Dokumen tersebut membahas terapi oksigen dan jenis-jenis kekurangan oksigen dalam tubuh. Secara ringkas, dokumen menjelaskan bahwa (1) oksigen sangat penting untuk kehidupan dan metabolisme tubuh, (2) terdapat beberapa jenis kekurangan oksigen seperti hipoksemia dan hipoksia, serta (3) hipoksia dibagi menjadi 4 jenis yakni hipoksia hipoksik, hipoksia anemik, hipoksia stag
Tugas ini disusun untuk memenuhi salah satu Mata Kuliah Biologi Dasar Prodi Pend. Matematika FKIP Universitas Singaperbangsa Karawang
Panggita Inoprasetyo
Tugas ini disusun untuk memenuhi salah satu Mata Kuliah Biologi Dasar Prodi Pend. Matematika FKIP Universitas Singaperbangsa Karawang
Panggita Inoprasetyo
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik DosenAdrianAgoes9
sosialisasi untuk dosen dalam mengisi dan memadankan sister akunnya, sehingga bisa memutakhirkan data di dalam sister tersebut. ini adalah untuk kepentingan jabatan akademik dan jabatan fungsional dosen. penting untuk karir dan jabatan dosen juga untuk kepentingan akademik perguruan tinggi terkait.
1. TERAPI OKSIGEN
I.
PENDAHULUAN
Anggapan bahwa oksigen merupakan unsur yang paling
dibutuhkan bagi kehidupan manusia agaknya memang benar.
Tidak makan atau tidak minum mungkin masih akan
memberikan toleransi yang cukup panjang hingga sampai
kepada keadaan fatal, tetapi sebentar saja manusia tak
mendapat oksigen maka akan langsung fatal akibatnya. Tak
hanya untuk bernafas dan memepertahankan kehidupan,
oksigen juga sangat dibutuhkan untukmetaboloisme tubuh.
Oksigen malkah bisa menjadisarana untuk mengatasi berbagai
macam penyakit.
Oksigen pertama kali ditemukan oleh Yoseph Prietsley
di Bristol Inggris tahun 1775 dan dipakai dalam bidang
kedokteran oleh Thomas Beddoes sejak awal tahun 1800.
alvan Barach tahun 1920 mengenalkan terapi oksigen pasien
hipoksemia dan terapi oksigen jangka panjang pasien penyakit
paru obstruktif kronik. Chemiack tahun 1967 melaporkan
pemberian oksigen melalui kanula hidung dengan aliran
lambat pasien hiperkapnia dan memberikan hasil yang baik
tanpa retensi CO2.
Komposisi udara kering ialah 20,98% O2, 0,04% CO2,
78,6% N2 dan 0,92% unsur inert lainnya, seperti argon dan
helium. Tekanan barometer (PB) di permukaan laut ialah 760
mmHg (satu atmosfer). Dengan demikian, tekanan parsial
(dinyatakan dengan lambang P). O2 udara kering di
permukaan laut adalah 0,21 x 760, atau 160 mmHg. Tekanan
parsial N2 dan gas inert lainnya 0,79 x 760, atau 600 mmHg;
dan PCO2 ialah 0,0004 x 760 atau 0,3 mmHg. Terdapatnya
uap air dalam udara pada berbagai iklim umumnya akan
menurunkan persen volume masing masing gas, sehingga
juga sedikit mengurangi tekanan parsial gas gas-tersebut.
Buku Saku Perawat UGD RSRWM Manado
M. F. Wongkar, S.Pd, S.Kep
1
2. Udara yang seimbang dengan air jenuh dengan uap air, dan
udara inspirasi akan jenuh dengan uap air saat udara tersebut
mencapai paru-paru.
A. Transpor oksigen
Pengangkutan oksigen ke jaringan
Sistem pengangkut O2 di dalam tubuh terdiri atas paruparu dan sistim kardiovaskuler. Pengangkutan O2 menuju
jaringan tertentu tergantung pada jumlah O2 yang masuk
kedalam paru-paru, adanya pertukaran gas dalam paru
yang adekuat, aliran darah menuju jaringan, serta
kapasitas darah untuk mengangkut O2. aliran darah
bergantung pada derajat konstriksi jaringan vaskuler
didalam jaringan serta curah jantung. Jumlah O2 didalam
darah ditentukan oleh jumlah O2 yang larut, jumlah
hemoglobin dalam darah serta afinitas hemoglobin
terhadap O2.
Oksigen berdifusi dari bagian konduksi paru
kebagian respirasi paru sampai ke alveoli, membrana
basalis dan endotel kapiler, dalam darah sebagian besar
O2 bergabung dengan hemoglobin (97%) dan sisanya larut
dalam plasma (3%). Dewasa muda pria, jumlah darahnya
± 75 ml/kg, wanita ± 65 ml/kg. Satu ml darah pria
mengandung kira-kira 280 juta molekul Hb. Satu molekul
Hb sanggup mengikat 4 Molekul O2 membentuk HbO2,
oksi hemoglobin.
