SlideShare a Scribd company logo
Indonesia Perjuangkan Batas Wilayah 200 Mil Laut
Kepaduan antara aspek teknis, hukum, dan diplomasi dalam penetapan batas laut satu negara
merupakan satu keperluan dan Indonesia memperjuangkan penetapan batas kontinen lautnya
hingga di luar 200 mil laut. Hal itu terungkap dalam Seminar Internasional Aspek Teknis Hukum
Laut, di Nusa Dua, Bali, Senin. Hadir dalam seminar itu Kepala Badan Koordinasi Survei dan
Pemetaan Lahan, Rudolf Matindas, Direktur Jenderal Hukum dan Kerja Sama Internasional
Departemen Luar Negeri, Arief H Oegroseno, ahli hukum laut internasional, Prof Dr Hasjim
Djalal, Presiden Dewan Ahli Hukum Laut Internasional, Prof Chris Rizos, dan sejumlah lain para
ahli yang berkompeten di bidangnya.

Indonesia menjadi tuan rumah seminar itu, yang diikuti sejumlah besar ahli dari manca negara,
dari berbagai disiplin ilmu geologi, hidrografi, geografi, oceanografi, hukum laut, hingga
kalangan diplomat.Menurut Djalal, yang juga menjadi pelopor Konvensi PBB Tentang Hukum
Laut Internasional (UNCLOS), dalam penetapan batas laut satu negara, terkait erat antara ranah
teknis kebumian, ranah hukum internasional, dan ranah diplomasi antar negara.

Banyak pengertian teknis yang berbeda pemahamannya antara negara satu dengan negara yang
lain. Implementasi penerjemahan aspek teknis itu menjadi satu hal penting yang harus dikuasai
oleh para peletak kebijakan dan pengambil keputusan.

“Menurut rezim konvensi hukum laut yang telah kita ratifikasi pada 1985, kita sangat
dimungkinkan untuk menetapkan batas kontinen laut menjadi di luar dari batas zone ekonomi
eksklusif yaitu di luar 200 mil laut. Untuk bisa membuktikan klaim ini, disiplin ilmu lain sangat
berperan, di antaranya ilmu geologi dan oceanografi. Inilah kepentingan pertemuan kali ini,”
katanya.



Dia menyatakan, saat ini Indonesia sedang memperjuangkan hal itu di kancah internasional
melalui Komisi Landas Kontinen Internasional di New York. Hal itu telah dirintis sejak beberapa
tahun lalu dengan dukungan data geospacial dan oseanografi hasil survei lapangan dan
pencitraan satelit.

Hal itu dikuatkan oleh Oegroseno, yang menyatakan Indonesia telah mempresentasi konsep batas
kontinen lautnya di depan komisi itu di New York, pada 4 Maret lalu. “Pada 19 Maret lalu telah
diterima dan Indonesia harus melakukan beberapa tahap presentasi lagi. Kita masih harus
membuktikan secara lebih meyakinkan tentang `sambungan` landas kontinen itu secara geologis
dan dari sudut pandang ilmu kebumian lain. Aspek teknis ini sangat penting,” katanya.

Ayat 4 pasal 76 UNCLOS 1982 yang telah diratifikasi 150 negara di dunia menyebutkan secara
jelas tentang batas landas kontinen laut dan persyaratan agar satu negara boleh mengklaim
“kepanjangan” batas itu hingga di luar 200 mil laut pantai terluar di pulau terluarnya.
Hal itu diperkuat oleh pasal 77 dan pasal 78 yang menyatakan hak itu, jika disepakati secara
bilateral, multilateral, dan internasional, tidak akan mempengaruhi hak-hak satu negara atas
wilayah perairan dan udara di atasnya.

“Kalau ini bisa diwujudkan, maka pertambahan wilayah laut kita sangat besar. Kita perjuangkan
itu di perairan barat Sumatra, di perairan selatan Sumba, dan perairan utara Papua,” katanya.
Indonesia juga telah memiliki satu tim multidisiplin yang diberi mandat memperjuangkan hal itu
oleh negara.

Berdasarkan Konvensi Djuanda yang diterima internasional sejak 1958, Indonesia merupakan
satu negara kepulauan yang tidak lagi memiliki “kantung-kantung” wilayah laut. Sesuai dengan
konsep Wawasa Nusantara itu, seluruh pulau wilayah sah Indonesia menjadi satu kesatuan yang
dihubungkan oleh perairan laut dan selat. Adapun batas laut teritorial Indonesia diatur oleh
hukum laut internasional hingga sejauh 12 mil laut diukur dari titik laut paling surut dan
ditentukan di titik-titik pangkal terluar di pulau terluarnya. Hal itu juga dikombinasikan dengan
batas kontinen laut sebagaimana diatur oleh rezim perundangan UNCLOS 1982.

BENTUK GEOMORFOLOGI DASAR LAUT PADA
TEPIAN LEMPENG
Tatanan tektonik sebelah barat Sumatera dan selatan Jawa, didominasi oleh pergerakan ke utara
dari tepian aktif lempeng samudera Hindia dan lempeng benua Australia terhadap lempengan
Sunda dengan kecepatan sekitar 6-7 cm/tahun. Komponen gerakan lempengan yang relatif tegak
lurus terhadap arah batas lempeng sebagian besar membentuk sesar-sesar naik di sepanjang zona
subduksi Sumatera dan Java, sedangkan komponen lempeng yang parallel terhadap batas
lempeng didominasi oleh terbentuknya sesar-sesar geser pada zona sesar.

Kajian tepian tektonik aktif difokuskan untuk mengidentifikasi bentuk geomorfologi dasar laut
dari masing-masing segmen lempeng. Empat bentuk morfologi utama dapat diidentifikasi,
seperti zona subduksi, palung laut, prisma akresi, dan cekungan busur muka. Gambaran bentuk
geomorfologi dasar laut ini kemungkinan merupakan contoh morfologi dasar laut yang terbaik di
dunia.

Batas-batas bentuk geomorfologi dasar laut ini sangat jelas terlihat pada rekaman seismic dan
citra seabeam. Makin kearah selatan, dasar laut makin banyak mengalami pensesaran normal.
Sesar-sesar ini nampaknya lebih intensif makin jauh dari palung laut. Pada sumbu palung, bentuk
kerak samudera telah banyak mengalami pensesaran dan memben Cekungan samudera dapat
berada di manapun di bumi yang ditutupi oleh air laut, tetapi secara geologi, cekungan
samudera adalah cekungan geologi yang berada dibawah laut.Secara geologi, fitur
geomorfologi seperti palung dan pegunungan bawah laut yang bukan bagian dari cekungan laut,
sementara secara hidrologi, cekungan laut termasuk fitur gemorfologi.

Samudra atlantik dan samudra arktik adalah salah satu contoh cekungan samudera aktif,
sementara laut tengah menciut. Samudra pasifik juga cekungan aktif yang menyusut walaupun
memiliki palung laut dan penggung bukit laut yang menyebar. teluk meksiko adalah salah satu
cekungan samudera yang sudah tidak aktif. Contoh lainnya adalah laut jepang dan laut bering




Laut Mati Memiliki Kandungan Garam Tertinggi




Secara geologi, Laut Mati terbentuk tiga juta tahun lalu yang terletak pada perbatasan antara
Jordan dan bagian barat Palestina, memiliki titik terendah di bumi pada 1.300 kaki (417,5 m) di
bawah permukaan laut. Ketika itu timbul keretakan kecil pada Jordan Rift Valley dimana air
laut masuk dan terkumpul, iklim kering dan evaporasi tinggi meningkatkan konsentrasi mineral
dalam air. Garam, kapur dan gypsum terdapat pada sepanjang retakan ini dan membentuk danau
dengan                      kandungan                          garam                     tinggi.

Danau ini dinamakan Laut Mati karena tidak ada bentuk kehidupan yang dapat bertahan dalam
air garam ini. Laut mati memiliki kandungan garam tertinggi dari seluruh laut di dunia. Kadar
garamnya sekitar 32% dibandingkan terhadap kadar garam rata-rata 3% pada laut Mediteranian.
Saat ini Laut Mati mengandung 43 juta metric ton garam. Garam terus mengendap di sepanjang
pantai.

Sejak dahulu material-material yang terdapat dalam Laut Mati diketahui mempunyai efek untuk
mempercantik kulit. Dengan mengoleskan lumpur ini ke tubuh, mineral-mineral yang
terkandung di dalamnya terbukti dapat memperbaiki kulit, melancarkan sirkulasi darah dan dapat
membantu                                                                           kesehatan.

Sebelumnya memang sudah diketahui oleh King Salomon, Cleopatra dan Herod the Great
sehingga mereka mendatangi Laut Mati untuk memperoleh efek tersebut. Bahkan pada zaman
pemerintahan ratu Cleopatra, dia memerintahkan pabrik obat dan kosmetik di sekitar area Laut
Mati.

Keuntungannya:
Lumpur dan garam Laut Mati kaya akan mineral yang bermanfaat untuk menyeimbangkan
kelembaban kulit, mengurangi jerawat serta meringankan penyakit kulit seperti psoriasis.
Mineral ini juga sangat bermanfaat untuk merelaksasi otot, mengecilkan pori-pori kulit dan
membuat kulit tampak awet muda. Terdapat juga mineral-mineral yang terkandung dalam
lumpur dan garam Laut Mati diantaranya;

       Magnesium, berfungsi untuk metabolisme sel kulit.
       Sodium dapat meningkatkan preme-abilitas kulit.
       Zink, berperan dalam pengaturan ensimatik pada proliferasi sel.
       Bromida, memiliki efek merelaksasi, menyejukkan.
       Sulfur, merupakan disinfektan ringan dan alami.
       Potassium, dapat meningkatkan oksidasi dan pengaturan proses elektrikal pada otot.
       Calcium, diperlukan untuk memperkuat membran sel dan membersihkan pori-pori kulit


Pengenalan Data Oseanografi
Agus Setiawan
Pusat Teknologi Lingkungan BPPT
Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
e-mail: a_setiawan@webmail.bppt.go.id

I. Pendahuluan
Secara umum, data dapat didefinisikan sebagai informasi faktual yang dikumpulkan
atau digunakan sebagai dasar untuk analisis, diskusi, alasan, perhitungan, atau
pengambilan keputusan. Dengan adanya data, banyak hal bisa kita lakukan terutama
setelah kita mengolah dan menganalisisnya hingga “potongan-potongan” informasi
yang terkandung di dalamnya menjadi lebih jelas. Dalam hampir semua disiplin ilmu
data memegang peranan yang sangat penting. Di satu sisi dia dapat berfungsi sebagai
dasar dari terbentuknya sebuah teori atau penjelasan ilmiah, dan di sisi lain dia pun
dapat digunakan untuk membuktikan sebuah teori yang tengah atau telah dibangun.
Data dapat dikelompokkan menjadi data primer dan data sekunder. Data primer
mengacu kepada informasi yang diambil atau dikumpulkan oleh si peneliti secara
khusus untuk keperluan penelitiannya, sementara itu data sekunder mengacu kepada
informasi yang sudah dikumpulkan sebelumnya oleh orang lain.
Awal mula berkembangnya oseanografi juga tidak lepas dari keberadaan data, yaitu
sejak dilakukannya studi menyeluruh (komprehensif) melalui ekspedisi Challenger
(1872-1876). Sejak ekspedisi ini, dan dipicu oleh kesadaran akan pentingnya ilmu
pengetahuan tentang laut dalam perkapalan/perhubungan laut, perikanan, kabel laut,
iklim, dan lain-lain, ekspedisi-ekspedisi lanjutan dalam rangka mengumpulkan
informasi sebanyak-banyaknya tentang laut pun terus dilakukan hingga saat ini,
termasuk di dalamnya riset/survei laut dalam (deep sea) dan census of marine life.
Sejak ditemukan atau digunakannya teknologi penginderaan jauh dengan menggunakan
satelit, ketersediaan data kelautan berkembang dengan sangat pesat, baik dalam cakupan
waktu maupun ruang. Dengan teknologi ini, dan ditunjang oleh kemajuan teknologi
informasi dan komputasi, berbagai fenomena oseanografi pun semakin jelas terungkap.
Hasil perhitungan yang dilakukan dengan mengunakan model numerik pun mengalami
perbaikan yang sangat signifikan dengan dikembangkannya metode asimilasi data yang
awalnya diadopsi dari bidang meteorologi (Thacker, 1988; Anderson et al., 1996;
Courtier, 1997; Kalnay, 2003; Bennett, 2002).
Sejauh ini, di Indonesia sendiri telah cukup banyak lembaga, khususnya lembaga
penelitian dan perguruan tinggi, yang telah melakukan pengambilan dan pengukuran
data oseanografi, seperti P2O-LIPI, BPPT, DISHIDROS TNI-AL, BAKOSURTANAL,
DKP, ITB, IPB, UNDIP, UNHAS, dll. Beberapa di antaranya bahkan bekerja sama
dengan lembaga riset dan perguruan tinggi dari luar negeri, seperti Amerika, Jepang,
Jerman, Prancis, dll. Sayangnya, sejauh ini belum ada pusat data oseanografi yang
2
terintegrasi di Indonesia, sehingga sebagian besar data yang ada masih belum
termanfaatkan secara optimal, baik untuk keperluan penelitian maupun teknis, padahal
lebih dari 60% wilayah Indonesia adalah laut dan memiliki fenomena oseanografis,
seperti ARLINDO dan upwelling/downwelling, dan pengaruh yang cukup signifikan
terhadap fenomena meteorologis/cuaca/iklim, seperti ENSO dan Dipole Samudera
Hindia atau biasa disebut sebagai Indian Ocean Dipole (IOD), yang perlu kajian
mendalam dan ketersediaan data yang lengkap.

II. Survey Oseanografi di Indonesia
Menurut Pariwono et al. (2005), pengamatan data biologi laut dan fisika oseanografi
telah dilakukan di perairan Asia Tenggara (termasuk Indonesia) sejak abad ke-17
(periode kolonial). Dalam kurun waktu selama 173 tahun, sejak tahun 1786, sekitar 38
ekspedisi telah dilakukan di perairan Indonesia oleh Austria, Jerman, Amerika Serikat,
Inggris, Denmark, Belanda, Prancis, Italia, Uni Soviet, dan Jepang. Beberapa parameter
oseanografi yang telah diukur dalam ekspedisi ini antara lain sifat massa air, kondisi
hidrografis, arus yang dibangkitkan oleh monsun di Laut Jawa, dan karakteristik daerah
yang berkaitan dengan iklim. Salah satu ekspedisi yang berkontribusi penting dalam
periode ini adalah ekspedisi Snellius (1929-1930).
Sementara itu Wyrtki (1961) menyebutkan bahwa sejak tahun 1914 penelitian
menyeluruh pernah dilakukan di perairan wilayah Indonesia oleh Dutch Laboratorium
for Zeeondersoek, diantaranya di Laut Jawa, Laut Cina bagian selatan dan Selat Malaka
(1914-1919) dan Laut Jawa (1939-1941). Selanjutnya sejak tahun 1949 pengukuran
beberapa parameter permukaan laut (seperti arus, temperatur, dan kecepatan angin)
banyak dilakukan di perairan Indonesia oleh kapal-kapal dagang yang melintasi perairan
Indonesia. Pada tahun 1956-1957, kapal riset Indonesia pertama yang bernama R/V
Samudera melakukan pengukuran di 100 stasiun oseanografi, mulai dari Indonesia
bagian timur hingga ke selatan Jawa dan paparan Sunda.
Sebagian dari data yang diperoleh pada kurun waktu tersebut di atas selanjutnya
digunakan oleh Wyrtki (yang saat itu menjabat sebagai direktur di Marine Science
Institute Jakarta) untuk membuat peta sirkulasi arus bulanan dan mempelajari pola
sirkulasi arus di wilayah Asia Tenggara (Wyrtki, 2005). Selanjutnya, hasil-hasil
pengukuran itu juga tertuang dalam laporannya yang berjudul Naga Report, yang
merupakan salah satu studi yang paling menyeluruh yang pernah dilakukan di perairan
Indonesia dan menjadi acuan bagi para peneliti kelautan berikutnya (Pariwono, 2005),
termasuk dalam penelitian arus lintas Indonesia (Wyrtki, 2005; Gordon, 2005).
Pada dekade 90-an, riset kelautan di Indonesia semakin maju dengan datangnya kapal
riset Baruna Jaya I hingga IV yang dikelola oleh BPPT. Salah satu ekspedisi yang
cukup bersejarah yang pernah dilakukan dengan menggunakan kapal riset Baruna Jaya
ini adalah ekspedisi Mentawai. Ekspedisi ini merupakan kerjasama antara BPPT,
Geotek LIPI, Lemigas, PPGL, dan lembaga riset dari Prancis. Adapun kapal riset yang
digunakan adalah Baruna Jaya III yang memang dikhususkan untuk melakukan survei
geologi laut. Ekspedisi ini berhasil menemukan struktur baru yang kemudian disebut
sebagai zona sesar Mentawai.

3. Jenis dan Sumber Data
3.1. Jenis Data
Secara garis besar data oseanografi dapat dikelompokkan menjadi: (i) data fisika
oseanografi, (ii) data kimia oseanografi, (iii) data biologi laut (termasuk data perikanan),
dan (iv) data geologi laut (termasuk data hidrografi). Beberapa yang termasuk ke dalam
ketegori data fisika oseanografi adalah pasang surut, gelombang, arus, dan temperatur.
Sementara itu, yang termasuk ke dalam kategori data kimia oseanografi antara lain
kandungan nutrien (nitrat, pospat, amoniak, nitrit, silikat), karbon (particulate organic
carbon, dissolved organic carbon, dan dissolved inorganic carbon), konduktivitas,
alkalinitas, dissolved oxigen, dan pH. Beberapa yang termasuk ke dalam kategori data
biologi laut adalah konsentrasi klorofil fitoplankton, komposisi plankton, dan jenis-jenis
biota laut. Adapun yang termasuk ke dalam kategori data geologi laut antara lain data
kedalaman laut, jenis batuan atau sedimen di dasar laut, gunung di bawah laut, dan
palung laut.
Beberapa parameter di atas ada yang dapat diukur secara langsung dengan
menggunakan alat pengukuran, seperti pasang surut, gelombang, arus, dan temperatur.
Beberapa parameter lainnya harus diukur secara tidak langsung melalui analisis
laboratorium terhadap sampel air laut yang diambil, seperti kandungan nutrien dan
komposisi plankton. Pada pengukuran tak langsung ini, beberapa perlakuan khusus
harus dilakukan terhadap sampel air yang diambil (seperti jenis wadah atau botol tempat
sampel, pemberian bahan kimia (reagent) tertentu untuk mengawetkan sampel atau
memperlambat reaksi, dll.). Pada kapal-kapal riset, fasilitas laboratorium biasanya
sudah tersedia lengkap dan terintegrasi, sehingga baik pengukuran langsung maupun tak
langsung dapat dilakukan secara serentak pada sebuah ekspedisi yang sedang
berlangsung.

3.2. Sumber Data
3.2.1. Instansi Pemerintah
Berikut adalah daftar beberapa instansi pemerintah yang melakukan pengukuran
parameter-parameter oseanografi. Mengenai lokasi penelitian dan laporan ilmiah yang
telah dihasilkan, dapat ditanyakan langsung ke instansi yang bersangkutan atau dicari
metadata-nya di situs http://www.mosaiklautkita.com.
1. Dinas Hidro-Oseanografi (DISHIDROS) TNI-AL, memroduksi peta hidrografi dan
buku pasang surut perairan Indonesia untuk keperluan pelayaran laut.
2. Pusat Penelitian Oseanologi - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (P2O-LIPI),
memiliki data dari beberapa ekspedisi yang telah mereka lakukan dan tertuang
dalam laporan ilmiah yang bisa didapatkan di perpustakaan mereka.
3. Unit Pelaksana Teknis (UPT) Baruna Jaya - BPPT, memiliki data dari beberapa
ekspedisi yang telah mereka lakukan dan tertuang dalam laporan ilmiah yang bisa
didapatkan di perpustakaan mereka.
4. Badan Riset Kelautan dan Perikanan (BRKP) - Departemen Kelautan dan Perikanan
(DKP), memiliki data dari beberapa penelitian ilmiah yang telah mereka lakukan
dan tertuang dalam laporan ilmiah yang bisa didapatkan di perpustakaan mereka.
5. Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI (Geotek-LIPI), memiliki data dari beberapa
ekspedisi dan penelitian yang telah mereka lakukan dan tertuang dalam laporan
ilmiah yang bisa didapatkan di perpustakaan mereka.

Selain data dari ekspedisi ilmiah (pengukuran langsung), terdapat pula data yang
bersumber dari hasil pemasangan alat pengkuruan di laut (mooring), model numerik,
dan pengolahan data citra satelit yang dapat diperoleh di lembaga-lembaga penelitian
dan perguruan tinggi seperti di Program Studi Oseanografi ITB, BPPT, P2O LIPI,
LAPAN, dll.
3.2.2. Data Online
Berikut adalah daftar beberapa situs di luar negeri yang menyediakan data oseanografi
secara online dan gratis:
1. Data satelit altimetri dari AVISO, dalam format NetCDF. Tersedia data sea level
anomaly, absolute dynamic topography, angin, dan gelombang. Alamat situs:
http://www.aviso.oceanobs.com/html/donnees/welcome_uk.html.
2. Data kedalaman laut dan topografi muka bumi ETOPO5 dengan resolusi 5 menit
dari National Geophysical Data Centre (NGDC), dalam format biner. Alamat situs:
http://www.ngdc.noaa.gov/mgg/global/etopo5.HTML.
3. Data kedalaman laut dan topografi muka bumi global TerrainBase dengan resolusi 5
menit dari National Geophysical Data Centre (NGDC), dalam format ASCII. Data
hampir sama dengan ETOPO5, dengan beberapa perbaikan untuk topografi muka
bumi. Alamat situs: http://dss.ucar.edu/datasets/ds759.2/.
4. Data kedalaman laut dan topografi muka bumi ETOPO2 dengan resolusi 2 menit
dari National Geophysical Data Centre (NGDC), dalam format biner. Alamat situs:
http://www.ngdc.noaa.gov/mgg/fliers/01mgg04.html.
5. General Bathymetric Chart of the Oceans (GEBCO) dengan resolusi 1 menit dalam
format NetCDF (Network Common Data Form) untuk GMT (Generic Mapping
Tools). Alamat situs: http://www.ngdc.noaa.gov/mgg/gebco/.
6. Data oseanografi global dari National Oceanographic Data Center (NODC). Di sini
tersedia data temperatur, salinitas, fosfat, oksigen, dan lain-lain. Alamat situs:
http://www.nodc.noaa.gov/.
7. Data garis pantai dari GSHHS (Global Self-consistent, Hierarchical, Highresolution
Shoreline) yang dikembangkan oleh Dr. Paul Wessel dari SOEST,
Universitas Hawaii dan Dr. Walter H.F. Smith dari NOAA Laboratory for Satellite
Altimetry. Alamat situs: http://www.ngdc.noaa.gov/mgg/shorelines/gshhs.html.
8. Coastline Extractor dari National Geophysical Data Center (NGDC) yang dibuat
oleh Rich Signell dari USGS. Alamat situs: http://rimmer.ngdc.noaa.gov/coast/.
Data online ini umumnya memiliki resolusi yang kasar dengan cakupan ruang global
atau regional, sehingga untuk wilayah Indonesia kurang dapat terwakili dengan baik dan
perlu dikombinasikan dengan data hasil pengamatan lokal atau regional.

III. Penutup
Secara umum, data oseanografi yang tersedia di perairan Indonesia sebenarnya sudah
cukup lengkap hingga saat ini, meskipun data tersebut masih tersebar di berbagai
lembaga riset dan sebagian di antaranya kadang sulit untuk didapatkan untuk keperluan
penelitian. Studi menyeluruh tentang fenomena oseanografi di perairan Indonesia pun

hingga saat ini masih didominasi oleh para peneliti dari luar negeri. Untuk itu, pusat
basis data kelautan yang terbuka dan dapat diakses oleh berbagai lembaga penelitian di
Indonesia perlu diadakan sesegera mungkin untuk memudahkan pencarian data oleh
para peneliti. Dengan adanya pusat basis data ini, kegiatan berbagi data (data sharing)
antar peneliti pun akan menjadi lebih mudah dan cepat, sehingga kemajuan penelitian
kelautan di Indonesia pun akan menjadi lebih cepat dan efektif.

Daftar Pustaka
Anderson D.L.T, J. Sheinbaum, K. Haines. 1996. Data assimilation in ocean models.
Reports on Progress in Physics, 59, 1209-1266.
Bennett A.F. 2002. Inverse modelling of the ocean and atmosphere. Cambridge
University Press.
Courtier P. 1997. Variational methods. Journal of the Meteorological Society of Japan,
75(1B), 211-218.
Gordon, A.L. 2005. Oceanography of the Indonesian Seas and their throughflow.
Oceanography 18(4):14-27.
Kalnay E. 2003. Atmospheric modelling, data assimilation and predictability.
Cambridge University Press.
Pariwono, J.I., A.G. Ilahude, M. Hutomo. 2005. Progress in oceanography of the
Indonesian Seas. Oceanography 18(4):42-49.
Thacker W.C. 1988. Three lectures on fitting numerical models to observations. GKSS,
87/E/65.
Wyrtki, K. 1961. Physical oceanography of the Southeast Asian waters. Naga Report 2,
Scripps Institution of Oceanography, La Jolla, CA, 195pp.
Wyrtki, K. 2005. Discovering the Indonesian throughflow. Oceanography 18(4):28-29.

