SlideShare a Scribd company logo
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Daun Jati
Tanaman jati yang tumbuh di Indonesia berasal dari India. Tanaman yang
mempunyai nama ilmiah Tectona grandis linn. F. secara historis, nama tectona
berasal dari bahasa portugis (tekton) yang berarti tumbuhan yang memiliki
kualitas tinggi. Di Negara asalnya, tanaman jati ini dikenal dengan banyak nama
daerah, seperti ching-jagu (di wilayah Asam), saigun (Bengali), tekku (Bombay),
dan kyun (Burma). Tanaman ini dalam bahasa jerman dikenal dengan nama teck
atau teakbun, sedangkan di Inggris dikenal dengan nama teak (Sumarna, 2004).
2.1.1 Morfologi Tumbuhan
Secara morfologis, tanaman jati memiliki tinggi yang dapat mencapai
sekitar 30-45 m dengan pemangkasan, batang yg bebas cabang dapat mencapai
antara 15–20 cm. Diameter batang dapat mencapai 220 cm. Kulit kayu berwarna
kecoklatan atau abu-abu yang mudah terkelupas. Pangkal batang berakar papan
pendek dan bercabang sekitar 4. Daun berbentuk jantung membulat dengan ujung
meruncing, berukuran panjang 20-50 cm dan lebar 15–40 cm, permukaannya
berbulu. Daun muda (petiola) berwarna hijau kecoklatan, sedangkan daun tua
berwarna hijau tua keabu-abuan.
Tanaman jati tergolong tanaman yang menggugurkan daun pada saat
musim kemarau, antara bulan nopember hingga januari. Setelah gugur, daun akan
tumbuh lagi pada bulan januari atau maret. Tumbuhnya daun ini juga secara
umum ditentukan oleh kondisi musim (Sumarna, 2004).
Universitas Sumatera Utara
2.1.2 Sistematika Tumbuhan
Berdasarkan hasil identifikasi sampel daun jati yang dilakukan di
Herbarium Medanense, diperoleh klasifikasi tumbuhan sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Class : Dicotylodonae
Ordo : Solanales
Famili : Verbenaceae
Genus : Tectona
Spesies : Tectona grandis L.f.
2.1.3 Kandungan Zat Warna Daun Jati Muda
Daun jati muda memiliki kandungan pigmen alami yang terdiri dari
pheophiptin, β-karoten, pelargonidin 3-glukosida, pelargonidin 3,7-diglukosida,
klorofil dan dua pigmen lain yang belum diidentifikasi (Ati, dkk., 2006)
2.2 Antosianin
Antosianin merupakan pewarna yang paling penting dan paling tersebar
luas dalam tumbuhan. Pigmen yang berwarna kuat dan larut dalam air ini
merupakan penyebab hampir semua warna merah jambu, merah marak, merah,
ungu, dan biru dalam daun bunga, daun, dan buah pada tumbuhan tinggi. Secara
kimia semua antosianin merupakan turunan suatu struktur aromatik tunggal, yaitu
sianidin, dan semuanya terbentuk dari pigmen sianidin ini dengan penambahan
atau pengurangan gugus hodroksil atau dengan metilisasi atau glikosilasi.
Antosianidin adalah aglikon antosianin yang terbentuk bila antosianin
dihidrolisis dengan asam. Antosianidin yang paling umum sampai saat ini ialah
Universitas Sumatera Utara
sianidin yang berwarna merah lembayung Warna jingga disebabkan oleh
pelargonidin yang gugus hidroksilnya kurang satu dibandinkan sianidin,
sedangkan warna merah senduduk, lembayung dan biru umumnya disebabkan
oleh delfinidin yang gugus hidroksilnya lebih satu dibandingkan sianidin
(Harborne, 1987).
Antosianin terdapat dalam semua tumbuhan tingkat tinggi, banyak
ditemukan dalam bunga dan buah, tetapi ada juga yang ditemukan dalam daun,
batang, dan akar. Antosianin sebagian besar ditemukan di luar lapisan sel. Bagi
tumbuhan, antosianin memiliki banyak fungsi yang berbeda, misalnya sebagai
antioksidan, pelindung untuk melawan sinar UV, sebagai mekanisme pertahanan
terhadap serangga, dan penting pada proses penyerbukan dan reproduksi.
Antosianin telah digunakan untuk mewarnai makanan sejak zaman dahulu.
Warna antosianin bergantung pada struktur dan keasaman. Sebagian besar
antosianin berwarna merah pada kondisi asam dan berubah menjadi biru pada
kondisi asam yang kurang. Selain itu, warna antosianin juga terpengaruh oleh
suhu, oksigen dan sinar UV (anonim, 2011).
2.3 Ekstraksi
Ekstraksi antosianin dari tumbuhan segar adalah dengan menghancurkan
bagian tumbuhan tersebut dalam tabung menggunakan sesedikit mungkin metanol
yang mengandung HCl pekat 1%. Cara lain, jaringan tumbuhan yang jumlahnya
lebih banyak dapat dimaserasi dalam pelarut yang mengandung asam, lalu maserat
disaring. Ekstrak kemudian dipekatkan pada tekanan rendah dan suhu 35o
- 40o
C
sampai volumenya menjadi kira-kira seperlima volume ekstrak asal (Harborne,
1987).
Universitas Sumatera Utara
2.4 Kulit
Kulit menutupi seluruh tubuh dan melindunginya dari berbagai tipe
stimulus eksternal yang merusak. Permukaan kulit orang dewasa sekitar 1,6 m2
.
Kulit terbagi atas tiga lapisan yang disebut epidermis, dermis, dan jaringan
subkutan. Epidermis tersusun dari beberapa lapisan sel yang ketebalnnya sekitar
0,1-0,3 mm. Fungsi terpenting dari epidermis adalah perlindungan melawan
rangsangan eksternal seperti dehidrasi dan sinar UV (Mitsui, 1997).
Epidermis, bagian terluar kulit dibagi menjadi dua lapisan utama: lapisan
sel-sel tidak berinti (stratum korneum atau lapisan tanduk), dan lapisan dalam
yaitu stratum malfigi. Stratum malfigi ini merupakan asal sel-sel permukaan
bertanduk setelah mengalami proses diferensiasi. Stratum malfigi dibagi menjadi:
stratum granulosum, lapisan sel basal (stratum germinativum), dan stratum
spinosum.
Lapisan basal sebagian besar terdiri dari sel-sel epidermis yang tidak
berdiferensiasi yang terus menerus mengalami mitosis, memperbaharui epidermis.
Sel diferensiasi utama stratum spinosum adalah keratinosit yang membentuk
keratin, suatu protein fibrosa. Stratum granulosum berada langung dibawah
stratum korneum dan memiliki fungsi penting dalam menghasilkan protein dan
ikatan kimia stratum korneum. Sel utama kedua epidermis (setelah keratinosit)
adalah melanosit, ditemukan dalam lapisan basal.
Dermis terletak tepat di bawah epidermis, dan terdiri dari serabut-serabut
kolagen, elastin dan retikulin yang tertanam dalam suatu substansi dasar. Di
sekitar pembuluh darah yang kecil terdapat limfosit, histiosit, sel mast dan
neutrofil polimorfonuklear yang melindungi tubuh dari infeksi. Di bawah dermis
Universitas Sumatera Utara
terdapat lapisan kulit ketiga yaitu lemak subkutan. Lapisan ini merupakan
bantalan untuk kulit, isolasi untuk mempertahankan suhu tubuh dan tempat
penyimpanan energi (Price dan Wilson, 1986).
pH permukaan kulit memiliki peranan penting pada fisiologi kulit.
Keasaman kulit telah diteliti oleh Heuss pada tahun 1892 dan divalidasi oleh
Schade dan Marchonini pada tahun 1928, yang menekankan bahwa tingkat
keasaman sebagai fungsi protektif dan menyebutnya sebagai ”mantel asam”
(Barel, et al, 2009).
Marchionini (1929) menemukan bahwa stratum korneum dilapisi oleh
suatu lapisan tipis lembab yang bersifat asam, sehingga ia menamakannya sebagai
“mantel asam kulit” (sauremantel). pH umumnya berkisar antara 4,5 – 6,5.
Fungsi pokok “mantel asam” kulit yaitu :
1. Sebagai penyangga (buffer) yang berusaha menetralisir bahan kimia yang
terlalu asam atau terlalu alkalis yang masuk ke kulit.
2. Membunuh atau menekan pertumbuhan mikroorganisme yang
membahayakan kulit.
3. Dengan sifat lembabnya sedikit banyak mencegah kekeringan kulit
(Tranggono dan Latifah, 2007).
2.5 Bibir
Bibir memiliki ciri yang berbeda dari kulit bagian lain, karena lapisan
jangatnya sangat tipis. Stratum germinatum tumbuh dengan kuat dan korium
mendorong papila dengan aliran darah yang banyak tepat dibawah permukaan
kulit. Sangat jarang terdapat kelenjar lemak pada bibir, menyebabkan bibir hampir
bebas dari lemak, sehingga dalam cuaca yang dingin dan kering lapisan jangat
Universitas Sumatera Utara
akan cenderung mengering, pecah-pecah, yang memungkinkan zat yang melekat
padanya mudah penetrasi ke stratum germinativum (Ditjen POM, 1985).
Bibir berfungsi untuk membantu proses berbicara dan makan. Hal ini
menyebabkan bibir harus ditarik, berbelok, dan berkontraksi ke berbagai arah
yang berbeda. Untuk melaksanakan tugasnya, bibir memiliki permukaan kulit
transisi yang dikenal dengan nama vermillion (Draelos and Thaman, 2006)
Daerah vermillion adalah bingkai merah bibir, merupakan daerah transisi
dimana kulit bibir bergabung kedalam membran mukosa. Ini merupakan daerah
dimana wanita sering mengaplikasikan lipstik. Secara eksternal dibatasi oleh
persimpangan mukokutan, persimpangan antara kulit wajah dan bingkai
vermillion bibir. Dalam mulut, Vermillion dibatasi oleh garis basah dimana
mucosa bibir dimulai. Garis basah (atau garis kering-basah) adalah perbatasan
antara bagian merah luar (bingkai vermillion) yang biasanya kering, dan bagian
dalam mukosa yang lembut dan lembab. Pada beberapa orang, bibir berwarna
merah kecoklatan, hal ini disebabkan oleh adanya pigmen melanin coklat
(Woelfel and Scheild, 2002).
2.6 Kosmetik
Kata kosmetik berasal dari bahasa Yunani ”kosmetikos” yang berarti
keterampilan menghias, mengatur. Defenisi kosmetik dalam Peraturan Menteri
Kesehatan RI No.445/ MenKes/Permenkes/1998 adalah sebagai berikut:
”Kosmetik adalah sediaan atau paduan bahan yang siap untuk digunakan pada
bagian luar badan (epidermis, rambut, kuku, bibir, dan organ kelamin bagian
luar), gigi, dan rongga mulut untuk membersihkan, menambah daya tarik,
mengubah penampakan, melindungi supaya tetap dalam keadaan baik,
Universitas Sumatera Utara
memperbaiki bau badan tetapi tidak dimaksudkan untuk mengobati atau
menyembuhkan suatu penyakit.”
Penggolongan kosmetik menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI, dibagi
ke dalam 13 kelompok :
1. Preparat untuk bayi, misalnya: minyak bayi, bedak bayi, dll.
2. Preparat untuk mandi, misalnya: sabun mandi, dll.
3. Preparat untuk mata, misalnya: maskara, eye shadow, dll.
4. Preparat wangi-wangian, misalnya: parfum, colognes, dll.
5. Preparat untuk rambut, misalnya: sampo, hair spray, dll.
6. Preparat pewarna rambut, misalnya: cat rambut, dll.
7. Preparat make-up (kecuali mata), misalnya: bedak, lipstick, dll.
8. Preparat untuk kebersihan mulut, misalnya: pasta gigi, mouth washes, dll.
9. Preparat untuk kebersihan badan, misalnya: deodorant, dll.
10. Preparat kuku, misalnya: cat kuku, losion kuku, dll.
11. Preparat perawatan kulit, misalnya: pembersih, pelembab, pelindung kulit,
dll.
12. Preparat cukur, misalnya: sabun cukur, dll.
13. Preparat untuk suntan dan suncreen, misalnya suncreen foundation, dll
(Tranggono dan Latifah, 2007)
Kosmetik umumnya mengandung bahan-bahan seperti lemak, minyak,
ester lilin, minyak ester, humektan, pewarna, dan lain-lain. Hal-hal yang harus
dipertimbangkan dalam memilih bahan baku kosmetika salah satunya adalah
sangat baik dan aman untuk digunakan serta stabil terhadap pengaruh oksidasi dan
pengaruh luar lainnya (Mitsui, 1997).
Universitas Sumatera Utara
Penggunaan kosmetik yang tidak selektif dapat menyebabkan timbulnya
berbagai efek samping dari bahan yang digunakan dalam kosmetik. Oleh karena
itu dilakukan usaha untuk menanggulangi kemungkinan efek samping kosmetik
tersebut dengan berhati-hati dan selektif dalam memilih kosmetik yang akan
digunakan. Salah satu penyebab resiko efek samping dari kosmetik adalah zat
