Ppt data klb prov.sumatera selatan 2015resna adtya
Berdasarkan data KLB di Provinsi Sumatera Selatan tahun 2015, penyakit yang paling banyak terjadi adalah keracunan makanan dengan 144 kasus (41%). Jenis penyakit lain yang sering terjadi adalah rubella sebanyak 130 kasus (37%), DBD 34 kasus (10%), dan campak 19 kasus (6%). KLB keracunan makanan masih menjadi masalah kesehatan utama yang perlu mendapat perhatian lebih dalam penanganannya.
Dokumen ini membahas distribusi kejadian luar biasa penyakit menular dan keracunan makanan di provinsi Sumatra Selatan pada tahun 2015 berdasarkan jenis penyakit. Penyakit yang paling banyak menyebabkan KLB adalah keracunan makanan dengan 144 kasus (41%), diikuti rubela 130 kasus (37%), dan DBD 34 kasus (10%). Jumlah keseluruhan kasus KLB pada tahun 2015 adalah 349 kasus.
DATA DISTRIBUSI KLB PENYAKIT MENULAR DAN KERACUNAN BERDASARKAN JENIS PENYAKIT...Resna Adtya
Berdasarkan dokumen tersebut, dokumen tersebut membahas tentang data distribusi KLB (Kejadian Luar Biasa) penyakit menular dan keracunan berdasarkan jenis penyakit di provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2015. Dokumen ini menjelaskan definisi KLB, karakteristik penyakit yang berpotensi menimbulkan KLB, faktor yang mempengaruhi timbulnya KLB, dan jenis penyakit yang berpotensi menimbulkan wab
Berdasarkan data KLB penyakit menular dan keracunan di Sumatera Selatan tahun 2015, penyakit yang paling banyak menyebabkan KLB adalah keracunan makanan dengan 144 kasus (41%), diikuti rubella 130 kasus (37%), dan DBD 34 kasus (10%). Jumlah keseluruhan kasus KLB adalah 349 kasus.
200907281232220.outline analisis situasi hiv dan aids di indonesiaYabniel Lit Jingga
Dokumen tersebut membahas situasi HIV dan AIDS di Indonesia dari tahun 2000-2009, termasuk tren kasus, populasi rawan tertular, dan perilaku berisiko. Populasi rawan tertular HIV antara lain pekerja seks, pengguna narkoba suntik, dan kelompok homoseksual. Prevalensi HIV masih tinggi di kalangan populasi tersebut akibat perilaku berisiko seperti hubungan seks tanpa kondom dan berbagi alat suntik. Dokumen ini juga memproyeksikan perke
Ppt data klb prov.sumatera selatan 2015resna adtya
Berdasarkan data KLB di Provinsi Sumatera Selatan tahun 2015, penyakit yang paling banyak terjadi adalah keracunan makanan dengan 144 kasus (41%). Jenis penyakit lain yang sering terjadi adalah rubella sebanyak 130 kasus (37%), DBD 34 kasus (10%), dan campak 19 kasus (6%). KLB keracunan makanan masih menjadi masalah kesehatan utama yang perlu mendapat perhatian lebih dalam penanganannya.
Dokumen ini membahas distribusi kejadian luar biasa penyakit menular dan keracunan makanan di provinsi Sumatra Selatan pada tahun 2015 berdasarkan jenis penyakit. Penyakit yang paling banyak menyebabkan KLB adalah keracunan makanan dengan 144 kasus (41%), diikuti rubela 130 kasus (37%), dan DBD 34 kasus (10%). Jumlah keseluruhan kasus KLB pada tahun 2015 adalah 349 kasus.
