Ringkasan dokumen tersebut adalah: (1) Dokumen tersebut membahas tentang asuhan keperawatan pada pasien TB paru, meliputi definisi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, komplikasi, diagnostik, dan penatalaksanaan TB paru. (2) Pengkajian keperawatan meliputi aktivitas, integritas ego, makanan/cairan, dan nyeri/kenyamanan pasien TB paru. (3) Tujuan penatalaksanaan TB paru ad
Pathway kejang demam anak lengkap, WOC kejang demam anak lengkap, Patofisiologi kejang demam anak lengkap, Pathway kejang demam anak lengkap pdf, doc, Pathway kejang demam anak lengkap lengkap terbaru, WOC kejang demam anak lengkap terbaru disertai penjelasannya terlengkap. asuhan keperawatan anak dengan kejang demam, LP anak dengan kejang demam, sumber : www.perawatkitasatu.com
https://www.perawatkitasatu.com/2018/10/asuhan-keperawatan-kejang-demam-anak.html
Mempelajari tentang pemeriksaan fisik thorax dengan cara inspeksi, pelpasi, perkusi dan auskultasi. serta harus mengetahui suara atau bunyi yang dihasilkan dan batas pemeriksaan antara jantung dan paru. maka perawat dapat mempelajari dan harus mengetahui tentang pemeriksaan paru dan jantung
Pathway kejang demam anak lengkap, WOC kejang demam anak lengkap, Patofisiologi kejang demam anak lengkap, Pathway kejang demam anak lengkap pdf, doc, Pathway kejang demam anak lengkap lengkap terbaru, WOC kejang demam anak lengkap terbaru disertai penjelasannya terlengkap. asuhan keperawatan anak dengan kejang demam, LP anak dengan kejang demam, sumber : www.perawatkitasatu.com
https://www.perawatkitasatu.com/2018/10/asuhan-keperawatan-kejang-demam-anak.html
Mempelajari tentang pemeriksaan fisik thorax dengan cara inspeksi, pelpasi, perkusi dan auskultasi. serta harus mengetahui suara atau bunyi yang dihasilkan dan batas pemeriksaan antara jantung dan paru. maka perawat dapat mempelajari dan harus mengetahui tentang pemeriksaan paru dan jantung
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondelferrydmn1999
Â
Indonesia, negara kepulauan yang kaya akan keragaman budaya, suku, dan tradisi, memiliki Jakarta sebagai pusat kebudayaan yang dinamis dan unik. Salah satu kesenian tradisional yang ikonik dan identik dengan Jakarta adalah ondel-ondel, boneka raksasa yang biasanya tampil berpasangan, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Ondel-ondel awalnya dianggap sebagai simbol budaya sakral dan memainkan peran penting dalam ritual budaya masyarakat Betawi untuk menolak bala atau nasib buruk. Namun, seiring dengan bergulirnya waktu dan perubahan zaman, makna sakral ondel-ondel perlahan memudar dan berubah menjadi sesuatu yang kurang bernilai. Kini, ondel-ondel lebih sering digunakan sebagai hiasan atau sebagai sarana untuk mencari penghasilan. Buku foto Lensa Kampung Ondel-Ondel berfokus pada Keluarga Mulyadi, yang menghadapi tantangan untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel warisan leluhur di tengah keterbatasan ekonomi yang ada. Melalui foto cerita, foto feature dan foto jurnalistik buku ini menggambarkan usaha Keluarga Mulyadi untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel sambil menghadapi dilema dalam mempertahankan makna budaya di tengah perubahan makna dan keterbatasan ekonomi keluarganya. Buku foto ini dapat menggambarkan tentang bagaimana keluarga tersebut berjuang untuk menjaga warisan budaya mereka di tengah arus modernisasi.
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik DosenAdrianAgoes9
Â
sosialisasi untuk dosen dalam mengisi dan memadankan sister akunnya, sehingga bisa memutakhirkan data di dalam sister tersebut. ini adalah untuk kepentingan jabatan akademik dan jabatan fungsional dosen. penting untuk karir dan jabatan dosen juga untuk kepentingan akademik perguruan tinggi terkait.
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
Â
ASKEP TB PARU Tugas kelompok 5 paliatif.docx
1. Tugas : Keperawatan Menjelang Ajal Dan Paliatif
Dosen : Ns. Faisal Rizal S.Kep,.M.Kes dan Ns. Dedi Sadarmei Nazara, S.Kep
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TB PARU
DI SUSUN OLEH KELOMPOK 5
Nama : 1. T. Jeksen Elath
2. Nonsiata Refwutu
3. Yuliana Y. Welikin
4. Rosmiati
5. Rino A. Nanariain
6. Nurul Fitra
7. Priskilia S. Miru
Kelas/semester : A / V (Lima)
SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN FAMIKA MAKASSAR
TAHUN 2020/2021
2. LAPORAN PENDAHULUAN TB PARU ( LP )
A. Definisi
Pengertian Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular langsung yang disebabkan karena
kuman TB yaitu Myobacterium Tuberculosis. Mayoritas kuman TB menyerang paru, akan
tetapi kuman TB juga dapat menyerang organ Tubuh yang lainnya. Tuberkulosis adalah
penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis)
(Werdhani, 2011).
TB paru merupakan contoh lain infeksi saluran napas bawah. Penyakit ini disebabkan
oleh mikroorganisme mycobacterium tuberkulosis, yang biasanya ditularkan melalui inhalasi
percikan ludah (droplet), dari satu individu ke individu lainnya dan membentuk kolonisasi di
bronkiolus atau alveolus.
TB paru adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh mycobacterium tuberculosis
dengan gejala yang sangat bervariasi.
Tuberkulosis Paru adalah penyakit menular paru-paru yang disebabkan oleh
basil Mycobacterium tuberculosis, yang merusak jaringan paru-paru dengan manifestasi
berupa gejala batuk lebih dari 3 minggu yang tidak sembuh dengan pengobatan biasa,
demam, keringatan malam hari, batuk darah, dan penurunan berat badan.
