SlideShare a Scribd company logo
Tugas : Keperawatan Menjelang Ajal Dan Paliatif
Dosen : Ns. Faisal Rizal S.Kep,.M.Kes dan Ns. Dedi Sadarmei Nazara, S.Kep
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TB PARU
DI SUSUN OLEH KELOMPOK 5
Nama : 1. T. Jeksen Elath
2. Nonsiata Refwutu
3. Yuliana Y. Welikin
4. Rosmiati
5. Rino A. Nanariain
6. Nurul Fitra
7. Priskilia S. Miru
Kelas/semester : A / V (Lima)
SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN FAMIKA MAKASSAR
TAHUN 2020/2021
LAPORAN PENDAHULUAN TB PARU ( LP )
A. Definisi
Pengertian Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular langsung yang disebabkan karena
kuman TB yaitu Myobacterium Tuberculosis. Mayoritas kuman TB menyerang paru, akan
tetapi kuman TB juga dapat menyerang organ Tubuh yang lainnya. Tuberkulosis adalah
penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis)
(Werdhani, 2011).
TB paru merupakan contoh lain infeksi saluran napas bawah. Penyakit ini disebabkan
oleh mikroorganisme mycobacterium tuberkulosis, yang biasanya ditularkan melalui inhalasi
percikan ludah (droplet), dari satu individu ke individu lainnya dan membentuk kolonisasi di
bronkiolus atau alveolus.
TB paru adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh mycobacterium tuberculosis
dengan gejala yang sangat bervariasi.
Tuberkulosis Paru adalah penyakit menular paru-paru yang disebabkan oleh
basil Mycobacterium tuberculosis, yang merusak jaringan paru-paru dengan manifestasi
berupa gejala batuk lebih dari 3 minggu yang tidak sembuh dengan pengobatan biasa,
demam, keringatan malam hari, batuk darah, dan penurunan berat badan.
B. Etiologi
Penyebabnya adalah kuman mycobacterium tuberculosis. Sejenis kuman yang berbentuk
batang denagn ukuran panjang 1-4 /mm dan tebal 0,3-0,6 /mm.
Sebagian besar kuman berupa lemak/lipid sehingga kuman tahan terhadap asam dan lebih
tahan terhadap kimia , fisik. Sifat lain dari kuman ini adalah aerob yang menyukai daerah
yang banyak oksigin, dalam hal ini lebih menyenangi daerah yang tinggi kandunagn
oksiginnya yaitu. daerah apikal paru, daerah ini yang menjadi prediksi pada penyakit
Tuberkulosis.
Penyebab dari penyakit tuberculosis paru adalah kuman (bakteri) yang hanya dapat
dilihat dengan miroskop, yaitu mycobacterium tuberculosis. Microbakteri adalah bakteri
aerob, berbentuk batu yang membentuk spora.
C. Patofisiologi
Patofisiologi Tuberkulosis paru (TB paru) melibatkan inhalasi Mycobacterium
tuberculosis, suatu basil tahan asam (acid-fast bacilli). Setelah inhalasi, ada beberapa
kemungkinan perkembangan penyakit yang akan terjadi, yaitu pembersihan langsung dari
bakteri tuberkulosis, infeksi laten, atau infeksi aktif.
Tempat masuk kuman Mycobacterium Tuberculosis adalah saluran pernafasan, saluran
pencernaan dan luka terbuka pada kulit. Kebanyakan infeksi tuberkulosis (TBC) terjadi
melalui udara, yaitu melalui inhalasi droplet yang mengandung kuman-kuman basil tuberkel
yang berasal dari orang yang terinfeksi. Tuberkulosis adalah penyakit yang dikendalikan oleh
respon imunitas dengan melakukan reaksi inflamasi bakteri dipindahkan melalui jalan nafas,
basil tuberkel yang mencapai permukaan alveolus biasanya di inhalasi sebagai suatu unit
yang terdiri dari satu sampai tiga basil, gumpalan yang lebih besar cenderung tertahan di
saluran hidung dan cabang besar bronkhus dan tidak menyebabkan penyakit. Setelah berada
dalam ruang alveolus, basil tuberkel ini membangkitkan reaksi peradangan. Leukosit
polimorfonuklear tampak pada tempat tersebut dan memfagosit bakteri namun tidak
membunuh organisme tersebut. Setelah hari-hari pertama leukosit diganti oleh makrofag.
Alveoli yang terserang akan mengalami konsolidasi dan timbul gejala Pneumonia akut.
Pneumonia seluler ini dapat sembuh dengan sendirinya, sehingga tidak ada sisa yang
tertinggal, atau proses dapat juga berjalan terus, dan bakteri terus difagosit atau
berkembangbiak di dalam sel. Basil juga menyebar melalui getah bening menuju ke kelenjar
getah bening regional. Makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan
sebagian bersatu sehingga membentuk sel tuberkel epiteloid, yang dikelilingi oleh limfosit.
Reaksi ini membutuhkan waktu 10 – 20 hari. Nekrosis bagian sentral lesi memberikan
gambaran yang relatif padat dan seperti keju, isi nekrosis ini disebut nekrosis kaseosa.
Bagian ini disebut dengan lesi primer.
Daerah yang mengalami nekrosis kaseosa dan jaringan granulasi di sekitarnya yang
terdiri dari sel epiteloid dan fibroblast, menimbulkan respon yang berbeda. Jaringan granulasi
menjadi lebih fibrosa membentuk jaringan parut yang akhirnya akan membentuk suatu
kapsul yang mengelilingi tuberkel. Lesi primer paru-paru dinamakan fokus Ghon dan
gabungan terserangnya kelenjar getah bening regional dan lesi primer dinamakan kompleks
Ghon. Respon lain yang dapat terjadi pada daerah nekrosis adalah pencairan, dimana bahan
cair lepas kedalam bronkhus dan menimbulkan kavitas. Materi tuberkular yang dilepaskan
dari dinding kavitas akan masuk kedalam percabangan trakheobronkial. Proses ini dapat
terulang kembali di bagian lain di paru-paru, atau basil dapat terbawa sampai ke laring,
telinga tengah, atau usus.
Lesi primer menjadi rongga-rongga serta jaringan nekrotik yang sesudah mencair keluar
bersama batuk. Bila lesi ini sampai menembus pleura maka akan terjadi efusi pleura
tuberkulosa. Kavitas yang kecil dapat menutup sekalipun tanpa pengobatan dan
meninggalkan jaringan parut fibrosa. Bila peradangan mereda lumen bronkhus dapat
menyempit dan tertutup oleh jaringan parut yang terdapat dekat perbatasan rongga bronkus.
Bahan perkejuan dapat mengental sehingga tidak dapat mengalir melalui saluran
penghubung sehingga kavitas penuh dengan bahan perkejuan, dan lesi mirip dengan lesi
berkapsul yang tidak terlepas. Keadaan ini dapat menimbulkan gejala dalam waktu lama atau
membentuk lagi hubungan dengan bronkus dan menjadi tempat peradangan aktif. Penyakit
dapat menyebar melalui getah bening atau pembuluh darah. Organisme yang lolos melalui
kelenjar getah bening akan mencapai aliran darah dalam jumlah kecil, yang kadang-kadang
dapat menimbulkan lesi pada berbagai organ lain. Jenis penyebaran ini dikenal sebagai
penyebaran limfo hematogen, yang biasanya sembuh sendiri. Penyebaran hematogen
merupakan suatu fenomena akut yang biasanya menyebabkan Tuberkulosis milier. Ini terjadi
apabila fokus nekrotik merusak pembuluh darah sehingga banyak organisme masuk kedalam
sistem vaskuler dan tersebar ke organ-organ tubuh. Komplikasi yang dapat timbul akibat
Tuberkulosis terjadi pada sistem pernafasan dan di luar sistem pernafasan. Pada sistem
pernafasan antara lain menimbulkan pneumothoraks, efusi pleural, dan gagal nafas, sedang
diluar sistem pernafasan menimbulkan Tuberkulosis usus, Meningitis serosa, dan
Tuberkulosis milier (Kowalak, 2011).
Individu rentan yang menghirup basil tuberculosis dan menjadi terinfeksi. Bakteri
dipinda hkan melalui jalan napas ke alveoli tempat mereka berkumpul dan memperbanyak
diri. Basil juga dipindahkan melalui system limfe dan aliran darah ke bagian tubuh lainnya
seperti, ginjal, tulang dan korteks serebri serta area paru lainnya.
System imun tubuh berespon dengan melakukan inflamasi. Fagosit (neutrofil dan
makrofag) menelan banyak bakteri; limfosit spesifik tuberculosis melisis (menghancurkan)
basil dan jaringan normal. Reaksi dari ini mengakibatkan penumpukan eksudat dalam
alveoli, menyebabkan bronkopneumoni. Infeksi awal biasanya terjadi 2 – 10 minggu setelah
pemajanan.
Massa jaringan baru, yang disebut granuloma yang merupakan gumpalan basil yang
masih hidup dan yang sudah mati, dikelilingi oleh makrofag yang membentuk dinding
protektif. Granuloma diubah menjadi massa jaringan fibrosa. Bagian sentral dari massa
fibrosa ini, disebut tuberkel ghon. Bahan (bakteri dan makrofag) menjadi nekrotik,
membentuk massa jaringan keju. Massa ini dapat mengalami kalsifikasi, membentuk
skarkolagenosa. Bakteri menjadi dorman, tanpa perkembangan penyakit aktif.
Setelah pemajanan dan infeksi awal, individu dapat mengalami penyakit aktif karena
gangguan atau respon inadekuat dari respon system imun. Penyakit aktif dapat juga terjadi
dengan infeksi ulang dan aktifasi bakteri dorman. Dalam kasus ini, tuberkel ghon memecah,
melepaskan bahan seperti keju ke dalam bronchi, bakteri kemudian menjadi tersebar di udara
mengakibatkan penyebaran penyakit lebih jauh. Tuberkel yang memecah menyembuh,
membentuk jaringan parut. Paru yang infeksi menjadi lebuh membengkak, mengakibatkan
terjadinya bronchopneumonia lebih lanjut. Pembentukan tuberkel dan selanjutnya. Kecuali
proses tersebut penyebarannya mengarah ke bawah ke hilung paru-paru dan kemudian
meluas ke lobus yang berdekatan. Proses mungkin berkepanjangan dan ditandai oleh remisi
lama ketika penyakit dihentikan, hanya supaya diikuti dengan periode aktifitas
yangdiperbaharui. Hanya sekitr 10% individu yang awalnya terinfeksi mengalami penyakit
aktif.
D. Manifestasi Klinik
ï‚· Batuk lebih dari 4 minggu dengan atau tanpa sputum.
ï‚· malaise
ï‚· Sesak napas dan nyeri dada.
ï‚· Demam ting kat rendah
ï‚· Berkeringat pada malam hari walau tanpa kegiatan berat.
ï‚· Hilangnya nafsu makan dan penurunan berat badan.
E. Komplikasi
Penyakit yang parah dapat menyebabkan:
 sepsis yang hebat,
 gagal napas dan
 kematian.
F. Diagnostik Test
Diagnostik TBC ditegakkan dengan :
a. Pemeriksaan laboratorium : BTA (+)
b. Kultur sputum (+) (sputum pagi hari selama 3 hari berturut-turut)
c. Rontgen dada : biasanya menimbulkan lesi pada lobus atau paru
d. Tes kulit tuberkulin (+) (tes mantoux)
e. Darah lengkap (LED meningkat, limfosit meningkat)
Diagnosis ditegakkan berdasarkan adanya gambaran klinis klasik, Mantoux test
atau tuberculin skin test (TST), pemeriksaan foto rontgen dada, sputum BTA, kultur dahak,
ataupun interferon-gamma release assay (IGRA) spesifik antigen.
G. Penatalaksanaan
Obat anti TB (OAT)
OAT harus diberikan dalam kombinasi sedikitnya dua obat yang bersifat bakterisid dengan
atau tanpa obat ketiga. Tujuan pemberian OAT, antara lain:
1. Membuat konversi sputum BTA positif menjadi negatif secepat mungkin melalui
kegiatan bakterisid.
2. Mencegah kekambuhan dalam tahun pertama setelah pengobatan dengan kegiatan
sterilisasi.
3. Menghilangkan atau mengurangi gejala dan lesi melalui perbaikan daya tahan
imunologis.
Maka pengobatan TB dilakukan melalui 2 fase, yaitu:
a. Fase awal intensif, dengan kegiatan bakterisid untuk memusnahkan populasi kuman
yang membelah dengan cepat.
b. Fase lanjutan, melalui kegiatan sterilisasi kuman pada pengobatan jangka pendek atau
kegiatan bakteriostatik pada pengobatan konvensional.
OAT yang biasa digunakan antara lain isoniazid (INH), rifampisin (R), pirazinamid
(Z), dan streptomisin (S) yang bersifat bakterisid dan etambutol (E) yang bersifat
bakterios.
Konsep Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
1. Aktivitas/istirahat
Θ Gejala : Kelelahan umum dan kelemahan, nafas pendek karena kerja,
kesulitan tidur pada malam atau demam pada malam hari,
menggigil atau berkeringat, mimpi buruk.
Θ Tanda : Takhikardia, takhipnu/dispnea pada kerja, kelelahan otot, nyeri dan
sesak (tahap lanjut).
2. Integritas Ego
Θ Gejala : Adanya /factor stress lama, masalah keuangan, rumah, perasaan
tdk berdaya/ tdk ada harapan.
Θ Tanda : Menyangkal, ansietas, ketakutan dan mudah terangsang.
3. Makanan/cairan
Θ Gejala : Kehilangan nafsu makan, tidak dapat mencerna, penurunan berat
badan.
Θ Tanda : Turgor kulit buruk, kering/kulit bersisik, kehilangan otot/hilang
lemak subkutan.
