SlideShare a Scribd company logo
1 of 24
Download to read offline
Panduan Pelaksanaan Laboratorium Instruksional I/II 
Departemen Teknik Kimia ITB 
MODUL 1.07 Teknik Fermentasi 
-1/24- 
I. Pendahuluan 
Fermentasi adalah proses yang memanfaatkan kemampuan mikroba untuk 
menghasilkan metabolit promer dan metabolit sekunder dalam suatu lingkungan yang 
dikendalikan. Proses pertumbuhan mikroba merupakan tahap awal proses fermentasi 
yang dikendalikan terutama dalam pengembangan inokulum agar dapat diperoleh sel 
yang hidup. Pengendalian dilakukan dengan pengaturan kondisi medium, komposisi 
medium, suplai O2, dan agitasi. Bahkan jumlah mikroba dalam fermentor juga harus 
dikendalikan sehingga tidak terjadi kompetisi dalam penggunaan nutrisi. Nutrisi dan 
produk fermentasi juga perlu dikendalikan, sebab jika berlebih nutrisi dan produk 
metabolit hasil fermentasi tersebut dapat menyebabkan inhibisi dan represi. Pengendalian 
diperlukan karena pertumbuhan biomassa dalam suatu medium fermentasi dipengaruhi 
banyak faktor baik ekstraselular maupun faktor intraselular. Kinetika pertumbuhan secara 
dinamik dapat digunakan untuk meramalkan produksi biomassa dalam suatu proses. 
Percobaan ini dilakukan dengan menggunakan fermentor bervolume 5 L dengan 
volume kerja 2 L. Sebagai biakan digunakan Saccharomycess cereviceae dengan substrat 
glukosa 1% pada pH 4,5. Fermentasi dilakukan secara aerobik dengan laju aerasi dijaga 
antara 7 sampai 8 v/v/m. Praktikan bertugas mengamati profil pertumbuhan biomassa sel. 
Pengamatan dilakukan dengan pengambilan sampel setiap satu jam. Pada sampel 
dianalisis konsentrasi sel/biomassa dan konsentrasi glukosa. Setlah serangkaian tahap 
penyiapan sampel, konsentrasi sel dan glukosa dilakukan secara spektrofotometri 
terhadap absorbansi, kemudian dengan korelasi pada kurva baku akan diketahui 
konsentrasi sel dan glukosa yang sebenarnya. Data-data ini kemudian diplot menjadi 
sebuah grafik pertumbuhan sel. Dari grafik ini dapat diamati yield dan μmax. 
Dalam percobaan ini diasumsikan laju pertumbuhan pada setiap bagian fermentor 
sama untuk waktu tertentu. Pengadukan dianggap sempurna sehingga konsentrasi 
komponen sama di setiap bagian fermentor.
Panduan Pelaksanaan Laboratorium Instruksional I/II 
Departemen Teknik Kimia ITB 
II. Tujuan 
Dengan melaksanakan praktikum Modul Teknik Fermentasi, praktikan akan 
mengenal teknik pelaksanaan fermentasi dalam produksi biomassa. 
III. Sasaran 
Praktikum ini dilakukan agar praktikan dapat mengoperasikan fermentasi mulai 
dari penyiapan medium, pelaksanaan dan pengakhiran fermentasi. Pada akhirnya 
praktikan dapat menggambarkan kurva pertumbuhan mikroorganisme dan konsumsi 
substratnya pada suatu proses fermentasi 
IV. Tinjauan Pustaka 
Fermentasi berasal dari bahasa Latin fervere yang berarti mendidihkan. Seiring 
perkembangan teknologi, definisi fermentasi meluas, menjadi semua proses yang 
melibatkan mikroorganisme untuk menghasilkan suatu produk yang disebut metabolit 
primer dan sekunder dalam suatu lingkungan yang dikendalikan. Pada mulanya istilah 
fermentasi digunakan untuk menunjukkan proses pengubahan glukosa menjadi alkohol 
yang berlangsung secara anaerob. Namun, kemudian istilah fermentasi berkembang lagi 
menjadi seluruh perombakan senyawa organik yang dilakukan mikroorganisme yang 
melibatkan enzim yang dihasilkannya. Dengan kata lain, fermentasi adalah perubahan 
struktur kimia dari bahan-bahan organik dengan memanfaatkan agen-agen biologis 
terutama enzim sebagai biokatalis. Produk fermentasi dapat digolongkan menjadi 4 jenis: 
1. produk biomassa 
2. produk enzim 
3. produk metabolit 
4. produk transformasi 
Dalam bioproses fermentasi memegang peranan penting karena merupakan kunci 
(proses utama) bagi produksi bahan-bahan yang berbasis biologis. Bahan-bahan yang 
diuhasilkan melalui fermentasi merupaklan hasil-hasil metabolit sel mikroba, misalnya 
antibiotik, asam-asam organik, aldehid, alkohol, fussel oil, dan sebagainya. Di samping 
hasil-hasil metabolit tersebut, fermentasi juga dapat diterapkan untuk menghasilkan 
Modul 1.07 Teknik Fermentasi Halaman 2 dar 24
Panduan Pelaksanaan Laboratorium Instruksional I/II 
Departemen Teknik Kimia ITB 
biomassa sel mikroba seperti ragi roti (baker yeast) yang digunakan dalam pembuatan 
roti. Untuk menghasilkan tiap-tiap produk fermentasi di atas dibutuhkan kondisi 
fermentasi yang berbeda-beda dan jenis mikroba yang bervariasi juga karakteristiknya. 
Oleh karena itu, diperlukan keadaan lingkungan, substrat (media), serta perlakuan 
(treatment) yang sesuai sehingga produk yang dihasilkan optimal. 
Pada percobaan ini digunakan ragi Saccharomycess cereviceae, yang bersifat 
fakulktatif anaerobik. Pada kondisi aerobik sebagai akseptor elektron terakhir pada jalur 
reaksi bioenergetik adalah oksigen. Pemanfaatan pada keadaan ini menghasilkan 
penambahan biomassa sel dengan persamaan reaksi sebagai berikut: 
C6H12O6 → CO2 + H2O + biomassa sel 
Pada kondisi anaerobik, Saccharomycess cereviceae menggunakan senyawa 
organik sebagai akseptor elektron terakhir pada jalur reaksi bioenergetik. Dalam hal ini 
yang digunakan adalah glukosa dari substrat dengan hasil akhir perombakan berupa 
alkohol (etanol), aldehid, asam organik, dan fussel oil. Reaksi yang berlangsung dalam 
keadaan anaerobik tersebut adalah sebagai berikut: 
C6H12O6 → 2 C2H5OH + 2 CO2 + produk samping 
Pada percobaan ini digunakan glukosa sebagai substrat utama. Hal ini 
disebabakan struktur model glikosa yang sederhana sehingga mudah digunakan oleh 
Saccharomycess cereviceae. Glukosa digunakan sebagai sumber energi dan sumber 
karbon yang digunakan untuk membentuk material penyusun sel baru. 
Glukosa disebut juga reducing sugar sehingga pemanfaatannya oleh 
Saccharomycess cereviceae dilakukan dengan mengoksidasi glukosa yaitu dengan cara 
pemutusan ikatan rangkap pada gugus karbonil glukosa. 
Media yang digunakan di dalam fermentasi harus memenuhi syarat-syarat 
sebagai berikut: 
1. mengandung nutrisi yang dibutuhkan bagi pertumbuhan sel Saccharomycess 
cereviceae 
2. mengandung nutrisi yang dapat digunakan sebagai sumber energi bagi sel 
Saccharomycess cereviceae 
3. tidak mengandung zat yang menghambat pertumbuhan sel 
4. tidak terdapat kontaminan yang dapat meningkatkan persaingan dalam penggunaan 
substrat. 
Oleh karena itu, selain glukosa, ke dalam medium fermentasi juga ditambahkan zat-zat 
lain yang berfungsi sebagai sumber makronutrien dan mikronutrien serta growth factor. 
Modul 1.07 Teknik Fermentasi Halaman 3 dar 24
Panduan Pelaksanaan Laboratorium Instruksional I/II 
Departemen Teknik Kimia ITB 
Proses pertumbuhan mikroba sangat dinamik dan kinetikanya dapat digunakaan 
untuk meramal produksi biomassa dalam suatu proses fermentasi. Faktor utama yang 
mempengaruhi pertumbuhan dan perilaku mikroba dapat digolongan dalam faktor 
intraseluler dan faktor ekstraselular. Faktor intraselular meliputi struktur, mekanisme, 
metabolisme, dan genetika. Sedangkan faktor ekstraselular meliputi kondisi lingkungan 
seperti pH, suhu, tekanan. 
Proses pertumbuhan mikroba merupakan proses yang memiliki batas tertentu. 
Pada saat tertentu, setelah melewati tahap minimum, mikroba akan mengalami fasa 
kematian. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan berhentinya pertumbuhan mikroba 
antara lain: 
1. Penyusutan konsentrasi nutrisi yang dibutuhkan dalam pertumbuhan mikroba 
karena habis terkonsumsi. 
2. Produk akhir metabolisme yang menghambat pertumbuhan mikroba karena 
terjadinya inhibisi dan represi. 
Pertumbuhan kultur mikroba umumnya dapat digambarkan dalam suatu kurva 
pertumbuhan. Pertumbuhan mikroba dapat terbagi dalam beberapa tahap seperti pada 
Gambar 1, antara lain: 
1. Fasa stationer adalah fasa yang disebut fasa adaptasi/ lag phase. Pada saat ini 
mikroba lebih berusaha menyesuaikan diri dengan lingkungan dan medium baru 
daripada tumbuh ataupun berkembang biak. Pada saat ini mikroba berusaha 
merombak materi-materi dalam medium agar dapat digunakan sebagai nutrisi 
untuk pertumbuhannya. Bila dalam medium ada komponen yang tidak dikenal 
mikroba, mikroba akan memproduksi enzim ekstraselular untuk merombak 
komponen tersebut. Fasa ini juga berlangsung seleksi. Hanya mikroba yang dapat 
mencerna nutrisi dalam medium untuk pertumbuhannya lah yang dapat bertahan 
hidup. 
2. Fasa pertumbuhan dipercepat adalah fasa dimana mikrioba sudah dapat 
menggunakan nutrisi dalam medium fermentasinya. Pada fasa ini mikroba 
banyak tumbuh dan membelah diri sehingga jumlahnya meningkat dengan cepat. 
Laju pertumbuhan 
μ = dX meningkat mencapai nilai maksimumnya. 
dt 
μ = laju pertumbuhan mikroba (sel/detik) 
X = jumlah mikroba hidup 
Modul 1.07 Teknik Fermentasi Halaman 4 dar 24
Panduan Pelaksanaan Laboratorium Instruksional I/II 
Departemen Teknik Kimia ITB 
3. Fasa eksponensial adalah akhir fasa pertumbuhan dipercepat. Pada fasa ini laju 
pertumbuhan tetap pada laju pertumbuhan maksimum (μmaks). Nilai μmaks ini 
ditentukan oleh konstanta jenuh/ saturasi substrat. Nilai μmaks untuk setiap 
mikroba juga tertentu pada masing-masing substrat. 
4. Fasa pertumbuhan diperlambat mulai pada akhir fasa eksponensial. Pertumbuhan 
mikroba yang begitu cepat tidak diimbangi tersedianya nutrisi yang cukup. Jika 
fermentasi dilakukan secara batch, dimana umpan nutrisi dimasukkan hanya pada 
awal proses fermentasi, pada waktu tertentu saat jumlah mikroba yang 
mengkonsumsi nutrisi tersebut melebihi daya dukung nutrisi akan terjadi 
kekurangan nutrisi. Hal lain yang memperlambat pertumbuhan mikroba adalah 
terjadinya inhibisi ataupun represi yang terjadi karena terakumulasinya produk 
metabolit sekunder hasil aktifitas fermentasi mikroorganisme. 
5. Fasa kematian terjadi apabila nutrisi sudah benar-benar tidak dapat lagi 
mencukupi kebutuhan mikroorganisme. Keadaan ini diperparah oleh akumulasi 
produk metabolit primer dan sekunder yang tidak dipanen sehingga terus 
menginhibisi ataupun merepresi pertumbuhan sel mikroorganisme. Selain itu 
umur sel juga sudah tua, sehingga pertahan sel terhadap lingkungan yang berbeda 
dari kondisi biasanya juga berkurang. 
Gambar 1 Kurva Karakteristik Pertumbuhan Sel dalam Medium Fermentor 
Modul 1.07 Teknik Fermentasi Halaman 5 dar 24
Panduan Pelaksanaan Laboratorium Instruksional I/II 
Departemen Teknik Kimia ITB 
. Dalam percobaan ini, proses fermentasi ragi tersebut melalui 4 tahapan: 
1. tahap persiapan medium fermentor 
2. tahap sterilisasi 
3. tahap pembuatan inokulum dan pengembangan starter 
4. tahap pelaksanaan fermentasi 
Tahap Persiapan Medium Fermentasi 
Medium yang digunakan adalah medium cair yang terdiri dari 2 macam larutan. 
Larutan pertama berisi garam-garam nutrisi untuk pertumbuhan ragi, sedangkan larutan 
kedua adalah substrat yang umumnya berupa latutan glukosa dalam air. Nutrisi yang 
diperlukan dalam medium petumbuhan ragi antara lain unsur N, S, O, H, Mg, K, Ca. 
Glukosa berfungsi sebagai sumber karbon dan sumber energi. Kadar senyawa-senyawa 
yang diperlukan supaya medium dapat mendukung pertumbuhan ragi secara optimal 
harus ditentukan berdasarkan komposisi masing-masing unsur dalam sel ragi yang telah 
banyak diteliti dan dibukukan. 
Adapun komponen dari media yang digunakan adalah sebagai berikut: 
a. Substrat utama 
Sebagai substrat utama digunakan larutan glukosa. Karena glukosa adalah substrat 
utama, maka pertumbuhan biomassa sel Saccharomycess cereviceae merupakan 
fungsi dari konsentrasi glukosa. Hasil perombakan glukosa oleh sel adalah berupa 
CO2 dan H2O. 
b. Sumber makronutrien, mikronutrien, dan growth factor. 
Sebagai sumber makronutrien, mikronutrien, dan growth factor umumnya 
Laboratorium Mikrobiologi dan teknologi Bioproses Dept. Teknik Kimia ITB 
menggunakan zat-zat sebagai berikut: 
1. (NH4)2SO4 sebagai sumber nitrogen yang berguna bagi pembentukan asam 
nukleat dan asam-asam amino. 
2. K2SO4 sebagai sumber K+ yang merupakan kofaktor enzim 
3. Na2HPO4.2H2O sebagai sumber Na dan P. Na berfungsi sebagai kofaktor dan P 
berguna untuk sintesis asam nukleat, ATP, fosfolipid, dan senyawa yang 
mengandung fosfor lainnya. 
4. MgSO4 sebagi sumber Mg yang berperan di dalam stabilisasi ribosom, 
stabilisasi membran dan dinding sel, serta berfungsi sebagai kofaktor enzim. 
5. CaCl2 sebagai sumber Ca untuk stabilisasi dinding sel 
Modul 1.07 Teknik Fermentasi Halaman 6 dar 24
Panduan Pelaksanaan Laboratorium Instruksional I/II 