Karakteristik laut Indonesia, Geologi dan Tektonik
Wilayah perairan Indonesia terletak dijalur pertemuan pergerakan 3 (tiga) lempeng utama dunia
yang paling aktif, yaitu lempeng Indo-Australia, lempeng Samudera Pasifik dan lempeng Benua
Eurasia. Posisi kerangka geologi yang demikian memberi keuntungan karena lempeng tersebut
merupakan tempat yang potensial adanya sumber daya energi dan mineral yang terbesar di lautan
dan di darat. Laut Jawa, Laut Cina Selatan, Paparan Sunda dan Kalimantan merupakan sub
sistem lempeng Benua Eurasia. Batuan penyusun diwilayah perairan ini merupakan pelemparan
dari batuan berumur Tersier yang beralaskan batuan Mesozoikom yang dijumpai di Jawa Bagian
Utara Kalimantan Bagian Barat dan Sumatera Bagian Timur. Wilayah perairan ini merupakan
wilayah yang potensial sumber daya energi, khususnya minyak dan gas bumi. Oleh karena itu
tidak mengherankan apabila diwilayah tersebut dijumpai cadangan minyak dan gas bumi yang
besar seperti di Laut Jawa disekitar Pulau Natuna.
Laut Banda, Laut Maluku, Laut, Laut Sulawesi dan Samudera Indonesia merupakan zona transisi
mempunyai geologi yang berbeda dengan geologi yang dijumpai di Paparan Sunda. Zona
Transisi ini adalah zona pertemuan dari lempeng-lempeng Samudera Pasifik, Samudera
Indonesia, Benua Eurasia dan Benua Australia, sehingga batuan penyusunannya merupakan
pencampuran dari batuan asal lempeng-lempeng tersebut. Oleh karena itu, geologi diwilayah ini
lebih rumit tetapi menghasilkan sumber daya energi dan banyak ragam nineral. Pada wilayah
yang didominasi oleh batuan asal samudera biasanya membawa cebakan-cebakan mineral logam
seperti nikel, kromit dan mangan, sementara bagi wilayah dimana ditemukan batuan asal
benuanya ditemukan sumberdaya energi seperti yang dijumpai diperairan antara pulau-pulau
Banggai-sula dan Sulawesi bagian Timur. Daerah zona transisi banyak dilewati oleh sesar-sesar
aktif yang pada daerah rekahannya serinh dijumpai endapan sulfida masif. Zona ini juga banyak
dijumpai kegiatan gunung api bawah laut yang mempunyai potensi sebagai tempat terdapatnya
endapan sulfida hidrothermal.
Strukutur geologi yang ada memberikan potensi pertambangan dan energi lepas pantai. Potensi
sumber daya hidrokarbon saat ini sebesar 77,32 miliar barel minyak, dan sekitar 332,7 triliun
kaki kubik gas bumi, potensi ini sekitar 70 % berada dilepas pantai dan lebih dari separuhnya
terletak didalam laut. Pada tahun 2000 produksi minyak 1,4 juta barel minyak dan 8,5 miliar kaki
kubik gas bumi per hari, produksi tersebut 37 % diantaranya diproduksi dari lepas pantai.
Produksi ini terutama berasal dari ladang minyak gas bumi dilaut Jawa, lepas Pantai Kalimantan
timur, Laut Natuna dan Selat Malaka.
Sejauh ini telah diketemukan bahwa dasar laut Indonesia memiliki 60 cekungan sedimen yang
mempunyai potensi kandungan hidrokarbon. Dari jumlah itu, 38 cekungan telah dieksplorasi, 14
cekungan telah berproduksi dan sisanya 22 cekungan belum dieksplorasi. Kekayaan lain yang
belum tereksplorasi adalah energi alam yang berasal dari arus, gelombang, angin, perbedaan
temperatur serta panas bumi bawah laut.
Kondisi geologi dan tektonik pula yang menyebabkan Indonesia merupakan wilayah aktif gempa
bumi. Secara kasar diperkirakan sekitar 10 % gempa bumi berskala tinggi dari 6,5 Richter telah
menyebabkan bencana Tsunami di Indonesia. Sumber bencana dapat berasal dari wilayah
Indonesia ataupun dari luar wilayah Indonesia. Berkaitan dengan tektonik ini Indonesia juga
merupakan bagian utama dari rantai api (ring of fire) bumi dengan 127 gunung api aktif.
TERUMBU KARANG
Hutan bakau, padang lamun dan terumbu karang merupakan tiga ekosistem penting di daerah
pesisir perairan tropika. Hutan bakau dan padang lamun berperan penting dalam melindungi
pantai dari arus dan hempasan ombak, selain itu juga berperan penting sebagai tempat memijah,
membesar dan mencari makan dari berbagai biota, termasuk yang menghuni ekosistem terumbu
karang. Diketahui bahwa ekosistem terumbu karang dihuni oleh lebih dari 93.000 spesies,
bahkan diperkirakan lebih dari satu juta spesies mendiami ekosistem ini. Ekosistem terumbu
karang yang sangat kaya akan plasma nutfah ini, kendati tampak sangat kokoh dan kuat, namun
ternyata sangat rentan terhadap perubahan lingkungan.

Ekosistem terumbu karang sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan laut seperti tingkat
kejernihan air, arus, salinitas dan suhu. Tingkat kejernihan air dipengaruhi oleh partikel
tersuspensi antara lain akibat dari pelumpuran dan ini akan berpengaruh terhadap jumlah cahaya
yang masuk ke dalam laut, sementara cahaya sangat diperlukan oleh zooxanthella yang
fotosintetik dan hidup di dalam jaringan tubuh binatang pembentuk terumbu karang.

Arus membawa oksigen yang dibutuhkan hewan-hewan terumbu karang. Kekuatan arus
mempengaruhijumlah makanan yang terbawa dengan demikian mempengaruhi juga kecepatan
pertumbuhan binatang karang. Suhu laut optimum bagi kehidupan terumbu karang adalah antara
26ο-28οC, kenaikan atau penurunan suhu dalam waktu yang relatif lama dapat mengakibatkan
kematian hewan karang.

MENGENAL BINATANG KARANG
Binatang karang, atau beberapa biota lainnya yang hidup di dalam ekosistem terumbu, karang
mampu mem-bentuk zat yang keras dari zat kapur yang di sebut sebagai karang. Binatang karang
adalah pembentuk utama ekosistem terumbu karang. Binatang karang berukuran sangat kecil,
disebut polip, yang dalam jumlah ribuan membentuk koloni yang dikenal sebagai karang (karang
batu atau karang lunak). Proses pembentukan sebuah koloni memakan waktu yang sangat lama,
dan unutk bisa membentuk suatu ekosistem terumbu karang akan memakan waktu sampai ribuan
tahun. Walaupun terlihat sangat kokoh, karang sebenarnya sangat rapuh dan mudah hancur.

FUNGSI DAN NILAI TERUMBU KARANG
Ekosistem terumbu karang merupakan gudang persediaan makanan dan bahan obat-obatan bagi
manusia di masa kini maupun di masa mendatang. Selain itu keindahannya juga menjadi daya
tarik yang bisa menjadi sumber devisa bagi negara melalui kegiatan pariwisata. Wisata bahari
Indonesia tengah berkembang pesat dan ekosistem terumbu karang merupakan salah aset
utamanya.

Ekosistem terumbu karang adalah tempat tinggal bagi ribuan binatang dan tumbuhan yang
banyak diantaranya memiliki nilai ekonomi tinggi. Berbagai jenis binatang mencari makan dan
berlindung di ekosistem ini. Berjuta penduduk Indonesia bergantung sepenuhnya pada ekosistem
terumbu karang sebagai sumber pencaharian. Jumlah produksi ikan, kerang dan kepiting dari
ekosistem terumbu karang secara lestari di seluruh dunia dapat mencapai 9 juta ton atau
sedikitnya 12% dari jumlah tangkapan perikanan dunia. Sumber perikanan yang ditopang oleh
ekosistem terumbu karang memiliki arti penting bagi masyarakat setempat yang pada umumnya
masih memakai alat tangkap tradisional.

Selain nilai ekonominya, ekosistem terumbu karang juga merupakan laboratorium alam yang
sangat unik untuk berbagai kegiatan penelitian yang dapat mengungkapkan penemuan yang
berguna bagi kehidupan manusia. Beberapa jenis spongs, misalnya, merupakan binatang yang
antara lain terdapat di ekosistem terumbu karang yang berpotensi mengandung bahan bioakif
yang dapat dijadikan bahan obat-obatan antara lain untuk penyembuhan penyakit kanker. Selain
itu binatang karang tertentu yang mengandung kalsium karbonat telah dipergunakan untuk
pengobatan tulang rapuh. Fungsi lain dari ekosistem terumbu karang yang hidup di dekat pantai
ialah memberikan perlindungan bagi berbagai properti yang ada di kawasan pesisir dari ancaman
pengikisan oleh ombak dan arus.

KENALI DAN CINTAI EKOSISTEM TERUMBU KARANG KITA
Apa yang disediakan oleh ekosistem terumbu karang bagi kepentingan manusia?

       sumber makanan dengan protein tinggi,
       sumber bahan obat-obatan,
       sumber bahan bangunan,
       sumber penghasilan: berupa hasil tangkapan seperti ikan, udang dan agar-agar; usaha
       pariwisata seperti menyelam dan memancing,
       melindungi pantai dari hempasan ombak dan arus.

Apa yang telah dilakukan manusia terhadap ekosistem terumbu karang?

       menggunakan alat-alat tangkapan yang merusak seperti bom, dan potas sehingga terjadi:
           o tangkapan yang berlebihan,
           o terumbu karang hancur dan mati,
           o ikan-ikan kecil yang tidak menjadi sasaran tangkapan ikut mati, menjadi terbuang
               sia-sia.
       membangun terlalu dekat dengan garis pantai, dan menguruk pantai menjadi lahan untuk
       pembangunan sehingga terjadi pelumpuran,
       mencari terumbu karang dengan sampah, tumpahan minyak, buangan industri dan sisa-
       sisa pestisida dan insektisida untuk pertanian,
       melempar jangkar dan berjalan-jalan di atas terumbu karang,
       penebangan hutan dan pohon-pohon di sepanjang aliran sungai yang menyebabkan
       pelumpuran,
pengambilan karang berlebihan untuk diperdagangkan,
       penambangan karang berlebihan untuk pembuatan kapur, bahan bangunan dan fondasi
       jalan.

Setelah mengenali, maka cintai dan periharalah terumbu karang kita, karena terumbu karang
adalah:

       terbentuk melalui suatu proses kehidupan yang memerlukan waktu yang sangat lama
       untuk tumbuh berkembang sehingga menjadi seperti kondisi yang terlihat sekarang ini,
       tempat tinggal, berkembang biak dan mencari makan ribuan jenis hewan dan tumbuhan
       yang menjadi tumpuan kita,
       Indonesia memiliki ekosistem terumbu karang terluas di dunia (75.000 km2), tetapi
       hanya tinggal sedikit saja (6,20%) dalam kondisi yang masih sangat bagus,
       sumber daya laut yang mempunyai potensi ekonomi yang sangat tinggi (untuk perikanan,
       pariwisata dan perlindungan daerah pesisir), aabila dalam kondisi yang sangat baik,
       labotorium alam yang sangat menunjang pendidikan dan penelitian dalam berbagai
       bidang ilmu pengetahuan,
       potensi di masa depan untuk sumber lapangan kerja masyarakat luas.

TERUMBU KARANG INDONESIA
Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia, terdiri dari lebih 17.000 buah pulau besar
dan kecil, dengan panjang garis pantai mencapai hampir 81.000 km yang dilindungi oleh
ekosistem terumbu karang, ekosistem padang lamun dan ekosistem mangrove. Indonesia
merupakan salah satu Negara terpenting di dunia sebagai penyimpan keanekaeagaman hayati
laut tertinggi. Di Indonesia terdapat 2,500 spesies of molluska, 2,000 spesies krustasea, 6 spesies
penyu laut, 30 mamalia laut, dan lebih dari 2,500 spesies ikan laut. Luas ekosistem terumbu
karang Indonesia diperkirakan mencapai 75.000 km2 yaitu sekitar 12 sampai 15 persen dari luas
terumbu karang dunia. Dengan ditemukannya 362 spesies scleractinia (karang batu) yang
termasuk dalam 76 genera, Indonesia merupakan episenter dari sebaran karang batu dunia.
Ekosistem pesisir (padang lamun, mangrove dan terumbu karang) memainkan peranan penting
dalam industri wisata bahari, selain memberikan pelindungan pada kawasan pesisir dari
hempasan ombak dan gerusan arus. Selain itu ekossistem pesisir ini merupakan tempat bertelur,
membesar dan mencari makan dari beaneka ragam biota laut yang kesemuanya merupakan
sumber produksi penting bagi masyarakat pesisir.

Di samping peranannya yang penting, ekosistem terumbu karang Indonesia dipercaya sedang
mengalami tekanan berat dari kegiatan penangkapan ikan dengan mempergunakan racun dan
bahan peledak. Selain itu penangkapan berlebihan sedimentasi dan pencemaran juga merupakan
ancaman yang tak kalah beratnya. Belakangan ini diperkirakan hamper 25 persen dari kehidupan
di ekosistem terumbu karang telah mati, antara lain akibat dari peningkatan suhu mencapai
sebesar 4ο C. Pada tahun 1994 LIPI mengadakan survei pada 371 buah station transek nasional
dengan menggunakan prosedur standar pemantauan internasional. Hasilnya menunjukkan bahwa
kondisi ekosistem terumbu karang Indonesia telah mengalami kerusakan yang sangat serius

Ekosistem terumbu karang adalah ekosistem yang mengandung sumber daya alam yang dapat
memberi manfaat besar bagi manusia. Dari itu diperlukan kearifan manusia untuk mengelolanya,
yang bisa menjadikan sumber daya alam ini menjamin kesejahteraan manusia sepanjang zaman.
Tanpa menghiraukan masa depan dan terus-menerus merusak, ekosistem terumbu karang akan
menjadi semacam padang gurun tandus di dalam laut yang hanya dipenuhi oleh patahan-patahan
karang dan benda mati lainnya. Karena itu pengelolaan sangat diperlukan untuk mengatur
aktivitas manusia serta mengurangi dan memantau cara-cara pemanfaatan yang merusak.
Pengelolaan terumbu karang harus berbasis pada keterlibatan masyarakat, sebagai pengguna
langsung sumber daya laut ini. Keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan sumber daya terumbu
karang sangat penting mulai dalam tahap perencanaan, pelaksanaan, pemantauan sampai pada
tahap evaluasi dari suatu cara pengeloaan. Indonesia yang terletak di sepanjang katulistiwa,
mempunyai terumbu karang terluas di dunia tersebar mulai dari Aceh sampai Irian Jaya. Dengan
jumlah penduduk 200 juta jiwa, yang 60 persennya tinggal di daerah pesisir, maka terumbu
karang merupakan tumpuan sumber penghudupan utama.

Di samping sebagai sumber perikanan, terumbu karang memberikan penghasilan antara lain
industri ikan hias sampai pada tingkat nelayan pengumpul. Terumbu juga merupakan sumber
devisa bagi negara, termasuk usaha pariwisata yang dikelolah oleh masyarakat nelayan.

Sayangnya terumbu karang di Indonesia semakin memburuk kondisinya, yang secara langsung
dapat dibuktikan dari hasil tangkapan ikan oleh nelayan yang semakin menurun. Selain jumlah
hasil tangkapan ikan semakin menurun, juga ukuran ikannya semakin kecil disamping itu
nelayan memerlukan waktu yang lebih lama untuk mencari ikan. Peningkatan jumlah penduduk
dan pembangunan di daerah pesisir yang semakin meluas, menyebabkan meningkatnya tekanan
terhadap ekosistem terumbu karang.

Apa masalah dasar yang dihadapi ekosistem terumbu karang Indonesia ?

       kurangnya kesadaran akan nilai penting sumber daya ekosistem terumbu karang baik dari
       segi ekonomi, sosial maupun budaya,
       hampir tidak ada pengelolaan sumber daya ekosistem terumbu karang,
       walaupun telah ada peraturan perundang-undangan yang menyangkut pemanfaatan dan
       pelestarian sumber daya ekosistem terumbu karang, penegakan hukum yang terjadi masih
       sangat lemah,
       pembangunan industri yang tidak tekendali di kawasan pesisir yang memberikan dampak
       sangat negative terhadap kelangsungan hidup ekosistem terumbu karang,
       kemiskinan masyarakat hidup di kawasan pesisir menyebabkan tidak ada pilihan lain
       selain terus-menerus memanfaatkan sumber daya yang ada,
       kurangnya keinginan politis untuk menanggulangi masalah.


                                 TERUMBU KARANG DUNIA
                                 Telah sering disebut bahwa ekosistem terumbu karang
                                 memiliki arti yang amat penting bagi kehidupan manusia,
                                 baik dari segi ekonomi maupun sebagai penunjang kegiatan
                                 rekreasi karena keindahannya. Terumbu karang tersebar di
                                 seluruh dunia dan mencakup lebih dari 100 negara, termasuk
                                 Indonesia, dengan luas diperkirakan mencapai 600.000 km2.
Mulai dekade 1990-an, para ahli mulai mengangkat isu tentang semakin memburuknya kondisi
terumbu karang dunia, antara lain Indonesia. Saat ini diperkirakan 10 persen dari terumbu karang
dunia dalam kondisi sangat rusak dan bahkan kemungkinan tidak dapat dipulihkan kembali.
Dalam kurun waktu 20 tahun mendatang, apabila tidak ada upaya pelestarian yang intensif, maka
diperkirakan 30 persen dari terumbu karang yang ada akan mengalami nasib yang sama.

Kegiatan manusia merupakan penyebab terbesar menurunnya kondisi ekosistem terumbu karang
dunia. Semakin cepat pertumbuhan penduduk dunia, semakin padat pula pemukiman di daerah
pesisir, maka semakin terancam pula keberadaan ekosistem terumbu karang beserta sumber daya
laut lainnya.

Ekploitasi sumber daya ekosistem terumbu karang di berbagai negara telah diperburuk oleh
banyaknya sumber daya yang terbuang sia-sia karena cara penangkapan ikan secara merusak.

Pencemaran dan pesatnya pembangunan di daerah pesisir dan laut semakin mengancam
kelestarian ekosistem terumbu karang. Selain itu, bencana alam selain badai, gempa bumi dan
efek dari El Niño telah mengakibatkan rusak parahnya ekosistem terumbu karang di berbagai
Negara dengan ditandai oleh matinya berbagai jenis karang batu.

Berbagai upaya, baik rencana jangka pendek maupun jangka panjang, telah dirancang oleh para
ahli serta dilaksanakan untuk menyelamatkan ekosistem terumbu karang. Pemerintah
Indonesiapun telah mengambil langkah-langkah penting dalam upaya penyelamatan ekosistem
terumbu karang antara lain melalui program COREMAP.

Arus Laut
Arus adalah proses pergerakan massa air menuju kesetimbangan yang menyebabkan perpindahan
horizontal dan vertikal massa air. Gerakan tersebut merupakan resultan dari beberapa gaya yang
bekerja dan beberapa factor yang mempengaruhinya. Arus laut (sea current) adalah gerakan
massa air laut dari satu tempat ke tempat lain baik secara vertikal (gerak ke atas) maupun secara
horizontal (gerakan ke samping).
Contoh-contoh gerakan itu seperti gaya coriolis, yaitu gaya yang membelok arah arus dari tenaga
rotasi bumi. Pembelokan itu akan mengarah ke kanan di belahan bumi utara dan mangarah ke
kiri di belahan bumi selatan.
Gaya ini yang mengakibatkan adanya aliran gyre yang searah jarum jam (ke kanan) pada belahan bumi
utara dan berlawanan dengan arah jarum jam di belahan bumi selatan. Perubahan arah arus dari pengaruh
                                                       angin ke pengaruh gaya coriolis dikenal dengan
                                                       spiral ekman (Pond dan Pickard, 1983).

                                                       Menurut Gross 1972, arus merupakan
                                                       gerakan horizontal atau vertikal dari massa
                                                       air menuju kestabilan yang terjadi secara
                                                       terus menerus. Gerakan yang terjadi
                                                       merupakan hasil resultan dari berbagai
                                                       macam gaya yang bekerja pada permukaan,
                                                       kolom, dan dasar perairan. Hasil dari
gerakan massa air adalah vector yang mempunyai besaran kecepatan dan arah. Ada dua jenis
gaya yang bekerja yaitu eksternal dan internal Gaya eksternal antara lain adalah gradien densitas
air laut, gradient tekanan mendatar dan gesekan lapisan air (Gross,1990)
Pond dan Pickard 1983 mengklasifikasikan gerakan massa air berdasarkan penyebabnya, terbagi
atas :
a. Gerakan dorongan angin
Angin adalah factor yang membangkitkan arus, arus yang ditimbulkan oleh angin mempunyai
kecepatan yang berbeda menurut kedalaman. Kecepatan arus yang dibangkitkan oleh angin
memiliki perubahan yang kecil seiring pertambahan kedalaman hingga tidak berpengaruh sama
sekali.
b. Gerakan termohalin
Perubahan densitas timbul karena adanya perubahan suhu dan salinitas anatara 2 massa air yang
densitasnya tinggi akan tenggelam dan menyebar dibawah permukaan air sebagai arus dalam dan
sirkulasinya disebut arus termohalin.
c.Arus Pasut

Arus yang disebabkan oleh gaya tarik menarik antara bumi dan benda benda angkasa. Arus pasut
ini merupakan arus yang gerakannya horizontal.
d. Turbulensi

Suatu gerakan yang terjadi pada lapisan batas air dan terjadi karena adanya gaya gesekan antar
lapisan.
e.Tsunami

Sering disebut sebagai gelombang seismic yang dihasilkan dari pergeseran dasar laut saat etrjadi
gempa.
f. Gelombang lain ; Internal, Kelvin dan Rossby/Planetary

Menurut letaknya arus dibedakan menjadi dua yaitu arus atas dan arus bawah. Arus atas adalah
arus yang bergerak di permukaan laut. Sedangkan arus bawah adalah arus yang bergerak di
bawah permukaan laut. Faktor pembangkit arus permukaan disebabkan oleh adanya angin yang
bertiup diatasnya. Tenaga angin memberikan pengaruh terhadap arus permukaan (atas) sekitar
2% dari kecepatan angin itu sendiri. Kecepatan arus ini akan berkurang sesuai dengan makin
bertambahnya kedalaman perairan sampai pada akhirnya angin tidak berpengaruh pada
kedalaman 200 meter (Bernawis,2000)
Oleh karena dibangkitkan angin, arah arus laut permukaan (atas) mengikuti arah angin yang ada.
Khususnya di Asia Tenggara karena arah angin musim sangat terlihat perubahannya antara
musim barat dan musim timur maka arus laut permukaan juga banyak dipengaruhinya. Arus
musim barat ditandai oleh adanya aliran air dari arah utara melalui laut Cina bagian atas, laut
Jawa, dan laut Flores. Adapun pada musim timur sebaliknya mengalir dari arah selatan.
Selain pergerakan arah arus mendatar, angin dapat menimbulkan arus air vertikal yang dikenal dengan
upwelling dan downwelling di daerah-daerah tertentu. Proses upwelling adalah suatu proses massa air
yang didorong ke atas dari kedalaman sekitar 100 sampai 200 meter. Angin yang mendorong lapisan air
permukaan mengakibatkan kekosongan di bagian atas, akibatnya air yang berasal dari bawah
menggantikan kekosongan yang berada di atas. Oleh karena air yang dari kedalaman lapisan belum
berhubungan dengan atmosfer, maka kandugan oksigennya rendah dan suhunya lebih dingin
dibandingkan dengan suhu air permukaan lainnya. Walaupun sedikit oksigen, arus ini mengandung
larutan nutrien seperti nitrat dan fosfat sehingga cederung mengandung banyak fitoplankton. Fitoplankton
merupakan bahan dasar rantai makanan di lautan, dengan demikian di daerah upwelling umumnya kaya
ikan

ARUS SAMUDERA

Arus Permukaan Laut di Samudera (Surface Circulation)

Penyebab utama arus permukaan laut di samudera adalah tiupan angin yang bertiup melintasi
permukaan Bumi melintasi zona-zona lintang yang berbeda. Ketika angin melintasi permukaan
samudera, maka massa air laut tertekan sesuai dengan arah angin.

Pola umum arus permukaan samudera dimodifikasi oleh faktor-faktor fisik dan berbagai variabel
seperti friksi, gravitasi, gerak rotasi Bumi, konfigurasi benua, topografi dasar laut, dan angin
lokal. Interaksi berbagai variabel itu menghasilkan arus permukaan samudera yang rumit.

Arus di samudera bergerak secara konstan. Arus tersebut bergerak melintasi samudera yang luas
dan membentuk aliran yang berputar searah gerak jarum jam di Belahan Bumi Utara (Northern
Hemisphere), dan berlawanan arah gerak jarum jam di Belahan Bumi Selatan (Southern

Hemisphere). Pola umum           sirkulasi arus global dapat dilihat dalam Gambar 1.

Karena gerakannya yang terus menerus itu, massa air laut mempengaruhi massa udara yang
ditemuinya dan merubah cuaca dan iklim di seluruh dunia.



Arus di Kedalaman Samudera (Deep-water Circulation)

Faktor utama yang mengendalikan gerakan massa air laut di kedalaman samudera adalah
densitas air laut. Perbedaan densitas diantara dua massa air laut yang berdampingan
menyebabkan gerakan vertikal air laut dan menciptakan gerakan massa air laut-dalam (deep-
water masses) yang bergerak melintasi samudera secara perlahan. Gerakan massa air laut-dalam
tersebut kadang mempengaruhi sirkulasi permukaan.

Perbedaan densitas massa air laut terutama disebabkan oleh perbedaan temperatur dan salinitas
air laut. Oleh karena itu gerakan massa air laut-dalam tersebut disebut juga sebagai sirkulasi
termohalin (thermohaline circulation). Model sirkulasi termohalin secara global dapat dilihat
pada Gambar 2.
Gambar 2. Model pola sirkulasi termohalin global.

ARUS PERAIRAN PESISIR

Arus Pasang Surut (Tidal Current)

Arus pasang surut terjadi terutama karena gerakan pasang surut air laut. Arus ini terlihat jelas di
perairan estuari atau muara sungai. Bila air laut bergerak menuju pasang, maka terlihat gerakan
arus laut yang masuk ke dalam estuari atau alur sungai; sebaliknya ketika air laut bergerak
menuju surut, maka terlihat gerakan arus laut mengalir ke luar.

Arus Sepanjang Pantai (longshore current) dan Arus Rip (rip current)

Ke-dua macam arus ini terjadi di perairan pesisir dekat pantai, dan terjadi karena gelombang
mendekat dan memukul ke pantai dengan arah yang muring atau tegak lurus garis pantai. Arus
sepanjang pantai bergerak menyusuri pantai, sedang arus rip bergerak menjauhi pantai dengan
arah tegak lurus atau miring terhadap garis pantai




Current Meter (Alat Ukur Arah dan Kecepatan Arus Laut)

Seluruh current-meter mekanik mengukur kecepatan dengan melakukan pengubahan gerakan
linear menjadi menjadi angular.

Sebuah current-meter yang ideal harus memiliki respon yang cepat dan konsisten dengan setiap
perubahan yang terjadi pada kecepatan air, dan harus secara akurat dan terpercaya sesuai dengan
komponen velositas. Juga harus tahan lama, mudah dilakukan pemeliharaan, dan simpel
digunakan dengan kondisi lingkungan yang berbeda-beda. Indikator kinerja tergantung pada
inertia dari rotor, gerakan air, dan gesekan dalam bearing.
Secara umum current meter yang biasa dipergunakan memiliki dua tipe : dengan “verctical axis
meter” dan “axis meter horizontal”. Dalam kedua perbedaan tersebut rotasi dan rotor dari
propeller dipergunakan untuk menentukan kecepatan arus laut sesuai dengan pengaturan pada
current-meter. Sebelum current-meter ditempatkan, hubungan antara rotasi dan kecepatan
dengan mempergunakan “towing tank”.

Tiga type dari alat ukur kecepatan dengan mempergunakan hukum Faraday. Dimana konduktor
(air) menggerakkan daerah medan magnet (diubah dengan kumparan berbeda kutub) yang
menghasilkan voltase dengan adanya arus air. Jadi secara umum ada tiga jenis yang sering
dipergunakan saat ini, prinsip electromagnetik dengan mengukur kecepatan mempergunakan
hukum Faraday dengan menyatakan bahwa air mengakibatkan perubahan medan magnetik yang
ada dalam bidang yang telah diatur sehingga menghasilkan tegangan yang berbeda secara linear
sebanding dengan kecepatan arus.

Elektrode dalam penelitian dapat mendeteksi tegangan yang dihasilkan oleh air. Karena current
meter tidak bergerak bagian mereka tidak terganggu banyak sehingga tidak membutuhkan
pemeliharaan yang terkait dengan permasalahan mekanik.

Pada tahun 1998 sudah ada beberapa produk current meter yg dipergunakan :

Tabel : Current meter yang sering dipergunakan. (Sumber: Manual of Standard Operating
Procedures for Hydrometric Surveys in British Columbia, November 1998)

  Vertical Axis Current Meters Horizontal Axis Current Meters
Price 622AA                    Valpot BFN 002 (Braystoke)
Price 62AAA Magnetic           OTT 5(Arkansas), 2 impellers
                               (replaced by C31)
Price 622AA Photo-Fibre Optic  OTT, C31, 3 impellers

(Swolffer retrolit #2200)
Price Winter Model AA               OSS, B1, 2 impellers (identical to
                                    C31)
Price Pygmy                         OTT, C1, 3 impellers (replaced by
                                    C2 & OSS, PC1)
Price Pygmy Photo-Fibre-Optic       OSS, PC1, 2 impellers (identical to
(Swoffer retroit #2200)             C2)
                                    Swoffer 2100, impeller

 Menurut www.eng.fiu pengukuran kecepatan arus air disebut dengan Water current meter yang
secara prinsip terbagi dalam tiga sistem, yaitu :

   1. Sistem Pencacah Putaran, yaitu current meter yang mengkonversi kecepatan sudut dari
      propeller atau baling-baling kedalam kecepatan linear. Biasanya jenis ini mempunyai kisaran
      pengukuran antara 0,03 sampai 10 m/s.
   2. Sistem Elektromagnetik, pada sistem ini air dianggap sebagai konduktor yang mengalir melalui
      medan mamgnentik. Perubahan pada tegangan diterjemahkan kedalam kecepatan.
3. Sistem Akustik, pada sistem ini digunakan prinsip Dopler pada transduser, juga biasanya
      berperan sekaligus sebagai receiver, yang memancarkan pulsa-pulsa pendek pada frekuensi
      tertentu. Pulsa-pulas direfleksikan ataupun disebarkan oleh partikel-partikel dalam air dan
      terjadi pergeseran frekuensi dari yang diterima kembali oleh receiver, dimana hal tersebut
      dapat diukur sebagai kecepatan arus air.