4. Nyeri/kenyamanan
Θ Gejala : Nyeri dada meningkat karena batuk berulang.
Θ Tanda : Berhati-hati pada area sakit, perilaku distraksi, gelisah.
5. Pernapasan
Θ Gejala : Batuk produktif atau tidak, nafas pendek, riwayat TBC/terpajan
pada individu terinfeksi.
Θ Tanda : Peningkatan frekuensi pernapasan, pengembangan pernapasan
tidak simetris, perkusi pekak dan penurunan fremitus,
karakteristik sputum (hijau,/purulen, mukoid kuning atau bercak
darah), deviasi tracheal, tdk perhatian, mudah terangsang yang
nyata, perubahan mental (tahap lanjut.
6. Keamanan
Θ Gejala : Adanya kondisi penekanan imun.
Θ Tanda : Demam rendah atau sakit panas akut.
7. Interaksi social
Θ Gejala : Perasaan isolasi/penolakan karena penyakit menular, perubahan
pola biasa dalam tanggung jawab/perubahan kapasitas fisikuntuk
melaksanakan peran.
8. Penyuluhan/pembelajaran
Θ Gejala : Riwayat keluarga TB, ketidakmampuan umum/status kesehatan
buruk, gagal untuk membaik, tidak berpartisipasi dalam terapi.
B. Pemeriksaan Diagnostik
1. Kultur sputum
2. Tes kulit.
3. Elisa/Western Blot
4. Foto thorak
5. Histologi atau kultur jaringan
6. Biopsi jarum pada jaringan paru
7. Elektrosit
8. GDA
9. Pemeriksaan fungsi paru.
C. Diagnosa Keperawatan
1). Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan :
- Sekret kental/darah
- Kelemahan, upaya batuk buruk
- Edema tracheal/faringeal
Ditandai dengan :
- Frekuensi pernapasan, irama, kedalam tidak normal
- Bunyi nafas tidak normal dan dispnea.
Hasil yang diharapkan/criteria evaluasi, klien akan :
- Mempertahankan jalan nafas klien
- Mengeluarkan secret tanpa bantuan
- Menunjukkan prilaku untuk me mperbaiki/mempertahankan bersihan
jalan nafas
- Berpartisipasi dalam program pengobatan
- Mengidentifikasi potensial komplikasi dan melakukan tindakan tepat.
Intervensi :
1. Kaji tingkat frekuensi atau jumlah napas klien
Rasional : Penurunan bunyi nafas dapat menunjukkan Atelektasis
dan kelainan bunyi nafas lainnya.
2. Observasi pergerakan dada dan pengeluaran batuk efektif
Rasional : Kesimetrisan dada klien menunjukkan bahwa klien mengalami
gangguan jalan napas atau tidak dan pengeluaran sulit bila secret sangat tebal.
Sputum berdarah kental atau darah cerah diakibatkan oleh kerusakan paru atau
luka bronchial dan dapat memerlukan evaluasi/intervensi lanjut.
3. Berikan klien posisi semi atau Fowler tinggi. Bantu klien untuk
batuk dan latihan nafas dalam.
Rasional : Posisi membantu memaksimalkan ekspansi paru dan menurunkan
upaya pernafasan.
4. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain
Rasional : Mengevaluasi perbaikan kondisi klien atas perdarahan klien dari
batuk darahnya
5. Jelaskan pada klien dan keluarga agar mematuhi anjuran dari dokter dan
perawat: seperti menghindari makanan yang menyebabkan batuk
Rasional : Dengan informasi yang jelas klien diharapkan dapat bekerja sama
dalam pemberian terapi.
2). Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan :
- Penurunan permukaan efektif paru, atelektasis
- Kerusakan membran alveolar-kapiler
- Secret kental, tebal dan adanya edema bronchial.
Hasil yang diharapkan/criteria evaluasi, klien akan :
- Melaporkan tidak adanya/penurunan dispnea
- Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenisasi jaringan
- Bebas dari gejala distress pernapasan.
Intervensi :
1. Kaji adanya gangguan bunyi /pola nafas dan kelemahan
Rasional : TB paru menyebabkan efek luas pada paru dari bagian kecil
bronchopneumonia sampai inflamasi difus luas, nekrosis, effusi pleura dan
fibrosis luas.
2. Tingkatkan tirah baring/batasi aktivitas dan Bantu aktivitas
perawatan diri sesuai keperluan.
Rasional : Menurunkan konsumsi oksigen/kebutuhan selama periode
penurunan pernafasan dapat menurunkan beratnya gejala.
3. Berikan tambahan oksigen yang sesuai.
Rasional : Alat dalam memperbaiki hipoksemia yang dapat terjadi
sekunder terhadap penurunan ventilasi/menurunnya penurunan alveolar
paru.
3). Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan
produksi spuntum/batuk, dyspnea atau anoreksia
Tujuan : Kebutuhan nutrisi adekuat
Kriteria hasil :
 Menyebutkan makanan mana yang tinggi protein dan kalori
 Menu makanan yang disajikan habis
 Peningkatan berat badan tanpa peningkatan edema
Rencana tindakan
1. Diskusikan penyebab anoreksia, dispnea dan mual.
Rasional : Dengan membantu klien memahami kondisi dapat
menurunkan ansietas dan dapat membantu memperbaiki kepatuhan
teraupetik.
2. Ajarkan dan bantu klien untuk istirahat sebelum makan.
Rasional : Keletihan berlanjut menurunkan keinginan untuk makan.
3. Tawarkan makan sedikit tapi sering (enam kali sehari plus tambahan).
Rasional : Peningkatan tekanan intra abdomen dapat
menurunkan/menekan saluran GI dan menurunkan kapasitas.
4. Pembatasan cairan pada makanan dan menghindari cairan 1 jam
sebelum dan sesudah makan.
Rasional : cairan dapat lebih pada lambung, menurunkan napsu makan
dan masukan.
5. Atur makanan dengan protein/kalori tinggi yang disajikan pada waktu
klien merasa paling suka untuk memakannya.
Rasional : Ini meningkatkan kemungkinan klien mengkonsumsi jumlah
protein dan kalori adekuat.
6. Jelaskan kebutuhan peningkatan masukan makanan tinggi elemen
berikut
a. Vitamin B12 (telur, daging ayam, kerang).
b. Asam folat (sayur berdaun hijau, kacang-kacangan, daging).
c. Thiamine (kacang-kacang, buncis, oranges).
d. Zat besi (jeroan, buah yang dikeringkan, sayuran hijau, kacang
segar).
Rasional : Masukan vitamin harus ditingkatkan untuk mengkompensasi
penurunan metabolisme dan penyimpanan vitamin karena kerusakan
jarinagn hepar.
7. Konsul dengan dokter/shli gizi bila klien tidak mengkonsumsi nutrien
yang cukup.
Rasional : Kemungkinan diperlukan suplemen tinggi protein, nutrisi
parenteral,total, atau makanan per sonde.
4).Kurang pengetahuan mengenai kondisi penyakitnya berhubungan
dengan :
- Kurang terpajan pada/salah interpretasi informasi
- Keterbatasan kognitif
- Tidak akurat/tidak lengkap informasi yang ada.
Ditandai dengan :
- Permintaan informasi
- Menunjukkan kesalahan konsep tentang status kesehatan
- Kurang atau tidak akurat mengikuti instruksi/perilaku
- Menunjukkan atau memperlihatkan perasaan terancam.
Hasil yang diharapkan/criteria evaluasi, klien akan :
- Menyatakan pemahaman prosespenyakit/prognosis dan kebutuhan
pengobatan
- Melakukan prilaku/perubahan pola hidup untuk memperbaiki kesehatan
umum dan menurunkan resiko pengaktifan ulang TB
- Mengidentifikasi gejala yang membutuhkan evaluasi/intevensi
- Menggambarkan rencana untuk menerima perawatan kesehatan adequate.
Intevensi :
1. Kaji kemampuan klien untuk belajar
Rasional : Belajar tergantung pada emosi dan kesiapan fisik serta
ditingkatkan pada tahapan individu.
2. Identifikasi gejala yang harus dilaporkan keperawat
Rasional : Dapat menunjukkan kemajuan atau pengaktifan ulang penyakit
atau efek obat yang memerlukan evaluasi lanjut.
3. Tekankan pentingnya mempertahankan nutrisi dan cairan adekuat
Rasional :Memenuhi kebutuhan metabolic membantu meminimalkan
kelemahan dan meningkatkan penyembuhan. Cairan dapat
mengeluarkan/mengencerkan secret.
4. Dorong untuk tidak merokok
Rasional : Meskipun merokok tidak merangsang berulangnya TB, tetapi
meningkatkan disfungsi pernapasan/bronchitis.
D. PATHWAY
Tuberkulosis Paru
Microbacterium
Infeksi Tuberkulosis pada paru-paru
Infeksi pasca primer Bakteri Dorman
(Reaktivasi)
Bkteri Muncul Beberapa
Tahun Kemudian
Reaksi Infeksi/Inflamasi, aktivitas
Dan Merusak Parenkim Paru
Produksi Sekret Kerusakan Membran Perubahan Cairan Reaksi
Pecahnya Pembuluh Darah Alveolar-Kapiler Merusak Intrapleura Sistematis
Pleura, Atelaktasis
Batuk Produktif Sesak, Sianosis
Batuk Darah Sesak Nafas Penggunaan Otot Bantu Anoreksia
Ekspansi Toraks Nafas Mual BB
Menurun
Kurang
Pengetahuan
Nutrisi Kurang
Dari Kebutuhan
Tubuh
Gangguan
Pemenuhan
Tidur Dan
Istirahat
Bersihan Jalan
Nafas TIdak
Efektiv
E. ANALISA DATA
Nama Klien : Tn. J Dx.Medik : TBC
Umur : 41 thn Ruangan : Perawatan
Jenis Kelamin : Laki-Laki Tanggal : 22-11-2020
No Data Penyebab Diagnosa keperawatan
1 DS :
- Klien mengatakan sesak
pada saat bernapas
- Klien mengatakan pada
saat batuk banyak
mengeluarkan
dahak/sputum.
DO :
- Klien tampak sesak
- Klien tampak batuk
- P : 28 x/m
M. Tuberculosis
Inhalasi Droplet
Bakteri mencapai Alveolus
Terjadi reaksi antigen-
antibody
Muncul reaksi radang
Terjadinya pengeluaran
secret/mucus
Akumulasi secret di jalan
napas
Bersihan jalan napas
tidak efektif
Bersihan jalan napas tidak
efektif
2 DS:
- Klien mengatakan tidak
ada nafsu makan
- Klien mengatakan porsi
makannya tidak
dihabiskan
DO:
Respon batuk-batuk
Penggunaan otot-otot
abdomen
Terjadi peningkatan
metabolisme tubuh
Nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
- Klien tampak lemah
- BB : 65 Kg
- TB : 170 Cm
- IMT : 19,11
Terjadinya pemecahan
cadangan makanan
Kebutuhan nutrisi sel
meningkat
Nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
3 DS:
- Klien mengatakan susah
tidur akibat batuk
- Klien mengatakan
tidurnya kurang lebih 3-4
jam pada malam hari
DO:
- Klien tampak menguap
- Klien tampak gelisah
Respon batuk-batuk
Penggunaan oto-otot
abdomen
Ketenangan tidur terganggu
Sering terbangun
Gangguan pemenuhan
tidur dan istrahat
Gangguan pemenuhan tidur
dan istrahat
4 DS :
- Klien mengatakan
bagaimana
penyakitnya bisa
muncul
DO :
- Klien bertanya
tentang penyakitnya
Penyakit Tuberculosis
sumber stress meningkat
ketidaklengkapan informasi,
proses penyakit dan
pengobatan
Kurang pengetahuan
Kurang pengetahuan
F. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Nama Klien : Tn. J Dx.Medik : TBC
Umur : 41 thn Ruangan : Perawatan
Jenis Kelamin : Laki-Laki Tanggal : 22-11-2020
No
Diagnosa
Keperawatan
Perencanaan
Tujuan & Kriteria
hasil
Intervensi Rasional
1 Bersihan jalan
napas tak efektif
berhubungan
dnegan sekresi
yang kental/sekresi
darah.
DS :
ï‚· Klien
mengatakan
sesak pada saat
bernapas
ï‚· Klien
mengatakan
pada saat
batuk banyak
mengeluarkan
darah
DO :
ï‚· Klien tampak
sesak
ï‚· Klien tampak
Klien mengatakan
bersihan jalan
napas efektif
dengan kriteria:
1. Klien tidak sesak
lagi
2. Klien tidak batuk
dan mengeluarkan
lendir
3. Pernapasan klien
18-20 kali/menit.
1. Kaji tingkat frekuensi
atau jumlah napas klien.
2. Observasi pergerakan
dada klien
3. Intruksikan pada klien
untuk menggunakan
pernapasan diagfragma.
4. Kolaborasi dengan tim
kesehatan lain :
Dengan dokter, radiologi
dan fisioterapi.
Pemberian obat
1. Frekuensi napas
klien menentukan
klien mengalami
sesak atau tidak
2.Kesimetrisan dada
klien menunjukkan
bahwa klien
mengalami
gangguan jalan
napas atau tidak
3. . Pernapasan
diafragma
menurunkan frek.
napas dan
meningkatkan
ventilasi alveolar.
4. .Mengevaluasi
perbaikan kondisi
klien atas
perdarahan klien
dari batuk
batuk
ï‚· TTV:
TD : 120/80 mmHg
N : 70 x/mnt
P : 28x/mnt
S : 36,8 °C
transamin 3 x 1 amp.,
codein 3 x 1 tab, posisi
tredelenbeg (head down)
5. Ajarkan klien tentang
metode yang tepat
pengontrolan batuk agar
tidak keras-keras.
6. Ajarkan klien tindakan
untuk menurunkan
viskositas sekresi :
mempertahankan hidrasi
yang adekuat;
meningkatkan masukan
cairan 1000 sampai 1500
cc/hari bila tidak
kontraindikasi.
7. Dorong atau berikan
perawatan mulut yang
baik setelah batuk.
8. Jelaskan pada klien dan
keluarga mematuhi
anjuran dari dokter dan
perawat : seperti
menghindari makanan
yang menyebabkan batuk,
serta bau-bauan.
darahnya
5. Batuk yang keras
menyebabkan
perdarahan
pembuluh adrah
pada pulmonal.
6.Sekresi kental sulit
untuk diencerkan
dan dapat
menyebabkan
sumbatan mukus
7.Hiegene mulut yang
baik meningkatkan
rasa kesejahteraan
dan mencegah bau
mulut.