Departemen Teknik Kimia ITB 
6. ZnSO4 sebagai sumber Zn yang berfungsi sebagai regulator enzim 
7. Fe(NH4)(SO4) sebagai sumber Fe, makronutrien pembentuk sitokrom pembawa 
elektron dalam jalur transportasi elektron. 
8. CuSO4 sebagai sumber Cu yang berperan penting dalam reaksi redoks 
metabolisme. 
9. yeast extract sebagai penyedia asam-asam amino tunggal, growth factor dan 
berbagai vitamin yang dibutuhkan sel 
10. aqua dm, sebagai media pelarut dan pengaduk dalam transportasi senyawa. 
Setelah medium substrat dan medium nutrisi dicampurkan, diusahakan pH tetap 4-5 
yang merupakan pH optimal pertumbuhan sel ragi. 
Tahap Sterilisasi 
Sterilisasi dilakukan terhadap bahan dan alat sehingga terbebas dari kontaminasi 
mikroorganisme lain. Sterilisasi perlu dilakukan karena kontaminasi mikroba lain akan 
memberikan dampak yang tidak menguntungkan sebagai berikut: 
1. kontaminan meningkatkan persaingan di dalam mengkonsumsi substrat sehingga 
akan mengurangi perolehan 
2. kontaminan dapat menghambat proses metabolisme sel sehingga akan mengurangi 
perolehan 
3. kontaminan meningkatkan turbiditas sehingga dapat mengacaukan pengukuran 
terhadap jumlah sel setiap saat. 
Pada percobaan ini proses sterilisasi dilakukan di laboratorium dengan 
menggunakan autoclave. Autoclave melakukan sterilisasi dengan menggunakan panas 
lembab. Keuntungan penggunaan panas lembab dalam proses sterilisasi adalah 
kelembaban mempermudah proses denaturasi protein sel kontaminan. Autoclave 
dioperasikan pada tekanan 15 psia dan temperatur 121 oC selama 15 menit. 
Pada saat sterilisasi beberapa lubang pada fermentor ditutup dengan kapas. 
Tujuannya adalah untuk mengalirkan udara panas dari dalam fermentor sehingga tidak 
terjadi tekanan yang terlalu tinggi di dalam fermentor selama sterilisasi. Sedangkan 
tujuan lain penggunaan kapas adalah agar kehilangan uap air selama sterilisasi minimal. 
Hal yang perlu ditekankan pada sterilisasi medium ini adalah larutan nutrisi tidak 
boleh disterilisasi bersamaan dengan larutan glukosa agar tidak terjadi proses 
karamelisasi. Karamelisasi disebut juga proses reduksi Maillard. Proses ini terjadi karena 
gugus karbonil pada glukosa bereaksi dengan gugus amonium atau protein dari medium 
Modul 1.07 Teknik Fermentasi Halaman 7 dar 24
Panduan Pelaksanaan Laboratorium Instruksional I/II 
Departemen Teknik Kimia ITB 
sehingga membentuk nitrogen hitam. Senyawa ini tidak dapat dioksidasi mikroba dan 
disebut unfermented substrate. Akibat reaksi ini glukosa tidak dapat diuraikan oleh sel 
ragi, bahkan menjadi inhibitor terhadap sel ragi tersebut. 
Reaksi karamelisasi glukosa ini berlangsung sebagai berikut: 
R-COH + NH2-R’ → R-COH-NH2 + produk lain 
Karena itu, proses sterilisasi dilakukan terpisah. Larutan nutrisi dimasukkan 
dalam fermentor dan disterilisasi sekaligus bersama fermentornya. Larutan glukosa 
disterilisasi sendiri dalam erlenmeyer. Setelah fermentor dan medium steril dingin, 
larutan glukosa steril dimasukkan secara aseptik ke dalam fermentor. Kemudian pH 
diatur sampai 4,5 dengan menambahkan HCH steril 1 N. Nilai 4,5 adalah pH optimum 
pertumbuhan ragi. 
Tahap Penyiapan Inokulum 
Setelah seluruh alat dan bahan steril, dilakukan inokulasi Saccharomycess 
cereviceae dari biakan murni. Yang digunakan sebagai inokulum adalah biakan ragi pada 
agar miring. Komposisi medium starter adalah sama dengan komposisi media fermentasi 
dengan penambahan growth factor. Inokulum tersebut dimasukkan dalam campuran 
larutan nutrisi dan substrat yang diambil sebagian dari fermentor dan dimasukkan dalam 
labu erlenmeyer 150 mL. Tujuan dibiakkannya ragi dalam starter adalah 
mengadaptasikan sel terhadap media fermentasi. Dengan adanya adaptasi pada starter ini 
diharapkan lag phase sebagai tahap awal fermentasi dilewati. Biakan diusahakan tepat 
berada pada akhir fasa logaritmik. Dengan demikian pertumbuhan sel ragi akan 
maksimum dalam waktu yang relatif singkat. 
Inokulasi Sacchromycess cereviceae dilakukan secara aseptis untuk menjaga 
kemurnian biakan. Setelah dimasukkan dalam medium, inokulum tersebut diletakkan 
dalam alat shaker selama, paling cepat, 16 jam. Fungsi shaker adalah mempermudah 
difusi oksigen ke dalam medium sehingga kontak antara dan inokulum makin banyak dan 
homogen. Hal ini penting dilakukan untuk menjaga kondisi biakan tetap aerobik. Jika 
difusi oksigen dalam medium lancar, kadar DO (oksigen terlarut) dalam medium akan 
cukup mendukung pertumbuhan sel secara aerobik. Jika sel hidup secara aerobik, 
biomassa baru akan lebih banyak terbentuk daripada etanol. Dengan demikian pada akhir 
masa inkubasi shaker ini diharapkan juga sel sudah berada pada akhir fasa logaritmik. 
Modul 1.07 Teknik Fermentasi Halaman 8 dar 24
Panduan Pelaksanaan Laboratorium Instruksional I/II 
Departemen Teknik Kimia ITB 
Tahap Pelaksanaan Fermentasi 
Tahap ini dimulai saat inokulum yang telah beradaptasi dalam medium 
dimasukkan dalam medium di fermentor. Pada praktikum ini fermentor yang dipakai 
bervolume 5 liter. Fermentor adalah suatu reaktor yang dipersiapkan untuk melakukan 
reaksi fermentasi yang dilengkapi dengan pengaduk, saluran aerasi, dan perlengkapan 
lainnya. 
Pelaksanaan fermentasi dilakukan dengan cara sebagai berikut: 
1. Nutrisi, substrat, dan inokulan dimasukkan ke dalam fermentor yang dilakukan 
secara aseptis. Nutrisi dimasukkan ke dalam fermentor sebelum disterilisasi 
dalam autoclave. Substrat dan inokulan dimasukkan dengan cara memanaskan 
mulut inlet dengan kapas yang dibakar kemudian medium dan inokulum 
dimasukkan ke dalam fermentor. 
2. Kemudian dilakukan kecepatan aerasi dan agitasi. 
Aerasi berfungsi sebagai penyuplai oksigen untuk sel ragi dalam bentuk 
gelembung gas. Aerasi diatur pada kecepatan skala 9. Laju oksigen yang disuplai ke 
dalam fermentor dijaga stabil. Fluktuasi laju alir oksigen ini dapat menurunkan unjuk 
kerja fermentor karena laju transfer O2 tidak tetap sehingga metabolisme sel ragi 
terganggu karena kadar DO yang tidak stabil. Agitasi berfungsi sebagai alat 
penghomogen larutan fermentasi. Agitasi dilakukan pada kecepatan 600 rpm. 
Pengadukan dilakukan oleh impeller yang berjumlah 3 buah. Semakin banyak impeller di 
dalam fermentor semakin homogen larutan tersebut. 
Laju alir udara dan pengadukan saling terkait satu sama lain. Pengaliran udara 
berfungsi untuk menjaga suplai oksigen agar tetap sedangkan pengadukan akan 
meningkatkan laju dispersi oksigen ke dalam larutan dan meratakan kadar oksigen di 
seluruh medium fermentasi. 
Di pinggiran fermentor juga terdapat baffle yang berfungsi mencegah terjadinya 
vortex (pusaran air) sehingga dapat meningkatkan efisiensi aerator. Pengaturan udara 
keluar dan masuk fermentor dilakukan sedemikian rupa sehingga kontaminasi dapat 
diminimalkan, yaitu dengan cara menggunakan filter mikroba kapas pada aliran masuk 
dan menggunakan larutan CuSO4 yang bersifat oligodinamik dan mampu membunuh 
mikroba kontaminan. 
Pencampuran inokulum ke dalam medium fermentor dilakukan secara aseptik 
dengan menyalakan api di sekitar tempat pemasukan inokulum. Sebaiknya, sebelum 
proses fermentasi dimulai, ke dalam medium fermentor ditambahkan zat antifoam yang 
Modul 1.07 Teknik Fermentasi Halaman 9 dar 24
Panduan Pelaksanaan Laboratorium Instruksional I/II 
Departemen Teknik Kimia ITB 
berfungsi mencegah terjadinya foaming. Zat antifoam yang banyak digunakan di industri 
adalah silicon. Foaming terjadi karena protein terdenaturasi dalam medium fermentasi. 
Selain menggunakan zat kimia, foaming juga dapat dicegah secara mekanik dengan 
mengatur putaran agitator. Hal ini lebih sering dilakukan karena zat kimia yang terlalu 
banyak ditambahkan ke dalam medium dapat menjadi inhibitor bagi pertumbuhan 
mikroba. 
Pada awal fermentasi diusakan pH medium adalah 4,5 yang optimal bagi 
pertumbuhan ragi. Selama fermentasi pH medium sangat mungkin mengalami penurunan 
karena terbentuknya asam organik sebagai produk samping fermentasi. Karena itu pH 
medium harus dipantau, jangan sampai terlalu drop yang akan mengakibatkan sel ragi 
mati. 
Pengambilan dan Pengujian Sampel 
Dalam percobaan fermentasi ini sampel untuk analisis diambil dari outlet sample 
yang disebut sampling point. Untuk mencegah kontaminasi udara luar dan menjamin 
bahwa sampel yang dianalisis adalah medium yang representatif pada kondisi tepat saat 
pengambilan sampel tanpa terpengaruh kotoran dan sampel sebelumnya yang mungkin 
ada di aliran sampling point, maka 5 mL pertama dari sampel harus dibuang. Analisis 
yang diperlukan untuk percobaan ini adalah konsentrasi glukosa dan konsentrasi ragi 
setiap waktu. 
Penentuan konsentrasi sel ragi dan glukosa dilakukan dengan analisis 
spektrofotometri. Prinsip spektrofotometeri adalah analisis turbidometri. Prinsip 
turbidometeri adalah menganalisis konsentrasi suatu zat berdasarkan kekeruhannya 
dibanding sampel blanko yang dianggap nilai 0 absorban atau full scale transmitan, atau 
tidak mengandung konsentrasi zat yang dianalisis. 
Pada penentuan konsentrasi sel ragi kekeruhan disebabkan oleh suspensi sel ragi. 
Blanko yang digunkan adalah larutan medium yang persis sama dengan medium 
fermentor, tetapi yang tidak dipakai sebagai medium pertumbuhan ragi. Analisis 
dilakukan dengan mengambil data absorbansi. Untuk membuat kurva pertumbuhan 
diperlukan kurva baku untuk mengkorelasikan antara konsentrasi sel terhadap absorbans. 
Panjang gelombang yang digunakan untuk menganalisis konsentrasi sel adalah 600 nm. 
Sampel untuk analisa konsentrasi glukosa harus disentrifugasi terlebih dahulu 
untuk mengendapkan semua sel ragi sedemikian sampai larutan medium terlihat jernih 
sehingga tidak mengganggu pancaran sinar saat diperiksa dengan spektrofotometri. 
Modul 1.07 Teknik Fermentasi Halaman 10 dar 24
Panduan Pelaksanaan Laboratorium Instruksional I/II 
Departemen Teknik Kimia ITB 
Sentrifugasi dilakukan selama 15 menit dengan kecepatan putaran 5000 rpm. Hasil 
sentrifugasi adalah supernatan di bagian atas yang berupa cairan yang mengandung 
glukosa residu (belum terkonsumsi sel ragi) dan endapan sel ragi di bagian bawah. 
Jangkauan konsentrasi sampel yang dapat dideteksi akurat oleh spektrofotometri 
sangat pendek. Karena itu larutan supernatan glukosa yang telah terpisah dari sel ragi 
harus diencerkan dahulu. Data absorbansi spektofotometri dengan reagen Somogyi- 
Nelson baru akurat pada konsentrasi 20-150 ppm. 
Analisis pertama dilakukan dengan penambahan Somogyi 1 (yang mengandung 
Na2SO4 anhidrat, KNa tartrat, Na2CO3, NaHCO3 ) yang berfungsi memberi kondisi basa, 
dan larutan Somogyi 2 yang mengandung Cu SO4. Saat bereaksi dengan Somogyi 2 
glukosa akan teroksidasi. Gugus karbonil glukosa akan teroksidasi menjadi karboksilat 
sementara Cu2+ akan tereduksi menjadi Cu+. Reaksi redoks tersebut dalam kesetimbangan 
akan menjadi: 
Karbonil + Cu2+ + basa → Karboksilat + Cu2O + H+ 
Reaksi redoks ini hanya dapat berlangsung pada kondisi panas. Karena itu setelah 
supernatan ditambahi Somogyi 2 campuran harus dipanaskan sampai reaksi mencapai 
kesetimbangan. Reaksi oksidasi dihentikan dengan mendinginkan secara tiba-tiba 
campuran tersebut dalam es batu. Analisis dilanjutkan dengan penambahan reagen 
Nielson yang mengandung ansenomolibdate berwarna kuning. Penambahan Nielson 
dimaksudkan untuk mengubah karboksilat yang ada menjadi gas CO2. Untuk 
mengeluarkan gas ini, campuran harus dikocok. Setelah penambahan Nielson, larutan 
akan berubah warna dari biru menjadi kuning. Campuran yang telah bebas CO2 tersebut 
dianalisis dengan spektrofotometri. Untuk penentukan konsentrasi glukosa digunakan 
panjang gelombang 520 nm. Panjang gelombang ini sesuai dengan intensitas warna 
larutan yang berwarna hijau. Konsentrasi glukosa ditentukan dengan bantuan kurva baku 
absorbasn terhadap konsentrasi glukosa. 
Penentuan Growth Yield 
Perolehan biomassa yang menunjukkan produktivitas proses fermentasi 
dinyatakan sebagai perolehan (Yield). Growth yield ini dinyatakan dengan persamaan: 
X − 
X 
0 
S − 
S 
= 
Δ 
Y - X 
S 
Δ 
= 
0 
dimana: X = massa sel saat t 
X0 = massa sel awal 
Modul 1.07 Teknik Fermentasi Halaman 11 dar 24
Panduan Pelaksanaan Laboratorium Instruksional I/II 
Departemen Teknik Kimia ITB 
S = massa glukosa saat t 
S0 = massa glukosa awal 
Penentuan Laju Pertumbuhan Spesifik Maksimum (μmaks) 
Laju pertumbuhan spesifik mikroorganisme (μ) diformulasikan sebagai: 
