PROPOSAL PERENCANAAN PENGEMBANGAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA TERPUSAT OF...
PLTS_INDONESIA
1. Energi Listrik Terdistribusi dan
Partisipasi Masyarakat
Februari 2016
Revolusi Ketahanan Energi Listrik Indonesia:
Optimalisasi teknologi fotovoltaik (Pembangkit Listrik Tenaga Surya, PLTS)
dengan implementasi pembangkitan/penyimpanan terdistribusi
untuk solusi ketahanan energi listrik Indonesia.
DOC V.2.4
Raymond Simanjorang
2. Situasi Kelistrikan Nasional: The Silent Crisis
Normal = Cadangan > 20%; Siaga = Cadangan < 1 Unit Tebesar; Defisit = Pemadaman Sebagian
Sumber: Paparan Menteri ESDM, Bandung 3 Agustus 2015 dan Staf Ahli Menteri ESDM, Solo 9 November 2015
Aceh-Sumut
1,852MW
-6,42%
Bangka
126 MW
12,95%
Kalbar
357 MW
-8,40%
Kaltimra
490 MW
0,30%
Kupang
55 MW
0,49%
Sumbar-Riau-Jambi
1,284MW
-7,19%
Sumbagsel
1,681MW
-7,60%
Ternate
92 MW
10,37%
Kalselteng
547 MW
-12,74% Sulselbar
928 MW
5,26%
Jawa-Bali
24,066MW
0,24%
Total Sistem Kapasitas Pembangkit Konsumsi Produksi
23 Sistem 53.585 MW*) 199 TWh 228 TWh
Kondisi Kelistrikan (2 November 2015) 3 Normal, 11 Siaga, dan 9 Defisit
Batam
284 MW
1,62%
Tj. Pinang
52 MW
16,86%
Belitung
35 MW
-9,86%
Palu
100 MW
2,90%
Ambon
52 MW
29,37%
Kendari
70 MW
-21,75%
Lombok
208 MW
-10,87%
Bima Sumbawa
75 MW
9,89%
NTT
87 MW
10,04%
Sorong
137 MW
16,27%
Jayapura
69 MW
2,25%
UU 30/2007 tentang Energi, Pasal 6 ayat (2):
Secara definisi sudah dapat mendeklarasikan KRISIS.
Sulutgo
293 MW
-16,43%
3. Tingginya Pertumbuhan Permintaan Listrik
Proyeksi Permintaan Listrik ±8.4% per tahun
Situasi Kelistrikan Nasional: The Silent Crisis
Sumber: RUPTL PT PLN 2015 - 2024
253 276 299 327 359 394 429 467 507 550
219 239 260 283 307 332 361 392 427 464
2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024
Produksi Total Indonesia (TWh)
Permintaan Total (TWh)
312 347
427
528
659
828
2015 2016 2018 2020 2022 2024
Sumatera (TWh)
1,654 1,783
2,071
2,395
2,786
3,244
2015 2016 2018 2020 2022 2024
Jawa-Bali (TWh)
226 258
331
400
478
571
2015 2016 2018 2020 2022 2024
Indonesia Timur (TWh)
Asumsi Produksi
jika pembangunan
pembangkit tidak
ada kendala dan
sesuai jadwal.
