SlideShare a Scribd company logo
1 of 17
Download to read offline
II-1
BAB II
TINJAUAN UMUM
II.1. Potensi Coal Bed Methane (CBM) Di Indonesia
Menurut data Kementerian ESDM (2012), di Indonesia sudah banyak
daerah dengan potensi Coal Bed Methane (CBM) yang cukup tinggi. Dari studi
awal diperoleh sekitar 213 TCF CBM gas in place, dan studi ini menjadikan
Indonesia sebagai negara ke-7 dengan potensi Coal Bed Methane (CBM) tertinggi
di dunia. Studi lainnya mencatat bahwa sekitar 453,3 TCF potensial CBM tersebar
di 11 coal basin di Indonesia (Gambar 2.1), yaitu di Ombilin, Sumatera Selatan,
Bengkulu, Jatibarang, Barito, Kutai, Taraan, Berau, Pasir, Asam-asam, dan
Sulawesi Tenggara, dengan cadangan terbesar di Sumatera Selatan sebesar 183
tcf. Meskipun Indonesia memiliki potensi CBM yang sangat besar, akan tetapi
lingkungan atau daerah yang harus dikembangkan hampir semuanya merupakan
daerah yang memiliki karakter yang sangat menantang. Sejak bulan April 2005
telah dilakukan pengeboran satu sumur di Pandopo Rambutan, Prabumulih,
Sumatera Selatan oleh Badan Litbang ESDM dan Lemigas.
Sumber: Data Kementerian ESDM
Gambar 2.1. Potensi Coal Bed Methane (CBM) di Indonesia
II.2. Cadangan Coal Bed Methane
Estimasi cadangan metana
perkiraan 1997 dari US Geological Survey memperkirakan lebih dar
cu ft (20 Tm³) metana di AS. Pada harga gas alam sebesar US $ 6,05 per juta Btu
(US $ 5.73/GJ), bahwa volume bernilai US $ 4,37 triliun. Setidaknya 100 triliun
cu ft (2,8 Tm³) itu secara ekonomi layak untuk menghasilkan.
Columbia diperkirakan memiliki sekitar 90 triliun
Sampai saat ini satu-
Alberta, diperkirakan memiliki sekitar 170 × 1012 cu ft (4.800 km
metan secara ekonomis dapat diperoleh.
Sumber: Oilfield Review Summer 2009: 21, no. 2. © 2009 Schlumberger.
Gambar 2.2. Cadangan
II.3. Dampak Positif Pengembangan
Sumur Coal Bed Methane
dengan mengurangi proses alamiah yang dikenal sebagai
terjadi saat kebocoran metana ke daerah penduduk dan mencemari sumber air.
Meskipun migrasi metana dapat terjadi secara alami atau dapat berasal dari
operasi pertambangan batubara, beberapa ahli percaya bahwa ekstraksi metana
dari lapisan batubara b
Coal Bed Methane (CBM) Dunia
Estimasi cadangan metana dunia bervariasi (Gambar 2.2)
perkiraan 1997 dari US Geological Survey memperkirakan lebih dar
³) metana di AS. Pada harga gas alam sebesar US $ 6,05 per juta Btu
.73/GJ), bahwa volume bernilai US $ 4,37 triliun. Setidaknya 100 triliun
(2,8 Tm³) itu secara ekonomi layak untuk menghasilkan. Di Kanada, British
Columbia diperkirakan memiliki sekitar 90 triliun cu ft (2.500 km
-satunya provinsi dengan komersial sumur gas metan
diperkirakan memiliki sekitar 170 × 1012 cu ft (4.800 km
metan secara ekonomis dapat diperoleh.
Sumber: Oilfield Review Summer 2009: 21, no. 2. © 2009 Schlumberger.
Cadangan Coal Bed Methane (CBM) Dunia
Positif Pengembangan Coal Bed Methane (CBM)
Coal Bed Methane (CBM) dapat memberikan dampak positif
dengan mengurangi proses alamiah yang dikenal sebagai migrasi metana
terjadi saat kebocoran metana ke daerah penduduk dan mencemari sumber air.
Meskipun migrasi metana dapat terjadi secara alami atau dapat berasal dari
operasi pertambangan batubara, beberapa ahli percaya bahwa ekstraksi metana
dari lapisan batubara bersama dengan sumur pengembangan tambahan justru
II-2
(Gambar 2.2), namun
perkiraan 1997 dari US Geological Survey memperkirakan lebih dari 700 triliun
³) metana di AS. Pada harga gas alam sebesar US $ 6,05 per juta Btu
.73/GJ), bahwa volume bernilai US $ 4,37 triliun. Setidaknya 100 triliun
Di Kanada, British
(2.500 km3
) gas metana.
satunya provinsi dengan komersial sumur gas metan yaitu
diperkirakan memiliki sekitar 170 × 1012 cu ft (4.800 km3
) dari gas
Sumber: Oilfield Review Summer 2009: 21, no. 2. © 2009 Schlumberger.
(CBM)
dapat memberikan dampak positif
migrasi metana, yang
terjadi saat kebocoran metana ke daerah penduduk dan mencemari sumber air.
Meskipun migrasi metana dapat terjadi secara alami atau dapat berasal dari
operasi pertambangan batubara, beberapa ahli percaya bahwa ekstraksi metana
ersama dengan sumur pengembangan tambahan justru
menguatkan proses migrasi.
negatif yang berkaitan dengan CBM, ekstraksi dan pemanfaatan tidak
menyebabkan gas metan yang akan secara alamiah terbe
pertambangan batubara ke atmosfer. Sebagai gas rumah kaca,
paling kuat dari semua agen pemanasan.
pembakaran (combustible engine
lebih ramah dibandingkan dengan
jumlah metana yang keluar sebagai gas metana tidak hanya bermanfaat bagi
lingkungan, namun juga meningkatkan aspek keselamatan penambangan.
gas-gas CBM masih diperlakukan seperti gas ko
pemanfaatannya (Gambar 2.3)
pada umumnya, sebagai
LNG, dapat dipipakan untuk konsumsi rumah
digunakan sebagai penggerak dan bahan bak
Gambar 2.3. Pemanfaatan
menguatkan proses migrasi. Meskipun ada potensi dampak lingkungan yang
negatif yang berkaitan dengan CBM, ekstraksi dan pemanfaatan tidak
menyebabkan gas metan yang akan secara alamiah terbe
bara ke atmosfer. Sebagai gas rumah kaca,
paling kuat dari semua agen pemanasan. Dengan pemanfaatan
combustible engine), gas ini akanmenjadi CO2 dan H
dibandingkan dengan melepas gas metan ke atmosfer. Membatasi
jumlah metana yang keluar sebagai gas metana tidak hanya bermanfaat bagi
lingkungan, namun juga meningkatkan aspek keselamatan penambangan.
gas CBM masih diperlakukan seperti gas konvensional dalam
(Gambar 2.3), digunakan sebagai pemenuhan kebutuhan gas
sebagai feedgas (gas masukan bahan dasar) pada pembuatan
LNG, dapat dipipakan untuk konsumsi rumah tangga setelah diproses,
sebagai penggerak dan bahan bakar generator listrik.
. Pemanfaatan Coal Bed Methane (CBM)
II-3
Meskipun ada potensi dampak lingkungan yang
negatif yang berkaitan dengan CBM, ekstraksi dan pemanfaatan tidak
menyebabkan gas metan yang akan secara alamiah terbebaskan selama
bara ke atmosfer. Sebagai gas rumah kaca, metana diyakini
pemanfaatan dalam proses
dan H2O yang dinilai
atmosfer. Membatasi
jumlah metana yang keluar sebagai gas metana tidak hanya bermanfaat bagi
lingkungan, namun juga meningkatkan aspek keselamatan penambangan. Saat ini
nvensional dalam
digunakan sebagai pemenuhan kebutuhan gas
(gas masukan bahan dasar) pada pembuatan
tangga setelah diproses, dan dapat
III-1
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
III.1. Karakteristik Coal Bed Methane (CBM)
Karakteristik Coal Bed Methane (CBM) dipengaruhi oleh beberapa
parameter, yaitu lingkungan pengendapan, distribusi batubara, peringkat batubara,
kandungan gas, permeabilitas, porositas, struktur geologi, dan kondisi
hidrogeologi. Gas metana bukan satu-satunya gas yang terdapat dalam batubara,
tetapi gas ini dapat mencapai 80-95% dari total gas yang ada. Berbagai tipe
batubara memiliki tingkat penyerapan gas yang berbeda. Kapasitas penyerapan
batubara meningkat seiring dengan meningkatnya peringkat batubara, mulai dari
lignit hingga bituminus, kemudian menurun pada batubara bituminus tingkat
tinggi hingga antrasit (Gambar 3.1).
Sumber: Oilfield Review Summer 2009: 21, no. 2. © 2009 Schlumberger.
Gambar 3.1. Pengaruh type batubara terhadap produktifitas CBM
Coal Bed Methane (CBM) terdapat dalam dua bentuk, yaitu terserap
(adsorbed) dan bebas. Gas dapat tersimpan dalam mikropori batubara karena
batubara mempunyai kapasitas serap (adsorption) (Gambar 3.2). Besar kecilnya
kapasitas serap di dalam batubara dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti
tekanan, temperatur, kandungan mineral, kandungan air, peringkat batubara, dan
komposisi maseral batubara. Semakin besar tekanan, kapasitas serapan juga
semakin besar.
Sumber: Geologi Magazine, ESDM
Gambar 3.2. Mekanisme masuknya
Pada saat mendekati batas jenuh, kecepatan serapnya semakin berkurang.
Apabila tekanan berkurang maka
Oleh karena itu, dengan meningkatnya kedalaman, kandungan gas dalam batubara
akan semakin besar. Kelimpahan kandungan
oleh komposisi maseral dalam batubara, yaitu mineral khas batubara. Potensi
pembentukan gas metana secara langsung akan berkaitan dengan komposisi
maseral. Maseral yang mengandung banyak hidrogen akan lebih banyak
menghasilkan gas metana. Batubara yang kaya akan
menghasilkan metana yang banyak karena
menghasilkan hidrokarbon
menghasilkan gas metana. Maseral
karena liptinit mempunyai kandungan hidrogen yang paling tinggi, disusul dengan
maseral vitrinit yang
batubara peringkat rendah.
Gas metana batubara pada dasarnya hanya
dari batubara. Dalam batubara terdapat pengotor dalam berbagai bentuk yang
biasanya disebut unsur mineral, atau dalam analisis kimia dicerminkan oleh
kandungan abu dan sulfurnya. Dalam hal ini unsur mineral tersebut menemp
ruang yang seharusnya dapat dipakai untuk menempelnya gas dalam mikropori
Geologi Magazine, ESDM
Gambar 3.2. Mekanisme masuknya Coal Bed Methane (CBM) kedalam batubara
mendekati batas jenuh, kecepatan serapnya semakin berkurang.
Apabila tekanan berkurang maka akan memperbesar pelepasan gas (
Oleh karena itu, dengan meningkatnya kedalaman, kandungan gas dalam batubara
Kelimpahan kandungan gas dalam batubara juga dipengaruhi
oleh komposisi maseral dalam batubara, yaitu mineral khas batubara. Potensi
pembentukan gas metana secara langsung akan berkaitan dengan komposisi