dX 
X 
dt 
μ = 1 
Nilai μ akan bernilai maksimum bila 
dX 
dt 
bernilai maksimum. 
dX 
dt 
adalah gradien kurva 
pertumbuhan yang mununjukkan jumlah sel ragi setiap waktu. Nilai 
dX 
dt 
maksimum pada 
fasa logaritmik, dimana terlihat jumlah mikroba paling tinggi dan konstan selama 
beberapa saat. 
V. Rancangan Percobaan 
V.1 Perangkat dan Alat Ukur 
1. Fermentor batch seperti pada Gambar 2 
2. Labu erlenmeyer 
3. Spektrofotometer 
V.2 Bahan/ Zat Kimia 
1. Glukosa 
2. Bahan-bahan nutrisi 
3. Biakan mikroba dalam agar miring 
Modul 1.07 Teknik Fermentasi Halaman 12 dar 24
Panduan Pelaksanaan Laboratorium Instruksional I/II 
Departemen Teknik Kimia ITB 
Sensor 
suplai 
udara 
Aerator 
7 Inlet 
Udara 
Outlet Hole/ 
Sampling Point 
Motor 
Sensor 
Putaran 
Inlet 
Hole 
Liquid level 
1 
2 
Impeller 
3 Sparger 
4 Filter 
Mikroba 
5 
Baffle 
Gambar 2 Perangkat Alat dan Instrumentasi Modul Fermentasi 
Keterangan Gambar: 
1. Inlet adalah tempat memasukkan inokulan dan medium 
2. Pengaduk/impeller adalah alat untuk mendispersikan semua komponen di dalam 
larutan sehingga larutan dalam fermentor menjadi homogen 
3. Sparger adalah alat pemecah gelembung-gelembung udara agar gelembung udara yang 
terbentuk berukuran kecil sehingga luas permukaan interfasanya lebih besar sehingga 
laju difusi oksigen ke dalam lerutan labih cepat dan kadar oksigen terlarut meningkat 
4. Filter mikroba adalah penyaring kontaminan mikroba dari udara kompresor yang 
masuk. Filter yang digunakan adalah kapas. 
5. Baffle adalah lempengan tipis di dinding fermentor yang bertujuan menghasilkan aliran 
turbulen dan mencegah terbentuknya vorteks. 
6. Sampling point adalah saluran tempat sampel diambil. 
7. Inlet udara adalah tempat udara aerasi masuk ke dalam fermentor. 
Modul 1.07 Teknik Fermentasi Halaman 13 dar 24
Panduan Pelaksanaan Laboratorium Instruksional I/II 
Departemen Teknik Kimia ITB 
V.3 Prosedur Kerja 
V.3.1 Penyiapan Medium 
Proses penyiapan medium dilakukan mengikuti diagram kerja yang ditunjukkan 
pada Gambar 3 
Komponen-komponen 
Nutrisi 
Masukkan 
Labu Kocok 
Campurkan, Larutkan 
dalam air, Aduk 
Larutan Nutrisi untuk 
Medium 
Tambah asam/basa, atur 
sampai pH 4,5 
Larutan Nutrisi pH 4,5 
Masukkan 
Fermentor 
Larutan Substrat 
untuk Medium 
Masukkan 
Autoclave 
Glukosa 
Labu Kocok 
Atur suhu 121 oC dan tekanan 15 psi 
Sterilisasi fermentor+medium dan 
larutan glukosa 
Autoclave shut down 
Fermentor + Medium steril 
Dinginkan 
Keluarkan fermentor 
Lar. Substrat steril 
Gambar 3 Penyiapan Medium 
Modul 1.07 Teknik Fermentasi Halaman 14 dar 24
Panduan Pelaksanaan Laboratorium Instruksional I/II 
Departemen Teknik Kimia ITB 
V.3.2 Pengembangan Kultur Ragi dalam Labu Kocok 
Pengembangan kultur ragi dalam labu kocok untuk fasa adaptasi dikerjakan 
sesuai prosedur kerja yang ditunjukkan pada Gambar 4. 
Isikan perlahan 
2 Labu Erlenmeyer 500 mL 
@ 135 mL lar Nutrisi 
2 Labu Erlenmeyer 
berisi 135 mL lar Nutrisi 
Larutan Substrat untuk Medium 
Masukkan 
Autoclave 
Glukosa 
Labu Kocok 
Atur suhu 121 oC dan tekanan 15 psi 
Sterilisasi lar. nutrisi dalam 
erlenmeyer dan larutan glukosa 
Lar. nutrisi steril 
Autoclave shut down 
Dinginkan 
Keluarkan lar. nutisi dan lar. glukosa 
Lar. glukosa steril 
Masukkan 10 mL 
Lar. nutrisi dengan 
glukosa steril 
Biakan ragi dalam 
agar miring 
Inokulasikan 
Dinginkan 
Lar. nutrisi dengan 
glukosa steril dingin 
Inokulum 
Kocak pada shaker 30 0C 
Kultur siap 
digunakan 
Gambar 4 Proses Pengembangan Kultur Ragi 
Modul 1.07 Teknik Fermentasi Halaman 15 dar 24
Panduan Pelaksanaan Laboratorium Instruksional I/II 
Departemen Teknik Kimia ITB 
V.3.3 Proses Fermentasi 
Proses fermentasi ini adalah percobaan utama. Fermentasi dilakukan sesuai 
prosedur yang ditunjukkan pada Gambar 5 
Fermentor 
Instalasikan dengan benar 
atur T = 30 0C, r =600 
rpm, laju aerasi 1,5 v/v/m 
Fermentor siap pakai Kultur ragi yang telah 
didiamkan 16 jam 
Tuangkan secara steril 
dan aseptik (dekat api) 
Fermentasi dimulai 
catat waktu 
atur pH 4,5 
Lakukan prosedur pengambilan sampel dari sampling point 
Sampel 
Gambar 5 Fermentasi Ragi dalam Fermentor 
Modul 1.07 Teknik Fermentasi Halaman 16 dar 24
Panduan Pelaksanaan Laboratorium Instruksional I/II 
Departemen Teknik Kimia ITB 
V.3.4 Pengujian Sampel 
Pada sampel akan dianalisis konsentrasi sel ragi dan konsentrasi glukosanya. Analisis 
tersebut dilakukan sesuai prosedur pada Gambar 6. 
Fermentor 
Catat waktu setiap 1 jam 
Atur pH 4,5 
Sampling Point 
Ambil sampel tiap 1 jam, 
teknik aseptik 
Sample 
Ambil 5 mL, buang 
Sample 
Ambil 10 mL 
Ambil 6 mL Ambil 4 mL 
Sampel untuk 
Pengukuran 
Konsentrasi Sel 
Spektrofotometer 
Tunggu 15 menit agar 
panas 
Atur Ambil 6 mL panjang 
gelombang 600 nM 
Jaga agar absorbansi 
tetap 0,2 - 0,7 
Spektrofotometer siap 
pakai 
Sampel untuk 
Pengukuran 
Konsentrasi Glukosa 
Ukur absorbansi sampel 
Data absorbansi sel 
pada sampel 
Penentuan konsentrasi sel 
Kurva baku absorbansi 
vs konsentrasi sel 
Ambil 2 mL 
Sentrifugasi pada 5000 
rpm, 15-20 min. 
Supernatan 
Encerkan hingga kadar 
glukosa dalam larutan 
berkisar 20-120 mg/L 
Supernatan Encer 
1,6 mL Somogyi I 
0.4 mL Somogyi II 
Campuran reaksi 
Kocok, Tutup 
Panaskan 10 mL 
Dinginkan secara cepat 
Masukkan ke dalam es 
5 min. 
Campuran reaksi 
Analisis 
2 mL Nielson 
4 mL Aqua DM Kocok, hingga semua 
CO2 keluar 
Supernatan bebas CO2 
Konsentrasi Sel 
Spektrofotometer 
Tunggu 15 menit agar panas 
Atur Ambil 6 mL panjang gelombang 520 nm 
Jaga agar absorbansi tetap 0,2 - 0,7 
Spektrofotometer siap 
pakai 
Data absorbansi Konsentrasi 
Glukosa pada sampel 
Kurva baku absorbansi 
vs kons. glukosa 
Ukur Absorbasnsi Lar. 
Glukosa 
Konsentrasi Glukosa 
Gambar 6 Prosedur Pengujian Sampel 
Modul 1.07 Teknik Fermentasi Halaman 17 dar 24
Panduan Pelaksanaan Laboratorium Instruksional I/II 
Departemen Teknik Kimia ITB 
V.4 Data Pengamatan 
Data yang diambil untuk mendapatkan kurva pertumbuhan mikroba dan 
kurva konsentrasi glukosa setiap waktu adalah: 
1. Absorbansi / % transmitan suspensi ragi 
(g/mL) log [sel] Agitasi 
t (jam) %trans. Absorbansi [sel] 
(rpm) pH Aerasi 
2. Absorbansi / % transmitan larutan glukosa 
t (jam) %trans. Absorbansi [gluksosal] 
(g/mL) 
log 
[glukosa] 
Agitasi 
(rpm) pH Aerasi 
V.5 Data Literatur 
Data literatur yang dibutuhkan untuk praktikum Modul teknik fermentasi 
antara lain: 
1. Kurva baku absorbansi terhadap konsentrasi sel kering (mg/mL) 
2. Kurva baku absorbansi terhadap konsentrasi glukosa (mg/mL) 
V.6 Langkah Perhitungan 
V.6.1 Pembuatan Kurva Baku Absorbansi terhadap Konsentrasi Sel dan Kurva 
Baku Absorbansi terhadap Konsentrasi Glukosa 
Sebagai contoh berikut adalah data berat sel kering terhdap absorbansi pada 
panjang gelombang 600 nm 
Berat sel kering (mg/mL) Absorbansi 
0.4 0.06 
1.09 0.18 
1.81 0.28 
2.5 0.39 
3.72 0.57 
5.31 0.83 
5.89 0.92 
6.9 1.08 
7.79 1.21 
8.48 1.34 
Modul 1.07 Teknik Fermentasi Halaman 18 dar 24
Panduan Pelaksanaan Laboratorium Instruksional I/II 
Departemen Teknik Kimia ITB 
Pengaluran data absorbansi terhadap berat sel kering tersebut ditunjukkan pada 
grafik berikut. 
Kurva Baku Konsentrasi Sel 
y = 6.379x + 0.013 
R2 = 0.9997 
9 
8 
7 
6 
5 
4 
3 
2 
1 
0 
0 0.5 1 1.5 
Absorbansi 
Konsentrasi Sel (mg/mL) 
Dari grafik tersebut terlihat bahwa hubungan antara absorbansi dan konsentrasi 
sel kering cenderung linear mengikuti persamaan: 
Konsentrasi sel kering = 6.379 Absorbansi + 0.013 
Misalkan data hubungan absorbansi terhadap konsentrasi glukosa adalah: 
Konsentrasi glukosa (mg/mL) Absorbansi 
0 0 
20 0.198 
40 0.403 
60 0.595 
80 0.8 
100 1 
120 1.213 
140 1.403 
Maka kurva baku bsorbansi terhadap konsentrasi glukosa adalah: 
Kurva Baku Konsentrasi Glukosa 
y = 99.447x + 0.2381 
R2 = 0.9999 
160 
140 
120 
100 
80 
60 
40 
20 
0 
0 0.5 1 1.5 
Absorbansi 
Konsentrasi Glukosa (mg/mL) 
Modul 1.07 Teknik Fermentasi Halaman 19 dar 24
Panduan Pelaksanaan Laboratorium Instruksional I/II 
Departemen Teknik Kimia ITB 
V.6.2 Perhitungan Absorbansi 
Perhitungan ini dilakukan jika yang terbaca pada spektrofotometer adalah % 
transmitan. 
Persamaan yang dipakai: A = - log T 
V.6.3 Penentuan Konsentrasi Sel 
Persamaan yang dipakai: C = Faktor Kalibrasi . Absorbansi 
V.6.4 Penentuan Konsentrasi Glukosa 
Persamaan yang dipakai ;C = Faktor Kalibrasi . Faktor Pengenceran. Absorbansi 
V.6.5 Contoh Perhitungan 
Misalkan setalah 3 jam fermnetasi didapat data: 
- % transmitan suspensi sel adalah 64.4, tanpa pengenceran 
- % transmitan larutan glukosa adalah 59.4 setelah pengenceran 250 kali. 
Maka: 
- Absorbansi suspensi sel = -log 0.644 = 0.1911 
- Konsentrasi suspensi sel berdasarkan kurva baku tersebut adalah: 
6.379.0.1911+0.013 = 1.221 mg/mL 
- Absorbansi larutan glukosa = -log 0.594 = 0.2262 
- Konsentrasi larutan glukosa berdasarkan kurva baku diatas dan sebelum 
diencerkan adalah: 
250.(99.447.0.2262+0.2381)=5.6325 mg/mL 
V.6.6 Pembuatan Kurva Pertumbuhan Sel dan Kurva Konsentrasi Glukosa Tiap 
Saat 
Kurva pertumbuhan sel dibuat dengan mengalukan data waktu (jam) di 
sumbu x terhadap konsentrasi suspensi sel (mg/mL) pada sumbu y. Sedangkan 
Kurva pertumbuhan sel dibuat dengan mengalukan data waktu (jam) di sumbu x 
terhadap konsentrasi larutan glukosa (mg/mL) pada sumbu y. 
Modul 1.07 Teknik Fermentasi Halaman 20 dar 24
Panduan Pelaksanaan Laboratorium Instruksional I/II 
Departemen Teknik Kimia ITB 
Misalkan diperoleh data fermentasi berikut: 
t 
(jam) %trans. Absorbansi [sel] 
mg/mL log [Sel] pH Aerasi Agitasi 
(rpm) 
0 99 0.0043648 0.0408431 -1.388881 4.5 9 600 
1 76 0.1191864 0.7732901 -0.1116576 4.5 7 600 
2 66 0.1804561 1.1641292 0.0660012 4.5 9 600 
3 61 0.2146702 1.382381 0.1406278 4.5 9 600 
4 57 0.2441251 1.5702743 0.1959755 4.5 6.5 600 
5 54 0.2676062 1.7200602 0.2355436 4.5 9 600 
6 47 0.3279021 2.1046878 0.3231877 4.5 7.5 600 
7 41 0.3872161 2.4830518 0.3949858 4 7 600 
8 33 0.4814861 3.0843996 0.4891706 4 8.5 600 
9 26 0.5850267 3.744885 0.5734385 4 8 600 
10 21 0.6777807 4.3365631 0.6371457 4 6.5 600 
11 18 0.7447275 4.7636167 0.6779368 4 7 600 
12 16 0.79588 5.0899186 0.7067108 4 8 600 
13 15 0.8239087 5.2687139 0.7217046 4 8 600 
14 15 0.8239087 5.2687139 0.7217046 4 6.5 600 
Maka Kurva Pertumbuhan Biomassa Sel adalah: 
Kurva Pertumbuhan Sel 
6 
5 
4 
3 
2 
1 
0 
0 2 4 6 8 10 12 14 16 
Waktu (jam) 
Konsentrasi Sel (mg/mL) 
Modul 1.07 Teknik Fermentasi Halaman 21 dar 24
Panduan Pelaksanaan Laboratorium Instruksional I/II 
Departemen Teknik Kimia ITB 
Dan berikutnya adalah hasil pengujian konsentrasi glukosa yang tertinggal dalam 
medium dan yang terkonsumsi. 
t 
(jam) %trans. Absorbansi Pengencaran 
[glukosa] 
residu 
mg/mL 
[glukosa] 
konsumsi 
mg/mL 
log 
[glukosa] 
residu 
mg/mL 
log 
[glukosa] 
kopsumsi 
mg/mL 
0 30 0.5228787 500 0.1044736 0 -0.9810 
1 32 0.49485 500 0.0988989 0.0055747 -1.0048 -2.2538 
2 35 0.455932 500 0.0911583 0.0133153 -1.0402 -1.8756 
3 36 0.4436975 500 0.088725 0.0157487 -1.0520 -1.8028 
4 38 0.4202164 500 0.0840547 0.0204189 -1.0754 -1.6900 
5 40 0.39794 500 0.0796241 0.0248496 -1.0990 -1.6047 
6 42 0.3767507 500 0.0754097 0.029064 -1.1226 -1.5366 
7 44 0.3565473 500 0.0713913 0.0330823 -1.1464 -1.4804 
8 45 0.3467875 500 0.0694502 0.0350235 -1.1583 -1.4556 
9 55 0.2596373 500 0.0521165 0.0523571 -1.2830 -1.2810 
10 56 0.251812 500 0.0505601 0.0539136 -1.2962 -1.2683 
11 60 0.2218487 500 0.0446006 0.0598731 -1.3507 -1.2228 
12 64 0.19382 500 0.0390258 0.0654478 -1.4086 -1.1841 
13 78 0.1079054 500 0.0219379 0.0825357 -1.6588 -1.0834 
14 98 0.0087739 500 0.0022213 0.1022524 -2.6534 -0.9903 
Dan kurva Konsentrasi Glukosa (Residu dan Konsumsi) adalah: 
Konsentrasi Residu dan Konsumsi Glukosa 
0.12 
0.1 
0.08 
0.06 
0.04 
0.02 
0 
0 2 4 6 8 10 12 14 16 
Waktu (jam) 
Konsentrasi Glukosa (mg/mL) 
Modul 1.07 Teknik Fermentasi Halaman 22 dar 24
Panduan Pelaksanaan Laboratorium Instruksional I/II 
Departemen Teknik Kimia ITB 
V.6.7 Penentuan Growth Yield 
Persamaan yang digunakan: 
X − 
X 
0 
S − 
S 
= 
Δ 
Y - X 
S 
Δ 
= 
0 
Dari hasil percobaan diperoleh konsumsi total glukosa selama fermentasi adalah: 
10 mg/L –(500*0.0022 mg/L) = 8.9 mg/mL 
Sedangkan pertumbuhan total sel ragi adalah: 
5.2687 mg/mL – 0.0408 mg/mL = 5.228 mg/mL 
Maka yield pertumbuhan proses fermentasi ini adalah: 
0.587 
Y = - 5.228 = 
8.9 
V.6.8 Penentuan Laju Pertumbuhan Spesifik Maksimum 
Persamaan yang digunakan: 
fasa logaritmik 
lnX - lnX 
awal akhir 
 
