Sulit dipungkiri bahwa di masa depan tidak ada bangsa yang dapat bersembunyi dari arus tanpa batas di era globalisasi. Era dimana pergaulan dunia semakin terbuka lebar yang bukan saja membawa keuntungan, namun juga diikuti dengan dampak yang sulit dikendalikan. Masa depan menjadi semakin sulit ditebak dan terkadang terjadi diluar dugaan sehingga memberikan kejutan-kejutan yang mengancam kehidupan masyarakat baik dari dimensi politik, ekonomi, sosial maupun budaya. Arus lintas batas di era globalisasi pun masuk dalam ranah-ranah yang sulit dikendalikan, termasuk pornografi yang tidak hanya melibatkan orang dewasa tetapi juga anak-anak. Bahkan, pornografi anak menjadi ladang bisnis yang menjanjikan keuntungan yang besar sehingga anak-anak kerap dijadikan target baik sebagai objek maupun sebagai konsumen. Maraknya pornografi yang melibatkan anak-anak ini tidak terlepas dari pengaruh internet dan pengaruh media sosial yang menggandrungi kehidupan anak-anak.
Meskipun belum tersedia data secara global, namun beberapa lembaga yang melakukan pendataan menemukan pornografi yang melibatkan anak-anak meningkat secara tajam. The NCMEC (National Center for Missing and Exploited Children) Cybertipline, lembaga yang berada di Amerika Serikat dan menangani laporan eksploitasi seksual anak di ranah siber memaparkan, telah lebih dari 7,5 juta laporan eksploitasi seksual anak di ranah siber tercatat sejak tahun 1998. Menariknya, laporan meningkat tajam sejak tahun 2015 dengan jumlah laporan mencapai sekitar 4,4 juta atau lebih dari separuhnya. Pada tahun 2016, INHOPE, asosiasi pengaduan
konten melalui internet, menemukan bahwa terdapat 8,4 juta URL/situs yang mengandung konten pornografi anak dan tersebar di seluruh dunia.
Terdapat juga indikasi bahwa konten pornografi anak diedarkan oleh pelaku melalui platform yang lebih tersembunyi, seperti jaringan berbagi file online (termasuk peer-to-peer) atau melalui ‘Dark Net’ atau teknik perangkat lunak yang di enkripsi. Dalam konteks Indonesia, anak-anak Indonesia mengalami dua hal yaitu menjadi target kejahatan pornografi dan terpapar pornografi. Ditemukan sejumlah fakta bahwa anak-anak di Indonesia dijadikan objek pornografi baik oleh pelaku kejahatan yang tidak terorganisir maupun oleh pelaku kejahatan yang terorganisir untuk dikomersialisasikan. Sebut saja kasus
Tjandra di Surabaya yang berhasil mengumpulkan lebih dari 10.000 gambar yang mengandung konten pornografi anak yang dia dapat melalui media sosial yang kemudian diketahui bahwa beliau menyebarkan dan memperjual belikan gambar-gambar tersebut ke jaringan pedofil internasional.
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anakk menginisiasi lahirnya Desa/Kelurahan Bebas Pornografi
anak. Desa/Kelurahan Bebas Pornografi anak adalah suatu kawasan desa/ kelurahan yang pemerintah, penduduk, dan pihak yang berkepentingan memiliki komitmen dan program konkret dan berkelanjutan dalam mencegah dan menanggulangi pornografi anak.
Modul Pelatihan Pencegahan Kejahatan Seksual Anak Online bagi Organisasi Perl...literasi digital
Modul Pelatihan Pencegahan Kejahatan Seksual Anak Online bagi Organisasi Perlindungan Anak dan Komunitas bisa menjadi acuan dalam mencegah dan menangani masalah kejahatan seksual anak online. Modul ini juga bisa dipergunakan oleh tim Perlindungan Anak Terpadu Berbasis Masyarakat sebagai acuan dalam mengembangkan pelatihan-pelatihan di desa untuk mencegah terjadinya kejahatan seksual online.
Modul Pelatihan Kebijakan & Prosedur Perlindungan AnakECPAT Indonesia
Memastikan anak aman dalam lembaga atau organisasi yang bekerja dengan anak, adalah tugas semua lembaga yang peduli pada isu perlindungan anak. Hal ini tidak dapat dilakukan secara spontan dan tanpa rencana, namun harus dilakukan secara tersistem sehingga dapat dipantau dan dapat dipertanggungjawabkan melalui suatu Kebijakan Perlindungan Anak (KPPA/CPP). Saat ini CPP sudah menjadi prasyarat lembaga-lembaga internasional dalam mencari partner kerja, LSM lokal/nasional di suatu negara.
Kekerasan seksual yang dilakukan oleh anak terhadap anak merupakan sebuah bentuk perilaku tidak hanya dimaknai sebagai hubungan seksual biasa tetapi juga merupakan serangan seksual yang dilakukan oleh anak terhadap anak yang menimbulkan perlukaan pada organ seksual, menimbulkan dampak psikologis pada korban dan bahkan menimbulkan luka atau lecet pada organ tubuh lainnya hingga menimbulkan kematian. Agresiftas seksual anak memiliki pola tidak sama dengan orang dewasa, sebagian besar kekerasan seksual yang dilakukan anak, dilakukan secara berkelompok. Eskalasi seksual tidak hanya terjadi di perkotaan tetapi juga di perdesaan bahkan di pedalaman sekalipun. Faktor yang paling dominan yang memberikan kontribusi terbesar terhadap terjadinya kekerasan seksual adalah paparan pornografi yang dialami oleh anak. Faktor-faktor lain tidak bisa diangap remeh yaitu pengaruh teman sebaya, minimnya pendidikan dalam memanfaatkan bahaya internet pada anak, terbatasnya pengetahuan orang tua dan guru dalam melindungi anakanak dari bahaya internet.
Modul Pelatihan Pencegahan Kejahatan Seksual Anak Online bagi Organisasi Perl...literasi digital
Modul Pelatihan Pencegahan Kejahatan Seksual Anak Online bagi Organisasi Perlindungan Anak dan Komunitas bisa menjadi acuan dalam mencegah dan menangani masalah kejahatan seksual anak online. Modul ini juga bisa dipergunakan oleh tim Perlindungan Anak Terpadu Berbasis Masyarakat sebagai acuan dalam mengembangkan pelatihan-pelatihan di desa untuk mencegah terjadinya kejahatan seksual online.
Modul Pelatihan Kebijakan & Prosedur Perlindungan AnakECPAT Indonesia
Memastikan anak aman dalam lembaga atau organisasi yang bekerja dengan anak, adalah tugas semua lembaga yang peduli pada isu perlindungan anak. Hal ini tidak dapat dilakukan secara spontan dan tanpa rencana, namun harus dilakukan secara tersistem sehingga dapat dipantau dan dapat dipertanggungjawabkan melalui suatu Kebijakan Perlindungan Anak (KPPA/CPP). Saat ini CPP sudah menjadi prasyarat lembaga-lembaga internasional dalam mencari partner kerja, LSM lokal/nasional di suatu negara.
Kekerasan seksual yang dilakukan oleh anak terhadap anak merupakan sebuah bentuk perilaku tidak hanya dimaknai sebagai hubungan seksual biasa tetapi juga merupakan serangan seksual yang dilakukan oleh anak terhadap anak yang menimbulkan perlukaan pada organ seksual, menimbulkan dampak psikologis pada korban dan bahkan menimbulkan luka atau lecet pada organ tubuh lainnya hingga menimbulkan kematian. Agresiftas seksual anak memiliki pola tidak sama dengan orang dewasa, sebagian besar kekerasan seksual yang dilakukan anak, dilakukan secara berkelompok. Eskalasi seksual tidak hanya terjadi di perkotaan tetapi juga di perdesaan bahkan di pedalaman sekalipun. Faktor yang paling dominan yang memberikan kontribusi terbesar terhadap terjadinya kekerasan seksual adalah paparan pornografi yang dialami oleh anak. Faktor-faktor lain tidak bisa diangap remeh yaitu pengaruh teman sebaya, minimnya pendidikan dalam memanfaatkan bahaya internet pada anak, terbatasnya pengetahuan orang tua dan guru dalam melindungi anakanak dari bahaya internet.
MATERI PENCEGAHAN PERKAWINAN USIA ANAK.pptxMardiaHanis
Materi disampaiakn pada acara sosialisasi Pencegahan Pernikahan Usia anak di Desa Adolang Dhua Kec. Pamboang Kab. Majene Tahun 2022 Bersama dengan STAIN Majene
Modul eksploitasi seksual anak online ecpat (anak)ECPAT Indonesia
Sebuah modul edukasi tentang eksploitasi seksual anak di ranah online untuk program “Smart School Online”. Secara khusus modul ini memberikan panduan bagi fasilitator agar
dapat berperan lebih optimal dalam mengedukasi anak dan orang muda dengan mengedepankan upaya pencegahan dan memberikan respon yang tepat bila mendapati situasi eksploitasi seksual anak yang terjadi di ranah online. Modul ini bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada anak dan orang muda tentang definisi, bentuk-bentuk eksploitasi seksual anak di ranah online dan gambaran umum kasus-kasus yang terjadi di Indonesia. Modul ini juga mengajak anak dan orang muda untuk mengenali jenis-jenis pelaku eksploitasi seksual anak di ranah online serta mengetahui langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya eksploitasi seksual anak di ranah online.
Dalam hal ini KPPPA bekerjasama dengan ECPAT Indonesia sejak tahun 2018, telah berhasil menyusun Pedoman Desa/Kelurahan Bebas dari Pornografi. Pedoman tersebut disusun berdasarkan hasil assesmen ditingkat kelurahan/desa, yang melibatkan stakeholder desa/kelurahan, organisasi masyarakat dan pemerintahan daerah kabupaten/kota. Hingga ditahun 2019 KPPPA dengan ECPAT Indonesia telah membentuk dan mendampingi 9 Desa/Kelurahan yang telah mendeklarasikan menjadi Desa bebas dari pornografi anak. Dimana Desa-Desa tersebut bersama masyarakat bahu membahu membangun sistem pencegahan dan penanganan serta perlindungan anak dari pornografi.
