[Ringkasan]
Dokumen tersebut membahas tentang industri perfilman Indonesia. Secara singkat, dokumen tersebut menyebutkan bahwa: (1) industri perfilman Indonesia berada di bawah pengawasan Badan Ekonomi Kreatif, (2) film nasional merupakan produk industri kreatif Indonesia yang berdampak positif pada pendapatan negara, dan (3) pasar potensial film nasional adalah masyarakat Indonesia yang jumlah penduduknya besar.
2. Pendahuluan
• Perfilman Indonesia berada dalam pengawasan Badan
Ekonomi Kreatif
• Film Nasional merupakan produk di industri kreatif
Indonesia pertumbuhannya tentu akan berdampak positif
pada pendapatan negara
• Dengan jumlah penduduk yang besar seharusnya
masyarakat Indonesia merupakan target pasar yang
sangat potensial.
3. Pertumbuhan Jumlah Bioskop
Sumber : Litbang Filmindonesia.or.id
0
50
100
150
200
Agust-12
Nop-12
Feb-13
Mei-13
Agust-13
Nop-13
Feb-14
Mei-14
Grup 21
Blitz
Independen
5. Pertumbuhan Jumlah Penonton Film Nasional
13
13,5
14
14,5
15
15,5
16
16,5
2011 2012 2013 2014
Jumlah Penonton Film Nasional (dalam juta)
Jumlah Penonton Film
Nasional (dalam juta)
Sumber: MetroTVnews.com dan Muvila.com
6. MovieGoers
• Berdasarkan Theateritical Statistic
Summary 2014 yang disajikan oleh
Motion Picture Association of Amerika,
dikemukakan data bahwa mayoritas
jumlah penonton Bioskop adalah mereka
yang berusia 18-39 tahun.
• Herlina (2013), di Indonesia, melakukan
penelitian dengan berkolaborasi dengan
filmindonesia.co.id, menyatakan bahwa
sebagian besar moviegoers adalah anak
muda berusia 18-25 tahun yang sedang
kuliah. Sebagian besar dari mereka,
83,43% pergi ke bioskop 1-2 kali dalam
sebulan.
8. Identifikasi Masalah (1)
• Terindikasi rendahnya intensi untuk menonton
film nasional.
• Penelitian Bhat & Reddy (Salman, 2015)
„Konsumen di negara berkembang
mengasosiasikan produk asing sebagai „social
prestige‟ dan lebih berkualitas
• Persepsi kualitas memiliki hubungan positif
pada intensi pembelian (Parasuraman et al)
9. Identifikasi Masalah (2)
• Kelompok rujukan di Indonesia juga merupakan
faktor yang dapat mempengaruhi intensi terlebih
berdasarkan karakter masyarakat Indonesia yang
memiliki jiwa nilai individualitas yang rendah pada
penelitian Hofstede (1983)
• Terkait produk Film Nasional merupakan produk
yang berkontribusi pada pendapatan negara, rasa
cinta tanah air (Etnosentrisme) juga terlibat
dalam aktivitas konsumsi masyarakat, hal
tersebut diteliti oleh Shimp & Sharma (1987)
dengan konsep “Etnosentrisme Konsumen”
10. Rumusan Masalah
1. Bagaimana persepsi mahasiswa pada kualitas film nasional,
kelompok rujukan, dan intensi menonton film nasional, dengan
mempertimbangkan tingkat etnosentrisme?
2. Bagaimana pengaruh persepsi mahasiswa pada kualitas film dan
kelompok rujukan terhadap pembentukan intensi mahasiswa
menonton film nasional dengan mempertimbangkan tingkat
etnosentrisme?
3. Bagaimana pengaruh persepsi kualitas film terhadap pembentukan
intensi menonton film nasional pada mahasiswa dengan tingkat
etnosentrisme yang berbeda?
4. Bagaimana pengaruh kelompok rujukan terhadap pembentukan
intensi menonton film nasional pada mahasiswa dengan tingkat
etnosentrisme yang berbeda?
5. Bagaimana perbandingan antara pengaruh persepsi kualitas film
dan kelompok rujukan dalam membentuk intensi menonton film
nasional pada tingkat etnosentrisme konsumen yang berbeda?
11. Tujuan Penelitian
1. Menjelaskan persepsi mahasiswa pada kualitas film nasional, kelompok
rujukan, dan intensi menonton film nasional, dengan
mempertimbangkan tingkat etnosentrisme?
