Makalah ini membahas tentang kebutuhan nutrisi dan pertumbuhan mikroorganisme. Mikroorganisme membutuhkan nutrisi seperti karbon, nitrogen, fosfor, dan sulfur untuk pertumbuhan dan reproduksi. Terdapat empat fase pertumbuhan mikroba yaitu fase lag, fase eksponensial, fase stasioner, dan fase kematian. Pengendalian pertumbuhan mikroba dilakukan untuk mencegah penyakit dan gangguan, serta dapat dil
1. BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Makhluk hidup memiliki ukuran yang berbeda-beda. Ukuran tersebut dalam
kehidupannya dapat dilihat oleh mata telanjang dan ada yang tidak dapat langsung dilihat
oleh mata telanjang. Oleh karena itu untuk melihat makhluk tersebut yaitu dengan
menggunakan alat pembesar seperti mikroskop ataupun loop. Karena itulah makhluk
yang dilihat dengan mikroskop tersebut disebut sebagai mikroorganisme dikarenakan
ukurannya yang terlalu kecil.
Tetapi biarpun ukurannya kecil, mikroorganisme juga memiliki kebutuhan layaknya
makhluk hidup yang lain. Kebutuhan tersebut dapat berupa fisik maupun kimia. Selain
itu, mikroorganisme juga melakukan proses perkembangbiakkan. Proses
perkembangbiakkan dilakukan oleh mikroorganisme agar mereka tidak punah. Dalam
pertumbuhan mikroorganisme, mereka memiliki beberapa fase pertumbuhan sel dan
pertumbuhan mikroorganisme dapat dikendalikan oleh beberapa cara.
Dalam makalah ini akan dibahas tentang kebutuhan kimia mikroorganisme khususnya
tentang kebutuhan nutrient mikroorganisme. Selain itu, akan dibahas pula tentang proses
pertumbuhan mikroba dan metode pengendalian pertumbuhan mikroba.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan pembuatan makalah ini, yaitu:
1. Mengetahui kebutuhan nutrisi mikroorganisme dan fungsinya.
2. Mengetahui proses pertumbuhan mikroba.
3. Mengetahui metode pengendalian mikroba.
2. BAB II
PEMBAHASAN
2.1 KEBUTUHAN NUTRISI MIKROORGANISME
Mikroorganisme merupakan makhluk hidup berukuran kecil. Walaupun mikoorganisme
tersebut kecil tetapi mikroorganisme juga memiliki kebutuhan dan pertumbuhan
hidupnya. Adapun kebutuhannya berupa kebutuhan fisik maupun kimia.
Kebutuhan fisik berupa kebutuhan: suhu, Ph dan tekanan osmotik.
Kebutuhan kimia berupa kebutuhan nutrisi bagi pertumbuhan hidupnya.
Adapun kebutuhan kimianya, yaitu :
a. Carbon (C)
b. Nitrogen (N), Sulfur (S) dan Fosfor (P).
1. Kebutuhan Carbon (C)
Berdasarkan kebutuhan carbon, mikroorganisme dikelompokkan menjadi 2
kelompok, yaitu:
a. Heterotrof, yaitu mikroorganisme yang dapat menghasilkan makanannya sendiri
yang diperoleh dari udara (memerlukan C organik)
b. Autotrof, yaitu mikroorganisme yang tidak dapat menghasilkan makanannya
sendiri (memerlukan C anorganik)
Sumber karbon untuk mikroorganisme dapat berbentuk senyawa organik maupun
anorganik. Senyawa organik meliputi karbohidrat, lemak, protein, asam amino, asam
organik, garam asam organik, polialkohol, dan sebagainya. Senyawa anorganik
misalnya karbonat dan gas CO2 yang merupakan sumber karbon utama terutama
untuk tumbuhan tingkat tinggi.
3. 2. Nitrogen (N), Sulfur (S) , dan Fosfor (P)
Nitrogen (N) dibutuhkan karena protein tersusun dari asam amino. Ketiga unsur
nutrisi ini berfungsi untuk mensintesis protein, mensintesis DNA dan RNA, dan
untuk mensintesis ATP.