4. INDONESIA Juta USD
42,940MW 291 Pembangkit 53,663
46,597kms 732 Transmisi 10,894
108,789MVA 1,375 Gardu Induk 8,386
Total 72,943
Mengejar Permintaan Dengan Pembangkit Tersentralisasi
Sumatera Juta USD
11,327 MW 76 Pembangkit 14,282
19,305 kms 210 Transmisi 3,840
32,406 MVA 398 Gardu Induk 2,475
Kalimantan Juta USD
2,852 MW 40 Pembangkit 4,000
7,883 kms 68 Transmisi 1,122
3,910 MVA 115 Gardu Induk 324
Sulawesi - Nusra Juta USD
4,159 MW 83 Pembangkit 5,434
7,207 kms 90 Transmisi 1,169
5,620 MVA 165 Gardu Induk 412
Maluku - Papua Juta USD
739 MW 43 Pembangkit 992
1,017 kms 15 Transmisi 148
770 MVA 25 Gardu Induk 61
Jawa - Bali Juta USD
23,863 MW 49 Pembangkit 28,955
11,185 kms 349 Transmisi 4,615
66,083 MVA 672 Gardu Induk 5,114
Situasi Kelistrikan Nasional: The Silent Crisis
Rencana Kapasitas Pembangkit, Transmisi, Gardu Induk dan Perkiraan Pendanaan
Sumber: Paparan Menteri ESDM, Bandung 3 Agustus 2015 dan Staf Ahli Menteri ESDM, Solo 9 November 2015
Pembangkit tersentralisasi membutuhkan infrastruktur
penyaluran berupa jaringan transmisi dan gardu induk:
Pembangunan baru / peningkatan kapasitas yang ada
Biaya investasi + operasional dan pemeliharaan
Rugi-rugi energi pada jaringan transmisi
5. Rasio Elektrifikasi Indonesia dan ASEAN
Sumber : Kementerian ESDM
Situasi Kelistrikan Nasional: The Silent Crisis
Rasio Elektrifikasi 2014 84,35%
Papua
43,46%
Kaltara
68,64%
Kalteng
67,23%
Sultra
66,78%
NTB
68,05%
NTT
58,91%
Kepri
74,06%
Sulbar
74,11%
Papua Barat
77,81%Sulteng
75,58%
Gorontalo
74,65%
Kalbar
79,77%
Sumsel
76,38%
Provinsi lain <70%
Singapura
100%
Malaysia
100%
Thailand
100%
Vietnam
97,6%
Filipina
89,7%
Brunei
100%
Indonesia
84,35%
Rasio Elektrifikasi
Negara ASEAN
Provinsi lain
> 80%
Definisi rasio elektrifikasi di Indonesia:
• Perbandingan antara jumlah rumah tangga yang
teraliri listrik vs total jumlah rumah tangga
• Tidak jelas menjelaskan konsumsi energi per
kapita (penekanan pada penerangan saja).?
6. Alur Pikir Revolusi Ketahanan Energi Listrik Indonesia (1)
Situasi Kelistrikan Nasional: The Silent Crisis
#
Tantangan
Hambatan Solusi Saat Ini
• Pertumbuhan permintaan yang tinggi
disertai dengan peningkatan kualitas layanan
pemadaman dll.
• Persiapan jangka panjang menghadapi
berkurangnya energi primer bauran
energi.
• Elektrifikasi daerah yang belum merasakan
listrik keadilan pembangunan.
• Permasalahan lahan dan perijinan pembangunan
pembangkit besar serta jalur transmisi.
• Sumber energi primer yang kurang ramah
lingkungan dan rentan dengan kondisi alam.
• Kurang siap menghadapi situasi krisis non teknis.
• Pencapaian elektrifikasi mahal dan tidak tepat
dalam penerapan teknologi serta tidak mampu
mendorong aktivitas ekonomi lokal.
• Membangun pembangkit kapasitas besar yang tersentralisasi:
o Butuh peningkatan kapasitas / pembangunan baru infrastruktur
transmisi mahal dan rugi-rugi jaringan transmisi.
o Lebih mengutamakan energi primer berbasis fosil (batubara )
terbatas dan tidak ramah lingkungan (menyumbang emisi karbon).
o Mendorong energi baru seperti air dan panas bumi rentan dengan
kondisi alam dan membutuhkan perencanaan lama.
• Interkoneksi antar sistem untuk penyaluran energi listrik:
o Rentan gangguan dan akan menyulitkandalam menghadapi situasi
krisis non teknis seperti bencana alam, aksi teror, sabotase, perang dll.
• Elektrifikasi daerah terpencil/terisolir:
o Mendorong penggunaan PLTS
Biaya mahal karena butuh penyimpanan baterai (yang
terpusat) untuk operasi malam hari Penggunaan
baterai terpusat dalam jumlah besar membutuhkan
dana besar pada saat penggantian.
