Ringkasan dokumen ini adalah:
Dokumen ini membahas hubungan antara perilaku pencegahan keputihan dengan kejadian keputihan patologi pada remaja puteri di SMA Negeri 1 Pegandon, Kabupaten Kendal. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara perilaku pencegahan keputihan dengan kejadian keputihan patologi, dengan nilai p = 0,003 < 0,05. Remaja puteri yang memiliki perilaku pencegahan baik cenderung lebih bes
1. Dokumen tersebut membahas tentang latar belakang masalah keputihan pada siswi di Pondok Pesantren Darul Hasanah Kalikondang Demak. Terdapat beberapa faktor risiko keputihan seperti ketidaktahuan tentang merawat organ genitalia dan budaya saling tukar pakaian.
2. Rumusan masalah yang diteliti adalah hubungan antara pengetahuan tentang keputihan dengan penanganan keputihan pada siswi pondok terse
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan tentang menstruasi dengan pelaksanaan kebersihan diri saat menstruasi pada remaja putri di SMP Negeri 1 Kedondong, Kabupaten Pesawaran tahun 2014. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar siswi memiliki pengetahuan yang kurang baik tentang menstruasi dan pelaksanaan kebersihan diri saat menstruasi. Terdapat hubungan antara pengetahuan tentang
1. Dokumen tersebut membahas tentang latar belakang keputihan pada remaja putri, yang disebabkan oleh berbagai faktor seperti lingkungan yang lembab, hormon, dan bakteri. Dokumen ini juga menjelaskan tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan vulva hygiene dengan kejadian keputihan pada remaja putri usia 14-17 tahun di desa tertentu.
Dokumen tersebut membahas tentang kesehatan reproduksi remaja di Indonesia, terutama masalah keputihan. Dibahas penyebab utama keputihan pada remaja, yaitu kurangnya pengetahuan akan kebersihan alat genital dan pengaruh penggunaan sabun antiseptik daun sirih berlebihan."
1. Dokumen tersebut membahas tentang kesehatan reproduksi remaja, termasuk faktor-faktor yang mempengaruhinya seperti pengetahuan, hygiene, dan penggunaan produk untuk membersihkan alat genitalia. Dokumen ini juga menyebutkan hasil penelitian tentang angka kejadian keputihan pada remaja di beberapa daerah.
1. Dokumen tersebut membahas tentang latar belakang masalah keputihan pada siswi di Pondok Pesantren Darul Hasanah Kalikondang Demak. Terdapat beberapa faktor risiko keputihan seperti ketidaktahuan tentang merawat organ genitalia dan budaya saling tukar pakaian.
2. Rumusan masalah yang diteliti adalah hubungan antara pengetahuan tentang keputihan dengan penanganan keputihan pada siswi pondok terse
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan tentang menstruasi dengan pelaksanaan kebersihan diri saat menstruasi pada remaja putri di SMP Negeri 1 Kedondong, Kabupaten Pesawaran tahun 2014. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar siswi memiliki pengetahuan yang kurang baik tentang menstruasi dan pelaksanaan kebersihan diri saat menstruasi. Terdapat hubungan antara pengetahuan tentang
1. Dokumen tersebut membahas tentang latar belakang keputihan pada remaja putri, yang disebabkan oleh berbagai faktor seperti lingkungan yang lembab, hormon, dan bakteri. Dokumen ini juga menjelaskan tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan vulva hygiene dengan kejadian keputihan pada remaja putri usia 14-17 tahun di desa tertentu.
Dokumen tersebut membahas tentang kesehatan reproduksi remaja di Indonesia, terutama masalah keputihan. Dibahas penyebab utama keputihan pada remaja, yaitu kurangnya pengetahuan akan kebersihan alat genital dan pengaruh penggunaan sabun antiseptik daun sirih berlebihan."
1. Dokumen tersebut membahas tentang kesehatan reproduksi remaja, termasuk faktor-faktor yang mempengaruhinya seperti pengetahuan, hygiene, dan penggunaan produk untuk membersihkan alat genitalia. Dokumen ini juga menyebutkan hasil penelitian tentang angka kejadian keputihan pada remaja di beberapa daerah.
Dokumen tersebut membahas tentang kesehatan reproduksi remaja di Indonesia. Beberapa poin utama yang diangkat antara lain: (1) masalah kesehatan reproduksi merupakan permasalahan besar bagi remaja Indonesia; (2) salah satu masalah kesehatan reproduksi yang sering dialami remaja adalah leukorea yang disebabkan oleh berbagai faktor seperti penggunaan antiseptik berlebihan; (3) diperlukan upaya peningkatan pengetahuan dan
Dokumen tersebut membahas tentang kesehatan reproduksi remaja di Indonesia. Beberapa poin utama yang diangkat antara lain: (1) masalah kesehatan reproduksi merupakan permasalahan besar bagi remaja Indonesia; (2) salah satu masalah kesehatan reproduksi yang sering dialami remaja adalah leukorea yang disebabkan oleh berbagai faktor seperti penggunaan antiseptik berlebihan; (3) diperlukan upaya peningkatan pengetahuan dan
Upaya pencegahan masalah kesehatan reproduksi perempuan di lapas melalui penyuluhan kesehatan reproduksi dan pemeriksaan pap smear. Kegiatan ini bertujuan meningkatkan pengetahuan dan deteksi dini kanker serviks. Hasil pemeriksaan pap smear menunjukkan mayoritas abnormal seperti radang sedang dan difus.
Faktor-faktor yang berpengaruh signifikan terhadap wanita usia subur melakukan deteksi dini kanker serviks dengan metode pap smear adalah pengetahuan dan dukungan tenaga kesehatan. Wanita dengan pengetahuan kurang tentang kanker serviks berisiko tidak melakukan pap smear dua kali lebih besar dibandingkan wanita yang pengetahuannya baik, sedangkan wanita tanpa dukungan tenaga kesehatan berisiko du
Penelitian ini menilai hubungan antara pemilihan dokter ahli kebidanan dan kandungan sebagai petugas pelayanan antenatal dengan persalinan sectio caesarea. Hasilnya menunjukkan ada hubungan signifikan antara pemilihan dokter tersebut dengan persalinan sectio caesarea, namun hubungan ini dipengaruhi oleh status sosial ekonomi rumah tangga."
Ada hubungan antara tingkat pengetahuan tentang kanker payudara dengan minat melakukan sadari pada wanita usia subur di Kampung Jetis, Yogyakarta. Penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki pengetahuan yang baik tentang kanker payudara namun minat melakukan sadari masih sedang. Hasil analisis mengungkapkan adanya hubungan antara kedua variabel tersebut meskipun kekuatannya lemah.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas konseling seks usia senja terhadap frekuensi hubungan seksual pada wanita masa klimakterium.