B. Etiologi
Penyebabnya adalah kuman mycobacterium tuberculosis. Sejenis kuman yang berbentuk
batang denagn ukuran panjang 1-4 /mm dan tebal 0,3-0,6 /mm.
Sebagian besar kuman berupa lemak/lipid sehingga kuman tahan terhadap asam dan lebih
tahan terhadap kimia , fisik. Sifat lain dari kuman ini adalah aerob yang menyukai daerah
yang banyak oksigin, dalam hal ini lebih menyenangi daerah yang tinggi kandunagn
oksiginnya yaitu. daerah apikal paru, daerah ini yang menjadi prediksi pada penyakit
Tuberkulosis.
Penyebab dari penyakit tuberculosis paru adalah kuman (bakteri) yang hanya dapat
dilihat dengan miroskop, yaitu mycobacterium tuberculosis. Microbakteri adalah bakteri
aerob, berbentuk batu yang membentuk spora.
3. C. Patofisiologi
Patofisiologi Tuberkulosis paru (TB paru) melibatkan inhalasi Mycobacterium
tuberculosis, suatu basil tahan asam (acid-fast bacilli). Setelah inhalasi, ada beberapa
kemungkinan perkembangan penyakit yang akan terjadi, yaitu pembersihan langsung dari
bakteri tuberkulosis, infeksi laten, atau infeksi aktif.
Tempat masuk kuman Mycobacterium Tuberculosis adalah saluran pernafasan, saluran
pencernaan dan luka terbuka pada kulit. Kebanyakan infeksi tuberkulosis (TBC) terjadi
melalui udara, yaitu melalui inhalasi droplet yang mengandung kuman-kuman basil tuberkel
yang berasal dari orang yang terinfeksi. Tuberkulosis adalah penyakit yang dikendalikan oleh
respon imunitas dengan melakukan reaksi inflamasi bakteri dipindahkan melalui jalan nafas,
basil tuberkel yang mencapai permukaan alveolus biasanya di inhalasi sebagai suatu unit
yang terdiri dari satu sampai tiga basil, gumpalan yang lebih besar cenderung tertahan di
saluran hidung dan cabang besar bronkhus dan tidak menyebabkan penyakit. Setelah berada
dalam ruang alveolus, basil tuberkel ini membangkitkan reaksi peradangan. Leukosit
polimorfonuklear tampak pada tempat tersebut dan memfagosit bakteri namun tidak
membunuh organisme tersebut. Setelah hari-hari pertama leukosit diganti oleh makrofag.
Alveoli yang terserang akan mengalami konsolidasi dan timbul gejala Pneumonia akut.
Pneumonia seluler ini dapat sembuh dengan sendirinya, sehingga tidak ada sisa yang
tertinggal, atau proses dapat juga berjalan terus, dan bakteri terus difagosit atau
berkembangbiak di dalam sel. Basil juga menyebar melalui getah bening menuju ke kelenjar
getah bening regional. Makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan
sebagian bersatu sehingga membentuk sel tuberkel epiteloid, yang dikelilingi oleh limfosit.
Reaksi ini membutuhkan waktu 10 – 20 hari. Nekrosis bagian sentral lesi memberikan
gambaran yang relatif padat dan seperti keju, isi nekrosis ini disebut nekrosis kaseosa.
Bagian ini disebut dengan lesi primer.
Daerah yang mengalami nekrosis kaseosa dan jaringan granulasi di sekitarnya yang
terdiri dari sel epiteloid dan fibroblast, menimbulkan respon yang berbeda. Jaringan granulasi
menjadi lebih fibrosa membentuk jaringan parut yang akhirnya akan membentuk suatu
kapsul yang mengelilingi tuberkel. Lesi primer paru-paru dinamakan fokus Ghon dan
gabungan terserangnya kelenjar getah bening regional dan lesi primer dinamakan kompleks
Ghon. Respon lain yang dapat terjadi pada daerah nekrosis adalah pencairan, dimana bahan
4. cair lepas kedalam bronkhus dan menimbulkan kavitas. Materi tuberkular yang dilepaskan
dari dinding kavitas akan masuk kedalam percabangan trakheobronkial. Proses ini dapat
terulang kembali di bagian lain di paru-paru, atau basil dapat terbawa sampai ke laring,
telinga tengah, atau usus.
Lesi primer menjadi rongga-rongga serta jaringan nekrotik yang sesudah mencair keluar
bersama batuk. Bila lesi ini sampai menembus pleura maka akan terjadi efusi pleura
tuberkulosa. Kavitas yang kecil dapat menutup sekalipun tanpa pengobatan dan
meninggalkan jaringan parut fibrosa. Bila peradangan mereda lumen bronkhus dapat
menyempit dan tertutup oleh jaringan parut yang terdapat dekat perbatasan rongga bronkus.
Bahan perkejuan dapat mengental sehingga tidak dapat mengalir melalui saluran
penghubung sehingga kavitas penuh dengan bahan perkejuan, dan lesi mirip dengan lesi
berkapsul yang tidak terlepas. Keadaan ini dapat menimbulkan gejala dalam waktu lama atau
membentuk lagi hubungan dengan bronkus dan menjadi tempat peradangan aktif. Penyakit
dapat menyebar melalui getah bening atau pembuluh darah. Organisme yang lolos melalui
kelenjar getah bening akan mencapai aliran darah dalam jumlah kecil, yang kadang-kadang
dapat menimbulkan lesi pada berbagai organ lain. Jenis penyebaran ini dikenal sebagai
penyebaran limfo hematogen, yang biasanya sembuh sendiri. Penyebaran hematogen
merupakan suatu fenomena akut yang biasanya menyebabkan Tuberkulosis milier. Ini terjadi
apabila fokus nekrotik merusak pembuluh darah sehingga banyak organisme masuk kedalam
sistem vaskuler dan tersebar ke organ-organ tubuh. Komplikasi yang dapat timbul akibat
Tuberkulosis terjadi pada sistem pernafasan dan di luar sistem pernafasan. Pada sistem
pernafasan antara lain menimbulkan pneumothoraks, efusi pleural, dan gagal nafas, sedang
diluar sistem pernafasan menimbulkan Tuberkulosis usus, Meningitis serosa, dan
Tuberkulosis milier (Kowalak, 2011).
