Laporan pendahuluan asuhan keperawatan diabetes mellitus tipe 2Utik Pariani
laporan pendahuluan asuhan keperawatan DM tipe 2. definisi: Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. etiologi: Factor genetic, Factor imunologi
Factor lingkungan, Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia diatas 65 tahun), Obesitas, Riwayat keluarga. pathway dan masalah keperawatan. pengkajian, diagnosa intervensi rasional
Laporan pendahuluan asuhan keperawatan diabetes mellitus tipe 2Utik Pariani
laporan pendahuluan asuhan keperawatan DM tipe 2. definisi: Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. etiologi: Factor genetic, Factor imunologi
Factor lingkungan, Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia diatas 65 tahun), Obesitas, Riwayat keluarga. pathway dan masalah keperawatan. pengkajian, diagnosa intervensi rasional
Mempelajari tentang pemeriksaan fisik thorax dengan cara inspeksi, pelpasi, perkusi dan auskultasi. serta harus mengetahui suara atau bunyi yang dihasilkan dan batas pemeriksaan antara jantung dan paru. maka perawat dapat mempelajari dan harus mengetahui tentang pemeriksaan paru dan jantung
I. Latar belakang
Luka bakar merupakan cedera yang cukup sering dihadapi oleh dokter dan perawat. Jenis yang berat memperlihatkan morbiditas dan derajad cacat yang relatif tinggi dibanding dengan cedera oleh sebab lain. Biaya yang dibutuhkan dalam penangananpun tinggi. Penyebab luka bakar selain terbakar api langsung atau tak langsung, juga pajanan suhu tinggi dari matahari, listrik, maupun bahan kimia.(Elizabeth,2009)
Statistik menunjukkan bahwa 60% luka bakar terjadi karena kecelakaan rumah tangga, 20% karena kecelakaan kerja, dan 20% sisanya karena sebab-sebab lain, misalnya bus terbakar, ledakan bom, dan gunung meletus. (Moenajad, 2001)
Penanganan dan perawatan luka bakar (khususnya luka bakar berat) memerlukan perawatan yang kompleks dan masih merupakan tantangan tersendiri karena angka morbiditas dan mortalitas yang cukup tinggi.1 Di Amerika dilaporkan sekitar 2 – 3 juta penderita setiap tahunnya dengan jumlah kematian sekitar 5 – 6 ribu kematian per tahun. Di Indonesia sampai saat ini belum ada laporan tertulis mengenai jumlah penderita luka bakar dan jumlah angka kematian yang diakibatkannya. Di unit luka bakar RSCM Jakarta, pada tahun 2008 dilaporkan sebanyak 107 kasus luka bakar yang dirawat dengan angka kematian 37,38%. Dari unit luka bakar RSU Dr. Soetomo Surabaya pada tahun 2008 didapatkan data bahwa kematian umumnya terjadi pada luka bakar dengan luas lebih dari 50% atau pada luka bakar yang disertai cedera pada saluran napas dan 50% terjadi pada 7 hari pertama perawatan. (Irna Bedah RSUD Dr. Soetomo, 2001)
Beberapa karakteristik luka bakar yang terjadi membutuhkan tindakan khusus yang berbeda. Karakteristik ini meliputi luasnya, penyebab(etiologi) dan anatomi luka bakar. Luka bakar yang melibatkan permukaan tubuh yang besar atau yang meluas ke jaringan yang lebih dalam, memerlukan tindakan yang lebih intensif daripada luka bakar yang lebih kecil dan superficial. Luka bakar yang disebabkan oleh cairan yang panas (scald burn) mempunyai perbedaan prognosis dan komplikasi dari pada luka bakar yang sama yang disebabkan oleh api atau paparan radiasi ionisasi. Luka bakar karena bahan kimia memerlukan pengobatan yang berbeda dibandingkan karena sengatan listrik (elektrik) atau persikan api. Luka bakar yang mengenai genetalia menyebabkan resiko nifeksi yang lebih besar daripada di tempat lain dengan ukuran yang sama. Luka bakar pada kaki atau tangan dapat mempengaruhi kemampuan fungsi kerja klien dan memerlukan tehnik pengobatan yang berbeda dari lokasi pada tubuh yang lain. Pengetahuan umum perawat tentang anatomi fisiologi kulit, patofisiologi luka bakar sangat diperlukan untuk mengenal perbedaan dan derajat luka bakar tertentu dan berguna untuk mengantisipasi harapan hidup serta terjadinya komplikasi multi organ yang menyertai. (Irna Bedah RSUD Dr. Soetomo, 2001)
Prognosis klien yang mengalami suatu luka bakar berhubungan langsung dengan lokasi dan ukuran luka bakar. Faktor lain seperti umur, status kesehatan sebelumnya da
Mempelajari tentang pemeriksaan fisik thorax dengan cara inspeksi, pelpasi, perkusi dan auskultasi. serta harus mengetahui suara atau bunyi yang dihasilkan dan batas pemeriksaan antara jantung dan paru. maka perawat dapat mempelajari dan harus mengetahui tentang pemeriksaan paru dan jantung
I. Latar belakang
Luka bakar merupakan cedera yang cukup sering dihadapi oleh dokter dan perawat. Jenis yang berat memperlihatkan morbiditas dan derajad cacat yang relatif tinggi dibanding dengan cedera oleh sebab lain. Biaya yang dibutuhkan dalam penangananpun tinggi. Penyebab luka bakar selain terbakar api langsung atau tak langsung, juga pajanan suhu tinggi dari matahari, listrik, maupun bahan kimia.(Elizabeth,2009)
Statistik menunjukkan bahwa 60% luka bakar terjadi karena kecelakaan rumah tangga, 20% karena kecelakaan kerja, dan 20% sisanya karena sebab-sebab lain, misalnya bus terbakar, ledakan bom, dan gunung meletus. (Moenajad, 2001)
Penanganan dan perawatan luka bakar (khususnya luka bakar berat) memerlukan perawatan yang kompleks dan masih merupakan tantangan tersendiri karena angka morbiditas dan mortalitas yang cukup tinggi.1 Di Amerika dilaporkan sekitar 2 – 3 juta penderita setiap tahunnya dengan jumlah kematian sekitar 5 – 6 ribu kematian per tahun. Di Indonesia sampai saat ini belum ada laporan tertulis mengenai jumlah penderita luka bakar dan jumlah angka kematian yang diakibatkannya. Di unit luka bakar RSCM Jakarta, pada tahun 2008 dilaporkan sebanyak 107 kasus luka bakar yang dirawat dengan angka kematian 37,38%. Dari unit luka bakar RSU Dr. Soetomo Surabaya pada tahun 2008 didapatkan data bahwa kematian umumnya terjadi pada luka bakar dengan luas lebih dari 50% atau pada luka bakar yang disertai cedera pada saluran napas dan 50% terjadi pada 7 hari pertama perawatan. (Irna Bedah RSUD Dr. Soetomo, 2001)
Beberapa karakteristik luka bakar yang terjadi membutuhkan tindakan khusus yang berbeda. Karakteristik ini meliputi luasnya, penyebab(etiologi) dan anatomi luka bakar. Luka bakar yang melibatkan permukaan tubuh yang besar atau yang meluas ke jaringan yang lebih dalam, memerlukan tindakan yang lebih intensif daripada luka bakar yang lebih kecil dan superficial. Luka bakar yang disebabkan oleh cairan yang panas (scald burn) mempunyai perbedaan prognosis dan komplikasi dari pada luka bakar yang sama yang disebabkan oleh api atau paparan radiasi ionisasi. Luka bakar karena bahan kimia memerlukan pengobatan yang berbeda dibandingkan karena sengatan listrik (elektrik) atau persikan api. Luka bakar yang mengenai genetalia menyebabkan resiko nifeksi yang lebih besar daripada di tempat lain dengan ukuran yang sama. Luka bakar pada kaki atau tangan dapat mempengaruhi kemampuan fungsi kerja klien dan memerlukan tehnik pengobatan yang berbeda dari lokasi pada tubuh yang lain. Pengetahuan umum perawat tentang anatomi fisiologi kulit, patofisiologi luka bakar sangat diperlukan untuk mengenal perbedaan dan derajat luka bakar tertentu dan berguna untuk mengantisipasi harapan hidup serta terjadinya komplikasi multi organ yang menyertai. (Irna Bedah RSUD Dr. Soetomo, 2001)
Prognosis klien yang mengalami suatu luka bakar berhubungan langsung dengan lokasi dan ukuran luka bakar. Faktor lain seperti umur, status kesehatan sebelumnya da
Diabetes Facts and Tips for a Healthy LifestyleSlideShop.com
In 2013, over 300 million people throughout the world have diabetes. How can we prevent ourselves from acquiring this disease? Check out this presentation.