Konsumsi oksigen keotak
Konsumsi O2 oleh otak manusia (tingkat metabolik
serebrum untuk O2, CMRO2) rata-rata sekitar 3,5 ml/100
gr otak/menit (49 ml/menit untuk otak keseluruhan) pada
seorang dewasa. Angka ini mencerminkan sekitar 20 %
darikonsumsi O2 total dalam keadaan istirahat. Otak
sangat peka terhadap hip[oksia, dan sumbatan terhadap
pembuluh darah walaupun hanya selama 10 detik dapat
menyebabkan pingsan. Struktur-struktur vegetatif di
2
Buku Saku Perawat UGD RSRWM Manado
M. F. Wongkar, S.Pd, S.Kep
3. batang otak lebih resisten terhadap hipoksia dari pada
korteks serebrum
dan pasien dapat pulih dari
kecelakaan misalnya henti jantung (dan kelainan lain yang
menyebabkan hipoksia yang cukup berkepanjangan)
dengan fungsi vegetatif normal tetapi mengalami defisiensi
intelektual berat yang menetap : Ganglion basal
menggunakan O2 dengan tingkat yang sangat tinggi dan
hipoksia kronik dapat menimbulkan gejala-gejala penyakit
parkinson serta defisit intelektual. Thalamus dan kolikulus
inferior juga sangat rentan terhadap[ kerusakan terhadap
hipoksia.
B. Tekanan parsial
Berbeda dengan zat cair, gas akan mengembang untuk
mengisi ruang yang tersedia baginya, dan volume yang
ditempati oleh sejumlah molekul gas tertentu, pada suhu
dan tekanan tertentu(idealnya) akan tetap sama,
bagaimanapun komposisi campuran gas tersebut.
Perbedaan tekanan partial untuk O2 dan
CO2menekankan bahwa hal tersebut merupakan kunci
bagi terjadinya pergerakan gas dan bahwa O2 “mengalir
dari udara liar melalui alveoli dan darah kedalam jaringan,
sedangkan CO2“mengalir turun” dari jaringan kedalam
alveoli. Walaupun demikian, jumlah kedua gas yang
diangkut ke dan dari jaringan akan sangat tidak adekuat
bila sekitar 99% O2 yang larut didalam darah tidak terikat
pada protein pembawa O2hemoglobin dan bila sekitar
94,5% CO2 yang larut dalam darah tidak mengalami
serangkaian reaksi kimia reversibel yang mengubah
CO2 menjadi senyawa lain.
C. Reaksi Hemoglobin dan Oksigen
Dinamika reaksi pengikatan O2 oleh hemoglobin
menjadikannya sebagai pembawaO2 yang sangat serasi.
Hemoglobin adalah protein yang dibentuk dari 4 subunit,
masing-masing mengandung gugus heme yang melekat
pada sebuah rantai polipeptida. Heme adalah kompleks
Buku Saku Perawat UGD RSRWM Manado
M. F. Wongkar, S.Pd, S.Kep
3
4. yang dibentuk dari suatu porfirin dan 1 atom besi fero.
Masing-masing dari ke-4 ataom besi dapat mengikat satu
molekul O2 secara reversibel. Atom besi tetap berada
dalam bentuk fero, sehingga reaksi pengikatan
O2 merupakan suatu reaksi oksigenasi, bukan reaksi
oksidasi. Reaksi pengikatan hemoglobin dengan O2 lazim
ditulis sebagai Hb + O2 ↔ HbO2.
II. TIPE KEKURANGAN OKSIGEN DALAM TUBUH
A. Hipoksemia
Hipoksemia adalah suatu keadaan dimana terjadi penurunan
konsentrasi oksigen dalam darah arteri (PaO2) atau saturasi
O2 arteri (SaO2) dibawah nilai normal (nilai normal PaO285-100
mmHg), SaO2 95%. Hipoksemia dibedakan menjadiringan
sedang dan berat berdasarkan nilai PaO2 dan SaO2.
hipoksemia ringan dinyatakan pada keadaan PaO2 60-79
mmHg dan SaO2 90-94%, hipoksemia sedang PaO2 40-60
mmHg, SaO2 75%-89% dan hipoksemia berat bila PaO2kurang
dari 40 mmHg dan SaO2kurang dari 75%. Umur juga
mempengaruhi nilai PaO2 dimana setiap penambahan umur
satu tahun usia diatas 60 tahun dan PaO2 80 mmHg maka
terjadi penurunan PaO2 sebesar 1 mmHg. Hipoksemia dapat
disebabkan oleh gangguan ventilasi, perfusi, hipoventilasi,
pirau, gangguan difusi dan berada ditempat yang tinggi.
Keadaan
hipoksemia
menyebabkan
beberapa
perubahan fisiologi yan gbertujuan untuk mempertahankan
supaya oksigenasi ke jaringan memadai. Bila tekanan oksigen
arteriol (PaO2) dibawah 55 mmHg.kendali nafas akan
meningkat, sehingga tekanan oksigen arteriol (PaO2) yang
meningkat dan sebaliknyatekanan karbondioksida arteri
(PaCO2) menurun.jaringan Vaskuler yang mensuplai darah di
jaringan hipoksia mengalami vasodilatasi, juga terjadi takikardi
kompensasi yang akan meningkatkan volume sekuncup
jantung sehingga oksigenasi jaringan dapat diperbaiki.
Hipoksia alveolar menyebabkan kontraksi pembuluh pulmoner
sebagai respon untuk memperbaiki rasio ventilasi perfusi di
4
Buku Saku Perawat UGD RSRWM Manado
M. F. Wongkar, S.Pd, S.Kep
5. area paru terganggu, kemudian akan terjadi peningkatan
sekresi eritropoitin ginjal sehingga mengakibatkan eritrositosis
dan terjadi peningkatan sekresi eritropoitin ginjal sehingga
mengakibatkan eritrositosis danterjadi peningkatan kapasiti
transfer oksigen. Kontraksi pembuluh darah pulmoner,
eritrositosis dan peningkatan volume sekuncup jantung akan
menyebabkan hipertensi pulmoner. Gagal jan tung kanan
bahkan dapat menyebabkan kematian.
