Bab II membahas kajian teori dan hipotesis tindakan terkait hasil belajar matematika. Terdapat penjelasan mengenai pengertian matematika, fungsi dan tujuan pelajaran matematika, ruang lingkupnya, standar kompetensi lulusan, serta dimensi proses kognitif dalam hasil belajar seperti mengingat, memahami, dan mengaplikasikan.
Banyak pendekatan-pendekatan dalam pembelajaran yang digunakan untuk menunjang proses dan hasil pembelajaran. Salah satu pendekatan itu yaitu Pendekatan Problem Solving.
Banyak pendekatan-pendekatan dalam pembelajaran yang digunakan untuk menunjang proses dan hasil pembelajaran. Salah satu pendekatan itu yaitu Pendekatan Problem Solving.
Tras meses de misterio, el Ministerio de Obras Públicas anunció el nuevo programa de concesiones de infraestructura que esperaba con ansias el sector privado. Se trata de una lista de nuevos proyectos a licitar entre 2010 y 2014 que suma US$ 8.009 millones, la más cuantiosa desde el inicio del sistema concesional chileno, impulsado por el ex titular del MOP Carlos Hurtado durante el gobierno de Patricio Aylwin.
Si bien la mayoría de los proyectos se gestaron durante los anteriores gobiernos de la Concertación, el ministro de Obras Públicas, Hernán de Solminihac, entregó ayer el detalle de las inversiones que se ejecutarán durante la administración de Sebastián Piñera, quien dio su visto bueno al plan.
Si al monto señalado se añade la eventual licitación de las 17 iniciativas públicas y de origen privado, por US$ 3.730 millones, que el MOP tiene en estudio, la cifra a concesionar a 2014 subiría hasta los US$ 11.739 millones.
A Agência Digital In Dev foi criada para atender as demandas de programação web de outras agências ou clientes. Nesta apresentação, há o detalhamento das linguagens de programação que oferecemos nosso serviço e projetos em que nossos colaboradores já trabalharam anteriormente.
Pembelajaran Inkuiri adalah pembelajran yang melibatkan seluruh kemampuan peserta didik secara maksimal untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, dan analitis, sehingga peserta didik dapat merumuskan sendiri penemuaannya dengan penuh percaya diri. Pemahaman konsep merupakan salah satu kecakapan atau kemahiran matematika yang diharapkan dapat tercapai dalam belajar matematika yaitu dengan menunjukkan pemahaman konsep matematika yang dipelajarinya, menjelaskan keterkaitan antara konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien , dan tepat dalam pemecahan masalah. Pemahaman matematika akan bermakna jika pembelajaran matematika diarahkan pada pengembangan kemampuan koneksi matematika antar berbagai ide, memahami bagaimana ide – ide matematika saling terkait satu sama lain sehingga terbangun pemahamn menyeluruh, dan menggunakan matematika dalam konteks di luar matematika.
1. BAB II
KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN
A. Hasil Belajar Matematika
1. Pengertian Matematika
Istilah “matematika” berasal dari bahasa Yunani Kuno yaitu máthêma,
yang berarti pengkajian, pembelajaran, ilmu, yang ruang lingkupnya menyempit,
dan arti teknisnya adalah “pengkajian matematika” (Ismunamto 2011: 15).
Menurut Van de Wall 2007 terjemahan Suyono (2008: 13) matematika adalah
sesuatu yang memiliki pola keteraturan dan urutan yang logis. Hal ini sejalan
dengan pernyataan Gembong dan Sanusi (2007: 198) bahwa hakekat matematika
yaitu kumpulan ide-ide yang bersifat abstrak dan terstruktur yang hubungannya
diatur menurut aturan logis dan berdasarkan pola pikir deduktif. Sedangkan
menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI nomor 14, 22, 24 tahun 2007
(2007: 209) matematika merupakan ilmu universal yang menjadi dasar
perkembangan teknologi modern, yang berperan penting dalam berbagai disiplin
ilmu dan dapat memajukan daya pikir manusia.
Selain itu, Uno (2007: 129) juga berpendapat bahwa matematika adalah
suatu bidang ilmu yang merupakan alat pikir, alat berkomunikasi, dan alat untuk
memecahkan berbagai persoalan praktis, yang unsur-unsurnya meliputi: logika
dan intuisi, analisis dan konstruksi, generalitas dan individualitas serta
mempunyai cabang-cabang ilmu antara lain: aritmatika, aljabar, geometri dan
analisis. Matematika memiliki karakteristik yang terletak pada kekhususannya
9
2. 10
dalam mengkomunikasikan ide matematika melalui bahasa numerik. Soedjadi
(dalam Gembong dan Sanusi, 2007: 198) memberikan ciri khusus matematika
yaitu: (a) objek kajiannya abstrak; (b) bertumpu pada kesepakatan; (c) berpola
berfikir deduktif; (d) memiliki simbol yang kosong dari arti; (e) memperhatikan
semesta pembicaraan; (f) konsisten dalam sistemnya.
Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
matematika adalah suatu bidang ilmu tentang sesuatu yang memiliki pola
keteraturan, urutan yang logis dan berdasarkan pola pikir deduktif yang bahasanya
diwujudkan dalam bentuk simbol dan mempunyai cabang-cabang yaitu aritmatika,
aljabar, geometri, dan analisis. Matematika memiliki karakteristik atau ciri khusus
seperti memiliki objek kajian yang abstrak, dan juga memiliki pola berfikir
deduktif. Karakteristik yang dimiliki oleh matematika, membuat matematika
berbeda dari ilmu lainnya.
2. Fungsi dan Tujuan Mata Pelajaran Matematika
Matematika berfungsi untuk mengembangkan kemampuan menghitung,
mengukur, menurunkan dan menggunakan rumus matematika yang diperlukan
dalam kehidupan sehari-hari melalui materi pengukuran dan geometri, aljabar,
peluang dan statistika, kalkulus dan trigonometri (Nurhadi, 2005: 203). Selain itu,
matematika juga berfungsi untuk mengembangkan kemampuan
mengkomunikasikan gagasan dengan bahasa melalui model matematika yang
dapat berupa kalimat dan persamaan matematika, diagram grafik, atau tabel.