More themed slides: https://slideshop.com/Themed-Slides
Pengaruh diet mikrobiotik tehadap penyakit diabetesNiakhairani
penyakit Diabetes adalah penyakit degeneratif, di mana ada beberapa gangguan dalam metabolisme tubuh karbohidrat, lemak, protein, dan juga ketidakmampuan tubuh untuk memproduksi insulin dalam jumlah yang cukup atau tubuh tidak memproduksi insulin sama sekali. Sel-sel dalam tubuh manusia membutuhkan energi dari gula (glukosa) untuk bisa berfungsi dengan normal.
Diabetes berasal dari bahasa Yunani yang berarti “mengalirkan atau mengalihkan” (siphon). Mellitus berasal dari bahasa latin yang bermakna manis atau madu. Penyakit diabetes melitus dapat diartikan individu yang mengalirkan volume urine yang banyak dengan kadar glukosa tinggi. Diabetes melitus adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai dengan ketidakadaan absolute insulin atau penurunan relative insensitivitas sel terhadap insulin (Corwin, 2009).
Diabetes Melitus (DM) adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah, disertai lesi pada membran basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskop elektron (Mansjoer dkk, 2007).
Selengkapnya bisa baca online atau download filenya di link berikut: http://gudangbuku.menantisenja.com/2016/12/laporan-pendahuluan-diabetes-melitus.html
KLP 1 LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM EN...
Diabetes mellitus pada lanjut usia
1. DIABETES MELITUS PADA LANJUT USIA
Program Studi Ilmu Keperawatan UNAND
___________________________________________________________________________________________________
___
BAB II
KONSEP
DASAR
A. Pengertian
Diabetes melitus merupakan
penyakit metabolik yang berlangsung kronik dimana
penderita diabetes tidak bisa memproduksi insulin dalam jumlah yang cukup atau
tubuh tidak mampu menggunakan insulin secara efektif sehingga terjadilah
kelebihan gula di dalam darah dan baru dirasakan setelah terjadi komplikasi
lanjut pada organ tubuh.
Diabetes melitus sering disebut sebagai the great imitator karena penyakit
ini dapat mengenai semua organ tubuh dan menimbulkan berbagai macam
keluhan dengan gejala sangat bervariasi. Gejala-gejala tersebut dapat berlangsung
lama tanpa diperhatikan sampai ketika orang tersebut pergi ke dokter dan
diperiksa kadar glukosa darahnya. Terkadang gambaran klinik dari diabetes tidak
jelas dan diabetes baru ditemukan pada saat pemeriksaan penyaring atau
pemeriksaan untuk penyakit lain.
Menurut American Diabetes Association (ADA) 2003, diabetes
melitus
merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau
kedua-duanya.Hiperglikemia kronik pada diabetes berhubungan dengan kerusakan
jangka panjang, dan disfungsi beberapa organ tubuh, terutama mata, ginjal, saraf,
jantung, dan pembuluh darah, yang menimbulkan berbagai macam komplikasi,
antara lain aterosklerosis, neuropati, gagal ginjal, dan retinopati. Sedikitnya
setengah dari populasi penderita diabetes lanjut usia tidak mengetahui kalau
______________________________________________________________________________________________
____
2. DIABETES MELITUS PADA LANJUT USIA
Program Studi Ilmu Keperawatan UNAND
___________________________________________________________________________________________________
___
mereka menderita diabetes karena hal itu dianggap merupakan perubahan
fisiologis yang berhubungan dengan pertambahan usia.
Diabetes melitus pada lanjut usia umumnya adalah diabetes tipe yang tidak
tergantung insulin ( NIDDM ). Prevalensi diabetes melitus makin meningkat pada
lanjut usia. Meningkatnya prevalensi diabetes melitus di beberapa negara
berkembang akibat peningkatan kemakmuran di negara yang bersangkutan
dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain peningkatan pendapatan perkapita dan
perubahan gaya hidup terutama di kota besar menyebabkan peningkatan
prevalensi penyakit degeneratif.
Jumlah penderita diabetes melitus di Indonesia terus meningkat dimana
saat ini diperkirakan sekitar 5 juta lebih penduduk Indonesia atau berarti 1 dari 40
penduduk Indonesia menderita diabetes.
Penemuan diagnosa dini dan penanganan yang adekuat pada lanjut usia
yang menderita DM dipandang cukup penting artinya bagi kelangsungan hidup
penderita. Selain itu skrining pada lanjut usia yang termasuk resiko tinggi untuk
menderita DM juga sebaiknya dilakukan untuk menghindari terjadinya penyakit
ataupun menghindari komplikasi yang lebih lanjut
B. Etiologi Dan Patofisiologi
1. Etiologi
Beberapa ahli berpendapat bahwa dengan meningkatnya umur, maka
intoleransi terhadap glukosa juga meningkat. Jadi untuk golongan lanjut usia
diperlukan batas glukosa darah yang lebih tinggi dari pada batas yang dipakai
untuk menegakkan diagnosis diabetes melitus pada orang dewasa yang bukan
merupakan golongan lanjut usia. Intoleransi glukosa pada lanjut usia berkaitan
dengan obesitas, aktivitas fisik yang kurang, berkurangnya massa otot, penyakit
penyerta, penggunaan obat-obatan, di samping karena pada lanjut usia sudah
terjadi penurunan sekresi insulin dan resistensi insulin. Pada lebih 50 % lanjut
usia diatas 60 tahun yang tanpa keluhan ditemukan hasil Tes Toleransi Glukosa
______________________________________________________________________________________________
____
3. DIABETES MELITUS PADA LANJUT USIA
Program Studi Ilmu Keperawatan UNAND
___________________________________________________________________________________________________
___
Oral (TTGO) yang abnormal, namun intoleransi glukosa ini masih belum dapat
dikatakan diabetes melitus.
