Transudat dan eksudat adalah cairan yang terkumpul di ruang tubuh akibat gangguan sirkulasi darah atau proses peradangan. Transudat terbentuk tanpa adanya peradangan, sedangkan eksudat terbentuk akibat peradangan dan mengandung lebih banyak protein. Pemeriksaan transudat dan eksudat dilakukan untuk mengetahui jenis cairan, penyebabnya, dan tindakan selanjutnya.
Penyakit autoimun terjadi ketika respon autoimun atau respon sistem kekebalan tubuh mengalami gangguan kemudian menyerang jaringan tubuh itu sendiri sehingga memunculkan kerusakan jaringan atau gangguan fisiologis, padahal seharusnya sistem imun hanya menyerang organisme atau zat-zat asing yang membahayakan tubuh.
Penyakit autoimun terjadi ketika respon autoimun atau respon sistem kekebalan tubuh mengalami gangguan kemudian menyerang jaringan tubuh itu sendiri sehingga memunculkan kerusakan jaringan atau gangguan fisiologis, padahal seharusnya sistem imun hanya menyerang organisme atau zat-zat asing yang membahayakan tubuh.
Infark merupakan daerah mati jaringan yang disebabkan oleh iskemia, yakni kurang atau hilangnya pasokan oksigen pada jaringan. Infark sering disebut juga dengan daerah nekrosis iskemik.
Apakah program Sekolah Alkitab Liburan ada di gereja Anda? Perlukah diprogramkan? Jika sudah ada, apa-apa saja yang perlu dipertimbangkan lagi? Pak Igrea Siswanto dari organisasi Life Kids Indonesia membagikannya untuk kita semua.
Informasi lebih lanjut: 0821-3313-3315 (MLC)
#SABDAYLSA #SABDAEvent #ylsa #yayasanlembagasabda #SABDAAlkitab #Alkitab #SABDAMLC #ministrylearningcenter #digital #sekolahAlkitabliburan #gereja #SAL
Sebagai salah satu pertanggungjawab pembangunan manusia di Jawa Timur, dalam bentuk layanan pendidikan yang bermutu dan berkeadilan, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur terus berupaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan masyarakat. Untuk mempercepat pencapaian sasaran pembangunan pendidikan, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur telah melakukan banyak terobosan yang dilaksanakan secara menyeluruh dan berkesinambungan. Salah satunya adalah Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) jenjang Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan, dan Sekolah Luar Biasa Provinsi Jawa Timur tahun ajaran 2024/2025 yang dilaksanakan secara objektif, transparan, akuntabel, dan tanpa diskriminasi.
Pelaksanaan PPDB Jawa Timur tahun 2024 berpedoman pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 1 Tahun 2021 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru, Keputusan Sekretaris Jenderal Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi nomor 47/M/2023 tentang Pedoman Pelaksanaan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 1 Tahun 2021 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru pada Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas, dan Sekolah Menengah Kejuruan, dan Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 15 Tahun 2022 tentang Pedoman Pelaksanaan Penerimaan Peserta Didik Baru pada Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan dan Sekolah Luar Biasa. Secara umum PPDB dilaksanakan secara online dan beberapa satuan pendidikan secara offline. Hal ini bertujuan untuk mempermudah peserta didik, orang tua, masyarakat untuk mendaftar dan memantau hasil PPDB.
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
Bab i
1. BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Transudat adalah cairan dalam ruang interstitial yang terjadi hanya sebagai
akibat tekanan hidrostatik atau turunnya protein plasma intravascular yang meningkat
(tidak disebabkan proses peradangan/inflamasi). Berat jenis transudat pada umumnya
kurang dari 1.012 yang mencerminkan kandungan protein yang rendah. Contoh
transudat terdapat pada wanita hamil dimana terjadi penekanan dalam cairan tubuh.
Transudat merupakan discharge patologis, merupakan serum darah yang merembes
keluar dari pembuluh-pembuluh kapiler ke dalam sela-sela jaringan atau rongga
badan, tanpa radang.