Individu rentan yang menghirup basil tuberculosis dan menjadi terinfeksi. Bakteri
dipinda hkan melalui jalan napas ke alveoli tempat mereka berkumpul dan memperbanyak
diri. Basil juga dipindahkan melalui system limfe dan aliran darah ke bagian tubuh lainnya
seperti, ginjal, tulang dan korteks serebri serta area paru lainnya.
System imun tubuh berespon dengan melakukan inflamasi. Fagosit (neutrofil dan
makrofag) menelan banyak bakteri; limfosit spesifik tuberculosis melisis (menghancurkan)
basil dan jaringan normal. Reaksi dari ini mengakibatkan penumpukan eksudat dalam
5. alveoli, menyebabkan bronkopneumoni. Infeksi awal biasanya terjadi 2 – 10 minggu setelah
pemajanan.
Massa jaringan baru, yang disebut granuloma yang merupakan gumpalan basil yang
masih hidup dan yang sudah mati, dikelilingi oleh makrofag yang membentuk dinding
protektif. Granuloma diubah menjadi massa jaringan fibrosa. Bagian sentral dari massa
fibrosa ini, disebut tuberkel ghon. Bahan (bakteri dan makrofag) menjadi nekrotik,
membentuk massa jaringan keju. Massa ini dapat mengalami kalsifikasi, membentuk
skarkolagenosa. Bakteri menjadi dorman, tanpa perkembangan penyakit aktif.
Setelah pemajanan dan infeksi awal, individu dapat mengalami penyakit aktif karena
gangguan atau respon inadekuat dari respon system imun. Penyakit aktif dapat juga terjadi
dengan infeksi ulang dan aktifasi bakteri dorman. Dalam kasus ini, tuberkel ghon memecah,
melepaskan bahan seperti keju ke dalam bronchi, bakteri kemudian menjadi tersebar di udara
mengakibatkan penyebaran penyakit lebih jauh. Tuberkel yang memecah menyembuh,
membentuk jaringan parut. Paru yang infeksi menjadi lebuh membengkak, mengakibatkan
terjadinya bronchopneumonia lebih lanjut. Pembentukan tuberkel dan selanjutnya. Kecuali
proses tersebut penyebarannya mengarah ke bawah ke hilung paru-paru dan kemudian
meluas ke lobus yang berdekatan. Proses mungkin berkepanjangan dan ditandai oleh remisi
lama ketika penyakit dihentikan, hanya supaya diikuti dengan periode aktifitas
yangdiperbaharui. Hanya sekitr 10% individu yang awalnya terinfeksi mengalami penyakit
aktif.
D. Manifestasi Klinik
ï‚· Batuk lebih dari 4 minggu dengan atau tanpa sputum.
ï‚· malaise
ï‚· Sesak napas dan nyeri dada.
ï‚· Demam ting kat rendah
ï‚· Berkeringat pada malam hari walau tanpa kegiatan berat.
ï‚· Hilangnya nafsu makan dan penurunan berat badan.
E. Komplikasi
Penyakit yang parah dapat menyebabkan:
6.  sepsis yang hebat,
 gagal napas dan
 kematian.
F. Diagnostik Test
Diagnostik TBC ditegakkan dengan :
a. Pemeriksaan laboratorium : BTA (+)
b. Kultur sputum (+) (sputum pagi hari selama 3 hari berturut-turut)
c. Rontgen dada : biasanya menimbulkan lesi pada lobus atau paru
d. Tes kulit tuberkulin (+) (tes mantoux)
e. Darah lengkap (LED meningkat, limfosit meningkat)
Diagnosis ditegakkan berdasarkan adanya gambaran klinis klasik, Mantoux test
atau tuberculin skin test (TST), pemeriksaan foto rontgen dada, sputum BTA, kultur dahak,
ataupun interferon-gamma release assay (IGRA) spesifik antigen.
G. Penatalaksanaan
Obat anti TB (OAT)
OAT harus diberikan dalam kombinasi sedikitnya dua obat yang bersifat bakterisid dengan
atau tanpa obat ketiga. Tujuan pemberian OAT, antara lain:
1. Membuat konversi sputum BTA positif menjadi negatif secepat mungkin melalui
kegiatan bakterisid.
2. Mencegah kekambuhan dalam tahun pertama setelah pengobatan dengan kegiatan
sterilisasi.
3. Menghilangkan atau mengurangi gejala dan lesi melalui perbaikan daya tahan
imunologis.
Maka pengobatan TB dilakukan melalui 2 fase, yaitu:
a. Fase awal intensif, dengan kegiatan bakterisid untuk memusnahkan populasi kuman
yang membelah dengan cepat.
b. Fase lanjutan, melalui kegiatan sterilisasi kuman pada pengobatan jangka pendek atau
kegiatan bakteriostatik pada pengobatan konvensional.
7. OAT yang biasa digunakan antara lain isoniazid (INH), rifampisin (R), pirazinamid
(Z), dan streptomisin (S) yang bersifat bakterisid dan etambutol (E) yang bersifat
bakterios.
8. Konsep Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
1. Aktivitas/istirahat
Θ Gejala : Kelelahan umum dan kelemahan, nafas pendek karena kerja,
kesulitan tidur pada malam atau demam pada malam hari,
menggigil atau berkeringat, mimpi buruk.
Θ Tanda : Takhikardia, takhipnu/dispnea pada kerja, kelelahan otot, nyeri dan
sesak (tahap lanjut).
2. Integritas Ego
Θ Gejala : Adanya /factor stress lama, masalah keuangan, rumah, perasaan
tdk berdaya/ tdk ada harapan.
Θ Tanda : Menyangkal, ansietas, ketakutan dan mudah terangsang.