Menurut Jeffrey, peningkatan kadar gula darah pada lanjut usia disebabkan oleh
beberapa hal, yaitu:
Fungsi sel pankreas dan sekresi insulin yang berkurang
Perubahan karena lanjut usia sendiri yang berkaitan dengan resistensi
insulin, akibat kurangnya massa otot dan perubahan vaskular.
Aktivitas fisik yang berkurang, banyak makan, badan kegemukan.
Keberadaan penyakit lain, sering menderita stress, operasi.
Sering menggunakan bermacam-macam obat-obatan.
Adanya faktor keturunan.
Keberadaan penyakit lain
Genetik
Obat
Aktivitas fisik yang berkurang
Kegemukan
Umur yang berkaitan dengan resistensi insulin
Umur yang berkaitan dengan penurunan insulin
Faktor-faktor penyebab pada usia lanjut
Gambar 1. Beberapa faktor penyebab diabetes melitus pada lansia
______________________________________________________________________________________________
____
4. DIABETES MELITUS PADA LANJUT USIA
Program Studi Ilmu Keperawatan UNAND
___________________________________________________________________________________________________
___
2. Patosiologi
Pengolahan bahan makanan dimulai dari mulut kemudian ke lambung dan
selanjutnya ke usus. Didalam saluran pencernaan, makanan yang terdiri dari
karbohidrat dipecah menjadi glukosa, protein dipecah menjadi asam amino dan
lemak menjadi asam lemak. Ketiga zat makanan itu diedarkan ke seluruh tubuh
untuk dipergunakan oleh organ-organ di dalam tubuh sebagai bahan bakar.
Supaya berfungsi sebagai bahan bakar zat makanan itu harus diolah, dimana
glukosa dibakar melalui proses kimia yang menghasilkan energi yang disebut
metabolisme.
Dalam proses metabolisme insulin memegang peranan penting yaitu
memasukkan glukosa ke dalam sel yang digunakan sebagai bahan bakar. Insulin
adalah suatu zat atau hormon yang dihasilkan oleh sel beta di pankreas, bila
insulin tidak ada maka glukosa tidak dapat masuk sel dengan akibat glukosa akan
tetap berada di pembuluh darah yang artinya kadar glukosa di dalam darah
meningkat.
Pada Diabetes melitus tipe 1 terjadi kelainan sekresi insulin oleh sel beta
pankreas. Pasien diabetes tipe ini mewarisi kerentanan genetik yang merupakan
predisposisi untuk kerusakan autoimun sel beta pankreas. Respon autoimun
dipacu oleh aktivitas limfosit, antibodi terhadap sel pulau langerhans dan terhadap
insulin itu sendiri.
Pada diabetes melitus tipe 2 jumlah insulin normal, tetapi jumlah reseptor
insulin yang terdapat pada permukaan sel yang kurang sehingga glukosa yang
masuk ke dalam sel sedikit dan glukosa dalam darah menjadi meningkat.
Tabel 1. Karakteristik diabetes melitus tipe I dan tipe II
DM TIPE I DM TIPE II
______________________________________________________________________________________________
____
5. DIABETES MELITUS PADA LANJUT USIA
Program Studi Ilmu Keperawatan UNAND
___________________________________________________________________________________________________
___
Mudah terjadi ketoasidosis Sukar terjadi ketoasidosis
Pengobatan harus dengan insulin Pengobatan tidak harus dengan
insulin
Onset akut Onset lambat
Biasanya kurus Gemuk atau tidak gemuk
Biasanya terjadi pada umur yang Biasanya terjadi pada umur > 45
masih muda tahun
Berhubungan dengan HLA-DR3 Tidak berhubungan dengan HLA
dan DR4
Didapatkan antibodi sel islet Tidak ada antibodi sel islet
10%nya ada riwayat diabetes 30%nya ada riwayat diabetes pada
pada keluarga keluarga
30-50 % kembar identik terkena 100% kembar identik terkena
Sumber : PERKENI, Pengelolaan Diabetes Melitus Tipe 2, 2002
C. KLASIFIKASI ETIOLOGIS DIBETES MELITUS
Klasifikasi etiologis diabetes melitus menurut American Diabetes Association
(1997)
Diabetes melitus tipe I:
Destruksi sel beta, umumnya menjurus ke defisiensi insulin absolut baik
melalui proses imunologik maupun idiopatik.
Diabetes melitus tipe II:
Bervariasi mulai yang predominan resistensi insulin disertai defisiensi insulin
relatif sampai yang predominan gangguan sekresi insulin bersama resistensi
insulin.
Diabetes melitus tipe lain:
1. Defek genetik fungsi sel beta :
Maturity onset diabetes of the young (MODY) 1,2,3
DNA mitokondria
______________________________________________________________________________________________
____
6. DIABETES MELITUS PADA LANJUT USIA
Program Studi Ilmu Keperawatan UNAND
___________________________________________________________________________________________________
___
2. Defek genetik kerja insulin
3. Penyakit eksokrin pankreas
4. Endokrinopati :
Akromegali
Sindrom Cushing
Hipertiroidisme
5. Obat atau zat kimia
6. Infeksi
Citomegalovirus
Rubela kongenital
2 Imunologi : Antibodi anti insulin
3. Sindrom genetik lainnya :
Sindrom Down
Sindrom Klinefelter
Sindrom Turner
D. GAMBARAN KLINIS
Keluhan umum pada pasien DM seperti poliuria, polidipsia, polifagia
pada DM lanjut usia pada umumnya tidak ada. Sebaliknya yang sering
mengganggu pasien ialah keluhan akibat komplikasi degeneratif kronik pada
pembuluh darah dan saraf. Pada DM lanjut usia, terdapat perubahan patofisiologi
akibat proses menjadi tua sehingga gambaran klinisnya bervariasi dari kasus tanpa
gejala sampai dengan komplikasi yang lebih lanjut. Hal yang sering menyebabkan
pasien datang berobat ke dokter ialah adanya keluhan yang mengenai beberapa
organ tubuh, antara lain :
Gangguan penglihatan : katarak
Kelainan kulit : gatal dan bisul-bisul
Kesemutan, rasa baal
Kelemahan tubuh
Luka atau bisul yang tidak sembuh-sembuh
______________________________________________________________________________________________
____
7. DIABETES MELITUS PADA LANJUT USIA
Program Studi Ilmu Keperawatan UNAND
___________________________________________________________________________________________________
___
Infeksi saluran kemih
Kelainan kulit berupa gatal, biasanya terjadi di daerah genital ataupun
daerah lipatan kulit lain, seperti di ketiak dan di bawah payudara, biasanya akibat
tumbuhnya jamur. Sering pula dikeluhkan timbulnya bisul-bisul atau luka lama
yang tidak mau sembuh. Luka ini dapat timbul akibat hal sepele seperti luka lecet
karena sepatu, tertusuk peniti dan sebagainya. Rasa baal dan kesemutan akibat
sudah terjadinya neuropati juga merupakan keluhan pasien, disamping keluhan
lemah dan mudah merasa lelah. Keluhan lain yang mungkin menyebabkan pasien
datang berobat ke dokter ialah keluhan mata kabur yang disebabkan oleh katarak
ataupun gangguan-gangguan refraksi akibat perubahan-perubahan pada lensa
akibat hiperglikemia.