warna yang digunakan (Wasitaatmadja, 1997).
2.7 Kosmetik Dekoratif
Kosmetik dekoratif fungsi utamanya hanya untuk mempercantik dan
memperindah diri. Pewarna merupakan komponen utama dalam setiap formulasi
kosmetik dekoratif. Tujuan kosmetik dekoratif yaitu untuk memperbaiki
penampilan, memberikan rona, meratakan warna kulit, menyembunyikan
ketidaksempurnaan, dan fungsi protektif. Tipe formulasi kosmetik dekoratif
berupa suspensi, cair, dan anhydrous. (Barel, et al, 2001).
Persyaratan untuk kosmetik dekoratif antara lain adalah warna yang
menarik, bau yang harum dan menyenangkan, tidak lengket, tidak menyebabkan
kulit tampak berkilau, dan tidak merusak atau mengganggu kulit, bibir, kuku, dan
adeneksa lainnya.
Kosmetik dekoratif dapat dibagi dalam dua golongan besar, yaitu:
1. Kosmetik dekoratif yang hanya menimbulkan efek pada permukaan dan
pemakaiannya sebentar, misalnya bedak, lipstik, perona pipi, eye shadow, dan
lain-lain.
2. Kosmetik dekoratif yang efeknya mendalam dan biasanya dalam waktu lama
batu luntur, misalnya kosmetik pemutih kulit, cat rambut, pengeriting rambut,
dan preparat penghilang rambut (Tranggono dan Latifah, 2007)
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan bagian tubuh yang dirias, kosmetik dekoratif dapat dibagi
menjadi:
1. Kosmetik rias kulit (wajah)
2. Kosmetik rias bibir
3. Kosmetik rias rambut
4. Kosmetik rias mata
5. Kosmetik rias kuku (Wasitaatmadja, 1997).
2.8 Lipstik
Lipstik menambah warna pada wajah agar terlihat lebih sehat dan juga
membentuk bibir. Lipstik dapat digunakan untuk harmonisasi wajah antara mata,
rambut, dan pakaian. Lipstik juga mampu menciptakan ilusi bibir agar terlihat
lebih kecil atau lebih besar tergantung dari warnanya. Ada dua tipe lipstik, yaitu
klasik dan volatile based (Barel, et al, 2001).
Lipstik terdiri dari zat warna yang terdispersi dalam pembawa yang terbuat
dari campuran lilin dan minyak, dalam komposisi yang sedemikian rupa sehingga
dapat memberikan suhu lebur dan viskositas yang dikendaki. Suhu lebur lipstik
yang ideal sesungguhnya diatur hingga suhu yang mendekati suhu bibir,
bervariasi antara 36-38o
C. Tetapi karena harus memperhatikan faktor ketahanan
terhadap suhu cuaca sekelilingnya, terutama suhu daerah tropik, suhu lebur lipstik
dibuat lebih tinggi, yang dianggap lebih sesuai diatur pada suhu lebih kurang
62o
C, biasanya berkisar antara 55-75o
C (Ditjen POM, 1985).
Dari segi kualitas, lipstik harus memenuhi beberapa persyaratan berikut:
1. Tidak menyebabkan iritasi atau keruskan pada bibir
2. Tidak memiliki rasa dan bau yang tidak menyenangkan
Universitas Sumatera Utara
3. Polesan lembut dan tetap terlihat baik selama jangka waktu tertentu
4. Selama masa penyimpanan bentuk harus tetap utuh, tanpa kepatahan dan
perubahan wujud.
5. Tidak lengket
6. Penampilan tetap menarik dan tidak ada perubahan warna (Mitsui, 1997)
2.9 Komponen Utama dalam Sediaan Lipstik
Bahan-bahan utama dalam lipstik antara lain:
a. Emolien, seperti minyak jarak, ester, lanolin, minyak alkohol (dodecanol
oktil), minyak jojoba dan trigliserida.
b. Lilin, seperti Candelilla, carnauba, lilin lebah, ozokerit/ceresein, silikon alkil,
polietilen, parafin.
c. Modifier wax yang bekerja bersama dengan malam untuk memperbaiki
tekstur, aplikasi dan stabilitas termasuk setil asetat, lanolin, setil alkohol, oleil
alkohol, dan vaselin (putih dan kuning).
d. Pewarna
• D & C, untuk obat-obatan dan kosmetik (tidak digunakan untuk makanan),
misalnya: Red 6 and Ba Lake, Red 7 and Ca Lake, Red 30, Yellow 10
• FD & C (untuk makanan, obat-obatan, dan kosmetik), misalnya: Yellow 5,6
Al Lake dan Blue 1 Al Lake
• Besi oksida
• TiO2
• ZnO
• Mutiara
• Mn violet
Universitas Sumatera Utara
e. Zat aktif. Zat aktif yang ditambahkan dalam sediaan pewarna bibir adalah
sebagai pelembab dan pelembut yaitu untuk memperbaiki kulit bibir yang
kering dan pecah-pecah diantaranya: tokoferil asetat, natrium hyaluronate,
ekstrak lidah buaya, ascorbyl palmitate, silanols, ceramides, Panthenol, asam
amino, dan beta karoten.
f. Pengisi. Mica, silica, boron nitride, BiOCl, pati, lisin lauroyl
g. Antioksidan/Pengawet BHA, BHT, ekstrak rosemary, asam sitrat, propil
paraben, metil paraben, dan tokoferol (Barel, et al, 2001).
2.9.1 Komponen Lipstik yang Digunakan dalam Formulasi
a. Cera alba (Malam putih)
Cera alba adalah hasil pemuenian dan pengentalan malam kuning yang
diperoleh dari sarang lebah madu Apis mellifera Linne (familia apidae).
Pemeriannya berupa padatan putih kekuningan, sedikit tembus cahaya dalam
keadaan lapisan tipis, nau khas lemah dan bebas bau tengik. Kelarutannya tidak
larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol dingin. Larut sempurna dalam
kloroform, eter, minyak lemak, dan minyak atsiri. Suhu leburnya antara 62o
C
hingga 65o
C (Ditjen POM, 1995).
b. Vaselin alba
Vaselin alba adalah campuran hidrokarbon setengah padat yang telah
diputihkan, diperoleh dari minyak mineral. Pemeriannya yaitu berupa massa
lunak, lengket, bening, putih, sifat ini tetap walaupun zat telah dileburkan.
Kelarutannya yaitu praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol (95%), tetapi
larut dalam kloroform dan eter. Suhu leburnya antara 38o
C hingga 56o
C. Khasiat
umumnya digunakan sebagai zat tambahan (Ditjen POM, 1979).
Universitas Sumatera Utara
c. Lanolin
Lanolin adalah adeps lanae yang mengandung air 25% dan digunakan
sebagai pelumas dan penutup kulit yang mudah dipakai (Anief, 1994).
Lanolin secara luas digunakan dalam formulasi kosmetik dan berbagai
sediaan topikal lanolin dapat mengalami auto-oksidasi selama proses
penyimpanan. Untuk menghambat proses ini, dibutuhkan penambahan butil
hidroksitoluen sebagai antioksidan (Rowe, et al, 2009).
d. Setil alkohol
Pemeriannya yaitu berupa serpihan putih licin, granul, atau kubus, putih,
bau khas lemah, dan rasa lemah. Kelarutannya yaitu tidak larut dalam air, larut
dalam etanol dan dalam eter, kelarutannya bertambah dengan naiknya suhu.
Suhu leburnya yaitu antara 45o
C hingga 50o
C (Ditjen POM, 1995).
e. Oleum ricini (Minyak jarak)
Minyak jarak adalah minyak lemak yang diperoleh dengan perasan dingin
biji Ricinus communis L. yang telah dikupas. Pemeriannya berupa cairan kental,
jernih, kuning pucat atau hampir tidak berwarna, bau lemah, rasa manis dan agak
pedas. Kelarutannya yaitu larut dalam 2,5 bagian etanol (90%), mudah larut
dalam etanol mutlak, dan dalam asam asetat glasial (Ditjen POM, 1979).
f. Cetaceum
Cetaceum adalah malam padat murni, diperoleh dari minyak lemak yang
terdapat pada kepala lemak dan badan Physeter Catodon L. dan Hyperoodan
costralos Muller. Pemberiannya yaitu massa hablur, bening, licin, putih mutiara,
bau dan rasa lemah. Kelarutannya yaitu paktis tidak larut dalam air dan dalam
etanol (96 %) P, larut dalam 20 bagian etanol (96 %) P mendidih, kloroform P,
Universitas Sumatera Utara
éter P, minyak lemak dan minyak atsiri. Suhu leburnya antara 42o
C hingga 50o
C.
Khasiat umumnya digunakan sebagai zat tambahan (Ditjen POM, 1979).
g. Propilen glikol
Propilen glikol adalah cairan jernih, tidak berwarna, kental, tidak berbau,
dan berasa manis. Propilen glikol diketahui sebagai material non-toksik telah
digunakan secara luas dalam formulasi farmasetik dan kosmetik sebagai
humektan, penawet, dan pelarut (Rowe, et al, 2009).
h. Titanium dioksida
Berupa serbuk putih nonhigroskopis, amorf, tidak berbau, dan tidak
berasa. Walaupun ukuran partikel rata-rata dari serbuk titanium dioksida kurang
dari 1 milimikron, titanium dioksida komersial umumnya terdapat sebagai
partikel agregat yang mencapai diameter 100 milimikron. Titanium dioksida
telah digunakan secara luas dalam kosmetik, makanan, dan dalam formulasi
sedian oral dan topikal sebagai pigmen putih. Titanium dioksida praktis tidak
larut dalam pelarut organik, asam nitrat, asam klorida, dan air (Rowe, et al,
2009).
i. Butil Hidroksitoluen
Pemeriannya hablar padat, putih, bau khas, lemah. Tidak larut dalam air
dan propilen glikol, nudah larut dalam etanol, dalam kloroform, dan dalam eter
(Ditjen POM, 1995).
Butil hidroksitoluen digunakan sebagai antioksidan dalam obat, kosmetik, dan
makanan. Biasanya digunakan untuk menunda atau mencegah oksidasi lemak
dan minyak menjadi tengik, dan juga untuk mencegah hilangnya aktivitas
vitamin-vitamin yang larut dalam minyak. Konsentrasi butil hidroksitoluen yang
Universitas Sumatera Utara
digunakan untuk formulasi sediaan topikal adalah 0,0075-0,1 (Rowe, et al,
2009).
j. Oleum rosae (Minyak mawar)
Minyak mawar adalah minyak atsiri yang diperoleh dengan penyulingan
uap bunga segar Rosa gallica L., Rosa damascena Miller, Rosa alba L., dan
varietas Rosa lainnya. Pemeriannya yaitu berupa cairan tidak berwarna atau
kuning, bau menyerupai bunga mawar, rasa khas, pada suhu 25o
C kental, dan
jika didinginkan perlahan-lahan berubah menjadi massa hablur bening yang jika
dipanaskan mudah melebur. Kelarutannya yaitu larut dalam kloroform dan berat
jenisnya yaitu antara 0,848 sampai 0,863 (Ditjen POM, 1979).
k. Metilparaben
Pemeriannya yaitu berupa hablur kecil, tidak berwarna atau serbuk hablur,
putih, tidak berbau atau berbau khas lemah, mempunyai sedikit rasa terbakar.
Kelarutannya yaitu sukar larut dalam air dan benzen, mudah larut dalam etanol
dan dalam eter, larut dalam minyak, propilen glikol, dan dalam gliserol. Suhu
leburnya antara 125o
C hingga 128o
C. Khasiatnya adalah sebagai zat tambahan
(zat pengawet) (Ditjen POM, 1995).
2.10 Uji Tempel (Patch Test)
Uji tempel adalah uji iritasi dan kepekaan kulit yang dilakukan dengan
cara mengoleskan sediaan uji pada kulit normal panel manusia dengan maksud
untuk mengetahui apakah sediaan tersebut dapat menimbulkan iritasi pada kulit
atau tidak.
Iritasi umumnya akan segera menimbulkan reaksi kulit sesaat setelah
pelekatan pada kulit, iritasi demikian disebut iritasi primer. Tetapi jika iritasi
Universitas Sumatera Utara
tersebut timbul beberapa jam setelah pelekatannya pada kulit, iritasi ini disebut
iritasi sekunder. Tanda-tanda yang ditimbulkan reaksi kulit tersebut umumnya
sama, yaitu akan tampak sebagai kulit kemerahan, gatal-gatal, atau bengkak.
Lokasi uji lekatan adalah bagian kulit panel yang dijadikan daerah lokasi
untuk uji tempel. Biasanya yang paling tepat dijadikan daerah lokasi uji tempel
adalah bagian punggung, lengan tangan, dan bagian kulit di belakang telinga
(Ditjen POM, 1985).
2.11 Uji Kesukaan (Hedonic Test)
Uji Kesukaan (Hedonic Test) adalah pengujian terhadap kesan subyektif
yang sifatnya suka atau tidak suka terhadap suatu produk. Pelaksanaan uji ini
memerlukan dua pihak yang bekerja sama, yaitu panel dan pelaksana. Panel
adalah seseorang atau sekelompok orang yang melakukan uji melalui proses
penginderaan. Orangnya disebut panelis. Panel terbagi dua, yaitu panel terlatih
dan tidak terlatih. Jumlah panel uji kesukaan makin besar semakin baik, sebaiknya
jumlah itu melebihi 20 orang. Jumlah lebih besar tentu akan menghasilkan
kesimpulan yang dapat diandalkan (Soekarto, 1981).
Universitas Sumatera Utara