maseral. Maseral yang mengandung banyak hidrogen akan lebih banyak
silkan gas metana. Batubara yang kaya akan inertinit
menghasilkan metana yang banyak karena inertinit relatif berpotensi kecil untuk
hidrokarbon. Namun, maseral liptinit akan paling banyak
menghasilkan gas metana. Maseral liptinit cocok untuk proses hidrogenisasi
mempunyai kandungan hidrogen yang paling tinggi, disusul dengan
yang dapat dengan mudah terhidrogenisasi yang terdapat
batubara peringkat rendah.
Gas metana batubara pada dasarnya hanya akan terikat pada fraksi organik
dari batubara. Dalam batubara terdapat pengotor dalam berbagai bentuk yang
biasanya disebut unsur mineral, atau dalam analisis kimia dicerminkan oleh
kandungan abu dan sulfurnya. Dalam hal ini unsur mineral tersebut menemp
ruang yang seharusnya dapat dipakai untuk menempelnya gas dalam mikropori
III-2
kedalam batubara
mendekati batas jenuh, kecepatan serapnya semakin berkurang.
memperbesar pelepasan gas (desorption).
Oleh karena itu, dengan meningkatnya kedalaman, kandungan gas dalam batubara
gas dalam batubara juga dipengaruhi
oleh komposisi maseral dalam batubara, yaitu mineral khas batubara. Potensi
pembentukan gas metana secara langsung akan berkaitan dengan komposisi
maseral. Maseral yang mengandung banyak hidrogen akan lebih banyak
inertinit tidak akan
relatif berpotensi kecil untuk
akan paling banyak
ocok untuk proses hidrogenisasi
mempunyai kandungan hidrogen yang paling tinggi, disusul dengan
yang terdapat dalam
akan terikat pada fraksi organik
dari batubara. Dalam batubara terdapat pengotor dalam berbagai bentuk yang
biasanya disebut unsur mineral, atau dalam analisis kimia dicerminkan oleh
kandungan abu dan sulfurnya. Dalam hal ini unsur mineral tersebut menempati
ruang yang seharusnya dapat dipakai untuk menempelnya gas dalam mikropori
III-3
batubara. Semakin tinggi kandungan unsur mineral, semakin kecil kapasitas
serapan gasnya. Pada prinsipnya kandungan air (moisture) dalam batubara
mempunyai sifat yang sama dengan unsur mineral dalam kaitannya dengan
kapasitas serapan gas dalam batubara. Semakin tinggi kandungan air dalam
batubara, semakin kecil kapasitas serap gasnya.
III.2. Teknologi Produksi Coal Bed Methane (CBM)
Teknologi produksi Coal Bed Methane (CBM) telah mengalami banyak
perkembangan dalam 2 dekade terakhir. Teknik pemboran konvensional untuk gas
alam umumnya dapat diaplikasikan pada pemboran CBM. Sebelum pada tahap
komersial dimana CBM dapat diproduksi, dilakukan pengetesan sumur pada 4
atau 5 sumur pertama. Pemboran CBM umumnya hampir sama dengan pemboran
untuk minyak dan gas (Gambar 3.3). Bahkan dalam beberapa daerah, peralatan
pemboran hampir sama dengan pemboran untuk air. selain itu, di beberapa tempat
pemboran berarah (Directional Drilling) dan pemboran horizontal diterapkan
untuk mengoptimalkan produksi, tergantung daerah CBM-nya.
Sumber: Oilfield Review Summer 2009: 21, no. 2. © 2009 Schlumberger.
Gambar 3.3. Pemboran Coal Bed Methane (CBM)
Pemboran horizontal sekarang ini sedang dirintis untuk pemboran CBM.
Pemboran horizontal ini dilakukan dengan cara mengebor beberapa ratus kaki
III-4
secara vertikal kemudian dibelokkan secara horizontal sampai kurang lebih 4000
ft. Hydraulic Fracturing atau lebih dikenal sebagai Fracturing adalah suatu teknik
untuk meningkatkan luas area permukaan batubara. Sistem fluida dan additive
yang bisa digunakan pada sumur-sumur konvensional tidak cocok digunakan
untuk sumur-sumur CBM. Hal ini dikarenakan lapisan batubara memiliki
karakteristik yang unik sehingga dibutuhkan material yang spesial. Beberapa
keberhasilan dalam pengembangan CBM telah dicapai ketika suatu pemboran
dikoordinasikan dengan pertambangan batubara, dimana sumur-sumur dibor
sampai lapisan batubara (Coal Bed) atau sedikit diatasnya dimana gas mungkin
akan terproduksi pada saat pemboran berlangsung (Gambar 3.4). Batubara
kemudian ditambang dan kemungkinan lapisan diatasnya akan runtuh yang
membuat lubang besar (gob) yang mungkin akan berhubungan dengan lapisan
batubara diatas lapisan utamanya, gas yang terakumulasi di gob kemudian
dipompa melalui sumur-sumur yang ada.
Sumber: Oilfield Review Summer 2009: 21, no. 2. © 2009 Schlumberger.
Gambar 3.4. Teknik Pengeboran CBM
IV.1. Proses Pembentukan
Coal Bed Methane
proses alami yang terjadi selama proses pembatubaraan
tumbuhan yang mati akan membentuk suatu lapisan dan terawetkan melalui
proses biokimia.
Sumber: esdm.go.id
Gambar 4.1. Pembatubaraan dan proses terbentuknya CBM
Gas dalam batubara akan terben
oleh mikroorganisme lalu menghasilkan gas metana dan CO
pembentukan batubara, sejumlah air dihasilkan bersama
(Gambar 4.2).
Gambar 4.2. Proses terbentuknya CBM bersamaan dengan air
IV-1
BAB IV
PEMBAHASAN
Proses Pembentukan Coal Bed Methane (CBM)
Coal Bed Methane (CBM) adalah gas metana (CH4) yang dihasilkan dari
terjadi selama proses pembatubaraan (Gambar 4.1)
tumbuhan yang mati akan membentuk suatu lapisan dan terawetkan melalui
Gambar 4.1. Pembatubaraan dan proses terbentuknya CBM
Gas dalam batubara akan terbentuk secara biogenik akibat dekomposisi
oleh mikroorganisme lalu menghasilkan gas metana dan CO2. Selama proses
pembentukan batubara, sejumlah air dihasilkan bersama-sama dengan gas
. Proses terbentuknya CBM bersamaan dengan air
) yang dihasilkan dari
(Gambar 4.1). Sisa-sisa
tumbuhan yang mati akan membentuk suatu lapisan dan terawetkan melalui
tuk secara biogenik akibat dekomposisi
. Selama proses
sama dengan gas
Pada tahap pembatubaraan yang lebih tinggi, tekanan dan temperatur juga
semakin tinggi (Gambar 4.3)
melepaskan kandungan zat terbangnya (
air. Pada kondisi ini gas dal
Gambar 4.3. Hubungan
Gas metana biogenik, yaitu gas metana yang terbentuk akibat aktivitas
mikroorganisme yang biasanya terjadi di rawa gambut. Gas jenis ini terbentuk
pada fasa awal proses pembatubaraan dengan temperatur rendah. Gas biogenik
dapat terjadi pada dua tahap, yaitu tahap awal dan tahap akhir dari proses
pembatubaraan. Pembentukan gas pada tahap awal diakibatkan oleh aktivitas
organisme pada tahap awal pemben
subbituminus (Ro < 0,5%). Pembentukan gas ini harus disertai dengan proses
pengendapan yang cepat, sehingga gas tidak keluar ke permukaan.
Pembentukan gas pada tahap akhir diakibatkan oleh aktivitas
mikroorganisme juga, tetapi pada tahap ini lapisan batubara telah terbentuk
(Gambar 4.4). Batubara umumnya juga berperan sebagai akuifer yang dapat
menyimpan dan mengalirkan air, sehingga aktivitas mikroorganisme dalam
akuifer dapat memproduksi gas biogenik.
Gas biogenik dari lapisan batubara subbituminus juga berpotensi menjadi
gas metana batubara. Gas biogenik tersebut terjadi oleh adanya reduksi bakteri
Pada tahap pembatubaraan yang lebih tinggi, tekanan dan temperatur juga
(Gambar 4.3). Batubara yang kaya akan kandungan karbon, akan
melepaskan kandungan zat terbangnya (volatile matter) seperti metana, CO
air. Pada kondisi ini gas dalam batubara akan terbentuk secara termogenik.
. Hubungan jenis batubara dan gas yang dihasilkan
as metana biogenik, yaitu gas metana yang terbentuk akibat aktivitas
mikroorganisme yang biasanya terjadi di rawa gambut. Gas jenis ini terbentuk
pada fasa awal proses pembatubaraan dengan temperatur rendah. Gas biogenik
dapat terjadi pada dua tahap, yaitu tahap awal dan tahap akhir dari proses
pembatubaraan. Pembentukan gas pada tahap awal diakibatkan oleh aktivitas
organisme pada tahap awal pembentukan batubara, dari gambut, lignit, hingga
< 0,5%). Pembentukan gas ini harus disertai dengan proses
pengendapan yang cepat, sehingga gas tidak keluar ke permukaan.
Pembentukan gas pada tahap akhir diakibatkan oleh aktivitas
me juga, tetapi pada tahap ini lapisan batubara telah terbentuk
. Batubara umumnya juga berperan sebagai akuifer yang dapat
menyimpan dan mengalirkan air, sehingga aktivitas mikroorganisme dalam
akuifer dapat memproduksi gas biogenik.
Gas biogenik dari lapisan batubara subbituminus juga berpotensi menjadi
gas metana batubara. Gas biogenik tersebut terjadi oleh adanya reduksi bakteri
IV-2
Pada tahap pembatubaraan yang lebih tinggi, tekanan dan temperatur juga
. Batubara yang kaya akan kandungan karbon, akan
) seperti metana, CO2, dan
am batubara akan terbentuk secara termogenik.
as metana biogenik, yaitu gas metana yang terbentuk akibat aktivitas
mikroorganisme yang biasanya terjadi di rawa gambut. Gas jenis ini terbentuk
pada fasa awal proses pembatubaraan dengan temperatur rendah. Gas biogenik
dapat terjadi pada dua tahap, yaitu tahap awal dan tahap akhir dari proses
pembatubaraan. Pembentukan gas pada tahap awal diakibatkan oleh aktivitas
tukan batubara, dari gambut, lignit, hingga
< 0,5%). Pembentukan gas ini harus disertai dengan proses
pengendapan yang cepat, sehingga gas tidak keluar ke permukaan.
Pembentukan gas pada tahap akhir diakibatkan oleh aktivitas
me juga, tetapi pada tahap ini lapisan batubara telah terbentuk
. Batubara umumnya juga berperan sebagai akuifer yang dapat
menyimpan dan mengalirkan air, sehingga aktivitas mikroorganisme dalam
Gas biogenik dari lapisan batubara subbituminus juga berpotensi menjadi
gas metana batubara. Gas biogenik tersebut terjadi oleh adanya reduksi bakteri
dari CO2, yang mengh
Metanogen menggunakan H
