2. Aspek Sosial Budaya
ketika Hamil di Lingkungan
Masyarakat
Upacara Telonan
Upacara Tingkeban
Pantangan Ibu Hamil
3. Upacara
Telonan
Upacara telonan yaitu upacara yang
diselenggarakan pada waktu usia kandungan
berumur 3 lapan (3 x 30 hari = 105 hari).
Tradisi ini biasanya dilakukan secara
sederhana. Hidangannya biasanya di bawa ke
musholla atau masjid untuk selamatan dan makanan
yang dibawa biasanya kue pasar atau nasi tumpeng.
4. Upacara
Tingkeban
Upacara ini disebut juga mitoni berasal dari kata pitu
yang arti nya tujuh. Upacara ini dilaksanakan pada usia
kehamilan tujuh bulan dan pada kehamilan pertama kali.
Upacara ini bermakna bahwa pendidikan bukan saja setelah
dewasa akan tetapi semenjak benih tertanam di dalam rahim
ibu.
Hidangan yang diberikan untuk tamu yaitu :
a. Sayuran
b. Kue
c. Rujak
5. Pantangan Ibu
Hamil
Ibu hamil dilarang tidur siang karena takut
bayinya besar dan akan sulit melahirkan.
Ibu hamil dilarang keluar waktu
maghrib dikhawatirkan kalau diganggu mahluk
halus atau roh jahat.
Ibu hamil dilarang menjalin rambut karena bisa
menyebabkan lilitan tali pusat.
Ibu hamil dilarang duduk di depan pintu,
dikhawatirkan akan susah melahirkan.
6. Pantangan Ibu
Hamil
Ibu hamil dilarang makan terong, karena bayinya
terlalu banyak lemak.
Ibu hamil dilarang terlalu banyak minum es karena
bayinya akan terlalu besar sehingga sukar dalam
melahirkan.
Ibu hamil dilarang terlalu banyak makan daun
kemangi ka-rena mengakibatkan keguguran.
Ibu hamil dilarang makan – makanan yang bergetah
karena anaknya nanti akan malas..
Ibu hamil dilarang makan kecambah karena bayinya
nanti lekas punya adik lagi (Jawa : kesundulan).
8. Upacara Mendhem
Ari - ari
Ari-ari atau plasenta disebut juga dengan aruman
atau embing-embing atau mbingmbing. Bagi orang
desa, ada kepercayaan bahwa ari-ari merupakan
saudara bayi tersebut oleh karena itu ari-ari dirawat
dan dijaga sebaik mungkin, misalnya di tempat
penanaman ari-ari tersebut diletakkan lampu sebagai
penerangan. Artinya, lampu tersebut merupakan
simbol pepadhang bagi bayi. Pemagaran di sekitar
tempat penanaman ari-ari dan menutup bagian atas
pagar juga dilakukan agar tidak kehujanan dan
binatang tidak masuk ke tempat itu.
9. Aspek Sosial Budaya
ketika Nifas di Lingkungan
Masyarakat
Tradisi Perawatan
Tradisi yang Dilakukan
Pantangan Ibu Nifas
10. Tradisi Perawatan
Ibu Nifas
Perawatan pemeliharaan kebersihan diri,
terdiri dari: mandi wajib nifas, irigasi vagina
dengan menggunakan rebusan air daun sirih,
dan menapali perut sampai vagina dengan
menggunakan daun sirih.
Perawatan untuk mempertahankan kesehatan
tubuh, terdiri dari: perawatan dengan
pemakaian pilis, pengurutan, walikdada, dan
wowongan.
11. Tradisi Perawatan
Ibu Nifas
Perawatan untuk menjaga keindahan tubuh,
terdiri dari: perawatan dengan pemakaian
parem, duduk senden, tidur dengan posisi
setengah duduk, pemakaian gurita, dan
minum jamu kemasan
Perawatan khusus, terdiri dari: minum kopi
dan minum air jamu wejahan
12. Tradisi yang Dilakukan
Ibu Nifas
Harus pakai sandal kemanapun ibu nifas
pergi, selama 40 hari.
Harus memakai kendit.