2. Metode penelitian menggunakan desain survei analitik dengan 30 responden yang dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok yang mendapat konseling seks dan kelompok yang tidak mendapat konseling.
3.
Tiga kalimat ringkasan dokumen tersebut adalah:
Dokumen tersebut menganalisis hubungan antara tingkat pengetahuan ibu dan tingkat ekonomi keluarga dengan status gizi balita di keluarga nelayan di Kota Padang. Hasilnya menunjukkan sebagian besar balita memiliki status gizi normal, tingkat pengetahuan ibu sebagian besar rendah, dan sebagian besar keluarga berada dalam kategori miskin, namun tidak ditemukan hubungan ant
Remaja di Sumatera Selatan masih kurang memahami kesehatan reproduksi. Pengetahuan tentang masa subur, pencegahan kehamilan, HIV/AIDS, dan anemia masih rendah. Program penyuluhan kesehatan reproduksi perlu ditingkatkan melalui sekolah, media, dan organisasi kepemudaan untuk meningkatkan pemahaman remaja.
Dokumen ini merangkum hasil penelitian tentang pengetahuan remaja putri tentang aborsi di SMA Negeri 1 Tikep. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan siswi kelas XII IPA tentang aborsi. Hasil penelitian diharapkan dapat menambah wawasan mahasiswa kebidanan mengenai gambaran kejadian abortus dan pengetahuan masyarakat tentang aborsi.
Dokumen tersebut membahas tentang asfiksia pada bayi baru lahir, termasuk pengertian, gejala, dan faktor risiko penyebabnya seperti usia ibu, umur kehamilan, dan kelahiran prematur. Data dari beberapa rumah sakit menunjukkan angka kejadian asfiksia cenderung meningkat."
Dokumen tersebut membahas faktor yang berhubungan dengan tindakan vaksinasi HPV pada wanita dewasa di Kota Kediri. Penelitian menggunakan desain kasus kontrol dengan 25 sampel untuk masing-masing kelompok. Hasilnya menunjukkan tingkat pendidikan, pengetahuan, dan dukungan keluarga berhubungan dengan vaksinasi HPV, sedangkan usia, status pernikahan, pendapatan, dan riwayat kanker serviks keluarga tidak.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Banyak wanita Indonesia yang mengalami keputihan, terutama pada tahun 2009 dimana 75% wanita pernah mengalami keputihan.
2. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan asuhan kebidanan pada ibu dengan keputihan fisiologis selama seminggu.
3. Hasilnya menunjukkan kondisi ibu membaik setelah menerima asuhan tersebut.
Asuhan kebidanan pada remaja NN. L, usia 19 tahun, dengan flour albus di Klinik Utama Rawat Inap Rahayu Lampung Tengah memberikan edukasi tentang pentingnya menjaga kebersihan alat reproduksi untuk mencegah keputihan serta memberikan saran pengobatan herbal berupa rebusan daun sirih hijau.
Dokumen tersebut membahas tentang kesehatan reproduksi remaja di Indonesia. Beberapa poin utama yang diangkat antara lain: (1) masalah kesehatan reproduksi merupakan permasalahan besar bagi remaja Indonesia; (2) salah satu masalah kesehatan reproduksi yang sering dialami remaja adalah leukorea yang disebabkan oleh berbagai faktor seperti penggunaan antiseptik berlebihan; (3) diperlukan upaya peningkatan pengetahuan dan
Dokumen tersebut membahas tentang kesehatan reproduksi remaja di Indonesia. Beberapa poin utama yang diangkat antara lain: (1) masalah kesehatan reproduksi merupakan permasalahan besar bagi remaja Indonesia; (2) salah satu masalah kesehatan reproduksi yang sering dialami remaja adalah leukorea yang disebabkan oleh berbagai faktor seperti penggunaan antiseptik berlebihan; (3) diperlukan upaya peningkatan pengetahuan dan
Upaya pencegahan masalah kesehatan reproduksi perempuan di lapas melalui penyuluhan kesehatan reproduksi dan pemeriksaan pap smear. Kegiatan ini bertujuan meningkatkan pengetahuan dan deteksi dini kanker serviks. Hasil pemeriksaan pap smear menunjukkan mayoritas abnormal seperti radang sedang dan difus.
Faktor-faktor yang berpengaruh signifikan terhadap wanita usia subur melakukan deteksi dini kanker serviks dengan metode pap smear adalah pengetahuan dan dukungan tenaga kesehatan. Wanita dengan pengetahuan kurang tentang kanker serviks berisiko tidak melakukan pap smear dua kali lebih besar dibandingkan wanita yang pengetahuannya baik, sedangkan wanita tanpa dukungan tenaga kesehatan berisiko du
Penelitian ini menilai hubungan antara pemilihan dokter ahli kebidanan dan kandungan sebagai petugas pelayanan antenatal dengan persalinan sectio caesarea. Hasilnya menunjukkan ada hubungan signifikan antara pemilihan dokter tersebut dengan persalinan sectio caesarea, namun hubungan ini dipengaruhi oleh status sosial ekonomi rumah tangga."
Ada hubungan antara tingkat pengetahuan tentang kanker payudara dengan minat melakukan sadari pada wanita usia subur di Kampung Jetis, Yogyakarta. Penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki pengetahuan yang baik tentang kanker payudara namun minat melakukan sadari masih sedang. Hasil analisis mengungkapkan adanya hubungan antara kedua variabel tersebut meskipun kekuatannya lemah.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas konseling seks usia senja terhadap frekuensi hubungan seksual pada wanita masa klimakterium.
2. Metode penelitian menggunakan desain survei analitik dengan 30 responden yang dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok yang mendapat konseling seks dan kelompok yang tidak mendapat konseling.
3.
Tiga kalimat ringkasan dokumen tersebut adalah:
Dokumen tersebut menganalisis hubungan antara tingkat pengetahuan ibu dan tingkat ekonomi keluarga dengan status gizi balita di keluarga nelayan di Kota Padang. Hasilnya menunjukkan sebagian besar balita memiliki status gizi normal, tingkat pengetahuan ibu sebagian besar rendah, dan sebagian besar keluarga berada dalam kategori miskin, namun tidak ditemukan hubungan ant
Remaja di Sumatera Selatan masih kurang memahami kesehatan reproduksi. Pengetahuan tentang masa subur, pencegahan kehamilan, HIV/AIDS, dan anemia masih rendah. Program penyuluhan kesehatan reproduksi perlu ditingkatkan melalui sekolah, media, dan organisasi kepemudaan untuk meningkatkan pemahaman remaja.