Eksudat adalah cairan radang ekstravaskular dengan berat jenis tinggi (diatas
1.020) dan seringkali mengandung protein 2-4 mg % serta sel-sel darah putih yang
melakukan emigrasi.Cairan ini tertimbun sebagai akibat permeabilitas vascular (yang
memungkinkan protein plasma dengan molekul besar dapat terlepas), bertambahnya
tekanan hidrostatik intravascular sebagai akibat aliran lokal yang meningkat pula dan
serentetan peristiwa rumit leukosit yang menyebabkan emigrasinya. Eksudat
merupakan substansi yang merembes melalui dinding vasa ke dalam jaringan
sekitarnya pada radang, berupa nanah.
B. Tujuan
1. Mengetahui pengertian, fungsi dan jenis-jenis transudat eksudat.
2. Mengetahui perbedaan transudat eksudat.
3. Mengetahui jenis pemeriksaan transudat dan eksudat.
2. BAB II
ISI
A. Transudat dan Eksudat
Cairan pleura adalah cairan dalam rongga pleura dalam paru – paru. Fungsiya
sebagai pelumas. Normalnya cairan pleura sangat sedikit jumlahnya hampir tidak bisa
diukur volumenya. Karena kondisi patologis, caiaran jumlahnya meningkat sehingga
dapat dianalisa dan akan berupa transudat atau eksudat (Regina, 2011).
1. TRANSUDAT
a. Pengertian
Transudat adalah penimbunan cairan dalam rongga serosa sebagai akibat
karena gangguan keseimbangan cairan dan bukan merupkan proses radang, misalnya
karena gangguan sirkulasi. Transudat mengandung sedikit protein, berat jenisnya
rendah dan tidak membeku. Transudat misalnya terjadi pada penderita penyakit
jantung, penderita payah jantung, menyebabkan tekanan dalam pembuluh dapat
meninggi sehingga cairan keluar dari pembuluh dan masuk ke dalam jaringan
(Regina, 2011).
b. Jenis-jenis Transudat (Regina, 2011)
1) Hidrotoraks
2) Hidroperikardium
3) Hidroperitoneum
4) Hidroarrosis
c. Kelainan-kelainan yang dapat menimbukan transudat (Regina, 2011) :
1) Penurunan tekanan osmotic plasma karena hipoalbuminemi
2) Sindroma nefrotik
3. 3) Cirrhosis hepatis
4) Peningkatan retensi Natrium dan air
5) Penggunaan natrium dan air yang meningkat
6) Penurunan ekskresi Natrium dan air (contoh : gagal ginjal)
7) Meningkatnya tekanan kapilaer / vena
8) Kegagalan jantung, obstruksi vena porta, perikarditis constrictif, obstruksi
limfe.
d. Ciri-ciri transudat spesifik (Regina, 2011):
1) Warna agak kekuningan
2) Kejernihahan : jernih
3) Berat jenis <1,018 (1,006 ² 1,015)
4) Tak ada bekuan, atau membeku lambat / dalam jangka waktu lama
5) Bau tidak khas
6) Protein < 2,5 gr % (tes rivalta negative)
7) Glukosa = plasma
8) Lemak : negative (kecuali bila chylous +)
4. 9) Jumlah lekosit : <500 mm3
10) Jenis sel : > mononuclear
11) Bakteri negative atau jarang (+)
2. EKSUDAT
a. Pengertian
Eksudat adalah cairan patologis dan sel yang keluar dari kapiler dan masuk ke
dalam jaringan pada waktu radang. Bila radang terjadi pada pleura, maka cairan
radang juga dapat mengisi jaringan sehingga terjadi gelembung, misalnya terjadi pada
kebakaran. Cairan yang terjadi akibat radang mengandung banyak protein sehingga
berat jenisnya lebih tinggi daripada plasma normal. Begitu pula cairan radang ini
dapat membeku karena mengandung fibrinogen (Regina, 2011).
b. Jenis-Jenis Eksudat (Regina, 2011):
1) Eksudat non seluler
a) Eksudat serosa
Pada beberapa keadaan radang, eksudat hampir terdiri dari cairan dan zat-zat
yang terlarut dengan sangat sedikit leukosit. Eksudat serosa pada dasarnya terdiri dari
protein yang bocor dari pembuluh-pembuluh darah yang permiable dalam daerah
radang bersama-sama dengan cairan yang menyertainya. Contoh eksudat serosa yang
paling dikenal adalah cairan luka melepuh.
