SlideShare a Scribd company logo
1 of 9
Download to read offline
Prosiding Seminar Nasional
“Pengembangan Profesionalisme Dosen dan Guru Indonesia”
https://semnas.unikama.ac.id/fip/artikel.php
Vol 2, Tahun 2018 | Halaman 01-09
Prosiding Seminar Nasional | 1
Desain Program Penerapan Konsep Trilogy+1 Learner untuk Menciptakan
Proses Pendidikan Humanis Melalui Peningkatan Peran dan Fungsi
Stakeholders Pendidikan di Kota Malang
Mohammad Zaini1
, Yusvidha Ernata2
IKIP Budi Utomo Malang
1
success.zen@budiutomomalang.ac.id
2
yusvidha_ernata@yahoo.co.id
Informasi artikel ABSTRAK
Kata kunci:
trilogy+1learner,
pendidikan
humanis,
stakeholders
pendidikan .
Penelitian ini dilakukan melalui penerapan konsep trilogy+1learner ke dalam proses
pembelajaran di sekolah dengan melibatkan pendidik, peserta didik dan wali peserta didik
terhadap ilmu pengetahuan yang dipelajari, dengan tujuan menciptakan desain program
sebagai tawaran kebijakan, untuk menciptakan proses pendidikan yang humanis pada SDN
Purwantoro7 dan SDN Buring di kota Malang. Pendekatan menggunakan penelitian
kualitatif–fenomenologis. Instrumen yang digunakan; indepth interview, dokumentasi, dan
observasi. Model analisis: Miles Huberman. Grand theory; teori pendidikan humanis Paulo
Freire. Berdasarkan hasil analisis peneliti, bahwa proses pendidikan humanis melalui
peningkatan peran dan fungsi stakeholder pendidikan dapat dilakukan melalui program
penerapan konsep trilogy+1learner yakni melibatkan wali peserta didik dalam ‘semua
kegiatan’ sekolah, khususnya dalam proses pembelajaran yang dilakukan secara periodik
dengan sistem 1pekan = 1x tatap muka = 1 mata pelajaran = bergantian. Melalui program ini,
apresiasi, simpati dan empati stakeholders pendidikan, serta apresiasi anak terhadap nilai
humanitas di lingkungan- akan semakin meningkat lebih baik.
Copyright © 2018 Moh Zaini1
, Yusvidha Ernata2
. All Right Reserved
Pendahuluan
Proses pendidikan humanis di negeri ini masih sangat mahal, disebabkan sering munculnya
tindak kekerasan dalam pendidikan, baik dilakukan oleh oknum pendidik terhadap peserta didik,
atau dilakukan antar peserta didik. Menurut ketua KPAI, yang menyatakan bahwa Malang raya
darurat kekerasan terhadap anak. Pada tahun 2016 dilakukan penelitian oleh Dosen IKIP Budi
Utomo Malang, bahwa bahwa terjadinya kekerasan terhadap anak dalam dunia pendidikan, di satu
sisi disebabkan oleh mindset guru yang masih menganggap bahwa dengan pola pendidikan yang
tegas, maka cenderung peserta didik akan mudah terbentuk, baik sikap ataupun dalam hal
karakternya. Namun demikian, istilah ‘tegas’ dalam hal operasional tidaklah mudah dibedakan
dengan istilah sikap ‘kekerasan’. Sebab bisa saja guru berargumentasi dengan logika ketegasan,
namun sikap secara fisik menunjukkan perilaku kekerasan, -yang dibuktikan dengan munculnya
korban bagi peserta didik.
Menurut data KPAI, bahwa Malang raya menempati posisi ke-6 dari 17 kota/kabupaten
yang ada di Jawa Timur. Sedangkan Jawa Timur sendiri menempati urutan ke-2 dari seluruh
propinsi yang ada di Indonesia (http://malangtoday.net/malang-raya/ketua-kpai-malang-darurat-
kekerasan-pada-anak/). Urutan angka tersebut adalah mendekati titik yang kritis. Oleh karena itu,
Prosiding Seminar Nasional Vol. 2 Tahun 2018 | Hal. 01 – 09
2 | Prosiding Seminar Nasional
dibutuhkan pembenahan secara menyeluruh, baik dari luar sistem terkait, lebih-lebih yang langsung
berkaitan dengan ‘bakal calon pelaku’. Dalam arti memberikan pembinaan kepada setiap elemin-
elemin stakeholder pendidikan, -yang tidak hanya berpusat pada komponen utama guru dan peserta
didik, tetapi juga kepada wali dari peserta didik.
Sebagai antisipasi terhadap cenderung adanya tindak kekerasan tersebut, maka dibutuhkan
konsep teoritik sebagai dasar pedoman. Konsep teoritik dimaksud adalah konsep
trilogy+1learner.Konsep ini menggambarkan ide peningkatan peran dan fungsi stakeholder
pendidikan, -melalui keterlibatan wali peserta didik dalam sebuah iklim belajar sesuai peran dan
fungsinya masing-masing untuk memberikan atensi dan pembelajaran bagi putra-putrinya. Menurut
Zaini, (2016:1) bahwa konsep ini memaksimalkan layanan kemanusiaan yang memperlakukan guru,
peserta didik, dan orangtua sebagai pelaku yang sama-sama aktif; koordinatif, komunikatif, dan
apresiatif terhadapt setiap pencapaian ilmu pengetahuan yang didapatkan, serta menjadikan IPTEK
sebagai sasaran pengembangan pengembangan mentalitas peserta didik (.) Adapun konsep trilogy +
the learners dimaksud, sebagai berikut:
1. Pendidik
2. Peserta didik
3. Ilmu pengetahuan
4. Orangtua peserta didik
Pada gambaran konsep trilogy + the learners di atas, orangtua peserta didik juga diposisikan
diri sebagai subjek aktif. Ketiga subjek tersebut sama-sama saling mengimbangi subjek aktif
pendidik dan peserta didik, sehingga cara pandang dari ketiga subjek aktif tersebut sama-sama
memosisikan Ilmu Pengetahuan sebagai objek. Ketiga-tiganya sama-sama belajar, berlatih, saling
komunikatif, koordinatif dan interaktif mengenai Ilmu Pengetahuan yang menjadi objeknya. Guru
di dalam kelas tidak menjadi pusat belajar (teacher centre), akan tetapi menjadi mitra belajar, -yang
komunikatif, interaktif bersama peserta didik. Peran dan fungsi guru di dalam dan di luar kelas
menjadi elegan, sehingga atmosfir kelas sangat menyenangkan.
Secara sederhana dan umum peran dan fungsi guru bagi peserta didik, dapat
diidentifikasikan melalui 19 hal, diantaranya:
Guru sebagai pendidik, pengajar, pembimbing, pelatih, penasehat, pembaharu
(innovator), model dan teladan, pribadi, peneliti, pendorong kreativitas, pembangkit
pandangan, pekerja rutin, pemindah kemah, pembawa ceritera, aktor, emansipator,
evaluator, pengawet, dan sebagai kulminator. (Mulyasa, 2005:137)
Melalui 19 peran di atas menggambarkan bahwa guru berada pada posisi yang sangat
strategis. Sikap dan perilaku guru benar-benar berpengaruh terhadap perilaku peserta didik. Apabila
didapatkan guru yang humoris dan menyenangkan bagi peserta didik, tentu secara kausalitas guru
tersebut pada saat menjadi peserta didik mendapatkan pendidikan yang humoris dan
menyenangkan, sehingga guru tersebut menjadi profile dalam setiap memori peserta didik. Begitu
juga sebaliknya, maka guru akan menjadi mimpi buruk bagi peserta didiknya.
Subjek Aktif
Objek Pasif
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
VOL.2, TAHUN 2018
DESAIN PROGRAM PENERAPAN KONSEP TRILOGY+1 LEARNER UNTUK MENCIPTAKAN PROSES PENDIDIKAN HUMANIS MELALUI PENINGKATAN PERAN DAN FUNGSI
STAKEHOLDERS PENDIDIKAN DI KOTA MALANG
MOHAMMAD ZAINI1)
, YUSVIDHA ERNATA2)
HALAMAN. 01-09
Prosiding Seminar Nasional | 3
Realitas seperti di atas tentu menjadi persoalan yang krusial bagi berkembangnya
kompetensi setiap guru/pendidik, mengingat persoalan tersebut seperti mata rantai yang tidak
mudah diputus, selama paradigma yang digunakan menggunakan paradigma otoritatif yang
menjadikan proses pembelajaran hanya berpusat pada guru (teacher centre), sehingga guru menjadi
satu-satunya otoritas keilmuan.
Paradigma di atas diduga tidak mampu membawa visi besar kemanusiaan yang diharapkan
dapat tumbuh dan berkembang secara baik di dalam setiap pribadi peserta didik. Sebaliknya
dibutuhkan peran serta stakeholders yang lain secara partisipatif, sehingga visi besar humanitas
dapat dikawal dan dijalankan bersama oleh para stakeholders pendidikan. Adapun komponen
stakeholders yang memiliki keterlibatan langsung dengan peserta didik, dan relevan dengan
konsepthe trilogy+1learner yakni: 1. Guru/pendidik sebagai person profesional yang memiliki
otoritas mendidik, dan berfungsi sebagai orangtua kedua non genetik, dan 2. Orangtua peserta didik
sebagai penanggungjawab genetik yang memiliki hubungan langsung dan erat dengan peserta didik.
Kedua komponen spesifik tersebut memiliki peran secara langsung dengan peserta didik sesuai
dengan posisi peserta didik berada.
Oleh karena itu melalui penelitian ini ditujukan untuk mendesain sebuah program penerapan
konsep trilogy+1 learner untuk menciptakan proses pendidikan humanis melalui peningkatan peran
dan fungsi stakeholders pendidikan di kota Malang
Secara umum icon istilah dan ruang lingkup yang digunakan dalam dunia pendidikan selama
ini adalah konsep ‘tri pusat pendidikan’, dengan cakupan; sekolah, keluarga dan masyarakat. Tentu
teori tersebut bersifat universal, sangat luas, bahkan tidak mampu menyentuh aspek yang riil dan
kongkrit. Oleh karena itu, istilah yang lebih spesifik menyentuh ruang dan area pembelajaran, lebih
tepatnya menggunakan re-teori / re-terminologi; yakni “trilogy+1learner”, sebagaimana pada
gambar berikut:
Gambar 1.
Relasi Simbiosis Konsep the trilogy+1learner
(Sumber: Zaini, JINoP Vol. 2 No. 2 th. 2016:385)
Oleh karena itu, memperbaharui konsep Freire dalam konteks pendidikan era kontemporer
dengan berbagai tantangannya saat ini tentu membutuhkan/melibatkan stakeholder inti lainnya, -
yang dalam hal ini adalah orangtua (wali) peserta didik. Sebagaimanakerangka konsep “relasi
G
P
D
W.P
D
IP
S
S
S
O
P
Keterangan:
G : Guru (Pendidik)
PD : Peserta Didik
W.PD : Wali Peserta Didik
: Instruktif
: Koordinatif Komunikatif
: Apresiatif
Prosiding Seminar Nasional Vol. 2 Tahun 2018 | Hal. 01 – 09
4 | Prosiding Seminar Nasional
simbiosis the trilogy+1learner” di atas, menggambarkan bahwa dalam proses penyelenggaraan
pembelajar, guru (G) tidaklah berposisi pemeran tunggal, akan tetapi guru berfungsi sebagai mitra
koordinatif peserta didik. Selanjutnya, ‘peserta didik’ (PD) dapat mengembangkan berbagai potensi
dirinya dengan ide-ide kreatifnya, sehingga guru dapat menyupportnya, mengapresiasinya, serta
memberikan penguatan-penguatan terhadap setiap capaian-capaian ‘ilmu pengetahuahun’ (IP) yang
didapatkan oleh peserta didik.
Sedangkan ‘wali peserta didik’ (W.PD), berposisi sebagai mitra koordinatif-komunikatif
dengan guru (G), sekaligus sebagai mitra apresiatif dengan ‘peserta didik’ (PD). Tugas wali peserta
didik adalah berupaya untuk mensinergikan pembiasaan baik yang didesain dan diterapkan di
sekolah, berkoordinasi menyelesaikan masalah-masalah penyimpangan perilaku peserta didik serta
berbagai solusi yang dapat diputuskan bersama, sehingga terbentuk kebiasaan positif, peserta didik
mantap di dalam menentukan sikap, berperilaku, ‘berpikir’ serta berbagai hal yang sevisi dengan
program yang di kembangkan di sekolah. Itulah wujud apresiasi yang ditunjukkan oleh wali peserta
didik di lingkungan keluarga, sehingga antara guru dengan wali peserta didik secara komunikatif
senantiasa terjalin dengan baik.
Pada pola relasi simbiosis tiga arah ini ketiganya sama-sama berstatus sebagai pelaku
(subjek) yang secara bersama mendukung proses pendewasaan peserta didik. Secara tata bahasa di
dalam struktur ketata-kebahasaan, bahwa apabila terdapat ‘subjek’, maka secara umum
membutuhkna ‘objek’, akan tetapi dalam hal-hal tertentu ‘subjek’ tidak membutuhkan ‘objek’.
Dalam the trilogy+1learner, yang disebut sebagai subjek adalah Guru (G), Peserta Didik (PD), dan
Wali Peserta Didik (W.PD). Apabila hal ini mengacu pada teori Freire an sich maka ilmu
pengetahuan (IP) berstatus sebagai objek, atau berstatus sebagai ‘titik sasar’ pengembangan,
sehingga memunculkan asumsi, ilmu pengetahuanlah yang hanya dapat berkembang dengan baik,
sementara ‘sasaran pengembangan mental’ dari peserta didik dimaksud tidak sampai pada titik
capai kedewasaan yang diharapkan. Dengan demikian proses pembelajaran tetap tidak mampu
melahirkan peserta didik sebagaimana yang dicita-citakan.
Oleh karena IP tidak hanya dijadikan sebagai objek pengembangan IP, tetapi lebih utama
dari hal tersebut adalah menjadikan ‘IP sebagai Media Aplikasi dan Pengembangan’bagimental
peserta didik. Dalam artian, peserta didik, baik di lingkungan sekolah dan juga di lingkungan
keluarga tetap terkait dengan ilmu pengetahuan.
M e t o d e
Pendekatan kualitatif dengan desain fenomenologis, digunakan untuk
mencapaitujuantersebut dari penelitian ini. Teknik pengumpulan data menggunakan interview,
dokumentasi, dan observasi. Sedangkan sumber data utama dalam penelitian ini adalah kata-kata
lisan melalui interview, tulisan melalui data dokumentasi, tindakan melalui data hasil observasi.
Sedangkan teknikanalisis datayang digunakan adalah teknikanalisis interaktif Miles-Hubberman
yangdilakukan melalui empat tahap, yaitu: pengumpulan data, reduksi data, displaydata,
sertapenarikan kesimpulan. Penelitianini dilaksanakan di (SDN Purwantoro7 dan SDN Buring) kota
Malang.
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
VOL.2, TAHUN 2018
DESAIN PROGRAM PENERAPAN KONSEP TRILOGY+1 LEARNER UNTUK MENCIPTAKAN PROSES PENDIDIKAN HUMANIS MELALUI PENINGKATAN PERAN DAN FUNGSI
STAKEHOLDERS PENDIDIKAN DI KOTA MALANG
MOHAMMAD ZAINI1)
, YUSVIDHA ERNATA2)
HALAMAN. 01-09
Prosiding Seminar Nasional | 5
Hasil dan Pembahasan
Kerangka program dalam konteks penerapan konsep melalui penelitian ini dimulai dari
konsep dan rencana strategis kurikulum yang ada di sekolah. Dari kedua sekolah tersebut terdapat
perbedaan yang tidak mudah dipersamakan. SDN Purwantoro 7 cenderung lebih militan dalam hal
maksimalisasi proses pembelajaran, meskipun belum maksimal melibatkan wali peserta didik.
Karena berharap terhadap keterlibatan wali peserta didik, tentu merupakan hal yang tidak mudah
direalisasikan, mengingat wali peserta didik memiliki latar belakang pendidikan lulusan SLTA
46%, secara umum berprofesi sebagai buruh lepas (swasta 42%). Tidak mudah bagi wali peserta
didik untuk terlibat secara intensif di sekolah, mengingat waktu-waktu yang ada hanya
termanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan keseharian. Namun demikian tidak berarti bahwa wali
peserta didik SDN Purwantoro7 tidak pernah terlibat, tetap terlibat meskipun hanya dalam hal
pengambilan raport putra-putrinya, dan selebihnya kembali pada kesibukannya semula.
Sedangkan wali peserta didik pada SDN Buring sangatlah bertolak belakang dengan wali
peserta didik di SDN Purwantoro7. Tampak dalam pengamatan di lapangan, bahwa keterlibatan
para wali peserta didik sangat aktif, baik dalam hal pembelajaran di dalam kelas, dan juga pada
kegiatan pembelajaran ekstra di luar kelas. Keterlibatan para ‘wali’ tidak hanya sebagai pengunjung
pasif, akan tetapi lebih dari hal tersebut, yakni berperan serta aktif dalam peran-peran strategis.
Sebagai contoh keaktifan para wali, diantaranya sebagai guru, sebagai panitia, sebagai
penanggungjawab kegiatan drumband dan kegiatan seni hadrah. Meskipun secara tekstual belum
tertuang sebagai program, namun demikian bentuk keterlibatan para wali selain merupakan bentuk
dorongan kesadaran dari bawah, juga merupakan pro aktif kebijakan yang terdorong dari Kepala
Sekolah. Kondisi tersebut seperti gayung bersambut, antara wali dan pihak sekolah saling bahu-
membahu untuk mewujudkan kualitas pendidikan yang lebih bagus, terutama dampak positifnya
terhadap peserta didik di sekolah.
Dalam arti, pada sekolah yang ada, peran wali peserta didik diposisikan sebagai pemeran
yang sama dengan guru dan peserta didik, walaupun stressingnya tetap tertuju pada peserta didik.
Model pemeranan seperti ini kemudian disebut dengan trilogy+1learner. Sebagai konsekwensinya,
wali peserta didik diberikan peluang berkehendak aktif di dalam siklus konsep teori trilogy+1leaner
ini, sehingga simpati dan empati terhadap peserta didik akan meningkat lebih baik.
Dengan model pemeranan tersebut, peningkatan peran dan fungsistakeholders dalam teori
trilogy+1learner diharapkan mampu meningkatkan kualitas pendidikan bagi anak, sebagaimana
kerangka program penerapan konsep trilogy+1learner adalah sebagai berikut:
Prosiding Seminar Nasional Vol. 2 Tahun 2018 | Hal. 01 – 09
6 | Prosiding Seminar Nasional
Pada desain program konsep penerapan trilogi+1learner di atas, menggambarkan
universalitas kualitas pendidikan, -yang akan dapat direalisasikan apabila semua unsur yang ada
berperan aktif dan humanis. Kerangka program tersebut dimulai dari realitas dehumanis yang secara
umum masih menjadi latar belakang pendidikan humanis. Dalam arti, bahwa proses pendidikan
yang ada hari ini selalu bertolak dari masalah in-empaty dan ketidak simpatian pihak-pihak terkait
terhadap peserta didik, mulai dari persoalan verbal dan non verbal dalam masyarakat pendidikan.
Aktor-aktornya adalah pendidik dan wali peserta didik. Kedua aktor ini memiliki peranan yang
sangat strategis dalam dunia pendidikan, terutama dalam hal berkarakter-tidaknya peserta didik
yang dididik. Oleh karena itu, jika kedua aktor ini dalam posisi yang sama, sama-sama bersimpati
dan berempati pada peserta didik, maka bukan tidak mungkin kualitas pendidikan anak akan melejit
dan membanggakan. Adapun makna yang tertanam dalam diri peserta didik adalah kebersamaan,
keharmonisan, dialogis, empati, simpati, menghormati, menghargai, dan lain-lain. Inilah substansi
dari karakter yang akan dibangun dalam dunia pendidikan. Selanjutnya lebih dari hal tesebut, yakni
kualitas sain yang juga akan memudahkan mengayakan referensi dari peserta didik.
Paulo Freire dalam hal ini memberikan gambaran dalam siklus keterlibatan dunia
pendidikan, yakni subjek pertama adalah guru, subjek kedua adalah murid dan objeknya adalah
ilmu pengetahuan. Kedua subjek tersebut terjalin secara egaliter dalam proses belajar. Guru menjadi
fasilititor terbaik dalam proses belajar, sehingga peserta didik tersupport dan mampu menguasai
objek materi secara baik. Namun demikian, dalam konteks pendidikan di Indonesia teori Paulo
Freire di atas secara umum tidaklah cukup. Dalam konsep pendidikan di Indonesia, Ki Hajar
Dewantara mengenalkan tripusat pendidikan, yakni: lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan
lingkungan masyarakat.
Gambar 1.
Kerangka Logis Program Penerapan
KonsepTrilogy+1learner
Kerangka Logis (Logical Framework/Log-frame)
Kerangka Program Penerapan Konsep Trilogy+1 Learner dalam Menciptakan Proses
Pendidikan Humanis Melalui Peningkatan Peran dan Fungsi Stakeholders Pendidikan
Proses
Pe nd idi
Proses
Pendidika
Peningk
atan
Peran&F
Wali
Murid
Penentu
Nilai-
nilai
kemanu
Proses
Observ
asi
Mengapa,
sebuah
program
dilakukan
Apa, yang
ingin
dicapai oleh
program
program
Bagaimana,
caranya
program akan
mencapai hasil
yang
Apa saja,
faktor
eksternal yang
pokok untuk
menjamin
kesuksesan
Bagaimana,
caranya untuk
mengukur
keberhasilan
Dimana,
mendapatk
an
informasi
untuk
mengukur
SCIENC
WAKTU PELAKSANAAN
DILAKUKAN SECARA PERIODIK:
................................
1 PEKAN = 1X TATAP MUKA = 1
O R A
N G
MURID
PENDI
Keterangan:
: Instruktif
:Koordinatif
:komunikatif
: Apresiatif
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
VOL.2, TAHUN 2018
DESAIN PROGRAM PENERAPAN KONSEP TRILOGY+1 LEARNER UNTUK MENCIPTAKAN PROSES PENDIDIKAN HUMANIS MELALUI PENINGKATAN PERAN DAN FUNGSI
STAKEHOLDERS PENDIDIKAN DI KOTA MALANG
MOHAMMAD ZAINI1)
, YUSVIDHA ERNATA2)
HALAMAN. 01-09
Prosiding Seminar Nasional | 7
Terdapat sesuatu yang sangat bermakna di dalam penjelasan Tripusat Pendidikan yaitu; 1.
Keinsyafan Ki Hadjar Dewantara bahwa tujuan pendidikan tidak mudahdicapai melalui satu arah
saja, 2. Ketiga-pusat pendidikan hendaknyaterjalin dengan sangat akrab danpenuh harmoni, 3.
Bahwa lingkungan keluarga adalah pusat belajar utama dan memfasilitasi pendidikan budi pekerti,
agama, dan laku sosiald. Bahwa perguruan sebagai balai wiyata yang memfasilitasi
ilmupengetahuan dan skill, 4. Bahwa alam kemasyarakatan sebagai area terbuka media berlatih
menumbuhkan karakter dan personalitinya, 5. Pemikiran Ki Hadjar Dewantara
adalahupayamenumbuhkan dan menghidupkan, mengembangkan dan menguatkan rasa sosialitas
yang tinggi di dalam diri anak.
Teori pembelajaran sosial menyatakan bahwa anak mempelajari suatu perilaku melalui
pengamatan dan hubungan langsung dengan orang lain yang berada di sekitarnya (Miller PH,
2011). Hubungan langsung dengan orang lain dimaksud adalah hubungan interaktif, -yang ketika
ditarik ke dalam konteks trilogy+1learner, hubungan interaktif dapat berarti hubungan yang
melibatkan dan menghadirkan ke empat unsur tersebut. Guru tidak lagi memposisikan diri sebagai
orangtua, tetapi tetap sebagai guru, orangtua peserta didik tetap dalam posisinya sebagai orangtua
secara biologis, peserta didik sebagai anak dan peserta didik di kelas, dan ilmu pengetahua betul-
betul menjadi ladang yang siap diolah bersama dalam rangka menghasilkan produksi baru dalam
ilmu pengetahuan.
Dengan demikian, ke empat unsur tersebut betul-betul pada posisi yang sebenarnya, tidak
sedang memposisikan diri dengan posisi berbeda, sehingga peserta didik betul-betul menghadapi
dunia nyata (the real world) di dunianya. Dalam konteks ini adalah sama dengan memasukkan
formulasi keluarga ke dalam lingkup sekolah dalam hal pembelajaran, sehingga keempat-empatnya
hadir, sebagai pendidik, peserta didik, wali peserta didik dan ilmu pengetahuan dalam satu
mumentum keilmiahan.
Adapun peran dan fungsi stakeholoders pendidikan (wali peserta didik) sesuai dengan
keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 044/U/2002,disandarkan pada peran dan fungsi
komite sekolah adalah sebagai berikut:
a. Pemberi pertimbangan (advisory agency) dalam penentuan dan pelaksanaan
kebijakanpendidikan di satuan pendidikan.
b. Pendukung (supportingagency), baik yang berwujud finansial, pemikiran, maupun
tenagadalam penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan.
c. Pengontrol (controllingagency) dalam rangka transparansi dan akuntabilitas
penyelenggaraandan pengeluaran pendidikan di satuan pendidikan.
d. Mediator antara pemerintah (eksekutif) dengan masyarakat di satuan pendidikan
(Kepmendiknas No. 044/U/2002, tgl. 2 April 2002 tentang Dewan Pendidikan dan Komite
Sekolah).
Dari ke empat peran dan fungsi stakeholders pendidikan di atas menggambarkan bahwa
stakehloders pendidikan betul-betul pada posisi terlibat aktif, juga memilik tanggung-jawab atas
sekolah yang menjadi tempat belajar putra/putrinya, sehingga secara ideal tidak ada satupun fungsi
dan peran menyebabkan berjaraknya hubungan antara wali peserta didik dengan sekolah. Sekolah
Prosiding Seminar Nasional Vol. 2 Tahun 2018 | Hal. 01 – 09
8 | Prosiding Seminar Nasional
diposisikan sebagai bagian yang tidak terpisah dengan lingkup keluarganya, dalam arti memiliki
visi yang sama dalam hal humanisasi peserta didik secara umum.
Pertama, peran pertimbangan yang diberikan oleh wali peserta didik. Dalam hal ini peran
diberikan tidak hanya karena diminta, akan tetapi peran ini melekat dalam diri orangtua sebagai
wali peserta didik, sehingga keberadaan hadir secara integratif, menjadi bagian yang tidak
terpisahkan dengan visi yang diusung sekolah. Keberadaanya berkontribusi di dalam menentukan
langkah kebijakan yang akan diambil oleh sekolah. Karena disadari bahwa kebijakan tersebut akan
memberi dampak bagi masyakat sekolah seluruhnya, -yang secara khusus berdampak kepada
peserta didik.
Kedua, peran pendukung; finansial, pikiran, maupun tenaga penyelenggaraan pendidikan.
Peran ini merupakan bagian yang akan menentukan bagi berlangsung baik/tidaknya proses dan hasil
pembelajaran anak. Oleh karena itu dalam hal ini wali peserta didik memiliki peranan yang
strategis, mengingat subjek pembelajarnya adalah putra/putrinya sendiri.
Ketiga, peran pengontrol. Peran ini memberikan garansi terhadap transparansi dan
akuntabilitas penyelenggaraan pendidikan. Wali peserta didik dikehendaki memiliki fungsi yang
baik untuk memberikan pengawasan, sehingga proses transparansi dan akuntabilitas dapat berjalan
dengan baik.
Keempat, peran mediasi. Wali peserta didik selain sebagai bagian dari masyarakat, sebagai
orangtua, bahkan juga sebagai anggota komite. Dalam hal ini wali peserta didik juga dapat berposisi
sebagai ‘jembatan penghubung antara sekolah dengan pemerintah, tidak terkecuali terkait dengan
persoalan pembelajaran yang ada di sekolah. Oleh karena itu, ketika peran-peran di atas dapat
diwujudkan ke dalam setiap sikap dan respon aktif wali peserta didik, tentu akan memberikan
pengaruh yang sangat positif bagi sekolah pada umumnya, dan peserta didik pada khususnya.
Sebab, orangtua tidak hanya sebatas memiliki hubungan struktural oleh karena anaknya sebagai
peserta didik di lembaga pendidikan. Akan tetapi lebih dari hal tersebut, orangtua juga memiliki
hubungan ‘emosional’, komunikasi dua arah dengan pendidik dalam banyak peristiwa yang rutin,
serta menghadirkan kebermaknaan dalam setiap momentum. Dengan begitu, para orangtua, dan
guru sebagai bagian dari stakeholder mampu memberikan garansi yang lebih baik bagi anak/peserta
didik di masa yang akan datang.
Simpulan
Berdasarkan hasil pengambilan data dan analisis yang peneliti lakukan, maka dapat
disimpulkan, bahwa: proses pendidikan humanis melalui peningkatan peran dan fungsi stakeholder
pendidikan dapat dilakukan melalui program penerapan konsep trilogy+1learner yakni melibatkan
wali peserta didik, bersama pendidik, dan peserta didik dalam ‘semua kegiatan’ sekolah, khususnya
dalam proses pembelajaran yang dilakukan secara periodik. Kegiatan tersebut dilakukan dengan
sistem 1pekan = 1x tatap muka = 1 mata pelajaran = bergantian. Melalui program ini, maka
apresiasi, simpati dan empati stakeholders pendidikan, serta apresiasi anak terhadap nilai humanitas
di lingkungan akan semakin meningkat lebih baik.
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
VOL.2, TAHUN 2018
DESAIN PROGRAM PENERAPAN KONSEP TRILOGY+1 LEARNER UNTUK MENCIPTAKAN PROSES PENDIDIKAN HUMANIS MELALUI PENINGKATAN PERAN DAN FUNGSI
STAKEHOLDERS PENDIDIKAN DI KOTA MALANG
MOHAMMAD ZAINI1)
, YUSVIDHA ERNATA2)
HALAMAN. 01-09
Prosiding Seminar Nasional | 9
Daftar Rujukan
Fakih, Mansour. 2011. Paulo Freire Tanpa Mitos: Sebuah Pengantar, (online), (http://Paulo-Freire-
Tanpa-Mitos-Sebuah-Pengantar_iBlog.mht, diakses 26 Februari 2017).
Freire, Paulo. 1995. Pendidikan Kaum Tertindas, terjemahan Utomo Dananjaya, (Jakarta – LP3ES
(Lembaga Penelitian Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial)
Fromm, Erich, 2000. Lari dari Kebebasan. Pustaka Pelajar: Yogyakarta, cetakan II
http://ejournal.umm.ac.id/index.php/jinop/article/view/3490 diakses tgl. 4 Juli 2018
diakses, tgl. 9 Juli 2018
http://www.biografipedia.com/2015/08/biografi-ki-hajar-dewantara.html, diakses tanggal 24
Pebruari 2017
Kepmendiknas Nomor 044/U/2002 tanggal 2 April 2002 tentang Dewan Pendidikan dan Komite
Sekolah (https://www.slideshare.net/Iwanabdurr/kepmendiknas-0442002komitesekolah)
Miles dan Huberman. 1987.Analisis Data Kualitatif. Terjemahan. Jakarta: Yayasan Penerbitan
Universitas Indonesia
MillerPH. 2011. Theories of Developmental Psychology: Fifth Edition. New York: Worth
Publishers.
Moleong, Lexy J. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya
Mulyasa, 2005.Menjadi Guru, Menciptakan Pelajaran Kreatif dan Menyenangkan, Bandung:
Remaja Rosdakarya
R.C, Bogdan., dan Biklen, S.K. 1998. Qualitative Research for Education. Boston: Allyn and
Bacon
Zaini, Mohammad, 2016, Kajian Perilaku Humanitas Pendidik Terhadap Peserta Didik Dalam
Proses Pendidikan di Kota Malang, JINoP (Jurnal Inovasi Pembelajaran), Volume 2, Nomor
2, November 2016, P-ISSN 2443-1591 E-ISSN 2460-0873