Seharusnya untuk menunjang perkotaan dimana
aktivitas perkantoran, bisnis dan industri terjadi pada
pagi-sorehari.
o Terkesan mengejar rasio elektrifikasi dengan adanya
listrik (meskipun hanya penerangan).
Solusi Saat Ini
7. Alur Pikir Revolusi Ketahanan Energi Listrik Indonesia (2)
Situasi Kelistrikan Nasional: The Silent Crisis
Revolusi Solusi Revolusi Solusi = Revolusi Mental
• Merubah pola pembangkitan dan penyimpanan
energi listrik dari tersentralisasi menjadi
terdistribusi.
• Mendorong partisipasi masyarakat dalam
pencapaian ketahanan energi listrik.
• Elektrifikasi harus diarahkan pada mendorong
aktivitas produktif dan bukan hanya penerangan.
• Menggunakan teknologi dengan penerapan yang
tepat, ramah lingkungan, berkelanjutan, bersifat
moduler dan dapat diaplikasikan oleh masyarakat
dengan mudah.
PLTS (Pembangkit Listrik Tenaga Surya).
1. Model pembangkitan terdistribusi PLTS .
o Melakukan pemenuhan kebutuhan energi
lokal dengan pembangkitanskala utilitas (IPP),
dan residensial dengan insentif harga.
o Peningkatan kapasitas jaringan distribusi
PLN dengan masuknya energi dari
pembangkitan baik IPP maupun residensial
o Transmisi hanya untuk ekspor/impor
kelebihan/kekurangan energi listrik.
2. Revitalisasi pola elektrifikasi PLTS selama
ini dengan merubah model penyimpanan
(baterai) terpusat menjadi penyimpanan
terdistribusi.
o Menjadi unit usaha yang dikelola oleh
pemerintahsetempat/masyarakatmelalui
BUMD, BUMDes maupun koperasi.
3. Perubahan mental pengelolaan untuk
pencapaian ketahanan energi listrik:
o Beban tidak hanya dipikul oleh PLN namun
didistribusikankepada masyarakat
perubahan pola pengelolaan PLN.
o Perilaku konsumtif energi akan menjadi efisien
perubahan mindset konsumen ke
produsen.
o Elektrifikasi harus mendorong kegiatan
produktif dan dapat menyesuaikan
peningkatankebutuhan di sisi konsumen.
8. Indonesia adalah
salah satu dari 66 negara
di area sunbelt, dengan
total populasi 75%
penduduk dunia.
• Negara-negara yang berada di area
sunbelt mengkonsumsi 39% dari
17.900 TWh produksi total listrik
dunia.
• Prediksi pertumbuhan konsumsi
listrik sebesar 150% dalam 20 tahun
mendatang.
• Sekitar 1.5 miliar penduduknya
belum mendapat akses kepada
listrik.
• Infrastruktur listrik yang
tertinggal dan harga listrik relatif
tinggi.
• Negara-negara yang berada di area
sunbelt memiliki potensi irradiasi
sinar matahari yang sangat tinggi.
• Solar cells sangat kompetitif pada
masa-masa mendatang.
• PLTS merupakan sumber jangka
panjang energi dengan biaya
operasional yang rendah.
• Saat ini PLTS bisa bersaing dengan
generator diesel sebagai pembangkit
beban puncak (peaker) dan di tahun-
tahun mendatang akan sangat
kompetitif terhadap semua
pembangkit listrik yang ada.
• Indonesia memiliki 14 (empat
belas) jam matahari dari Merauke
ke Sabang.
• Potensi matahari menjadi listrik
berdasarkan luas wilayah (darat
dan perairan) Indonesia 7 juta – 11
juta TWh / tahun.
• Dapat mempercepat inisiatif
elektrifikasi dan merangsang
kegiatan ekonomi.
Mengapa Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)?
Sumber: European Photovoltaic Industry Association (EPIA)
35°N
35°S
0°
9. Peta Radiasi Matahari Indonesia
Pembangkitan Pagi-SoreIndonesia berada di garis
katulistiwa dimana matahari
bersinar sepanjang tahun dengan
radiasi rata-rata sebesar 4,8
kWh/m².
