SlideShare a Scribd company logo
BULETIN
SURVEILANS & IMUNISASI
E D I S I 1 • M A R E T 2 0 2 0
POLIO
BELUM
BERAKHIR
TOPIK
Polio Belum Berakhir
Tinjauan Kualitas Data
4 Provinsi di Indonesia
Evaluasi Pasca Pengenalan
Tiga Vaksin Baru di Indonesia
Tips: 10 Langkah
Penyelidikan Epidemiologi
Tips: Manfaat dan Keamanan
Pemberian Imunisasi Ganda
Saat Pelayanan Imunisasi
i
EDISI 1 • MARET 2020BULETIN SURVEILANS & IMUNISASI
SALAM REDAKSI
	 Alhamdulillah puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas terbitnya Buletin Surveilans dan
Imunisasi Edisi 1 Tahun 2020. Buletin ini merupakan media untuk memperluas wawasan dan informasi
bagi seluruh masyarakat Indonesia pada umumnya, terutama tenaga kesehatan di Indonesia dalam mem-
bangun masyarakat Indonesia yang sehat.
	 Konsep isi buletin ini adalah artikel yang membangun wawasan pembaca mengenai situasi penyakit
yang didukung dengan data surveilans dan imunisasi, informasi kegiatan terbaru, serta tips atau informasi
lain seputar surveilans dan imunisasi.
	 Pada terbitan awal ini, tim redaksi mencoba mengangkat topik penyakit Polio yang kembali men-
jangkit beberapa negara Asia Tenggara. Pada akhir tahun 2018, terjadi KLB Polio cVDPV 1 di Papua dan
telah dilaksanakan berbagai upaya penanggulangan KLB. KLB ini terjadi karena tren cakupan imunisasi
yang rendah, oleh karena itu sangat penting bagi seluruh daerah untuk meningkatkan dan mempertahan-
kan cakupan imunisasi serta meningkatkan kinerja surveilans AFP agar tidak terjadi lagi KLB polio di
kemudian hari.
	 Pada kesempatan ini kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi da-
lam penyusunan dan penerbitan buletin ini. Semoga bulletin ini bermanfaat bagi kita dalam membangun
masyarakat Indonesia sehat yang dicita-citakan.
Selamat membaca,
Tim Redaksi
ii
EDISI 1 • MARET 2020BULETIN SURVEILANS & IMUNISASI
TIM REDAKSI
Pelindung
Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Penasehat
Sekretaris Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Penanggungjawab
Kepala Sub-Direktorat Surveilans
Kepala Sub-Direktorat Imunisasi
Direktorat Surveilans dan Karantina Kesehatan
Editor
dr. Triya Novita Dinihari
Syamsu Alam, SKM, M. Epid
dr. Cornelia Kelyombar
Muammar Muslih, SKM, M.Epid
Vivi Voronika, MKM
Lulu Ariyantheny Dewi, SKM, M.IPH
WHO Indonesia
Kesekretariatan
Sub-Direktorat Surveilans
Sub-Direktorat Imunisasi
Alamat Redaksi
Sub-Direktorat Surveilans
Sub-Direktorat ImunisasI
Jl. HR. Rasuna Said Blok X-5 Kav. 4-9, Lantai 6, Blok C.
Jakarta 12950
Telp: 021-5221432, 021-5277167-68
Fax: 021-5203874, 021-5277167-68
1
EDISI 1 • MARET 2020BULETIN SURVEILANS & IMUNISASI
POLIO BELUM BERAKHIR
S
ejak tahun 2018 kawasan Asia Tenggara
dikejutkan dengan temuan kasus Polio di
beberapanegara,yaituIndonesia,Myanmar,
Filipina, dan Malaysia. Padahal kawasan tersebut
telah lebih dari satu dekade tidak ditemukan kasus
Polio. Total kasus Polio VDPV tipe 1 dari tahun
2018 hingga minggu 10 tahun 2020 sejumlah 12
kasus, Polio VDPV tipe 2 sebanyak 14 kasus, dan
sampel polio lingkungan positif VDPV 1 sebanyak
19 sampel dan VDPV tipe 2 sebanyak 23 sampel.
	 Tahun 2018, WHO telah melakukan
penilaian risiko transmisi polio di Indonesia untuk
tingkat nasional maupun provinsi. Ada 3 indikator
utama dalam penilaian risiko tersebut yaitu
imunitas populasi, surveilans, dan penyampaian
program. Hasil penilaian menunjukkan Indonesia
berisiko tinggi dalam transmisi Polio, dengan 23
provinsi (76,5%) diantaranya berisiko tinggi, 9
provinsi (23,5%) berisiko sedang dan hanya ada
dua provinsi yang memiliki resiko rendah, yaitu
Yogyakarta dan Bali.
I. Imunitas Populasi
	 Berdasarkan Permenkes No.12 tahun 2017,
pemerintah menerapkan pemberian 4 dosis Oral
Polio Vaccine (OPV) dan 1 dosis Inactivated Polio
Vaccine (IPV) ke dalam jadwal imunisasi rutin
pada bayi. Rata-rata cakupan OPV4 dalam tiga
tahun terakhir sudah mencapai lebih dari 90%,
namun belum memenuhi target nasional (minimal
95% dan merata). Sedangkan untuk cakupan IPV
menunjukkan peningkatan di setiap tahun sejak
diperkenalkan pada tahun 2016, namun secara
nasional tren cakupan IPV masih kurang dari 80%.
	 Sementara itu untuk rata-rata cakupan
OPV4 dari tahun 2016 – 2018, terdapat 6 provinsi
yang memiliki rata-rata cakupan kurang dari
80%, yaitu Papua, Aceh, NTT, Kalimantan Utara,
Maluku Utara, dan Sumatera Barat, yang artinya
perlindungan terhadap virus polio tipe 1 dan 3
masih rendah.
6.4 4.7 6.4 6.9
14.2
9.1
12.3 11.1 12.3 13.9
12.2
13.6
6.8
6.6
8.9 9.0
7.2
4.5
60.9 65.4
61.5 56.5 51.9
50.0
13.6 12.1 11.0 13.6 14.4
22.7
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
2015
N = 750 cases
2016
N = 737 cases
2017
N = 881 cases
2018
N = 865 cases
2019
N = 817 cases
2020
N = 22 cases
Status Imunisasi OPV4 Pada Kasus AFP Bukan Polio 6 – 59 Bulan
2014 - 2019
0 Dose 1-2 Doses 3 Doses +4 Doses Unknown
Gambar 2 Peta Rata-Rata Cakupan OPV4 2016 - 2018
Gambar 1. Peta Hasil Penilaian Resiko Transmisi Polio
2
EDISI 1 • MARET 2020BULETIN SURVEILANS & IMUNISASI
	 Status imunisasi polio (OPV4) pada kasus
AFP bukan Polio berusia 6 – 59 bulan menunjukkan
ada peningkatan cukup signifikan dalam tiga
tahun terakhir untuk kasus yang belum pernah
diimunisasi (zero dose) dari 6% di tahun 2017,
meningkat menjadi 14% di tahun 2019. Hal ini
menunjukkan tren balita yang belum mendapat
imunisasi polio semakin meningkat.
II. Surveilans AFP (Acute Flaccid Paralysis)
	 WHO menyatakan Indonesia bebas polio
sejak tahun 2014, sebuah pencapaian yang luar bi-
asa. Meski demikian, Indonesia harus tetap mem-
pertahankan status bebas polio tersebut dengan
meningkatkan cakupan imunisasi polio rutin dan
sensitifitas surveilans. Untuk meningkatkan sensi-
tifitas penemuan kasus polio, maka pengamatan
dilakukan pada semua kelumpuhan yang terjadi
pada anak berusia kurang dari 15 tahun secara
akut, bersifat layuh seperti pada poliomyelitis, dan
tidak ada riwayat trauma atau ruda paksa. Pe-
nyakit-penyakit yang mempunyai sifat kelumpuhan
seperti poliomyelitis disebut kasus Acute Flaccid
Paralysis (AFP) dan pengamatannya disebut seba-
gai Surveilans AFP. Kasus AFP yang ditemukan ke-
mudian diambil spesimen tinjanya untuk diperiksa
di laboratorium.
2.74
2.4
2.02 1.98
2.29
2.42
2.27
87.7 86.4 87.5
82.8
79.5 78.4 80
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
4
4.5
5
2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
SpecimensAdequate
NonPolioAFPRate
PerformaSurveilans AFP 2013 - 2019
Non Polio AFPRate Specimens Adequate Non Polio AFPRate Target (2/100000) Specimens Adequate Target (80%)
	 Indikator utama pencapaian surveilans AFP
terdiri dari Non-Polio AFP rate dan spesimen ade-
kuat. Data hingga minggu terakhir 2019, Indonesia
telah berhasil mencapai indikator non-Polio AFP
rate sebesar 2.14 dari target yang ditetapkan,
yaitu 2/100.000 populasi < 15 tahun. Sedangkan
indikator spesimen adekuat mengalami penurun-
an cukup signifikan di 4 tahun terakhir, bahkan di
tahun 2017 dan 2018 indikator ini tidak mencapai
target yang diharapkan (minimal 80%).
	 Melihat capaian indicator non-Polio AFP
Rate tahun 2019 per provinsi, ada 5 provinsi yang
memilik performa kurang dari 1/100.000 populasi
kurang dari 15 tahun yaitu Riau, Kalimantan Utara,
Kalimantan Tengah, NTB, dan Maluku Utara.
	 Beberapa provinsi patut meningkatkan
performa cakupan imunisasi rutin dan penguatan
surveilans AFP. Provinsi Kalimantan Barat dan Ka-
limantan Utara yang berdekatan dengan Sabah
(Malaysia), Sulawesi Utara, Kalimantan Utara, dan
Maluku Utara yang berdekatan dengan Filipina
perlu dilakukan arahan dan pengawasan ketat
untuk mencegah transmisi polio dari Malaysia dan
Filipina. Terlebih lagi ada penerbangan langsung
dari Davao (provinsi kasus VDPV di Filipina) ke
Kota Manado dan Kota Makassar bisa menjadi sa-
rana transmisi Polio antar negara.
III. Penyampaian Program
	 Penilaian penyampaian program dalam
transmisi polio dilihat dengan adanya rencana na-
sional kesiapsiagaan importasi polio, keberadaan
kelompok atau populasi rentan dan berisiko tinggi,
akses mendapatkan air bersih, serta ketersediaan
sanitasi yang baik.
Gambar 3 Peta Non-Polio AFP Rate 2019 per Provinsi
Strategi penemuan Kasus AFP
•	Surveilans Aktif Rumah Sakit (SARS) minggu-
an, bagi yang tidak melakukan SARS, dilaku-
kan HRR (Hospital Record Review) minimal 3
bulan sekali
•	Pemantauan wilayah setempat (PWS) di ma-
syarakat
•	Kelola sesuai SOP Surveilans AFP
•	Advokasi kepada dokter spesialis
3
EDISI 1 • MARET 2020BULETIN SURVEILANS & IMUNISASI
	 Rencana nasional kewaspadaan impor-
tasi polio telah disusun pada tahun 2018 dan
sudah diujicobakan sebanyak tiga kali melalui ke-
giatan Table Top Excercise Polio.
	 Penilaian keberadaan kelompok atau po-
pulasi rentan dan berisiko tinggi didasari pada
persentase anak belum diimunisasi yang disebab-
kan karena keberadaan populasi migran, peng-
ungsian, permukiman kumuh, atau komunitas suku;
kelompok yang menolak imunisasi; masalah kea-
manan; bencana alam; akses ke pelayanan kese-
hatan tidak memadai; dan dukungan pemerintah
daerah.
	 Data BPS tahun 2017 menunjukkan cakup-
an akses mendapatkan air bersih di Indonesia
sebesar 72%, sedangkan cakupan ketersediaan
sanitasi yang baik sebesar 68%. Cakupan terse-
but masih di bawah standar yang ditetapkan oleh
WHO, yaitu minimal 85%. Hanya ada dua provinsi
yang memiliki cakupan di atas 85%, yaitu provinsi
DKI Jakarta dan Bali.
III. KLB Polio cVDPV1 di Papua	
	 Pada November 2018 lalu, Kab. Yahukimo,
provinsi Papua, menemukan 1 kasus AFP positif
VDPV tipe 1. Tim gabungan Kemenkes, WHO dan
mitra lainnya melakukan penyelidikan epidemiolo-
gi lanjutan dan survei tinja. Hasil survei tinja di-
dapatkan dua spesimen positif VDPV tipe 1 dan
memiliki hubungan epidemiologi dengan kasus
AFP positif VDPV tipe 1 tersebut yang menanda-
kan bahwa virus VDPV tipe 1 sudah bersirkulasi di
sana. Namun, hasil surveilans lingkungan belum
menemukan adanya area yang sudah terinfeksi vi-
rus VDPV tipe 1. Outbreak Response Immunization
(ORI) telah dilaksanakan di Kab. Yahukimo, segera
setelah kasus positif polio VDPV tipe 1 terkonfir-
masi. Setelah pelaksanaan ORI, Sub PIN Polio 2
putaran, peningkatan kewaspadaan di masyara-
kat, sweeping anak yang belum diimunisasi OPV,
penguatan surveilans dan berbagai upaya advo-
kasi telah dilakukan untuk menanggulangi KLB ter-
sebut baik di provinsi Papua maupun Papua Barat.
		