b) Eksudat fibrinosa
Eksudat fibrinosa terbentuk jika protein yang dikeluarkan dari pembuluh
terkumpul pada daerah peradangan yang mengandung banyak fibrinogen. Contoh
5. pada penderita pleuritis akan merasa sakit sewaktu bernafas, karena terjadi
pergesekan sewaktu mengambil nafas.
c) Eksudat musinosa (Eksudat kataral)
Jenis eksudat ini hanya dapat terbentuk diatas membran mukosa, dimana
terdapat sel-sel yang dapat mengsekresi musin. Jenis eksudat ini berbeda dengan
eksudat lain karena eksudat ini merupakan sekresi sel bukan dari bahan yang keluar
dari aliran darah. Contoh eksudat musin yang paling dikenal dan sederhana adalah
pilek yang menyertai berbagai infeksi pemafasan bagian atas.
2) Eksudat Seluler ( Eksudat netrofilik)
Eksudat yang mungkin paling sering dijumpai adalah eksudat yang terutama
terdiri dari neutrofil polimorfonuklear dalam jumlah yang begitu banyak. Eksudat
neutrofil semacam ini disebut purulen. Eksudat purulen sangat sering terbentuk akibat
infeksi bakteri.
3) Eksudat Campuran
Sering terjadi campuran eksudat seluler dan nonseluler dan campuran ini
dinamakan sesuai dengan campurannya.Jika terdapat eksudat fibrino-purulen yang
terdiri dari fibrin dan neutrofil polimorfonuklear, eksudat mukopurulen, yang terdiri
dari musin dan neutrofil, eksudat serofibrinosa dan sebagainya.
1. Bentuk-bentuk Eksudat (Regina, 2011):
1) Serous
2) Fibrinous
3) Haemorrhagis
6. 4) Purulent
5) Berbentuk kombinasi
c. Ciri-ciri eksudat spesifik (Regina, 2011):
1) Warna (purulen = putih-kunig, hemoragis = merah, dsb)
2) Kejernihan keruh
3) Berat jenis ˃ 1,018 (1,018 – 1,030)
4) Ada bekuan, atau membeku dalam jangka waktu cepat B
5) Bau tidak khas. Infeksi kuman anaerob / E.coli : bau busuk
6) Protein > 3 gr % (tes rivalta positif)
7) Glukosa << plasma
8) Lemak mungkin positif (infeksi tuberculosis)
9) Jumlah lekosit : 500 – 40.000 / mm3
10) Jenis sel : > polinuklear
11) Bakteri sering (+++)
7. B. Fungsi Transudat Eksudat
Fungsi dari transudat dan eksudat adalah sebagai respon tubuh terhadap
adanya gangguan sirkulasi dengan kongesti pasif dan oedema (transudat), serta
adanya inflamasi akibat infeksi bakteri (eksudat) (Anggraheni, 2011).
Transudat terjadi sebagai akibat proses bukan radang oleh gangguan
kesetimbangan cairan badan (tekanan osmosis koloid, stasis dalam kapiler atau
tekanan hidrostatik, kerusakan endotel, dsb.), sedangkan eksudat bertalian dengan
salah satu proses peradangan (Anggraheni, 2011).
C. Mekanisme Pembentukan Transudat Eksudat
Di dalam rongga serosa dalam keadaan normal terdapat sedikit cairan yang
berfungsi sebagai pergerakan alat-alat di dalam rongga tersebut. Dalam keadaan
normal, cairan bergerak antara pembuluh darah dan cairan ekstravaskuler, disini
terdapat keseimbangan antara tekanan koloid osmotic plasma dan tekanan hidrostatik
yang mendorong cairan kedalam jaringan yang menyebabkan cairan tetap tinggal
dalam pembuluh darah. Tetapi pada keadaan patologis tertentu, misalnya
(Anggraheni, 2011).:
1. Tekanan hidrostatik meningkat.
2. Tekanan koloid osmotik
3. Kenaikan filtrate kapiler dan protein spesifik
Keadaan-keadaan tersebut menyebabkan naiknya substansi tertentu dan
pengumpulan cairan di ekstravaskuler, molekul-molekul kecil seperti air, elektrolit,
dan kristaloid akan berdifusi secara cepat melewati plasma darah, sehingga terjadi
penumpukan cairan, proses ini disebut dengan istilah ultrafiltrasi (Anggraheni,
2011)..