More Related Content

What's hot

Kurikulum Dan Pembelajaran
Kurikulum Dan PembelajaranKurikulum Dan Pembelajaran
Kurikulum Dan PembelajaranDESYFITRIANI
 
Kurikulum dan pembelajaran
Kurikulum dan pembelajaranKurikulum dan pembelajaran
Kurikulum dan pembelajaranPurpple's Shalow
 
Makalah strategi pembelajaran langsung, inkuiri & spbm
Makalah strategi pembelajaran langsung, inkuiri & spbmMakalah strategi pembelajaran langsung, inkuiri & spbm
Makalah strategi pembelajaran langsung, inkuiri & spbmRisma Amalia
 
Analisis Dimensi Sosial “Metode Numbered Head Together (NHT)"
Analisis Dimensi Sosial “Metode Numbered Head Together (NHT)"Analisis Dimensi Sosial “Metode Numbered Head Together (NHT)"
Analisis Dimensi Sosial “Metode Numbered Head Together (NHT)"Dedy Wiranto
 
Peran guru dalam pengembangan media pembelajaran di era teknologi komunikasi ...
Peran guru dalam pengembangan media pembelajaran di era teknologi komunikasi ...Peran guru dalam pengembangan media pembelajaran di era teknologi komunikasi ...
Peran guru dalam pengembangan media pembelajaran di era teknologi komunikasi ...Ig Fandy Jayanto
 