Dokumen ini merangkum hasil penelitian tentang pengetahuan remaja putri tentang aborsi di SMA Negeri 1 Tikep. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan siswi kelas XII IPA tentang aborsi. Hasil penelitian diharapkan dapat menambah wawasan mahasiswa kebidanan mengenai gambaran kejadian abortus dan pengetahuan masyarakat tentang aborsi.
Dokumen tersebut membahas tentang asfiksia pada bayi baru lahir, termasuk pengertian, gejala, dan faktor risiko penyebabnya seperti usia ibu, umur kehamilan, dan kelahiran prematur. Data dari beberapa rumah sakit menunjukkan angka kejadian asfiksia cenderung meningkat."
Dokumen tersebut membahas faktor yang berhubungan dengan tindakan vaksinasi HPV pada wanita dewasa di Kota Kediri. Penelitian menggunakan desain kasus kontrol dengan 25 sampel untuk masing-masing kelompok. Hasilnya menunjukkan tingkat pendidikan, pengetahuan, dan dukungan keluarga berhubungan dengan vaksinasi HPV, sedangkan usia, status pernikahan, pendapatan, dan riwayat kanker serviks keluarga tidak.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Banyak wanita Indonesia yang mengalami keputihan, terutama pada tahun 2009 dimana 75% wanita pernah mengalami keputihan.
2. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan asuhan kebidanan pada ibu dengan keputihan fisiologis selama seminggu.
3. Hasilnya menunjukkan kondisi ibu membaik setelah menerima asuhan tersebut.
Asuhan kebidanan pada remaja NN. L, usia 19 tahun, dengan flour albus di Klinik Utama Rawat Inap Rahayu Lampung Tengah memberikan edukasi tentang pentingnya menjaga kebersihan alat reproduksi untuk mencegah keputihan serta memberikan saran pengobatan herbal berupa rebusan daun sirih hijau.
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI PUSKE...Adil Athilshipate
ABSTRACT
Diarrheal disease is one disease that commonly affects infants and young children, said diarrhea
when frekuensianya more than 3 times a day. PHC Mungkajang in Palopo, diarrheal disease in the
top ten greatest disease which ranks sixth with a proportion of 2.44%. This study aims to
mengenalisis factors most dominant on the incidence of diarrhea in infants in PHC Mungkajang
Palopo. The research method is analytical survey with case control design. Population in this
research are children who live in PHC Mungkajang Palopo. Samples were taken by proportional
random sampling totaling 246 people. Data analysis included univariate, bivariate and multivariate.
The results showed that there is no correlation age, sex, measles immunization, maternal age,
mother's occupation and environmental sanitation with the incidence of diarrhea in infants (p>
0.05) and there is a relationship of nutritional status, exclusive breastfeeding, education, personal
hygiene, water supply Clean and availability toilet with diarrhea (p <0.05). The most predominant
risk factors associated with the incidence of diarrhea in children under five is personal hygiene with
OR = 3,065 (p = 0.001) and Exp (B) = 3,065. Models of logistic regression equations known to
toddlers who are not exclusively breastfed and personal hygiene, provision of clean water and poor
availability of latrines, then have a probability of occurrence of diarrhea by 48%. Advised the
public to raise awareness to behave clean and healthy lifestyle in reducing the frequency of
morbidity of diarrhea in infants.
Makalah ini membahas tentang penyuluhan keputihan. Keputihan adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh infeksi atau peradangan pada alat kelamin wanita. Ada dua jenis keputihan, yaitu fisiologis dan patologis. Berbagai faktor seperti kebersihan, stress, dan penggunaan obat dapat menyebabkan keputihan. Gejala keputihan antara lain rasa gatal dan adanya cairan dari vagina. Wanita yang men
Dokumen tersebut membahas tentang kesehatan reproduksi remaja, terutama mengenai leukorea. Ia menjelaskan penyebab leukorea seperti penggunaan sabun antiseptik daun sirih berlebihan, kurangnya pengetahuan tentang kebersihan alat reproduksi, serta prevalensi leukorea yang tinggi pada remaja di Indonesia. Dokumen ini juga membahas upaya pemerintah dalam meningkatkan layanan kesehatan reproduksi remaja.
(MATERI 1) Ruang Lingkup dan Tujuan Andrologi.pptxRifaldiSyaputra1
Dokumen tersebut membahas tentang ruang lingkup dan tujuan ilmu andrologi. Topik utama andrologi meliputi infertilitas, hipogonadisme, kontrasepsi pria, disfungsi ereksi, dan penuaan pria. Dokumen ini juga membedah istilah terkait kesehatan reproduksi pria seperti andrologi, ginekologi, dan kesehatan reproduksi serta membandingkan konsep infertilitas, subfertilitas, sterilitas dan fekunditas.
Tiga kalimat ringkasan dokumen tersebut adalah:
Dokumen tersebut meneliti hubungan antara kebiasaan mencuci tangan anak pra sekolah dengan kejadian diare di wilayah kerja Puskesmas Pajang Surakarta. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif korelasi dengan sampel 81 ibu yang mempunyai anak berusia 3-5 tahun. Hasilnya menunjukkan ada hubungan antara kebiasaan mencuci tangan anak dengan ke
Selain sarana, diperlukan pendidikan kesehatan yang relevan dengan jenjang pendidikan di sekolah dasar, salah satunya terkait Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) sekarang ini adalah bagaimana memfasilitasi kegiatan menstruasi. Seiring dengan meningkatnya status gizi, maka peserta didik perempuan di sekolah dasar sudah mengalami menstruasi. Kelompok ini perlu difasilitasi supaya dapat menjalankan periode menstruasinya secara nyaman di sekolah, termasuk dengan memberikan informasi yang tepat dan benar terkait tata laksana atau Manajemen Kebersihan Menstruasi (MHM).
"Jodoh Menurut Prespektif Al-Quran" (Kajian Tasir Ibnu Katsir Surah An-Nur ay...Muhammad Nur Hadi
Jurnal "Jodoh Menurut Prespektif Al-Quran" (Kajian Tasir Ibnu Katsir Surah An-Nur ayat 26 dan 32 dan Surah Al-Hujurat Ayat 13), Ditulis oleh Muhammmad Nur Hadi, Mahasiswa Program Studi Ilmu Hadist di UIN SUSKA RIAU.