DATA DISTRIBUSI KLB PENYAKIT MENULAR DAN KERACUNAN BERDASARKAN JENIS PENYAKIT...Resna Adtya
Berdasarkan dokumen tersebut, dokumen tersebut membahas tentang data distribusi KLB (Kejadian Luar Biasa) penyakit menular dan keracunan berdasarkan jenis penyakit di provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2015. Dokumen ini menjelaskan definisi KLB, karakteristik penyakit yang berpotensi menimbulkan KLB, faktor yang mempengaruhi timbulnya KLB, dan jenis penyakit yang berpotensi menimbulkan wab
Berdasarkan data KLB penyakit menular dan keracunan di Sumatera Selatan tahun 2015, penyakit yang paling banyak menyebabkan KLB adalah keracunan makanan dengan 144 kasus (41%), diikuti rubella 130 kasus (37%), dan DBD 34 kasus (10%). Jumlah keseluruhan kasus KLB adalah 349 kasus.
200907281232220.outline analisis situasi hiv dan aids di indonesiaYabniel Lit Jingga
Dokumen tersebut membahas situasi HIV dan AIDS di Indonesia dari tahun 2000-2009, termasuk tren kasus, populasi rawan tertular, dan perilaku berisiko. Populasi rawan tertular HIV antara lain pekerja seks, pengguna narkoba suntik, dan kelompok homoseksual. Prevalensi HIV masih tinggi di kalangan populasi tersebut akibat perilaku berisiko seperti hubungan seks tanpa kondom dan berbagi alat suntik. Dokumen ini juga memproyeksikan perke
Dokumen tersebut membahas tentang penyakit tidak menular, termasuk beban penyakit tidak menular di Indonesia, faktor risiko, klasifikasi, dan strategi penanggulangannya seperti skrining untuk deteksi dini dan intervensi faktor risiko.
Dokumen tersebut membahas tentang kesehatan reproduksi remaja, meliputi definisi remaja dan batasan usia, reproduksi, pengetahuan dan perilaku berisiko remaja seperti seks pra-nikah, kehamilan, HIV/AIDS, dan napza.
Studi ini menganalisis angka kematian dan faktor risiko stroke sebagai penyebab utama kematian di Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat. Hasilnya menunjukkan angka kematian kasar sebesar 6,71 per 1000 penduduk dan 19,3% kematian disebabkan oleh stroke. Faktor risiko terbesar stroke adalah usia 40-64 tahun dan lebih dari 65 tahun serta jenis kelamin perempuan. Tingkat kematian akibat stroke cukup ting
Ringkasan dokumen tersebut adalah: Stigma bahwa orang dengan gangguan jiwa cenderung melakukan kekerasan tidak didukung oleh bukti. Sebagian besar riset menunjukkan bahwa orang dengan gangguan jiwa lebih mungkin menjadi korban kekerasan daripada pelakunya, dan faktor-faktor seperti penyalahgunaan narkoba dan alkohol lebih berkontribusi terhadap perilaku kekerasan daripada gangguan jiwa
Bunuh diri adalah tindakan sengaja yang menyebabkan kematian diri sendiri. Pada umumnya bunuh diri dikaitkan dengan gangguan mental, seperti depresi dan penggunaan alkohol. Namun, banyak pula kasus bunuh diri terjadi secara impulsif karena ketidakmampuan seseorang mengatasi tekanan hidup.
10_Upaya Perlindungan Terhadap Penyintas Kejahatan Seksualsakuramochi
Korban kejahatan seksual mengalami dampak fisik dan psikologis yang parah, seperti depresi, PTSD, dan gangguan lainnya. Pemerintah telah mengeluarkan peraturan untuk melindungi korban, namun perlu program intervensi komprehensif untuk merehabilitasi penyintas secara menyeluruh.
[Ringkasan]
1. Masa remaja (usia 10-19 tahun) merupakan masa penting karena perkembangan organ reproduksi. Pada masa ini terjadi perubahan fisik dan emosi yang cepat.
2. Beberapa masalah yang berpengaruh buruk terhadap kesehatan reproduksi remaja adalah gizi, pendidikan, lingkungan, seksualitas, perkawinan dini dan kehamilan.