 
μ = 
maks t 
 
 
Δ 
Pada kurva logaritmik pertumbuhan sel berikut ini terlihat bahwa fasa 
logaritmik berlangsung pada jam ke-4 sapai jam ke-11. Saat itu ln X4 = 0.1959 
dan ln X11 = 0.6779. 
Kurva Pertumbuhan Sel 
1 
0.5 
0 
-0.5 
-1 
-1.5 
0 2 4 6 8 10 12 14 16 
Waktu (jam) 
Log Konsentrasi Sel 
Modul 1.07 Teknik Fermentasi Halaman 23 dar 24
Panduan Pelaksanaan Laboratorium Instruksional I/II 
Departemen Teknik Kimia ITB 
Maka dapat diperkirakan: 
0.069 sel/jam 
0.6779 - 0.1959 
 
μ =  
 
= maks 7 
 
Daftar Pustaka 
1. Bailey, J.E., and Ollis, D.F., Biochemical Enginering Fundamentals, McGraw-Hill 
Kogakusha Ltd., Tokyo, 1987 
2. Soeryo, W, Kinetika Pertumbuhan Mikroba. 
Modul 1.07 Teknik Fermentasi Halaman 24 dar 24

More Related Content

What's hot

Mikroorganisme yang terlibat dalam pengomposan
Mikroorganisme yang terlibat dalam pengomposanMikroorganisme yang terlibat dalam pengomposan
Mikroorganisme yang terlibat dalam pengomposanNeli Narulita
 
Pengecatan bakteri secara negatif
Pengecatan bakteri secara negatifPengecatan bakteri secara negatif
Pengecatan bakteri secara negatifTidar University
 
Laporan mikrobiologi teknik pembuatan media
Laporan mikrobiologi teknik pembuatan mediaLaporan mikrobiologi teknik pembuatan media
Laporan mikrobiologi teknik pembuatan mediamalkasfchanell
 
Skrining mikroba potensial 2010
Skrining mikroba potensial 2010Skrining mikroba potensial 2010
Skrining mikroba potensial 2010f' yagami
 
Analisis kualitatif zat anorganik
Analisis kualitatif zat anorganikAnalisis kualitatif zat anorganik
Analisis kualitatif zat anorganikAfifah Sjahbandi
 
IDENTIFIKASI METABOLIT SEKUNDER PADA DAUN MENGKUDU
IDENTIFIKASI METABOLIT SEKUNDER PADA DAUN MENGKUDUIDENTIFIKASI METABOLIT SEKUNDER PADA DAUN MENGKUDU
IDENTIFIKASI METABOLIT SEKUNDER PADA DAUN MENGKUDUCarlosEnvious
 
Pengenceran larutan stok
Pengenceran larutan stokPengenceran larutan stok
Pengenceran larutan stokAgung Sugiharto
 
Buku perawatan alat_lab_biologi
Buku perawatan alat_lab_biologiBuku perawatan alat_lab_biologi
Buku perawatan alat_lab_biologiRenol Doang
 
Mikrobiologi industri
Mikrobiologi industriMikrobiologi industri
Mikrobiologi industrif' yagami
 
2.memahami teknologi pangan
2.memahami teknologi pangan2.memahami teknologi pangan
2.memahami teknologi panganTina Julianti
 
Penyerangan Nukleofilik pada senyawa organik
Penyerangan Nukleofilik pada senyawa organikPenyerangan Nukleofilik pada senyawa organik
Penyerangan Nukleofilik pada senyawa organikIrma Rahmawati
 

What's hot (20)

Metabolisme mikrobial
Metabolisme mikrobialMetabolisme mikrobial
Metabolisme mikrobial
 
Mikroorganisme yang terlibat dalam pengomposan
Mikroorganisme yang terlibat dalam pengomposanMikroorganisme yang terlibat dalam pengomposan
Mikroorganisme yang terlibat dalam pengomposan
 
Pengecatan bakteri secara negatif
Pengecatan bakteri secara negatifPengecatan bakteri secara negatif
Pengecatan bakteri secara negatif
 
Perarasi sampel
Perarasi sampelPerarasi sampel
Perarasi sampel
 
Laporan mikrobiologi teknik pembuatan media
Laporan mikrobiologi teknik pembuatan mediaLaporan mikrobiologi teknik pembuatan media
Laporan mikrobiologi teknik pembuatan media
 
Skrining mikroba potensial 2010
Skrining mikroba potensial 2010Skrining mikroba potensial 2010
Skrining mikroba potensial 2010
 
Analisis kualitatif zat anorganik
Analisis kualitatif zat anorganikAnalisis kualitatif zat anorganik
Analisis kualitatif zat anorganik
 
Ekstraksi
EkstraksiEkstraksi
Ekstraksi
 
Mengenal Ayakan
Mengenal AyakanMengenal Ayakan
Mengenal Ayakan
 
IDENTIFIKASI METABOLIT SEKUNDER PADA DAUN MENGKUDU
IDENTIFIKASI METABOLIT SEKUNDER PADA DAUN MENGKUDUIDENTIFIKASI METABOLIT SEKUNDER PADA DAUN MENGKUDU
IDENTIFIKASI METABOLIT SEKUNDER PADA DAUN MENGKUDU
 