B. Hipoksia
Hipoksia adalah kekurangan O2 ditingkat jaringan. Istilah ini
lebih tepat dibandingkan anoksia, sebabjarang dijumpai bahwa
benar-benar tidak ada O2 tertinggal dalam jaringan, secara
tradisional, hipoksia dibagi dalam 4 jenis. Berbagai klassifikasi
lain telah digunakan namun sidtim 4 jenis ini tetap sangat
bergunaapabila masing-masing definisi istilah tetap diingat.
Keempat kategori hipoksia adalah sebagai berikut :
a. Hipoksia hipoksik (anoksia anoksik) yaitu apabila
PO2 darah arteri berkurang
b. Hipoksia anemik yaitu apabila O2 darah arteri normal tetapi
mengalami denervasi maupun pada ginjal yang diangkat
(diisolasi) dan diperfusi
c. Hipoksia stagnan; akibat sirkulasi yang lambat merupakan
masalah bagi organ seperti ginjal dan jantung saat terjadi
syok
d. Hipoksia histotoksik; hipoksia yang disebabkan oleh
hambatan proses oksidasi jaringan paling sering
diakibatkan oleh keracunan sianida
1) Hipoksia Hipoksik
Hipoksia hipoksik merupakan masalah pada individu
normal pada daerah ketinggian serta merupakan penyulit
pada pneumonia dan berbagai penyakit sistim pernafasan
lainnya.
Buku Saku Perawat UGD RSRWM Manado
5
M. F. Wongkar, S.Pd, S.Kep
6. Gejala dan tanda hipoksia hipoksik
a. Pengaruh penurunan tekanan barometer
Penurunan PCO2 darah arteri yang terjadi akan
menimbulkan alkalosis respiratorik
b. Gejala hipoksia saat bernafas oksigen
Di ketinggian 19.200 m, tekanan barometer adalah 47
mmHg, dan pada atau lebih rendah dari tekanan ini
cairan tubuh akan mendidih pada suhu tubuh. Setiap
orang yang terpajan pada tekanan yang rendah akan
lebih dahulu meninggal saat hipoksia, sebelum
gelembung uap air panas dari dalam tubuh
menimbulkankematian
c. Gejala hipoksia saat bernafas udara biasa
Gejala mental seperti irritabilitas, muncul pada
ketinggian sekitar 3700 m. Pada ketinggian 5500 m,
gejala hipoksia berat, dan diatas 6100 m, umumnya
seseorang hilang kesadaran.
d. Efek lambat akibat ketinggian
Keadaan ini ditandai dengan sakit kepala, iritabilias,
insomnia, sesak nafas, serta mual dan muntah.
e. Aklimatisasi
Respon awal pernafasan terhadap ketinggian relatif
ringan, karena alkalosis cenderung melawanefek
perangsangan oleh hipoksia. Timbulnya asidosis laktat
dalam otak akan menyebabkan penurunan pH
LCSdan meningkatkan respon terhadap hipoksia.
Penyakit yang menyebabkan Hipoksia Hipoksik
Penyakit penyebabnya secara kasar dibagi atas penyakit
dengan kegagalan organ pertukaran gas, penyakit seperti
kelainan jantung kongenital dengan sebagian besar darah
dipindah dari sirkulasi vena kesisi arterial, serta penyakit
dengan kegagalan pompa pernafasan. Kegagalan paru
terjadi bilakeadan seperti fibrosis pulmonal menyebabkan
blok alveoli – kapiler atau terjadi ketidak seimbangan
6
Buku Saku Perawat UGD RSRWM Manado
M. F. Wongkar, S.Pd, S.Kep
7. ventilasi – perfusi. Kegagalan pompa dapat disebabkan
oleh kelelahan otot-otot pernafasan pada keadaan dengan
peningkatan beban kerja pernafasan atau oleh berbagai
gangguan mekanik seperti pneumothoraks atau obstruksi
bronkhialyang membatasi ventilasi. Kegagalan dapat pula
disebabkan
oleh abnormalitas pada
mekanisme
persarafan yang mengendalikan ventilasi, seperti depresi
neuron respirasi di medula oblongata oleh morfin dan
obat-obat lain.
2) Hipoksia Anemik
Sewaktu istirahat,hipoksia akibat anemia tidaklah berat,
karena terdapat peningkatan kadar 2,3-DPG didalam sel
darah merah,kecuali apabila defisiensi hemoglobin sangat
besar. Meskipun demikian, penderita anemia mungkin
mengalami kesulitan cukup besar sewaktu melakukan
latihan fisik karena adanya keterbatasan kemampuan
meningkatkan pengangkutan O2 kejaringan aktif.
3) Hipoksia Stagnan
Hipoksia akibat sirkulasi lambat merupakan masalah bagi
organ seperti ginjal dan jantung saat terjadi syok. Hati dan
mungkin jaringan otak mengalami kerusakan akibat
hipoksia stagnan pada gagal jantung kongestif. Pada
keadaan normal, aliran darah ke paru-paru sangat besar,
dan dibutuhkan hipotensi jangka waktu lama untuk
menimbulkan kerusakan yang berarti. Namun, syok paru
dapat
terjadi
pada
kolaps
sirkulasi
berkepanjangan,terutama didaerah paru yang letaknya
lebih tinggi dari jantung.
4) Hipoksia Histotoksik
Hipoksia yang disebabkan oleh hambatan proses oksidasi
jaringan paling sering diakibatkan oleh keracunan sianida.
Sianida menghambat sitokrom oksidasi serta mungkin
Buku Saku Perawat UGD RSRWM Manado
7
M. F. Wongkar, S.Pd, S.Kep
8. beberapa enzim lainnya. Biru metilen atau nitrit digunakan
untuk mengobati keracunan sianida. Zat-zat tersebut
bekerja
dengan
sianida,
menghasilkan
sianmethemoglobin,
suatu
senyawa
non
toksik.