8. Eksudat terjadi karena infeksi bakteri yang mengakibatkan peningkatan
permeabilitas dinding kapiler pembuluh darah. Eksudat terbentuk apabila lapisan
kapiler atau membrane rusak oleh proses peradangan atau neoplastik. Akibatnya
protein berukuran besar dan konstituen darah lainnya bocor keluar untuk masuk ke
jaringan dan rongga tubuh. Pada peradangan aktif, kandungan protein pada cairan ini
meningkat. Sedangkan Transudat eksudat dapat terjadi pada (Anggraheni, 2011):
1. Sindroma nefrotik
2. Sirosis hepatic
3. Gagal jantung
D. Perbedaan Transudat Eksudat (Regina, 2011)
Tabel 2.1 Perbedaan Transudat Eksudat
TRANSUDAT EKSUDAT
Bukan proses radang Merupakan proses radang
Bakteri (-) Bakteri (+)
Warna kuning muda Warna sesuai penyebabnya
Jernih dan encer Keruh dan kental
Tidak menyusun bekuan Menyusun bekuan
Fibrinogen (-) Fibrinogen (+)
Jumlah leukosit <500 sel/µl Jumlah leukosit >500 sel/µl
Kadar protein < 2,5g/dl Kadar protein > 2,5g/dl
9. Kadar glukosa sama dengan plasma
darah
Kadar glukosa lebih kecil dari plasma
darah
Zat lemak (-) Zat lemak (+)
Bj 1006 – 1015 Bj 1018 – 1030
E. Cara Pengambilan Sampel Transudat Eksudat
Bahan (dari rongga perut, pleura, pericardium, sendi, kista, hidrocele,dsb.)
didapat dengan mengadakan pungsi. Karena tidak dapat diketahui terlebih dulu
apakah cairan itu berupa transudat atau eksudat, haruslah pertama-tama syarat bekerja
steril diindahkan dan kedua untuk menyediakan anticoagulant. Sediakanlah pada
waktu melakukan pungsi selain penampung biasa juga penampung steril (untuk
biakan) dan penampung yang berisi larutan natrium citrat 20% atau heparin steril
(Anggraheni, 2011).
Cairan yang diperoleh ditampung dalam 3 botol penampung (Anggraheni, 2011):
1. Botol I : Steril untuk pemeriksaan bakteriologi
2. Botol II : Di tambah anticoagulant untuk pemeriksaan rutin.
3. Botol III : Tanpa anticoagulant untuk pemeriksaan kimia.
Yang harus diperhatikan pada waktu pungsi adalah Pengambilan cairan tidak boleh
seluruhnya karena (Anggraheni, 2011) :
1. Untuk menghindari terjadinya shock.
2. Pada cairan ascites banyak mengandung protein.
10. Pemeriksaan transudat eksudat berguna untuk menentukan jenis cairan yang diperiksa
dan mengusahakan mencari penyebabnya . Pemeriksaan harus dilakukan dengan
cepat karena mudah terjjadi desintegrasi, oleh karena itu pemeriksaan yang pertama
kali dilakukan adalah pemeriksaan sitologi (Anggraheni, 2011).