• Sumber energi gratis dari matahari
(hampir tidak membutuhkan biaya bahan
bakar).
• Bersifat moduler sehingga dapat
menyesuaikan kebutuhan, mulai dari
skala residensial sampai skala
pembangkitan terpusat (utilitas).
• Dapat dibangun dalam waktu singkat
hampir dimana saja selama sinar
matahari tidak terhalang oleh obyek
apapun.
• Dapat dioperasikan secara otomatis dan
dikontrol dari jarak jauh melalui jaringan
internet.
• Dapat menjadi solusi efisiensi BBM
untuk pembangkitan yang selama ini
menggunakan genset.
PLTS dan Kebutuhan Lahan
• Menyesuaikan dengan kebutuhan
energi dan ketersediaan lahan.
• Dengan sifat modular, PLTS dapat
diaplikasikan pada:
o Lahan tanah (ground-mounted)
o Perairan (floating platform)
o Atap bangunan (rooftop)
• PLTS memproduksi listrik pada
pagi sampai sore hari:
o Di Indonesia, sistem PLTS
beroperasi pada pukul 06 - 18.
o Energi untuk malam hari dapat
disimpan pada baterai.
• Dapat mendukung aktivitas
perkantoran, bisnis dan industri.
Teknologi Fotovoltaik (PLTS) di Indonesia
Sumber: Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN)
Mengapa Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)?
10. 4.95
5.10
5.18
5.06
4.99 4.99
5.29
5.55 5.48
5.12
4.88 4.87
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec
Radiasi Matahari di Indonesia4.67
4.44
4.76
5.07
4.70
4.61
4.75
4.81
4.70
4.97
4.93
5.42
4.85
5.01
5.05
5.46
5.42
6.30
5.12
4.87
5.00
4.83
5.98
5.41
5.83
5.03
5.25
5.67
5.82
4.89
Mengapa Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)?
Rata-Rata Radiasi Matahari Bulanan (KWh/m²)
Rata-Rata Radiasi Matahari per Wilayah (KWh/m²)
Sumber: Renewable and Sustainable Energy Reviews, 2012
11. • Global Horizontal Irradiance (GHI)
adalah jumlah total radiasi gelombang
pendek yang diterima dari atas pada
permukaan horizontal.
• GHI adalah nilai gabungan dari Direct
Normal Irradiance (DNI) dan Diffuse
Horizontal Irradiance (DIF).
• DNI: jumlah radiasi yang diterima per
satuan luas oleh permukaan untuk
sinar yang datang dalam garis lurus
dari arah matahari.
• DNI: jumlah radiasi yang diterima per
satuan luas oleh permukaan yang
tidak tiba pada jalur langsung dari
matahari, tetapi telah tersebar oleh
molekul dan partikel di atmosfer dan
datang dari semua arah.
Potensi Energi Listrik PLTS di Indonesia
GHI
Global Horizontal Irradiaton
Sumber: SolarGIS
Mengapa Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)?
Estimasi GHI Indonesia ≤ 1400 sampai dengan ≥ 2200 kWh/m²
Min. GHI: 1400 kWh / m2 Max. GHI: 2200 kWh / m2
Daratan 2,691,598,000 GWh / yr 4,229,654,000 GWh / yr
Perairan 4,560,476,200 GWh / yr 7,166,462,600 GWh / yr
Total 7,252,074,200 GWh / yr 11,396,116,600 GWh / yr
Rata-Rata 9,324,095,400 GWh / yr
Energi listrik yang dijual PLN
dari semua jenis pembangkit
tahun 2014:
198.601 GWh
12. Panel surya merubah sinar
matahari menjadi listrik
dengan memanfaatkan efek
fotolistrik/fotovoltaik.
• Proses tersebut dapat berlangsung
meski dalam keadaan berawan/
hujan dengan penurunan efisiensi
konversi energi listrik.
• Mayoritas panel memiliki efisensi 15-
19% dengan usia pakai lebih dari 25
tahun (usia ekonomis 20 tahun)
dengan degradasi efisiensi ≤10%.