	
	
	 Sub PIN putaran 1 dan 2 telah selesai dilak-
sanakan di provinsi Papua dan Papua Barat. Selu-
ruh kabupaten/kota di Papua Barat melaporkan
capaian cakupan ≥95%. Sedangkan di Papua,
pada putaran 1 hanya 11 dari 29 Kab/Kota yang
melaporkan capaian cakupan ≥95%. Sedangkan
pada putaran 2 hanya 19 Kab/kota saja yang
mencapai cakupan ≥95%.
	 Kegiatan pencegahan juga dilakukan de-
ngan melakukan kewaspadaan kasus AFP di ma-
syarakat, peningkatan kebutuhan akan imunisasi
dan pemberian imunisasi polio di pintu masuk ke-
pada pelaku perjalanan dari dan ke Papua dan
Papua Barat. Hal serupa juga dilakukan sehu-
bungan dengan potensi transmisi polio virus tipe
1 dan tipe 2 dari Filipina serta polio virus tipe 1
dari Malaysia, skrining dan pemberian imunisasi
polio dilakukan kepada penumpang yang mela-
kukan perjalanan ke atau dari kedua negara ter-
sebut. Hal ini merujuk pada Surat Edaran Dirjen
P2P Kemenkes RI No:HK.
02.02/ii/3074/2019
dan No: 5R.03.04/
II/2320/2019.
	 Data per 23 Januari
2020, sejumlah 238 pe-
numpang dari Sulawesi
Utara dan Maluku Utara
yang akan bepergian
ke Filipina mendapat-
kan satu dosis imunisasi IPV. Selain itu, terdapat
18 penumpang dari Sulawesi Selatan yang akan
melakukan perjalanan ke Malaysia telah menda-
patkan imunisasi OPV.
Gambar 4. Imunisasi polio untuk kru kapal Filipina oleh
petugas KKP Makassar. Kredit: Yurniati / WHO Indonesia
44
EDISI 1 • MARET 2020BULETIN SURVEILANS & IMUNISASI
Tinjauan
Kualitas Data
4 Provinsi di
Indonesia
K
elompok Kerja Teknis Imunisasi Regional Asia
Tenggara (SEAR-ITAG) pada pertemuan yang
ke-9 di 2018 lalu, menegaskan betapa pen-
tingnya pelaksanaan penilaian kualitas data, baik
data imunisasi maupun surveilans bagi negara
yang belum melaksanakan dalam 3 tahun terakhir.
	 Review kualitas data imunisasi dan survei-
lans PD3I di Indonesia telah dilaksanakan pada
tanggal 6 - 16 September 2019. Tim gabungan
yang terdiri dari Kementerian Kesehatan, WHO
Indonesia, UNICEF, dan PAEI ikut berpartisipa-
si dalam kegiatan ini. Tujuan kegiatan ini adalah
mengidentifikasi permasalahan kualitas data un-
tuk mengembangkan strategi dan model terbaik
untuk sistem pelaporan imunisasi dan surveilans
PD3I, serta meminimalisir perbedaan data dianta-
ra beberapa sistem pelaporan.
	
	 Metodologi yang digunakan meliputi pe-
nilaian system, review arsip data, dan kunjungan
lapangan. Empat provinsi terpilih untuk dilakukan
peninjauan, yaitu Banten, Jawa Timur, Sumatera
Utara, dan Sumatera Selatan. Setiap provinsi,
dipilih masing-masing 2 kabupaten/kota, ma-
sing-masing kabupaten/kota dipilih 2 puskesmas,
dan sedikitnya satu posyandu dipilih untuk dilaku-
kan tinjauan mendalam. Review data dilakukan
megikuti alur pelaporan dari Puskesmas ke Kabu-
paten, Provinsi, hingga ke level Pusat.
	 Berdasarkan hasil kunjungan ke lapangan,
temuan penting untuk sistem pelaporan data imu-
nisasi sebagai berikut:
•	 Secara keseluruhan, pencatatan dan pelapor-
an dari Posyandu hingga Pusat berjalan de-
ngan baik. Tetapi sistem pelaporan itu sendiri
cukup rumit.
•	 Kualitas sistem pemantauan imunisasi di empat
provinsi terpilih menunjukkan variabel “penca-
tatan dan pengarsipan” mencapai nilai yang
lebih tinggi, diikuti oleh “denominator”. Hasil
terendah ditemukan pada variabel "analisis
dan penggunaan".
Gambar 4. Tinjauan Kualitas Data di Provinsi Sumatera Utara
Credit: Kementerian Kesehatan RI
5
EDISI 1 • MARET 2020BULETIN SURVEILANS & IMUNISASI
•	 	Perbadaan ditemukan ketika membanding-
kan hasil imunisasi DPT-Hb-HiB 3, OPV4 dan
Campak-Rubella 1 yang dilaporkan dari ting-
kat puskesmas hingga tingkat Pusat. Verifikasi
data antara laporan Puskesmas dan kohort/
register imunisasi anak sering menunjukkan
perbedaan yang signifikan.
•	 Belum adanya alat bantu untuk mengkompilasi
data sesuai jenis imunisasi, sementara itu tool
PWS kurang mudah digunakan
•	 Belum adanya sistem yang memverifikasi de-
nominator berdasarkan data Pusdatin dengan
data daerah. Penggunaan data dalam mem-
buat keputusan adalah komponen terlemah di
setiap tingkatan.
Sementara itu, temuan penting untuk sistem pela-
poran PD3I adalah:
•	 Secara keseluruhan, pencatatan dan pelapor-
an surveilans PD3I kurang terlaksana dengan
baik. Setiap tingkatan mempunyai versi buku
pedoman yang berbeda, Provinsi mempunyai
pedoman terbaru, namun kebanyakan Kabu-
paten dan Puskesmas masih menggunakan
buku pedoman versi lama.
•	 Perbedaan angka yang cukup besar antara
SKDR dan sistem pelaporan PD3I rutin, teruta-
ma untuk surveilans campak;
•	 Kurangnya kolaborasi antara unit pelapor, khu-
susnya sektor swasta
•	 Kurangnya pemahaman pentingnya pencatat-
an dan pelaporan
	 Secara kesuluruhan untuk meningkatkan
kualitas data baik imunisasi maupun surveilans
PD3I, tim peninjau memberikan rekomendasi se-
bagai berikut:
1.	 Membentuk kelompok kerja untuk menyusun
tools monitoring dan evaluasi.
2.	Melakuakan tinjauan mendalam sistem survei-
lans PD3I.
3.	Kemenkes bersama mitra perlu mengimple-
mentasikan cara efektif dalam peningkatan
kapasitas petugas di setiap tingkatan.
4.	Melakukan verifikasi data surveilans PD3I dan
data imunisasi secara rutin, hal tersebut untuk
meningkatkan penggunaan data dalam pem-
buatan keputusan.
6
EDISI 1 • MARET 2020BULETIN SURVEILANS & IMUNISASI
Evaluasi Pasca
Pengenalan
Tiga Vaksin Baru
di Indonesia
S
elama rentang waktu 3 tahun, Indonesia te-
lah memperkenalkan tiga vaksin baru yang
sejalan dengan rencana multi tahun kom-
prehensif (cMYP). Vaksin pertama yaitu Inactiva-
ted Polio Vaccine (IPV) diperkenalkan secara na-
sional pada tahun 2016. Pada tahun 2017, Vaksin
Pneumococcus (PCV) diperkenalkan melalui pro-
gram demonstrasi yang dilaksanakan di kabupa-
ten Lombok Barat dan Lombok Timur. Tahun 2018,
diperluas ke seluruh Kabupaten di Pulau Lombok,
Kota Pangkal Pinang, Kab. Bangka dan Bangka
Tengah. Di tahun 2019, vaksin PCV diimplementa-
sikan ke seluruh kabupaten/kota di Provinsi Nusa
Tenggara Barat dan Bangka Belitung. Vaksin keti-
ga yang diperkenalkan yaitu Japanese Encephali-
tis Vaccine (JEV), pada tahun 2018 di Bali.
	 Evaluasi bersama Pasca Pengenalan Vak-
sin baru (PIE) dilaksanan pada 18-30 September
2019. Perwakilan dari Kementerian Kesehatan,
WHO Indonesia, UNICEF, CDC Atlanta, Clinton
Health Access Initiative (CHAI), Program Teknolo-
gi Tepat Guna dalam Kesehatan (PATH), dan Pu-
sat Teknologi Penilaian Kesehatan dan Farmako-
ekonomi Universitas Gadjah Mada berpartisipasi
sebagai tim penilai. Tujuan dari evaluasi ini untuk
menilai implementasi dan dampak pengenalan
vaksin baru pada program imunisasi nasional.
	 Evaluasi mencakup kunjungan lapangan
ke provinsi terpilih, pengumpulkan data meng-
gunakan kuesioner standar PIE WHO, mengamati
pengelolaan vaksin dan implementasi pemberian
imunisasi. Tim penilai juga mewawancarai petu-
gas kesehatan, kader, dan pengasuh (orang tua)
serta tinjauan data sekunder secara menyeluruh.	
	 Berdasarkan kunjungan tim evaluasi, beri-
kut temuan-temuan yang diperoleh:
•	Program pengembangan vaksin baru berfungsi
dengan baik, sebagian besar provinsi (87,5%)
dan kabupaten (86,4%) menerapkan perenca-
naan dan koordinasi terpadu antara program
imunisasi dengan program kesehatan lainnya
seperti program kesehatan ibu dan anak, gizi,
surveilans, promosi kesehatan, dan farmasi
untuk perencanaan kebutuhan vaksin.
•	Pelatihan pengenalan vaksin baru terstruktur
dengan baik, tetapi pelatihan penyegaran ter-
kait program imunisasi diperlukan bagi semua
petugas kesehatan.
Gambar 5. Pemberian vaksin DPT-HB-HiB3 di Puskesmas
Gunung Sari, NTB. Credit: GMU/ Marlita
7
EDISI 1 • MARET 2020BULETIN SURVEILANS & IMUNISASI
•	Tidak ada efek negatif terhadap aktivitas
imunisasi yang ada. Namun demikian, kera-
guan terhadap suntikan ganda masih mem-
pengaruhi cakupan IPV yang lebih rendah di-
bandingkan dengan cakupan DPT-Hb-HiB 3.
•	Kebijakan, norma, dan standar di tingkat na-
sional dan daerah tersedia untuk pengenalan
vaksin baru.
•	Infrastruktur dan peralatan rantai dingin vak-
sin umumnya baik, tetapi alat dan kapasitas
pemantauan di tingkat yang lebih rendah ha-
rus dinilai.
•	Perlunya mengembangkan strategi komuni-
kasi dengan meilibatkan para pemimpin aga-
ma untuk meningkatkan kesadaran masyara-
kat tentang manfaat program imunisasi.
	