Kemampuan pengobatan menggunakansenyawa ini tentu
saja terbatas pada jumlah methemoglobin yang dapat
dibentuk dengan aman. Pemberian terapi oksigen
hiperbarik mungkin juga bermanfaat.
C. Gagal Nafas
Gagal nafas merupakan suatu keadaan kritis yang
memerlukan perawatan di instansi perawatan intensif (IP).
Diagnosis gagal nafas ditegakkan bila pasien kehilangan
kemampuan ventilasi secara adekuat atau tidak mampu
mencukupi kebutuhan oksigen darah dan sistem organ. Gagal
nafas terjadi karena disfungsi sistem respirasi yang dimulai
dengan peningkatan karbondioklsida dan penurunan jumlah
oksigen yang diangkut kedalam jaringan. Gagal nafas akut
sebagai diagnosis tidak dibatasi oleh usia dan dapat terjadi
karena berbagai proses penyakit. Gagal nafas hampir selalu
dihubungkan dengan kelainan diparu,tetapi keterlibatan organ
lain dalam proses respirasi tidak boleh diabaikan.
1. Gagal Nafas Tipe I
Pada tipe ini terjadi perubahan pertukaran gas yang
diakibatkan kegagalan oksigenasi. PaO2 ≤50 mmHg
merupakan ciri khusus tipe ini, sedangkan PaCO2 ≤40
mmHg, meskipun ini bisa juga disebabkan gagal nafas
hiperkapnia. Ada 6 kondisi yang menyebabkan gagal nafas
tipe I yaitu:
1) Ketidak normalan tekanan partial oksigen inspirasi (low
PIO2)
2) Kegagalan difusi oksigen
3) Ketidak seimbangan ventilasi / perfusi [V/Q mismatch]
4) Pirau kanan ke kiri
5) hipoventilasi alveolar
6) konsumsi oksigen jaringan yang tinggi
8
Buku Saku Perawat UGD RSRWM Manado
M. F. Wongkar, S.Pd, S.Kep
9. 2. Gagal Nafas Tipe II
Tipe ini dihubungkandengan peningkatan karbondioksida
karena kegagalan ventilasi dengan oksigen yang relatif
cukup. Beberapa kelainan utama yang dihubungkan
dengan gagal nafas tipe ini adalah kelainan sistem saraf
sentral, kelemahan neuromuskuler dam deformiti dinding
dada. Penyebab gagal nafas
tipe II:
1) Kerusakan pengaturan sentral
2) Kelemahan neuromuskuler
3) Trauma spina servikal
4) Keracunan obat
5) infeksi
6) Penyakit neuromuskuler
7) Kelelahan otot respirasi
8) Kelumpuhan saraf frenikus
9) Gangguan metabolisme
10) Deformitas dada
11) Distensi abdomen massif
12) Obstruksi jalan nafas
III.
TUJUAN TERAPI OKSIGEN
Tujuan umum terapi oksigen adalah untuk mencegah dan
memperbaiki hipoksia jaringan, sedangkan tujuan khususnya
adalah untuk mendapatkan PaO2 lebih dari 90 mmHg atau
SaO2 lebih dari 90%. Besarnya fraksi oksigen inspirasi yang
didapat unit paru sesuai dengan volume oksigen yang diberikan
pada pasien dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Alat
Aliran
(L/menit)
Fi O2 (fraksi oksigen
inspirasi)
Kanula nasal
1
2
3
4
5
0,24
0,28
0,32
0,36
0,40
Buku Saku Perawat UGD RSRWM Manado
M. F. Wongkar, S.Pd, S.Kep
9
10. Masker
oksigen
Masker dengan
kantong
reservoir
6
5-6
6-7
7-8
6
7
8
9
10
0,44
0,40
0,50
0,60
0,60
0,70
0,80
≥0,80
≥0,80
Pemberian campuran gas yang kaya akan oksigen
mempunyai arti yang sangat terbatas pada hipoksia stagnan.
Anemik dan histotoksik, karena yang dapat dicapai melalui cara ini
hanyalah peningkatan dalam jumlah O2 yang larut di dalam darah
arteri. Hal ini juiga berlaku bagi hipoksia hipoksik yang disebabkan
oleh pirau darah vena yang tidak teroksigenasi melewati paruparu. Pada bentuk hipoksia hipoksik lainnya, pemberian O2 sangat
bermanfaat. Namun perlu diingat, bahwa pada penderita gagal
paru berat dengan hiperkapnia, kadar CO2 dapat sedemikian
tingginya sampai menekan dan bukan merangsang pernafasan.
Walau tergolong jenis terapi dan teknologi kesehatan
mutakhir, tetapi dengan menggunakan oksigen murni yang mulai
marak sekarang, sebenarnya sudah ditemukan sejak hampir 400
tahun yang lalu, namun berbgai benturan yang dihadapi membuat
dunia kesehatan terkesan kurang mengakui teknik ini. Di Indonesia
sendiri terapi oksigen murni dengan mempergunakan ruang
hiperbarik mulai dikenal sejak tahun enam puluhan. Namun
penggunaannya masih terbatas bagi kalangan penyelam AL yang
mengalami penyakit dekompensasi yang terjadi akibat penurunan
tekanan yang terlampau cepat dari bawah keatas permukaan air.
Gejala-gejalanya antara lain adalah nyeri diseluruh tubuh, pusing
dan kehilangan orientasi.
IV.
