Dokumen tersebut membahas tentang kesehatan reproduksi remaja di Indonesia, terutama masalah keputihan. Dibahas penyebab utama keputihan pada remaja, yaitu kurangnya pengetahuan akan kebersihan alat genital dan pengaruh penggunaan sabun antiseptik daun sirih berlebihan."
Contoh karya tulis ilmiah. Ini sebagai karya tulis ilmiah pas ada lomba Kader Kesehatan Remaja 2012 lalu :) Dan syukur banget, bisa juara 1 di tingkat provinsi berkat presentasi dari karya tulis ini :)
1. 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan menurut WHO merupakan suatu keadaan yang sempurna
baik fisik, mental dan sosial tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan.
Kesehatan menurut WHO ini mengandung 3 karakteristik, yaitu merefleksikan
perhatian pada individu sebagai manusia, memandang sehat dalam konteks
lingkungan internal dan eksternal, dan sehat diartikan sebagai hidup yang
kreatif dan produktif.
Menurut Undang-undang No. 36 pasal 1 tahun 2009, kesehatan
merupakan keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial
yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan
ekonomis.
Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sehat secara
menyeluruh mencakup fisik, mental dan kehidupan sosial yang berkaitan
dengan alat, fungsi serta proses reproduksi yang pemikiran kesehatan
reproduksi bukannya kondisi yang bebas dari penyakit melainkan bagaimana
seseorang dapat memiliki kehidupan seksual yang aman dan memuaskan
sebelum dan sesudah menikah. Reproduksi sehat berarti prilaku individu
yang berkaitan dengan fungsi dan proses reproduksi termasuk prilaku
seksual yang sehat. (Depkes RI, 2000)
Sejalan dengan itu pemeliharaan kesehatan reproduksi merupakan
suatu kumpulan metode, teknik dan pelayanan yang mendukung kesehatan
dan kesejahteraan reproduksi melalui pencegahan dan penyelesaian
masalah kesehatan reproduksi. Ini juga mencakup kesehatan seksual, yang
bertujuan meningkatkan status kehidupan dan hubungan-hubungan
perorangan, dan bukan semata-mata konseling dan perawatan yang bertalian
dengan reproduksi dan penyakit yang ditularkan melalaui hubungan seks.
(Harahap, 2003)
2. 2
Remaja di Indonesia mencakup seperempat dari seluruh jumlah
penduduk di Indonesia. Mengingat remaja merupakan masa transisi dari
masa kanak-kanak menuju dewasa maka remaja memiliki tugas
perkembangan yang tidak mudah. Mereka harus mendapatkan identitas diri
yang positif agar dapat berkembang sebagai dewasa muda yang sehat dan
produktif. Dengan jumlah populasi yang mencapai seperempat penduduk di
Indonesia maka permasalahan yang timbul akan menjadi sedemikian
besarnya. Permasalahan utama yang timbul pada remaja adalah tentang
kesehatan reproduksi. ( Yunike, 2009)
Keadaan kesehatan reproduksi remaja di Indonesia saat ini masih
belum seperti yang diharapkan. Bila dibandingkan dengan keadaan di
negara ASEAN lainnya, Indonesia masih tertinggal dalam banyak aspek
kesehatan reproduksi. Masalah kesehatan reproduksi selain berdampak
secara fisik, juga dapat berpengaruh terhadap kesehatan mental, emosi,
keadaan ekonomi dan kesejahteraan sosial. (Departemen Kesehatan RI,
2001).
Kesehatan reproduksi remaja dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:
kebersihan alat-alat genital, akses terhadap pendidikan kesehatan,
hubungan seksual pranikah, penyakit menular seksual (PMS), pengaruh
media massa, akses terhadap pelayanan kesehatan reproduksi yang
terjangkau, dan hubungan yang harmonis antara remaja dengan
keluarganya.