menjadi metana sebagai produk sampingan metabolismenya. Beberapa metanogen
juga membuat amina, sulfida, dan metanol untuk memproduksi metana.
Gambar 4.4. Aktfitas mikroorganisme pada pembentukan batubara
Aliran air yang terdapat dalam akuifer batubara dapat memperbaharui
aktivitas bakteri sehingga gas biogenik dapat berkembang hingga tahap akhir.
Pada saat penimbunan maksimum, temperatur maksimum pada lapisan batubara
mencapai 40-90° C. Kondisi ini sangat ideal untu
Metana akan terbentuk setelah aliran air bawah permukaan telah berada.
air tanah turun, tekanan pada reservoir ikut turun. Pada saat ini gas metana
batubara bermigrasi menuju reservoir dari sumber lapisan batubara. Per
kejadian ini merupakan regenerasi dari gas biogenik. Kejadian ini dipicu oleh
naiknya air tanah atau lapisan batubara yang tercuci oleh air. Hal tersebut yang
memberikan indikasi bahwa gas metana batubara merupakan energi yang dapat
diperbaharui.
Jenis gas lainnya adalah gas metana termogenik yang dihasilkan pada saat
terjadinya proses pembatubaraan akibat kenaikan tekanan dan temperatur. Gas ini
terjadi pada batubara yang mempunyai peringkat batubara lebih tinggi, yaitu pada
, yang menghasilkan metanogen dan bakteri anaerobik yang kuat.
Metanogen menggunakan H2 yang tersedia untuk mengkonversi asetat dan CO
menjadi metana sebagai produk sampingan metabolismenya. Beberapa metanogen
juga membuat amina, sulfida, dan metanol untuk memproduksi metana.
. Aktfitas mikroorganisme pada pembentukan batubara
yang terdapat dalam akuifer batubara dapat memperbaharui
aktivitas bakteri sehingga gas biogenik dapat berkembang hingga tahap akhir.
Pada saat penimbunan maksimum, temperatur maksimum pada lapisan batubara
90° C. Kondisi ini sangat ideal untuk pembentukan bakteri metana.
Metana akan terbentuk setelah aliran air bawah permukaan telah berada.
air tanah turun, tekanan pada reservoir ikut turun. Pada saat ini gas metana
batubara bermigrasi menuju reservoir dari sumber lapisan batubara. Per
kejadian ini merupakan regenerasi dari gas biogenik. Kejadian ini dipicu oleh
naiknya air tanah atau lapisan batubara yang tercuci oleh air. Hal tersebut yang
memberikan indikasi bahwa gas metana batubara merupakan energi yang dapat
enis gas lainnya adalah gas metana termogenik yang dihasilkan pada saat
terjadinya proses pembatubaraan akibat kenaikan tekanan dan temperatur. Gas ini
terjadi pada batubara yang mempunyai peringkat batubara lebih tinggi, yaitu pada
IV-3
bakteri anaerobik yang kuat.
edia untuk mengkonversi asetat dan CO2
menjadi metana sebagai produk sampingan metabolismenya. Beberapa metanogen
juga membuat amina, sulfida, dan metanol untuk memproduksi metana.
. Aktfitas mikroorganisme pada pembentukan batubara
yang terdapat dalam akuifer batubara dapat memperbaharui
aktivitas bakteri sehingga gas biogenik dapat berkembang hingga tahap akhir.
Pada saat penimbunan maksimum, temperatur maksimum pada lapisan batubara
k pembentukan bakteri metana.
Metana akan terbentuk setelah aliran air bawah permukaan telah berada. Apabila
air tanah turun, tekanan pada reservoir ikut turun. Pada saat ini gas metana
batubara bermigrasi menuju reservoir dari sumber lapisan batubara. Perulangan
kejadian ini merupakan regenerasi dari gas biogenik. Kejadian ini dipicu oleh
naiknya air tanah atau lapisan batubara yang tercuci oleh air. Hal tersebut yang
memberikan indikasi bahwa gas metana batubara merupakan energi yang dapat
enis gas lainnya adalah gas metana termogenik yang dihasilkan pada saat
terjadinya proses pembatubaraan akibat kenaikan tekanan dan temperatur. Gas ini
terjadi pada batubara yang mempunyai peringkat batubara lebih tinggi, yaitu pada
IV-4
subbituminus A sampai high volatile bituminous ke atas (Ro > 0,6%). Proses
pembatubaraan akan menghasilkan batubara yang lebih kaya akan karbon dengan
membebaskan sejumlah zat terbang utama, yaitu metana (CH4), CO2, dan air.
Sumber karbon dari gas metana termogenik adalah murni dari batubara. Gas-gas
tersebut terbentuk secara cepat sejak peringkat batubara mencapai high volatile
bituminous hingga mencapai puncaknya pada saat peringkat batubara low volatile
bituminous (Ro = 1,6%).
IV.2. Batubara Sebagai Batuan Induk dan Reservoir
Lapisan batubara dapat sekaligus menjadi batuan induk dan reservoir.
Karena itu gas metana batubara dapat diproduksi secara insitu yang tersimpan
pada rekahan (macropore), mesopore, atau micropore (Gambar 4.5). Gas
tersimpan pada rekahan dan sistem pori sampai terjadi perubahan tekanan pada
reservoir oleh adanya air. Saat itulah gas kemudian keluar melalui matriks
batubara dan mengalir melalui rekahan yang terjadi pada saat pembatubaraan
terjadi karena memadatnya batubara oleh pengaruh tekanan dan temperatur
(devolatilization).
Sumber: esdm.go.id
Gambar 4.5. Batubara Sebagai Batuan Induk dan Reservoir
Bertambahnya peringkat batubara mengakibatkan air dalam batubara
keluar dan membentuk rekahan-rekahan. Rekahan tersebut umumnya ortogonal
IV-5
dan hampir tegak lurus dengan perlapisan. Rekahan yang dipengaruhi oleh
tektonik tidak ada bedanya dengan rekahan dari proses pembatubaraan.
Secara geometri rekahan pada batubara dibagi menjadi dua yaitu face
cleat, yaitu rekahan yang bersifat lebih menerus, sebagai rekahan primer, dengan
bidang rekahan tegak lurus dengan bidang perlapisan, dan butt cleat, yaitu
rekahan yang kurang menerus karena dibatasi oleh face cleat. Bidang rekahan ini
tegak lurus dengan face cleat. Selain itu diperlukan juga pemahaman mengenai
arah gaya tektonik (stress) yang terjadi pada daerah eksplorasi. Hal ini diperlukan
karena arah gaya tersebut dapat mempengaruhi permeabilitas batubara. Bila arah
gaya tektonik sejajar dengan arah face cleat batubara, maka permeabilitas akan
besar. Sebaliknya, apabila arah gaya tektonik berada tegak lurus dengan
arah face cleat, maka permeabilitas akan kecil. Hal ini disebabkan karena tekanan
yang diberikan bukan melewati face cleat, melainkan melalui butt cleat.
Rekahan batubara juga mempunyai komponen lain selain face dan butt
cleat, yaitu bukaan (aperture) yang dimensi celah yang terbuka dalam rekahan
tersebut, dan spasi (spacing) yang merupakan dimensi jarak antar-rekahan.
Rekahan yang bukaannya terisi oleh mineral akan cenderung menghambat gas
keluar dibandingkan dengan rekahan yang terbuka. Rekahan yang terisi ini
mengurangi permeabilitas dari batubara.
Spasi dan bukaan dalam rekahan batubara dipengaruhi oleh peringkat
batubara, tebal lapisan, dan maseral. Spasi dan bukaan rekahan batubara
berkurang dari peringkat batubara subbituminus hingga medium-low volatile
bituminous, kemudian bertambah lagi pada peringkat batubara antrasit. Keadaan
ini dikarenakan derajat pembatubaraan yang naik, sehingga akibat tekanan dan
temperatur, rekahan-rekahan yang ada cenderung mengecil.
Tebal lapisan batubara mempengaruhi perkembangan rekahan. Pada
lapisan batubara yang tipis, rekahan umumnya berkembang dibandingkan pada
lapisan batubara yang tebal. Lapisan batubara berciri mengkilap (kilap gelas),
biasanya dibentuk oleh maseral yang kaya vitrinit, sehingga mempunyai rekahan
yang banyak dibandingkan pada batubara yang kurang mengkilap (dull).
V-1
BAB V
PENUTUP
V.1. Kesimpulan
1. Coal Bed Methane (CBM) adalah gas metana (CH4) yang dihasilkan dari
proses alami yang terjadi selama proses pembatubaraan. Gas dalam
batubara akan terbentuk secara biogenik akibat dekomposisi oleh
mikroorganisme lalu menghasilkan gas metana dan CO2. Selama proses
pembentukan batubara, sejumlah air dihasilkan bersama-sama dengan
gas.
2. Gas tersimpan pada rekahan dan sistem pori sampai terjadi perubahan
tekanan pada reservoir oleh adanya air. Saat itulah gas kemudian keluar
melalui matriks batubara dan mengalir melalui rekahan yang terjadi pada
saat pembatubaraan terjadi karena memadatnya batubara oleh pengaruh
tekanan dan temperatur (devolatilization).
V.2. Saran
1. Pengembangan operasi penambangan Coal Bed Methane (CBM) harus
dilakukan secara baik, benar, dan dapat mengurangi dampak lingkungan
yang ada dari aktivitas tersebut.
2. Untuk pembaca, silahkan mencari referensi lain jika di dalam makalah
ini tidak terdapat data yang diinginkan.
vii
DAFTAR PUSTAKA
_______. Coal Bed Methane. (online) https://www.slb.com Diakses Januari 2016.
Ahmed Al-Jubori and friend. 2009. Coalbed Methane: Clean Energy for the
World. Oilfield ReviewSummer 2009: 21, no. 2. Copyright © 2009
Schlumberger.
Dott, R.H. Hypotheses of An organic Origin, American Association of Geologist
Journal: 1969, 1-42.
Flores, R., Stricker, G., Meyer, J., Norton, P., Livingston, R., Jennings, M.,
Impact of Coal Bed Methane Development in River Basin, Wyoming,
ICCRC Paper:1999, 1-26.
Ibrahim, Muhammad Abdurachman. 2012. Gas Metana Batubara, Energi
Alternatif Non-Konvensional. (online) http://geomagz.geologi.esdm.go.id.
Diakses Januari 2016.
Kementerian ESDM. (n.d.). Sekilas Tentang Coalbed Methane (CBM). (online)
www.lemigas.esdm.go.id. Diakses Januari 2016.
A-1
LAMPIRAN A
KAPASITAS PENYIMPANAN, TYPE BATUBARA, AND CBM
Sumber: Oilfield Review Summer 2009: 21, no. 2. © 2009 Schlumberger.
B-1
LAMPIRAN B
SUMUR (COAL BED METHANE) CBM
Sumber: Oilfield Review Summer 2009: 21, no. 2. © 2009 Schlumberger.
C-1
LAMPIRAN C
CBM VS CONVENTIONAL GAS PROJECT