Berdasarkan pada keberhasilan tersebut KPPPA dengan ECPAT Indonesia kembali akan melanjutkan program kerjasama di tahun 2021 dalam upaya Pencegahan dan Penanganan Pornografi anak di Indonesia, dengan membangun sistem perlindungan anak dari bahaya pornografi berbasis Desa/Kelurahan.
Eksploitasi seksual pada anak online adalah sebuah masalah global yang berkembang dengan cepat dan membutuhkan sebuah respon yang komprehensif.
ECPAT bekerja untuk meningkatkan pengetahuan dan membangun kapasitas para anggotanya dan para pemangku kepentingan lain dalam memerangi isu eksploitasi
seksual pada anak online tersebut. Agar dapat secara efektif bekerja pada sebuah solusi, yang menjadi titik awal adalah agar semua pemangku kepentingan mengenali apa yang menjadi masalah tersebut. Setidaknya, hal ini membutuhkan sebuah
pemahaman dasar tentang berbagai perwujudan eksploitasi seksual pada anak online tersebut dan bagaimana para pelaku menjadikan anak-anak sebagai korban. Disamping itu, penting untuk menggunakan sebuah bahasa bersama ketika
mendiskusikan setiap pendekatan yang digunakan untuk menangani masalah ini untuk memastikan pemahaman dan mencegah persepsi yang salah tentang sifat dan
seriusnya isu ini. Idealnya, ide-ide bersama ini juga harus ditangkap dalam kerangka kerja hukum nasional dan regional yang mengkriminalkan dan menghukum perbuatan-perbuatan seperti itu dengan sanksi yang sebanding dan disuasif.
Booklet ini berisi 3 seri lembar fakta yang terkait dengan eksploitasi seksual pada
anak online yang memberikan sumber-sumber yang mudah dan siap untuk
dipergunakan oleh setiap orang yang tertarik dengan isu ini. Seri pertama terdiri dari
lembar fakta yang menjelaskan berbagai perwujudan eksploitasi seksual pada anak
online. Seri kedua mencakup 5 kerangka kerja hukum regional dan/atau
internasional yang relevan yang memuat berbagai ketentuan tentang satu
perwujudan eksploitasi seksual pada anak online atau lebih. Terakhir, seri ketiga
terdiri dari lembar fakta Internet dan Teknologi yang menjelaskan berbagai istilah
dan alat yang relevan untuk memahami internet dan bagaimana berbagai teknologi
(berpotensi) untuk digunakan oleh para pelaku kejahatan seks anak atau orang-
orang yang berusaha untuk menghalangi para pelaku tersebut.
Materi ini disampaikan pada Kuliah Umum Literasi Digital bagi Mahasiswa Baru Program Studi Ilmu Komunikasi - Universitas Telkom pada tanggal 9 Agustus 2019
Peta Jalan Perlindungan Anak Indonesia di Internet (Sebuah Pengantar)ICT Watch
Dokumentasi #LiveStreaming Rilis Peta Jalan Perlindungan Anak Indonesia di Internet https://www.youtube.com/watch?v=Hv161zrCMuo
Peta Jalan Perlindungan Anak Indonesia di Internet (Sebuah Pengantar).
I. LATAR BELAKANG 1
II. KOMITMEN GLOBAL SEBAGAI PEDOMAN DASAR 3
A. Landasan Hukum Dan Kebijakan 5
B. Mekanisme Pelaporan 7
C. Perhatian Utama Dalam Skala Nasional 11
D. Program Pendidikan Dan Kesadaran Masyarakat 12
III. ANAK DAN AKTIVITAS DI DUNIA MAYA 13
A. Aktivitas Anak Online Di Indonesia 16
B. Perangkat Yang Digunakan Saat Berinternet 17
C. Motivasi Menggunakan Internet Dan Aktivitas Online 17
IV. KONTEN YANG MENYALAHGUNAKAN ANAK 19
A. Definisi 19
B. Naungan Hukum 22
C. Kajian Regional 23
D. Ketersediaan Alat Dan Instrumen Untuk Investigasi 25
E. Pelatihan Penggunaan Alat Dan Membangun Awareness
(Terhadap Konten Yang Menyalahgunakan Anak) 27
F. Format/Prosedur Pelaporan 29
G. Strategi (Termasuk Hukum) Berkaitan Dengan
Pengurangan Konten Yang Menyalahgunakan Anak 30
V. DAFTAR PRIORITAS NASIONAL DALAM HAL PERLINDUNGAN
ANAK DI RANAH MAYA 34
A. Peta Komprehensif Kebijakan Yang Sudah Tersedia Terkait
Perlindungan Anak Di Ranah Maya 34
B. Fokus Utama Perlindungan Anak Di Ranah Maya Dalam
Skala Nasional 36
C. Program Dan Aktivitas Pemberdayaan Dan
Pendidikan Publik 36
D. Usulan Alur Mekanisme Pelaporan Yang Spesifik 38
E. Pemberdayaan Anak
MATERI PENCEGAHAN PERKAWINAN USIA ANAK.pptxMardiaHanis
Materi disampaiakn pada acara sosialisasi Pencegahan Pernikahan Usia anak di Desa Adolang Dhua Kec. Pamboang Kab. Majene Tahun 2022 Bersama dengan STAIN Majene
Modul eksploitasi seksual anak online ecpat (anak)ECPAT Indonesia
Sebuah modul edukasi tentang eksploitasi seksual anak di ranah online untuk program “Smart School Online”. Secara khusus modul ini memberikan panduan bagi fasilitator agar
dapat berperan lebih optimal dalam mengedukasi anak dan orang muda dengan mengedepankan upaya pencegahan dan memberikan respon yang tepat bila mendapati situasi eksploitasi seksual anak yang terjadi di ranah online. Modul ini bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada anak dan orang muda tentang definisi, bentuk-bentuk eksploitasi seksual anak di ranah online dan gambaran umum kasus-kasus yang terjadi di Indonesia. Modul ini juga mengajak anak dan orang muda untuk mengenali jenis-jenis pelaku eksploitasi seksual anak di ranah online serta mengetahui langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya eksploitasi seksual anak di ranah online.
Dalam hal ini KPPPA bekerjasama dengan ECPAT Indonesia sejak tahun 2018, telah berhasil menyusun Pedoman Desa/Kelurahan Bebas dari Pornografi. Pedoman tersebut disusun berdasarkan hasil assesmen ditingkat kelurahan/desa, yang melibatkan stakeholder desa/kelurahan, organisasi masyarakat dan pemerintahan daerah kabupaten/kota. Hingga ditahun 2019 KPPPA dengan ECPAT Indonesia telah membentuk dan mendampingi 9 Desa/Kelurahan yang telah mendeklarasikan menjadi Desa bebas dari pornografi anak. Dimana Desa-Desa tersebut bersama masyarakat bahu membahu membangun sistem pencegahan dan penanganan serta perlindungan anak dari pornografi.
Berdasarkan pada keberhasilan tersebut KPPPA dengan ECPAT Indonesia kembali akan melanjutkan program kerjasama di tahun 2021 dalam upaya Pencegahan dan Penanganan Pornografi anak di Indonesia, dengan membangun sistem perlindungan anak dari bahaya pornografi berbasis Desa/Kelurahan.
Eksploitasi seksual pada anak online adalah sebuah masalah global yang berkembang dengan cepat dan membutuhkan sebuah respon yang komprehensif.
ECPAT bekerja untuk meningkatkan pengetahuan dan membangun kapasitas para anggotanya dan para pemangku kepentingan lain dalam memerangi isu eksploitasi
seksual pada anak online tersebut. Agar dapat secara efektif bekerja pada sebuah solusi, yang menjadi titik awal adalah agar semua pemangku kepentingan mengenali apa yang menjadi masalah tersebut. Setidaknya, hal ini membutuhkan sebuah
pemahaman dasar tentang berbagai perwujudan eksploitasi seksual pada anak online tersebut dan bagaimana para pelaku menjadikan anak-anak sebagai korban. Disamping itu, penting untuk menggunakan sebuah bahasa bersama ketika
mendiskusikan setiap pendekatan yang digunakan untuk menangani masalah ini untuk memastikan pemahaman dan mencegah persepsi yang salah tentang sifat dan
seriusnya isu ini. Idealnya, ide-ide bersama ini juga harus ditangkap dalam kerangka kerja hukum nasional dan regional yang mengkriminalkan dan menghukum perbuatan-perbuatan seperti itu dengan sanksi yang sebanding dan disuasif.
Booklet ini berisi 3 seri lembar fakta yang terkait dengan eksploitasi seksual pada
anak online yang memberikan sumber-sumber yang mudah dan siap untuk
dipergunakan oleh setiap orang yang tertarik dengan isu ini. Seri pertama terdiri dari
lembar fakta yang menjelaskan berbagai perwujudan eksploitasi seksual pada anak
online. Seri kedua mencakup 5 kerangka kerja hukum regional dan/atau
internasional yang relevan yang memuat berbagai ketentuan tentang satu
perwujudan eksploitasi seksual pada anak online atau lebih. Terakhir, seri ketiga
terdiri dari lembar fakta Internet dan Teknologi yang menjelaskan berbagai istilah
dan alat yang relevan untuk memahami internet dan bagaimana berbagai teknologi
(berpotensi) untuk digunakan oleh para pelaku kejahatan seks anak atau orang-
orang yang berusaha untuk menghalangi para pelaku tersebut.