Tanda-tanda dan gejala klinik diabetes melitus pada lanjut usia:
1. Penurunan berat badan yang drastis dan katarak yang sering terjadi pada
gejala awal
2. Infeksi bakteri dan jamur pada kulit (pruritus vulva untuk wanita) dan infeksi
traktus urinarius sulit untuk disembuhkan.
3. Disfungsi neurologi, termasuk parestesi, hipestesi, kelemahan otot dan rasa
sakit, mononeuropati, disfungsi otomatis dari traktus gastrointestinal (diare),
sistem kardiovaskular (hipotensi ortostatik), sistem reproduksi (impoten), dan
inkontinensia stress.
4. Makroangiopati yang meliputi sistem kardiovaskular (iskemi, angina, dan
infark miokard), perdarahan intra serebral (TIA dan stroke), atau perdarahan
darah tepi (tungkai diabetes dan gangren).
5. Mikroangiopati meliputi mata (penyakit makula, hemoragik, eksudat), ginjal
(proteinuria, glomerulopati, uremia)
E. DIAGNOSIS
______________________________________________________________________________________________
____
8. DIABETES MELITUS PADA LANJUT USIA
Program Studi Ilmu Keperawatan UNAND
___________________________________________________________________________________________________
___
Banyak pasien dengan Non Insulin Dependent Diabetes Melitus (NIDDM)
yang asimptomatik dan baru diketahui adanya peningkatan kadar gula darah pada
pemeriksaan laboratorium rutin.
Para ahli masih berbeda pendapat mengenai kriteria diagnosis DM pada lanjut
usia . Kemunduran, intoleransi glukosa bertambah sesuai dengan pertambahan
usia , jadi batas glukosa pada DM lanjut usia lebih tinggi dari pada orang dewasa
yang menderita penyakit DM.
F. Komplikasi Diabetes Melitus
1. Komplikasi akut
Ketoasidosis Diabetikum
Ketika kadar insulin rendah, tubuh tidak bisa menggunakan glukosa sebagai
energi dan karenanya lemak tubuh dimobilisasi tempat penyimpanannya.
Penghancuran lemak untuk melepas energi menghasilkan formasi asam lemak.
Asam lemak ini melewati hepar dan membentuk satu kelompok senyawa kimia
bernama benda keton, benda keton dikeluarkan lewat urin disebut ketonuria.
Kadar benda keton yang meningkat dalam tubuh disebut ketosis. Ketosis bisa
meningkatkan keasaman cairan tubuh dan jaringan sehingga kadar yang sangat
tinggi dan menyebabkan satu kondisi yang disebut asidosis. Asidosis akibat dari
benda keton yang meningkat disebut ketoasidosis.
Gejala-Gejalanya :
a. Dehidrasi: kekeringan di mulut dan hilangnya elastisitas kulit
b. Napas berbau kecut
c. Mual-mual, muntah-muntah dan rasa sakit di perut
d. Napas berat
e. Tarikan napas meningkat
______________________________________________________________________________________________
____
9. DIABETES MELITUS PADA LANJUT USIA
Program Studi Ilmu Keperawatan UNAND
___________________________________________________________________________________________________
___
f. Merasa sangat lemah dan mengantuk
Hipoglikemia
Merupakan salah satu komplikasi akut yang tidak jarang terjadi dan seringkali
membahayakan hidup penderitannya serta ditandai dengan kadar gula darah yang
melonjak turun di bawah 50-60 mg/dl. Komplikasi ini dapat disebabkan faktor
eksogen maupun endogen.
Faktor eksogen diantaranya akibat pemakaian insulin atau obat
hipoglikemia oral yang tidak terkontrol dan tidak diikuti dengan asupan kalori
yang memadai. Di negara maju, hipoglikemia sering ditemukan pada penderita
diabetes yang mengunakan insulin atau obat hipoglikemia oral bersamaan dengan
alkohol yang berlebihan tanpa asupan kalori yang baik.
Gejala hipoglikemia mula-mula berupa gejala adrenergik seperti : pucat,
berkeringat, takikardi, palpitasi, lapar, lemas, dan gugup. Kemudian pada fase
______________________________________________________________________________________________
____
10. DIABETES MELITUS PADA LANJUT USIA
Program Studi Ilmu Keperawatan UNAND
___________________________________________________________________________________________________
___
selanjutnya disusul gejala neuroglikopenia yang meliputi : cepat lelah, cepat
marah, sakit kepala, kehilangan konsentrasi, gangguan kesadaran, gangguan
sensorik dan motorik, bingung, kejang dan bahkan koma.
Infeksi
Pengidap diabetes, cenderung terkena infeksi karena 3 alasan utama:
a. Bakteri tumbuh baik jika kadar glukosa darah tinggi
b. Mekanisme pertahanan tubuh rendah pada orang yang terkena diabetes
c. Komplikasi terkait diabetes yang meningkatkan resiko infeksi.
Infeksi yang umumnya menyerang pengidap diabetes termasuk infeksi kulit,
infeksi saluran kencing, penyakit pada gusi, tuberkulosis, dan beberapa jenis
infeksi jamur.
2. Komplikasi kronis
Penyakit jantung dan pembuluh darah
Aterosklerosis adalah sebuah kondisi dimana arteri menebal dan menyempit
karena penumpukan lemak pada bagian dalam pembuluh darah. Menebalnya arteri
di kaki bisa mempengaruhi otot-otot kaki karena berkurangnya suplai darah yang
mengakibatkan kram, rasa tidak nyaman atau lemas saat berjalan. Jika suplai
darah pada kaki sangat kurang atau terputus dalam waktu lama bisa terjadi
kematian pada jaringan.
