1. Penentuan Arah Kiblat(1)
09 Feb 2010
Opini
Pelita
Penentuan Arah Kiblat(1)
KIBLAT pada asalnya mempunyai pengertian wijhah yaitu arah. Kiblat dalam pengertian wijhah
mempunyai sinonim dengan kata "Syatrah" yang kadang disebut dengan As-Simt dalam bahasa
latin-nya disebut dengan Azimut, yaitu harga sudut suatu tempat yang dihitung sepanjang
horizon dari titik utara ke timur searah jarum jam sampai titik perpotongan antara lingkaran
vertikal yang melewati tempat itu dengan lingkaran horizon.
Dalam Mughnil Muhtaj, Muhammad Khatib Asy-Syarbini menjelaskan bahwa Kiblat menurut
bahasa adalah ara). Dan yang dimaksud disini adalah Kabah.
Pengertian kiblat dikhususkan pada suatu arah yang menunjuk ke arah Kabah sebagaimana yang
didefinisikan oleh Abdurrahman AJ-Jazairi.
Kiblat adalah arah Kabah atau wujud Kabah.
Arah kiblat juga berarti arah atau jarak terdekat sepanjang lingkaran besar yang melewati Kota
Mekkah (Kabah) dengan tempat kota yang bersangkutan. Oleh karenanya tidak dibenarkan,
misalnya orang-orang Islam di Indonesia melaksanakan shalat menghadap ke arah Timur serong
ke Selatan; meskipun ketika arah itu diteruskan pada akhirnya akan sampai juga ke Mekkah.
Sebab arah atau jarak yang terdekat ke Mekkah bagi orang-orang Indonesia adalah arah Barat
serong ke Utara.
Jarak dari Jakarta ke Mekkah dengan arah Barat serong ke Utara sekitar 7.900 Km sedangkan
dengan arah sebaliknya yaitu Timur serong ke Selatan berjarak sekitar 32.141 Km.
Di seluruh titik permukaan bumi ini dapat ditentukan ke mana arah kiblatnya dengan cara
perhitungan dan pengukuran. Oleh karena itu. perhitungan arah kiblat adalah perhitungan untuk
mengetahui dan menetapkan ke arah mana Kabah di Mekkah itu dilihat dari suatu tempat di
permukaan
bumi ini, sehingga semua gerakan orang yang sedang melaksanakan shalat, balk ketika berdiri,
ruku, maupun sujudnya selalu berimpit dengan arah yang menuju Kabah.
Hukum Menghadap Kiblat
Sebelum Rasulullah SAW hijrah ke Madinah, belum ada ketentuan Allah tentang kewajiban
menghadap kiblat bagi orang yang sedang mengerjakan shalat. Rasulullah sendiri, menurut ij-
2. Uhadnya, dalam melakukan shalat selalu menghadap ke Baitul Maqdis. Hal itu dilakukan
berhubung kedudukan Baitul Maqdis saat itu masih dianggap yang paling istimewa, sementara
Baitullah masih dikotori oleh beratus-ra-tus berhala yang mengelilinginya. Namun menurut suatu
riwayat, sekalipun Rasulullah selalu menghadap ke Baitul Maqdis, jika berada di Mekkah beliau
juga pada saat yang sama selalu menghadap ke Baitullah.
Demikian pula setelah Rasulullah hijrah ke Madinah, beliau masih tetap menghadap ke Baitul
Maqdis sekitar 16 atau 17 bulan setelah hijrah, namun kerinduan beliau telah memuncak untuk
menghadap ke Baitullah maka turunlah firman Allah surat Al-Baqarah ayat 144.
Sungguh kami (serin) melihat rrtu-kamu menengadah ke langit, maka sungguh kami akan
memalingkan mu-kamu ke kiblat yang kamu sukai Pa-llngkanlah mukamu ke arah Masjidil
Haram. Dan dimana saja kamu berada palingkanlah mukamu ke arahnya. Dan sesungguhnya
orang-orang (Yahudi dan Nasran i) yang diberi alkitab (Tawat dan Injil) memang mengetahui
bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari Tuhannya, dan Allah sekali-kali tidak
lengah dari apa yang mereka kerjakan.
