SlideShare a Scribd company logo
1 of 38
Download to read offline
Positive Mindset :
Strategi untuk Meraih
Sukses Sejati
Powered by : www.rajapresentasi.com

1
Daftar Isi
•

Are You Happy with Your Life (and Your Job) Now?

•

Law of Attraction : You Can If You Think You Can

•

Law of Attraction : Jalan Terjal Menuju Nirvana Kebahagiaan

•

Positive Mindset dalam Empat Level Gelombang Otak

•

Anda Ingin Berubah Menjadi Pribadi yang Lebih Sukses?
Read This Story.

•

Finding Your Strengths and Bright Spots

•

3 Pilar dalam Merajut Etos Profesionalisme

•

Merebut Kesuksesan Melalui Visualisasi Positif

•

Melacak Jejak Para Peak Perfomers

2
Perjalanan mengubah nasib
dimulai dari perubahan
mindset.......

3
Are You Happy with Your Life (and Your Job)
Now?
Hidup pada akhirnya memang selalu penuh dengan tikungan.
Ada kalanya kita berada pada parade keberhasilan yang
membuat kita mabuk dalam ekstase keriangan. Ada pula saat
ketika kita terpeleset, terpelanting dan terpuruk dalam segores
duka. Toh dalam lingkaran jatuh dan bangun itu, hidup harus
terus dijalankan. Kita terus berproses dan bertumbuh “menjadi
manusia”. Becoming a true person, demikian Erich Fromm
pernah berujar dalam risalahnya yang terkenal itu, On Being
Human.
Namun mungkin ada kalanya kita perlu berhenti sejenak,
mengambil rehat, dan melakukan kontemplasi. Sekarang
tataplah screen (layar) laptop atau komputer Anda. Lihatlah
screen yang ada di depan Anda ini sebagai sebuah cermin…..lalu
bayangkanlah, kira-kira lima tahun dari sekarang, potret apa
yang tergambar dalam layar di depan Anda ini.
Apakah yang tergambar dalam bayangan itu adalah figur Anda
sebagai seorang saudagar sukses dengan omzet bisnis ratusan
juta per bulan, dengan sebuah apartemen indah di
Dharmawangsa Residence? Atau yang muncul adalah gambaran
Anda sebagai seorang manajer sukses bergaji 30 juta perbulan,
dengan sebuah SUV nongkrong di garasi rumah? Atau yang
justru tergambar di layar adalah gambaran Anda sebagai
seorang guru mengaji di sebuah surau kecil di kampung
halaman Anda, nun jauh disana, di sebuah kampung dimana

4
segenap ambisi materi dan duniawi menjadi lenyap, karena
disitu yang ada hanyalah “keheningan, kedamaian dan
kebersahajaan”?
Saya tak tahu. Sungguh saya tak tahu apa yang dalam imajinasi
Anda tentang masa depan hidup yang ingin Anda ukir. Namun
apapun pilihan hidup masa depan Anda, barangkali tetap tersisa
satu hal yang layak dicatat : pilihan itu sebaiknyalah didasari
oleh passion Anda. Ya, passion. Atau gairah yang membuncah.
Atau rajutan tekad yang menghujam di hati.
Life is too short my friends, and you know what, setelah itu kita
semua akan mati. Sebab itu, mungkin yang tersisa adalah
sejumput kesia-sian jika sepanjang hidup, kita hanya melakoni
pekerjaan yang full of bullshit. Dan bukan menekuni pekerjaan
yang menjadi passion kita, tempat dimana kita bisa mereguk
secangkir kebahagiaan sejati…… Tempat dimana kita selalu tak
sabar menunggu hari esok tiba – karena setiap hari selalu
dihiasi oleh “the beauty of meaningful work and life”.
Jadi adakah hidup dan pekerjaan yang Anda lakoni sekarang
sudah benar-benar menjadi passion Anda? Adakah Anda telah
menemukan secercah embun kebahagiaan dalam segenap hidup
dan pekerjaan Anda?
Lalu, setelah passion, barangkali ada dua elemen kunci yang
juga layak di-stabilo : persistensi dan determinasi. Kalaulah
Anda sudah menemukan tujuan hidup dan pekerjaan yang
menjadi passion Anda, maka kejarlah impian Anda dengan
persisten : dengan kegigihan, dengan keuletan dan dengan

5
ketekunan. Kita tahu, banyak orang membentur kisah
kegagalan bukan karena mereka bodoh atau tak punya bakat.
Bukan itu. Mereka gagal karena menyerah di tengah jalan. Quit.
Berhenti dan tak mau meneruskan lagi upayanya dengan gigih.
Kita semua pasti pernah mengalami kegagalan. Namun bukan
berarti ini mesti membuat kita berhenti dan menyerah kalah.
Orang bijak belajar dari kesalahan dan kegagalan yang mereka
lakukan, dan kemudian berproses untuk kembali menemukan
jalur pencapaian tujuan hidup mereka. Ditengah tantangan yang
terus mengerang dan jalan kehidupan yang terjal penuh
tikungan, mereka terus menderapkan kaki : sebab mereka
percaya pada akhirnya, cahaya keberhasilan itu pelan-pelan
bisa dinyalakan. Mereka terus berjuang dengan persisten.
Dengan penuh passion. “And we’ll keep on fighting till the
end……”, begitu paman Freddy “Queen” Mercury pernah
berdendang.
Setelah passion dan persistensi, maka elemen terakhir yang
juga harus dipeluk erat adalah ini : determinasi. Atau komitmen
yang menggumpal. Atau dedikasi yang terus mengalir. Atau
selalu fokus pada satu tujuan akhir yang jelas. Orang yang
punya determinasi selalu percaya bahwa they create their own
destiny (tentu dengan restu dari Yang Diatas). Mereka selalu
percaya bahwa merekalah yang paling bertanggungjawab untuk
merajut masa depan dan nasib hidup mereka sendiri. Bukan
orang lain.

6
Orang yang memiliki determinasi karenanya, tak pernah mau
menyalahkan orang atau pihak lain manakala dihadang oleh
segumpal tantangan hidup. Mereka lebih suka selalu menelisik
akar masalah dan lalu mencoba mengukir solusi untuk
menghadapi tantangan yang menghadang. Mereka juga enggan
mengeluh ketika dihantam oleh berderet problem kehidupan
dan beban pekerjaan yang kian menggurita. Sebab mereka
percaya, mengeluh hanyalah layak untuk para pecundang. Dan
sungguh, mereka tak pernah mau disebut sebagai para
pecundang.
Itulah tiga elemen – yakni passion, persistensi dan determinasi
– yang mungkin mesti kita dekap dengan penuh kesungguhan
kala kita ingin merengkuh jejak kebahagiaan dalam sejarah
hidup kita yang amat pendek ini. Yang pertama, temukan
passion, kegairahan sejati dalam jejak hidup yang ingin Anda
tapaki. Lalu, bergeraklah, bergeraklah dengan penuh persistensi.
Dengan spirit kegigihan yang terus berpendar. Kemudian jalani
itu semua dengan nyala determinasi yang menggumpal.
Selamat berjuang, kawan !! Selamat berjuang merengkuh
kebahagian hakiki dalam hidup dan pekerjaan Anda. Salam, doa
dan peluk hangat dari saya untuk keberhasilan Anda semua….

7
Law of Attraction : You Can If You THINK You
Can (Bagian 1)
You can if you think you can. Kalimat sakti yang pernah
menjadi judul buku legendaris karangan Norman Vincent Peale
ini sepertinya hendak memberikan satu pesan yang jelas : jika
Anda senantiasa berpikir positif, selalu merajut “mentalitas bisa”
(can do attitude), dan senantiasa membayangkan masa depan
dengan gelegak optimisme, maka percayalah, hidup Anda pada
akhirnya benar-benar akan basah kuyup dalam nirvana
keberhasilan dan kebahagiaan.
Dan persis seperti itulah spirit yang dikandung oleh Law of
Attraction (LOA) – sebuah aliran keyakinan yang kini tengah
digandrungi dimana-mana. Maka simaklah petikan kalimatkalimat berikut ini.
Rahasia besar kehidupan adalah hukum tarik menarik. Hukum
tarik menarik mengatakan bahwa kemiripan menarik kemiripan.
Ketika Anda membayangkan pikiran-pikiran, maka pikiranpikiran itu dikirim ke Semesta, dan secara magnetis pikiran
akan menarik semua hal yang serupa, dan lalu dikembalikan
pada sumbernya, yakni Anda. (dikutip secara bebas dari buku
The Secret karangan Rhonda Byrne).
Dengan kata lain, jika Anda selalu membayangkan pikiran yang
negatif – kecewa, gagal, marah, selalu menyalahkan orang lain,
frustasi, ragu, merasa selalu kekurangan – maka gelombang
pikiran itu akan memantul ke semesta, menarik pikiran-pikiran

8
negatif yang serupa, dan lalu mengirim balik secara powerful
kepada sumbernya, yakni Anda. Lingkaran kelam negativisme
ini perlahan namun pasti akan membawa kita dalam lorong
gelap tak berujung.
Dalam lorong gelap itulah, benih-benih spirit optimisme,
raungan keyakinan untuk mencengkram keberhasilan, dan daya
juang untuk merajut imajinasi positif, menjadi hilang tak
berbekas. Hidup yang nyata pada akhirnya akan berujung pada
nyanyi bisu keterpurukan.
Itulah mengapa sebagian orang lalu memberi saran agar kita
menjaga jarak dari lingkungan yang hanya menerbarkan energi
kelam negativisme. Toh sialnya, setiap hari rasanya kita selalu
disergap dengan energi negatif ini. Di jalanan tiap pagi kita
disergap kemacetan yang melentik kita untuk segera
mengeluarkan kemarahan dan umpatan menyalahkan pihak lain.
Di kantor, kita acap menatap wajah-wajah sayu yang melakoni
pekerjaannya dengan semangat yang kian sempoyongan. Di
sudut lain kita juga tak jarang menemui sang complainer, yang
kerjanya tiap hari hanya mengeluh : mengeluh bos-nya tidak
adil-lah, mengeluh mengapa karirnya tak naik-naik-lah, atau
mengeluh mengapa kopi yang disajikan office boy rasanya
terlalu pahit……..
Dan aha, ketika kita pulang ke rumah, dan sejenak membaca
berita di koran serta melihat acara talk show di televisi, duh
mengapa isinya selalu sarat dengan negative news dan
gambaran pesimisme yang kelam. Pengamat yang satu

9
mengkritik ini, pengamat yang lain menyalahkan itu. Pengamat
yang lainnya lagi memberikan gambaran masa depan bangsa
yang seolah-olah akan jatuh dalam kegelapan abadi. (Fakta ini
membuat teman saya pernah memberi saran pada saya agar
BERHENTI total untuk membaca koran dan menonton televisi.
Kenapa, tanya saya. Jawabnya lugas : berita dan komentarkomentar kelam yang muncul di televisi dan koran hanya akan
membunuh imajinasi dan harapan Anda tentang masa depan
yang lebih baik !!).
Begitulah. Ketika segenap partikel udara telah dipenuhi dengan
energi negative, dan ketika berderet narasi tentang masa depan
yang muram selalu menari dihadapan kita, maka apa yang
sesungguhnya mesti kita lakukan?
Kita tentu tak boleh membiarkan diri kita larut didalamnya,
sebab itu artinya hanya akan membuat kita terpelanting dalam
kubangan nasib yang penuh ratapan dan sembilu kepedihan
yang tak berujung.
“Anda tak dapat menolong dunia dengan berfokus pada hal-hal
negatif. Ketika Anda berfokus pada peristiwa-peristiwa negatif,
maka Anda bukan saja menambahnya, namun juga
mendatangkan lebih banyak hal negatif ke dalam hidup Anda
sendiri,” demikian untuk mengutip kembali ungkapan Rhonda
Byrne.
Jadi bagaimana dong? Saya akan mencoba mengeksplorasi
butiran-butiran jawabannya dalam tulisan seri berikutnya (Anda
bisa membacanya di bagian berikut). Untuk sementara, silakan

10
kembali mereguk kopi hangat yang sudah ada di meja Anda.
Seruputlah kopi itu pelan-pelan, sambil berbisik dalam hati : life
is good….yeah, life is good.

11
Law of Attraction : Jalan Terjal Menuju
Nirvana Kebahagiaan (Bagian 2)
Dalam tulisan bagian pertama sebelumnya, kita telah
membahas mengenai prinsip Law of Attraction (Hukum Tarik
Menarik). Ide dasar dari pinsip ini adalah apa yang Anda
pikirkan akan menarik pikiran-pikiran yang serupa dan
kemudian memantulkannya kembali pada Anda. Pikiran yang
sedang Anda bayangkan saat ini sedang menciptakan kehidupan
masa depan Anda, demikian tulis Rhonda Byrne. Apa yang
paling Anda pikirkan atau fokuskan akan muncul sebagai hidup
Anda. Pikiran Anda akan menjadi sesuatu.
Demikianlah, jika yang mendominasi bayangan dan pikiran kita
adalah hal-hal yang negatif – kecewa, gagal, marah, selalu
menyalahkan orang lain, frustasi, ragu, merasa selalu
kekurangan – maka gelombang pikiran itu akan memantul ke
semesta, menarik pikiran-pikiran negatif yang serupa, dan lalu
mengirim balik kepada Anda. Lingkaran kelam negativisme ini
perlahan namun pasti akan membuat kita terpelanting dalam
kisah hidup yang penuh kepiluan.
Sebaliknya, jika pikiran kita dipenuhi dengan visualisasi yang
sarat dengan energi positif – tentang semangat hidup, tentang
keyakinan untuk merengkuh sejumput keberhasilan, tentang
kelimpah-ruahan, tentang kegairahan optimisme yang meluap,
tentang ucapan syukur yang tak pernah berhenti mengalir –
maka jejak kehidupan pasti akan membawa kita lebur dalam
nirvana kebahagiaan yang hakiki.