8.Dengan informasi
yang jelas klien
diharapkan dapat
bekerja sama dalam
pemberian terapi.
2. Pemenuhan nutrisi
kurang dari
Klien mengatakan
terjadi peningkatan
1. Kaji tingkat pemasukan
nutrisi klien dalam sehari
1. Pemasukan nutrisi
klien dalam sehari
kebutuhan tubuh
yang sehubungan
dengan anoreksia,
keletihan atau
dispnea.
DS:
ï‚· Klien
mengatakan
kurang nafsu
makan
ï‚· Klien
ï‚· Klien
mengatakan
pada
mengatakan
porsi makannya
tidak di
habiskan.
DO:
ï‚· Klien tampak
lemah
nafsu makan, berat
badan yang stabil
dan bebas tanda
malnutrisi
Dengan kriteria:
1. Porsi makan
klien sudah
banyak
2. Pada saat makan
klien sudah
menghabiskan
makanannya.
2. Observasi pola makan
klien
3. Anjurkan klien untuk
makan sedikit tapi sering
dan menghindari
makanan yang dapat
merangsang batuk.
4. Kolaborasikan dengan
tim ahli gizi untuk
memberikan klien
makanan gizi seimbang.
5. Catat status nutrisi
klien, turgor kulit, berat
badan, integritas mukosa
oral, riwayat mual /
muntah atau diare.
6. Pastikan pola diet biasa
klien yang disukai atau
tidak
dapat menetukan
status gizi klien.
2. Pola makan klien
dapat menetukan
status dan
pemasukan nutrisi
klien
3. Dengan makan
sedikit tapi sering
merupakan salah
satu cara untuk
meningkatkan
suplai nutrisi
kepada klien
4. Memberikan
bantuan dalam
perencanaan diet
dengan nutrisi
adekuat untuk
kebutuhan
metabolik dan diet.
5. Berguna dalam
mendefenisikan
derajat / wasnya
masalah dan
pilihan indervensi
yang tepat.
6. Membantu dalam
mengidentifukasi
kebutuhan /
7. Ajarkan pada klien dan
keluarga untuk kaji
masukan dan
pengeluaran serta berat
badan secara periodik
kekuatan khusus.
7. Pertimbangan
keinginan individu
dapat memperbaiki
masakan
dietBerguna dalam
mengukur
keepektifan nutrisi
dan dukungan
cairan
3 Gangguan
pemenuhan tidur
dan istirahat
sehubungan dengan
sesak napas dan
Batuk .
Ds:
ï‚· Klien
mengatakan
susah tidur akibat
batuk
ï‚· Klien
mengatakan lama
tidurnya kurang
lebih 3-4 jam
pada malam hari.
DO:
ï‚· Klien tampak
menguap
ï‚· Klien tampak
Klien mengatakan
Kebutuhan tidurnya
sudah terpenuhi
dengan kriteria:
1. Klien tidur dari
jam 22.00-05.00
2. Klien tidak
terbangun lagi
pada malam hari.
3. Klien tidak
gelisah lagi
pada saat
tidur
1. kaji kebiasaan tidur
penderita sebelum sakit
dan saat sakit
2. Observasi efek obat –
obatan yang dapat di
derita klien
3. Mengawasi aktivitas
kebiasaan penderita
4. Anjurkan klien
untuk relaksasi pada
waktu akan tidur.
5. Ciptakan suasana dan
1. Untuk mengetahui
sejauh mana
gangguan tidur
penderita
2. Gangguan psikis
dapat terjadi bila
dapat
menggunakan
kartifosteroid
temasuk
perubahan mood
dan uisomnia
3. Untuk mengetahui
apa penyebab
gangguan tidur
penderita
4. Memudahkan
klien untuk bisa
tidur.
5. Lingkungan dan
gelisah lingkungan yang
nyaman
6. Britahukan pada
keluarga klien agar tidak
berisik didalam kamar
pada saat jam tidur.
siasana yang
nyaman akan
mempermudah
penderita untuk
tidur.
6. Ketenangan dan
lingkungan yang
tenang dapat
membuat klien
istirahat dengan
baik tanpa ada
gangguan.
4 kurang
pengetahuan
mengenai kondisi,
rencana
pengobatan
berhubungan
dengan kurang
pengetahuan
atau daya ingat di
tandai dengan :
DS :
- Klien
mengatakan
tidak tahu
bagaimana
penyakitnya
bisa timbul
Do :
- Klien bertanya
Dalam 1x24 jam
perawatan klien
memahami
mengenai kondisi
pengobatan dengan
kriteria :
mengutamakan
pemahaman
mengenai kondisi
1. kaji tingkat
pemahaman klien
2. berikan informasi
dan Jelaskan tentang
Tuberculosis (TB), gejala,
Proses penularan,komplikasi
dan penanganan
1. Mengetahui tingkat
pemahaman klien
untuk memilih
intervensi
selanjutnya.
2. memberikan dasar
untuk pemahaman
tentang penyakit
tuberculosis.
tentang
penyakitnya
G. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN DAN EVALUASI
Nama Klien : Tn. J Dx.Medik : TBC
Umur : 41 thn Ruangan : Kerawatan
Jenis Kelamin : Laki-Laki Tanggal : 22-11-2020
Hari/Tanggal No.Dx Implementasi Keperawatan Evaluasi
1 08.30
1.Mengkaji Frekuensi/jumlah napas Klien.
Hasil:
Jumlah napas klien 28 x/ menit
08.32
2. Mengobservasi pergerakan dada klien
Hasil:
Klien mengalami retraksi dada akibat
batuk dan sesaknya
08.35
3.Mengajarkan tekhnik relaksasi
Hasil:
Klien telah di ajarkan tekhnik napas
dalam
08.37
4. Mengajarkan klien tentang metode
yang tepat pengontrolan batuk agar
tidak keras-keras.
Hasil:
Klien batuk-batuk tapi tidak keras-
keras dan tidak memaksakan dirinya
untuk batuk.
Pukul: 13.30
S: Klien mengatakan
masih sesak
Klien mengatakan pada
saat batuk masih
mengeluarkan dahak.
O: klien tampak sesak
Klien tampak batuk
A: Masalah belum
teratasi
P: Lanjutkan intervensi
1, 3, 4 dan 6
- Mengkaji
frekuensi/jumlah
napas klien.
- Mengajarkan tekhnik
relaksasi
- Menganjurkan klien
tentang metode yang
tepat pengontrolan
batuk agar tidak keras.
- Menjelaskan pada
08.38
5. Mendorong atau memberikan
perawatan mulut yang baik setelah
batuk
Hasil :
Mulut klien sudah bersih dan tidak
berbau
08.39
6. Menjelaskan pada klien dan keluarga
mematuhi anjuran dari dokter dan
perawat seperti menghindari makanan
yang menyebabkan batuk.
Hasil :
Makanan yang dikonsumsi setiap
harinya makanan yang di bagikan dan
makanan yang di anjurkan oleh dokter.
klien dan keluarga
mematuhi anjuran dari
dokter dan perawat
seperti menghindari
makanan yang
menyebabkan batuk.
2 09.03
1. Mengkaji tingkat pemasukan nutrisi
klien dalam sehari
Hasil:
Pemasukan nutrisi klien sehari tidak
mencukupi kebutuhan tubuh
09.04
2. Mengobservasi pola makan klien
Hasil:
Klien tidak memiliki nafsu makan
09.06
3. Menganjurkan klien untuk makan
sedikit tapi sering dan menghindari
makanan yang merangsang batuk
Pukul 13.35
S: klien mengatakan tidak
ada nafsu makan
O: klien tampak lemah
A: Masalah belum
teratasi
P: Lanjutkan intervensi;
1, 2 dan 3
1. mengkaji tingkat
pemasukan nutrisi
klien dalam sehari
2. mengobservasi pola
makan klien
Hasil:
Klien mengerti dan mau mengikuti
anjuran yang di berikan
3. menganjurkan klien
untuk makan sedikit
tapi sering untuk
menghindari makanan
yang merangsang
batuk.
3 09.30
1. Mengkaji kebiasaan tidur klien pada
saat sakit
Hasil:
Klien pada saat sakit susah untuk tidur
dan istrahat
09.32
2. menciptakan suasana lingkungan yang
nyaman dan tenang
Hasil:
Kamar klien tenang dan nyaman
09.35
3. memberitahukan pada keluarga klien
untuk tidak berisik di dalam kamar pada
saat jam tidur
Hasil:
Keluarga klien tidak berkunjung lagi pada
saat jam tidur
Pukul: 13.40
S: Klien mengatakan
susah tidur akibat
batuk
O: klien tampak
menguap
Klien tampak gelisah
A: Masalah belum
teratasi
P: Lanjutkan intervensi
1, 2, dan 3
- Mengkaji kebiasaan
tidur klien pada saat
sakit
- Menciptakan
suasana lingkungan
yang nyaman dan
tenang.
- Memberitahukan
pada keluarga klien
untuk tidak berisik
di dalam kamar pada
saat jam tidur
4 09.45
1. Mengkaji tingkat pemahaman klien
Hasil:
klien mengatakan tidak tahu bagaimana
penyakitnya bisa muncul
09.50
2. Memberikan informasi tentang
penyakit
Hasil:
klien mengatakan mengerti setelah diberi
informasi
09.52
3. Memberikan informasi tentang tujuan
dari tindakan-tindakan pengobatan
yang diberikan
Hasil:
klien mengerti
Pukul 13.45
S: klien mengatakan
mengerti tentang
Penyakit, proses
penularan dan tindakan
pengobatan
yang diberikan
O: klien tidak bertanya
lagi tentang
Penyakitnya
A: Masalah kurang
pengetahuan teratasi
P : Pertahankan
intervensi
H. CATATAN PERKEMBANGAN
Hari/Tanggal No.Dx Implementasi Evaluasi
1 10.30
1. Mengkaji Frekuensi/jumlah napas Klien.
Hasil:
Jumlah napas klien 28 x/ menit
10.32
2. Mengajarkan tekhnik relaksasi
Hasil:
Klien telah di ajarkan tekhnik napas
dalam
10.34
3. Mengajarkan klien tentang metode
yang tepat pengontrolan batuk agar
tidak keras-keras.
Hasil:
Klien batuk-batuk tapi tidak keras-
keras dan tidak memaksakan dirinya
untuk batuk.
10.35
4. Menjelaskan pada klien dan
keluarga mematuhi anjuran dari
dokter dan perawat seperti
menghindari makanan yang
menyebabkan batuk.
Hasil :
Makanan yang dikonsumsi setiap
harinya makanan yang di bagikan
dan makanan yang di anjurkan oleh
dokter.
Pukul: 13.30
S: Klien mengatakan
masih sesak
Klien mengatakan pada
saat batuk masih
mengeluarkan dahak.
O: klien tampak sesak
Klien tampak batuk
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
1, 2, 3 & 4
2 10.03
1. Mengkaji tingkat pemasukan nutrisi
klien dalam sehari
Hasil:
Pemasukan nutrisi klien sehari tidak
mencukupi kebutuhan tubuh
13.04
2. Mengobservasi pola makan klien
Hasil:
Klien tidak memiliki nafsu makan
13.06
3. Menganjurkan klien untuk makan
sedikit tapi sering dan menghindari
makanan yang merangsang batuk
Hasil:
Klien mengerti dan mau mengikuti
anjuran yang di berikan
Pukul: 13.30
S: klien mengatakan tidak
ada nafsu makan
O: klien tampak lemah
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi; 1,
2 dan 3
3 10.30
1. Mengkaji kebiasaan tidur klien pada
saat sakit
Hasil:
Klien pada saat sakit susah untuk tidur
dan istrahat
Pukul: 13.30
S: Klien mengatakan susah
tidur akibat batuk
O: Klien tampak gelisah
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
1
- Mengkaji kebiasaan
tidur klien pada saat
sakit
1 09.30
1. Mengkaji Frekuensi/jumlah napas Klien.
Hasil:
Jumlah napas klien 22 x/ menit
09.32
2. Mengajarkan klien tentang metode
yang tepat pengontrolan batuk agar
tidak keras-keras.
Hasil:
Klien masih batuk tapi sudah
berkurang
09.35
3. Menjelaskan pada klien dan
keluarga mematuhi anjuran dari
dokter dan perawat seperti
menghindari makanan yang
menyebabkan batuk.
Hasil :
Makanan yang dikonsumsi setiap
harinya makanan yang di bagikan
dan makanan yang di anjurkan oleh
dokter.
Pukul: 13.30
S: Klien mengatakan
masih batuk
O: klien tampak batuk
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
1, 2, & 3
2 09.03
1. Mengkaji tingkat pemasukan nutrisi
klien dalam sehari
Hasil:
Pemasukan nutrisi klien sehari sudah
mencukupi kebutuhan tubuh
Pukul: 13.30
S: klien mengatan sudah
ada nafsu makan
O: klien tampak rileks
A: Masalah teratasi
09.04
2. Mengobservasi pola makan klien
Hasil:
Klien sudah ada nafsu makan
09.06
3. Menganjurkan klien untuk makan
sedikit tapi sering dan menghindari
makanan yang merangsang batuk
Hasil:
Klien mengerti dan mau mengikuti
anjuran yang di berikan
P: pertahankan
intervensi
3 09.30
1. Mengkaji kebiasaan tidur klien pada
saat sakit
Hasil:
Klien sudah bisa tidur dan istrahat
dengan baik
Pukul: 13.30
S: Klien mengatakan
sudah bisa tidur dan
istrahat
O: Klien tampak santai
A: Masalah teratasi
P: pertahankan intervensi
DAFTAR PUSTAKA
Australia Department of Health. Chronic respiratory conditions - including asthma and
chronic obstructive pulmonary disease (COPD). November 2015 [Cited 2017 15 March];
available from http://www.health.gov.au/internet/main/publishing.nsf/Content/chronic-
respiratory#s2
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI. Laporan
Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2013. LITBANG DEPKES RI. Jakarta. 2013.
Halbert RJ, Natoli JL, Gano A, et al. Global Burden of COPD: Systematic Review and
Meta-analysis. Eur Resoir J. 2006 Sep. 28(3):523-32.
Kementerian Kesehatan RI, Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis. 2014, Dirjen P3L
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia: Jakarta.
Kowalak. (2011). Penatalaksanaan TB Paru. Journal of Chemical Information and
Modeling, 53(9), 1689–1699. http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/1362/4/BAB II.pdf
WHO. Chronic obstructive pulmonary disease (COPD). November 2016 [Cited 2017 15
March]; available from: http://www.who.int/respiratory/copd/
Patofisiologi Tuberkulosis Paru - Alomedika
Pathway TB Paru - Pathway Patofisiologi