Selain memiliki fungsi, matematika juga memiliki tujuan pembelajaran.
Menurut Nurhadi (2005: 203) tujuan pembelajaran matematika adalah:
3. 11
a. Melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya
melalui kegiatan penyelidikian, eksperimen, eksplorasi, menunjukkan
kesamaan dan perbedaan, serta menunjukkan konsisten dan inkonsistensi.
b. Mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan
penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinil, rasa ingin
tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba.
c. Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah (problem solving).
d. Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau
mengkomunikasikan gagasan melalui pembicaraan lisan, grafik, peta, dan
diagram.
Berdasarkan pemaparan tentang fungsi dan tujuan matematika di atas,
menunjukkan bahwa matematika merupakan ilmu yang sangat penting, yang
harus diberikan baik dalam pendidikan formal maupun non formal. Hal ini
dikarenakan, dengan mempelajari matematika siswa mampu mengembangkan
kemampuannya dalam berbagai hal sehingga nantinya diharapkan siswa mampu
mencari solusi dari permasalahan yang dihadapi di masa yang akan datang.
3. Ruang Lingkup Mata Pelajaran Matematika
Menurut Permendiknas Nomor 14, 22, 24 tahun 2007 (2007: 210) mata
pelajaran matematika SD meliputi aspek-aspek, yaitu: (a) bilangan (b) geometri
dan pengukuran dan (c) pengolahan data.
4. Standar Kompetensi Lulusan Mata Pelajaran Matematika
Menurut Permendiknas Nomor 14, 22, 24 tahun 2007 (2007: 210) standar
kompetensi lulusan untuk mata pelajaran matematika sebagai berikut:
4. 12
a. Memahami konsep bilangan bulat dan pecahan, operasi hitung dan sifat-
sifatnya, serta menggunakannya dalam pemecahan masalah kehidupan sehari-
hari;
b. Memahami bangun datar dan bangun ruang sederhana, unsur-unsur dan sifat-
sifatnya, serta menerapkannya dalam pemecahan masalah kehidupan sehari-
hari;
c. Memahami konsep ukuran dan pengukuran berat, panjang, luas, volume,
sudut, waktu, kecepatan, debit, serta mengaplikasikannya dalam pemecahan
masalah kehidupan sehari-hari;
d. Memahami konsep koordinat untuk menentukan letak benda dan
menggunakannya dalam pemecahan masalah kehidupan sehari-hari;
e. Memahami konsep pengumpulan data, penyajian data dengan tabel, gambar
dan grafik (diagram), mengurutkan data, rentangan data, rerata hitung, modus,
serta menerapkannya dalam pemecahan masalah kehidupan sehari-hari;
f. Memiliki sikap menghargai matematika dan kegunaannya dalam kehidupan;
g. Memiliki kemampuan berpikir logis, kritis, dan kreatif.
Siswa yang mempelajari matematika diharapkan mampu mencapai standar
kecakapan matematika, yang meliputi: pemahaman konsep matematika,
keterkaitan antar konsep matematika, dan juga menerapkan konsep matematika
secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah di kehidupan
sehari-hari. Selain itu, siswa juga harus mampu mengkomunikasikan gagasan
dengan simbol, tabel, gambar, maupun grafik (diagram) untuk memperjelas
keadaan atau masalah. Setelah siswa mencapai kecakapan matematika tersebut,
nantinya siswa akan mampu berpikir secara logis, kritis, dan kreatif, serta
memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu
memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta
sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
5. Pengertian Hasil Belajar Matematika
Hasil belajar terdiri dari dua kata yaitu hasil dan belajar. Hasil merupakan
sesuatu yang menjadi akibat dari proses atau usaha. Sedangkan belajar menurut
Slameto (2010: 2) adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
5. 13
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai
hasil pengalamannya sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Belajar
dihasilkan dari pengalaman dengan lingkungan yang di dalamnya terjadi
hubungan antara stimulus dan respon (Dahar, 2011: 3). Pengalaman yang terjadi
berulang kali akan melahirkan pengetahuan (Suyono dan Hariyanto, 2011: 9). Hal
ini sejalan dengan pendapat Syah (2010) yang mendefinisikan belajar sebagai
tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relative menetap sebagai
hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses
kognitif. Seseorang dikatakan belajar jika terjadi perubahan perilaku dalam
dirinya, yang semula tidak mengetahui menjadi mengetahui, yang semula tidak
mengerti menjadi mengerti.
Menurut Sudjana (2010: 22) hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan
yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. “Hasil belajar
tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa, yang dapat
diamati dan diukur..” (Hamalik, 2009: 155). Hasil belajar ditandai dengan
perubahan tingkah laku. Walaupun tidak semua perubahan tingkah laku
merupakan hasil belajar, akan tetapi aktivitas belajar pada umumnya disertai
perubahan tingkah laku. Kemudian Dimyati dan Mujiono (2009: 250) berpendapat
bahwa hasil belajar merupakan hasil proses belajar atau proses pembelajaran.
Sedangkan menurut Wingkel (dalam Purwanto, 2011: 45), hasil belajar
adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah
lakunya. Aspek perubahan itu mengacu kepada taksonomi tujuan pembelajaran
yang dikembangkan oleh Bloom dan telah direvisi Krathwohl dan Anderson yaitu
6. 14
dimensi proses kognitif yang meliputi: mengingat, memahami, mengaplikasikan,
menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta. Sedangkan untuk melihat hasil belajar
dilakukan suatu penilaian terhadap siswa yang bertujuan untuk mengetahui sejauh
mana siswa telah menguasai suatu materi yang disampaikannya. Pada umumnya
hasil belajar siswa dalam sekolah dinyatakan dengan angka, huruf, atau kalimat,
dan terdapat dalam periode tertentu. Biasanya hasil belajar dapat dilihat dari nilai
ulangan harian (formatif), nilai ulangan tengah semester (subsumatif) dan nilai
ulangan semester (sumatif).