JAWABAN PMM. guru kemendikbud tahun pelajaran 2024
3189
1. STIKES NGUDI WALUYO
HUBUNGAN PERILAKU PENCEGAHAN KEPUTIHAN DENGAN KEJADIAN
KEPUTIHAN PATOLOGI PADA REMAJA PUTERI DI SMA N 1 PEGANDON
KABUPATEN KENDAL
JURNAL
KARYA TULIS ILMIAH
OLEH :
RIFFQI KURNIAWATI
NIM : 030112a075
PROGRAM STUDI D IV KEBIDANAN
STIKES NGUDI WALUYO
2013
1
2. HUBUNGAN PERILAKU PENCEGAHAN KEPUTIHAN DENGAN KEJADIAN
KEPUTIHAN PATOLOGI PADA REMAJA PUTERI DI SMA N 1 PEGANDON
KABUPATEN KENDAL
Oleh :
RIFFQI KURNIAWATI
Program Studi D IV Kebidanan STIKES Ngudi Waluyo
Abstrak
Semua wanita dengan segala umur dapat mengalami keputihan. Berdasarkan data penelitian
tentang kesehatan reproduksi wanita menunjukkan 75% wanita di dunia pasti menderita keputihan,
paling tidak sekali dalam hidupnya. Keputihan merupakan gejala yang sering dialami oleh sebagian
besar wanita. Gangguan ini merupakan masalah kedua setelah gangguan haid. Keputihan seringkali
tidak ditangani dengan serius oleh para remaja. Padahal, keputihan bisa jadi indikasi adanya
penyakit. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan perilaku pencegahan keputihan
dengan kejadian keputihan patologi pada remaja puteri di SMA N 1 Pegandon.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah analitik korelasi. Pendekatan
yang digunakan adalah cross sectional. Responden yang menjadi subjek penelitian ini adalah
seluruh remaja puteri SMA N 1 Pegandon Kabupaten Kendal. Tehnik pengambilan sampel yang
digunakan adalah proporsionate stratified random sampling dan didapatkan jumlah sampel
sebanyak 82 responden.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 82 responden, remaja puteri yang memiliki
perilaku pencegahan keputihan baik sebanyak 50 orang (61,0 %), yang mengalami keputihan
patologi sebanyak 30 orang (60,0 %) dan yang tidak mengalami keputihan patologi sebanyak 20
orang (40 %). Remaja puteri yang memiliki perilaku pencegahan cukup sebanyak 32 orang (39 %),
yang mengalami keputihan patologi sebanyak 29 orang (90,6 %) dan yang tidak mengalami
keputihan patologi sebanyak 3 orang (9,4 %). Dari hasil uji chi square menunjukkan ada hubungan
antara perilaku pencegahan keputihan dengan kejadian keputihan patologi pada remaja puteri SMA
N 1 Pegandon Kabupaten Kendal dengan nilai p = 0,003 > 0,05.
Diharapkan penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi dalam meningkatkan
wawasan mahasiswa mengenai perilaku pencegahan keputihan pada kejadian keputihan patologi.
Kata kunci : perilaku pencegahan, keputihan patologi
PENDAHULUAN
Program kesehatan reproduksi remaja
membantu remaja agar memahami dan
menyadari ilmu kesehatan reproduksi,
sehingga memiliki sikap dan perilaku sehat
dan tentu saja bertanggung jawab kaitannya
dengan masalah reproduksi. Upaya memiliki
kehidupan reproduksi yang sehat dan
bertanggung jawab, berarti pula suatu upaya
meningkatkan kualitas keluarga karena remaja
adalah bagian dari suatu keluarga (Widyastuti,
2009).
Kesehatan secara keseluruhan selalu
berkaitan. Bila terjadi gangguan kesehatan
pada remaja secara umum, tentu kesehatan
reproduksinya juga terganggu. Beberapa
keadaan yang berpengaruh buruk terhadap
kesehatan remaja termasuk kesehatan
reproduksi remaja meliputi mal nutrisi,
pertumbuhan lambat, infeksi yang berkaitan
dengan keturunan dan stress (Widyastuti,
2009).
Menurut Depkes RI (2008) dalam Andi
(2011) keputihan merupakan gejala yang
sering dialami oleh sebagian besar wanita.
Gangguan ini merupakan masalah kedua
setelah gangguan haid. Keputihan seringkali
tidak ditangani dengan serius oleh para
remaja. Padahal, keputihan bisa jadi indikasi
adanya penyakit. Hampir semua perempuan
pernah mengalami keputihan. Pada umumnya,
orang menganggap keputihan pada wanita
sebagai hal yang normal. Pendapat ini tidak
2
3. sepenuhnya benar, karena ada berbagai sebab
yang dapat mengakibatkan keputihan.
Keputihan yang normal memang merupakan
hal yang wajar. Namun, keputihan yang tidak
normal dapat menjadi petunjuk adanya
penyakit yang harus diobati.
Keputihan adalah semua pengeluaran
cairan alat genitalia yang bukan darah.
Keputihan bukan penyakit tersendiri, tetapi
manifestasi gejala dari hampir semua penyakit
kandungan. Keputihan dapat terjadi secara
fisiologis maupun patologis. Keputihan
normal atau fisiologis terdiri atas cairan yang
kadang-kadang berupa mucus yang
mengandung banyak epitel dengan leukosit
jarang. Sedangkan pada keputihan patologis
terdapat banyak leukosit (Manuaba, 2010).
Semua wanita dengan segala umur dapat
mengalami keputihan. Berdasarkan data
penelitian tentang kesehatan reproduksi
wanita menunjukkan 75% wanita di dunia
pasti menderita keputihan, paling tidak sekali
dalam hidupnya (Egan, 2009). Sedangkan
wanita Indonesia sendiri 75% pasti
mengalami keputihan minimal satu kali dalam
hidupnya. Lebih dari 70% wanita Indonesia
mengalami keputihan yang disebabkan oleh
jamur dan parasit seperti cacing kremi atau
protozoa (Trichomonas vaginalis). Angka ini
berbeda tajam dengan Eropa yang hanya 25%
saja karena cuaca di Indonesia yang lembab
sehingga mudah terinfeksi jamur Candida
albicans yang merupakan salah satu penyebab
keputihan ( Febiliawanti, 2009).
Pada keputihan fisiologis cairan yang
keluar seperti air atau kadang-kadang agak
berlendir, umumnya cairan yang keluar
sedikit, jernih dan tidak berbau. Selain itu,
keputihan jenis ini juga tidak disertai rasa
gatal dan perubahan warna. Keputihan normal
terjadi sebelum dan sesudah menstruasi, pada
saat terangsang secara seksual, mengalami
stress berat, sedang hamil atau mengalmi
kelelahan (Bahari, 2012).