11. BAB III
METODE KERJA
A. Tujuan Pemeriksaan
1. Pemeriksaan Makroskopis
a. Volume : Mengetahui volume sampel
b. Warna : Mengetahui warna sampel
c. Kekeruhan : Mengetahui tingkat kekeruhan sampel
d. Bau : Mengetahui bau khas sampel
e. Berat jenis : Mengetahui berat jenis sampel
f. Bekuan : Mengetahui jenis bekuan pada sampel
2. Pemeriksaan Mikroskopis
a. Hitung Jumlah Sel Leukosit
Menghitung jumlah sel lekosit dalam cairan dan mengetahui bahwa sampel
cairan tubuh tersebut transudat atau eksudat
b. Hitung Jenis Sel Leukosit
Mengetahui jenis sel lekosit dalam cairan/sampel, sehingga dapat
menentukan jenis cairan tersebut (transudat/eksudat).
c. Pemeriksaan Bakteriologi
Mengetahui adanya kuman–kuman dalam sampel sehingga dapat
menentukan jenis cairan tersebut apakah transudat atau eksudat.
d. Pemeriksaan Kimia
e. Protein kualitatif (Rivalta test)
Membedakan transudat dan eksudat
f. Protein kuantitatif (Esbach)
Untuk mengetahui kadar protein dalam cairan
12. B. Prinsip Pemeriksaan
1. Pemeriksaan Makroskopis
a. Volume
Volume transudat dan eksudat diukur dengan gelas ukur dan hasilnya dibaca
setinggi miniskus bawah.
b. Warna
Warna cairan diamati pada ketebalan cairan 7 – 10 cm secara visual dengan
cahaya terang.
c. Kekeruhan
Kekeruhan cairan diamati pada ketebalan 7 – 10 cm secara visual dengan
cahaya tembus.
d. Bau
Bau dapat dirasakan dengan indera penciuman
e. Berat Jenis
Berat jenis cairan dilihat pada tangkai urinometer setinggi miniskus bawah
f. Bekuan
Sifat-sifat bekuan dapat diamati dengan mata biasa
2. Pemeriksaan Mikroskopis
a. Hitung Jumlah Sel leukosit
Jumlah sel lekosit dihitung berdasarkan pengenceran dalam larutan
pengencer dan jumlah sel dalam cairan dalam kamar hitung.
b. Hitung Jenis sel Leukosit
Endapan cairan dibuat hapusan, kemudian diwarnai dengan pewarnaan
tertentu (Giemsa/Wright) maka sel lekosit akan mengambil
13. warna zat.Lalu dihitung dibawah mikroskop dengan pembesaran 1000X
dalam 100 % sel lekosit.
3. Pemeriksaan Bakteriologi
Bakteri gram (+) akan mengikat warna ungu dari carbol gentian violet dan
akan diperkuat oleh lugol sehingga pada saat pelunturan dengan alkohol 96 % warna
ungu tidak akan luntur, sedangkan gram (-) akan Luntur oleh alkohol dan mengambil
warna merah dari fuksin.
4. Pemeriksaan Kimia
a. Protein kualitatif (Rivalta test)
Adanya seromucin yang terdapat dalam eksudat akan bereaksi dengan asam
asetat glasial menimbulkan kekeruhan yang dinilai secara kualitatif.
b. Protein kuantitatif (Esbach)
Protein cairan dapat ditetapkan berdasarkan jumlah protein yang ditetapkan
oleh pereaksi tsuchiya dengan menggunakan albunirometer.
C. Alat
1. Pemeriksaan Makroskopis
a. Volume
1) Gelas ukur
2) Beaker glass
3) Corong
b. Warna
1) Tabung reaksi
2) corong
14. c. Bau
Beaker glass
d. Kekeruhan
1) Tabung reaksi
2) Corong
e. Berat Jenis
1) Beaker glass
2) Gelas ukur
3) Urinometer
f. Bekuan
1) Beaker glass
2) Batang pengaduk
3) Pipet tetes
2. Pemeriksaan Mikroskopis
a. Hitung Jumlah Sel Leukosit
1) Mikroskop
2) Kamar Hitung Improved Neubauer atau fucsh rosental
3) Pipet Lekosit
4) Kaca Penutup
15. b. Hitung Jenis Sel Leukosit
1) Objek glass
2) Pipet tetes
3) Pipet ukur
4) Gelas ukur
5) Rak pewarnaan
6) Mikroskop
c. Pemeriksaan Bakteriologi
1) Objek Glass
2) Pipet tetes
3) Bak dan rak pewarnaan
4) Mikroskop
5) Pemeriksaan Kimia
d. Protein kualitatif (Rivalta test)
1) Beaker glass
2) Pipet tetes
1. Protein kuantitatif (Esbach)
1) Tabung Esbach
2) Pipet tetes
3) Timer
16. D. Bahan
1. Pemeriksaan Makroskopis
1. Volume
Cairan transudat eksudat.