More Related Content

What's hot

PPT Morfologi Tumbuhan - Akar
PPT Morfologi Tumbuhan - AkarPPT Morfologi Tumbuhan - Akar
PPT Morfologi Tumbuhan - Akar
Agustin Dian Kartikasari
 
Pemilihan Jenis Pohon dan Kesesuaian Tapak
Pemilihan Jenis Pohon dan Kesesuaian TapakPemilihan Jenis Pohon dan Kesesuaian Tapak
Pemilihan Jenis Pohon dan Kesesuaian Tapak
Rumbi Oztecilopasunexiss
 
Daun Majemuk
Daun MajemukDaun Majemuk
Daun Majemuk
Elmisa Subama
 
Tebang pilih tanam indonesia (TPTI)
Tebang pilih tanam indonesia (TPTI)Tebang pilih tanam indonesia (TPTI)
Tebang pilih tanam indonesia (TPTI)
npgkuja
 
Benih dan persemaian acara 1 9
Benih dan persemaian acara 1 9Benih dan persemaian acara 1 9
Benih dan persemaian acara 1 9bayu meido
 
Laporan Praktikum Dasar Perlindungan Hutan
Laporan Praktikum Dasar Perlindungan HutanLaporan Praktikum Dasar Perlindungan Hutan
Laporan Praktikum Dasar Perlindungan Hutan
Pasyaman_07
 
LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR GENETIKA DAN PEMULIAAN TANAMAN PERSILANGAN MONO...
LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR GENETIKA DAN PEMULIAAN TANAMAN PERSILANGAN MONO...LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR GENETIKA DAN PEMULIAAN TANAMAN PERSILANGAN MONO...
LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR GENETIKA DAN PEMULIAAN TANAMAN PERSILANGAN MONO...
Feri Chandra
 
Makalah sifat fisik & mekanik kayu beserta cacat cacatnya
Makalah sifat fisik & mekanik kayu beserta cacat cacatnyaMakalah sifat fisik & mekanik kayu beserta cacat cacatnya
Makalah sifat fisik & mekanik kayu beserta cacat cacatnya
noussevarenna
 
Penyakit hutan
Penyakit hutanPenyakit hutan
Penyakit hutan
bayu meido
 
Survei tanah
Survei tanahSurvei tanah
Survei tanah
Arya Ningrat
 
Laporan Ekologi Tumbuhan "Persaingan Intraspesies Tanaman dan Interspesies Ta...
Laporan Ekologi Tumbuhan "Persaingan Intraspesies Tanaman dan Interspesies Ta...Laporan Ekologi Tumbuhan "Persaingan Intraspesies Tanaman dan Interspesies Ta...
Laporan Ekologi Tumbuhan "Persaingan Intraspesies Tanaman dan Interspesies Ta...
Biology Education
 