Peran guru dalam pengembangan
Peran guru dalam pengembanganPeran guru dalam pengembangan
Peran guru dalam pengembanganMuLtazam Gea
 
Media pembelajaran penjas
Media pembelajaran penjasMedia pembelajaran penjas
Media pembelajaran penjasistana walet
 
PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA FILM...
PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA FILM...PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA FILM...
PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA FILM...endik baulu
 
Kesiapan guru dalam menghadapi kurikulum baru
Kesiapan guru dalam menghadapi kurikulum baruKesiapan guru dalam menghadapi kurikulum baru
Kesiapan guru dalam menghadapi kurikulum baruPristiadi Utomo
 
Tugas kurpel
Tugas kurpelTugas kurpel
Tugas kurpelpurwa83
 
Bahan bacaan 1.2 pengalaman belajar peserta didik sekolah dasar
Bahan bacaan 1.2  pengalaman  belajar  peserta didik sekolah dasarBahan bacaan 1.2  pengalaman  belajar  peserta didik sekolah dasar
Bahan bacaan 1.2 pengalaman belajar peserta didik sekolah dasarÄkäñx Këyñå
 
Kurikulum Dan Pembelajaran
Kurikulum Dan PembelajaranKurikulum Dan Pembelajaran
Kurikulum Dan Pembelajaran02041989
 
belajar pembelajaran
belajar pembelajaranbelajar pembelajaran
belajar pembelajaranahmadfwzzy
 

What's hot (16)

Kurikulum Dan Pembelajaran
Kurikulum Dan PembelajaranKurikulum Dan Pembelajaran
Kurikulum Dan Pembelajaran
 
Kurikulum dan pembelajaran
Kurikulum dan pembelajaranKurikulum dan pembelajaran
Kurikulum dan pembelajaran
 
3.konsep dasar desain_pembelajarandffs
3.konsep dasar desain_pembelajarandffs3.konsep dasar desain_pembelajarandffs
3.konsep dasar desain_pembelajarandffs
 
Makalah strategi pembelajaran langsung, inkuiri & spbm
Makalah strategi pembelajaran langsung, inkuiri & spbmMakalah strategi pembelajaran langsung, inkuiri & spbm
Makalah strategi pembelajaran langsung, inkuiri & spbm
 
Analisis Dimensi Sosial “Metode Numbered Head Together (NHT)"
Analisis Dimensi Sosial “Metode Numbered Head Together (NHT)"Analisis Dimensi Sosial “Metode Numbered Head Together (NHT)"
Analisis Dimensi Sosial “Metode Numbered Head Together (NHT)"
 
Peran guru dalam pengembangan media pembelajaran di era teknologi komunikasi ...
Peran guru dalam pengembangan media pembelajaran di era teknologi komunikasi ...Peran guru dalam pengembangan media pembelajaran di era teknologi komunikasi ...
Peran guru dalam pengembangan media pembelajaran di era teknologi komunikasi ...
 
Peran guru dalam pengembangan
Peran guru dalam pengembanganPeran guru dalam pengembangan
Peran guru dalam pengembangan
 
Media pembelajaran penjas
Media pembelajaran penjasMedia pembelajaran penjas
Media pembelajaran penjas
 
Media dalam proses pembelajaran
Media dalam proses pembelajaranMedia dalam proses pembelajaran
Media dalam proses pembelajaran
 
PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA FILM...
PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA FILM...PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA FILM...
PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA FILM...
 
Kesiapan guru dalam menghadapi kurikulum baru
Kesiapan guru dalam menghadapi kurikulum baruKesiapan guru dalam menghadapi kurikulum baru
Kesiapan guru dalam menghadapi kurikulum baru
 
Problematika sejarah
Problematika sejarahProblematika sejarah
Problematika sejarah
 
Tugas kurpel
Tugas kurpelTugas kurpel
Tugas kurpel
 
Bahan bacaan 1.2 pengalaman belajar peserta didik sekolah dasar
Bahan bacaan 1.2  pengalaman  belajar  peserta didik sekolah dasarBahan bacaan 1.2  pengalaman  belajar  peserta didik sekolah dasar
Bahan bacaan 1.2 pengalaman belajar peserta didik sekolah dasar
 
Kurikulum Dan Pembelajaran
Kurikulum Dan PembelajaranKurikulum Dan Pembelajaran
Kurikulum Dan Pembelajaran
 
belajar pembelajaran
belajar pembelajaranbelajar pembelajaran
belajar pembelajaran
 

Similar to Desain Program Penerapan Konsep Trilogy+1 Learner u ntuk Menciptakan Proses Pendidikan Hum anis Melalui Peningkatan Peran d an Fungsi Stakeholders Pendidikan d i Kota Malang

Pendekatan Contextual Teaching and Learning dan Realistic Mathematics Education
Pendekatan Contextual Teaching and Learning dan Realistic Mathematics EducationPendekatan Contextual Teaching and Learning dan Realistic Mathematics Education
Pendekatan Contextual Teaching and Learning dan Realistic Mathematics EducationMuhammad Alfiansyah Alfi
 
Ptk jual-beli
Ptk jual-beliPtk jual-beli
Ptk jual-beliMelly PMI
 
[149] Pitoyo Yuliatmojo - UNJ_Strategi.pdf
[149] Pitoyo Yuliatmojo  - UNJ_Strategi.pdf[149] Pitoyo Yuliatmojo  - UNJ_Strategi.pdf
[149] Pitoyo Yuliatmojo - UNJ_Strategi.pdfHartoyo Mp
 
1. pengertian dan ruang lingkup psikologi pendidikan
1. pengertian dan ruang lingkup psikologi pendidikan1. pengertian dan ruang lingkup psikologi pendidikan
1. pengertian dan ruang lingkup psikologi pendidikanDevia Titania
 
TEORI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN INOVATIF.ppt
TEORI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN INOVATIF.pptTEORI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN INOVATIF.ppt
TEORI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN INOVATIF.pptLim Salawat
 
Materi Pengenalan-P5 Profil Pelajar Pancasila.pptx
Materi Pengenalan-P5 Profil Pelajar Pancasila.pptxMateri Pengenalan-P5 Profil Pelajar Pancasila.pptx
Materi Pengenalan-P5 Profil Pelajar Pancasila.pptxYESIDAAPRILIANI2
 
WORKSHOP PEMBUATAN MEDIA EDUCATION BERBASIS PPT ANAK USIA DINI
WORKSHOP PEMBUATAN MEDIA EDUCATION BERBASIS PPT ANAK USIA DINIWORKSHOP PEMBUATAN MEDIA EDUCATION BERBASIS PPT ANAK USIA DINI
WORKSHOP PEMBUATAN MEDIA EDUCATION BERBASIS PPT ANAK USIA DINIEvaniaYafie
 
118-Article Text-232-1-10-20191029 (1).pdf
118-Article Text-232-1-10-20191029 (1).pdf118-Article Text-232-1-10-20191029 (1).pdf
118-Article Text-232-1-10-20191029 (1).pdfslbputraberlian
 
Proposal penelitian
Proposal penelitianProposal penelitian
Proposal penelitianantiantika
 
Koneksi Antar Materi Modul 3.3(Pengelolaan Program Yang Berdampak Pada Murid)...
Koneksi Antar Materi Modul 3.3(Pengelolaan Program Yang Berdampak Pada Murid)...Koneksi Antar Materi Modul 3.3(Pengelolaan Program Yang Berdampak Pada Murid)...
Koneksi Antar Materi Modul 3.3(Pengelolaan Program Yang Berdampak Pada Murid)...IndraWijayaKusuma5
 
Pendekatan kontekstual
Pendekatan kontekstualPendekatan kontekstual
Pendekatan kontekstualRomi Afrizal
 
Optimalisasi Manajemen Sekolah sebagai Lingkungan Belajar dalam Pembentukan C...
Optimalisasi Manajemen Sekolah sebagai Lingkungan Belajar dalam Pembentukan C...Optimalisasi Manajemen Sekolah sebagai Lingkungan Belajar dalam Pembentukan C...
Optimalisasi Manajemen Sekolah sebagai Lingkungan Belajar dalam Pembentukan C...Paulus Robert Tuerah
 
pengalaman belajar peserta didik sekolah dasar
pengalaman  belajar  peserta didik sekolah dasarpengalaman  belajar  peserta didik sekolah dasar
pengalaman belajar peserta didik sekolah dasarTohir Haliwaza
 
UPAYA MWNINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KEATIF DAN ...
UPAYA MWNINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KEATIF DAN ...UPAYA MWNINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KEATIF DAN ...
UPAYA MWNINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KEATIF DAN ...Muhammad Idris
 
16288-Article Text-21605-2-10-20211001 (3).pdf
16288-Article Text-21605-2-10-20211001 (3).pdf16288-Article Text-21605-2-10-20211001 (3).pdf
16288-Article Text-21605-2-10-20211001 (3).pdfMarry84
 

Similar to Desain Program Penerapan Konsep Trilogy+1 Learner u ntuk Menciptakan Proses Pendidikan Hum anis Melalui Peningkatan Peran d an Fungsi Stakeholders Pendidikan d i Kota Malang (20)

Pendekatan Contextual Teaching and Learning dan Realistic Mathematics Education
Pendekatan Contextual Teaching and Learning dan Realistic Mathematics EducationPendekatan Contextual Teaching and Learning dan Realistic Mathematics Education
Pendekatan Contextual Teaching and Learning dan Realistic Mathematics Education
 
Ptk jual-beli
Ptk jual-beliPtk jual-beli
Ptk jual-beli
 
[149] Pitoyo Yuliatmojo - UNJ_Strategi.pdf
[149] Pitoyo Yuliatmojo  - UNJ_Strategi.pdf[149] Pitoyo Yuliatmojo  - UNJ_Strategi.pdf
[149] Pitoyo Yuliatmojo - UNJ_Strategi.pdf
 
1. pengertian dan ruang lingkup psikologi pendidikan
1. pengertian dan ruang lingkup psikologi pendidikan1. pengertian dan ruang lingkup psikologi pendidikan
1. pengertian dan ruang lingkup psikologi pendidikan
 
TEORI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN INOVATIF.ppt
TEORI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN INOVATIF.pptTEORI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN INOVATIF.ppt
TEORI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN INOVATIF.ppt
 
Materi Pengenalan-P5 Profil Pelajar Pancasila.pptx
Materi Pengenalan-P5 Profil Pelajar Pancasila.pptxMateri Pengenalan-P5 Profil Pelajar Pancasila.pptx
Materi Pengenalan-P5 Profil Pelajar Pancasila.pptx
 
WORKSHOP PEMBUATAN MEDIA EDUCATION BERBASIS PPT ANAK USIA DINI
WORKSHOP PEMBUATAN MEDIA EDUCATION BERBASIS PPT ANAK USIA DINIWORKSHOP PEMBUATAN MEDIA EDUCATION BERBASIS PPT ANAK USIA DINI
WORKSHOP PEMBUATAN MEDIA EDUCATION BERBASIS PPT ANAK USIA DINI
 
118-Article Text-232-1-10-20191029 (1).pdf
118-Article Text-232-1-10-20191029 (1).pdf118-Article Text-232-1-10-20191029 (1).pdf
118-Article Text-232-1-10-20191029 (1).pdf
 
Proposal penelitian
Proposal penelitianProposal penelitian
Proposal penelitian
 
Ptk ips kelas ii
Ptk ips kelas iiPtk ips kelas ii
Ptk ips kelas ii
 
Koneksi Antar Materi Modul 3.3(Pengelolaan Program Yang Berdampak Pada Murid)...
Koneksi Antar Materi Modul 3.3(Pengelolaan Program Yang Berdampak Pada Murid)...Koneksi Antar Materi Modul 3.3(Pengelolaan Program Yang Berdampak Pada Murid)...
Koneksi Antar Materi Modul 3.3(Pengelolaan Program Yang Berdampak Pada Murid)...
 