More Related Content

What's hot

Pengenalan bahan peledak
Pengenalan bahan peledakPengenalan bahan peledak
Pengenalan bahan peledakErmanto Muchlis
 
Disposal Pertambangan
Disposal PertambanganDisposal Pertambangan
Disposal Pertambanganheny novi
 
Bahan MK PERALATAN DAN PENGANGKUTAN TAMBANG BAWAH TANAH.Peralatan tambang baw...
Bahan MK PERALATAN DAN PENGANGKUTAN TAMBANG BAWAH TANAH.Peralatan tambang baw...Bahan MK PERALATAN DAN PENGANGKUTAN TAMBANG BAWAH TANAH.Peralatan tambang baw...
Bahan MK PERALATAN DAN PENGANGKUTAN TAMBANG BAWAH TANAH.Peralatan tambang baw...Sylvester Saragih
 
Bab ii tinjauan umum PTBA
Bab ii tinjauan umum PTBABab ii tinjauan umum PTBA
Bab ii tinjauan umum PTBALeonardoSitorus
 
PERTAMBANGAN BATU BARA PT. KALTIM PRIMA COAL (KPC)
PERTAMBANGAN BATU BARA  PT. KALTIM PRIMA COAL  (KPC)PERTAMBANGAN BATU BARA  PT. KALTIM PRIMA COAL  (KPC)
PERTAMBANGAN BATU BARA PT. KALTIM PRIMA COAL (KPC)Endar Kurnia
 
pola peledakan tamka dan tamda
pola peledakan tamka dan tamdapola peledakan tamka dan tamda
pola peledakan tamka dan tamdaUDIN MUHRUDIN
 
Geoteknik Tambang-Rock mass classification system
Geoteknik Tambang-Rock mass classification systemGeoteknik Tambang-Rock mass classification system
Geoteknik Tambang-Rock mass classification systemUDIN MUHRUDIN
 
laporan modul 1- kominusi - crushing
laporan modul 1- kominusi - crushinglaporan modul 1- kominusi - crushing
laporan modul 1- kominusi - crushingFathur Rozaq
 
32998366 genesa-bahan-galian-complete2
32998366 genesa-bahan-galian-complete232998366 genesa-bahan-galian-complete2
32998366 genesa-bahan-galian-complete2rramdan383
 
Bahan galian industri
Bahan galian industriBahan galian industri
Bahan galian industriUVRI - UKDM
 
59103938 bab-4-klasifikasi-endapan-mineral
59103938 bab-4-klasifikasi-endapan-mineral59103938 bab-4-klasifikasi-endapan-mineral
59103938 bab-4-klasifikasi-endapan-mineralrramdan383
 

What's hot (20)

Pengenalan bahan peledak
Pengenalan bahan peledakPengenalan bahan peledak
Pengenalan bahan peledak
 
Disposal Pertambangan
Disposal PertambanganDisposal Pertambangan
Disposal Pertambangan
 
Bahan MK PERALATAN DAN PENGANGKUTAN TAMBANG BAWAH TANAH.Peralatan tambang baw...
Bahan MK PERALATAN DAN PENGANGKUTAN TAMBANG BAWAH TANAH.Peralatan tambang baw...Bahan MK PERALATAN DAN PENGANGKUTAN TAMBANG BAWAH TANAH.Peralatan tambang baw...
Bahan MK PERALATAN DAN PENGANGKUTAN TAMBANG BAWAH TANAH.Peralatan tambang baw...
 
Bab ii tinjauan umum PTBA
Bab ii tinjauan umum PTBABab ii tinjauan umum PTBA
Bab ii tinjauan umum PTBA
 
PERTAMBANGAN BATU BARA PT. KALTIM PRIMA COAL (KPC)
PERTAMBANGAN BATU BARA  PT. KALTIM PRIMA COAL  (KPC)PERTAMBANGAN BATU BARA  PT. KALTIM PRIMA COAL  (KPC)
PERTAMBANGAN BATU BARA PT. KALTIM PRIMA COAL (KPC)
 
pola peledakan tamka dan tamda
pola peledakan tamka dan tamdapola peledakan tamka dan tamda
pola peledakan tamka dan tamda
 
Eksplorasi Emas
Eksplorasi EmasEksplorasi Emas
Eksplorasi Emas
 
Genesa bahan galian
Genesa bahan galian Genesa bahan galian
Genesa bahan galian
 
Alat Bor Eksplorasi
Alat Bor EksplorasiAlat Bor Eksplorasi
Alat Bor Eksplorasi
 
Geoteknik Tambang-Rock mass classification system
Geoteknik Tambang-Rock mass classification systemGeoteknik Tambang-Rock mass classification system
Geoteknik Tambang-Rock mass classification system
 
1.geoteknik tambang
1.geoteknik tambang1.geoteknik tambang
1.geoteknik tambang
 
laporan modul 1- kominusi - crushing
laporan modul 1- kominusi - crushinglaporan modul 1- kominusi - crushing
laporan modul 1- kominusi - crushing
 
Acara 1
Acara 1Acara 1
Acara 1
 
32998366 genesa-bahan-galian-complete2
32998366 genesa-bahan-galian-complete232998366 genesa-bahan-galian-complete2
32998366 genesa-bahan-galian-complete2
 
Genesa bahan galian
Genesa bahan galian Genesa bahan galian
Genesa bahan galian
 
Andesit dan Basalt
Andesit dan BasaltAndesit dan Basalt
Andesit dan Basalt
 
Istilah-istilah Pertambangan
Istilah-istilah  PertambanganIstilah-istilah  Pertambangan
Istilah-istilah Pertambangan
 
Bahan galian industri
Bahan galian industriBahan galian industri
Bahan galian industri
 
59103938 bab-4-klasifikasi-endapan-mineral
59103938 bab-4-klasifikasi-endapan-mineral59103938 bab-4-klasifikasi-endapan-mineral
59103938 bab-4-klasifikasi-endapan-mineral
 
Pemboran tambang
Pemboran tambangPemboran tambang
Pemboran tambang
 

Similar to Potensi CBM Indonesia

INDONESIA Coalbed methane (cbm) IN GENERAL
INDONESIA Coalbed methane (cbm)  IN GENERALINDONESIA Coalbed methane (cbm)  IN GENERAL
INDONESIA Coalbed methane (cbm) IN GENERALDanang Indarto
 
Makalah batu bara umk cabang raha
Makalah batu bara umk cabang rahaMakalah batu bara umk cabang raha
Makalah batu bara umk cabang rahaWarnet Raha
 
Bab 6. degasifikasi lapisan batu bara
Bab 6. degasifikasi lapisan batu baraBab 6. degasifikasi lapisan batu bara
Bab 6. degasifikasi lapisan batu baraHartowijaya®
 
Pengaruh sifat fisik dan struktur mineral batu bara lokal2
Pengaruh sifat fisik dan struktur mineral batu bara lokal2Pengaruh sifat fisik dan struktur mineral batu bara lokal2
Pengaruh sifat fisik dan struktur mineral batu bara lokal2Ittong Mcdc
 
Bab 8. memprakirakan emisi gas untuk penerapan keamanan tambang batu bara
Bab 8. memprakirakan emisi gas untuk penerapan keamanan tambang batu baraBab 8. memprakirakan emisi gas untuk penerapan keamanan tambang batu bara
Bab 8. memprakirakan emisi gas untuk penerapan keamanan tambang batu baraHartowijaya®
 