Modifikasi pati
Modifikasi patiModifikasi pati
Modifikasi pati
 
Destilasi
DestilasiDestilasi
Destilasi
 
Surfaktan
SurfaktanSurfaktan
Surfaktan
 
Pengenceran larutan stok
Pengenceran larutan stokPengenceran larutan stok
Pengenceran larutan stok
 
DIGITAL OBJECT IDENTIFIER (DOI)
DIGITAL OBJECT IDENTIFIER (DOI)DIGITAL OBJECT IDENTIFIER (DOI)
DIGITAL OBJECT IDENTIFIER (DOI)
 
Buku perawatan alat_lab_biologi
Buku perawatan alat_lab_biologiBuku perawatan alat_lab_biologi
Buku perawatan alat_lab_biologi
 
Surfaktan
SurfaktanSurfaktan
Surfaktan
 
Mikrobiologi industri
Mikrobiologi industriMikrobiologi industri
Mikrobiologi industri
 
2.memahami teknologi pangan
2.memahami teknologi pangan2.memahami teknologi pangan
2.memahami teknologi pangan
 
Penyerangan Nukleofilik pada senyawa organik
Penyerangan Nukleofilik pada senyawa organikPenyerangan Nukleofilik pada senyawa organik
Penyerangan Nukleofilik pada senyawa organik
 

Similar to Fer teknik-fermentasi

Laporan praktikum kesuburan tanah
Laporan praktikum kesuburan tanahLaporan praktikum kesuburan tanah
Laporan praktikum kesuburan tanahArif nor fauzi
 
fermentasi pada mikrobiologi pangan biologi
fermentasi pada mikrobiologi pangan biologifermentasi pada mikrobiologi pangan biologi
fermentasi pada mikrobiologi pangan biologiMuhammadSunariya1
 
PERANAN MIKROBIOLOGI PADA BIOTEKNOLOGI PANGAN(1).docx
PERANAN MIKROBIOLOGI PADA BIOTEKNOLOGI PANGAN(1).docxPERANAN MIKROBIOLOGI PADA BIOTEKNOLOGI PANGAN(1).docx
PERANAN MIKROBIOLOGI PADA BIOTEKNOLOGI PANGAN(1).docxssuser04c576
 
Bab 5 bioteknologi
Bab 5 bioteknologiBab 5 bioteknologi
Bab 5 bioteknologirinitosha
 
Bab-5-BIOTEKNOLOGI.pptx
Bab-5-BIOTEKNOLOGI.pptxBab-5-BIOTEKNOLOGI.pptx
Bab-5-BIOTEKNOLOGI.pptxDELLABLATAMA1
 
PPT_Teknologi_Fermentasi.pptx
PPT_Teknologi_Fermentasi.pptxPPT_Teknologi_Fermentasi.pptx
PPT_Teknologi_Fermentasi.pptxAtikaAzri1
 
nutrisi dan kultivasi mikroba.pptx
nutrisi dan kultivasi mikroba.pptxnutrisi dan kultivasi mikroba.pptx
nutrisi dan kultivasi mikroba.pptxDendoKasmandri
 
Mikrobiologi industri
Mikrobiologi industriMikrobiologi industri
Mikrobiologi industrif' yagami
 
Dedy_Fermentasi 1.pptx
Dedy_Fermentasi 1.pptxDedy_Fermentasi 1.pptx
Dedy_Fermentasi 1.pptxDedyBinAli
 
Makalah midas 8 metabolisme mikroba
Makalah midas 8 metabolisme mikrobaMakalah midas 8 metabolisme mikroba
Makalah midas 8 metabolisme mikrobayulia windarsih
 

Similar to Fer teknik-fermentasi (20)

BIOTEKNOLOGI FARMASI KELOMPOK 1 KELAS 5J FIX.pptx
BIOTEKNOLOGI FARMASI KELOMPOK 1 KELAS 5J FIX.pptxBIOTEKNOLOGI FARMASI KELOMPOK 1 KELAS 5J FIX.pptx
BIOTEKNOLOGI FARMASI KELOMPOK 1 KELAS 5J FIX.pptx
 
Laporan praktikum kesuburan tanah
Laporan praktikum kesuburan tanahLaporan praktikum kesuburan tanah
Laporan praktikum kesuburan tanah
 
fermentasi pada mikrobiologi pangan biologi
fermentasi pada mikrobiologi pangan biologifermentasi pada mikrobiologi pangan biologi
fermentasi pada mikrobiologi pangan biologi
 
PERANAN MIKROBIOLOGI PADA BIOTEKNOLOGI PANGAN(1).docx
PERANAN MIKROBIOLOGI PADA BIOTEKNOLOGI PANGAN(1).docxPERANAN MIKROBIOLOGI PADA BIOTEKNOLOGI PANGAN(1).docx
PERANAN MIKROBIOLOGI PADA BIOTEKNOLOGI PANGAN(1).docx
 
Bab 5 bioteknologi
Bab 5 bioteknologiBab 5 bioteknologi
Bab 5 bioteknologi
 
Bab-5-BIOTEKNOLOGI.pptx
Bab-5-BIOTEKNOLOGI.pptxBab-5-BIOTEKNOLOGI.pptx
Bab-5-BIOTEKNOLOGI.pptx
 
Teknologi Enzim
Teknologi EnzimTeknologi Enzim
Teknologi Enzim
 
Makalah mikroganisme amanah raha
Makalah mikroganisme amanah rahaMakalah mikroganisme amanah raha
Makalah mikroganisme amanah raha
 
PPT_Teknologi_Fermentasi.pptx
PPT_Teknologi_Fermentasi.pptxPPT_Teknologi_Fermentasi.pptx
PPT_Teknologi_Fermentasi.pptx
 
nutrisi dan kultivasi mikroba.pptx
nutrisi dan kultivasi mikroba.pptxnutrisi dan kultivasi mikroba.pptx
nutrisi dan kultivasi mikroba.pptx
 
Mikrobiologi industri
Mikrobiologi industriMikrobiologi industri
Mikrobiologi industri
 
makalah mikroorganisme
makalah mikroorganismemakalah mikroorganisme
makalah mikroorganisme
 
Makalah I
Makalah  IMakalah  I
Makalah I
 
Dedy_Fermentasi 1.pptx
Dedy_Fermentasi 1.pptxDedy_Fermentasi 1.pptx
Dedy_Fermentasi 1.pptx
 
Makalah midas 8 metabolisme mikroba
Makalah midas 8 metabolisme mikrobaMakalah midas 8 metabolisme mikroba
Makalah midas 8 metabolisme mikroba
 
42.artikel
42.artikel42.artikel
42.artikel
 
Tugas mikrobiologi hajarul aswat
Tugas mikrobiologi hajarul aswatTugas mikrobiologi hajarul aswat
Tugas mikrobiologi hajarul aswat
 
Tugas mikrobiologi hajarul aswat
Tugas mikrobiologi hajarul aswatTugas mikrobiologi hajarul aswat
Tugas mikrobiologi hajarul aswat
 
Tugas mikrobiologi hajarul aswat
Tugas mikrobiologi hajarul aswatTugas mikrobiologi hajarul aswat
Tugas mikrobiologi hajarul aswat
 
Tugas mikrobiologi hajarul aswat
Tugas mikrobiologi hajarul aswatTugas mikrobiologi hajarul aswat
Tugas mikrobiologi hajarul aswat
 