• PLTS menghasilkan listrik arus
searah (DC) namun dapat dikonversi
menjadi arus bolak-balik (AC)
dengan pilihan model DC Coupling
(battery based) atau AC Coupling.
• Contoh aplikasi:
o Aplikasi dasar: PJU Tenaga Surya
o DC Coupling: Off-Grid (isolated / remote
area)
o AC Coupling: Off-Grid / On-Grid
(berinteraksi dengan jaringan PLN).
Proses Pembangkitan Listrik Teknologi Fotovoltaik (PLTS)
Sumber : PT. Hexamitra Daya Prima
Mengapa Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)?
DC Coupling
AC Coupling
Aplikasi Dasar
Listrik DC Listrik AC
13. Aplikasi lain
teknologi
fotofoltaik
(PLTS)
Sekolah / pusat belajar
Fasilitas pemerintah
Fasilitas umum
Fasilitas kesehatan
Rumah ibadah
Pengolahan air bersih
Pabrik pembuat es
Usaha kecil (UMKM)
Kapal laut / nelayan
Irigasi / pertanian
Remote surveilance
Pos pebatasan darat
Pos perbatasan laut
Pos darurat bencana
… dan lain-lain
Aplikasi Teknologi Fotovoltaik (PLTS)
PLTS HibridPompa Air Tenaga Surya
PLTS Terpusat
• Komunal (Off-grid)
• Skala utilitas
(IPP, On-grid)
Penerangan Jalan
• PJUTS (10-100 W)
• Traffic light
• Warning light
PLTS Tersebar
• Solar Home System
• Solar Kit
PLTS Telekomunikasi
• Remote VSAT
• BTS (Hibrid/CDC)
PLTS Rooftop
• Residential
• Commercial
• Efisiensi BBM
o Lahan tanah
(ground-mounted)
o Lahan perairan
(floating platform)
Mengapa Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)?
Sumber : PT. Hexamitra Daya Prima
14. Technology Fuel
Efficiency Efficiency Load factor Power change Emissions
ƞ2012 ƞ2035 af [kg CO₂/MWh]
Steam Biomass 0.35 0.35 0.85 1.00 0.0
Coal 0.39 0.39 0.85 0.15 342.0
Gas 0.39 0.39 0.85 1.00 201.6
Oil 0.39 0.39 0.85 1.00 273.6
Uranium 0.33 0.33 0.97 0.08 0.0
Gas turbine Gas 0.36 0.40 0.95 1.00 201.6
Oil 0.36 0.40 0.95 1.00 273.6
Diesel 0.36 0.40 0.95 1.00 266.4
Combined cycle Gas 0.42 0.60 0.87 0.30 201.6
Oil 0.42 0.60 0.87 0.30 273.6
Engine Diesel 0.35 0.35 0.95 1.00 266.4
Gas 0.30 0.30 0.95 1.00 201.6
Hydroelectric Hydro 1.00 1.00 1.00 1.00 0.0
Hydroelectric small Hydro 1.00 1.00 1.00 1.00 0.0
Geothermal Heat 1.00 1.00 0.92 1.00 0.0
Solar PV Insolation 1.00 1.00 1.00 1.00 0.0
Wind turbine Wind onshore 1.00 1.00 1.00 1.00 0.0
Wind turbine Wind offshore 1.00 1.00 1.00 1.00 0.0
Perbandingan PLTS dan Pembangkit Listrik Lainnya (1)
Mengapa Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)?
Perbandingan Teknis Pembangkit Listrik Skala Utilitas
Sumber : Technische Universität München, 2014
16. 1
2 3
Revolusi 2: Penyimpanan Energi Terdistribusi
Revolusi 1: Pembangkitan Listrik Terdistribusi
Revolusi Mental
Ketahanan Energi Listrik
17. Pembangkitan terdistribusi (distributed
generation) adalah sistem pembangkitan listrik
dari banyak pembangkit.
• Pembangkitan terdistribusi dapat meminimalisir rugi-rugi
energi pada transmisi listrik karena pemasangannya dekat
dengan pengguna/beban.