	 Di akhir kegiatan, tim penilai memberikan
beberapa rekomendasi sebagai berikut:
1.	Pelasksanaan imunisasi IPV perlu ditingkat-
kan dengan menjamin ketersediaan vaksin
dan logistik yang memadai dan tepat waktu
2.	Masalah keraguan terhadap suntikan ganda
dapat ditangani melalui upaya komunikasi
dan pelatihan bagi petugas kesehatan
3.	Adanya perencanaan pengembangan pe-
laksanaan imunisasi PCV dan JE pada cMYP
2020-2024
4.	Memastikan pengelolaan vaksin dan rantai
vaksin berkualitas, mengikuti pedoman Effec-
tive Vaccine Management (EVM)
5.	Melakukan upaya perbaikan pada sistem
pencatatan dan pelaporan kasus KIPI ringan.
	 Sangat penting untuk memastikan semua
anak mendapatkan imunisasi rutin lengkap agar
menjadi generasi penerus yang sehat dan berku-
alitas.
8
EDISI 1 • MARET 2020BULETIN SURVEILANS & IMUNISASI
	
	 Ketika terjadi masalah kesehatan masyarakat, se-
orang epidemiolog adalah penggerak yang selalu siap
untuk menginvestigasi masalah agar dapat diidentifikasi
penyebab dan factor resiko, implementasi pencegahan
dan pengendalian, serta komunikasi dengan pihak yang
terlibat. Penyelidikan epidemiologi merupakan fungsi
epidemilogi terpenting dalam mengubah informasi men-
jadi aksi untuk memastikan kesehatan dan keamanan ma-
syarakat.
	 Menurut CDC Field Epidemiology Manual1
, ada 10
langkah dalam melakukan penyelidikan epidemiologi:
1.	 Persiapan Lapangan, memastikan investigator me-
mahami tujuan PE dan memeriksa segala perlengkap-
an yang diperlukan.
2.	Konfirmasi diagnosis, pastikan diagnosis mampu
mendefinisikan permasalahan
3.	Menentukan luas masalah, mengidentifikasi faktor
resiko dan populasi beresiko.
4.	Identifikasi & jumlah kasus, mengidentifikasi kasus
yang masuk dalam periode KLB
5.	Tabulasi dan orientasi data, mengolah data menu-
rut orang, tempat, dan waktu.
6.	Menentukan upaya pengendalian yang bisa dite-
rapkan, pengendalian terhadap sumber agen, atau
pengendalian pada populasi yang beresiko terhadap
agen
7.	Pengembangan & uji hipotesis, membuat hipotesis
& mengujinya dengan studi analisis
8.	Perencanaan studi sistematik lainnya
9.	Implementasi serta evaluasi pencegahan dan
pengendalian, Mengevaluasi dampak tindakan pen-
gendalian sangat penting dalam menilai efektivitas
pehentian wabah. Jika belum ada, surveilans aktif ha-
rus dilaksanakan untuk memantau kasus-kasus baru.
10.	 Komunikasi hasil, Informasi yang diberikan secara
akurat selama KLB membantu publik dan pemangku
kepentingan dalam memberikan tindakan menghenti-
kan wabah.
	
	 Pemberian imunisasi ganda adalah pemberian le-
bih dari satu jenis imunisasi dalam satu kali kunjungan.
Berikut adalah pertanyaan yang sering ditanyakan oleh
orang tua dan tenaga kesehatan tentang manfaat dan
keamanan pemberian imunisasi ganda pada pelayanan
imunisasi:
1.	 Apakah pemberian imunisasi ganda aman untuk
bayi/anak?
YA, pemberian imunisasi ganda aman dan efektif. Ba-
nyak negara maju yang telah melaksanakan pembe-
rian imunisasi ganda untuk imunisasi bayi/anak dan
tidak ditemukan laporan terkait permasalahan kea-
manan vaksin.
2.	 Apa manfaat pemberian imunisasi ganda pada
satu kali kunjungan?
a.	 Melindungi bayi dan anak: memberikan imuni-
sasi sesuai jadwal yang dianjurkan memberikan
perlindungan sesegera mungkin kepada bayi dan
anak.
b.	 Meningkatkan efisiensi pelayanan kesehatan:
dengan memberikan imunisasi ganda, waktu
yang dibutuhkan untuk pelayanan Imunisasi men-
jadi berkurang, tenaga kesehatan dapat menga-
lokasikan waktu untuk layanan kesehatan lainnya
c.	 Kunjungan imunisasi lebih sedikit: orang tua/
pengasuh tidak perlu datang ke posyandu atau
fasilitas pelayanan kesehatan beberapa kali.
3.	 Apakah pemberian imunisasi ganda dapat me-
ningkatkan risiko KIPI?
TIDAK, pemberian suntikan ganda pada pemberian
imunisasi tidak meningkatkan risiko terjadinya KIPI
pada bayi/anak. Pastikan pelayanan imunisasi me-
matuhi prinsip penyuntikan aman, penyimpanan vak-
sin sesuai prosedur dan memperhatikan kontra indi-
kasi imunisasi.
4.	Apakah pemberian imunisasi ganda membuat
anak lebih merasakan nyeri?
Ketidaknyamanan ketika diberikan imunisasi ganda
hanya akan dirasakan dalam waktu singkat. Pemberi-
an imunisasi pada bulan atau waktu kunjungan yang
berbeda justru akan memberikan ketidaknyamanan
dua kali kepada bayi/anak.
5.	 Adakah konsekuensi apabila pemberian imuni-
sasi yang seharusnya dilakukan pada satu kun-
jungan diberikan terpisah atau tidak bersamaan
(berjarak 1 bulan)?
Penundaan pemberian imunisasi ganda mengakibat-
kan bayi/anak lebih lama terpapar terhadap bibit
penyakit tanpa perlindungan, dan lebih berisiko ter-
tular penyakit.
PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGI MANFAAT DAN KEAMANAN PEMBERIAN
IMUNISASI GANDA SAAT PELAYANAN
IMUNISASI
1
Source: CDC Field Epidemiology Manual (adapted from Gregg MB, Conducting a field investigation. In: Gregg MB, ed. Field epidemiology. 3rd ed. New York: Oxford University Press; 2008:81-96)
8
BULETIN
SURVEILANS & IMUNISASI
EDISI 1 • MARET 2020

More Related Content

What's hot

Pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan
Pemberdayaan masyarakat bidang kesehatanPemberdayaan masyarakat bidang kesehatan
Pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan
Zakiah dr
 
Penilaian kinerja puskesmas
Penilaian kinerja puskesmasPenilaian kinerja puskesmas
Penilaian kinerja puskesmasJoni Iswanto
 
Survey vektor malaria
Survey vektor malariaSurvey vektor malaria
Survey vektor malariavirgananda
 
Diseminasi data surveilans epiemiologi
Diseminasi data surveilans epiemiologiDiseminasi data surveilans epiemiologi
Diseminasi data surveilans epiemiologi
Afina Permatasari
 
Permenkes No. 43 tentang Standar Pelayanan Minimal Biidang Kesehatan
Permenkes No. 43 tentang Standar Pelayanan Minimal Biidang KesehatanPermenkes No. 43 tentang Standar Pelayanan Minimal Biidang Kesehatan
Permenkes No. 43 tentang Standar Pelayanan Minimal Biidang Kesehatan
Muh Saleh
 
Contoh profil indikator mutu ukm
Contoh profil indikator mutu ukmContoh profil indikator mutu ukm
Contoh profil indikator mutu ukm
KlinikSubanmedika
 
Indikator program malaria
Indikator program malariaIndikator program malaria
Indikator program malariaJoni Iswanto
 
Kebijakan pis pk
Kebijakan pis pkKebijakan pis pk
Kebijakan pis pk
Jaya Saragih
 
Indikator Kesehatan Masyarakat 2020-2024
Indikator Kesehatan Masyarakat 2020-2024Indikator Kesehatan Masyarakat 2020-2024
Indikator Kesehatan Masyarakat 2020-2024
Zen D' Eri
 
Komunikasi risiko
Komunikasi risikoKomunikasi risiko
Komunikasi risiko
Anggita Dewi
 
Integrasi Layanan Primer.pptx
Integrasi Layanan Primer.pptxIntegrasi Layanan Primer.pptx
Integrasi Layanan Primer.pptx
PromkesKotsmi
 
Bab 4 PRIORITAS NASIONAL.pdf
Bab 4  PRIORITAS NASIONAL.pdfBab 4  PRIORITAS NASIONAL.pdf
Bab 4 PRIORITAS NASIONAL.pdf
ssuserc3081c
 
INDIKATOR KINERJA SURVEILANS DI PUSKESMAS I BATURRADEN
INDIKATOR KINERJA SURVEILANS DI PUSKESMAS I BATURRADEN INDIKATOR KINERJA SURVEILANS DI PUSKESMAS I BATURRADEN
INDIKATOR KINERJA SURVEILANS DI PUSKESMAS I BATURRADEN
yesintabella
 
Bab viii surveilans epid
Bab viii surveilans epidBab viii surveilans epid
Bab viii surveilans epid
NajMah Usman
 
Konsep pencegahan dan pengendalian klb wabah
Konsep pencegahan dan pengendalian klb wabahKonsep pencegahan dan pengendalian klb wabah
Konsep pencegahan dan pengendalian klb wabah
Anggita Dewi
 
Bab 5 mutu
Bab 5 mutuBab 5 mutu
Bab 5 mutu
ssuser954579
 
Program ispa di puskesmas
Program ispa di puskesmasProgram ispa di puskesmas
Program ispa di puskesmasJoni Iswanto
 
Konsep penyelidikan KLB
Konsep penyelidikan KLBKonsep penyelidikan KLB
Konsep penyelidikan KLB
WiandhariEsaBBPKCilo
 
PPT Pertemuan Sosialisasi POPM Cacingan Tahun 2022, edit.ppt
PPT Pertemuan Sosialisasi POPM Cacingan Tahun 2022, edit.pptPPT Pertemuan Sosialisasi POPM Cacingan Tahun 2022, edit.ppt
PPT Pertemuan Sosialisasi POPM Cacingan Tahun 2022, edit.ppt
Hana317409
 

What's hot (20)

Pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan
Pemberdayaan masyarakat bidang kesehatanPemberdayaan masyarakat bidang kesehatan
Pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan
 
Penilaian kinerja puskesmas
Penilaian kinerja puskesmasPenilaian kinerja puskesmas
Penilaian kinerja puskesmas
 
Survey vektor malaria
Survey vektor malariaSurvey vektor malaria
Survey vektor malaria
 
Diseminasi data surveilans epiemiologi
Diseminasi data surveilans epiemiologiDiseminasi data surveilans epiemiologi
Diseminasi data surveilans epiemiologi
 
Permenkes No. 43 tentang Standar Pelayanan Minimal Biidang Kesehatan
Permenkes No. 43 tentang Standar Pelayanan Minimal Biidang KesehatanPermenkes No. 43 tentang Standar Pelayanan Minimal Biidang Kesehatan
Permenkes No. 43 tentang Standar Pelayanan Minimal Biidang Kesehatan
 
Contoh profil indikator mutu ukm
Contoh profil indikator mutu ukmContoh profil indikator mutu ukm
Contoh profil indikator mutu ukm
 
Indikator program malaria
Indikator program malariaIndikator program malaria
Indikator program malaria
 
Kebijakan pis pk
Kebijakan pis pkKebijakan pis pk
Kebijakan pis pk
 
Indikator Kesehatan Masyarakat 2020-2024
Indikator Kesehatan Masyarakat 2020-2024Indikator Kesehatan Masyarakat 2020-2024
Indikator Kesehatan Masyarakat 2020-2024
 
Komunikasi risiko
Komunikasi risikoKomunikasi risiko
Komunikasi risiko
 
Integrasi Layanan Primer.pptx
Integrasi Layanan Primer.pptxIntegrasi Layanan Primer.pptx
Integrasi Layanan Primer.pptx
 
Bab 4 PRIORITAS NASIONAL.pdf
Bab 4  PRIORITAS NASIONAL.pdfBab 4  PRIORITAS NASIONAL.pdf
Bab 4 PRIORITAS NASIONAL.pdf
 
Indikator promkes
Indikator promkesIndikator promkes
Indikator promkes
 
INDIKATOR KINERJA SURVEILANS DI PUSKESMAS I BATURRADEN
INDIKATOR KINERJA SURVEILANS DI PUSKESMAS I BATURRADEN INDIKATOR KINERJA SURVEILANS DI PUSKESMAS I BATURRADEN
INDIKATOR KINERJA SURVEILANS DI PUSKESMAS I BATURRADEN
 
Bab viii surveilans epid
Bab viii surveilans epidBab viii surveilans epid
Bab viii surveilans epid
 
Konsep pencegahan dan pengendalian klb wabah
Konsep pencegahan dan pengendalian klb wabahKonsep pencegahan dan pengendalian klb wabah
Konsep pencegahan dan pengendalian klb wabah
 
Bab 5 mutu
Bab 5 mutuBab 5 mutu
Bab 5 mutu
 
Program ispa di puskesmas
Program ispa di puskesmasProgram ispa di puskesmas
Program ispa di puskesmas
 