Materi ini disampaikan pada Kuliah Umum Literasi Digital bagi Mahasiswa Baru Program Studi Ilmu Komunikasi - Universitas Telkom pada tanggal 9 Agustus 2019
Peta Jalan Perlindungan Anak Indonesia di Internet (Sebuah Pengantar)ICT Watch
Dokumentasi #LiveStreaming Rilis Peta Jalan Perlindungan Anak Indonesia di Internet https://www.youtube.com/watch?v=Hv161zrCMuo
Peta Jalan Perlindungan Anak Indonesia di Internet (Sebuah Pengantar).
I. LATAR BELAKANG 1
II. KOMITMEN GLOBAL SEBAGAI PEDOMAN DASAR 3
A. Landasan Hukum Dan Kebijakan 5
B. Mekanisme Pelaporan 7
C. Perhatian Utama Dalam Skala Nasional 11
D. Program Pendidikan Dan Kesadaran Masyarakat 12
III. ANAK DAN AKTIVITAS DI DUNIA MAYA 13
A. Aktivitas Anak Online Di Indonesia 16
B. Perangkat Yang Digunakan Saat Berinternet 17
C. Motivasi Menggunakan Internet Dan Aktivitas Online 17
IV. KONTEN YANG MENYALAHGUNAKAN ANAK 19
A. Definisi 19
B. Naungan Hukum 22
C. Kajian Regional 23
D. Ketersediaan Alat Dan Instrumen Untuk Investigasi 25
E. Pelatihan Penggunaan Alat Dan Membangun Awareness
(Terhadap Konten Yang Menyalahgunakan Anak) 27
F. Format/Prosedur Pelaporan 29
G. Strategi (Termasuk Hukum) Berkaitan Dengan
Pengurangan Konten Yang Menyalahgunakan Anak 30
V. DAFTAR PRIORITAS NASIONAL DALAM HAL PERLINDUNGAN
ANAK DI RANAH MAYA 34
A. Peta Komprehensif Kebijakan Yang Sudah Tersedia Terkait
Perlindungan Anak Di Ranah Maya 34
B. Fokus Utama Perlindungan Anak Di Ranah Maya Dalam
Skala Nasional 36
C. Program Dan Aktivitas Pemberdayaan Dan
Pendidikan Publik 36
D. Usulan Alur Mekanisme Pelaporan Yang Spesifik 38
E. Pemberdayaan Anak
modul ini dibuat agar para orang tua, komunitas dan masyarakat luas dapat mengetahui secara mendalam tentang bentuk-bentuk eksploitasi seksual anak melalui media daring, peraturan yang berlaku di Indonesia serta hal-hal yang dapat dilakukan mencegah bahaya eskploitasi seksual melalui media daring terjadi pada anak-anak. Sehingga diharapkan, orang tua, komunitas dan masyarakat dapat lebih berperan aktif dalam melindungi anak-anak dari bahaya eksploitasi seksual anak melalui media daring.
ID IGF 2016 - Sosial Budaya 3 - Literasi Digital Keniscayaan Perlindungan AnakIGF Indonesia
Presented by Maria Advianti (Komisi Perlindungan Anak Indonesia)
ID IGF 2016
Sesi Sosial Budaya 3 - Literasi Digital, Pilar Perlindungan Anak di Internet
Jakarta, 15 November 2016
Riset disrupting harm sendiri merupakan riset yang dilakukan oleh ECPAT Internasional, UNICEF, dan Interpol dengan bekerjasama dengan ECPAT Indonesia dengan subjek penelitian yaitu keselamatan anak di ranah daring.
The United Nations Convention on the Rights of the Child (UN-CRC) mengakui hak anak untuk dilindungi dari segala bentuk kekerasan, eksploitasi, penelantaran, dan pelecehan. Sehingga, individu dan organisasi yang bersinggungan dan berhubungan dengan anak harus memastikan mereka dilindungi dan aman dari bahaya ketika berpartisipasi dalam berbagai kegiatan.
Untuk menjamin hak anak ini maka sistem perlindungan anak di Indonesia itu sendiri diatur melalui UU Perlindungan Anak yaitu UU No. 23 Tahun 2002, direvisi menjadi UU No. 35 Tahun 2014, dan revisi ke II melalui UU No.17 Tahun 2016.
Tujuan dari adanya KKA ID-COP adalah untuk melindungi hak-hak anak yang terlibat dalam program dan kegiatan ID-COP, serta memastikan bahwa staf, perwakilan, dan staf organisasi kemitraan mengerahkan langkah bijaksana untuk memastikan bahwa anak-anak yang berinteraksi dengan mereka diperlakukan dengan hormat dan bermartabat, dan dilindungi dari segala jenis kekerasan. KKA ID-COP ini juga bertujuan agar menjadi panduan agar para mitra ID-COP dapat konsisten menjalankan kode etik dalam berkolaborasi antar lembaga, ketika mereka harus menjalankan sebuah kegiatan bersama anak-anak.
KPPPA bekerjasama dengan ECPAT Indonesia sejak tahun 2018, telah berhasil menyusun Pedoman Desa/Kelurahan Bebas dari Pornografi. Pedoman tersebut disusun berdasarkan hasil assesmen ditingkat kelurahan/desa, yang melibatkan stakeholder desa/kelurahan, organisasi masyarakat dan pemerintahan daerah kabupaten/kota. Hingga ditahun 2019 KPPPA dengan ECPAT Indonesia telah membentuk dan mendampingi 9 Desa/Kelurahan yang telah mendeklarasikan menjadi Desa bebas dari pornografi anak. Dimana Desa-Desa tersebut bersama masyarakat bahu membahu membangun sistem pencegahan dan penanganan serta perlindungan anak dari pornografi.
Berdasarkan pada keberhasilan tersebut KPPPA dengan ECPAT Indonesia kembali akan melanjutkan program kerjasama di tahun 2021 dalam upaya Pencegahan dan Penanganan Pornografi anak di Indonesia, dengan membangun sistem perlindungan anak dari bahaya pornografi berbasis Desa/Kelurahan.
Seri buku literasi digital - kajian dampak media sosial bagi anak dan remaja ...literasi digital
Frekuensi tinggi penggunaan media sosial pada anak dan remaja berpotensi membuat mereka
terpapar konten-konten yang berbahaya hingga mengalami adiksi media sosial dan perilaku online
berisiko. Hasil studi perilaku anak di media sosial dengan sampel anak usia 7-17 tahun di daerah
yang mewakili kawasan urban perkotaan ini berusaha memberikan rekomendasi bagi orangtua
untuk memastikan keselamatan anak di dunia maya.
Ringkasan Dialog Nasional ID-IGF 2018 - Bahasa Indonesia (tata kelola interne...ICT Watch - Indonesia
Ringkasan Dialog Nasional ID-IGF 2018 - Bahasa Indonesia (tata kelola internet / internet governance). Situs: igf.id. E-mail: contact [at] igf.id. Pengunggah: donnybu.id
Laporan Hasil Pemantauan di Jabodebek 2021-2022.pdfECPAT Indonesia
Sejak tahun 2021 ECPAT Indonesia bekerjasama dengan Bandungwangi untuk melakukan asesmen terkait dengan kasus eksploitasi seksual anak dalam prostitusi yang terjadi di daerah Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok dan Bekasi). Tujuannya adalah untuk mendapatkan gambaran pola, modus, besaran jumlah kasus dan profile korban eksploitasi seksual anak dalam prostitusi termasuk kerentanannya mengalami kekerasan. Di Tahun 2022 kami kembali melakukan asesmen, sehingga laporan ini merupakan temuan yang kami persembahkan kepada anak-anak Indonesia, masyarakat, pemerintah, Lembaga perlindungan anak, dan pihak-pihak yang peduli dengan upaya perlindungan anak dari eksploitasi seksual. Semoga hasil temuan ini bermanfaat menjadi refleksi, acuan data untuk upaya penghapusan segala bentuk eksploitasi seksual anak di Indonesia.
Laporan IWF Mengenai AI dan Kekerasan Seksual AnakECPAT Indonesia
Internet Watch Foundation (IWF) telah menyelidiki laporan pertamanya tentang materi pelecehan seksual terhadap anak (CSAM) yang dihasilkan oleh kecerdasan buatan (AI).
Investigasi awal mengungkap dunia teknologi teks-ke-gambar. Singkatnya, Anda mengetikkan apa yang ingin Anda lihat di generator online dan perangkat lunak akan menghasilkan gambar.
Teknologinya cepat dan akurat – gambar biasanya sangat cocok dengan deskripsi teks. Banyak gambar dapat dihasilkan sekaligus – Anda hanya dibatasi oleh kecepatan komputer Anda. Anda kemudian dapat memilih favorit Anda; mengeditnya; arahkan teknologi untuk menghasilkan apa yang Anda inginkan.
ECPAT Indonesia adalah jaringan nasional dari 22 organisasi dan 2 individu
dari 11 provinsi di Indonesia untuk menentang Eksploitasi Seksual Anak (ESA),
meliputi eksploitasi seksual anak dalam prostitusi, perdagangan anak untuk
tujuan seksual, eksploitasi seksual anak di sektor pariwisata dan perjalanan,
eksploitasi seksual anak online, dan perkawinan anak.
ECPAT Indonesia membuat Catatan Akhir Tahun (CATAHU) tahun 2022 yang merupakan bentuk tanggung jawab ECPAT Indonesia kepada publik di wilayah Indonesia dan secara khusus ditujukan kepada donor, lembaga jaringan, stakeholder yang selama ini bekerja bersama-sama untuk memperjuangkan hak-hak anak.
Pada akhir tahun 2022 kemarin, Cianjur telah dilanda gempa bumi sekuat 5,6 SR yang telah menewaskan ratusan orang dan ribuan orang lainnya luka-luka. Gempa ini pun terus berlanjut dengan beberapa gempa susulan yang membuat semakin banyaknya korban berjatuhan, tak terkecuali anak-anak. Kehilangan tempat tinggal, hilangnya harta dan benda, hingga kejiwaan terguncang yang menyebabkan trauma pun turut dirasakan. Melihat hal ini, ECPAT Indonesia bekerjasama dengan Kinder Nothilfe Germany memutuskan untuk membuat gerakan bersama yang bertujuan untuk menolong korban -terkhusus anak dan perempuan- di Cianjur.