(http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21385/4/Chapter%20II.pdf,
diperoleh tanggal 26 Februari 2012)
Kesehatan reproduksi remaja ditentukan dengan bagaimana remaja
tersebut dalam merawat dan menjaga kebersihan alat-alat genitalnya. Bila
alat reproduksi lembab dan basah, maka keasaman akan meningkat dan itu
memudahkan pertumbuhan jamur. Remaja perempuan lebih mudah terkena
infeksi genital bila tidak menjaga kebersihan alat-alat genitalnya karena
organ vagina yang letaknya dekat dengan anus.
(http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21385/4/Chapter%20II.pdf,
diperoleh tanggal 26 Februari 2012)
Permasalahan remaja yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi
khususnya kebersihan alat genital salah satunya disebabkan oleh kurangnya
3. 3
pengetahuan dan kesadaran untuk mencapai keadaan sehat secara
reproduksi. Hal tersebut diperkuat oleh Notoatmodjo (2003) bahwa
pengetahuan merupakan domain yang berpengaruh dalam membentuk
perilaku seseorang. Sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Lawrence
Green (1980, dalam Notoatmodjo, 2007) bahwa perilaku seseorang
dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu faktor predisposisi, pendukung dan
pendorong. Dari ketiga factor tersebut, pengetahuan merupakan faktor
predisposisi yang mempengaruhi perilaku seseorang. Dengan demikian
perilaku yang kurang baik dalam membersihkan genitalia disebabkan oleh
pengetahuan yang kurang.
Pengetahuan kesehatan reproduksi sangat penting untuk remaja
karena pada saat usia remaja terjadi perkembangan yang sangat dinamis
baik secara biologi maupun psikologi dan ada beberapa faktor yang
mempengaruhi pengetahuan remaja seperti informasi yang di terima, orang
tua, teman, orang terdekat, media massa dan seringnya diskusi. (Putriani,
2010)
Menurut Erickson masa remaja adalah masa terjadinya krisis
identitas atau pencarian identitas diri. Sehingga kondisi mereka dikatakan
masih labil. Hal ini terbukti dengan kejadian mereka yang mudah tergoda
dengan segala macam hal yang baru. Banyak remaja khususnya remaja
putri yang tidak percaya diri dengan daerah pribadi mereka. Sehingga
memilih untuk menggunakan berbagai macam produk yang ditawarkan
tanpa mengetahui lebih lanjut resiko yang akan terjadi.
(http://www.scribd.com/doc/29352449/remaja, diperoleh pada tanggal 27
Februari 2012)
Diantara produk-produk yang ditawarkan kepada para remaja ini
tentunya dari berbagai merk. Namun isi dari produk tersebut salah satunya
adalah daun sirih yang telah diolah menjadi sabun antiseptic untuk
pembersih vagina yang telah di campur dengan bahan-bahan lain seperti
stelechocarpus burahol, gambir, pinang, kencur ekstrak dan sebagainya.
Karena sabun antiseptic daun sirih ini berbagai macam merk,sehingga
kandungannya pun berbeda.
Sabun antiseptik daun sirih adalah sabun dari daun sirih yang
memiliki kandungan minyak atsiri yang berfungsi sebagai antiseptik. Minyak
4. 4
atsiri daun sirih mengandung fenol dan kavinol. Fenol yang dihasilkan dari
ekstrak daun sirih merupakan senyawa golongan alkohol, yang memiliki
daya antiseptik lima kali lebih lama dari pada senyawa fenol biasa.
(Dalimartha, 2006).