12
Karena itulah, para pakar motivasi senantiasa menganjurkan
kita untuk selalu merawat otak dan pikiran kita agar selalu
berada pada ranah yang positif. Visualisasi dan luapan energi
yang positif, dengan kata lain, perlu terus digodok dan
diinjeksikan kedalam segenap sel saraf otak kita. Sebab dengan
itulah, sketsa indah tentang keberhasilan dan kebahagiaan bisa
mulai dilukiskan dengan penuh kesempurnaan.
Sesungguhnya, ide tentang korelasi antara spirit hidup yang
positif dengan level keberhasilan individu pernah dielaborasi
secara ekstensif oleh para akademisi jauh sebelum buku Law of
Attraction yang menggemparkan itu terbit. Martin Seligman
adalah salah satu tokohnya. Tokoh yang acap disebut sebagai
Bapak Psikologi Positif ini, melalui bukunya yang bertajuk
Learned Optimism telah memberikan elaborasi yang solid
tentang betapa spirit optimisme dan pola pikir positif amat
berpengaruh terhadap keberhasilan hidup.
Pertanyaannya sekarang adalah : bagaimana caranya agar
perjalanan hidup kita selalu diselimuti oleh energi positif dan
spirit optimisme yang menghentak serta terus mengalir.
Salah satu cara yang populer adalah melalui teknik visualisasi
positif (saya akan mengulas teknik ini dalam tulisan berikutnya).
Cara lain yang praktis mungkin adalah ini : tenggelamkan diri
Anda dalam lingkaran pergaulan atau komunitas yang memiliki
visi hidup positif. Mungkin kita bisa memulainya dari lingkungan
terdekat, keluarga. Siramilah segenap interaksi dalam keluarga
kita dengan energi positif, rajutlah komunikasi yang produktif

13
dengan pasangan hidup kita (dan bukan membanjirinya dengan
aneka keluhan seperti : Aduh Mama, kenapa lauknya asin
banget? Atau : Mama gimana sih, kok celana dalam saya ndak
ada yang kering?). Lalu, limpahilah jua anak-anak kita dengan
pujian dan apreasiasi (dan bukan dengan rentetan kalimat
negatif seperti : kenapa rapormu jelek, kenapa nilai matematika
si Andi lebih baik dari kamu, dst).
Lalu, bangun pula persahabatan dengan insan-insan yang selalu
mampu menebarkan nyala kegigihan dalam setiap jejak
langkahnya. Tebarkan interaksi dengan mereka yang selalu bisa
memekarkan keyakinan untuk merengkuh keberhasilan; dan
bukan dengan pribadi yang hanya bisa meletupkan energi
negatif. Dan bentangkan sayap pergaulan kita dengan mereka
yang selalu melihat masalah sebagai sebuah tantangan yang
pasti bisa dituntaskan – dan tidak dengan orang-orang yang
hanya menabur komplain, saling-menyalahkan dan
mengeluarkan sembilu keluhan tanpa ujung.
Pada sisi lain, mungkin ada baiknya juga jika kita melimpahi
hidup dengan bacaan dan pengetahuan yang inspiratif,
menyegarkan serta mampu membawa pencerahan. Bacaan itu
bisa kita gali dari buku-buku, majalah atau blog-blog bermutu.
Pengetahun yang inspiratif ini barangkali dapat menopang dan
membantu kita dalam merajut etos hidup yang dilimpahi oleh
energi positif.
Pada akhirnya mesti dikatakan bahwa jalan menuju nirvana
kebahagiaan sungguh merupakan jalan yang terjal nan berliku.

14
Namun selalu hadapilah jalan yang panjang itu dengan sikap
hidup positif, dengan spirit optimisme, dengan keyakinan yang
menggumpal, dan dengan limpahan rasa syukur yang mengalir
tanpa henti.
Juga dengan lantunan doa yang khusyu’ tanpa henti pada Sang
Ilahi. Percayalah, seribu malaikat pasti akan selalu mendengar
doa yang Anda bisikkan siang dan malam itu……..

15
Positive Mindset dalam Empat Level
Gelombang Otak
Dalam tulisan mengenai Law of Attaction (Hukum Tarik Menarik)
— yang telah Anda baca dalam bagian sebelumnya — kita telah
membahas mengenai betapa sesungguhnya pola pikir dan
rajutan imajinasi kita memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap sejarah masa depan hidup kita.
Itulah mengapa kaum bijak bestari memberi petuah agar kita
bisa selalu melentikkan api optimisme dalam diri kita dan juga
mampu merawat pola pikir positif. Positif melihat masa depan
kita, positif melihat segenap tantangan yang menghadang, dan
positif dalam berpikir serta berimajinasi.
Soalnya kemudian adalah : menginjeksikan daya positif ke
dalam sel-sel otak kita ternyata tak semudah membikin indomie
rebus. Acap ketika dihadapkan pada tantangan yang
membuncah atau kerumitan masalah yang menghadang, pikiran
kita langsung goyah dan berpikir : ah, saya memang tidak
mampu melakukannya…..saya mungkin tidak bisa meraih
impian yang saya cita-citakan…..yah, memang ini suratan nasib
saya…….(Duh!).
Jadi bagaimana dong? Apa yang mesti dilakoni agar mentalitas
positif dan spirit keyakinan itu tak langsung layu ketika badai
tantangan datang menghadang? Apa yang mesti diziarahi agar
virus positiv itu terus menancap dalam serat otak kita bahkan

16
ketika lautan masalah terus menggelora, menghantam biduk
perjalanan kita?
Beruntung, para ahli saraf (neurolog) telah menemukan
jawabannya. Dan jawabannya terletak pada empat level
empat
gelombang otak kita. Melalui serangkaian eksperimen dan alat
ukur yang bernama EEG (Electro EncephaloGram), mereka
,
menemukan ternyata terdapat empat level getaran dala otak
dalam
kita. Mari kita simak bersama empat gelombang kesadaran itu.
Beta (14 – 100 Hz). Dalam frekuensi ini kita tengah berada
pada kondisi aktif terjaga, sadar penuh dan didominasi oleh
logika. Inilah kondisi normal yang kita alami sehari-hari ketika
seharisedang terjaga (tidak tidur). Kita berada pada frekuensi ini
ng
ketika kita bekerja, berkonsentrasi, berbicara, berpikir tentang
masalah yang kita hadapi, dll. Dalam frekuensi ini kerja otak
cenderung memantik munculnya rasa cemas, khawatir, stress,
dan marah. Gambar gelombang otak kita dalam kondisi beta
Gambar
adalah seperti dibawah ini.

Alpha (8 – 13.9 Hz). Ketika otak kita berada dalam getaran
frekuensi ini, kita akan berada pada posisi khusyu’, relaks,
meditatif, nyaman dan ikhlas. Dalam frekuensi ini kerja otak
mampu menyebabkan kita merasa nyaman, tenang, dan
bahagia. Berikut gambar gelombang alpha.

17
Theta (4 – 7.9 Hz). Dalam frekuensi yang rendah ini, seseorang
akan berada pada kondisi sangat khusyu’, keheningan yang
mendalam, deep meditation, dan “mampu mendengar” nurani
deep-meditation,
bawah sadar. Inilah kondisi yang mungkin diraih oleh para
ulama dan biksu ketika mereka melantunkan doa ditengah
mereka
keheningan malam pada Sang Ilahi. Berikut gambar gelombang
otak kita ketika berada dalam kondisi theta.

Delta (0,1 – 3,9 Hz). Frekuensi terendah ini terdeteksi ketika
Hz).
orang tengah tertidur pulas tanpa mimpi. Dalam frekuensi ini
otak memproduksi human growth hormone yang baik bagi
kesehatan kita. Bila seseorang tidur dalam keadaan delta yang
stabil, kualitas tidurnya sangat tinggi. Meski tertidur hanya
sebentar, ia akan bangun dengan tubuh tetap merasa segar.
Nah, penyelidikan menunjukkan bahwa proses penumbuhan
penyelidikan
keyakinan positif dalam pikiran kita akan berlangsung dengan
optimal jika otak kita tengah berada pada kondisi Alpha (atau
juga kondisi Theta). Dalam frekuensi inilah, kita bisa
menginjeksikan energi positif dalam setiap jejak sel saraf kita
setiap
secara mulus. Apabila kita merajut keyakinan positif dan

18
visualisasi keberhasilan dalam kondisi alpha, maka rajutan itu
benar-benar akan menembus alam bawah sadar kita. Pada
gilirannya, hal ini akan memberikan pengaruh yang amat
dahsyat pada pola perilaku kita ketika berproses menuju puncak
keberhasilan yang diimpikan.
Pertanyaannya sekarang adalah : bagaimana caranya agar kita
bisa berada kondisi alpha?
Bagi Anda yang muslim, ada satu langkah yang mujarab :
sholat tahajud di tengah keheningan malam (Jika Anda
beragama Kristen, mungkin medianya adalah dengan
melakukan “retreat”).
Begitulah, para kaum bijak bestari berkisah, dalam momenmomen kontemplatif ketika bersujud dihadapan Sang Ilahi,
selalu ada perasaan keheningan yang menggetarkan, perasaan
khusyu’ yang sungguh menghanyutkan. Saya berpikir perasaan
ini muncul karena saat itu kondisi otak kita sedang berada pada
gelombang alpha. Dan percayalah, dalam momen itu, kita
dengan mudah bisa memasukkan energi positif dan spirit
keyakinan dalam segenap pikiran kita. Dalam momen inilah,
dalam hamparan kepasrahan total pada Sang Pencipta dan rasa
syukur yang terus mengalir, kita bisa merajut butir-butir
keyakinan positif itu dalam segenap raga kita. Dalam segenap
jiwa dan batin kita.
Maka mulai malam ini………………ditengah kesunyian malam,
bentangkanlah sajadah disudut rumah kita, basuhkan air wudhu,
dan tegakkan sholat tahajud dengan penuh keikhlasan. Lalu,

19
ditengah keheningan yang menentramkan, lantunkanlah
harapan positif dan doa-doa itu dengan penuh
keyakinan……Mudah-mudahan kita semua bisa melangkah
menuju pintu keberhasilan dan kebahagiaan. Disini dan “Disana”.

20
Anda Ingin Berubah Menjadi Pribadi yang
Lebih Sukses? Read This Story.

Apakah Anda ingin melakukan proses perubahan menuju
kehidupan yang lebih baik? Melakukan perubahan perilaku
(behavior change) agar Anda tumbuh menjadi pribadi yang
sukses nan sejahtera? Atau mungkin Anda pengin melakukan
proses perubahan agar kinerja perusahaan dan organisasi Anda
menjadi lebih kinclong. Melakukan proses “organizational
change” yang berhasil?

Tema tentang perubahan – baik dalam ranah personal ataupun
organisasional – telah lama menjadi topik hangat dalam jagat
manajemen. Cuma sialnya, banyak inisiatif perubahan (change
management) yang gagal dan nyungsep di tengah jalan, dan
kemudian kandas. Mengapa bisa seperti ini?

Dan apa yang mestinya didekap erat manakala kita hendak
melakukan proses perubahan yang berhasil – baik pada level
personal ataupun organizational?

Sejumlah pakar perilaku (behavioral expert) menyebut proses
perubahan acap menjadi tidak efektif lantaran diawali dengan
pendekatan weakness-based orientation. Sering juga disebut
sebagai problem-based orientation. Maksudnya begini : inisiatif
perubahan diawali dengan premis bahwa ada yang “salah”
dalam diri kita atau organisasi kita. Bahwa diri kita atau

21
organisasi kita memiliki banyak kekurangan (weakness) dan
problem.

Untuk itulah kemudian kita melakukan serangkaian action untuk
“mengobati” kelemahan itu, atau juga untuk mengobati problem
yang begitu banyak muncul di organisasi/perusahaan kita.

Pendekatan problem-based atau weakness-based ini begitu
merasuk dalam wacana manajemen selama ini. Begitulah kita
lalu mengenai ilmu problem solving skills, atau competency gap
analysis, atau juga beragam metode untuk menganalisa akar
masalah (root cause problem analysis). Semua metode ini
berangkat dari premis yang tadi itu : bahwa ada “kekurangan”,
“penyakit” atau “problem” dalam diri kita atau organisasi kita,
dan kita harus mengobatinya.

Dan aha, sejumlah studi menunjukkan bahwa pendekatan
semacam itu acapkali tidak efektif dalam membawa keunggulan
kinerja. Sebabnya sederhana : pendekatan tersebut dengan
mudah mendorong kita untuk terjebak dalam negative mindset
and culture. Kita menghabiskan energi yang begitu banyak dan
melelahkan untuk hanya berkutat pada kekurangan, pada
kelemahan, pada problem (masalah) yang seolah-olah tak
pernah kunjung selesai.

Pendekatan yang beorientasi pada problem dan weakness-based
itu dengan mudah juga akan membawa kultur pesimisme dan
men-discourage semangat kita atau anggota tim. Kita atau
anggota tim pesimis sebab seolah-olah kita memiliki begitu

22
banyak kelemahan, dan organisasi kita penuh dengan
problem/masalah. Dalam situasi ini, kita dengan mudah
kehilangan inspirasi dan motivasi.

Itulah kenapa kini muncul pendekatan yang secara radikal
berbeda dengan pendekatan diatas. Pendekatan baru ini acap
disebut sebagai strenghts-based orientation. Prinsip dasar dari
pendekatan ini adalah : kita akan berhasil menuju ke arah yang
lebih baik, jika inisiatif perubahan itu bertumpu pada kekuatan
yang telah kita miliki saat ini. Kuncinya adalah ini : focus on
your positive strenghts.

Jadi alih-alih menghabiskan energi untuk berfokus pada
kekurangan (ingat : competency gap analysis) atau pada
problem organisasi, kita justru harus mencari elemen kekuatan
yang telah ada pada diri kita, atau elemen positif yang telah
hadir inside our organization. Alih-alih menggunakan bahasa
“root cause of problem”, kita harus menggunakan frasa “root
cause of success” untuk melacak kisah keberhasilan yang pasti
sudah pernah ada dalam organisasi kita.