3. Makanan/cairan
Θ Gejala : Kehilangan nafsu makan, tidak dapat mencerna, penurunan berat
badan.
Θ Tanda : Turgor kulit buruk, kering/kulit bersisik, kehilangan otot/hilang
lemak subkutan.
4. Nyeri/kenyamanan
Θ Gejala : Nyeri dada meningkat karena batuk berulang.
Θ Tanda : Berhati-hati pada area sakit, perilaku distraksi, gelisah.
5. Pernapasan
Θ Gejala : Batuk produktif atau tidak, nafas pendek, riwayat TBC/terpajan
pada individu terinfeksi.
Θ Tanda : Peningkatan frekuensi pernapasan, pengembangan pernapasan
tidak simetris, perkusi pekak dan penurunan fremitus,
karakteristik sputum (hijau,/purulen, mukoid kuning atau bercak
darah), deviasi tracheal, tdk perhatian, mudah terangsang yang
nyata, perubahan mental (tahap lanjut.
6. Keamanan
Θ Gejala : Adanya kondisi penekanan imun.
9. Θ Tanda : Demam rendah atau sakit panas akut.
7. Interaksi social
Θ Gejala : Perasaan isolasi/penolakan karena penyakit menular, perubahan
pola biasa dalam tanggung jawab/perubahan kapasitas fisikuntuk
melaksanakan peran.
8. Penyuluhan/pembelajaran
Θ Gejala : Riwayat keluarga TB, ketidakmampuan umum/status kesehatan
buruk, gagal untuk membaik, tidak berpartisipasi dalam terapi.
B. Pemeriksaan Diagnostik
1. Kultur sputum
2. Tes kulit.
3. Elisa/Western Blot
4. Foto thorak
5. Histologi atau kultur jaringan
6. Biopsi jarum pada jaringan paru
7. Elektrosit
8. GDA
9. Pemeriksaan fungsi paru.
C. Diagnosa Keperawatan
1). Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan :
- Sekret kental/darah
- Kelemahan, upaya batuk buruk
- Edema tracheal/faringeal
Ditandai dengan :
- Frekuensi pernapasan, irama, kedalam tidak normal
- Bunyi nafas tidak normal dan dispnea.
Hasil yang diharapkan/criteria evaluasi, klien akan :
- Mempertahankan jalan nafas klien
- Mengeluarkan secret tanpa bantuan
10. - Menunjukkan prilaku untuk me mperbaiki/mempertahankan bersihan
jalan nafas
- Berpartisipasi dalam program pengobatan
- Mengidentifikasi potensial komplikasi dan melakukan tindakan tepat.
Intervensi :
1. Kaji tingkat frekuensi atau jumlah napas klien
Rasional : Penurunan bunyi nafas dapat menunjukkan Atelektasis
dan kelainan bunyi nafas lainnya.
2. Observasi pergerakan dada dan pengeluaran batuk efektif
Rasional : Kesimetrisan dada klien menunjukkan bahwa klien mengalami
gangguan jalan napas atau tidak dan pengeluaran sulit bila secret sangat tebal.
Sputum berdarah kental atau darah cerah diakibatkan oleh kerusakan paru atau
luka bronchial dan dapat memerlukan evaluasi/intervensi lanjut.
3. Berikan klien posisi semi atau Fowler tinggi. Bantu klien untuk
batuk dan latihan nafas dalam.
Rasional : Posisi membantu memaksimalkan ekspansi paru dan menurunkan
upaya pernafasan.
4. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain
Rasional : Mengevaluasi perbaikan kondisi klien atas perdarahan klien dari
batuk darahnya
5. Jelaskan pada klien dan keluarga agar mematuhi anjuran dari dokter dan
perawat: seperti menghindari makanan yang menyebabkan batuk
Rasional : Dengan informasi yang jelas klien diharapkan dapat bekerja sama
dalam pemberian terapi.
2). Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan :
- Penurunan permukaan efektif paru, atelektasis
- Kerusakan membran alveolar-kapiler
- Secret kental, tebal dan adanya edema bronchial.
Hasil yang diharapkan/criteria evaluasi, klien akan :
- Melaporkan tidak adanya/penurunan dispnea
11. - Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenisasi jaringan
- Bebas dari gejala distress pernapasan.
Intervensi :
1. Kaji adanya gangguan bunyi /pola nafas dan kelemahan
Rasional : TB paru menyebabkan efek luas pada paru dari bagian kecil
bronchopneumonia sampai inflamasi difus luas, nekrosis, effusi pleura dan
fibrosis luas.
2. Tingkatkan tirah baring/batasi aktivitas dan Bantu aktivitas
perawatan diri sesuai keperluan.
Rasional : Menurunkan konsumsi oksigen/kebutuhan selama periode
penurunan pernafasan dapat menurunkan beratnya gejala.
3. Berikan tambahan oksigen yang sesuai.
Rasional : Alat dalam memperbaiki hipoksemia yang dapat terjadi
sekunder terhadap penurunan ventilasi/menurunnya penurunan alveolar
paru.
3). Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan
produksi spuntum/batuk, dyspnea atau anoreksia
Tujuan : Kebutuhan nutrisi adekuat
Kriteria hasil :
 Menyebutkan makanan mana yang tinggi protein dan kalori
 Menu makanan yang disajikan habis
 Peningkatan berat badan tanpa peningkatan edema
Rencana tindakan
1. Diskusikan penyebab anoreksia, dispnea dan mual.
Rasional : Dengan membantu klien memahami kondisi dapat
menurunkan ansietas dan dapat membantu memperbaiki kepatuhan
teraupetik.
2. Ajarkan dan bantu klien untuk istirahat sebelum makan.
12. Rasional : Keletihan berlanjut menurunkan keinginan untuk makan.
3. Tawarkan makan sedikit tapi sering (enam kali sehari plus tambahan).
Rasional : Peningkatan tekanan intra abdomen dapat
menurunkan/menekan saluran GI dan menurunkan kapasitas.
4. Pembatasan cairan pada makanan dan menghindari cairan 1 jam
sebelum dan sesudah makan.