Berdasarkan paparan tentang pengertian hasil belajar dan matematika yang
sudah dijelaskan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa pengertian hasil belajar
matematika adalah hasil yang telah dicapai oleh siswa dalam menguasai bahan,
kecakapan, sikap dan pengertian untuk mengembangkan pengetahuan
menghitung, mengukur, menurunkan dan menggunakan rumus matematika yang
diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.
6. Dimensi Proses Kognitif dalam Hasil Belajar
Dalam proses pembelajaran, untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa
dalam mencapai tujuan yang ditetapkan, maka evaluasi hasil belajar memiliki
sasaran berupa ranah kognitif yang terkandung dalam tujuan. Ranah kognitif
berorientasi pada kemampuan berpikir intelektual, dari yang paling sederhana
sampai yang komplek. Taksonomi tujuan ranah kognitif yang dikemukakan oleh
Anderson dan Krathwohl, merupakan hal yang sangat penting diketahui oleh guru
sebelum melakukan evaluasi.
7. 15
Menurut Anderson dan Krathwohl (2001: 99-133) dalam pembaruan
dimensi proses kognitif, ada enam kategori dimulai dari yang kurang komplek
(mengingat) sampai ke yang lebih komplek (menciptakan).
a. Mengingat
Mengingat yaitu mendapatkan kembali pengetahuan yang dibutuhkan dari
ingatan jangka panjang. Pengetahuan mengingat penting sebagai bekal dalam
belajar yang bermakna dan menyelesaikan masalah, karena pngetahuan tersebut
dipakai dalam tugas-tugas yang lebih komplek. Ada dua proses kognitif dalam
kategori mengingat, yaitu proses mengenali dan mengingat kembali.
Proses mengenali yaitu mengambil pengetahuan yang dibutuhkan dari
ingatan jangka panjang untuk membandingkan dengan informasi yang baru saja
diterima. Dalam proses mengingat, siswa mencari suatu informasi yang mirip
dengan informasi yang baru saja diterima di memori jangka panjang. Sedangkan
proses mengingat kembali yaitu mengambil pengetahuan yang dibutuhkan dari
jangka panjang ketika soalnya mengehendaki diulang kembali. Dalam mengingat
kembali, siswa mencari informasi di memori jangka panjang dan membawa
informasi tersebut kerja untuk diproses.
b. Memahami
Memahami yaitu membentuk makna dari materi pembelajaran, termasuk
apa yang diucapkan, ditulis, dan digambar oleh guru. Siswa memahami ketika
mereka menghubungkan pengetahuan baru dan pengetahuan lama mereka. Siswa
dikatakan memahami jika mereka dapat mengkonstruksikan makana dari pesan-
pesan pembelajaran, baik yang bersifat lisan, tulisan atau grafis yang telah
8. 16
disampaikan melalui pengajaran maupun buku yang berkaitan dengan pelajaran.
Dalam kategori memahami, ada tujuh dalam proses kognitif yaitu: menafsirkan,
mencontohkan, mengklarifikasikan, merangkum, menyimpulkan,
membandingkan, dan menjelaskan.
c. Mengaplikasikan
Mengaplikasikan yaitu menjalankan atau menggunakan prosedur dalam
situasi tertentu untuk menyelesaikan masalah atau mengerjakan soal latihan.
Dalam kategori memahami, ada dua dalam proses kognitif yaitu: mengesekusi dan
mengimplementasikan. Dalam mengeksekusi, siswa menerapkan prosedur ketika
mengahadapi tugas yang sudah familier secara rutin. Mengeksekusi lebih sering
diasosiasikan dengan penggunaan keterampilan dan algoritme. Ketrampilan dan
algoritme memiliki dua sifat yang sesuai dengan proses mengeksekusi, yaitu: (1)
ketrampilan dan algoritme berisikan rangkaian langkah dengan urutan yang tetap;
(2) rangkaian langkah tersebut dilakukan dengan benar dan hasilnya adalah
jawaban yang sudah diketahui sebelumnya.
Sedangkan dalam mengimplementasikan, siswa memilih dan
menggunakan sebuah prosedur untuk menyelesaikan tugas yang tidak familier.
Mengimplementasikan lebih sering diasosiasikan dengan penggunaan teknik dan
metode. Dalam mengimplementasikan, siswa harus memahami jenis masalahnya
dan alternatif-alternatif prosedur.
d. Menganalisis
Menganalisis yaitu memecah materi menjadi bagian-bagian komponennya
dan menentukan bagaimana bagian-bagian tersebut berhubungan dengan satu
9. 17
sama lain dan dengan tujuan atau struktur keseluruhan. Dalam kategori
menganalisis meliputi tiga proses kognitif, yaitu: membedakan, mengorganisasi,
dan mengatribusikan.
Membedakan lebih melibatkan proses memilah-milah bagian-bagian yang
relevan atau penting dari sebuah struktur, yang terjadi ketika siswa
mendiskriminasikan informasi yang relevan dan tidak relevan, yang penting dan
yang tidak penting, dan kemudian memerhatikan informasi yang lebih relevan dan
penting. Sebagai contoh dalam proses pembelajaran siswa mampu memilih
pengetahuan mana yang lebih penting untuk diambil.
Mengorganisasi melibatkan proses mengidentifikasi elemen-elemen
komunikasi atau situasi dan proses mengenali bagaimana elemen-elemen itu
membentuk sebuah struktur yang koheren. Siswa membangun hubungan-
hubungan yang sistematis dan koheren antar potongan informasi. Sedangkan
dalam proses mengatribusikan melibatkan proses dekonstruksi yang di dalamnya
siswa menentukan tujuan pengarang suatu tulisan yang diberikan oleh guru.
Mengatribusikan melampaui pemahaman dasar untuk menarik kesimpulan tentang
tujuan dibalik suatu tulisan, itu terjadi ketika siswa dapat menentukan sudut
pandang, pendapat, nilai, atau tujuan di balik komunikasi.
e. Mengevaluasi
Mengevaluasi yaitu membuat penilaian berdasarkan pada kriteria dan
standar. Kriteria-kriteria yang sering digunakan adalah kualitas, efektifitas, dan
konsistensi. Kriteria-kriteria ini ditentukan oleh siswa. Siswa membuat keputusan
tentang kesesuaian suatu prosedur untuk menyelesaikan masalah tertentu.