3. Perilaku berisiko remaja yang dapat merusak kesehatan reproduksi ad
Tugas sosiologi (kenakalan remaja) untuk mata pelajaran Sosiologi SMAAgnes Yodo
Laporan penelitian ini membahas kenakalan remaja di Jakarta. Beberapa penyebab kenakalan remaja diantaranya kurangnya perhatian orang tua, lingkungan yang tidak mendukung, dan pengaruh teman sebaya. Dampak dari kenakalan remaja meliputi gangguan mental, kriminalitas yang meningkat, serta masa depan remaja yang suram. Untuk mengatasinya diperlukan dukungan lingkungan, pendidikan agama yang kuat
Dokumen tersebut membahas metode evaluasi kualitas data kependudukan khususnya data distribusi penduduk menurut umur dan jenis kelamin. Beberapa metode yang dijelaskan antara lain analisis grafik piramida penduduk, rasio umur, rasio jenis kelamin, indeks kesalahan data umur-jenis kelamin seperti Indeks Whipple dan Indeks Myers, serta United Nations Age-sex accuracy index.
Dokumen tersebut membahas tentang Undang-Undang Kesehatan dan definisi kesehatan menurut WHO serta menjelaskan situasi kesehatan anak usia sekolah dan remaja di Indonesia yang terkait dengan gizi, penyakit tidak menular, kesehatan reproduksi, kekerasan, bahaya lingkungan, dan perilaku merokok, alkohol dan seksual.
KPSI: Establishing and growing a civil society mental health associationBagus Utomo
KPSI is a mental health association in Indonesia established in 2009 to address challenges of schizophrenia. It has grown from a small Yahoo group to over 71,000 members on Facebook and 285,000 followers on its Facebook page. KPSI offers programs like art therapy, peer support groups, and training to help those with mental illness and their families. It has received several awards for its work reducing stigma and has advocated for policies like the 2018 Mental Health Act. However, challenges remain like limited resources, funding, and government support. During COVID-19, KPSI provided online support, information, and financial assistance to help people access services and vaccines.
Rapat kordinasi membahas model layanan untuk ODGJ di Indonesia, termasuk panti bina laras, rumah antara, kelompok dukungan, dan proyek hidup mandiri. Dokumen ini menyoroti upaya pemerintah dan organisasi masyarakat dalam menangani ODGJ di berbagai tingkat layanan.
Dokumen tersebut membahas tentang penyakit tidak menular, termasuk beban penyakit tidak menular di Indonesia, faktor risiko, klasifikasi, dan strategi penanggulangannya seperti skrining untuk deteksi dini dan intervensi faktor risiko.
Dokumen tersebut membahas tentang kesehatan reproduksi remaja, meliputi definisi remaja dan batasan usia, reproduksi, pengetahuan dan perilaku berisiko remaja seperti seks pra-nikah, kehamilan, HIV/AIDS, dan napza.
Studi ini menganalisis angka kematian dan faktor risiko stroke sebagai penyebab utama kematian di Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat. Hasilnya menunjukkan angka kematian kasar sebesar 6,71 per 1000 penduduk dan 19,3% kematian disebabkan oleh stroke. Faktor risiko terbesar stroke adalah usia 40-64 tahun dan lebih dari 65 tahun serta jenis kelamin perempuan. Tingkat kematian akibat stroke cukup ting
Ringkasan dokumen tersebut adalah: Stigma bahwa orang dengan gangguan jiwa cenderung melakukan kekerasan tidak didukung oleh bukti. Sebagian besar riset menunjukkan bahwa orang dengan gangguan jiwa lebih mungkin menjadi korban kekerasan daripada pelakunya, dan faktor-faktor seperti penyalahgunaan narkoba dan alkohol lebih berkontribusi terhadap perilaku kekerasan daripada gangguan jiwa
Bunuh diri adalah tindakan sengaja yang menyebabkan kematian diri sendiri. Pada umumnya bunuh diri dikaitkan dengan gangguan mental, seperti depresi dan penggunaan alkohol. Namun, banyak pula kasus bunuh diri terjadi secara impulsif karena ketidakmampuan seseorang mengatasi tekanan hidup.