More Related Content

What's hot

Askep diare
Askep diareAskep diare
Askep diare
Vyan Achmad
 
TB Paru
TB ParuTB Paru
TB Paru
Masitah Majid
 
ASKEP HIPERTENSI
ASKEP HIPERTENSIASKEP HIPERTENSI
ASKEP HIPERTENSIMas Mawon
 
Aspek legal praktek perawat
Aspek legal praktek perawatAspek legal praktek perawat
Aspek legal praktek perawatJoni Iswanto
 
Laporan Pendahuluan Bronkitis
Laporan Pendahuluan BronkitisLaporan Pendahuluan Bronkitis
Laporan Pendahuluan Bronkitis
Selvia Agueda
 
Asuhan keperawatan an.m dengan asma
Asuhan keperawatan an.m dengan asmaAsuhan keperawatan an.m dengan asma
Asuhan keperawatan an.m dengan asmateguhprayitnopro
 
Asuhan keperawatan pada pasien dengan luka bakar
Asuhan keperawatan pada pasien dengan luka bakarAsuhan keperawatan pada pasien dengan luka bakar
Asuhan keperawatan pada pasien dengan luka bakar
Septian Muna Barakati
 
Pathway kejang demam anak lengkap
Pathway kejang demam anak lengkapPathway kejang demam anak lengkap
Pathway kejang demam anak lengkap
Aidil Fitrisyah
 
Pemeriksaan fisik thorax
Pemeriksaan fisik thoraxPemeriksaan fisik thorax
Pemeriksaan fisik thorax
Maria Haryanthi Butar-Butar
 
Pemeriksaan Diagnostik Sistem Muskuloskeletal
Pemeriksaan Diagnostik Sistem MuskuloskeletalPemeriksaan Diagnostik Sistem Muskuloskeletal
Pemeriksaan Diagnostik Sistem Muskuloskeletal
Fransiska Oktafiani
 
Modul batuk
Modul batuk Modul batuk
Modul batuk
Aulia Amani
 
Asuhan keperawatan gangguan_rasa_nyaman
Asuhan keperawatan gangguan_rasa_nyamanAsuhan keperawatan gangguan_rasa_nyaman
Asuhan keperawatan gangguan_rasa_nyaman
MeidaElliaPuspita
 
Evaluasi keperawatan
 Evaluasi keperawatan Evaluasi keperawatan
Evaluasi keperawatan
pjj_kemenkes
 
Asuhan keperawatan klien dengan faringitis shinttttta
Asuhan keperawatan klien dengan faringitis shintttttaAsuhan keperawatan klien dengan faringitis shinttttta
Asuhan keperawatan klien dengan faringitis shintttttasaharwakumoro
 

What's hot (20)