______________________________________________________________________________________________
____
11. DIABETES MELITUS PADA LANJUT USIA
Program Studi Ilmu Keperawatan UNAND
___________________________________________________________________________________________________
___
. Gambar 2. Aterosklerosis pada DM dan Pengaruhnya terhadap Kaki
Kerusakan pada ginjal ( Nefropati)
Diabetes mempengaruhi pembuluh darah kecil ginjal akibatnya efisiensi ginjal
untuk menyaring darah terganggu. Pasien dengan nefropati menunjukan gambaran
gagal ginjal menahun seperti lemas, mual, pucat sampai keluhan sesak napas
akibat penimbunan cairan. Adanya gagal ginjal dibuktikan dengan kenaikan kadar
kreatinin atau ureum serum yang berkisar antara 2% sampai 7,1% pasien diabetes
melitus. Adanya proteinuria yang persisten tanpa adanya kelainan ginjal yang lain
merupakan salah satu tanda awal nefropati diabetik.
Kerusakan saraf ( Neuropati )
______________________________________________________________________________________________
____
12. DIABETES MELITUS PADA LANJUT USIA
Program Studi Ilmu Keperawatan UNAND
___________________________________________________________________________________________________
___
Gula darah tinggi menghancurkan serat saraf dan satu lapisan lemak di sekitar
saraf. Saraf yang rusak tidak bisa mengirimkan sinyal ke otak dan dari otak
dengan baik, sehingga akibatnya bisa kehilangan indra perasa, meningkatnya
indra perasa atau nyeri di bagian yang terganggu. Kerusakan saraf tepi tubuh lebih
sering terjadi. Kerusakan dimulai dari jempol kaki serta berlanjut hingga telapak
kaki dan seluruh kaki yang menimbulkan mati rasa, kesemutan, seperti terbakar,
rasa sakit, rasa tertusuk, atau kram pada otot kaki.
Kerusakan pada mata ( Retinopati )
Retina mata terganggu sehinga terjadi kehilangan sebagian atau seluruh
penglihatan. Pasien dengan retinopati diabetik akan mengalami gejala penglihatan
kabur sampai kebutaan
Gambar 4. Non Proliferatif
Retinopati
G. Keadaan Fisik Penderita
DM
Keadaan kepala penderita DM
a. Rambut
Penderita DM yang sudah menahun dan tidak terawat secara baik, biasanya
rambutnya lebih tipis. Bila akar rambut terserang, rambut mudah rontok.
b.Telinga :
______________________________________________________________________________________________
____
13. DIABETES MELITUS PADA LANJUT USIA
Program Studi Ilmu Keperawatan UNAND
___________________________________________________________________________________________________
___
Karena urat saraf bagian pendengaran DM mudah rusak, telinga sering
mendenging dan bila tidak diobati dapat terjadi ketulian.
c. Mata :
Bila kadar glukosa di dalam darah mendadak tinggi, lensa mata menjadi
cembung
Penyakit DM dapat menyebabkan lensa mata menjadi keruh (tampak putih),
penderita mengeluh penglihatan menjadi kabur (katarak).
Komplikasi menahun pada mata yang lain adalah meningkatnya tekanan bola
mata yang disebut glaukoma.
Gangguan pada retina mata akibat DM disebut retinopati diabetik dimana
terjadi penyempitan pembuluh darah kapiler disertai eksudasi dan perdarahan
pada retina.
Keadaan rongga mulut penderita DM
a. Lidah :
Lidah penderita DM sering membesar dan terasa tebal sehingga terjadi
gangguan pengecapan pada lidahnya
b. Ludah :
Ludah penderita DM seringkali menjadi lebih kental, sehingga mulutnya terasa
kering, disebut xerostomia diabetic
c. Gigi dan gusi :
Karena jaringan yang mengikat gigi pada rahang yang disebut periodontium
mudah rusak, gigi penderita DM mudah goyah dan mudah lepas, gusi
membengkak sehingga gigi tampak keluar ( modot).
Keadaan paru dan jantung penderita DM
a. Paru :
Penderita DM mudah terjadi TBC paru.
b. Jantung :
______________________________________________________________________________________________
____
14. DIABETES MELITUS PADA LANJUT USIA
Program Studi Ilmu Keperawatan UNAND
___________________________________________________________________________________________________
___
Penderita DM mudah terkena penyakit jantung koroner, penyakit jantung
yang disebabkan oleh penyempitan pembuluh darah koroner, mudah terjadi infark
miokard dimana otot jantung menjadi lemah karena kekurangan suplai oksigen.
Keadaan organ hati penderita DM
Penderita DM akan mengalami penyakit lever akibat diabetesnya kelainan
ini disebut “Penyakit Hati Diabetik”. Penderita DM lebih mudah mengidap
radang hati karena virus Hepatitis B dan hepatitis C dibanding orang yang tidak
menderita penyakit DM.
Keadaan alat pencernaan penderita DM
a.Lambung :
Pada penderita DM, akhirnya urat saraf pemelihara lambung akan rusak,
lambung menggelembung sehingga proses pengosongan lambung terganggu.
b.usus :
Pada Penderita DM mengeluh sukar BAB yang disebut obstipasi diabetic
Keadaan ginjal dan kandung kemih
a. Ginjal :
Pada penderita DM mempunyai kecenderungan tujuh belas kali lebih
mudah mengalami gangguan fungsi ginjal yang disebabkan oleh faktor infeksi
berulang yang timbul pada DM dan adanya penyempitan pembuluh darah kapiler
yang disebut mikroangiopati diabetic
b. Kandung kemih
Pada penderita DM sering mengalami infeksi saluran kemih (ISK) yang
berulang, selain itu urat saraf yang memelihara kandung kemih sering rusak
sehingga dinding kandung kemih menjadi lemah. Sifat kontrol urat saraf
______________________________________________________________________________________________
____
15. DIABETES MELITUS PADA LANJUT USIA
Program Studi Ilmu Keperawatan UNAND
___________________________________________________________________________________________________
___
terganggu menyebabkan penderita sering ngompol atau air kencingnya keluar
sendiri tanpa disadari yang disebut inkontinesia urine.
Kemampuan seksual penderita diabetes melitus
Jika kerusakan sarafnya sudah berat dan permanen biasanya penderita DM
akan menderita impoten yang menetap. Impoten pada penderita DM dapat
dibedakan 2 jenis, impotensi neurogenik dan impotensi psikogenik.
Keadaan urat saraf penderita DM
Karena glukosa di dalam darah penderita DM demikian tinggi, akan
merusak urat saraf penderita jika prosesnya berlangsung lama. Kelainan urat saraf
akibat penyakit DM disebut neuropati diabetic.
Gejala yang sering muncul:
Kesemutan
Rasa panas atau rasa tertusuk – tusuk jarum
Rasa tebal terjadi di telapak kaki
Kram
Badan sakit terutama malam hari
Bila ada kerusakan urat saraf disebut polineuropati diabetic.
Keadaan pembuluh darah pada penderita DM
Jika sumbatan terjadi di pembuluh darah sedang atau besar di tungkai
(makroangiopati diabetik), tungkai akan lebih mudah mengalami gangren
diabetic, yaitu luka pada kaki yang merah kehitam – hitaman dan busuk. Bila
sumbatan terjadi pada pembuluh darah yang lebih besar penderita DM akan
merasa tungkainya sakit sesudah ia berjalan pada jarak tertentu karena aliran
darah ke tungkai tersebut berkurang dan disebut claudicatio intermitten.