10. 18
Kategori mengevaluasi mencakup proses kognitif memeriksa dan mengkritik.
Memeriksa melibatkan proses menguji inkonsistensi atau kesalahan internal
dalam suatu operasi atau produk. Sedangkan mengkritik melibatkan proses
penilaian suatu produk atau proses berdasarkan kriteria dan standar eksternal.
Dalam mengkritik, siswa mencatat ciri-ciri positif dan negatif dari suatu produk
dan membuat keputusan berdasarkan ciri-ciri tersebut. Mengkritik disebut juga
dengan menilai.
f. Menciptakan
Menciptakan yaitu menyatukan elemen-elemen untuk membentuk
kesatuan yang koheren atau fungsional; menyusun ulang elemen-elemen ke dalam
pola atau struktur baru (membuat hipotesis untuk memperhitungkan fenomena
yang diobservasi). Mencipta meminta siswa membuat produk yang semua siswa
dapat dan akan melakukannya. Kategori mencipta mencakup proses kognitif
merumuskan dan merencanakan.
Merumuskan melibatkan proses menggambarkan masalah dan membuat
pilihan yang memenuhi kriteria-kriteria tertentu. Siswa diminta untuk
menggambarkan suatu masalah. Sedangkan merencanakan melibatkan proses
merencanakan metode penyelesaian masalah yang sesuai dengan kriteria-kriteria
masalahnya, yaitu membuat rencana untuk menyelesaikan masalah. Dalam proses
merencanakan, siswa menentukan sub-sub tujuan atau memerinci tugas dari sub-
sub tugas yang harus dilakukan ketika menyelesaikan masalahnya.
11. 19
Tabel 2.1 Indikator Dimensi Proses Kognitif Bloom yang Telah Direvisi
Anderson dan Krathwohl
No. Level Kecakapan Indikator Kecakapan
1. Mengingat mengenali, mengingat kembali.
2. Memahami menafsirkan, mencontohkan, mengklasifikasikan,
merangkum, menyimpulkan, membandingkan,
menjelaskan.
3. Mengaplikasikan mengeksekusi, mengimplementasikan.
4. Menganalisis membedakan, mengorganisasi, mengatribusikan.
5. Mengevaluasi memeriksa, mengkritik.
6. Mencipta Merumuskan, merencanakan, memproduksi.
Sumber: Anderson dan Krathwohl, 2001: 100-102
B. Media Pembelajaran LCD Proyektor
1. Pengertian Media Pembelajaran
Menurut Heinich (dalam Susilana dan Riyana, 2008: 6), kata media
berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata “medium” yang
secara harfiah berarti “perantara” yaitu perantara sumber pesan (a source)
dengan penerima pesan (a receiver). Sedangkan Sadiman, dkk (2010: 6)
menyebutkan bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk
menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang
pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa
sehingga proses belajar terjadi.
Menurut Sabri (dalam Musfiqon, 2012: 27),
Asosisasi Teknologi dan Komunikasi Pendidikan (Asssociation of Education
and Communication Technology/AECT) di Amerika, membatasi media
sebagai segala bentuk yang diprogramkan untuk suatu proses penyaluran
12. 20
informasi. Sedangkan Assosiasi Pendidikan Nasional (National Education
Association/NEA) memiliki pengertian yang berbeda. Menurutnya media
merupakan benda yang dimanipulasikan, dilihat, didengar, dibaca atau
dibicarakan beserta instrument yang dipergunakan dengan baik dalam
kegiatan pembelajaran, dapat, mempengaruhi efektifitas program
instruksional.
Apabila media itu membawa pesan-pesan atau informasi yang bertujuan
instruksional atau mengandung maksud-maksud pengajaran maka media itu
disebut media pembelajaran (Arsyad, 2011: 4). Apabila dikaitkan dengan kegiatan
pembelajaran maka media dapat diartikan sebagai alat komunikasi yang
digunakan dalam proses pembelajaran untuk membawa informasi dari pengajar ke
siswa (Heinich,et al dalam Uno, 2007: 113). Gerlach (dalam Sanjaya, 2009: 204-
205) mengatakan secara umum media itu meliputi orang, bahan, peralatan atau
kegiatan yang menciptakan kondisi yang memungkinkan siswa memperoleh
pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Menurut Angkowo dan Kosasih (2007:
10), media adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk menyalurkan
pesan dan dapat merangsang pikiran, dapat membangkitkan semangat, perhatian,
dan kemauan siswa dapat mendorong terjadinya proses pembelajaran pada diri
siswa.
Menurut Daryanto (2011: 5), media pembelajaran adalah segala sesuatu
yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan (bahan pembelajaran), sehingga
dapat merangsang perhatian, minat, pikiran, dan perasaan peserta didik dalam
kegiatan belajar untuk mencapai tujuan belajar.
Dari berbagai pendapat yang telah disampaikan oleh para ahli diatas, dapat
disimpulkan bahwa pengertian media pembelajaran adalah segala sesuatu yang
dapat digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi dari pengajar kepada
13. 21
siswa sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta
perhatian siswa dalam kegiatan pembelajaran sehingga tujuan belajar dapat
tercapai.
2. Klasifikasi Media Pembelajaran
Menurut Brets (dalam Ibrahim dan Syaodih, 2010: 114), mengemukakan
beberapa kelompok media sebagai berikut:
1. Media audio-motion-visual, yakni media yang mempunyai suara, ada
gerakan dan bentuk objektif dapat dilihat. Media semacam ini paling
lengkap. Jenis media yang termasuk kelompok ini adalah televisi, video
tape dan film bergerak.
2. Media audio-still-visual, yakni media yang mempunyai suara, objeknya
dapat dilihat, namun tidak ada gerakan, seperti film strip bersuara, dan
rekaman televisi dengan gambar tak bergerak (television still recordings).
3. Media audio-semi motion, mempunyai suara dan gerakan, namun tidak
dapat menampilkan suatu gerakan secara utuh. Salah satu contoh dari
media jenis ini ialah papan tulis jarak jauh atau tele-blackboard.