Salah satu jenis current meter yang dapat dibuat adalah pengukuran arus dengan arus velositas,
dengan sistem kerja menghasilkan sinyal dari masing-masing putaran propeller yang terbuat dari
bahan medan magnetik. (www.seba.de)

Persamaan dari arus velositas adalah :

V = k.n + ∆

dimana,

V = Aliran velositas (m/s)

k = pitch hidraulic dari propeller (m)

n = revolusi propeller setiap detik

∆ = Karakteristik dari current meter *)

*) dapat diperkirakan dengan melakukan pengujian secara thowing channel

Current meter dapat pula dibagi kedalam dua kategori berdasarkan metode pengukurannya.
Kedua jenis current meter tersebut menurut adalah :

   1. Current meter dengan pengukuran non-otomatik, yaitu current meter dengan cara pengukuran
      atau perekaman data kecepatan arus yang harus dilakukan langsung oleh seseorang untuk
      membacanya, biasanya alat ini ditempatkan pada suatu struktur tertentu.
   2. Current meter dengan pengukuran otomatik, yaitu current meter yang merekam data kecepatan
      arus tanpa selalu harus langsung diperiksa oleh pengguna, Biasanya tipe ini memiliki sarana
      penyimpanan data yang cukup untuk jangka waktu pengukuran tertentu.

Karena banyaknya pengelompokan current meter, maka pada topik kali ini akan banyak
membahas tentang jenis current meter “verctical axis meter” dan “axis meter horizontal” yang
umum dikembangkan oleh British Columbia.



1. Vertical axis meter

Tiga model dari “Vertical axis meter” adalah the Price 622AA meter, the WSC winter meter, dan
the Pygmy meter.
1.1 The Price 622AA meter

Adalah yang peling umum dipergunakan dengan jenis tiang vertikal dan sering dipergunakan
sebagai pengukur standar karena hasil keluarannya. Bersifat ekstensif dengan berbagai manfaat
untuk penelitian/percobaan dan juga cocok untuk berbagai kondisi lapangan .

Secara umum tidak menampilkan sinyal yang cocok dengan perhitungan dengan konsep
perhitungan pulsa elektrik pada daerah yang rendah kecepatan arusnya. Metode yang paling
sesuai dipergunakan adalah menghitung perputaran rotor atau sistem elektrik yang mengolah
sinyal audio. Current meter sini secara inherent sangat sensitif terhadap fluktuasi turbulensi
lateral karena arah yang kurang stabil, sangat mungkin untuk menyebabkan galat pada saat
pengukuran kecepatan sehingga berorientasi dalam pengukuran arah arus.




                              Gambar 1. The Price 622AA meter



1.2 Modified Price 622AA Meter

Model standard Price 622AA Meter dimoifikasi dengan dua cara mempergunakan retro-fit kit
untuk mengatasi keterbatasan pengukuran kecepatan.

1. Pengalih magnetik yang terletak disebelah rotor menghasilkan sinyal yang bersih untuk
memicu pencacah.
Gambar2. Price 622AA meter with retro-fit kit dengan pengalih magnetik.



2. Photo-Fiber-Optic sebagai penghubung antara indikator digital dan pengalih magnetik,
sehingga pencacah dapat membaca kecepatan secara langsung (dengan kecepatan yang jauh
lebih tinggi).




                     Gambar 3. Fiber optik diterapkan pada Price 622AA.

1.3 Pygmy Meterriv

Memiliki bentuk yang sangat kecil dengan perbandingan ukuran dua perlima dari Price 622AA
meter, sehingga diorientasikan untuk penggunaan pada kedalaman rendah. Namun demikian
Current meter ini dianjurkan untuk mengukur kecepatan diatas 0.2 m/s karena untuk
menyesuaikan dengan tingkat tekanan dalam menggerakkan rotor.




                         Gambar 4. Price 62AA winter (ice) meter.

1.4 WSC Winter meter

Sangat baik dipergunakan dalam musim dingin karena current meter karena dengan mudah
melalui lubang yang dibor di es, dengan melakukan modifikasi pada roda bagian belakan
penangkap arus. Dipergunakan dengan melekatkan pada sebuah tongkat yang telah ditetapkan,
dimana sebelum pengukuran harus disesuaikan suhu supaya tidak berada dibawah 0 derjat
celcius dan setelah pengukuran haruslah dilakukan pembersihan alat untuk menghindari
menggumpalnya es pada bearing current meter.

2. Horizontal Axis Current Meters

Sangat baik dipergunakan pada daerah yang memiliki turbulens yang tinggi dengan kemampuan
mengukur arus tajam baik dengan posisi horizontal maupun vertikal. Dilengkapi dengan rotor
yang memiliki keseimbangan saat menghadapi pergerakan linear.

Semua model menggunakan magnetis permukaan beralih untuk menghasilkan hitungan rotasi
dalam bentuk pulsa, sehingga dapat menghindari terjadinya gesekan pada komponen yang
berdekatan.

2.1 Braystoke BFN 002 Meter

Miniatur ini sekarang arus meter diberikan dalam bentuk kit, termasuk aksesoris yang kuat
1,5-2 m. Current meter Braystoke yang saat ini, diproduksi oleh Valeport perkembangan Ltd
Inggris, adalah dirancang untuk ukuran kecepatan arus dalam air tawar atau air laut, dan tidak
dipengaruhi oleh kualitas air. Dalam penerpannya alat ini belum ditentukan batas-batas galat
dari arus sampai yang benar-baling mengukur kecepatan nilai, sehingga masih sangat perlu untuk
dilakukan penelitian lebih lanjut.
2.2 OTT C2 and OSS PC1 Meters

OTT C2 yang identik dengan OSS Pc1; sebelumnya diproduksi di Jerman dan terakhir di
Australia. Model ini dirancang untuk mengukur kecepatan air kecil di watercourses, tabung
percobaan, pipa kecil, dan laboratorium model sungai. Kedua model memerlukan minyak khusus
untuk operasi karena berpengaruh pada penilaian dari kalibrasi.




                          Gambar 5. Current meter model OTT C2



2.3 Universal OTT C31 and OSS B1 Meters

OTT C31 yang identik dengan OSS B1; sebelumnya adalah produksi Jerman dan terakhir di
Australia. Meter ini sekarang digunakan untuk menentukan kecepatan aliran air buka di saluran
dan laut, serta tekanan dalam pipa. Meter ini dapat digunakan di bawah kondisi ekstrim, juga
dapat dipergunakan dalam pengukuran yang terintegrasi misalnya dengan dilengkapi pipa yang
memiliki ukuran. Propellers tersedia dari dua produsen untuk C31 dan OTT OSS B1, bersama-
sama dengan kecepatan dan berbagai komponen untuk setiap efek putaran. Dengan baling-
baling yang tersedia dalam ukuran kecil, komponen dari current meter OTT dan OSS dapat
saling bertukar.




  Gambar 6. Current meter OSS B1 pada tongkat berukuran 20 mm, Current meter OTT C31,
         Current meter OSS B1 dengan berat 30 kg dilengkapi sensor di bawahnya.



Pemeliharaan Current Meter

Untuk memelihara kondisi current meter yang sangat wajib dilakukan adalah pembersihan alat,
sehingga sangat penting adalah peran operator dalam mengatasinya. Karena memang hanya
dibutuhkan waktu sedikit untuk membersihkan, tetapi sangat substansial untuk menghindari
masuknya partikel-partikel seperti pasir dan juga korosi yang dapat mengganggu kinerja current
meter. Dalam setiap mengakhiri suatu penelitian, sebaiknya segera dilakukan juga pengamatan
alat untuk memastikan alat tersebut masih dapat dipergunakan dengan baik.

Secara khusus pada beberapa current meter type “Horizontal Axis” baling-baling harus dilepas
dari meteran pengukur dan juga minyak yang menempel harus dihilangkan. Berring harus
dibersihkan mempergunakan anti korosi atau dapat dengan mempergunakan bensin, dan harus
memiliki lapisan pelindung yang dilepas sebelum dipergunakan. Sebelum current meter
dipergunakan, batangan penyangga harus dilapisi dengan minyak pelumas untuk mempermudah
gerakan current meter saat diturunkan.




PASANG SURUT
Untuk apa data pasang surut
Pengetahuan tentang pasang surut sangat diperlukan dalam transportasi laut, kegiatan di
pelabuhan, pembangunan di daerah pesisir pantai, dan lain-lain.

Mengingat pentingnya pengetahuan tentang pasang surut terutama bagi yang tertarik
mempelajari masalah pantai dan estuari, maka akan dicoba dijelaskan tentang pengertian pasang
surut itu sendiri.

Pengertian Pasang Surut

Pasang surut laut merupakan suatu fenomena pergerakan naik turunnya permukaan air laut
secara berkala yang diakibatkan oleh kombinasi gaya gravitasi dan gaya tarik menarik dari
benda-benda astronomi terutama oleh matahari, bumi dan bulan. Pengaruh benda angkasa
lainnya dapat diabaikan karena jaraknya lebih jauh atau ukurannya lebih kecil.

Faktor non astronomi yang mempengaruhi pasut terutama di perairan semi tertutup seperti teluk
adalah bentuk garis pantai dan topografi dasar perairan.

Puncak gelombang disebut pasang tinggi dan lembah gelombang disebut pasang rendah.

Perbedaan vertikal antara pasang tinggi dan pasang rendah disebut rentang pasang surut (tidal
range).

Periode pasang surut adalah waktu antara puncak atau lembah gelombang ke puncak atau lembah
gelombang berikutnya. Harga periode pasang surut bervariasi antara 12 jam 25 menit hingga 24
jam 50 menit.

Pasang purnama (spring tide) terjadi ketika bumi, bulan dan matahari berada dalam suatu garis
lurus. Pada saat itu akan dihasilkan pasang tinggi yang sangat tinggi dan pasang rendah yang
sangat rendah. Pasang surut purnama ini terjadi pada saat bulan baru dan bulan purnama.

Pasang perbani (neap tide) terjadi ketika bumi, bulan dan matahari membentuk sudut tegak lurus.
Pada saat itu akan dihasilkan pasang tinggi yang rendah dan pasang rendah yang tinggi. Pasang
surut perbani ini terjadi pasa saat bulan 1/4 dan 3/4.
Gambar. Spring Tide dan Neap Tide

Tipe pasut ditentukan oleh frekuensi air pasang dengan surut setiap harinya. Hal ini disebabkan
karena perbedaan respon setiap lokasi terhadap gaya pembangkit pasang surut. Jika suatu
perairan mengalami satu kali pasang dan satu kali surut dalam satu hari, maka kawasan tersebut
dikatakan bertipe pasut harian tunggal (diurnal tides), namun jika terjadi dua kali pasang dan dua
kali surut dalam sehari, maka tipe pasutnya disebut tipe harian ganda (semidiurnal tides). Tipe
pasut lainnya merupakan peralihan antara tipe tunggal dan ganda disebut dengan tipe campuran
(mixed tides) dan tipe pasut ini digolongkan menjadi dua bagian yaitu tipe campuran dominasi
ganda dan tipe campuran dominasi tunggal.Selain dengan melihat data pasang surut yang diplot
dalam bentuk grafik (tentunya susah jika datanya banyak ya…), tipe pasang surut juga dapat
ditentukkan berdasarkan bilangan Formzal (F) yang dinyatakan dalam bentuk:

F = [A(O1) + A(K1)]/[A(M2) + A(S2)]

dengan ketentuan :
F ≤ 0.25 : Pasang surut tipe ganda (semidiurnal tides)

0,25<F≤1.5 : Pasang surut tipe campuran condong harian ganda (mixed mainly
emidiurnal tides)

1.50<F≤3.0 : Pasang surut tipe campuran condong harian tunggal (mixed mainly
diurnal tides)

F > 3.0 : Pasang surut tipe tunggal (diurnal tides)

Dimana:
F : bilangan Formzal
AK1 : amplitudo komponen pasang surut tunggal utama yang disebabkan oleh
gaya tarik bulan dan matahari
AO1 : amplitudo komponen pasang surut tunggal utama yang disebabkan oleh
gaya tarik bulan
AM2 : amplitudo komponen pasang surut ganda utama yang disebabkan oleh
gaya tarik bulan
AS2 : amplitudo komponen pasang surut ganda utama yang disebabkan oleh
gaya tarik matahari

Karena sifat pasang surut yang periodik, maka ia dapat diramalkan. Untuk meramalkan pasang
surut, diperlukan data amplitudo dan beda fasa dari masing-masing komponen pembangkit
pasang surut. Komponen-komponen utama pasang surut terdiri dari komponen tengah harian dan
harian. Namun demikian, karena interaksinya dengan bentuk (morfologi) pantai dan superposisi
antar gelombang pasang surut komponen utama, akan terbentuklah komponen-komponen pasang
surut yang baru.

Pada buku peramalan pasang surut yang dikeluarkan oleh DISHIDROS dan BOKOSURTANAL
tertulis nilai komponen pasut tersebut baik amplitudo maupun fase pada beberapa lokasi di
perairan Indonesia. Nah dengan mengetahui amplitudo komponen tersebut, maka dapat dihitung
kan nilai bilangan Formzal nya..so tipe pasutnya dapat ditentukan.

Daftar Istilah pada pasang surut

Mean Sea Level (MSL) atau Duduk Tengah adalah muka laut rata-rata pada suatu periode
pengamatan yang panjang, sebaiknya selama 18,6 tahun.

Mean Tide Level (MTL) adalah rata-rata antara air tinggi dan air rendah pada suatu periode
waktu.

Mean High Water (MHW) adalah tinggi air rata-rata pada semua pasang tinggi.

Mean Low Water (MLW) adalah tinggi air rata-rata pada semua surut rendah.

Mean Higher High Water (MHHW) adalah tinggi rata-rata pasang tertinggi dari dua air tinggi
harian pada suatu periode waktu yang panjang. Jika hanya satu air tinggi terjadi pada satu hari,
maka air tinggi tersebut diambil sebagai air tinggi terttinggi.

Mean Lower High Water (MLHW) adalah tinggi rata-rata air terendah dari dua air tinggi harian
pada suatu periode waktu yang panjang. Hal ini tidak akan terjadi untuk pasut harian (diurnal).

Mean Higher Low Water (MHLW) adalah tinggi rata-rata air tertinggi dari dua air rendah harian
pada suatu periode waktu yang panjang. Hal ini tidak akan terdapat pada pasut diurnal.

Mean Lower Low Water (MLLW) adalah tinggi rata-rata air terendah dari dua air rendah harian
pada suatu periode waktu yang panjang. Jika hanya satu air rendah terjadi pada satu hari, maka
harga air rendah tersebut diambil sebagai air rendah terendah.
Mean High Water Springs (MHWS) adalah tinggi rata-rata dari dua air tinggi berturut-turut
selama periode pasang purnama, yaitu jika tunggang (range) pasut itu tertinggi.

Mean Low Water Springs (MLWS) adalah tinggi rata-rata yang diperoleh dari dua air rendah
berturut-turut selama periode pasang purnama.

Mean High Water Neaps (MHWN) adalah tinggi rata-rata dari dua air tinggi berturut-turut
selama periode pasut perbani (neap tides), yaitu jika tunggang (range) pasut paling kecil.

Mean Low Water Neaps (MLWN) adalah tinggi rata-rata yang dihitung dari dua air berturut-
turut selama periode pasut perbani.

Highest Astronomical Tide (HAT)/Lowest Astronomical Tide (LAT) adalah permukaan laut
tertinggi/terendah yang dapat diramalkan terjadi di bawah pengaruh keadaan meteorologis rata-
rata dan kombinasi keadaan astronomi. Permukaan ini tidak akan dicapai pada setiap tahun. HAT
dan LAT bukan permukaan laut yang ekstrim yang dapat terjadi, storm surges mungkin saja
dapat menyebabkan muka laut yang lebih tinggi dan lebih rendah. Secara umum permukaan
(level) di atas dapat dihitung dari peramalan satu tahun. Harga HAT dan LAT dihitung dari data
beberapa tahun.

Mean Range (Tunggang Rata-rata) adalah perbedaan tinggi rata-rata antara MHW dan MLW.

Mean Spring Range adalah perbedaan tinggi antara MHWS dan MLWS.

Mean Neap Range adalah perbedaan tinggi antara MHWN dan MLWN

Pasang Surut Laut
Jika kita mengamati air laut di pantai maka kita akan mendapatkan fenomena bahwa air laut
tidak pernah diam pada suatu ketinggian yang tetap, akan tetapi air laut akan selalu bergerak naik
turun secara dinamis dan berkala berdasarkan siklus tertentu. Jika kita teliti mengamati, akan kita
dapatkan bahwa permukaan air laut perlahan-lahan naik sampai pada ketinggian maksimum
kemudian akan turun perlahan-lahan sapai pada ketinggian minimum. Fenomena ini
dinamakan pasang surut air laut.

Definisi
Pasang surut laut merupakan suatu fenomena pergerakan naik turunya permukaan air laut secara
berkala yang diakibatkan oleh kombinasi gaya grafitasi dan gaya tarik-menarik antara benda-
benda astronomi terutama oleh matahari, bumi dan bulan. Pengaruh benda angkasa lainnya dapat
diabaikan karena jaraknya lebih jauh atau ukurannya lebih kecil (Dronkers, 1964).
Pasang surut laut adalah gelombang Gelombang yang dibangkitkan oleh adanya interaksi antara
laut, matahari dan bulan . Menurut Pariwono (1989), fenomena pasang surut diartikan sebagai
naik turunnya muka laut secara berkala akibat adanya gaya tarik benda-benda angkasa terutama
matahari dan bulan terhadap massa air di bumi.
Pasang surut laut merupakan hasil dari gaya tarik gravitasi dan efek sentrifugal. Efek sentrifugal
adalah dorongan ke arah luar pusat rotasi. Gravitasi bervariasi secara langsung dengan massa
tetapi berbanding terbalik terhadap jarak. Meskipun ukuran bulan lebih kecil dari matahari, gaya
tarik gravitasi bulan dua kali lebih besar daripada gaya tarik matahari dalam membangkitkan
pasang surut laut karena jarak bulan lebih dekat daripada jarak matahari ke bumi. Gaya tarik
gravitasi menarik air laut ke arah bulan dan matahari dan menghasilkan dua tonjolan (bulge)
pasang surut gravitasional di laut. Lintang dari tonjolan pasang surut ditentukan oleh deklinasi,
sudut antara sumbu rotasi bumi dan bidang orbital bulan dan matahari
Pasang laut menyebabkan perubahan kedalaman perairan dan mengakibatkan arus pusaran yang
dikenal sebagai arus pasang, sehingga perkiraan kejadian pasang sangat diperlukan dalam
navigasi pantai. Wilayah pantai yang terbenam sewaktu pasang naik dan terpapar sewaktu
pasang surut, disebut mintakat pasang, dikenal sebagai wilayah ekologi laut yang khas.

Teori
1. Teori Kesetimbangan (Equilibrium Theory)
Teori kesetimbangan pertama kali diperkenalkan oleh Sir Isaac Newton (1642-1727). Teori ini
menerangkan sifat-sifat pasut secara kualitatif. Teori terjadi pada bumi ideal yang seluruh
permukaannya ditutupi oleh air dan pengaruh kelembaman (Inertia) diabaikan. Teori ini
menyatakan bahwa naik-turunnya permukaan laut sebanding dengan gaya pembangkit pasang
surut (King, 1966). Untuk memahami gaya pembangkit passng surut dilakukan dengan
memisahkan pergerakan sistem bumi-bulan-matahari menjadi 2 yaitu, sistem bumi-bulan dan
sistem bumi matahari.
Pada teori kesetimbangan bumi diasumsikan tertutup air dengan kedalaman dan densitas yang
sama dan naik turun muka laut sebanding dengan gaya pembangkit pasang surut atau GPP (Tide
Generating Force) yaitu Resultante gaya tarik bulan dan gaya sentrifugal, teori ini berkaitan
dengan hubungan antara laut, massa air yang naik, bulan, dan matahari. Gaya pembangkit pasut
ini akan menimbulkan air tinggi pada dua lokasi dan air rendah pada dua lokasi (Gross, 1987).

2. Teori Pasut Dinamik (Dynamical Theory)
Pond dan Pickard (1978) menyatakan bahwa dalam teori ini lautan yang homogen masih
diasumsikan menutupi seluruh bumi pada kedalaman yang konstan, tetapi gaya-gaya tarik
periodik dapat membangkitkan gelombang dengan periode sesuai dengan konstitue-
konstituennya. Gelombang pasut yang terbentuk dipengaruhi oleh GPP, kedalaman dan luas
perairan, pengaruh rotasi bumi, dan pengaruh gesekan dasar. Teori ini pertama kali
dikembangkan oleh Laplace (1796-1825). Teori ini melengkapi teori kesetimbangan sehingga
sifat-sifat pasut dapat diketahui secara kuantitatif. Menurut teori dinamis, gaya pembangkit pasut
menghasilkan gelombang pasut (tide wive) yang periodenya sebanding dengan gaya pembangkit
pasut. Karena terbentuknya gelombang, maka terdapat faktor lain yang perlu diperhitungkan
selain GPP. Menurut Defant (1958), faktor-faktor tersebut adalah :
• Kedalaman perairan dan luas perairan
• Pengaruh rotasi bumi (gaya Coriolis)
• Gesekan dasar
Rotasi bumi menyebabkan semua benda yang bergerak di permukaan bumi akan berubah arah
(Coriolis Effect). Di belahan bumi utara benda membelok ke kanan, sedangkan di belahan bumi
selatan benda membelok ke kiri. Pengaruh ini tidak terjadi di equator, tetapi semakin meningkat
sejalan dengan garis lintang dan mencapai maksimum pada kedua kutub. Besarnya juga
bervariasi tergantung pada kecepatan pergerakan benda tersebut.
Menurut Mac Millan (1966) berkaitan dengan dengan fenomeana pasut, gaya Coriolis
mempengaruhi arus pasut. Faktor gesekan dasar dapat mengurangi tunggang pasut dan
menyebabkan keterlambatan fase (Phase lag) serta mengakibatkan persamaan gelombang pasut
menjadi non linier semakin dangkal perairan maka semaikin besar pengaruh gesekannya.

Pembangkit
Pasang surut terutama dihasilkan oleh adanya gaya tarik-menarik antara dua tenaga yang terjadi
di lautan. Gaya-gaya tersebut adalah gaya sentrifugal bumi dan gaya gravitasi yang berasal dari
bulan dan matahari. Gaya sentrifugal adalah dorongan ke arah luar pusat rotasi bumi yang
besarnya kurang lebih sama dengan tenaga yang ditarik ke permukaan bumi. Gaya sentrifugal
lebih kuat pada daerah-daerah yang terletak dekat dengan bulan. Gaya gravitasi bervariasi secara
langsung dengan massa tetapi berbanding terbalik terhadap jarak. Jadi, Meskipun ukuran bulan
lebih kecil dari matahari, gaya tarik gravitasi bulan dua kali lebih besar daripada gaya tarik
matahari dalam membangkitkan pasang surut laut karena jarak bulan lebih dekat daripada jarak
matahari ke bumi.
Gaya tarik gravitasi menarik air laut ke arah bulan dan matahari dan menghasilkan dua tonjolan
(bulge) massa air. Lintang dari bulge pasang surut ditentukan oleh deklinasi, yaitu sudut antara
sumbu rotasi bumi dan bidang orbital bulan dan matahari. Bulge pertama terbentuk pada bagian
bumi yang terletak paling dekat dengan bulan karena gaya gravitasi bulan yang relatif kuat
menarik massa air. Bulge kedua terletak paling jauh dengan bulan. Hal ini terjadi karena gaya
gravitasi bulan sangat lemah dibanding dengan gaya sentrifugal bumi sehingga massa air
terdorong keluar oleh gaya sentrifugal bumi. Dua tonjolan massa air ini merupakan daerah yang
mengalami pasang tertinggi. Akibat dari rotasi bumi, maka tempat-tempat yang mengalami
pasang tertinggi akan bergerak bergantian secara perlahan.
Gravitasi matahari juga turut mempengaruhi pasang surut, walaupun kontribusinya hanya sekitar
47% dari tenaga gravitasi bulan. Selain itu, pasang surut juga dipengaruhi oleh revolusi bulan
terhadap bumi dan revolusi bumi terhadap matahari serta faktor-faktor non astronomi seperti
perairan semi tertutup, garis pantai dan topografi dasar perairan.

Berdasarkan faktor pembangkitnya, pasang surut dapat dibagi dalam dua kategori yaitu: pasang
purnama (pasang besar, spring tide) dan pasang perbani (pasang kecil, neap tide).
Pasang laut purnama (spring tide) terjadi ketika bumi, bulan dan matahari berada dalam suatu
garis lurus. Pada saat itu akan dihasilkan pasang tinggi yang sangat tinggi dan pasang rendah
yang sangat rendah. Pasang laut purnama ini terjadi pada saat bulan baru dan bulan purnama.




Gambar 1 . Pasang Purnama (saat purnama)
Pasang laut perbani (neap tide) terjadi ketika bumi, bulan dan matahari membentuk sudut tegak
lurus. Pada saat itu akan dihasilkan pasang naik yang rendah dan pasang surut yang tinggi.
Pasang laut perbani ini terjadi pada saat bulan seperempat dan tigaperempat.




Gambar 2. Pasang perbani

Type
Perairan laut memberikan respon yang berbeda terhadap gaya pembangkit pasang surut,sehingga
terjadi tipe pasut yang berlainan di sepanjang pesisir. Menurut Dronkers (1964), ada tiga tipe
pasut yang dapat diketahui, yaitu :
1. Pasang surut diurnal. Yaitu bila dalam sehari terjadi satu satu kali pasang dan satu kali surut.
Biasanya terjadi di laut sekitar katulistiwa.
2. pasang surut semi diurnal. Yaitu bila dalam sehari terjadi dua kali pasang dan dua kali surut
yang hampir sama tingginya.
3. pasang surut campuran. Yaitu gabungan dari tipe 1 dan tipe 2, bila bulan melintasi
khatulistiwa (deklinasi kecil), pasutnya bertipe semi diurnal, dan jika deklinasi bulan mendekati
maksimum, terbentuk pasut diurnal.




Gambar 3. Pasang surut diurnal
Gambar 4. Pasang surut semi diurnal




Gambar 5. Pasang surut campuran

Menurut Wyrtki (1961), pasang surut di Indonesia dibagi menjadi 4 yaitu :
1.Pasang surut harian tunggal (Diurnal Tide)
Merupakan pasut yang hanya terjadi satu kali pasang dan satu kali surut dalam satu hari, ini
terdapat di Selat Karimata
2.Pasang surut harian ganda (Semi Diurnal Tide)
Merupakan pasut yang terjadi dua kali pasang dan dua kali surut yang tingginya hampir sama
dalam satu hari, ini terdapat di Selat Malaka hingga Laut Andaman.
3.Pasang surut campuran condong harian tunggal (Mixed Tide, Prevailing Diurnal)
Merupakan pasut yang tiap harinya terjadi satu kali pasang dan satu kali surut tetapi terkadang
dengan dua kali pasang dan dua kali surut yang sangat berbeda dalam tinggi dan waktu, ini
terdapat di Pantai Selatan Kalimantan dan Pantai Utara Jawa Barat.
4.Pasang surut campuran condong harian ganda (Mixed Tide, Prevailing Semi Diurnal)
Merupakan pasut yang terjadi dua kali pasang dan dua kali surut dalam sehari tetapi terkadang
terjadi satu kali pasang dan satu kali surut dengan memiliki tinggi dan waktu yang berbeda, ini
terdapat di Pantai Selatan Jawa dan Indonesia Bagian Timur

Manfaat
Pengetahuan tentang pasang surut sangat diperlukan dalam transportasi laut, kegiatan di
pelabuhan, pembangunan di daerah pesisir pantai, dan lain-lain. Karena sifat pasang surut yang
periodik, maka ia dapat diramalkan.
Pasang surut juga sangat mempengaruhi kehidupan organisme laut, terutama pada daerah
intertidal dandaerah litoral. Dengan adanya pasang surut, organisme-organisme memiliki strategi
ekologi sendiri – sendiri untuk bisa bertahan hidup. Disamping itu, pasang surut sangat
mempengaruhi ekosistem mangrove yang merupakan pilar pertahanan alam utama pada daerah
pesisir dari ancaman badai, erosi dan lain-lain.

