar gula darah ini telah menetapkan beberapa standard penting yang dapat dijadikan patokan
umum. Kenapa WHO begitu perhatiannya terhadap permasalahan gangguan kadar gula darah ini
karena menurut hitung-hitungan ekonomi kesehatan, masalah gangguan kadar gula darah ini bisa
menimbulkan dampak yang sangat besar bagi kesejahteraan manusia. Bukan hanya karena
gangguan kadar gula darah itu sendiri tetapi lebih utama kepada gangguan kesehatan yang dapat
menyertai gangguan kadar gula darah yang ada, baik yang muncul secara langsung artinya dalam
waktu yang tidak terlalu lama sejak seseorang dikatakan memiliki gangguan kadar gula darah
maupun yang baru muncul belasan atau puluhan tahun kemudian. Aspek lainnya lagi yang mereka
khawatirkan dari adanya gangguan kadar gula darah ini adalah keadaan ini tidak dapat
disembuhkan...tetapi dapat dikendalikan, asal tahu antisipasinya secara baik.
Membahas masalah ini, WHO telah banyak mengajak para pakar dalam masalah gangguan kadar
gula darah dari seluruh bagian dunia. Ini penting karena gangguan kadar gula dalam darah ini
dapat mengenai semua orang, semua umur dan semua golongan sehinggga penanganannya
memerlukan pendekatan epidemiologis....bahasa gampangnya pendekatan kemasyarakatan.
Walaupun langkah ini telah dilaksanakan akan tetapi dalam beberapa bagian tertentu dari para
pakar yang bersepakat untuk merumuskan standard tersebut ada juga yang cenderung untuk
mengeluarkan standard tersendiri dengan alasan bahwasanya kondisi yang berkembang untuk
komunitas mereka sudah tidak sesuai dengan apa yang telah ditetapkan sebagai standard oleh
WHO sebelumnya. Hal ini dapat kita lihat pada kebijakan yang diambil oleh ADA (American
Diabetes Association) di tahun 2003 dimana mereka mengadakan perubahan standard dan
memicu WHO untuk menilai standard yang telah mereka keluarkan sebelumnya. Hal ini terjadi
karena memang data ilmiah yang ada menunjukkan telah terjadi pergeseran batas kandungan aman
kadar gula darah di masyarakat Amerika. Aman disini maksudnya ya itu tadi...tidak ada potensi
munculnya gangguan kesehatan yang sebab utamanya karena gangguan kadar gula darah atau
diduga erat berkaitan dengan hal tersebut.
Oh ya...supaya juga tidak membingungkan, disini saya pakai istilah gangguan kadar gula darah
3. karena saya ingin ibu Canti dan para pembaca lain mengetahui bahwa gangguan kadar gula darah
tersebut bukan hanya diabetes. Ada kondisi dimana seseorang mengalami gangguan kadar gula
dalam darahnya dan dimasukkan dalam kelompok IGT (Impaired Glocose Tolerance=Toleransi
Glukosa Terganggu). Ada juga kelompok IFT (Impaired Fasting Glucose=Glukosa Puasa
Terganggu). Ini kaitannya erat dengan penilaian gangguan kesehatan apa yang berpotensi muncul
di kemudian hari dan juga penatalaksanaannya. Penatalaksanaan disini maksud saya bukan hanya
pengobatannya, tetapi lebih mengutamakan rangkaian tindakan yang dapat mempertahankan
kondisi sehat dari orang yang mengalami gangguan kadar gula darah secara optimal.
Penelusuran berlanjut !
Apa saja sih yang menjadi ketetapan dari WHO untuk masalah gangguan kadar gula dalam darah
ini? Ada beberapa yang dapat kita jadikan pegangan. Indonesia sepengtahuan saya juga memakai
patokan yang sama sehingga penatalaksanaan gangguan kadar gula dalam darah di tanah air juga
memiliki pola yang tidak jauh berbeda.
Patokan tersebut adalah :
1. Kriteria diagnosis untuk gangguan kadar gula darah. Pada ketetapan terakhir yang dikeluarkan
oleh WHO (Dalam petemuan tahun 2005) disepakati bahwa angkanya tidak berubah dari
ketetapan sebelumnya yang dikeluarkan pada tahun 1999, yaitu:
KADAR GULA
DALAM DARAH
(KONDISI)
NORMAL DIABETES IGT IFG
METODE
PENGUKURAN
GULA DARAH
PUASA
(FASTING GLUCOSE)
< 6.1 mmol/l
< 110 mg/dL
> 7.0 mmol/L
> 126 mg/dL
atau
< 7.0 mmol/L
< 126 mg/dL
dan
6.1 < X< 7.0 mmol/L
110 < X< 126 mg/dL
dan
GULA DARAH 2
JAM SETELAH
MAKAN
(2-h GLUCOSE)
Tidak spesifik. Nilai
yang sering dipakai
< 7.8 mmol/L
< 140 mg/dL
> 11.1 mmol/L
> 200 mg/dL
7.8 < X < 11.1 mol/L
140 < X < 200 mg/dL
< 7.8 mmol/L
< 140 mg/dL
(Jika diukur)
Penting juga untuk ibu Canti ingat ketika berbicara angka untuk memperhatikan satuan yang
digunakan. Dalam tabulasi diatas WHO mengeluarkan standard dalam 2 satuan yang sering
digunakan yaitu mmol/L dan mg/dL. Perhatikan bahwa terdapat penggunaan kata sambung “atau”
dan “dan”. Penggunaan kata sambung ini penting untuk menandakan misalnya bahwa untuk
menentukan diabetes dapat dengan menggunakan salah satu dari 2 metode pemeriksaan yang ada
dan untuk yang lainnya seperti yang disebutkan dalam tabel.