Pendekatan kontekstual
Pendekatan kontekstualPendekatan kontekstual
Pendekatan kontekstual
 
Jon hendri tugas ptk
Jon hendri tugas ptkJon hendri tugas ptk
Jon hendri tugas ptk
 
1
11
1
 
Pengenalan-P5.pptx
Pengenalan-P5.pptxPengenalan-P5.pptx
Pengenalan-P5.pptx
 
Optimalisasi Manajemen Sekolah sebagai Lingkungan Belajar dalam Pembentukan C...
Optimalisasi Manajemen Sekolah sebagai Lingkungan Belajar dalam Pembentukan C...Optimalisasi Manajemen Sekolah sebagai Lingkungan Belajar dalam Pembentukan C...
Optimalisasi Manajemen Sekolah sebagai Lingkungan Belajar dalam Pembentukan C...
 
pengalaman belajar peserta didik sekolah dasar
pengalaman  belajar  peserta didik sekolah dasarpengalaman  belajar  peserta didik sekolah dasar
pengalaman belajar peserta didik sekolah dasar
 
UPAYA MWNINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KEATIF DAN ...
UPAYA MWNINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KEATIF DAN ...UPAYA MWNINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KEATIF DAN ...
UPAYA MWNINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KEATIF DAN ...
 
Pkp ut raha
Pkp ut rahaPkp ut raha
Pkp ut raha
 
16288-Article Text-21605-2-10-20211001 (3).pdf
16288-Article Text-21605-2-10-20211001 (3).pdf16288-Article Text-21605-2-10-20211001 (3).pdf
16288-Article Text-21605-2-10-20211001 (3).pdf
 

More from Succes Zen

pendidikan sebagai proses humanisas
pendidikan sebagai proses humanisaspendidikan sebagai proses humanisas
pendidikan sebagai proses humanisasSucces Zen
 
PENGELOLAAN LAHAN PEKARANGAN/KEBUN DENGAN SENGON SOLOMON HASIL KULTUR IN VITR...
PENGELOLAAN LAHAN PEKARANGAN/KEBUN DENGAN SENGON SOLOMON HASIL KULTUR IN VITR...PENGELOLAAN LAHAN PEKARANGAN/KEBUN DENGAN SENGON SOLOMON HASIL KULTUR IN VITR...
PENGELOLAAN LAHAN PEKARANGAN/KEBUN DENGAN SENGON SOLOMON HASIL KULTUR IN VITR...Succes Zen
 
STUDI TERHADAP PERGAULAN LINTAS AGAMA DALAM MENINGKATKAN KEARIFAN SOSIAL MAHA...
STUDI TERHADAP PERGAULAN LINTAS AGAMA DALAM MENINGKATKAN KEARIFAN SOSIAL MAHA...STUDI TERHADAP PERGAULAN LINTAS AGAMA DALAM MENINGKATKAN KEARIFAN SOSIAL MAHA...
STUDI TERHADAP PERGAULAN LINTAS AGAMA DALAM MENINGKATKAN KEARIFAN SOSIAL MAHA...Succes Zen
 
Penerapan Model Pembelajaran Guided Discovery Dengan Menggunakan Media Mindje...
Penerapan Model Pembelajaran Guided Discovery Dengan Menggunakan Media Mindje...Penerapan Model Pembelajaran Guided Discovery Dengan Menggunakan Media Mindje...
Penerapan Model Pembelajaran Guided Discovery Dengan Menggunakan Media Mindje...Succes Zen
 
ESENSI SPIRIT PENDIDIKAN ISLAM DALAM KONSEP PEMIKIRAN PAULO FREIRE
ESENSI SPIRIT PENDIDIKAN ISLAM DALAM KONSEP PEMIKIRAN PAULO FREIREESENSI SPIRIT PENDIDIKAN ISLAM DALAM KONSEP PEMIKIRAN PAULO FREIRE
ESENSI SPIRIT PENDIDIKAN ISLAM DALAM KONSEP PEMIKIRAN PAULO FREIRESucces Zen
 
KAJIAN KRITIS PERILAKU HUMANITAS PENDIDIK TERHADAP PESERTA DIDIK DALAM PROSES...
KAJIAN KRITIS PERILAKU HUMANITAS PENDIDIK TERHADAP PESERTA DIDIK DALAM PROSES...KAJIAN KRITIS PERILAKU HUMANITAS PENDIDIK TERHADAP PESERTA DIDIK DALAM PROSES...
KAJIAN KRITIS PERILAKU HUMANITAS PENDIDIK TERHADAP PESERTA DIDIK DALAM PROSES...Succes Zen
 
KEBIJAKAN UJIAN NASIONAL Kajian Kritis Politik Pendidikan
KEBIJAKAN UJIAN NASIONAL Kajian Kritis Politik PendidikanKEBIJAKAN UJIAN NASIONAL Kajian Kritis Politik Pendidikan
KEBIJAKAN UJIAN NASIONAL Kajian Kritis Politik PendidikanSucces Zen
 
Kebijakan Pemberlakuan Politik Demokrasi dan Pengaruhnya Terhadap Kesejahtera...
Kebijakan Pemberlakuan Politik Demokrasi dan Pengaruhnya Terhadap Kesejahtera...Kebijakan Pemberlakuan Politik Demokrasi dan Pengaruhnya Terhadap Kesejahtera...
Kebijakan Pemberlakuan Politik Demokrasi dan Pengaruhnya Terhadap Kesejahtera...Succes Zen
 
KEBIJAKAN UJIAN NASIONAL Kajian Kritis Politik Pendidikan
KEBIJAKAN UJIAN NASIONAL Kajian Kritis Politik PendidikanKEBIJAKAN UJIAN NASIONAL Kajian Kritis Politik Pendidikan
KEBIJAKAN UJIAN NASIONAL Kajian Kritis Politik PendidikanSucces Zen
 
Jurnal_Moh. Zaini_IBU Malang_456 549-1-pb
Jurnal_Moh. Zaini_IBU Malang_456 549-1-pbJurnal_Moh. Zaini_IBU Malang_456 549-1-pb
Jurnal_Moh. Zaini_IBU Malang_456 549-1-pbSucces Zen
 
Moh. Zaini - Good Luck Zen
Moh. Zaini - Good Luck ZenMoh. Zaini - Good Luck Zen
Moh. Zaini - Good Luck ZenSucces Zen
 

More from Succes Zen (11)

pendidikan sebagai proses humanisas
pendidikan sebagai proses humanisaspendidikan sebagai proses humanisas
pendidikan sebagai proses humanisas
 
PENGELOLAAN LAHAN PEKARANGAN/KEBUN DENGAN SENGON SOLOMON HASIL KULTUR IN VITR...
PENGELOLAAN LAHAN PEKARANGAN/KEBUN DENGAN SENGON SOLOMON HASIL KULTUR IN VITR...PENGELOLAAN LAHAN PEKARANGAN/KEBUN DENGAN SENGON SOLOMON HASIL KULTUR IN VITR...
PENGELOLAAN LAHAN PEKARANGAN/KEBUN DENGAN SENGON SOLOMON HASIL KULTUR IN VITR...
 
STUDI TERHADAP PERGAULAN LINTAS AGAMA DALAM MENINGKATKAN KEARIFAN SOSIAL MAHA...
STUDI TERHADAP PERGAULAN LINTAS AGAMA DALAM MENINGKATKAN KEARIFAN SOSIAL MAHA...STUDI TERHADAP PERGAULAN LINTAS AGAMA DALAM MENINGKATKAN KEARIFAN SOSIAL MAHA...
STUDI TERHADAP PERGAULAN LINTAS AGAMA DALAM MENINGKATKAN KEARIFAN SOSIAL MAHA...
 
Penerapan Model Pembelajaran Guided Discovery Dengan Menggunakan Media Mindje...
Penerapan Model Pembelajaran Guided Discovery Dengan Menggunakan Media Mindje...Penerapan Model Pembelajaran Guided Discovery Dengan Menggunakan Media Mindje...
Penerapan Model Pembelajaran Guided Discovery Dengan Menggunakan Media Mindje...
 
ESENSI SPIRIT PENDIDIKAN ISLAM DALAM KONSEP PEMIKIRAN PAULO FREIRE
ESENSI SPIRIT PENDIDIKAN ISLAM DALAM KONSEP PEMIKIRAN PAULO FREIREESENSI SPIRIT PENDIDIKAN ISLAM DALAM KONSEP PEMIKIRAN PAULO FREIRE
ESENSI SPIRIT PENDIDIKAN ISLAM DALAM KONSEP PEMIKIRAN PAULO FREIRE
 
KAJIAN KRITIS PERILAKU HUMANITAS PENDIDIK TERHADAP PESERTA DIDIK DALAM PROSES...
KAJIAN KRITIS PERILAKU HUMANITAS PENDIDIK TERHADAP PESERTA DIDIK DALAM PROSES...KAJIAN KRITIS PERILAKU HUMANITAS PENDIDIK TERHADAP PESERTA DIDIK DALAM PROSES...
KAJIAN KRITIS PERILAKU HUMANITAS PENDIDIK TERHADAP PESERTA DIDIK DALAM PROSES...
 
KEBIJAKAN UJIAN NASIONAL Kajian Kritis Politik Pendidikan
KEBIJAKAN UJIAN NASIONAL Kajian Kritis Politik PendidikanKEBIJAKAN UJIAN NASIONAL Kajian Kritis Politik Pendidikan
KEBIJAKAN UJIAN NASIONAL Kajian Kritis Politik Pendidikan
 
Kebijakan Pemberlakuan Politik Demokrasi dan Pengaruhnya Terhadap Kesejahtera...
Kebijakan Pemberlakuan Politik Demokrasi dan Pengaruhnya Terhadap Kesejahtera...Kebijakan Pemberlakuan Politik Demokrasi dan Pengaruhnya Terhadap Kesejahtera...
Kebijakan Pemberlakuan Politik Demokrasi dan Pengaruhnya Terhadap Kesejahtera...
 