2. Menjelaskan pengaruh persepsi mahasiswa pada kualitas film dan
kelompok rujukan terhadap pembentukan intensi mahasiswa
menonton film nasional dengan mempertimbangkan tingkat
etnosentrisme.
3. Menjelaskan pengaruh persepsi kualitas film terhadap pembentukan
intensi menonton film nasional pada mahasiswa dengan tingkat
etnosentrisme yang berbeda.
4. Menjelaskan pengaruh kelompok rujukan terhadap pembentukan
intensi menonton film nasional pada mahasiswa dengan tingkat
etnosentrisme yang berbeda.
5. Menjelaskan perbandingan antara pengaruh persepsi kualitas film dan
kelompok rujukan dalam membentuk intensi menonton film nasional
pada tingkat etnosentrisme konsumen yang berbeda.
12. Kegunaan Penelitian
Kegunaan Teoritis
• Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi ilmu manajemen khususnya
manajemen pemasaran mengenai konsep intensi, persepsi kualitas produk, kelompok rujukan,
dan etnosentris konsumen
• Menjadi bahan rujukan bagi peneliti selanjutnya terkait dengan konsep intensi, persepsi kualitas
produk, kelompok rujukan, dan etnosentris konsumen
Kegunaan Praktis
• Penelitian ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkecimpun di bidang pemasaran
industri perfilman nasional untuk dapat memahami mengenai faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi intensi konsumen untuk menonton film nasional
• Sebagai masukan bagi pemerintah juga pengusaha yang berkecimpung di industri perfilman
nasional untuk dapat kemudian mengevaluasi strategi yang dilakukan agar dapat meningkatkan
purchase intention yang tentunya akan dapat bermanfaat dalam usaha untuk memenangkan
persaingan.
13. Kajian Pustaka
Perilaku konsumen (Peter dan Olson, 2012: 6) merupakan “dinamika interaksi antara
pengaruh dan kesadaran, perilaku dan lingkungan di mana manusia melakukan pertukaran
aspek-aspek kehidupan”
Prilaku intensi digambarkan sebagai perilaku hanya jika perilaku yang dimaksud tersebut dibawah
kontrol kehendak, yaitu misalnya jika seseorang dapat memutuskan akan melakukan atau tidaknya
sebuah tindakan.” Dari Azjen (1991: 182)
Purchase intention menurut Rizwan (2014: 58) dapat diklasifikasikan menjadi sebuah mekanisme dari
perilaku kognitif pelanggan ( customer cognitive behavior) mengenai bagaimana niat tertentu yang
dimiliki konsumen untuk membeli produk tertentu.
Persepsi kualitas (Kotler: 2012, 175)
merupakan “salah satu cara
konsumen membandingkan produk
yang akan dibelinya berdasarkan
persepsi pada nama brand/ jenis
produk.”
Schiffman dan Kanuk (2008:
324) menyebutkan bahwa
kelompok rujukan merupakan
kelompok yang bertindak
sebagai kerangka rujukan bagi
para individu dalam melakukan
berbagai keputusan membeli.