Pasang Surut Laut dan keadaannya di Indonesia

Pasang surut air laut adalah suatu gejala fisik yang selalu berulang dengan periode tertentu dan
pengaruhnya dapat dirasakan sampai jauh masuk kearah hulu dari muara sungai. Pasang surut
terjadi karena adanya gerakan dari benda benda angkasa yaitu rotasi bumi pada sumbunya,
peredaran bulan mengelilingi bumi dan peredaran bulan mengelilingi matahari. Gerakan tersebut
berlangsung dengan teratur mengikuti suatu garis edar dan periode yang tertentu. Pengaruh dari
benda angkasa yang lainnya sangat kecil dan tidak perlu diperhitungkan (www.digilib.itb.ac.id).

       Gerakan dari benda angkasa tersebut di atas akan mengakibatkan terjadinya beberapa
macam gaya pada setiap titik di bumi ini,yang disebut gaya pembangkit pasang surut. Masing
masing gaya akan memberikan pengaruh pada pasang surut dan disebut komponen pasang surut,
dan gaya tersebut berasal dari pengaruh matahari, bulan atau kombinasi keduanya
(www.digilib.itb.ac.id ).

       Pasang surut laut merupakan hasil dari gaya tarik gravitasi dan efek sentrifugal. Efek
sentrifugal adalah dorongan ke arah luar pusat rotasi. Gravitasi bervariasi secara langsung
dengan massa tetapi berbanding terbalik terhadap jarak. Meskipun ukuran bulan lebih kecil dari
matahari, gaya tarik gravitasi bulan dua kali lebih besar daripada gaya tarik matahari dalam
membangkitkan pasang surut laut karena jarak bulan lebih dekat daripada jarak matahari ke
bumi. Gaya tarik gravitasi menarik air laut ke arah bulan dan matahari dan menghasilkan dua
tonjolan (bulge) pasang surut gravitasional di laut. Lintang dari tonjolan pasang surut ditentukan
oleh deklinasi, sudut antara sumbu rotasi bumi dan bidang orbital bulan dan matahari
(www.oseanografi.blogspot.com).

       Untuk menjelaskan terjadinya pasang surut maka mula-mula dianggap bahwa bumi
benar-benar bulat serta seluruh permukaannya ditutupi oleh lapisan air laut yang sama tebalnya
sehingga didalam hal ini dapat diterapkan teori keseimbangan. Pada setiap titik dimuka bumi
akan terjadi pasang surut yang merupakan kombinasi dari beberapa komponen yang mempunyai
amplitudo dan kecepatan sudut yang tertentu sesuai dengan gaya pembangkitnya. Pada keadaan
sebenarnya bumi tidak semuanya ditutupi oleh air laut melainkan sebagian merupakan daratan
dan juga kedalaman laut berbeda beda. Sebagai konsekwensi dari teori keseimbangan maka
pasang surut akan terdiri dari beberapa komponen yang mempunyai kecepatan amplitudo dan
kecepatan sudut tertentu, sama besarnya seperti yang diuraikan pada teori keseimbangan
(www.digilib.itb.ac.id).

       Kisaran pasang-surut (tidal range), yakni perbedaan tinggi muka air pada saat pasang
maksimum dengan tinggi air pada saat surut minimum, rata-rata berkisar antara 1 m hingga 3 m.
Tetapi di Teluk Fundy (kanada) ditemukan kisaran yang terbesar di dunia, bisa mencapai sekitar
20 m. Sebaliknya di Pulau Tahiti, di tengah Samudera Pasifik, kisaran pasang-surutnya kecil,
tidak lebih dari 0,3 m, sedangkan di Laut Tengah hanya berkisar 0,10-0,15 m.

Di perairan Indonesia beberapa contoh dapat diberikan misalnya Tanjung Priok (Jakarta)
kisarannya hanya sekitar 1 m, Ambon sekitar 2 m, Bagan Siapi-api sekitar 4 m, sedangkan yang
tertinggi di muara Sungai Digul dan Selat Muli di dekatnya (Irian Jaya bagian selatan) kisaran
pasang-surutnya cukup tinggi, bisa mencapai sekitar 7-8 m (Nontji, 1987).

       Terdapat tiga tipe dasar pasang surut yang didasarkan pada periode dan keteraturannya,
yaitu pasang surut harian (diurnal), tengah harian (semi diurnal) dan campuran (mixed tides).
Dalam sebulan, variasi harian dari rentang pasang surut berubah secara sistematis terhadap siklus
bulan. Rentang pasang surut juga bergantung pada bentuk perairan dan konfigurasi lantai
samudera (www.wikipedia.org).

       Dilihat dari pola gerakan muka lautnya, pasang-surut di Indonesia dapat dibagi menjadi
empat jenis yakni pasang-surut harian tunggal (diurnal tide), harian ganda (semidiurnal tide) dan
dua jenis campuran. Jenis harian tunggal misalnya terdapat di perairan sekitar selat Karimata,
antara Sumatra dan Kalimantan. Pada jenis harian ganda misalnya terdapat di perairan Selat
Malaka sampai ke Laut Andaman. Di samping itu dikenal pula campuran antara keduanya,
meskipun jenis tunggal maupun gandanya masih menonjol. Pada pasang-surut campuran
condong ke harian ganda (mixed tide, prevailing semidiurnal) misalnya terjadi di sebagian besar
perairan Indonesia bagian timur. Sedangkan jenis campuran condong ke harian tunggal (mixed
tide, prevailing diurnal) contohnya terdapat di pantai selatan Kalimantan dan pantai utara Jawa
Barat. Pola gerak muka air pada keempat jenis pasang-surut yang terdapat di Indonesia diberikan
pada gambar 1 (Nontji, 1987).
Gambar 1. Pola gerak muka air pasut di Indonesia (Triatmodjo, 1996).

       Seperti telah disebutkan di atas, komponen-komponen utama pasang surut terdiri dari
komponen tengah harian dan harian. Namun demikian, karena interaksinya dengan bentuk

       (morfologi) pantai, superposisi antar komponen pasang surut utama, dan faktor-faktor
lainnya akan mengakibatkan terbentuknya komponen-komponen pasang surut yang baru
(www.oseanografi.blogspot.com).

       Pasang-surut tidak hanya mempengaruhi lapisan di bagian teratas saja, melainkan
seluiruh massa air. Energinya pun sangat besar. Di perairan-perairan pantai, terutama di teluk-
teluk atau selat-selat yang sempit, gerakan naik-turunnya muka air akan menimbulkan terjadinya
arus pasang-surut. Di tempat-tempat tertentu arus pasang-surut ini cukup kuat. Arus pasang-surut
terkuat yang tercatat di Indonesia adalah di Selat Capalulu, antara P. Taliabu dan P. Mangole
(Kepulauan Sula), yang kekuatannya bisa mencapai 5 m/detik. Di selat-selat di antara pulau-
pulau Nusa Tenggara kekuatannya bisa mencapai 2,5-3 m/detik pada saat pasang purnama. Di
daerah-daerah lainnya kekuatan arus pasang-surut biasanya kurang dari 1,5 m/detik, sedangkan
di laut terbuka di atas paparan kekuatannya malah biasanya kurang dari 0,5 m/detik.

       Berbeda dengan arus yang disebabkan oleh angin yang hanya terjadi pada air lapisan tipis
di permukaan, arus pasang-surut bisa mencapai lapisan yang lebih dalam. Ekspedisi Snellius I
(1929-1930) di perairan Indonesia bagian Timur dapat menunjukkan bahwa arus pasang-surut
masih dapat diukur pada kedalaman lebih dari 600 m (Nontji, 1987).
Perhitungan Pasang Surut

       Adanya gaya tarik bumi dan benda langit (bulan dan matahari), gaya gravitasi bumi,
perputaran bumi pada sumbunya dan perputaran bumi mengelilingi matahari menimbulkan
pergeseran air laut, salah satu akibatnya adalah terjadinya pasang surut laut. Fenomena alam
tersebut merupakan gerakan periodik, maka pasang surut yang ditimbulkan dapat dihitung dan
diprediksikan (www.bakosurtanal.go.id).

       Dalam penelitian lebih lanjut diketahui bahwa untuk setiap tempat yang mengalami
pasang surut mempunyai ciri tertentu yaitu besar pengaruh dari tiap-tiap komponen selalu tetap
dan hal ini disebut tetapan pasang surut. Selama tidak terjadi perubahan pada keadaan
geografinya, tetapan. tersebut tidak akan berubah. Apabila tetapan pasang surut untuk suatu
tempat tertentu sudah diketahui maka besar pasang surut untuk setiap waktu dapat diramalkan
(www. digilib.itb.ac.id).

       Untuk menghitung tetapan pasang surut tersebut diatas, ada beberapa metoda yang sudah
biasa dipakai misalnya metoda Admiralty yang berdasarkan pada data pengamatan selama 15
hari atau 29 hari. Pada metoda ini dilakukan perhitungan yang dibantu dengan tabel, akan
menghasilkan tetapan pasang surut untuk 9 komponen. Dengan adanya kemajuan teknologi di
bidang elektronika yang sangat pesat, penggunaan komputer mikro untuk menghitung tetapan
pasang surut serta peramalannya akan sangat memungkinkan. Sehubungan dengan itu akan dicari
suatu cara untuk memproses data pengamatan pasang surut sehingga dapat dicari tetapan pasang
surut serta peramalannya dengan cara kerja yang mudah.

       Proses perhitungan dari komputer didasarkan pada penyesuaian lengkung dari data
pengamatan dengan metoda kuadrat terkecil, dengan menggunakan beberapa komponen yang
dianggap mempunyai faktor yang paling menentukan. Untuk ini dibahas penurunan
matematiknya serta pembuatan program untuk kamputernya.

       Program komputer dibuat sedemikian rupa sehingga untuk proses perhitungan tersebut
diatas hanya tinggal memesukkan data,sedang seluruh proses selanjutnya akan dikerjakan oleh
komputer. Program untuk komputer dibahas secara terperinci mulai dari dasar perhitungan, isi
program serta bagan alirnya. Kebenaran dan ketelitian hasil perhitungan dibuktikan dengan
memberikan contoh perhitungan dan penyajian berupa grafik. Perhitungan dilakukan untuk
beberapa lokasi pengamatan pasang surut serta waktu pengamatan yang berlainan
(www.digilib.itb.ac.id ).

       Di Indonesia, pengamatan pasut laut bekerjasama dengan pihak otoritas pelabuhan,
Bakosurtanal memasang alat rekam data pasut otomatis di dermaga pelabuhan yang disebut
stasiun pasut. Alat rekam data pasut (AWLR = Automatically Water Level Recorder) mencatat
tinggi muka laut secara otomatis dan terus menerus. Rekaman data berupa grafik, lubang-lubang
kertas data pada stasiun pasut online, data pasut dicatat dan, setiap saat dapat dilakukan
download lewat saluran telepon dan menggunakan modem.

       Pengumpulan dan pengolahan data pasut, kertas rekam data pasut pada 28 stasiun pasut
manual, setiap akhir bulan dipotong dan dikirim ke Bakosurtanal untuk pengolahan data.
Pengumpulan data pasut pada 25 stasiun pasut on-line, dilakukan dengan download pada
komputer di Bakosurtanal yang dilengkapi modem dan fasilitas saluran telepon. Pengolahan data
dilakukan dengan bantuan komputer dan software pengolahan pasut.

       Analisa dan penyajian informasi pasut. Analisa pasut meliputi hasil hitungan yang dapat
menjelaskan karakter pasang surut laut. Sajian informasi karakter laut tersebut tampilannya
bervariasi mulai tampilan standard informasi pasut sampai dengan informasi praktis bagi
pengguna untuk perencanaan bangunan pelabuhan.

       Hasil kegiatan yang diperoleh adalah data pasut 53 stasiun pasut seluruh Indonesia dalam
waktu 1 (satu) tahun pengamatan. Data tersebut dihitung dan hasilnya disajikan pada buku
informasi pasut laut Bakosurtanal (www.bakosurtanal.go.id).

       Energi Pasang Surut Air Laut

       Cadangan minyak bumi, gas alam dan batu bara akan habis dalam waktu dekat karena
eksploitasi dilakukan tanpa perhitungan dan kontrol yang jelas. Lalu, energi alternatif apa yang
bisa digunakan? Sejumlah pihak muncul dengan ide tenaga pasang surut air laut. Memang bukan
teknologi baru, bahkan tergolong teknik paling tua yang pernah dipikirkan manusia. Namun,
jenis teknologi ini ramah lingkungan dan tidak mempunyai ekses negatif. Dan yang terpenting,
alam memberikannya secara gratis.

       Indonesia dengan luas perairan hampir 60% dari total luas wilayah sebesar 1.929.317
km2, Indonesia seharusnya bisa menerapkan teknologi alternatif ini. Apalagi dengan bentangan
Timur ke Barat sepanjang 5.150 km dan bentangan Utara ke Selatan 1.930 km telah
mendudukkan Indonesia sebagai negara dengan garis pantai terpanjang di dunia. Pada musim
hujan, angin umumnya bergerak dari Utara Barat Laut dengan kandungan uap air dari Laut Cina
Selatan dan Teluk Benggala. Di musim Barat, gelombang air laut naik dari biasanya di sekitar
Pulau Jawa. Fenomena alamiah ini mempermudah pembuatan teknik pasang surut tersebut.

       Penerapannya di Indonesia bukanlah sesuatu yang mustahil. Tapi perlu ada master plan
yang jelas untuk mewujudkannya. Karena ini dapat menjadi sumber energi alternatif potensial.
Apalagi proses pembuatannya tidak merusak alam, melainkan ramah lingkungan. Tetapi
sebelumnya, harus dilakukan sebuah riset yang berguna untuk mengukur kedalaman sepanjang
garis pantai Indonesia. Sehingga dapat ditentukan di daerah mana saja yang layak. Bangsa
Indonesia seharusnya menyadari bahwa alam menyediakan semua yang dibutuhkan. Hanya perlu
kerja keras dan kebijakan yang memperhatikan sumber daya alam yang terbatas. Sehingga
Indonesia tidak perlu risau akan cadangan energi (www.sinarharapan.co.id)


                               Marine Geology Data
                    Why Study Seafloor Composition?
    How can data derived from seafloor samples be used?

            To study past climate change for environmental prediction.
            To understand the impact of benthic habitat on fisheries and other biological
            communities.
            To study offshore pollution patterns and mechanisms to help sustain healthy
            coasts.
            To find sources of dredged material for beach replenishment.
            To evaluate the impacts of proposed offshore waste disposal.
            To learn about and estimate the impacts of events such as gas hydrate releases
            related to slope stability.
            To locate strategic offshore mineral resources.
            To determine sites for seabed communications cables, drilling platforms, &
other structures.
       To provide groundtruth values for remotely sensed/satellite data, helping refine
       new techniques for environmental assessment and prediction.
       To learn more about how the Earth and its environmental systems function.
       More about the role of seafloor sediment in understanding the processes of
       environmental change.

Why are data from the Seafloor important to NOAA's Mission and Strategic
Goals?

NOAA's Mission:

"To understand and predict changes in Earth's environment and conserve and manage
coastal and marine resources to meet our Nation's economic, social, and environmental
needs."

Some of NOAA's Goals:

       Understand Climate Variability and Change to Enhance Society's Ability
       to Plan and Respond. -
       Seafloor sediment provide an invaluable key to past climate change. Finely
       varved sediments from areas of rapid deposition provide a high-resolution
       record of past climate variation, and volcanic ash layers contribute to the
       comprehensive study of climate change on relatively short timescales. Analysis
       of sediment for components such as carbonates and isotopes provide baseline
       information for global modeling of environmental change.

       Protect, Restore, and Manage the Use of Coastal and Ocean Resources
       Through an Ecosystem Approach to Management -
       Build Sustainable Fisheries: Sediment composition and physical properties are
       key factors in evaluating benthic habitat for fisheries. To quote from a
       September 1999 technical memorandum issued by the National Marine
       Fisheries Service:

       "The texture of surficial sediments, defined as the size-frequency distribution of
       unconsolidated grains, is an important attribute of the coastal ocean
       environment. In addition to purely geological applications, data of this type
       have great utility in habitat studies seeking to explain the distribution and
       abundance of important biological resources." "Sediment texture is one of many
       potential factors influencing the distribution and abundance of groundfish. The
       relative distribution of grain sizes affects sediment properties such as porosity,
       permeability, and resistance to displacement (Allen 1985, Selley 1988). These
       properties, in turn, may directly (e.g., self-burial to reduce exposure to
       predators) or indirectly (e.g., suitability for essential prey organisms) affect fish
       habitat quality, as measured by rates of growth, survival, reproduction, and
recruitment.

Sustain Healthy Coasts: Coastal sediment data analyses play a role in
understanding coastal habitat and help determine the extent, nature, and
transport of pollutants. Sediment data assist in determining sources of
appropriate material for beach replenishment, and are an integral data layer in
GIS analysis of coastal environments for a variety of purposes.

Protect, conserve and restore coastal habitats and their biodiversity.
Promote clean coastal waters to sustain living marine resources and ensure safe
recreation, healthy seafood and economic vitality.
Foster well-planned and revitalized coastal communities....

Management of Other Offshore Resources:

In addition to key environmental analysis and assessment roles, seafloor studies
have other economic value. Sediment properties are crucial in placement of
seabed cables, data from exploratory wells are necessary to evaluate sites for
offshore drilling, and geochemical studies are necessary for evaluation of
offshore hard mineral resources

More Related Content

What's hot

deskripsi batuan sedimen
deskripsi batuan sedimen deskripsi batuan sedimen
deskripsi batuan sedimen
Wahidin Zuhri
 
Tugas terjemahan survey hidrografi
Tugas terjemahan survey hidrografiTugas terjemahan survey hidrografi
Tugas terjemahan survey hidrografi
Agita Herwanda
 
Bab 5: Jenis-jenis Peta dan Fungsi
Bab 5:   Jenis-jenis Peta dan FungsiBab 5:   Jenis-jenis Peta dan Fungsi
Bab 5: Jenis-jenis Peta dan Fungsi
Jaringan Kerja Pemetaan Partisipatif
 
1. geom konsep dasar)
1. geom konsep dasar)1. geom konsep dasar)
1. geom konsep dasar)
Rafli Riandi Kusnadi
 
228829546 deskripsi-batuan-metamorf
228829546 deskripsi-batuan-metamorf228829546 deskripsi-batuan-metamorf
228829546 deskripsi-batuan-metamorf
niaramadanti1
 
Keindahan Danau Toba
Keindahan Danau TobaKeindahan Danau Toba
Keindahan Danau Toba
Viona Vina
 
geologi struktur
geologi strukturgeologi struktur
geologi struktur
Linda Mangundihardjo
 
Identifikasi batuan beku
Identifikasi batuan bekuIdentifikasi batuan beku
Identifikasi batuan beku
adbel Edwar
 
Skala waktu-geologi
Skala waktu-geologiSkala waktu-geologi
Skala waktu-geologi
Romie Hendrawan
 
Pasang Surut (Pasut)
Pasang Surut (Pasut)Pasang Surut (Pasut)
Pasang Surut (Pasut)guest01cdf1
 
Batuan piroklastik
Batuan piroklastikBatuan piroklastik
Batuan piroklastik
yadil142
 
Teori terbentuknya laut, geomorfologi laut, proses fisika, kimia, biologi laut.
Teori terbentuknya laut, geomorfologi laut, proses fisika, kimia, biologi laut.Teori terbentuknya laut, geomorfologi laut, proses fisika, kimia, biologi laut.
Teori terbentuknya laut, geomorfologi laut, proses fisika, kimia, biologi laut.
Ari Panggih Nugroho
 
Jurnal piroklastik-ryando-perdana
Jurnal piroklastik-ryando-perdanaJurnal piroklastik-ryando-perdana
Jurnal piroklastik-ryando-perdana
Diponegoro University
 
Bilangan Formzahl
Bilangan FormzahlBilangan Formzahl
Bilangan Formzahl
Diana Surtika
 
Geologi Fisik : Hukum dasar geologi
Geologi Fisik : Hukum dasar geologiGeologi Fisik : Hukum dasar geologi
Geologi Fisik : Hukum dasar geologi
Mario Yuven
 
Bab 3-bentuk-dan-tekstur-bijih
Bab 3-bentuk-dan-tekstur-bijihBab 3-bentuk-dan-tekstur-bijih
Bab 3-bentuk-dan-tekstur-bijih
Romi Fadli
 
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Kalimantan)
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Kalimantan)Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Kalimantan)
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Kalimantan)
Nurul Afdal Haris
 
Mineralogi
MineralogiMineralogi
Mineralogi
hariia
 
Pengenalan ArcMap
Pengenalan ArcMapPengenalan ArcMap
Pengenalan ArcMap
Ilham Hidayatullah
 
Family Globigerinidae (Parker and Jones, 1862)
Family Globigerinidae (Parker and Jones, 1862)Family Globigerinidae (Parker and Jones, 1862)
Family Globigerinidae (Parker and Jones, 1862)
Hidayat Muhammad
 

What's hot (20)

deskripsi batuan sedimen
deskripsi batuan sedimen deskripsi batuan sedimen
deskripsi batuan sedimen
 
Tugas terjemahan survey hidrografi
Tugas terjemahan survey hidrografiTugas terjemahan survey hidrografi
Tugas terjemahan survey hidrografi
 
Bab 5: Jenis-jenis Peta dan Fungsi
Bab 5:   Jenis-jenis Peta dan FungsiBab 5:   Jenis-jenis Peta dan Fungsi
Bab 5: Jenis-jenis Peta dan Fungsi
 
1. geom konsep dasar)
1. geom konsep dasar)1. geom konsep dasar)
1. geom konsep dasar)
 
228829546 deskripsi-batuan-metamorf
228829546 deskripsi-batuan-metamorf228829546 deskripsi-batuan-metamorf
228829546 deskripsi-batuan-metamorf
 
Keindahan Danau Toba
Keindahan Danau TobaKeindahan Danau Toba
Keindahan Danau Toba
 
geologi struktur
geologi strukturgeologi struktur
geologi struktur
 
Identifikasi batuan beku
Identifikasi batuan bekuIdentifikasi batuan beku
Identifikasi batuan beku
 
Skala waktu-geologi
Skala waktu-geologiSkala waktu-geologi
Skala waktu-geologi
 
Pasang Surut (Pasut)
Pasang Surut (Pasut)Pasang Surut (Pasut)
Pasang Surut (Pasut)
 
Batuan piroklastik
Batuan piroklastikBatuan piroklastik
Batuan piroklastik
 
Teori terbentuknya laut, geomorfologi laut, proses fisika, kimia, biologi laut.
Teori terbentuknya laut, geomorfologi laut, proses fisika, kimia, biologi laut.Teori terbentuknya laut, geomorfologi laut, proses fisika, kimia, biologi laut.
Teori terbentuknya laut, geomorfologi laut, proses fisika, kimia, biologi laut.
 
Jurnal piroklastik-ryando-perdana
Jurnal piroklastik-ryando-perdanaJurnal piroklastik-ryando-perdana
Jurnal piroklastik-ryando-perdana
 
Bilangan Formzahl
Bilangan FormzahlBilangan Formzahl
Bilangan Formzahl
 
Geologi Fisik : Hukum dasar geologi
Geologi Fisik : Hukum dasar geologiGeologi Fisik : Hukum dasar geologi
Geologi Fisik : Hukum dasar geologi
 
Bab 3-bentuk-dan-tekstur-bijih
Bab 3-bentuk-dan-tekstur-bijihBab 3-bentuk-dan-tekstur-bijih
Bab 3-bentuk-dan-tekstur-bijih
 
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Kalimantan)
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Kalimantan)Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Kalimantan)
Materi Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia (Geomorfologi Kalimantan)
 
Mineralogi
MineralogiMineralogi
Mineralogi
 
Pengenalan ArcMap
Pengenalan ArcMapPengenalan ArcMap
Pengenalan ArcMap
 
Family Globigerinidae (Parker and Jones, 1862)
Family Globigerinidae (Parker and Jones, 1862)Family Globigerinidae (Parker and Jones, 1862)
Family Globigerinidae (Parker and Jones, 1862)
 

Viewers also liked

Geologi laut pak yusuf surachman kuliah geologi kelautan-1
Geologi laut   pak yusuf surachman kuliah geologi kelautan-1Geologi laut   pak yusuf surachman kuliah geologi kelautan-1
Geologi laut pak yusuf surachman kuliah geologi kelautan-1
Jihad Brahmantyo
 
Unsur unsur mayor-air_laut
Unsur unsur mayor-air_lautUnsur unsur mayor-air_laut
Unsur unsur mayor-air_laut
Ahmad Nur
 
Laut dan dasar
Laut dan dasarLaut dan dasar
Laut dan dasar
udin sedunia
 
Pengertian otec ( ocean thermal energy conversion )
Pengertian otec ( ocean thermal energy conversion )Pengertian otec ( ocean thermal energy conversion )
Pengertian otec ( ocean thermal energy conversion )
Ady Purnomo
 
2 12 april 2013 lap survey dishidros s. pomats
2 12 april 2013 lap survey dishidros s. pomats2 12 april 2013 lap survey dishidros s. pomats
2 12 april 2013 lap survey dishidros s. pomatsRoni Tresna Nugraha
 
MIKE 21 OS FM - Oil spill modelling using flexible mesh
MIKE 21 OS FM - Oil spill modelling using flexible meshMIKE 21 OS FM - Oil spill modelling using flexible mesh
MIKE 21 OS FM - Oil spill modelling using flexible mesh
Stephen Flood
 
Arus Laut
Arus LautArus Laut
Arus Laut
Javier Ramdhinov
 
Fungsi densitas perairan
Fungsi densitas perairanFungsi densitas perairan
Fungsi densitas perairan
Rachmat Hidayat
 
Mklh arus ekman
Mklh arus ekmanMklh arus ekman
Mklh arus ekman
eva ervianas
 
Perairan laut
Perairan lautPerairan laut
Perairan laut
nathans_hansel
 
Organisme laut dalam
Organisme laut dalamOrganisme laut dalam
Organisme laut dalamfariz90
 
Arus ekman dan upwelling k2 e008009
Arus ekman dan upwelling k2 e008009Arus ekman dan upwelling k2 e008009
Arus ekman dan upwelling k2 e008009ferosiscaa
 
PAPER PENGARUH STRUKTUR GEOLOGI TERHADAP PENYEBARAN ENDAPAN MINERAL
PAPER PENGARUH STRUKTUR GEOLOGI TERHADAP PENYEBARAN ENDAPAN MINERALPAPER PENGARUH STRUKTUR GEOLOGI TERHADAP PENYEBARAN ENDAPAN MINERAL
PAPER PENGARUH STRUKTUR GEOLOGI TERHADAP PENYEBARAN ENDAPAN MINERAL
heny novi
 
Batimetri
BatimetriBatimetri
Batimetri
Dhie Khaa
 
Paper ilmiah
Paper ilmiahPaper ilmiah
Paper ilmiah
Syahyuti Si-Buyuang
 
Oseanografi sifat kimia air laut
Oseanografi sifat kimia air lautOseanografi sifat kimia air laut
Oseanografi sifat kimia air laut
Muhamad Dzaki Albiruni
 