4. Media motion-visual, yakni media yang mempunyai gambar objek
bergerak, tapi tanpa mengeluarkan suara, seperti film bisu yang bergerak.
5. Media still-visual,yakni ada objek namun tidak ada gerakan, seperti film
strip dan slide tanpa suara.
6. Media audio, hanya menggunakan suara, seperti radio, telepon, dan audio-
tape.
7. Media cetak, yang tampil dalam bentuk bahan-bahan tercetak/tertulis
seperti buku, modul, dan pamflet.
Dari penggolongan media pembelajaran berdasarkan Brets, diatas dapat
ditarik kesimpulan bahwa Brets membagi media pembelajaran berdasarkan
tampilan dan apa yang dihasilkan dari media tersebut. Sedangkan Susilana dan
Riyana (2008: 13-21), membagi media berdasarkan penyajian dan cara
penyajiannya yang meliputi tujuh kelompok media penyaji yaitu:
1. Kelompok kesatu yang terdiri dari :
a. Media grafis: grafik, diagram, bagan, sketsa, poster, papan flannel, dan
bulletin board;
14. 22
b. Media bahan cetak: buku teks, modul, dan bahan pengajaran terprogram;
c. Media gambar diam: foto.
2. Kelompok kedua yang terdiri dari:
a. Media proyeksi diam: OHP/OHT, Opaque Proyektor, slide, dan film strip.
3. Kelompok ketiga yang terdiri dari:
a. Media audio: radio, alat perekam pita magnetik.
4. Kelompok keempat yang terdiri dari:
a. Media audio visual diam: media soundslide (slide bersuara), film strip
bersuara, dan halaman bersuara.
5. Kelompok kelima yang terdiri dari:
a. Media film (motion pictures): film bisu, film bersuara, dan film gelang.
6. Kelompok keenam yang terdiri dari:
a. Media televisi: televisi terbuka, televisi siaran terbatas (TVST), dan Video
Cassete Recorder (VCR).
7. Kelompok ketuju yang terdiri dari:
a. Media multimedia: modul belajar yang terdiri atas bahan cetak, bahan
audio, dan bahan audio visual.
3. Fungsi Media Pembelajaran
Menurut Musfiqon (2012: 35), fungsi media pembelajaran yaitu: (1)
meningkatkan efektifitas dan efesiensi pembelajaran; (2) meningkatkan gairah
belajar siswa; (3) meningkatkan minat dan motivasi belajar; (4) menjadikan siswa
berinteraksi langsung dengan kenyataan; (5) mengatasi modalitas belajar siswa
15. 23
yang beragam; (6) mengefektifkan proses komunikasi dalam pembelajaran; (7)
meningkatkan kualitas pembelajaran.
Media pembelajaran selain memiliki fungsi juga memiliki manfaat.
Menurut Susilana dan Riyana (2008: 10), manfaat media yaitu: (1)
mengkonkritkan sesuatu yang abstrak; (2) menghadirkan objek-objek yang terlalu
bahaya atau sukar didapat kedalam lingkungan belajar; (3) menampilkan objek
yang terlalu besar dan terlalu kecil; (4) memperlihatkan gerakan yang terlalu cepat
atau lambat.
Dari penjabaran tentang fungsi media diatas, dapat disimpulkan bahwa
fungsi dari media yang utama adalah sebagai pembawa informasi dari sumber
(guru) menuju penerima (siswa) dalam proses pembelajaran dan sebagai sarana
bantu untuk mewujudkan situasi pembelajaran yang lebih efektif.
4. Pemilihan Media Pembelajaran
Dalam memilih media pembelajaran yang akan digunakan pada proses
pembelajaran, guru dalam hal ini dituntut untuk lebih teliti dan selektif. Dengan
mengetahui kriteria dalam pemilihan suatu media pembelajaran, guru dapat
mengetahui media mana yang dianggap tepat untuk membantu dalam proses
pembelajaran.
Ibrahim dan Syaodih (2010: 120-121), mengemukakan beberapa faktor
yang perlu diperhatikan dalam memilih media pembelajaran yang tepat yaitu: (1)
kemampuan apa yang ingin dicapai dan kesesuaian media pembelajaran dengan
tujuan pembelajaran; (2) kegunaan dari jenis media itu sendiri; (3) kemampuan
guru dalam menggunakan suatu jenis media pembelajaran; (4) keluwesan dan
16. 24
fleksibilitas dari media itu sendiri; (5) kesesuaian dengan sarana pendukung yang
ada dan alokasi waktunya; (6) ketersediaannya mudah; (7) biayanya dapat
dijangkau.
Menurut Sanjaya (2009: 224), ada beberapa prinsip yang harus
diperhatikan dalam pemilihan media, yaitu: (1) pemilihan media harus sesuai
dengan tujuan yang ingin dicapai; (2) pemilihan media harus berdasarkan konsep
yang jelas; (3) pemilihan media harus disesuaikan dengan karakteristik siswa; (4)
pemilihan media harus disesuaikan dengan gaya belajar siswa serta gaya dan
kemampuan guru; (5) pemilihan media harus sesuai dengan kondisi lingkungan,
fasilitas dan waktu yang tersedia untuk kebutuhan pembelajaran.
Sedangkan menurut Kasmadi (dalam Harjanto, 2010: 241) bahwa di dalam
memilih media pembelajaran perlu dipertimbangkan adanya 4 hal, yaitu:
a. Pertimbangan produksi, yang meliputi: availability (tersedianya bahan), cost
(harga), physical condition (kondisi fisik), accessibility to student (mudah
dicapai), emotional impact.
b. Pertimbangan peserta didik, yang meliputi: student characteristics (watak
peserta didik), student relevance (sesuai dengan peserta didik), student
involvement (keterlibatan peserta didik).
c. Pertimbangan isi, yang meliputi: curriculair-relevance (sesuai isi kurikulum),
content-soundness (konten suara), presentation (penyajian).
d. Pertimbangan guru, yang meliputi: teacher-utilization (penggunaan guru),
teacher peace of mind (pikiran tenang guru).