Ayat inilah yang menjadi dasar pertama kewajiban menghadap kiblat ke Kabah yang diperkuat
lagi oleh firman Allah surat al-Baqarah ayat 149-150
"Dan dari mana saja kamu keluar {datang), maka palingkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram
Sesungguhnya ketentuan itu benar-benar sesuatu yang haq dan dari Rabb-mu. Dan Allah sekali-
kali tidak lengah atas apa yang kamu kerjakan. Dan dari mana saja kamu berangkat, maka
palingkanlah wajahmu ke Masjidil Haram. Dan di mana saja kamu (sekalian) berada, maka
palingkanlah wajahmu ke arahnya, agar tidak ada hujjah bagi manusia atas kamu, kecuali orang-
orang yang zalim di antara mereka. Makajanganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah ke-
pada-Ku. Dan agar Kusempurnakan nikmat-Ku alasmu. dan supaya kamu mendapat petunjuk."
Ada hadits yang memperjelas dan memperkuat perintah menghadap ke kiblat (Kabah)
diantaranya yaitu
Dari al-Barra bin Azib mengatakan "Aku melakukan shalat bersama-sama Nabi Saw menghadap
Baitul Maqdis selama kurun waktu enam belas bulan, sampai turunlah sebuah ayat yang terdapat
di surat Al-Baqarah Dan dimana saja kamu berada palingkanlah mukamu kearahnya. Ayat
tersebut turun setelah Nabi Saw melakukan shalat. Seorang laki-laki dari suatu kaum sedang
berjalan dan secara kebetulan dia mengdapatf beberapa orang dari kaum Anshar tetap saja
melakukan shalat menghadap ke arah Baitul Maqdis. setelah mendapatkan cerita dari lelaki ladi
mereka lantas memalingkan mukanya ke arah Kabah
Dari ayat-ayat al-Quran dan hadist tersebutlah ulama sepakat bahwa menghadap kiblat
merupakan kewajiban dan menjadi syarat sahnya shalat, sehingga tidak sah shalat seseorang
tanpa menghadap ke kiblat kecuali dalam beberapa hal. misalnya shalat sunnah di atas kendaraan
maka baginya cukup menghadap kerah kema-
na kendaraannya menghadap.
3. Ulama Syafiiyah dan Hanabilah mewajibkan untuk menghadap ainul Kabah dengan yakin untuk
melihat langsung atau dzan bagi yang tidak melihatnya. Sedangkan ulama Hana-fiyah dan
Malikiyah berpendapat bahwa kewajiban menghadapnya itu cukup ke arah Kabah, inipun apabila
orang yang shalat itu tidak melihat kabah sedangkan bagi orang yang langsung melihat Kabah
maka ulama Hanafiyah dan Malikiyah sepakat untuk tepat mengarah ke Kabah.
Seperti dinyatakan dalam hadits Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh al-Baihaqi dari
Abu Hurairah
"Baitullah adalah kililat bagi orang-orang di Masjidil Haram. Masjidil Haram adalah kiblat bagi
orang-orang penduduk Tanah Haram (Mekkah). Dan Tanah Haram adalah kiblat bagi semua
wnalku di bumi, baik di Barat maupun di Timur."