Bagian ini akan menjelaskan tentang internet dan cara kerjanya serta media sosial. Termasuk di dalamnya resiko keamanan bagi anak di dunia online (daring) dan bagaimana menghindari resiko tersebut. Pada bagian akhir akan dijelaskan tentang bagaimana melakukan pelaporan jika ditemukan situs / media sosial yang mengandung konten negatif yang berbahaya bagi anak, serta beberapa fitur/tools yang dapat mengurangi resiko anak terpapar konten negatif. Praktek untuk penggunaannya dilakukan agar dapat dipahami langkah-langkah penggunaannya secara sistematis
Tips JAGO Agar Privasi Anak Tetap Aman di Media Sosial ECPAT Indonesia
Sosial media menjadi tempat bermain yang asik dan seru untuk anak-anak, Namun terkadang anak belum tahu bagaimana mereka melindungi privasi mereka di media sosial.
Hal ini tentunya berisiko bagi keamanan anak. Untuk itu, kita juga perlu meningkatkan kewaspadaan dan sikap yang bijak dalam menggunakan media digital. Berikut adalah tips JAGO agar privasi anak tetap aman di Media Sosial.
Waspada Media Sosial Menjadi Sarana Eksploitasi Seksual AnakECPAT Indonesia
Sosial media menjadi salah satu paltfom yang sangat digemari anak untuk menghabiskan waktu luangnya. Mereka bisa berinteraksi dengan teman, mengetahui informasi terkini, dan mendapatkan hiburan.
Intensitas penggunaan sosial media yang tinggi, membuat anak rentan terhadap eksploitasi seksual di dunia online. Yuk kenali eksploitasi seksual anak online melalui infografis ini supaya kita lebih waspada dan tidak mudah menjadi korbannya.
Apakah kamu pernah mengalami eksploitasi seksual anak online? Langkah apa sih yang kamu lakukan supaya terhindar dari kejahatan ini? Yuk share komentar kamu dipostingan ini.
Dunia digital saat ini semakin berkembang dengan pesat, semua kegiatan yang dilakukan pasti selalu melibatkan internet didalamnya. Hal ini membuat dunia juga semakin cepat mengalami perubahan.
Melihat kondisi tersebut, generasi muda juga bisa mengambil peran loh! Ayo kita kejar sebelum ketinggalan! Daripada hanya menjadi penikmat saja, kita juga bisa berpartisipasi dalam membuat konten positif. Nah, ada beberapa tips nih untuk para kreator muda agar tetap aman saat membuat konten! Kalau kamu paling suka buat konten tentang apa? Kasih komentar dibawah yuk!
Survei Kesehatan Indonesia (SKI) Tahun 2023Muh Saleh
Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 merupakan survei yang mengintegrasikan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) dan Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGI). SKI 2023 dikerjakan untuk menilai capaian hasil pembangunan kesehatan yang dilakukan pada kurun waktu lima tahun terakhir di Indonesia, dan juga untuk mengukur tren status gizi balita setiap tahun (2019-2024). Data yang dihasilkan dapat merepresentasikan status kesehatan tingkat Nasional sampai dengan tingkat Kabupaten/Kota.
Ketersediaan data dan informasi terkait capaian hasil pembangunan kesehatan penting bagi Kementerian Kesehatan, Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota sebagai bahan penyusunan kebijakan, program dan kegiatan pembangunan yang lebih terarah dan tepat sasaran berbasis bukti termasuk pengembangan Rencana Pembangunan Kesehatan Jangka Menengah Nasional (RPJMN 2024-2029) oleh Kementerian PPN/Bappenas. Dalam upaya penyediaan data yang valid dan akurat tersebut, Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan (BKPK) bekerjasama dengan Badan Pusat Statistik (BPS) dalam penyusunan metode dan kerangka sampel SKI 2023, serta bersama dengan Lintas Program di Kementerian Kesehatan, World Health Organization (WHO) dan World Bank dalam pengembangan instrumen, pedoman hingga pelaporan survei.
Disampaikan dalam Drum-up Laboratorium Inovasi Kabupaten Sorong, 27 Mei 2024
Dr. Tri Widodo W. Utomo, S.H., MA.
Deputi Kajian Kebijakan dan Inovasi Administrasi Negara LAN-RI
Disampaikan pada PKN Tingkat II Angkatan IV-2024 BPSDM Provinsi Jawa Tengah dengan Tema “Transformasi Tata Kelola Pelayanan Publik untuk Mewujudkan Perekonomian Tangguh, Berdayasaing, dan Berkelanjutan”
Dr. Tri Widodo Wahyu Utomo, S.H., MA
Deputi Kajian Kebijakan dan Inovasi Administrasi Negara LAN RI
PETUNJUK TEKNIS INTEGRASI PELAYANAN KESEHATAN PRIMER
Kementerian Kesehatan menggulirkan transformasi sistem kesehatan.
Terdapat 6 pilar transformasi sistem kesehatan sebagai penopang kesehatan
Indonesia yaitu: 1) Transformasi pelayanan kesehatan primer; 2) Transformasi
pelayanan kesehatan rujukan; 3) Transformasi sistem ketahanan kesehatan;
4) Transformasi sistem pembiayaan kesehatan; 5) Transformasi SDM
kesehatan; dan 6) Transformasi teknologi kesehatan.
Transformasi pelayanan kesehatan primer dilaksanakan melalui edukasi
penduduk, pencegahan primer, pencegahan sekunder dan peningkatan
kapasitas serta kapabilitas pelayanan kesehatan primer. Pilar prioritas
pertama ini bertujuan menata kembali pelayanan kesehatan primer yang ada,
sehingga mampu melayani seluruh penduduk Indonesia dengan pelayanan
kesehatan yang lengkap dan berkualitas.
Penataan struktur layanan kesehatan primer tersebut membutuhkan
pendekatan baru yang berorientasi pada kebutuhan layanan di setiap
siklus kehidupan yang diberikan secara komprehensif dan terintegrasi
antar tingkatan fasilitas pelayanan kesehatan. Pendekatan baru ini disebut
sebagai Integrasi Pelayanan Kesehatan Primer, melibatkan Puskesmas, unit
pelayanan kesehatan di desa/kelurahan yang disebut juga sebagai Puskesmas
Pembantu dan Posyandu. Selanjutnya juga akan melibatkan seluruh fasilitas
pelayanan kesehatan primer.
1. PANDUAN TEKNIS DESA/
KELURAHAN BEBAS (DARI)
PORNOGRAFI ANAK
Program Kerjasama:
Kementerian Pemberdayaan Perempuan & Perlindungan Anak
ECPAT Indonesia
2. PANDUAN TEKNIS DESA/ KELURAHAN BEBAS (DARI) PORNOGRAFI ANAK2
TIM PENYUSUN
Pengarah
Lies Rosdianty
Penanggung Jawab
Valentina Gintings
Penulis
Deden Ramadani
Editor
Deden Ramadani
Andi Ardian
Santi Herlina Zaenab
Sekretariat
Totok Suharto Nendiyana Apriani
Kun Maryati Beny Manga
Rizqya Juwita
Ivana Ulimantita L
Kontributor
Kementerian Komunikasi & Informasi
Kementerian Desa
Kementerian Kesehatan
Bareskrim Mabes Polri
Komisi Perlindungan Anak Indonesia
Lembaga Perlindungan Anak (LPA)
P2TP2A Kota Jakarta
Dinas PPPA Kota Berau
Indo ACT
LBH Apik
Nawala
Relawan TIK
Kompak Jakarta
ISBN 978-602-6571-28-1
KPMK
YKAI
Yayasan Pulih
ICJR
PKBI
Rumah Faye
Peduli Sahabat
Koalisi Perempuan Indonesia
Down to Zero
Proklamasi Anak Indonesia
Bandung Wangi
Sapa Indonesia
KISA Muda
3. PANDUAN TEKNIS DESA/ KELURAHAN BEBAS (DARI) PORNOGRAFI ANAK3
KATA PENGANTAR
Pada kesempatan ini, saya sampaikan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha
Esa, akhirnya proses Penyusunan Panduan Teknis Desa/ Kelurahan Bebas (Dari)
Pornografi Anak ini dapat terwujud.
Saat ini paparan pornografi kepada anak melalui media daring meningkat tajam.
Untuk itu peran pemerintah desa menjadi penting dalam pelaksanaan pencegahan
pornografi anak di tingkat desa/ kelurahan melalui pencanangan Desa/ Kelurahan
Bebas (dari) Pornografi.
Panduan Teknis Desa/ Kelurahan Bebas (Dari) Pornografi Anak ini merupakan
panduan bagi pemerintah, desa/ kelurahan, masyarakat, serta pihak yang
berkepentingan, untuk bersama-sama melaksanakan program konkrit dan
berkelanjutan dalam mencegah dan menanggulangi pornografi anak.
Panduan ini disusun atas kerjasama antara Kementerian Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak (KPP-PA) dengan ECPAT Indonesia, mengacu
pada analisis situasi terkini anak di Indonesia yang dikomparasikan dengan
berbagai kebijakan dan program terkait penanggulangan kejahatan seksual
anak online. Oleh karena itu, kepada semua pihak yang telah membantu terbitnya
panduan ini, diucapkan terima kasih. Semoga upaya yang kita lakukan untuk
perlindungan anak bebas dari pornografi dapat segera terwujud.