10
INDIKASI TERAPI OKSIGEN
Pemberian campuran gas yang kaya akan oksigen mempunyai arti
yang sangat terbatas pada hipoksia stagnan, anemik dan
Buku Saku Perawat UGD RSRWM Manado
M. F. Wongkar, S.Pd, S.Kep
11. histologik.karena yang dapat dicapai melelui cara ini hanyalah
peningkatan dalam jumlah O2 yang larut didalam darah arteri. Hal
ini berlaku juga bagi hipoksia hipoksik yang disebabkan oleh pirau
darah venayang tidak teroksigenasi melewati paru-paru. Pad
abentuk hipoksia hipoksik lainnya, pemberian O2 sangat
bermanfaat namun perlu diingat, bahwa penderita dengan gagal
paru berat dengan hiperkapnia, kadar CO2 dapat sedemikian
tingginya sampai menekan dan bukan merangsang pernafasan.
Sebagian penderita ini tetap bernafas karena adanya rangsang
kemoreseptor karotis dan aorta padapusat pernafasan. Apabila
pemicuan oleh hipokisia dihilangkan melalui pemberian O2,
pernafasan dapat berhenti. Selama apnea, PO2 darah arteri
menurun, namun pernafasan mungkin tidak akan timbul kembali,
karena peningkatan PCO2 akan lebih mendepresi pusat
pernafasan. Oleh sebab itu, pemberian O2 pada keadaan ini dapat
berakibat fatal.
Dalam perkembangannya barulah terapi oksigen ini
dipakai untuk mengatasi penyakit-penyakit seperti luka pada
penderita diabetes hingga stroke. Tetapi yang membuatnya
menanjakpopuler sekarang ternyata adalah dengan meningkatnya
kebutuhan orang akan hal kecantikan dan kebugaran. Secra
perlahan kalangan awam mulai mengenal hal ini hingga baru
sekarang teknik terapi ini dikenal orang sebagai terapi modern
dalam dunia kesehatan.sekarang banyak yang menggunakan
terapi ini untuk mencegah penuaan,menambah kecantikan dan
kebugaran juga mencegah terjadinya kebotakan, dimana melalui
sebuah survei mencatat alasan yang cukup tinggi pada pengguna
terapi ini.
Begitupun belum banyak pusat pusat kesehatan yang
menyediakan fasilitas ini karena biayanya yang masih relatif mahal
dan terapinya yang harus dilakukan secara berkala. Sementara di
Amerika, Eropa dan Jepang pemakaiannya ternyata sudah begitu
meluas sampai pusat-pusat kebugaran. Sebuah laporan malah
menyebutkan adanya tempat yang dinamakan Oxy Bar dimana
pengunjung dapat menghirup oksigen murni dengan berbagai
pilihan yang beragam.
Buku Saku Perawat UGD RSRWM Manado
M. F. Wongkar, S.Pd, S.Kep
11
12. Pemanfaatan terapi hiprebarik oksigen ini mengambil
suatu pelajaran dari kecelakaan penyelaman dan segala penyakit
yang ditimbulkannya. Sebetulnya, bahaya atau penyakit yang
dialami oleh penyelam juga dirasakan sama oleh pekerja di ruang
adara bertekanan tinggi. Saat turun, dapat terjadi barotrauma yang
terjadi pada telinga, gigi lubang, paru-paru dan lainnya.
Ketika didasar, dapat mengalami keracunan udara
pernafasan
seperti
keracunan
oksigen,
nitrogen,
karbonmonoksida, maupun karbondioksida. Sedang saat naik,
dapat terjadi penyakit dekompresi, serta barotrauma.
Karenanya banyak penyakit yang dapat di terapi dengan
hiperbarik ini seperti penyakit dekompresi, emboli udara,
aktinomikosis,anemia, insufisiensi arteri perifer akut, infeksi
bakteri, keracunan CO, keracunan sianida, gas gangren,
cangkokan kulit, infeksi jaringan lunak oleh kuman aerob dan anaerob, osteoradionekrosis, radionekrosis jaringan lunak, sistisis
akibat radiasi, ekstraksi gigi pada rahang yang diobati dengan
radiasi, mukomikosis, osteomielitis, ujung amputasi yang tidak
sembuh, luka diabetik, inhalasi asap, serta luka bakar.
Terapi dengan oksigen murni mempunyai efek yang baik
bagi aliran darah da kelangsungan hidup jaringan yang terkena
gangguan kekurangan oksigen. Penggunaan terapi oksigen
bertekanan tinggi ini kian meningkat dalam klinis. Pada jaringan
disekitar yang terdapat luka, biasanya terjadi hambatan kelancaran
aliran oksigen. Padahal oksigen itu penting dan merupakan salah
satu faktor penentu dalam proses penyembuhan luka, biasanya
terjadi hambatankelancaran aliran oksigen. Padahal oksigen itu
penting dan merupakan salah satu faktor penentu dalam proses
penyembuhan luka, sekaligus menangkal terjadinya infeksi.
Kemampuan menghambat terjadi infeksi dengan terapi oksigen
bertekanan tinggi ini punya ciri dan kelebihan tersendiri dibanding
dengan pemakaian antibiotika.
Beberapa kondisi yang harus dipenuhi sebelum
melakukan terapi oksigen yaitu diagnosis yang tepat, pengobatan
optimal dan indikasi terapi oksigen ini akan dapat memperbaiki
keadaan hipoksemia dan perbaikan klinik. Kriteria pemberian
12
Buku Saku Perawat UGD RSRWM Manado
M. F. Wongkar, S.Pd, S.Kep
13. terapi oksigen tersebut dapat dilakukan dengan beberapa cara
dibawah ini.