Sabun antiseptik daun sirih ini dapat digunakan sebagai antiseptik,
tetapi apabila penggunaanya berlebihan dapat mengurangi keasaman
vagina. Dampaknya, kuman jahat hidup subur, jamur salah satunya. Vagina
yang terserang jamur candida memiliki ciri-ciri keputihan seperti susu pecah,
gatal, dan terasa perih saat kencing. Secara alamiah dalam setiap vagina
terdapat bakteri baik (flora normal vagina). Bakteri baik itu berfungsi
mengusir kuman yang merugikan. Pemakaian sabun vagina berlebihan
justru membunuh bakteri baik yang kemudian mempermudah kuman masuk
ke vagina. (http://batikuechemz.blogspot.com/2009/05/batasi-
penggunaan-sabun-sirih-untuk.html, diperoleh tanggal 27 Februari
2012)
Keputihan merupakan gejala yang sangat sering dialami oleh
sebagian besar wanita. Gangguan ini merupakan masalah kedua sesudah
gangguan haid. Keputihan seringkali tidak ditangani dengan serius oleh para
remaja. Padahal, keputihan bisa jadi indikasi adanya penyakit. Keputihan
yang fisiologis terjadi pada saat seorang perempuan terangsang sistem
birahinya menjelang menstruasi, sesudah menstruasi, atau ditengah-tengah
siklus, jumlahnya tidak begitu banyak, berwarna jernih, putih (kadang-
kadang meninggalkan bekas kuning di celana dalam), tidak berbau dan tidak
disertai keluhan seperti gatal, nyeri, bengkak pada alat kelamin. Kebanyakan
keputihan yang berbau dan warnanya kuning harus diwaspadai karena
beresiko timbulnya penyakit atau infeksi genitalia. (Wahyudi, 2002).
Para remaja harus waspada terhadap gejala keputihan. Penelitian
menunjukan, keputihan yang lama walau dengan gejala biasa-biasa saja,
lama kelamaan dapat merusak selaput dara. Selain merusak selaput dara,
kejadian keputihan akibat kesalahan cara perawatan alat genitalia dapat
menyebabkan ketidaknyamanan dan akan menimbulkan berbagai penyakit
infeksi genitalia diantaranya vulvitis (infeksi vulva), vaginitis kandidiasi
(keputihan kental bergumpal dan terasa sangat gatal), servisitis dan
endometritis (infeksi pada lapisan dalam dari rahim). (Manuaba, 2009)
5. 5
Data penelitian tentang kesehatan reproduksi menunjukan bahwa
75% wanita di dunia pasti mengalami keputihan paling tidak sekali seumur
hidup dan 45% diantaranya mengalami keputihan sebanyak 2 kali atau lebih
(Medica holistik, 2008). Di indonesia kejadian keputihan semakin meningkat.
Berdasarkan hasil penelitian menyebutkan bahwa tahun 2002, 50% wanita
Indonesia pernah mengalami keputihan, kemudian pada tahun 2003 60%
wanita pernah mengalami keputihan, sedangkan pada tahun 2004, hampir
70% wanita di Indonesia pernah mengalami keputihan setidaknya sekali
dalam hidupnya. (Prasetyowati, 2009).
Di Indonesia kejadian keputihan lebih tinggi yaitu mencapai 70%
remaja mengalami keputihan yang disebabkan oleh jamur dan parasit seperti
cacing kremi atau protozoa (Trichomonas vaginalis). Angka ini berbeda tajam
dengan Eropa yang hanya 25% saja, karena cuaca di Indonesia yang
lembab sehingga mudah terinfeksi jamur Candida albicans yang merupakan
salah satu penyebab keputihan. Kondisi seperti ini bisa dicegah dengan
kebiasaan hygiene pribadi yang baik, sedangkan kebisaan ini sendiri
merupakan perilaku yang harus dibiasakan oleh setiap individu, untuk itu
dalam hal ini perawat mempunyai peranan penting untuk mendidik
masyarakat khususnya remaja tentang pentingnya hygiene pribadi yang baik
untuk mencegah terjadinya keputihan yang patologis.(Dianis, 2010)
Penelitian Afriani (2005, dalam Prasetyowati, 2009) yang dilakukan di
SMAN 1 Kota Salatiga diperoleh 76% remaja mengalami keputihan normal,
sedangkan 23% remaja mengalami keputihan tidak normal. Sedangkan hasil
penelitian Farah (2009) tentang kejadian keputihan pada siswi kelas XI di
SMA Negeri 1 Jepara didapatkan dari 80 remaja terdapat 44 (62,5%)
mengalami keputihan. Sebanyak 36 (52,5%) yang mengalami keputihan
karena tidak tahu cara membersihkan alat genitalianya dengan baik dan
benar.