4. PANDUAN TEKNIS DESA/ KELURAHAN BEBAS (DARI) PORNOGRAFI ANAK4
DAFTAR ISI
Bagian Pertama 6
Pendahuluan 6
1. Latar Belakang 6
Bagian Kedua 13
Penyusunan Desa/Kelurahan Bebas Pornografi Anak 13
2.1 Pengertian 13
2.2 Dasar Hukum 14
2.3 Tujuan 15
2.4 Sasaran 15
2.5 Prinsip Pelaksanaan 15
2.6 Kriteria 16
2.7 Tahapan 16
2.8 Strategi 17
2.9 Indikator 17
2.10 Jangka Waktu Yang Diperlukan 28
2.11 Pemberian Penghargaan 29
Bagian Ketiga 31
Penutup 31
3.1. Kesimpulan 31
3.2. Rekomendasi/Aksi Berikutnya 32
6. PANDUAN TEKNIS DESA/ KELURAHAN BEBAS (DARI) PORNOGRAFI ANAK6
BAGIAN PERTAMA
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Sulit dipungkiri bahwa di masa depan tidak ada bangsa yang dapat
bersembunyi dari arus tanpa batas di era globalisasi. Era dimana pergaulan
dunia semakin terbuka lebar yang bukan saja membawa keuntungan,
namun juga diikuti dengan dampak yang sulit dikendalikan. Masa depan
menjadi semakin sulit ditebak dan terkadang terjadi diluar dugaan sehingga
memberikan kejutan-kejutan yang mengancam kehidupan masyarakat
baik dari dimensi politik, ekonomi, sosial maupun budaya. Arus lintas batas
di era globalisasi pun masuk dalam ranah-ranah yang sulit dikendalikan,
termasuk pornografi yang tidak hanya melibatkan orang dewasa tetapi
juga anak-anak. Bahkan, pornografi anak menjadi ladang bisnis yang
menjanjikan keuntungan yang besar sehingga anak-anak kerap dijadikan
target baik sebagai objek maupun sebagai konsumen. Maraknya pornografi
yang melibatkan anak-anak ini tidak terlepas dari pengaruh internet dan
pengaruh media sosial yang menggandrungi kehidupan anak-anak.
Meskipun belum tersedia data secara global, namun beberapa lembaga
yang melakukan pendataan menemukan pornografi yang melibatkan
anak-anak meningkat secara tajam. The NCMEC (National Center for
7. PANDUAN TEKNIS DESA/ KELURAHAN BEBAS (DARI) PORNOGRAFI ANAK7
Missing and Exploited Children)1
Cybertipline, lembaga yang berada di
Amerika Serikat dan menangani laporan eksploitasi seksual anak di ranah
siber memaparkan, telah lebih dari 7,5 juta laporan eksploitasi seksual anak
di ranah siber tercatat sejak tahun 1998. Menariknya, laporan meningkat
tajam sejak tahun 2015 dengan jumlah laporan mencapai sekitar 4,4 juta
atau lebih dari separuhnya.2
Pada tahun 2016, INHOPE, asosiasi pengaduan
konten melalui internet, menemukan bahwa terdapat 8,4 juta URL/situs
yang mengandung konten pornografi anak dan tersebar di seluruh dunia.3
Terdapat juga indikasi bahwa konten pornografi anak diedarkan oleh pelaku
melalui platform yang lebih tersembunyi, seperti jaringan berbagi file online
(termasuk peer-to-peer) atau melalui ‘Dark Net’ atau teknik perangkat lunak
yang di enkripsi.4
Dalam konteks Indonesia, anak-anak Indonesia mengalami dua hal yaitu
menjadi target kejahatan pornografi dan terpapar pornografi. Ditemukan
sejumlah fakta bahwa anak-anak di Indonesia dijadikan objek pornografi
baik oleh pelaku kejahatan yang tidak terorganisir maupun oleh pelaku
kejahatan yang terorganisir untuk dikomersialisasikan. Sebut saja kasus
Tjandra di Surabaya yang berhasil mengumpulkan lebih dari 10.000 gambar
yang mengandung konten pornografi anak yang dia dapat melalui media
sosialyangkemudiandiketahuibahwabeliaumenyebarkandanmemperjual
belikan gambar-gambar tersebut ke jaringan pedofil internasional.5
Kasus
1
NCMEC atau The National Center for Missing & Exploited Children adalah sebuah organisasi non pemerintah yang didirikan
oleh Kongres Amerika Serikat tahun 1984 yang bertujuna untuk menemukan anak-anak yang hilang, mengurangi eksploitasi
seksual anak dan mencegah terjadinya viktimisasi. (http://www.missingkids.com/footer/aboutus)
2
http://www.ecpat.org/wp-content/uploads/2018/02/Regional-Overview_Southeast-Asia.pdf, diakses pada 2 Mei 2018
3
http://www.inhope.org/tns/resources/statistics-and-infographics/statistics-and-infographics-2016.aspx, diakses pada 2- Mei
2018
4
Idem
5
https://nasional.kompas.com/read/2014/04/16/1952450/Tjandra.Adi.Gunawan.Diduga.Bagian.Jaringan.Paedofilia.Internasion-
al
8. PANDUAN TEKNIS DESA/ KELURAHAN BEBAS (DARI) PORNOGRAFI ANAK8
pornografi anak lain yang terjadi di Bandung, dimana seorang anak laki-
laki dijadikan pemeran bintang film porno dalam pengambilan gambar di
sebuah hotel di Bandung. Film porno ini juga akan dijual ke jaringan pedofil
internasional.6
Tren lain yang juga mulai merambah anak-anak sebagai
korban ponografi adalah dengan menggunakan perangkat live streaming
yang ada di media sosial. Baru-baru ini terungkap seorang Ayah melakukan
adegan seksual dengan anaknya, dan adegan tersebut disambungkan
dengan aplikasi live streaming untuk disiarkan secara langsung dan
disaksikan oleh kaum pedofil di penjuru dunia, sebagai imbalan perbuatan
ini, dia juga mendapatkan kiriman video sejenis atau mirip dari banyak
negara.7
Penelitian terkini yang dilakukan oleh Kementerian Komunikasi dan Informasi
dan UNICEF tahun 2014 menunjukkan sebagian besar anak dan remaja,
baik di perdesaan dan perkotaan telah terpapar dengan konten pornografi,
terutama ketika muncul secara tidak sengaja atau dalam bentuk iklan
yang bernuansa vulgar.8
Penggunaan internet untuk mengakses situs-situs
porno memang sangat sulit untuk dihindari, mengingat bahwa situs-situs
semacam itu tersedia sangat banyak dalam dunia maya. Hal itu terlihat dari
masuknya situs-situs porno di search engine sebagai “Top 10 Website” yang
paling banyak dikunjungi. Dengan melihat jumlah pengakses situs-situs
porno di internet yang cenderung meningkat dari hari ke hari, maka perlu
diwaspadai dampak penggunaan teknologi tersebut terhadap kesehatan
mental dan hubungan interpersonal si “pengguna”, termasuk dampaknya
6
http://www.bbc.com/indonesia/indonesia-42588949
7
https://www.jpnn.com/news/live-streaming-seks-ayah-dan-anak-terbongkar-usai-15-tahun?page=2
8
https://kominfo.go.id/index.php/content/detail/3834/Siaran+Pers+No.+17-PIH-KOMINFO-2-2014+tentang+Riset+Komin-
fo+dan+UNICEF+Mengenai+Perilaku+Anak+dan+Remaja+Dalam+Menggunakan+Internet+/0/siaran_pers, diakses pada 21 April
2018
9. PANDUAN TEKNIS DESA/ KELURAHAN BEBAS (DARI) PORNOGRAFI ANAK9
pada anak-anak sebagai pengguna maupun sebagai objek pornografi.
Pornografi memberikan dampak yang buruk bagi anak-anak. salah satu
dampak yang signifikan adalah perilaku kekerasan seksual anak terhadap
anak. Penelitian yang dilakukan oleh ECPAT Indonesia dan Kementerian
Sosial pada tahun 2017 tentang faktor-faktor yang mendorong anak
melakukan kekerasan seksual terhadap anak menemukan, sekitar 40
persen anak yang melakukan kekerasan seksual ke anak terjadi karena
dilatarbelakangi oleh faktor paparan pornografi, baik melalui ponsel sendiri
maupun melalui ponsel teman sebaya. Kondisi ini tentu saja berbahaya dan
memiliki dampak jangka panjang jika tidak ada penanganan yang serius
oleh pemerintah.
Selain maraknya pornografi yang melibatkan anak-anak, upaya
negara dalam memproteksi anak-anak dari bahaya pornografi anak
masih sangat minim. Meskipun Indonesia telah memiliki Undang-Undang
Anti Pornografi, Undang-Undang Perlindungan Anak yang sudah direvisi
sebanyak dua kali dan Ratifikasi Protokol Tambahan tentang Penjualan
Anak, Pelacuran Anak dan Pornografi Anak, namun kasus-kasus pornografi
anak masih terjadi khususnya pada tingkat-tingkat yang sulit dipantau oleh
Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Propinsi/Kabupaten. Saat ini pun
belum tersedia kebijakan yang melibatkan pemangku kepentingan di tingkat
desa dan kelurahan, dalam menanggulangi pornografi anak. Padahal,
sebagai garda terdepan, pemerintahan di tingkat desa dan kelurahan dapat
menjadi ujung tombak dalam penanggulangan permasalahan pornografi
anak di Indonesia. Terlebih, paparan pornografi anak terjadi tidak hanya di
kota-kota besar, melainkan juga terjadi di wilayah pedesaan seiring dengan
semakin pesatnya kemajuan teknologi.