1. Pemberian oksigen secara berkesinambungan (terus
menerus)
Diberikan apabila hasil analisis gas darah pada saat istirahat,
didapat nilai:
PaO2 kurang dari 55 mmHg atau saturasi kurang dari 88%
PaO2 antara 56-59 mmHg atau saturasi 89% disertai kor
pulmonale, polisitemia (hematokrit >56%)
2. Pemberian secara berselang
Diberikan apabila hasil analisis gas darah saat latihan didapat
nilai:
Pada saat latihan PaO2 55 mmHg atau saturasi 88%
Pada saat tidur PaO255 mmHg atau saturasi 88% disertai
komplikasi seperti hipertensi pulmoner.somnolen dan
aritmia.
Pasien dengan keadaan klinik tidak stabil yang mendapat
terapi oksigen perlu dievaluasi gas darah (AGD) serta terapi
untuk menentukan perlu tidaknya terapi oksigen jangka
panjang.
V.
KONTRA INDIKASI TERAPI OKSIGEN
Kasus-kasus yang tak diperkenankan menggunakan terapi ini
antara lain adalah orang dengan kelainan paru-paru karena bisa
mengakibatkan pecahnya paru-paru dalam ruangan bertekanan
tinggi, orang dengan riwayat operasi paru, infeksi saluran nafas
atas, cedera paru, tumor ganas, orang yang mengidap penyakitpenyakit menular lain dan mengidap gaustrophobia (rasa takut
berada dalam ruangan tertutup). Karena itu, biasanya pasien
diminta menyediakan data pemeriksaan darah lengkap dan hasil
foto rontgen paru minimal 6 bulan berselang sebelum memulai
terapi oksigen hiperbarik ini. Jadi bila ingin mencoba terapi oksigen
mutakhir dengan cara menghirup oksigen murni dalam ruangan
hiperbarik ini tentu saja tak ada salahnya, tetapi jangan lupa untuk
memenuhi persyaratan dan prosedurnya serta satu hal yang paling
Buku Saku Perawat UGD RSRWM Manado
M. F. Wongkar, S.Pd, S.Kep
13
14. penting yaitu harus terlebih dahulu dimulai dengan berkonsultasi
pada ahlinya untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan.
Berapa lama biasa terapi ini dilakukan? Berbeda dengan
kasus-kasus penyelamanyang membutuhkan waktu hingga lima
jam, dari survey didapat data kira-kira sekitar satu jam untuk tujuan
kebugaran dan kecantikan dan bisa lebih lama sedikit untuk
penyakit-penyakit yang lebih serius. Terapi oksigen hiperbarik ini
dilakukan secara berkala mulai dari enam sampai sepuluh kali
berturut-turut selama satu jam tergantung pada tempat penyedia
fasilitasnya.
Kontra indikasi terapi hiperbarik terutama pada penderita
pneumothorak yang belum dirawat, kecuali bila sebelum
pemberian oksigen hiperbarik dikerjakan tindakan bedah untuk
mengatasi pneumothorak tersebut, dan juga bagi yang sedang
hamil. Karena tekanan partial oksigen yang tinggi berhubungan
dengan penutupan patent ductus arteriosusbersifat bahaya bagi
kehamilan dan janin yang dikandung. Namun demikian, ada juga
penelitian yang menunjukkan hasil, komplikasi seperti itu tidak
terjadi.
Penggunaan terapi oksigen hiperbarik sangat luas.
Meskipun demikian penggunaannya relatif masih kecil dibanding
jumlah penduduk Indonesiayang sedemikian besar.
VI.
14
METODE
Oksigen diberikan dengan kanula nasal 2 (dua) liter permenit
dapat meningkatkan fraksi oksigen inspirasi dari 21% menjadi
27%, pendapat lain menyatakan bahwa oksigen dapat diberikan 24 liter per-menit. Metode ini kurang efisien sebab hanya oksigen
yang mengalirpada awal inspirasi saja yang sampai di alveoli dan
ikut proses pertukaran gas. Penggunaan kateter transtrakeal
merupakan salah satu carauntuk mengatasi kurang efisiennya
metode pemberian oksigen dengan kanula nasal. Keuntungan
kateter transtrakeal adalah mengurangi volume ruang rugi
anatomik, karena oksigen yang diberikan dosis kecil dan langsung
melalui trakea, mengurangi iritasi nasal, telinga dan fasial serta
mencegah bergesernya alat tersebut pada saat tidur. Komplikasi
yang dapat terjadi dengan cara pemberian seperti ini adalah
Buku Saku Perawat UGD RSRWM Manado
M. F. Wongkar, S.Pd, S.Kep
15. emfisema subkutis, bronkospasme, batuk paroksismal, dislokasi
kateter, infeksi di lubang trakea tempat masuknya kateter
transtrakeal dan mucous ball yang bisa mengakibatkan keadaan
menjadi fatal.
Terapi oksigen dengan ruang hiperbarik dilakukan dalam
ruangan yang terbuat dari baja dengan tekanan udara dibuat
berkisar antara2-3 atm. Dalam tekanan yang lebih tinggi ini
perjalanan oksigen ternyata akan menjadi lebih lancar termasuk
bagi oarang yang mengalami penyempitan pembuluh darah.
Oksigen murni yang dihirupnya akan tetap lancar memasuki
pembuluh darah menuju sel karena tekanan tinggi akan oksigen
larut dalam cairan tubuh sehingga dapat sampai kesetiap jaringan
tubuh dengan cepat. Dengan mekanisme ini maka semua jaringan
sel dalam tubuh akan mendapat oksigen secara maksimal
sehingga metabolisme tubuh pun akan berlangsung lebih baik.