EKOLOGI HUTAN
EKOLOGI HUTANEKOLOGI HUTAN
EKOLOGI HUTAN
EDIS BLOG
 
pembuatan larutan stok & media MS
pembuatan larutan stok & media MSpembuatan larutan stok & media MS
pembuatan larutan stok & media MS
novhitasari
 
ILMU KAYU PENDAHULUAN
ILMU KAYU PENDAHULUANILMU KAYU PENDAHULUAN
ILMU KAYU PENDAHULUAN
EDIS BLOG
 
Struktur dan Tipe Perkecambahan Benih
Struktur dan Tipe Perkecambahan BenihStruktur dan Tipe Perkecambahan Benih
Struktur dan Tipe Perkecambahan Benih
Nur Haida
 
laporan perencanaan kehutanan
laporan perencanaan kehutananlaporan perencanaan kehutanan
laporan perencanaan kehutanan
abdul gonde
 
Praktikum laporan pengaruh turgor terhadap membuka dan menutupnya stomata (ma...
Praktikum laporan pengaruh turgor terhadap membuka dan menutupnya stomata (ma...Praktikum laporan pengaruh turgor terhadap membuka dan menutupnya stomata (ma...
Praktikum laporan pengaruh turgor terhadap membuka dan menutupnya stomata (ma...
aris trea
 
Makalah Kayu putih
Makalah Kayu putih Makalah Kayu putih
Makalah Kayu putih
Andrew Hutabarat
 
Petak Ukur Inventarisasi hutan slide show
Petak Ukur Inventarisasi hutan slide showPetak Ukur Inventarisasi hutan slide show
Petak Ukur Inventarisasi hutan slide show
IndraSetiawan115511
 

What's hot (20)

PPT Morfologi Tumbuhan - Akar
PPT Morfologi Tumbuhan - AkarPPT Morfologi Tumbuhan - Akar
PPT Morfologi Tumbuhan - Akar
 
Pemilihan Jenis Pohon dan Kesesuaian Tapak
Pemilihan Jenis Pohon dan Kesesuaian TapakPemilihan Jenis Pohon dan Kesesuaian Tapak
Pemilihan Jenis Pohon dan Kesesuaian Tapak
 
Daun Majemuk
Daun MajemukDaun Majemuk
Daun Majemuk
 
Tebang pilih tanam indonesia (TPTI)
Tebang pilih tanam indonesia (TPTI)Tebang pilih tanam indonesia (TPTI)
Tebang pilih tanam indonesia (TPTI)
 
Benih dan persemaian acara 1 9
Benih dan persemaian acara 1 9Benih dan persemaian acara 1 9
Benih dan persemaian acara 1 9
 
Laporan Praktikum Dasar Perlindungan Hutan
Laporan Praktikum Dasar Perlindungan HutanLaporan Praktikum Dasar Perlindungan Hutan
Laporan Praktikum Dasar Perlindungan Hutan
 
LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR GENETIKA DAN PEMULIAAN TANAMAN PERSILANGAN MONO...
LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR GENETIKA DAN PEMULIAAN TANAMAN PERSILANGAN MONO...LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR GENETIKA DAN PEMULIAAN TANAMAN PERSILANGAN MONO...
LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR GENETIKA DAN PEMULIAAN TANAMAN PERSILANGAN MONO...
 
Makalah sifat fisik & mekanik kayu beserta cacat cacatnya
Makalah sifat fisik & mekanik kayu beserta cacat cacatnyaMakalah sifat fisik & mekanik kayu beserta cacat cacatnya
Makalah sifat fisik & mekanik kayu beserta cacat cacatnya
 
Penyakit hutan
Penyakit hutanPenyakit hutan
Penyakit hutan
 
Survei tanah
Survei tanahSurvei tanah
Survei tanah
 
Laporan Ekologi Tumbuhan "Persaingan Intraspesies Tanaman dan Interspesies Ta...
Laporan Ekologi Tumbuhan "Persaingan Intraspesies Tanaman dan Interspesies Ta...Laporan Ekologi Tumbuhan "Persaingan Intraspesies Tanaman dan Interspesies Ta...
Laporan Ekologi Tumbuhan "Persaingan Intraspesies Tanaman dan Interspesies Ta...
 
EKOLOGI HUTAN
EKOLOGI HUTANEKOLOGI HUTAN
EKOLOGI HUTAN
 
Buah (fructus)
Buah (fructus)Buah (fructus)
Buah (fructus)
 
pembuatan larutan stok & media MS
pembuatan larutan stok & media MSpembuatan larutan stok & media MS
pembuatan larutan stok & media MS
 
ILMU KAYU PENDAHULUAN
ILMU KAYU PENDAHULUANILMU KAYU PENDAHULUAN
ILMU KAYU PENDAHULUAN
 
Struktur dan Tipe Perkecambahan Benih
Struktur dan Tipe Perkecambahan BenihStruktur dan Tipe Perkecambahan Benih
Struktur dan Tipe Perkecambahan Benih
 
laporan perencanaan kehutanan
laporan perencanaan kehutananlaporan perencanaan kehutanan
laporan perencanaan kehutanan
 
Praktikum laporan pengaruh turgor terhadap membuka dan menutupnya stomata (ma...
Praktikum laporan pengaruh turgor terhadap membuka dan menutupnya stomata (ma...Praktikum laporan pengaruh turgor terhadap membuka dan menutupnya stomata (ma...
Praktikum laporan pengaruh turgor terhadap membuka dan menutupnya stomata (ma...
 
Makalah Kayu putih
Makalah Kayu putih Makalah Kayu putih
Makalah Kayu putih
 
Petak Ukur Inventarisasi hutan slide show
Petak Ukur Inventarisasi hutan slide showPetak Ukur Inventarisasi hutan slide show
Petak Ukur Inventarisasi hutan slide show
 

Similar to Bab 2 daun jati

Digital 126140 far.057-08-pengaruh formulasi-literatur
Digital 126140 far.057-08-pengaruh formulasi-literaturDigital 126140 far.057-08-pengaruh formulasi-literatur
Digital 126140 far.057-08-pengaruh formulasi-literatur
Rahmad Sutrisna
 
Malakah Sistem integumen
Malakah Sistem integumenMalakah Sistem integumen
Malakah Sistem integumen
santy samuel
 
Kulit dan cara kerjanya
Kulit dan cara kerjanyaKulit dan cara kerjanya
Kulit dan cara kerjanya
Riski Eka
 
Integumen
IntegumenIntegumen
Isi
IsiIsi
SKRINING FITOKIMIA METABOLISME SEKUNDER
SKRINING FITOKIMIA METABOLISME SEKUNDERSKRINING FITOKIMIA METABOLISME SEKUNDER
SKRINING FITOKIMIA METABOLISME SEKUNDER
SofiaNofianti
 
Makalah kulit
Makalah kulitMakalah kulit
karya tulis ilmiah krim daun ketepeng (Cassiae Folium)
karya tulis ilmiah krim daun ketepeng (Cassiae Folium)karya tulis ilmiah krim daun ketepeng (Cassiae Folium)
karya tulis ilmiah krim daun ketepeng (Cassiae Folium)
Afifah Nur Indah Sari
 
Makalah kulit
Makalah kulitMakalah kulit
Makalah kulit
Warnet Raha
 
Sph
SphSph
JARINGAN_EPIDERMIS_TUMBUHAN.docx
JARINGAN_EPIDERMIS_TUMBUHAN.docxJARINGAN_EPIDERMIS_TUMBUHAN.docx
JARINGAN_EPIDERMIS_TUMBUHAN.docx
JaliaLodang1
 
JARINGAN_EPIDERMIS_TUMBUHAN.docx
JARINGAN_EPIDERMIS_TUMBUHAN.docxJARINGAN_EPIDERMIS_TUMBUHAN.docx
JARINGAN_EPIDERMIS_TUMBUHAN.docx
JaliaLodang1
 
JURNAL REVIEW TERPPENOID.docx.pdf
JURNAL REVIEW TERPPENOID.docx.pdfJURNAL REVIEW TERPPENOID.docx.pdf
JURNAL REVIEW TERPPENOID.docx.pdf
Dinda Gusti Ayu
 
Sistem integumen
Sistem integumenSistem integumen
Sistem integumen
humayrahismail02
 
Bioindustri hadia atu ba bimbing pemanfaatan minyak sterculia foetida linn se...
Bioindustri hadia atu ba bimbing pemanfaatan minyak sterculia foetida linn se...Bioindustri hadia atu ba bimbing pemanfaatan minyak sterculia foetida linn se...
Bioindustri hadia atu ba bimbing pemanfaatan minyak sterculia foetida linn se...Zino Almeida
 
PENGARUH NAUNGAN TERHADAP STRUKTUR FISIOLOGIS TUMBUHAN HIJAU DAUN
PENGARUH NAUNGAN TERHADAP STRUKTUR FISIOLOGIS TUMBUHAN HIJAU DAUNPENGARUH NAUNGAN TERHADAP STRUKTUR FISIOLOGIS TUMBUHAN HIJAU DAUN
PENGARUH NAUNGAN TERHADAP STRUKTUR FISIOLOGIS TUMBUHAN HIJAU DAUNSyawalina Soerbakti
 

Similar to Bab 2 daun jati (20)

Digital 126140 far.057-08-pengaruh formulasi-literatur
Digital 126140 far.057-08-pengaruh formulasi-literaturDigital 126140 far.057-08-pengaruh formulasi-literatur
Digital 126140 far.057-08-pengaruh formulasi-literatur
 
Malakah Sistem integumen
Malakah Sistem integumenMalakah Sistem integumen
Malakah Sistem integumen
 