1. Warna
Cairan transudat eksudat.
1. Bau
Cairan transudat eksudat.
1. Kekeruhan
Cairan transudat eksudat.
1. Berat Jenis
Cairan transudat eksudat.
1. Bekuan
Cairan transudat eksudat.
1. Pemeriksaan Mikroskopis
1. Hitung Jumlah Sel Leukosit
Cairan transudat eksudat.
1. Hitung Jenis Sel Leukosit
Cairan transudat eksudat.
1. Pemeriksaan Bakteriologi
Cairan transudat eksudat.
1. Pemeriksaan Kimia
17. 1. Protein kualitatif (Rivalta test)
Cairan transudat eksudat.
1. Protein kuantitatif (Esbach)
Cairan transudat eksudat.
1. E. Reagen
2. Pemeriksaan Mikroskopis
1. Hitung Jumlah Sel Leukosit
1) Larutan pengencer NaCl 0,9%
2) Antikoagulan Natrium Citrat atau Heparin steril
1. Hitung Jenis Sel Leukosit
1) Giemsa
Komposisi : 1 gr giemsa
100 ml Metanol absolute
2) Wright
Komposisi : 0,1 gr Wright (digerus)
60 ml Methanol absolute
Buffer phospat pH 7,2
KH2PO4 6,63 gr
Na2HPO4 3,2 gr
18. Aquades add 1000 ml
1. Pemeriksaan Bakteriologi
Cat Gram
Komposisi : Carbol gentian violet 1 %
Lugol 1 %
Alkohol 96 %
Karbol Fuchsin 1 %
1. Pemeriksaan Kimiawi
2. Protein kualitatif (Rivalta test)
Asam asetat
1. Protein kuantitatif (Esbach)
Reagen Esbach
1. F. Cara Kerja
2. Pemeriksaan Makroskopis
1. Volume
1) Masukkan caian dalam beacker glass.
2) Tuang cairan dari becker glass ke dalam gelas ukur.
3) Lihat volume cairan yang ada pada gelas ukur pada miniskus bawah.
1. Warna
1) Masukkan cairan kedalam tabung reaksi sampai ¾ penuh.
19. 2) Amati warna cairan secara visual dengan sikap serong.
1. Bau
1) Masukkan cairan kedalam beacker glass.
2) Dekatkan kearah hidung dan kibas-kibaskan dengan tangan ke arah hidung.
1. Kekeruhan
1) Masukkan cairan ke dalam tabung reaksi sampai ¾ penuh.
2) Amati kekeruhannya pada sikap serong dengan cahaya terang.
1. Berat Jenis
1) Masukkan cairan ke dalam becker glass.
2) Tuang cairan ke dalam gelas ukur 40-50ml.
3) Masukkan urinometer dalam gelas ukur.
4) Bacalah berat jenis cairan pada skala urinometer setinggi miniskus bawah.
1. Bekuan
1) Masukkan sampel kedalam beaker glass.
2) Pipet caian dengan pipet tetes.
3) Keluarkan cairan dari pipet tetes.
Jika cairan bisa dikeluarkan dari pipet tetes berarti bekuan (-).
Jika cairan sulit dikeluarkan dari pipet tetes berarti bekuan (+).
20. 4) Adanya bekuan dinyatakan dengan : renggang, berkeping, berbutir,sangat halus.
1. Pemeriksaan mikroskopis
1. Hitung Jumlah Sel Leukosit
1) Sampel didapat dengan mengadakan pungsi dan campur dengan antikoagulan.
2) Kocok dahulu sampel yang akan diperiksa supaya homogen.
3) Pipet NaCl 0,9 % dengan pipet lekosit sampai tanda 1 tepat.
4) Pipet sampel sampai tanda 11 tepat.