Batubara bersih
Batubara bersihBatubara bersih
Batubara bersihheny novi
 
Makalah batu bara umk cabang raha kab. muna
Makalah batu bara umk cabang raha kab. munaMakalah batu bara umk cabang raha kab. muna
Makalah batu bara umk cabang raha kab. munaSeptian Muna Barakati
 
Makalah batu bara umk cabang raha kab. muna
Makalah batu bara umk cabang raha kab. munaMakalah batu bara umk cabang raha kab. muna
Makalah batu bara umk cabang raha kab. munaWarnet Raha
 
Analisis Syngas Gasifikasi Batubara.pdf
Analisis Syngas Gasifikasi Batubara.pdfAnalisis Syngas Gasifikasi Batubara.pdf
Analisis Syngas Gasifikasi Batubara.pdfMas S2
 
RA_GILANG ARIYANTO_120370042_GENESA BATUBARA.pdf
RA_GILANG ARIYANTO_120370042_GENESA BATUBARA.pdfRA_GILANG ARIYANTO_120370042_GENESA BATUBARA.pdf
RA_GILANG ARIYANTO_120370042_GENESA BATUBARA.pdfI2O37OO42GilangAriya
 
779-Article Text-4667-8-10-20220912.pdf
779-Article Text-4667-8-10-20220912.pdf779-Article Text-4667-8-10-20220912.pdf
779-Article Text-4667-8-10-20220912.pdfIzzulAzmi3
 
Tugas batubara ii lingkungan dan bentuk endapan batubara, kalsifikasi dan jen...
Tugas batubara ii lingkungan dan bentuk endapan batubara, kalsifikasi dan jen...Tugas batubara ii lingkungan dan bentuk endapan batubara, kalsifikasi dan jen...
Tugas batubara ii lingkungan dan bentuk endapan batubara, kalsifikasi dan jen...Sylvester Saragih
 
Paper sde teknologi batu bara bersih
Paper sde teknologi batu bara bersihPaper sde teknologi batu bara bersih
Paper sde teknologi batu bara bersihN'fall Sevenfoldism
 
Bab 1 Kuliah Batubara
Bab 1 Kuliah BatubaraBab 1 Kuliah Batubara
Bab 1 Kuliah Batubaraeternal10
 
Karya mineral batubara
Karya mineral batubaraKarya mineral batubara
Karya mineral batubarawindaprimadini
 
Tugas teknik tambang batubara Institut Teknologi Medan
Tugas teknik tambang batubara Institut Teknologi MedanTugas teknik tambang batubara Institut Teknologi Medan
Tugas teknik tambang batubara Institut Teknologi MedanTIffani Agustasia Simorangkir
 

Similar to Potensi CBM Indonesia (20)

INDONESIA Coalbed methane (cbm) IN GENERAL
INDONESIA Coalbed methane (cbm)  IN GENERALINDONESIA Coalbed methane (cbm)  IN GENERAL
INDONESIA Coalbed methane (cbm) IN GENERAL
 
Batubara
BatubaraBatubara
Batubara
 
Makalah batu bara umk cabang raha
Makalah batu bara umk cabang rahaMakalah batu bara umk cabang raha
Makalah batu bara umk cabang raha
 
Makalah batu bara umk cabang raha
Makalah batu bara umk cabang rahaMakalah batu bara umk cabang raha
Makalah batu bara umk cabang raha
 
Bab 6. degasifikasi lapisan batu bara
Bab 6. degasifikasi lapisan batu baraBab 6. degasifikasi lapisan batu bara
Bab 6. degasifikasi lapisan batu bara
 
Makalah batu bara umk cabang raha
Makalah batu bara umk cabang rahaMakalah batu bara umk cabang raha
Makalah batu bara umk cabang raha
 
Pengaruh sifat fisik dan struktur mineral batu bara lokal2
Pengaruh sifat fisik dan struktur mineral batu bara lokal2Pengaruh sifat fisik dan struktur mineral batu bara lokal2
Pengaruh sifat fisik dan struktur mineral batu bara lokal2
 
SDA Mineral energi
SDA Mineral energiSDA Mineral energi
SDA Mineral energi
 
Bab 8. memprakirakan emisi gas untuk penerapan keamanan tambang batu bara
Bab 8. memprakirakan emisi gas untuk penerapan keamanan tambang batu baraBab 8. memprakirakan emisi gas untuk penerapan keamanan tambang batu bara
Bab 8. memprakirakan emisi gas untuk penerapan keamanan tambang batu bara
 
Batubara bersih
Batubara bersihBatubara bersih
Batubara bersih
 
Makalah batu bara umk cabang raha kab. muna
Makalah batu bara umk cabang raha kab. munaMakalah batu bara umk cabang raha kab. muna
Makalah batu bara umk cabang raha kab. muna
 
Makalah batu bara umk cabang raha kab. muna
Makalah batu bara umk cabang raha kab. munaMakalah batu bara umk cabang raha kab. muna
Makalah batu bara umk cabang raha kab. muna
 
Analisis Syngas Gasifikasi Batubara.pdf
Analisis Syngas Gasifikasi Batubara.pdfAnalisis Syngas Gasifikasi Batubara.pdf
Analisis Syngas Gasifikasi Batubara.pdf
 
RA_GILANG ARIYANTO_120370042_GENESA BATUBARA.pdf
RA_GILANG ARIYANTO_120370042_GENESA BATUBARA.pdfRA_GILANG ARIYANTO_120370042_GENESA BATUBARA.pdf
RA_GILANG ARIYANTO_120370042_GENESA BATUBARA.pdf
 
779-Article Text-4667-8-10-20220912.pdf
779-Article Text-4667-8-10-20220912.pdf779-Article Text-4667-8-10-20220912.pdf
779-Article Text-4667-8-10-20220912.pdf
 
Tugas batubara ii lingkungan dan bentuk endapan batubara, kalsifikasi dan jen...
Tugas batubara ii lingkungan dan bentuk endapan batubara, kalsifikasi dan jen...Tugas batubara ii lingkungan dan bentuk endapan batubara, kalsifikasi dan jen...
Tugas batubara ii lingkungan dan bentuk endapan batubara, kalsifikasi dan jen...
 
Paper sde teknologi batu bara bersih
Paper sde teknologi batu bara bersihPaper sde teknologi batu bara bersih
Paper sde teknologi batu bara bersih
 
Bab 1 Kuliah Batubara
Bab 1 Kuliah BatubaraBab 1 Kuliah Batubara
Bab 1 Kuliah Batubara
 
Karya mineral batubara
Karya mineral batubaraKarya mineral batubara
Karya mineral batubara
 
Tugas teknik tambang batubara Institut Teknologi Medan
Tugas teknik tambang batubara Institut Teknologi MedanTugas teknik tambang batubara Institut Teknologi Medan
Tugas teknik tambang batubara Institut Teknologi Medan
 

Recently uploaded

001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptxMuhararAhmad
 
Manual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptx
Manual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptxManual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptx
Manual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptxRemigius1984
 
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++FujiAdam
 
Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaStrategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaRenaYunita2
 
materi pengendalian proyek konstruksi.pptx
materi pengendalian proyek konstruksi.pptxmateri pengendalian proyek konstruksi.pptx
materi pengendalian proyek konstruksi.pptxsiswoST
 
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptxPembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptxmuhammadrizky331164
 
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdf
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdfTEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdf
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdfYogiCahyoPurnomo
 
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open StudioSlide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studiossuser52d6bf
 

Recently uploaded (8)

001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
 
Manual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptx
Manual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptxManual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptx
Manual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptx
 
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
 
Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaStrategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
 
materi pengendalian proyek konstruksi.pptx
materi pengendalian proyek konstruksi.pptxmateri pengendalian proyek konstruksi.pptx
materi pengendalian proyek konstruksi.pptx
 
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptxPembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
 
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdf
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdfTEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdf
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdf
 
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open StudioSlide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
 