10_Upaya Perlindungan Terhadap Penyintas Kejahatan Seksualsakuramochi
Korban kejahatan seksual mengalami dampak fisik dan psikologis yang parah, seperti depresi, PTSD, dan gangguan lainnya. Pemerintah telah mengeluarkan peraturan untuk melindungi korban, namun perlu program intervensi komprehensif untuk merehabilitasi penyintas secara menyeluruh.
[Ringkasan]
1. Masa remaja (usia 10-19 tahun) merupakan masa penting karena perkembangan organ reproduksi. Pada masa ini terjadi perubahan fisik dan emosi yang cepat.
2. Beberapa masalah yang berpengaruh buruk terhadap kesehatan reproduksi remaja adalah gizi, pendidikan, lingkungan, seksualitas, perkawinan dini dan kehamilan.
3. Perilaku berisiko remaja yang dapat merusak kesehatan reproduksi ad
Tugas sosiologi (kenakalan remaja) untuk mata pelajaran Sosiologi SMAAgnes Yodo
Laporan penelitian ini membahas kenakalan remaja di Jakarta. Beberapa penyebab kenakalan remaja diantaranya kurangnya perhatian orang tua, lingkungan yang tidak mendukung, dan pengaruh teman sebaya. Dampak dari kenakalan remaja meliputi gangguan mental, kriminalitas yang meningkat, serta masa depan remaja yang suram. Untuk mengatasinya diperlukan dukungan lingkungan, pendidikan agama yang kuat
Dokumen tersebut membahas metode evaluasi kualitas data kependudukan khususnya data distribusi penduduk menurut umur dan jenis kelamin. Beberapa metode yang dijelaskan antara lain analisis grafik piramida penduduk, rasio umur, rasio jenis kelamin, indeks kesalahan data umur-jenis kelamin seperti Indeks Whipple dan Indeks Myers, serta United Nations Age-sex accuracy index.
Dokumen tersebut membahas tentang Undang-Undang Kesehatan dan definisi kesehatan menurut WHO serta menjelaskan situasi kesehatan anak usia sekolah dan remaja di Indonesia yang terkait dengan gizi, penyakit tidak menular, kesehatan reproduksi, kekerasan, bahaya lingkungan, dan perilaku merokok, alkohol dan seksual.
KPSI: Establishing and growing a civil society mental health associationBagus Utomo
KPSI is a mental health association in Indonesia established in 2009 to address challenges of schizophrenia. It has grown from a small Yahoo group to over 71,000 members on Facebook and 285,000 followers on its Facebook page. KPSI offers programs like art therapy, peer support groups, and training to help those with mental illness and their families. It has received several awards for its work reducing stigma and has advocated for policies like the 2018 Mental Health Act. However, challenges remain like limited resources, funding, and government support. During COVID-19, KPSI provided online support, information, and financial assistance to help people access services and vaccines.
Rapat kordinasi membahas model layanan untuk ODGJ di Indonesia, termasuk panti bina laras, rumah antara, kelompok dukungan, dan proyek hidup mandiri. Dokumen ini menyoroti upaya pemerintah dan organisasi masyarakat dalam menangani ODGJ di berbagai tingkat layanan.
Pengelolaan obat, kesehatan jiwa dan napza 04 2021 fktpBagus Utomo
1. Dokumen tersebut membahas tentang manajemen obat kesehatan jiwa, termasuk perencanaan kebutuhan obat, pengadaan, penyimpanan, distribusi, dan penggunaan. Hal ini penting untuk menjamin ketersediaan obat bagi pasien gangguan jiwa.
Dukungan KPSI pada ODGJ dan keluarganya di masa Pandemi COVID-19Bagus Utomo
Dokumen tersebut membahas tentang dukungan KPSI bagi penderita gangguan jiwa dan keluarganya selama pandemi Covid-19. KPSI memberikan dukungan melalui konsultasi online, edukasi di media sosial, mensosialisasikan layanan bantuan, serta bantuan langsung seperti masker, sembako, dan iuran BPJS. Dokumen tersebut juga menyinggung tentang kendala yang dihadapi penderita gangguan jiwa dan keluarganya selama pan
Dokumen ini memberikan informasi tentang kesehatan jiwa, gangguan jiwa seperti skizofrenia, faktor penyebabnya, serta peran keluarga dan masyarakat dalam memberikan pertolongan pertama psikologis bagi mereka yang mengalami masalah kesehatan jiwa."
