2. DEFENISI
Peradangan akut membran mukosa faring dan
struktur lain di sekitarnya.
Jarang terjadi infeksi lokal pada faring atau tonsil
saja. Biasanya mencakup tonsilitis ,
nassofaringitis dan tonsilofaringitis
4. Bakteri
streptococcus beta hemoliticus grup A
(15-20%)
streptococcus non grup A
Staphylococcus aureus
haemophilus influenza
neisseria gonorrhoeae
5. KLASIFIKASI FARINGITIS
Berdasarkan lama berlangsungnya
Faringitis akut, adalah radang tenggorok yang
disebabkan oleh virus dan bakteri yaitu
streptokokus grup A.
Dengan tanda dan gejala
mukosa dan tonsil yang masih berwarna merah,
malaise,
nyeri tenggorok dan kadang disertai demam dan
batuk.
6. Faringitis kronis adalah radang tenggorok yang
sudah berlangsung dalam waktu yang lama,
biasanya tidak disertai nyeri menelan, cuma terasa
ada sesuatu yang mengganjal di tenggorok.
Faringitis kronis umumnya terjadi pada dewasa
yang bekerja atau tinggal dalam lingkungan
berdebu, menggunakan suara berlebihan, menderita
batuk kronik, dan kebiasan menkonsumsi alcohol
dan tembakau.
7. Faringitis kronik dibagi menjadi 3, yaitu:
Faringitis hipertrofi, ditandai dengan penebalan
umum dan kongesti membran mukosa.
Faringitis atrofi merupakan tahap lanjut dari
faringitis hipertrofi (membran tipis, keputihan, licin
dan pada waktunya berkerut).
Faringitis granular kronik terjadi pembengkakan
folikel limfe pada dinding faring (Merlina, 2011)
8. GEJALA DAN TANDA
Faringitis streptokokus grup A : nyeri tenggorok,
disfagia, eksudat tonsil/faring, demam (diatas 38 oC),
pembesaran kelenjar leher anterior, tidak ada batuk.
Faringitis karena virus: rhinorea, suara serak, batuk,
konjungtivitis. Pada beberapa kasus disertai diare,
ulkus di palatum mole dan dinding faring serta
eksudat di palatum dan tonsil yang sulit dibedakan
dengan eksudat karena faringitis streptokokus.
9. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan kultur apusan tenggorok. Pemeriksaan
kultur ulang setelah terapi tidak rutin
direkomendasikan
Rapid antigen detection test:
Untuk mendeteksi antigen Streptokokus grup A.
mempunyai spesifisitas tinggi, sensitifitas rendah.
10. PENATALAKSANAAN
1. Pemberian obat kumur dan obat hisap untuk
mengurangi nyeri tenggorok
2. Pemberian Antipiretik (parasetamol atau
ibuprofen)
3. Pemberian Antibiotik gol. Penisilin
penisilin oral 15-30 mg/kgBB dibagi 2 dosis
selama 10 hari.
Amoksisilin 50 mg/kgBB/hari dibagi 2 dosis
selama 6 hari.
11. Jika alergi penisilin diberikan
eritromisin 20-40 mg/kgBB/hari dengan 2-3 kali
dosis pmberian selama 10 hari.
Azitromisin dosis tunggal 10 mg/kgBB/hari selama 3
hari.