Konkritnya : alih-alih meratapi kelemahan diri Anda terus
menerus, mengapa tidak mengingat apa kira-kira kekuatan
(strenghts) yang ada dalam diri Anda, atau pengalaman positif
yang pernah Anda miliki (pasti dong Anda punya kelebihan atau
pengalaman positif). Nah, studi menunjukkan bahwa kinerja
individual akan jauh melesat jika kemudian “poin-poin positive”
yang sudah ada itu terus diakumulasi, diduplikasi dan terus
dimekarkan menuju titik yang optimal.

23
Dalam konteks organisasi, hal itu juga berlaku. Alih-alih sibuk
mendiagnosa problem yang ada dalam organissasi/perusahaan,
dan kemudian lelah mengobatinya, maka energi kita justru
harus diarahkan untuk menggali “momen-momen positif” atau
“fitur kekuatan” yang telah ada dalam organisasi. Lalu ciptakan
serangkaian tindakan untuk menduplikasi “momen positif”
tersebut, dan terus tumbuhkan fitur kekuatan yang telah ada
menuju ke level yang makin maksimal.

Secara ekstrem pendekatan ini mau mengatakan hal seperti
ini : forget your weakness/problems, and just focus on your
strenghts/positive expectations. Find your positive areas and
discover your bright spots. Dan ajaibnya, beragam studi
menunjukkan premis semacam itu ternyata telah berhasil
mengubah banyak individu dan organisasi melesat menjadi lebih
sukses.

Jadi mulai hari ini, jika Anda ingin menjadi pribadi yang lebih
sukses, selalu ingatlah kalimat ini : always, and always focus on
your bright spots.

24
Finding Your Strenghts and Bright Spots
Dalam tulisan sebelumnya (lihat tulisan diatas) kita telah
membahas tentang strengths-based approach, atau pendekatan
yang bertumpu pada keunggulan/kekuatan positif yang telah
dimiliki untuk melesat lebih tinggi. Sebuah paradigma pemikiran
yang mau mengatakan bahwa kita hanya akan bisa terus maju
kalau kita lebih berfokus pada strengths kita, dan bukan
kelemahan.

Cuman tantangannya, mengajak mindset kita berfokus pada
kelebihan yang sudah ada, pada keberhasilan yang sudah
diraih; dan bukan melulu pada kelemahan yang negatif bukan
soal yang mudah.

Dan jujur tantangan itu memang tidak mudah ditaklukkan,
namun bukan berarti mustahil dikendalikan. Dalam tulisan kali
ini kita akan menjelajah bagaimana cara mengubah mindset
kita menuju strengths-based approach, dan bagaimana cara
mengenali strengths (kekuatan) yang ada pada diri kita.

Berpikir tentang kelemahan dan kekurangan memang lebih
mudah dilakukan. Kita mungkin lebih gampang menyebut
kesalahan atau kekurangan orang lain (ah, mungkin kita terlalu
sering melakukannya). Sebaliknya, barangkali kita agak bingung
jika diminta menyebut apa kelebihan rekan kita (coba
renungkan apa saja kelebihan atasan Anda sekarang? Atau
kekuatan yang pada rekan kerja Anda).

25
Studi memang menunjukkan kita cenderung lebih mudah
menunjuk kelemahan orang lain, dibanding menyebut
kekuatannya. Contoh : kebanyakan mata orang tua akan
langsung tertuju pada angka merah di raport anaknya;
meskipun angka merah itu hanya satu pelajaran; dan sembilan
mata pelajaran lainnya mendapat angka delapan. Dan ah,
waktu untuk mengapresiasi sembilan pelajaran itu mungkin
hanya 3 menit, sementara waktu untuk “menceramahi” angka
yang merah untuk satu pelajaran itu bisa sampe berjam-jam.
Sebuah ironi yang agak pahit.

Sayangnya, mentalitas persis seperti diatas banyak juga terjadi
di lingkungan kantor. Atasan bisa bermenit-menit dan berkalikali menujuk kekurangan dan kesalahan bawahannya, namun
tak sekejap pun pernah berbincang apa kekuatan dan
kehebatan yang sudah dimiliki bawahannya.

Mentalitas yang merujuk pada kelemahan serta kesalahan, dan
kultur yang berorientasi pada kekurangan (deficit-based
approach) akan membuat setiap anggota perusahaan/organisasi
kemudian merasa letih, lantaran berpikir organisasinya penuh
dengan masalah dan kekurangan.

Dalam konteks organisasi, solusinya adalah seperti ini : ajaklah
manajemen atau rekan/atasan Anda untuk mulai sekarang
berfokus pada kekuatan yang telah ada pada tim kerja, atau
pada prestasi bagus yang pernah dikerjakan. Identifikasi proses
kerja atau program yang pernah dijalankan dengan sangat

26
berhasil. Gali apa saja key success factors-nya : mengapa
program dan proses kerja itu berhasil dan bagus hasilnya.

(Nah, sekarang berhenti dulu membaca : lalu renungkan apa
program atau proses yang pernah dengan sukses dijalankan
oleh tim Anda. Pasti ada dong…..).

Dalam meeting-meeting, rayakan dan sebarkan key sucess
factors itu; dan lalu duplikasikan untuk proses dan program
kerja lainnya. Ini akan JAUH lebih bagus dibanding melakukan
meeting yang penuh dengan “problem-problem dan problem”
atau “yang-salah-adalah-bagian/departemen-lain”.

Dalam konteks personal, solusinya adalah seperti ini :
renungkan kekuatan/kelebihan apa yang kira-kira Anda miliki.
Akan lebih baik jika kelebihan ini sudah bisa dibuktikan (proven)
dalam prestasi kerja yang pernah Anda lakukan. Kalau Anda
ragu, bisa juga minta teman atau rekan kerja Anda yang sering
berinteraksi dengan Anda untuk menyebut dua atau tiga kalimat
positif tentang Anda.

Misalnya : saya sendiri misalnya merasa my strengths ada pada
writing skills, public speaking skills dan analytical thinking skills
(tiga jenis kekuatan yang pas dengan pekerjaan saya sebagai
konsultan manajemen).

Jika Anda sudah paham dan yakin dengan your strenghts, maka
luangkan waktu dan energi Anda sebanyak-banyaknya untuk
memekarkan kekuatan Anda itu. Karena tahu my strengths ada

27
pada tiga jenis skills diatas, maka saya habis-habisan
meluangkan waktu untuk terus mempertajam kekuatan ini
(misal dengan terus menulis; dengan terus menonton dan
membaca beragam teknik public speaking; dan selalu membaca
buku sebanyak-banyaknya untuk terus mengasah analytical
thinking skills saya).

Sekali lagi studi menunjukkan, bahwa tindakan yang
berorientasi pada kekuatan (strengths-based) semacam itu
akan jauh lebih membawa pada high performance; dibanding
jika kita membuang energi terlalu banyak untuk memperbaiki
kelemahan.

Selamat bekerja teman. Find your strengths and then exploit
those talents to the highest level !!

28
3 Pilar dalam Merajut Etos Profesionalisme
Dalam bentangan perjalanan hidup yang terus bergulir, ada
baiknya kita mencoba untuk sejenak membincangkan cerita
tentang etos profesionalisme. Sebab kita tahu, terbitnya etos
kerja yang profesional adalah sebuah rute kunci menuju jalan
keberhasilan.

Tanpa dilumuri oleh etos kerja yang penuh profesionalisme, kita
mungkin akan mudah tergelincir menjadi barisan para pecudang.
Tanpa kesadaran batiniah untuk menjejakkan etos
profesionalisme dalam segenap raga, kita mungkin akan segera
menjadi insan-insan yang gagap dengan dinamika perubahan.
Miskin prestasi, dan absen dari perjalanan panjang menuju
manusia produktif, mulia nan bermartabat.

Kalaulah demikian adanya, lalu apa yang mesti diteguk untuk
menjadi insan yang kuyup dengan guyuran etos
profesionalisme? Disini kita mencoba mengeksplorasi tiga pilar
kunci yang rasanya layak dicermati manakala ada asa untuk
menjadi insan yang profesional.

Pilar yang pertama adalah achievement orientation. Dulu,
seorang sosiolog terkemuka bernama David McLelland pernah
menulis : salah satu faktor yang membuat sebuah
komunitas/masyarakat lebih unggul dibanding yang lainnya
adalah lantaran mereka dipenuhi dengan individu yang punya

29
high need for achievement (atau sering disebut sebagai NAch =
need for achievement).

Disini, need for achievement merujuk pada gairah untuk
melakoni kerja yang sebaik-baiknya demi terengkuhnya hasil
karya yang juga layak dibanggakan. Disana yang muncul adalah
sebuah etos, sebuah dedikasi, dan sebuah tanggungjawab untuk
meretas prestasi terbaik.

Ketika tugas dan tantangan membentang didepan kita, yang
kemudian muncul adalah sebuah niat tulus untuk
mentransformasi rangkaian tantangan dan tugas itu menjadi
sebuah prestasi kerja yang adiluhung.

Orang-orang yang memiliki High NAch selalu percaya bahwa
berderet tugas – apapun tugas dan pekerjaan itu – selalu
merupakan sebuah rute untuk mempersembahkan karya terbaik.
Dan sungguh, inilah elemen kunci yang mesti dipahat oleh
siapapun yang berkehendak menjadi insan yang profesional.

Pilar profesionalisme yang kedua adalah ini : sebuah ikhtiar
untuk terus belajar mengembangkan kompetensi diri. Sebuah
tekad yang dibalut oleh semangat untuk mempraktekkan prinsip
lifetime learning (belajar sepanjang hidup). Bagi mereka selalu
akan ada celah dan ruang untuk terus memekarkan potensi dan
kapasitas diri. Selalu akan ada jalan untuk merekahkan
pengetahuan, membasuh ilmu dan merajut ketrampilan.

30
Bagi insan profesional semacam itu, proses belajar
mengembangkan kompetensi selalu bisa direngkuh dari segala
jurusan. Sebab moto mereka adalah ini : everyone is a teacher
and every place is a school. Sebuah kalimat yang indah bukan?
Ya, sumber ilmu selalu bisa dijemput dari siapapun – entah dari
seorang guru, dari atasan, bawahan, rekan kerja atau dari para
pelanggan. Dan sumber ilmu juga dicegat dari lokasi mana
saja : dari sekolah, dari perpustakaan, dari pasar yang penuh
keramaian, atau dari lingkungan kantor yang selalu penuh
dinamika.

Pilar profesionalisme yang ketiga adalah yang paling penting.
Pilar itu adalah ruh spiritualitas yang kokoh. Sebab bagi kita,
profesionalisme yang paling hakiki hanya akan punya makna
jika ia dibalut oleh semangat spiritualisme yang kokoh. Inilah
sebuah semangat yang selalu percaya bahwa segenap laku jejak
kehidupan profesional kita selalu ditautkan pada pengabdian
kepada Yang Maha Mencipta. “Dan sesungguhnya, sholatku,
ibadahku, dan hidup matiku hanyalah untuk Tuhan Sang
Pencipta Alam”.

Sebab itulah, insan yang profesional tidak hanya cerdas dalam
praktek manajemen modern, namun juga mereka yang hatinya
selalu rindu akan mesjid (atau rindu pada gereja bagi para umat
Kristiani, atau rindu pada pura bagi para pemeluk Hindu). Insan
profesional sejati tidak hanya fasih bicara mengenai strategi dan
leadership, namun mereka juga senantiasa fasih berdzikir
memuja kebesaran Sang Pencipta.

31
Dan insan profesional sejati tidak hanya tangkas mengelola
tugas dan mengambil keputusan, namun mereka juga selalu
mau bangun ditengah malam : berkontemplasi, membangun
sebuah meeting yang sangat intens dengan Sang Pemelihara
Jagat Raya.

Itulah tiga pilar yang menopang bangunan etos kerja
profesional : sebuah semangat untuk merengkuh prestasi
terbaik, sebuah semangat untuk terus belajar, dan sebuah
semangat untuk selalu mengabdi pada Sang Pemberi Hidup.
Praktekkan tiga pilar kunci ini, dan Anda pasti akan berjalan

menuju Kemenangan Sejati.

32
Merebut Kesuksesan Melalui Visualisasi
Positif
Ketika anda membayangkan sesuatu melalui pikiran, kira-kira
apa yang terpancar dalam benak anda : apakah anda
membayangkan sebuah pencapaian, apresiasi dan kemenangan
atau sebaliknya, kegagalan dan keterpurukan?
Sejumlah riset menunjukkan bahwa ternyata visualisasi
memberikan pengaruh kuat terhadap kinerja kita. Ketika
imajinasi kita selalu dihantam oleh bayangan keterpurukan dan
pesimisme, maka jaringan otak kita perlahan-lahan akan
mendorong kita untuk benar-benar mengalami keterpurukan.
Sebaliknya, ketika kita selalu membangun bayangan positif
tentang diri kita, maka kita sesungguhnya tengah memulai dan
memperkuat “cara kerja yang sempurna” di dalam otak kita.
Pada gilirannya, jaringan sel dalam otak ini akan mampu
mendorong kita untuk juga meraih kesempurnaan dalam kinerja
nyata. “The more we practice perfection through mental
rehearsals, the stronger the neural pathways will become and
the better we will perform when the time comes”, demikian ujar
Kris Cole dalam risalahnya yang berjudul Positive Visualization.
Olahragawan dan atlet telah mengkhayal bertahun-tahun untuk
menjadi sempurna. Dan pada kenyataanya, satu dari pemain
golf dunia, Jack Nicklaus, menempatkan 50 persen
kesuksesannya karena ia rajin membangun visualisasi positif.