17. 25
Dari berbagai pendapat ahli mengenai kriteria dalam pemilihan media,
dapat disimpulkan bahwa kriteria yang harus diperhatikan dalam memilih media
yaitu: (1) relevansi; (2) fleksibilitas; (3) kemanfaatan; (4) kemampuan guru dalam
menggunakan media; (5) ketersediaan dan biaya.
5. Pengertian LCD Proyektor
Untuk melakukan mengajar sudah sangat memungkinkan guru untuk
menggunakan Multimedia Proyektor atau lebih dikenal dengan LCD Proyektor
(Susilana dan Riyana, 2008: 198). Menurut Haryono (dalam Humaniora,
2010:12),
LCD adalah media pembelajaran LCD Proyektor merupakan penggabungan
Note Book atau laptop dengan LCD Proyektor. LCD Proyektor sebagai
hardwarenya, sedangkan program yang sudah terdesain dan tersusun di dalam
laptop adalah softwarenya. LCD Proyektor termasuk ke dalam kategori media
audio visual gerak karena dapat menyajikan berbagai tampilan informasi baik
berupa audio, visual diam, visual gerak, maupun gabungan berupa audio
visual gerak.
Menurut Daryanto (2011: 123), media LCD Proyektor atau Multimedia
Proyektor adalah alat yang mampu menampilkan unsur-unsur media seperti
gambar, teks, video, animasi, baik secara terpisah maupun gabungan dan dapat
dikoneksikan dengan perangkat elektronika lainnya seperti Komputer, Laptop,
TV, Kamera, VCD/DVD Player, dan Video Player. Multimedia Proyektor dapat
digunakan untuk kegiatan presentasi, pembelajaran, pemutaran film, dan lain-lain.
Dari beberapa pendapat tentang pengertian media LCD Proyektor di atas,
dapat disimpulkan bahwa media LCD Proyektor atau Multimedia Proyektor
adalah sebuah alat yang merupakan gabungan dari LCD Proyektor dengan
perangkat elektronik seperti Komputer, Laptop, TV, Kamera, VCD/DVD Player,
18. 26
dan Video Player, dimana LCD Proyektor merupakan hardwarenya sedangkan
program dalam perangkat elektronik merupakan softwarenya yang dapat
digunakan untuk kegiatan presentasi dan pembelajaran.
6. Karakteristik LCD Proyektor
Media LCD Proyektor memiliki karakteristik yang berbeda dengan media
pembelajaran lainnya. Menurut Daryanto (2011: 124-125), LCD Proyektor
memiliki karakteristik yaitu: (1) semakin tinggi resolusi atau jumlah pixel yang
dihasilkan, semakin tinggi detail gambar yang dapat ditampilkan; (2) keefisienan
desain proyektor sangat menentukan seberapa besar brightness loss (hilangnya
tingkat kecerahan) secara internal; (3) proyektor yang baik harus mampu
mereproduksi secara akurat warna-warna (ukuran dari corak dan saturasi cahaya)
yang dikirim dari sumber; (4) tingkat Contras Ratio (ukuran perbandingan antara
warna hitam dan putih) yang lebih tinggi merupakan indikasi mengenai seberapa
baik suatu gambar dapat tampil baik di layar proyeksi, khususnya dalam hal
kehalusan detail warna.
7. Penggunaan LCD Proyektor
Dalam menggunakan media LCD Proyektor harus memperhatikan tata
cara penggunaannya. Hal ini dikarenakan LCD Proyektor merupakan sebuah
perangkat yang rawan untuk mengalami kerusakan apabila salah dalam
penggunaannya. Dengan memperhatikan tata cara penggunaannya, akan dapat
meminimalisir kerusakan pada LCD Proyektor.
Menurut Daryanto (2011: 126-129), cara penggunaan LCD Proyektor
antara lain:
19. 27
a. Dalam menginstalasi proyektor sebelum digunakan, posisi proyektor dan
komputer (laptop) harus dalam keadaan mati. Kalau komputer yang menyala
terlebih dahulu sebaiknya di restart untuk kemudian dipasang dan baru
dinyalakan lagi;
b. Untuk mematikan proyektor, dapat menggunakan remote atau menekan
tombol on/off, ditekan dua kali sampai muncul pertanyaan turn of your
projector. Kemudian tekan, maka lampu akan mati.
c. Apabila mencabut saluran listrik dari proyektor, lampu proyektor harus
berwarna merah. Jangan mencabut listrik apabila lampu proyektor berwarna
hijau atau kipas blower yang ada dalam proyektor masih aktif;
d. Lensa proyektor yang ada di depan harus dalam keadaan bersih. Hindari
sentuhan langsung dengan tangan tanpa diberi alas;
e. Untuk menghindari lensa tidak cepat kotor atau terhindar dari benturan,
sebaiknya tutup lensa dalam keadaan tertutup. Mengingat ukuran tutup lensa
kecil, sebaiknya ditali agar tidak hilang;
f. Ventilasi dalam LCD Proyektor sebaiknya dibiarkan terbuka, jangan ditutupi
oleh apapun. Ventilasi inilah yang berfungsi mengatur sirkulasi udara yang
keluar masuk;
g. Dalam membawa LCD Proyektor, sebaiknya tidak sembarangan
menggunakan tas. Tas yang digunakan adalah tas yang didesain khusus dan
dilapisi busa tebal, sehingga apabila terjadi benturan LCD Proyektor tetap
terjaga;
20. 28
h. Koneksi kabel harus dibersihkan agar serat kabel tidak rusak. Dalam
membuka dan memasang kabel juga harus berhati-hati, karena apabila serat
kabelnya putus akan berakibat fatal terhadap tampilan proyeksi;
i. Saat melipat kabel LCD Proyektor sebaiknya tidak terlalu menukik atau
melipat. Cara melipat kabel ini akan memengaruhi kekuatan kabel;
j. LCD Proyektor akan rusak apabila keseringan mati listrik secara mendadak.
Maka dari itu, koneksi listrik sebaiknya menggunakan UPS/stabilizer untuk
menyimpan arus listrik sementara. Hal ini dikarenakan apabila listrik mati
masih sempat mematikan secara normal.
