Permasalahan ini semakin kompleks di lapangan karena arah kebijakan nasional dalam hal pengendalian alih fungsi lahan pertanian sering bertabrakan dengan kebijakan pemerintah daerah yang lebih memprioritaskan kepentingan lokal dan kebijakan daerah. Walaupun penerapan kebijakan pengendalian alih fungsi lahan masih dipandang cukup efektif dalam membatasi penggunaan lahan sawah bagi kegiatan nonpertanian (seperti mekanisme perijinan lokasi dan penerapan Rencana Tata Ruang Wilayah), namun ternyata masih banyak prilaku “spekulan tanah” yang tidak terjangkau oleh penerapan kebijakan tersebut.
Presentasi oleh Mas Achmad Santosa, disampaikan pada Diskusi Terbatas Mengenai Revisi PERMENTAN No. 26 Tahun 2007 Tentang Pedoman Pemberian Izin Usaha Perkebunan. Diselenggarakan oleh ELSAM, Sawit Watch, SPKS, dan PILNET di Jakarta, 29 Mei 2013.
Permasalahan ini semakin kompleks di lapangan karena arah kebijakan nasional dalam hal pengendalian alih fungsi lahan pertanian sering bertabrakan dengan kebijakan pemerintah daerah yang lebih memprioritaskan kepentingan lokal dan kebijakan daerah. Walaupun penerapan kebijakan pengendalian alih fungsi lahan masih dipandang cukup efektif dalam membatasi penggunaan lahan sawah bagi kegiatan nonpertanian (seperti mekanisme perijinan lokasi dan penerapan Rencana Tata Ruang Wilayah), namun ternyata masih banyak prilaku “spekulan tanah” yang tidak terjangkau oleh penerapan kebijakan tersebut.
Presentasi oleh Mas Achmad Santosa, disampaikan pada Diskusi Terbatas Mengenai Revisi PERMENTAN No. 26 Tahun 2007 Tentang Pedoman Pemberian Izin Usaha Perkebunan. Diselenggarakan oleh ELSAM, Sawit Watch, SPKS, dan PILNET di Jakarta, 29 Mei 2013.
Presentation for the defense of my undergraduate thesis titled "Application of Sustainable Development Principle on the Geothermal Producing Region (Geothermal Work Area: Mount Leuser, Mount Sorik Marapi, Mount Ciremai, and Mount Lawu). Presented in 10 January 2017 in Universitas Indonesia.
Sosialisasi Peraturan Daerah Pengelolaan Air Tanah Kota Bandung (Perda No. 3/...Dasapta Erwin Irawan
This slide was presented in May 2013 (Hotel Horizon Bandung) to socialize a new groundwater regulation of Bandung. This regulation was following the launch of a new Indonesia gov't regulation on groundwater.
Policy Paper Menuju Pemanfaatan Ruang Sumatera Selatan Yang AdilYoel Hendrawan
Pandangan Masyarakat Sipil Sumatera Selatan Terhadap Pola
Pemanfaatan Ruang di Sumatera Selatan.
Aliansi Masyarakat Sipil untuk Tata Kelola Hutan & Lahan yang Baik di Sumsel.
WBH SUMSEL- WALHI SUMSEL- PINUS SUMSEL- FITRA SUMSEL – SPORA INSTITUTE
LBH PALEMBANG - IMPALM – AMAN SUMSEL- JMG SUMSEL – FKMPH SUSMEL – MHI SUMSEL – KOBAR9 - RIMBA INSTITUTE - DEPATI INSTITUTE - KHATULISTIWA HIJAU – KKDB BANYUASIN – FMS KIP BANYUASIN -PMP2D BANYUASIN - KPPM MUBA - LSM PBB MUBA – FORUM SILAMPARI MURA – LPLH MURA – YAYASAN BAKAU OKI – P3LH OKI – FORUM KONTAMINASI MUARA ENIM.
Dipresentasikan dalam acara Webinar Nasional “Kajian Kubah Gambut dan Penerapan Metode Paludikultur dalam Rehabilitasi dan Restorasi Lahan Gambut”, 22 Desember 2020.
Tantangan dalam pengelolaan ekosistem gambut di IndonesiaCIFOR-ICRAF
Challenges in managing peatland and mangrove ecosystems
In this session, the speaker emphasized the management of peatland ecosystems in Indonesia with a lot of examples from the field. Based on the regulation, the speaker further explores the implications of Ministerial Regulations related to peatland conservation and restoration to meet climate change objectives.
Speaker: I Nyoman Suryadiputra, Direktur, Wetlands International Indonesia
Event: Webinar "Menata Peta Jalan Perencanaan untuk Implementasi Program Nasional PME (Peatland and Mangrove Ecosystems)"
Date: May 15, 2020
Presentation for the defense of my undergraduate thesis titled "Application of Sustainable Development Principle on the Geothermal Producing Region (Geothermal Work Area: Mount Leuser, Mount Sorik Marapi, Mount Ciremai, and Mount Lawu). Presented in 10 January 2017 in Universitas Indonesia.