33
Lalu bagaimana melakukan visualisasi positif yang baik? Berikut
langkah-langkah praktis yang dapat dilakukan:
Pertama adalah, menentukan tujuan yang jelas dan menantang,
tujuan yang ingin anda capai. Juga sebaiknya tujuan yang ingin
kita raih itu bersifat spesifik. Misal : Anda membayangkan ingin
memiliki jaringan toko buku khusus untuk anak-anak.
Kemudian mulailah melakukan visualisasi :
- Relaks. Carilah momen-momen dimana Anda tengah santai.
Ini akan membuat otak anda lebih terbuka untuk memulai dan
memperkuat “cara kerja yang benar”
- Fokuskan perhatian Anda pada langkah nyata yang mesti
dilakukan untuk memulai usaha jaringan toko buku anak-anak
itu. Apa saja yang mesti diperlukan, tahapan apa yang mesti
dilakukan, bagaimana Anda akan mengelola toko itu, bagaimana
Anda melakukan promosi, mengelola karyawan toko, dan
membesarkan toko menjadi toko buku pilihan anak-anak.
- Bayangkan tujuan anda sedetail mungkin. Bayangkan
segalanya: lokasi persis dimana toko buku itu berada, desain
interior toko, kombinasi warna meja dan kursi, tata letak buku,
kemudian bayangkan pula keramaian dan keriangan anak-anak
yang memenuhi setiap sudut toko Anda.
- Lalu, libatkan emosi anda. Bagaimana rasanya mampu meraih
tujuan itu dengan sempurna? Bagaimana rasanya bisa benarbenar memiliki jaringan kios buku anak-anak yang tiap hari
ramai dikunjungi pembeli. Menyertakan perasaan dan emosi

34
akan memperkuat sistem “cara kerja yang benar” dalam otak
anda.
Selanjutnya lakukan hal yang sama berulang-ulang. Untuk
mendapat hasil yang optimal, lakukan visualisasi positif setiap
kali anda mempunyai waktu luang, sekurangnya sehari sekali,
misal ketika Anda akan tidur dan tengah rileks.
Namun segera harus disebutkan bahwa “beautiful dream” atau
impian indah itu mesti harus juga diikuti dengan langkah
penyusunan strategi dan aksi nyata. Pelan-pelan mesti
ditekadkan untuk mulai mengeksekusi strategi yang Anda susun
melalui serangkaian aksi nyata yang konkrit dan sistematis. Nah,
dalam proses implementasi itu, kita harus tetap terus menerus
secara rutin melakukan visualisasi positif.
Oke, selamat melakukan visualisasi positif. Goodluck !!

35
Melacak Jejak Para Peak Performers
Penelitian mendalam mengenai para pekerja unggul (peak
performers) menunjukkan bahwa mereka ternyata memiliki
mindset tertentu yang membuat mereka berhasil merengkuh
keunggulan kinerja. Lalu, apa jenis mindset yang disandang
oleh para peak performers tersebut? Berikut lima pola pikir yang
ternyata telah menjadi batu pijakan bagi para perajut
kesempurnaan prestasi.
Peak performers have positive thinking
Orang-orang yang berkinerja unggul ternyata selalu
memandang dirinya dengan kacamata yang amat positif.
Mereka memiliki self-esteem yang tinggi, dan selalu
mengharapkan yang terbaik dari dalam dirinya. Itulah sebabnya
para pekerja tangguh adalah pribadi yang selalu memiliki
pandangan-pandangan positif dan juga sikap-sikap positif.
Mereka adalah orang-orang penuh optimisme yang melihat
kekeliruan sebagai sebuah peluang dan masalah sebagai
pelajaran berharga. Mereka mempunyai keyakinan bahwa
mereka pasti akan berhasil; dan secara proaktif membuat
beragam sasaran yang menantang.
Peak performers have high standards
Para peak performers ternyata lebih cenderung suka bergaul
dengan sesama peak performers. Mengapa? Jawabannya karena
mereka juga mempunyai ekspektasi yang tinggi terhadap
orang-orang disekitar mereka — orang-orang yg bekerja
dengannya.

36
Ketika kita mempunyai standard yang tinggi, kita akan
menetapkan sasaran yang tinggi dan bekerja keras untuk
mencapainya. Kita mengharapkan yang terbaik dari diri kita,
dan juga dari rekan kerja kita. Oleh karena mereka mempunyai
standard yang tinggi, para pekerja tangguh terus menerus
mengejar yang terbaik — terhadap apa yang mereka kerjakan,
terhadap system yang bekerja dengannya — terhadap semua
yang ada di sekitar mereka. Mereka secara terus menerus
bertanya pada diri mereka sendiri tentang satu pertanyaan
kunci: Bagaimana caranya agar saya lebih baik?
Peak performers take responsibility
Para pekerja tangguh menetapkan tujuan dan bekerja keras
untuk mencapainya. Seorang pekerja tangguh tidak akan
pernah mau bergantung pada nasib dan keberuntungan untuk
mencapai sebuah tujuan. Mereka tahu bahwa mereka harus
bertindak, dan paham jenis tindakan apa yang perlu dilakukan
untuk mencapai sasaran yang telah dibentangkan. Daripada
duduk tenang menunggu bintang jatuh dari langit, berharap
kejaiban akan datang, seorang pekerja tangguh selalu bekerja
keras untuk meracik dan menentukan masa depannya sendiri.
Peak performers stay focused on their goals
Para peak performers selalu fokus pada sasaran yang telah
ditetapkan, Keteguhan hati, persistensi dan ketekunan lalu terus
menerus dapat digelarkan demi terengkuhnya sebuah sasaran
final. Mereka tidak pernah memberikan ruang bagi munculnya
keraguan yang membuat mereka mesti mandek ditengah jalan.
Mereka tidak pernah mau menyerah. Mereka terus fokus, terus

37
melecutkan segenap energi dan potensi, dan terus berjibaku
hingga titik final dapat dijejak dengan penuh keberhasilan.

38

More Related Content

What's hot

Sikap Mental Positif
Sikap Mental PositifSikap Mental Positif
Sikap Mental PositifFikri Rasyid
 
Silabus Training "Dynamic TEAMWORK BUILDING"
Silabus Training "Dynamic TEAMWORK BUILDING"Silabus Training "Dynamic TEAMWORK BUILDING"
Silabus Training "Dynamic TEAMWORK BUILDING"Kanaidi ken
 
basic mentality.ppt
basic mentality.pptbasic mentality.ppt
basic mentality.pptP3Selaras
 
7 habbits (7 Kebiasaan Manusia yang Sangat Efektif)
7 habbits (7 Kebiasaan Manusia yang Sangat Efektif)7 habbits (7 Kebiasaan Manusia yang Sangat Efektif)
7 habbits (7 Kebiasaan Manusia yang Sangat Efektif)Toyib Abdulloh
 
Meningkatkan kualitas diri sebagai profesional
Meningkatkan kualitas diri sebagai profesionalMeningkatkan kualitas diri sebagai profesional
Meningkatkan kualitas diri sebagai profesionalRona Binham
 
Cinta pekerjaan (Profesionalisme)
Cinta pekerjaan (Profesionalisme)Cinta pekerjaan (Profesionalisme)
Cinta pekerjaan (Profesionalisme)Jesika Amanda
 
10 ciri berpikir positif
10 ciri berpikir positif10 ciri berpikir positif
10 ciri berpikir positifSoehar Tono
 
Dream & Goal Setting
Dream & Goal SettingDream & Goal Setting
Dream & Goal SettingMade Sumiarta
 
Bekerja dalam Kondisi Bahagia dan Bahagia saat Bekerja
Bekerja dalam Kondisi Bahagia dan Bahagia saat BekerjaBekerja dalam Kondisi Bahagia dan Bahagia saat Bekerja
Bekerja dalam Kondisi Bahagia dan Bahagia saat BekerjaRusman R. Manik
 
Basic Mentality Improvement (BMI)
Basic Mentality Improvement (BMI)Basic Mentality Improvement (BMI)
Basic Mentality Improvement (BMI)Aa Renovit
 
Building Your Character _"Pelatihan CHARACTER BUILDING"
Building Your Character _"Pelatihan CHARACTER BUILDING"Building Your Character _"Pelatihan CHARACTER BUILDING"
Building Your Character _"Pelatihan CHARACTER BUILDING"Kanaidi ken
 
Menemukan ikigai dalam pekerjaan sehari hari
Menemukan ikigai dalam pekerjaan sehari hariMenemukan ikigai dalam pekerjaan sehari hari
Menemukan ikigai dalam pekerjaan sehari hariInstansi
 
5 tips mendapatkan beasiswa
5 tips mendapatkan beasiswa5 tips mendapatkan beasiswa
5 tips mendapatkan beasiswaAdinny Paramita
 
10 ciri berpikir positif
10 ciri berpikir positif10 ciri berpikir positif
10 ciri berpikir positifarthoni
 

What's hot (20)

Sikap Mental Positif
Sikap Mental PositifSikap Mental Positif
Sikap Mental Positif
 
Silabus Training "Dynamic TEAMWORK BUILDING"
Silabus Training "Dynamic TEAMWORK BUILDING"Silabus Training "Dynamic TEAMWORK BUILDING"
Silabus Training "Dynamic TEAMWORK BUILDING"
 
Mengenal psikotes
Mengenal psikotesMengenal psikotes
Mengenal psikotes
 
basic mentality.ppt
basic mentality.pptbasic mentality.ppt
basic mentality.ppt
 
7 habbits (7 Kebiasaan Manusia yang Sangat Efektif)
7 habbits (7 Kebiasaan Manusia yang Sangat Efektif)7 habbits (7 Kebiasaan Manusia yang Sangat Efektif)
7 habbits (7 Kebiasaan Manusia yang Sangat Efektif)
 
Meningkatkan kualitas diri sebagai profesional
Meningkatkan kualitas diri sebagai profesionalMeningkatkan kualitas diri sebagai profesional
Meningkatkan kualitas diri sebagai profesional
 
Cinta pekerjaan (Profesionalisme)
Cinta pekerjaan (Profesionalisme)Cinta pekerjaan (Profesionalisme)
Cinta pekerjaan (Profesionalisme)
 
10 ciri berpikir positif
10 ciri berpikir positif10 ciri berpikir positif
10 ciri berpikir positif
 
Character building
Character buildingCharacter building
Character building
 
Dream & Goal Setting
Dream & Goal SettingDream & Goal Setting
Dream & Goal Setting
 
Bekerja dalam Kondisi Bahagia dan Bahagia saat Bekerja
Bekerja dalam Kondisi Bahagia dan Bahagia saat BekerjaBekerja dalam Kondisi Bahagia dan Bahagia saat Bekerja
Bekerja dalam Kondisi Bahagia dan Bahagia saat Bekerja
 
Basic Mentality Improvement (BMI)
Basic Mentality Improvement (BMI)Basic Mentality Improvement (BMI)
Basic Mentality Improvement (BMI)
 
Building Your Character _"Pelatihan CHARACTER BUILDING"
Building Your Character _"Pelatihan CHARACTER BUILDING"Building Your Character _"Pelatihan CHARACTER BUILDING"
Building Your Character _"Pelatihan CHARACTER BUILDING"
 
Hard Skills vs Soft Skills
Hard Skills vs Soft SkillsHard Skills vs Soft Skills
Hard Skills vs Soft Skills
 
Menemukan ikigai dalam pekerjaan sehari hari
Menemukan ikigai dalam pekerjaan sehari hariMenemukan ikigai dalam pekerjaan sehari hari
Menemukan ikigai dalam pekerjaan sehari hari
 
Kuda dan Orang Sales
Kuda dan Orang SalesKuda dan Orang Sales
Kuda dan Orang Sales
 
5 tips mendapatkan beasiswa
5 tips mendapatkan beasiswa5 tips mendapatkan beasiswa
5 tips mendapatkan beasiswa
 
Mental profesional untuk menembus dunia kerja
Mental profesional untuk menembus dunia kerjaMental profesional untuk menembus dunia kerja
Mental profesional untuk menembus dunia kerja
 
Kekuatan pikiran
Kekuatan pikiranKekuatan pikiran
Kekuatan pikiran
 
10 ciri berpikir positif
10 ciri berpikir positif10 ciri berpikir positif
10 ciri berpikir positif
 

Viewers also liked

kajian sosial - kumpulan dan organisasi
kajian sosial - kumpulan dan organisasikajian sosial - kumpulan dan organisasi
kajian sosial - kumpulan dan organisasiPAKLONG CIKGU
 
Tugasan Pengantar Pengurusan - Kumpulan dan Pasukan
Tugasan Pengantar Pengurusan - Kumpulan dan PasukanTugasan Pengantar Pengurusan - Kumpulan dan Pasukan
Tugasan Pengantar Pengurusan - Kumpulan dan PasukanNor Azharuddin Shaharuddin
 
Perilaku Organisasi - Nilai dan Etika
Perilaku Organisasi - Nilai dan EtikaPerilaku Organisasi - Nilai dan Etika
Perilaku Organisasi - Nilai dan Etikanikoerg
 
Pembinaan Pasukan
Pembinaan PasukanPembinaan Pasukan
Pembinaan PasukanCkg Nizam
 
PowerPoint "Nilai dalam Perilaku Organisasi"
PowerPoint "Nilai dalam Perilaku Organisasi"PowerPoint "Nilai dalam Perilaku Organisasi"
PowerPoint "Nilai dalam Perilaku Organisasi"navyndl29
 

Viewers also liked (7)

kajian sosial - kumpulan dan organisasi
kajian sosial - kumpulan dan organisasikajian sosial - kumpulan dan organisasi
kajian sosial - kumpulan dan organisasi
 
Tugasan Pengantar Pengurusan - Kumpulan dan Pasukan
Tugasan Pengantar Pengurusan - Kumpulan dan PasukanTugasan Pengantar Pengurusan - Kumpulan dan Pasukan
Tugasan Pengantar Pengurusan - Kumpulan dan Pasukan
 
Perilaku Organisasi - Nilai dan Etika
Perilaku Organisasi - Nilai dan EtikaPerilaku Organisasi - Nilai dan Etika
Perilaku Organisasi - Nilai dan Etika
 