PERENCANAAN PELABUHAN PETI KEMAS - BAB II
PERENCANAAN PELABUHAN PETI KEMAS - BAB IIPERENCANAAN PELABUHAN PETI KEMAS - BAB II
PERENCANAAN PELABUHAN PETI KEMAS - BAB II
Yogga Haw
 
Air laut
Air lautAir laut
Air laut
Ezra Sebayang
 

Viewers also liked (20)

Tugas geologi laut
Tugas geologi lautTugas geologi laut
Tugas geologi laut
 
Geologi laut pak yusuf surachman kuliah geologi kelautan-1
Geologi laut   pak yusuf surachman kuliah geologi kelautan-1Geologi laut   pak yusuf surachman kuliah geologi kelautan-1
Geologi laut pak yusuf surachman kuliah geologi kelautan-1
 
Unsur unsur mayor-air_laut
Unsur unsur mayor-air_lautUnsur unsur mayor-air_laut
Unsur unsur mayor-air_laut
 
Laut dan dasar
Laut dan dasarLaut dan dasar
Laut dan dasar
 
Pengertian otec ( ocean thermal energy conversion )
Pengertian otec ( ocean thermal energy conversion )Pengertian otec ( ocean thermal energy conversion )
Pengertian otec ( ocean thermal energy conversion )
 
2 12 april 2013 lap survey dishidros s. pomats
2 12 april 2013 lap survey dishidros s. pomats2 12 april 2013 lap survey dishidros s. pomats
2 12 april 2013 lap survey dishidros s. pomats
 
MIKE 21 OS FM - Oil spill modelling using flexible mesh
MIKE 21 OS FM - Oil spill modelling using flexible meshMIKE 21 OS FM - Oil spill modelling using flexible mesh
MIKE 21 OS FM - Oil spill modelling using flexible mesh
 
Arus Laut
Arus LautArus Laut
Arus Laut
 
Fungsi densitas perairan
Fungsi densitas perairanFungsi densitas perairan
Fungsi densitas perairan
 
Mklh arus ekman
Mklh arus ekmanMklh arus ekman
Mklh arus ekman
 
Perairan laut
Perairan lautPerairan laut
Perairan laut
 
Air laut
Air lautAir laut
Air laut
 
Organisme laut dalam
Organisme laut dalamOrganisme laut dalam
Organisme laut dalam
 
Arus ekman dan upwelling k2 e008009
Arus ekman dan upwelling k2 e008009Arus ekman dan upwelling k2 e008009
Arus ekman dan upwelling k2 e008009
 
PAPER PENGARUH STRUKTUR GEOLOGI TERHADAP PENYEBARAN ENDAPAN MINERAL
PAPER PENGARUH STRUKTUR GEOLOGI TERHADAP PENYEBARAN ENDAPAN MINERALPAPER PENGARUH STRUKTUR GEOLOGI TERHADAP PENYEBARAN ENDAPAN MINERAL
PAPER PENGARUH STRUKTUR GEOLOGI TERHADAP PENYEBARAN ENDAPAN MINERAL
 
Batimetri
BatimetriBatimetri
Batimetri
 
Paper ilmiah
Paper ilmiahPaper ilmiah
Paper ilmiah
 
Oseanografi sifat kimia air laut
Oseanografi sifat kimia air lautOseanografi sifat kimia air laut
Oseanografi sifat kimia air laut
 
PERENCANAAN PELABUHAN PETI KEMAS - BAB II
PERENCANAAN PELABUHAN PETI KEMAS - BAB IIPERENCANAAN PELABUHAN PETI KEMAS - BAB II
PERENCANAAN PELABUHAN PETI KEMAS - BAB II
 
Air laut
Air lautAir laut
Air laut
 

Similar to Definisi.geologi laut

1.presentasi wawasan kemaritimangdhd
1.presentasi wawasan kemaritimangdhd1.presentasi wawasan kemaritimangdhd
1.presentasi wawasan kemaritimangdhd
volcart
 
WAWASAN KEMARITIMAN
WAWASAN KEMARITIMANWAWASAN KEMARITIMAN
WAWASAN KEMARITIMAN
harjunode
 
Wawasan kemaritiman - Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Wawasan kemaritiman - Ilmu Pengetahuan dan TeknologiWawasan kemaritiman - Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Wawasan kemaritiman - Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Ida Bagus Anom Sanjaya
 
PENGARUH PENCEMARAN AIR LAUT TERHADAP KAUM NELAYAN DAN LINGKUNGAN SEKITAR PANTAI
PENGARUH PENCEMARAN AIR LAUT TERHADAP KAUM NELAYAN DAN LINGKUNGAN SEKITAR PANTAIPENGARUH PENCEMARAN AIR LAUT TERHADAP KAUM NELAYAN DAN LINGKUNGAN SEKITAR PANTAI
PENGARUH PENCEMARAN AIR LAUT TERHADAP KAUM NELAYAN DAN LINGKUNGAN SEKITAR PANTAI
yohananda eka putri
 
1_Presentasi_Wawasan_Kemaritiman.ppt
1_Presentasi_Wawasan_Kemaritiman.ppt1_Presentasi_Wawasan_Kemaritiman.ppt
1_Presentasi_Wawasan_Kemaritiman.ppt
Yudi151599
 
Geografi x-unit-6-dinamika-hidrosfera (1)
Geografi x-unit-6-dinamika-hidrosfera (1)Geografi x-unit-6-dinamika-hidrosfera (1)
Geografi x-unit-6-dinamika-hidrosfera (1)
SMANEGERIWOLULAS
 
Pelestarian sumber-daya-alam
Pelestarian sumber-daya-alamPelestarian sumber-daya-alam
Pelestarian sumber-daya-alam
agung_mabol
 
Presentasi Terumbu Karang
Presentasi Terumbu KarangPresentasi Terumbu Karang
Presentasi Terumbu Karang
Alfian Muhammad
 
Biota laut dalam
Biota laut dalamBiota laut dalam
Biota laut dalam
Sakamoto Yujii
 
Pengantar ilmu perikanan dan kelautan 1
Pengantar ilmu perikanan dan kelautan 1Pengantar ilmu perikanan dan kelautan 1
Pengantar ilmu perikanan dan kelautan 1
PT. SASA
 
Pelestarian sumber-daya-alam
Pelestarian sumber-daya-alamPelestarian sumber-daya-alam
Pelestarian sumber-daya-alam
gio_simamora
 
Pelestarian sumber-daya-alam
Pelestarian sumber-daya-alamPelestarian sumber-daya-alam
Pelestarian sumber-daya-alam
gio_simamora
 
Pelestarian sumber-daya-alam
Pelestarian sumber-daya-alamPelestarian sumber-daya-alam
Pelestarian sumber-daya-alam
gio_simamora
 
Pengukuran Hidrografi (Alam sugeng)
Pengukuran Hidrografi (Alam sugeng)Pengukuran Hidrografi (Alam sugeng)
Pengukuran Hidrografi (Alam sugeng)
afifsalim12
 
Makalah Hukum Laut dan PPPK (By. Saiful Mukminin)
Makalah Hukum Laut dan PPPK (By. Saiful Mukminin)Makalah Hukum Laut dan PPPK (By. Saiful Mukminin)
Makalah Hukum Laut dan PPPK (By. Saiful Mukminin)
Luhur Moekti Prayogo
 
Pertemuan Kedua | Budidaya Tiram Mutiara| Potensi Biota Laut Indonesia dan NTB
Pertemuan Kedua | Budidaya Tiram Mutiara| Potensi Biota Laut Indonesia dan NTBPertemuan Kedua | Budidaya Tiram Mutiara| Potensi Biota Laut Indonesia dan NTB
Pertemuan Kedua | Budidaya Tiram Mutiara| Potensi Biota Laut Indonesia dan NTB
Budiatman Dani
 
Pelestarian sumber-daya-alam
Pelestarian sumber-daya-alamPelestarian sumber-daya-alam
Pelestarian sumber-daya-alam
Srestha Anindyanari
 
Bioteknologi Laut - Metode Jaring, Rangka dan Substrat
Bioteknologi Laut - Metode Jaring, Rangka dan SubstratBioteknologi Laut - Metode Jaring, Rangka dan Substrat
Bioteknologi Laut - Metode Jaring, Rangka dan Substrat
Luhur Moekti Prayogo
 
Ekosistem laut Power Point
Ekosistem laut Power PointEkosistem laut Power Point
Ekosistem laut Power Point
iswant mas
 

Similar to Definisi.geologi laut (20)

1.presentasi wawasan kemaritimangdhd
1.presentasi wawasan kemaritimangdhd1.presentasi wawasan kemaritimangdhd
1.presentasi wawasan kemaritimangdhd
 
WAWASAN KEMARITIMAN
WAWASAN KEMARITIMANWAWASAN KEMARITIMAN
WAWASAN KEMARITIMAN
 
Wawasan kemaritiman - Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Wawasan kemaritiman - Ilmu Pengetahuan dan TeknologiWawasan kemaritiman - Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Wawasan kemaritiman - Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
 
PENGARUH PENCEMARAN AIR LAUT TERHADAP KAUM NELAYAN DAN LINGKUNGAN SEKITAR PANTAI
PENGARUH PENCEMARAN AIR LAUT TERHADAP KAUM NELAYAN DAN LINGKUNGAN SEKITAR PANTAIPENGARUH PENCEMARAN AIR LAUT TERHADAP KAUM NELAYAN DAN LINGKUNGAN SEKITAR PANTAI
PENGARUH PENCEMARAN AIR LAUT TERHADAP KAUM NELAYAN DAN LINGKUNGAN SEKITAR PANTAI
 
1_Presentasi_Wawasan_Kemaritiman.ppt
1_Presentasi_Wawasan_Kemaritiman.ppt1_Presentasi_Wawasan_Kemaritiman.ppt
1_Presentasi_Wawasan_Kemaritiman.ppt
 
Geografi x-unit-6-dinamika-hidrosfera (1)
Geografi x-unit-6-dinamika-hidrosfera (1)Geografi x-unit-6-dinamika-hidrosfera (1)
Geografi x-unit-6-dinamika-hidrosfera (1)
 
Pelestarian sumber-daya-alam
Pelestarian sumber-daya-alamPelestarian sumber-daya-alam
Pelestarian sumber-daya-alam
 
Presentasi Terumbu Karang
Presentasi Terumbu KarangPresentasi Terumbu Karang
Presentasi Terumbu Karang
 
Biota laut dalam
Biota laut dalamBiota laut dalam
Biota laut dalam
 
Pengantar ilmu perikanan dan kelautan 1
Pengantar ilmu perikanan dan kelautan 1Pengantar ilmu perikanan dan kelautan 1
Pengantar ilmu perikanan dan kelautan 1
 
Pelestarian sumber-daya-alam
Pelestarian sumber-daya-alamPelestarian sumber-daya-alam
Pelestarian sumber-daya-alam
 
Pelestarian sumber-daya-alam
Pelestarian sumber-daya-alamPelestarian sumber-daya-alam
Pelestarian sumber-daya-alam
 
Pelestarian sumber-daya-alam
Pelestarian sumber-daya-alamPelestarian sumber-daya-alam
Pelestarian sumber-daya-alam
 
Pengukuran Hidrografi (Alam sugeng)
Pengukuran Hidrografi (Alam sugeng)Pengukuran Hidrografi (Alam sugeng)
Pengukuran Hidrografi (Alam sugeng)
 
Makalah Hukum Laut dan PPPK (By. Saiful Mukminin)
Makalah Hukum Laut dan PPPK (By. Saiful Mukminin)Makalah Hukum Laut dan PPPK (By. Saiful Mukminin)
Makalah Hukum Laut dan PPPK (By. Saiful Mukminin)
 
Pertemuan Kedua | Budidaya Tiram Mutiara| Potensi Biota Laut Indonesia dan NTB
Pertemuan Kedua | Budidaya Tiram Mutiara| Potensi Biota Laut Indonesia dan NTBPertemuan Kedua | Budidaya Tiram Mutiara| Potensi Biota Laut Indonesia dan NTB
Pertemuan Kedua | Budidaya Tiram Mutiara| Potensi Biota Laut Indonesia dan NTB
 
Pelestarian sumber-daya-alam
Pelestarian sumber-daya-alamPelestarian sumber-daya-alam
Pelestarian sumber-daya-alam
 
Lingkungan alam dan buatan
Lingkungan alam dan buatanLingkungan alam dan buatan
Lingkungan alam dan buatan
 
Bioteknologi Laut - Metode Jaring, Rangka dan Substrat
Bioteknologi Laut - Metode Jaring, Rangka dan SubstratBioteknologi Laut - Metode Jaring, Rangka dan Substrat
Bioteknologi Laut - Metode Jaring, Rangka dan Substrat
 
Ekosistem laut Power Point
Ekosistem laut Power PointEkosistem laut Power Point
Ekosistem laut Power Point
 