Sekarang ini kemajuan zaman dan ilmu pengetahuan telah memberikan kemudahan kepada
manusia untuk menentukan posisi yang tepat mengarah ke Kabah, misalnya dengan teknologi
komputer dan satelit atau dengan yang paling sederhana, navigasi yang telah Allah berikan sejak
dahulu yaitu matahari, karena pada tanggal 27 atau 28 Mei jam 1618 WIB, dan 15 atau 16 Juli
jam 1628 WIB posisi matahari tepat berada di atas Kabah, sehingga dengan demikian bayang-
bayang benda dipermukaan bumi pada jam tersebut mengarah ke Kabah. Jika arah tersebut telah
kita temukan, berdasarkan hasil ilmu pengetahuan dan teknologi, maka hasil tersebut merupakan
ijtihad yang wajib dipergunakan, tapi untuk sampai kepada kesimpulan arah mana yang paling
tepat, kita perlu melihat data dan sistem yang dipakai serta siapa dan alat apakah yang
dipergunakan dalam melakukan pengukuran arah kiblat tersebut sehingga hasil yang didapat
benar-benar akurat. (Bersambung)
Entitas terkaitAbdurrahman | Allah | Anshar | Arah | Ayat | Azib | Baihaqi | Baitul |
Baitullah | Baqarah | Barat | Barra | Hanabilah | Hanafiyah | Indonesia | Islam | Jarak |
Kabah | KIBLAT | Ku | Kusempurnakan | Makajanganlah | Malikiyah | Masjidil | Mekkah
| Nasran | Pengertian | Quran | Rasulullah | Sebab | Simt | Sungguh | Syarbini | Tawat |
Timur | Utara | WIB | Yahudi | Abu Hurairah | Baitul Maqdis | Baqarah Dan | Dalam
Mughnil | Dan Allah | Kota Mekkah| Masjidil Haram | Muhammad Khatib | Nabi Saw |
Penentuan Arah | Tanah Haram | Ulama Syafiiyah | Dan Tanah Haram | Hukum
Menghadap Kiblat | Masjidil Haram Sesungguhnya | Nabi Muhammad SAW | Sebelum
Rasulullah SAW | Ringkasan Artikel Ini
Ayat inilah yang menjadi dasar pertama kewajiban menghadap kiblat ke Kabah yang
diperkuat lagi oleh firman Allah surat al-Baqarah ayat 149-150 "Dan dari mana saja kamu
keluar {datang), maka palingkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram Sesungguhnya
ketentuan itu benar-benar sesuatuyang haq dan dari Rabb-mu. Sedangkan ulama Hana-
fiyah dan Malikiyah berpendapat bahwa kewajiban menghadapnya itu cukup ke arah
Kabah, inipun apabila orang yang shalat itu tidak melihat kabah sedangkan bagi orang
yang langsung melihat Kabah maka ulama Hanafiyah dan Malikiyah sepakat untuk tepat
mengarah ke Kabah. Sekarang ini kemajuan zaman dan ilmu pengetahuan telah
memberikan kemudahan kepada manusia untuk menentukan posisi yang tepat mengarah
ke Kabah, misalnya dengan teknologi komputer dan satelit atau dengan yang paling
sederhana, navigasi yang telah Allah berikan sejak dahulu yaitu matahari, karena pada
tanggal 27 atau 28 Mei jam 1618 WIB, dan 15 atau 16 Juli jam 1628 WIB posisi matahari
4. tepat berada di atas Kabah, sehingga dengan demikian bayang-bayang benda
dipermukaan bumi pada jam tersebut mengarah ke Kabah. Jika arah tersebut telah kita
temukan, berdasarkan hasil ilmu pengetahuan dan teknologi, maka hasil tersebut
merupakan ijtihad yang wajib dipergunakan, tapi untuk sampai kepada kesimpulan arah
mana yang paling tepat, kita perlu melihat data dan sistem yang dipakai serta siapa dan
alat apakah yang dipergunakan dalam melakukan pengukuran arah kiblat tersebut
sehingga hasil yang didapat benar-benar akurat.
Jumlah kata di Artikel : 1038
Jumlah kata di Summary : 228
Ratio : 0,220
*Ringkasan berita ini dibuat otomatis dengan bantuan mesin. Saran atau masukan dibutuhkan
untuk keperluan pengembangan perangkat ini dan dapat dialamatkan ke tech at mediatrac net.
Penentuan Arah Kiblat(2 Habis)
10 Feb 2010
Opini
Pelita
Penentuan Arah Kiblat(2 Habis)
MENURUT pengamatan Kementerian Agama, arah kiblat masjid-masjid yang tersebar di tengah
masyarakat satu sama lain masih ada perbedaan-perbedaan arah kiblatnya. Perbedaan ini dapat
mencapai nilai 20 derajat bahkan dapat lebih besar lagi.