Potensi CBM Indonesia

  • 1. II-1 BAB II TINJAUAN UMUM II.1. Potensi Coal Bed Methane (CBM) Di Indonesia Menurut data Kementerian ESDM (2012), di Indonesia sudah banyak daerah dengan potensi Coal Bed Methane (CBM) yang cukup tinggi. Dari studi awal diperoleh sekitar 213 TCF CBM gas in place, dan studi ini menjadikan Indonesia sebagai negara ke-7 dengan potensi Coal Bed Methane (CBM) tertinggi di dunia. Studi lainnya mencatat bahwa sekitar 453,3 TCF potensial CBM tersebar di 11 coal basin di Indonesia (Gambar 2.1), yaitu di Ombilin, Sumatera Selatan, Bengkulu, Jatibarang, Barito, Kutai, Taraan, Berau, Pasir, Asam-asam, dan Sulawesi Tenggara, dengan cadangan terbesar di Sumatera Selatan sebesar 183 tcf. Meskipun Indonesia memiliki potensi CBM yang sangat besar, akan tetapi lingkungan atau daerah yang harus dikembangkan hampir semuanya merupakan daerah yang memiliki karakter yang sangat menantang. Sejak bulan April 2005 telah dilakukan pengeboran satu sumur di Pandopo Rambutan, Prabumulih, Sumatera Selatan oleh Badan Litbang ESDM dan Lemigas. Sumber: Data Kementerian ESDM Gambar 2.1. Potensi Coal Bed Methane (CBM) di Indonesia
  • 2. II.2. Cadangan Coal Bed Methane Estimasi cadangan metana perkiraan 1997 dari US Geological Survey memperkirakan lebih dar cu ft (20 Tm³) metana di AS. Pada harga gas alam sebesar US $ 6,05 per juta Btu (US $ 5.73/GJ), bahwa volume bernilai US $ 4,37 triliun. Setidaknya 100 triliun cu ft (2,8 Tm³) itu secara ekonomi layak untuk menghasilkan. Columbia diperkirakan memiliki sekitar 90 triliun Sampai saat ini satu- Alberta, diperkirakan memiliki sekitar 170 × 1012 cu ft (4.800 km metan secara ekonomis dapat diperoleh. Sumber: Oilfield Review Summer 2009: 21, no. 2. © 2009 Schlumberger. Gambar 2.2. Cadangan II.3. Dampak Positif Pengembangan Sumur Coal Bed Methane dengan mengurangi proses alamiah yang dikenal sebagai terjadi saat kebocoran metana ke daerah penduduk dan mencemari sumber air. Meskipun migrasi metana dapat terjadi secara alami atau dapat berasal dari operasi pertambangan batubara, beberapa ahli percaya bahwa ekstraksi metana dari lapisan batubara b Coal Bed Methane (CBM) Dunia Estimasi cadangan metana dunia bervariasi (Gambar 2.2) perkiraan 1997 dari US Geological Survey memperkirakan lebih dar ³) metana di AS. Pada harga gas alam sebesar US $ 6,05 per juta Btu .73/GJ), bahwa volume bernilai US $ 4,37 triliun. Setidaknya 100 triliun (2,8 Tm³) itu secara ekonomi layak untuk menghasilkan. Di Kanada, British Columbia diperkirakan memiliki sekitar 90 triliun cu ft (2.500 km -satunya provinsi dengan komersial sumur gas metan diperkirakan memiliki sekitar 170 × 1012 cu ft (4.800 km metan secara ekonomis dapat diperoleh. Sumber: Oilfield Review Summer 2009: 21, no. 2. © 2009 Schlumberger. Cadangan Coal Bed Methane (CBM) Dunia Positif Pengembangan Coal Bed Methane (CBM) Coal Bed Methane (CBM) dapat memberikan dampak positif dengan mengurangi proses alamiah yang dikenal sebagai migrasi metana terjadi saat kebocoran metana ke daerah penduduk dan mencemari sumber air. Meskipun migrasi metana dapat terjadi secara alami atau dapat berasal dari operasi pertambangan batubara, beberapa ahli percaya bahwa ekstraksi metana dari lapisan batubara bersama dengan sumur pengembangan tambahan justru II-2 (Gambar 2.2), namun perkiraan 1997 dari US Geological Survey memperkirakan lebih dari 700 triliun ³) metana di AS. Pada harga gas alam sebesar US $ 6,05 per juta Btu .73/GJ), bahwa volume bernilai US $ 4,37 triliun. Setidaknya 100 triliun Di Kanada, British (2.500 km3 ) gas metana. satunya provinsi dengan komersial sumur gas metan yaitu diperkirakan memiliki sekitar 170 × 1012 cu ft (4.800 km3 ) dari gas Sumber: Oilfield Review Summer 2009: 21, no. 2. © 2009 Schlumberger. (CBM) dapat memberikan dampak positif migrasi metana, yang terjadi saat kebocoran metana ke daerah penduduk dan mencemari sumber air. Meskipun migrasi metana dapat terjadi secara alami atau dapat berasal dari operasi pertambangan batubara, beberapa ahli percaya bahwa ekstraksi metana ersama dengan sumur pengembangan tambahan justru
  • 3. menguatkan proses migrasi. negatif yang berkaitan dengan CBM, ekstraksi dan pemanfaatan tidak menyebabkan gas metan yang akan secara alamiah terbe pertambangan batubara ke atmosfer. Sebagai gas rumah kaca, paling kuat dari semua agen pemanasan. pembakaran (combustible engine lebih ramah dibandingkan dengan jumlah metana yang keluar sebagai gas metana tidak hanya bermanfaat bagi lingkungan, namun juga meningkatkan aspek keselamatan penambangan. gas-gas CBM masih diperlakukan seperti gas ko pemanfaatannya (Gambar 2.3) pada umumnya, sebagai LNG, dapat dipipakan untuk konsumsi rumah digunakan sebagai penggerak dan bahan bak Gambar 2.3. Pemanfaatan menguatkan proses migrasi. Meskipun ada potensi dampak lingkungan yang negatif yang berkaitan dengan CBM, ekstraksi dan pemanfaatan tidak menyebabkan gas metan yang akan secara alamiah terbe bara ke atmosfer. Sebagai gas rumah kaca, paling kuat dari semua agen pemanasan. Dengan pemanfaatan combustible engine), gas ini akanmenjadi CO2 dan H dibandingkan dengan melepas gas metan ke atmosfer. Membatasi jumlah metana yang keluar sebagai gas metana tidak hanya bermanfaat bagi lingkungan, namun juga meningkatkan aspek keselamatan penambangan. gas CBM masih diperlakukan seperti gas konvensional dalam (Gambar 2.3), digunakan sebagai pemenuhan kebutuhan gas sebagai feedgas (gas masukan bahan dasar) pada pembuatan LNG, dapat dipipakan untuk konsumsi rumah tangga setelah diproses, sebagai penggerak dan bahan bakar generator listrik. . Pemanfaatan Coal Bed Methane (CBM) II-3 Meskipun ada potensi dampak lingkungan yang negatif yang berkaitan dengan CBM, ekstraksi dan pemanfaatan tidak menyebabkan gas metan yang akan secara alamiah terbebaskan selama bara ke atmosfer. Sebagai gas rumah kaca, metana diyakini pemanfaatan dalam proses dan H2O yang dinilai atmosfer. Membatasi jumlah metana yang keluar sebagai gas metana tidak hanya bermanfaat bagi lingkungan, namun juga meningkatkan aspek keselamatan penambangan. Saat ini nvensional dalam digunakan sebagai pemenuhan kebutuhan gas (gas masukan bahan dasar) pada pembuatan tangga setelah diproses, dan dapat
  • 4. III-1 BAB III TINJAUAN PUSTAKA III.1. Karakteristik Coal Bed Methane (CBM) Karakteristik Coal Bed Methane (CBM) dipengaruhi oleh beberapa parameter, yaitu lingkungan pengendapan, distribusi batubara, peringkat batubara, kandungan gas, permeabilitas, porositas, struktur geologi, dan kondisi hidrogeologi. Gas metana bukan satu-satunya gas yang terdapat dalam batubara, tetapi gas ini dapat mencapai 80-95% dari total gas yang ada. Berbagai tipe batubara memiliki tingkat penyerapan gas yang berbeda. Kapasitas penyerapan batubara meningkat seiring dengan meningkatnya peringkat batubara, mulai dari lignit hingga bituminus, kemudian menurun pada batubara bituminus tingkat tinggi hingga antrasit (Gambar 3.1). Sumber: Oilfield Review Summer 2009: 21, no. 2. © 2009 Schlumberger. Gambar 3.1. Pengaruh type batubara terhadap produktifitas CBM Coal Bed Methane (CBM) terdapat dalam dua bentuk, yaitu terserap (adsorbed) dan bebas. Gas dapat tersimpan dalam mikropori batubara karena batubara mempunyai kapasitas serap (adsorption) (Gambar 3.2). Besar kecilnya kapasitas serap di dalam batubara dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti tekanan, temperatur, kandungan mineral, kandungan air, peringkat batubara, dan komposisi maseral batubara. Semakin besar tekanan, kapasitas serapan juga semakin besar.
  • 5. Sumber: Geologi Magazine, ESDM Gambar 3.2. Mekanisme masuknya Pada saat mendekati batas jenuh, kecepatan serapnya semakin berkurang. Apabila tekanan berkurang maka Oleh karena itu, dengan meningkatnya kedalaman, kandungan gas dalam batubara akan semakin besar. Kelimpahan kandungan oleh komposisi maseral dalam batubara, yaitu mineral khas batubara. Potensi pembentukan gas metana secara langsung akan berkaitan dengan komposisi maseral. Maseral yang mengandung banyak hidrogen akan lebih banyak menghasilkan gas metana. Batubara yang kaya akan menghasilkan metana yang banyak karena menghasilkan hidrokarbon menghasilkan gas metana. Maseral karena liptinit mempunyai kandungan hidrogen yang paling tinggi, disusul dengan maseral vitrinit yang batubara peringkat rendah. Gas metana batubara pada dasarnya hanya dari batubara. Dalam batubara terdapat pengotor dalam berbagai bentuk yang biasanya disebut unsur mineral, atau dalam analisis kimia dicerminkan oleh kandungan abu dan sulfurnya. Dalam hal ini unsur mineral tersebut menemp ruang yang seharusnya dapat dipakai untuk menempelnya gas dalam mikropori Geologi Magazine, ESDM Gambar 3.2. Mekanisme masuknya Coal Bed Methane (CBM) kedalam batubara mendekati batas jenuh, kecepatan serapnya semakin berkurang. Apabila tekanan berkurang maka akan memperbesar pelepasan gas ( Oleh karena itu, dengan meningkatnya kedalaman, kandungan gas dalam batubara Kelimpahan kandungan gas dalam batubara juga dipengaruhi oleh komposisi maseral dalam batubara, yaitu mineral khas batubara. Potensi pembentukan gas metana secara langsung akan berkaitan dengan komposisi maseral. Maseral yang mengandung banyak hidrogen akan lebih