Pembinaan Pasukan
Pembinaan PasukanPembinaan Pasukan
Pembinaan Pasukan
 
Bab 8
Bab 8Bab 8
Bab 8
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
PowerPoint "Nilai dalam Perilaku Organisasi"
PowerPoint "Nilai dalam Perilaku Organisasi"PowerPoint "Nilai dalam Perilaku Organisasi"
PowerPoint "Nilai dalam Perilaku Organisasi"
 

Similar to POSMIND:4LangkahSukses

Majalah kekuatan-sugesti
Majalah kekuatan-sugestiMajalah kekuatan-sugesti
Majalah kekuatan-sugestiFirman Pratama
 
Alone
AloneAlone
AloneK ss
 
Tiang kehidupan - Pembukaan
Tiang kehidupan - PembukaanTiang kehidupan - Pembukaan
Tiang kehidupan - PembukaanHaris Yuniarsa
 
Download GRATIS Majalah Kekuatan Sugesti Edisi 46 (April 2018)
Download GRATIS Majalah Kekuatan Sugesti Edisi 46 (April 2018)Download GRATIS Majalah Kekuatan Sugesti Edisi 46 (April 2018)
Download GRATIS Majalah Kekuatan Sugesti Edisi 46 (April 2018)Firman Pratama
 
PPT presentasi materi tentang dunia pendidikan
PPT presentasi materi tentang dunia pendidikanPPT presentasi materi tentang dunia pendidikan
PPT presentasi materi tentang dunia pendidikansejatiningurip1
 
born_to_win.ppt
born_to_win.pptborn_to_win.ppt
born_to_win.pptpadatimu
 
7 kebiasaan orang-orang yang bahagia
7 kebiasaan orang-orang yang bahagia7 kebiasaan orang-orang yang bahagia
7 kebiasaan orang-orang yang bahagiaIdham Idham
 
Born to win
Born to winBorn to win
Born to winMas Mito
 
Majalah kekuatan sugesti november 2018
Majalah kekuatan sugesti november 2018Majalah kekuatan sugesti november 2018
Majalah kekuatan sugesti november 2018Firman Pratama
 
Majalah Kekuatan Sugesti, Maret 2014
Majalah Kekuatan Sugesti, Maret 2014Majalah Kekuatan Sugesti, Maret 2014
Majalah Kekuatan Sugesti, Maret 2014Firman Pratama
 
Bordes success with passion
Bordes success with passionBordes success with passion
Bordes success with passionzhakim farsi
 
Testimoni buku energy never dies
Testimoni buku energy never diesTestimoni buku energy never dies
Testimoni buku energy never diesIndra Maulani
 
Revolusipolapikir
RevolusipolapikirRevolusipolapikir
Revolusipolapikirsupoyono
 

Similar to POSMIND:4LangkahSukses (20)

Self motivation
Self motivation Self motivation
Self motivation
 
Self motivation
Self motivation Self motivation
Self motivation
 
Majalah kekuatan-sugesti
Majalah kekuatan-sugestiMajalah kekuatan-sugesti
Majalah kekuatan-sugesti
 
Alone
AloneAlone
Alone
 
Tiang kehidupan - Pembukaan
Tiang kehidupan - PembukaanTiang kehidupan - Pembukaan
Tiang kehidupan - Pembukaan
 
Download GRATIS Majalah Kekuatan Sugesti Edisi 46 (April 2018)
Download GRATIS Majalah Kekuatan Sugesti Edisi 46 (April 2018)Download GRATIS Majalah Kekuatan Sugesti Edisi 46 (April 2018)
Download GRATIS Majalah Kekuatan Sugesti Edisi 46 (April 2018)
 
PPT presentasi materi tentang dunia pendidikan
PPT presentasi materi tentang dunia pendidikanPPT presentasi materi tentang dunia pendidikan
PPT presentasi materi tentang dunia pendidikan
 
born_to_win.ppt
born_to_win.pptborn_to_win.ppt
born_to_win.ppt
 
Inspiration
InspirationInspiration
Inspiration
 
7 kebiasaan orang-orang yang bahagia
7 kebiasaan orang-orang yang bahagia7 kebiasaan orang-orang yang bahagia
7 kebiasaan orang-orang yang bahagia
 
7 kebiasaan orang-orang yang bahagia
7 kebiasaan orang-orang yang bahagia7 kebiasaan orang-orang yang bahagia
7 kebiasaan orang-orang yang bahagia
 
Born to win
Born to winBorn to win
Born to win
 
Majalah kekuatan sugesti november 2018
Majalah kekuatan sugesti november 2018Majalah kekuatan sugesti november 2018
Majalah kekuatan sugesti november 2018
 
Majalah Kekuatan Sugesti, Maret 2014
Majalah Kekuatan Sugesti, Maret 2014Majalah Kekuatan Sugesti, Maret 2014
Majalah Kekuatan Sugesti, Maret 2014
 
Essai rini xii_ipa5_23
Essai rini xii_ipa5_23Essai rini xii_ipa5_23
Essai rini xii_ipa5_23
 
Bordes success with passion
Bordes success with passionBordes success with passion
Bordes success with passion
 
Testimoni buku energy never dies
Testimoni buku energy never diesTestimoni buku energy never dies
Testimoni buku energy never dies
 
Bekerja dengan hati
Bekerja dengan hatiBekerja dengan hati
Bekerja dengan hati
 
Seni memaksimalkan daya tarik
Seni memaksimalkan daya tarikSeni memaksimalkan daya tarik
Seni memaksimalkan daya tarik
 
Revolusipolapikir
RevolusipolapikirRevolusipolapikir
Revolusipolapikir
 

More from PT Mitra Shapphire Sejahtera

Panduan inspiratif-5-kunci-untuk-menguak-rahasia-kesuksesan-sejati
Panduan inspiratif-5-kunci-untuk-menguak-rahasia-kesuksesan-sejatiPanduan inspiratif-5-kunci-untuk-menguak-rahasia-kesuksesan-sejati
Panduan inspiratif-5-kunci-untuk-menguak-rahasia-kesuksesan-sejatiPT Mitra Shapphire Sejahtera
 

More from PT Mitra Shapphire Sejahtera (20)

EKONOMI LEASURE
EKONOMI LEASUREEKONOMI LEASURE
EKONOMI LEASURE
 
PROGRAM PENDIDIKAN DI SD ISLAM
PROGRAM PENDIDIKAN DI SD ISLAMPROGRAM PENDIDIKAN DI SD ISLAM
PROGRAM PENDIDIKAN DI SD ISLAM
 
Memahami Strategi Snouck Hurgronje Hingga Kini
Memahami Strategi Snouck Hurgronje Hingga KiniMemahami Strategi Snouck Hurgronje Hingga Kini
Memahami Strategi Snouck Hurgronje Hingga Kini
 
Booming Bisnis Properti
Booming Bisnis PropertiBooming Bisnis Properti
Booming Bisnis Properti
 
PROGRAM UMRAH TIBI PURWOKERTO
PROGRAM UMRAH TIBI PURWOKERTOPROGRAM UMRAH TIBI PURWOKERTO
PROGRAM UMRAH TIBI PURWOKERTO
 
Pedoman I'tikaf 10 Hari Ramadhan
Pedoman I'tikaf 10 Hari RamadhanPedoman I'tikaf 10 Hari Ramadhan
Pedoman I'tikaf 10 Hari Ramadhan
 
Program Referal Berhadiah
Program Referal BerhadiahProgram Referal Berhadiah
Program Referal Berhadiah
 
SAPPHIRE RESIDENCE KEDAWUNG CIREBON
SAPPHIRE RESIDENCE KEDAWUNG CIREBONSAPPHIRE RESIDENCE KEDAWUNG CIREBON
SAPPHIRE RESIDENCE KEDAWUNG CIREBON
 
Marketing3000
Marketing3000Marketing3000
Marketing3000
 
NEGARA INTERPRENER INDONESIA
NEGARA INTERPRENER INDONESIANEGARA INTERPRENER INDONESIA
NEGARA INTERPRENER INDONESIA
 
PENDIDIKAN BARU MENTERI BARU
PENDIDIKAN BARU MENTERI BARUPENDIDIKAN BARU MENTERI BARU
PENDIDIKAN BARU MENTERI BARU
 
PERANG INOVASI
PERANG INOVASIPERANG INOVASI
PERANG INOVASI
 
COPYWRITING
COPYWRITINGCOPYWRITING
COPYWRITING
 
TEKNIK CLOSING
TEKNIK CLOSINGTEKNIK CLOSING
TEKNIK CLOSING
 
Panduan inspiratif-5-kunci-untuk-menguak-rahasia-kesuksesan-sejati
Panduan inspiratif-5-kunci-untuk-menguak-rahasia-kesuksesan-sejatiPanduan inspiratif-5-kunci-untuk-menguak-rahasia-kesuksesan-sejati
Panduan inspiratif-5-kunci-untuk-menguak-rahasia-kesuksesan-sejati
 
100 Ide Hebat Penjualan #Slide-2
100 Ide Hebat Penjualan #Slide-2100 Ide Hebat Penjualan #Slide-2
100 Ide Hebat Penjualan #Slide-2
 
100 Ide Hebat Penjualan #Slide-1
100 Ide Hebat Penjualan #Slide-1100 Ide Hebat Penjualan #Slide-1
100 Ide Hebat Penjualan #Slide-1
 
Form tek02 (formulir komplain)
Form tek02 (formulir komplain)Form tek02 (formulir komplain)
Form tek02 (formulir komplain)
 
Form tek01 (berita acara serah terima bangunan)
Form tek01 (berita acara serah terima bangunan)Form tek01 (berita acara serah terima bangunan)
Form tek01 (berita acara serah terima bangunan)
 
Form mkt24 (peralihan hak)
Form mkt24 (peralihan hak)Form mkt24 (peralihan hak)
Form mkt24 (peralihan hak)
 