Fosfor berfungsi untuk mensintesis untuk mensintesis asam-asam nukleat, fosfolipida
pada membran sel dan ditemukan dalam ikatan energi pada ATP.
Bakteri juga membutuhkan potasium, magnesium, dan kalsium sebagai kofaktor bagi
enzim. Kofaktor berfungsi untuk mengaktifkan enzim.
Adapun fungsi-fungsi nutrisi bagi mikroorganisme, antara lain:
H : Penyusun air sel, bahan organik sel
O : Penyusun air sel, bahan organik sel, sebagai O2, aseptor elektron dalam respirasi
aerob.
C : Penyusun bahan organik sel
N : Penyusun protein, asam nuklein, koensim
S : Penyusun protein, beberapa koensim.
P : Penyusun as.nuklein, fosfolipid, koensim
K : Kofaktor beberapa ensim
Mg : Kation seluler, kofaktor anorganik untuk reaksi ensimatik (termasuk
pembentukan ATP), pengikatan ensim pada substrat, penyusun khlorofil.
Mn : Kofaktor anorganik untuk beberapa ensim, kadang sebagai pengganti Mg.
Ca : Kation seluler, kofaktor untuk beberapa ensim (ex. Ensim proteinase)
Fe : Penyusun sitokhrom dan protein, kofaktor untuk sejumlah ensim.
Co, Cu, Zn dan Mo: Penyusun Vit.B12 dan derivatnya. Unsur anorganik penyusun
ensim.
Berdasarkan kebutuhan O2, maka mikrooganisme dikelompokkan menjadi 3
kelompok, yaitu:
a. Aerobik obligat: mikroorganisme yang menggunakan O2 bebas sebagai satu-satunya
aseptor hidrogen dalam proses respirasi.
Contohnya: Bacillus anthraxis dan mikro bakterium tubercolosis
b. Aerob fakultatif: mikroorganisme yang hidup pada daerah aerob ataupun anaerob.
Contohnya: E. Coli
c. Anaerob Obligat: mikrorganisme yang tidak dapat menggunakan O2 bebas
sebagai aseptor hidrogen dalam proses respirasi.
Contohnya: Clostridum Botulilum
4. 2.2 PROSES atau FASE-FASE PERTUMBUHAN SEL MIKROBA
Pertumbuhan mikroba merupakan pertambahan jumlah sel bukan ukuran dari mikroba
tersebut. Pertumbuhan mikroba secara koloni (berkelompok).
BAKTERI
BEREPRDUKSI
PEMBELAHAN BINER (BINARY FISSION)
(MEMBELAH MENJADI 2 BAGIAN)
Ada 3 tahap pertumbuhan sel mikroba, yaitu:
PEMANJANGAN & DUPLIKASI KROMOSM DNA
DINDING & MEMBRAN SEL BERTUMBUH KE DALAM
(DIMULAI DARI 1 TITIK DIANTARA 2 DAERAH DALAM KROMOSOM DNA)
KEDUA DINDING SEL MENCEKUNG BERTEMU
SEHINGGA TERBENTUKLAH 2 INDIVIDU SEL
Adapun fase-fase pertumbuhan mikroorganisme, yaitu:
a. Fase tenggang (lag fase) adalah periode penyesuaian pada lingkungan, lamanya fase
ini tergantung pada macam bakteri, umur biakan dan nutrien yang terdapat dalam
medium. Sel mulai mensintesis enzim yang dapat dirangsang dan menggunakan
cadangan makanan.
Pada fase ini sedikit sekali perubahan jumlah sel.
b. Fase esponensial adalah sel mulai membelah dan memasuki periode pertumbuhan.
Merupakan fase paling aktif diantara fase-fase lainnya.
5. c. Fase kematian adalah jumlah bakteri yang mati lebih tinggi daripada jumlah bakteri
yang dihasilkan.