banyak silkan gas metana. Batubara yang kaya akan inertinit menghasilkan metana yang banyak karena inertinit relatif berpotensi kecil untuk hidrokarbon. Namun, maseral liptinit akan paling banyak menghasilkan gas metana. Maseral liptinit cocok untuk proses hidrogenisasi mempunyai kandungan hidrogen yang paling tinggi, disusul dengan yang dapat dengan mudah terhidrogenisasi yang terdapat batubara peringkat rendah. Gas metana batubara pada dasarnya hanya akan terikat pada fraksi organik dari batubara. Dalam batubara terdapat pengotor dalam berbagai bentuk yang biasanya disebut unsur mineral, atau dalam analisis kimia dicerminkan oleh kandungan abu dan sulfurnya. Dalam hal ini unsur mineral tersebut menemp ruang yang seharusnya dapat dipakai untuk menempelnya gas dalam mikropori III-2 kedalam batubara mendekati batas jenuh, kecepatan serapnya semakin berkurang. memperbesar pelepasan gas (desorption). Oleh karena itu, dengan meningkatnya kedalaman, kandungan gas dalam batubara gas dalam batubara juga dipengaruhi oleh komposisi maseral dalam batubara, yaitu mineral khas batubara. Potensi pembentukan gas metana secara langsung akan berkaitan dengan komposisi maseral. Maseral yang mengandung banyak hidrogen akan lebih banyak inertinit tidak akan relatif berpotensi kecil untuk akan paling banyak ocok untuk proses hidrogenisasi mempunyai kandungan hidrogen yang paling tinggi, disusul dengan yang terdapat dalam akan terikat pada fraksi organik dari batubara. Dalam batubara terdapat pengotor dalam berbagai bentuk yang biasanya disebut unsur mineral, atau dalam analisis kimia dicerminkan oleh kandungan abu dan sulfurnya. Dalam hal ini unsur mineral tersebut menempati ruang yang seharusnya dapat dipakai untuk menempelnya gas dalam mikropori
  • 6. III-3 batubara. Semakin tinggi kandungan unsur mineral, semakin kecil kapasitas serapan gasnya. Pada prinsipnya kandungan air (moisture) dalam batubara mempunyai sifat yang sama dengan unsur mineral dalam kaitannya dengan kapasitas serapan gas dalam batubara. Semakin tinggi kandungan air dalam batubara, semakin kecil kapasitas serap gasnya. III.2. Teknologi Produksi Coal Bed Methane (CBM) Teknologi produksi Coal Bed Methane (CBM) telah mengalami banyak perkembangan dalam 2 dekade terakhir. Teknik pemboran konvensional untuk gas alam umumnya dapat diaplikasikan pada pemboran CBM. Sebelum pada tahap komersial dimana CBM dapat diproduksi, dilakukan pengetesan sumur pada 4 atau 5 sumur pertama. Pemboran CBM umumnya hampir sama dengan pemboran untuk minyak dan gas (Gambar 3.3). Bahkan dalam beberapa daerah, peralatan pemboran hampir sama dengan pemboran untuk air. selain itu, di beberapa tempat pemboran berarah (Directional Drilling) dan pemboran horizontal diterapkan untuk mengoptimalkan produksi, tergantung daerah CBM-nya. Sumber: Oilfield Review Summer 2009: 21, no. 2. © 2009 Schlumberger. Gambar 3.3. Pemboran Coal Bed Methane (CBM) Pemboran horizontal sekarang ini sedang dirintis untuk pemboran CBM. Pemboran horizontal ini dilakukan dengan cara mengebor beberapa ratus kaki
  • 7. III-4 secara vertikal kemudian dibelokkan secara horizontal sampai kurang lebih 4000 ft. Hydraulic Fracturing atau lebih dikenal sebagai Fracturing adalah suatu teknik untuk meningkatkan luas area permukaan batubara. Sistem fluida dan additive yang bisa digunakan pada sumur-sumur konvensional tidak cocok digunakan untuk sumur-sumur CBM. Hal ini dikarenakan lapisan batubara memiliki karakteristik yang unik sehingga dibutuhkan material yang spesial. Beberapa keberhasilan dalam pengembangan CBM telah dicapai ketika suatu pemboran dikoordinasikan dengan pertambangan batubara, dimana sumur-sumur dibor sampai lapisan batubara (Coal Bed) atau sedikit diatasnya dimana gas mungkin akan terproduksi pada saat pemboran berlangsung (Gambar 3.4). Batubara kemudian ditambang dan kemungkinan lapisan diatasnya akan runtuh yang membuat lubang besar (gob) yang mungkin akan berhubungan dengan lapisan batubara diatas lapisan utamanya, gas yang terakumulasi di gob kemudian dipompa melalui sumur-sumur yang ada. Sumber: Oilfield Review Summer 2009: 21, no. 2. © 2009 Schlumberger. Gambar 3.4. Teknik Pengeboran CBM
  • 8. IV.1. Proses Pembentukan Coal Bed Methane proses alami yang terjadi selama proses pembatubaraan tumbuhan yang mati akan membentuk suatu lapisan dan terawetkan melalui proses biokimia. Sumber: esdm.go.id Gambar 4.1. Pembatubaraan dan proses terbentuknya CBM Gas dalam batubara akan terben oleh mikroorganisme lalu menghasilkan gas metana dan CO pembentukan batubara, sejumlah air dihasilkan bersama (Gambar 4.2). Gambar 4.2. Proses terbentuknya CBM bersamaan dengan air IV-1 BAB IV PEMBAHASAN Proses Pembentukan Coal Bed Methane (CBM) Coal Bed Methane (CBM) adalah gas metana (CH4) yang dihasilkan dari terjadi selama proses pembatubaraan (Gambar 4.1) tumbuhan yang mati akan membentuk suatu lapisan dan terawetkan melalui Gambar 4.1. Pembatubaraan dan proses terbentuknya CBM Gas dalam batubara akan terbentuk secara biogenik akibat dekomposisi oleh mikroorganisme lalu menghasilkan gas metana dan CO2. Selama proses pembentukan batubara, sejumlah air dihasilkan bersama-sama dengan gas . Proses terbentuknya CBM bersamaan dengan air ) yang dihasilkan dari (Gambar 4.1). Sisa-sisa tumbuhan yang mati akan membentuk suatu lapisan dan terawetkan melalui tuk secara biogenik akibat dekomposisi . Selama proses sama dengan gas
  • 9. Pada tahap pembatubaraan yang lebih tinggi, tekanan dan temperatur juga semakin tinggi (Gambar 4.3) melepaskan kandungan zat terbangnya ( air. Pada kondisi ini gas dal Gambar 4.3. Hubungan Gas metana biogenik, yaitu gas metana yang terbentuk akibat aktivitas mikroorganisme yang biasanya terjadi di rawa gambut. Gas jenis ini terbentuk pada fasa awal proses pembatubaraan dengan temperatur rendah. Gas biogenik dapat terjadi pada dua tahap, yaitu tahap awal dan tahap akhir dari proses pembatubaraan. Pembentukan gas pada tahap awal diakibatkan oleh aktivitas organisme pada tahap awal pemben subbituminus (Ro < 0,5%). Pembentukan gas ini harus disertai dengan proses pengendapan yang cepat, sehingga gas tidak keluar ke permukaan. Pembentukan gas pada tahap akhir diakibatkan oleh aktivitas mikroorganisme juga, tetapi pada tahap ini lapisan batubara telah terbentuk (Gambar 4.4). Batubara umumnya juga berperan sebagai akuifer yang dapat menyimpan dan mengalirkan air, sehingga aktivitas mikroorganisme dalam akuifer dapat memproduksi gas biogenik. Gas biogenik dari lapisan batubara subbituminus juga berpotensi menjadi gas metana batubara. Gas biogenik tersebut terjadi oleh adanya reduksi bakteri Pada tahap pembatubaraan yang lebih tinggi, tekanan dan temperatur juga (Gambar 4.3). Batubara yang kaya akan kandungan karbon, akan melepaskan kandungan zat terbangnya (volatile matter) seperti metana, CO air. Pada kondisi ini gas dalam batubara akan terbentuk secara termogenik. . Hubungan jenis batubara dan gas yang dihasilkan as metana biogenik, yaitu gas metana yang terbentuk akibat aktivitas mikroorganisme yang biasanya terjadi di rawa gambut. Gas jenis ini terbentuk pada fasa awal proses pembatubaraan dengan temperatur rendah. Gas biogenik dapat terjadi pada dua tahap, yaitu tahap awal dan tahap akhir dari proses pembatubaraan. Pembentukan gas pada tahap awal diakibatkan oleh aktivitas organisme pada tahap awal pembentukan batubara, dari gambut, lignit, hingga < 0,5%). Pembentukan gas ini harus disertai dengan proses pengendapan yang cepat, sehingga gas tidak keluar ke permukaan. Pembentukan gas pada tahap akhir diakibatkan oleh aktivitas me juga, tetapi pada tahap ini lapisan batubara telah terbentuk . Batubara umumnya juga berperan sebagai akuifer yang dapat menyimpan dan mengalirkan air, sehingga aktivitas mikroorganisme dalam akuifer dapat memproduksi gas biogenik. Gas biogenik dari lapisan batubara subbituminus juga berpotensi menjadi gas metana batubara. Gas biogenik tersebut terjadi oleh adanya reduksi bakteri IV-2 Pada tahap pembatubaraan yang lebih tinggi, tekanan dan temperatur juga . Batubara yang kaya akan kandungan karbon, akan ) seperti metana, CO2, dan am batubara akan terbentuk secara termogenik. as metana biogenik, yaitu gas metana yang terbentuk akibat aktivitas mikroorganisme yang biasanya terjadi di rawa gambut. Gas jenis ini terbentuk pada fasa awal proses pembatubaraan dengan temperatur rendah. Gas biogenik dapat terjadi pada dua tahap, yaitu tahap awal dan tahap akhir dari proses pembatubaraan. Pembentukan gas pada tahap awal diakibatkan oleh aktivitas tukan batubara, dari gambut, lignit, hingga < 0,5%). Pembentukan gas ini harus disertai dengan proses pengendapan yang cepat, sehingga gas tidak keluar ke permukaan. Pembentukan gas pada tahap akhir diakibatkan oleh aktivitas me juga, tetapi pada tahap ini lapisan batubara telah terbentuk . Batubara umumnya juga berperan sebagai akuifer yang dapat menyimpan dan mengalirkan air, sehingga aktivitas mikroorganisme dalam Gas biogenik dari lapisan batubara subbituminus juga berpotensi menjadi gas metana batubara. Gas biogenik tersebut terjadi oleh adanya reduksi bakteri