Kulit dan cara kerjanya
Kulit dan cara kerjanyaKulit dan cara kerjanya
Kulit dan cara kerjanya
 
Integumen
IntegumenIntegumen
Integumen
 
Makalah kulit
Makalah kulitMakalah kulit
Makalah kulit
 
Integumen
IntegumenIntegumen
Integumen
 
Isi
IsiIsi
Isi
 
SKRINING FITOKIMIA METABOLISME SEKUNDER
SKRINING FITOKIMIA METABOLISME SEKUNDERSKRINING FITOKIMIA METABOLISME SEKUNDER
SKRINING FITOKIMIA METABOLISME SEKUNDER
 
Anatomi dan fisiologi kulit AKPER PEMKAB MUNA
Anatomi dan fisiologi kulit AKPER PEMKAB MUNAAnatomi dan fisiologi kulit AKPER PEMKAB MUNA
Anatomi dan fisiologi kulit AKPER PEMKAB MUNA
 
Makalah kulit
Makalah kulitMakalah kulit
Makalah kulit
 
karya tulis ilmiah krim daun ketepeng (Cassiae Folium)
karya tulis ilmiah krim daun ketepeng (Cassiae Folium)karya tulis ilmiah krim daun ketepeng (Cassiae Folium)
karya tulis ilmiah krim daun ketepeng (Cassiae Folium)
 
Makalah kulit
Makalah kulitMakalah kulit
Makalah kulit
 
Sph
SphSph
Sph
 
Fitokimia gietha
Fitokimia giethaFitokimia gietha
Fitokimia gietha
 
JARINGAN_EPIDERMIS_TUMBUHAN.docx
JARINGAN_EPIDERMIS_TUMBUHAN.docxJARINGAN_EPIDERMIS_TUMBUHAN.docx
JARINGAN_EPIDERMIS_TUMBUHAN.docx
 
JARINGAN_EPIDERMIS_TUMBUHAN.docx
JARINGAN_EPIDERMIS_TUMBUHAN.docxJARINGAN_EPIDERMIS_TUMBUHAN.docx
JARINGAN_EPIDERMIS_TUMBUHAN.docx
 
JURNAL REVIEW TERPPENOID.docx.pdf
JURNAL REVIEW TERPPENOID.docx.pdfJURNAL REVIEW TERPPENOID.docx.pdf
JURNAL REVIEW TERPPENOID.docx.pdf
 
Sistem integumen
Sistem integumenSistem integumen
Sistem integumen
 
Bioindustri hadia atu ba bimbing pemanfaatan minyak sterculia foetida linn se...
Bioindustri hadia atu ba bimbing pemanfaatan minyak sterculia foetida linn se...Bioindustri hadia atu ba bimbing pemanfaatan minyak sterculia foetida linn se...
Bioindustri hadia atu ba bimbing pemanfaatan minyak sterculia foetida linn se...
 
PENGARUH NAUNGAN TERHADAP STRUKTUR FISIOLOGIS TUMBUHAN HIJAU DAUN
PENGARUH NAUNGAN TERHADAP STRUKTUR FISIOLOGIS TUMBUHAN HIJAU DAUNPENGARUH NAUNGAN TERHADAP STRUKTUR FISIOLOGIS TUMBUHAN HIJAU DAUN
PENGARUH NAUNGAN TERHADAP STRUKTUR FISIOLOGIS TUMBUHAN HIJAU DAUN
 

Recently uploaded

Monitoring dan Evaluasi Program Pertolongan Pertama Pada Luka Psikologis.pdf
Monitoring dan Evaluasi Program Pertolongan Pertama Pada Luka Psikologis.pdfMonitoring dan Evaluasi Program Pertolongan Pertama Pada Luka Psikologis.pdf
Monitoring dan Evaluasi Program Pertolongan Pertama Pada Luka Psikologis.pdf
haniekusuma
 
ANTIBIOTIK TOPIKAL Farmakologi Basic Dasar
ANTIBIOTIK TOPIKAL Farmakologi Basic DasarANTIBIOTIK TOPIKAL Farmakologi Basic Dasar
ANTIBIOTIK TOPIKAL Farmakologi Basic Dasar
MFCorp
 
keterampilan kader dan teknis penilaian tingkat kecakapan kader posyandu.pptx
keterampilan kader dan teknis penilaian tingkat kecakapan kader posyandu.pptxketerampilan kader dan teknis penilaian tingkat kecakapan kader posyandu.pptx
keterampilan kader dan teknis penilaian tingkat kecakapan kader posyandu.pptx
pkmcinagara
 
PENYULUHAN SKRINING KESEHATAN USIA PRODUKTIF
PENYULUHAN SKRINING KESEHATAN USIA PRODUKTIFPENYULUHAN SKRINING KESEHATAN USIA PRODUKTIF
PENYULUHAN SKRINING KESEHATAN USIA PRODUKTIF
FredyMaringga1
 
ASKEP pada pasien dengan diagnosa CAD CICU.docx
ASKEP pada pasien dengan diagnosa  CAD CICU.docxASKEP pada pasien dengan diagnosa  CAD CICU.docx
ASKEP pada pasien dengan diagnosa CAD CICU.docx
zalfazulfa174
 
Pengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratorium
Pengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratoriumPengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratorium
Pengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratorium
SyailaNandaSofiaWell
 
Asuhan Keperawatan HIPO&HIPERTIROID.pptx
Asuhan Keperawatan HIPO&HIPERTIROID.pptxAsuhan Keperawatan HIPO&HIPERTIROID.pptx
Asuhan Keperawatan HIPO&HIPERTIROID.pptx
hosnuinayati1
 
Sejarah, Trend Isu Keperawatan Jiwa Dan Konsep Dasar Keperawatan Jiwa
Sejarah, Trend Isu Keperawatan Jiwa Dan Konsep Dasar Keperawatan JiwaSejarah, Trend Isu Keperawatan Jiwa Dan Konsep Dasar Keperawatan Jiwa
Sejarah, Trend Isu Keperawatan Jiwa Dan Konsep Dasar Keperawatan Jiwa
BayuEkaKurniawan1
 
Pengertian dan jenis obat antiparasit.pdf
Pengertian dan jenis obat antiparasit.pdfPengertian dan jenis obat antiparasit.pdf
Pengertian dan jenis obat antiparasit.pdf
ryskilahmudin
 
v2 Intervensi serentak pencegahan stunting.pdf
v2 Intervensi serentak pencegahan stunting.pdfv2 Intervensi serentak pencegahan stunting.pdf
v2 Intervensi serentak pencegahan stunting.pdf
fritshenukh
 
PENJAGAAN PESAKIT DENGAN VENTILATOR Kursus Basic Resus Nursing HTJS.pptx
PENJAGAAN PESAKIT DENGAN VENTILATOR  Kursus Basic Resus Nursing HTJS.pptxPENJAGAAN PESAKIT DENGAN VENTILATOR  Kursus Basic Resus Nursing HTJS.pptx
PENJAGAAN PESAKIT DENGAN VENTILATOR Kursus Basic Resus Nursing HTJS.pptx
Hamzi Hadi
 
428375104-Ppt-Pemberian-Obat-Topikal.pptx
428375104-Ppt-Pemberian-Obat-Topikal.pptx428375104-Ppt-Pemberian-Obat-Topikal.pptx
428375104-Ppt-Pemberian-Obat-Topikal.pptx
ImanChimonxNurjaman
 
PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF
PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIFPRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF
PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF
ratnawulokt
 
pemaparan PPT pneumonia untuk fakultas kedokteran
pemaparan PPT pneumonia untuk fakultas kedokteranpemaparan PPT pneumonia untuk fakultas kedokteran
pemaparan PPT pneumonia untuk fakultas kedokteran
hadijaul
 
Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.ppt
Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.pptCara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.ppt
Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.ppt
andiulfahmagefirahra1
 
Materi 5. Penjaminan Mutu Labkesmas.pptx
Materi 5. Penjaminan Mutu Labkesmas.pptxMateri 5. Penjaminan Mutu Labkesmas.pptx
Materi 5. Penjaminan Mutu Labkesmas.pptx
syam586213
 
jejaring dan jaringan pkm 2019 presentasi
jejaring dan jaringan pkm 2019 presentasijejaring dan jaringan pkm 2019 presentasi
jejaring dan jaringan pkm 2019 presentasi
lala263132
 

Recently uploaded (17)

Monitoring dan Evaluasi Program Pertolongan Pertama Pada Luka Psikologis.pdf
Monitoring dan Evaluasi Program Pertolongan Pertama Pada Luka Psikologis.pdfMonitoring dan Evaluasi Program Pertolongan Pertama Pada Luka Psikologis.pdf
Monitoring dan Evaluasi Program Pertolongan Pertama Pada Luka Psikologis.pdf
 
ANTIBIOTIK TOPIKAL Farmakologi Basic Dasar
ANTIBIOTIK TOPIKAL Farmakologi Basic DasarANTIBIOTIK TOPIKAL Farmakologi Basic Dasar
ANTIBIOTIK TOPIKAL Farmakologi Basic Dasar
 
keterampilan kader dan teknis penilaian tingkat kecakapan kader posyandu.pptx
keterampilan kader dan teknis penilaian tingkat kecakapan kader posyandu.pptxketerampilan kader dan teknis penilaian tingkat kecakapan kader posyandu.pptx
keterampilan kader dan teknis penilaian tingkat kecakapan kader posyandu.pptx
 
PENYULUHAN SKRINING KESEHATAN USIA PRODUKTIF
PENYULUHAN SKRINING KESEHATAN USIA PRODUKTIFPENYULUHAN SKRINING KESEHATAN USIA PRODUKTIF
PENYULUHAN SKRINING KESEHATAN USIA PRODUKTIF
 