C. Motivasi Belajar
1. Pengertian Motivasi Belajar
Istilah motivasi berasal dari kata „motif‟, yang diartikan sebagai daya
upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu (Sardiman, 2011: 73).
Sedangkan menurut Woodworth dan Marques (dalam Mustaqim dan Wahib,
2010: 72), motif adalah suatu tujuan jiwa yang mendorong individu untuk
aktivitas-aktivitas tertentu dan untuk tujuan-tujuan tertentu terhadap situasi
disekitarnya. Kuat lemahnya usaha yang dilakukan seseorang untuk mencapai
suatu tujuan akan ditentukan oleh kuat lemahnya motif yang dimiliki. Motif dan
motivasi adalah dua hal yang sangat berkaitan. Motivasi merupakan penjelmaan
dari motif yang bisa dilihat dari tingkah laku yang ditunjukkan oleh seseorang
(Sanjaya, 2009: 250).
Pada dasarnya motivasi adalah suatu usaha yang disadari untuk
menggerakkan dan menggarahkan tingkah laku seseorang agar terdorong untuk
21. 29
bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu.
Motivasi sebagai proses internal yang mengaktifkan, menuntun, dan
mempertahankan perilaku dari waktu ke waktu (Murphy et al dalam Slavin, 2009:
105).
Sedangkan Barelson dan Steiner (dalam Anggraheni, 2011: 150-151)
mendefinisikan motivasi sebagai suatu keadaan dalam diri seseorang yang
mendorong, mengaktifkan atau menggerakkan, dan yang mengarahkan atau
menyalurkan perilaku ke arah tujuan.
Pendapat di atas menunjukkan bahwa seseorang akan merubah tingkah
lakunya untuk mencapai suatu tujuan tertentu dikarenakan ada faktor pendorong
dari dalam diri seseorang tersebut. Makin kuat dorongan tersebut, maka makin
optimal ia berupaya agar sesuatu yang dituju dapat tercapai, dimana kalau sesuatu
yang diinginkan dapat tercapai, maka ia akan merasa berhasil dan puas. Hakekat
motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswa yang
sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan
beberapa indikator atau unsur yang mendukung yaitu meliputi: (1) adanya hasrat
dan keinginan berhasil; (2) adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar; (3)
adanya harapan dan cita-cita masa depan; (4) adanya penghargaan dalam belajar;
(5) adanya kegiatan yang menarik dalam belajar; (6) adanya lingkungan belajar
yang kondusif sehingga memungkinkan seseorang siswa dapat belajar dengan
baik (Uno, 2007: 23).
Berdasarkan pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pengertian
motivasi belajar adalah kondisi psikologis yang mendorong siswa untuk belajar
22. 30
dengan senang dan belajar secara sungguh-sungguh, yang pada gilirannya akan
terbentuk cara belajar siswa yang sistematis dan penuh konsentrasi. Besar
kecilnya semangat seseorang untuk belajar sangat ditentukan oleh besar kecilnya
motivasi yang dimilikinya. Jadi, motivasi memiliki peranan yang sangat penting
dalam proses pembelajaran, baik dalam proses maupun pencapaian hasil. Seorang
siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi, akan belajar dengan baik dan
sungguh-sungguh sehingga hasil belajarnya akan tinggi. Sebaliknya siswa yang
memiliki motivasi belajar rendah, tidak sungguh-sungguh dalam belajar, sehingga
hasil belajarnya pun akan rendah. Tinggi rendahnya motivasi seseorang dapat
dipengaruhi oleh dua faktor, baik faktor yang datang dari dalam (intrinsik)
maupun dari luar (ekstrinsik).
2. Jenis-Jenis Motivasi
Berdasarkan pengertian motivasi yang telah dibahas di atas, maka motivasi
dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik.
a. Motivasi Intrinsik
Motivasi intrinsik adalah motivasi untuk belajar yang berasal dari dalam
diri siswa itu sendiri (Gintings, 2008: 89). Adapun sifat-sifat yang dimiliki
motivasi ekstrinsik yaitu: (1) walaupun motivasi intrinsik sangat diharapkan,
namun justru tidak selalu timbul dari dalam diri siswa; (2) karena munculnya atas
kesadaran sendiri, maka motivasi intrinsik akan bertahan lebih lama dibandingkan
dengan motivasi ekstrinsik (Gintings, 2008: 89).
Berikut ini adalah beberapa tanda-tanda adanya motivasi intrinsik dalam
diri siswa menurut (Gintings, 2008: 90) yaitu: (1) adanya keterlibatan, kreativitas,
23. 31
dan rasa menikmati pelajaran dalam diri siswa selama pembelajaran berlangsung;
(2) adanya suasan hati yang positif seperti keseriusan dan keceriaan; (3)
munculnya pertanyaan dari siswa yang mengkaitkan materi pelajaran dengan
kehidupan nyata; (4) adanya diskusi personal lanjutan setelah selesainya jam
pelajaran; (5) menyerahkan tugas tanpa diingatkan oleh guru; (6) berusaha keras
dan tidak mudah menyerah dalam mengatasi kesulitan belajar atau komunikasi
serta penyelesaian tugas; (7) mengusulkan atau menetapkan tugas yang relevan
untuk dirinya sendiri; (8) mengupayakan penguasaan materi secara mandiri
dengan memanfaatkan berbagai strategi dan sumber belajar yang ada.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi intrinsik
adalah motivasi yang timbul dari dalam seseorang yang tidak perlu dirangsang
dari luar. Seseorang yang memiliki motivasi intrinsik, maka secara sadar akan
melakukan suatu kegiatan sesuai dengan hati nuraninya yang tidak memerlukan
motivasi dari luar dirinya, sehingga memiliki kecenderungan yang lebih kuat serta
tahan lama.
b. Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah motivasi untuk belajar yang berasal dari luar
diri siswa itu sendiri (Gintings, 2008: 88-89). Motivasi ekstrinsik sering
dipengaruhi oleh insentif eksternal seperti imbalan dan hukuman Santrock (2008:
514).
Adapun sifat-sifat motivasi ekstrinsik menurut Gintings (2008: 89) yaitu:
(1) karena munculnya bukan atas kesadaran sendiri, maka motivasi ekstrinsik
mudah hilang atau tidak dapat bertahan lama; (2) motivasi ekstrinsik jika
24. 32
diberikan terus menerus akan menimbulkan motivasi intrinsik dalam siswa.