KPSI adalah komunitas pendukung Orang Dengan Skizofrenia, Keluarga, dan masyarakat yang peduli dengan isu kesehatan jiwa. KPSI menyediakan dukungan kelompok, edukasi, dan program untuk membantu ODS dan keluarga. KPSI dimulai pada tahun 1995 dan sekarang memiliki lebih dari 55.000 anggota di seluruh Indonesia.
Dokumen tersebut membahas tentang hak orang dengan gangguan jiwa khususnya skizofrenia untuk berpartisipasi dalam pemilihan umum. Beberapa poin penting yang diangkat adalah bahwa orang dengan gangguan jiwa memiliki hak pilih yang sama, proses pemulihan gangguan jiwa, serta perlunya melawan stigma dan diskriminasi saat menjalankan hak pilih.
The document summarizes mental health services and support systems for people experiencing homelessness and severe mental illness in Indonesia. It outlines statistics on rates of untreated severe mental illness and "pasung" (chaining of individuals). It then describes various government regulations and ministries involved, as well as community-based initiatives like daycare centers, shelters, supported housing programs, and grassroots organizations providing peer support. Integrated support systems aim to help individuals move from temporary shelters to independent living in the community.
Penatalaksanaan individu dengan risiko bunuh diriBagus Utomo
Ringkasan dokumen tersebut adalah: (1) Dokumen tersebut membahas tentang penyebab dan penatalaksanaan bunuh diri, termasuk faktor-faktor risiko seperti depresi dan gangguan kejiwaan lainnya; (2) Dokumen tersebut juga memberikan panduan untuk menilai dan merencanakan penanganan pasien yang berisiko bunuh diri, baik di rumah sakit maupun di komunitas; (3) Program pencegahan bunuh diri yang disarankan antara
Pengobatan Medis Orang Dengan Gangguan JiwaBagus Utomo
Presentasi oleh dr Albert Maramis SpKj dalam seminar awam kerjasama Komunitas Rahmat Pemulihan dengan Komunitas Peduli Skizofrenia Indonesia tanggal 26 Agustus 2018
1. SITUASI EPIDEMIOLOGI KESEHATAN
JIWA DAN KEINGINAN UNTUK BUNUH
DIRI
ANALISIS DATA RISKESDAS
Kepala Puslitbang Upaya Kesehatan Masyarakat
Badan Litbangkes
28 April 2016
2. Situasi Global Kejadian Bunuh Diri
■ Diperikiran sekitar 804,000 kejadian bunuh diri terjadi di dunia, dengan angka
age-standardized rate 11.4 per 100,000 populasi (15 pada laki-laki dan 8 pada
perempuan)
■ Kejadian lebih banyak pada laki-laki dibandingkan perempuan (tiga kali lebih
besar di Negara maju dan 1.5 kali di Negara berkembang). Secara global 75%
dari kejadian buniuh diri terjadi di negara-negara low-middle income.
■ Lebih banyak terjadi pada kelompok umur lansia (70 tahu ke atas)
■ Merupakan penyebab kematian ke 2 pada kelompok umur 15 – 29 tahun
■ Keinginan untuk bunuh diri, depresi, schizophrenia, konsumsi alcohol,
merupakan faktor risiko terjadinya bunuh diri.
■ Cara bunuh diri yang paling sering: penggunaan pestisida, gantung diri,
menembak diri sendiri.
■ Faktor risiko bersifat multi faktor dan akumulatif untuk peningkatan risiko
seseorang melakukan bunuh diri.
3. Faktor risiko perilaku bunuh diri
■ Health system
– Akses terhadap tenaga kesehatan dan pelayanan
yang optimal, stigma, peran media yang berlebihan
(risiko ‘copycat’ suicides).
