1. BAB I
BERFIKIR KRITIS DAN BERSIKAP DEMOKRATIS
Berpikir adalah fungsi akal. Dengan berpikir, manusia memanfaatkan akalnya untuk
memahami hakikat segala sesuatu. Hakikat segala sesuatu adalah kebenaran, dan kebenaran yang
sejati adalah Allah Swt. Dengan berpikir, manusia mengenal Allah dan mendekatkan diri
kepada-Nya. Maka, berpikir adalah awal perjalanan ibadah yang tanpa-Nya ibadah menjadi tak
bernilai.
Jika berkaitan dengan ibadah suadah ada ketentuan yang terperinci dari Allah Swt. Adapun
dalam kehidupan ini banyak sekali masalah yang kita hadapi selain ibadah. Salah satu cara
menyelesaikan masalah tersebut adalah dengan bermusyawarah.
Musyawarah adalah suatu kelaziman fitrah manusia dan termasuk tuntutan stabilitas suatu
masyarakat. Musyawarah bukanlah tujuan pada asalnya, melainkan disyariatkan dalam agama
islam untuk mewujudkan keadilan di antara manusia dan juga untuk memilih perkara yang
paling baik bagi mereka sebagai perwujudan tujuan-tujuan syariat dan hukum-hukumnya.
Sebagai warga negara yang baik, dalam bermusyawarah kita harus mengedepankan kepentingan
bersama, jangan hanya mengedepankan kepentingan pribadi. Berikan masukan dengan berpikir
secara kritis dan menghormati perndapat orang lain.
1. Makna Berpikir Kritis
Berpikir kritis, sifat ini adalah sikap dan perilaku yang berdasarkan data dan fakta yang
valid (sah) serta argumen yang akurat. Warga negara yang demokrat hendaknya selalu bersikap
kritis, baik terhadap kenyataan empiris (realitas sosial,budaya, dan politik) maupun terhadap
kenyataan supraempiris (agama, mitologi, dan kepercayaan). Sikap kritis juga harus ditujukan
pada diri sendiri. Sikap kritis pada diri sendiri itu tentu disertai sikap kritis terhadap pendapat
yang berbeda. Tentu saja sikap kritis ini harus didukung oleh sikap yang bertanggung jawab
terhadap apa yang drkritisi.
2. Sikap kritis dalam suasana demokrasi juga perlu didukung dengan kemampuan untuk
menyelesaikan masalah secara damai. Masalah yang berasal dari perbedaan pendapat dapat
berujung konflik, untuk itu perlu ditekankan penyelesaian masalah dilakukan dengan damai
bukan kekerasan.
2. Makna Bersikap Demokratis
Pengertian demokrasi dapat dilihat dari tinjauan (etimologis) dan istilah (terminologis).
Secara etimologis, demokrasi terdiri dari dua kata yang berasal dari bahasa Yunani yaitu demos
yang berarti rakyat atau penduduk suatu tempat dan cratein atau cratos yang berarti kekuasaan
atau kedaulatan. Adapun secara terminologis, demokrasi adalah bentuk mekanisme sistem
pemerintahan suatu negara sebagai upaya mewujudkan kedaulatan rakyat (kekuasaan warga
negara) atas negara untuk dijalankan oleh pemerintahan negara tersebut.
Dengan demikian, makna demokrasi sebagai dasar hidup bermasyarakat dan benegara
mengandung pengertian bahwa rakyatlah yang memberikan ketentuan dalam masalah-masalah
mengenai kehidupannya, termasuk dalam hal kebijakan negara karena kebijakan tersebut akan
menentukan kehidupan rakyat. Maka, negara yang menganut sistem demokrasi adalah negara
yang diselenggarakan berdasarkan kehendak dan kemauan rakyat. Dari segi organisasi,
demokarasi berarti pengorganisasiannegara yang dilakukan rakyat sendiri atau atas
persetujuannrakyat karena kedaulatan berada di tangan rakyat
Dalam agama islam, sejatinya tidak dikenal istilah demokrasi. Orang-orang islam hanya
mengenal kebebasan (al-hurriyah) yang merupakan pilar utama demokrasi yang diwarisi
semenjak zaman nabi Muhammad saw., termasuk didalamnya kebebasan memilih pemimpin,
mengelola negara secara bersama-sama (syura), kebebasan mengkritisi penguasa, dan kebebasan
berpendapat.
Basis empiriknya, demokrasi dan agama memiliki perbedaan yang mendasar. Demokrasi berasal
dari pergumulan pemikiran filosofis manusia, sedangkan agama berasal dari wahyu. Meskipun
keduanya dikatakan berbeda dalam basis empirik, dalam kaitan berbasis dialektis agama dapat
3. memberikan dukungan positif terhadap demokrasi dan demokrasi sendiri dapat memberikan
peluang bagi proses pendewasaan kehidupan bernegara
Dukungan positif yang diberikan bukan berarti mutlak bahwa semua menurut demokrasi adalah
benar. Islam juga mencerminkan demokrasi, tetapi islam tidak mengenal paham demokrasi yang
memberikan kekuasaan besar kepada rakyat untuk menetapkan segala hal. Piagam Madinah yang
dimunculkan oleh Nabi Muhammad saw. dan umat islam di Madinah merupakan konsep pertama
di dalam dunia islam mengenai demokrasi.
Makna demokrasi adalah dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat, kemudian melindungi semua
kepentingan rakyat. Jadi, islam sebenarnya identik dengan demokrasi, tetapi demokrasi dalam
islam memiliki perbedaan-perbedaan dengan demokrasi yang dicetuskan.
3. Ayat-ayat Alquran tentang Berpikir Kritis dan Bersikap Demokratis
1. Surah Ali 'Imran Ayat 190-191
Artinya: “Sesungguhnya, dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan
siang, terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal, (yaitu) orang-
orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk, atau dalam keadaan berbaring, dan
mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), “Ya Tuhan
kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia; Mahasuci Engkau, lindungilah
kami dari azab neraka.” (QS. Ali-‘Imran: 190-191).
Dalam ayat 190 menjelaskan bahwa sesungguhnya dalam tatanan langit dan bumi serta
keindahan perkiraan dan keajaiban ciptaan-Nya juga dalam silih bergantinya siang dan
malam secara teratur sepanjang tahun yang dapat kita rasakan langsung pengaruhnya
pada tubuh kita dan cara berpikir kita karena pengaruh panas matahari, dinginnya malam,
4. dan pengaruhnya yang ada pada dunia flora dan fauna merupakan tanda bukti yang
menunjukan keesaan Allah Awt., kesempurnaan pengetahuan dan kekuasaannya.
2. Surah Ali 'Imran Ayat 159
Artinya: “Maka disebabkan rahmat dari Allah swt-lah kamu berlaku lemah lembut
terhadap mereka, sekiranya kamu bersikap keras dan berhati kasar tentulah mereka
menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkan ampunan
bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu, dan apabila kamu
telah membulatkan tekad maka berdakwahlah kepada Allah swt, sesungguhnya Allah
menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya”. (QS. Ali Imran: 159).
Surah Ali 'Imran ayat 159 membahas tentang tata cara melakukan musyawarah. Ayat ini
diturunkan sebagai teguran terhadap sikap para sahabat Rasulullah Saw. yang telah
menyepakati keputusan musyawarah dalam menerapkan strategi Perang Uhud, tetapi
mereka melanggar kesepakatan tersebut. Oleh karena sikap melanggar dari keputusan
musyawarah dalam Perang Uhud, kaum muslimin menjadi sulit mengalahkan musuh.