Askep diare
Askep diareAskep diare
Askep diare
 
TB Paru
TB ParuTB Paru
TB Paru
 
ASKEP HIPERTENSI
ASKEP HIPERTENSIASKEP HIPERTENSI
ASKEP HIPERTENSI
 
Asuhan keperawatan klien dengan tb paru
Asuhan keperawatan klien dengan  tb paruAsuhan keperawatan klien dengan  tb paru
Asuhan keperawatan klien dengan tb paru
 
Askep pada pasien ppok
Askep pada pasien ppokAskep pada pasien ppok
Askep pada pasien ppok
 
Aspek legal praktek perawat
Aspek legal praktek perawatAspek legal praktek perawat
Aspek legal praktek perawat
 
Laporan Pendahuluan Bronkitis
Laporan Pendahuluan BronkitisLaporan Pendahuluan Bronkitis
Laporan Pendahuluan Bronkitis
 
Asuhan keperawatan an.m dengan asma
Asuhan keperawatan an.m dengan asmaAsuhan keperawatan an.m dengan asma
Asuhan keperawatan an.m dengan asma
 
Asuhan keperawatan pada pasien dengan luka bakar
Asuhan keperawatan pada pasien dengan luka bakarAsuhan keperawatan pada pasien dengan luka bakar
Asuhan keperawatan pada pasien dengan luka bakar
 
Pathwaysefusipleura
PathwaysefusipleuraPathwaysefusipleura
Pathwaysefusipleura
 
Pathway kejang demam anak lengkap
Pathway kejang demam anak lengkapPathway kejang demam anak lengkap
Pathway kejang demam anak lengkap
 
Kebutuhan aktivitas
Kebutuhan aktivitasKebutuhan aktivitas
Kebutuhan aktivitas
 
Tinea korporis AKPER PEMKAB MUNA
Tinea korporis AKPER PEMKAB MUNA Tinea korporis AKPER PEMKAB MUNA
Tinea korporis AKPER PEMKAB MUNA
 
Pemeriksaan fisik thorax
Pemeriksaan fisik thoraxPemeriksaan fisik thorax
Pemeriksaan fisik thorax
 
Pemeriksaan Diagnostik Sistem Muskuloskeletal
Pemeriksaan Diagnostik Sistem MuskuloskeletalPemeriksaan Diagnostik Sistem Muskuloskeletal
Pemeriksaan Diagnostik Sistem Muskuloskeletal
 
Modul batuk
Modul batuk Modul batuk
Modul batuk
 
Asuhan keperawatan gangguan_rasa_nyaman
Asuhan keperawatan gangguan_rasa_nyamanAsuhan keperawatan gangguan_rasa_nyaman
Asuhan keperawatan gangguan_rasa_nyaman
 
Askep ispa AKPER PEMKAB MUNA
Askep ispa AKPER PEMKAB MUNAAskep ispa AKPER PEMKAB MUNA
Askep ispa AKPER PEMKAB MUNA
 
Evaluasi keperawatan
 Evaluasi keperawatan Evaluasi keperawatan
Evaluasi keperawatan
 
Asuhan keperawatan klien dengan faringitis shinttttta
Asuhan keperawatan klien dengan faringitis shintttttaAsuhan keperawatan klien dengan faringitis shinttttta
Asuhan keperawatan klien dengan faringitis shinttttta
 

Similar to ASKEP TB PARU Tugas kelompok 5 paliatif.docx

Laporan pendahuluan
Laporan pendahuluanLaporan pendahuluan
Laporan pendahuluan
oini2
 
Lp tb
Lp tbLp tb
copy-of-infeksi.pptx
copy-of-infeksi.pptxcopy-of-infeksi.pptx
copy-of-infeksi.pptx
AyuAgustriani1
 
power point tb paru 4.pptx
power point tb paru 4.pptxpower point tb paru 4.pptx
power point tb paru 4.pptx
whyukutakuya
 
Asuhan keperawatan tbc AKPER PEMKAB MUNA
Asuhan keperawatan tbc AKPER PEMKAB MUNA Asuhan keperawatan tbc AKPER PEMKAB MUNA
Asuhan keperawatan tbc AKPER PEMKAB MUNA Operator Warnet Vast Raha
 
Makalah tb 2
Makalah tb 2Makalah tb 2
Makalah tb 2
Hilda Lamtia
 
Asuhan keperawatan pada anak tbc
Asuhan keperawatan pada anak tbcAsuhan keperawatan pada anak tbc
Asuhan keperawatan pada anak tbcwhenny
 
askep TB Kelompok 2.pptx
askep TB Kelompok 2.pptxaskep TB Kelompok 2.pptx
askep TB Kelompok 2.pptx
NurMarLiyana
 
Makalah tb paru analisis
Makalah tb paru analisisMakalah tb paru analisis
Makalah tb paru analisis
CiciSatriMaulani
 
Makalah tb paru analisis
Makalah tb paru analisisMakalah tb paru analisis
Makalah tb paru analisis
AnbarAfifah
 
Lima provinsi dengan TB-paru terbesar di Indonesia
Lima provinsi dengan TB-paru terbesar di IndonesiaLima provinsi dengan TB-paru terbesar di Indonesia
Lima provinsi dengan TB-paru terbesar di Indonesia
robimarta19
 
Makalah tb paru di indonesia
Makalah tb paru di indonesiaMakalah tb paru di indonesia
Makalah tb paru di indonesia
aliyanoorfauziah
 
Makalah tb paru analisis
Makalah tb paru analisisMakalah tb paru analisis
Makalah tb paru analisis
muhammadfahrojal
 

Similar to ASKEP TB PARU Tugas kelompok 5 paliatif.docx (20)

Laporan pendahuluan
Laporan pendahuluanLaporan pendahuluan
Laporan pendahuluan
 
Lp tb
Lp tbLp tb
Lp tb
 
Tbc
TbcTbc
Tbc
 
Askep tb paru
Askep tb paruAskep tb paru
Askep tb paru
 
Tb paru AKPER PEMKAB MUNA
Tb paru AKPER PEMKAB MUNA Tb paru AKPER PEMKAB MUNA
Tb paru AKPER PEMKAB MUNA
 
ASUHAN KEPERAWATAN
ASUHAN KEPERAWATANASUHAN KEPERAWATAN
ASUHAN KEPERAWATAN
 
Askep tb paru AKPER PEMKAB MUNA
Askep tb paru AKPER PEMKAB MUNA Askep tb paru AKPER PEMKAB MUNA
Askep tb paru AKPER PEMKAB MUNA
 
Askep tb paru AKPER PEMKAB MUNA
Askep tb paru AKPER PEMKAB MUNA Askep tb paru AKPER PEMKAB MUNA
Askep tb paru AKPER PEMKAB MUNA
 
copy-of-infeksi.pptx
copy-of-infeksi.pptxcopy-of-infeksi.pptx
copy-of-infeksi.pptx
 
Tb
TbTb
Tb
 
power point tb paru 4.pptx
power point tb paru 4.pptxpower point tb paru 4.pptx
power point tb paru 4.pptx
 
Asuhan keperawatan tbc AKPER PEMKAB MUNA
Asuhan keperawatan tbc AKPER PEMKAB MUNA Asuhan keperawatan tbc AKPER PEMKAB MUNA
Asuhan keperawatan tbc AKPER PEMKAB MUNA
 
Makalah tb 2
Makalah tb 2Makalah tb 2
Makalah tb 2
 
Asuhan keperawatan pada anak tbc
Asuhan keperawatan pada anak tbcAsuhan keperawatan pada anak tbc
Asuhan keperawatan pada anak tbc
 
askep TB Kelompok 2.pptx
askep TB Kelompok 2.pptxaskep TB Kelompok 2.pptx
askep TB Kelompok 2.pptx
 
Makalah tb paru analisis
Makalah tb paru analisisMakalah tb paru analisis
Makalah tb paru analisis
 
Makalah tb paru analisis
Makalah tb paru analisisMakalah tb paru analisis
Makalah tb paru analisis
 
Lima provinsi dengan TB-paru terbesar di Indonesia
Lima provinsi dengan TB-paru terbesar di IndonesiaLima provinsi dengan TB-paru terbesar di Indonesia
Lima provinsi dengan TB-paru terbesar di Indonesia
 
Makalah tb paru di indonesia
Makalah tb paru di indonesiaMakalah tb paru di indonesia
Makalah tb paru di indonesia
 
Makalah tb paru analisis
Makalah tb paru analisisMakalah tb paru analisis
Makalah tb paru analisis
 

Recently uploaded

ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
mohfedri24
 
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdfLK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
UditGheozi2
 
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptxJuknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
mattaja008
 
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdfRHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
asyi1
 
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-OndelSebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
ferrydmn1999
 
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdfPaparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
SEMUELSAMBOKARAENG
 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBIVISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
gloriosaesy
 
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik DosenUNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
AdrianAgoes9
 
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
MirnasariMutmainna1
 
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
widyakusuma99
 
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdfPENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
smp4prg
 
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERILAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
PURWANTOSDNWATES2
 
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docxRUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
kinayaptr30
 
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docxSOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
MuhammadBagusAprilia1
 
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
ozijaya
 
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 BandungBahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Galang Adi Kuncoro
 
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptxDiseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
LucyKristinaS
 
Tabel 1. 7 Ruang Lingkup Terintegrasi dalam Mata Pelajaran dalam CASEL PSE.pdf
Tabel 1. 7 Ruang Lingkup Terintegrasi dalam Mata Pelajaran dalam CASEL PSE.pdfTabel 1. 7 Ruang Lingkup Terintegrasi dalam Mata Pelajaran dalam CASEL PSE.pdf
Tabel 1. 7 Ruang Lingkup Terintegrasi dalam Mata Pelajaran dalam CASEL PSE.pdf
ppgpriyosetiawan43
 
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
setiatinambunan
 

Recently uploaded (20)

ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
 
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdfLK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
 
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptxJuknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
 
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdfRHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
 
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-OndelSebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
 
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdfPaparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
 
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBIVISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
 
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik DosenUNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
 
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
 
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
 
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdfPENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
 
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERILAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
 
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docxRUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
 
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docxSOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
 
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
 
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 BandungBahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
 
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptxDiseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
 
Tabel 1. 7 Ruang Lingkup Terintegrasi dalam Mata Pelajaran dalam CASEL PSE.pdf
Tabel 1. 7 Ruang Lingkup Terintegrasi dalam Mata Pelajaran dalam CASEL PSE.pdfTabel 1. 7 Ruang Lingkup Terintegrasi dalam Mata Pelajaran dalam CASEL PSE.pdf
Tabel 1. 7 Ruang Lingkup Terintegrasi dalam Mata Pelajaran dalam CASEL PSE.pdf
 