2.3 METODE PENGENDALIAN PERTUMBUHAN MIKROBA
Pengendalian mikroba dilakukan untuk:
1. Mencegah penyebaran penyakit dan infeksi.
2. Membasmi mikroorganisme pada inang yang terinfeksi.
3. Mencegah pembusukan dan perusakan bahan oleh mikroorganisme.
Kondisi yang mempengaruhi pengendalian mikroba adalah:
Temperature
Jenis mikroba
Struktur fisiologis, dan
Lingkungan.
Pengendalian dapat dilakukan dengan cara:
a. Sterilisasi
Proses pembinasaan seluruh bentuk kehidupan dari mikroba pada sebuah objek atau
didalam suatu material.
b. Disinfeksi
Proses pembinasaan patogen vegetatif namun tidak termasuk endospora dan virus.
Bakteri yang menghasilkan endospora contohnya Bacillus anthraxis.
c. Bakteriostatis
Suatu kondisi pertumbuhan bakteri dan multiplikasinya dihambat, namun bakteri
tersebut tidak mati.
d. Asepsis
Kondisi ketiadaan patogen pada suatu obyek atau daerah. Teknik aseptik dirancang
dengan tujuan untuk mencegah masuknya patogen ke dalam tubuh. Filtrasi udara,
sinar UV, penggunaan masker, sarung tangan, dan sterilisasi peralatan merupakan
keseluruhan faktor yang dibutuhkan untuk mencapai asepsis.
6. e. Sanitasi
Mengurangi patogen pada peralatan makan untuk mengamankan kesehatan
masyarakat dengan cara pencucian secara mekanik/kimia.
f. Status fisiologis
Bakteri dalam pertumbuhan mudah terbunuh karena sel-sel belum tumbuh secara
sempurna. Ketika mikroba telah membentuk endospora, endospora tersebut bersifat
lebih resisten dibanding sel vegetati. Contohnya Endospora clostridiumbotulinom
tahan dalam air mendidih selama berjam-jam. Umumnya Endospora
clostridiumbotulinom tinggal dibawah tanah.
g. Lingkungan
Dengan menggunakan tingkat keasaaman Ph.
h. Kinerja dari agen-agen pembunuh mikroba target utamanya membran sel.
Targetnya membran sel karena membran sebagai pelindung dan sebagai alat transpor.
Agen-agen ini merusak protein dan asam-asam nukleat sehingga bakteri baru tidak
dapat berkembang. Kerusakan ikatan tersebut mengakibatkan denaturasi protein dan
dapat terjadi kerusakan pada DNA dan RNA (DNA dan RNA merupakan pebawa
pesan genetik).
i. Metode-metode fisik dalam kontrol mikroba
- Panas
Panas dibagi atas 2, yaitu: Bentuk panas basah (bersentuhan langsung dengan
cair).
Panas kering (terhadap uap air)
- Konsep titik mati panas
Thermal Death Point: temperature terendah yang diperlukan untuk membunuh
mikroorganisme di dalam suatu supensi cair dalam 10 menit.
Thermal Death Time: waktu minimum yang dibutuhkan untuk membunuh semua
bakteri di dalam suatu medium cair pada suhu tertentu.
- Panas uap (1000C)
j. Pasteurisasi
Dengan menggunakan suhu rendah yaitu 63OC
Louis pasteur dengan melakukan percobaan yaitu pencegahan kerusakan bir dan
anggur dengan menggunaka pemanasan yang cukup untuk mikroba. Dengan
menggunakan suhu yang rendah saja karena jika dengan menggunakan suhu yang
tinggi maka akan dapat merusak warna.