Etnosentrisme
merupakan
kecenderungan untuk
memilih produk/
orang dari negara/
budayanya sendiri“
Solomon (2007: 328)
15. Hipotesis Penelitian
• Persepsi kualitas produk baik pada etnosentrisme tinggi maupun rendah
berpengaruh terhadapa pembentukkan intensi mahasiswa untuk menonton film
nasional
• Kelompok rujukan baik pada etnosentrisme tinggi maupun rendah berpengaruh
terhadapa pembentukkan intensi mahasiswa untuk menonton film nasional
• Persepsi kualitas produk dan kelompok rujukan secara bersamaan baik pada
etnosentrisme tinggi maupun rendah berpengaruh terhadapa pembentukkan intensi
mahasiswa untuk menonton film nasional
• Terdapat perbedaan pada peran persepsi kualitas produk dan kelompok rujukan
dalam membentuk intensi menonton film nasional pada tingkat etnosentris
konsumen yang berbeda
17. Operasional Variabel
Jenis-jenis variabel dalam penelitian ini:
1. Variabel Dependen : Intensi Menonton
2. Variabel Independen : Persepsi Kualitas Produk dan
Kelompok Rujukan
3. Variabel Moderator : Etnosentrisme Konsumen
Operasional Variabel
18. Data & Sumber Data
Primer
Kuesioner pada mahasiswa
Indonesia yang sudah pernah
menonton Film Nasional di Bioskop
dalam 6 bulan terakhir
Sebanyak 200 responden
Teknik Pengumpulan Data
Kuesioner Online
www.risetfilmnasional.tk
Sekunder
Data resmi instansi terkait, jurnal,
buku-buku
23. Profil Responden (3)
Frekuensi Menonton Film di Bioskop
64%
26%
6%
1%
3%
1 kali 2 kali 3 kali 4 kali Sering
Preferensi Film yang Ditonton
29%
65%
1%
5%
Film Nasional (Indonesia) Film (Import) Barat
Film (Import) Asia Film (Import) Lainnya
26. Intensi Menonton Film Nasional
6%
22%
36%
26%
9%
2%
Tingkat Pengetahuan Responden
mengenai Informasi Film Nasional
Sangat Mengetahui
Mengetahui
Cukup Mengetahui
Kurang Mengetahui
Tidak Mengetahui
Sangat Tidak Mengetahui
5%
11%
28%
21%
8%
27%
Tingkat Ketertarikan Responden untuk
Menonton Film Nasional
Sangat Tertarik Tertarik
Cukup Tertarik Kurang Tertarik
Tidak Tertarik Sangat Tidak Tertarik
27. Intensi Menonton Film Nasional
5%
15%
26%
29%
20%
6%
Tingkat Keinginan untuk Menonton
Film Nasional
Sangat Ingin Ingin
Cukup Ingin Kurang Ingin
Tidak Ingin Sangat Tidak Ingin
0
0,5
1
1,5
2
2,5
3
3,5
4
4,5
Attention Interest Desire
Rata-Rata Skor Intensi Menonton
pada Tingkat Etnosentrisme
Berbeda
Rendah
Tinggi
28. Persepsi Kualitas Film Nasional (I)
No Pernyataan
1 Kemampuan film nasional menampilkan cerita
secara menarik
2 Kemampuan sutradara memunculkan watak
kuat dari setiap tokoh
3 Kemampuan menciptkan alur cerita yang
sesuai jenis film (genre)
4 Kemampuan Menciptakan Suasana Adegan
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
35%
40%
Pernyataan
1
Pernyataan
2
Pernyataan
3
Pernyataan
4
Penyutradaraan
S. Mampu
Mampu
C. Mampu
C.T. Mampu
T. Mampu
S.T. Mampu
29. Persepsi Kualitas Film Nasional (II)
No Pernyataan
1 Kemampuan Melakukan Eksplorasi Tema
2 Kemampuan menciptakan dialog yang
sesuai dengan cerita dan karakter tokoh
3 Kemampuan menuturkan kisah yang
jujur/ natural
4 Kemampuan menuturkan Kisah yang Out
of the box (Baru)
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
35%
40%
Pernyataan
1
Pernyataan
2
Pernyataan
3
Pernyataan
4
Skenario
S. Mampu
Mampu
C. Mampu
C.T. Mampu
T. Mampu
S.T. Mampu
30. Persepsi Kualitas Film Nasional (III)
No Pernyataan
1 Aktor/ Aktris Melakukan/ Menghayati
Peran dengan Baik
2 Aktor/ Aktris menggunakan Tubuh,
Ekspresi Wajah, dan Vocal dalam Peran
0,00%
5,00%
10,00%
15,00%
20,00%
25,00%
30,00%
35,00%
40,00%
Pernyataan 1 Pernyataan 2
Pemeranan
S. Mampu
Mampu
C. Mampu
C.T. Mampu
T. Mampu
S.T. Mampu
31. Persepsi Kualitas Film Nasional (IV)
No Pernyataan
1 Kemampuan Menciptakan Gambar (fokus,
kecerahan, kontras, dan warna) pada Film
Nasional
2 Kemampuan Menerapkan Penataan