Konsep penyelidikan KLB
Konsep penyelidikan KLBKonsep penyelidikan KLB
Konsep penyelidikan KLB
 
PPT Pertemuan Sosialisasi POPM Cacingan Tahun 2022, edit.ppt
PPT Pertemuan Sosialisasi POPM Cacingan Tahun 2022, edit.pptPPT Pertemuan Sosialisasi POPM Cacingan Tahun 2022, edit.ppt
PPT Pertemuan Sosialisasi POPM Cacingan Tahun 2022, edit.ppt
 

Similar to Buletin Surveilans & Imunisasi Edisi I Maret 2020

PPT-UEU-Surveilens-Kesehatan-Masyarakat-Pertemuan-8.pptx
PPT-UEU-Surveilens-Kesehatan-Masyarakat-Pertemuan-8.pptxPPT-UEU-Surveilens-Kesehatan-Masyarakat-Pertemuan-8.pptx
PPT-UEU-Surveilens-Kesehatan-Masyarakat-Pertemuan-8.pptx
EpidPKMBanjaranKotaK
 
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
NezaPurna
 
Policy Brief Puskesmas Hadapi COVID-19
Policy Brief Puskesmas Hadapi COVID-19Policy Brief Puskesmas Hadapi COVID-19
Policy Brief Puskesmas Hadapi COVID-19
CIkumparan
 
PPT Proposal.pptx ppt proposal tentang kesehatan dan kebidanan
PPT Proposal.pptx ppt proposal tentang kesehatan dan kebidananPPT Proposal.pptx ppt proposal tentang kesehatan dan kebidanan
PPT Proposal.pptx ppt proposal tentang kesehatan dan kebidanan
devi Narti
 
Infodatin 2020 hiv
Infodatin 2020 hivInfodatin 2020 hiv
Infodatin 2020 hiv
YeriPergata
 
Analisis Situasi Penyakit Mulut dan Kuku di India (Bag. 2) - Ditjen PKH, Bogo...
Analisis Situasi Penyakit Mulut dan Kuku di India (Bag. 2) - Ditjen PKH, Bogo...Analisis Situasi Penyakit Mulut dan Kuku di India (Bag. 2) - Ditjen PKH, Bogo...
Analisis Situasi Penyakit Mulut dan Kuku di India (Bag. 2) - Ditjen PKH, Bogo...
Tata Naipospos
 
Tugas (Kegiatan Pelatihan Advokasi Program Surveilans)
Tugas (Kegiatan Pelatihan Advokasi Program Surveilans)Tugas (Kegiatan Pelatihan Advokasi Program Surveilans)
Tugas (Kegiatan Pelatihan Advokasi Program Surveilans)
Maya Ongge
 
KERANGKA ACUAN KERJA PROGRAM IMUNISASI.docx
KERANGKA ACUAN KERJA PROGRAM IMUNISASI.docxKERANGKA ACUAN KERJA PROGRAM IMUNISASI.docx
KERANGKA ACUAN KERJA PROGRAM IMUNISASI.docx
BudimanSetiawan5
 
KEBIJAKAN PROGRAM IMUNISASI DAN PELAKSANAAN INTRODUKSI IMUNISASI PCV.pptx
KEBIJAKAN PROGRAM IMUNISASI DAN PELAKSANAAN INTRODUKSI IMUNISASI PCV.pptxKEBIJAKAN PROGRAM IMUNISASI DAN PELAKSANAAN INTRODUKSI IMUNISASI PCV.pptx
KEBIJAKAN PROGRAM IMUNISASI DAN PELAKSANAAN INTRODUKSI IMUNISASI PCV.pptx
ssuser9c651e2
 
54-Article Text-297-1-10-20210301 (1).pdf
54-Article Text-297-1-10-20210301 (1).pdf54-Article Text-297-1-10-20210301 (1).pdf
54-Article Text-297-1-10-20210301 (1).pdf
lennynuraeny
 
TOR Survei dan pengendalian vektor penyakit menular di masyarakat.docx
TOR Survei dan pengendalian vektor penyakit menular di masyarakat.docxTOR Survei dan pengendalian vektor penyakit menular di masyarakat.docx
TOR Survei dan pengendalian vektor penyakit menular di masyarakat.docx
MTHORIEKIKI
 
Pedoman Manajemen PPIA
Pedoman Manajemen PPIAPedoman Manajemen PPIA
Pedoman Manajemen PPIA
Michael Sihombing
 
Pedoman Manajemen PPIA
Pedoman Manajemen PPIAPedoman Manajemen PPIA
Pedoman Manajemen PPIA
Michael Sihombing
 
Pedoman_Manajemen_PPIApdf.pdf
Pedoman_Manajemen_PPIApdf.pdfPedoman_Manajemen_PPIApdf.pdf
Pedoman_Manajemen_PPIApdf.pdf
ElytaSuartika
 
KEBIJAKAN SURVEILANS MALARIA.pptx
KEBIJAKAN SURVEILANS MALARIA.pptxKEBIJAKAN SURVEILANS MALARIA.pptx
KEBIJAKAN SURVEILANS MALARIA.pptx
Yusindrawati
 
Penerapan epidemiologi berbasis pendekatan one health
Penerapan epidemiologi berbasis pendekatan one healthPenerapan epidemiologi berbasis pendekatan one health
Penerapan epidemiologi berbasis pendekatan one health
Anggita Dewi
 
Surveilans dan Monitoring Vaksinasi Untuk Pengendalian PMK - RAKOR BVet Bukit...
Surveilans dan Monitoring Vaksinasi Untuk Pengendalian PMK - RAKOR BVet Bukit...Surveilans dan Monitoring Vaksinasi Untuk Pengendalian PMK - RAKOR BVet Bukit...
Surveilans dan Monitoring Vaksinasi Untuk Pengendalian PMK - RAKOR BVet Bukit...
Tata Naipospos
 
Pedoman ppia 2012 final
Pedoman ppia 2012 finalPedoman ppia 2012 final
Pedoman ppia 2012 final
Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon
 
1_Kebijakan Imunisasi RV DAN HPV di Indonesia_21 _24 Juli 23 (2).pptx
1_Kebijakan Imunisasi RV DAN HPV di Indonesia_21 _24 Juli 23 (2).pptx1_Kebijakan Imunisasi RV DAN HPV di Indonesia_21 _24 Juli 23 (2).pptx
1_Kebijakan Imunisasi RV DAN HPV di Indonesia_21 _24 Juli 23 (2).pptx
PkmSbaru
 

Similar to Buletin Surveilans & Imunisasi Edisi I Maret 2020 (20)

PPT-UEU-Surveilens-Kesehatan-Masyarakat-Pertemuan-8.pptx
PPT-UEU-Surveilens-Kesehatan-Masyarakat-Pertemuan-8.pptxPPT-UEU-Surveilens-Kesehatan-Masyarakat-Pertemuan-8.pptx
PPT-UEU-Surveilens-Kesehatan-Masyarakat-Pertemuan-8.pptx
 
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
 
Policy Brief Puskesmas Hadapi COVID-19
Policy Brief Puskesmas Hadapi COVID-19Policy Brief Puskesmas Hadapi COVID-19
Policy Brief Puskesmas Hadapi COVID-19
 
PPT Proposal.pptx ppt proposal tentang kesehatan dan kebidanan
PPT Proposal.pptx ppt proposal tentang kesehatan dan kebidananPPT Proposal.pptx ppt proposal tentang kesehatan dan kebidanan
PPT Proposal.pptx ppt proposal tentang kesehatan dan kebidanan
 
Campak
CampakCampak
Campak
 
Infodatin 2020 hiv
Infodatin 2020 hivInfodatin 2020 hiv
Infodatin 2020 hiv
 
Analisis Situasi Penyakit Mulut dan Kuku di India (Bag. 2) - Ditjen PKH, Bogo...
Analisis Situasi Penyakit Mulut dan Kuku di India (Bag. 2) - Ditjen PKH, Bogo...Analisis Situasi Penyakit Mulut dan Kuku di India (Bag. 2) - Ditjen PKH, Bogo...
Analisis Situasi Penyakit Mulut dan Kuku di India (Bag. 2) - Ditjen PKH, Bogo...
 
Tugas (Kegiatan Pelatihan Advokasi Program Surveilans)
Tugas (Kegiatan Pelatihan Advokasi Program Surveilans)Tugas (Kegiatan Pelatihan Advokasi Program Surveilans)
Tugas (Kegiatan Pelatihan Advokasi Program Surveilans)
 
KERANGKA ACUAN KERJA PROGRAM IMUNISASI.docx
KERANGKA ACUAN KERJA PROGRAM IMUNISASI.docxKERANGKA ACUAN KERJA PROGRAM IMUNISASI.docx
KERANGKA ACUAN KERJA PROGRAM IMUNISASI.docx
 
KEBIJAKAN PROGRAM IMUNISASI DAN PELAKSANAAN INTRODUKSI IMUNISASI PCV.pptx
KEBIJAKAN PROGRAM IMUNISASI DAN PELAKSANAAN INTRODUKSI IMUNISASI PCV.pptxKEBIJAKAN PROGRAM IMUNISASI DAN PELAKSANAAN INTRODUKSI IMUNISASI PCV.pptx
KEBIJAKAN PROGRAM IMUNISASI DAN PELAKSANAAN INTRODUKSI IMUNISASI PCV.pptx
 
54-Article Text-297-1-10-20210301 (1).pdf
54-Article Text-297-1-10-20210301 (1).pdf54-Article Text-297-1-10-20210301 (1).pdf
54-Article Text-297-1-10-20210301 (1).pdf
 
TOR Survei dan pengendalian vektor penyakit menular di masyarakat.docx
TOR Survei dan pengendalian vektor penyakit menular di masyarakat.docxTOR Survei dan pengendalian vektor penyakit menular di masyarakat.docx
TOR Survei dan pengendalian vektor penyakit menular di masyarakat.docx
 
Pedoman Manajemen PPIA
Pedoman Manajemen PPIAPedoman Manajemen PPIA
Pedoman Manajemen PPIA
 
Pedoman Manajemen PPIA
Pedoman Manajemen PPIAPedoman Manajemen PPIA
Pedoman Manajemen PPIA
 
Pedoman_Manajemen_PPIApdf.pdf
Pedoman_Manajemen_PPIApdf.pdfPedoman_Manajemen_PPIApdf.pdf
Pedoman_Manajemen_PPIApdf.pdf
 
KEBIJAKAN SURVEILANS MALARIA.pptx
KEBIJAKAN SURVEILANS MALARIA.pptxKEBIJAKAN SURVEILANS MALARIA.pptx
KEBIJAKAN SURVEILANS MALARIA.pptx
 
Penerapan epidemiologi berbasis pendekatan one health
Penerapan epidemiologi berbasis pendekatan one healthPenerapan epidemiologi berbasis pendekatan one health
Penerapan epidemiologi berbasis pendekatan one health
 
Surveilans dan Monitoring Vaksinasi Untuk Pengendalian PMK - RAKOR BVet Bukit...
Surveilans dan Monitoring Vaksinasi Untuk Pengendalian PMK - RAKOR BVet Bukit...Surveilans dan Monitoring Vaksinasi Untuk Pengendalian PMK - RAKOR BVet Bukit...
Surveilans dan Monitoring Vaksinasi Untuk Pengendalian PMK - RAKOR BVet Bukit...
 