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
 

ASKEP TB PARU Tugas kelompok 5 paliatif.docx

  • 1. Tugas : Keperawatan Menjelang Ajal Dan Paliatif Dosen : Ns. Faisal Rizal S.Kep,.M.Kes dan Ns. Dedi Sadarmei Nazara, S.Kep ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TB PARU DI SUSUN OLEH KELOMPOK 5 Nama : 1. T. Jeksen Elath 2. Nonsiata Refwutu 3. Yuliana Y. Welikin 4. Rosmiati 5. Rino A. Nanariain 6. Nurul Fitra 7. Priskilia S. Miru Kelas/semester : A / V (Lima) SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN FAMIKA MAKASSAR TAHUN 2020/2021
  • 2. LAPORAN PENDAHULUAN TB PARU ( LP ) A. Definisi Pengertian Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular langsung yang disebabkan karena kuman TB yaitu Myobacterium Tuberculosis. Mayoritas kuman TB menyerang paru, akan tetapi kuman TB juga dapat menyerang organ Tubuh yang lainnya. Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis) (Werdhani, 2011). TB paru merupakan contoh lain infeksi saluran napas bawah. Penyakit ini disebabkan oleh mikroorganisme mycobacterium tuberkulosis, yang biasanya ditularkan melalui inhalasi percikan ludah (droplet), dari satu individu ke individu lainnya dan membentuk kolonisasi di bronkiolus atau alveolus. TB paru adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh mycobacterium tuberculosis dengan gejala yang sangat bervariasi. Tuberkulosis Paru adalah penyakit menular paru-paru yang disebabkan oleh basil Mycobacterium tuberculosis, yang merusak jaringan paru-paru dengan manifestasi berupa gejala batuk lebih dari 3 minggu yang tidak sembuh dengan pengobatan biasa, demam, keringatan malam hari, batuk darah, dan penurunan berat badan. B. Etiologi Penyebabnya adalah kuman mycobacterium tuberculosis. Sejenis kuman yang berbentuk batang denagn ukuran panjang 1-4 /mm dan tebal 0,3-0,6 /mm. Sebagian besar kuman berupa lemak/lipid sehingga kuman tahan terhadap asam dan lebih tahan terhadap kimia , fisik. Sifat lain dari kuman ini adalah aerob yang menyukai daerah yang banyak oksigin, dalam hal ini lebih menyenangi daerah yang tinggi kandunagn oksiginnya yaitu. daerah apikal paru, daerah ini yang menjadi prediksi pada penyakit Tuberkulosis. Penyebab dari penyakit tuberculosis paru adalah kuman (bakteri) yang hanya dapat dilihat dengan miroskop, yaitu mycobacterium tuberculosis. Microbakteri adalah bakteri aerob, berbentuk batu yang membentuk spora.
  • 3. C. Patofisiologi Patofisiologi Tuberkulosis paru (TB paru) melibatkan inhalasi Mycobacterium tuberculosis, suatu basil tahan asam (acid-fast bacilli). Setelah inhalasi, ada beberapa kemungkinan perkembangan penyakit yang akan terjadi, yaitu pembersihan langsung dari bakteri tuberkulosis, infeksi laten, atau infeksi aktif. Tempat masuk kuman Mycobacterium Tuberculosis adalah saluran pernafasan, saluran pencernaan dan luka terbuka pada kulit. Kebanyakan infeksi tuberkulosis (TBC) terjadi melalui udara, yaitu melalui inhalasi droplet yang mengandung kuman-kuman basil tuberkel yang berasal dari orang yang terinfeksi. Tuberkulosis adalah penyakit yang dikendalikan oleh respon imunitas dengan melakukan reaksi inflamasi bakteri dipindahkan melalui jalan nafas, basil tuberkel yang mencapai permukaan alveolus biasanya di inhalasi sebagai suatu unit yang terdiri dari satu sampai tiga basil, gumpalan yang lebih besar cenderung tertahan di saluran hidung dan cabang besar bronkhus dan tidak menyebabkan penyakit. Setelah berada dalam ruang alveolus, basil tuberkel ini membangkitkan reaksi peradangan. Leukosit polimorfonuklear tampak pada tempat tersebut dan memfagosit bakteri namun tidak membunuh organisme tersebut. Setelah hari-hari pertama leukosit diganti oleh makrofag. Alveoli yang terserang akan mengalami konsolidasi dan timbul gejala Pneumonia akut. Pneumonia seluler ini dapat sembuh dengan sendirinya, sehingga tidak ada sisa yang tertinggal, atau proses dapat juga berjalan terus, dan bakteri terus difagosit atau berkembangbiak di dalam sel. Basil juga menyebar melalui getah bening menuju ke kelenjar getah bening regional. Makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu sehingga membentuk sel tuberkel epiteloid, yang dikelilingi oleh limfosit. Reaksi ini membutuhkan waktu 10 – 20 hari. Nekrosis bagian sentral lesi memberikan gambaran yang relatif padat dan seperti keju, isi nekrosis ini disebut nekrosis kaseosa. Bagian ini disebut dengan lesi primer. Daerah yang mengalami nekrosis kaseosa dan jaringan granulasi di sekitarnya yang terdiri dari sel epiteloid dan fibroblast, menimbulkan respon yang berbeda. Jaringan granulasi menjadi lebih fibrosa membentuk jaringan parut yang akhirnya akan membentuk suatu kapsul yang mengelilingi tuberkel. Lesi primer paru-paru dinamakan fokus Ghon dan gabungan terserangnya kelenjar getah bening regional dan lesi primer dinamakan kompleks Ghon. Respon lain yang dapat terjadi pada daerah nekrosis adalah pencairan, dimana bahan
  • 4. cair lepas kedalam bronkhus dan menimbulkan kavitas. Materi tuberkular yang dilepaskan dari dinding kavitas akan masuk kedalam percabangan trakheobronkial. Proses ini dapat terulang kembali di bagian lain di paru-paru, atau basil dapat terbawa sampai ke laring, telinga tengah, atau usus. Lesi primer menjadi rongga-rongga serta jaringan nekrotik yang sesudah mencair keluar bersama batuk. Bila lesi ini sampai menembus pleura maka akan terjadi efusi pleura tuberkulosa. Kavitas yang kecil dapat menutup sekalipun tanpa pengobatan dan meninggalkan jaringan parut fibrosa. Bila peradangan mereda lumen bronkhus dapat menyempit dan tertutup oleh jaringan parut yang terdapat dekat perbatasan rongga bronkus. Bahan perkejuan dapat mengental sehingga tidak dapat mengalir melalui saluran penghubung sehingga kavitas penuh dengan bahan perkejuan, dan lesi mirip dengan lesi berkapsul yang tidak terlepas. Keadaan ini dapat menimbulkan gejala dalam waktu lama atau membentuk lagi hubungan dengan bronkus dan menjadi tempat peradangan aktif. Penyakit dapat menyebar melalui getah bening atau pembuluh darah. Organisme yang lolos melalui kelenjar getah bening akan mencapai aliran darah dalam jumlah kecil, yang kadang-kadang dapat menimbulkan lesi pada berbagai organ lain. Jenis penyebaran ini dikenal sebagai penyebaran limfo hematogen, yang biasanya sembuh sendiri. Penyebaran hematogen merupakan suatu fenomena akut yang biasanya menyebabkan Tuberkulosis milier. Ini terjadi apabila fokus nekrotik merusak pembuluh darah sehingga banyak organisme masuk kedalam sistem vaskuler dan tersebar ke organ-organ tubuh. Komplikasi yang dapat timbul akibat Tuberkulosis terjadi pada sistem pernafasan dan di luar sistem pernafasan. Pada sistem pernafasan antara lain menimbulkan pneumothoraks, efusi pleural, dan gagal nafas, sedang diluar sistem pernafasan menimbulkan Tuberkulosis usus, Meningitis serosa, dan Tuberkulosis milier (Kowalak, 2011). Individu rentan yang menghirup basil tuberculosis dan menjadi terinfeksi. Bakteri dipinda hkan melalui jalan napas ke alveoli tempat mereka berkumpul dan memperbanyak diri. Basil juga dipindahkan melalui system limfe dan aliran darah ke bagian tubuh lainnya seperti, ginjal, tulang dan korteks serebri serta area paru lainnya. System imun tubuh berespon dengan melakukan inflamasi. Fagosit (neutrofil dan makrofag) menelan banyak bakteri; limfosit spesifik tuberculosis melisis (menghancurkan) basil dan jaringan normal. Reaksi dari ini mengakibatkan penumpukan eksudat dalam
  • 5. alveoli, menyebabkan bronkopneumoni. Infeksi awal biasanya terjadi 2 – 10 minggu setelah pemajanan. Massa jaringan baru, yang disebut granuloma yang merupakan gumpalan basil yang masih hidup dan yang sudah mati, dikelilingi oleh makrofag yang membentuk dinding protektif. Granuloma diubah menjadi massa jaringan fibrosa. Bagian sentral dari massa fibrosa ini, disebut tuberkel ghon. Bahan (bakteri dan makrofag) menjadi nekrotik, membentuk massa jaringan keju. Massa ini dapat mengalami kalsifikasi, membentuk skarkolagenosa. Bakteri menjadi dorman, tanpa perkembangan penyakit aktif. Setelah pemajanan dan infeksi awal, individu dapat mengalami penyakit aktif karena gangguan atau respon inadekuat dari respon system imun. Penyakit aktif dapat juga terjadi dengan infeksi ulang dan aktifasi bakteri dorman. Dalam kasus ini, tuberkel ghon memecah, melepaskan bahan seperti keju ke dalam bronchi, bakteri kemudian menjadi tersebar di udara mengakibatkan penyebaran penyakit lebih jauh. Tuberkel yang memecah menyembuh, membentuk jaringan parut. Paru yang infeksi menjadi lebuh membengkak, mengakibatkan terjadinya bronchopneumonia lebih lanjut. Pembentukan tuberkel dan selanjutnya. Kecuali proses tersebut penyebarannya mengarah ke bawah ke hilung paru-paru dan kemudian meluas ke lobus yang berdekatan. Proses mungkin berkepanjangan dan ditandai oleh remisi lama ketika penyakit dihentikan, hanya supaya diikuti dengan periode aktifitas yangdiperbaharui. Hanya sekitr 10% individu yang awalnya terinfeksi mengalami penyakit aktif. D. Manifestasi Klinik ï‚· Batuk lebih dari 4 minggu dengan atau tanpa sputum. ï‚· malaise ï‚· Sesak napas dan nyeri dada. ï‚· Demam ting kat rendah ï‚· Berkeringat pada malam hari walau tanpa kegiatan berat. ï‚· Hilangnya nafsu makan dan penurunan berat badan. E. Komplikasi Penyakit yang parah dapat menyebabkan:
  • 6.  sepsis yang hebat,  gagal napas dan  kematian. F. Diagnostik Test Diagnostik TBC ditegakkan dengan : a. Pemeriksaan laboratorium : BTA (+) b. Kultur sputum (+) (sputum pagi hari selama 3 hari berturut-turut) c. Rontgen dada : biasanya menimbulkan lesi pada lobus atau paru d. Tes kulit tuberkulin (+) (tes mantoux) e. Darah lengkap (LED meningkat, limfosit meningkat) Diagnosis ditegakkan berdasarkan adanya gambaran klinis klasik, Mantoux test atau tuberculin skin test (TST), pemeriksaan foto rontgen dada, sputum BTA, kultur dahak, ataupun interferon-gamma release assay (IGRA) spesifik antigen. G. Penatalaksanaan Obat anti TB (OAT) OAT harus diberikan dalam kombinasi sedikitnya dua obat yang bersifat bakterisid dengan atau tanpa obat ketiga. Tujuan pemberian OAT, antara lain: 1. Membuat konversi sputum BTA positif menjadi negatif secepat mungkin melalui kegiatan bakterisid. 2. Mencegah kekambuhan dalam tahun pertama setelah pengobatan dengan kegiatan sterilisasi. 3. Menghilangkan atau mengurangi gejala dan lesi melalui perbaikan daya tahan imunologis. Maka pengobatan TB dilakukan melalui 2 fase, yaitu: a. Fase awal intensif, dengan kegiatan bakterisid untuk memusnahkan populasi kuman yang membelah dengan cepat. b. Fase lanjutan, melalui kegiatan sterilisasi kuman pada pengobatan jangka pendek atau kegiatan bakteriostatik pada pengobatan konvensional.
  • 7. OAT yang biasa digunakan antara lain isoniazid (INH), rifampisin (R), pirazinamid (Z), dan streptomisin (S) yang bersifat bakterisid dan etambutol (E) yang bersifat bakterios.
  • 8. Konsep Asuhan Keperawatan A. Pengkajian 1. Aktivitas/istirahat Θ Gejala : Kelelahan umum dan kelemahan, nafas pendek karena kerja, kesulitan tidur pada malam atau demam pada malam hari, menggigil atau berkeringat, mimpi buruk. Θ Tanda : Takhikardia, takhipnu/dispnea pada kerja, kelelahan otot, nyeri dan sesak (tahap lanjut). 2. Integritas Ego Θ Gejala : Adanya /factor stress lama, masalah keuangan, rumah, perasaan tdk berdaya/ tdk ada harapan. Θ Tanda : Menyangkal, ansietas, ketakutan dan mudah terangsang. 3. Makanan/cairan Θ Gejala : Kehilangan nafsu makan, tidak dapat mencerna, penurunan berat badan. Θ Tanda : Turgor kulit buruk, kering/kulit bersisik, kehilangan otot/hilang lemak subkutan. 4. Nyeri/kenyamanan Θ Gejala : Nyeri dada meningkat karena batuk berulang. Θ Tanda : Berhati-hati pada area sakit, perilaku distraksi, gelisah. 5. Pernapasan Θ Gejala : Batuk produktif atau tidak, nafas pendek, riwayat TBC/terpajan pada individu terinfeksi. Θ Tanda : Peningkatan frekuensi pernapasan, pengembangan pernapasan tidak simetris, perkusi pekak dan penurunan fremitus, karakteristik sputum (hijau,/purulen, mukoid kuning atau bercak darah), deviasi tracheal, tdk perhatian, mudah terangsang yang nyata, perubahan mental (tahap lanjut. 6. Keamanan Θ Gejala : Adanya kondisi penekanan imun.
  • 9. Θ Tanda : Demam rendah atau sakit panas akut. 7. Interaksi social Θ Gejala : Perasaan isolasi/penolakan karena penyakit menular, perubahan pola biasa dalam tanggung jawab/perubahan kapasitas fisikuntuk melaksanakan peran. 8. Penyuluhan/pembelajaran Θ Gejala : Riwayat keluarga TB, ketidakmampuan umum/status kesehatan buruk, gagal untuk membaik, tidak berpartisipasi dalam terapi. B. Pemeriksaan Diagnostik 1. Kultur sputum 2. Tes kulit. 3. Elisa/Western Blot 4. Foto thorak 5. Histologi atau kultur jaringan 6. Biopsi jarum pada jaringan paru 7. Elektrosit 8. GDA 9. Pemeriksaan fungsi paru. C. Diagnosa Keperawatan 1). Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan : - Sekret kental/darah - Kelemahan, upaya batuk buruk - Edema tracheal/faringeal Ditandai dengan : - Frekuensi pernapasan, irama, kedalam tidak normal - Bunyi nafas tidak normal dan dispnea. Hasil yang diharapkan/criteria evaluasi, klien akan : - Mempertahankan jalan nafas klien - Mengeluarkan secret tanpa bantuan
  • 10. - Menunjukkan prilaku untuk me mperbaiki/mempertahankan bersihan jalan nafas - Berpartisipasi dalam program pengobatan - Mengidentifikasi potensial komplikasi dan melakukan tindakan tepat. Intervensi : 1. Kaji tingkat frekuensi atau jumlah napas klien Rasional : Penurunan bunyi nafas dapat menunjukkan Atelektasis dan kelainan bunyi nafas lainnya. 2. Observasi pergerakan dada dan pengeluaran batuk efektif Rasional : Kesimetrisan dada klien menunjukkan bahwa klien mengalami gangguan jalan napas atau tidak dan pengeluaran sulit bila secret sangat tebal. Sputum berdarah kental atau darah cerah diakibatkan oleh kerusakan paru atau luka bronchial dan dapat memerlukan evaluasi/intervensi lanjut. 3. Berikan klien posisi semi atau Fowler tinggi. Bantu klien untuk batuk dan latihan nafas dalam. Rasional : Posisi membantu memaksimalkan ekspansi paru dan menurunkan upaya pernafasan. 4. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain Rasional : Mengevaluasi perbaikan kondisi klien atas perdarahan klien dari batuk darahnya 5. Jelaskan pada klien dan keluarga agar mematuhi anjuran dari dokter dan perawat: seperti menghindari makanan yang menyebabkan batuk Rasional : Dengan informasi yang jelas klien diharapkan dapat bekerja sama dalam pemberian terapi. 2). Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan : - Penurunan permukaan efektif paru, atelektasis - Kerusakan membran alveolar-kapiler - Secret kental, tebal dan adanya edema bronchial. Hasil yang diharapkan/criteria evaluasi, klien akan : - Melaporkan tidak adanya/penurunan dispnea
  • 11. - Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenisasi jaringan - Bebas dari gejala distress pernapasan. Intervensi : 1. Kaji adanya gangguan bunyi /pola nafas dan kelemahan Rasional : TB paru menyebabkan efek luas pada paru dari bagian kecil bronchopneumonia sampai inflamasi difus luas, nekrosis, effusi pleura dan fibrosis luas. 2. Tingkatkan tirah baring/batasi aktivitas dan Bantu aktivitas perawatan diri sesuai keperluan. Rasional : Menurunkan konsumsi oksigen/kebutuhan selama periode penurunan pernafasan dapat menurunkan beratnya gejala. 3. Berikan tambahan oksigen yang sesuai. Rasional : Alat dalam memperbaiki hipoksemia yang dapat terjadi sekunder terhadap penurunan ventilasi/menurunnya penurunan alveolar paru. 3). Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan produksi spuntum/batuk, dyspnea atau anoreksia Tujuan : Kebutuhan nutrisi adekuat Kriteria hasil :  Menyebutkan makanan mana yang tinggi protein dan kalori  Menu makanan yang disajikan habis  Peningkatan berat badan tanpa peningkatan edema Rencana tindakan 1. Diskusikan penyebab anoreksia, dispnea dan mual. Rasional : Dengan membantu klien memahami kondisi dapat menurunkan ansietas dan dapat membantu memperbaiki kepatuhan teraupetik. 2. Ajarkan dan bantu klien untuk istirahat sebelum makan.
  • 12. Rasional : Keletihan berlanjut menurunkan keinginan untuk makan. 3. Tawarkan makan sedikit tapi sering (enam kali sehari plus tambahan). Rasional : Peningkatan tekanan intra abdomen dapat menurunkan/menekan saluran GI dan menurunkan kapasitas. 4. Pembatasan cairan pada makanan dan menghindari cairan 1 jam sebelum dan sesudah makan. Rasional : cairan dapat lebih pada lambung, menurunkan napsu makan dan masukan. 5. Atur makanan dengan protein/kalori tinggi yang disajikan pada waktu klien merasa paling suka untuk memakannya. Rasional : Ini meningkatkan kemungkinan klien mengkonsumsi jumlah protein dan kalori adekuat. 6. Jelaskan kebutuhan peningkatan masukan makanan tinggi elemen berikut a. Vitamin B12 (telur, daging ayam, kerang). b. Asam folat (sayur berdaun hijau, kacang-kacangan, daging). c. Thiamine (kacang-kacang, buncis, oranges). d. Zat besi (jeroan, buah yang dikeringkan, sayuran hijau, kacang segar). Rasional : Masukan vitamin harus ditingkatkan untuk mengkompensasi penurunan metabolisme dan penyimpanan vitamin karena kerusakan jarinagn hepar. 7. Konsul dengan dokter/shli gizi bila klien tidak mengkonsumsi nutrien yang cukup. Rasional : Kemungkinan diperlukan suplemen tinggi protein, nutrisi parenteral,total, atau makanan per sonde.
  • 13. 4).Kurang pengetahuan mengenai kondisi penyakitnya berhubungan dengan : - Kurang terpajan pada/salah interpretasi informasi - Keterbatasan kognitif - Tidak akurat/tidak lengkap informasi yang ada. Ditandai dengan : - Permintaan informasi - Menunjukkan kesalahan konsep tentang status kesehatan - Kurang atau tidak akurat mengikuti instruksi/perilaku - Menunjukkan atau memperlihatkan perasaan terancam. Hasil yang diharapkan/criteria evaluasi, klien akan : - Menyatakan pemahaman prosespenyakit/prognosis dan kebutuhan pengobatan - Melakukan prilaku/perubahan pola hidup untuk memperbaiki kesehatan umum dan menurunkan resiko pengaktifan ulang TB - Mengidentifikasi gejala yang membutuhkan evaluasi/intevensi - Menggambarkan rencana untuk menerima perawatan kesehatan adequate. Intevensi : 1. Kaji kemampuan klien untuk belajar Rasional : Belajar tergantung pada emosi dan kesiapan fisik serta ditingkatkan pada tahapan individu. 2. Identifikasi gejala yang harus dilaporkan keperawat Rasional : Dapat menunjukkan kemajuan atau pengaktifan ulang penyakit atau efek obat yang memerlukan evaluasi lanjut. 3. Tekankan pentingnya mempertahankan nutrisi dan cairan adekuat Rasional :Memenuhi kebutuhan metabolic membantu meminimalkan kelemahan dan meningkatkan penyembuhan. Cairan dapat mengeluarkan/mengencerkan secret. 4. Dorong untuk tidak merokok Rasional : Meskipun merokok tidak merangsang berulangnya TB, tetapi meningkatkan disfungsi pernapasan/bronchitis.
  • 14. D. PATHWAY Tuberkulosis Paru Microbacterium Infeksi Tuberkulosis pada paru-paru Infeksi pasca primer Bakteri Dorman (Reaktivasi) Bkteri Muncul Beberapa Tahun Kemudian Reaksi Infeksi/Inflamasi, aktivitas Dan Merusak Parenkim Paru Produksi Sekret Kerusakan Membran Perubahan Cairan Reaksi Pecahnya Pembuluh Darah Alveolar-Kapiler Merusak Intrapleura Sistematis Pleura, Atelaktasis Batuk Produktif Sesak, Sianosis Batuk Darah Sesak Nafas Penggunaan Otot Bantu Anoreksia Ekspansi Toraks Nafas Mual BB Menurun Kurang Pengetahuan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh Gangguan Pemenuhan Tidur Dan Istirahat Bersihan Jalan Nafas TIdak Efektiv