Sosialisasi Peraturan Daerah Pengelolaan Air Tanah Kota Bandung (Perda No. 3/...Dasapta Erwin Irawan
This slide was presented in May 2013 (Hotel Horizon Bandung) to socialize a new groundwater regulation of Bandung. This regulation was following the launch of a new Indonesia gov't regulation on groundwater.
Policy Paper Menuju Pemanfaatan Ruang Sumatera Selatan Yang AdilYoel Hendrawan
Pandangan Masyarakat Sipil Sumatera Selatan Terhadap Pola
Pemanfaatan Ruang di Sumatera Selatan.
Aliansi Masyarakat Sipil untuk Tata Kelola Hutan & Lahan yang Baik di Sumsel.
WBH SUMSEL- WALHI SUMSEL- PINUS SUMSEL- FITRA SUMSEL – SPORA INSTITUTE
LBH PALEMBANG - IMPALM – AMAN SUMSEL- JMG SUMSEL – FKMPH SUSMEL – MHI SUMSEL – KOBAR9 - RIMBA INSTITUTE - DEPATI INSTITUTE - KHATULISTIWA HIJAU – KKDB BANYUASIN – FMS KIP BANYUASIN -PMP2D BANYUASIN - KPPM MUBA - LSM PBB MUBA – FORUM SILAMPARI MURA – LPLH MURA – YAYASAN BAKAU OKI – P3LH OKI – FORUM KONTAMINASI MUARA ENIM.
Dipresentasikan dalam acara Webinar Nasional “Kajian Kubah Gambut dan Penerapan Metode Paludikultur dalam Rehabilitasi dan Restorasi Lahan Gambut”, 22 Desember 2020.
Tantangan dalam pengelolaan ekosistem gambut di IndonesiaCIFOR-ICRAF
Challenges in managing peatland and mangrove ecosystems
In this session, the speaker emphasized the management of peatland ecosystems in Indonesia with a lot of examples from the field. Based on the regulation, the speaker further explores the implications of Ministerial Regulations related to peatland conservation and restoration to meet climate change objectives.
Speaker: I Nyoman Suryadiputra, Direktur, Wetlands International Indonesia
Event: Webinar "Menata Peta Jalan Perencanaan untuk Implementasi Program Nasional PME (Peatland and Mangrove Ecosystems)"
Date: May 15, 2020
Jurnal lq ekbisAPLIKASI LOCATION QUOTIENT (LQ) SEBAGAI METODE PENENTUAN KOMOD...Ronykur Ronykur
Abstraksi
Kabupaten Nganjuk berada di dearah propinsi Jawa Timur. Daerah ini termasuk lumbung pangan karena kemajuan di sektor pertaniannya. Setiap tahun sektor pertanian mampu memberi sumbangsih yang cukup besar terhadap Produk Domestik Regional Brutto (PDRB) Kabupaten Nganjuk bahkan terus mengalami peningkatan kontribisi dalam angka yang meyakinkan setiap tahunnya. Terakhir pada tahun 2012 sektor pertanian mampu memberi konstribusi sebesar 28.14% terhadap PDRB Nganjuk. Dengan mempertimbangkan kemampuan kontribusi di sektor ini, peneliti tertarik mengangkat komoditas palawija sebagai salah satu subsektor pertanian menjadi obyek penelitian.Dengan untuk mencari komoditas yang paling unggul dalam rangka untuk semakin meningakatkan kemampuan krontribusi terhadap PDRB di kemudian. Sedangkan alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini metode location quotient (LQ). Alasan menggunakan metode ini, karena LQ sebagai alat analisis sangat efektif untuk mengetahui pertumbuhan obyek yang diolah dan pengolahan datanya sangat sederhana. Bisa menggunakan piranti lunak Microsoft Excel atau dihitung secara manual. Hasilnya dari data enam komoditas yang diolah melalui metode LQ bahwa Jagung, Kedelai, dan Kacang Tanah tergolong memiliki karakter basic. Artinya untuk jenis komoditas tersebut, hasilnya bisa didistribusikan ke kota di luar kabupaten Nganjuk. Komoditas Jagung, Kedelai dan Kacang Tanah menjadi produk yang bisa diunggulkan masyarakat Nganjuk.