KEBIJAKAN UJIAN NASIONAL Kajian Kritis Politik Pendidikan
KEBIJAKAN UJIAN NASIONAL Kajian Kritis Politik PendidikanKEBIJAKAN UJIAN NASIONAL Kajian Kritis Politik Pendidikan
KEBIJAKAN UJIAN NASIONAL Kajian Kritis Politik Pendidikan
 
Jurnal_Moh. Zaini_IBU Malang_456 549-1-pb
Jurnal_Moh. Zaini_IBU Malang_456 549-1-pbJurnal_Moh. Zaini_IBU Malang_456 549-1-pb
Jurnal_Moh. Zaini_IBU Malang_456 549-1-pb
 
Moh. Zaini - Good Luck Zen
Moh. Zaini - Good Luck ZenMoh. Zaini - Good Luck Zen
Moh. Zaini - Good Luck Zen
 

Recently uploaded

LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptLATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptPpsSambirejo
 
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptxPPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptxDEAAYUANGGREANI
 
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdfModul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdfKartiniIndasari
 
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfAksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfEniNuraeni29
 
Regresi Linear Kelompok 1 XI-10 revisi (1).pptx
Regresi Linear Kelompok 1 XI-10 revisi (1).pptxRegresi Linear Kelompok 1 XI-10 revisi (1).pptx
Regresi Linear Kelompok 1 XI-10 revisi (1).pptxRizalAminulloh2
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7IwanSumantri7
 
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...Kanaidi ken
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxIrfanAudah1
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSovyOktavianti
 
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...MuhammadSyamsuryadiS
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxssuser35630b
 
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptxOPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptxDedeRosza
 
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMKAksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMKgamelamalaal
 
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAYSOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAYNovitaDewi98
 
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfJarzaniIsmail
 
Pelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan .pptx
Pelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan .pptxPelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan .pptx
Pelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan .pptxboynugraha727
 
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...pipinafindraputri1
 
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptKenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptnovibernadina
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxdeskaputriani1
 
TEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptx
TEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptxTEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptx
TEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptxMOHDAZLANBINALIMoe
 

Recently uploaded (20)

LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptLATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
 
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptxPPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
 
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdfModul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
 
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfAksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
 
Regresi Linear Kelompok 1 XI-10 revisi (1).pptx
Regresi Linear Kelompok 1 XI-10 revisi (1).pptxRegresi Linear Kelompok 1 XI-10 revisi (1).pptx
Regresi Linear Kelompok 1 XI-10 revisi (1).pptx
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
 
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
 
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
 
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptxOPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
 
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMKAksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
 
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAYSOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
 
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
 
Pelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan .pptx
Pelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan .pptxPelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan .pptx
Pelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan .pptx
 
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
 
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptKenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
 
TEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptx
TEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptxTEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptx
TEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptx
 

Desain Program Penerapan Konsep Trilogy+1 Learner u ntuk Menciptakan Proses Pendidikan Hum anis Melalui Peningkatan Peran d an Fungsi Stakeholders Pendidikan d i Kota Malang