7. k. HTST (High Temperature Short Time)
Dengan menggunakan suhu 72˚ C dengan waktu 15 detik.
l. LTLT (Long Temperature Long Time)
Dengan menggunakan suhu 61˚ C dengan waktu 30 menit.
m. UHT (Ultra High Temperature)
Dengan menggunakan suhu 131˚ C dengan waktu 0,5 detik. Biasanya UHT ini
digunakan pada produsen susu kemasan).
n. Sterilisasi panas kering
- Pembakaran langsung (direct flaming)
- Pekerjaan di laboratorium mikrobiologi ketika mensterilkan loop inokulasi.
o. Sterilisasi udara panas: bahan-bahan yang akan disterilkan di tempatkan di dalam
sebuah oven. Dengan menggunakan suhu 170˚C dengan waktu 2 jam.
p. Autolavisasi
Digunakan untuk sterilisasi alat-alat filtrasi atau penyinaran mikroba.
Temperatur yang digunakan rendah tergantung pada jenis mikroba dan intesitas
aplikaisnya.
q. Tekanan osmosis
Penggunaan larutan garam dan gula berkonsentrasi tinggi dalam pengawetan
makanan didasarkan pada efek tekanan osmosis.
r. Radiasi ionisasi, contohnya sinar gamma
Metode ini dilakukan untuk menyeleksi disinfektan.
Jenis-jenis disinfektan:
- Fenol dan fenolik
Fenol (asam karbol) dengan konentrasi 1% fenol memiliki efek anti bakterial.
- Hologen
Memiliki efektivitas antimikroba baik sendiri-sendiri ataupun dalam kombinasi:
Clorine (C2) & Iodine (I2)
- Alohol untuk merusak protein. Contohnya etanol dan isopropanol.
Kosentrasi optimum yang direkomendasikan untuk ethanol yaitu 70%. Ethanol
bersifat kurang efektif dibanding larutan ethanol.
- Senyawa logam berat
Contohnya: perak, merkuri, dan koper dapat bersifat germisidas atau antisptik.
- Silver digunakan sebagai antiseptik pada (1%) siver nitrate.
Larutan ini bersifat baktericidal bagi sebagian besar organisme.
8. - Aldehida
- Formaldehida
- Formalin
- Agen oksidasi
Agen-agen oksidatif, contohnya ozone (O3)
- Hidrogen peroksida digunakan pada industri makanan untuk pangepakan yang
aseptik.
9. BAB III
PENUTUP
Kesimpulan:
Mikroorganisme merupakan makhluk hidup yang berukuran kecil. Dalam
pertumbuhannya meikroorganisme membutuhkan nutrisi untuk kelangsungan hidupnya.
Nutrisi tersebutlah yang berguna untuk memberikan energi dan membantu mikroba untuk
melaksanakan aktivitasnya. Dengan nutrisi yang terpenuhi maka mikroba akan bereproduksi
agar generasi mereka tidak punah. Ada 4 fase pertumbuhan mikroba, yaitu fase lag, fase
esponensial, fase stasioner, da fase kematian.
Mikroba umumnya ada yang bersifat baik maupun buruk. Mikroba yang membawa
dampak buruk tersebut harus dikendalikan perkembangannya. Sehingga tidak dapat
menganggu makhluk hidup lainnya. Pengendalian pertumbuhan mikroba dilakukan dengan
berbagai cara. Pengendalian tersebut memiliki 3 tujuan khusus, yaitu mencegah penyebaran
penyakit dan infeksi, membasmi mikrorganisme pada inang yang terinfeksi, dan mencegah
pembusukan dan perusakan bahan oleh mikroorganisme. Dengan demikian, maka
mikroorganisme tidak dapat mengganggu kelangsungan makhluk hidup lainnya.
10. DAFTAR PUSTAKA
Anonymous.2008.faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mikroba. http://rachdie.blogsome.com.
diakses tanggal 25 desember 2008.
Anonymous.2008.mikroorganisme.http://www.wikipedia.com. diakses tanggal 25 desember 2008.
Anonymous.2008.nutrisi mikroorganisme.http.//www.google.com diakses tanggal 25 desember 2008.
Budiyanto, agus. K.2008.hand out-3.nutrisi mikroorganisme.umm press.Malang.
Waluyo, lud.2008.Buku petunjuk praktikum mikrobiologi umum.umm press.Malang