Kontribusi Sektor Pertanian dan Pengaruhnya Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja ...fahda6
Penelitian mengenai kontribusi sektor pertanian dan pengaruhnya terhadap penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian di Kabupaten Temanggung. Penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar bagi pemerintah dalam merencanakan pengembangan pertanian serta penyedian lapangan kerja. Seta juga dapat menambah wawasan bagi masyarakat secara umum.
harga beras sangat mempengaruhi kesejahteraan masyarakat dan dapat meningkatkan pendapatan daerah atau PAD.
beras yang dihasilkan harus memenuhi standar mutu sehingga dapat bersaing didunia pasar
pelajaran geografi kelas 10
Geografi pada hakekatnya mempelajari permukaan bumi melalui pendekatan keruangan yang mengkaji keseluruhan gejala alam dan kehidupan umat manusia dengan kewilayahannya. Pentransformasian pengetahuan geografi lebih efektif jika disajikan melalui media peta, hal ini karena peta merupakan media yang sangat penting dalam pem-belajaran geografi. Pembelajaran Geografi pada materi “Peta tentang pola dan bentuk-bentuk muka bumi” merasa belum mampu mengoptimalkan aktivitas siswa khususnya kemampuan membaca peta sehingga ber-pengaruh pada perolehan hasil belajar. Guru merasa kesulitan mem-belajarkan konsep-konsep geografi pada siswa. Hasil identifikasi awal, ditemukan beberapa indikator penyebab diantaranya: (1) minimnya kemampuan siswa menunjukkan letak suatu tempat/lokasi geografis tertentu, (2) kurangpahamnya siswa tentang orientasi peta (menentukan arah pada peta), (3) minimnya kemampuan siswa dalam mengartikan simbol-simbol yang ada pada peta, dan (4) kemampuan siswa mengungkap informasi yang ada pada peta sangat kurang. Pelatihan melengkapi peta diharapkan dapat meningkatkan kemampuan dalam membaca peta sehingga ada peningkatan pada hasil belajar geografi.
Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca peta. Kemampuan membaca peta tersebut meliputi: (1) kemampuan menunjukkan letak suatu tempat/ lokasi geografis tertentu, (2) kemampuan mengartikan/ membaca simbol-simbol yang ada pada peta, dan (3) kemampuan memahami orientasi peta (menentukan arah pada peta).
Dalam penelitian ini digunakan desain penelitian tindakan kelas model spiral Kemmis Taggart 1999. Hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif dengan menggunakan rumus ”Gain Score” yaitu membandingkan data sebelum tindakan dengan data sesudah dilakukan tindakan. Tehnik pengumpulan data menggunakan metode observasi, wawancara, angket, dan test. Instrumen penelitian adalah peneliti dan pedoman atau pengumpul data.
Hasil penelitian dalam tindakan siklus I, II, dan III pada pembelajaran geografi (materi peta tentang pola bentuk-bentuk muka bumi) melalui pelatihan melengkapi peta setelah dilakukan refleksi, evaluasi serta analisis statistik deskriptif ternyata memperoleh peningkatan dalam hal; pertama, kemampuan membaca peta pada pra tindakan hanya memperoleh nilai 50% akan tetapi setelah dilakukan tindakan dalam setiap siklus ternyata mengalami peningkatan yaitu 56% (siklus I), 63% (siklus II), dan 72% (siklus III); kedua, proses pembelajaran geografi (materi peta tentang pola bentuk-bentuk muka bumi) pada siswa kelas IX SMP Negeri 1 Rubaru melalui pelatihan melengkapi peta pada setiap siklus juga memperoleh peningkatan yaitu 63% (siklusI), 65% (siklus II), dan 70% (siklus III); ketiga, aktivitas belajar siswa pada setiap siklus mengalami peningkatan yaitu 50% (siklus I), 65% (siklus II), dan 75% (siklus III).
Temuan penelitian ini mendukung teori perkembangan yang dikemukakan Piaget dan Vygotsky bahwa pros
Hasil dari #INC4 #TraktatPlastik, #plastictreaty masih saja banyak reaksi ketidak puasan, tetapi seluruh negara anggota PBB bertekad melanjutkan putaran negosiasi
berikutnya: #INC5 di bulan November 2024 di Busan Korea Selatan
Cerita sukses desa-desa di Pasuruan kelola sampah dan hasilkan PAD ratusan juta adalah info inspiratif bagi khalayak yang berdiam di perdesaan
.
#PartisipasiASN dalam #bebersihsampah nyata biarpun tidak banyak informasinya
“ANALISIS DINAMIKA DAN KONDISI ATMOSFER AKIBAT PENINGKATAN POLUTAN DAN EMISI...aisyrahadatul14
Pencemaran udara adalah pelepasan zat-zat berbahaya ke atmosfer, seperti polusi industri, kendaraan bermotor, dan pembakaran sampah. Dampaknya terhadap lingkungan sangat serius. Udara yang tercemar dapat merusak lapisan ozon, memicu perubahan iklim, dan mengurangi kualitas udara yang kita hirup setiap hari. Bagi makhluk hidup, pencemaran udara dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan seperti penyakit pernapasan, iritasi mata, dan bahkan kematian. Lingkungan juga terdampak dengan terganggunya ekosistem dan berkurangnya keanekaragaman hayati.