Motivasi ektrinsik menunjukkan bahwa seseorang mau melakukan sesuatu karena
untuk mendapatkan sesuatu yang lain dan bukan berasal dari keinginan seseorang
itu sendiri. Berikut ini yang tergolong bentuk motivasi belajar ekstrinsik antara
lain: (1) belajar hanya untuk memenuhi kewajiban seorang siswa; (2) belajar
hanya untuk menghindari hukuman dari orang lain; (3) belajar hanya untuk
memperoleh hadiah; (4) belajar hanya untuk memperoleh pujian dari orang lain,
misalnya guru dan orang tua.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi ekstrinsik
adalah motivasi yang timbul dari luar siswa disebabkan adanya perangsang dari
luar, misalnya adanya persaingan untuk mencapai nilai yang tinggi agar mendapat
pujian atau pun hadiah dari orang lain.
3. Fungsi Motivasi
Sanjaya (2009: 251-253) berpendapat ada dua fungsi motivasi yaitu: (1)
mendorong siswa untuk beraktivitas, yang artinya bahwa tanpa adanya motivasi
tidak mungkin seseorang mau melakukan sesuatu; (2) motivasi berfungsi sebagai
pengarah, yang artinya bahwa motivasi bukan hanya dapat menggerakkan
seseorang untuk beraktivitas, tetapi melalui motivasi juga seseorang akan
mengarahkan aktivitasnya secara bersungguh-sungguh untuk mencapai tujuan
tertentu.
Sedangkan menurut Hamalik (2008: 161) ada tiga fungsi motivasi yaitu:
(1) mendorong timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan, yang artinya bahwa
tanpa motivasi maka tidak akan timbul sesuatu perbuatan seperti belajar; (2)
25. 33
motivasi berfungsi sebagai pengarah, yang artinya mengarahkan perbuatan untuk
mencapai tujuan yang diinginkan; (3) motivasi berfungsi sebagai penggerak, yang
diibaratkan sebagai mesin mobil, bahwa besar kecilnya gas yang diberikan akan
menentukan cepat atau lambatnya suatu perjalanan, begitu pula dengan motivasi,
besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya suatu perbuatan
atau tingkah laku.
Berdasarkan pendapat ahli mengenai fungsi motivasi di atas, maka peneliti
menyimpulkan fungsi motivasi yaitu: (1) mendorong siswa untuk melakukan
suatu perbuatan; (2) mengarahkan suatu perbuatan untuk mencapai tujuan yang
diinginkan; (3) menggerakkan suatu perbuatan untuk mencapai tujuan yang
diharapkan.
D. Kerangka Berpikir
Banyak faktor yang mempengaruhi hasil belajar matematika siswa di SD,
salah satunya adalah penggunaan media pembelajaran di kelas. Dalam
pembelajaran matematika di SDN 01 Josenan Kota Madiun, banyak didapati
siswa yang kurang termotivasi untuk belajar. Hal ini dapat dibuktikan dengan
banyaknya siswa yang tidak memperhatikan guru ketika menyampaikan materi
pelajaran. Mereka asik bermain sendiri, bercanda dengan temannya, bahkan
berjalan-jalan. Kondisi ini dapat terjadi karena guru tidak dapat menciptakan
pembelajaran yang menarik, mnyenangkan, dan bermakna bagi siswa. Seharusnya
guru matematika harus lebih kreatif dan inovatif dalam merancang dan
melaksanakan pembelajaran matematika yang menyenangkan dan bermakna bagi
26. 34
siswa sehingga dapat menghilangkan anggapan siswa tentang matematika
merupakan pelajaran yang sulit dan menakutkan. Salah satu alternatif yang dapat
dilakukan guru untuk menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan
dan bermakna bagi siswa adalah dengan menggunakan media pembelajaran yang
menarik dan modern sesuai dengan perkembangan teknologi seperti menggunakan
media LCD Proyektor.
LCD Proyektor adalah salah satu media pembelajaran yang bisa digunakan
untuk mempengaruhi siswa agar tertarik dalam proses pembelajaran matematika
di kelas. Dengan adanya LCD Proyektor, dapat memudahkan siswa dalam
memahami materi pelajaran matematika yang selama ini dianggap sebagai
pelajaran yang sulit diantara pelajaran lainnya.
Penggunaan media LCD Proyektor dengan berbagai variasi tampilan
visual, sangat baik untuk merangsang penalaran siswa dalam proses pembelajaran.
Sehingga dengan menggunakan media LCD Proyektor dapat melatih siswa untuk
mampu berpikir kreatif, kritis, dan inovatif, yang pada akhirnya dapat
meningkatkan hasil belajar matematika siswa.
Selain itu, faktor lain yang juga mempengaruhi hasil belajar matematika
adalah motivasi belajar siswa. Motivasi belajar memiliki peranan yang besar
terhadap usaha belaja siswa. Motivasi belajar merupakan pendorong untuk
melakukan suatu tindakan dalam proses pembelajaran. Tinggi rendahnya motivasi
dapat menentukan tinggi rendahnya usaha siswa dalam belajar, dan tentu juga
tinggi rendahnya usaha siswa dalam belajar akan menentukan hasil belajar yang
diperolehnya. Siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi cenderung hasil
27. 35
belajarnya pun akan tinggi. Sebaliknya, siswa yang memiliki motivasi belajar
rendah, cenderung hasil belajarnya pun akan rendah.
E. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kerangka berpikir di atas, maka penulis merumuskan
hipotesis penelitian sebagai berikut:
1. Ada peningkatan motivasi belajar matematika dalam menghitung luas
lingkaran menggunakan media LCD Proyektor pada siswa kelas V SDN 01
Josenan Kota Madiun tahun pelajaran 2012/2013.
2. Tidak ada peningkatan motivasi belajar matematika dalam menghitung luas
lingkaran menggunakan media LCD Proyektor pada siswa kelas V SDN 01
Josenan Kota Madiun tahun pelajaran 2012/2013.