Estimasi jumlah remaja di Jawa Barat tahun 2008 sudah
mencapai 11.662.000 orang. Jumlah remaja yang semakin meningkat
diikuti oleh permasalahan remaja yang semakin meluas terutama yang
terkait dengan kesehatan reproduksinya. Informasi kesehatan
reproduksi remaja yang tidak lengkap, masih berkembangnya mitos-
mitos di sekitar remaja, ketidakmampuan remaja untuk assertive dan
6. 6
peer presure dari teman sebayanya. Ketidakmampuan tersebut jelas
dilatarbelakangi oleh keremajaan mereka.
(http://kesproremajaciawi.blogspot.com/ diperoleh tanggal 27 Februari
2010)
Secara geografis, Kota Garut terbagi menjadi tiga bagian yaitu Garut
Utara, Garut Kota dan Garut Selatan. Pada tahun 2010 jumlah penduduk di
Kota Garut mencapai 874.920 jiwa. Jumlah remaja wanita di Kota Garut
mencapai 108.701 jiwa. Kalangan remaja di Kota Garut belum diberikan
penyuluhan ataupun diadakan bimbingan konseling tentang infeksi genitalia
yang dapat berdampak pada kesehatan reproduksi remaja nantinya,
sehingga belum ditemukan jumlah remaja di Kota Garut yang mengalami
infeksi genitalia.(Badan Pusat Statistik Garut, 2010)
Dari berbagai bagian di wilayah Garut ini terdapt banyak SMA baik
yang negri maupun swasta. Salah satu SMA yang di ambil sebagai sempel
penelitian dari berbagai wilayah ini adalah SMAN 19 Garut yang jaraknya
mencapai 10km dari pusat kota kearah selatan. Sedangkan untuk
pembandingnya di ambil dari masing-masing wilayah yaitu SMAN 1
Leuwigoong dan SMA 1 Handayani Pameungpeuk.
Setelah dilakukan wawancara dari ketiga SMA ini, didapatkan hasil
bahwa setiap remaja yang dilakukan wawancara mengaku tidak tahu cara
menjaga alat genitalianya dengan baik dan tidak tahu efek samping dari
penggunaan sabun antiseptic daun sirih dalam jangka waktu yang panjang
dan pemakaian yang berlebihan.
Adapun hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan dengan
memberikan angket kepada masing-masing sampel di SMAN 19 Garut, SMA
1 Leuwigoong dan SMA Handayani 1 Pameungpeuk, didapatkan hasil
sebagai berikut:
Tabel 1.1 Data Hasil Studi Pendahuluan di Berbagai SMA di Kota Garut
Tahun 2012
No
Letak
Wilayah
Nama
Sekolah
Banyak
Respon
den
Jumlah
Pengguna
Sabun sirih
Kejadian
Keputihan
1 Garut Utara SMA 1 20 orang 10 orang 11 orang
7. 7
Leuwigoong
2 Garut Kota
SMAN 19
Garut
20 orang 12 orang 12 orang
3
Garut
Selatan
SMA
Handayani 1
Pameungpeuk
20 orang 9 orang 8 orang
Berdasarkan tabel diatas, jumlah responden tertinggi yang
menggunakan sabun sirih adalah SMAN 19 Garut. Saat ini tercatat jumlah
siswa perempuan kelas X dan XI SMAN 19 Garut tahun 2011/2012
sebanyak 255 siswa, yang terdiri dari siswa IPA 135 orang dan siswa IPS
120 orang. Siswa yang sekolah di SMA ini belum mendapatkan informasi
yang jelas tentang pentingnya menjaga kebersihan alat genitalia, sehingga
siswa remaja wanita yang sekolah di SMA ini dapat dengan mudah
menggunakan berbagai macam produk untuk membersihkan alat
genitalianya.
Studi pendahuluan di SMAN 19 Garut ini dilakukan pada kelas XI IPA
dan XI IPS. Kelas XI IPA sebanyak 10 orang, kelas XI IPS sebanyak 10
orang dengan jumlah siswa 20 orang, didapatkan 12 orang (60%)
mengatakan menggunakan sabun sirih sebagai pembersih alat genitalianya
dan mengalami keputihan yang berwarna kuning dan berbau, sehingga
mengalami gatal-gatal pada alat genitalianya. Sementara 8 orang lainnya
mengatakan tidak menggunakan sabun sirih untuk membersihkan alat
genitalianya dan mengalami keputihan berwarna bening dan tidak berbau.