KERUSAKAN LAHAN GAMBUT ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAN STRATEGI ...d1051231039
Lahan gambut merupakan salah satu ekosistem yang unik dan penting secara global. Terbentuk dari endapan bahan organik yang terdekomposisi selama ribuan tahun, lahan gambut memiliki peran yang sangat signifikan dalam menjaga keanekaragaman hayati, menyimpan karbon, serta mengatur siklus air. Kerusakan lahan gambut dapat menyebabkan hilangnya habitat, degradasi lingkungan, dan penurunan kesuburan tanah. Kerusakan lahan gambut di Indonesia telah meningkat seiring waktu, dengan laju deforestasi dan degradasi lahan gambut yang signifikan. Menurut data, sekitar 70% dari lahan gambut di Indonesia telah rusak, dan angka tersebut terus meningkat. Kerusakan lahan gambut memiliki dampak yang luas dan serius, tidak hanya secara lokal tetapi juga global. Selain menyebabkan hilangnya habitat bagi berbagai spesies tumbuhan dan hewan yang khas bagi ekosistem gambut, kerusakan lahan gambut juga melepaskan jumlah karbon yang signifikan ke atmosfer, berkontribusi pada perubahan iklim global.Kerusakan lahan gambut memiliki dampak negatif yang luas pada masyarakat, lingkungan, dan ekonomi. Dalam jangka panjang, kerusakan lahan gambut dapat menyebabkan hilangnya sumber daya alam, penurunan kesuburan tanah, dan peningkatan risiko bencana alam.
DAMPAK PIRIT ANTARA MANFAAT DAN BAHAYA BAGI LINGKUNGAN DAN KESEHATAN.pdfd1051231033
Tanah merupakan bagian terpenting dalam bidang pertanian, peranan tanah juga sangat kompleks bagi media perakaran tanaman. Tanah mampu menopang dan menyediakan unsur hara yang sangat dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhan vegetatif dan generatif. Tanah tersusun dari bahan mineral, bahan organik, udara dan air. Bahan mineral tersusun dari hasil aktivitas pelapukan bebatuan, sedangkan bahan organik berasal dari pelapukan serasah tumbuhan akibat adanya aktivitas mikroorganisme di dalam tanah. Salah satu jenis tanah adalah tanah sulfat masam. Tanah sulfat masam ini keberadaannya di daerah rawa pasang surut. Sering kali tanah sulfat masam dijumpai pada lahan gambut terdegradasi yang mengakibatkan tanah mengandung pirit (FeS2) naik kepermukaan. Tanah sulfat masam yang mengandung pirit ini juga mengganggu pertumbuhan tanaman. Terganggunya pertumbuhan tanaman menyebabkan lahan ini nantinya akan ditinggalkan petani bila tidak dilakukan usaha perbaikan atau menjadi lahan bongkor.
ANALISIS DAMPAK DAN SOLUSI HUJAN ASAM: PENGARUH PEMBAKARAN BAHAN BAKAR FOSIL ...d1051231079
Hujan asam merupakan kombinasi ringan dari asam sulfat dan asam nitrat. Hujan asam biasanya terjadi di daerah-daerah yang padat penduduk dan banyaknya aktivitas manusia dalam kegiatan transportasi. Emisi gas SO2 dan NO2 yang berasal dari kegiatan industri dan transportasi merupakan penyebab terjadinya peristiwa hujan asam apabila emisi gas tersebut bereaksi dengan air hujan, dimana senyawa yang bersifat asam terbentuk. Emisi gas SO2 dan NO2 yang berasal dari aktivitas manusia dapat berubah menjadi nitrat (NO3 - ) dan sulfat (SO4 2-) melalui proses fisika dan kimia yang kompleks. Sulfat dan nitrat lebih banyak berbentuk asam yang terlarut dalam air hujan. Keasaman air hujan berhubungan erat dengan konsentrasi SO2 dan NO2 yang terlarut di dalam air hujan. Semakin tinggi konsentrasi SO2 dan NO2 , maka dapat mengakibatkan nilai keasaman air hujan semakin asam .Deposisi asam yang berasal dari emisi antropogenik SO2 dan NOx , memiliki pengaruh besar pada biogeokimia, dan menyebabkan pengasaman tanah dan air permukaan, eutrofikasi ekosistem darat dan air dan penurunan keanekaragaman hayati di banyak wilayah.