ASKEP pada pasien dengan diagnosa CAD CICU.docx
ASKEP pada pasien dengan diagnosa  CAD CICU.docxASKEP pada pasien dengan diagnosa  CAD CICU.docx
ASKEP pada pasien dengan diagnosa CAD CICU.docx
 
Pengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratorium
Pengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratoriumPengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratorium
Pengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratorium
 
Asuhan Keperawatan HIPO&HIPERTIROID.pptx
Asuhan Keperawatan HIPO&HIPERTIROID.pptxAsuhan Keperawatan HIPO&HIPERTIROID.pptx
Asuhan Keperawatan HIPO&HIPERTIROID.pptx
 
Sejarah, Trend Isu Keperawatan Jiwa Dan Konsep Dasar Keperawatan Jiwa
Sejarah, Trend Isu Keperawatan Jiwa Dan Konsep Dasar Keperawatan JiwaSejarah, Trend Isu Keperawatan Jiwa Dan Konsep Dasar Keperawatan Jiwa
Sejarah, Trend Isu Keperawatan Jiwa Dan Konsep Dasar Keperawatan Jiwa
 
Pengertian dan jenis obat antiparasit.pdf
Pengertian dan jenis obat antiparasit.pdfPengertian dan jenis obat antiparasit.pdf
Pengertian dan jenis obat antiparasit.pdf
 
v2 Intervensi serentak pencegahan stunting.pdf
v2 Intervensi serentak pencegahan stunting.pdfv2 Intervensi serentak pencegahan stunting.pdf
v2 Intervensi serentak pencegahan stunting.pdf
 
PENJAGAAN PESAKIT DENGAN VENTILATOR Kursus Basic Resus Nursing HTJS.pptx
PENJAGAAN PESAKIT DENGAN VENTILATOR  Kursus Basic Resus Nursing HTJS.pptxPENJAGAAN PESAKIT DENGAN VENTILATOR  Kursus Basic Resus Nursing HTJS.pptx
PENJAGAAN PESAKIT DENGAN VENTILATOR Kursus Basic Resus Nursing HTJS.pptx
 
428375104-Ppt-Pemberian-Obat-Topikal.pptx
428375104-Ppt-Pemberian-Obat-Topikal.pptx428375104-Ppt-Pemberian-Obat-Topikal.pptx
428375104-Ppt-Pemberian-Obat-Topikal.pptx
 
PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF
PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIFPRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF
PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF
 
pemaparan PPT pneumonia untuk fakultas kedokteran
pemaparan PPT pneumonia untuk fakultas kedokteranpemaparan PPT pneumonia untuk fakultas kedokteran
pemaparan PPT pneumonia untuk fakultas kedokteran
 
Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.ppt
Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.pptCara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.ppt
Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.ppt
 
Materi 5. Penjaminan Mutu Labkesmas.pptx
Materi 5. Penjaminan Mutu Labkesmas.pptxMateri 5. Penjaminan Mutu Labkesmas.pptx
Materi 5. Penjaminan Mutu Labkesmas.pptx
 
jejaring dan jaringan pkm 2019 presentasi
jejaring dan jaringan pkm 2019 presentasijejaring dan jaringan pkm 2019 presentasi
jejaring dan jaringan pkm 2019 presentasi
 