Pedoman ppia 2012 final
Pedoman ppia 2012 finalPedoman ppia 2012 final
Pedoman ppia 2012 final
 
1_Kebijakan Imunisasi RV DAN HPV di Indonesia_21 _24 Juli 23 (2).pptx
1_Kebijakan Imunisasi RV DAN HPV di Indonesia_21 _24 Juli 23 (2).pptx1_Kebijakan Imunisasi RV DAN HPV di Indonesia_21 _24 Juli 23 (2).pptx
1_Kebijakan Imunisasi RV DAN HPV di Indonesia_21 _24 Juli 23 (2).pptx
 

More from Ditjen P2P Kemenkes

WARTA DITJEN P2P EDISI XIII TAHUN 2020
WARTA DITJEN P2P EDISI XIII TAHUN 2020WARTA DITJEN P2P EDISI XIII TAHUN 2020
WARTA DITJEN P2P EDISI XIII TAHUN 2020
Ditjen P2P Kemenkes
 
Newletter DItjen P2P Edisi II Tahun 2020
Newletter DItjen P2P Edisi II Tahun 2020Newletter DItjen P2P Edisi II Tahun 2020
Newletter DItjen P2P Edisi II Tahun 2020
Ditjen P2P Kemenkes
 
Newsletter Ditjen P2P Edisi I Tahun 2020
Newsletter Ditjen P2P Edisi I Tahun 2020Newsletter Ditjen P2P Edisi I Tahun 2020
Newsletter Ditjen P2P Edisi I Tahun 2020
Ditjen P2P Kemenkes
 
JURNAL KESEHATAN TAHUN 2019
JURNAL KESEHATAN TAHUN 2019JURNAL KESEHATAN TAHUN 2019
JURNAL KESEHATAN TAHUN 2019
Ditjen P2P Kemenkes
 
WARTA DITJEN P2P EDISI XII TAHUN 2019
WARTA DITJEN P2P EDISI XII TAHUN 2019WARTA DITJEN P2P EDISI XII TAHUN 2019
WARTA DITJEN P2P EDISI XII TAHUN 2019
Ditjen P2P Kemenkes
 
WARTA DITJEN P2P EDISI XI TAHUN 2019
WARTA DITJEN P2P EDISI XI TAHUN 2019WARTA DITJEN P2P EDISI XI TAHUN 2019
WARTA DITJEN P2P EDISI XI TAHUN 2019
Ditjen P2P Kemenkes
 
NEWSLETTER DITJEN P2P KEMENKES RI EDISI IV TAHUN 2017
NEWSLETTER DITJEN P2P KEMENKES RI EDISI IV TAHUN 2017NEWSLETTER DITJEN P2P KEMENKES RI EDISI IV TAHUN 2017
NEWSLETTER DITJEN P2P KEMENKES RI EDISI IV TAHUN 2017
Ditjen P2P Kemenkes
 
WARTA DITJEN P2P EDISI VIII TAHUN 2017
WARTA DITJEN P2P EDISI VIII TAHUN 2017WARTA DITJEN P2P EDISI VIII TAHUN 2017
WARTA DITJEN P2P EDISI VIII TAHUN 2017
Ditjen P2P Kemenkes
 
Jurnal Ditjen P2P Tahun 2016
Jurnal Ditjen P2P Tahun 2016Jurnal Ditjen P2P Tahun 2016
Jurnal Ditjen P2P Tahun 2016
Ditjen P2P Kemenkes
 
WARTA DITJEN P2P EDISI VI TAHUN 2016
WARTA DITJEN P2P EDISI VI TAHUN 2016WARTA DITJEN P2P EDISI VI TAHUN 2016
WARTA DITJEN P2P EDISI VI TAHUN 2016
Ditjen P2P Kemenkes
 
WARTA DITJEN P2P EDISI V TAHUN 2016
WARTA DITJEN P2P EDISI V TAHUN 2016WARTA DITJEN P2P EDISI V TAHUN 2016
WARTA DITJEN P2P EDISI V TAHUN 2016
Ditjen P2P Kemenkes
 
Newsletter Edisi 4 Tahun 2016
Newsletter Edisi 4 Tahun 2016Newsletter Edisi 4 Tahun 2016
Newsletter Edisi 4 Tahun 2016
Ditjen P2P Kemenkes
 
Newsletter edisi 3 tahun 2016
Newsletter edisi 3 tahun 2016Newsletter edisi 3 tahun 2016
Newsletter edisi 3 tahun 2016
Ditjen P2P Kemenkes
 
Newsletter Edisi 2 Tahun 2016
Newsletter Edisi 2 Tahun 2016Newsletter Edisi 2 Tahun 2016
Newsletter Edisi 2 Tahun 2016
Ditjen P2P Kemenkes
 
Poster Struktur Organisasi Ditjen P2P Nomor 64 Tahun 2015
Poster Struktur Organisasi Ditjen P2P Nomor 64 Tahun 2015Poster Struktur Organisasi Ditjen P2P Nomor 64 Tahun 2015
Poster Struktur Organisasi Ditjen P2P Nomor 64 Tahun 2015
Ditjen P2P Kemenkes
 
SK Unit Pengendali Gratifikasi Ditjen P2P
SK Unit Pengendali Gratifikasi Ditjen P2PSK Unit Pengendali Gratifikasi Ditjen P2P
SK Unit Pengendali Gratifikasi Ditjen P2P
Ditjen P2P Kemenkes
 
Kontak pengaduan
Kontak pengaduanKontak pengaduan
Kontak pengaduan
Ditjen P2P Kemenkes
 
Info Disiplin Pegawai dan Cuti Pegawai
Info Disiplin Pegawai dan Cuti PegawaiInfo Disiplin Pegawai dan Cuti Pegawai
Info Disiplin Pegawai dan Cuti Pegawai
Ditjen P2P Kemenkes
 
MOU BBTKL DENGAN DINAS KESEHATAN
MOU BBTKL DENGAN DINAS KESEHATANMOU BBTKL DENGAN DINAS KESEHATAN
MOU BBTKL DENGAN DINAS KESEHATAN
Ditjen P2P Kemenkes
 
Agreement Tuberkulosis
Agreement TuberkulosisAgreement Tuberkulosis
Agreement Tuberkulosis
Ditjen P2P Kemenkes
 

More from Ditjen P2P Kemenkes (20)

WARTA DITJEN P2P EDISI XIII TAHUN 2020
WARTA DITJEN P2P EDISI XIII TAHUN 2020WARTA DITJEN P2P EDISI XIII TAHUN 2020
WARTA DITJEN P2P EDISI XIII TAHUN 2020
 
Newletter DItjen P2P Edisi II Tahun 2020
Newletter DItjen P2P Edisi II Tahun 2020Newletter DItjen P2P Edisi II Tahun 2020
Newletter DItjen P2P Edisi II Tahun 2020
 
Newsletter Ditjen P2P Edisi I Tahun 2020
Newsletter Ditjen P2P Edisi I Tahun 2020Newsletter Ditjen P2P Edisi I Tahun 2020
Newsletter Ditjen P2P Edisi I Tahun 2020
 
JURNAL KESEHATAN TAHUN 2019
JURNAL KESEHATAN TAHUN 2019JURNAL KESEHATAN TAHUN 2019
JURNAL KESEHATAN TAHUN 2019
 
WARTA DITJEN P2P EDISI XII TAHUN 2019
WARTA DITJEN P2P EDISI XII TAHUN 2019WARTA DITJEN P2P EDISI XII TAHUN 2019
WARTA DITJEN P2P EDISI XII TAHUN 2019
 
WARTA DITJEN P2P EDISI XI TAHUN 2019
WARTA DITJEN P2P EDISI XI TAHUN 2019WARTA DITJEN P2P EDISI XI TAHUN 2019
WARTA DITJEN P2P EDISI XI TAHUN 2019
 
NEWSLETTER DITJEN P2P KEMENKES RI EDISI IV TAHUN 2017
NEWSLETTER DITJEN P2P KEMENKES RI EDISI IV TAHUN 2017NEWSLETTER DITJEN P2P KEMENKES RI EDISI IV TAHUN 2017
NEWSLETTER DITJEN P2P KEMENKES RI EDISI IV TAHUN 2017
 
WARTA DITJEN P2P EDISI VIII TAHUN 2017
WARTA DITJEN P2P EDISI VIII TAHUN 2017WARTA DITJEN P2P EDISI VIII TAHUN 2017
WARTA DITJEN P2P EDISI VIII TAHUN 2017
 
Jurnal Ditjen P2P Tahun 2016
Jurnal Ditjen P2P Tahun 2016Jurnal Ditjen P2P Tahun 2016
Jurnal Ditjen P2P Tahun 2016
 
WARTA DITJEN P2P EDISI VI TAHUN 2016
WARTA DITJEN P2P EDISI VI TAHUN 2016WARTA DITJEN P2P EDISI VI TAHUN 2016
WARTA DITJEN P2P EDISI VI TAHUN 2016
 
WARTA DITJEN P2P EDISI V TAHUN 2016
WARTA DITJEN P2P EDISI V TAHUN 2016WARTA DITJEN P2P EDISI V TAHUN 2016
WARTA DITJEN P2P EDISI V TAHUN 2016
 
Newsletter Edisi 4 Tahun 2016
Newsletter Edisi 4 Tahun 2016Newsletter Edisi 4 Tahun 2016
Newsletter Edisi 4 Tahun 2016
 
Newsletter edisi 3 tahun 2016
Newsletter edisi 3 tahun 2016Newsletter edisi 3 tahun 2016
Newsletter edisi 3 tahun 2016
 
Newsletter Edisi 2 Tahun 2016
Newsletter Edisi 2 Tahun 2016Newsletter Edisi 2 Tahun 2016
Newsletter Edisi 2 Tahun 2016
 
Poster Struktur Organisasi Ditjen P2P Nomor 64 Tahun 2015
Poster Struktur Organisasi Ditjen P2P Nomor 64 Tahun 2015Poster Struktur Organisasi Ditjen P2P Nomor 64 Tahun 2015
Poster Struktur Organisasi Ditjen P2P Nomor 64 Tahun 2015
 
SK Unit Pengendali Gratifikasi Ditjen P2P
SK Unit Pengendali Gratifikasi Ditjen P2PSK Unit Pengendali Gratifikasi Ditjen P2P
SK Unit Pengendali Gratifikasi Ditjen P2P
 
Kontak pengaduan
Kontak pengaduanKontak pengaduan
Kontak pengaduan
 
Info Disiplin Pegawai dan Cuti Pegawai
Info Disiplin Pegawai dan Cuti PegawaiInfo Disiplin Pegawai dan Cuti Pegawai
Info Disiplin Pegawai dan Cuti Pegawai
 
MOU BBTKL DENGAN DINAS KESEHATAN
MOU BBTKL DENGAN DINAS KESEHATANMOU BBTKL DENGAN DINAS KESEHATAN
MOU BBTKL DENGAN DINAS KESEHATAN
 
Agreement Tuberkulosis
Agreement TuberkulosisAgreement Tuberkulosis
Agreement Tuberkulosis
 

Recently uploaded

TATACARA PENGGUNAAN APLIKASI SIGA-VERVAL (1).pptx
TATACARA PENGGUNAAN APLIKASI SIGA-VERVAL (1).pptxTATACARA PENGGUNAAN APLIKASI SIGA-VERVAL (1).pptx
TATACARA PENGGUNAAN APLIKASI SIGA-VERVAL (1).pptx
TariHappie
 
PETUNJUK TEKNIS INTEGRASI PELAYANAN KESEHATAN PRIMER
PETUNJUK TEKNIS INTEGRASI PELAYANAN KESEHATAN PRIMERPETUNJUK TEKNIS INTEGRASI PELAYANAN KESEHATAN PRIMER
PETUNJUK TEKNIS INTEGRASI PELAYANAN KESEHATAN PRIMER
Muh Saleh
 
Pengawasan Usaha Pembudidayaan Ikan Pasca UU Cipta Kerja
Pengawasan Usaha Pembudidayaan Ikan Pasca UU Cipta KerjaPengawasan Usaha Pembudidayaan Ikan Pasca UU Cipta Kerja
Pengawasan Usaha Pembudidayaan Ikan Pasca UU Cipta Kerja
teraspky798
 
2024 Sosialisasi Penulisan Ijazah DS (1).pptx
2024 Sosialisasi Penulisan Ijazah DS (1).pptx2024 Sosialisasi Penulisan Ijazah DS (1).pptx
2024 Sosialisasi Penulisan Ijazah DS (1).pptx
HasmiSabirin1
 
PPT_KADIS PORA.pptx untuk seleksi terbuka lelang jabatan kepala dinas
PPT_KADIS PORA.pptx untuk seleksi terbuka lelang jabatan kepala dinasPPT_KADIS PORA.pptx untuk seleksi terbuka lelang jabatan kepala dinas
PPT_KADIS PORA.pptx untuk seleksi terbuka lelang jabatan kepala dinas
JOHANNESSIMANJUNTAK8
 
AD Metodologi dan Pengukuran SDGs Desa.pdf
AD Metodologi dan Pengukuran SDGs Desa.pdfAD Metodologi dan Pengukuran SDGs Desa.pdf
AD Metodologi dan Pengukuran SDGs Desa.pdf
ssuserd13850
 
Notulen Rapat 2023 pemerintahan desa.docx
Notulen Rapat 2023 pemerintahan desa.docxNotulen Rapat 2023 pemerintahan desa.docx
Notulen Rapat 2023 pemerintahan desa.docx
PemerintahanNagariKu1
 