  • 1. Prosiding Seminar Nasional “Pengembangan Profesionalisme Dosen dan Guru Indonesia” https://semnas.unikama.ac.id/fip/artikel.php Vol 2, Tahun 2018 | Halaman 01-09 Prosiding Seminar Nasional | 1 Desain Program Penerapan Konsep Trilogy+1 Learner untuk Menciptakan Proses Pendidikan Humanis Melalui Peningkatan Peran dan Fungsi Stakeholders Pendidikan di Kota Malang Mohammad Zaini1 , Yusvidha Ernata2 IKIP Budi Utomo Malang 1 success.zen@budiutomomalang.ac.id 2 yusvidha_ernata@yahoo.co.id Informasi artikel ABSTRAK Kata kunci: trilogy+1learner, pendidikan humanis, stakeholders pendidikan . Penelitian ini dilakukan melalui penerapan konsep trilogy+1learner ke dalam proses pembelajaran di sekolah dengan melibatkan pendidik, peserta didik dan wali peserta didik terhadap ilmu pengetahuan yang dipelajari, dengan tujuan menciptakan desain program sebagai tawaran kebijakan, untuk menciptakan proses pendidikan yang humanis pada SDN Purwantoro7 dan SDN Buring di kota Malang. Pendekatan menggunakan penelitian kualitatif–fenomenologis. Instrumen yang digunakan; indepth interview, dokumentasi, dan observasi. Model analisis: Miles Huberman. Grand theory; teori pendidikan humanis Paulo Freire. Berdasarkan hasil analisis peneliti, bahwa proses pendidikan humanis melalui peningkatan peran dan fungsi stakeholder pendidikan dapat dilakukan melalui program penerapan konsep trilogy+1learner yakni melibatkan wali peserta didik dalam ‘semua kegiatan’ sekolah, khususnya dalam proses pembelajaran yang dilakukan secara periodik dengan sistem 1pekan = 1x tatap muka = 1 mata pelajaran = bergantian. Melalui program ini, apresiasi, simpati dan empati stakeholders pendidikan, serta apresiasi anak terhadap nilai humanitas di lingkungan- akan semakin meningkat lebih baik. Copyright © 2018 Moh Zaini1 , Yusvidha Ernata2 . All Right Reserved Pendahuluan Proses pendidikan humanis di negeri ini masih sangat mahal, disebabkan sering munculnya tindak kekerasan dalam pendidikan, baik dilakukan oleh oknum pendidik terhadap peserta didik, atau dilakukan antar peserta didik. Menurut ketua KPAI, yang menyatakan bahwa Malang raya darurat kekerasan terhadap anak. Pada tahun 2016 dilakukan penelitian oleh Dosen IKIP Budi Utomo Malang, bahwa bahwa terjadinya kekerasan terhadap anak dalam dunia pendidikan, di satu sisi disebabkan oleh mindset guru yang masih menganggap bahwa dengan pola pendidikan yang tegas, maka cenderung peserta didik akan mudah terbentuk, baik sikap ataupun dalam hal karakternya. Namun demikian, istilah ‘tegas’ dalam hal operasional tidaklah mudah dibedakan dengan istilah sikap ‘kekerasan’. Sebab bisa saja guru berargumentasi dengan logika ketegasan, namun sikap secara fisik menunjukkan perilaku kekerasan, -yang dibuktikan dengan munculnya korban bagi peserta didik. Menurut data KPAI, bahwa Malang raya menempati posisi ke-6 dari 17 kota/kabupaten yang ada di Jawa Timur. Sedangkan Jawa Timur sendiri menempati urutan ke-2 dari seluruh propinsi yang ada di Indonesia (http://malangtoday.net/malang-raya/ketua-kpai-malang-darurat- kekerasan-pada-anak/). Urutan angka tersebut adalah mendekati titik yang kritis. Oleh karena itu,
  • 2. Prosiding Seminar Nasional Vol. 2 Tahun 2018 | Hal. 01 – 09 2 | Prosiding Seminar Nasional dibutuhkan pembenahan secara menyeluruh, baik dari luar sistem terkait, lebih-lebih yang langsung berkaitan dengan ‘bakal calon pelaku’. Dalam arti memberikan pembinaan kepada setiap elemin- elemin stakeholder pendidikan, -yang tidak hanya berpusat pada komponen utama guru dan peserta didik, tetapi juga kepada wali dari peserta didik. Sebagai antisipasi terhadap cenderung adanya tindak kekerasan tersebut, maka dibutuhkan konsep teoritik sebagai dasar pedoman. Konsep teoritik dimaksud adalah konsep trilogy+1learner.Konsep ini menggambarkan ide peningkatan peran dan fungsi stakeholder pendidikan, -melalui keterlibatan wali peserta didik dalam sebuah iklim belajar sesuai peran dan fungsinya masing-masing untuk memberikan atensi dan pembelajaran bagi putra-putrinya. Menurut Zaini, (2016:1) bahwa konsep ini memaksimalkan layanan kemanusiaan yang memperlakukan guru, peserta didik, dan orangtua sebagai pelaku yang sama-sama aktif; koordinatif, komunikatif, dan apresiatif terhadapt setiap pencapaian ilmu pengetahuan yang didapatkan, serta menjadikan IPTEK sebagai sasaran pengembangan pengembangan mentalitas peserta didik (.) Adapun konsep trilogy + the learners dimaksud, sebagai berikut: 1. Pendidik 2. Peserta didik 3. Ilmu pengetahuan 4. Orangtua peserta didik Pada gambaran konsep trilogy + the learners di atas, orangtua peserta didik juga diposisikan diri sebagai subjek aktif. Ketiga subjek tersebut sama-sama saling mengimbangi subjek aktif pendidik dan peserta didik, sehingga cara pandang dari ketiga subjek aktif tersebut sama-sama memosisikan Ilmu Pengetahuan sebagai objek. Ketiga-tiganya sama-sama belajar, berlatih, saling komunikatif, koordinatif dan interaktif mengenai Ilmu Pengetahuan yang menjadi objeknya. Guru di dalam kelas tidak menjadi pusat belajar (teacher centre), akan tetapi menjadi mitra belajar, -yang komunikatif, interaktif bersama peserta didik. Peran dan fungsi guru di dalam dan di luar kelas menjadi elegan, sehingga atmosfir kelas sangat menyenangkan. Secara sederhana dan umum peran dan fungsi guru bagi peserta didik, dapat diidentifikasikan melalui 19 hal, diantaranya: Guru sebagai pendidik, pengajar, pembimbing, pelatih, penasehat, pembaharu (innovator), model dan teladan, pribadi, peneliti, pendorong kreativitas, pembangkit pandangan, pekerja rutin, pemindah kemah, pembawa ceritera, aktor, emansipator, evaluator, pengawet, dan sebagai kulminator. (Mulyasa, 2005:137) Melalui 19 peran di atas menggambarkan bahwa guru berada pada posisi yang sangat strategis. Sikap dan perilaku guru benar-benar berpengaruh terhadap perilaku peserta didik. Apabila didapatkan guru yang humoris dan menyenangkan bagi peserta didik, tentu secara kausalitas guru tersebut pada saat menjadi peserta didik mendapatkan pendidikan yang humoris dan menyenangkan, sehingga guru tersebut menjadi profile dalam setiap memori peserta didik. Begitu juga sebaliknya, maka guru akan menjadi mimpi buruk bagi peserta didiknya. Subjek Aktif Objek Pasif
  • 3. PROSIDING SEMINAR NASIONAL VOL.2, TAHUN 2018 DESAIN PROGRAM PENERAPAN KONSEP TRILOGY+1 LEARNER UNTUK MENCIPTAKAN PROSES PENDIDIKAN HUMANIS MELALUI PENINGKATAN PERAN DAN FUNGSI STAKEHOLDERS PENDIDIKAN DI KOTA MALANG MOHAMMAD ZAINI1) , YUSVIDHA ERNATA2) HALAMAN. 01-09 Prosiding Seminar Nasional | 3 Realitas seperti di atas tentu menjadi persoalan yang krusial bagi berkembangnya kompetensi setiap guru/pendidik, mengingat persoalan tersebut seperti mata rantai yang tidak mudah diputus, selama paradigma yang digunakan menggunakan paradigma otoritatif yang menjadikan proses pembelajaran hanya berpusat pada guru (teacher centre), sehingga guru menjadi satu-satunya otoritas keilmuan. Paradigma di atas diduga tidak mampu membawa visi besar kemanusiaan yang diharapkan dapat tumbuh dan berkembang secara baik di dalam setiap pribadi peserta didik. Sebaliknya dibutuhkan peran serta stakeholders yang lain secara partisipatif, sehingga visi besar humanitas dapat dikawal dan dijalankan bersama oleh para stakeholders pendidikan. Adapun komponen stakeholders yang memiliki keterlibatan langsung dengan peserta didik, dan relevan dengan konsepthe trilogy+1learner yakni: 1. Guru/pendidik sebagai person profesional yang memiliki otoritas mendidik, dan berfungsi sebagai orangtua kedua non genetik, dan 2. Orangtua peserta didik sebagai penanggungjawab genetik yang memiliki hubungan langsung dan erat dengan peserta didik. Kedua komponen spesifik tersebut memiliki peran secara langsung dengan peserta didik sesuai dengan posisi peserta didik berada. Oleh karena itu melalui penelitian ini ditujukan untuk mendesain sebuah program penerapan konsep trilogy+1 learner untuk menciptakan proses pendidikan humanis melalui peningkatan peran dan fungsi stakeholders pendidikan di kota Malang Secara umum icon istilah dan ruang lingkup yang digunakan dalam dunia pendidikan selama ini adalah konsep ‘tri pusat pendidikan’, dengan cakupan; sekolah, keluarga dan masyarakat. Tentu teori tersebut bersifat universal, sangat luas, bahkan tidak mampu menyentuh aspek yang riil dan kongkrit. Oleh karena itu, istilah yang lebih spesifik menyentuh ruang dan area pembelajaran, lebih tepatnya menggunakan re-teori / re-terminologi; yakni “trilogy+1learner”, sebagaimana pada gambar berikut: Gambar 1. Relasi Simbiosis Konsep the trilogy+1learner (Sumber: Zaini, JINoP Vol. 2 No. 2 th. 2016:385) Oleh karena itu, memperbaharui konsep Freire dalam konteks pendidikan era kontemporer dengan berbagai tantangannya saat ini tentu membutuhkan/melibatkan stakeholder inti lainnya, - yang dalam hal ini adalah orangtua (wali) peserta didik. Sebagaimanakerangka konsep “relasi G P D W.P D IP S S S O P Keterangan: G : Guru (Pendidik) PD : Peserta Didik W.PD : Wali Peserta Didik : Instruktif : Koordinatif Komunikatif : Apresiatif
  • 4. Prosiding Seminar Nasional Vol. 2 Tahun 2018 | Hal. 01 – 09 4 | Prosiding Seminar Nasional simbiosis the trilogy+1learner” di atas, menggambarkan bahwa dalam proses penyelenggaraan pembelajar, guru (G) tidaklah berposisi pemeran tunggal, akan tetapi guru berfungsi sebagai mitra koordinatif peserta didik. Selanjutnya, ‘peserta didik’ (PD) dapat mengembangkan berbagai potensi dirinya dengan ide-ide kreatifnya, sehingga guru dapat menyupportnya, mengapresiasinya, serta memberikan penguatan-penguatan terhadap setiap capaian-capaian ‘ilmu pengetahuahun’ (IP) yang didapatkan oleh peserta didik. Sedangkan ‘wali peserta didik’ (W.PD), berposisi sebagai mitra koordinatif-komunikatif dengan guru (G), sekaligus sebagai mitra apresiatif dengan ‘peserta didik’ (PD). Tugas wali peserta didik adalah berupaya untuk mensinergikan pembiasaan baik yang didesain dan diterapkan di sekolah, berkoordinasi menyelesaikan masalah-masalah penyimpangan perilaku peserta didik serta berbagai solusi yang dapat diputuskan bersama, sehingga terbentuk kebiasaan positif, peserta didik mantap di dalam menentukan sikap, berperilaku, ‘berpikir’ serta berbagai hal yang sevisi dengan program yang di kembangkan di sekolah. Itulah wujud apresiasi yang ditunjukkan oleh wali peserta didik di lingkungan keluarga, sehingga antara guru dengan wali peserta didik secara komunikatif senantiasa terjalin dengan baik. Pada pola relasi simbiosis tiga arah ini ketiganya sama-sama berstatus sebagai pelaku (subjek) yang secara bersama mendukung proses pendewasaan peserta didik. Secara tata bahasa di dalam struktur ketata-kebahasaan, bahwa apabila terdapat ‘subjek’, maka secara umum membutuhkna ‘objek’, akan tetapi dalam hal-hal tertentu ‘subjek’ tidak membutuhkan ‘objek’. Dalam the trilogy+1learner, yang disebut sebagai subjek adalah Guru (G), Peserta Didik (PD), dan Wali Peserta Didik (W.PD). Apabila hal ini mengacu pada teori Freire an sich maka ilmu pengetahuan (IP) berstatus sebagai objek, atau berstatus sebagai ‘titik sasar’ pengembangan, sehingga memunculkan asumsi, ilmu pengetahuanlah yang hanya dapat berkembang dengan baik, sementara ‘sasaran pengembangan mental’ dari peserta didik dimaksud tidak sampai pada titik capai kedewasaan yang diharapkan. Dengan demikian proses pembelajaran tetap tidak mampu melahirkan peserta didik sebagaimana yang dicita-citakan. Oleh karena IP tidak hanya dijadikan sebagai objek pengembangan IP, tetapi lebih utama dari hal tersebut adalah menjadikan ‘IP sebagai Media Aplikasi dan Pengembangan’bagimental peserta didik. Dalam artian, peserta didik, baik di lingkungan sekolah dan juga di lingkungan keluarga tetap terkait dengan ilmu pengetahuan. M e t o d e Pendekatan kualitatif dengan desain fenomenologis, digunakan untuk mencapaitujuantersebut dari penelitian ini. Teknik pengumpulan data menggunakan interview, dokumentasi, dan observasi. Sedangkan sumber data utama dalam penelitian ini adalah kata-kata lisan melalui interview, tulisan melalui data dokumentasi, tindakan melalui data hasil observasi. Sedangkan teknikanalisis datayang digunakan adalah teknikanalisis interaktif Miles-Hubberman yangdilakukan melalui empat tahap, yaitu: pengumpulan data, reduksi data, displaydata, sertapenarikan kesimpulan. Penelitianini dilaksanakan di (SDN Purwantoro7 dan SDN Buring) kota Malang.