Bab 2 daun jati

  • 1. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Daun Jati Tanaman jati yang tumbuh di Indonesia berasal dari India. Tanaman yang mempunyai nama ilmiah Tectona grandis linn. F. secara historis, nama tectona berasal dari bahasa portugis (tekton) yang berarti tumbuhan yang memiliki kualitas tinggi. Di Negara asalnya, tanaman jati ini dikenal dengan banyak nama daerah, seperti ching-jagu (di wilayah Asam), saigun (Bengali), tekku (Bombay), dan kyun (Burma). Tanaman ini dalam bahasa jerman dikenal dengan nama teck atau teakbun, sedangkan di Inggris dikenal dengan nama teak (Sumarna, 2004). 2.1.1 Morfologi Tumbuhan Secara morfologis, tanaman jati memiliki tinggi yang dapat mencapai sekitar 30-45 m dengan pemangkasan, batang yg bebas cabang dapat mencapai antara 15–20 cm. Diameter batang dapat mencapai 220 cm. Kulit kayu berwarna kecoklatan atau abu-abu yang mudah terkelupas. Pangkal batang berakar papan pendek dan bercabang sekitar 4. Daun berbentuk jantung membulat dengan ujung meruncing, berukuran panjang 20-50 cm dan lebar 15–40 cm, permukaannya berbulu. Daun muda (petiola) berwarna hijau kecoklatan, sedangkan daun tua berwarna hijau tua keabu-abuan. Tanaman jati tergolong tanaman yang menggugurkan daun pada saat musim kemarau, antara bulan nopember hingga januari. Setelah gugur, daun akan tumbuh lagi pada bulan januari atau maret. Tumbuhnya daun ini juga secara umum ditentukan oleh kondisi musim (Sumarna, 2004). Universitas Sumatera Utara
  • 2. 2.1.2 Sistematika Tumbuhan Berdasarkan hasil identifikasi sampel daun jati yang dilakukan di Herbarium Medanense, diperoleh klasifikasi tumbuhan sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Class : Dicotylodonae Ordo : Solanales Famili : Verbenaceae Genus : Tectona Spesies : Tectona grandis L.f. 2.1.3 Kandungan Zat Warna Daun Jati Muda Daun jati muda memiliki kandungan pigmen alami yang terdiri dari pheophiptin, β-karoten, pelargonidin 3-glukosida, pelargonidin 3,7-diglukosida, klorofil dan dua pigmen lain yang belum diidentifikasi (Ati, dkk., 2006) 2.2 Antosianin Antosianin merupakan pewarna yang paling penting dan paling tersebar luas dalam tumbuhan. Pigmen yang berwarna kuat dan larut dalam air ini merupakan penyebab hampir semua warna merah jambu, merah marak, merah, ungu, dan biru dalam daun bunga, daun, dan buah pada tumbuhan tinggi. Secara kimia semua antosianin merupakan turunan suatu struktur aromatik tunggal, yaitu sianidin, dan semuanya terbentuk dari pigmen sianidin ini dengan penambahan atau pengurangan gugus hodroksil atau dengan metilisasi atau glikosilasi. Antosianidin adalah aglikon antosianin yang terbentuk bila antosianin dihidrolisis dengan asam. Antosianidin yang paling umum sampai saat ini ialah Universitas Sumatera Utara
  • 3. sianidin yang berwarna merah lembayung Warna jingga disebabkan oleh pelargonidin yang gugus hidroksilnya kurang satu dibandinkan sianidin, sedangkan warna merah senduduk, lembayung dan biru umumnya disebabkan oleh delfinidin yang gugus hidroksilnya lebih satu dibandingkan sianidin (Harborne, 1987). Antosianin terdapat dalam semua tumbuhan tingkat tinggi, banyak ditemukan dalam bunga dan buah, tetapi ada juga yang ditemukan dalam daun, batang, dan akar. Antosianin sebagian besar ditemukan di luar lapisan sel. Bagi tumbuhan, antosianin memiliki banyak fungsi yang berbeda, misalnya sebagai antioksidan, pelindung untuk melawan sinar UV, sebagai mekanisme pertahanan terhadap serangga, dan penting pada proses penyerbukan dan reproduksi. Antosianin telah digunakan untuk mewarnai makanan sejak zaman dahulu. Warna antosianin bergantung pada struktur dan keasaman. Sebagian besar antosianin berwarna merah pada kondisi asam dan berubah menjadi biru pada kondisi asam yang kurang. Selain itu, warna antosianin juga terpengaruh oleh suhu, oksigen dan sinar UV (anonim, 2011). 2.3 Ekstraksi Ekstraksi antosianin dari tumbuhan segar adalah dengan menghancurkan bagian tumbuhan tersebut dalam tabung menggunakan sesedikit mungkin metanol yang mengandung HCl pekat 1%. Cara lain, jaringan tumbuhan yang jumlahnya lebih banyak dapat dimaserasi dalam pelarut yang mengandung asam, lalu maserat disaring. Ekstrak kemudian dipekatkan pada tekanan rendah dan suhu 35o - 40o C sampai volumenya menjadi kira-kira seperlima volume ekstrak asal (Harborne, 1987). Universitas Sumatera Utara
  • 4. 2.4 Kulit Kulit menutupi seluruh tubuh dan melindunginya dari berbagai tipe stimulus eksternal yang merusak. Permukaan kulit orang dewasa sekitar 1,6 m2 . Kulit terbagi atas tiga lapisan yang disebut epidermis, dermis, dan jaringan subkutan. Epidermis tersusun dari beberapa lapisan sel yang ketebalnnya sekitar 0,1-0,3 mm. Fungsi terpenting dari epidermis adalah perlindungan melawan rangsangan eksternal seperti dehidrasi dan sinar UV (Mitsui, 1997). Epidermis, bagian terluar kulit dibagi menjadi dua lapisan utama: lapisan sel-sel tidak berinti (stratum korneum atau lapisan tanduk), dan lapisan dalam yaitu stratum malfigi. Stratum malfigi ini merupakan asal sel-sel permukaan bertanduk setelah mengalami proses diferensiasi. Stratum malfigi dibagi menjadi: stratum granulosum, lapisan sel basal (stratum germinativum), dan stratum spinosum. Lapisan basal sebagian besar terdiri dari sel-sel epidermis yang tidak berdiferensiasi yang terus menerus mengalami mitosis, memperbaharui epidermis. Sel diferensiasi utama stratum spinosum adalah keratinosit yang membentuk keratin, suatu protein fibrosa. Stratum granulosum berada langung dibawah stratum korneum dan memiliki fungsi penting dalam menghasilkan protein dan ikatan kimia stratum korneum. Sel utama kedua epidermis (setelah keratinosit) adalah melanosit, ditemukan dalam lapisan basal. Dermis terletak tepat di bawah epidermis, dan terdiri dari serabut-serabut kolagen, elastin dan retikulin yang tertanam dalam suatu substansi dasar. Di sekitar pembuluh darah yang kecil terdapat limfosit, histiosit, sel mast dan neutrofil polimorfonuklear yang melindungi tubuh dari infeksi. Di bawah dermis Universitas Sumatera Utara
  • 5. terdapat lapisan kulit ketiga yaitu lemak subkutan. Lapisan ini merupakan bantalan untuk kulit, isolasi untuk mempertahankan suhu tubuh dan tempat penyimpanan energi (Price dan Wilson, 1986). pH permukaan kulit memiliki peranan penting pada fisiologi kulit. Keasaman kulit telah diteliti oleh Heuss pada tahun 1892 dan divalidasi oleh Schade dan Marchonini pada tahun 1928, yang menekankan bahwa tingkat keasaman sebagai fungsi protektif dan menyebutnya sebagai ”mantel asam” (Barel, et al, 2009). Marchionini (1929) menemukan bahwa stratum korneum dilapisi oleh suatu lapisan tipis lembab yang bersifat asam, sehingga ia menamakannya sebagai “mantel asam kulit” (sauremantel). pH umumnya berkisar antara 4,5 – 6,5. Fungsi pokok “mantel asam” kulit yaitu : 1. Sebagai penyangga (buffer) yang berusaha menetralisir bahan kimia yang terlalu asam atau terlalu alkalis yang masuk ke kulit. 2. Membunuh atau menekan pertumbuhan mikroorganisme yang membahayakan kulit. 3. Dengan sifat lembabnya sedikit banyak mencegah kekeringan kulit (Tranggono dan Latifah, 2007). 2.5 Bibir Bibir memiliki ciri yang berbeda dari kulit bagian lain, karena lapisan jangatnya sangat tipis. Stratum germinatum tumbuh dengan kuat dan korium mendorong papila dengan aliran darah yang banyak tepat dibawah permukaan kulit. Sangat jarang terdapat kelenjar lemak pada bibir, menyebabkan bibir hampir bebas dari lemak, sehingga dalam cuaca yang dingin dan kering lapisan jangat Universitas Sumatera Utara
  • 6. akan cenderung mengering, pecah-pecah, yang memungkinkan zat yang melekat padanya mudah penetrasi ke stratum germinativum (Ditjen POM, 1985). Bibir berfungsi untuk membantu proses berbicara dan makan. Hal ini menyebabkan bibir harus ditarik, berbelok, dan berkontraksi ke berbagai arah yang berbeda. Untuk melaksanakan tugasnya, bibir memiliki permukaan kulit transisi yang dikenal dengan nama vermillion (Draelos and Thaman, 2006) Daerah vermillion adalah bingkai merah bibir, merupakan daerah transisi dimana kulit bibir bergabung kedalam membran mukosa. Ini merupakan daerah dimana wanita sering mengaplikasikan lipstik. Secara eksternal dibatasi oleh persimpangan mukokutan, persimpangan antara kulit wajah dan bingkai vermillion bibir. Dalam mulut, Vermillion dibatasi oleh garis basah dimana mucosa bibir dimulai. Garis basah (atau garis kering-basah) adalah perbatasan antara bagian merah luar (bingkai vermillion) yang biasanya kering, dan bagian dalam mukosa yang lembut dan lembab. Pada beberapa orang, bibir berwarna merah kecoklatan, hal ini disebabkan oleh adanya pigmen melanin coklat (Woelfel and Scheild, 2002). 2.6 Kosmetik Kata kosmetik berasal dari bahasa Yunani ”kosmetikos” yang berarti keterampilan menghias, mengatur. Defenisi kosmetik dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No.445/ MenKes/Permenkes/1998 adalah sebagai berikut: ”Kosmetik adalah sediaan atau paduan bahan yang siap untuk digunakan pada bagian luar badan (epidermis, rambut, kuku, bibir, dan organ kelamin bagian luar), gigi, dan rongga mulut untuk membersihkan, menambah daya tarik, mengubah penampakan, melindungi supaya tetap dalam keadaan baik, Universitas Sumatera Utara
  • 7. memperbaiki bau badan tetapi tidak dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan suatu penyakit.” Penggolongan kosmetik menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI, dibagi ke dalam 13 kelompok : 1. Preparat untuk bayi, misalnya: minyak bayi, bedak bayi, dll. 2. Preparat untuk mandi, misalnya: sabun mandi, dll. 3. Preparat untuk mata, misalnya: maskara, eye shadow, dll. 4. Preparat wangi-wangian, misalnya: parfum, colognes, dll. 5. Preparat untuk rambut, misalnya: sampo, hair spray, dll. 6. Preparat pewarna rambut, misalnya: cat rambut, dll. 7. Preparat make-up (kecuali mata), misalnya: bedak, lipstick, dll. 8. Preparat untuk kebersihan mulut, misalnya: pasta gigi, mouth washes, dll. 9. Preparat untuk kebersihan badan, misalnya: deodorant, dll. 10. Preparat kuku, misalnya: cat kuku, losion kuku, dll. 11. Preparat perawatan kulit, misalnya: pembersih, pelembab, pelindung kulit, dll. 12. Preparat cukur, misalnya: sabun cukur, dll. 13. Preparat untuk suntan dan suncreen, misalnya suncreen foundation, dll (Tranggono dan Latifah, 2007) Kosmetik umumnya mengandung bahan-bahan seperti lemak, minyak, ester lilin, minyak ester, humektan, pewarna, dan lain-lain. Hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam memilih bahan baku kosmetika salah satunya adalah sangat baik dan aman untuk digunakan serta stabil terhadap pengaruh oksidasi dan pengaruh luar lainnya (Mitsui, 1997). Universitas Sumatera Utara