Definisi.geologi laut

  • 1. Indonesia Perjuangkan Batas Wilayah 200 Mil Laut Kepaduan antara aspek teknis, hukum, dan diplomasi dalam penetapan batas laut satu negara merupakan satu keperluan dan Indonesia memperjuangkan penetapan batas kontinen lautnya hingga di luar 200 mil laut. Hal itu terungkap dalam Seminar Internasional Aspek Teknis Hukum Laut, di Nusa Dua, Bali, Senin. Hadir dalam seminar itu Kepala Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Lahan, Rudolf Matindas, Direktur Jenderal Hukum dan Kerja Sama Internasional Departemen Luar Negeri, Arief H Oegroseno, ahli hukum laut internasional, Prof Dr Hasjim Djalal, Presiden Dewan Ahli Hukum Laut Internasional, Prof Chris Rizos, dan sejumlah lain para ahli yang berkompeten di bidangnya. Indonesia menjadi tuan rumah seminar itu, yang diikuti sejumlah besar ahli dari manca negara, dari berbagai disiplin ilmu geologi, hidrografi, geografi, oceanografi, hukum laut, hingga kalangan diplomat.Menurut Djalal, yang juga menjadi pelopor Konvensi PBB Tentang Hukum Laut Internasional (UNCLOS), dalam penetapan batas laut satu negara, terkait erat antara ranah teknis kebumian, ranah hukum internasional, dan ranah diplomasi antar negara. Banyak pengertian teknis yang berbeda pemahamannya antara negara satu dengan negara yang lain. Implementasi penerjemahan aspek teknis itu menjadi satu hal penting yang harus dikuasai oleh para peletak kebijakan dan pengambil keputusan. “Menurut rezim konvensi hukum laut yang telah kita ratifikasi pada 1985, kita sangat dimungkinkan untuk menetapkan batas kontinen laut menjadi di luar dari batas zone ekonomi eksklusif yaitu di luar 200 mil laut. Untuk bisa membuktikan klaim ini, disiplin ilmu lain sangat berperan, di antaranya ilmu geologi dan oceanografi. Inilah kepentingan pertemuan kali ini,” katanya. Dia menyatakan, saat ini Indonesia sedang memperjuangkan hal itu di kancah internasional melalui Komisi Landas Kontinen Internasional di New York. Hal itu telah dirintis sejak beberapa tahun lalu dengan dukungan data geospacial dan oseanografi hasil survei lapangan dan pencitraan satelit. Hal itu dikuatkan oleh Oegroseno, yang menyatakan Indonesia telah mempresentasi konsep batas kontinen lautnya di depan komisi itu di New York, pada 4 Maret lalu. “Pada 19 Maret lalu telah diterima dan Indonesia harus melakukan beberapa tahap presentasi lagi. Kita masih harus membuktikan secara lebih meyakinkan tentang `sambungan` landas kontinen itu secara geologis dan dari sudut pandang ilmu kebumian lain. Aspek teknis ini sangat penting,” katanya. Ayat 4 pasal 76 UNCLOS 1982 yang telah diratifikasi 150 negara di dunia menyebutkan secara jelas tentang batas landas kontinen laut dan persyaratan agar satu negara boleh mengklaim “kepanjangan” batas itu hingga di luar 200 mil laut pantai terluar di pulau terluarnya.
  • 2. Hal itu diperkuat oleh pasal 77 dan pasal 78 yang menyatakan hak itu, jika disepakati secara bilateral, multilateral, dan internasional, tidak akan mempengaruhi hak-hak satu negara atas wilayah perairan dan udara di atasnya. “Kalau ini bisa diwujudkan, maka pertambahan wilayah laut kita sangat besar. Kita perjuangkan itu di perairan barat Sumatra, di perairan selatan Sumba, dan perairan utara Papua,” katanya. Indonesia juga telah memiliki satu tim multidisiplin yang diberi mandat memperjuangkan hal itu oleh negara. Berdasarkan Konvensi Djuanda yang diterima internasional sejak 1958, Indonesia merupakan satu negara kepulauan yang tidak lagi memiliki “kantung-kantung” wilayah laut. Sesuai dengan konsep Wawasa Nusantara itu, seluruh pulau wilayah sah Indonesia menjadi satu kesatuan yang dihubungkan oleh perairan laut dan selat. Adapun batas laut teritorial Indonesia diatur oleh hukum laut internasional hingga sejauh 12 mil laut diukur dari titik laut paling surut dan ditentukan di titik-titik pangkal terluar di pulau terluarnya. Hal itu juga dikombinasikan dengan batas kontinen laut sebagaimana diatur oleh rezim perundangan UNCLOS 1982. BENTUK GEOMORFOLOGI DASAR LAUT PADA TEPIAN LEMPENG Tatanan tektonik sebelah barat Sumatera dan selatan Jawa, didominasi oleh pergerakan ke utara dari tepian aktif lempeng samudera Hindia dan lempeng benua Australia terhadap lempengan Sunda dengan kecepatan sekitar 6-7 cm/tahun. Komponen gerakan lempengan yang relatif tegak lurus terhadap arah batas lempeng sebagian besar membentuk sesar-sesar naik di sepanjang zona subduksi Sumatera dan Java, sedangkan komponen lempeng yang parallel terhadap batas lempeng didominasi oleh terbentuknya sesar-sesar geser pada zona sesar. Kajian tepian tektonik aktif difokuskan untuk mengidentifikasi bentuk geomorfologi dasar laut dari masing-masing segmen lempeng. Empat bentuk morfologi utama dapat diidentifikasi, seperti zona subduksi, palung laut, prisma akresi, dan cekungan busur muka. Gambaran bentuk geomorfologi dasar laut ini kemungkinan merupakan contoh morfologi dasar laut yang terbaik di dunia. Batas-batas bentuk geomorfologi dasar laut ini sangat jelas terlihat pada rekaman seismic dan citra seabeam. Makin kearah selatan, dasar laut makin banyak mengalami pensesaran normal. Sesar-sesar ini nampaknya lebih intensif makin jauh dari palung laut. Pada sumbu palung, bentuk kerak samudera telah banyak mengalami pensesaran dan memben Cekungan samudera dapat berada di manapun di bumi yang ditutupi oleh air laut, tetapi secara geologi, cekungan samudera adalah cekungan geologi yang berada dibawah laut.Secara geologi, fitur geomorfologi seperti palung dan pegunungan bawah laut yang bukan bagian dari cekungan laut, sementara secara hidrologi, cekungan laut termasuk fitur gemorfologi. Samudra atlantik dan samudra arktik adalah salah satu contoh cekungan samudera aktif, sementara laut tengah menciut. Samudra pasifik juga cekungan aktif yang menyusut walaupun
  • 3. memiliki palung laut dan penggung bukit laut yang menyebar. teluk meksiko adalah salah satu cekungan samudera yang sudah tidak aktif. Contoh lainnya adalah laut jepang dan laut bering Laut Mati Memiliki Kandungan Garam Tertinggi Secara geologi, Laut Mati terbentuk tiga juta tahun lalu yang terletak pada perbatasan antara Jordan dan bagian barat Palestina, memiliki titik terendah di bumi pada 1.300 kaki (417,5 m) di bawah permukaan laut. Ketika itu timbul keretakan kecil pada Jordan Rift Valley dimana air laut masuk dan terkumpul, iklim kering dan evaporasi tinggi meningkatkan konsentrasi mineral dalam air. Garam, kapur dan gypsum terdapat pada sepanjang retakan ini dan membentuk danau dengan kandungan garam tinggi. Danau ini dinamakan Laut Mati karena tidak ada bentuk kehidupan yang dapat bertahan dalam
  • 4. air garam ini. Laut mati memiliki kandungan garam tertinggi dari seluruh laut di dunia. Kadar garamnya sekitar 32% dibandingkan terhadap kadar garam rata-rata 3% pada laut Mediteranian. Saat ini Laut Mati mengandung 43 juta metric ton garam. Garam terus mengendap di sepanjang pantai. Sejak dahulu material-material yang terdapat dalam Laut Mati diketahui mempunyai efek untuk mempercantik kulit. Dengan mengoleskan lumpur ini ke tubuh, mineral-mineral yang terkandung di dalamnya terbukti dapat memperbaiki kulit, melancarkan sirkulasi darah dan dapat membantu kesehatan. Sebelumnya memang sudah diketahui oleh King Salomon, Cleopatra dan Herod the Great sehingga mereka mendatangi Laut Mati untuk memperoleh efek tersebut. Bahkan pada zaman pemerintahan ratu Cleopatra, dia memerintahkan pabrik obat dan kosmetik di sekitar area Laut Mati. Keuntungannya: Lumpur dan garam Laut Mati kaya akan mineral yang bermanfaat untuk menyeimbangkan kelembaban kulit, mengurangi jerawat serta meringankan penyakit kulit seperti psoriasis. Mineral ini juga sangat bermanfaat untuk merelaksasi otot, mengecilkan pori-pori kulit dan membuat kulit tampak awet muda. Terdapat juga mineral-mineral yang terkandung dalam lumpur dan garam Laut Mati diantaranya; Magnesium, berfungsi untuk metabolisme sel kulit. Sodium dapat meningkatkan preme-abilitas kulit. Zink, berperan dalam pengaturan ensimatik pada proliferasi sel. Bromida, memiliki efek merelaksasi, menyejukkan. Sulfur, merupakan disinfektan ringan dan alami. Potassium, dapat meningkatkan oksidasi dan pengaturan proses elektrikal pada otot. Calcium, diperlukan untuk memperkuat membran sel dan membersihkan pori-pori kulit Pengenalan Data Oseanografi Agus Setiawan Pusat Teknologi Lingkungan BPPT Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340 e-mail: a_setiawan@webmail.bppt.go.id I. Pendahuluan Secara umum, data dapat didefinisikan sebagai informasi faktual yang dikumpulkan atau digunakan sebagai dasar untuk analisis, diskusi, alasan, perhitungan, atau pengambilan keputusan. Dengan adanya data, banyak hal bisa kita lakukan terutama setelah kita mengolah dan menganalisisnya hingga “potongan-potongan” informasi yang terkandung di dalamnya menjadi lebih jelas. Dalam hampir semua disiplin ilmu data memegang peranan yang sangat penting. Di satu sisi dia dapat berfungsi sebagai dasar dari terbentuknya sebuah teori atau penjelasan ilmiah, dan di sisi lain dia pun dapat digunakan untuk membuktikan sebuah teori yang tengah atau telah dibangun.
  • 5. Data dapat dikelompokkan menjadi data primer dan data sekunder. Data primer mengacu kepada informasi yang diambil atau dikumpulkan oleh si peneliti secara khusus untuk keperluan penelitiannya, sementara itu data sekunder mengacu kepada informasi yang sudah dikumpulkan sebelumnya oleh orang lain. Awal mula berkembangnya oseanografi juga tidak lepas dari keberadaan data, yaitu sejak dilakukannya studi menyeluruh (komprehensif) melalui ekspedisi Challenger (1872-1876). Sejak ekspedisi ini, dan dipicu oleh kesadaran akan pentingnya ilmu pengetahuan tentang laut dalam perkapalan/perhubungan laut, perikanan, kabel laut, iklim, dan lain-lain, ekspedisi-ekspedisi lanjutan dalam rangka mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya tentang laut pun terus dilakukan hingga saat ini, termasuk di dalamnya riset/survei laut dalam (deep sea) dan census of marine life. Sejak ditemukan atau digunakannya teknologi penginderaan jauh dengan menggunakan satelit, ketersediaan data kelautan berkembang dengan sangat pesat, baik dalam cakupan waktu maupun ruang. Dengan teknologi ini, dan ditunjang oleh kemajuan teknologi informasi dan komputasi, berbagai fenomena oseanografi pun semakin jelas terungkap. Hasil perhitungan yang dilakukan dengan mengunakan model numerik pun mengalami perbaikan yang sangat signifikan dengan dikembangkannya metode asimilasi data yang awalnya diadopsi dari bidang meteorologi (Thacker, 1988; Anderson et al., 1996; Courtier, 1997; Kalnay, 2003; Bennett, 2002). Sejauh ini, di Indonesia sendiri telah cukup banyak lembaga, khususnya lembaga penelitian dan perguruan tinggi, yang telah melakukan pengambilan dan pengukuran data oseanografi, seperti P2O-LIPI, BPPT, DISHIDROS TNI-AL, BAKOSURTANAL, DKP, ITB, IPB, UNDIP, UNHAS, dll. Beberapa di antaranya bahkan bekerja sama dengan lembaga riset dan perguruan tinggi dari luar negeri, seperti Amerika, Jepang, Jerman, Prancis, dll. Sayangnya, sejauh ini belum ada pusat data oseanografi yang 2 terintegrasi di Indonesia, sehingga sebagian besar data yang ada masih belum termanfaatkan secara optimal, baik untuk keperluan penelitian maupun teknis, padahal lebih dari 60% wilayah Indonesia adalah laut dan memiliki fenomena oseanografis, seperti ARLINDO dan upwelling/downwelling, dan pengaruh yang cukup signifikan terhadap fenomena meteorologis/cuaca/iklim, seperti ENSO dan Dipole Samudera Hindia atau biasa disebut sebagai Indian Ocean Dipole (IOD), yang perlu kajian mendalam dan ketersediaan data yang lengkap. II. Survey Oseanografi di Indonesia Menurut Pariwono et al. (2005), pengamatan data biologi laut dan fisika oseanografi telah dilakukan di perairan Asia Tenggara (termasuk Indonesia) sejak abad ke-17 (periode kolonial). Dalam kurun waktu selama 173 tahun, sejak tahun 1786, sekitar 38 ekspedisi telah dilakukan di perairan Indonesia oleh Austria, Jerman, Amerika Serikat, Inggris, Denmark, Belanda, Prancis, Italia, Uni Soviet, dan Jepang. Beberapa parameter oseanografi yang telah diukur dalam ekspedisi ini antara lain sifat massa air, kondisi hidrografis, arus yang dibangkitkan oleh monsun di Laut Jawa, dan karakteristik daerah yang berkaitan dengan iklim. Salah satu ekspedisi yang berkontribusi penting dalam periode ini adalah ekspedisi Snellius (1929-1930). Sementara itu Wyrtki (1961) menyebutkan bahwa sejak tahun 1914 penelitian menyeluruh pernah dilakukan di perairan wilayah Indonesia oleh Dutch Laboratorium
  • 6. for Zeeondersoek, diantaranya di Laut Jawa, Laut Cina bagian selatan dan Selat Malaka (1914-1919) dan Laut Jawa (1939-1941). Selanjutnya sejak tahun 1949 pengukuran beberapa parameter permukaan laut (seperti arus, temperatur, dan kecepatan angin) banyak dilakukan di perairan Indonesia oleh kapal-kapal dagang yang melintasi perairan Indonesia. Pada tahun 1956-1957, kapal riset Indonesia pertama yang bernama R/V Samudera melakukan pengukuran di 100 stasiun oseanografi, mulai dari Indonesia bagian timur hingga ke selatan Jawa dan paparan Sunda. Sebagian dari data yang diperoleh pada kurun waktu tersebut di atas selanjutnya digunakan oleh Wyrtki (yang saat itu menjabat sebagai direktur di Marine Science Institute Jakarta) untuk membuat peta sirkulasi arus bulanan dan mempelajari pola sirkulasi arus di wilayah Asia Tenggara (Wyrtki, 2005). Selanjutnya, hasil-hasil pengukuran itu juga tertuang dalam laporannya yang berjudul Naga Report, yang merupakan salah satu studi yang paling menyeluruh yang pernah dilakukan di perairan Indonesia dan menjadi acuan bagi para peneliti kelautan berikutnya (Pariwono, 2005), termasuk dalam penelitian arus lintas Indonesia (Wyrtki, 2005; Gordon, 2005). Pada dekade 90-an, riset kelautan di Indonesia semakin maju dengan datangnya kapal riset Baruna Jaya I hingga IV yang dikelola oleh BPPT. Salah satu ekspedisi yang cukup bersejarah yang pernah dilakukan dengan menggunakan kapal riset Baruna Jaya ini adalah ekspedisi Mentawai. Ekspedisi ini merupakan kerjasama antara BPPT, Geotek LIPI, Lemigas, PPGL, dan lembaga riset dari Prancis. Adapun kapal riset yang digunakan adalah Baruna Jaya III yang memang dikhususkan untuk melakukan survei geologi laut. Ekspedisi ini berhasil menemukan struktur baru yang kemudian disebut sebagai zona sesar Mentawai. 3. Jenis dan Sumber Data 3.1. Jenis Data Secara garis besar data oseanografi dapat dikelompokkan menjadi: (i) data fisika oseanografi, (ii) data kimia oseanografi, (iii) data biologi laut (termasuk data perikanan), dan (iv) data geologi laut (termasuk data hidrografi). Beberapa yang termasuk ke dalam ketegori data fisika oseanografi adalah pasang surut, gelombang, arus, dan temperatur. Sementara itu, yang termasuk ke dalam kategori data kimia oseanografi antara lain kandungan nutrien (nitrat, pospat, amoniak, nitrit, silikat), karbon (particulate organic carbon, dissolved organic carbon, dan dissolved inorganic carbon), konduktivitas, alkalinitas, dissolved oxigen, dan pH. Beberapa yang termasuk ke dalam kategori data biologi laut adalah konsentrasi klorofil fitoplankton, komposisi plankton, dan jenis-jenis biota laut. Adapun yang termasuk ke dalam kategori data geologi laut antara lain data kedalaman laut, jenis batuan atau sedimen di dasar laut, gunung di bawah laut, dan palung laut. Beberapa parameter di atas ada yang dapat diukur secara langsung dengan menggunakan alat pengukuran, seperti pasang surut, gelombang, arus, dan temperatur. Beberapa parameter lainnya harus diukur secara tidak langsung melalui analisis laboratorium terhadap sampel air laut yang diambil, seperti kandungan nutrien dan komposisi plankton. Pada pengukuran tak langsung ini, beberapa perlakuan khusus harus dilakukan terhadap sampel air yang diambil (seperti jenis wadah atau botol tempat sampel, pemberian bahan kimia (reagent) tertentu untuk mengawetkan sampel atau memperlambat reaksi, dll.). Pada kapal-kapal riset, fasilitas laboratorium biasanya
  • 7. sudah tersedia lengkap dan terintegrasi, sehingga baik pengukuran langsung maupun tak langsung dapat dilakukan secara serentak pada sebuah ekspedisi yang sedang berlangsung. 3.2. Sumber Data 3.2.1. Instansi Pemerintah Berikut adalah daftar beberapa instansi pemerintah yang melakukan pengukuran parameter-parameter oseanografi. Mengenai lokasi penelitian dan laporan ilmiah yang telah dihasilkan, dapat ditanyakan langsung ke instansi yang bersangkutan atau dicari metadata-nya di situs http://www.mosaiklautkita.com. 1. Dinas Hidro-Oseanografi (DISHIDROS) TNI-AL, memroduksi peta hidrografi dan buku pasang surut perairan Indonesia untuk keperluan pelayaran laut. 2. Pusat Penelitian Oseanologi - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (P2O-LIPI), memiliki data dari beberapa ekspedisi yang telah mereka lakukan dan tertuang dalam laporan ilmiah yang bisa didapatkan di perpustakaan mereka. 3. Unit Pelaksana Teknis (UPT) Baruna Jaya - BPPT, memiliki data dari beberapa ekspedisi yang telah mereka lakukan dan tertuang dalam laporan ilmiah yang bisa didapatkan di perpustakaan mereka. 4. Badan Riset Kelautan dan Perikanan (BRKP) - Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP), memiliki data dari beberapa penelitian ilmiah yang telah mereka lakukan dan tertuang dalam laporan ilmiah yang bisa didapatkan di perpustakaan mereka. 5. Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI (Geotek-LIPI), memiliki data dari beberapa ekspedisi dan penelitian yang telah mereka lakukan dan tertuang dalam laporan ilmiah yang bisa didapatkan di perpustakaan mereka. Selain data dari ekspedisi ilmiah (pengukuran langsung), terdapat pula data yang bersumber dari hasil pemasangan alat pengkuruan di laut (mooring), model numerik, dan pengolahan data citra satelit yang dapat diperoleh di lembaga-lembaga penelitian dan perguruan tinggi seperti di Program Studi Oseanografi ITB, BPPT, P2O LIPI, LAPAN, dll. 3.2.2. Data Online Berikut adalah daftar beberapa situs di luar negeri yang menyediakan data oseanografi secara online dan gratis: 1. Data satelit altimetri dari AVISO, dalam format NetCDF. Tersedia data sea level anomaly, absolute dynamic topography, angin, dan gelombang. Alamat situs: http://www.aviso.oceanobs.com/html/donnees/welcome_uk.html. 2. Data kedalaman laut dan topografi muka bumi ETOPO5 dengan resolusi 5 menit dari National Geophysical Data Centre (NGDC), dalam format biner. Alamat situs: http://www.ngdc.noaa.gov/mgg/global/etopo5.HTML. 3. Data kedalaman laut dan topografi muka bumi global TerrainBase dengan resolusi 5 menit dari National Geophysical Data Centre (NGDC), dalam format ASCII. Data hampir sama dengan ETOPO5, dengan beberapa perbaikan untuk topografi muka bumi. Alamat situs: http://dss.ucar.edu/datasets/ds759.2/. 4. Data kedalaman laut dan topografi muka bumi ETOPO2 dengan resolusi 2 menit dari National Geophysical Data Centre (NGDC), dalam format biner. Alamat situs: http://www.ngdc.noaa.gov/mgg/fliers/01mgg04.html.
  • 8. 5. General Bathymetric Chart of the Oceans (GEBCO) dengan resolusi 1 menit dalam format NetCDF (Network Common Data Form) untuk GMT (Generic Mapping Tools). Alamat situs: http://www.ngdc.noaa.gov/mgg/gebco/. 6. Data oseanografi global dari National Oceanographic Data Center (NODC). Di sini tersedia data temperatur, salinitas, fosfat, oksigen, dan lain-lain. Alamat situs: http://www.nodc.noaa.gov/. 7. Data garis pantai dari GSHHS (Global Self-consistent, Hierarchical, Highresolution Shoreline) yang dikembangkan oleh Dr. Paul Wessel dari SOEST, Universitas Hawaii dan Dr. Walter H.F. Smith dari NOAA Laboratory for Satellite Altimetry. Alamat situs: http://www.ngdc.noaa.gov/mgg/shorelines/gshhs.html. 8. Coastline Extractor dari National Geophysical Data Center (NGDC) yang dibuat oleh Rich Signell dari USGS. Alamat situs: http://rimmer.ngdc.noaa.gov/coast/. Data online ini umumnya memiliki resolusi yang kasar dengan cakupan ruang global atau regional, sehingga untuk wilayah Indonesia kurang dapat terwakili dengan baik dan perlu dikombinasikan dengan data hasil pengamatan lokal atau regional. III. Penutup Secara umum, data oseanografi yang tersedia di perairan Indonesia sebenarnya sudah cukup lengkap hingga saat ini, meskipun data tersebut masih tersebar di berbagai lembaga riset dan sebagian di antaranya kadang sulit untuk didapatkan untuk keperluan penelitian. Studi menyeluruh tentang fenomena oseanografi di perairan Indonesia pun hingga saat ini masih didominasi oleh para peneliti dari luar negeri. Untuk itu, pusat basis data kelautan yang terbuka dan dapat diakses oleh berbagai lembaga penelitian di Indonesia perlu diadakan sesegera mungkin untuk memudahkan pencarian data oleh para peneliti. Dengan adanya pusat basis data ini, kegiatan berbagi data (data sharing) antar peneliti pun akan menjadi lebih mudah dan cepat, sehingga kemajuan penelitian kelautan di Indonesia pun akan menjadi lebih cepat dan efektif. Daftar Pustaka Anderson D.L.T, J. Sheinbaum, K. Haines. 1996. Data assimilation in ocean models. Reports on Progress in Physics, 59, 1209-1266. Bennett A.F. 2002. Inverse modelling of the ocean and atmosphere. Cambridge University Press. Courtier P. 1997. Variational methods. Journal of the Meteorological Society of Japan, 75(1B), 211-218. Gordon, A.L. 2005. Oceanography of the Indonesian Seas and their throughflow. Oceanography 18(4):14-27. Kalnay E. 2003. Atmospheric modelling, data assimilation and predictability. Cambridge University Press. Pariwono, J.I., A.G. Ilahude, M. Hutomo. 2005. Progress in oceanography of the Indonesian Seas. Oceanography 18(4):42-49. Thacker W.C. 1988. Three lectures on fitting numerical models to observations. GKSS, 87/E/65. Wyrtki, K. 1961. Physical oceanography of the Southeast Asian waters. Naga Report 2, Scripps Institution of Oceanography, La Jolla, CA, 195pp.
  • 9. Wyrtki, K. 2005. Discovering the Indonesian throughflow. Oceanography 18(4):28-29. Karakteristik laut Indonesia, Geologi dan Tektonik Wilayah perairan Indonesia terletak dijalur pertemuan pergerakan 3 (tiga) lempeng utama dunia yang paling aktif, yaitu lempeng Indo-Australia, lempeng Samudera Pasifik dan lempeng Benua Eurasia. Posisi kerangka geologi yang demikian memberi keuntungan karena lempeng tersebut merupakan tempat yang potensial adanya sumber daya energi dan mineral yang terbesar di lautan dan di darat. Laut Jawa, Laut Cina Selatan, Paparan Sunda dan Kalimantan merupakan sub sistem lempeng Benua Eurasia. Batuan penyusun diwilayah perairan ini merupakan pelemparan dari batuan berumur Tersier yang beralaskan batuan Mesozoikom yang dijumpai di Jawa Bagian Utara Kalimantan Bagian Barat dan Sumatera Bagian Timur. Wilayah perairan ini merupakan wilayah yang potensial sumber daya energi, khususnya minyak dan gas bumi. Oleh karena itu tidak mengherankan apabila diwilayah tersebut dijumpai cadangan minyak dan gas bumi yang besar seperti di Laut Jawa disekitar Pulau Natuna. Laut Banda, Laut Maluku, Laut, Laut Sulawesi dan Samudera Indonesia merupakan zona transisi mempunyai geologi yang berbeda dengan geologi yang dijumpai di Paparan Sunda. Zona Transisi ini adalah zona pertemuan dari lempeng-lempeng Samudera Pasifik, Samudera Indonesia, Benua Eurasia dan Benua Australia, sehingga batuan penyusunannya merupakan pencampuran dari batuan asal lempeng-lempeng tersebut. Oleh karena itu, geologi diwilayah ini lebih rumit tetapi menghasilkan sumber daya energi dan banyak ragam nineral. Pada wilayah yang didominasi oleh batuan asal samudera biasanya membawa cebakan-cebakan mineral logam seperti nikel, kromit dan mangan, sementara bagi wilayah dimana ditemukan batuan asal benuanya ditemukan sumberdaya energi seperti yang dijumpai diperairan antara pulau-pulau Banggai-sula dan Sulawesi bagian Timur. Daerah zona transisi banyak dilewati oleh sesar-sesar aktif yang pada daerah rekahannya serinh dijumpai endapan sulfida masif. Zona ini juga banyak dijumpai kegiatan gunung api bawah laut yang mempunyai potensi sebagai tempat terdapatnya endapan sulfida hidrothermal. Strukutur geologi yang ada memberikan potensi pertambangan dan energi lepas pantai. Potensi sumber daya hidrokarbon saat ini sebesar 77,32 miliar barel minyak, dan sekitar 332,7 triliun kaki kubik gas bumi, potensi ini sekitar 70 % berada dilepas pantai dan lebih dari separuhnya terletak didalam laut. Pada tahun 2000 produksi minyak 1,4 juta barel minyak dan 8,5 miliar kaki kubik gas bumi per hari, produksi tersebut 37 % diantaranya diproduksi dari lepas pantai. Produksi ini terutama berasal dari ladang minyak gas bumi dilaut Jawa, lepas Pantai Kalimantan timur, Laut Natuna dan Selat Malaka. Sejauh ini telah diketemukan bahwa dasar laut Indonesia memiliki 60 cekungan sedimen yang mempunyai potensi kandungan hidrokarbon. Dari jumlah itu, 38 cekungan telah dieksplorasi, 14 cekungan telah berproduksi dan sisanya 22 cekungan belum dieksplorasi. Kekayaan lain yang belum tereksplorasi adalah energi alam yang berasal dari arus, gelombang, angin, perbedaan temperatur serta panas bumi bawah laut. Kondisi geologi dan tektonik pula yang menyebabkan Indonesia merupakan wilayah aktif gempa bumi. Secara kasar diperkirakan sekitar 10 % gempa bumi berskala tinggi dari 6,5 Richter telah menyebabkan bencana Tsunami di Indonesia. Sumber bencana dapat berasal dari wilayah Indonesia ataupun dari luar wilayah Indonesia. Berkaitan dengan tektonik ini Indonesia juga merupakan bagian utama dari rantai api (ring of fire) bumi dengan 127 gunung api aktif.
  • 10. TERUMBU KARANG Hutan bakau, padang lamun dan terumbu karang merupakan tiga ekosistem penting di daerah pesisir perairan tropika. Hutan bakau dan padang lamun berperan penting dalam melindungi pantai dari arus dan hempasan ombak, selain itu juga berperan penting sebagai tempat memijah, membesar dan mencari makan dari berbagai biota, termasuk yang menghuni ekosistem terumbu karang. Diketahui bahwa ekosistem terumbu karang dihuni oleh lebih dari 93.000 spesies, bahkan diperkirakan lebih dari satu juta spesies mendiami ekosistem ini. Ekosistem terumbu karang yang sangat kaya akan plasma nutfah ini, kendati tampak sangat kokoh dan kuat, namun ternyata sangat rentan terhadap perubahan lingkungan. Ekosistem terumbu karang sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan laut seperti tingkat kejernihan air, arus, salinitas dan suhu. Tingkat kejernihan air dipengaruhi oleh partikel tersuspensi antara lain akibat dari pelumpuran dan ini akan berpengaruh terhadap jumlah cahaya yang masuk ke dalam laut, sementara cahaya sangat diperlukan oleh zooxanthella yang fotosintetik dan hidup di dalam jaringan tubuh binatang pembentuk terumbu karang. Arus membawa oksigen yang dibutuhkan hewan-hewan terumbu karang. Kekuatan arus mempengaruhijumlah makanan yang terbawa dengan demikian mempengaruhi juga kecepatan pertumbuhan binatang karang. Suhu laut optimum bagi kehidupan terumbu karang adalah antara 26ο-28οC, kenaikan atau penurunan suhu dalam waktu yang relatif lama dapat mengakibatkan kematian hewan karang. MENGENAL BINATANG KARANG Binatang karang, atau beberapa biota lainnya yang hidup di dalam ekosistem terumbu, karang mampu mem-bentuk zat yang keras dari zat kapur yang di sebut sebagai karang. Binatang karang adalah pembentuk utama ekosistem terumbu karang. Binatang karang berukuran sangat kecil, disebut polip, yang dalam jumlah ribuan membentuk koloni yang dikenal sebagai karang (karang batu atau karang lunak). Proses pembentukan sebuah koloni memakan waktu yang sangat lama, dan unutk bisa membentuk suatu ekosistem terumbu karang akan memakan waktu sampai ribuan tahun. Walaupun terlihat sangat kokoh, karang sebenarnya sangat rapuh dan mudah hancur. FUNGSI DAN NILAI TERUMBU KARANG Ekosistem terumbu karang merupakan gudang persediaan makanan dan bahan obat-obatan bagi manusia di masa kini maupun di masa mendatang. Selain itu keindahannya juga menjadi daya tarik yang bisa menjadi sumber devisa bagi negara melalui kegiatan pariwisata. Wisata bahari
  • 11. Indonesia tengah berkembang pesat dan ekosistem terumbu karang merupakan salah aset utamanya. Ekosistem terumbu karang adalah tempat tinggal bagi ribuan binatang dan tumbuhan yang banyak diantaranya memiliki nilai ekonomi tinggi. Berbagai jenis binatang mencari makan dan berlindung di ekosistem ini. Berjuta penduduk Indonesia bergantung sepenuhnya pada ekosistem terumbu karang sebagai sumber pencaharian. Jumlah produksi ikan, kerang dan kepiting dari ekosistem terumbu karang secara lestari di seluruh dunia dapat mencapai 9 juta ton atau sedikitnya 12% dari jumlah tangkapan perikanan dunia. Sumber perikanan yang ditopang oleh ekosistem terumbu karang memiliki arti penting bagi masyarakat setempat yang pada umumnya masih memakai alat tangkap tradisional. Selain nilai ekonominya, ekosistem terumbu karang juga merupakan laboratorium alam yang sangat unik untuk berbagai kegiatan penelitian yang dapat mengungkapkan penemuan yang berguna bagi kehidupan manusia. Beberapa jenis spongs, misalnya, merupakan binatang yang antara lain terdapat di ekosistem terumbu karang yang berpotensi mengandung bahan bioakif yang dapat dijadikan bahan obat-obatan antara lain untuk penyembuhan penyakit kanker. Selain itu binatang karang tertentu yang mengandung kalsium karbonat telah dipergunakan untuk pengobatan tulang rapuh. Fungsi lain dari ekosistem terumbu karang yang hidup di dekat pantai ialah memberikan perlindungan bagi berbagai properti yang ada di kawasan pesisir dari ancaman pengikisan oleh ombak dan arus. KENALI DAN CINTAI EKOSISTEM TERUMBU KARANG KITA Apa yang disediakan oleh ekosistem terumbu karang bagi kepentingan manusia? sumber makanan dengan protein tinggi, sumber bahan obat-obatan, sumber bahan bangunan, sumber penghasilan: berupa hasil tangkapan seperti ikan, udang dan agar-agar; usaha pariwisata seperti menyelam dan memancing, melindungi pantai dari hempasan ombak dan arus. Apa yang telah dilakukan manusia terhadap ekosistem terumbu karang? menggunakan alat-alat tangkapan yang merusak seperti bom, dan potas sehingga terjadi: o tangkapan yang berlebihan, o terumbu karang hancur dan mati, o ikan-ikan kecil yang tidak menjadi sasaran tangkapan ikut mati, menjadi terbuang sia-sia. membangun terlalu dekat dengan garis pantai, dan menguruk pantai menjadi lahan untuk pembangunan sehingga terjadi pelumpuran, mencari terumbu karang dengan sampah, tumpahan minyak, buangan industri dan sisa- sisa pestisida dan insektisida untuk pertanian, melempar jangkar dan berjalan-jalan di atas terumbu karang, penebangan hutan dan pohon-pohon di sepanjang aliran sungai yang menyebabkan pelumpuran,