Materi Bimtek SPT Tahunan Orang Pribadi PPT.pptx
Materi Bimtek SPT Tahunan Orang Pribadi PPT.pptxMateri Bimtek SPT Tahunan Orang Pribadi PPT.pptx
Materi Bimtek SPT Tahunan Orang Pribadi PPT.pptx
adilaks
 
PAPARAN BP TAPERA MENGENAI PERATURAN TERBARU
PAPARAN BP TAPERA MENGENAI PERATURAN TERBARUPAPARAN BP TAPERA MENGENAI PERATURAN TERBARU
PAPARAN BP TAPERA MENGENAI PERATURAN TERBARU
LtcLatif
 
Visitasi Kepemimpinan Nasional - PKN Tingkat II
Visitasi Kepemimpinan Nasional - PKN Tingkat IIVisitasi Kepemimpinan Nasional - PKN Tingkat II
Visitasi Kepemimpinan Nasional - PKN Tingkat II
Tri Widodo W. UTOMO
 
STANDAR KOMPETENSI MANAJERIAL SOSIAL KULTURAL.pdf
STANDAR KOMPETENSI MANAJERIAL  SOSIAL KULTURAL.pdfSTANDAR KOMPETENSI MANAJERIAL  SOSIAL KULTURAL.pdf
STANDAR KOMPETENSI MANAJERIAL SOSIAL KULTURAL.pdf
kemendagatang
 
Survei Kesehatan Indonesia (SKI) Tahun 2023
Survei Kesehatan Indonesia (SKI) Tahun 2023Survei Kesehatan Indonesia (SKI) Tahun 2023
Survei Kesehatan Indonesia (SKI) Tahun 2023
Muh Saleh
 
buku saku indeks profesionalitas Aparatur Sipil Negara (ASN)
buku saku indeks profesionalitas Aparatur Sipil Negara (ASN)buku saku indeks profesionalitas Aparatur Sipil Negara (ASN)
buku saku indeks profesionalitas Aparatur Sipil Negara (ASN)
gabatgibut09
 
Presentasi Pemberhentian/Pensiun SIASN 2023
Presentasi Pemberhentian/Pensiun SIASN 2023Presentasi Pemberhentian/Pensiun SIASN 2023
Presentasi Pemberhentian/Pensiun SIASN 2023
Mirza Sohirin
 
NANI BILI Kabupaten Sorong Melalui Inovasi
NANI BILI Kabupaten Sorong Melalui InovasiNANI BILI Kabupaten Sorong Melalui Inovasi
NANI BILI Kabupaten Sorong Melalui Inovasi
Tri Widodo W. UTOMO
 
Pentingnya Bela Negara dalam Kepemimpinan Pelayanan Publik
Pentingnya Bela Negara dalam Kepemimpinan Pelayanan PublikPentingnya Bela Negara dalam Kepemimpinan Pelayanan Publik
Pentingnya Bela Negara dalam Kepemimpinan Pelayanan Publik
MuhamadIkbalThola1
 
Eksum RTR KSN Soroako, hasil penyusunan tahun 2020
Eksum RTR KSN Soroako, hasil penyusunan tahun 2020Eksum RTR KSN Soroako, hasil penyusunan tahun 2020
Eksum RTR KSN Soroako, hasil penyusunan tahun 2020
HanifahCindyPratiwi
 

Recently uploaded (17)

TATACARA PENGGUNAAN APLIKASI SIGA-VERVAL (1).pptx
TATACARA PENGGUNAAN APLIKASI SIGA-VERVAL (1).pptxTATACARA PENGGUNAAN APLIKASI SIGA-VERVAL (1).pptx
TATACARA PENGGUNAAN APLIKASI SIGA-VERVAL (1).pptx
 
PETUNJUK TEKNIS INTEGRASI PELAYANAN KESEHATAN PRIMER
PETUNJUK TEKNIS INTEGRASI PELAYANAN KESEHATAN PRIMERPETUNJUK TEKNIS INTEGRASI PELAYANAN KESEHATAN PRIMER
PETUNJUK TEKNIS INTEGRASI PELAYANAN KESEHATAN PRIMER
 
Pengawasan Usaha Pembudidayaan Ikan Pasca UU Cipta Kerja
Pengawasan Usaha Pembudidayaan Ikan Pasca UU Cipta KerjaPengawasan Usaha Pembudidayaan Ikan Pasca UU Cipta Kerja
Pengawasan Usaha Pembudidayaan Ikan Pasca UU Cipta Kerja
 
2024 Sosialisasi Penulisan Ijazah DS (1).pptx
2024 Sosialisasi Penulisan Ijazah DS (1).pptx2024 Sosialisasi Penulisan Ijazah DS (1).pptx
2024 Sosialisasi Penulisan Ijazah DS (1).pptx
 
PPT_KADIS PORA.pptx untuk seleksi terbuka lelang jabatan kepala dinas
PPT_KADIS PORA.pptx untuk seleksi terbuka lelang jabatan kepala dinasPPT_KADIS PORA.pptx untuk seleksi terbuka lelang jabatan kepala dinas
PPT_KADIS PORA.pptx untuk seleksi terbuka lelang jabatan kepala dinas
 
AD Metodologi dan Pengukuran SDGs Desa.pdf
AD Metodologi dan Pengukuran SDGs Desa.pdfAD Metodologi dan Pengukuran SDGs Desa.pdf
AD Metodologi dan Pengukuran SDGs Desa.pdf
 
Notulen Rapat 2023 pemerintahan desa.docx
Notulen Rapat 2023 pemerintahan desa.docxNotulen Rapat 2023 pemerintahan desa.docx
Notulen Rapat 2023 pemerintahan desa.docx
 
Materi Bimtek SPT Tahunan Orang Pribadi PPT.pptx
Materi Bimtek SPT Tahunan Orang Pribadi PPT.pptxMateri Bimtek SPT Tahunan Orang Pribadi PPT.pptx
Materi Bimtek SPT Tahunan Orang Pribadi PPT.pptx
 
PAPARAN BP TAPERA MENGENAI PERATURAN TERBARU
PAPARAN BP TAPERA MENGENAI PERATURAN TERBARUPAPARAN BP TAPERA MENGENAI PERATURAN TERBARU
PAPARAN BP TAPERA MENGENAI PERATURAN TERBARU
 
Visitasi Kepemimpinan Nasional - PKN Tingkat II
Visitasi Kepemimpinan Nasional - PKN Tingkat IIVisitasi Kepemimpinan Nasional - PKN Tingkat II
Visitasi Kepemimpinan Nasional - PKN Tingkat II
 
STANDAR KOMPETENSI MANAJERIAL SOSIAL KULTURAL.pdf
STANDAR KOMPETENSI MANAJERIAL  SOSIAL KULTURAL.pdfSTANDAR KOMPETENSI MANAJERIAL  SOSIAL KULTURAL.pdf
STANDAR KOMPETENSI MANAJERIAL SOSIAL KULTURAL.pdf
 
Survei Kesehatan Indonesia (SKI) Tahun 2023
Survei Kesehatan Indonesia (SKI) Tahun 2023Survei Kesehatan Indonesia (SKI) Tahun 2023
Survei Kesehatan Indonesia (SKI) Tahun 2023
 
buku saku indeks profesionalitas Aparatur Sipil Negara (ASN)
buku saku indeks profesionalitas Aparatur Sipil Negara (ASN)buku saku indeks profesionalitas Aparatur Sipil Negara (ASN)
buku saku indeks profesionalitas Aparatur Sipil Negara (ASN)
 
Presentasi Pemberhentian/Pensiun SIASN 2023
Presentasi Pemberhentian/Pensiun SIASN 2023Presentasi Pemberhentian/Pensiun SIASN 2023
Presentasi Pemberhentian/Pensiun SIASN 2023
 
NANI BILI Kabupaten Sorong Melalui Inovasi
NANI BILI Kabupaten Sorong Melalui InovasiNANI BILI Kabupaten Sorong Melalui Inovasi
NANI BILI Kabupaten Sorong Melalui Inovasi
 
Pentingnya Bela Negara dalam Kepemimpinan Pelayanan Publik
Pentingnya Bela Negara dalam Kepemimpinan Pelayanan PublikPentingnya Bela Negara dalam Kepemimpinan Pelayanan Publik
Pentingnya Bela Negara dalam Kepemimpinan Pelayanan Publik
 
Eksum RTR KSN Soroako, hasil penyusunan tahun 2020
Eksum RTR KSN Soroako, hasil penyusunan tahun 2020Eksum RTR KSN Soroako, hasil penyusunan tahun 2020
Eksum RTR KSN Soroako, hasil penyusunan tahun 2020
 