POSMIND:4LangkahSukses

  • 1. Positive Mindset : Strategi untuk Meraih Sukses Sejati Powered by : www.rajapresentasi.com 1
  • 2. Daftar Isi • Are You Happy with Your Life (and Your Job) Now? • Law of Attraction : You Can If You Think You Can • Law of Attraction : Jalan Terjal Menuju Nirvana Kebahagiaan • Positive Mindset dalam Empat Level Gelombang Otak • Anda Ingin Berubah Menjadi Pribadi yang Lebih Sukses? Read This Story. • Finding Your Strengths and Bright Spots • 3 Pilar dalam Merajut Etos Profesionalisme • Merebut Kesuksesan Melalui Visualisasi Positif • Melacak Jejak Para Peak Perfomers 2
  • 3. Perjalanan mengubah nasib dimulai dari perubahan mindset....... 3
  • 4. Are You Happy with Your Life (and Your Job) Now? Hidup pada akhirnya memang selalu penuh dengan tikungan. Ada kalanya kita berada pada parade keberhasilan yang membuat kita mabuk dalam ekstase keriangan. Ada pula saat ketika kita terpeleset, terpelanting dan terpuruk dalam segores duka. Toh dalam lingkaran jatuh dan bangun itu, hidup harus terus dijalankan. Kita terus berproses dan bertumbuh “menjadi manusia”. Becoming a true person, demikian Erich Fromm pernah berujar dalam risalahnya yang terkenal itu, On Being Human. Namun mungkin ada kalanya kita perlu berhenti sejenak, mengambil rehat, dan melakukan kontemplasi. Sekarang tataplah screen (layar) laptop atau komputer Anda. Lihatlah screen yang ada di depan Anda ini sebagai sebuah cermin…..lalu bayangkanlah, kira-kira lima tahun dari sekarang, potret apa yang tergambar dalam layar di depan Anda ini. Apakah yang tergambar dalam bayangan itu adalah figur Anda sebagai seorang saudagar sukses dengan omzet bisnis ratusan juta per bulan, dengan sebuah apartemen indah di Dharmawangsa Residence? Atau yang muncul adalah gambaran Anda sebagai seorang manajer sukses bergaji 30 juta perbulan, dengan sebuah SUV nongkrong di garasi rumah? Atau yang justru tergambar di layar adalah gambaran Anda sebagai seorang guru mengaji di sebuah surau kecil di kampung halaman Anda, nun jauh disana, di sebuah kampung dimana 4
  • 5. segenap ambisi materi dan duniawi menjadi lenyap, karena disitu yang ada hanyalah “keheningan, kedamaian dan kebersahajaan”? Saya tak tahu. Sungguh saya tak tahu apa yang dalam imajinasi Anda tentang masa depan hidup yang ingin Anda ukir. Namun apapun pilihan hidup masa depan Anda, barangkali tetap tersisa satu hal yang layak dicatat : pilihan itu sebaiknyalah didasari oleh passion Anda. Ya, passion. Atau gairah yang membuncah. Atau rajutan tekad yang menghujam di hati. Life is too short my friends, and you know what, setelah itu kita semua akan mati. Sebab itu, mungkin yang tersisa adalah sejumput kesia-sian jika sepanjang hidup, kita hanya melakoni pekerjaan yang full of bullshit. Dan bukan menekuni pekerjaan yang menjadi passion kita, tempat dimana kita bisa mereguk secangkir kebahagiaan sejati…… Tempat dimana kita selalu tak sabar menunggu hari esok tiba – karena setiap hari selalu dihiasi oleh “the beauty of meaningful work and life”. Jadi adakah hidup dan pekerjaan yang Anda lakoni sekarang sudah benar-benar menjadi passion Anda? Adakah Anda telah menemukan secercah embun kebahagiaan dalam segenap hidup dan pekerjaan Anda? Lalu, setelah passion, barangkali ada dua elemen kunci yang juga layak di-stabilo : persistensi dan determinasi. Kalaulah Anda sudah menemukan tujuan hidup dan pekerjaan yang menjadi passion Anda, maka kejarlah impian Anda dengan persisten : dengan kegigihan, dengan keuletan dan dengan 5
  • 6. ketekunan. Kita tahu, banyak orang membentur kisah kegagalan bukan karena mereka bodoh atau tak punya bakat. Bukan itu. Mereka gagal karena menyerah di tengah jalan. Quit. Berhenti dan tak mau meneruskan lagi upayanya dengan gigih. Kita semua pasti pernah mengalami kegagalan. Namun bukan berarti ini mesti membuat kita berhenti dan menyerah kalah. Orang bijak belajar dari kesalahan dan kegagalan yang mereka lakukan, dan kemudian berproses untuk kembali menemukan jalur pencapaian tujuan hidup mereka. Ditengah tantangan yang terus mengerang dan jalan kehidupan yang terjal penuh tikungan, mereka terus menderapkan kaki : sebab mereka percaya pada akhirnya, cahaya keberhasilan itu pelan-pelan bisa dinyalakan. Mereka terus berjuang dengan persisten. Dengan penuh passion. “And we’ll keep on fighting till the end……”, begitu paman Freddy “Queen” Mercury pernah berdendang. Setelah passion dan persistensi, maka elemen terakhir yang juga harus dipeluk erat adalah ini : determinasi. Atau komitmen yang menggumpal. Atau dedikasi yang terus mengalir. Atau selalu fokus pada satu tujuan akhir yang jelas. Orang yang punya determinasi selalu percaya bahwa they create their own destiny (tentu dengan restu dari Yang Diatas). Mereka selalu percaya bahwa merekalah yang paling bertanggungjawab untuk merajut masa depan dan nasib hidup mereka sendiri. Bukan orang lain. 6
  • 7. Orang yang memiliki determinasi karenanya, tak pernah mau menyalahkan orang atau pihak lain manakala dihadang oleh segumpal tantangan hidup. Mereka lebih suka selalu menelisik akar masalah dan lalu mencoba mengukir solusi untuk menghadapi tantangan yang menghadang. Mereka juga enggan mengeluh ketika dihantam oleh berderet problem kehidupan dan beban pekerjaan yang kian menggurita. Sebab mereka percaya, mengeluh hanyalah layak untuk para pecundang. Dan sungguh, mereka tak pernah mau disebut sebagai para pecundang. Itulah tiga elemen – yakni passion, persistensi dan determinasi – yang mungkin mesti kita dekap dengan penuh kesungguhan kala kita ingin merengkuh jejak kebahagiaan dalam sejarah hidup kita yang amat pendek ini. Yang pertama, temukan passion, kegairahan sejati dalam jejak hidup yang ingin Anda tapaki. Lalu, bergeraklah, bergeraklah dengan penuh persistensi. Dengan spirit kegigihan yang terus berpendar. Kemudian jalani itu semua dengan nyala determinasi yang menggumpal. Selamat berjuang, kawan !! Selamat berjuang merengkuh kebahagian hakiki dalam hidup dan pekerjaan Anda. Salam, doa dan peluk hangat dari saya untuk keberhasilan Anda semua…. 7
  • 8. Law of Attraction : You Can If You THINK You Can (Bagian 1) You can if you think you can. Kalimat sakti yang pernah menjadi judul buku legendaris karangan Norman Vincent Peale ini sepertinya hendak memberikan satu pesan yang jelas : jika Anda senantiasa berpikir positif, selalu merajut “mentalitas bisa” (can do attitude), dan senantiasa membayangkan masa depan dengan gelegak optimisme, maka percayalah, hidup Anda pada akhirnya benar-benar akan basah kuyup dalam nirvana keberhasilan dan kebahagiaan. Dan persis seperti itulah spirit yang dikandung oleh Law of Attraction (LOA) – sebuah aliran keyakinan yang kini tengah digandrungi dimana-mana. Maka simaklah petikan kalimatkalimat berikut ini. Rahasia besar kehidupan adalah hukum tarik menarik. Hukum tarik menarik mengatakan bahwa kemiripan menarik kemiripan. Ketika Anda membayangkan pikiran-pikiran, maka pikiranpikiran itu dikirim ke Semesta, dan secara magnetis pikiran akan menarik semua hal yang serupa, dan lalu dikembalikan pada sumbernya, yakni Anda. (dikutip secara bebas dari buku The Secret karangan Rhonda Byrne). Dengan kata lain, jika Anda selalu membayangkan pikiran yang negatif – kecewa, gagal, marah, selalu menyalahkan orang lain, frustasi, ragu, merasa selalu kekurangan – maka gelombang pikiran itu akan memantul ke semesta, menarik pikiran-pikiran 8
  • 9. negatif yang serupa, dan lalu mengirim balik secara powerful kepada sumbernya, yakni Anda. Lingkaran kelam negativisme ini perlahan namun pasti akan membawa kita dalam lorong gelap tak berujung. Dalam lorong gelap itulah, benih-benih spirit optimisme, raungan keyakinan untuk mencengkram keberhasilan, dan daya juang untuk merajut imajinasi positif, menjadi hilang tak berbekas. Hidup yang nyata pada akhirnya akan berujung pada nyanyi bisu keterpurukan. Itulah mengapa sebagian orang lalu memberi saran agar kita menjaga jarak dari lingkungan yang hanya menerbarkan energi kelam negativisme. Toh sialnya, setiap hari rasanya kita selalu disergap dengan energi negatif ini. Di jalanan tiap pagi kita disergap kemacetan yang melentik kita untuk segera mengeluarkan kemarahan dan umpatan menyalahkan pihak lain. Di kantor, kita acap menatap wajah-wajah sayu yang melakoni pekerjaannya dengan semangat yang kian sempoyongan. Di sudut lain kita juga tak jarang menemui sang complainer, yang kerjanya tiap hari hanya mengeluh : mengeluh bos-nya tidak adil-lah, mengeluh mengapa karirnya tak naik-naik-lah, atau mengeluh mengapa kopi yang disajikan office boy rasanya terlalu pahit…….. Dan aha, ketika kita pulang ke rumah, dan sejenak membaca berita di koran serta melihat acara talk show di televisi, duh mengapa isinya selalu sarat dengan negative news dan gambaran pesimisme yang kelam. Pengamat yang satu 9
  • 10. mengkritik ini, pengamat yang lain menyalahkan itu. Pengamat yang lainnya lagi memberikan gambaran masa depan bangsa yang seolah-olah akan jatuh dalam kegelapan abadi. (Fakta ini membuat teman saya pernah memberi saran pada saya agar BERHENTI total untuk membaca koran dan menonton televisi. Kenapa, tanya saya. Jawabnya lugas : berita dan komentarkomentar kelam yang muncul di televisi dan koran hanya akan membunuh imajinasi dan harapan Anda tentang masa depan yang lebih baik !!). Begitulah. Ketika segenap partikel udara telah dipenuhi dengan energi negative, dan ketika berderet narasi tentang masa depan yang muram selalu menari dihadapan kita, maka apa yang sesungguhnya mesti kita lakukan? Kita tentu tak boleh membiarkan diri kita larut didalamnya, sebab itu artinya hanya akan membuat kita terpelanting dalam kubangan nasib yang penuh ratapan dan sembilu kepedihan yang tak berujung. “Anda tak dapat menolong dunia dengan berfokus pada hal-hal negatif. Ketika Anda berfokus pada peristiwa-peristiwa negatif, maka Anda bukan saja menambahnya, namun juga mendatangkan lebih banyak hal negatif ke dalam hidup Anda sendiri,” demikian untuk mengutip kembali ungkapan Rhonda Byrne. Jadi bagaimana dong? Saya akan mencoba mengeksplorasi butiran-butiran jawabannya dalam tulisan seri berikutnya (Anda bisa membacanya di bagian berikut). Untuk sementara, silakan 10
  • 11. kembali mereguk kopi hangat yang sudah ada di meja Anda. Seruputlah kopi itu pelan-pelan, sambil berbisik dalam hati : life is good….yeah, life is good. 11
  • 12. Law of Attraction : Jalan Terjal Menuju Nirvana Kebahagiaan (Bagian 2) Dalam tulisan bagian pertama sebelumnya, kita telah membahas mengenai prinsip Law of Attraction (Hukum Tarik Menarik). Ide dasar dari pinsip ini adalah apa yang Anda pikirkan akan menarik pikiran-pikiran yang serupa dan kemudian memantulkannya kembali pada Anda. Pikiran yang sedang Anda bayangkan saat ini sedang menciptakan kehidupan masa depan Anda, demikian tulis Rhonda Byrne. Apa yang paling Anda pikirkan atau fokuskan akan muncul sebagai hidup Anda. Pikiran Anda akan menjadi sesuatu. Demikianlah, jika yang mendominasi bayangan dan pikiran kita adalah hal-hal yang negatif – kecewa, gagal, marah, selalu menyalahkan orang lain, frustasi, ragu, merasa selalu kekurangan – maka gelombang pikiran itu akan memantul ke semesta, menarik pikiran-pikiran negatif yang serupa, dan lalu mengirim balik kepada Anda. Lingkaran kelam negativisme ini perlahan namun pasti akan membuat kita terpelanting dalam kisah hidup yang penuh kepiluan. Sebaliknya, jika pikiran kita dipenuhi dengan visualisasi yang sarat dengan energi positif – tentang semangat hidup, tentang keyakinan untuk merengkuh sejumput keberhasilan, tentang kelimpah-ruahan, tentang kegairahan optimisme yang meluap, tentang ucapan syukur yang tak pernah berhenti mengalir – maka jejak kehidupan pasti akan membawa kita lebur dalam nirvana kebahagiaan yang hakiki. 12
  • 13. Karena itulah, para pakar motivasi senantiasa menganjurkan kita untuk selalu merawat otak dan pikiran kita agar selalu berada pada ranah yang positif. Visualisasi dan luapan energi yang positif, dengan kata lain, perlu terus digodok dan diinjeksikan kedalam segenap sel saraf otak kita. Sebab dengan itulah, sketsa indah tentang keberhasilan dan kebahagiaan bisa mulai dilukiskan dengan penuh kesempurnaan. Sesungguhnya, ide tentang korelasi antara spirit hidup yang positif dengan level keberhasilan individu pernah dielaborasi secara ekstensif oleh para akademisi jauh sebelum buku Law of Attraction yang menggemparkan itu terbit. Martin Seligman adalah salah satu tokohnya. Tokoh yang acap disebut sebagai Bapak Psikologi Positif ini, melalui bukunya yang bertajuk Learned Optimism telah memberikan elaborasi yang solid tentang betapa spirit optimisme dan pola pikir positif amat berpengaruh terhadap keberhasilan hidup. Pertanyaannya sekarang adalah : bagaimana caranya agar perjalanan hidup kita selalu diselimuti oleh energi positif dan spirit optimisme yang menghentak serta terus mengalir. Salah satu cara yang populer adalah melalui teknik visualisasi positif (saya akan mengulas teknik ini dalam tulisan berikutnya). Cara lain yang praktis mungkin adalah ini : tenggelamkan diri Anda dalam lingkaran pergaulan atau komunitas yang memiliki visi hidup positif. Mungkin kita bisa memulainya dari lingkungan terdekat, keluarga. Siramilah segenap interaksi dalam keluarga kita dengan energi positif, rajutlah komunikasi yang produktif 13
