Teks tersebut membahas tentang arti sebenarnya dari kebahagiaan dan pentingnya menghargai rasa sedih. Kebahagiaan sering diartikan sebagai tujuan hidup, namun hal itu justru menyebabkan orang lain menderita dan mengorbankan rasa sedih yang merupakan bagian alami dari kehidupan. Teks tersebut menekankan bahwa keseimbangan antara rasa bahagia dan sedih diperlukan untuk menjadi manusia yang utuh
1. Bahagia dengan Derita
“Bahagia” adalah kata yang sangat dinanti dan diidamidamkan setiap orang. Yang mauda
maupun yang tua semuanya berlomba meraihnya. Bahkkan kalau tidak sabar, orang yang
ingin kebahagiaannya abadi, tidak tanggung-tanggung melakukan berbbagai cara. Lihat saa
para pejabat, pengusaha , atau kita sendiri yang suka “jahil” untuk meperpanjang rasa
bbahagia itu di dalam hati dan tubuh kita.
Saking pentingnya sebuah kebahagiaan dalam perjalanan hidup, orang menjjadi lupa akan
fungsi dan tujuanhidup di dunia. Sebut saja orang akan sedih kalau kena PHK , orang akan
menderita karena tidak terpilih lagi jadi pemimpin atau anggota dewan, orang akan
kelimpungan kalau semua hartannya “ludes” dilalap si jago merah, oranng akan stres gara-
gara mobil barunya hilang dicuri orang , atauorang akan gila gar-gara sang pacar atau
pasangannya selinkuh.
Betul semua itu semmua itu adalah yang dinamakan sumber Keahagiaan?
Namu perlu diingat gara-gara kebahagiaan banyak orang yang menderita dari korban
keserakahan. Gara-gara kebahagiaan banyak orang yang mati kelaparan... kalau begitu
kebahagiaan itu hanya milik orang yang berkuasa dan ingin berusha dengan berbagai cara
agar dian bisa dimiliki.
Sebetulnya apa ke-bahagia-an itu ?
Menurut kamus besar bahasa indonesia, bahagia adalah keadaan atau perasaan senang dan
tenteram (bebas dari segala yang menyusahkan), dan kebahagiaan sendiri adalah
kesenangan dan ketenteraman hidup (lahir dan batin).
Rupanya benar kalau banyak diantara kita, sesama muslimatau non-muslim, saling berebut
dan bertengkar dalam menguasai kebahagiaan. Karena dngan mendapatkan kebahagiaan ,
kita akan mersakan kenikmatan, danketenteraman lahir batin. Rasa puas itu akan terobati
ketika kebahagiaann itu didapat.
Kalau kita hanya mengejar kebahagiaan dan”membenci” penderitaan yang akhirnya
membuat kita sedih, kita akan menjadi manusia ang tdak berimbang. Rassa emosi kita tidak
terjalin secara harmonis , antara rasa sedih dan bahagia. Juga , kita akan menjadi manusia
yang tidak sempurna karena rasa kita hanya disentuh rasa bahagianya , tidak sebaliknya.
Coba bayangkan kalau kiata hanya menginginkan kebahagiaan. Ketika melihat orang
menderita atau sedang berkabung, kita akan menjjauh karena takut hal itu menimpa diri
2. kita. Maka, rasa solidaritas dan kemanusiaan kita lambat laun akan beku dan akhirnya mati
kita sedih, dia akan menjauh sebagai bentuk balasan.’kan yang rugi kata juga.
Sebenarnya, rasa sedih dan bahagia itu soal hati. Tinggal otak dan fikiran kita yang mengeset
dan meresponnya ke hal-hal yang tetap positif. Sehingga meskipun dalam kondisi yang
menderita ataupun bahagia, kita tetap semangat dan dinamis dalam menjalani kewajiban
selaku khlifah fil ardh.
Kalu kita lihat dalam khidupan sehari-hari, banyak di antara kita yang sering melawan dan
melanggar “aturan main” agama karena hal itu dianggap akan membuat kita terkukung
dan selalu sedih.