  • 10. dari CO2, yang mengh Metanogen menggunakan H menjadi metana sebagai produk sampingan metabolismenya. Beberapa metanogen juga membuat amina, sulfida, dan metanol untuk memproduksi metana. Gambar 4.4. Aktfitas mikroorganisme pada pembentukan batubara Aliran air yang terdapat dalam akuifer batubara dapat memperbaharui aktivitas bakteri sehingga gas biogenik dapat berkembang hingga tahap akhir. Pada saat penimbunan maksimum, temperatur maksimum pada lapisan batubara mencapai 40-90° C. Kondisi ini sangat ideal untu Metana akan terbentuk setelah aliran air bawah permukaan telah berada. air tanah turun, tekanan pada reservoir ikut turun. Pada saat ini gas metana batubara bermigrasi menuju reservoir dari sumber lapisan batubara. Per kejadian ini merupakan regenerasi dari gas biogenik. Kejadian ini dipicu oleh naiknya air tanah atau lapisan batubara yang tercuci oleh air. Hal tersebut yang memberikan indikasi bahwa gas metana batubara merupakan energi yang dapat diperbaharui. Jenis gas lainnya adalah gas metana termogenik yang dihasilkan pada saat terjadinya proses pembatubaraan akibat kenaikan tekanan dan temperatur. Gas ini terjadi pada batubara yang mempunyai peringkat batubara lebih tinggi, yaitu pada , yang menghasilkan metanogen dan bakteri anaerobik yang kuat. Metanogen menggunakan H2 yang tersedia untuk mengkonversi asetat dan CO menjadi metana sebagai produk sampingan metabolismenya. Beberapa metanogen juga membuat amina, sulfida, dan metanol untuk memproduksi metana. . Aktfitas mikroorganisme pada pembentukan batubara yang terdapat dalam akuifer batubara dapat memperbaharui aktivitas bakteri sehingga gas biogenik dapat berkembang hingga tahap akhir. Pada saat penimbunan maksimum, temperatur maksimum pada lapisan batubara 90° C. Kondisi ini sangat ideal untuk pembentukan bakteri metana. Metana akan terbentuk setelah aliran air bawah permukaan telah berada. air tanah turun, tekanan pada reservoir ikut turun. Pada saat ini gas metana batubara bermigrasi menuju reservoir dari sumber lapisan batubara. Per kejadian ini merupakan regenerasi dari gas biogenik. Kejadian ini dipicu oleh naiknya air tanah atau lapisan batubara yang tercuci oleh air. Hal tersebut yang memberikan indikasi bahwa gas metana batubara merupakan energi yang dapat enis gas lainnya adalah gas metana termogenik yang dihasilkan pada saat terjadinya proses pembatubaraan akibat kenaikan tekanan dan temperatur. Gas ini terjadi pada batubara yang mempunyai peringkat batubara lebih tinggi, yaitu pada IV-3 bakteri anaerobik yang kuat. edia untuk mengkonversi asetat dan CO2 menjadi metana sebagai produk sampingan metabolismenya. Beberapa metanogen juga membuat amina, sulfida, dan metanol untuk memproduksi metana. . Aktfitas mikroorganisme pada pembentukan batubara yang terdapat dalam akuifer batubara dapat memperbaharui aktivitas bakteri sehingga gas biogenik dapat berkembang hingga tahap akhir. Pada saat penimbunan maksimum, temperatur maksimum pada lapisan batubara k pembentukan bakteri metana. Metana akan terbentuk setelah aliran air bawah permukaan telah berada. Apabila air tanah turun, tekanan pada reservoir ikut turun. Pada saat ini gas metana batubara bermigrasi menuju reservoir dari sumber lapisan batubara. Perulangan kejadian ini merupakan regenerasi dari gas biogenik. Kejadian ini dipicu oleh naiknya air tanah atau lapisan batubara yang tercuci oleh air. Hal tersebut yang memberikan indikasi bahwa gas metana batubara merupakan energi yang dapat enis gas lainnya adalah gas metana termogenik yang dihasilkan pada saat terjadinya proses pembatubaraan akibat kenaikan tekanan dan temperatur. Gas ini terjadi pada batubara yang mempunyai peringkat batubara lebih tinggi, yaitu pada
  • 11. IV-4 subbituminus A sampai high volatile bituminous ke atas (Ro > 0,6%). Proses pembatubaraan akan menghasilkan batubara yang lebih kaya akan karbon dengan membebaskan sejumlah zat terbang utama, yaitu metana (CH4), CO2, dan air. Sumber karbon dari gas metana termogenik adalah murni dari batubara. Gas-gas tersebut terbentuk secara cepat sejak peringkat batubara mencapai high volatile bituminous hingga mencapai puncaknya pada saat peringkat batubara low volatile bituminous (Ro = 1,6%). IV.2. Batubara Sebagai Batuan Induk dan Reservoir Lapisan batubara dapat sekaligus menjadi batuan induk dan reservoir. Karena itu gas metana batubara dapat diproduksi secara insitu yang tersimpan pada rekahan (macropore), mesopore, atau micropore (Gambar 4.5). Gas tersimpan pada rekahan dan sistem pori sampai terjadi perubahan tekanan pada reservoir oleh adanya air. Saat itulah gas kemudian keluar melalui matriks batubara dan mengalir melalui rekahan yang terjadi pada saat pembatubaraan terjadi karena memadatnya batubara oleh pengaruh tekanan dan temperatur (devolatilization). Sumber: esdm.go.id Gambar 4.5. Batubara Sebagai Batuan Induk dan Reservoir Bertambahnya peringkat batubara mengakibatkan air dalam batubara keluar dan membentuk rekahan-rekahan. Rekahan tersebut umumnya ortogonal
  • 12. IV-5 dan hampir tegak lurus dengan perlapisan. Rekahan yang dipengaruhi oleh tektonik tidak ada bedanya dengan rekahan dari proses pembatubaraan. Secara geometri rekahan pada batubara dibagi menjadi dua yaitu face cleat, yaitu rekahan yang bersifat lebih menerus, sebagai rekahan primer, dengan bidang rekahan tegak lurus dengan bidang perlapisan, dan butt cleat, yaitu rekahan yang kurang menerus karena dibatasi oleh face cleat. Bidang rekahan ini tegak lurus dengan face cleat. Selain itu diperlukan juga pemahaman mengenai arah gaya tektonik (stress) yang terjadi pada daerah eksplorasi. Hal ini diperlukan karena arah gaya tersebut dapat mempengaruhi permeabilitas batubara. Bila arah gaya tektonik sejajar dengan arah face cleat batubara, maka permeabilitas akan besar. Sebaliknya, apabila arah gaya tektonik berada tegak lurus dengan arah face cleat, maka permeabilitas akan kecil. Hal ini disebabkan karena tekanan yang diberikan bukan melewati face cleat, melainkan melalui butt cleat. Rekahan batubara juga mempunyai komponen lain selain face dan butt cleat, yaitu bukaan (aperture) yang dimensi celah yang terbuka dalam rekahan tersebut, dan spasi (spacing) yang merupakan dimensi jarak antar-rekahan. Rekahan yang bukaannya terisi oleh mineral akan cenderung menghambat gas keluar dibandingkan dengan rekahan yang terbuka. Rekahan yang terisi ini mengurangi permeabilitas dari batubara. Spasi dan bukaan dalam rekahan batubara dipengaruhi oleh peringkat batubara, tebal lapisan, dan maseral. Spasi dan bukaan rekahan batubara berkurang dari peringkat batubara subbituminus hingga medium-low volatile bituminous, kemudian bertambah lagi pada peringkat batubara antrasit. Keadaan ini dikarenakan derajat pembatubaraan yang naik, sehingga akibat tekanan dan temperatur, rekahan-rekahan yang ada cenderung mengecil. Tebal lapisan batubara mempengaruhi perkembangan rekahan. Pada lapisan batubara yang tipis, rekahan umumnya berkembang dibandingkan pada lapisan batubara yang tebal. Lapisan batubara berciri mengkilap (kilap gelas), biasanya dibentuk oleh maseral yang kaya vitrinit, sehingga mempunyai rekahan yang banyak dibandingkan pada batubara yang kurang mengkilap (dull).
  • 13. V-1 BAB V PENUTUP V.1. Kesimpulan 1. Coal Bed Methane (CBM) adalah gas metana (CH4) yang dihasilkan dari proses alami yang terjadi selama proses pembatubaraan. Gas dalam batubara akan terbentuk secara biogenik akibat dekomposisi oleh mikroorganisme lalu menghasilkan gas metana dan CO2. Selama proses pembentukan batubara, sejumlah air dihasilkan bersama-sama dengan gas. 2. Gas tersimpan pada rekahan dan sistem pori sampai terjadi perubahan tekanan pada reservoir oleh adanya air. Saat itulah gas kemudian keluar melalui matriks batubara dan mengalir melalui rekahan yang terjadi pada saat pembatubaraan terjadi karena memadatnya batubara oleh pengaruh tekanan dan temperatur (devolatilization). V.2. Saran 1. Pengembangan operasi penambangan Coal Bed Methane (CBM) harus dilakukan secara baik, benar, dan dapat mengurangi dampak lingkungan yang ada dari aktivitas tersebut. 2. Untuk pembaca, silahkan mencari referensi lain jika di dalam makalah ini tidak terdapat data yang diinginkan.
  • 14. vii DAFTAR PUSTAKA _______. Coal Bed Methane. (online) https://www.slb.com Diakses Januari 2016. Ahmed Al-Jubori and friend. 2009. Coalbed Methane: Clean Energy for the World. Oilfield ReviewSummer 2009: 21, no. 2. Copyright © 2009 Schlumberger. Dott, R.H. Hypotheses of An organic Origin, American Association of Geologist Journal: 1969, 1-42. Flores, R., Stricker, G., Meyer, J., Norton, P., Livingston, R., Jennings, M., Impact of Coal Bed Methane Development in River Basin, Wyoming, ICCRC Paper:1999, 1-26. Ibrahim, Muhammad Abdurachman. 2012. Gas Metana Batubara, Energi Alternatif Non-Konvensional. (online) http://geomagz.geologi.esdm.go.id. Diakses Januari 2016. Kementerian ESDM. (n.d.). Sekilas Tentang Coalbed Methane (CBM). (online) www.lemigas.esdm.go.id. Diakses Januari 2016.
  • 15. A-1 LAMPIRAN A KAPASITAS PENYIMPANAN, TYPE BATUBARA, AND CBM Sumber: Oilfield Review Summer 2009: 21, no. 2. © 2009 Schlumberger.
  • 16. B-1 LAMPIRAN B SUMUR (COAL BED METHANE) CBM Sumber: Oilfield Review Summer 2009: 21, no. 2. © 2009 Schlumberger.
  • 17. C-1 LAMPIRAN C CBM VS CONVENTIONAL GAS PROJECT