Dari pengalaman dalam melakukan penentuan dan pengukuran arah kiblat di lapangan, ditemui
beberapa hal yang menggambarkan penyebab perbedaan arah kiblat masjid-masjid dan mushalla-
mushalla seperti dikemukakan di atas. Beberapa penyebab tersebut dapat dikemukakan di sini
sebagai berikut
1.Adanya kecenderungan dari masyarakat untuk menyerahkan masalah penentuan arah kiblat ini
sepenuhnya kepada tokoh-tokoh dari kalangan mereka sendiri, sehingga apa yang diputuskan
oleh tokoh itulah yang diikuti, walaupun belakangan diketahui bahwa penentuan arah kiblat
kurang tepat. Hal ini dapat terjadi pada kelompok masyarakat yang cara berpikirnya belum
begitu terbuka dan di sana ada seorang tokoh yang cukup berpengaruh, berwibawa dan
mempunyai kharisma tinggi. Dalam keadaan seperti kita akan menemui kesulitan tanpa
mengadakan pendekatan dengan tokoh tersebut. Sekalipun dalam penentuan arah kiblat tersebut,
kita mempergunakan data yang cukup valid, alat yang dapat diandalkan serta tenaga yang cukup
5. ahli, tanpa disetujui atau difa-hami oleh tokoh tersebut, hasil pengukuran kita akan sia-sia dan
tidak akan dipergunakan.
2.Kompas Kiblat yang tersebar di tengah-tengah masyarakat kurang tepat, walaupun harus diakui
bahwa masyarakat memperoleh suatu keuntungan yang cukup besar dengan adanya alat tadi.
Dengan alat yang cukup sederhana ini, kaum muslimin dengan mudah dapat menentukan arah
kiblat dari mana ia berada. Namun dibalik itu, kompas kiblat tersebut masih ada kelemahan
dalam mencantumkan data yang dimuat dalam buku pedomannya. Buku pedoman yang
dipergunakan pun datanya tidak ada keseragaman dan tidak persis seperti data arah kiblat yang
sebenarnya. Sebagai contoh untuk kota Jakarta, ada 3 data berlainan yang dimuat pada 3 buku
pedoman yang berlainan pula, masing-masing mencantumkan angka
7 1/2, 8 dan 9. Jika kita anggap jarum kompas menunjuk litik Utara persis maka berarti arah
kiblat dari Jakarta adalah 67 1/2 derajat atau 72 derajat atau 81 derajat dari UUk Utara ke arah
Barat. (Angka-angka tersebut merupakan hasil perkalian 7 1/2.8 dan 9 dengan 9 derajat, sebab 1
angka pada kompas kiblat menunjukkan 9 derajat busur, sedangkan yang benar adalah 64o 51
(atau 25o 9 dari Barat ke Utara), maka ada penyimpangan sekitar 2 1/2 derajat sampai 16 derajat.
Demikian pula untuk kota-kota lainnya, bahkan untuk kota Gorontalo dan sekitarnya ada
penyimpangan di atas 20 derajat. Angka yang cukup besar. Kompas kiblat yang penggunaannya
cukup prakUs ini mendapat tempat di haU masyarakat sehingga langsung dipergunakan tanpa
reserve.
3. Belum ada peraturan perundangan yang mengatur tentang pelaksanaan pengukuran arah kiblat
sehingga masyarakat belum tahu siapa yang berwenang melakukan pengukuran tersebut. Akibat
dari belum adanya peraturan perundangan ini. masyarakat mencari-cari sendiri baik menemui
tokoh-tokoh di kalangan mereka atau mencoba melakukan pengukuran sendiri dengan alat dan
data yang diperoleh.
4.Petugas dijajaran Kementerian Agama yang secara langsung mengurus hal-hal yang berkaitan
dengan penentuan arah kiblat belum begitu banyak dan umumnya belum mempunyai
kemampuan teknis yang cukup diandalkan untuk melakukan pengukuran-peng-ukuran arah
kiblat di lapangan, sehingga masyarakat luas masih belum mempunyai kewajiban moral atau
meminta bantuan Kementerian Agama.
Peranan Kementerian Agama Praktik penentuan arah .kiblat di lapangan yang dilakukan oleh
kaum muslimin dengan sistem dan alat yang berbe-
da, akan menghasilkan arah yang berbeda-beda pula bahkan kadangjauh dari arah yang
sebenarnya. Oleh karena Itu instansi yang berwenang wajib berusaha agar arah-arah kiblat yang
demikian Itu dapat mendekati kepada keadaan yang sebenarnya.
Tidak jarang masalah penentuan arah kiblat menjadikan pertentangan di antara kaum muslimin.