Buletin Surveilans & Imunisasi Edisi I Maret 2020

  • 1. BULETIN SURVEILANS & IMUNISASI E D I S I 1 • M A R E T 2 0 2 0 POLIO BELUM BERAKHIR TOPIK Polio Belum Berakhir Tinjauan Kualitas Data 4 Provinsi di Indonesia Evaluasi Pasca Pengenalan Tiga Vaksin Baru di Indonesia Tips: 10 Langkah Penyelidikan Epidemiologi Tips: Manfaat dan Keamanan Pemberian Imunisasi Ganda Saat Pelayanan Imunisasi
  • 2. i EDISI 1 • MARET 2020BULETIN SURVEILANS & IMUNISASI SALAM REDAKSI Alhamdulillah puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas terbitnya Buletin Surveilans dan Imunisasi Edisi 1 Tahun 2020. Buletin ini merupakan media untuk memperluas wawasan dan informasi bagi seluruh masyarakat Indonesia pada umumnya, terutama tenaga kesehatan di Indonesia dalam mem- bangun masyarakat Indonesia yang sehat. Konsep isi buletin ini adalah artikel yang membangun wawasan pembaca mengenai situasi penyakit yang didukung dengan data surveilans dan imunisasi, informasi kegiatan terbaru, serta tips atau informasi lain seputar surveilans dan imunisasi. Pada terbitan awal ini, tim redaksi mencoba mengangkat topik penyakit Polio yang kembali men- jangkit beberapa negara Asia Tenggara. Pada akhir tahun 2018, terjadi KLB Polio cVDPV 1 di Papua dan telah dilaksanakan berbagai upaya penanggulangan KLB. KLB ini terjadi karena tren cakupan imunisasi yang rendah, oleh karena itu sangat penting bagi seluruh daerah untuk meningkatkan dan mempertahan- kan cakupan imunisasi serta meningkatkan kinerja surveilans AFP agar tidak terjadi lagi KLB polio di kemudian hari. Pada kesempatan ini kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi da- lam penyusunan dan penerbitan buletin ini. Semoga bulletin ini bermanfaat bagi kita dalam membangun masyarakat Indonesia sehat yang dicita-citakan. Selamat membaca, Tim Redaksi
  • 3. ii EDISI 1 • MARET 2020BULETIN SURVEILANS & IMUNISASI TIM REDAKSI Pelindung Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Penasehat Sekretaris Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Penanggungjawab Kepala Sub-Direktorat Surveilans Kepala Sub-Direktorat Imunisasi Direktorat Surveilans dan Karantina Kesehatan Editor dr. Triya Novita Dinihari Syamsu Alam, SKM, M. Epid dr. Cornelia Kelyombar Muammar Muslih, SKM, M.Epid Vivi Voronika, MKM Lulu Ariyantheny Dewi, SKM, M.IPH WHO Indonesia Kesekretariatan Sub-Direktorat Surveilans Sub-Direktorat Imunisasi Alamat Redaksi Sub-Direktorat Surveilans Sub-Direktorat ImunisasI Jl. HR. Rasuna Said Blok X-5 Kav. 4-9, Lantai 6, Blok C. Jakarta 12950 Telp: 021-5221432, 021-5277167-68 Fax: 021-5203874, 021-5277167-68
  • 4. 1 EDISI 1 • MARET 2020BULETIN SURVEILANS & IMUNISASI POLIO BELUM BERAKHIR S ejak tahun 2018 kawasan Asia Tenggara dikejutkan dengan temuan kasus Polio di beberapanegara,yaituIndonesia,Myanmar, Filipina, dan Malaysia. Padahal kawasan tersebut telah lebih dari satu dekade tidak ditemukan kasus Polio. Total kasus Polio VDPV tipe 1 dari tahun 2018 hingga minggu 10 tahun 2020 sejumlah 12 kasus, Polio VDPV tipe 2 sebanyak 14 kasus, dan sampel polio lingkungan positif VDPV 1 sebanyak 19 sampel dan VDPV tipe 2 sebanyak 23 sampel. Tahun 2018, WHO telah melakukan penilaian risiko transmisi polio di Indonesia untuk tingkat nasional maupun provinsi. Ada 3 indikator utama dalam penilaian risiko tersebut yaitu imunitas populasi, surveilans, dan penyampaian program. Hasil penilaian menunjukkan Indonesia berisiko tinggi dalam transmisi Polio, dengan 23 provinsi (76,5%) diantaranya berisiko tinggi, 9 provinsi (23,5%) berisiko sedang dan hanya ada dua provinsi yang memiliki resiko rendah, yaitu Yogyakarta dan Bali. I. Imunitas Populasi Berdasarkan Permenkes No.12 tahun 2017, pemerintah menerapkan pemberian 4 dosis Oral Polio Vaccine (OPV) dan 1 dosis Inactivated Polio Vaccine (IPV) ke dalam jadwal imunisasi rutin pada bayi. Rata-rata cakupan OPV4 dalam tiga tahun terakhir sudah mencapai lebih dari 90%, namun belum memenuhi target nasional (minimal 95% dan merata). Sedangkan untuk cakupan IPV menunjukkan peningkatan di setiap tahun sejak diperkenalkan pada tahun 2016, namun secara nasional tren cakupan IPV masih kurang dari 80%. Sementara itu untuk rata-rata cakupan OPV4 dari tahun 2016 – 2018, terdapat 6 provinsi yang memiliki rata-rata cakupan kurang dari 80%, yaitu Papua, Aceh, NTT, Kalimantan Utara, Maluku Utara, dan Sumatera Barat, yang artinya perlindungan terhadap virus polio tipe 1 dan 3 masih rendah. 6.4 4.7 6.4 6.9 14.2 9.1 12.3 11.1 12.3 13.9 12.2 13.6 6.8 6.6 8.9 9.0 7.2 4.5 60.9 65.4 61.5 56.5 51.9 50.0 13.6 12.1 11.0 13.6 14.4 22.7 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% 2015 N = 750 cases 2016 N = 737 cases 2017 N = 881 cases 2018 N = 865 cases 2019 N = 817 cases 2020 N = 22 cases Status Imunisasi OPV4 Pada Kasus AFP Bukan Polio 6 – 59 Bulan 2014 - 2019 0 Dose 1-2 Doses 3 Doses +4 Doses Unknown Gambar 2 Peta Rata-Rata Cakupan OPV4 2016 - 2018 Gambar 1. Peta Hasil Penilaian Resiko Transmisi Polio
  • 5. 2 EDISI 1 • MARET 2020BULETIN SURVEILANS & IMUNISASI Status imunisasi polio (OPV4) pada kasus AFP bukan Polio berusia 6 – 59 bulan menunjukkan ada peningkatan cukup signifikan dalam tiga tahun terakhir untuk kasus yang belum pernah diimunisasi (zero dose) dari 6% di tahun 2017, meningkat menjadi 14% di tahun 2019. Hal ini menunjukkan tren balita yang belum mendapat imunisasi polio semakin meningkat. II. Surveilans AFP (Acute Flaccid Paralysis) WHO menyatakan Indonesia bebas polio sejak tahun 2014, sebuah pencapaian yang luar bi- asa. Meski demikian, Indonesia harus tetap mem- pertahankan status bebas polio tersebut dengan meningkatkan cakupan imunisasi polio rutin dan sensitifitas surveilans. Untuk meningkatkan sensi- tifitas penemuan kasus polio, maka pengamatan dilakukan pada semua kelumpuhan yang terjadi pada anak berusia kurang dari 15 tahun secara akut, bersifat layuh seperti pada poliomyelitis, dan tidak ada riwayat trauma atau ruda paksa. Pe- nyakit-penyakit yang mempunyai sifat kelumpuhan seperti poliomyelitis disebut kasus Acute Flaccid Paralysis (AFP) dan pengamatannya disebut seba- gai Surveilans AFP. Kasus AFP yang ditemukan ke- mudian diambil spesimen tinjanya untuk diperiksa di laboratorium. 2.74 2.4 2.02 1.98 2.29 2.42 2.27 87.7 86.4 87.5 82.8 79.5 78.4 80 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 SpecimensAdequate NonPolioAFPRate PerformaSurveilans AFP 2013 - 2019 Non Polio AFPRate Specimens Adequate Non Polio AFPRate Target (2/100000) Specimens Adequate Target (80%) Indikator utama pencapaian surveilans AFP terdiri dari Non-Polio AFP rate dan spesimen ade- kuat. Data hingga minggu terakhir 2019, Indonesia telah berhasil mencapai indikator non-Polio AFP rate sebesar 2.14 dari target yang ditetapkan, yaitu 2/100.000 populasi < 15 tahun. Sedangkan indikator spesimen adekuat mengalami penurun- an cukup signifikan di 4 tahun terakhir, bahkan di tahun 2017 dan 2018 indikator ini tidak mencapai target yang diharapkan (minimal 80%). Melihat capaian indicator non-Polio AFP Rate tahun 2019 per provinsi, ada 5 provinsi yang memilik performa kurang dari 1/100.000 populasi kurang dari 15 tahun yaitu Riau, Kalimantan Utara, Kalimantan Tengah, NTB, dan Maluku Utara. Beberapa provinsi patut meningkatkan performa cakupan imunisasi rutin dan penguatan surveilans AFP. Provinsi Kalimantan Barat dan Ka- limantan Utara yang berdekatan dengan Sabah (Malaysia), Sulawesi Utara, Kalimantan Utara, dan Maluku Utara yang berdekatan dengan Filipina perlu dilakukan arahan dan pengawasan ketat untuk mencegah transmisi polio dari Malaysia dan Filipina. Terlebih lagi ada penerbangan langsung dari Davao (provinsi kasus VDPV di Filipina) ke Kota Manado dan Kota Makassar bisa menjadi sa- rana transmisi Polio antar negara. III. Penyampaian Program Penilaian penyampaian program dalam transmisi polio dilihat dengan adanya rencana na- sional kesiapsiagaan importasi polio, keberadaan kelompok atau populasi rentan dan berisiko tinggi, akses mendapatkan air bersih, serta ketersediaan sanitasi yang baik. Gambar 3 Peta Non-Polio AFP Rate 2019 per Provinsi Strategi penemuan Kasus AFP • Surveilans Aktif Rumah Sakit (SARS) minggu- an, bagi yang tidak melakukan SARS, dilaku- kan HRR (Hospital Record Review) minimal 3 bulan sekali • Pemantauan wilayah setempat (PWS) di ma- syarakat • Kelola sesuai SOP Surveilans AFP • Advokasi kepada dokter spesialis
  • 6. 3 EDISI 1 • MARET 2020BULETIN SURVEILANS & IMUNISASI Rencana nasional kewaspadaan impor- tasi polio telah disusun pada tahun 2018 dan sudah diujicobakan sebanyak tiga kali melalui ke- giatan Table Top Excercise Polio. Penilaian keberadaan kelompok atau po- pulasi rentan dan berisiko tinggi didasari pada persentase anak belum diimunisasi yang disebab- kan karena keberadaan populasi migran, peng- ungsian, permukiman kumuh, atau komunitas suku; kelompok yang menolak imunisasi; masalah kea- manan; bencana alam; akses ke pelayanan kese- hatan tidak memadai; dan dukungan pemerintah daerah. Data BPS tahun 2017 menunjukkan cakup- an akses mendapatkan air bersih di Indonesia sebesar 72%, sedangkan cakupan ketersediaan sanitasi yang baik sebesar 68%. Cakupan terse- but masih di bawah standar yang ditetapkan oleh WHO, yaitu minimal 85%. Hanya ada dua provinsi yang memiliki cakupan di atas 85%, yaitu provinsi DKI Jakarta dan Bali. III. KLB Polio cVDPV1 di Papua Pada November 2018 lalu, Kab. Yahukimo, provinsi Papua, menemukan 1 kasus AFP positif VDPV tipe 1. Tim gabungan Kemenkes, WHO dan mitra lainnya melakukan penyelidikan epidemiolo- gi lanjutan dan survei tinja. Hasil survei tinja di- dapatkan dua spesimen positif VDPV tipe 1 dan memiliki hubungan epidemiologi dengan kasus AFP positif VDPV tipe 1 tersebut yang menanda- kan bahwa virus VDPV tipe 1 sudah bersirkulasi di sana. Namun, hasil surveilans lingkungan belum menemukan adanya area yang sudah terinfeksi vi- rus VDPV tipe 1. Outbreak Response Immunization (ORI) telah dilaksanakan di Kab. Yahukimo, segera setelah kasus positif polio VDPV tipe 1 terkonfir- masi. Setelah pelaksanaan ORI, Sub PIN Polio 2 putaran, peningkatan kewaspadaan di masyara- kat, sweeping anak yang belum diimunisasi OPV, penguatan surveilans dan berbagai upaya advo- kasi telah dilakukan untuk menanggulangi KLB ter- sebut baik di provinsi Papua maupun Papua Barat. Sub PIN putaran 1 dan 2 telah selesai dilak- sanakan di provinsi Papua dan Papua Barat. Selu- ruh kabupaten/kota di Papua Barat melaporkan capaian cakupan ≥95%. Sedangkan di Papua, pada putaran 1 hanya 11 dari 29 Kab/Kota yang melaporkan capaian cakupan ≥95%. Sedangkan pada putaran 2 hanya 19 Kab/kota saja yang mencapai cakupan ≥95%. Kegiatan pencegahan juga dilakukan de- ngan melakukan kewaspadaan kasus AFP di ma- syarakat, peningkatan kebutuhan akan imunisasi dan pemberian imunisasi polio di pintu masuk ke- pada pelaku perjalanan dari dan ke Papua dan Papua Barat. Hal serupa juga dilakukan sehu- bungan dengan potensi transmisi polio virus tipe 1 dan tipe 2 dari Filipina serta polio virus tipe 1 dari Malaysia, skrining dan pemberian imunisasi polio dilakukan kepada penumpang yang mela- kukan perjalanan ke atau dari kedua negara ter- sebut. Hal ini merujuk pada Surat Edaran Dirjen P2P Kemenkes RI No:HK. 02.02/ii/3074/2019 dan No: 5R.03.04/ II/2320/2019. Data per 23 Januari 2020, sejumlah 238 pe- numpang dari Sulawesi Utara dan Maluku Utara yang akan bepergian ke Filipina mendapat- kan satu dosis imunisasi IPV. Selain itu, terdapat 18 penumpang dari Sulawesi Selatan yang akan melakukan perjalanan ke Malaysia telah menda- patkan imunisasi OPV. Gambar 4. Imunisasi polio untuk kru kapal Filipina oleh petugas KKP Makassar. Kredit: Yurniati / WHO Indonesia