Rasional : cairan dapat lebih pada lambung, menurunkan napsu makan
dan masukan.
5. Atur makanan dengan protein/kalori tinggi yang disajikan pada waktu
klien merasa paling suka untuk memakannya.
Rasional : Ini meningkatkan kemungkinan klien mengkonsumsi jumlah
protein dan kalori adekuat.
6. Jelaskan kebutuhan peningkatan masukan makanan tinggi elemen
berikut
a. Vitamin B12 (telur, daging ayam, kerang).
b. Asam folat (sayur berdaun hijau, kacang-kacangan, daging).
c. Thiamine (kacang-kacang, buncis, oranges).
d. Zat besi (jeroan, buah yang dikeringkan, sayuran hijau, kacang
segar).
Rasional : Masukan vitamin harus ditingkatkan untuk mengkompensasi
penurunan metabolisme dan penyimpanan vitamin karena kerusakan
jarinagn hepar.
7. Konsul dengan dokter/shli gizi bila klien tidak mengkonsumsi nutrien
yang cukup.
Rasional : Kemungkinan diperlukan suplemen tinggi protein, nutrisi
parenteral,total, atau makanan per sonde.
13. 4).Kurang pengetahuan mengenai kondisi penyakitnya berhubungan
dengan :
- Kurang terpajan pada/salah interpretasi informasi
- Keterbatasan kognitif
- Tidak akurat/tidak lengkap informasi yang ada.
Ditandai dengan :
- Permintaan informasi
- Menunjukkan kesalahan konsep tentang status kesehatan
- Kurang atau tidak akurat mengikuti instruksi/perilaku
- Menunjukkan atau memperlihatkan perasaan terancam.
Hasil yang diharapkan/criteria evaluasi, klien akan :
- Menyatakan pemahaman prosespenyakit/prognosis dan kebutuhan
pengobatan
- Melakukan prilaku/perubahan pola hidup untuk memperbaiki kesehatan
umum dan menurunkan resiko pengaktifan ulang TB
- Mengidentifikasi gejala yang membutuhkan evaluasi/intevensi
- Menggambarkan rencana untuk menerima perawatan kesehatan adequate.
Intevensi :
1. Kaji kemampuan klien untuk belajar
Rasional : Belajar tergantung pada emosi dan kesiapan fisik serta
ditingkatkan pada tahapan individu.
2. Identifikasi gejala yang harus dilaporkan keperawat
Rasional : Dapat menunjukkan kemajuan atau pengaktifan ulang penyakit
atau efek obat yang memerlukan evaluasi lanjut.
3. Tekankan pentingnya mempertahankan nutrisi dan cairan adekuat
Rasional :Memenuhi kebutuhan metabolic membantu meminimalkan
kelemahan dan meningkatkan penyembuhan. Cairan dapat
mengeluarkan/mengencerkan secret.
4. Dorong untuk tidak merokok
Rasional : Meskipun merokok tidak merangsang berulangnya TB, tetapi
meningkatkan disfungsi pernapasan/bronchitis.
14. D. PATHWAY
Tuberkulosis Paru
Microbacterium
Infeksi Tuberkulosis pada paru-paru
Infeksi pasca primer Bakteri Dorman
(Reaktivasi)
Bkteri Muncul Beberapa
Tahun Kemudian
Reaksi Infeksi/Inflamasi, aktivitas
Dan Merusak Parenkim Paru
Produksi Sekret Kerusakan Membran Perubahan Cairan Reaksi
Pecahnya Pembuluh Darah Alveolar-Kapiler Merusak Intrapleura Sistematis
Pleura, Atelaktasis
Batuk Produktif Sesak, Sianosis
Batuk Darah Sesak Nafas Penggunaan Otot Bantu Anoreksia
Ekspansi Toraks Nafas Mual BB
Menurun
Kurang
Pengetahuan
Nutrisi Kurang
Dari Kebutuhan
Tubuh
Gangguan
Pemenuhan
Tidur Dan
Istirahat
Bersihan Jalan
Nafas TIdak
Efektiv
15. E. ANALISA DATA
Nama Klien : Tn. J Dx.Medik : TBC
Umur : 41 thn Ruangan : Perawatan
Jenis Kelamin : Laki-Laki Tanggal : 22-11-2020
No Data Penyebab Diagnosa keperawatan
1 DS :
- Klien mengatakan sesak
pada saat bernapas
- Klien mengatakan pada
saat batuk banyak
mengeluarkan
dahak/sputum.
DO :
- Klien tampak sesak
- Klien tampak batuk
- P : 28 x/m
M. Tuberculosis
Inhalasi Droplet
Bakteri mencapai Alveolus
Terjadi reaksi antigen-
antibody
Muncul reaksi radang
Terjadinya pengeluaran
secret/mucus
Akumulasi secret di jalan
napas
Bersihan jalan napas
tidak efektif
Bersihan jalan napas tidak
efektif
2 DS:
- Klien mengatakan tidak
ada nafsu makan
- Klien mengatakan porsi
makannya tidak
dihabiskan
DO:
Respon batuk-batuk
Penggunaan otot-otot
abdomen
Terjadi peningkatan
metabolisme tubuh
Nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
16. - Klien tampak lemah
- BB : 65 Kg
- TB : 170 Cm
- IMT : 19,11
Terjadinya pemecahan
cadangan makanan
Kebutuhan nutrisi sel
meningkat
Nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
3 DS:
- Klien mengatakan susah
tidur akibat batuk
- Klien mengatakan
tidurnya kurang lebih 3-4
jam pada malam hari
DO:
- Klien tampak menguap
- Klien tampak gelisah
Respon batuk-batuk
Penggunaan oto-otot
abdomen
Ketenangan tidur terganggu
Sering terbangun
Gangguan pemenuhan
tidur dan istrahat
Gangguan pemenuhan tidur
dan istrahat
4 DS :
- Klien mengatakan
bagaimana
penyakitnya bisa
muncul
DO :
- Klien bertanya
tentang penyakitnya
Penyakit Tuberculosis
sumber stress meningkat
ketidaklengkapan informasi,
proses penyakit dan
pengobatan
Kurang pengetahuan
Kurang pengetahuan
17. F. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Nama Klien : Tn. J Dx.Medik : TBC
Umur : 41 thn Ruangan : Perawatan
Jenis Kelamin : Laki-Laki Tanggal : 22-11-2020
No
Diagnosa
Keperawatan
Perencanaan
Tujuan & Kriteria
hasil
Intervensi Rasional
1 Bersihan jalan
napas tak efektif
berhubungan
dnegan sekresi
yang kental/sekresi
darah.