Pengelolaan Lahan Gambut Sebagai Media Tanam Dan Implikasinya Terhadap Konser...d1051231053
Gambut merupakan tanah yang memiliki karakteristik unik. Lahan gambut yang begitu luas di beberapa pulau besar di Indonesia, menjadikan pengelolaan lahan gambut sering dilakukan, terutama dalam peralihan fungsi menjadi perkebunan, pertanian, hingga pemukiman. Pada studi kasus ini lebih berfokus pada degradasi lahan gambut menjadi media tanam, proses, dampak, serta upaya pemulihan dampak yang dihasilkan dari degradasi lahan gambut tersebut
Studi Kasus : Oksidasi Pirit dan Pengaruhnya Terhadap Ekosistemd1051231041
Pirit merupakan zat di dalam tanah yang terbawa karena adanya arus pasang surut. Zat ini dapat membahayakan ekosistem sekitar apabila mengalami reaksi oksidasi dan penyebab utama mengapa tanah menjadi masam, karena mengandung senyawa besi dan belerang. Studi kasus ini bertujuan untuk menganalisis pembentukan, dampak, peran, pengaruh, hingga upaya pengelolaan lingkungan yang dapat dilakukan guna mengatasi masalah ekosistem yang terjadi.
KERUSAKAN LAHAN GAMBUT ANALISIS EMISI KARBON DARI DEGRADASI LAHAN GAMBUT DI A...d1051231072
Lahan gambut adalah salah satu ekosistem penting di dunia yang berfungsi sebagai penyimpan karbon yang sangat efisien. Di Asia Tenggara, lahan gambut memainkan peran krusial dalam menjaga keseimbangan ekologi dan ekonomi. Namun, seiring dengan meningkatnya tekanan terhadap lahan untuk aktivitas pertanian, perkebunan, dan pembangunan infrastruktur, degradasi lahan gambut telah menjadi masalah lingkungan yang signifikan. Degradasi lahan gambut terjadi ketika lahan tersebut mengalami penurunan kualitas, baik secara fisik, kimia, maupun biologis, yang pada akhirnya mengakibatkan pelepasan karbon dalam jumlah besar ke atmosfer.
Lahan gambut di Asia Tenggara, khususnya di negara-negara seperti Indonesia dan Malaysia, menyimpan cadangan karbon yang sangat besar. Diperkirakan bahwa lahan gambut di wilayah ini menyimpan sekitar 68,5 miliar ton karbon, yang jika terlepas, akan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap emisi gas rumah kaca global.
PAPER KIMIA LINGKUNGAN MENINGKATNYA GAS RUMAH KACA IMPLIKASI DAN SOLUSI BAGI ...muhammadnoorhasby04
Gas rumah kaca memainkan peran penting dalam mempengaruhi iklim Bumi melalui mekanisme efek rumah kaca. Fenomena ini alami dan esensial untuk menjaga suhu Bumi tetap hangat dan layak huni. Namun, peningkatan konsentrasi gas rumah kaca akibat aktivitas manusia, seperti pembakaran bahan bakar fosil, deforestasi, dan praktik pertanian intensif, telah memperkuat efek ini, menyebabkan pemanasan global dan perubahan iklim yang signifikan.Pemanasan global membawa dampak luas pada berbagai aspek lingkungan, termasuk suhu rata-rata global, pola cuaca, kenaikan permukaan laut, serta frekuensi dan intensitas fenomena cuaca ekstrem seperti badai dan kekeringan. Dampak ini juga meluas ke ekosistem alami, menyebabkan gangguan pada habitat, distribusi spesies, dan interaksi ekologi, yang berdampak pada keanekaragaman hayati.
Untuk mengatasi tantangan yang ditimbulkan oleh peningkatan gas rumah kaca dan perubahan iklim, upaya mitigasi dan adaptasi menjadi sangat penting. Langkah-langkah mitigasi meliputi transisi ke sumber energi terbarukan, peningkatan efisiensi energi, dan pengelolaan lahan yang berkelanjutan. Di sisi lain, langkah-langkah adaptasi mencakup pembangunan infrastruktur yang tahan terhadap cuaca ekstrem, pengelolaan sumber daya air yang lebih baik, dan perlindungan terhadap wilayah pesisir.Selain itu, mengurangi konsumsi daging, memanfaatkan metode kompos, dan pembangunan infrastruktur yang tahan terhadap perubahan iklim adalah beberapa tindakan konkret yang dapat diambil untuk mengurangi dampak gas rumah kaca.Dengan pemahaman yang lebih baik tentang mekanisme dan dampak dari efek rumah kaca, serta melalui kolaborasi global yang kuat dan langkah-langkah konkret yang efektif, kita dapat melindungi planet kita dan memastikan kesejahteraan bagi generasi mendatang.
DAMPAK KEBAKARAN LAHAN GAMBUT TERHADAP KUALITAS AIR DAN KESEHATAN MASYARAKAT.pdfd1051231031
Kebakaran hutan dan lahan gambut merupakan kebakaran permukaan dimana api membakar bahan bakar yang ada di atas permukaan seperti pepohonan maupun semak-semak, kemudian api menyebar tidak menentu secara perlahan di bawah permukaan (Ground fire), membakar bahan organicmelalui pori-pori gambut dan melalui akar semak belukar ataupun pohon yang bagian atasnya terbakar. Selanjutnya api menjalar secara vertical dan horizontal berbentuk seperti kantong asap dengan pembakaran yang tidak menyala (smoldering) sehingga hanya asap yang berwarna putih saja yang Nampak di atas permukaan, yang sering dikenal dengan kabut asap yang terjadi akibat kebakaran hutan yang bersifat masiv. Oleh karena peristiwa kebakaran tersebut terjadi di bawah tanah dan tidak nampak di permukaanselain itu tanahnya merupakan tanah basah/gambut yang mengandung air maka proses kegiatan pemadamannya tentu akan menimbulkan kesulitan.