Fer teknik-fermentasi

  • 1. Panduan Pelaksanaan Laboratorium Instruksional I/II Departemen Teknik Kimia ITB MODUL 1.07 Teknik Fermentasi -1/24- I. Pendahuluan Fermentasi adalah proses yang memanfaatkan kemampuan mikroba untuk menghasilkan metabolit promer dan metabolit sekunder dalam suatu lingkungan yang dikendalikan. Proses pertumbuhan mikroba merupakan tahap awal proses fermentasi yang dikendalikan terutama dalam pengembangan inokulum agar dapat diperoleh sel yang hidup. Pengendalian dilakukan dengan pengaturan kondisi medium, komposisi medium, suplai O2, dan agitasi. Bahkan jumlah mikroba dalam fermentor juga harus dikendalikan sehingga tidak terjadi kompetisi dalam penggunaan nutrisi. Nutrisi dan produk fermentasi juga perlu dikendalikan, sebab jika berlebih nutrisi dan produk metabolit hasil fermentasi tersebut dapat menyebabkan inhibisi dan represi. Pengendalian diperlukan karena pertumbuhan biomassa dalam suatu medium fermentasi dipengaruhi banyak faktor baik ekstraselular maupun faktor intraselular. Kinetika pertumbuhan secara dinamik dapat digunakan untuk meramalkan produksi biomassa dalam suatu proses. Percobaan ini dilakukan dengan menggunakan fermentor bervolume 5 L dengan volume kerja 2 L. Sebagai biakan digunakan Saccharomycess cereviceae dengan substrat glukosa 1% pada pH 4,5. Fermentasi dilakukan secara aerobik dengan laju aerasi dijaga antara 7 sampai 8 v/v/m. Praktikan bertugas mengamati profil pertumbuhan biomassa sel. Pengamatan dilakukan dengan pengambilan sampel setiap satu jam. Pada sampel dianalisis konsentrasi sel/biomassa dan konsentrasi glukosa. Setlah serangkaian tahap penyiapan sampel, konsentrasi sel dan glukosa dilakukan secara spektrofotometri terhadap absorbansi, kemudian dengan korelasi pada kurva baku akan diketahui konsentrasi sel dan glukosa yang sebenarnya. Data-data ini kemudian diplot menjadi sebuah grafik pertumbuhan sel. Dari grafik ini dapat diamati yield dan μmax. Dalam percobaan ini diasumsikan laju pertumbuhan pada setiap bagian fermentor sama untuk waktu tertentu. Pengadukan dianggap sempurna sehingga konsentrasi komponen sama di setiap bagian fermentor.
  • 2. Panduan Pelaksanaan Laboratorium Instruksional I/II Departemen Teknik Kimia ITB II. Tujuan Dengan melaksanakan praktikum Modul Teknik Fermentasi, praktikan akan mengenal teknik pelaksanaan fermentasi dalam produksi biomassa. III. Sasaran Praktikum ini dilakukan agar praktikan dapat mengoperasikan fermentasi mulai dari penyiapan medium, pelaksanaan dan pengakhiran fermentasi. Pada akhirnya praktikan dapat menggambarkan kurva pertumbuhan mikroorganisme dan konsumsi substratnya pada suatu proses fermentasi IV. Tinjauan Pustaka Fermentasi berasal dari bahasa Latin fervere yang berarti mendidihkan. Seiring perkembangan teknologi, definisi fermentasi meluas, menjadi semua proses yang melibatkan mikroorganisme untuk menghasilkan suatu produk yang disebut metabolit primer dan sekunder dalam suatu lingkungan yang dikendalikan. Pada mulanya istilah fermentasi digunakan untuk menunjukkan proses pengubahan glukosa menjadi alkohol yang berlangsung secara anaerob. Namun, kemudian istilah fermentasi berkembang lagi menjadi seluruh perombakan senyawa organik yang dilakukan mikroorganisme yang melibatkan enzim yang dihasilkannya. Dengan kata lain, fermentasi adalah perubahan struktur kimia dari bahan-bahan organik dengan memanfaatkan agen-agen biologis terutama enzim sebagai biokatalis. Produk fermentasi dapat digolongkan menjadi 4 jenis: 1. produk biomassa 2. produk enzim 3. produk metabolit 4. produk transformasi Dalam bioproses fermentasi memegang peranan penting karena merupakan kunci (proses utama) bagi produksi bahan-bahan yang berbasis biologis. Bahan-bahan yang diuhasilkan melalui fermentasi merupaklan hasil-hasil metabolit sel mikroba, misalnya antibiotik, asam-asam organik, aldehid, alkohol, fussel oil, dan sebagainya. Di samping hasil-hasil metabolit tersebut, fermentasi juga dapat diterapkan untuk menghasilkan Modul 1.07 Teknik Fermentasi Halaman 2 dar 24
  • 3. Panduan Pelaksanaan Laboratorium Instruksional I/II Departemen Teknik Kimia ITB biomassa sel mikroba seperti ragi roti (baker yeast) yang digunakan dalam pembuatan roti. Untuk menghasilkan tiap-tiap produk fermentasi di atas dibutuhkan kondisi fermentasi yang berbeda-beda dan jenis mikroba yang bervariasi juga karakteristiknya. Oleh karena itu, diperlukan keadaan lingkungan, substrat (media), serta perlakuan (treatment) yang sesuai sehingga produk yang dihasilkan optimal. Pada percobaan ini digunakan ragi Saccharomycess cereviceae, yang bersifat fakulktatif anaerobik. Pada kondisi aerobik sebagai akseptor elektron terakhir pada jalur reaksi bioenergetik adalah oksigen. Pemanfaatan pada keadaan ini menghasilkan penambahan biomassa sel dengan persamaan reaksi sebagai berikut: C6H12O6 → CO2 + H2O + biomassa sel Pada kondisi anaerobik, Saccharomycess cereviceae menggunakan senyawa organik sebagai akseptor elektron terakhir pada jalur reaksi bioenergetik. Dalam hal ini yang digunakan adalah glukosa dari substrat dengan hasil akhir perombakan berupa alkohol (etanol), aldehid, asam organik, dan fussel oil. Reaksi yang berlangsung dalam keadaan anaerobik tersebut adalah sebagai berikut: C6H12O6 → 2 C2H5OH + 2 CO2 + produk samping Pada percobaan ini digunakan glukosa sebagai substrat utama. Hal ini disebabakan struktur model glikosa yang sederhana sehingga mudah digunakan oleh Saccharomycess cereviceae. Glukosa digunakan sebagai sumber energi dan sumber karbon yang digunakan untuk membentuk material penyusun sel baru. Glukosa disebut juga reducing sugar sehingga pemanfaatannya oleh Saccharomycess cereviceae dilakukan dengan mengoksidasi glukosa yaitu dengan cara pemutusan ikatan rangkap pada gugus karbonil glukosa. Media yang digunakan di dalam fermentasi harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: 1. mengandung nutrisi yang dibutuhkan bagi pertumbuhan sel Saccharomycess cereviceae 2. mengandung nutrisi yang dapat digunakan sebagai sumber energi bagi sel Saccharomycess cereviceae 3. tidak mengandung zat yang menghambat pertumbuhan sel 4. tidak terdapat kontaminan yang dapat meningkatkan persaingan dalam penggunaan substrat. Oleh karena itu, selain glukosa, ke dalam medium fermentasi juga ditambahkan zat-zat lain yang berfungsi sebagai sumber makronutrien dan mikronutrien serta growth factor. Modul 1.07 Teknik Fermentasi Halaman 3 dar 24
  • 4. Panduan Pelaksanaan Laboratorium Instruksional I/II Departemen Teknik Kimia ITB Proses pertumbuhan mikroba sangat dinamik dan kinetikanya dapat digunakaan untuk meramal produksi biomassa dalam suatu proses fermentasi. Faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan dan perilaku mikroba dapat digolongan dalam faktor intraseluler dan faktor ekstraselular. Faktor intraselular meliputi struktur, mekanisme, metabolisme, dan genetika. Sedangkan faktor ekstraselular meliputi kondisi lingkungan seperti pH, suhu, tekanan. Proses pertumbuhan mikroba merupakan proses yang memiliki batas tertentu. Pada saat tertentu, setelah melewati tahap minimum, mikroba akan mengalami fasa kematian. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan berhentinya pertumbuhan mikroba antara lain: 1. Penyusutan konsentrasi nutrisi yang dibutuhkan dalam pertumbuhan mikroba karena habis terkonsumsi. 2. Produk akhir metabolisme yang menghambat pertumbuhan mikroba karena terjadinya inhibisi dan represi. Pertumbuhan kultur mikroba umumnya dapat digambarkan dalam suatu kurva pertumbuhan. Pertumbuhan mikroba dapat terbagi dalam beberapa tahap seperti pada Gambar 1, antara lain: 1. Fasa stationer adalah fasa yang disebut fasa adaptasi/ lag phase. Pada saat ini mikroba lebih berusaha menyesuaikan diri dengan lingkungan dan medium baru daripada tumbuh ataupun berkembang biak. Pada saat ini mikroba berusaha merombak materi-materi dalam medium agar dapat digunakan sebagai nutrisi untuk pertumbuhannya. Bila dalam medium ada komponen yang tidak dikenal mikroba, mikroba akan memproduksi enzim ekstraselular untuk merombak komponen tersebut. Fasa ini juga berlangsung seleksi. Hanya mikroba yang dapat mencerna nutrisi dalam medium untuk pertumbuhannya lah yang dapat bertahan hidup. 2. Fasa pertumbuhan dipercepat adalah fasa dimana mikrioba sudah dapat menggunakan nutrisi dalam medium fermentasinya. Pada fasa ini mikroba banyak tumbuh dan membelah diri sehingga jumlahnya meningkat dengan cepat. Laju pertumbuhan μ = dX meningkat mencapai nilai maksimumnya. dt μ = laju pertumbuhan mikroba (sel/detik) X = jumlah mikroba hidup Modul 1.07 Teknik Fermentasi Halaman 4 dar 24
  • 5. Panduan Pelaksanaan Laboratorium Instruksional I/II Departemen Teknik Kimia ITB 3. Fasa eksponensial adalah akhir fasa pertumbuhan dipercepat. Pada fasa ini laju pertumbuhan tetap pada laju pertumbuhan maksimum (μmaks). Nilai μmaks ini ditentukan oleh konstanta jenuh/ saturasi substrat. Nilai μmaks untuk setiap mikroba juga tertentu pada masing-masing substrat. 4. Fasa pertumbuhan diperlambat mulai pada akhir fasa eksponensial. Pertumbuhan mikroba yang begitu cepat tidak diimbangi tersedianya nutrisi yang cukup. Jika fermentasi dilakukan secara batch, dimana umpan nutrisi dimasukkan hanya pada awal proses fermentasi, pada waktu tertentu saat jumlah mikroba yang mengkonsumsi nutrisi tersebut melebihi daya dukung nutrisi akan terjadi kekurangan nutrisi. Hal lain yang memperlambat pertumbuhan mikroba adalah terjadinya inhibisi ataupun represi yang terjadi karena terakumulasinya produk metabolit sekunder hasil aktifitas fermentasi mikroorganisme. 5. Fasa kematian terjadi apabila nutrisi sudah benar-benar tidak dapat lagi mencukupi kebutuhan mikroorganisme. Keadaan ini diperparah oleh akumulasi produk metabolit primer dan sekunder yang tidak dipanen sehingga terus menginhibisi ataupun merepresi pertumbuhan sel mikroorganisme. Selain itu umur sel juga sudah tua, sehingga pertahan sel terhadap lingkungan yang berbeda dari kondisi biasanya juga berkurang. Gambar 1 Kurva Karakteristik Pertumbuhan Sel dalam Medium Fermentor Modul 1.07 Teknik Fermentasi Halaman 5 dar 24
  • 6. Panduan Pelaksanaan Laboratorium Instruksional I/II Departemen Teknik Kimia ITB . Dalam percobaan ini, proses fermentasi ragi tersebut melalui 4 tahapan: 1. tahap persiapan medium fermentor 2. tahap sterilisasi 3. tahap pembuatan inokulum dan pengembangan starter 4. tahap pelaksanaan fermentasi Tahap Persiapan Medium Fermentasi Medium yang digunakan adalah medium cair yang terdiri dari 2 macam larutan. Larutan pertama berisi garam-garam nutrisi untuk pertumbuhan ragi, sedangkan larutan kedua adalah substrat yang umumnya berupa latutan glukosa dalam air. Nutrisi yang diperlukan dalam medium petumbuhan ragi antara lain unsur N, S, O, H, Mg, K, Ca. Glukosa berfungsi sebagai sumber karbon dan sumber energi. Kadar senyawa-senyawa yang diperlukan supaya medium dapat mendukung pertumbuhan ragi secara optimal harus ditentukan berdasarkan komposisi masing-masing unsur dalam sel ragi yang telah banyak diteliti dan dibukukan. Adapun komponen dari media yang digunakan adalah sebagai berikut: a. Substrat utama Sebagai substrat utama digunakan larutan glukosa. Karena glukosa adalah substrat utama, maka pertumbuhan biomassa sel Saccharomycess cereviceae merupakan fungsi dari konsentrasi glukosa. Hasil perombakan glukosa oleh sel adalah berupa CO2 dan H2O. b. Sumber makronutrien, mikronutrien, dan growth factor. Sebagai sumber makronutrien, mikronutrien, dan growth factor umumnya Laboratorium Mikrobiologi dan teknologi Bioproses Dept. Teknik Kimia ITB menggunakan zat-zat sebagai berikut: 1. (NH4)2SO4 sebagai sumber nitrogen yang berguna bagi pembentukan asam nukleat dan asam-asam amino. 2. K2SO4 sebagai sumber K+ yang merupakan kofaktor enzim 3. Na2HPO4.2H2O sebagai sumber Na dan P. Na berfungsi sebagai kofaktor dan P berguna untuk sintesis asam nukleat, ATP, fosfolipid, dan senyawa yang mengandung fosfor lainnya. 4. MgSO4 sebagi sumber Mg yang berperan di dalam stabilisasi ribosom, stabilisasi membran dan dinding sel, serta berfungsi sebagai kofaktor enzim. 5. CaCl2 sebagai sumber Ca untuk stabilisasi dinding sel Modul 1.07 Teknik Fermentasi Halaman 6 dar 24