10. PANDUAN TEKNIS DESA/ KELURAHAN BEBAS (DARI) PORNOGRAFI ANAK10
Menyadari hal tersebut di atas, Kementerian Pemberdayaan Perempuan
dan Perlindungan Anak bekerja sama dengan ECPAT Indonesia melakukan
assessment di 3 wilayah di Indonesia (Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan,
dan Nusa Tenggara Timur) untuk mengidentifikasi situasi pornografi anak di
desa/kelurahan serta upaya-upaya yang telah dilakukan untuk melakukan
pencegahan dan penanganan oleh perangkat desa/kelurahan dan juga
masyarakat. Dari hasil assessment tersebut diperoleh informasi perlunya
respon pemerintah untuk memberikan perlindungan anak dari bahaya
pornografi anak. Hal ini dikarenakan masih tingginya kasus-kasus pornografi
anak dalam lingkup desa/kelurahan, baik anak yang terpapar oleh konten
pornografi atau anak yang menjadi objek pornografi. Hasil assessment
menemukan tingginya kasus-kasus tersebut disebabkan oleh rendahnya
pemahamanmasyarakattentangpornografianak,tidakadanyakebijakandi
lingkupdesa/kelurahanuntukpencegahanmaupunpenanganananakyang
menjadi korban, serta belum tersedianya program-program yang spesifik di
tingkat desa/kelurahan untuk meningkatkan kapasitas perangkat desa dan
masyarakat dalam melindungi anak-anak dari ancaman pornografi anak.
Terkait dengan hal tersebut, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan
PerlindunganAnakkmenginisiasilahirnyaDesa/KelurahanBebasPornografi
anak. Desa/Kelurahan Bebas Pornografi anak adalah suatu kawasan desa/
kelurahan yang pemerintah, penduduk, dan pihak yang berkepentingan
memilikikomitmendanprogramkonkretdanberkelanjutandalammencegah
dan menanggulangi pornografi anak. Secara ringkas, Desa/Kelurahan
Bebas Pornografi Anak disusun dengan sistematika sebagai berikut:
11. PANDUAN TEKNIS DESA/ KELURAHAN BEBAS (DARI) PORNOGRAFI ANAK11
SISTEMATIKA PENYUSUNAN INDIKATOR DESA/
KELURAHAN BEBAS PORNOGRAFI ANAK
PENGERTIAN
PRINSIPINDIKATOR
TUJUANKEGIATAN
TAHAPAN KRITERIA
Melalui Desa/Kelurahan Bebas Pornografi Anak diharapkan perangkat
desa dan masyarakat dapat bersama-sama menciptakan wilayah di desa/
kelurahannya yang melindungi anak-anak dari bahaya pornografi anak.
13. PANDUAN TEKNIS DESA/ KELURAHAN BEBAS (DARI) PORNOGRAFI ANAK13
BAGIAN KEDUA
PENYUSUNAN DESA/ KELURAHAN
BEBAS PORNOGRAFI ANAK
2.1. PENGERTIAN
Dalam mendefinisikan desa/kelurahan bebas pornografi maka tidak bisa
dilepaskan dari istilah desa, kelurahan dan pornografi anak.
Menurut Undang-Undang Desa No. 6 Tahun 2014 yang dikatakan desa
adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang
berwenaga untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan,
kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat,
hak asal usul dan atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam
sistem pemerintahan negara Kesatuan Republik Indonesia. Sedangkan
Keluruhan diatur dalam PP No. 73 Tahun 2005 yaitu pemerintahan yang
dibentuk di kecamatan sebagai bagian dari perangkat daerah kabupaten/
kota. Sedangkan Pornografi Anak jika mengacu pada PP No. 4o Tahun
2011 tentang Pembinaan, Pendampingan, dan Pemulihan terhadap Anak
yang Menjadi Korban atau Pelaku Pornografi, didalamnya terdiri dari anak
sebagai korban pornografi anak anak sebagai pelaku pornografi. Namun
definisi lengkap tentang pornografi anak dapat mengacu pada UU No. 44
Tahun 2008 tentang Pornografi dan UU No. 10 Tahun 2012 tentang Ratifikasi
ProtokolTambahantentangPenjualanAnak,PelacuranAnakdanPornografi
Anak. Pada intinya dari ketiga peraturan tersebut yang dikatakan pornografi
14. PANDUAN TEKNIS DESA/ KELURAHAN BEBAS (DARI) PORNOGRAFI ANAK14
anak meliputi gambar, sketsa, ilustrasi, foto, tulisan, suara, bunyi, gambar
bergerak, animasi, kartun, percakapan, gerak tubuh atau bentuk pesan
lainnya yang menampilkan anak untuk tujuan seksual.
Dari batasan di atas maka:
Desa/Kelurahan Bebas Pornografi Anak adalah suatu kawasan
desa/kelurahan yang pemerintah, penduduk, dan pihak yang
berkepentingan memiliki komitmen dan program konkrit dan
berkelanjutandalammencegahdanmenanggulangipornografianak.
2.2. DASAR HUKUM
Dasar Hukum yang digunakan untuk pembentukan desa pornografi anak
adalah :
1. Undang-Undang No. 23 Tahun 2003 juncto Undang-Undang No. 35
Tahun 2014 dan Juncto Undang-Undang No. 17 Tahun 2016
2. Undang-Undang 44 Tahun 2008 tentang Pornografi
3. Undang-UndangNo.12Tahun2012tentangRatifikasiProtokolTambahan
Penjualan Anak, Pelacuran Anak dan Pornografi Anak
4. Peraturan Pemerintah No. 40 Tahun 2011 tentang Pendampingan, dan
Pemulihan terhadap Anak yang Menjadi Korban atau Pelaku Pornografi
15. PANDUAN TEKNIS DESA/ KELURAHAN BEBAS (DARI) PORNOGRAFI ANAK15
2.3. TUJUAN
Tujuandaridibentuknyadesabebaspornografianakadalahsebagaiberikut:
1. Melindungi anak-anak dari situasi pornografi
2. Meningkatnya inisiatif pemerintah desa/kelurahan dalam merumuskan
dan melaksanakan kebijakan perlindungan anak dari bahaya pornografi
3. Meningkatkanpengetahuandankesadaranmasyarakatdanstakeholder
tentang pentingnya melindungi anak
4. Meningkatkan kualitas hidup masyarakat, khususnya anak dan keluarga.
2.4. SASARAN
Sasaran kegiatan Desa/ Kelurahan bebas Pornografi Anak adalah anak,
orang tua, keluarga, perangkat desa, dan masyarakat yang terdapat di
wilayah Desa/Kelurahan.
2.5. PRINSIP PELAKSANAAN
Prinsip-prinsip dalam Desa/Kelurahan Bebas Pornografi Anak yaitu:
1. Pemerintah Desa/Kelurahan menjadi insiator aktif mendorong
terciptanya desa/kelurahan bebas dari pornografi anak
2. Mengedepankan perlindungan anak dari situasi yang membahayakan
masa depan mereka
3. Masyarakat dan pihak-pihak yang berkepentingan harus aktif dalam
melindungi anak-anak dari pornografi.
4. Partisipasianak/remajadidorongagarmerekaikutmembangunsuasana
yang kondusif dalam menciptakan desa/kelurahan bebas pornografi
anak
16. PANDUAN TEKNIS DESA/ KELURAHAN BEBAS (DARI) PORNOGRAFI ANAK16
2.6. KRITERIA
Kriteria untuk membentuk desa/ kelurahan menjadi desa/ kelurahan yang
bebas pornografi anak adalah sebagai berikut:
a. Desa/Kelurahan telah terhubung akses internet;
b. Keinginan pemerintah Desa/Kelurahan dan masyarakat untuk
menjadikan desa/kelurahannya bebas dari pornografi anak;
c. Adanya fakta/informasi tentang pornografi anak.
2.7. TAHAPAN
Dalam mencanangkan suatu desa/ kelurahan menjadi desa/ kelurahan
bebas pornografi anak, diperlukan tahapan sebagai berikut:
Tahap 1
Melakukan Assesment
Tahap 2
Penyusunan Rencana Aks
Tahap 3
Pelaksanaan Kegiatan
Tahap 4
Monitoring dan Evaluasi
17. PANDUAN TEKNIS DESA/ KELURAHAN BEBAS (DARI) PORNOGRAFI ANAK17
2.8. STRATEGI
Berdasarkan hasil assessment, sebagian besar masukan untuk model
mendorong tidak hanya intervensi di aspek struktural/kebijakan, namun
juga pada aspek kultural (keagamaan, kebudayaan) dan proses (ruang-
ruang partisipasi warga). Oleh karena itu, hal yang perlu dipertimbangkan
dalam model intervensi ini tidak hanya aspek struktural/kebijakan, namun
juga aspek kultural (meliputi nilai-nilai dan norma budaya) serta prosesual
(upaya dialog, musyawarah, dan partisipasi warga). Model penanggulangan
pornografi anak berbasis desa/kelurahan akan mengintervensi tiga elemen
kehidupan sosial, yaitu elemen struktural, kultural dan juga proses. Hal ini
tergambar pada model berikut:
INTERVENSI
DI ASPEK KULTURAL
(KEBUDAYAAN)
DESA/ KELURAHAN
DESA/ KELURAHAN
BEBAS PORNOGRAFI ANAK
INTERVENSI
DI ASPEK STRUKTURAL
(KEBIJAKAN)
INTERVENSI
DI ASPEK PROSES
(PARTISIPASI)
2.9. INDIKATOR
Berdasarkan strategi di atas, indikator untuk mewujudkan desa/kelurahan
bebas pornografi anak dapat dijabarkan sebagai berikut:
18. PANDUAN TEKNIS DESA/ KELURAHAN BEBAS (DARI) PORNOGRAFI ANAK18
STRATEGI PERUBAHAN STRUKTURAL (KEBIJAKAN)
Indikator pertama dari terwujudnya desa/kelurahan bebas pornografi
anak adalah tersedianya peraturan di tingkat desa/ kelurahan yang dapat
mencegah dan merespon kasus-kasus pornografi anak yang terjadi di desa.