INTERAKSI, KOMUNIKASI, DAN AKTIFITAS MIKROBA DI LINGKUNGAN
Fatma roisatin nadhiroh
1. IDENTIFIKASI ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN MENJADI
NON PERTANIAN DI KOTA KEDIRI
Fatma Roisatin Nadhiroh
Mahasiswa Geografi Universitas Negeri Malang
Jalan Semarang 5 Malang, 65145
Email: fatmaroisatin@gmail.com
Abstrak:
Alih fungsi lahan pertanian menjadi non pertanian di Kota Kediri terjadi pada tanah
kas milik pemerintah dan milik pribadi. Lahan tersebut di gunakan menjadi
perumahan dan industri. Laju alih fungsi lahan terus meningkat dari tahun 2009
sampai dengan tahun 2011. Terjadi peningkatan persentase laju alih fungsi lahan
cukup signifikan pada tahun 2011. Adanya alih fungsi lahan di Kota Kediri
dipengaruhi oleh majunya sektor industri dan tingginya kebutuhan papan. Alih fungsi
lahan pertanian berdampak pada kondisi sosial dan ekonomi masyarakat. Alih fungsi
lahan boleh dilakukan apabila sesuai dengan RTRW Kota Kediri. Kebijakan
pemerintah berpern penting dalam pengendalian alih fungsi lahan di Kota Kediri.
Kata Kunci: Alih fungsi lahan, lahan pertanian, kawasan non-pertanian
1. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Berdasarkan Laporan Strategi Pembangunan permukiman dan
Infrastruktur Perkotaan di Kota Kediri tahun 2012 Kelurahan Mrican, Bangsal,
Pesantren direncanakan sebagai tempat lokasi pengembangan industri besar
dan berpolutan. Adanya pengembangan industri akan berpengaruh pada
berkurangnya lahan pertanian di Kota Kediri. Pada tahun 2009 lahan pertanian
di Kota Kediri seluas 3.314,61 Ha sedangkan pada tahun 2013 seluas
2.704,298 Ha yang berarti mengalami penurunan sebesar 610,312 Ha dalam
waktu 5 tahun (Potensi dan Produk Unggulan Jawa Timur: 2013 dan Statistik
Pembangunan Kota Kediri Tahun 2014: 2014)
Menurut Lestari (2009) dalam Suputra, Ambarawati, Tenaya (2012)
proses alih fungsi lahan pertanian ke penggunaan non-pertanian yang terjadi
disebabkan oleh beberapa faktor. Tiga faktor penting yang menyebabkan
terjadinya alih fungsi lahan sawah yaitu sebagai berikut.
2. 1. Faktor eksternal merupakan faktor yang disebabkan oleh adanya
dinamika pertumbuhan perkotaan, demografi maupun ekonomi.
2. Faktor internal dimana faktor ini lebih melihat sisi yang disebabkan
oleh kondisi sosial-ekonomi rumah tangga pertanian pengguna lahan.
3. Faktor kebijakan merupakan aspek regulasi yang dikeluarkan oleh
pemerintah pusat maupun daerah yang berkaitan dengan perubahan
fungsi lahan pertanian. Kelemahan pada aspek regulasi atau peraturan
itu sendiri terutama terkait dengan masalah kekuatan hukum, sanksi
pelanggaran, dan akurasi objek lahan yang dilarang dikonversi.
Jumlah penduduk dalam suatu kota setiap tahun semakin bertambah.
Pertumbuhan penduduk yang tidak terkendali menyebabkan peningkatan
kebutuhan lahan untuk tempat tinggal. Keadaan perkotaan yang telah padat
bangunan akan menyebabkan masyarakat melakukan alih fungsi lahan,
dimana lahan yang dulunya merupakan lahan pertanian dan perkebunan
difungsikan menjadi kawasan pemukiman dan industri (Febriyanto, 2012).
Alih fungsi lahan pertanian sudah tampak dengan dibangunnya industri-
industri baru, ruko, hingga komplek perumahan di Kelurahan Pesantren dan
Kelurahan Tempurejo, Kelurahan Bujel, dan Kelurahan Mrican.
Fenomena alih fungsi lahan pertanian merupakan dampak dari
transformasi sruktur ekonomi (pertanian ke industri), dan demografi
(pedesaan ke perkotaan) yang pada akhirnya mendorong transformasi
sumberdaya lahan dari pertanian ke non-pertanian (Supriyadi, 2004 dalam
Puspasari, 2012).