Satu pihak sudah merasa cukup dengan arah yang ada dan sudah diukur dengan alat dan sistem
tertentu, sementara pihak lainnya merasa perlu melakukan penyempurnaan karena menganggap
arah yang ada keliru dari arah yang sebenarnya, setidaknya sistem-sistem yang dipergunakan
sudah Udak sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Masing-masing menganggap benar
6. sendiri dan keadaan seperti ini sukar diatasi. Akhirnya timbul pertentangan yang
berkepanjangan.
Untuk mengatasi masalah tersebut, serta dalam rangka mendapatkan keulamaan Ibadah.
Kementerian Agama mendapat tugas menangani masalah penentuan arah kiblat dengan
berlandaskan kepada kaidah-kaidah agama dan ilmu pengetahuan serta peraturan perundangan.
Pasca Undang-undang No 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman dan Keputusan Presiden
Nomor 21 tahun 2004 tentang Pengalihan Organisasi. Administrasi dan Finansial di lingkungan
Peradilan Agama dan Direktorat Pembinaan Peradilan Agama (sebelumnya berada pada Ditjen
Bimas Islam dan Penyelenggara Haji) telah diserahkan sepenuhnya kepada Mahkamah Agung
pada tanggal 30 Juni 2004 sehingga hisab rukyat tidak lagi menjadi tugas pokok Peradilan
Agama.
Menurut Peraturan Menteri Agama No 3 Tahun 2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Agama Bagian keempat pasal 324 ayat (3) penanganan dan pelayanan di bidang
perhitungan . dan penetapan Hari Besar Islam, arah kiblat, waktu shalat, rekomendasi penerbitan
kalender berada di Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dibawah Direktorat Urusan
Agama Islam dan Pembinaan Syariah pada Subdit Pembinaan Syariah dan Hisab Rukyat
Kementerian Agama.
Sambil menunggu struktur baru di
daerah penanganan pengukuran arah kiblat di daerah ditangani oleh Bidang Urusan Agama
Islam, hal Ini berdasarkan pada surat Dirjen Bimas Islam dan Penyelenggaraan Haji nomor.
DJ.I/HK. 03.2/2546/2006 tanggal 20 Juli 2006 tentang Penanganan Kegiatan Hisab Rukyat.
Kementerian Agama Udak dapat bekerja sendiri tanpa melibatkan pihak-pihak yang ada
kaitannya dengan masalah Ini seperti Badan Meteorologi Kli-matologi dan Geofisika.
Planetarium. Ja- watan Hidrooseanografi TNI AL. Peradilan Agama.ITB. UIN. Majelis Ulama
Indonesia. Lembaga Falakiyah serta tokoh masyarakat setempat lainnya.
Prospek Penentuan Arah Kiblat
Subdit Pembinaan Syariah dan Hisab Rukyat yang secara teknis dibebani tugas untuk melakukan
penentuan arah kiblat berusaha meningkatkan kemampuan, keterampilan dan pengetahuan para
pelaksananya serta meningkatkan kualitas alat-alat yang diperlukan.
Sejak berlakunya PMA No 3 Tahun 2006 Dirjen Bimas Islam sesuai tugas dan fungsinya telah
melaksanakan orien-tasi/pelatihan hisab rukyat di beberapa provinsi di seluruh Indonesia, bahkan
pada tahun anggaran 2008 Ditjen Bimas Islam telah memberikan bantuan untuk pelatihan hisab
rukyat kepada ormas-ormas Islam dan. Pondok Pesantren di seluruh Indonesia.
Di samping Itu Badan Litbang dan Diklat seUap tahun juga melaksanakan diklat hisab rukyat
dan di beberapa Kanwil Kementerian Agama belakangan tni juga dilakukan penataran-penataran
hisab rukyat bahkan ada yang menjadikannya sebagai program rutin, walaupun ada sebagian
7. wilayah penyelenggaraannya dengan biaya swadaya. Pos Observasi Bulan di Pelabuhanratu pun
kini telah dilengkapi teropong yang dari segi Ilmu pengetahuan sudah dianggap cukup memadai.
Memang idealnya di Uap-Uap Kanwil Kementerian Agama dibangun sebuah Laboratorium
Hisab Rukyat yang berfungsi sebagai pengembangan dan pengkajian di bidang hisab rukyat.