Keputihan patologis umumnya
disebabkan oleh infeksi. Ciri dari keputihan
patologis adalah cairan berwarna kekuningan
sampai hijau, sering kali lebih kental dan
berbau dan mengandung banyak leukosit.
Secara langsung dapat disebabkan oleh
Trichomonas vaginalis, Candida albican, dan
infeks campuran dari Gardnella vaginalis dan
vaginal anaerobs (Bahari, 2012).
Keadaan yang lembab pada daerah
kewanitaan akan lebih mendukung
berkembangnya jamur penyebab keputihan.
Untuk itu sangat disarankan untuk menjaga
agar daerah kewanitaan dalam keadaan bersih
dan tidak lembab dengan mengenakan
pakaian dalam yang cukup menyerap keringat
atau terbuat dari jenis kain katun. Penggunaan
cairan pembasuh vagina harus dilakukan
secara bijaksana dengan mengetahui suatu
prinsip bahwa lingkungan vagina bersifat
asam yang juga merupakan lingkungan
normal bagi flora normal di vagina. Adanya
perubahan lingkungan normal tersebut,
misalnya dengan penggunaan cairan
pembasuh vagina yang bersifat basa, dapat
memicu pertumbuhan kuman secara abnormal
yang salah satu akibatnya adalah keputihan
(Anolis, 2011).
Hasil survey awal berdasarkan
wawancara yang dilakukan oleh peneliti pada
10 remaja puteri kelas XI SMA N 1 Pegandon
bulan Maret 2013 didapatkan data 4 remaja
mengeluhkan keputihan dengan jumlah cairan
banyak, kental, dan terasa gatal. 3 remaja
mengalami keputihan dengan jumlah cairan
banyak, berwarna bening, tetapi tidak terasa
gatal dan 3 remaja sisanya mengalami
keputihan hanya menjelang menstruasi saja
tanpa ada keluhan. 10 remaja tersebut
sebelumnya tidak pernah mendapatkan
informasi mengenai kesehatan reproduksi dari
pelayanan kesehatan setempat seperti
puskesmas, sehingga tindakan yang dilakukan
dalam mencegah dan menangani masalah
keputihan yang dihadapi belum sesuai, seperti
menggunakan celana dalam selain dari bahan
katun, menggunakan cairan pembersih vagina,
berendam dengan air hangat dan
menggunakan pantyliner.
Dari studi pendahuluan yang dilakukan
pada remaja SMA N 1 Pegandon Kabupaten
Kendal pada bulan April 2013, dilakukan
wawancara kembali kepada 10 remaja puteri
kelas XI SMA N 1 Pegandon Kabupaten
Kendal, 3 remaja menyatakan mengalami
keputihan tanpa rasa gatal, 5 remaja
menyatakan mengalami keputihan disertai
keluhan gatal dan banyak serta 2 remaja
menyatakan tidak mengalami keputihan.
3
4. Remaja-remaja puteri yang telah
diwawancarai dan mengalami keputihan,
sebelumnya telah melakukan pencegahan
keputihan dengan berbagai cara seperti selalu
mengganti celana dalam setelah mandi,
menggunakan pantyliner setiap hari dan
menggunakan cairan pembersih vagina,
dimana tindakan pencegahan tersebut berasal
dari sumber informasi yang kurang jelas
seperti hanya mendengar dari beberapa teman.
Berdasarkan data tersebut penulis tertarik
untuk mengadakan penelitian mengenai
hubungan perilaku pencegahan keputihan
dengan kejadian keputihan patologis pada
remaja puteri di SMA N 1 Pegandon
Kabupaten Kendal.
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Desain Penelitian
Rancangan penelitian ini
menggunakan metode penelitian analitik
korelasi bertujuan untuk menggali
bagaimana dan mengapa fenomena
kesehatan terjadi, selanjutnya melakukan
analisis dinamika korelasi antar fenomena
tersebut.
. Pendekatan yang digunakan adalah
pendekatan cross sectional.
B. Definisi Operasional
Variabel Hasil Ukur Skala
Variabel
Independen :
Perilaku
pencegahan
keputihan
1. Baik (76-100%)
2. Cukup (50-
75%)
3. Kurang (<50%)
Ordinal
Variabel
Dependen:
Kejadian
keputihan
patologis
1. Mengalami
2. Tidak
Mengalami
Nominal
C. Populasi, Sampel dan Teknik
Sampling
Populasi adalah keseluruhan subjek
penelitian. Dalam rancangan penelitian
ini populasi yang digunakan adalah
seluruh remaja puteri di SMA N 1
Pegandon Kabupaten Kendal sejumlah
458 orang. Pengambilan sampel dalam
rancangan penelitian ini menggunakan
stratified random sampling dengan cara
proportionate stratified random sampling
dan sampel dalam penelitian ini 82 orang
D. Analisa Data
1. Analisis Univariat
Analisa univariat penelitian ini
menggunakan distribusi frekuensi dan
proporsi, sehingga tergambar
fenomena yang berhubungan dengan
variabel yang diteliti
2. Analisa Bivariat
Analisa bivariat digunakan untuk
mengetahui hubungan antara dua
variabel yaitu variabel independen dan
variabel dependen yang dilakukan
secara statistik dengan menggunakan
uji X2
(chi square) pada tingkat
kemaknaan 95%.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Perilaku pencegahan keputihan
Tabel 1
Distribusi Frekuensi Responden
Berdasarkan Perilaku Pencegahan
Keputihan Di SMA Negeri 1 Pegandon
Kabupaten Kendal
Perilaku
Pencegahan
Keputihan
Frekuensi Presentase
(%)
Baik
Cukup
50
32
61,0
39,0
Jumlah 82 100
Dari tabel 1 tersebut di atas dapat
dilihat bahwa responden yang memiliki
perilaku pencegahan keputihan yang baik
yaitu 50 orang (61,0 %) lebih besar dari
responden yang memiliki perilaku
pencegahan keputihan cukup yaitu 32
orang (39,0 %).
4
5. 2. Kejadian keputihan patologi
Tabel 2
Distribusi Frekuensi Responden
Berdasarkan Kejadian Keputihan
Patologi di SMA Negeri 1 Pegandon
Kabupaten Kendal
Kejadian
Keputihan
Patologi
Frekuensi Presentase
(%)
Ya
Tidak
59
23
72,0
28,0
Jumlah 82 100
Dari tabel 2 tersebut di atas
dapat dilihat bahwa sebagian besar
responden mengalami keputihan
patologi yaitu 59 orang (72,0 %), lebih
besar dari responden yang tidak
mengalami keputihan patologi yaitu
23 orang (28,0 %).