5) Kocok agar sampel dan larutan tercampur sempurna.
6) Buang beberapa tetes larutan pertama, kemudian tetesan selanjutnya dimasukkan
kedalam kamar hitung. Biarkan mengendap 2-3 menit. Dan hitung didalam kamar
hitung di bawah mikroskop. Dengan pembesaran sedang (10 X 45), sebanyak 4 kotak
besar.
1. Hitung Jenis Sel Leukosit
1) Sediaan apus dibuat dengan cara yang berlain-lainan tergantung sifat cairan itu:
a) Jika cairan jernih, sehingga diperkirakan tidak mengandung banyak sel,
pusinglah 10 Sampai 15 ml sampel 1500 rpm selama 10 menit.
b) Cairan atas dibuang dan sediment dicampur dengan beberapa tetes serum
penderita sendiri. lalu dibuat hapusan.
c) Kalau cairan keruh sekali atau purulent, dibuat sediaan apus langsung memakai
bahan itu. Jika terdapat bekuan dalam cairan, bekuan itulah yang dipakai untuk
membuat sediaan tipis.
21. 2) Difiksasi dengan metanol selama 2 menit, buang, cuci dengan aquadest.
3) Digenangi dengan zat warna Giemsa atau Wright selama 15 menit, buang sisa zat
warna dan cuci dengan aquades, keringkan diudara.
4) Dihitung jenis sel atas 100-300 sel, di bawah mikroskop dengan pembesaran 1000
X.
1. Pemeriksaan Bakteriologi
1. Setetes sampel yang telah disentrifuge dibuat hapusan diatas objek
glass, dan dikeringkan.
2. Diwarnai dengan karbol gentian violet selama 3 menit, dicuci.
3. Ditetesi lugol selama 1 menit, dicuci.
4. Ditetesi alkohol 96 %selama 30 detik, dicuci.
5. Ditetesi fuchsin selama 2 menit, dicuci dan dikeringkan
6. Diperiksa di bawah mikroskop dengan pembesaran objektif 100x.
7. Pemeriksaan Kimiawi
1. Protein kualitatif (Rivalta test)
1) Kedalam beaker glass 100 ml dimasukkan 100 ml aquadest.
2) Tambahkan 1 tetes asam asetat glasial dan campurlah.
3) Jatuhkan 1 tetes cairan yang diperiksa ke dalam campuran ini, dilepaskan kira-kira
1 cm dari atas permukaan.
4) Perhatikan tetesan itu bercampur dan bereaksi dengan cairan yang mengandung
asam asetat. ada tiga kemungkinan:
a) Tetesan itu bercampur dengan larutan asam asetat tanpa
menimbulkan kekeruhan sama sekali. Hasil test adalah negative.
22. b) Tetesan itu mengadakan kekeruhan yang sangat ringan
serupa kabut halus. Hasil test positif lemah.
c) Tetesan itu membuat kekeruhan yang nyata seperti kabut
tebal atau dalam keadaan ekstrem satu presipitat yang putih.
1. Protein kuantitatif (Esbach)
1) Periksa terlebih dahulu Bj cairan.
2) Apabila Bj <1010 encerkan 2-5x.
3) Apabila Bj >1010 lakukan pengenceran sebanyak 20x.
4) Kemudian lakukan penetapan cara Esbach seperti pada pemeriksaan protein rutin,
sebagai berikut:
a) Masukkan sampel sampai tanda U.
b) Tambahkan reagen sampai tanda R.
c) Bolak-balik secara perlahan sebanyak 12 kali.
d) Letakkan pada keadaan vertical dan diamkan selama 12 jam.
G. Interpretasi Hasil
1. Pemeriksaan Makroskopis
1. Warna
Transudat : kuning muda
Eksudat : bermacam macam tergantung dari penyebabnya
23. Hijau = bilirubin
Merah = darah
Putih kekuningan = pus
Putih susu = chylus
Biru kehijauan = bakteri pyogenes
1. Bau
Transudat : tidak khas
Eksudat : bau busuk (infeksi bakteri).