  • 14. dengan pasangan hidup kita (dan bukan membanjirinya dengan aneka keluhan seperti : Aduh Mama, kenapa lauknya asin banget? Atau : Mama gimana sih, kok celana dalam saya ndak ada yang kering?). Lalu, limpahilah jua anak-anak kita dengan pujian dan apreasiasi (dan bukan dengan rentetan kalimat negatif seperti : kenapa rapormu jelek, kenapa nilai matematika si Andi lebih baik dari kamu, dst). Lalu, bangun pula persahabatan dengan insan-insan yang selalu mampu menebarkan nyala kegigihan dalam setiap jejak langkahnya. Tebarkan interaksi dengan mereka yang selalu bisa memekarkan keyakinan untuk merengkuh keberhasilan; dan bukan dengan pribadi yang hanya bisa meletupkan energi negatif. Dan bentangkan sayap pergaulan kita dengan mereka yang selalu melihat masalah sebagai sebuah tantangan yang pasti bisa dituntaskan – dan tidak dengan orang-orang yang hanya menabur komplain, saling-menyalahkan dan mengeluarkan sembilu keluhan tanpa ujung. Pada sisi lain, mungkin ada baiknya juga jika kita melimpahi hidup dengan bacaan dan pengetahuan yang inspiratif, menyegarkan serta mampu membawa pencerahan. Bacaan itu bisa kita gali dari buku-buku, majalah atau blog-blog bermutu. Pengetahun yang inspiratif ini barangkali dapat menopang dan membantu kita dalam merajut etos hidup yang dilimpahi oleh energi positif. Pada akhirnya mesti dikatakan bahwa jalan menuju nirvana kebahagiaan sungguh merupakan jalan yang terjal nan berliku. 14
  • 15. Namun selalu hadapilah jalan yang panjang itu dengan sikap hidup positif, dengan spirit optimisme, dengan keyakinan yang menggumpal, dan dengan limpahan rasa syukur yang mengalir tanpa henti. Juga dengan lantunan doa yang khusyu’ tanpa henti pada Sang Ilahi. Percayalah, seribu malaikat pasti akan selalu mendengar doa yang Anda bisikkan siang dan malam itu…….. 15
  • 16. Positive Mindset dalam Empat Level Gelombang Otak Dalam tulisan mengenai Law of Attaction (Hukum Tarik Menarik) — yang telah Anda baca dalam bagian sebelumnya — kita telah membahas mengenai betapa sesungguhnya pola pikir dan rajutan imajinasi kita memiliki pengaruh yang signifikan terhadap sejarah masa depan hidup kita. Itulah mengapa kaum bijak bestari memberi petuah agar kita bisa selalu melentikkan api optimisme dalam diri kita dan juga mampu merawat pola pikir positif. Positif melihat masa depan kita, positif melihat segenap tantangan yang menghadang, dan positif dalam berpikir serta berimajinasi. Soalnya kemudian adalah : menginjeksikan daya positif ke dalam sel-sel otak kita ternyata tak semudah membikin indomie rebus. Acap ketika dihadapkan pada tantangan yang membuncah atau kerumitan masalah yang menghadang, pikiran kita langsung goyah dan berpikir : ah, saya memang tidak mampu melakukannya…..saya mungkin tidak bisa meraih impian yang saya cita-citakan…..yah, memang ini suratan nasib saya…….(Duh!). Jadi bagaimana dong? Apa yang mesti dilakoni agar mentalitas positif dan spirit keyakinan itu tak langsung layu ketika badai tantangan datang menghadang? Apa yang mesti diziarahi agar virus positiv itu terus menancap dalam serat otak kita bahkan 16
  • 17. ketika lautan masalah terus menggelora, menghantam biduk perjalanan kita? Beruntung, para ahli saraf (neurolog) telah menemukan jawabannya. Dan jawabannya terletak pada empat level empat gelombang otak kita. Melalui serangkaian eksperimen dan alat ukur yang bernama EEG (Electro EncephaloGram), mereka , menemukan ternyata terdapat empat level getaran dala otak dalam kita. Mari kita simak bersama empat gelombang kesadaran itu. Beta (14 – 100 Hz). Dalam frekuensi ini kita tengah berada pada kondisi aktif terjaga, sadar penuh dan didominasi oleh logika. Inilah kondisi normal yang kita alami sehari-hari ketika seharisedang terjaga (tidak tidur). Kita berada pada frekuensi ini ng ketika kita bekerja, berkonsentrasi, berbicara, berpikir tentang masalah yang kita hadapi, dll. Dalam frekuensi ini kerja otak cenderung memantik munculnya rasa cemas, khawatir, stress, dan marah. Gambar gelombang otak kita dalam kondisi beta Gambar adalah seperti dibawah ini. Alpha (8 – 13.9 Hz). Ketika otak kita berada dalam getaran frekuensi ini, kita akan berada pada posisi khusyu’, relaks, meditatif, nyaman dan ikhlas. Dalam frekuensi ini kerja otak mampu menyebabkan kita merasa nyaman, tenang, dan bahagia. Berikut gambar gelombang alpha. 17
  • 18. Theta (4 – 7.9 Hz). Dalam frekuensi yang rendah ini, seseorang akan berada pada kondisi sangat khusyu’, keheningan yang mendalam, deep meditation, dan “mampu mendengar” nurani deep-meditation, bawah sadar. Inilah kondisi yang mungkin diraih oleh para ulama dan biksu ketika mereka melantunkan doa ditengah mereka keheningan malam pada Sang Ilahi. Berikut gambar gelombang otak kita ketika berada dalam kondisi theta. Delta (0,1 – 3,9 Hz). Frekuensi terendah ini terdeteksi ketika Hz). orang tengah tertidur pulas tanpa mimpi. Dalam frekuensi ini otak memproduksi human growth hormone yang baik bagi kesehatan kita. Bila seseorang tidur dalam keadaan delta yang stabil, kualitas tidurnya sangat tinggi. Meski tertidur hanya sebentar, ia akan bangun dengan tubuh tetap merasa segar. Nah, penyelidikan menunjukkan bahwa proses penumbuhan penyelidikan keyakinan positif dalam pikiran kita akan berlangsung dengan optimal jika otak kita tengah berada pada kondisi Alpha (atau juga kondisi Theta). Dalam frekuensi inilah, kita bisa menginjeksikan energi positif dalam setiap jejak sel saraf kita setiap secara mulus. Apabila kita merajut keyakinan positif dan 18
  • 19. visualisasi keberhasilan dalam kondisi alpha, maka rajutan itu benar-benar akan menembus alam bawah sadar kita. Pada gilirannya, hal ini akan memberikan pengaruh yang amat dahsyat pada pola perilaku kita ketika berproses menuju puncak keberhasilan yang diimpikan. Pertanyaannya sekarang adalah : bagaimana caranya agar kita bisa berada kondisi alpha? Bagi Anda yang muslim, ada satu langkah yang mujarab : sholat tahajud di tengah keheningan malam (Jika Anda beragama Kristen, mungkin medianya adalah dengan melakukan “retreat”). Begitulah, para kaum bijak bestari berkisah, dalam momenmomen kontemplatif ketika bersujud dihadapan Sang Ilahi, selalu ada perasaan keheningan yang menggetarkan, perasaan khusyu’ yang sungguh menghanyutkan. Saya berpikir perasaan ini muncul karena saat itu kondisi otak kita sedang berada pada gelombang alpha. Dan percayalah, dalam momen itu, kita dengan mudah bisa memasukkan energi positif dan spirit keyakinan dalam segenap pikiran kita. Dalam momen inilah, dalam hamparan kepasrahan total pada Sang Pencipta dan rasa syukur yang terus mengalir, kita bisa merajut butir-butir keyakinan positif itu dalam segenap raga kita. Dalam segenap jiwa dan batin kita. Maka mulai malam ini………………ditengah kesunyian malam, bentangkanlah sajadah disudut rumah kita, basuhkan air wudhu, dan tegakkan sholat tahajud dengan penuh keikhlasan. Lalu, 19
  • 20. ditengah keheningan yang menentramkan, lantunkanlah harapan positif dan doa-doa itu dengan penuh keyakinan……Mudah-mudahan kita semua bisa melangkah menuju pintu keberhasilan dan kebahagiaan. Disini dan “Disana”. 20
  • 21. Anda Ingin Berubah Menjadi Pribadi yang Lebih Sukses? Read This Story. Apakah Anda ingin melakukan proses perubahan menuju kehidupan yang lebih baik? Melakukan perubahan perilaku (behavior change) agar Anda tumbuh menjadi pribadi yang sukses nan sejahtera? Atau mungkin Anda pengin melakukan proses perubahan agar kinerja perusahaan dan organisasi Anda menjadi lebih kinclong. Melakukan proses “organizational change” yang berhasil? Tema tentang perubahan – baik dalam ranah personal ataupun organisasional – telah lama menjadi topik hangat dalam jagat manajemen. Cuma sialnya, banyak inisiatif perubahan (change management) yang gagal dan nyungsep di tengah jalan, dan kemudian kandas. Mengapa bisa seperti ini? Dan apa yang mestinya didekap erat manakala kita hendak melakukan proses perubahan yang berhasil – baik pada level personal ataupun organizational? Sejumlah pakar perilaku (behavioral expert) menyebut proses perubahan acap menjadi tidak efektif lantaran diawali dengan pendekatan weakness-based orientation. Sering juga disebut sebagai problem-based orientation. Maksudnya begini : inisiatif perubahan diawali dengan premis bahwa ada yang “salah” dalam diri kita atau organisasi kita. Bahwa diri kita atau 21
  • 22. organisasi kita memiliki banyak kekurangan (weakness) dan problem. Untuk itulah kemudian kita melakukan serangkaian action untuk “mengobati” kelemahan itu, atau juga untuk mengobati problem yang begitu banyak muncul di organisasi/perusahaan kita. Pendekatan problem-based atau weakness-based ini begitu merasuk dalam wacana manajemen selama ini. Begitulah kita lalu mengenai ilmu problem solving skills, atau competency gap analysis, atau juga beragam metode untuk menganalisa akar masalah (root cause problem analysis). Semua metode ini berangkat dari premis yang tadi itu : bahwa ada “kekurangan”, “penyakit” atau “problem” dalam diri kita atau organisasi kita, dan kita harus mengobatinya. Dan aha, sejumlah studi menunjukkan bahwa pendekatan semacam itu acapkali tidak efektif dalam membawa keunggulan kinerja. Sebabnya sederhana : pendekatan tersebut dengan mudah mendorong kita untuk terjebak dalam negative mindset and culture. Kita menghabiskan energi yang begitu banyak dan melelahkan untuk hanya berkutat pada kekurangan, pada kelemahan, pada problem (masalah) yang seolah-olah tak pernah kunjung selesai. Pendekatan yang beorientasi pada problem dan weakness-based itu dengan mudah juga akan membawa kultur pesimisme dan men-discourage semangat kita atau anggota tim. Kita atau anggota tim pesimis sebab seolah-olah kita memiliki begitu 22
  • 23. banyak kelemahan, dan organisasi kita penuh dengan problem/masalah. Dalam situasi ini, kita dengan mudah kehilangan inspirasi dan motivasi. Itulah kenapa kini muncul pendekatan yang secara radikal berbeda dengan pendekatan diatas. Pendekatan baru ini acap disebut sebagai strenghts-based orientation. Prinsip dasar dari pendekatan ini adalah : kita akan berhasil menuju ke arah yang lebih baik, jika inisiatif perubahan itu bertumpu pada kekuatan yang telah kita miliki saat ini. Kuncinya adalah ini : focus on your positive strenghts. Jadi alih-alih menghabiskan energi untuk berfokus pada kekurangan (ingat : competency gap analysis) atau pada problem organisasi, kita justru harus mencari elemen kekuatan yang telah ada pada diri kita, atau elemen positif yang telah hadir inside our organization. Alih-alih menggunakan bahasa “root cause of problem”, kita harus menggunakan frasa “root cause of success” untuk melacak kisah keberhasilan yang pasti sudah pernah ada dalam organisasi kita. Konkritnya : alih-alih meratapi kelemahan diri Anda terus menerus, mengapa tidak mengingat apa kira-kira kekuatan (strenghts) yang ada dalam diri Anda, atau pengalaman positif yang pernah Anda miliki (pasti dong Anda punya kelebihan atau pengalaman positif). Nah, studi menunjukkan bahwa kinerja individual akan jauh melesat jika kemudian “poin-poin positive” yang sudah ada itu terus diakumulasi, diduplikasi dan terus dimekarkan menuju titik yang optimal. 23
  • 24. Dalam konteks organisasi, hal itu juga berlaku. Alih-alih sibuk mendiagnosa problem yang ada dalam organissasi/perusahaan, dan kemudian lelah mengobatinya, maka energi kita justru harus diarahkan untuk menggali “momen-momen positif” atau “fitur kekuatan” yang telah ada dalam organisasi. Lalu ciptakan serangkaian tindakan untuk menduplikasi “momen positif” tersebut, dan terus tumbuhkan fitur kekuatan yang telah ada menuju ke level yang makin maksimal. Secara ekstrem pendekatan ini mau mengatakan hal seperti ini : forget your weakness/problems, and just focus on your strenghts/positive expectations. Find your positive areas and discover your bright spots. Dan ajaibnya, beragam studi menunjukkan premis semacam itu ternyata telah berhasil mengubah banyak individu dan organisasi melesat menjadi lebih sukses. Jadi mulai hari ini, jika Anda ingin menjadi pribadi yang lebih sukses, selalu ingatlah kalimat ini : always, and always focus on your bright spots. 24
  • 25. Finding Your Strenghts and Bright Spots Dalam tulisan sebelumnya (lihat tulisan diatas) kita telah membahas tentang strengths-based approach, atau pendekatan yang bertumpu pada keunggulan/kekuatan positif yang telah dimiliki untuk melesat lebih tinggi. Sebuah paradigma pemikiran yang mau mengatakan bahwa kita hanya akan bisa terus maju kalau kita lebih berfokus pada strengths kita, dan bukan kelemahan. Cuman tantangannya, mengajak mindset kita berfokus pada kelebihan yang sudah ada, pada keberhasilan yang sudah diraih; dan bukan melulu pada kelemahan yang negatif bukan soal yang mudah. Dan jujur tantangan itu memang tidak mudah ditaklukkan, namun bukan berarti mustahil dikendalikan. Dalam tulisan kali ini kita akan menjelajah bagaimana cara mengubah mindset kita menuju strengths-based approach, dan bagaimana cara mengenali strengths (kekuatan) yang ada pada diri kita. Berpikir tentang kelemahan dan kekurangan memang lebih mudah dilakukan. Kita mungkin lebih gampang menyebut kesalahan atau kekurangan orang lain (ah, mungkin kita terlalu sering melakukannya). Sebaliknya, barangkali kita agak bingung jika diminta menyebut apa kelebihan rekan kita (coba renungkan apa saja kelebihan atasan Anda sekarang? Atau kekuatan yang pada rekan kerja Anda). 25