2. Kadar gula darah normal (Normoglycaemia) dikatakan sebagai suatu kondisi dimana kadar
glukosa darah yang ada mempunyi resiko kecil untuk dapat berkembang menjadi diabetes atau
menyebabkan munculnya penyakit jantung dan pembuluh darah
3.IGT oleh WHO didefinisikan sebagai kondisi dimana seseorang mempunyai resiko tinggi untuk
4. terjangkit diabetes walaupun ada kasus yang menunjukkan kadar gula darah dapat kembali ke
keadaan normal. Seseorang yang kadar gula darahnya termasuk dalam kategori IGT juga
mempunyai resiko terkena penyakit jantung dan pembuluh darah yang sering mengiringi penderita
diabetes. Kondisi IGT ini menurut para ahli terjadi karena adanya kerusakan dari produksi hormon
insulin dan terjadinya kekebalan jaringan otot terhadap insulin yang diproduksi.
4. Batas bawah untuk IFG tidak berubah untuk pengukuran gula darah puasa yaitu 6.1 mmol/L
atau 110 mg/dL. IFG sendiri mempunyai kedudukan hampir sama dengan IGT. Bukan entitas
penyakit akan tetapi sebuah kondisi dimana tubuh tidak dapat memproduksi insulin secara optimal
dan terdapatnya gangguan mekanisme penekanan pengeluaran gula dari hati ke dalam darah.
5. Metode pengukuran kadar gula standard menggunakan bahan plasma darah yang berasal dari
pembuluh vena. Plasma darah adalah bagian cair dari darah. Intinya adalah darah yang sudah tidak
mengandung bahan-bahan padat lagi seperti sel darah merah hematokrit dan yang lainnya. Pada
alat pengukur gula darah portabel yang banyak terdapat di pasaran, metode mendapatkan plasma
dari darah dengan melakukan penyaringan darah yang diambil yang dilakukan oleh strip tempat
menaruh sediaan darah yang diambil. Pengukuran kadar gula darah sebaiknya dilakukan sesegera
mungkin setelah darah diambil dari vena. Pengukuran darah vena dan kapiler pada saat puasa
memberikan hasil yang identik pada saat puasa tetapi tidak untuk pengukuran 2 jam setelah makan
dimana hasil dari darah kapiler menunjukkan nilai yang lebih tinggi.
6. Ada sebuah metode pemeriksaan kadar gula darah lainnya yang dapat membantu menentukan
pengelompokan gangguan kadar gula darah yaitu OGTT (Oral Glucose Tolerance Test = Tes
Toleransi Glukosa Oral ). Hal ini penting disebutkan karena :
Tes glukosa darah puasa saja mempunyai nilai kegagalan untuk mendeteksi diabetes yang telah
diderita sebelumnya (Tetapi belum diketahui kepastiannya) sebesar 30%
OGTT merupakan metode pengukuran yang dapat mengidentifikasi kondidi IGT secara akurat
OGTT diperlukan untuk memastikan seseorang mengalami gangguan toleransi glukosa yang tidak
terdeteksi (dicurigai) dan juga berarti mengeluarkan orang tersebut dari kecurigaan yang ada. Tes
OGTT disarankan untuk dilakukan pada seseorang yang memiliki kadar gula puasa 6.1 – 6.9
mmol/L atau 110 – 125 mg/dL untuk menentukan kepastian status toleransi glukosanya.
7. Pemeriksaan HbA1c tidak disarankan sebagai pemeriksaan diagnosis untuk diabetes dan
kondisi gangguankadar gula darah lainnya.
WHO juga menggunakan istilah Intermediate Hyperglycaemia untuk menggambarkan kadar gula
dalam darah antara normal dan diabetes (IFG dan IGT) karena WHO bermaksud menghilangkan
stigma diabetes terhadap orang yang tidak memenuhi kriteria untuk dikatakan memiliki kondisi
diabetes dan juga menekankan bahwasanya kondisi Intermediate Glycaemia ini masih dapat
kemabli ke kondisi normal.
Penelusuran mendekati akhir !
WHO mendefinisikan diabetes sebagai kondisi dimana terdapat kenaikan kadar gula dalam darah
yang berimplikasi menigkatnya faktor resiko terhadap penyakit yang didasari karena kerusakan
pembuluh darah kecil dan besar serta berkurangnya kualitas hidup seseorang.
Dari definisi ini, kita dapat mengambil sebuah kesimpulan sederhana bahwa batasan yang dibuat
WHO untuk menentukan seseorang diabetes atau tidak mengambil pertimbangan besar kecilnya