• Kelebihan sistem ini dibanding sistem kelistrikan yang
terpusat yang ada saat ini:
o Dapat beroperasi secara independen, tidak memerlukan wilayah
pengoperasian yang besar dan rumit, jaringan transmisi pendek.
o Dapat menggunakan sumber energi yang ada pada kawasan
yang akan dilayani.
o Unit pembangkitan dapat dibuat dalam skala utilitas maupun
residensial menyesuaikan dengan kebutuhan dan ketersediaan
lahan.
• Karena skala yang sangat beragam dapat melibatkan
masyarakat luas dan pelaku bisnis untuk ikut berperan
serta dalam pembangkitan.
o Merubah pola konsumtif menjadi pola produktif terhadap energi
listrik.
o Mendorong penggunaan sumber energi terbarukan yang ramah
lingkungansecara massal.
• Pelibatan peran masyarakat dapat dilakukan dengan
menggunakan teknologi yang bersifat moduler, grid-
ready (memang disiapkan untuk terhubung dengan jaringan
listrik) dan minim perawatan PLTS.
• PLTS merupakan pilihan tepat untuk pembangkitan
terdistribusi karena:
o Bersifatmoduler, grid-ready dan perawatan minimal.
o Tidak membutuhkan bahan bakar karena memanfaatkan energi
matahari (gratis).
o Tidak membutuhkan keahlian khusus dalam operasionaldan
pemeliharaannya.
o Bekerja secara otomatis dan dapat dikontrol dari jarak jauh
melalui jaringaninternet
Revolusi 1: Pembangkitan Listrik Terdistribusi
18. Dapat segera mengejar defisit energi
khususnya di daerah perkotaan yang
cukup tinggi kebutuhan energi
listriknya, terutama untuk aktivitas
perkantoran, bisnis dan industri.
Dengan skema tarif yang menarik dan
perijinan yang dipermudah, dipastikan
akan banyak pihak yang akan
berpartisipasi dalam waktu cepat.
PLTS On-Grid dan Pembangkitan Terdistribusi
• Interkoneksike pembangkit lain
melalui jaringantransmisi
• Ekspor/imporenergi
PLTS Rooftop Pengatur beban
PLTS Independent Power Producer (IPP) PLTS Residensial (Perumahan)Jaringan Distribusi (TR/TM)
Interkoneksi
• Prioritaskonsumsi internal
• Kelebihan energi diekspor ke
jaringan(excess power)
• Tegangan menengah IPP
• Tegangan rendah rooftop / residensial
• Skala utilitas
• Ground-mounted / floating
• Suplai energi ke jaringan TM
• Gedung/bangunan
• Prioritaskonsumsi internal
• Kelebihan energi diekspor ke
jaringan(excess power)
• Beban aktivitas ekonomi / industri
Revolusi 1: Pembangkitan Listrik Terdistribusi
19. Penyimpanan energi terdistribusi (distributed
energy storage) adalah model penyaluran energi
listrik PLTS dengan pola non jaringan distribusi.
• Penyimpanan energi terdistribusi dapat meminimalisir
biaya pembangungan jaringan distribusi listrik dan rugi-
rugi energi pada transmisi untuk kawasan yang
dielektrifikasi karena peyimpanan energi (baterai) tidak lagi
terpusat di pembangkit PLTS.
• Kelebihan model ini dibanding sistem penympanan energi
(baterai) terpusat yang ada saat ini:
o Dapat menjangkau kawasan yang lebih luas, termasuk yang
memiliki bentang alam menyulitkan jika menggunakan jaringan
distribusikonvensional (tiang).
o Kapasitas energi tiap rumah dapat ditingkatkan jika ada
peningkatan kebutuhan oleh pemiliknya dengan penambahan unit
baterai.
• Karena tidak mengharuskan adanya jaringan
distribusi, maka peran pemerintah setempat/masyarakat
dapat diperbesar dalam pengelelolaan pembangkit.
o Mendukungaktivitas ekonomi pada siang hari di sekitar
pembangkit sambil melakukan pengisian pada baterai.
o Pengelolaan pembangkit sebagai unit usaha dapat dikelola
melalui BUMD, BUMDes maupun koperasi.