DS :
ï‚· Klien
mengatakan
sesak pada saat
bernapas
ï‚· Klien
mengatakan
pada saat
batuk banyak
mengeluarkan
darah
DO :
ï‚· Klien tampak
sesak
ï‚· Klien tampak
Klien mengatakan
bersihan jalan
napas efektif
dengan kriteria:
1. Klien tidak sesak
lagi
2. Klien tidak batuk
dan mengeluarkan
lendir
3. Pernapasan klien
18-20 kali/menit.
1. Kaji tingkat frekuensi
atau jumlah napas klien.
2. Observasi pergerakan
dada klien
3. Intruksikan pada klien
untuk menggunakan
pernapasan diagfragma.
4. Kolaborasi dengan tim
kesehatan lain :
Dengan dokter, radiologi
dan fisioterapi.
Pemberian obat
1. Frekuensi napas
klien menentukan
klien mengalami
sesak atau tidak
2.Kesimetrisan dada
klien menunjukkan
bahwa klien
mengalami
gangguan jalan
napas atau tidak
3. . Pernapasan
diafragma
menurunkan frek.
napas dan
meningkatkan
ventilasi alveolar.
4. .Mengevaluasi
perbaikan kondisi
klien atas
perdarahan klien
dari batuk
18. batuk
ï‚· TTV:
TD : 120/80 mmHg
N : 70 x/mnt
P : 28x/mnt
S : 36,8 °C
transamin 3 x 1 amp.,
codein 3 x 1 tab, posisi
tredelenbeg (head down)
5. Ajarkan klien tentang
metode yang tepat
pengontrolan batuk agar
tidak keras-keras.
6. Ajarkan klien tindakan
untuk menurunkan
viskositas sekresi :
mempertahankan hidrasi
yang adekuat;
meningkatkan masukan
cairan 1000 sampai 1500
cc/hari bila tidak
kontraindikasi.
7. Dorong atau berikan
perawatan mulut yang
baik setelah batuk.
8. Jelaskan pada klien dan
keluarga mematuhi
anjuran dari dokter dan
perawat : seperti
menghindari makanan
yang menyebabkan batuk,
serta bau-bauan.
darahnya
5. Batuk yang keras
menyebabkan
perdarahan
pembuluh adrah
pada pulmonal.
6.Sekresi kental sulit
untuk diencerkan
dan dapat
menyebabkan
sumbatan mukus
7.Hiegene mulut yang
baik meningkatkan
rasa kesejahteraan
dan mencegah bau
mulut.
8.Dengan informasi
yang jelas klien
diharapkan dapat
bekerja sama dalam
pemberian terapi.
2. Pemenuhan nutrisi
kurang dari
Klien mengatakan
terjadi peningkatan
1. Kaji tingkat pemasukan
nutrisi klien dalam sehari
1. Pemasukan nutrisi
klien dalam sehari
19. kebutuhan tubuh
yang sehubungan
dengan anoreksia,
keletihan atau
dispnea.
DS:
ï‚· Klien
mengatakan
kurang nafsu
makan
ï‚· Klien
ï‚· Klien
mengatakan
pada
mengatakan
porsi makannya
tidak di
habiskan.
DO:
ï‚· Klien tampak
lemah
nafsu makan, berat
badan yang stabil
dan bebas tanda
malnutrisi
Dengan kriteria:
1. Porsi makan
klien sudah
banyak
2. Pada saat makan
klien sudah
menghabiskan
makanannya.
2. Observasi pola makan
klien
3. Anjurkan klien untuk
makan sedikit tapi sering
dan menghindari
makanan yang dapat
merangsang batuk.
4. Kolaborasikan dengan
tim ahli gizi untuk
memberikan klien
makanan gizi seimbang.
5. Catat status nutrisi
klien, turgor kulit, berat
badan, integritas mukosa
oral, riwayat mual /
muntah atau diare.
6. Pastikan pola diet biasa
klien yang disukai atau
tidak
dapat menetukan
status gizi klien.
2. Pola makan klien
dapat menetukan
status dan
pemasukan nutrisi
klien
3. Dengan makan
sedikit tapi sering
merupakan salah
satu cara untuk
meningkatkan
suplai nutrisi
kepada klien
4. Memberikan
bantuan dalam
perencanaan diet
dengan nutrisi
adekuat untuk
kebutuhan
metabolik dan diet.
5. Berguna dalam
mendefenisikan
derajat / wasnya
masalah dan
pilihan indervensi
yang tepat.
6. Membantu dalam
mengidentifukasi
kebutuhan /
20. 7. Ajarkan pada klien dan
keluarga untuk kaji
masukan dan
pengeluaran serta berat
badan secara periodik
kekuatan khusus.
7. Pertimbangan
keinginan individu
dapat memperbaiki
masakan
dietBerguna dalam
mengukur
keepektifan nutrisi
dan dukungan
cairan
3 Gangguan
pemenuhan tidur
dan istirahat
sehubungan dengan
sesak napas dan
Batuk .
Ds:
ï‚· Klien
mengatakan
susah tidur akibat
batuk
ï‚· Klien
mengatakan lama
tidurnya kurang
lebih 3-4 jam
pada malam hari.
DO:
ï‚· Klien tampak
menguap
ï‚· Klien tampak
Klien mengatakan
Kebutuhan tidurnya
sudah terpenuhi
dengan kriteria:
1. Klien tidur dari
jam 22.00-05.00
2. Klien tidak
terbangun lagi
pada malam hari.