Oleh karena itu, pemerintah desa/kelurahan harus segera menyusun dan
menjalankan:
Peraturan di tingkat desa ini mengatur secara jelas rencana aksi Desa/
Kelurahan untuk mencegah dan menangani anak terpapar pornografi atau
anak yang menjadi obyek dari pornografi. Oleh karena itu, idealnya, seluruh
tugas dan fungsi dari setiap pemangku kepentingan yang ada di desa dalam
melakukan pencegahan dan penanganan pornografi anak di tingkat desa
tercantum di dalam peraturan ini. Peraturan ini idealnya berbentuk Perdes
atau peraturan setingkat lainnya di kelurahan, sehingga dapat dijalankan
oleh seluruh pemangku kepentingan di tingkat desa.
MEMPERKUAT PERATURAN DI TINGKAT DESA/ KELURAHAN UNTUK
MEWUJUDKAN BEBAS PORNOGRAFI ANAK
Pemerintah Desa/Kelurahan perlu mengadakan program pelatihan atau
peningkatan kapasitas bagi perangkat desa, orang tua, tokoh agama dan
anak-anak tentang upaya pencegahan dan penanganan pornografi anak.
Hal ini penting untuk dilakukan mengingat berdasarkan hasil assessment,
MEMBUAT PROGRAM PENCEGAHAN/ PENANGGULANGAN PORNOGRAFI ANAK
19. PANDUAN TEKNIS DESA/ KELURAHAN BEBAS (DARI) PORNOGRAFI ANAK19
pemahaman para pemangku kepentingan dan anak terhadap pornografi
anakrelatifrendah.Pelatihaniniuntukmemastikananaktidakmendapatkan
penanganan yang salah dan malah mendorong anak untuk melakukan
perbuatan yang sama di kemudian hari.
Untuk memastikan seluruh program pencegahan dan penanganan dapat
berjalan dengan baik, pemerintah desa/kelurahan perlu juga memikirkan
strategi untuk mencari sumber-sumber pendanaan untuk pelaksanaan.
Sumber-sumber pendanaan bisa dari alokasi dana desa, pemerintah
kabupaten/kota/provinsi, pemerintah pusat, swadaya masyarakat hingga
melalui program CSR.
MENYEDIAKAN ANGGARAN SERTA STRATEGI PENYEDIAAN ANGGARAN UNTUK
PELAKSANAAN PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGANAN PORNOGRAFI ANAK
Desa/Kelurahan hendaknya menyusun SOP ketika menemukan kasus anak
yang terpapar pornografi atau menjadi objek pornografi. SOP ini harus
menjelaskan proses sejak anak pertama kali ditangani oleh pemerintah
desa/kelurahan hingga diproses lebih lanjut ke pemangku kepentingan
lainnya. SOP juga harus menjamin hak-hak anak sebagai korban terlindungi.
MEMBUAT SOP DALAM MENANGANI ANAK YANG TERPAPAR ATAU MENJADI
OBJEK PORNOGRAFI
20. PANDUAN TEKNIS DESA/ KELURAHAN BEBAS (DARI) PORNOGRAFI ANAK20
Salah satu penyebab tingginya akses pornografi oleh anak-anak adalah
karena tidak adanya fasilitas-fasilitas publik yang ramah anak, sehingga
anak tidak memiliki ruang fisik yang dapat dimanfaatkan untuk berinteraksi
dengan lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu, diperlukan fasilitas-fasilitas
publik ramah anak untuk memfasilitasi anak-anak dalam mengisi waktu
luangnya ke arah yang lebih positif. Contoh fasilitas-fasilitas ramah anak
misalnya RPTRA, Perpusatakaan ramah anak, dan lain sebagainya.
ADANYA FASILITAS RAMAH ANAK YANG INKLUSIF
21. PANDUAN TEKNIS DESA/ KELURAHAN BEBAS (DARI) PORNOGRAFI ANAK21
STRATEGI KEBIJAKAN
INDIKATOR
KEBERHASILANSTRATEGI
PERUBAHAN
STRUKTURAL
(KEBIJAKAN)
Perubahan struktural
(kebijakan)
Adanya Fasilitas ramah
Anak yang inklusif
Terselenggaranya
program pencegahan/
penanggulangan
pornografianak
Tersedianya SOP dalam
menangani anak yang
terpapar atau menjadi objek
pornografi
Menyediakan anggaran serta
strategi penyediaan anggaran
untuk pelaksanaan program
pencegahandanpenanganan
pornografi anak
PELAKSANA
Kepala Desa dan perangkat
desa terkait
Kepala Desa didukung
perangkat desa, pihak
swasta dan pihak terkait
Kepala Desa didukung
perangkat desa terkait
Kepala Desa didukung
perangkat desa terkait
Kepala Desa didukung
perangkat desa terkait
SASARAN
Seluruh warga desa/
kelurahan yang dilayani
Seluruh warga
-KetuaPKKtingkatdesa
-Bhabinkamtibmastingkat
desa
-PerwakilanRT
-PerwakilanRW
-Stafditingkatdesa
-TokohMasyarakat/Agama
tingkatdesa
-LembagaAnakditingkat
desa
Anak yang menjadi
korban, warga desa
- Pemerintah Pusat dan
Daerah
- CSR
CONTOH
REALISASI
Pembentukan RPTRA,
perpustakaan ramah anak,
dan ruang bermain lainnya.
Kegiatanworkshopuntuk
anakdanorangtuayang
mengundangahli
SOP tertulis &
disebarluaskan di
desa tentang prosedur
penanganan anak yang
menjadi korban pornografi
Dokumen MoU antara
pemerintah desa dengan
korporasi untuk fasilitasi
pendanaan.
Dokumenkebijakan
PerlindunganAnakdi
organisasi
22. PANDUAN TEKNIS DESA/ KELURAHAN BEBAS (DARI) PORNOGRAFI ANAK22
STRATEGI PERUBAHAN KULTURAL (KEBUDAYAAN,
NORMA SOSIAL, NILAI-NILAI HIDUP)
Indikator kedua dari terwujudnya desa/kelurahan bebas pornografi anak
adalah terjadinya perubahan terhadap nilai, norma, dan sikap masyarakat
di tingkat desa/kelurahan yang secara terinternalisasi dapat mencegah dan
merespon kasus-kasus pornografi anak yang terjadi di desa. Oleh karena itu,
pemerintah desa/kelurahan harus segera menyusun dan menjalankan:
Pemerintah Desa/Kelurahan hendaknya melakukan pertemuan rutin
dengan tokoh masyarakat/adat untuk mendiskusikan upaya mencegah
anak terlibat dalam aktivitas kebudayaan yang berpotensi membuat anak
terpapar atau menjadi objek pornografi. Misalnya saja dalam alokasi jam
pertunjukkan yang diperbolehkan, serta aturan lainnya.
MELAKUKAN DIALOG RUTIN DENGAN TOKOH MASYARAKAT/ ADAT/ AGAMA
Pemerintah Desa/ Kelurahan hendaknya mengadakan kegiatan-kegiatan
promosi internet sehat/ aman di wilayahnya. Promosi ini dilakukan dengan
pendekatan budaya populer dengan beragam bentuk seperti pemutaran
film, diskusi dan agenda kegiatan kebudayaan lainnya.
MENGADAKAN PROMOSI INTERNET SEHAT/ AMAN
23. PANDUAN TEKNIS DESA/ KELURAHAN BEBAS (DARI) PORNOGRAFI ANAK23
PemerintahDesa/Kelurahanhendaknyajugamelibatkantokohagamauntuk
turut andil dalam menyuarakan bahaya pornografi anak melalui pendekatan
keagamaan. Hal ini dapat dilakukan dengan melakukan pertemuan dengan
tokoh agama untuk berdiskusi atau melakukan peningkatan pemahaman
terhadap bahaya pornografi anak.
MENYEBARLUASKAN PEMAHAMAN TENTANG PORNOGRAFI ANAK MELALUI
MIMBAR KEAGAMAAN
Pemerintah Desa/ Kelurahan hendaknya juga berinovasi dalam membuat
media publikasi tentang pencegahan dan penanganan pornografi anak.
Media publikasi hendaknya sedekat mungkin dengan sasaran, oleh karena,
penggunaan bahasa dan ornamen lokal menjadi penting.
MEMBUAT PUBLIKASI TENTANG TENTANG PENCEGAHAN & PENANGANAN
PORNOGRAFI ANAK DENGAN MENGGUNAKAN BAHASA LOKAL & ORNAMEN LOKAL
24. PANDUAN TEKNIS DESA/ KELURAHAN BEBAS (DARI) PORNOGRAFI ANAK24
STRATEGI KULTURAL/ KEBUDAYAAN
STRATEGI PELAKSANA SASARAN
INDIKATOR
KEBERHASILAN
CONTOH
REALISASI
PERUBAHAN
KULTURAL
(KEBUDAYAAN,
NILAI-NILAI HIDUP)
Terlaksananya dialog rutin
dengan tokoh masyarakat/
adat tentang bahaya
pornografi anak
Kepala Desa dan perangkat
desa terkait
Tokoh masyarakat/ agama
tingkat desa
Adanyarembugwargayang
melibatkanseluruhtokoh
masyarakat/adat/
keagamaan
Mengadakan Promosi
Internet sehat/ aman
Membuat publikasi tentang
tentang pencegahan dan
penanganan pornografi
anak dengan menggunakan
bahasa lokal dan ornamen
lokal
Kepala Desa dan perangkat
desa terkait
Kepala Desa didukung
perangkat desa dan
kelompok anak/orang muda
terkait
Masyarakat Desa
Masyarakat Desa
- Pemutaran Film
- Pentas Seni
-Acara Kesenian dan budaya
populer lainnya
Publikasi Baliho, Spanduk,
Poster, sticker dengan
menggunakan bahasa lokal
25. PANDUAN TEKNIS DESA/ KELURAHAN BEBAS (DARI) PORNOGRAFI ANAK25
STRATEGI PERUBAHAN PROSES
(PARTISIPASI)
Indikator ketiga dari terwujudnya desa/kelurahan bebas pornografi anak
adalah meningkatnya partisipasi warga masyarakat di tingkat desa untuk
berkontribusi serta mengevaluasi kebijakan pemerintah desa terkait
pencegahan dan penanganan pornografi anak. Indikator ketiga hanya
dapat terwujud apabila masyarakat mendapatkan ruang dan kesempatan
yang besar untuk berdialog, berkegiatan dan mendiskusikan permasalahan
yang ada dengan pemerintah. Oleh karena itu, pemerintah desa/kelurahan
harus segera menyusun dan menjalankan:
Untuk mendorong partisipasi masyarakat dalam mencegah dan
menanggulangi pornografi anak di tingkat desa/kelurahan, pemerintah
desa/kelurahan harus mendorong masyarakat atau stakeholder
lainnya menyelenggarakan kegiatan-kegiatan untuk pencegahan dan
penanggulangan pornografi anak. Kegiatan ini bisa dilakukan dengan
beragam bentuk, seperti pagelaran seni jalanan bahkan aksi teatrikal yang
bersifat kontrol sosial.