______________________________________________________________________________________________
____
16. DIABETES MELITUS PADA LANJUT USIA
Program Studi Ilmu Keperawatan UNAND
___________________________________________________________________________________________________
___
Gambar 5. Gangren diabetik pada penderita DM
G. PENATALAKSANAAN
Tujuan penanganan DM pada lanjut usia tidak jauh berbeda dengan orang
dewasa umumnya yaitu untuk mencegah terjadinya dekompensasi metabolik akut
dan menurunkan angka kesakitan dan angka kematian akibat komplikasi. Satu hal
yang tidak boleh diabaikan, yaitu walaupun pencapaian kualitas hidup yang lebih
baik merupakan tujuan utama penanganan DM pada lanjut usia, namun
pemberiaan obat-obatan secara agresif dan non prosedural adalah tidak benar.
Penanganan DM pada lansia seringkali kurang optimal, misalnya saja
pada sebuah penelitian oleh “Cardiovascular Heart Study (CHS)” di Amerika dari
tahun 1996-1997 didapati hanya 12 % populasi lanjut usia dengan DM yang
mencapai kadar gula darah di bawah nilai acuan yang ditetapkan American
Diabetes Association. Pada penelitaian tersebut juga diketahui 50% dari lanjut
usia dengan DM mengalami gangguan pembuluh darah besar dan 33% dari
jumlah tersebut aktif mengkonsumsi aspirin. Disisi lain banyak dari populasi
lanjut usia dengan DM memiliki tekanan darah > 140/90 mmHg, hanya 8% lanjut
usia dengan kadar kolesterol LDL < 100 mg/dl.
Saat ini, pola penanganan DM baik tipe 1 maupun tipe 2 telah maju
sedemikian pesat terutama dalam hal terapi farmakologis, namun intervensi obat-
obatan bagi lansia mutlak perlu dilakukan dengan lebih hati-hati. Untuk itu,
American Geriatric Society (AGS) menetapkan beberapa langkah-langkah dalam
upaya memberikan pelayanan yang lebih baik terhadap DM pada lansia.
______________________________________________________________________________________________
____
17. DIABETES MELITUS PADA LANJUT USIA
Program Studi Ilmu Keperawatan UNAND
___________________________________________________________________________________________________
___
Tabel 4. Langkah-Langkah Pokok untuk Meningkatkan Penanganan
Diabetes
Melitus pada Lansia Menurut American Geriatric Society (AGS)
Edukasi dan penanganan individual
Pencegahan dan penanganan terhadap adanya faktor risiko kardiovaskuler
secara agresif
Mengendalikan stres glikemik sebagai elemen dalam mencegah dan
menangani komplikasi mikrovaskular
Penyaringan dan penanganan terhadap timbulnya sindroma geriatri yang
sering terjadi pada lansia yang menderita DM, misalnya depresi,
gangguan
kognitif, inkontinensia urine, jatuh, nyeri, dan polifarmasi
Sumber : DE Elson, MD, PhD ; SL Norris, MD, MPH. Diabetes in Older Adults : Overviews of
AGS guidelines for the treatment of diabetes mellitus in geriatric populations,2004
Di samping langkah-langkah tersebut, juga terdapat nilai-nilai “kunci”
yang digunakan untuk meningkatkan tata penanganan DM pada lansia.
Diperkirakan 25-50 % dari DM lanjut usia dapat dikendalikan dengan baik
hanya dengan diet saja, 3 % membutuhkan insulin dan 20-45 % dapat diobati
dengan anti diabetik oral dan diet saja. Para ahli berpendapat bahwa sebagian
besar DM pada lanjut usia adalah tipe II dan dalam penatalaksanaannya perlu
diperhatikan secara khusus, baik cara hidup pasien, keadaan gizi dan
kesehatannya, penyakit lain yang menyertai serta ada atau tidaknya komplikasi
DM.
Pedoman penatalaksanaan diabetes pada lanjut usia adalah:
Menilai penyakitnya secara menyeluruh dan memberikan pendidikan kepada
pasien dan keluarganya.
Menghilangkan gejala-gejala akibat hiperglikemia.
______________________________________________________________________________________________
____
18. DIABETES MELITUS PADA LANJUT USIA
Program Studi Ilmu Keperawatan UNAND
___________________________________________________________________________________________________
___
Lebih bersifat konservatif, usahakan agar glukosa darah tidak terlalu tinggi
(200 –220 mg/dl) dan tidak terlampau rendah karena bahaya terjadinya
hipoglikemia
Mengendalikan glukosa darah dan berat badan sambil menghindari resiko
hipoglikemi.
Pengelolaan DM dimulai dengan pengaturan makan dan latihan jasmani
selama beberapa waktu ( 2 – 4 minggu ). Apabila kadar glukosa darah belum
mencapai sasaran, dilakukan intervensi farmakologis dengan pemberian obat
hipoglikemik oral ( OHO ) atau suntikan insulin. Pada keadaan tertentu OHO
dapat segera diberikan sesuai indikasi. Dalam keadaan dekompensasi metabolik
berat, misalnya ketoasidosis, stress berat, berat badan yang menurun cepat,
insulin dapat segera diberikan. Pada kedua keadaan tersebut perlu diwaspadai
kemungkinan terjadinya hipoglikemia. Pemantauan kadar glukosa darah dapat
dilakukan secara mandiri, setelah mendapat pelatihan khusus.
Pilar Pengelolaan DM
A. Edukasi
B. Perencanaan Makan
C. Latihan Jasmani
D. Intervensi Farmakologi
A. Edukasi
Diabetes tipe II umumnya terjadi pada saat pola gaya hidup dan perilaku telah
terbentuk dengan kokoh. Keberhasilan pengelolaan diabetes mandiri
membutuhkan partisipasi aktif pasien, keluarga, dan masyarakat. Tim kesehatan
harus mendampingi pasien dalam menuju perubahan perilaku. Untuk mencapai
keberhasilan perubahan perilaku, dibutuhkan edukasi yang komprehensif,
pengembangan keterampilan dan motivasi.
Edukasi tersebut meliputi pemahaman tentang:
Penyakit DM
Makna dan perlunya pengendalian dan pemantauan DM
Penyulit DM
______________________________________________________________________________________________
____
19. DIABETES MELITUS PADA LANJUT USIA
Program Studi Ilmu Keperawatan UNAND
___________________________________________________________________________________________________
___
Intervensi farmakologis dan non farmakologis
Hipoglikemia
Masalah khusus yang dihadapi
Perawatan kaki pada diabetes
Cara pengembangan sistem pendukung dan pengajaran keterampilan
Cara mempergunakan fasilitas perawatan kesehatan
Edukasi secara individual atau pendekatan berdasarkan penyelesaian masalah
merupakan inti perubahan perilaku yang berhasil. Perubahan Perilaku hampir
sama dengan proses edukasi yang memerlukan penilaian, perencanaan,
implementasi, dokumentasi, dan evaluasi.