3. Klien tidak
gelisah lagi
pada saat
tidur
1. kaji kebiasaan tidur
penderita sebelum sakit
dan saat sakit
2. Observasi efek obat –
obatan yang dapat di
derita klien
3. Mengawasi aktivitas
kebiasaan penderita
4. Anjurkan klien
untuk relaksasi pada
waktu akan tidur.
5. Ciptakan suasana dan
1. Untuk mengetahui
sejauh mana
gangguan tidur
penderita
2. Gangguan psikis
dapat terjadi bila
dapat
menggunakan
kartifosteroid
temasuk
perubahan mood
dan uisomnia
3. Untuk mengetahui
apa penyebab
gangguan tidur
penderita
4. Memudahkan
klien untuk bisa
tidur.
5. Lingkungan dan
21. gelisah lingkungan yang
nyaman
6. Britahukan pada
keluarga klien agar tidak
berisik didalam kamar
pada saat jam tidur.
siasana yang
nyaman akan
mempermudah
penderita untuk
tidur.
6. Ketenangan dan
lingkungan yang
tenang dapat
membuat klien
istirahat dengan
baik tanpa ada
gangguan.
4 kurang
pengetahuan
mengenai kondisi,
rencana
pengobatan
berhubungan
dengan kurang
pengetahuan
atau daya ingat di
tandai dengan :
DS :
- Klien
mengatakan
tidak tahu
bagaimana
penyakitnya
bisa timbul
Do :
- Klien bertanya
Dalam 1x24 jam
perawatan klien
memahami
mengenai kondisi
pengobatan dengan
kriteria :
mengutamakan
pemahaman
mengenai kondisi
1. kaji tingkat
pemahaman klien
2. berikan informasi
dan Jelaskan tentang
Tuberculosis (TB), gejala,
Proses penularan,komplikasi
dan penanganan
1. Mengetahui tingkat
pemahaman klien
untuk memilih
intervensi
selanjutnya.
2. memberikan dasar
untuk pemahaman
tentang penyakit
tuberculosis.
23. G. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN DAN EVALUASI
Nama Klien : Tn. J Dx.Medik : TBC
Umur : 41 thn Ruangan : Kerawatan
Jenis Kelamin : Laki-Laki Tanggal : 22-11-2020
Hari/Tanggal No.Dx Implementasi Keperawatan Evaluasi
1 08.30
1.Mengkaji Frekuensi/jumlah napas Klien.
Hasil:
Jumlah napas klien 28 x/ menit
08.32
2. Mengobservasi pergerakan dada klien
Hasil:
Klien mengalami retraksi dada akibat
batuk dan sesaknya
08.35
3.Mengajarkan tekhnik relaksasi
Hasil:
Klien telah di ajarkan tekhnik napas
dalam
08.37
4. Mengajarkan klien tentang metode
yang tepat pengontrolan batuk agar
tidak keras-keras.
Hasil:
Klien batuk-batuk tapi tidak keras-
keras dan tidak memaksakan dirinya
untuk batuk.
Pukul: 13.30
S: Klien mengatakan
masih sesak
Klien mengatakan pada
saat batuk masih
mengeluarkan dahak.
O: klien tampak sesak
Klien tampak batuk
A: Masalah belum
teratasi
P: Lanjutkan intervensi
1, 3, 4 dan 6
- Mengkaji
frekuensi/jumlah
napas klien.
- Mengajarkan tekhnik
relaksasi
- Menganjurkan klien
tentang metode yang
tepat pengontrolan
batuk agar tidak keras.
- Menjelaskan pada
24. 08.38
5. Mendorong atau memberikan
perawatan mulut yang baik setelah
batuk
Hasil :
Mulut klien sudah bersih dan tidak
berbau
08.39
6. Menjelaskan pada klien dan keluarga
mematuhi anjuran dari dokter dan
perawat seperti menghindari makanan
yang menyebabkan batuk.
Hasil :
Makanan yang dikonsumsi setiap
harinya makanan yang di bagikan dan
makanan yang di anjurkan oleh dokter.
klien dan keluarga
mematuhi anjuran dari
dokter dan perawat
seperti menghindari
makanan yang
menyebabkan batuk.
2 09.03
1. Mengkaji tingkat pemasukan nutrisi
klien dalam sehari
Hasil:
Pemasukan nutrisi klien sehari tidak
mencukupi kebutuhan tubuh
09.04
2. Mengobservasi pola makan klien
Hasil:
Klien tidak memiliki nafsu makan
09.06
3. Menganjurkan klien untuk makan
sedikit tapi sering dan menghindari
makanan yang merangsang batuk
Pukul 13.35
S: klien mengatakan tidak
ada nafsu makan
O: klien tampak lemah
A: Masalah belum
teratasi
P: Lanjutkan intervensi;
1, 2 dan 3
1. mengkaji tingkat
pemasukan nutrisi
klien dalam sehari
2. mengobservasi pola
makan klien
25. Hasil:
Klien mengerti dan mau mengikuti
anjuran yang di berikan
3. menganjurkan klien
untuk makan sedikit
tapi sering untuk
menghindari makanan
yang merangsang
batuk.
3 09.30
1. Mengkaji kebiasaan tidur klien pada
saat sakit
Hasil:
Klien pada saat sakit susah untuk tidur
dan istrahat
09.32
2. menciptakan suasana lingkungan yang
nyaman dan tenang
Hasil:
Kamar klien tenang dan nyaman
09.35
3. memberitahukan pada keluarga klien
untuk tidak berisik di dalam kamar pada
saat jam tidur
Hasil:
Keluarga klien tidak berkunjung lagi pada
saat jam tidur
Pukul: 13.40
S: Klien mengatakan
susah tidur akibat
batuk
O: klien tampak
menguap
Klien tampak gelisah
A: Masalah belum
teratasi
P: Lanjutkan intervensi
1, 2, dan 3
- Mengkaji kebiasaan
tidur klien pada saat
sakit
- Menciptakan
suasana lingkungan
yang nyaman dan
tenang.