MEMPERBANYAK KEGIATAN YANG DISELENGGARAKAN ATAS INISIATIF
MASYARAKAT ATAU STAKEHOLDER DENGAN FASILITASI OLEH DESA/KELURAHAN
26. PANDUAN TEKNIS DESA/ KELURAHAN BEBAS (DARI) PORNOGRAFI ANAK26
Pemerintah Desa/Kelurahan hendaknya juga mendorong dan memfasilitasi
anak melalui forum anak atau aktivis anak dalam memberikan masukan
melaluikegiatanMusrembang.Partisipasianakdalamkegiatanmusrembang
akan mendorong anak berpartisipasi aktif dan merasa memiliki andil dalam
pembangunan di desa/kelurahannya. Selain itu, anak juga dapat ikut
memantau dan memanfaatkan hasil pembangunan yang telah diusulkan
dengan baik.
TERLIBATNYA ANAK DALAM MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN
(MUSREMBANG)
Pemerintah Desa/ Kelurahan hendaknya juga mendorong dan memfasilitasi
aktivisperlindungananak/forumanakuntukmemberikanmasukanterhadap
proses pencegahan dan penanggulangan pornografi anak di tingkat desa.
Desa/Kelurahan juga harus mendorong aktivis dan forum anak berperan
aktif dalam mencegah dan merespon kasus-kasus pornografi anak yang
terjadi di sekitarnya.
MENDORONG PARTISIPASI AKTIVIS PERLINDUNGAN ANAK/FORUM ANAK
27. PANDUAN TEKNIS DESA/ KELURAHAN BEBAS (DARI) PORNOGRAFI ANAK27
STRATEGI PARTISIPATIF
STRATEGI PELAKSANA SASARAN
INDIKATOR
KEBERHASILAN
CONTOH
REALISASI
STRATEGI
PERUBAHAN
PROSES
(PARTISIPASI)
Adanya kegiatan yang
diselenggarakan atas
inisiatif masyarakat atau
stakeholder dengan
fasilitasi oleh Desa/
Kelurahan
Kepala Desa dan perangkat
desa terkait
Masyarakat Desa/
Kelurahan
Kegiatandiskusi,forum-forum
kecil,jambelajaranaktingkat
RT,dst.
Terlibatnya Anak dalam
penyusunan Musrembang
Kepala desa didukung
perangkat desa terkait
Anak Anak memilki kesempatan
untuk memberikan
pendapatnya melalui
kegiatan musrembang
Adanya Partisipasi Aktivis
Perlindungan Anak/Forum
Anak
Kepala Desa didukung
perangkat desa terkait
Masyarakat Desa/ Kelurahan Memfasilitasi warga
untuk berdialog dan
mengevaluasi masukan
untuk penyempurnaan
program pencegahan dan
penanggulangan desa
bebas pornografi anak
28. PANDUAN TEKNIS DESA/ KELURAHAN BEBAS (DARI) PORNOGRAFI ANAK28
2.10. JANGKA WAKTU YANG DIPERLUKAN
Panduan Teknis Desa/Kelurahan Bebas Pornografi Anak yang tercantum
di dalam laporan ini diharapkan dapat membawa perubahan bagi Desa/
Kelurahan menjadi Desa/Kelurahan yang terbebas dari Pornografi Anak
minimal dalam tiga tahun pelaksanaan. Target ini dapat tercapai dengan
strategi sebagai berikut:
No. AGENDA
TAHUN
I II III
1. Perencanaan Awal dan Pencanangan Desa Bebas
Pornografi Anak
x
2. Pelaksanaan Strategi Perubahan Struktural x
3. Evaluasi Tahun I x
4 Pelaksanaan Hasil Evaluasi Strategi Perubahan
Struktural
x
5 Pelaksanaan Strategi Perubahan Kultural x
6. Evaluasi Tahun II x
7. Pelaksanaan Hasil Evaluasi Strategi Perubahan
Struktural & Kultural
x
8. Pelaksanaan Strategi Perubahan Proses x
9. Evaluasi Tahun III x
10 Diresmikannya Desa Bebas Pornografi Anak x
29. PANDUAN TEKNIS DESA/ KELURAHAN BEBAS (DARI) PORNOGRAFI ANAK29
2.11. PEMBERIAN PENGHARGAAN
Setiap desa/kelurahan yang berhasil menerapkan strategi-strategi untuk
mewujudkan desa bebas pornografi, maka berhak untuk mendapatkan
penghargaan berupa pemberian plakat dari Presiden Republik Indonesia
yang diserahkan langsung kepada perwakilan Desa/Kelurahan setempat.
Selain itu, terdapat juga insentif dana desa untuk memperkuat program-
program yang telah ada dan perlu dikembangkan.
31. PANDUAN TEKNIS DESA/ KELURAHAN BEBAS (DARI) PORNOGRAFI ANAK31
BAGIAN KETIGA
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Maraknya kasus pornografi anak di tingkat desa/kelurahan memerlukan
respon sesegera mungkin dari para pemangku kepentingan di tingkat
desa/kelurahan. Upaya yang dilakukan oleh pemerintah tidak dapat
menggunakan pola lama dengan hanya mengandalkan strategi satu arah.
Pelibatan publik dan masyarakat menjadi kunci dalam perubahan ke arah
yang lebih baik.
Panduan teknis Desa/Kelurahan Bebas Pornografi Anak mengedepankan
prinsip keterlibatan masyarakat sebesar-besarnya. Oleh karena itu, teori
perencanaan sosial yang dipilih adalah teori-teori yang mengedepankan
potensi dan partisipasi berbagai pihak dengan pendekatan berbasis
pada komunitas (community based development). Panduan teknis ini
mengintervensi tiga elemen dasar kehidupan sosial, yaitu elemen struktural,
elemen kultural dan elemen prosesual.
Melalui intervensi pada tiga elemen tersebut, diharapkan dalam jangka
waktu tiga tahun, dapat terwujud anak-anak Indonesia yang terbebas dari
bahaya pornografi anak, dimulai dari lingkup terkecil tempat tinggalnya.
32. PANDUAN TEKNIS DESA/ KELURAHAN BEBAS (DARI) PORNOGRAFI ANAK32
3.1. REKOMENDASI/ AKSI BERIKUTNYA
Untukmemastikankeberlanjutandesabebaspornogafianakdapatberjalan
dalam jangka panjang, diperlukan relasi kemitraan pemangku kepentingan
wilayah untuk mengoptimalkan peran dan tugasnya dalam mewujudkan
desa bebas pornografi anak. Sehingga, di masa mendatang, program-
program Desa Bebas Pornografi tidak hanya bergantung pada pemerintah,
namun merupakan program hasil relasi kemitraan dari berbagai pemangku
kepentingan. Dalam pendekatan kontemporer, relasi kemitraan pentahelix
A-B-C-G-M (Academic, Business, Community, Government, Media) menjadi
kunci dalam mewujudkan desa bebas pornografi anak.
Pengembangan Desa Bebas Pornografi
MEDIA
PEMERINTAHKOMUNITAS
BISNIS AKADEMISI
DESA BEBAS
PORNOGRAFI
ANAK
33. PANDUAN TEKNIS DESA/ KELURAHAN BEBAS (DARI) PORNOGRAFI ANAK33
Peran-peran dari setiap relasi kemitraan tersebut dapat dijabarkan sebagai
berikut:
Aktor Peran dan fungsi
Akademisi • Menyediakan dan mensosialisasikan kajian-kajian
akademik tentang bahaya pornografi anak
• Menyediakan sumber literatur untuk mengkaji bahaya
pornografi anak serta strategi pencegahan dan
penanganan.
Bisnis • Memfasilitasi kebutuhan infrastruktur ruang publik di desa
melalui program CSR
• Memberikan edukasi tentang internet sehat
• Memfasilitasi pemanfaatan teknologi yang aman bagi
anak di desa
• Mencegah anak mengakses tempat-tempat hiburan yang
diperuntukkan untuk dewasa.
Komunitas • Mengadakan sosialisasi ke lingkungan sekitar tentang
bahaya pornografi anak
• Mencegah diaksesnya budaya-budaya yang
membahayakan anak terpapar pornografi atau menjadi
objek pornografi
Pemerintah
(termasuk
penegak hukum)
• Memperkuat kembali mekanisme perlindungan anak dari
bahaya pornografi yang telah tersedia
Media • Menyebarluaskan informasi tentang bahaya pornografi
anak
• Menyebarluaskan informasi tentang desa bebas
pornografi anak
• Mempromosikan lokasi-lokasi tempat hiburan yang aman
bagi anak
34. DISUSUN ATAS KERJA SAMA:
Deputi Bidang Perlindungan Anak
Jl. Medan Merdeka Barat No.15 Jakarta 10110
(021) 3842638, 3805563
ECPAT Indonesia
Komplek Kalibata Indah, Lobi-lobi U23
Jl. Rawajati Timur, Pancoran
Jakarta Selatan, 12750
(021) 27531020