3. Analisa Bivariat
Tabel 3
Distribusi Frekuensi Hubungan
Perilaku Pencegahan Keputihan
Dengan Kejadian Keputihan
Patologi Pada Remaja Puteri SMA
N 1 Pegandon Kabupaten Kendal
Perilaku
Pencegahan
Keputihan
Kejadian Keputihan
Patologi
Total % P
Value
Ya % Tidak %
Baik
Cukup
30
29
60,0
90,6
20
3
40,0
9,4
50
32
100
100
0,0
03
Jumlah 59 72 23 28 82 100
Berdasarkan hasil penelitian di
atas didapatkan data dari 82 responden
untuk yang memiliki perilaku baik dan
mengalami keputihan patologi
sebanyak 30 orang (60,0 %) dan
responden yang memiliki perilaku
baik tetapi tidak mengalami keputihan
patologi sebanyak 20 orang (40,0 %).
Sedangkan responden yang memiliki
perilaku pencegahan cukup dan
mengalami keputihan sebanyak 29
orang (90,6 %) dan responden yang
memiliki perilaku cukup tetapi tidak
mengalami keputihan patologi
sebanyak 3 orang (9,4 %). Artinya
bahwa responden dengan perilaku baik
tetapi mengalami keputihan patologi
lebih besar dibandingkan dengan
responden yang memiliki perilaku
baik namun tidak mengalami
keputihan patologi. Sedangkan
responden dengan perilaku cukup
yang mengalami keputihan patologi
juga lebih besar dibandingkan dengan
responden yang memiliki perilaku
cukup tetapi tidak mengalami
keputihan patologi.
Pada tabel di atas menunjukkan p
value < 0,05 yaitu 0,003 maka Ho
ditolak dan Ha diterima. Dengan
demikian, maka dapat dikatan ada
hubungan antara perilaku pencegahan
keputihan dengan kejadian keputihan
patologi pada remaja puteri SMA N 1
Pegandon Kabupaten Kendal.
B. Pembahasan
1. Perilaku pencegahan keputihan
Dari hasil penelitian dapat
diketahui bahwa responden yang
memiliki perilaku baik dalam
pencegahan keputihan patologi
sebanyak 50 orang (61,0 %),
sedangkan 32 orang (39,0 %) memiliki
perilaku pencegahan keputihan yang
cukup.
Perilaku adalah tindakan aktivitas
dari manusia yang mempunyai
bentangan yang sangat luas, antara
lain : berjalan, berbicara, menangis,
tertawa, bekerja (Notoatmodjo, 2012).
Perilaku merupakan determinan
kesehatan yang menjadi sasaran dari
promosi atau pendidikan kesehatan.
Dengan perkataan lain, promosi atau
pendidikan kesehatan kesehatan
bertujuan untuk mengubah perilaku
(behavior change). Perubahan perilaku
kesehatan sebagai tujuan dari promosi
atau pendidikan kesehatan, sekurang-
kurangnya mempunyai tiga dimensi
yaitu, mengubah perilaku negatif
(tidak sehat) menjadi perilaku positif
(sesuai dengan nilai-nilai kesehatan),
5
6. mengembangkan perilaku positif
(pembentukan atau pengembangan
perilaku sehat), memelihara perilaku
yang sudah positif atau perilaku yang
sudah sesuai dengan norma/nilai
kesehatan (perilaku sehat). Dengan
perkataan lain mempertahankan
perilaku sehat.
Perilaku pencegahan keputihan
yang baik dilakukan adalah dengan
menjaga kebersihan alat genitalia
seperti selalu mengganti celana dalam
setiap basah, melakukan cara cebok
yang benar dari depan ke belakang,
tidak melakukan mandi rendam, tidak
sering menggunakan larutan antiseptik
untuk membersihkan daerah genitalia,
dan lain sebagainya.
Pengetahuan mengenai cara
mencegah terjadinya keputihan yang
baik menjadi salah satu unsur penting
dalam menentukan sikap dan
pelaksanaan pencegahan seperti
membedakan antara keputihan
fisiologis dan patologis serta penyebab
terjadinya keputihan patologis,
sehingga pencegahan keputihan dapat
dilakukan secara tepat.
Dari hasil penelitian di atas dapat
diketahui bahwa sebagian responden
memiliki perilaku pencegahan
keputihan patologi yang baik.
Misalnya pada jawaban pernyataan
hasil kuesioner yang menggambarkan
pengetahuan responden tentang
klasifikasi keputihan sebanyak 86 %
dan pengertian keputihan patologi
sebanyak 85 %. Dikatakan bahwa
responden telah mengetahui
pengertian keputihan patologi. Hal ini
ditunjukkan pada saat remaja
mengalami tumbuh kembang
perubahan pada organ reproduksi dan
fungsinya serta perubahan fisik,
mereka mengerti bagaimana cara
perawatan diri terutama pada
kebersihan alat genetaliannya yang
baik dan benar, sehingga mereka baik
dalam melakukan perawatan alat
genitaliannya. Dapat diketahui juga
dari banyaknya responden yang
menjawab selalu menggunakan celana
dalam yang bersih dan kering,
seandainya lembab langsung
mengganti dengan yang bersih dan
belum dipakai.
Sedangkan pada responden
dengan perilaku pencegahan keputihan
yang cukup, dimungkinkan karena
proses pembentukan perilaku yang
baik yang belum terlihat.
2. Kejadian keputihan patologi
Dari hasil penelitian data
diketahui bahwa sebagian besar
responden yang mengalami keputihan
patologi yaitu sebanyak 59 orang (72,0
%) lebih banyak dari responden yang
tidak mengalami keputihan patologi
yaitu 23 orang (28,0 %).
Keputihan adalah semua
pengeluaran alat genetalia yang bukan
darah, keputihan bukan penyakit
tersendiri tetapi merupakan
manifestasi gejala dari hampir semua
penyakit kandungan.
Keputihan tidak selalu berarti
penyakit, jika hanya muncul pada saat-
saat tertentu dan tidak terus menerus,
disebut keputihan karena dari vagina
keluar cairan yang berlebihan tapi
bukan darah dan biasanya sangat
mengganggu, namun kondisi tersebut
masih dianggap normal karena
kelenjar di dalam vagina aktif, baik
karena pengaruh hormon (estrogen
dan progesteron) atau karena adanya
rangsangan seksual dan emosional.