26. - Memberitahukan
pada keluarga klien
untuk tidak berisik
di dalam kamar pada
saat jam tidur
4 09.45
1. Mengkaji tingkat pemahaman klien
Hasil:
klien mengatakan tidak tahu bagaimana
penyakitnya bisa muncul
09.50
2. Memberikan informasi tentang
penyakit
Hasil:
klien mengatakan mengerti setelah diberi
informasi
09.52
3. Memberikan informasi tentang tujuan
dari tindakan-tindakan pengobatan
yang diberikan
Hasil:
klien mengerti
Pukul 13.45
S: klien mengatakan
mengerti tentang
Penyakit, proses
penularan dan tindakan
pengobatan
yang diberikan
O: klien tidak bertanya
lagi tentang
Penyakitnya
A: Masalah kurang
pengetahuan teratasi
P : Pertahankan
intervensi
27. H. CATATAN PERKEMBANGAN
Hari/Tanggal No.Dx Implementasi Evaluasi
1 10.30
1. Mengkaji Frekuensi/jumlah napas Klien.
Hasil:
Jumlah napas klien 28 x/ menit
10.32
2. Mengajarkan tekhnik relaksasi
Hasil:
Klien telah di ajarkan tekhnik napas
dalam
10.34
3. Mengajarkan klien tentang metode
yang tepat pengontrolan batuk agar
tidak keras-keras.
Hasil:
Klien batuk-batuk tapi tidak keras-
keras dan tidak memaksakan dirinya
untuk batuk.
10.35
4. Menjelaskan pada klien dan
keluarga mematuhi anjuran dari
dokter dan perawat seperti
menghindari makanan yang
menyebabkan batuk.
Hasil :
Makanan yang dikonsumsi setiap
harinya makanan yang di bagikan
dan makanan yang di anjurkan oleh
dokter.
Pukul: 13.30
S: Klien mengatakan
masih sesak
Klien mengatakan pada
saat batuk masih
mengeluarkan dahak.
O: klien tampak sesak
Klien tampak batuk
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
1, 2, 3 & 4
28. 2 10.03
1. Mengkaji tingkat pemasukan nutrisi
klien dalam sehari
Hasil:
Pemasukan nutrisi klien sehari tidak
mencukupi kebutuhan tubuh
13.04
2. Mengobservasi pola makan klien
Hasil:
Klien tidak memiliki nafsu makan
13.06
3. Menganjurkan klien untuk makan
sedikit tapi sering dan menghindari
makanan yang merangsang batuk
Hasil:
Klien mengerti dan mau mengikuti
anjuran yang di berikan
Pukul: 13.30
S: klien mengatakan tidak
ada nafsu makan
O: klien tampak lemah
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi; 1,
2 dan 3
3 10.30
1. Mengkaji kebiasaan tidur klien pada
saat sakit
Hasil:
Klien pada saat sakit susah untuk tidur
dan istrahat
Pukul: 13.30
S: Klien mengatakan susah
tidur akibat batuk
O: Klien tampak gelisah
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
1
- Mengkaji kebiasaan
tidur klien pada saat
sakit
29. 1 09.30
1. Mengkaji Frekuensi/jumlah napas Klien.
Hasil:
Jumlah napas klien 22 x/ menit
09.32
2. Mengajarkan klien tentang metode
yang tepat pengontrolan batuk agar
tidak keras-keras.
Hasil:
Klien masih batuk tapi sudah
berkurang
09.35
3. Menjelaskan pada klien dan
keluarga mematuhi anjuran dari
dokter dan perawat seperti
menghindari makanan yang
menyebabkan batuk.
Hasil :
Makanan yang dikonsumsi setiap
harinya makanan yang di bagikan
dan makanan yang di anjurkan oleh
dokter.
Pukul: 13.30
S: Klien mengatakan
masih batuk
O: klien tampak batuk
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
1, 2, & 3
2 09.03
1. Mengkaji tingkat pemasukan nutrisi
klien dalam sehari
Hasil:
Pemasukan nutrisi klien sehari sudah
mencukupi kebutuhan tubuh
Pukul: 13.30
S: klien mengatan sudah
ada nafsu makan
O: klien tampak rileks
A: Masalah teratasi
30. 09.04
2. Mengobservasi pola makan klien
Hasil:
Klien sudah ada nafsu makan
09.06
3. Menganjurkan klien untuk makan
sedikit tapi sering dan menghindari
makanan yang merangsang batuk
Hasil:
Klien mengerti dan mau mengikuti
anjuran yang di berikan
P: pertahankan
intervensi
3 09.30
1. Mengkaji kebiasaan tidur klien pada
saat sakit
Hasil:
Klien sudah bisa tidur dan istrahat
dengan baik
Pukul: 13.30
S: Klien mengatakan
sudah bisa tidur dan
istrahat
O: Klien tampak santai
A: Masalah teratasi
P: pertahankan intervensi
31. DAFTAR PUSTAKA
Australia Department of Health. Chronic respiratory conditions - including asthma and
chronic obstructive pulmonary disease (COPD). November 2015 [Cited 2017 15 March];
available from http://www.health.gov.au/internet/main/publishing.nsf/Content/chronic-
respiratory#s2
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI. Laporan
Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2013. LITBANG DEPKES RI. Jakarta. 2013.
Halbert RJ, Natoli JL, Gano A, et al. Global Burden of COPD: Systematic Review and
Meta-analysis. Eur Resoir J. 2006 Sep. 28(3):523-32.
Kementerian Kesehatan RI, Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis. 2014, Dirjen P3L
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia: Jakarta.
Kowalak. (2011). Penatalaksanaan TB Paru. Journal of Chemical Information and
Modeling, 53(9), 1689–1699. http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/1362/4/BAB II.pdf
WHO. Chronic obstructive pulmonary disease (COPD). November 2016 [Cited 2017 15
March]; available from: http://www.who.int/respiratory/copd/
Patofisiologi Tuberkulosis Paru - Alomedika
Pathway TB Paru - Pathway Patofisiologi