Namun hal ini sampai sekarang masih belum berhasil dan belum terlaksana berhubung masih
terbatasnya dana. (Penulis Adalah Direktur Urusan Agama Islam Kementerian Agama)
Entitas terkait4o | 5o | Administrasi | Akhirnya | Akibat | Angka | Barat | Buku | Diklat |
Finansial | Gorontalo | Ilmu | Islam | Kementerian | Organisasi | Pasca | Pelabuhanratu |
Pengalihan | Penyelenggara | Peradilan | Perbedaan | Petugas | Sambil | Sekalipun | Uap |
Udak | Utara | Badan Meteorologi | Hari Besar| Hidrooseanografi TNI | Hisab Rukyat |
Kekuasaan Kehakiman | Kementerian Agama | Kompas Kiblat | Lembaga Falakiyah |
Mahkamah Agung | Majelis Ulama | Pembinaan Syariah | Penentuan Arah |
Penyelenggaraan Haji | Peradilan Agama | PMA No | Pondok Pesantren | Uk Utara |
Bidang Urusan Agama | Dirjen Bimas Islam | Ditjen Bimas Islam | Hisab Rukyat
Kementerian | Itu Badan Litbang | Kanwil Kementerian Agama | Kementerian Agama
Udak | Keputusan Presiden Nomor | Laboratorium Hisab Rukyat | Penanganan Kegiatan
Hisab | Pos Observasi Bulan | Subdit Pembinaan Syariah | Direktorat Pembinaan
Peradilan Agama | Direktorat Urusan Agama Islam | Peranan Kementerian Agama
Praktik | Prospek Penentuan Arah Kiblat | Uap Kanwil Kementerian Agama | Direktorat
Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam | Menurut Peraturan Menteri Agama No | Tata
Kerja Kementerian Agama Bagian | Penulis Adalah Direktur Urusan Agama Islam
Kementerian | Ringkasan Artikel Ini
Beberapa penyebab tersebut dapat dikemukakan di sini sebagai berikut 1.Adanya
kecenderungan dari masyarakat untuk menyerahkan masalah penentuan arah kiblat ini
sepenuhnya kepada tokoh-tokoh dari kalangan mereka sendiri, sehingga apa yang
diputuskan oleh tokoh itulah yang diikuti, walaupun belakangan diketahui bahwa
penentuan arah kiblat kurang tepat. Sekalipun dalam penentuan arah kiblat tersebut, kita
mempergunakan data yang cukup valid, alat yang dapat diandalkan serta tenaga yang
cukup ahli, tanpa disetujui atau difa-hami oleh tokoh tersebut, hasil pengukuran kita akan
sia-sia dan tidak akan dipergunakan. 4.Petugas dijajaran Kementerian Agama yang secara
langsung mengurus hal-hal yang berkaitan dengan penentuan arah kiblat belum begitu
banyak dan umumnya belum mempunyai kemampuan teknis yang cukup diandalkan
untuk melakukan pengukuran-peng-ukuran arah kiblat di lapangan, sehingga masyarakat
luas masih belum mempunyai kewajiban moral atau meminta bantuan Kementerian
Agama. Peranan Kementerian Agama Praktik penentuan arah .kiblat di lapangan yang
dilakukan oleh kaum muslimin dengan sistem dan alat yang berbe- da, akan menghasilkan
arah yang berbeda-beda pula bahkan kadangjauh dari arah yang sebenarnya. Satu pihak
sudah merasa cukup dengan arah yang ada dan sudah diukur dengan alat dan sistem
tertentu, sementara pihak lainnya merasa perlu melakukan penyempurnaan karena
menganggap arah yang ada keliru dari arah yang sebenarnya, setidaknya sistem-sistem
yang dipergunakan sudah Udak sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Prospek
Penentuan Arah Kiblat Subdit Pembinaan Syariah dan Hisab Rukyat yang secara teknis
dibebani tugas untuk melakukan penentuan arah kiblat berusaha meningkatkan
8. kemampuan, keterampilan dan pengetahuan para pelaksananya serta meningkatkan
kualitas alat-alat yang diperlukan.
Jumlah kata di Artikel : 1135
Jumlah kata di Summary : 252
Ratio : 0,222
*Ringkasan berita ini dibuat otomatis dengan bantuan mesin. Saran atau masukan dibutuhkan
untuk keperluan pengembangan perangkat ini dan dapat dialamatkan ke tech at mediatrac net.