  • 7. Panduan Pelaksanaan Laboratorium Instruksional I/II Departemen Teknik Kimia ITB 6. ZnSO4 sebagai sumber Zn yang berfungsi sebagai regulator enzim 7. Fe(NH4)(SO4) sebagai sumber Fe, makronutrien pembentuk sitokrom pembawa elektron dalam jalur transportasi elektron. 8. CuSO4 sebagai sumber Cu yang berperan penting dalam reaksi redoks metabolisme. 9. yeast extract sebagai penyedia asam-asam amino tunggal, growth factor dan berbagai vitamin yang dibutuhkan sel 10. aqua dm, sebagai media pelarut dan pengaduk dalam transportasi senyawa. Setelah medium substrat dan medium nutrisi dicampurkan, diusahakan pH tetap 4-5 yang merupakan pH optimal pertumbuhan sel ragi. Tahap Sterilisasi Sterilisasi dilakukan terhadap bahan dan alat sehingga terbebas dari kontaminasi mikroorganisme lain. Sterilisasi perlu dilakukan karena kontaminasi mikroba lain akan memberikan dampak yang tidak menguntungkan sebagai berikut: 1. kontaminan meningkatkan persaingan di dalam mengkonsumsi substrat sehingga akan mengurangi perolehan 2. kontaminan dapat menghambat proses metabolisme sel sehingga akan mengurangi perolehan 3. kontaminan meningkatkan turbiditas sehingga dapat mengacaukan pengukuran terhadap jumlah sel setiap saat. Pada percobaan ini proses sterilisasi dilakukan di laboratorium dengan menggunakan autoclave. Autoclave melakukan sterilisasi dengan menggunakan panas lembab. Keuntungan penggunaan panas lembab dalam proses sterilisasi adalah kelembaban mempermudah proses denaturasi protein sel kontaminan. Autoclave dioperasikan pada tekanan 15 psia dan temperatur 121 oC selama 15 menit. Pada saat sterilisasi beberapa lubang pada fermentor ditutup dengan kapas. Tujuannya adalah untuk mengalirkan udara panas dari dalam fermentor sehingga tidak terjadi tekanan yang terlalu tinggi di dalam fermentor selama sterilisasi. Sedangkan tujuan lain penggunaan kapas adalah agar kehilangan uap air selama sterilisasi minimal. Hal yang perlu ditekankan pada sterilisasi medium ini adalah larutan nutrisi tidak boleh disterilisasi bersamaan dengan larutan glukosa agar tidak terjadi proses karamelisasi. Karamelisasi disebut juga proses reduksi Maillard. Proses ini terjadi karena gugus karbonil pada glukosa bereaksi dengan gugus amonium atau protein dari medium Modul 1.07 Teknik Fermentasi Halaman 7 dar 24
  • 8. Panduan Pelaksanaan Laboratorium Instruksional I/II Departemen Teknik Kimia ITB sehingga membentuk nitrogen hitam. Senyawa ini tidak dapat dioksidasi mikroba dan disebut unfermented substrate. Akibat reaksi ini glukosa tidak dapat diuraikan oleh sel ragi, bahkan menjadi inhibitor terhadap sel ragi tersebut. Reaksi karamelisasi glukosa ini berlangsung sebagai berikut: R-COH + NH2-R’ → R-COH-NH2 + produk lain Karena itu, proses sterilisasi dilakukan terpisah. Larutan nutrisi dimasukkan dalam fermentor dan disterilisasi sekaligus bersama fermentornya. Larutan glukosa disterilisasi sendiri dalam erlenmeyer. Setelah fermentor dan medium steril dingin, larutan glukosa steril dimasukkan secara aseptik ke dalam fermentor. Kemudian pH diatur sampai 4,5 dengan menambahkan HCH steril 1 N. Nilai 4,5 adalah pH optimum pertumbuhan ragi. Tahap Penyiapan Inokulum Setelah seluruh alat dan bahan steril, dilakukan inokulasi Saccharomycess cereviceae dari biakan murni. Yang digunakan sebagai inokulum adalah biakan ragi pada agar miring. Komposisi medium starter adalah sama dengan komposisi media fermentasi dengan penambahan growth factor. Inokulum tersebut dimasukkan dalam campuran larutan nutrisi dan substrat yang diambil sebagian dari fermentor dan dimasukkan dalam labu erlenmeyer 150 mL. Tujuan dibiakkannya ragi dalam starter adalah mengadaptasikan sel terhadap media fermentasi. Dengan adanya adaptasi pada starter ini diharapkan lag phase sebagai tahap awal fermentasi dilewati. Biakan diusahakan tepat berada pada akhir fasa logaritmik. Dengan demikian pertumbuhan sel ragi akan maksimum dalam waktu yang relatif singkat. Inokulasi Sacchromycess cereviceae dilakukan secara aseptis untuk menjaga kemurnian biakan. Setelah dimasukkan dalam medium, inokulum tersebut diletakkan dalam alat shaker selama, paling cepat, 16 jam. Fungsi shaker adalah mempermudah difusi oksigen ke dalam medium sehingga kontak antara dan inokulum makin banyak dan homogen. Hal ini penting dilakukan untuk menjaga kondisi biakan tetap aerobik. Jika difusi oksigen dalam medium lancar, kadar DO (oksigen terlarut) dalam medium akan cukup mendukung pertumbuhan sel secara aerobik. Jika sel hidup secara aerobik, biomassa baru akan lebih banyak terbentuk daripada etanol. Dengan demikian pada akhir masa inkubasi shaker ini diharapkan juga sel sudah berada pada akhir fasa logaritmik. Modul 1.07 Teknik Fermentasi Halaman 8 dar 24
  • 9. Panduan Pelaksanaan Laboratorium Instruksional I/II Departemen Teknik Kimia ITB Tahap Pelaksanaan Fermentasi Tahap ini dimulai saat inokulum yang telah beradaptasi dalam medium dimasukkan dalam medium di fermentor. Pada praktikum ini fermentor yang dipakai bervolume 5 liter. Fermentor adalah suatu reaktor yang dipersiapkan untuk melakukan reaksi fermentasi yang dilengkapi dengan pengaduk, saluran aerasi, dan perlengkapan lainnya. Pelaksanaan fermentasi dilakukan dengan cara sebagai berikut: 1. Nutrisi, substrat, dan inokulan dimasukkan ke dalam fermentor yang dilakukan secara aseptis. Nutrisi dimasukkan ke dalam fermentor sebelum disterilisasi dalam autoclave. Substrat dan inokulan dimasukkan dengan cara memanaskan mulut inlet dengan kapas yang dibakar kemudian medium dan inokulum dimasukkan ke dalam fermentor. 2. Kemudian dilakukan kecepatan aerasi dan agitasi. Aerasi berfungsi sebagai penyuplai oksigen untuk sel ragi dalam bentuk gelembung gas. Aerasi diatur pada kecepatan skala 9. Laju oksigen yang disuplai ke dalam fermentor dijaga stabil. Fluktuasi laju alir oksigen ini dapat menurunkan unjuk kerja fermentor karena laju transfer O2 tidak tetap sehingga metabolisme sel ragi terganggu karena kadar DO yang tidak stabil. Agitasi berfungsi sebagai alat penghomogen larutan fermentasi. Agitasi dilakukan pada kecepatan 600 rpm. Pengadukan dilakukan oleh impeller yang berjumlah 3 buah. Semakin banyak impeller di dalam fermentor semakin homogen larutan tersebut. Laju alir udara dan pengadukan saling terkait satu sama lain. Pengaliran udara berfungsi untuk menjaga suplai oksigen agar tetap sedangkan pengadukan akan meningkatkan laju dispersi oksigen ke dalam larutan dan meratakan kadar oksigen di seluruh medium fermentasi. Di pinggiran fermentor juga terdapat baffle yang berfungsi mencegah terjadinya vortex (pusaran air) sehingga dapat meningkatkan efisiensi aerator. Pengaturan udara keluar dan masuk fermentor dilakukan sedemikian rupa sehingga kontaminasi dapat diminimalkan, yaitu dengan cara menggunakan filter mikroba kapas pada aliran masuk dan menggunakan larutan CuSO4 yang bersifat oligodinamik dan mampu membunuh mikroba kontaminan. Pencampuran inokulum ke dalam medium fermentor dilakukan secara aseptik dengan menyalakan api di sekitar tempat pemasukan inokulum. Sebaiknya, sebelum proses fermentasi dimulai, ke dalam medium fermentor ditambahkan zat antifoam yang Modul 1.07 Teknik Fermentasi Halaman 9 dar 24
  • 10. Panduan Pelaksanaan Laboratorium Instruksional I/II Departemen Teknik Kimia ITB berfungsi mencegah terjadinya foaming. Zat antifoam yang banyak digunakan di industri adalah silicon. Foaming terjadi karena protein terdenaturasi dalam medium fermentasi. Selain menggunakan zat kimia, foaming juga dapat dicegah secara mekanik dengan mengatur putaran agitator. Hal ini lebih sering dilakukan karena zat kimia yang terlalu banyak ditambahkan ke dalam medium dapat menjadi inhibitor bagi pertumbuhan mikroba. Pada awal fermentasi diusakan pH medium adalah 4,5 yang optimal bagi pertumbuhan ragi. Selama fermentasi pH medium sangat mungkin mengalami penurunan karena terbentuknya asam organik sebagai produk samping fermentasi. Karena itu pH medium harus dipantau, jangan sampai terlalu drop yang akan mengakibatkan sel ragi mati. Pengambilan dan Pengujian Sampel Dalam percobaan fermentasi ini sampel untuk analisis diambil dari outlet sample yang disebut sampling point. Untuk mencegah kontaminasi udara luar dan menjamin bahwa sampel yang dianalisis adalah medium yang representatif pada kondisi tepat saat pengambilan sampel tanpa terpengaruh kotoran dan sampel sebelumnya yang mungkin ada di aliran sampling point, maka 5 mL pertama dari sampel harus dibuang. Analisis yang diperlukan untuk percobaan ini adalah konsentrasi glukosa dan konsentrasi ragi setiap waktu. Penentuan konsentrasi sel ragi dan glukosa dilakukan dengan analisis spektrofotometri. Prinsip spektrofotometeri adalah analisis turbidometri. Prinsip turbidometeri adalah menganalisis konsentrasi suatu zat berdasarkan kekeruhannya dibanding sampel blanko yang dianggap nilai 0 absorban atau full scale transmitan, atau tidak mengandung konsentrasi zat yang dianalisis. Pada penentuan konsentrasi sel ragi kekeruhan disebabkan oleh suspensi sel ragi. Blanko yang digunkan adalah larutan medium yang persis sama dengan medium fermentor, tetapi yang tidak dipakai sebagai medium pertumbuhan ragi. Analisis dilakukan dengan mengambil data absorbansi. Untuk membuat kurva pertumbuhan diperlukan kurva baku untuk mengkorelasikan antara konsentrasi sel terhadap absorbans. Panjang gelombang yang digunakan untuk menganalisis konsentrasi sel adalah 600 nm. Sampel untuk analisa konsentrasi glukosa harus disentrifugasi terlebih dahulu untuk mengendapkan semua sel ragi sedemikian sampai larutan medium terlihat jernih sehingga tidak mengganggu pancaran sinar saat diperiksa dengan spektrofotometri. Modul 1.07 Teknik Fermentasi Halaman 10 dar 24
  • 11. Panduan Pelaksanaan Laboratorium Instruksional I/II Departemen Teknik Kimia ITB Sentrifugasi dilakukan selama 15 menit dengan kecepatan putaran 5000 rpm. Hasil sentrifugasi adalah supernatan di bagian atas yang berupa cairan yang mengandung glukosa residu (belum terkonsumsi sel ragi) dan endapan sel ragi di bagian bawah. Jangkauan konsentrasi sampel yang dapat dideteksi akurat oleh spektrofotometri sangat pendek. Karena itu larutan supernatan glukosa yang telah terpisah dari sel ragi harus diencerkan dahulu. Data absorbansi spektofotometri dengan reagen Somogyi- Nelson baru akurat pada konsentrasi 20-150 ppm. Analisis pertama dilakukan dengan penambahan Somogyi 1 (yang mengandung Na2SO4 anhidrat, KNa tartrat, Na2CO3, NaHCO3 ) yang berfungsi memberi kondisi basa, dan larutan Somogyi 2 yang mengandung Cu SO4. Saat bereaksi dengan Somogyi 2 glukosa akan teroksidasi. Gugus karbonil glukosa akan teroksidasi menjadi karboksilat sementara Cu2+ akan tereduksi menjadi Cu+. Reaksi redoks tersebut dalam kesetimbangan akan menjadi: Karbonil + Cu2+ + basa → Karboksilat + Cu2O + H+ Reaksi redoks ini hanya dapat berlangsung pada kondisi panas. Karena itu setelah supernatan ditambahi Somogyi 2 campuran harus dipanaskan sampai reaksi mencapai kesetimbangan. Reaksi oksidasi dihentikan dengan mendinginkan secara tiba-tiba campuran tersebut dalam es batu. Analisis dilanjutkan dengan penambahan reagen Nielson yang mengandung ansenomolibdate berwarna kuning. Penambahan Nielson dimaksudkan untuk mengubah karboksilat yang ada menjadi gas CO2. Untuk mengeluarkan gas ini, campuran harus dikocok. Setelah penambahan Nielson, larutan akan berubah warna dari biru menjadi kuning. Campuran yang telah bebas CO2 tersebut dianalisis dengan spektrofotometri. Untuk penentukan konsentrasi glukosa digunakan panjang gelombang 520 nm. Panjang gelombang ini sesuai dengan intensitas warna larutan yang berwarna hijau. Konsentrasi glukosa ditentukan dengan bantuan kurva baku absorbasn terhadap konsentrasi glukosa. Penentuan Growth Yield Perolehan biomassa yang menunjukkan produktivitas proses fermentasi dinyatakan sebagai perolehan (Yield). Growth yield ini dinyatakan dengan persamaan: X − X 0 S − S = Δ Y - X S Δ = 0 dimana: X = massa sel saat t X0 = massa sel awal Modul 1.07 Teknik Fermentasi Halaman 11 dar 24
  • 12. Panduan Pelaksanaan Laboratorium Instruksional I/II Departemen Teknik Kimia ITB S = massa glukosa saat t S0 = massa glukosa awal Penentuan Laju Pertumbuhan Spesifik Maksimum (μmaks) Laju pertumbuhan spesifik mikroorganisme (μ) diformulasikan sebagai: dX X dt μ = 1 Nilai μ akan bernilai maksimum bila dX dt bernilai maksimum. dX dt adalah gradien kurva pertumbuhan yang mununjukkan jumlah sel ragi setiap waktu. Nilai dX dt maksimum pada fasa logaritmik, dimana terlihat jumlah mikroba paling tinggi dan konstan selama beberapa saat. V. Rancangan Percobaan V.1 Perangkat dan Alat Ukur 1. Fermentor batch seperti pada Gambar 2 2. Labu erlenmeyer 3. Spektrofotometer V.2 Bahan/ Zat Kimia 1. Glukosa 2. Bahan-bahan nutrisi 3. Biakan mikroba dalam agar miring Modul 1.07 Teknik Fermentasi Halaman 12 dar 24