  • 12. pengambilan karang berlebihan untuk diperdagangkan, penambangan karang berlebihan untuk pembuatan kapur, bahan bangunan dan fondasi jalan. Setelah mengenali, maka cintai dan periharalah terumbu karang kita, karena terumbu karang adalah: terbentuk melalui suatu proses kehidupan yang memerlukan waktu yang sangat lama untuk tumbuh berkembang sehingga menjadi seperti kondisi yang terlihat sekarang ini, tempat tinggal, berkembang biak dan mencari makan ribuan jenis hewan dan tumbuhan yang menjadi tumpuan kita, Indonesia memiliki ekosistem terumbu karang terluas di dunia (75.000 km2), tetapi hanya tinggal sedikit saja (6,20%) dalam kondisi yang masih sangat bagus, sumber daya laut yang mempunyai potensi ekonomi yang sangat tinggi (untuk perikanan, pariwisata dan perlindungan daerah pesisir), aabila dalam kondisi yang sangat baik, labotorium alam yang sangat menunjang pendidikan dan penelitian dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan, potensi di masa depan untuk sumber lapangan kerja masyarakat luas. TERUMBU KARANG INDONESIA Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia, terdiri dari lebih 17.000 buah pulau besar dan kecil, dengan panjang garis pantai mencapai hampir 81.000 km yang dilindungi oleh ekosistem terumbu karang, ekosistem padang lamun dan ekosistem mangrove. Indonesia merupakan salah satu Negara terpenting di dunia sebagai penyimpan keanekaeagaman hayati laut tertinggi. Di Indonesia terdapat 2,500 spesies of molluska, 2,000 spesies krustasea, 6 spesies penyu laut, 30 mamalia laut, dan lebih dari 2,500 spesies ikan laut. Luas ekosistem terumbu karang Indonesia diperkirakan mencapai 75.000 km2 yaitu sekitar 12 sampai 15 persen dari luas terumbu karang dunia. Dengan ditemukannya 362 spesies scleractinia (karang batu) yang termasuk dalam 76 genera, Indonesia merupakan episenter dari sebaran karang batu dunia. Ekosistem pesisir (padang lamun, mangrove dan terumbu karang) memainkan peranan penting dalam industri wisata bahari, selain memberikan pelindungan pada kawasan pesisir dari hempasan ombak dan gerusan arus. Selain itu ekossistem pesisir ini merupakan tempat bertelur, membesar dan mencari makan dari beaneka ragam biota laut yang kesemuanya merupakan sumber produksi penting bagi masyarakat pesisir. Di samping peranannya yang penting, ekosistem terumbu karang Indonesia dipercaya sedang mengalami tekanan berat dari kegiatan penangkapan ikan dengan mempergunakan racun dan bahan peledak. Selain itu penangkapan berlebihan sedimentasi dan pencemaran juga merupakan ancaman yang tak kalah beratnya. Belakangan ini diperkirakan hamper 25 persen dari kehidupan di ekosistem terumbu karang telah mati, antara lain akibat dari peningkatan suhu mencapai sebesar 4ο C. Pada tahun 1994 LIPI mengadakan survei pada 371 buah station transek nasional dengan menggunakan prosedur standar pemantauan internasional. Hasilnya menunjukkan bahwa kondisi ekosistem terumbu karang Indonesia telah mengalami kerusakan yang sangat serius Ekosistem terumbu karang adalah ekosistem yang mengandung sumber daya alam yang dapat memberi manfaat besar bagi manusia. Dari itu diperlukan kearifan manusia untuk mengelolanya,
  • 13. yang bisa menjadikan sumber daya alam ini menjamin kesejahteraan manusia sepanjang zaman. Tanpa menghiraukan masa depan dan terus-menerus merusak, ekosistem terumbu karang akan menjadi semacam padang gurun tandus di dalam laut yang hanya dipenuhi oleh patahan-patahan karang dan benda mati lainnya. Karena itu pengelolaan sangat diperlukan untuk mengatur aktivitas manusia serta mengurangi dan memantau cara-cara pemanfaatan yang merusak. Pengelolaan terumbu karang harus berbasis pada keterlibatan masyarakat, sebagai pengguna langsung sumber daya laut ini. Keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan sumber daya terumbu karang sangat penting mulai dalam tahap perencanaan, pelaksanaan, pemantauan sampai pada tahap evaluasi dari suatu cara pengeloaan. Indonesia yang terletak di sepanjang katulistiwa, mempunyai terumbu karang terluas di dunia tersebar mulai dari Aceh sampai Irian Jaya. Dengan jumlah penduduk 200 juta jiwa, yang 60 persennya tinggal di daerah pesisir, maka terumbu karang merupakan tumpuan sumber penghudupan utama. Di samping sebagai sumber perikanan, terumbu karang memberikan penghasilan antara lain industri ikan hias sampai pada tingkat nelayan pengumpul. Terumbu juga merupakan sumber devisa bagi negara, termasuk usaha pariwisata yang dikelolah oleh masyarakat nelayan. Sayangnya terumbu karang di Indonesia semakin memburuk kondisinya, yang secara langsung dapat dibuktikan dari hasil tangkapan ikan oleh nelayan yang semakin menurun. Selain jumlah hasil tangkapan ikan semakin menurun, juga ukuran ikannya semakin kecil disamping itu nelayan memerlukan waktu yang lebih lama untuk mencari ikan. Peningkatan jumlah penduduk dan pembangunan di daerah pesisir yang semakin meluas, menyebabkan meningkatnya tekanan terhadap ekosistem terumbu karang. Apa masalah dasar yang dihadapi ekosistem terumbu karang Indonesia ? kurangnya kesadaran akan nilai penting sumber daya ekosistem terumbu karang baik dari segi ekonomi, sosial maupun budaya, hampir tidak ada pengelolaan sumber daya ekosistem terumbu karang, walaupun telah ada peraturan perundang-undangan yang menyangkut pemanfaatan dan pelestarian sumber daya ekosistem terumbu karang, penegakan hukum yang terjadi masih sangat lemah, pembangunan industri yang tidak tekendali di kawasan pesisir yang memberikan dampak sangat negative terhadap kelangsungan hidup ekosistem terumbu karang, kemiskinan masyarakat hidup di kawasan pesisir menyebabkan tidak ada pilihan lain selain terus-menerus memanfaatkan sumber daya yang ada, kurangnya keinginan politis untuk menanggulangi masalah. TERUMBU KARANG DUNIA Telah sering disebut bahwa ekosistem terumbu karang memiliki arti yang amat penting bagi kehidupan manusia, baik dari segi ekonomi maupun sebagai penunjang kegiatan rekreasi karena keindahannya. Terumbu karang tersebar di seluruh dunia dan mencakup lebih dari 100 negara, termasuk Indonesia, dengan luas diperkirakan mencapai 600.000 km2.
  • 14. Mulai dekade 1990-an, para ahli mulai mengangkat isu tentang semakin memburuknya kondisi terumbu karang dunia, antara lain Indonesia. Saat ini diperkirakan 10 persen dari terumbu karang dunia dalam kondisi sangat rusak dan bahkan kemungkinan tidak dapat dipulihkan kembali. Dalam kurun waktu 20 tahun mendatang, apabila tidak ada upaya pelestarian yang intensif, maka diperkirakan 30 persen dari terumbu karang yang ada akan mengalami nasib yang sama. Kegiatan manusia merupakan penyebab terbesar menurunnya kondisi ekosistem terumbu karang dunia. Semakin cepat pertumbuhan penduduk dunia, semakin padat pula pemukiman di daerah pesisir, maka semakin terancam pula keberadaan ekosistem terumbu karang beserta sumber daya laut lainnya. Ekploitasi sumber daya ekosistem terumbu karang di berbagai negara telah diperburuk oleh banyaknya sumber daya yang terbuang sia-sia karena cara penangkapan ikan secara merusak. Pencemaran dan pesatnya pembangunan di daerah pesisir dan laut semakin mengancam kelestarian ekosistem terumbu karang. Selain itu, bencana alam selain badai, gempa bumi dan efek dari El Niño telah mengakibatkan rusak parahnya ekosistem terumbu karang di berbagai Negara dengan ditandai oleh matinya berbagai jenis karang batu. Berbagai upaya, baik rencana jangka pendek maupun jangka panjang, telah dirancang oleh para ahli serta dilaksanakan untuk menyelamatkan ekosistem terumbu karang. Pemerintah Indonesiapun telah mengambil langkah-langkah penting dalam upaya penyelamatan ekosistem terumbu karang antara lain melalui program COREMAP. Arus Laut Arus adalah proses pergerakan massa air menuju kesetimbangan yang menyebabkan perpindahan horizontal dan vertikal massa air. Gerakan tersebut merupakan resultan dari beberapa gaya yang bekerja dan beberapa factor yang mempengaruhinya. Arus laut (sea current) adalah gerakan massa air laut dari satu tempat ke tempat lain baik secara vertikal (gerak ke atas) maupun secara horizontal (gerakan ke samping). Contoh-contoh gerakan itu seperti gaya coriolis, yaitu gaya yang membelok arah arus dari tenaga rotasi bumi. Pembelokan itu akan mengarah ke kanan di belahan bumi utara dan mangarah ke kiri di belahan bumi selatan. Gaya ini yang mengakibatkan adanya aliran gyre yang searah jarum jam (ke kanan) pada belahan bumi utara dan berlawanan dengan arah jarum jam di belahan bumi selatan. Perubahan arah arus dari pengaruh angin ke pengaruh gaya coriolis dikenal dengan spiral ekman (Pond dan Pickard, 1983). Menurut Gross 1972, arus merupakan gerakan horizontal atau vertikal dari massa air menuju kestabilan yang terjadi secara terus menerus. Gerakan yang terjadi merupakan hasil resultan dari berbagai macam gaya yang bekerja pada permukaan, kolom, dan dasar perairan. Hasil dari
  • 15. gerakan massa air adalah vector yang mempunyai besaran kecepatan dan arah. Ada dua jenis gaya yang bekerja yaitu eksternal dan internal Gaya eksternal antara lain adalah gradien densitas air laut, gradient tekanan mendatar dan gesekan lapisan air (Gross,1990) Pond dan Pickard 1983 mengklasifikasikan gerakan massa air berdasarkan penyebabnya, terbagi atas : a. Gerakan dorongan angin Angin adalah factor yang membangkitkan arus, arus yang ditimbulkan oleh angin mempunyai kecepatan yang berbeda menurut kedalaman. Kecepatan arus yang dibangkitkan oleh angin memiliki perubahan yang kecil seiring pertambahan kedalaman hingga tidak berpengaruh sama sekali. b. Gerakan termohalin Perubahan densitas timbul karena adanya perubahan suhu dan salinitas anatara 2 massa air yang densitasnya tinggi akan tenggelam dan menyebar dibawah permukaan air sebagai arus dalam dan sirkulasinya disebut arus termohalin. c.Arus Pasut Arus yang disebabkan oleh gaya tarik menarik antara bumi dan benda benda angkasa. Arus pasut ini merupakan arus yang gerakannya horizontal. d. Turbulensi Suatu gerakan yang terjadi pada lapisan batas air dan terjadi karena adanya gaya gesekan antar lapisan. e.Tsunami Sering disebut sebagai gelombang seismic yang dihasilkan dari pergeseran dasar laut saat etrjadi gempa. f. Gelombang lain ; Internal, Kelvin dan Rossby/Planetary Menurut letaknya arus dibedakan menjadi dua yaitu arus atas dan arus bawah. Arus atas adalah arus yang bergerak di permukaan laut. Sedangkan arus bawah adalah arus yang bergerak di bawah permukaan laut. Faktor pembangkit arus permukaan disebabkan oleh adanya angin yang bertiup diatasnya. Tenaga angin memberikan pengaruh terhadap arus permukaan (atas) sekitar 2% dari kecepatan angin itu sendiri. Kecepatan arus ini akan berkurang sesuai dengan makin bertambahnya kedalaman perairan sampai pada akhirnya angin tidak berpengaruh pada kedalaman 200 meter (Bernawis,2000) Oleh karena dibangkitkan angin, arah arus laut permukaan (atas) mengikuti arah angin yang ada. Khususnya di Asia Tenggara karena arah angin musim sangat terlihat perubahannya antara musim barat dan musim timur maka arus laut permukaan juga banyak dipengaruhinya. Arus musim barat ditandai oleh adanya aliran air dari arah utara melalui laut Cina bagian atas, laut Jawa, dan laut Flores. Adapun pada musim timur sebaliknya mengalir dari arah selatan. Selain pergerakan arah arus mendatar, angin dapat menimbulkan arus air vertikal yang dikenal dengan upwelling dan downwelling di daerah-daerah tertentu. Proses upwelling adalah suatu proses massa air yang didorong ke atas dari kedalaman sekitar 100 sampai 200 meter. Angin yang mendorong lapisan air
  • 16. permukaan mengakibatkan kekosongan di bagian atas, akibatnya air yang berasal dari bawah menggantikan kekosongan yang berada di atas. Oleh karena air yang dari kedalaman lapisan belum berhubungan dengan atmosfer, maka kandugan oksigennya rendah dan suhunya lebih dingin dibandingkan dengan suhu air permukaan lainnya. Walaupun sedikit oksigen, arus ini mengandung larutan nutrien seperti nitrat dan fosfat sehingga cederung mengandung banyak fitoplankton. Fitoplankton merupakan bahan dasar rantai makanan di lautan, dengan demikian di daerah upwelling umumnya kaya ikan ARUS SAMUDERA Arus Permukaan Laut di Samudera (Surface Circulation) Penyebab utama arus permukaan laut di samudera adalah tiupan angin yang bertiup melintasi permukaan Bumi melintasi zona-zona lintang yang berbeda. Ketika angin melintasi permukaan samudera, maka massa air laut tertekan sesuai dengan arah angin. Pola umum arus permukaan samudera dimodifikasi oleh faktor-faktor fisik dan berbagai variabel seperti friksi, gravitasi, gerak rotasi Bumi, konfigurasi benua, topografi dasar laut, dan angin lokal. Interaksi berbagai variabel itu menghasilkan arus permukaan samudera yang rumit. Arus di samudera bergerak secara konstan. Arus tersebut bergerak melintasi samudera yang luas dan membentuk aliran yang berputar searah gerak jarum jam di Belahan Bumi Utara (Northern Hemisphere), dan berlawanan arah gerak jarum jam di Belahan Bumi Selatan (Southern Hemisphere). Pola umum sirkulasi arus global dapat dilihat dalam Gambar 1. Karena gerakannya yang terus menerus itu, massa air laut mempengaruhi massa udara yang ditemuinya dan merubah cuaca dan iklim di seluruh dunia. Arus di Kedalaman Samudera (Deep-water Circulation) Faktor utama yang mengendalikan gerakan massa air laut di kedalaman samudera adalah densitas air laut. Perbedaan densitas diantara dua massa air laut yang berdampingan menyebabkan gerakan vertikal air laut dan menciptakan gerakan massa air laut-dalam (deep- water masses) yang bergerak melintasi samudera secara perlahan. Gerakan massa air laut-dalam tersebut kadang mempengaruhi sirkulasi permukaan. Perbedaan densitas massa air laut terutama disebabkan oleh perbedaan temperatur dan salinitas air laut. Oleh karena itu gerakan massa air laut-dalam tersebut disebut juga sebagai sirkulasi termohalin (thermohaline circulation). Model sirkulasi termohalin secara global dapat dilihat pada Gambar 2.
  • 17. Gambar 2. Model pola sirkulasi termohalin global. ARUS PERAIRAN PESISIR Arus Pasang Surut (Tidal Current) Arus pasang surut terjadi terutama karena gerakan pasang surut air laut. Arus ini terlihat jelas di perairan estuari atau muara sungai. Bila air laut bergerak menuju pasang, maka terlihat gerakan arus laut yang masuk ke dalam estuari atau alur sungai; sebaliknya ketika air laut bergerak menuju surut, maka terlihat gerakan arus laut mengalir ke luar. Arus Sepanjang Pantai (longshore current) dan Arus Rip (rip current) Ke-dua macam arus ini terjadi di perairan pesisir dekat pantai, dan terjadi karena gelombang mendekat dan memukul ke pantai dengan arah yang muring atau tegak lurus garis pantai. Arus sepanjang pantai bergerak menyusuri pantai, sedang arus rip bergerak menjauhi pantai dengan arah tegak lurus atau miring terhadap garis pantai Current Meter (Alat Ukur Arah dan Kecepatan Arus Laut) Seluruh current-meter mekanik mengukur kecepatan dengan melakukan pengubahan gerakan linear menjadi menjadi angular. Sebuah current-meter yang ideal harus memiliki respon yang cepat dan konsisten dengan setiap perubahan yang terjadi pada kecepatan air, dan harus secara akurat dan terpercaya sesuai dengan komponen velositas. Juga harus tahan lama, mudah dilakukan pemeliharaan, dan simpel digunakan dengan kondisi lingkungan yang berbeda-beda. Indikator kinerja tergantung pada inertia dari rotor, gerakan air, dan gesekan dalam bearing.
  • 18. Secara umum current meter yang biasa dipergunakan memiliki dua tipe : dengan “verctical axis meter” dan “axis meter horizontal”. Dalam kedua perbedaan tersebut rotasi dan rotor dari propeller dipergunakan untuk menentukan kecepatan arus laut sesuai dengan pengaturan pada current-meter. Sebelum current-meter ditempatkan, hubungan antara rotasi dan kecepatan dengan mempergunakan “towing tank”. Tiga type dari alat ukur kecepatan dengan mempergunakan hukum Faraday. Dimana konduktor (air) menggerakkan daerah medan magnet (diubah dengan kumparan berbeda kutub) yang menghasilkan voltase dengan adanya arus air. Jadi secara umum ada tiga jenis yang sering dipergunakan saat ini, prinsip electromagnetik dengan mengukur kecepatan mempergunakan hukum Faraday dengan menyatakan bahwa air mengakibatkan perubahan medan magnetik yang ada dalam bidang yang telah diatur sehingga menghasilkan tegangan yang berbeda secara linear sebanding dengan kecepatan arus. Elektrode dalam penelitian dapat mendeteksi tegangan yang dihasilkan oleh air. Karena current meter tidak bergerak bagian mereka tidak terganggu banyak sehingga tidak membutuhkan pemeliharaan yang terkait dengan permasalahan mekanik. Pada tahun 1998 sudah ada beberapa produk current meter yg dipergunakan : Tabel : Current meter yang sering dipergunakan. (Sumber: Manual of Standard Operating Procedures for Hydrometric Surveys in British Columbia, November 1998) Vertical Axis Current Meters Horizontal Axis Current Meters Price 622AA Valpot BFN 002 (Braystoke) Price 62AAA Magnetic OTT 5(Arkansas), 2 impellers (replaced by C31) Price 622AA Photo-Fibre Optic OTT, C31, 3 impellers (Swolffer retrolit #2200) Price Winter Model AA OSS, B1, 2 impellers (identical to C31) Price Pygmy OTT, C1, 3 impellers (replaced by C2 & OSS, PC1) Price Pygmy Photo-Fibre-Optic OSS, PC1, 2 impellers (identical to (Swoffer retroit #2200) C2) Swoffer 2100, impeller Menurut www.eng.fiu pengukuran kecepatan arus air disebut dengan Water current meter yang secara prinsip terbagi dalam tiga sistem, yaitu : 1. Sistem Pencacah Putaran, yaitu current meter yang mengkonversi kecepatan sudut dari propeller atau baling-baling kedalam kecepatan linear. Biasanya jenis ini mempunyai kisaran pengukuran antara 0,03 sampai 10 m/s. 2. Sistem Elektromagnetik, pada sistem ini air dianggap sebagai konduktor yang mengalir melalui medan mamgnentik. Perubahan pada tegangan diterjemahkan kedalam kecepatan.
  • 19. 3. Sistem Akustik, pada sistem ini digunakan prinsip Dopler pada transduser, juga biasanya berperan sekaligus sebagai receiver, yang memancarkan pulsa-pulsa pendek pada frekuensi tertentu. Pulsa-pulas direfleksikan ataupun disebarkan oleh partikel-partikel dalam air dan terjadi pergeseran frekuensi dari yang diterima kembali oleh receiver, dimana hal tersebut dapat diukur sebagai kecepatan arus air. Salah satu jenis current meter yang dapat dibuat adalah pengukuran arus dengan arus velositas, dengan sistem kerja menghasilkan sinyal dari masing-masing putaran propeller yang terbuat dari bahan medan magnetik. (www.seba.de) Persamaan dari arus velositas adalah : V = k.n + ∆ dimana, V = Aliran velositas (m/s) k = pitch hidraulic dari propeller (m) n = revolusi propeller setiap detik ∆ = Karakteristik dari current meter *) *) dapat diperkirakan dengan melakukan pengujian secara thowing channel Current meter dapat pula dibagi kedalam dua kategori berdasarkan metode pengukurannya. Kedua jenis current meter tersebut menurut adalah : 1. Current meter dengan pengukuran non-otomatik, yaitu current meter dengan cara pengukuran atau perekaman data kecepatan arus yang harus dilakukan langsung oleh seseorang untuk membacanya, biasanya alat ini ditempatkan pada suatu struktur tertentu. 2. Current meter dengan pengukuran otomatik, yaitu current meter yang merekam data kecepatan arus tanpa selalu harus langsung diperiksa oleh pengguna, Biasanya tipe ini memiliki sarana penyimpanan data yang cukup untuk jangka waktu pengukuran tertentu. Karena banyaknya pengelompokan current meter, maka pada topik kali ini akan banyak membahas tentang jenis current meter “verctical axis meter” dan “axis meter horizontal” yang umum dikembangkan oleh British Columbia. 1. Vertical axis meter Tiga model dari “Vertical axis meter” adalah the Price 622AA meter, the WSC winter meter, dan the Pygmy meter.
  • 20. 1.1 The Price 622AA meter Adalah yang peling umum dipergunakan dengan jenis tiang vertikal dan sering dipergunakan sebagai pengukur standar karena hasil keluarannya. Bersifat ekstensif dengan berbagai manfaat untuk penelitian/percobaan dan juga cocok untuk berbagai kondisi lapangan . Secara umum tidak menampilkan sinyal yang cocok dengan perhitungan dengan konsep perhitungan pulsa elektrik pada daerah yang rendah kecepatan arusnya. Metode yang paling sesuai dipergunakan adalah menghitung perputaran rotor atau sistem elektrik yang mengolah sinyal audio. Current meter sini secara inherent sangat sensitif terhadap fluktuasi turbulensi lateral karena arah yang kurang stabil, sangat mungkin untuk menyebabkan galat pada saat pengukuran kecepatan sehingga berorientasi dalam pengukuran arah arus. Gambar 1. The Price 622AA meter 1.2 Modified Price 622AA Meter Model standard Price 622AA Meter dimoifikasi dengan dua cara mempergunakan retro-fit kit untuk mengatasi keterbatasan pengukuran kecepatan. 1. Pengalih magnetik yang terletak disebelah rotor menghasilkan sinyal yang bersih untuk memicu pencacah.
  • 21. Gambar2. Price 622AA meter with retro-fit kit dengan pengalih magnetik. 2. Photo-Fiber-Optic sebagai penghubung antara indikator digital dan pengalih magnetik, sehingga pencacah dapat membaca kecepatan secara langsung (dengan kecepatan yang jauh lebih tinggi). Gambar 3. Fiber optik diterapkan pada Price 622AA. 1.3 Pygmy Meterriv Memiliki bentuk yang sangat kecil dengan perbandingan ukuran dua perlima dari Price 622AA meter, sehingga diorientasikan untuk penggunaan pada kedalaman rendah. Namun demikian
  • 22. Current meter ini dianjurkan untuk mengukur kecepatan diatas 0.2 m/s karena untuk menyesuaikan dengan tingkat tekanan dalam menggerakkan rotor. Gambar 4. Price 62AA winter (ice) meter. 1.4 WSC Winter meter Sangat baik dipergunakan dalam musim dingin karena current meter karena dengan mudah melalui lubang yang dibor di es, dengan melakukan modifikasi pada roda bagian belakan penangkap arus. Dipergunakan dengan melekatkan pada sebuah tongkat yang telah ditetapkan, dimana sebelum pengukuran harus disesuaikan suhu supaya tidak berada dibawah 0 derjat celcius dan setelah pengukuran haruslah dilakukan pembersihan alat untuk menghindari menggumpalnya es pada bearing current meter. 2. Horizontal Axis Current Meters Sangat baik dipergunakan pada daerah yang memiliki turbulens yang tinggi dengan kemampuan mengukur arus tajam baik dengan posisi horizontal maupun vertikal. Dilengkapi dengan rotor yang memiliki keseimbangan saat menghadapi pergerakan linear. Semua model menggunakan magnetis permukaan beralih untuk menghasilkan hitungan rotasi dalam bentuk pulsa, sehingga dapat menghindari terjadinya gesekan pada komponen yang berdekatan. 2.1 Braystoke BFN 002 Meter Miniatur ini sekarang arus meter diberikan dalam bentuk kit, termasuk aksesoris yang kuat 1,5-2 m. Current meter Braystoke yang saat ini, diproduksi oleh Valeport perkembangan Ltd Inggris, adalah dirancang untuk ukuran kecepatan arus dalam air tawar atau air laut, dan tidak dipengaruhi oleh kualitas air. Dalam penerpannya alat ini belum ditentukan batas-batas galat dari arus sampai yang benar-baling mengukur kecepatan nilai, sehingga masih sangat perlu untuk dilakukan penelitian lebih lanjut.
  • 23. 2.2 OTT C2 and OSS PC1 Meters OTT C2 yang identik dengan OSS Pc1; sebelumnya diproduksi di Jerman dan terakhir di Australia. Model ini dirancang untuk mengukur kecepatan air kecil di watercourses, tabung percobaan, pipa kecil, dan laboratorium model sungai. Kedua model memerlukan minyak khusus untuk operasi karena berpengaruh pada penilaian dari kalibrasi. Gambar 5. Current meter model OTT C2 2.3 Universal OTT C31 and OSS B1 Meters OTT C31 yang identik dengan OSS B1; sebelumnya adalah produksi Jerman dan terakhir di Australia. Meter ini sekarang digunakan untuk menentukan kecepatan aliran air buka di saluran dan laut, serta tekanan dalam pipa. Meter ini dapat digunakan di bawah kondisi ekstrim, juga dapat dipergunakan dalam pengukuran yang terintegrasi misalnya dengan dilengkapi pipa yang memiliki ukuran. Propellers tersedia dari dua produsen untuk C31 dan OTT OSS B1, bersama- sama dengan kecepatan dan berbagai komponen untuk setiap efek putaran. Dengan baling-
  • 24. baling yang tersedia dalam ukuran kecil, komponen dari current meter OTT dan OSS dapat saling bertukar. Gambar 6. Current meter OSS B1 pada tongkat berukuran 20 mm, Current meter OTT C31, Current meter OSS B1 dengan berat 30 kg dilengkapi sensor di bawahnya. Pemeliharaan Current Meter Untuk memelihara kondisi current meter yang sangat wajib dilakukan adalah pembersihan alat, sehingga sangat penting adalah peran operator dalam mengatasinya. Karena memang hanya dibutuhkan waktu sedikit untuk membersihkan, tetapi sangat substansial untuk menghindari masuknya partikel-partikel seperti pasir dan juga korosi yang dapat mengganggu kinerja current meter. Dalam setiap mengakhiri suatu penelitian, sebaiknya segera dilakukan juga pengamatan alat untuk memastikan alat tersebut masih dapat dipergunakan dengan baik. Secara khusus pada beberapa current meter type “Horizontal Axis” baling-baling harus dilepas dari meteran pengukur dan juga minyak yang menempel harus dihilangkan. Berring harus dibersihkan mempergunakan anti korosi atau dapat dengan mempergunakan bensin, dan harus memiliki lapisan pelindung yang dilepas sebelum dipergunakan. Sebelum current meter dipergunakan, batangan penyangga harus dilapisi dengan minyak pelumas untuk mempermudah gerakan current meter saat diturunkan. PASANG SURUT Untuk apa data pasang surut
  • 25. Pengetahuan tentang pasang surut sangat diperlukan dalam transportasi laut, kegiatan di pelabuhan, pembangunan di daerah pesisir pantai, dan lain-lain. Mengingat pentingnya pengetahuan tentang pasang surut terutama bagi yang tertarik mempelajari masalah pantai dan estuari, maka akan dicoba dijelaskan tentang pengertian pasang surut itu sendiri. Pengertian Pasang Surut Pasang surut laut merupakan suatu fenomena pergerakan naik turunnya permukaan air laut secara berkala yang diakibatkan oleh kombinasi gaya gravitasi dan gaya tarik menarik dari benda-benda astronomi terutama oleh matahari, bumi dan bulan. Pengaruh benda angkasa lainnya dapat diabaikan karena jaraknya lebih jauh atau ukurannya lebih kecil. Faktor non astronomi yang mempengaruhi pasut terutama di perairan semi tertutup seperti teluk adalah bentuk garis pantai dan topografi dasar perairan. Puncak gelombang disebut pasang tinggi dan lembah gelombang disebut pasang rendah. Perbedaan vertikal antara pasang tinggi dan pasang rendah disebut rentang pasang surut (tidal range). Periode pasang surut adalah waktu antara puncak atau lembah gelombang ke puncak atau lembah gelombang berikutnya. Harga periode pasang surut bervariasi antara 12 jam 25 menit hingga 24 jam 50 menit. Pasang purnama (spring tide) terjadi ketika bumi, bulan dan matahari berada dalam suatu garis lurus. Pada saat itu akan dihasilkan pasang tinggi yang sangat tinggi dan pasang rendah yang sangat rendah. Pasang surut purnama ini terjadi pada saat bulan baru dan bulan purnama. Pasang perbani (neap tide) terjadi ketika bumi, bulan dan matahari membentuk sudut tegak lurus. Pada saat itu akan dihasilkan pasang tinggi yang rendah dan pasang rendah yang tinggi. Pasang surut perbani ini terjadi pasa saat bulan 1/4 dan 3/4.
  • 26. Gambar. Spring Tide dan Neap Tide Tipe pasut ditentukan oleh frekuensi air pasang dengan surut setiap harinya. Hal ini disebabkan karena perbedaan respon setiap lokasi terhadap gaya pembangkit pasang surut. Jika suatu perairan mengalami satu kali pasang dan satu kali surut dalam satu hari, maka kawasan tersebut dikatakan bertipe pasut harian tunggal (diurnal tides), namun jika terjadi dua kali pasang dan dua kali surut dalam sehari, maka tipe pasutnya disebut tipe harian ganda (semidiurnal tides). Tipe pasut lainnya merupakan peralihan antara tipe tunggal dan ganda disebut dengan tipe campuran (mixed tides) dan tipe pasut ini digolongkan menjadi dua bagian yaitu tipe campuran dominasi ganda dan tipe campuran dominasi tunggal.Selain dengan melihat data pasang surut yang diplot dalam bentuk grafik (tentunya susah jika datanya banyak ya…), tipe pasang surut juga dapat ditentukkan berdasarkan bilangan Formzal (F) yang dinyatakan dalam bentuk: F = [A(O1) + A(K1)]/[A(M2) + A(S2)] dengan ketentuan : F ≤ 0.25 : Pasang surut tipe ganda (semidiurnal tides) 0,25<F≤1.5 : Pasang surut tipe campuran condong harian ganda (mixed mainly emidiurnal tides) 1.50<F≤3.0 : Pasang surut tipe campuran condong harian tunggal (mixed mainly diurnal tides) F > 3.0 : Pasang surut tipe tunggal (diurnal tides) Dimana: F : bilangan Formzal AK1 : amplitudo komponen pasang surut tunggal utama yang disebabkan oleh gaya tarik bulan dan matahari