Penggantian jaringan yang rusak termasuk penyembuhan
luka pun akan berlangsung lebih cepat. Beberapa penelitian malah
menyebutkan keadaan ini juga dapat membunuh berbagai macam
bakteri penyebab penyakityang ada didalam tubuh. Dengan
metabolisme maksimal makaproses penuaan pun akan dapat
dihanbat sehingga orang akan kelihatan tetap cantik dan bugar.
Sebuah survey konsumen di Amerika mencatat berbagai problem
kesehatan yang melatarbelakangi pemilihan terapi ini seperti
diabetes, stroke, anemia berat, hingga cedera atau luka seperti
cedera olah raga, luka bakar dan sebagainya. Rata-rata ruangan
hiperbarik yang ada sekarang bisa menampung beberapa pasien
sekaligus.
Awalnya, terapi oksigen hiperbarik (OHB) biasa digunakan
sebagai terapi bagi penyelam untuk menormalkan gas-gas dalam
tubuhnya. Biasanya, penyelam dimasukkan kedalam Hyperbaric
Chamber atau Ruang Udara Bertekanan Tinggi (RUBT) lalu diberi
oksigen murni (100 persen) dengan cara dihirup melalui hidung
dengan menggunakan masker. Peserta bisa duduk atau berbaring
didalamnya. Pada prinsipnya, dalam terapi hiperbarik ini, penderita
atau peserta menghisap oksigen dalam ruangan bertekanan tinggi,
hingga sekitar 2,4 atmosfer absolut. Tekanan yang diberikan,
hampir tiga kali lipat tekanan udara biasa. Sedangkan oksigen
Buku Saku Perawat UGD RSRWM Manado
M. F. Wongkar, S.Pd, S.Kep
15
16. murni yang terhisap sekitar lima kali oksigen pada udara biasa.
Hiperbarik ini mempunyai manfaat yang cukup banyak. Menurut Dr
Muhammad Akbar, Sp.S, ketua bagian saraf Unhas/RS Wahidin
Sudirohusodo, terapi hiperbarik sangat baik untuk menormalkan
jaringan hipoksia (kekurangan oksigen) dan anoksia (tidak ada
oksigen), dan meningkatkan kemampuan lekosit membunuh
kuman. Tak hanya itu, terapi oksigen itu juga dapat meningkatkan
neovaskularisasi (jaringan darah) dan proliferasi (pertambahan sel
baru yang menggantikan sel mati) serta mengobati penyakit
dekompresi. Belakangan, para ilmuwan menemukan bahwa terapi
oksigen tersebut juga baik bagi penderita diabetes mellitus (DM)
maupun stroke. Bahkan, dikota-kota besar di luar negri maupun di
Jakarta dan di Surabaya, penggunaan terapi oksigen ini
berkembang pesat. Terapi oksigen hiperbarik mulai dikenal
sebagai terapi yang dapat membuat tubuh sehat dan bugar,
bahkan menjadi salah satu jurus ampuh untuk tampil awet muda
dengan cara paling aman.
Prinsip dasar terapi hiperbarik, penderita menghisap
oksigen dalam ruangan bertekanan tinggi, hingga sekitar 2,4
atmosfer absolut. Dengan tekanan yang diberikan, hampir tiga kali
lipat tekanan udara biasa, dan oksigen murni yang terhisap sekitar
lima kali oksigen pada udara biasa. Sehingga total oksigen mampu
terkonsumsi dalam terapi hiperbarik oksigen ini, 15 kali lebih
banyak,dibanding bernafas dalam keadaan biasa.
Pelaksanaan pengobatan dengan oksigen hiperbarik dapat
dikerjakan di dalam kamar tunggal (monoplace chamber) atau
kamar ganda (multiplace chamber). Kamar udara bertekanan tinggi
ganda dapat digunakan oleh banyak orang, maximum 10 orang.di
sini penderita dapat didampingi oleh perawat atau dokter yang
ikutmengalami tekanan bersama dengan penderita. Dalam kamar
udara bertekanan tinggi ganda ini penderita menghisap oksigen
100% melalui masker.
Kamar udara bertekanan tinggi ganda ini cocok digunakan
untuk penderita yang karena keadaannya perlu seorang
pendamping, atau bilamana akan dilakukan tindakan bedah atau
yang akan menjalani tindakan lainnya.
16
Buku Saku Perawat UGD RSRWM Manado
M. F. Wongkar, S.Pd, S.Kep
17. Dengan terapi oksigen murni, tak perlu waktu yang begitu
panjang, paling hanya satu jam. Meski demikian, dengan
mekanisme sel yang mudah dipercepat menjadi tua, dan yang tua
dengan cepat diganti yang muda, metabolisme sel tubuh menjadi
sempurna kembali dalam waktu yang relatif singkat.
VII.
SISTEM PEMBERIAN OKSIGEN
Sistem pemberian oksigen yang dipakai untuk aliran terusmenerus ada 3 macam:
1. Oksigen dimampatkan bertekanan tinggi
Oksigen disimpan dalam tabung metal bertekanan tinggi,
aliran udara dapat diatur dengan alat regulator. Macammacam tabungnya adalah tabung H (244 cuff), tabung E
(22 cuff), tabung D (13 cuff). Keuntungannya adalah
murah harganya, tersedia cukup banyak dan dapat
disimpan lama. Kerugiannya adalah berat, kurang praktis
dalam pengisian dan mudah meledak.
2. Oksigen cair
Oksigen cair tidak bertekanan tinggi dan dapat disimpan
dalam tempat tertentu, dilengkapi dengan alat HCF4 untuk
mengubah oksigen cair menjadi gas sehingga dapat
dihirup. Tempat pennyimpanan tersebut dinamakan dewar
yang dapat menyimpan O2 cair pada suhu -273oF.