Cahaya sesuai dengan Tema Film
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
35%
40%
45%
Pernyataan 1 Pernyataan 2
Sinematografi
S. Mampu
Mampu
C. Mampu
C.T. Mampu
T. Mampu
S.T. Mampu
32. Persepsi Kualitas Film Nasional (V)
No Pernyataan
1 Kemampuan menerapkan tata kostum,
rias, rambut tepat sesuai cerita
2 Kemampuan menata properti
3 Kemampuan menerapkan efek khusus
yang berkesan
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
35%
40%
45%
50%
Pernyataan 1 Pernyataan 2 Pernyataan 3
Pengarahan Artistik
S. Mampu
Mampu
C. Mampu
C.T. Mampu
T. Mampu
S.T. Mampu
33. Persepsi Kualitas Film Nasional (VI)
No Pernyataan
1 Kemampuan menerapkan suara pada film
yang sesuai dengan adegan
2 Kemampuan menyelaraskan harmonisasi
antara dialog, musik dan efek suara
dengan cerita
3 Kemampuan menerapkan efek khusus
yang berkesan
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
35%
40%
45%
Pernyataan 1 Pernyataan 2 Pernyataan 3
Pengarahan Suara
S. Mampu
Mampu
C. Mampu
C.T. Mampu
T. Mampu
S.T. Mampu
34. Rata-Rata Skor Persepsi Kualitas Film Nasional
pada Tingkat Etnosentrisme Berbeda
0
0,5
1
1,5
2
2,5
3
3,5
4
4,5
5
Penyutradaraan Skenario Pemeranan Sinematografi Penataan Artistik Penataan Suara
Rendah
Tinggi
36. Kelompok Rujukan (II)
4%
26%
31%
24%
11%
4%
Tingkat Pengalaman yang
Dimiliki Kelompok Rujukan
S. Berpengalaman Berpengalaman C. Berpengalaman
K.Berpengalaman T. Berpengalaman S.T Berpengalaman
7%
29%
26%
25%
11%
2%
Tingkat Informasi/Pengetahuan
yang Dimiliki Kelompok Rujukan
S. Mengetahui Mengetahui C. Mengetahuin
K. Mengetahui T. Mengetahuin S.T Mengetahui
37. Kelompok Rujukan (III)
4%
17%
22%
30%
21%
6%
Tingkat Daya Tarik yang Dimiliki
Kelompok Rujukan
S. Memiliki Daya Tarik Memiliki Daya Tarik
C. Memiliki Daya Tarik K.Memiliki Daya Tarik
T. Memiliki Daya Tarik S.T Memiliki Daya Tarik
4%
25%
29%
27%
12%
3%
Tingkat Kredibilitas yang Dimiliki
Kelompok Rujukan
S. Kredibel Mengetahui C. Mengetahuin
K. Mengetahui T. Mengetahuin S.T Mengetahui
38. Kelompok Rujukan (IV)
7%
26%
30%
24%
8%
5%
Tingkat Kekuatan yang Dimiliki
Kelompok Rujukan
S. Wajib Diikuti Wajib Diikuti C. Wajib Diikutiik
K.Wajib Diikuti T. Wajib Diikuti S.T Wajib Diikuti
0
0,5
1
1,5
2
2,5
3
3,5
4
4,5
Pengalaman Informasi Kredibilitas Daya Tarik Kekuatan
Kelompok Rujukan pada tingkat
Etnosentrisme yang Berbeda
Rendah Tinggi
40. UJI OUTLIERS
Nilai mahalanobis distance pada model etnosentrisme rendah
mempunyai nilai maksimum sebesar 49,01 dan pada model
etnosentrisme tinggi mempunyai nilai maksimum sebesar 53,48.
Nilai maksimum mahalanobis distance pada kedua model masih
lebih kecil dari 2 (66,3)
41. Model Penelitian pada Mahasiswa dengan
Etnosentrisme Rendah
PI
Y1
Y2
Y3
0,884
0,219
0,291
0,314
0,842
0,828
X1.2
X1.3
X2.5
X1.1
PQ
GR
X2.2 0,859
0,537
0,830
0,802
0,262
0,712
X2.30,254
X2.40,638
0,864
0,602
0,817
X1.4
0,841
X1.5
X1.6
0,903
0,867
X2.10,387
0,783
0,333
0,311
0,357
0,293
0,185
0,248
0,661
0,308 0,327
0,345
Artistik
Kredibilitas
Pengetahuan
42. Model Penelitian pada Mahasiswa dengan
Etnosentrisme Tinggi
PI
Y1
Y2
Y3
0,753
0,433
0,179
0,262
0,906
0,859
X1.2
X1.3
X2.5
X1.1
PQ
GR
X2.2 0,698
0,794
0,871
0,803
0,513
0,370
X2.30,262
X2.40,396
0,859
0,777
0,840
X1.4
0,787
X1.5
X1.6
0,838
0,831
X2.10,523
0,691
0,294
0,241
0,355
0,381
0,298
0,309
0,440
0,240 0,628
0,240
Skenario
Kredibilitas
Ketertarikan
43. Uji Construct Reliability & Variance Extracted
Critical ratio: > 0,70 , artinya konsisten dalam mengukur
variabel laten
Variance extracted : Rata-rata sejumlah (persentase) informasi
yang terdapat pada masing-masing indikator dapat terwakili
melalui variabel laten
45. Hipotesis Statistik
Hipotesis
1. Ho Semua 1.i = 0 Persepsi kualitas dan kelompok rujukan secara simultan
tidak berpengaruh terhadap intensi membeli.