  • 8. Penggunaan kosmetik yang tidak selektif dapat menyebabkan timbulnya berbagai efek samping dari bahan yang digunakan dalam kosmetik. Oleh karena itu dilakukan usaha untuk menanggulangi kemungkinan efek samping kosmetik tersebut dengan berhati-hati dan selektif dalam memilih kosmetik yang akan digunakan. Salah satu penyebab resiko efek samping dari kosmetik adalah zat warna yang digunakan (Wasitaatmadja, 1997). 2.7 Kosmetik Dekoratif Kosmetik dekoratif fungsi utamanya hanya untuk mempercantik dan memperindah diri. Pewarna merupakan komponen utama dalam setiap formulasi kosmetik dekoratif. Tujuan kosmetik dekoratif yaitu untuk memperbaiki penampilan, memberikan rona, meratakan warna kulit, menyembunyikan ketidaksempurnaan, dan fungsi protektif. Tipe formulasi kosmetik dekoratif berupa suspensi, cair, dan anhydrous. (Barel, et al, 2001). Persyaratan untuk kosmetik dekoratif antara lain adalah warna yang menarik, bau yang harum dan menyenangkan, tidak lengket, tidak menyebabkan kulit tampak berkilau, dan tidak merusak atau mengganggu kulit, bibir, kuku, dan adeneksa lainnya. Kosmetik dekoratif dapat dibagi dalam dua golongan besar, yaitu: 1. Kosmetik dekoratif yang hanya menimbulkan efek pada permukaan dan pemakaiannya sebentar, misalnya bedak, lipstik, perona pipi, eye shadow, dan lain-lain. 2. Kosmetik dekoratif yang efeknya mendalam dan biasanya dalam waktu lama batu luntur, misalnya kosmetik pemutih kulit, cat rambut, pengeriting rambut, dan preparat penghilang rambut (Tranggono dan Latifah, 2007) Universitas Sumatera Utara
  • 9. Berdasarkan bagian tubuh yang dirias, kosmetik dekoratif dapat dibagi menjadi: 1. Kosmetik rias kulit (wajah) 2. Kosmetik rias bibir 3. Kosmetik rias rambut 4. Kosmetik rias mata 5. Kosmetik rias kuku (Wasitaatmadja, 1997). 2.8 Lipstik Lipstik menambah warna pada wajah agar terlihat lebih sehat dan juga membentuk bibir. Lipstik dapat digunakan untuk harmonisasi wajah antara mata, rambut, dan pakaian. Lipstik juga mampu menciptakan ilusi bibir agar terlihat lebih kecil atau lebih besar tergantung dari warnanya. Ada dua tipe lipstik, yaitu klasik dan volatile based (Barel, et al, 2001). Lipstik terdiri dari zat warna yang terdispersi dalam pembawa yang terbuat dari campuran lilin dan minyak, dalam komposisi yang sedemikian rupa sehingga dapat memberikan suhu lebur dan viskositas yang dikendaki. Suhu lebur lipstik yang ideal sesungguhnya diatur hingga suhu yang mendekati suhu bibir, bervariasi antara 36-38o C. Tetapi karena harus memperhatikan faktor ketahanan terhadap suhu cuaca sekelilingnya, terutama suhu daerah tropik, suhu lebur lipstik dibuat lebih tinggi, yang dianggap lebih sesuai diatur pada suhu lebih kurang 62o C, biasanya berkisar antara 55-75o C (Ditjen POM, 1985). Dari segi kualitas, lipstik harus memenuhi beberapa persyaratan berikut: 1. Tidak menyebabkan iritasi atau keruskan pada bibir 2. Tidak memiliki rasa dan bau yang tidak menyenangkan Universitas Sumatera Utara
  • 10. 3. Polesan lembut dan tetap terlihat baik selama jangka waktu tertentu 4. Selama masa penyimpanan bentuk harus tetap utuh, tanpa kepatahan dan perubahan wujud. 5. Tidak lengket 6. Penampilan tetap menarik dan tidak ada perubahan warna (Mitsui, 1997) 2.9 Komponen Utama dalam Sediaan Lipstik Bahan-bahan utama dalam lipstik antara lain: a. Emolien, seperti minyak jarak, ester, lanolin, minyak alkohol (dodecanol oktil), minyak jojoba dan trigliserida. b. Lilin, seperti Candelilla, carnauba, lilin lebah, ozokerit/ceresein, silikon alkil, polietilen, parafin. c. Modifier wax yang bekerja bersama dengan malam untuk memperbaiki tekstur, aplikasi dan stabilitas termasuk setil asetat, lanolin, setil alkohol, oleil alkohol, dan vaselin (putih dan kuning). d. Pewarna • D & C, untuk obat-obatan dan kosmetik (tidak digunakan untuk makanan), misalnya: Red 6 and Ba Lake, Red 7 and Ca Lake, Red 30, Yellow 10 • FD & C (untuk makanan, obat-obatan, dan kosmetik), misalnya: Yellow 5,6 Al Lake dan Blue 1 Al Lake • Besi oksida • TiO2 • ZnO • Mutiara • Mn violet Universitas Sumatera Utara
  • 11. e. Zat aktif. Zat aktif yang ditambahkan dalam sediaan pewarna bibir adalah sebagai pelembab dan pelembut yaitu untuk memperbaiki kulit bibir yang kering dan pecah-pecah diantaranya: tokoferil asetat, natrium hyaluronate, ekstrak lidah buaya, ascorbyl palmitate, silanols, ceramides, Panthenol, asam amino, dan beta karoten. f. Pengisi. Mica, silica, boron nitride, BiOCl, pati, lisin lauroyl g. Antioksidan/Pengawet BHA, BHT, ekstrak rosemary, asam sitrat, propil paraben, metil paraben, dan tokoferol (Barel, et al, 2001). 2.9.1 Komponen Lipstik yang Digunakan dalam Formulasi a. Cera alba (Malam putih) Cera alba adalah hasil pemuenian dan pengentalan malam kuning yang diperoleh dari sarang lebah madu Apis mellifera Linne (familia apidae). Pemeriannya berupa padatan putih kekuningan, sedikit tembus cahaya dalam keadaan lapisan tipis, nau khas lemah dan bebas bau tengik. Kelarutannya tidak larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol dingin. Larut sempurna dalam kloroform, eter, minyak lemak, dan minyak atsiri. Suhu leburnya antara 62o C hingga 65o C (Ditjen POM, 1995). b. Vaselin alba Vaselin alba adalah campuran hidrokarbon setengah padat yang telah diputihkan, diperoleh dari minyak mineral. Pemeriannya yaitu berupa massa lunak, lengket, bening, putih, sifat ini tetap walaupun zat telah dileburkan. Kelarutannya yaitu praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol (95%), tetapi larut dalam kloroform dan eter. Suhu leburnya antara 38o C hingga 56o C. Khasiat umumnya digunakan sebagai zat tambahan (Ditjen POM, 1979). Universitas Sumatera Utara
  • 12. c. Lanolin Lanolin adalah adeps lanae yang mengandung air 25% dan digunakan sebagai pelumas dan penutup kulit yang mudah dipakai (Anief, 1994). Lanolin secara luas digunakan dalam formulasi kosmetik dan berbagai sediaan topikal lanolin dapat mengalami auto-oksidasi selama proses penyimpanan. Untuk menghambat proses ini, dibutuhkan penambahan butil hidroksitoluen sebagai antioksidan (Rowe, et al, 2009). d. Setil alkohol Pemeriannya yaitu berupa serpihan putih licin, granul, atau kubus, putih, bau khas lemah, dan rasa lemah. Kelarutannya yaitu tidak larut dalam air, larut dalam etanol dan dalam eter, kelarutannya bertambah dengan naiknya suhu. Suhu leburnya yaitu antara 45o C hingga 50o C (Ditjen POM, 1995). e. Oleum ricini (Minyak jarak) Minyak jarak adalah minyak lemak yang diperoleh dengan perasan dingin biji Ricinus communis L. yang telah dikupas. Pemeriannya berupa cairan kental, jernih, kuning pucat atau hampir tidak berwarna, bau lemah, rasa manis dan agak pedas. Kelarutannya yaitu larut dalam 2,5 bagian etanol (90%), mudah larut dalam etanol mutlak, dan dalam asam asetat glasial (Ditjen POM, 1979). f. Cetaceum Cetaceum adalah malam padat murni, diperoleh dari minyak lemak yang terdapat pada kepala lemak dan badan Physeter Catodon L. dan Hyperoodan costralos Muller. Pemberiannya yaitu massa hablur, bening, licin, putih mutiara, bau dan rasa lemah. Kelarutannya yaitu paktis tidak larut dalam air dan dalam etanol (96 %) P, larut dalam 20 bagian etanol (96 %) P mendidih, kloroform P, Universitas Sumatera Utara
  • 13. éter P, minyak lemak dan minyak atsiri. Suhu leburnya antara 42o C hingga 50o C. Khasiat umumnya digunakan sebagai zat tambahan (Ditjen POM, 1979). g. Propilen glikol Propilen glikol adalah cairan jernih, tidak berwarna, kental, tidak berbau, dan berasa manis. Propilen glikol diketahui sebagai material non-toksik telah digunakan secara luas dalam formulasi farmasetik dan kosmetik sebagai humektan, penawet, dan pelarut (Rowe, et al, 2009). h. Titanium dioksida Berupa serbuk putih nonhigroskopis, amorf, tidak berbau, dan tidak berasa. Walaupun ukuran partikel rata-rata dari serbuk titanium dioksida kurang dari 1 milimikron, titanium dioksida komersial umumnya terdapat sebagai partikel agregat yang mencapai diameter 100 milimikron. Titanium dioksida telah digunakan secara luas dalam kosmetik, makanan, dan dalam formulasi sedian oral dan topikal sebagai pigmen putih. Titanium dioksida praktis tidak larut dalam pelarut organik, asam nitrat, asam klorida, dan air (Rowe, et al, 2009). i. Butil Hidroksitoluen Pemeriannya hablar padat, putih, bau khas, lemah. Tidak larut dalam air dan propilen glikol, nudah larut dalam etanol, dalam kloroform, dan dalam eter (Ditjen POM, 1995). Butil hidroksitoluen digunakan sebagai antioksidan dalam obat, kosmetik, dan makanan. Biasanya digunakan untuk menunda atau mencegah oksidasi lemak dan minyak menjadi tengik, dan juga untuk mencegah hilangnya aktivitas vitamin-vitamin yang larut dalam minyak. Konsentrasi butil hidroksitoluen yang Universitas Sumatera Utara
  • 14. digunakan untuk formulasi sediaan topikal adalah 0,0075-0,1 (Rowe, et al, 2009). j. Oleum rosae (Minyak mawar) Minyak mawar adalah minyak atsiri yang diperoleh dengan penyulingan uap bunga segar Rosa gallica L., Rosa damascena Miller, Rosa alba L., dan varietas Rosa lainnya. Pemeriannya yaitu berupa cairan tidak berwarna atau kuning, bau menyerupai bunga mawar, rasa khas, pada suhu 25o C kental, dan jika didinginkan perlahan-lahan berubah menjadi massa hablur bening yang jika dipanaskan mudah melebur. Kelarutannya yaitu larut dalam kloroform dan berat jenisnya yaitu antara 0,848 sampai 0,863 (Ditjen POM, 1979). k. Metilparaben Pemeriannya yaitu berupa hablur kecil, tidak berwarna atau serbuk hablur, putih, tidak berbau atau berbau khas lemah, mempunyai sedikit rasa terbakar. Kelarutannya yaitu sukar larut dalam air dan benzen, mudah larut dalam etanol dan dalam eter, larut dalam minyak, propilen glikol, dan dalam gliserol. Suhu leburnya antara 125o C hingga 128o C. Khasiatnya adalah sebagai zat tambahan (zat pengawet) (Ditjen POM, 1995). 2.10 Uji Tempel (Patch Test) Uji tempel adalah uji iritasi dan kepekaan kulit yang dilakukan dengan cara mengoleskan sediaan uji pada kulit normal panel manusia dengan maksud untuk mengetahui apakah sediaan tersebut dapat menimbulkan iritasi pada kulit atau tidak. Iritasi umumnya akan segera menimbulkan reaksi kulit sesaat setelah pelekatan pada kulit, iritasi demikian disebut iritasi primer. Tetapi jika iritasi Universitas Sumatera Utara
  • 15. tersebut timbul beberapa jam setelah pelekatannya pada kulit, iritasi ini disebut iritasi sekunder. Tanda-tanda yang ditimbulkan reaksi kulit tersebut umumnya sama, yaitu akan tampak sebagai kulit kemerahan, gatal-gatal, atau bengkak. Lokasi uji lekatan adalah bagian kulit panel yang dijadikan daerah lokasi untuk uji tempel. Biasanya yang paling tepat dijadikan daerah lokasi uji tempel adalah bagian punggung, lengan tangan, dan bagian kulit di belakang telinga (Ditjen POM, 1985). 2.11 Uji Kesukaan (Hedonic Test) Uji Kesukaan (Hedonic Test) adalah pengujian terhadap kesan subyektif yang sifatnya suka atau tidak suka terhadap suatu produk. Pelaksanaan uji ini memerlukan dua pihak yang bekerja sama, yaitu panel dan pelaksana. Panel adalah seseorang atau sekelompok orang yang melakukan uji melalui proses penginderaan. Orangnya disebut panelis. Panel terbagi dua, yaitu panel terlatih dan tidak terlatih. Jumlah panel uji kesukaan makin besar semakin baik, sebaiknya jumlah itu melebihi 20 orang. Jumlah lebih besar tentu akan menghasilkan kesimpulan yang dapat diandalkan (Soekarto, 1981). Universitas Sumatera Utara