• Pelibatan peran masyarakat dapat dilakukan dengan
menggunakan model pusat pengisian (charging station)
baterai yang menjadi pusat penyaluran energi listrik yang
telah tersimpan dalam baterai.
• Pusat pengisian merupakan pilihan tepat untuk
elektrifikasi kawasan karena:
o Dapat dikelola dengan mudah karena sama dengan pola
distribusiair minum / gas isi ulang.
o Penghematan jaringan distribusi (tiang) dan baterai di pembangkit
dapat dialihkan untuk peningkatan kapasitas PLTS untuk
mendukung aktivitas siang hari.
o Operasional dan pemerliharaan PLTS lebih sederhana karena
hanya terpusat di pembangkit saja.
Revolusi 2: Penyimpanan Energi Terdistribusi
20. • AC Coupling – Grid-ready infrastructure
• Dapat segera masuk ke grid sewaktu-
waktu jaringan PLN masuk.
• Pasar / bank
• Pusat produksi / pengolahan
Konsumen ListrikJika jaringan distribusi PLN masuk, dapat
merubah model charging station menjadi
IPP (Independent Power Producer).
Dengan model transaksi yang dikenal
masyarakat, keberlanjutan PLTS sebagai unit
usaha akan lebih terjamin.
PLTS Off-Grid/Grid-Ready dan Penyimpanan Terdistribusi
Fasiltas Pemerintah / Publik Pusat Aktivitas Ekonomi
Lalu Lintas Baterai
Pusat Pengisian (Charging Station)
PLTS Terpusat
• Menggunakaninverter
• Baterai diisi ulang di
pusat pengisian
• Instalasi standar PLN
dan siap digunakan
sewaktu-waktu jaringan
PLN masuk.
• Backup baterai untuk proses pengisian
• Melayani isi ulang baterai dengan pola
gas / air minum
• Jaringan distribusi digantikan
dengan lalu lintas baterai.
• Konsumen membawa baterai
kosong untuk diganti dengan
yang sudah terisi penuh.
• Kantor pemerintahan / balai pertemuan
• Sekolah / tempat ibadah
• Puskesmas
Revolusi 2: Penyimpanan Energi Terdistribusi
21. Energi Listrik Terdistribusi dalam
bentuk pembangkitan terdistribusi dan
penyimpanan energi terdistribusi akan
merubah mental bangsa dalam upaya
pencapaian ketahanan energi listrik
Indonesia.
Revolusi Mental Ketahanan Energi Listrik
Beban pemenuhan kebutuhan energi yang selama ini dipikul
oleh PLN didistribusikan kepada masyarakat dan pelaku
bisnis dengan insentif tarif dan kemudahan ijin.
PLN harus mulai memainkan peran menjaga kualitas energi
dari pembangkitan terdistribusi agar handal dan
berkelanjutan.
Distribusi Beban Berat PLN
Pembangkitan terdistribusi yang melibatkan masyarakat
akan merubah perilaku konsumtif energi menjadi lebih efisien
karena adanya perubahan pola pikir (mindset) dari konsumen
menjadi produsen listrik,
Program efisiensi energi secara otomatis berjalan dengan
perubahan pola pikir tersebut.
Dari Konsumen menjadi Produsen
Penyimpanan energi terdistribusi akan merubah kesan
karitatif (memberi ikan) dan mengejar rasio elektrifikasi
menjadi mendukung aktivitas produktif (memberi kail).
Peningkatan kebutuhan energi masyarakat yang selama ini
tidak memungkinkan dapat dilakukan dengan penambahan
baterai dengan biaya yang ditanggung oleh konsumen.
Dari Penerangan menjadi Produktivitas
1
2
3
22. Potensi Insentif/PendanaanTarget Nasional
• Meningkatkan rasio elektrifikasi
menjadi 99% pada tahun 2020.
• Meningkatkan bauran energi
dari energi terbarukan untuk
listrik menjadi 23% pada tahun
2025.
• Pengurangan emisi karbon *)
o 26% - 0.767 gigaton CO2 emission
reduction atas usaha sendiri
(domestic effort).
o 41% - 1.189 gigaton CO2 emission
reduction usaha sendiri dan
dukungan global (domestic effort +
international support).