B. Perencanaan makanan
Biasanya pasien DM yang berusia lanjut terutama yang gemuk dapat
dikendalikan hanya dengan pengaturan diet saja serta gerak badan ringan dan
teratur.
Perencanaan makan merupakan salah satu pilar pengelolan diabetes, meski
sampai saat ini tidak ada satu pun perencanaan makan yang sesuai untuk semua
pasien. Perencanaan makan harus disesuaikan menurut kebiasaan masing-masing
individu. Yang dimaksud dengan karbohidrat adalah gula, tepung, serat. Faktor
yang berpengaruh pada respon glikemik makanan adalah cara memasak, proses
penyiapan makanan, dan bentuk makan serta komposisi makanan ( karbohidrat,
lemak, dan protein). Jumlah masukan kalori makanan yang berasal dari
karbohidrat lebih penting daripada sumber atau macam karbohidratnya. Gula pasir
sebagai bumbu masakan tetap diijinkan. Pada keadaan glukosa darah terkendali,
masih diperbolehkan untuk mengkonsumsi sukrosa ( gula pasir) sampai 5 %
kebutuhan kalori.
Standar yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi:
Karbohidrat 60 – 70 %
Protein 10 – 15 %
______________________________________________________________________________________________
____
20. DIABETES MELITUS PADA LANJUT USIA
Program Studi Ilmu Keperawatan UNAND
___________________________________________________________________________________________________
___
Lemak 20 – 25 %
Makanan dengan komposisi sampai 70 – 7 5 % masih memberikan hasil
yang baik. Jumlah kandungan kolesterol disarankan < 300 mg/hari, diusahakan
lemak berasal dari sumber asam lemak tidak jenuh MUFA (Mono Unsurated
Fatty Acid), dan membatasi PUFA (Poli Unsaturated Fatty Acid) dan asam lemak
jenuh. Jumlah kandungan serat 25 g / hari, diutamakan serat larut. Pemanis
buatan dapat dipakai secukupnya. Pemanis buatan yang aman dan dapat diterima
untuk digunakan pasien diabetes termasuk yang sedang hamil adalah: sakarin,
aspartame, acesulfame, potassium, dan sukralose. Jumlah kalori disesuaikan
dengan status gizi,umur , ada tidaknya stress akut, kegiatan jasmani. Untuk
penentuan status gizi, dapat dipakai Indeks Massa tubuh (IMT) dan rumus Broca.
Indeks massa tubuh ( IMT ) dapat dihitung dengan rumus:
IMT = BB ( Kg ) / TB ( M2 )
IMT Normal Wanita = 18.5 – 23.5
IMT Normal Pria = 22.5 – 25
BB kurang = < 18.5
BB lebih
Dengan resiko = 23.0- 24.9
Obes I = 2.5.0 - 29.9
Obes II = ≥ 30.0
Petunjuk Umum untuk Asupan Diet bagi Diabetes:
Hindari biskuit, cake, produk lain sebagai cemilan pada waktu makan
Minum air dalam jumlah banyak, susu skim dan minuman berkalori rendah
lainnya pada waktu makan
Makanlah dengan waktu yang teratur
______________________________________________________________________________________________
____
21. DIABETES MELITUS PADA LANJUT USIA
Program Studi Ilmu Keperawatan UNAND
___________________________________________________________________________________________________
___
Hindari makan makanan manis dan gorengan
Tingkatkan asupan sayuran dua kali tiap makan
Jadikan nasi, roti, kentang, atau sereal sebagai menu utama setiap makan
Minum air atau minuman bebas gula setiap anda haus
Makanlah daging atau telor dengan porsi lebih kecil
Makan kacang-kacangan dengan porsi lebih kecil
C. Latihan Jasmani
Kegiatan jasmani sehari – hari dan latihan jasmani teratur ( 3 – 4 kali
seminggu selama kurang lebih 30 menit ), merupakan salah satu pilar dalam
pengelolaan diabetes tipe II. Latihan jasmani dapat menurunkan berat badan dan
memperbaiki sensitifitas terhadap insulin, sehingga akan memperbaiki kendali
glukosa darah. Latihan jasmani yang dimaksud ialahjalan, bersepeda santai,
jogging, berenang.
Latihan jasmani sebaiknya disesuaikan dengan umur dan status kesegaran
jasmani. Kegiatan sehari – hari seperti berjalan kaki ke pasar, menggunakan
tangga, berkebun tetap dilakukan tetap dilakukan. Batasi atau jangan terlalu lama
melakukan kegiatan yang kurang gerak seperti menonton televisi.
Prinsip latihan jasmani yang dilakukan :
1. Continous :
Latihan jasmani harus berkesinambungan dan dilakukan terus menerus tanpa
berhenti. Contoh: Jogging 30 menit , maka pasien harus melakukannya selama
30
menit tanpa henti.
2. Rhytmical :
Latihan olah raga dipilih yang berirama yaitu otot-otot berkontraksi dan
relaksasi
secara teratur, contoh berlari, berenang, jalan kaki.
3. Interval :
Latihan dilakukan selang-seling antar gerak cepat dan lambat.
Contoh: jalan cepat diselingi jalan lambat, jogging diselangi jalan
______________________________________________________________________________________________
____
22. DIABETES MELITUS PADA LANJUT USIA
Program Studi Ilmu Keperawatan UNAND
___________________________________________________________________________________________________
___
4. Progresive :
Latihan dilakukan secara bertahap sesuai kemampuan, dari intensitas
ringan sampi sedang selama mencapai 30 – 60 menit
Sasaran HR = 75 – 85 % dari maksimal HR
Maksimal HR = 220 – ( umur )
5. Endurance :
Latihan daya tahan untuk meningkatkan kemampuan kardiorespirasi, seperti
jalan jogging dan sebagainya
Latihan dengan prinsip seperti di atas minimal dilakukan 3 hari dalam
seminggu, sedang 2 hari yang lain dapat digunakan untuk melakukan olah raga
kesenangannya.
Modifikasi senam sederhana dapat diberikan kepada penderita DM Lansia,
misalnya:
1. Menepuk kedua tangan di atas kepala kemudia dipaha
2. Secara bergantian menempatkan tangan di dada dan dibelakang kepala
3. Latihan meregangkan bagian atas dan bagian bawah tubuh, leher, dan paha
4. Membuat gerakan lingkaran dengan 2 lengan secara paralel di depan badan.
Olah raga yang teratur memainkan peran yang sangat penting dalam
menangani diabetes, manfaat – manfaat utamanya sebagai berikut:
1. Olah raga membantu membakar kalori karena dapat mengurangi berat badan.
2. Olah raga teratur dapat meningkatkan jumlah reseptor pada dinding sel tempat
insulin bisa melekatkan diri.
3. Olah raga memperbaiki sirkulasi darah dan menguatkan otot jantung.
4. Olah raga meningkatkan kadar kolesterol “baik” dan mengurangi kadar
kolesterol “jahat”
5. Olah raga teratur bisa membantu melepaskan kecemasan stress, dan
ketegangan, sehingga memberikan rasa sehat dan bugar.