  • 7. 44 EDISI 1 • MARET 2020BULETIN SURVEILANS & IMUNISASI Tinjauan Kualitas Data 4 Provinsi di Indonesia K elompok Kerja Teknis Imunisasi Regional Asia Tenggara (SEAR-ITAG) pada pertemuan yang ke-9 di 2018 lalu, menegaskan betapa pen- tingnya pelaksanaan penilaian kualitas data, baik data imunisasi maupun surveilans bagi negara yang belum melaksanakan dalam 3 tahun terakhir. Review kualitas data imunisasi dan survei- lans PD3I di Indonesia telah dilaksanakan pada tanggal 6 - 16 September 2019. Tim gabungan yang terdiri dari Kementerian Kesehatan, WHO Indonesia, UNICEF, dan PAEI ikut berpartisipa- si dalam kegiatan ini. Tujuan kegiatan ini adalah mengidentifikasi permasalahan kualitas data un- tuk mengembangkan strategi dan model terbaik untuk sistem pelaporan imunisasi dan surveilans PD3I, serta meminimalisir perbedaan data dianta- ra beberapa sistem pelaporan. Metodologi yang digunakan meliputi pe- nilaian system, review arsip data, dan kunjungan lapangan. Empat provinsi terpilih untuk dilakukan peninjauan, yaitu Banten, Jawa Timur, Sumatera Utara, dan Sumatera Selatan. Setiap provinsi, dipilih masing-masing 2 kabupaten/kota, ma- sing-masing kabupaten/kota dipilih 2 puskesmas, dan sedikitnya satu posyandu dipilih untuk dilaku- kan tinjauan mendalam. Review data dilakukan megikuti alur pelaporan dari Puskesmas ke Kabu- paten, Provinsi, hingga ke level Pusat. Berdasarkan hasil kunjungan ke lapangan, temuan penting untuk sistem pelaporan data imu- nisasi sebagai berikut: • Secara keseluruhan, pencatatan dan pelapor- an dari Posyandu hingga Pusat berjalan de- ngan baik. Tetapi sistem pelaporan itu sendiri cukup rumit. • Kualitas sistem pemantauan imunisasi di empat provinsi terpilih menunjukkan variabel “penca- tatan dan pengarsipan” mencapai nilai yang lebih tinggi, diikuti oleh “denominator”. Hasil terendah ditemukan pada variabel "analisis dan penggunaan". Gambar 4. Tinjauan Kualitas Data di Provinsi Sumatera Utara Credit: Kementerian Kesehatan RI
  • 8. 5 EDISI 1 • MARET 2020BULETIN SURVEILANS & IMUNISASI • Perbadaan ditemukan ketika membanding- kan hasil imunisasi DPT-Hb-HiB 3, OPV4 dan Campak-Rubella 1 yang dilaporkan dari ting- kat puskesmas hingga tingkat Pusat. Verifikasi data antara laporan Puskesmas dan kohort/ register imunisasi anak sering menunjukkan perbedaan yang signifikan. • Belum adanya alat bantu untuk mengkompilasi data sesuai jenis imunisasi, sementara itu tool PWS kurang mudah digunakan • Belum adanya sistem yang memverifikasi de- nominator berdasarkan data Pusdatin dengan data daerah. Penggunaan data dalam mem- buat keputusan adalah komponen terlemah di setiap tingkatan. Sementara itu, temuan penting untuk sistem pela- poran PD3I adalah: • Secara keseluruhan, pencatatan dan pelapor- an surveilans PD3I kurang terlaksana dengan baik. Setiap tingkatan mempunyai versi buku pedoman yang berbeda, Provinsi mempunyai pedoman terbaru, namun kebanyakan Kabu- paten dan Puskesmas masih menggunakan buku pedoman versi lama. • Perbedaan angka yang cukup besar antara SKDR dan sistem pelaporan PD3I rutin, teruta- ma untuk surveilans campak; • Kurangnya kolaborasi antara unit pelapor, khu- susnya sektor swasta • Kurangnya pemahaman pentingnya pencatat- an dan pelaporan Secara kesuluruhan untuk meningkatkan kualitas data baik imunisasi maupun surveilans PD3I, tim peninjau memberikan rekomendasi se- bagai berikut: 1. Membentuk kelompok kerja untuk menyusun tools monitoring dan evaluasi. 2. Melakuakan tinjauan mendalam sistem survei- lans PD3I. 3. Kemenkes bersama mitra perlu mengimple- mentasikan cara efektif dalam peningkatan kapasitas petugas di setiap tingkatan. 4. Melakukan verifikasi data surveilans PD3I dan data imunisasi secara rutin, hal tersebut untuk meningkatkan penggunaan data dalam pem- buatan keputusan.
  • 9. 6 EDISI 1 • MARET 2020BULETIN SURVEILANS & IMUNISASI Evaluasi Pasca Pengenalan Tiga Vaksin Baru di Indonesia S elama rentang waktu 3 tahun, Indonesia te- lah memperkenalkan tiga vaksin baru yang sejalan dengan rencana multi tahun kom- prehensif (cMYP). Vaksin pertama yaitu Inactiva- ted Polio Vaccine (IPV) diperkenalkan secara na- sional pada tahun 2016. Pada tahun 2017, Vaksin Pneumococcus (PCV) diperkenalkan melalui pro- gram demonstrasi yang dilaksanakan di kabupa- ten Lombok Barat dan Lombok Timur. Tahun 2018, diperluas ke seluruh Kabupaten di Pulau Lombok, Kota Pangkal Pinang, Kab. Bangka dan Bangka Tengah. Di tahun 2019, vaksin PCV diimplementa- sikan ke seluruh kabupaten/kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat dan Bangka Belitung. Vaksin keti- ga yang diperkenalkan yaitu Japanese Encephali- tis Vaccine (JEV), pada tahun 2018 di Bali. Evaluasi bersama Pasca Pengenalan Vak- sin baru (PIE) dilaksanan pada 18-30 September 2019. Perwakilan dari Kementerian Kesehatan, WHO Indonesia, UNICEF, CDC Atlanta, Clinton Health Access Initiative (CHAI), Program Teknolo- gi Tepat Guna dalam Kesehatan (PATH), dan Pu- sat Teknologi Penilaian Kesehatan dan Farmako- ekonomi Universitas Gadjah Mada berpartisipasi sebagai tim penilai. Tujuan dari evaluasi ini untuk menilai implementasi dan dampak pengenalan vaksin baru pada program imunisasi nasional. Evaluasi mencakup kunjungan lapangan ke provinsi terpilih, pengumpulkan data meng- gunakan kuesioner standar PIE WHO, mengamati pengelolaan vaksin dan implementasi pemberian imunisasi. Tim penilai juga mewawancarai petu- gas kesehatan, kader, dan pengasuh (orang tua) serta tinjauan data sekunder secara menyeluruh. Berdasarkan kunjungan tim evaluasi, beri- kut temuan-temuan yang diperoleh: • Program pengembangan vaksin baru berfungsi dengan baik, sebagian besar provinsi (87,5%) dan kabupaten (86,4%) menerapkan perenca- naan dan koordinasi terpadu antara program imunisasi dengan program kesehatan lainnya seperti program kesehatan ibu dan anak, gizi, surveilans, promosi kesehatan, dan farmasi untuk perencanaan kebutuhan vaksin. • Pelatihan pengenalan vaksin baru terstruktur dengan baik, tetapi pelatihan penyegaran ter- kait program imunisasi diperlukan bagi semua petugas kesehatan. Gambar 5. Pemberian vaksin DPT-HB-HiB3 di Puskesmas Gunung Sari, NTB. Credit: GMU/ Marlita
  • 10. 7 EDISI 1 • MARET 2020BULETIN SURVEILANS & IMUNISASI • Tidak ada efek negatif terhadap aktivitas imunisasi yang ada. Namun demikian, kera- guan terhadap suntikan ganda masih mem- pengaruhi cakupan IPV yang lebih rendah di- bandingkan dengan cakupan DPT-Hb-HiB 3. • Kebijakan, norma, dan standar di tingkat na- sional dan daerah tersedia untuk pengenalan vaksin baru. • Infrastruktur dan peralatan rantai dingin vak- sin umumnya baik, tetapi alat dan kapasitas pemantauan di tingkat yang lebih rendah ha- rus dinilai. • Perlunya mengembangkan strategi komuni- kasi dengan meilibatkan para pemimpin aga- ma untuk meningkatkan kesadaran masyara- kat tentang manfaat program imunisasi. Di akhir kegiatan, tim penilai memberikan beberapa rekomendasi sebagai berikut: 1. Pelasksanaan imunisasi IPV perlu ditingkat- kan dengan menjamin ketersediaan vaksin dan logistik yang memadai dan tepat waktu 2. Masalah keraguan terhadap suntikan ganda dapat ditangani melalui upaya komunikasi dan pelatihan bagi petugas kesehatan 3. Adanya perencanaan pengembangan pe- laksanaan imunisasi PCV dan JE pada cMYP 2020-2024 4. Memastikan pengelolaan vaksin dan rantai vaksin berkualitas, mengikuti pedoman Effec- tive Vaccine Management (EVM) 5. Melakukan upaya perbaikan pada sistem pencatatan dan pelaporan kasus KIPI ringan. Sangat penting untuk memastikan semua anak mendapatkan imunisasi rutin lengkap agar menjadi generasi penerus yang sehat dan berku- alitas.
  • 11. 8 EDISI 1 • MARET 2020BULETIN SURVEILANS & IMUNISASI Ketika terjadi masalah kesehatan masyarakat, se- orang epidemiolog adalah penggerak yang selalu siap untuk menginvestigasi masalah agar dapat diidentifikasi penyebab dan factor resiko, implementasi pencegahan dan pengendalian, serta komunikasi dengan pihak yang terlibat. Penyelidikan epidemiologi merupakan fungsi epidemilogi terpenting dalam mengubah informasi men- jadi aksi untuk memastikan kesehatan dan keamanan ma- syarakat. Menurut CDC Field Epidemiology Manual1 , ada 10 langkah dalam melakukan penyelidikan epidemiologi: 1. Persiapan Lapangan, memastikan investigator me- mahami tujuan PE dan memeriksa segala perlengkap- an yang diperlukan. 2. Konfirmasi diagnosis, pastikan diagnosis mampu mendefinisikan permasalahan 3. Menentukan luas masalah, mengidentifikasi faktor resiko dan populasi beresiko. 4. Identifikasi & jumlah kasus, mengidentifikasi kasus yang masuk dalam periode KLB 5. Tabulasi dan orientasi data, mengolah data menu- rut orang, tempat, dan waktu. 6. Menentukan upaya pengendalian yang bisa dite- rapkan, pengendalian terhadap sumber agen, atau pengendalian pada populasi yang beresiko terhadap agen 7. Pengembangan & uji hipotesis, membuat hipotesis & mengujinya dengan studi analisis 8. Perencanaan studi sistematik lainnya 9. Implementasi serta evaluasi pencegahan dan pengendalian, Mengevaluasi dampak tindakan pen- gendalian sangat penting dalam menilai efektivitas pehentian wabah. Jika belum ada, surveilans aktif ha- rus dilaksanakan untuk memantau kasus-kasus baru. 10. Komunikasi hasil, Informasi yang diberikan secara akurat selama KLB membantu publik dan pemangku kepentingan dalam memberikan tindakan menghenti- kan wabah. Pemberian imunisasi ganda adalah pemberian le- bih dari satu jenis imunisasi dalam satu kali kunjungan. Berikut adalah pertanyaan yang sering ditanyakan oleh orang tua dan tenaga kesehatan tentang manfaat dan keamanan pemberian imunisasi ganda pada pelayanan imunisasi: 1. Apakah pemberian imunisasi ganda aman untuk bayi/anak? YA, pemberian imunisasi ganda aman dan efektif. Ba- nyak negara maju yang telah melaksanakan pembe- rian imunisasi ganda untuk imunisasi bayi/anak dan tidak ditemukan laporan terkait permasalahan kea- manan vaksin. 2. Apa manfaat pemberian imunisasi ganda pada satu kali kunjungan? a. Melindungi bayi dan anak: memberikan imuni- sasi sesuai jadwal yang dianjurkan memberikan perlindungan sesegera mungkin kepada bayi dan anak. b. Meningkatkan efisiensi pelayanan kesehatan: dengan memberikan imunisasi ganda, waktu yang dibutuhkan untuk pelayanan Imunisasi men- jadi berkurang, tenaga kesehatan dapat menga- lokasikan waktu untuk layanan kesehatan lainnya c. Kunjungan imunisasi lebih sedikit: orang tua/ pengasuh tidak perlu datang ke posyandu atau fasilitas pelayanan kesehatan beberapa kali. 3. Apakah pemberian imunisasi ganda dapat me- ningkatkan risiko KIPI? TIDAK, pemberian suntikan ganda pada pemberian imunisasi tidak meningkatkan risiko terjadinya KIPI pada bayi/anak. Pastikan pelayanan imunisasi me- matuhi prinsip penyuntikan aman, penyimpanan vak- sin sesuai prosedur dan memperhatikan kontra indi- kasi imunisasi. 4. Apakah pemberian imunisasi ganda membuat anak lebih merasakan nyeri? Ketidaknyamanan ketika diberikan imunisasi ganda hanya akan dirasakan dalam waktu singkat. Pemberi- an imunisasi pada bulan atau waktu kunjungan yang berbeda justru akan memberikan ketidaknyamanan dua kali kepada bayi/anak. 5. Adakah konsekuensi apabila pemberian imuni- sasi yang seharusnya dilakukan pada satu kun- jungan diberikan terpisah atau tidak bersamaan (berjarak 1 bulan)? Penundaan pemberian imunisasi ganda mengakibat- kan bayi/anak lebih lama terpapar terhadap bibit penyakit tanpa perlindungan, dan lebih berisiko ter- tular penyakit. PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGI MANFAAT DAN KEAMANAN PEMBERIAN IMUNISASI GANDA SAAT PELAYANAN IMUNISASI 1 Source: CDC Field Epidemiology Manual (adapted from Gregg MB, Conducting a field investigation. In: Gregg MB, ed. Field epidemiology. 3rd ed. New York: Oxford University Press; 2008:81-96)