Keputihan patologis harus
diwaspadai karena keputihan yang
satu ini berwarna kekuningan sampai
kehijauan. Jumlahnya banyak bahkan
bisa sampai keluar dari celana dalam,
kental, lengket, berbau tidak sedap
atau busuk, terasa sangat gatal atau
panas, dan menimbulkan luka di
daerah mulut vagina (Anolis, 2011).
Ada beberapa penyebab
peningkatan jumlah cairan vagina
yang fisiologis. Peningkatan jumlah
hormon pada sekitar masa haid atau
saat hamil, rangsangan seksual, stress
atau kelelahan, serta penggunaan obat-
6
7. obatan atau alat kontrasepsi (Shadine,
2012).
Beberapa penyebab keputihan
yang tidak normal yakni infeksi dan
bukan infeksi. Penyebab paling
penting dari leukorea patologik ialah
infeksi. Disini cairan mengandung
banyak leukosit dan warnannya agak
kekuningan sampai hijau, seringkali
lebih kental dan berbau (Shadine,
2012).
Keputihan akan menyebabkan
gangguan psikologi penderita, kuman
penyebab keputihan juga
menimbulkan infeksi pada daerah
yang dilaluinya mulai dari muara
kandung kemih, bibir kemaluan
sampai badan kandungan dan saluran
indung telur yang menimbulkan
penyakit radang panggul dan pada
giliranya nanti akan menimbulkan
kemandulan atau gangguan haid.
Dari hasil penelitian di atas dapat
diketahui bahwa sebagian besar
responden mengalami kejadian
keputihan patologi yang ditandai
dengan rasa gatal dan berbau serta rasa
panas, gatal atau perih disekitar alat
genitalianya, kemungkinan karena
kelenjar di dalam vagina aktif, baik
karena pengaruh hormon (estrogen da
progesteron) atau karena adanya
rangsangan seksual dan emosional.
Dapat dilihat pada pernyataan dalam
kategori praktek, sebagian responden
sebanyak 47 % menggunakan
pembalut diluar masa haidnya yang
merupakan salah satu penyebab
terjadinya keputihan patologi.
Didukung juga oleh kurangnya
informasi mengenai perilaku
pencegahan keputihan, sehingga
dalam melakukan pencegahan belum
maksimal. Selain itu, banyaknya
aktivitas dalam lingkungan maupun di
luar lingkungan sekolah, tindakan
pencegahan yang dilakukan secara
tidak maksimal juga dapat memicu
timbulnya keputihan.
3. Hubungan perilaku pencegahan
keputihan dengan kejadian
keputihan patologi
Berdasarkan analisa bivariat
dengan chi square terhadap perilaku
pencegahan keputihan dengan
kejadian keputihan patologi pada
remaja puteri SMA N 1 Pegandon
Kabupaten Kendal, diperoleh nilai p
value : 0,003 (p < 0,05) maka Ho
ditolak, hal ini menunjukkan ada
hubungan yang signifikan antara
perilaku pencegahan keputihan dengan
kejadian keputihan patologi pada
remaja puteri SMA N 1 Pegandon
Kabupaten Kendal.
Perilaku pencegahan dapat
menimbulkan perubahan perilaku
dalam kehidupan masyarakat, oleh
karena itu perilaku pencegahan dibagi
menjadi tingkatan yaitu, pencegahan
primer, pencegahan sekunder,
pencegahan tersier ((Notoatmodjo,
2010).
Pencegahan primer dilakukan
pada masa individu belum menderita
sakit. Pencegahan sekunder dilakukan
pada masa individu yang mulai sakit,
pencegahan tersier merupakan
rehabilitasi yaitu pada proses ini
diusahakan agar penyakit yang
diderita tidak menjadi hambatan
sehingga individu yang menderita
dapat berfungsi optimal secara fisik,
mental dan sosial.
Organ intim wanita, seperti vagina
sangat sensitif dengan kondisi
lingkungan. Karena letaknya
tersembunyi dan tertutup, vagina
memerlukan suasana kering. Kondisi
lembab akan mengundang
berkembangnya jamur dan bakteri
patogen yang menjadi salah satu
penyebab terjadinya keputihan. Agar
dapat terhindar dari keputihan dan hal-
hal yang dapat memperburuk kondisi
keputihan yang kemudian akan
menimbulkan gejala keputihan
patologi, maka tindakan pencegahan
perlu dilakukan seperti menjaga
kebersihan daerah genitalia. Mencari
informasi mengenai keputihan dan
7
8. cara pencegahanya, kemudian
mengambil sikap untuk segera
dilakukan pencegahan seperti cara
melakukan cebok yang benar dari
depan ke belakang.
Hal ini belum sesuai kenyataan
bahwa remaja puteri yang mengalami
keputihan patologi yang ditandai
dengan rasa panas, gatal atau perih
disekitar alat genitalianya sebagian
besar karena perilaku pencegahan
keputihan yang baik. Perilaku
dipengaruhi oleh beberapa faktor
diantaranya adalah faktor pengalaman,
keyakinan, lingkungan fisik, sosial
budaya, dan sebagainya yang
kemudian akan menimbulkan
pengetahuan, sikap persepsi,
keinginan, kehendak dan motivasi
yang kemudian akan membentuk
perilaku manusia sesuai yang
diharapkan. Pada penelitian ini,
diharapkan bahwa responden dengan
perilaku pencegahan yang baik dapat
mengurangi resiko terjadinya
keputihan patologi. Tetapi lingkungan
sekolah yang dekat dengan sumber
perairan yang kurang bersih dan
tempat tinggal siswi yang sebagian
besar adalah lingkungan tidak sehat,
artinya sumber perairan yang tidak
bersih dimana dalam mencuci pakaian
masih menggunakan sumber air yang
tidak bersih, sehingga dapat menjadi
pemicu timbulnya perilaku personal
hygiene yang kurang baik yang
menyebabkan terjadinya keputihan
patologi.
Hasil penelitian yang lain
dinyatakan terdapat remaja puteri yang
mengalami keputihan patologi dengan
perilaku pencegahan yang cukup.
Perilaku pencegahan yang baik
mengenai keputihan secara tepat akan
membantu dalam membedakan antara
keputihan yang normal dengan yang
patologis, sehingga pencegahan dan
penanggulangan dapat dilakukan
secara dini dan menghindarkan dari
kemandulan dan kanker leher rahim.