Grid CO2 emission = 0.867 kgCO2/kWh
Program Akselerasi EBTKE
• Wajib EBTKE pelanggan (min. 5%
dari daya tersambung), potensi 5,000
MW dari 100,000 MW, dengan solusi
tercepat PLTS rooftop.
• Wajib bangun EBT 1 MW/tahun per
Pemda. Potensi 34 provinsi, 514
kabupaten kota.
o Potensi penambahan 514 MW/tahun,
sehingga daya tersambung 2,390 MW
dapat dicapai dalam 5 (lima) tahun.
• Wajib EBT pelanggan sosial dan net
metering potensi 3,537 MW.
• Wajib konversi lampu jalan
dengan baterai / lampu LED yang di-
charge siang hari.
o Potensi 900 MW mengurangi 3,393
GWH/tahun.
• Permudah investasi EBTKE
terutama PLTS oleh swasta (IPP)
guna mencapai 23% target bauran
energi.
o Peningkatan demand PLTS
mempertajam penurunan biaya
investasi teknologi fotovoltaik.
• Umur pakai sistem PLTS mencapai
25 tahun (barang modal)
sepatutnya diberikan fasilitas
insentif fiskal termasuk untuk
pengguna individu dan korporasi
(bea masuk, tax holiday dll.)
• Tradeable carbon emission credit
bonds / certificates (commercial bond).
• Green fund / low interest financing
facilities dana pensiun, dana
abadi haji.
• Carbon credit negara donor / negara
industri diberikan langsung
kepada sektor industri PLTS
masing-masing negara sehingga
indonesia mendapat harga PLTS
lebih murah.
Program Percepatan Pembangunan Pembangkit EBT (PLTS)
Revolusi Mental Ketahanan Energi Listrik
23. Referensi / Daftar Pustaka
• Rencana Strategis (Renstra) Kementerian ESDM 2015-2019
• DRAFT Rencana Umum KetenagalistrikanNasional 2015 – 2034
• Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PT. PLN 2015-2024
• Paparan Menteri ESDM pada Rapat Koordinasi Infrastruktur
Ketenagalistrikandengan BPK RI, 30 Maret 2015
• Paparan Menteri ESDM: “Strategi dan Implementasi Program35.000
MW: Progresdan Tantangannya,” 3 Agustus 2015
• Paparan Staf Ahli Menteri: Rencana Strategis Kementerian ESDM dan
PercepatanPembangunan Pembangkit 35.000 MW, 9 November 2015
• Paparan: “Hasil Pemeriksaan BPK RI terkait Infrastruktur Kelistrikan
2009-2014,” 3 Maret 2015
• Ketahanan Energi Indonesia Tahun 2014
Dewan Energi Nasional, 2014
• Outlook Energi Indonesia 2014
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), 2014
• Outlook Energi Indonesia 2014
Dewan Energi Nasional (DEN), 2014
• Clean Energy Handbook For Financial Service Institutions
Otoritas Jasa Keuangan, 2014
• REthinking Energy: Towards A New Power System
International Renewable Energy Agency (IRENA), 2014
• Makalah: “Memperbaiki Ketahanan Energi Indonesia: Rekonedasi
Strategi dan Analisis”
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, 2014
• Statistik PLN 2014
• Thesis: Analysis of the Power System of Indonesia
Technische Universität München, 2014
• Mapping of solar energy potential in Indonesia using artificialneural
network and geographical information system
Renewable and Sustainable Energy Reviews, 2012
• Kajian Analis Isu-isu Sektor ESDM
Pusdatin Kementerian ESDM, 2012
• Kajian Supply Demand Energi
Pusdatin Kementerian ESDM, 2012
• Investment Opportunities on Energy and Mineral Resources Sector
Kementerian ESDM, 2011
• Technical Paper: Electricity-specificemission factors for grid electricity
Ecometrica,2011
• Unlockingthe Sunbelt Potential of PV
European Photovoltaic Industry Association (EPIA), 2010
Bacaan Lebih Lanjut