  • 26. Studi memang menunjukkan kita cenderung lebih mudah menunjuk kelemahan orang lain, dibanding menyebut kekuatannya. Contoh : kebanyakan mata orang tua akan langsung tertuju pada angka merah di raport anaknya; meskipun angka merah itu hanya satu pelajaran; dan sembilan mata pelajaran lainnya mendapat angka delapan. Dan ah, waktu untuk mengapresiasi sembilan pelajaran itu mungkin hanya 3 menit, sementara waktu untuk “menceramahi” angka yang merah untuk satu pelajaran itu bisa sampe berjam-jam. Sebuah ironi yang agak pahit. Sayangnya, mentalitas persis seperti diatas banyak juga terjadi di lingkungan kantor. Atasan bisa bermenit-menit dan berkalikali menujuk kekurangan dan kesalahan bawahannya, namun tak sekejap pun pernah berbincang apa kekuatan dan kehebatan yang sudah dimiliki bawahannya. Mentalitas yang merujuk pada kelemahan serta kesalahan, dan kultur yang berorientasi pada kekurangan (deficit-based approach) akan membuat setiap anggota perusahaan/organisasi kemudian merasa letih, lantaran berpikir organisasinya penuh dengan masalah dan kekurangan. Dalam konteks organisasi, solusinya adalah seperti ini : ajaklah manajemen atau rekan/atasan Anda untuk mulai sekarang berfokus pada kekuatan yang telah ada pada tim kerja, atau pada prestasi bagus yang pernah dikerjakan. Identifikasi proses kerja atau program yang pernah dijalankan dengan sangat 26
  • 27. berhasil. Gali apa saja key success factors-nya : mengapa program dan proses kerja itu berhasil dan bagus hasilnya. (Nah, sekarang berhenti dulu membaca : lalu renungkan apa program atau proses yang pernah dengan sukses dijalankan oleh tim Anda. Pasti ada dong…..). Dalam meeting-meeting, rayakan dan sebarkan key sucess factors itu; dan lalu duplikasikan untuk proses dan program kerja lainnya. Ini akan JAUH lebih bagus dibanding melakukan meeting yang penuh dengan “problem-problem dan problem” atau “yang-salah-adalah-bagian/departemen-lain”. Dalam konteks personal, solusinya adalah seperti ini : renungkan kekuatan/kelebihan apa yang kira-kira Anda miliki. Akan lebih baik jika kelebihan ini sudah bisa dibuktikan (proven) dalam prestasi kerja yang pernah Anda lakukan. Kalau Anda ragu, bisa juga minta teman atau rekan kerja Anda yang sering berinteraksi dengan Anda untuk menyebut dua atau tiga kalimat positif tentang Anda. Misalnya : saya sendiri misalnya merasa my strengths ada pada writing skills, public speaking skills dan analytical thinking skills (tiga jenis kekuatan yang pas dengan pekerjaan saya sebagai konsultan manajemen). Jika Anda sudah paham dan yakin dengan your strenghts, maka luangkan waktu dan energi Anda sebanyak-banyaknya untuk memekarkan kekuatan Anda itu. Karena tahu my strengths ada 27
  • 28. pada tiga jenis skills diatas, maka saya habis-habisan meluangkan waktu untuk terus mempertajam kekuatan ini (misal dengan terus menulis; dengan terus menonton dan membaca beragam teknik public speaking; dan selalu membaca buku sebanyak-banyaknya untuk terus mengasah analytical thinking skills saya). Sekali lagi studi menunjukkan, bahwa tindakan yang berorientasi pada kekuatan (strengths-based) semacam itu akan jauh lebih membawa pada high performance; dibanding jika kita membuang energi terlalu banyak untuk memperbaiki kelemahan. Selamat bekerja teman. Find your strengths and then exploit those talents to the highest level !! 28
  • 29. 3 Pilar dalam Merajut Etos Profesionalisme Dalam bentangan perjalanan hidup yang terus bergulir, ada baiknya kita mencoba untuk sejenak membincangkan cerita tentang etos profesionalisme. Sebab kita tahu, terbitnya etos kerja yang profesional adalah sebuah rute kunci menuju jalan keberhasilan. Tanpa dilumuri oleh etos kerja yang penuh profesionalisme, kita mungkin akan mudah tergelincir menjadi barisan para pecudang. Tanpa kesadaran batiniah untuk menjejakkan etos profesionalisme dalam segenap raga, kita mungkin akan segera menjadi insan-insan yang gagap dengan dinamika perubahan. Miskin prestasi, dan absen dari perjalanan panjang menuju manusia produktif, mulia nan bermartabat. Kalaulah demikian adanya, lalu apa yang mesti diteguk untuk menjadi insan yang kuyup dengan guyuran etos profesionalisme? Disini kita mencoba mengeksplorasi tiga pilar kunci yang rasanya layak dicermati manakala ada asa untuk menjadi insan yang profesional. Pilar yang pertama adalah achievement orientation. Dulu, seorang sosiolog terkemuka bernama David McLelland pernah menulis : salah satu faktor yang membuat sebuah komunitas/masyarakat lebih unggul dibanding yang lainnya adalah lantaran mereka dipenuhi dengan individu yang punya 29
  • 30. high need for achievement (atau sering disebut sebagai NAch = need for achievement). Disini, need for achievement merujuk pada gairah untuk melakoni kerja yang sebaik-baiknya demi terengkuhnya hasil karya yang juga layak dibanggakan. Disana yang muncul adalah sebuah etos, sebuah dedikasi, dan sebuah tanggungjawab untuk meretas prestasi terbaik. Ketika tugas dan tantangan membentang didepan kita, yang kemudian muncul adalah sebuah niat tulus untuk mentransformasi rangkaian tantangan dan tugas itu menjadi sebuah prestasi kerja yang adiluhung. Orang-orang yang memiliki High NAch selalu percaya bahwa berderet tugas – apapun tugas dan pekerjaan itu – selalu merupakan sebuah rute untuk mempersembahkan karya terbaik. Dan sungguh, inilah elemen kunci yang mesti dipahat oleh siapapun yang berkehendak menjadi insan yang profesional. Pilar profesionalisme yang kedua adalah ini : sebuah ikhtiar untuk terus belajar mengembangkan kompetensi diri. Sebuah tekad yang dibalut oleh semangat untuk mempraktekkan prinsip lifetime learning (belajar sepanjang hidup). Bagi mereka selalu akan ada celah dan ruang untuk terus memekarkan potensi dan kapasitas diri. Selalu akan ada jalan untuk merekahkan pengetahuan, membasuh ilmu dan merajut ketrampilan. 30
  • 31. Bagi insan profesional semacam itu, proses belajar mengembangkan kompetensi selalu bisa direngkuh dari segala jurusan. Sebab moto mereka adalah ini : everyone is a teacher and every place is a school. Sebuah kalimat yang indah bukan? Ya, sumber ilmu selalu bisa dijemput dari siapapun – entah dari seorang guru, dari atasan, bawahan, rekan kerja atau dari para pelanggan. Dan sumber ilmu juga dicegat dari lokasi mana saja : dari sekolah, dari perpustakaan, dari pasar yang penuh keramaian, atau dari lingkungan kantor yang selalu penuh dinamika. Pilar profesionalisme yang ketiga adalah yang paling penting. Pilar itu adalah ruh spiritualitas yang kokoh. Sebab bagi kita, profesionalisme yang paling hakiki hanya akan punya makna jika ia dibalut oleh semangat spiritualisme yang kokoh. Inilah sebuah semangat yang selalu percaya bahwa segenap laku jejak kehidupan profesional kita selalu ditautkan pada pengabdian kepada Yang Maha Mencipta. “Dan sesungguhnya, sholatku, ibadahku, dan hidup matiku hanyalah untuk Tuhan Sang Pencipta Alam”. Sebab itulah, insan yang profesional tidak hanya cerdas dalam praktek manajemen modern, namun juga mereka yang hatinya selalu rindu akan mesjid (atau rindu pada gereja bagi para umat Kristiani, atau rindu pada pura bagi para pemeluk Hindu). Insan profesional sejati tidak hanya fasih bicara mengenai strategi dan leadership, namun mereka juga senantiasa fasih berdzikir memuja kebesaran Sang Pencipta. 31
  • 32. Dan insan profesional sejati tidak hanya tangkas mengelola tugas dan mengambil keputusan, namun mereka juga selalu mau bangun ditengah malam : berkontemplasi, membangun sebuah meeting yang sangat intens dengan Sang Pemelihara Jagat Raya. Itulah tiga pilar yang menopang bangunan etos kerja profesional : sebuah semangat untuk merengkuh prestasi terbaik, sebuah semangat untuk terus belajar, dan sebuah semangat untuk selalu mengabdi pada Sang Pemberi Hidup. Praktekkan tiga pilar kunci ini, dan Anda pasti akan berjalan menuju Kemenangan Sejati. 32
  • 33. Merebut Kesuksesan Melalui Visualisasi Positif Ketika anda membayangkan sesuatu melalui pikiran, kira-kira apa yang terpancar dalam benak anda : apakah anda membayangkan sebuah pencapaian, apresiasi dan kemenangan atau sebaliknya, kegagalan dan keterpurukan? Sejumlah riset menunjukkan bahwa ternyata visualisasi memberikan pengaruh kuat terhadap kinerja kita. Ketika imajinasi kita selalu dihantam oleh bayangan keterpurukan dan pesimisme, maka jaringan otak kita perlahan-lahan akan mendorong kita untuk benar-benar mengalami keterpurukan. Sebaliknya, ketika kita selalu membangun bayangan positif tentang diri kita, maka kita sesungguhnya tengah memulai dan memperkuat “cara kerja yang sempurna” di dalam otak kita. Pada gilirannya, jaringan sel dalam otak ini akan mampu mendorong kita untuk juga meraih kesempurnaan dalam kinerja nyata. “The more we practice perfection through mental rehearsals, the stronger the neural pathways will become and the better we will perform when the time comes”, demikian ujar Kris Cole dalam risalahnya yang berjudul Positive Visualization. Olahragawan dan atlet telah mengkhayal bertahun-tahun untuk menjadi sempurna. Dan pada kenyataanya, satu dari pemain golf dunia, Jack Nicklaus, menempatkan 50 persen kesuksesannya karena ia rajin membangun visualisasi positif. 33
  • 34. Lalu bagaimana melakukan visualisasi positif yang baik? Berikut langkah-langkah praktis yang dapat dilakukan: Pertama adalah, menentukan tujuan yang jelas dan menantang, tujuan yang ingin anda capai. Juga sebaiknya tujuan yang ingin kita raih itu bersifat spesifik. Misal : Anda membayangkan ingin memiliki jaringan toko buku khusus untuk anak-anak. Kemudian mulailah melakukan visualisasi : - Relaks. Carilah momen-momen dimana Anda tengah santai. Ini akan membuat otak anda lebih terbuka untuk memulai dan memperkuat “cara kerja yang benar” - Fokuskan perhatian Anda pada langkah nyata yang mesti dilakukan untuk memulai usaha jaringan toko buku anak-anak itu. Apa saja yang mesti diperlukan, tahapan apa yang mesti dilakukan, bagaimana Anda akan mengelola toko itu, bagaimana Anda melakukan promosi, mengelola karyawan toko, dan membesarkan toko menjadi toko buku pilihan anak-anak. - Bayangkan tujuan anda sedetail mungkin. Bayangkan segalanya: lokasi persis dimana toko buku itu berada, desain interior toko, kombinasi warna meja dan kursi, tata letak buku, kemudian bayangkan pula keramaian dan keriangan anak-anak yang memenuhi setiap sudut toko Anda. - Lalu, libatkan emosi anda. Bagaimana rasanya mampu meraih tujuan itu dengan sempurna? Bagaimana rasanya bisa benarbenar memiliki jaringan kios buku anak-anak yang tiap hari ramai dikunjungi pembeli. Menyertakan perasaan dan emosi 34
  • 35. akan memperkuat sistem “cara kerja yang benar” dalam otak anda. Selanjutnya lakukan hal yang sama berulang-ulang. Untuk mendapat hasil yang optimal, lakukan visualisasi positif setiap kali anda mempunyai waktu luang, sekurangnya sehari sekali, misal ketika Anda akan tidur dan tengah rileks. Namun segera harus disebutkan bahwa “beautiful dream” atau impian indah itu mesti harus juga diikuti dengan langkah penyusunan strategi dan aksi nyata. Pelan-pelan mesti ditekadkan untuk mulai mengeksekusi strategi yang Anda susun melalui serangkaian aksi nyata yang konkrit dan sistematis. Nah, dalam proses implementasi itu, kita harus tetap terus menerus secara rutin melakukan visualisasi positif. Oke, selamat melakukan visualisasi positif. Goodluck !! 35
  • 36. Melacak Jejak Para Peak Performers Penelitian mendalam mengenai para pekerja unggul (peak performers) menunjukkan bahwa mereka ternyata memiliki mindset tertentu yang membuat mereka berhasil merengkuh keunggulan kinerja. Lalu, apa jenis mindset yang disandang oleh para peak performers tersebut? Berikut lima pola pikir yang ternyata telah menjadi batu pijakan bagi para perajut kesempurnaan prestasi. Peak performers have positive thinking Orang-orang yang berkinerja unggul ternyata selalu memandang dirinya dengan kacamata yang amat positif. Mereka memiliki self-esteem yang tinggi, dan selalu mengharapkan yang terbaik dari dalam dirinya. Itulah sebabnya para pekerja tangguh adalah pribadi yang selalu memiliki pandangan-pandangan positif dan juga sikap-sikap positif. Mereka adalah orang-orang penuh optimisme yang melihat kekeliruan sebagai sebuah peluang dan masalah sebagai pelajaran berharga. Mereka mempunyai keyakinan bahwa mereka pasti akan berhasil; dan secara proaktif membuat beragam sasaran yang menantang. Peak performers have high standards Para peak performers ternyata lebih cenderung suka bergaul dengan sesama peak performers. Mengapa? Jawabannya karena mereka juga mempunyai ekspektasi yang tinggi terhadap orang-orang disekitar mereka — orang-orang yg bekerja dengannya. 36
  • 37. Ketika kita mempunyai standard yang tinggi, kita akan menetapkan sasaran yang tinggi dan bekerja keras untuk mencapainya. Kita mengharapkan yang terbaik dari diri kita, dan juga dari rekan kerja kita. Oleh karena mereka mempunyai standard yang tinggi, para pekerja tangguh terus menerus mengejar yang terbaik — terhadap apa yang mereka kerjakan, terhadap system yang bekerja dengannya — terhadap semua yang ada di sekitar mereka. Mereka secara terus menerus bertanya pada diri mereka sendiri tentang satu pertanyaan kunci: Bagaimana caranya agar saya lebih baik? Peak performers take responsibility Para pekerja tangguh menetapkan tujuan dan bekerja keras untuk mencapainya. Seorang pekerja tangguh tidak akan pernah mau bergantung pada nasib dan keberuntungan untuk mencapai sebuah tujuan. Mereka tahu bahwa mereka harus bertindak, dan paham jenis tindakan apa yang perlu dilakukan untuk mencapai sasaran yang telah dibentangkan. Daripada duduk tenang menunggu bintang jatuh dari langit, berharap kejaiban akan datang, seorang pekerja tangguh selalu bekerja keras untuk meracik dan menentukan masa depannya sendiri. Peak performers stay focused on their goals Para peak performers selalu fokus pada sasaran yang telah ditetapkan, Keteguhan hati, persistensi dan ketekunan lalu terus menerus dapat digelarkan demi terengkuhnya sebuah sasaran final. Mereka tidak pernah memberikan ruang bagi munculnya keraguan yang membuat mereka mesti mandek ditengah jalan. Mereka tidak pernah mau menyerah. Mereka terus fokus, terus 37
  • 38. melecutkan segenap energi dan potensi, dan terus berjibaku hingga titik final dapat dijejak dengan penuh keberhasilan. 38