1. Kekeruhan
Transudat : jernih
Eksudat : agak keruh
1. Berat Jenis
Transudat : 1006- 1015
Eksudat : 1018 – 1030
1. Bekuan
Transudat : (-) tidak terjadi bekuan
Eksudat : (+) terjadi bekuan
1. Pemeriksaan Mikroskopis
1. Hitung Jumlah Sel Leukosit
24. Transudat < 500 sel/ul
Eksudat > 500 sel/ul
1. Hitung Jenis Sel Leukosit
Transudat : Hanya sel mononuklear (limposit).
Eksudat : Ditemukan sel mononukleaar dan PMN/segmen
1. Pemeriksaan Bakteriologi
Transudat : Tidak ditemukan bakteri
Eksudat : Ditemukan bakteri
1. Pemeriksaan Kimiawi
1. Protein kualitatif (Rivalta test)
Transudat : (+) lemah
Eksudat : (+) kuat
1. Protein kuantitatif (Esbach)
Transudat : 2,5 g/dl
Eksudat : 4 g/dl
25. BAB IV
PEMBAHASAN
1. A. Kekeruhan
Transudat murni kelihatan jernih, sedangkan eksudat biasanya ada kekeruhan. Jika
mungkin, kekeruhan yang menunjuk kepada sifat eksudat itu dijelaskan lebih lanjut
sebagai umpamanya serofibrineus, seropurulent, serosanguineus, hemoragik,
fibrineus, dll (Willy, 2012).
Kekeruhan pada transudat eksudat terutama disebabkan oleh (Willy, 2012):
1. Leukosit : Kekeruhan yang sangat ringan sampai dengan seperti bubur.
2. Eritrosit : Kekeruhan berwarna kemerah-merahan
Adanya kekeruhan pada transudat eksudat dinyatakan dengan (Willy, 2012):
1. Serous
2. Seropurulen
3. Serosanguinis
26. 4. Putrid
5. Purulent
6. Serofibrinous
B. Positif
Hasil positif didapatkan pada cairan yang bersifat eksudat, dan transudat biasanya
menjadikan test ini memberikan hasil positif lemah.
C. Positif Palsu
Hasil positif palsu (false positif) dapat terjadi bila sampel sifatnya terlalu basa atau
encer.
D. Negatif
Hasil test negative diperoleh jika pemeriksaan yang dilakukan menggunakan cairan
rongga badan yang normal, yaitu bukan transudat dan eksudat.
BAB V
PENUTUP
1. A. Kesimpulan
2. Transudat adalah penimbunan cairan dalam rongga serosa sebagai akibat
karena gangguan keseimbangan cairan dan bukan merupkan proses radang.
3. Eksudat adalah cairan patologis dan sel yang keluar dari kapiler dan masuk ke
dalam jaringan pada waktu radang.
4. Fungsi dari transudat dan eksudat adalah sebagai respon tubuh terhadap
adanya gangguan sirkulasi dengan kongesti pasif dan oedema (transudat),
serta adanya inflamasi akibat infeksi bakteri (eksudat).
5. Eksudat terjadi karena infeksi bakteri yang mengakibatkan peningkatan
permeabilitas dinding kapiler pembuluh darah. Sedangkan Transudat eksudat
dapat terjadi pada sindroma nefrotik, sirosis hepatic dan gagal jantung.
27. 6. Untuk membantu diagnosa dan membedakan apakah itu transudat atau
eksudat maka dilakukan pemeriksaan diantaranya pemeriksaaan makroskopis,
mikroskopis, bakteriologi dan pemeriksaan kimiawi.
B. Saran
1. Sampel yang digunakan harus segera diperiksa
2. Pemeriksaan mikroskopis (hitung jenis leukosit) harus menggunakan larutan
cat yang baru agar leukosit terlihat jelas, perhatikan juga pembuatan preparat
supaya hasil dapat optimal dan kesalahan dapat dikurangi.
3. Pada pemeriksaan metode rivalta, pengamatan tetesan harus jeli dan teliti agar
tidak terjadi kesalahan.
4. Sebaiknya saat meneteskan sampel menggunakan dropple pipet supaya
banyak tetesannya karena diameter dropple pipet sama satu dengan yang
lainnya