Umumnya dewar berisi 100 pound oksigen yang dapat
habis dalam satu minggu bila dipakai terus-menerus
dengan aliran 2 liter permenit.
3. Oksigen konsentrat
Sistem
oksigen
konsentrat
didapat
dengan
mengekstraksikan udara luar menggunakan metode
molekuler sieve. Oksigen diekstraksi sehingga dapat
diberikan kepada pasien dan nitrogen dibuang kembali ke
udara luar.
VIII.
RESIKO TERAPI OKSIGEN
Salah satu resiko terapi oksigen adalah keracunan oksigen. Hal ini
dapat terjadi bila oksigen diberikan dengan fraksi lebih dari 50%
Buku Saku Perawat UGD RSRWM Manado
M. F. Wongkar, S.Pd, S.Kep
17
18. terus-menerus selama 1-2 hari. Kerusakan jaringan paru terjadi
akibat terbentuknya metabolik oksigen yang merangsang sel PMN
dan H2O2 melepaskan enzim proteolotikdan enzim lisosom yang
dapat merusak alveoli. Sedangkan resiko yang lain seperti retensi
gas karbondioksida dan atelektasis.
Oksigen 100% menimbulkan efek toksik, tidak saja pada
hewan, namun juga pada bakteri, jamur, biakan sel hewam dan
tanaman. Apabila O2 80-100% diberikan kepada manusia selama 8
jam atau lebih, saluran pernafasan akan teriritasi, menimbulkan
distres substernal, kongesti hidung, nyeri tenggorokan dan batuk.
Pemajanan selama 24-48 jam mengakibatkan kerusakan jaringan
paru.
Sejumlah bayi dengan sindroma gawat nafas yang diterapi
dengan O2, selanjutnya mengalami gangguan menahun yang
ditandai dengan kista dan pemadatan jaringan paru (displasia
bronkopulmonal). Komplikasi lain pada bayi-bayi ini adalah
retinopti prematuritas (fibroplkasia retrolental), yaitu pembentukan
jaringan vaskuler
opak
pada
matayang
dapat
mengakibatkan kelainan penglihatan berat. Pemberian O2 100%
pada tekanan yang lebih tinggi berakibat tidak hanya iritasi
trakeobronkial, tetapi juga kedutan otot, bunyi berdering dalam
telinga, rasa pening, kejang dan koma. Pajanan terhadap
O2 tekanan tinggi (oksigenasi hiperbarik) dapat menghasilkan
peningkatan jumlah O2 terlarut dalam darah.
IX. KESIMPULAN
1. Oksigen merupakan unsur yang paling dibutuhkan bagi
kehidupan manusia, sebentar saja manusia tak mendapat
oksigen maka akan langsung fatal akibatnya. Tak hanya untuk
bernafas dan mempertahankan kehidupan., oksigen juga
sangat dibutuhkan untuk metabolisme tubuh.
2. Tipe-tipe kekurangan oksigen dalam tubuh terbagi dua:
a. Hipoksemia yaitu suatu keadaan dimana terjadipenurunan
konsentrasi oksigen dalam darah arteri (PaO2) atau
saturasi O2 arteri (SaO2) dibawah nilai normal, SaO2 95%
b. Hipoksia yaitu kekurangan oksigen ditingkat jaringan
18
Buku Saku Perawat UGD RSRWM Manado
M. F. Wongkar, S.Pd, S.Kep
19. 3. Gagal nafas yaitu suatu keadaan kritis dimana kebutuhan
oksigen darah dan sistem organ tidak tercukupi
4. Gejala-gejala yang timbul dari hipoksia adalah
a. Alkalosis respiratorik
b. Gejala mental seperti irritabilitas, dan penurunan
kesadaran
c. Sakit kepala, sesak nafas, insomnia serta mual dan
muntah
5. Tujuan umum terapi oksigen adalah untuk mencegah dan
memperbaiki hipoksia jaringan, sedangkan tujuan khususnya
adalah untuk mendapatkan PaO2 lebih dari 90 mmHg atau
SaO2 lebih dari 90%
6. Indikasi terapi oksigen antara lain:
a) Diabetes
b) Stroke
c) terapi untuk kecantikan dan kebugaran
d) Penyakit dekompresi
e) Emboli udara
f) Aktinomikosis
g) Anemia
h) Insufisiensi arteri perifer akut
i) Infeksi Bakteri
j) Keracunan CO
k) Keracunan sianida
l) Gas ganren
m) Cangkokan kulit
n) Infeksi jaringan lunak
o) Osteomielitis
p) Ekstraksi gigi
7. Kontra indikasi terapi oksigen antara lain
a. Kelainan paru
b. Riwayat operasi paru
c. Infeksi saluran nafas atas
d. Cedera paru
e. Tumor ganas
f. Penyakit menular
Buku Saku Perawat UGD RSRWM Manado
M. F. Wongkar, S.Pd, S.Kep
19
20. g. Pengidap gaustrophobia
h. Kehamilan
i. Pneumothorax
8.
20
Resiko terapi oksigen antara lain adalah:
a. Keracunan oksigen
b. Retensi CO2
c. Atelektasis
d. Disstress substernal
e. Kongesti hidung
f. Nyeri tenggorokan
g. Batuk
h. Retinipati prematuritas
i. Kedutan otot
j. Rasa pening
k. Kejang
l. Bunyi berdering dalam telinga
m. Koma
Buku Saku Perawat UGD RSRWM Manado
M. F. Wongkar, S.Pd, S.Kep