Siswa lain yang tidak menggunakan sabun antiseptic daun sirih mengatakan
hanya menggunakan air biasa untuk mencuci alat genitalianya dan hanya
mengalami keputihan yang berwarna putih. Kebanyakan siswa ini malu
untuk mengungkapkan ketidaktahuannya tentang cara menjaga kebersihan
alat genitalianya, sehingga angka terjadinya keputihan akibat dari kesalahan
cara membersihkannyapun lebih tinggi di banding SMA lainnya.
Dari fenomena yang didapat, penulis tertarik untuk mengetahui
“Hubungan Pengetahuan Remaja tentang Sabun Antiseptik Daun Sirih
dengan Kejadian Keputihan di SMAN 19 Garut”. Dengan demikian, untuk
meminimalkan keadaan tersebut, perawat perlu mengidentifikasi
pengetahuan remaja tentang sabun antiseptik daun sirih dan kejadian
keputihan sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan yang tepat.
8. 8
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti membuat rumusan
masalah sebagai berikut: “Bagaimanakah hubungan pengetahuan remaja
tentang sabun antiseptik daun sirih dengan kejadian keputihan di SMAN 19
Garut tahun 2012?”
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan pengetahuan remaja tentang sabun
antiseptik daun sirih dengan kejadian keputihan di SMAN 19 Garut tahun
2012.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan remaja tentang sabun
antiseptik daun sirih di SMAN 19 Garut tahun 2012.
b. Untuk mengetahui gambaran kejadian keputihan di SMAN 19 Garut
tahun 2012.
c. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan remaja tentang sabun
antiseptik daun sirih dengan kejadian keputihan di SMAN 19 Garut
tahun 2012.
D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
9. 9
a. Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk pengembangan ilmu
keperawatan khususnya ilmu kesehatan reproduksi tentang cara
personal hygiene yang baik.
b. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pengembangan ilmu
kesehatan reproduksi dalam menentukan besar kecilnya kejadian
keputihan yang behubungan dengan penggunaan sabun antiseptik
daun sirih sebagai sabun pembersih vagina.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi institusi kesehatan di masyarakat
Hasil penelitian ini bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Garut dapat
menjadi data dasar untuk melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan
program kesehatan reproduksi remaja tentang kejadian keputihan
yang disebabkan karena sabun antiseptik daun sirih yang nantinya
dapat berkembang menjadi penyakit infeksi genitalia.
b. Bagi institusi sekolah
Bagi institusi sekolah, hasil penelitian ini dapat digunakan untuk
mengevaluasi pengetahuan remaja tentang penggunaan sabun
antiseptik daun sirih terhadap keputihan sehingga mampu
menentukan besar kecilnya risiko terjadinya keputihan pada remaja
dan dapat memotivasi supaya mampu melakukan personal hygiene
yang lebih baik.
10. 9
a. Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk pengembangan ilmu
keperawatan khususnya ilmu kesehatan reproduksi tentang cara
personal hygiene yang baik.
b. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pengembangan ilmu
kesehatan reproduksi dalam menentukan besar kecilnya kejadian
keputihan yang behubungan dengan penggunaan sabun antiseptik
daun sirih sebagai sabun pembersih vagina.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi institusi kesehatan di masyarakat
Hasil penelitian ini bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Garut dapat
menjadi data dasar untuk melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan
program kesehatan reproduksi remaja tentang kejadian keputihan
yang disebabkan karena sabun antiseptik daun sirih yang nantinya
dapat berkembang menjadi penyakit infeksi genitalia.
b. Bagi institusi sekolah
Bagi institusi sekolah, hasil penelitian ini dapat digunakan untuk
mengevaluasi pengetahuan remaja tentang penggunaan sabun
antiseptik daun sirih terhadap keputihan sehingga mampu
menentukan besar kecilnya risiko terjadinya keputihan pada remaja
dan dapat memotivasi supaya mampu melakukan personal hygiene
yang lebih baik.