  • 13. Panduan Pelaksanaan Laboratorium Instruksional I/II Departemen Teknik Kimia ITB Sensor suplai udara Aerator 7 Inlet Udara Outlet Hole/ Sampling Point Motor Sensor Putaran Inlet Hole Liquid level 1 2 Impeller 3 Sparger 4 Filter Mikroba 5 Baffle Gambar 2 Perangkat Alat dan Instrumentasi Modul Fermentasi Keterangan Gambar: 1. Inlet adalah tempat memasukkan inokulan dan medium 2. Pengaduk/impeller adalah alat untuk mendispersikan semua komponen di dalam larutan sehingga larutan dalam fermentor menjadi homogen 3. Sparger adalah alat pemecah gelembung-gelembung udara agar gelembung udara yang terbentuk berukuran kecil sehingga luas permukaan interfasanya lebih besar sehingga laju difusi oksigen ke dalam lerutan labih cepat dan kadar oksigen terlarut meningkat 4. Filter mikroba adalah penyaring kontaminan mikroba dari udara kompresor yang masuk. Filter yang digunakan adalah kapas. 5. Baffle adalah lempengan tipis di dinding fermentor yang bertujuan menghasilkan aliran turbulen dan mencegah terbentuknya vorteks. 6. Sampling point adalah saluran tempat sampel diambil. 7. Inlet udara adalah tempat udara aerasi masuk ke dalam fermentor. Modul 1.07 Teknik Fermentasi Halaman 13 dar 24
  • 14. Panduan Pelaksanaan Laboratorium Instruksional I/II Departemen Teknik Kimia ITB V.3 Prosedur Kerja V.3.1 Penyiapan Medium Proses penyiapan medium dilakukan mengikuti diagram kerja yang ditunjukkan pada Gambar 3 Komponen-komponen Nutrisi Masukkan Labu Kocok Campurkan, Larutkan dalam air, Aduk Larutan Nutrisi untuk Medium Tambah asam/basa, atur sampai pH 4,5 Larutan Nutrisi pH 4,5 Masukkan Fermentor Larutan Substrat untuk Medium Masukkan Autoclave Glukosa Labu Kocok Atur suhu 121 oC dan tekanan 15 psi Sterilisasi fermentor+medium dan larutan glukosa Autoclave shut down Fermentor + Medium steril Dinginkan Keluarkan fermentor Lar. Substrat steril Gambar 3 Penyiapan Medium Modul 1.07 Teknik Fermentasi Halaman 14 dar 24
  • 15. Panduan Pelaksanaan Laboratorium Instruksional I/II Departemen Teknik Kimia ITB V.3.2 Pengembangan Kultur Ragi dalam Labu Kocok Pengembangan kultur ragi dalam labu kocok untuk fasa adaptasi dikerjakan sesuai prosedur kerja yang ditunjukkan pada Gambar 4. Isikan perlahan 2 Labu Erlenmeyer 500 mL @ 135 mL lar Nutrisi 2 Labu Erlenmeyer berisi 135 mL lar Nutrisi Larutan Substrat untuk Medium Masukkan Autoclave Glukosa Labu Kocok Atur suhu 121 oC dan tekanan 15 psi Sterilisasi lar. nutrisi dalam erlenmeyer dan larutan glukosa Lar. nutrisi steril Autoclave shut down Dinginkan Keluarkan lar. nutisi dan lar. glukosa Lar. glukosa steril Masukkan 10 mL Lar. nutrisi dengan glukosa steril Biakan ragi dalam agar miring Inokulasikan Dinginkan Lar. nutrisi dengan glukosa steril dingin Inokulum Kocak pada shaker 30 0C Kultur siap digunakan Gambar 4 Proses Pengembangan Kultur Ragi Modul 1.07 Teknik Fermentasi Halaman 15 dar 24
  • 16. Panduan Pelaksanaan Laboratorium Instruksional I/II Departemen Teknik Kimia ITB V.3.3 Proses Fermentasi Proses fermentasi ini adalah percobaan utama. Fermentasi dilakukan sesuai prosedur yang ditunjukkan pada Gambar 5 Fermentor Instalasikan dengan benar atur T = 30 0C, r =600 rpm, laju aerasi 1,5 v/v/m Fermentor siap pakai Kultur ragi yang telah didiamkan 16 jam Tuangkan secara steril dan aseptik (dekat api) Fermentasi dimulai catat waktu atur pH 4,5 Lakukan prosedur pengambilan sampel dari sampling point Sampel Gambar 5 Fermentasi Ragi dalam Fermentor Modul 1.07 Teknik Fermentasi Halaman 16 dar 24
  • 17. Panduan Pelaksanaan Laboratorium Instruksional I/II Departemen Teknik Kimia ITB V.3.4 Pengujian Sampel Pada sampel akan dianalisis konsentrasi sel ragi dan konsentrasi glukosanya. Analisis tersebut dilakukan sesuai prosedur pada Gambar 6. Fermentor Catat waktu setiap 1 jam Atur pH 4,5 Sampling Point Ambil sampel tiap 1 jam, teknik aseptik Sample Ambil 5 mL, buang Sample Ambil 10 mL Ambil 6 mL Ambil 4 mL Sampel untuk Pengukuran Konsentrasi Sel Spektrofotometer Tunggu 15 menit agar panas Atur Ambil 6 mL panjang gelombang 600 nM Jaga agar absorbansi tetap 0,2 - 0,7 Spektrofotometer siap pakai Sampel untuk Pengukuran Konsentrasi Glukosa Ukur absorbansi sampel Data absorbansi sel pada sampel Penentuan konsentrasi sel Kurva baku absorbansi vs konsentrasi sel Ambil 2 mL Sentrifugasi pada 5000 rpm, 15-20 min. Supernatan Encerkan hingga kadar glukosa dalam larutan berkisar 20-120 mg/L Supernatan Encer 1,6 mL Somogyi I 0.4 mL Somogyi II Campuran reaksi Kocok, Tutup Panaskan 10 mL Dinginkan secara cepat Masukkan ke dalam es 5 min. Campuran reaksi Analisis 2 mL Nielson 4 mL Aqua DM Kocok, hingga semua CO2 keluar Supernatan bebas CO2 Konsentrasi Sel Spektrofotometer Tunggu 15 menit agar panas Atur Ambil 6 mL panjang gelombang 520 nm Jaga agar absorbansi tetap 0,2 - 0,7 Spektrofotometer siap pakai Data absorbansi Konsentrasi Glukosa pada sampel Kurva baku absorbansi vs kons. glukosa Ukur Absorbasnsi Lar. Glukosa Konsentrasi Glukosa Gambar 6 Prosedur Pengujian Sampel Modul 1.07 Teknik Fermentasi Halaman 17 dar 24
  • 18. Panduan Pelaksanaan Laboratorium Instruksional I/II Departemen Teknik Kimia ITB V.4 Data Pengamatan Data yang diambil untuk mendapatkan kurva pertumbuhan mikroba dan kurva konsentrasi glukosa setiap waktu adalah: 1. Absorbansi / % transmitan suspensi ragi (g/mL) log [sel] Agitasi t (jam) %trans. Absorbansi [sel] (rpm) pH Aerasi 2. Absorbansi / % transmitan larutan glukosa t (jam) %trans. Absorbansi [gluksosal] (g/mL) log [glukosa] Agitasi (rpm) pH Aerasi V.5 Data Literatur Data literatur yang dibutuhkan untuk praktikum Modul teknik fermentasi antara lain: 1. Kurva baku absorbansi terhadap konsentrasi sel kering (mg/mL) 2. Kurva baku absorbansi terhadap konsentrasi glukosa (mg/mL) V.6 Langkah Perhitungan V.6.1 Pembuatan Kurva Baku Absorbansi terhadap Konsentrasi Sel dan Kurva Baku Absorbansi terhadap Konsentrasi Glukosa Sebagai contoh berikut adalah data berat sel kering terhdap absorbansi pada panjang gelombang 600 nm Berat sel kering (mg/mL) Absorbansi 0.4 0.06 1.09 0.18 1.81 0.28 2.5 0.39 3.72 0.57 5.31 0.83 5.89 0.92 6.9 1.08 7.79 1.21 8.48 1.34 Modul 1.07 Teknik Fermentasi Halaman 18 dar 24
  • 19. Panduan Pelaksanaan Laboratorium Instruksional I/II Departemen Teknik Kimia ITB Pengaluran data absorbansi terhadap berat sel kering tersebut ditunjukkan pada grafik berikut. Kurva Baku Konsentrasi Sel y = 6.379x + 0.013 R2 = 0.9997 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0 0 0.5 1 1.5 Absorbansi Konsentrasi Sel (mg/mL) Dari grafik tersebut terlihat bahwa hubungan antara absorbansi dan konsentrasi sel kering cenderung linear mengikuti persamaan: Konsentrasi sel kering = 6.379 Absorbansi + 0.013 Misalkan data hubungan absorbansi terhadap konsentrasi glukosa adalah: Konsentrasi glukosa (mg/mL) Absorbansi 0 0 20 0.198 40 0.403 60 0.595 80 0.8 100 1 120 1.213 140 1.403 Maka kurva baku bsorbansi terhadap konsentrasi glukosa adalah: Kurva Baku Konsentrasi Glukosa y = 99.447x + 0.2381 R2 = 0.9999 160 140 120 100 80 60 40 20 0 0 0.5 1 1.5 Absorbansi Konsentrasi Glukosa (mg/mL) Modul 1.07 Teknik Fermentasi Halaman 19 dar 24
  • 20. Panduan Pelaksanaan Laboratorium Instruksional I/II Departemen Teknik Kimia ITB V.6.2 Perhitungan Absorbansi Perhitungan ini dilakukan jika yang terbaca pada spektrofotometer adalah % transmitan. Persamaan yang dipakai: A = - log T V.6.3 Penentuan Konsentrasi Sel Persamaan yang dipakai: C = Faktor Kalibrasi . Absorbansi V.6.4 Penentuan Konsentrasi Glukosa Persamaan yang dipakai ;C = Faktor Kalibrasi . Faktor Pengenceran. Absorbansi V.6.5 Contoh Perhitungan Misalkan setalah 3 jam fermnetasi didapat data: - % transmitan suspensi sel adalah 64.4, tanpa pengenceran - % transmitan larutan glukosa adalah 59.4 setelah pengenceran 250 kali. Maka: - Absorbansi suspensi sel = -log 0.644 = 0.1911 - Konsentrasi suspensi sel berdasarkan kurva baku tersebut adalah: 6.379.0.1911+0.013 = 1.221 mg/mL - Absorbansi larutan glukosa = -log 0.594 = 0.2262 - Konsentrasi larutan glukosa berdasarkan kurva baku diatas dan sebelum diencerkan adalah: 250.(99.447.0.2262+0.2381)=5.6325 mg/mL V.6.6 Pembuatan Kurva Pertumbuhan Sel dan Kurva Konsentrasi Glukosa Tiap Saat Kurva pertumbuhan sel dibuat dengan mengalukan data waktu (jam) di sumbu x terhadap konsentrasi suspensi sel (mg/mL) pada sumbu y. Sedangkan Kurva pertumbuhan sel dibuat dengan mengalukan data waktu (jam) di sumbu x terhadap konsentrasi larutan glukosa (mg/mL) pada sumbu y. Modul 1.07 Teknik Fermentasi Halaman 20 dar 24
  • 21. Panduan Pelaksanaan Laboratorium Instruksional I/II Departemen Teknik Kimia ITB Misalkan diperoleh data fermentasi berikut: t (jam) %trans. Absorbansi [sel] mg/mL log [Sel] pH Aerasi Agitasi (rpm) 0 99 0.0043648 0.0408431 -1.388881 4.5 9 600 1 76 0.1191864 0.7732901 -0.1116576 4.5 7 600 2 66 0.1804561 1.1641292 0.0660012 4.5 9 600 3 61 0.2146702 1.382381 0.1406278 4.5 9 600 4 57 0.2441251 1.5702743 0.1959755 4.5 6.5 600 5 54 0.2676062 1.7200602 0.2355436 4.5 9 600 6 47 0.3279021 2.1046878 0.3231877 4.5 7.5 600 7 41 0.3872161 2.4830518 0.3949858 4 7 600 8 33 0.4814861 3.0843996 0.4891706 4 8.5 600 9 26 0.5850267 3.744885 0.5734385 4 8 600 10 21 0.6777807 4.3365631 0.6371457 4 6.5 600 11 18 0.7447275 4.7636167 0.6779368 4 7 600 12 16 0.79588 5.0899186 0.7067108 4 8 600 13 15 0.8239087 5.2687139 0.7217046 4 8 600 14 15 0.8239087 5.2687139 0.7217046 4 6.5 600 Maka Kurva Pertumbuhan Biomassa Sel adalah: Kurva Pertumbuhan Sel 6 5 4 3 2 1 0 0 2 4 6 8 10 12 14 16 Waktu (jam) Konsentrasi Sel (mg/mL) Modul 1.07 Teknik Fermentasi Halaman 21 dar 24
  • 22. Panduan Pelaksanaan Laboratorium Instruksional I/II Departemen Teknik Kimia ITB Dan berikutnya adalah hasil pengujian konsentrasi glukosa yang tertinggal dalam medium dan yang terkonsumsi. t (jam) %trans. Absorbansi Pengencaran [glukosa] residu mg/mL [glukosa] konsumsi mg/mL log [glukosa] residu mg/mL log [glukosa] kopsumsi mg/mL 0 30 0.5228787 500 0.1044736 0 -0.9810 1 32 0.49485 500 0.0988989 0.0055747 -1.0048 -2.2538 2 35 0.455932 500 0.0911583 0.0133153 -1.0402 -1.8756 3 36 0.4436975 500 0.088725 0.0157487 -1.0520 -1.8028 4 38 0.4202164 500 0.0840547 0.0204189 -1.0754 -1.6900 5 40 0.39794 500 0.0796241 0.0248496 -1.0990 -1.6047 6 42 0.3767507 500 0.0754097 0.029064 -1.1226 -1.5366 7 44 0.3565473 500 0.0713913 0.0330823 -1.1464 -1.4804 8 45 0.3467875 500 0.0694502 0.0350235 -1.1583 -1.4556 9 55 0.2596373 500 0.0521165 0.0523571 -1.2830 -1.2810 10 56 0.251812 500 0.0505601 0.0539136 -1.2962 -1.2683 11 60 0.2218487 500 0.0446006 0.0598731 -1.3507 -1.2228 12 64 0.19382 500 0.0390258 0.0654478 -1.4086 -1.1841 13 78 0.1079054 500 0.0219379 0.0825357 -1.6588 -1.0834 14 98 0.0087739 500 0.0022213 0.1022524 -2.6534 -0.9903 Dan kurva Konsentrasi Glukosa (Residu dan Konsumsi) adalah: Konsentrasi Residu dan Konsumsi Glukosa 0.12 0.1 0.08 0.06 0.04 0.02 0 0 2 4 6 8 10 12 14 16 Waktu (jam) Konsentrasi Glukosa (mg/mL) Modul 1.07 Teknik Fermentasi Halaman 22 dar 24
  • 23. Panduan Pelaksanaan Laboratorium Instruksional I/II Departemen Teknik Kimia ITB V.6.7 Penentuan Growth Yield Persamaan yang digunakan: X − X 0 S − S = Δ Y - X S Δ = 0 Dari hasil percobaan diperoleh konsumsi total glukosa selama fermentasi adalah: 10 mg/L –(500*0.0022 mg/L) = 8.9 mg/mL Sedangkan pertumbuhan total sel ragi adalah: 5.2687 mg/mL – 0.0408 mg/mL = 5.228 mg/mL Maka yield pertumbuhan proses fermentasi ini adalah: 0.587 Y = - 5.228 = 8.9 V.6.8 Penentuan Laju Pertumbuhan Spesifik Maksimum Persamaan yang digunakan: fasa logaritmik lnX - lnX awal akhir   μ = maks t   Δ Pada kurva logaritmik pertumbuhan sel berikut ini terlihat bahwa fasa logaritmik berlangsung pada jam ke-4 sapai jam ke-11. Saat itu ln X4 = 0.1959 dan ln X11 = 0.6779. Kurva Pertumbuhan Sel 1 0.5 0 -0.5 -1 -1.5 0 2 4 6 8 10 12 14 16 Waktu (jam) Log Konsentrasi Sel Modul 1.07 Teknik Fermentasi Halaman 23 dar 24
  • 24. Panduan Pelaksanaan Laboratorium Instruksional I/II Departemen Teknik Kimia ITB Maka dapat diperkirakan: 0.069 sel/jam 0.6779 - 0.1959  μ =   = maks 7  Daftar Pustaka 1. Bailey, J.E., and Ollis, D.F., Biochemical Enginering Fundamentals, McGraw-Hill Kogakusha Ltd., Tokyo, 1987 2. Soeryo, W, Kinetika Pertumbuhan Mikroba. Modul 1.07 Teknik Fermentasi Halaman 24 dar 24