Minum jamu, agar rahim cepat kembali
seperti semula.
Tidak boleh bicara dengan keras keras
Tiap pagi harus mandi keramas, biar
badannya cepat segar dan peredaran darah
lancar.
13. Tradisi yang Dilakukan
Ibu Nifas
Kalau tidur atau duduk kaki harus lurus.
Tidak boleh ditekuk /posisi miring, hal itu
dapat mempengaruhi posisi tulang,
dikarenakan tulang ibu nifas seperti bayi baru
melahirkan/ mudah terken Varises.
Harus banyak makanan yang bergizi atau
yang mengandung sayur-sayuran.
Tidak usah memakai perhiasan, karena dapat
mengganggu aktifitas Bayi.
14. Pantangan Ibu
Nifas
Ibu menyusui dilarang makan makanan yang pedas
dan amis.
karena bayinya akan mencret bila ibu makan
makanan yang pedas, dan muntah karena mual bila
diberi makanan yang amis.
Ibu menyusui dilarang makan makanan yang asin,
misalnya: ikan asin, telur asin karena bisa membuat
ASI jadi asin.
Ibu menyusui tidak boleh minum es dan air
panas.karena minum panas atau dingin membuat
ASI menjadi panas atau dingin.
15. Aspek Sosial Budaya
ketika Bayi Baru Lahir di
Lingkungan Masyarakat
Upacara Brokohan
Upacara Selapan
Pantangan Bayi Baru Lahir
16. Upacara
Brokohan
Tradisi masyarakat ketika hamil yaitu mengadakan
upacara selamatan. Ubarampe yang dibutuhkan untuk
selamatan kelahiran disebut brokohan. Pada saat ini
brokohan biasanya terdiri dari : Beras, Telur, Mie
instan, Gula, Teh, dan sebagainya. Namun jika
dikembalikan lagi ke makna yang terkandung dalam
selamatan bayi
Brokohan cukup dengan 4 macam ubarampe saja
yaitu:
a. Kelapa
b. Gula merah atau gula jawa
c. Dawet
d. Telor bebek
17. Upacara
Selapan
Upacara selapanan dilakukan 35 hari setelah kelahiran bayi.
Pada hari ke 35 ini, hari lahir si bayi akan terulang lagi.
Misalnya bayi yang lahir hari Rabu Pon (hari weton-nya), maka
selapanannya akan jatuh di Hari Rabu Pon lagi. Pada
penanggalan Jawa, yang berjumlah 5 (Wage, Pahing, Pon,
Kliwon, Legi) akan bertemu pada hari 35 dengan hari di
penanggalan masehi yang berjumlah 7 hari. Logikanya, hari ke
35, maka akan bertemu angka dari kelipatan 5 dan 7. Di luar
logika itu, selapanan mempunyai makna yang sangat kuat bagi
kehidupan si bayi. Berulangnya hari weton bayi, pantas untuk
dirayakan seperti ulang tahun. Namun selapanan utamanya
dilakukan sebagai wujud syukur atas kelahiran dan kesehatan
bayi.
18. Upacara
Selapan
Yang dilakukan dalam rangkaian selapanan
adalah
1. potong rambut atau parasan.
2. pemotongan kuku bayi
Acara selapanan dilakukan dalam suasana yang
sesederhana mungkin. Sore harinya, sebelum
pemotongan rambut, masyarakat merayakan selapanan
biasanya membuat bancaan yang dibagikan ke kerabat
dan anak-anak kecil di seputaran tempat tinggalnya.
Bancaan mengandung makna agar si bayi bisa
membagi kebahagiaan bagi orang di sekitarnya.
19. Pantangan Bayi
Baru lahir
Bayi baru lahir tidak boleh di bawa jauh keluar
rumah sebelum 40 hari,karan di takutkan terkena
penyakit orang lain dan di ganggu mahluk halus.
Bayi di pakaikan gurita dan Jika anak
demam,pasti di bawa ke dukun untuk dalam
istilahnya “ di suwok” atau di bawa ke bidan.
Bayi baru lahir tidak boleh di pegang langsung
oleh orang yang baru datang dari jauh karena
bisa membuat bayi jadi sawanan.