■ Masyarakat dan lingkungan
– Bencana alam, diskriminasi, kekerasan, kondisi
geografis tertentu
■ Individual
– Depresi, schizophrenia, adiksi alcohol, napza,
penyakit kronik, masalah finansial, dan riwayat bunuh
diri keluarga.
7. 0.7 0.5
0.9
0.5
0
1
2
3
4
5
SMP ke bawah SMA ke atas
Prevalensi (%) keinginan untuk bunuh diri
berdasarkan tingkat pendidikan, RISKESDAS
2013
Laki-laki Perempuan
9. 0.8 0.6
1
0.7
0
1
2
3
4
5
kuintil 1-2 kuntil 3-5
Prevalensi (%) keinginan untuk bunuh diri
berdasarkan kuintil ekonomi, RISKESDAS
2013
Laki-laki Perempuan
10. Lima Gejala Terbanyak pada Penduduk yang mengalami
gangguan mental emosional.
Sumber: Sri Idaiani, dkk,
No. 2007 No. 2013
Gejala % Gejala %
1 Tidak mampu
melalukan hal-hal
bermanfaat dalam
hidup
90.9 1 Mempunyai pikiran
untuk mengakhiri
hidup
88
2 Mempunyai pikiran
untuk mengakhiri hidup
89.6 2 Tidak mampu
melalukan hal-hal
bermanfaat dalam
hidup
87.5
3 Merasa tidak berharga 89.3 3 Merasa tidak
berharga
85.4
4 Kehilangan minat pada
berbagai hal
86.4 4 Kehilangan minat
pada berbagai hal
83
5 Pekerjaan sehari-hari
terganggu
85.8 5 Pekerjaan sehari-hari
terganggu
78.2
RISKESDAS 2007 dan 2013
12. Hasil studi penelusuran kejadian bunuh diri di
Pekalongan dan Denpasar
(Direktorat Keswa, dan Litbangkes /dr. Yuslely Usman, dkk),
■ Ditemukan total 67 kematian karena bunuh diri selama 2010 dan 2011, pada
tiga lokasi (Kabupaten Gunung Kidul, Kabupaten Pekalongan dan Kota
Denpasar).
Laki-laki,
47
Perempua
n , 20
13. Distribusi cara bunuh diri
Gantung diri,
61
menenggela
mkan diri, 3
minum
racun, 3
Sumber: Laporan penelusuran kasus bunuh diri di Pekalongan, Gunung Kidul, Denpasar, Yuslely dkk,
2011
14. Distribusi kasus bunuh diri
berdasarkan kelompok umur
15 - 44
tahun, 19
45 - 64
tahun, 28
>= 65 tahun,
20
Sumber: Laporan penelusuran kasus bunuh diri di Pekalongan, Gunung Kidul, Denpasar, Yuslely dkk,
2011
15. Registri Penyebab Kematian di 12 Kab / Kota
2012
Sumber: Puslitbang UKM,Badan Litbangkes, analisis registry penyebab kematian, 2012.
16. Metode
■ Instrumen : SMPK (surat medis penyebab
kematian)
■ Sumber data :
Untuk kematian di RS/Puskesmas : Rekam Medis
Untuk kematian di rumah dll : Autopsi Verbal
Sumber: Puslitbang UKM,Badan Litbangkes, analisis registry penyebab kematian, 2012.
19. Jumlah semua kematian di 12 lokasi : 25.769 kejadian
Proporsi bunuh diri :
Sumber: Puslitbang UKM,Badan Litbangkes, analisis registry penyebab kematian, 2012.
21. Persentase Cara Bunuh Diri
7.0
4.7
16.3
2.3
69.8
0.0
10.0
20.0
30.0
40.0
50.0
60.0
70.0
80.0
Bunuh diri Bunuh diri dengan
obat
Bunuh diri dengan
pestisida
Bunuh diri dengan
racun
Gantung diri
Sumber: Puslitbang UKM,Badan Litbangkes, analisis registry penyebab kematian, 2012.