.
D. Intervensi Farmakologis
______________________________________________________________________________________________
____
23. DIABETES MELITUS PADA LANJUT USIA
Program Studi Ilmu Keperawatan UNAND
___________________________________________________________________________________________________
___
Apabila pengendalian diabetesnya tidak berhasil dengan pengaturan diet dan
gerak badan barulah diberikan obat hipoglikemik oral. Di Indonesia umumnya
OHO yang dipakai ialah Metformin 2 – 3 X 500 mg sehari.
Cara pemberian obat hipoglikemik oral :
1. Sulfonilurea 15-30 menit sebelum makan
2. Glimepirid sebelum atau sesaat sebelum makan
3. Repaglinid, nateglinid sesaat atau sebelum makan
4. Metformin sebelum atau pada saat atau sesudah makan karbohidrat (sesuai
toleransi)
5. Penghambat glukosidase alfa (acarbose) bersama suapan pertama
6. Tiazolidindion insulin sensityzing hormon tidak tergantung jadwal makan
B. Insulin
Insulin adalah suatu hormon yang diproduksi oleh sel beta pulau Langerhans
kelenjar pankreas. Insulin menstimulasi pemasukan asam amino kedalam sel
dan kemudian meningkatkan sintesa protein. Insulin meningkatkan
penyimpanan lemak dan mencegah penggunaan lemak sebagai bahan energi.
Insulin menstimulasi pemasukan glukosa ke dalam sel untuk digunakan
sebagai sumber energi dan membantu penyimpanan glikogen didalam sel otot
dan hati.
Insulin endogen adalah insulin yang dihasilkan oleh pankreas, sedang insulin
eksogen adalah insulin yang disuntikan dan merupakan suatu produk farmasi.
Efek Metabolik Terapi Insulin:
Menurunkan kadar gula darah puasa dan post puasa
Supresi produksi glukosa oleh hati
Stimulasi utilisasi glukosa perifer
Oksidasi glukosa / penyimpanan di otot
______________________________________________________________________________________________
____
24. DIABETES MELITUS PADA LANJUT USIA
Program Studi Ilmu Keperawatan UNAND
___________________________________________________________________________________________________
___
Perbaiki komposisi lipoprotein abnormal
Mengurangi glucose toxicity
Perbaiki kemampuan sekresi endogen
Mengurangi Glicosilated end product
Cara pemberian insulin :
Insulin kerja singkat :
IV, IM, SC
Infus ( AA / Glukosa / elektrolit )
Jangan bersama darah ( mengandung enzim merusak insulin )
Cara penyuntikan insulin :
Insulin umumnya diberikan dengan suntikan dibawah kulit (subkutan). Pada
keadaan khusus diberikan intramuskular atau intravena secara bolus atau drip.
Insulin dapat diberikan tunggal (satu macam insulin kerja cepat, kerja
menengah atau kerja panjang) tetapi juga dapat diberikan kombinasi insulin
kerja cepat dan kerja menengah, sesuai dengan respons individu terhadap
insulin, yang dinilai dari hasil pemeriksaan kadar glukosa darah harian.
Lokasi penyuntikan juga harus diperhatikan benar, demikian pula mengenai
rotasi tempat suntik. Apabila diperlukan, sejauh sterilitas penyimpanan
terjamin, semprit insulin dan jarumnya dapat dipakai lebih dari satu kali oleh
pasien yang sama. Harus diperhatikan kesesuaian kosentrasi insulin (U40,
U100) dengan semprit yang dipakai. Dianjurkan dipakai konsentrasi yang
tetap.
Gambar 9. Predileksi tempat penyuntikan insulin
______________________________________________________________________________________________
____
25. DIABETES MELITUS PADA LANJUT USIA
Program Studi Ilmu Keperawatan UNAND
___________________________________________________________________________________________________
___
Gambar 10. Tempat penyuntikan insulin
Penyerapan paling cepat terjadi di daerah abdomen yang kemudian diikuti
oleh daerah lengan, paha bagian atas bokong. Bila disuntikan secara
intramuskular dalam maka penyerapan akan terjadi lebih cepat dan masa kerja
akan lebih singkat. Kegiatan jasmaniyang dilakukan segera setelah
penyuntikan akan mempercepat onset kerja dan juga mempersingkat masa
kerja
Kesulitan pemberiaan insulin pada pasien lanjut usia ialah karena pasien
tidak mau menyuntik sendiri karena persoalnnya pada matanya, tremor, atau
keadaan fisik yang terganggu serta adanya demensia. Dalam keadaan seperti
ini tentulah sangat diperlukan bantuan dari keluarganya
Efek samping penggunaan insulin :
1. Hipoglikemia
2. Lipoatrofi
3. Lipohipertrofi
4. Alergi sistemik atau lokal
______________________________________________________________________________________________
____
26. DIABETES MELITUS PADA LANJUT USIA
Program Studi Ilmu Keperawatan UNAND
___________________________________________________________________________________________________
___
5. Resistensi insulin
6. Edema insulin
7. Sepsis
Hipoglikemia merupakan komplikasi yang paling berbahaya dan dapat
terjadi bila terdapat ketidaksesuaian antara diet, kegiatan jasmani dan jumlah
insulin. Pada 25-75% pasien yang diberikan insulin konvensional dapat terjadi
Lipoatrofi yaitu terjadi lekukan di bawah kulit tempat suntikan akibat atrofi
jaringan lemak. Hal ini diduga disebabkan oleh reaksi imun dan lebih sering
terjadi pada wanita muda terutama terjadi di negara yang memakai insulin
tidak begitu murni. Lipohipertrofi yaitu pengumpulan jaringan lemak
subkutan di tempat suntikan akibat lipogenik insulin. Lebih banyak ditemukan
di negara yang memakai insulin murni. Regresi terjadi bila insulin tidak lagi
disuntikkan di tempat tersebut.
Reaksi alergi lokal terjadi 10x lebih sering daripada reaksi sistemik
terutama pada penggunaan sediaan yang kurang murni. Reaksi lokal berupa
eritem dan indurasi di tempat suntikan yang terjadi dalam beberpa menit atau
jam dan berlagsung selama beberapa hari. Reaksi ini biasanya terjadi beberapa
minggu sesudah pengobatan insulin dimulai. Inflamasi lokal atau infeksi
mudah terjadi bila pembersihan kulit kurang baik, penggunaan antiseptik yang
menimbulkan sensitisasi atau terjadinya suntikan intrakutan, reaksi ini akan
hilang secara spontan. Reaksi umum dapat berupa urtikaria, erupsi kulit,
angioudem, gangguan gastrointestinal, gangguan pernapasan dan yang sangat
jarang ialah hipotensi dan syok yang di akhiri kematian.
PENCEGAHAN DAN ANJURAN
A. Pencegahan
Pada penyakit Diabetes melitus usaha pencegahan terdiri dari :
a. Pencegahan primer : Mencegah agar tidak timbul penyakit DM
______________________________________________________________________________________________
____