Ha Ada 1.i 0 Persepsi kualitas dan kelompok rujukan secara simultan
berpengaruh terhadap intensi membeli.
2. Ho 1.1 = 0 yaitu persepsi kualitas tidak berpengaruh terhadap intensi
membeli.
Ha 1.1 0 yaitu persepsi kualitas berpengaruh terhadap intensi membeli.
3 Ho 1.2 = 0 yaitu kelompok rujukan tidak berpengaruh terhadap intensi
membeli.
Ha 1.2 0 yaitu kelompok rujukan berpengaruh terhadap intensi membeli.
49. Perbedaan Model berdasarkan Tingkat
Etnosentrisme
• Terdapat perubahan nilai 2 pada kelima model signifikan pada level 5%.
• Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang
signifikan pada model pengukuran dan model struktural antara kelompok
etnosentrisme rendah dan etnosentrisme tinggi.
50. Kesimpulan (I)
1. Analisis Deskriptif
• Kualitas Film Nasional berdasarkan persepsi mahasiswa (dengan etnosentrisme
tinggi maupun rendah) adalah cukup rendah (terendah pada unsur Skenario,
tertinggi pada unsur Pemeranan)
• Tingkat penggunaan mahasiswa pada kelompok rujukan sebagai referensi cukup
tinggi (Et. Rendah nilai tertinggi pada Pengalaman rujukan, pada Et. Tinggi pada
Informasi, nilai tersendah pada kedua kelompok adalah “Daya tarik”
• Intensi mahasiswa menonton film nasional cukup rendah
2. Persepsi Kualitas Film Nasional dan Kelompok Rujukan berpengaruh pada Intensi
mahasiswa menonton film nasional
51. Kesimpulan (II)
3. Persepsi Kualitas Film Nasional berpengaruh cukup tinggi
pada Intensi mahasiswa menonton film nasional
4. Kelompok Rujukan berpengaruh cukup rendah pada intensi
mahasiswa menonton film nasional
5. Terdapat Perbedaan antara Mahasiswa dengan
Etnosentrisme tinggi dan Mahasiswa dengan Etnosentrisme
rendah; Pengaruh kedua variabel independen pada variabel
dependen lebih besar pada kelompok mahasiswa dengan
etnosentrisme rendah.
52. Saran
Saran
Akademik
1 Perlu dilakukan penelitian atau pengkajian ulang pada jenis bisnis lokal di industri lainnya yang
tentunya akan memiliki karakter produk yang berbeda.
2 Perlu dikaji lebih mendalam variabel-variabel lainnya yang dapat mempengaruhi intensi
membeli
3 Perlu dikaji lebih mendalam variabel-variabel lainnya yang dapat mempengaruhi intensi
membeli
Saran Praktis 1 Individu yang berkecimpung di bisnis film nasional ini perlu untuk terus meningkatkan kualitas
film nasional, terutama pada aspek skenario yang memiliki bobot faktor tertinggi dalam
menggambarkan persepsi kualitas film pada penelitian ini.
2 Pelaku bisnis film nasional harus dapat menciptakan persepsi kualitas yang baik pada film
nasional untuk dapat menyasar konsumen
3 Bisnis film nasional ini perlu untuk dapat memunculkan kelompok rujukan, terutama yang
memiliki kredibilitas
4 pelaku bisnis film nasional harus juga dapat memulai program pembentukan kelompok rujukan
yang dapat mempengaruhi intensi target konsumen untuk menonton film nasional.