1.2 Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah (1) Untuk mengidentifikasi alih fungsi
penggunaan lahan pertanian menjadi non pertanian di Kota Kediri. (2) Untuk
mengetahui faktor-faktor yang berperan dalam alih fungsi lahan di Kecamatan
Pesantren, Kota Kediri.
3. 2. Metode Penelitian
Pada penelitian ini menggunakan metode analisis kuantitatif deskriptif.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dari instansi
terkait berupa citra satelit dari Google Earth dan time series data dengan
periode pengamatan tahun 2009 – 2013. Analisis yang digunakan untuk
menghitung laju alih fungsi lahan parsial dengan menggunakan persamaan
yang digunakan oleh Sutandi (2009) dalam Astuti (2011) dalam Puspasari
(2012). Laju alih fungsi lahan parsial dapat dijelaskan sebagai berikut:
V =
Lt− Lt−1
𝐿 𝑡−1
x 100%
dimana:
V = Laju alih fungsi lahan (%)
Lt = Luas lahan tahun ke-t (ha)
Lt-1 = Luas lahan sebelumnya (t)
3. Hasil dan Pembahasan
Tabel Penggunaan Lahan Pertanian di Kota Kediri
Tahun Luas (ha) Laju Alih Fungsi Lahan (%)
2009 3.314,61 0
2010 3.270,93 1,34
2011 3.198,78 2,206
2012 2.989,67 6,54
2013 2.704,39 9,542
5. Kota Kediri merupakan salah satu wilayah yang memiliki wewenang
otonomi daerah, sehingga pemerintah memiliki hak untuk mengatur wilayah
tersebut secara mandiri. Namun, pembangunan tersebut harus memperhatikan
ketersediaan lahan yang ditentukan sebagai kawasan pertanian dan non
pertanian, sehingga tidak akan mempengaruhi secara signifikan terhadap
ketersediaan bahan pangan.
Berdasarkan perhitungan persentase laju alih fungsi lahan di Kota
Kediri dapat diketahui bahwa setiap tahun terjadi peningkatan alih fungsi
lahan. Terjadi perubahan yang signifikan pada tahun 2012 dengan presentase
laju alih fungsi lahan 6,54% pada tahun 2011 hanya 2,206 %.
Alih fungsi lahan di Kota Kediri terus meningkat setiap tahun dan sulit
dikendalikan. Sebagai gambaran tahun 2010 Pemerintahan Kota Kediri telah
melakukan dua kali alih fungsi tanah kas yang sebelumnya merupakan lahan
pertanian. Alih fungsi lahan terhadap tanah kas Kelurahan Dandangan,
Kecamatan Kota Kediri, seluas 7 Ha untuk keperluan pembangunan rumah
susun sewa.
Selain itu Pemkot juga melakukan alih fungsi lahan pertanian berupa
tanah kas Kelurahan Mrican, Kecamatan Mojoroto seluas 24 Ha. Tanah
tersebut digunakan untuk kompleks Kampus IV Universitas Brawijaya. Rata-
rata setiap tahun penyusutan lahan pertanian di Kota Kediri mencapai 6 Ha.
Sebagian besar beralih fungsi menjadi kompleks permukiman. Paling banyak
lahan yang beralih fungsi merupakan milik pemerintah. (Kompas, 12 Pebruari
2010).
Pada citra satelit yang diambil menggunakan aplikasi Google Earth
menunjukkan adanya perubahan penggunaan lahan pertanian menjadi gedung
olah raga. Pembangunan yang cukup pesat terjadi mulai tahun 2011, oleh
karena itu persentase laju alih fungsi lahan meningkat secara signifikan. Citra
satelitpun menunjukkan bahwa pembangunan sebuah sarana umum, seperti
gedung oleh raga memicu pembangunan di sekitarnya.
6. Terjadinya alih fungsi lahan pertanian di Kota Kediri diakibatkan oleh
semakin meningkatnya kebutuhan penduduk terhadap papan, baik untuk
industri maupun permukiman. Selain itu, berdasarkan Strategi Pembangunan
Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP) di Kota Kediri Tahun 2012
beberapa rencana tata ruang pemerintah Kota Kediri juga akan membangun
kawasan industri berat dan berpolutan di Kelurahan Persantren dan Kelurahan
Mrican. Meningkatnya perekonomian Kediri yang didukung oleh sektor
industri pengolahan juga berpengaruh pada alih fungsi lahan yang ada.
Alih fungsi lahan pertanian pangan berkelanjutan adalah perubahan
fungsi lahan pertanian pangan berkelanjutan menjadi bukan lahan pertanian
berkelanjutan baik secara tetap maupun sementara (PP RI No. 1 Tahun 2011).
Hasil pangan dari luas lahan pertanian pangan di Kota Kediri tidak dapat
memenuhi kebutuhan pangan warga kota tersebut, sehingga diperlukan
pasokan bahan pangan dari wilayah sekitarnya seperti Kabupaten Kediri,
Kabupaten Nganjuk dan beberapa kabupaten lain di Karesidenan Kediri.