  • 5. PROSIDING SEMINAR NASIONAL VOL.2, TAHUN 2018 DESAIN PROGRAM PENERAPAN KONSEP TRILOGY+1 LEARNER UNTUK MENCIPTAKAN PROSES PENDIDIKAN HUMANIS MELALUI PENINGKATAN PERAN DAN FUNGSI STAKEHOLDERS PENDIDIKAN DI KOTA MALANG MOHAMMAD ZAINI1) , YUSVIDHA ERNATA2) HALAMAN. 01-09 Prosiding Seminar Nasional | 5 Hasil dan Pembahasan Kerangka program dalam konteks penerapan konsep melalui penelitian ini dimulai dari konsep dan rencana strategis kurikulum yang ada di sekolah. Dari kedua sekolah tersebut terdapat perbedaan yang tidak mudah dipersamakan. SDN Purwantoro 7 cenderung lebih militan dalam hal maksimalisasi proses pembelajaran, meskipun belum maksimal melibatkan wali peserta didik. Karena berharap terhadap keterlibatan wali peserta didik, tentu merupakan hal yang tidak mudah direalisasikan, mengingat wali peserta didik memiliki latar belakang pendidikan lulusan SLTA 46%, secara umum berprofesi sebagai buruh lepas (swasta 42%). Tidak mudah bagi wali peserta didik untuk terlibat secara intensif di sekolah, mengingat waktu-waktu yang ada hanya termanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan keseharian. Namun demikian tidak berarti bahwa wali peserta didik SDN Purwantoro7 tidak pernah terlibat, tetap terlibat meskipun hanya dalam hal pengambilan raport putra-putrinya, dan selebihnya kembali pada kesibukannya semula. Sedangkan wali peserta didik pada SDN Buring sangatlah bertolak belakang dengan wali peserta didik di SDN Purwantoro7. Tampak dalam pengamatan di lapangan, bahwa keterlibatan para wali peserta didik sangat aktif, baik dalam hal pembelajaran di dalam kelas, dan juga pada kegiatan pembelajaran ekstra di luar kelas. Keterlibatan para ‘wali’ tidak hanya sebagai pengunjung pasif, akan tetapi lebih dari hal tersebut, yakni berperan serta aktif dalam peran-peran strategis. Sebagai contoh keaktifan para wali, diantaranya sebagai guru, sebagai panitia, sebagai penanggungjawab kegiatan drumband dan kegiatan seni hadrah. Meskipun secara tekstual belum tertuang sebagai program, namun demikian bentuk keterlibatan para wali selain merupakan bentuk dorongan kesadaran dari bawah, juga merupakan pro aktif kebijakan yang terdorong dari Kepala Sekolah. Kondisi tersebut seperti gayung bersambut, antara wali dan pihak sekolah saling bahu- membahu untuk mewujudkan kualitas pendidikan yang lebih bagus, terutama dampak positifnya terhadap peserta didik di sekolah. Dalam arti, pada sekolah yang ada, peran wali peserta didik diposisikan sebagai pemeran yang sama dengan guru dan peserta didik, walaupun stressingnya tetap tertuju pada peserta didik. Model pemeranan seperti ini kemudian disebut dengan trilogy+1learner. Sebagai konsekwensinya, wali peserta didik diberikan peluang berkehendak aktif di dalam siklus konsep teori trilogy+1leaner ini, sehingga simpati dan empati terhadap peserta didik akan meningkat lebih baik. Dengan model pemeranan tersebut, peningkatan peran dan fungsistakeholders dalam teori trilogy+1learner diharapkan mampu meningkatkan kualitas pendidikan bagi anak, sebagaimana kerangka program penerapan konsep trilogy+1learner adalah sebagai berikut:
  • 6. Prosiding Seminar Nasional Vol. 2 Tahun 2018 | Hal. 01 – 09 6 | Prosiding Seminar Nasional Pada desain program konsep penerapan trilogi+1learner di atas, menggambarkan universalitas kualitas pendidikan, -yang akan dapat direalisasikan apabila semua unsur yang ada berperan aktif dan humanis. Kerangka program tersebut dimulai dari realitas dehumanis yang secara umum masih menjadi latar belakang pendidikan humanis. Dalam arti, bahwa proses pendidikan yang ada hari ini selalu bertolak dari masalah in-empaty dan ketidak simpatian pihak-pihak terkait terhadap peserta didik, mulai dari persoalan verbal dan non verbal dalam masyarakat pendidikan. Aktor-aktornya adalah pendidik dan wali peserta didik. Kedua aktor ini memiliki peranan yang sangat strategis dalam dunia pendidikan, terutama dalam hal berkarakter-tidaknya peserta didik yang dididik. Oleh karena itu, jika kedua aktor ini dalam posisi yang sama, sama-sama bersimpati dan berempati pada peserta didik, maka bukan tidak mungkin kualitas pendidikan anak akan melejit dan membanggakan. Adapun makna yang tertanam dalam diri peserta didik adalah kebersamaan, keharmonisan, dialogis, empati, simpati, menghormati, menghargai, dan lain-lain. Inilah substansi dari karakter yang akan dibangun dalam dunia pendidikan. Selanjutnya lebih dari hal tesebut, yakni kualitas sain yang juga akan memudahkan mengayakan referensi dari peserta didik. Paulo Freire dalam hal ini memberikan gambaran dalam siklus keterlibatan dunia pendidikan, yakni subjek pertama adalah guru, subjek kedua adalah murid dan objeknya adalah ilmu pengetahuan. Kedua subjek tersebut terjalin secara egaliter dalam proses belajar. Guru menjadi fasilititor terbaik dalam proses belajar, sehingga peserta didik tersupport dan mampu menguasai objek materi secara baik. Namun demikian, dalam konteks pendidikan di Indonesia teori Paulo Freire di atas secara umum tidaklah cukup. Dalam konsep pendidikan di Indonesia, Ki Hajar Dewantara mengenalkan tripusat pendidikan, yakni: lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat. Gambar 1. Kerangka Logis Program Penerapan KonsepTrilogy+1learner Kerangka Logis (Logical Framework/Log-frame) Kerangka Program Penerapan Konsep Trilogy+1 Learner dalam Menciptakan Proses Pendidikan Humanis Melalui Peningkatan Peran dan Fungsi Stakeholders Pendidikan Proses Pe nd idi Proses Pendidika Peningk atan Peran&F Wali Murid Penentu Nilai- nilai kemanu Proses Observ asi Mengapa, sebuah program dilakukan Apa, yang ingin dicapai oleh program program Bagaimana, caranya program akan mencapai hasil yang Apa saja, faktor eksternal yang pokok untuk menjamin kesuksesan Bagaimana, caranya untuk mengukur keberhasilan Dimana, mendapatk an informasi untuk mengukur SCIENC WAKTU PELAKSANAAN DILAKUKAN SECARA PERIODIK: ................................ 1 PEKAN = 1X TATAP MUKA = 1 O R A N G MURID PENDI Keterangan: : Instruktif :Koordinatif :komunikatif : Apresiatif
  • 7. PROSIDING SEMINAR NASIONAL VOL.2, TAHUN 2018 DESAIN PROGRAM PENERAPAN KONSEP TRILOGY+1 LEARNER UNTUK MENCIPTAKAN PROSES PENDIDIKAN HUMANIS MELALUI PENINGKATAN PERAN DAN FUNGSI STAKEHOLDERS PENDIDIKAN DI KOTA MALANG MOHAMMAD ZAINI1) , YUSVIDHA ERNATA2) HALAMAN. 01-09 Prosiding Seminar Nasional | 7 Terdapat sesuatu yang sangat bermakna di dalam penjelasan Tripusat Pendidikan yaitu; 1. Keinsyafan Ki Hadjar Dewantara bahwa tujuan pendidikan tidak mudahdicapai melalui satu arah saja, 2. Ketiga-pusat pendidikan hendaknyaterjalin dengan sangat akrab danpenuh harmoni, 3. Bahwa lingkungan keluarga adalah pusat belajar utama dan memfasilitasi pendidikan budi pekerti, agama, dan laku sosiald. Bahwa perguruan sebagai balai wiyata yang memfasilitasi ilmupengetahuan dan skill, 4. Bahwa alam kemasyarakatan sebagai area terbuka media berlatih menumbuhkan karakter dan personalitinya, 5. Pemikiran Ki Hadjar Dewantara adalahupayamenumbuhkan dan menghidupkan, mengembangkan dan menguatkan rasa sosialitas yang tinggi di dalam diri anak. Teori pembelajaran sosial menyatakan bahwa anak mempelajari suatu perilaku melalui pengamatan dan hubungan langsung dengan orang lain yang berada di sekitarnya (Miller PH, 2011). Hubungan langsung dengan orang lain dimaksud adalah hubungan interaktif, -yang ketika ditarik ke dalam konteks trilogy+1learner, hubungan interaktif dapat berarti hubungan yang melibatkan dan menghadirkan ke empat unsur tersebut. Guru tidak lagi memposisikan diri sebagai orangtua, tetapi tetap sebagai guru, orangtua peserta didik tetap dalam posisinya sebagai orangtua secara biologis, peserta didik sebagai anak dan peserta didik di kelas, dan ilmu pengetahua betul- betul menjadi ladang yang siap diolah bersama dalam rangka menghasilkan produksi baru dalam ilmu pengetahuan. Dengan demikian, ke empat unsur tersebut betul-betul pada posisi yang sebenarnya, tidak sedang memposisikan diri dengan posisi berbeda, sehingga peserta didik betul-betul menghadapi dunia nyata (the real world) di dunianya. Dalam konteks ini adalah sama dengan memasukkan formulasi keluarga ke dalam lingkup sekolah dalam hal pembelajaran, sehingga keempat-empatnya hadir, sebagai pendidik, peserta didik, wali peserta didik dan ilmu pengetahuan dalam satu mumentum keilmiahan. Adapun peran dan fungsi stakeholoders pendidikan (wali peserta didik) sesuai dengan keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 044/U/2002,disandarkan pada peran dan fungsi komite sekolah adalah sebagai berikut: a. Pemberi pertimbangan (advisory agency) dalam penentuan dan pelaksanaan kebijakanpendidikan di satuan pendidikan. b. Pendukung (supportingagency), baik yang berwujud finansial, pemikiran, maupun tenagadalam penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan. c. Pengontrol (controllingagency) dalam rangka transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraandan pengeluaran pendidikan di satuan pendidikan. d. Mediator antara pemerintah (eksekutif) dengan masyarakat di satuan pendidikan (Kepmendiknas No. 044/U/2002, tgl. 2 April 2002 tentang Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah). Dari ke empat peran dan fungsi stakeholders pendidikan di atas menggambarkan bahwa stakehloders pendidikan betul-betul pada posisi terlibat aktif, juga memilik tanggung-jawab atas sekolah yang menjadi tempat belajar putra/putrinya, sehingga secara ideal tidak ada satupun fungsi dan peran menyebabkan berjaraknya hubungan antara wali peserta didik dengan sekolah. Sekolah
  • 8. Prosiding Seminar Nasional Vol. 2 Tahun 2018 | Hal. 01 – 09 8 | Prosiding Seminar Nasional diposisikan sebagai bagian yang tidak terpisah dengan lingkup keluarganya, dalam arti memiliki visi yang sama dalam hal humanisasi peserta didik secara umum. Pertama, peran pertimbangan yang diberikan oleh wali peserta didik. Dalam hal ini peran diberikan tidak hanya karena diminta, akan tetapi peran ini melekat dalam diri orangtua sebagai wali peserta didik, sehingga keberadaan hadir secara integratif, menjadi bagian yang tidak terpisahkan dengan visi yang diusung sekolah. Keberadaanya berkontribusi di dalam menentukan langkah kebijakan yang akan diambil oleh sekolah. Karena disadari bahwa kebijakan tersebut akan memberi dampak bagi masyakat sekolah seluruhnya, -yang secara khusus berdampak kepada peserta didik. Kedua, peran pendukung; finansial, pikiran, maupun tenaga penyelenggaraan pendidikan. Peran ini merupakan bagian yang akan menentukan bagi berlangsung baik/tidaknya proses dan hasil pembelajaran anak. Oleh karena itu dalam hal ini wali peserta didik memiliki peranan yang strategis, mengingat subjek pembelajarnya adalah putra/putrinya sendiri. Ketiga, peran pengontrol. Peran ini memberikan garansi terhadap transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan pendidikan. Wali peserta didik dikehendaki memiliki fungsi yang baik untuk memberikan pengawasan, sehingga proses transparansi dan akuntabilitas dapat berjalan dengan baik. Keempat, peran mediasi. Wali peserta didik selain sebagai bagian dari masyarakat, sebagai orangtua, bahkan juga sebagai anggota komite. Dalam hal ini wali peserta didik juga dapat berposisi sebagai ‘jembatan penghubung antara sekolah dengan pemerintah, tidak terkecuali terkait dengan persoalan pembelajaran yang ada di sekolah. Oleh karena itu, ketika peran-peran di atas dapat diwujudkan ke dalam setiap sikap dan respon aktif wali peserta didik, tentu akan memberikan pengaruh yang sangat positif bagi sekolah pada umumnya, dan peserta didik pada khususnya. Sebab, orangtua tidak hanya sebatas memiliki hubungan struktural oleh karena anaknya sebagai peserta didik di lembaga pendidikan. Akan tetapi lebih dari hal tersebut, orangtua juga memiliki hubungan ‘emosional’, komunikasi dua arah dengan pendidik dalam banyak peristiwa yang rutin, serta menghadirkan kebermaknaan dalam setiap momentum. Dengan begitu, para orangtua, dan guru sebagai bagian dari stakeholder mampu memberikan garansi yang lebih baik bagi anak/peserta didik di masa yang akan datang. Simpulan Berdasarkan hasil pengambilan data dan analisis yang peneliti lakukan, maka dapat disimpulkan, bahwa: proses pendidikan humanis melalui peningkatan peran dan fungsi stakeholder pendidikan dapat dilakukan melalui program penerapan konsep trilogy+1learner yakni melibatkan wali peserta didik, bersama pendidik, dan peserta didik dalam ‘semua kegiatan’ sekolah, khususnya dalam proses pembelajaran yang dilakukan secara periodik. Kegiatan tersebut dilakukan dengan sistem 1pekan = 1x tatap muka = 1 mata pelajaran = bergantian. Melalui program ini, maka apresiasi, simpati dan empati stakeholders pendidikan, serta apresiasi anak terhadap nilai humanitas di lingkungan akan semakin meningkat lebih baik.
  • 9. PROSIDING SEMINAR NASIONAL VOL.2, TAHUN 2018 DESAIN PROGRAM PENERAPAN KONSEP TRILOGY+1 LEARNER UNTUK MENCIPTAKAN PROSES PENDIDIKAN HUMANIS MELALUI PENINGKATAN PERAN DAN FUNGSI STAKEHOLDERS PENDIDIKAN DI KOTA MALANG MOHAMMAD ZAINI1) , YUSVIDHA ERNATA2) HALAMAN. 01-09 Prosiding Seminar Nasional | 9 Daftar Rujukan Fakih, Mansour. 2011. Paulo Freire Tanpa Mitos: Sebuah Pengantar, (online), (http://Paulo-Freire- Tanpa-Mitos-Sebuah-Pengantar_iBlog.mht, diakses 26 Februari 2017). Freire, Paulo. 1995. Pendidikan Kaum Tertindas, terjemahan Utomo Dananjaya, (Jakarta – LP3ES (Lembaga Penelitian Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial) Fromm, Erich, 2000. Lari dari Kebebasan. Pustaka Pelajar: Yogyakarta, cetakan II http://ejournal.umm.ac.id/index.php/jinop/article/view/3490 diakses tgl. 4 Juli 2018 diakses, tgl. 9 Juli 2018 http://www.biografipedia.com/2015/08/biografi-ki-hajar-dewantara.html, diakses tanggal 24 Pebruari 2017 Kepmendiknas Nomor 044/U/2002 tanggal 2 April 2002 tentang Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah (https://www.slideshare.net/Iwanabdurr/kepmendiknas-0442002komitesekolah) Miles dan Huberman. 1987.Analisis Data Kualitatif. Terjemahan. Jakarta: Yayasan Penerbitan Universitas Indonesia MillerPH. 2011. Theories of Developmental Psychology: Fifth Edition. New York: Worth Publishers. Moleong, Lexy J. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya Mulyasa, 2005.Menjadi Guru, Menciptakan Pelajaran Kreatif dan Menyenangkan, Bandung: Remaja Rosdakarya R.C, Bogdan., dan Biklen, S.K. 1998. Qualitative Research for Education. Boston: Allyn and Bacon Zaini, Mohammad, 2016, Kajian Perilaku Humanitas Pendidik Terhadap Peserta Didik Dalam Proses Pendidikan di Kota Malang, JINoP (Jurnal Inovasi Pembelajaran), Volume 2, Nomor 2, November 2016, P-ISSN 2443-1591 E-ISSN 2460-0873