Namun, terdapat pula responden
dengan perilaku pencegahan yang
cukup, tetapi tidak mengalami
keputihan patologi. Hal ini mungkin
terjadi karena pada salah satu tindakan
pencegahan keputihan dilakukan
secara rutin dan benar sehingga dapat
terhindar dari keputihan patologi,
dapat dilihat dari hasil wawancara
kepada responden bahwa dikatakan
oleh sebagian besar reponden tidak
mendapat informasi yang jelas
mengenai pencegahan keputihan dan
perilaku lain yang dapat menyebabkan
keputihan patologi. Dengan demikian,
perawatan daerah kewanitaan menjadi
amat penting karena berkaitan erat
dengan sirkulasi menstruasi,
keputihan, hubungan seks dan
kehamilan. Ini semua dapat
menggangu keseimbangan asam dan
basa (pH) di area kewanitaan.
Perubahan dari keseimbangan pH pada
vagina bisa disebabkan oleh penularan
infeksi kuman, pengunaan sabun atau
faktor fisik, ataupun masalah
kebersihan diri.
Menurut hasil penelitian Rizqi
Solikhah (2010) dengan judul
hubungan tingkat pengetahuan tentang
keputihan dengan perilaku remaja
putri dalam menjaga kebersihan diri di
desa Bandung kecamatan Kebumen
kabupaten Kebumen dan hasil analisis
dengan descriptive correlation study
menunjukkan ada hubungan tingkat
pengetahuan tentang keputihan dengan
perilaku remaja putri dalam menjaga
kebersihan diri. Hal ini mendukung
hasil penelitian yang didapatkan
bahwa perilaku dengan tingkat
pengetahuan yang baik dalam menjaga
kebersihan diri menjadi salah satu cara
untuk mencegah terjadinya keputihan
patologi.
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
1. Gambaran responden perilaku
pencegahan keputihan responden
adalah baik, yaitu sebanyak 50 orang
(61,0 %) dan perilaku pencegahan
8
9. keputihan cukup sebanyak 32 orang
(39,0 %).
2. Gambaran responden mengalami
keputihan patologi yaitu sebanyak 59
orang (72,0 %) dan tidak mengalami
keputihan sebanyak 23 orang (28 %).
3. Ada hubungan perilaku pencegahan
keputihan dengan kejadian keputihan
patologi dengan nilai p = 0,003 (p
value < 0,05)
B. Saran
1. Bagi remaja puteri di SMA N 1
Pegandon Kabupaten Kendal
a. Remaja puteri di SMA N 1 Pegandon
Kabupaten Kendal diharapkan dapat
lebih giat lagi untuk mencari
informasi tentang keputihan melalui
buku atau penyuluhan-penyuluhan
dari tenaga kesehatan guna
mensukseskan tindakan pencegahan
terjadinya keputihan dan mengetahui
faktor lain yang dapat menyebabkan
keputihan seperti aktivitas yang
berlebihan, stres, konsumsi makanan,
dan lingkungan yang tidak bersih.
b. Remaja SMA N 1 Pegandon
Kabupaten Kendal diharapkan dapat
selalu menjaga kebersihan diri
terutama daerah kewanitaannya
dengan benar, maka diharapkan tidak
menimbulkan masalah yang lebih
fatal seperti menyebabkan
kemandulan bahkan kematian.
2. Bagi pengajar maupun pengelola SMA
N 1 Pegandon Kabupaten Kendal
Agar lebih meningkatkan
pembinaan tentang pentingnya
kesehatan alat reproduksi pada wanita
dan masalah yang sering terjadi pada
remaja khususnya pada keputihan,
melalui pendidikan formal maupun
melalui seminar ataupun penyuluhan.
3. Bagi STIKES Ngudi Waluyo Ungaran
Diharapkan dapat meningkatkan
referensi yang berhubungan dengan
kesehatan reproduksi dan dapat
melakukan penelitian faktor-faktor lain
yang menyebabkan keputihan patologi.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta : Rineka Cipta.
Bahari, Hamid. 2012. Cara Mudah Atasi
Keputihan. Yogyakarta : Buku Biru
Cayaanolis, Adhitya.2011. Penyakit Wanita
Paling Mematikan. Yogyakarta :Buana
Pustaka
Depkes RI 2008 dalam Andi. 2011.
Gambaran Pengetahuan Remaja Putri
Terhadap Keputihan. 29 Mei 2013.
http://www.othe.org/ilmu-
pengetahuan/kedokteran/171/gambaran-
pengetahuan-remaja-putri-terhadap-
keputihan-2/
Egan M, Lipsky MS. 2009. Vaginitis
[internet]. Chicago : Northwestern
University Medical School, Terjemahan:
Siti Nurul Qomariyah. Retrieved Mei
26, 2013, Available from
http://www.kesrepro.info/?q=node/315
El Manan. 2011. Miss V. Yogyakarta : Buku
Biru
Febiliawanti I. A. Kenali Ciri Keputihan
Vagina Abnormal. [internet]. Retrieved
Mei 26, 2013, Available from:
http://kesehatan.kompas.com/read/2009/
10/26/14125869/kenali.ciri.keputihan.va
gina.abnormal
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2011. Metode
Penelitian Kebidanan & Teknik Analisa
Data. Jakarta : Salemba Medika.
Manuaba, I.B.G. 2008. Ilmu Kebidanan
Penyakit Kandungan Dan Keluarga
Berencana Untuk Pendidikan Bidan.
Jakarta : EGC
Manuaba, Ide Ayu Chandranita, dkk. 2010.
Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan,
dan KB untuk Pendidikan Bidan. Jakarta
: EGC.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Ilmu Perilaku
Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta
:RinekaCipta.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2012. Promosi
Kesehatan dan Perilaku Kesehatan.
Jakarta : Rineka Cipta
9
10. Shadinne, Mahnnad. 2012. Penyakit Wanita :
pencegahan, deteksi dini &
pengobatannya. Yogyakarta : Citra
Pustaka
Varney, Helen.dkk. Buku Ajar Asuhan
Kebidanan, Ed. 4, Vol. 1. Jakarta : EGC
Wawan, A dan Dewi.2011. Pengetahuan,
Sikap dan Perilaku Manusia.
Yogyakarta : Nuha Medika
Widyastuti, yani.dkk. 2009. Kesehatan
Reproduksi. Yogyakarta :Fitramaya
Wijayanti, Daru. 2009. Fakta Penting Seputar
Kesehatan Reproduksi Wanita.
Yogyakarta
Wiknjosastro, Hanifa. 2008. IlmuKebidanan.
Jakarta : PT. Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
10