Selain pasokan bahan makan, alih fungsi lahan di Kota Kediri juga
berpengaruh pada kondisi sosial ekonomi masyarakat. Pada masyarakat petani
sulit mendapatkan tenaga kerja untuk menjadi petani buruh. Penduduk usia
produktif lebih memilih mendirikan usaha sendiri seperti pembuatan tahu dan
tempe atau bekerja di pabrik.
Disparitas antar wilayah juga dapat terjadi, pada wilayah yang dekat
dengan kawasan industri akan lebih maju dibandingkan dengan kawasan yang
berbasis pertanian. Keterbatasan lahan dan tenaga kerja membuat produksi
sektor pertanian semakin menurun. Intensifikasi yang dilakukan di bidang
pertanian tidak selalu meningkatkan hasil panen yang ada. Beberapa
kelurahan di Kota Kediri juga tidak memiliki lahan pertanian.
Kebijakan alih fungsi lahan menurut Nasoetion dalam Nogroho (2004,
h.153) diharapkan mampu mengakomodasi aktivitas pembangunan dan lokasi
sesuai dengan peruntukannya dengan meminimalkan konflik kepentingan
(Corolina, Saleh, Suwondo, 2014). Alih fungsi lahan pertanian boleh
7. dilakukan bila lokasi tersebut sesuai dengan draf pemetaan RTRW Kota
Kediri.
Rencana tata ruang merupakan instrumen pengenali terhadap
pemanfaatan ruang yang ada di daerah (Nana Apriyana, 2011). Di Kota Kediri,
pengendalian alih fungsi lahan pertanian diatur melalui penetapan zonasi,
perijinan, pemberian intensif dan disintersif serta pengenaan sanksi.
4. Kesimpulan
Terjadinya alih fungsi lahan di Kota Kediri terus meningkat sejak
tahun 2009 sampai dengan tahun 2013. Hal tersebut dipengaruhi oleh semakin
pesatnya pembangunan di bidang non-pertanian, sehingga lahan pertanian
dialihfungsikan menjadi kawasan permukiman atau industri. Oleh karena itu,
diperlukan peraturan dan kebijakan untuk mengendalikan terjadinya alih
fungsi lahan di Kota Kediri.
8. Daftar Rujukan
Apriyana, Nana. 2011. Kebijakan Pengendalian Konversi Lahan Pertanian Dalam
Rangka Ketahanan Pangan Nasional (Studi Kasus: Pulau Jawa). Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional
Catur, et al. 2010. Dampak Alih Fungsi Lahan Pertanian ke Sektor Non Pertanian
terhadap Ketersediaan Beras di Kabupaten Klaten Provinsi Jawa Tengah.
Jurnal Fakultas pertanian UNS, Caraka Tani XXV No. 1.
Bappeda Kota Kediri. 2013. Potensi dan Produk Unggulan Jawa Timur. Kota Kediri:
Bappeda.
--------------------------. 2012. Kota Kediri dalam Angka 2013. -------------------------.
--------------------------. 2014. Statistik Hasil Pembangunan Kota Kediri Tahun 2014. -
-------------.
--------------------------. 2012. Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur
Perkotaan (SPPIP) di Kota Kediri Tahun 2012.--------------------
Corolina, Linda Cristi, Choirul Saleh, Suwondo. 2014. Implementasi Kebijakan Alih
Fungsi Lahan Pertanian Menjadi Kawasan Perumahan (Studi pada Badan
Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kabupaten Sidoarjo). Jurnal
Administrasi Publik (JAP), Vol. 2 No. 2, hal 224-229.
Febriyanto. 2012. Indentifikasi Perubahan Lahan Pertanian di Kecamatan Mandai
Kabupaten Maros Menggunakan Citra Landsat 5 TM Tahun 2002, 2006, dan
2010 (Jurnal). Makassar: Universitas Hasanuddin.
http://nasional.kompas.com/read/2010/12/02/09240720/about.html [diakses pada
tanggal 15 April 2015].
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 1 Tahun 2011 tentang Penetapan dan
Alih Fungsi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan.
Puspasari, Anneke. 2012. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Alih Fungsi Lahan
Pertanian dan Dampaknya terhadap Pendapatan Petani (Studi Kasus Desa
Kodangjaya, Kecamatan Karawang Timur, Kabupaten Karawang) (Skripsi).
Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Suputra, Dewa Putu Arwan, I G.A.A Ambarawati, I Made Narka Tenaya. 2012.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Alih fungsi Lahan Studi Kasus di Subak
Daksina, Desa Tibubeneng, Kecamatan Kuta Utara, Kabupaten Badung. E-
Journal Agribisnis dan Agrowisata Vol. 1, No. 1, hlm. 61 – 68.