  • 27. AO1 : amplitudo komponen pasang surut tunggal utama yang disebabkan oleh gaya tarik bulan AM2 : amplitudo komponen pasang surut ganda utama yang disebabkan oleh gaya tarik bulan AS2 : amplitudo komponen pasang surut ganda utama yang disebabkan oleh gaya tarik matahari Karena sifat pasang surut yang periodik, maka ia dapat diramalkan. Untuk meramalkan pasang surut, diperlukan data amplitudo dan beda fasa dari masing-masing komponen pembangkit pasang surut. Komponen-komponen utama pasang surut terdiri dari komponen tengah harian dan harian. Namun demikian, karena interaksinya dengan bentuk (morfologi) pantai dan superposisi antar gelombang pasang surut komponen utama, akan terbentuklah komponen-komponen pasang surut yang baru. Pada buku peramalan pasang surut yang dikeluarkan oleh DISHIDROS dan BOKOSURTANAL tertulis nilai komponen pasut tersebut baik amplitudo maupun fase pada beberapa lokasi di perairan Indonesia. Nah dengan mengetahui amplitudo komponen tersebut, maka dapat dihitung kan nilai bilangan Formzal nya..so tipe pasutnya dapat ditentukan. Daftar Istilah pada pasang surut Mean Sea Level (MSL) atau Duduk Tengah adalah muka laut rata-rata pada suatu periode pengamatan yang panjang, sebaiknya selama 18,6 tahun. Mean Tide Level (MTL) adalah rata-rata antara air tinggi dan air rendah pada suatu periode waktu. Mean High Water (MHW) adalah tinggi air rata-rata pada semua pasang tinggi. Mean Low Water (MLW) adalah tinggi air rata-rata pada semua surut rendah. Mean Higher High Water (MHHW) adalah tinggi rata-rata pasang tertinggi dari dua air tinggi harian pada suatu periode waktu yang panjang. Jika hanya satu air tinggi terjadi pada satu hari, maka air tinggi tersebut diambil sebagai air tinggi terttinggi. Mean Lower High Water (MLHW) adalah tinggi rata-rata air terendah dari dua air tinggi harian pada suatu periode waktu yang panjang. Hal ini tidak akan terjadi untuk pasut harian (diurnal). Mean Higher Low Water (MHLW) adalah tinggi rata-rata air tertinggi dari dua air rendah harian pada suatu periode waktu yang panjang. Hal ini tidak akan terdapat pada pasut diurnal. Mean Lower Low Water (MLLW) adalah tinggi rata-rata air terendah dari dua air rendah harian pada suatu periode waktu yang panjang. Jika hanya satu air rendah terjadi pada satu hari, maka harga air rendah tersebut diambil sebagai air rendah terendah.
  • 28. Mean High Water Springs (MHWS) adalah tinggi rata-rata dari dua air tinggi berturut-turut selama periode pasang purnama, yaitu jika tunggang (range) pasut itu tertinggi. Mean Low Water Springs (MLWS) adalah tinggi rata-rata yang diperoleh dari dua air rendah berturut-turut selama periode pasang purnama. Mean High Water Neaps (MHWN) adalah tinggi rata-rata dari dua air tinggi berturut-turut selama periode pasut perbani (neap tides), yaitu jika tunggang (range) pasut paling kecil. Mean Low Water Neaps (MLWN) adalah tinggi rata-rata yang dihitung dari dua air berturut- turut selama periode pasut perbani. Highest Astronomical Tide (HAT)/Lowest Astronomical Tide (LAT) adalah permukaan laut tertinggi/terendah yang dapat diramalkan terjadi di bawah pengaruh keadaan meteorologis rata- rata dan kombinasi keadaan astronomi. Permukaan ini tidak akan dicapai pada setiap tahun. HAT dan LAT bukan permukaan laut yang ekstrim yang dapat terjadi, storm surges mungkin saja dapat menyebabkan muka laut yang lebih tinggi dan lebih rendah. Secara umum permukaan (level) di atas dapat dihitung dari peramalan satu tahun. Harga HAT dan LAT dihitung dari data beberapa tahun. Mean Range (Tunggang Rata-rata) adalah perbedaan tinggi rata-rata antara MHW dan MLW. Mean Spring Range adalah perbedaan tinggi antara MHWS dan MLWS. Mean Neap Range adalah perbedaan tinggi antara MHWN dan MLWN Pasang Surut Laut Jika kita mengamati air laut di pantai maka kita akan mendapatkan fenomena bahwa air laut tidak pernah diam pada suatu ketinggian yang tetap, akan tetapi air laut akan selalu bergerak naik turun secara dinamis dan berkala berdasarkan siklus tertentu. Jika kita teliti mengamati, akan kita dapatkan bahwa permukaan air laut perlahan-lahan naik sampai pada ketinggian maksimum kemudian akan turun perlahan-lahan sapai pada ketinggian minimum. Fenomena ini dinamakan pasang surut air laut. Definisi Pasang surut laut merupakan suatu fenomena pergerakan naik turunya permukaan air laut secara berkala yang diakibatkan oleh kombinasi gaya grafitasi dan gaya tarik-menarik antara benda- benda astronomi terutama oleh matahari, bumi dan bulan. Pengaruh benda angkasa lainnya dapat diabaikan karena jaraknya lebih jauh atau ukurannya lebih kecil (Dronkers, 1964). Pasang surut laut adalah gelombang Gelombang yang dibangkitkan oleh adanya interaksi antara laut, matahari dan bulan . Menurut Pariwono (1989), fenomena pasang surut diartikan sebagai naik turunnya muka laut secara berkala akibat adanya gaya tarik benda-benda angkasa terutama matahari dan bulan terhadap massa air di bumi. Pasang surut laut merupakan hasil dari gaya tarik gravitasi dan efek sentrifugal. Efek sentrifugal adalah dorongan ke arah luar pusat rotasi. Gravitasi bervariasi secara langsung dengan massa
  • 29. tetapi berbanding terbalik terhadap jarak. Meskipun ukuran bulan lebih kecil dari matahari, gaya tarik gravitasi bulan dua kali lebih besar daripada gaya tarik matahari dalam membangkitkan pasang surut laut karena jarak bulan lebih dekat daripada jarak matahari ke bumi. Gaya tarik gravitasi menarik air laut ke arah bulan dan matahari dan menghasilkan dua tonjolan (bulge) pasang surut gravitasional di laut. Lintang dari tonjolan pasang surut ditentukan oleh deklinasi, sudut antara sumbu rotasi bumi dan bidang orbital bulan dan matahari Pasang laut menyebabkan perubahan kedalaman perairan dan mengakibatkan arus pusaran yang dikenal sebagai arus pasang, sehingga perkiraan kejadian pasang sangat diperlukan dalam navigasi pantai. Wilayah pantai yang terbenam sewaktu pasang naik dan terpapar sewaktu pasang surut, disebut mintakat pasang, dikenal sebagai wilayah ekologi laut yang khas. Teori 1. Teori Kesetimbangan (Equilibrium Theory) Teori kesetimbangan pertama kali diperkenalkan oleh Sir Isaac Newton (1642-1727). Teori ini menerangkan sifat-sifat pasut secara kualitatif. Teori terjadi pada bumi ideal yang seluruh permukaannya ditutupi oleh air dan pengaruh kelembaman (Inertia) diabaikan. Teori ini menyatakan bahwa naik-turunnya permukaan laut sebanding dengan gaya pembangkit pasang surut (King, 1966). Untuk memahami gaya pembangkit passng surut dilakukan dengan memisahkan pergerakan sistem bumi-bulan-matahari menjadi 2 yaitu, sistem bumi-bulan dan sistem bumi matahari. Pada teori kesetimbangan bumi diasumsikan tertutup air dengan kedalaman dan densitas yang sama dan naik turun muka laut sebanding dengan gaya pembangkit pasang surut atau GPP (Tide Generating Force) yaitu Resultante gaya tarik bulan dan gaya sentrifugal, teori ini berkaitan dengan hubungan antara laut, massa air yang naik, bulan, dan matahari. Gaya pembangkit pasut ini akan menimbulkan air tinggi pada dua lokasi dan air rendah pada dua lokasi (Gross, 1987). 2. Teori Pasut Dinamik (Dynamical Theory) Pond dan Pickard (1978) menyatakan bahwa dalam teori ini lautan yang homogen masih diasumsikan menutupi seluruh bumi pada kedalaman yang konstan, tetapi gaya-gaya tarik periodik dapat membangkitkan gelombang dengan periode sesuai dengan konstitue- konstituennya. Gelombang pasut yang terbentuk dipengaruhi oleh GPP, kedalaman dan luas perairan, pengaruh rotasi bumi, dan pengaruh gesekan dasar. Teori ini pertama kali dikembangkan oleh Laplace (1796-1825). Teori ini melengkapi teori kesetimbangan sehingga sifat-sifat pasut dapat diketahui secara kuantitatif. Menurut teori dinamis, gaya pembangkit pasut menghasilkan gelombang pasut (tide wive) yang periodenya sebanding dengan gaya pembangkit pasut. Karena terbentuknya gelombang, maka terdapat faktor lain yang perlu diperhitungkan selain GPP. Menurut Defant (1958), faktor-faktor tersebut adalah : • Kedalaman perairan dan luas perairan • Pengaruh rotasi bumi (gaya Coriolis) • Gesekan dasar Rotasi bumi menyebabkan semua benda yang bergerak di permukaan bumi akan berubah arah (Coriolis Effect). Di belahan bumi utara benda membelok ke kanan, sedangkan di belahan bumi selatan benda membelok ke kiri. Pengaruh ini tidak terjadi di equator, tetapi semakin meningkat sejalan dengan garis lintang dan mencapai maksimum pada kedua kutub. Besarnya juga bervariasi tergantung pada kecepatan pergerakan benda tersebut. Menurut Mac Millan (1966) berkaitan dengan dengan fenomeana pasut, gaya Coriolis
  • 30. mempengaruhi arus pasut. Faktor gesekan dasar dapat mengurangi tunggang pasut dan menyebabkan keterlambatan fase (Phase lag) serta mengakibatkan persamaan gelombang pasut menjadi non linier semakin dangkal perairan maka semaikin besar pengaruh gesekannya. Pembangkit Pasang surut terutama dihasilkan oleh adanya gaya tarik-menarik antara dua tenaga yang terjadi di lautan. Gaya-gaya tersebut adalah gaya sentrifugal bumi dan gaya gravitasi yang berasal dari bulan dan matahari. Gaya sentrifugal adalah dorongan ke arah luar pusat rotasi bumi yang besarnya kurang lebih sama dengan tenaga yang ditarik ke permukaan bumi. Gaya sentrifugal lebih kuat pada daerah-daerah yang terletak dekat dengan bulan. Gaya gravitasi bervariasi secara langsung dengan massa tetapi berbanding terbalik terhadap jarak. Jadi, Meskipun ukuran bulan lebih kecil dari matahari, gaya tarik gravitasi bulan dua kali lebih besar daripada gaya tarik matahari dalam membangkitkan pasang surut laut karena jarak bulan lebih dekat daripada jarak matahari ke bumi. Gaya tarik gravitasi menarik air laut ke arah bulan dan matahari dan menghasilkan dua tonjolan (bulge) massa air. Lintang dari bulge pasang surut ditentukan oleh deklinasi, yaitu sudut antara sumbu rotasi bumi dan bidang orbital bulan dan matahari. Bulge pertama terbentuk pada bagian bumi yang terletak paling dekat dengan bulan karena gaya gravitasi bulan yang relatif kuat menarik massa air. Bulge kedua terletak paling jauh dengan bulan. Hal ini terjadi karena gaya gravitasi bulan sangat lemah dibanding dengan gaya sentrifugal bumi sehingga massa air terdorong keluar oleh gaya sentrifugal bumi. Dua tonjolan massa air ini merupakan daerah yang mengalami pasang tertinggi. Akibat dari rotasi bumi, maka tempat-tempat yang mengalami pasang tertinggi akan bergerak bergantian secara perlahan. Gravitasi matahari juga turut mempengaruhi pasang surut, walaupun kontribusinya hanya sekitar 47% dari tenaga gravitasi bulan. Selain itu, pasang surut juga dipengaruhi oleh revolusi bulan terhadap bumi dan revolusi bumi terhadap matahari serta faktor-faktor non astronomi seperti perairan semi tertutup, garis pantai dan topografi dasar perairan. Berdasarkan faktor pembangkitnya, pasang surut dapat dibagi dalam dua kategori yaitu: pasang purnama (pasang besar, spring tide) dan pasang perbani (pasang kecil, neap tide). Pasang laut purnama (spring tide) terjadi ketika bumi, bulan dan matahari berada dalam suatu garis lurus. Pada saat itu akan dihasilkan pasang tinggi yang sangat tinggi dan pasang rendah yang sangat rendah. Pasang laut purnama ini terjadi pada saat bulan baru dan bulan purnama. Gambar 1 . Pasang Purnama (saat purnama)
  • 31. Pasang laut perbani (neap tide) terjadi ketika bumi, bulan dan matahari membentuk sudut tegak lurus. Pada saat itu akan dihasilkan pasang naik yang rendah dan pasang surut yang tinggi. Pasang laut perbani ini terjadi pada saat bulan seperempat dan tigaperempat. Gambar 2. Pasang perbani Type Perairan laut memberikan respon yang berbeda terhadap gaya pembangkit pasang surut,sehingga terjadi tipe pasut yang berlainan di sepanjang pesisir. Menurut Dronkers (1964), ada tiga tipe pasut yang dapat diketahui, yaitu : 1. Pasang surut diurnal. Yaitu bila dalam sehari terjadi satu satu kali pasang dan satu kali surut. Biasanya terjadi di laut sekitar katulistiwa. 2. pasang surut semi diurnal. Yaitu bila dalam sehari terjadi dua kali pasang dan dua kali surut yang hampir sama tingginya. 3. pasang surut campuran. Yaitu gabungan dari tipe 1 dan tipe 2, bila bulan melintasi khatulistiwa (deklinasi kecil), pasutnya bertipe semi diurnal, dan jika deklinasi bulan mendekati maksimum, terbentuk pasut diurnal. Gambar 3. Pasang surut diurnal
  • 32. Gambar 4. Pasang surut semi diurnal Gambar 5. Pasang surut campuran Menurut Wyrtki (1961), pasang surut di Indonesia dibagi menjadi 4 yaitu : 1.Pasang surut harian tunggal (Diurnal Tide) Merupakan pasut yang hanya terjadi satu kali pasang dan satu kali surut dalam satu hari, ini terdapat di Selat Karimata 2.Pasang surut harian ganda (Semi Diurnal Tide) Merupakan pasut yang terjadi dua kali pasang dan dua kali surut yang tingginya hampir sama dalam satu hari, ini terdapat di Selat Malaka hingga Laut Andaman. 3.Pasang surut campuran condong harian tunggal (Mixed Tide, Prevailing Diurnal) Merupakan pasut yang tiap harinya terjadi satu kali pasang dan satu kali surut tetapi terkadang dengan dua kali pasang dan dua kali surut yang sangat berbeda dalam tinggi dan waktu, ini terdapat di Pantai Selatan Kalimantan dan Pantai Utara Jawa Barat. 4.Pasang surut campuran condong harian ganda (Mixed Tide, Prevailing Semi Diurnal) Merupakan pasut yang terjadi dua kali pasang dan dua kali surut dalam sehari tetapi terkadang terjadi satu kali pasang dan satu kali surut dengan memiliki tinggi dan waktu yang berbeda, ini terdapat di Pantai Selatan Jawa dan Indonesia Bagian Timur Manfaat Pengetahuan tentang pasang surut sangat diperlukan dalam transportasi laut, kegiatan di pelabuhan, pembangunan di daerah pesisir pantai, dan lain-lain. Karena sifat pasang surut yang periodik, maka ia dapat diramalkan. Pasang surut juga sangat mempengaruhi kehidupan organisme laut, terutama pada daerah intertidal dandaerah litoral. Dengan adanya pasang surut, organisme-organisme memiliki strategi
  • 33. ekologi sendiri – sendiri untuk bisa bertahan hidup. Disamping itu, pasang surut sangat mempengaruhi ekosistem mangrove yang merupakan pilar pertahanan alam utama pada daerah pesisir dari ancaman badai, erosi dan lain-lain. Pasang Surut Laut dan keadaannya di Indonesia Pasang surut air laut adalah suatu gejala fisik yang selalu berulang dengan periode tertentu dan pengaruhnya dapat dirasakan sampai jauh masuk kearah hulu dari muara sungai. Pasang surut terjadi karena adanya gerakan dari benda benda angkasa yaitu rotasi bumi pada sumbunya, peredaran bulan mengelilingi bumi dan peredaran bulan mengelilingi matahari. Gerakan tersebut berlangsung dengan teratur mengikuti suatu garis edar dan periode yang tertentu. Pengaruh dari benda angkasa yang lainnya sangat kecil dan tidak perlu diperhitungkan (www.digilib.itb.ac.id). Gerakan dari benda angkasa tersebut di atas akan mengakibatkan terjadinya beberapa macam gaya pada setiap titik di bumi ini,yang disebut gaya pembangkit pasang surut. Masing masing gaya akan memberikan pengaruh pada pasang surut dan disebut komponen pasang surut, dan gaya tersebut berasal dari pengaruh matahari, bulan atau kombinasi keduanya (www.digilib.itb.ac.id ). Pasang surut laut merupakan hasil dari gaya tarik gravitasi dan efek sentrifugal. Efek sentrifugal adalah dorongan ke arah luar pusat rotasi. Gravitasi bervariasi secara langsung dengan massa tetapi berbanding terbalik terhadap jarak. Meskipun ukuran bulan lebih kecil dari matahari, gaya tarik gravitasi bulan dua kali lebih besar daripada gaya tarik matahari dalam membangkitkan pasang surut laut karena jarak bulan lebih dekat daripada jarak matahari ke bumi. Gaya tarik gravitasi menarik air laut ke arah bulan dan matahari dan menghasilkan dua tonjolan (bulge) pasang surut gravitasional di laut. Lintang dari tonjolan pasang surut ditentukan oleh deklinasi, sudut antara sumbu rotasi bumi dan bidang orbital bulan dan matahari (www.oseanografi.blogspot.com). Untuk menjelaskan terjadinya pasang surut maka mula-mula dianggap bahwa bumi benar-benar bulat serta seluruh permukaannya ditutupi oleh lapisan air laut yang sama tebalnya sehingga didalam hal ini dapat diterapkan teori keseimbangan. Pada setiap titik dimuka bumi akan terjadi pasang surut yang merupakan kombinasi dari beberapa komponen yang mempunyai amplitudo dan kecepatan sudut yang tertentu sesuai dengan gaya pembangkitnya. Pada keadaan sebenarnya bumi tidak semuanya ditutupi oleh air laut melainkan sebagian merupakan daratan dan juga kedalaman laut berbeda beda. Sebagai konsekwensi dari teori keseimbangan maka
  • 34. pasang surut akan terdiri dari beberapa komponen yang mempunyai kecepatan amplitudo dan kecepatan sudut tertentu, sama besarnya seperti yang diuraikan pada teori keseimbangan (www.digilib.itb.ac.id). Kisaran pasang-surut (tidal range), yakni perbedaan tinggi muka air pada saat pasang maksimum dengan tinggi air pada saat surut minimum, rata-rata berkisar antara 1 m hingga 3 m. Tetapi di Teluk Fundy (kanada) ditemukan kisaran yang terbesar di dunia, bisa mencapai sekitar 20 m. Sebaliknya di Pulau Tahiti, di tengah Samudera Pasifik, kisaran pasang-surutnya kecil, tidak lebih dari 0,3 m, sedangkan di Laut Tengah hanya berkisar 0,10-0,15 m. Di perairan Indonesia beberapa contoh dapat diberikan misalnya Tanjung Priok (Jakarta) kisarannya hanya sekitar 1 m, Ambon sekitar 2 m, Bagan Siapi-api sekitar 4 m, sedangkan yang tertinggi di muara Sungai Digul dan Selat Muli di dekatnya (Irian Jaya bagian selatan) kisaran pasang-surutnya cukup tinggi, bisa mencapai sekitar 7-8 m (Nontji, 1987). Terdapat tiga tipe dasar pasang surut yang didasarkan pada periode dan keteraturannya, yaitu pasang surut harian (diurnal), tengah harian (semi diurnal) dan campuran (mixed tides). Dalam sebulan, variasi harian dari rentang pasang surut berubah secara sistematis terhadap siklus bulan. Rentang pasang surut juga bergantung pada bentuk perairan dan konfigurasi lantai samudera (www.wikipedia.org). Dilihat dari pola gerakan muka lautnya, pasang-surut di Indonesia dapat dibagi menjadi empat jenis yakni pasang-surut harian tunggal (diurnal tide), harian ganda (semidiurnal tide) dan dua jenis campuran. Jenis harian tunggal misalnya terdapat di perairan sekitar selat Karimata, antara Sumatra dan Kalimantan. Pada jenis harian ganda misalnya terdapat di perairan Selat Malaka sampai ke Laut Andaman. Di samping itu dikenal pula campuran antara keduanya, meskipun jenis tunggal maupun gandanya masih menonjol. Pada pasang-surut campuran condong ke harian ganda (mixed tide, prevailing semidiurnal) misalnya terjadi di sebagian besar perairan Indonesia bagian timur. Sedangkan jenis campuran condong ke harian tunggal (mixed tide, prevailing diurnal) contohnya terdapat di pantai selatan Kalimantan dan pantai utara Jawa Barat. Pola gerak muka air pada keempat jenis pasang-surut yang terdapat di Indonesia diberikan pada gambar 1 (Nontji, 1987).
  • 35. Gambar 1. Pola gerak muka air pasut di Indonesia (Triatmodjo, 1996). Seperti telah disebutkan di atas, komponen-komponen utama pasang surut terdiri dari komponen tengah harian dan harian. Namun demikian, karena interaksinya dengan bentuk (morfologi) pantai, superposisi antar komponen pasang surut utama, dan faktor-faktor lainnya akan mengakibatkan terbentuknya komponen-komponen pasang surut yang baru (www.oseanografi.blogspot.com). Pasang-surut tidak hanya mempengaruhi lapisan di bagian teratas saja, melainkan seluiruh massa air. Energinya pun sangat besar. Di perairan-perairan pantai, terutama di teluk- teluk atau selat-selat yang sempit, gerakan naik-turunnya muka air akan menimbulkan terjadinya arus pasang-surut. Di tempat-tempat tertentu arus pasang-surut ini cukup kuat. Arus pasang-surut terkuat yang tercatat di Indonesia adalah di Selat Capalulu, antara P. Taliabu dan P. Mangole (Kepulauan Sula), yang kekuatannya bisa mencapai 5 m/detik. Di selat-selat di antara pulau- pulau Nusa Tenggara kekuatannya bisa mencapai 2,5-3 m/detik pada saat pasang purnama. Di daerah-daerah lainnya kekuatan arus pasang-surut biasanya kurang dari 1,5 m/detik, sedangkan di laut terbuka di atas paparan kekuatannya malah biasanya kurang dari 0,5 m/detik. Berbeda dengan arus yang disebabkan oleh angin yang hanya terjadi pada air lapisan tipis di permukaan, arus pasang-surut bisa mencapai lapisan yang lebih dalam. Ekspedisi Snellius I (1929-1930) di perairan Indonesia bagian Timur dapat menunjukkan bahwa arus pasang-surut masih dapat diukur pada kedalaman lebih dari 600 m (Nontji, 1987).
  • 36. Perhitungan Pasang Surut Adanya gaya tarik bumi dan benda langit (bulan dan matahari), gaya gravitasi bumi, perputaran bumi pada sumbunya dan perputaran bumi mengelilingi matahari menimbulkan pergeseran air laut, salah satu akibatnya adalah terjadinya pasang surut laut. Fenomena alam tersebut merupakan gerakan periodik, maka pasang surut yang ditimbulkan dapat dihitung dan diprediksikan (www.bakosurtanal.go.id). Dalam penelitian lebih lanjut diketahui bahwa untuk setiap tempat yang mengalami pasang surut mempunyai ciri tertentu yaitu besar pengaruh dari tiap-tiap komponen selalu tetap dan hal ini disebut tetapan pasang surut. Selama tidak terjadi perubahan pada keadaan geografinya, tetapan. tersebut tidak akan berubah. Apabila tetapan pasang surut untuk suatu tempat tertentu sudah diketahui maka besar pasang surut untuk setiap waktu dapat diramalkan (www. digilib.itb.ac.id). Untuk menghitung tetapan pasang surut tersebut diatas, ada beberapa metoda yang sudah biasa dipakai misalnya metoda Admiralty yang berdasarkan pada data pengamatan selama 15 hari atau 29 hari. Pada metoda ini dilakukan perhitungan yang dibantu dengan tabel, akan menghasilkan tetapan pasang surut untuk 9 komponen. Dengan adanya kemajuan teknologi di bidang elektronika yang sangat pesat, penggunaan komputer mikro untuk menghitung tetapan pasang surut serta peramalannya akan sangat memungkinkan. Sehubungan dengan itu akan dicari suatu cara untuk memproses data pengamatan pasang surut sehingga dapat dicari tetapan pasang surut serta peramalannya dengan cara kerja yang mudah. Proses perhitungan dari komputer didasarkan pada penyesuaian lengkung dari data pengamatan dengan metoda kuadrat terkecil, dengan menggunakan beberapa komponen yang dianggap mempunyai faktor yang paling menentukan. Untuk ini dibahas penurunan matematiknya serta pembuatan program untuk kamputernya. Program komputer dibuat sedemikian rupa sehingga untuk proses perhitungan tersebut diatas hanya tinggal memesukkan data,sedang seluruh proses selanjutnya akan dikerjakan oleh komputer. Program untuk komputer dibahas secara terperinci mulai dari dasar perhitungan, isi program serta bagan alirnya. Kebenaran dan ketelitian hasil perhitungan dibuktikan dengan
  • 37. memberikan contoh perhitungan dan penyajian berupa grafik. Perhitungan dilakukan untuk beberapa lokasi pengamatan pasang surut serta waktu pengamatan yang berlainan (www.digilib.itb.ac.id ). Di Indonesia, pengamatan pasut laut bekerjasama dengan pihak otoritas pelabuhan, Bakosurtanal memasang alat rekam data pasut otomatis di dermaga pelabuhan yang disebut stasiun pasut. Alat rekam data pasut (AWLR = Automatically Water Level Recorder) mencatat tinggi muka laut secara otomatis dan terus menerus. Rekaman data berupa grafik, lubang-lubang kertas data pada stasiun pasut online, data pasut dicatat dan, setiap saat dapat dilakukan download lewat saluran telepon dan menggunakan modem. Pengumpulan dan pengolahan data pasut, kertas rekam data pasut pada 28 stasiun pasut manual, setiap akhir bulan dipotong dan dikirim ke Bakosurtanal untuk pengolahan data. Pengumpulan data pasut pada 25 stasiun pasut on-line, dilakukan dengan download pada komputer di Bakosurtanal yang dilengkapi modem dan fasilitas saluran telepon. Pengolahan data dilakukan dengan bantuan komputer dan software pengolahan pasut. Analisa dan penyajian informasi pasut. Analisa pasut meliputi hasil hitungan yang dapat menjelaskan karakter pasang surut laut. Sajian informasi karakter laut tersebut tampilannya bervariasi mulai tampilan standard informasi pasut sampai dengan informasi praktis bagi pengguna untuk perencanaan bangunan pelabuhan. Hasil kegiatan yang diperoleh adalah data pasut 53 stasiun pasut seluruh Indonesia dalam waktu 1 (satu) tahun pengamatan. Data tersebut dihitung dan hasilnya disajikan pada buku informasi pasut laut Bakosurtanal (www.bakosurtanal.go.id). Energi Pasang Surut Air Laut Cadangan minyak bumi, gas alam dan batu bara akan habis dalam waktu dekat karena eksploitasi dilakukan tanpa perhitungan dan kontrol yang jelas. Lalu, energi alternatif apa yang bisa digunakan? Sejumlah pihak muncul dengan ide tenaga pasang surut air laut. Memang bukan teknologi baru, bahkan tergolong teknik paling tua yang pernah dipikirkan manusia. Namun,
  • 38. jenis teknologi ini ramah lingkungan dan tidak mempunyai ekses negatif. Dan yang terpenting, alam memberikannya secara gratis. Indonesia dengan luas perairan hampir 60% dari total luas wilayah sebesar 1.929.317 km2, Indonesia seharusnya bisa menerapkan teknologi alternatif ini. Apalagi dengan bentangan Timur ke Barat sepanjang 5.150 km dan bentangan Utara ke Selatan 1.930 km telah mendudukkan Indonesia sebagai negara dengan garis pantai terpanjang di dunia. Pada musim hujan, angin umumnya bergerak dari Utara Barat Laut dengan kandungan uap air dari Laut Cina Selatan dan Teluk Benggala. Di musim Barat, gelombang air laut naik dari biasanya di sekitar Pulau Jawa. Fenomena alamiah ini mempermudah pembuatan teknik pasang surut tersebut. Penerapannya di Indonesia bukanlah sesuatu yang mustahil. Tapi perlu ada master plan yang jelas untuk mewujudkannya. Karena ini dapat menjadi sumber energi alternatif potensial. Apalagi proses pembuatannya tidak merusak alam, melainkan ramah lingkungan. Tetapi sebelumnya, harus dilakukan sebuah riset yang berguna untuk mengukur kedalaman sepanjang garis pantai Indonesia. Sehingga dapat ditentukan di daerah mana saja yang layak. Bangsa Indonesia seharusnya menyadari bahwa alam menyediakan semua yang dibutuhkan. Hanya perlu kerja keras dan kebijakan yang memperhatikan sumber daya alam yang terbatas. Sehingga Indonesia tidak perlu risau akan cadangan energi (www.sinarharapan.co.id) Marine Geology Data Why Study Seafloor Composition? How can data derived from seafloor samples be used? To study past climate change for environmental prediction. To understand the impact of benthic habitat on fisheries and other biological communities. To study offshore pollution patterns and mechanisms to help sustain healthy coasts. To find sources of dredged material for beach replenishment. To evaluate the impacts of proposed offshore waste disposal. To learn about and estimate the impacts of events such as gas hydrate releases related to slope stability. To locate strategic offshore mineral resources. To determine sites for seabed communications cables, drilling platforms, &
  • 39. other structures. To provide groundtruth values for remotely sensed/satellite data, helping refine new techniques for environmental assessment and prediction. To learn more about how the Earth and its environmental systems function. More about the role of seafloor sediment in understanding the processes of environmental change. Why are data from the Seafloor important to NOAA's Mission and Strategic Goals? NOAA's Mission: "To understand and predict changes in Earth's environment and conserve and manage coastal and marine resources to meet our Nation's economic, social, and environmental needs." Some of NOAA's Goals: Understand Climate Variability and Change to Enhance Society's Ability to Plan and Respond. - Seafloor sediment provide an invaluable key to past climate change. Finely varved sediments from areas of rapid deposition provide a high-resolution record of past climate variation, and volcanic ash layers contribute to the comprehensive study of climate change on relatively short timescales. Analysis of sediment for components such as carbonates and isotopes provide baseline information for global modeling of environmental change. Protect, Restore, and Manage the Use of Coastal and Ocean Resources Through an Ecosystem Approach to Management - Build Sustainable Fisheries: Sediment composition and physical properties are key factors in evaluating benthic habitat for fisheries. To quote from a September 1999 technical memorandum issued by the National Marine Fisheries Service: "The texture of surficial sediments, defined as the size-frequency distribution of unconsolidated grains, is an important attribute of the coastal ocean environment. In addition to purely geological applications, data of this type have great utility in habitat studies seeking to explain the distribution and abundance of important biological resources." "Sediment texture is one of many potential factors influencing the distribution and abundance of groundfish. The relative distribution of grain sizes affects sediment properties such as porosity, permeability, and resistance to displacement (Allen 1985, Selley 1988). These properties, in turn, may directly (e.g., self-burial to reduce exposure to predators) or indirectly (e.g., suitability for essential prey organisms) affect fish habitat quality, as measured by rates of growth, survival, reproduction, and
  • 40. recruitment. Sustain Healthy Coasts: Coastal sediment data analyses play a role in understanding coastal habitat and help determine the extent, nature, and transport of pollutants. Sediment data assist in determining sources of appropriate material for beach replenishment, and are an integral data layer in GIS analysis of coastal environments for a variety of purposes. Protect, conserve and restore coastal habitats and their biodiversity. Promote clean coastal waters to sustain living marine resources and ensure safe recreation, healthy seafood and economic vitality. Foster well-planned and revitalized coastal communities.... Management of Other Offshore Resources: In addition to key environmental analysis and assessment roles, seafloor studies have other economic value. Sediment properties are crucial in placement of seabed cables, data from exploratory wells are necessary to evaluate sites for offshore drilling, and geochemical studies are necessary for evaluation of offshore hard mineral resources