  • 15. E. ANALISA DATA Nama Klien : Tn. J Dx.Medik : TBC Umur : 41 thn Ruangan : Perawatan Jenis Kelamin : Laki-Laki Tanggal : 22-11-2020 No Data Penyebab Diagnosa keperawatan 1 DS : - Klien mengatakan sesak pada saat bernapas - Klien mengatakan pada saat batuk banyak mengeluarkan dahak/sputum. DO : - Klien tampak sesak - Klien tampak batuk - P : 28 x/m M. Tuberculosis Inhalasi Droplet Bakteri mencapai Alveolus Terjadi reaksi antigen- antibody Muncul reaksi radang Terjadinya pengeluaran secret/mucus Akumulasi secret di jalan napas Bersihan jalan napas tidak efektif Bersihan jalan napas tidak efektif 2 DS: - Klien mengatakan tidak ada nafsu makan - Klien mengatakan porsi makannya tidak dihabiskan DO: Respon batuk-batuk Penggunaan otot-otot abdomen Terjadi peningkatan metabolisme tubuh Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
  • 16. - Klien tampak lemah - BB : 65 Kg - TB : 170 Cm - IMT : 19,11 Terjadinya pemecahan cadangan makanan Kebutuhan nutrisi sel meningkat Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh 3 DS: - Klien mengatakan susah tidur akibat batuk - Klien mengatakan tidurnya kurang lebih 3-4 jam pada malam hari DO: - Klien tampak menguap - Klien tampak gelisah Respon batuk-batuk Penggunaan oto-otot abdomen Ketenangan tidur terganggu Sering terbangun Gangguan pemenuhan tidur dan istrahat Gangguan pemenuhan tidur dan istrahat 4 DS : - Klien mengatakan bagaimana penyakitnya bisa muncul DO : - Klien bertanya tentang penyakitnya Penyakit Tuberculosis sumber stress meningkat ketidaklengkapan informasi, proses penyakit dan pengobatan Kurang pengetahuan Kurang pengetahuan
  • 17. F. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN Nama Klien : Tn. J Dx.Medik : TBC Umur : 41 thn Ruangan : Perawatan Jenis Kelamin : Laki-Laki Tanggal : 22-11-2020 No Diagnosa Keperawatan Perencanaan Tujuan & Kriteria hasil Intervensi Rasional 1 Bersihan jalan napas tak efektif berhubungan dnegan sekresi yang kental/sekresi darah. DS : ï‚· Klien mengatakan sesak pada saat bernapas ï‚· Klien mengatakan pada saat batuk banyak mengeluarkan darah DO : ï‚· Klien tampak sesak ï‚· Klien tampak Klien mengatakan bersihan jalan napas efektif dengan kriteria: 1. Klien tidak sesak lagi 2. Klien tidak batuk dan mengeluarkan lendir 3. Pernapasan klien 18-20 kali/menit. 1. Kaji tingkat frekuensi atau jumlah napas klien. 2. Observasi pergerakan dada klien 3. Intruksikan pada klien untuk menggunakan pernapasan diagfragma. 4. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain : Dengan dokter, radiologi dan fisioterapi. Pemberian obat 1. Frekuensi napas klien menentukan klien mengalami sesak atau tidak 2.Kesimetrisan dada klien menunjukkan bahwa klien mengalami gangguan jalan napas atau tidak 3. . Pernapasan diafragma menurunkan frek. napas dan meningkatkan ventilasi alveolar. 4. .Mengevaluasi perbaikan kondisi klien atas perdarahan klien dari batuk
  • 18. batuk ï‚· TTV: TD : 120/80 mmHg N : 70 x/mnt P : 28x/mnt S : 36,8 °C transamin 3 x 1 amp., codein 3 x 1 tab, posisi tredelenbeg (head down) 5. Ajarkan klien tentang metode yang tepat pengontrolan batuk agar tidak keras-keras. 6. Ajarkan klien tindakan untuk menurunkan viskositas sekresi : mempertahankan hidrasi yang adekuat; meningkatkan masukan cairan 1000 sampai 1500 cc/hari bila tidak kontraindikasi. 7. Dorong atau berikan perawatan mulut yang baik setelah batuk. 8. Jelaskan pada klien dan keluarga mematuhi anjuran dari dokter dan perawat : seperti menghindari makanan yang menyebabkan batuk, serta bau-bauan. darahnya 5. Batuk yang keras menyebabkan perdarahan pembuluh adrah pada pulmonal. 6.Sekresi kental sulit untuk diencerkan dan dapat menyebabkan sumbatan mukus 7.Hiegene mulut yang baik meningkatkan rasa kesejahteraan dan mencegah bau mulut. 8.Dengan informasi yang jelas klien diharapkan dapat bekerja sama dalam pemberian terapi. 2. Pemenuhan nutrisi kurang dari Klien mengatakan terjadi peningkatan 1. Kaji tingkat pemasukan nutrisi klien dalam sehari 1. Pemasukan nutrisi klien dalam sehari
  • 19. kebutuhan tubuh yang sehubungan dengan anoreksia, keletihan atau dispnea. DS: ï‚· Klien mengatakan kurang nafsu makan ï‚· Klien ï‚· Klien mengatakan pada mengatakan porsi makannya tidak di habiskan. DO: ï‚· Klien tampak lemah nafsu makan, berat badan yang stabil dan bebas tanda malnutrisi Dengan kriteria: 1. Porsi makan klien sudah banyak 2. Pada saat makan klien sudah menghabiskan makanannya. 2. Observasi pola makan klien 3. Anjurkan klien untuk makan sedikit tapi sering dan menghindari makanan yang dapat merangsang batuk. 4. Kolaborasikan dengan tim ahli gizi untuk memberikan klien makanan gizi seimbang. 5. Catat status nutrisi klien, turgor kulit, berat badan, integritas mukosa oral, riwayat mual / muntah atau diare. 6. Pastikan pola diet biasa klien yang disukai atau tidak dapat menetukan status gizi klien. 2. Pola makan klien dapat menetukan status dan pemasukan nutrisi klien 3. Dengan makan sedikit tapi sering merupakan salah satu cara untuk meningkatkan suplai nutrisi kepada klien 4. Memberikan bantuan dalam perencanaan diet dengan nutrisi adekuat untuk kebutuhan metabolik dan diet. 5. Berguna dalam mendefenisikan derajat / wasnya masalah dan pilihan indervensi yang tepat. 6. Membantu dalam mengidentifukasi kebutuhan /
  • 20. 7. Ajarkan pada klien dan keluarga untuk kaji masukan dan pengeluaran serta berat badan secara periodik kekuatan khusus. 7. Pertimbangan keinginan individu dapat memperbaiki masakan dietBerguna dalam mengukur keepektifan nutrisi dan dukungan cairan 3 Gangguan pemenuhan tidur dan istirahat sehubungan dengan sesak napas dan Batuk . Ds: ï‚· Klien mengatakan susah tidur akibat batuk ï‚· Klien mengatakan lama tidurnya kurang lebih 3-4 jam pada malam hari. DO: ï‚· Klien tampak menguap ï‚· Klien tampak Klien mengatakan Kebutuhan tidurnya sudah terpenuhi dengan kriteria: 1. Klien tidur dari jam 22.00-05.00 2. Klien tidak terbangun lagi pada malam hari. 3. Klien tidak gelisah lagi pada saat tidur 1. kaji kebiasaan tidur penderita sebelum sakit dan saat sakit 2. Observasi efek obat – obatan yang dapat di derita klien 3. Mengawasi aktivitas kebiasaan penderita 4. Anjurkan klien untuk relaksasi pada waktu akan tidur. 5. Ciptakan suasana dan 1. Untuk mengetahui sejauh mana gangguan tidur penderita 2. Gangguan psikis dapat terjadi bila dapat menggunakan kartifosteroid temasuk perubahan mood dan uisomnia 3. Untuk mengetahui apa penyebab gangguan tidur penderita 4. Memudahkan klien untuk bisa tidur. 5. Lingkungan dan
  • 21. gelisah lingkungan yang nyaman 6. Britahukan pada keluarga klien agar tidak berisik didalam kamar pada saat jam tidur. siasana yang nyaman akan mempermudah penderita untuk tidur. 6. Ketenangan dan lingkungan yang tenang dapat membuat klien istirahat dengan baik tanpa ada gangguan. 4 kurang pengetahuan mengenai kondisi, rencana pengobatan berhubungan dengan kurang pengetahuan atau daya ingat di tandai dengan : DS : - Klien mengatakan tidak tahu bagaimana penyakitnya bisa timbul Do : - Klien bertanya Dalam 1x24 jam perawatan klien memahami mengenai kondisi pengobatan dengan kriteria : mengutamakan pemahaman mengenai kondisi 1. kaji tingkat pemahaman klien 2. berikan informasi dan Jelaskan tentang Tuberculosis (TB), gejala, Proses penularan,komplikasi dan penanganan 1. Mengetahui tingkat pemahaman klien untuk memilih intervensi selanjutnya. 2. memberikan dasar untuk pemahaman tentang penyakit tuberculosis.
  • 23. G. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN DAN EVALUASI Nama Klien : Tn. J Dx.Medik : TBC Umur : 41 thn Ruangan : Kerawatan Jenis Kelamin : Laki-Laki Tanggal : 22-11-2020 Hari/Tanggal No.Dx Implementasi Keperawatan Evaluasi 1 08.30 1.Mengkaji Frekuensi/jumlah napas Klien. Hasil: Jumlah napas klien 28 x/ menit 08.32 2. Mengobservasi pergerakan dada klien Hasil: Klien mengalami retraksi dada akibat batuk dan sesaknya 08.35 3.Mengajarkan tekhnik relaksasi Hasil: Klien telah di ajarkan tekhnik napas dalam 08.37 4. Mengajarkan klien tentang metode yang tepat pengontrolan batuk agar tidak keras-keras. Hasil: Klien batuk-batuk tapi tidak keras- keras dan tidak memaksakan dirinya untuk batuk. Pukul: 13.30 S: Klien mengatakan masih sesak Klien mengatakan pada saat batuk masih mengeluarkan dahak. O: klien tampak sesak Klien tampak batuk A: Masalah belum teratasi P: Lanjutkan intervensi 1, 3, 4 dan 6 - Mengkaji frekuensi/jumlah napas klien. - Mengajarkan tekhnik relaksasi - Menganjurkan klien tentang metode yang tepat pengontrolan batuk agar tidak keras. - Menjelaskan pada
  • 24. 08.38 5. Mendorong atau memberikan perawatan mulut yang baik setelah batuk Hasil : Mulut klien sudah bersih dan tidak berbau 08.39 6. Menjelaskan pada klien dan keluarga mematuhi anjuran dari dokter dan perawat seperti menghindari makanan yang menyebabkan batuk. Hasil : Makanan yang dikonsumsi setiap harinya makanan yang di bagikan dan makanan yang di anjurkan oleh dokter. klien dan keluarga mematuhi anjuran dari dokter dan perawat seperti menghindari makanan yang menyebabkan batuk. 2 09.03 1. Mengkaji tingkat pemasukan nutrisi klien dalam sehari Hasil: Pemasukan nutrisi klien sehari tidak mencukupi kebutuhan tubuh 09.04 2. Mengobservasi pola makan klien Hasil: Klien tidak memiliki nafsu makan 09.06 3. Menganjurkan klien untuk makan sedikit tapi sering dan menghindari makanan yang merangsang batuk Pukul 13.35 S: klien mengatakan tidak ada nafsu makan O: klien tampak lemah A: Masalah belum teratasi P: Lanjutkan intervensi; 1, 2 dan 3 1. mengkaji tingkat pemasukan nutrisi klien dalam sehari 2. mengobservasi pola makan klien
  • 25. Hasil: Klien mengerti dan mau mengikuti anjuran yang di berikan 3. menganjurkan klien untuk makan sedikit tapi sering untuk menghindari makanan yang merangsang batuk. 3 09.30 1. Mengkaji kebiasaan tidur klien pada saat sakit Hasil: Klien pada saat sakit susah untuk tidur dan istrahat 09.32 2. menciptakan suasana lingkungan yang nyaman dan tenang Hasil: Kamar klien tenang dan nyaman 09.35 3. memberitahukan pada keluarga klien untuk tidak berisik di dalam kamar pada saat jam tidur Hasil: Keluarga klien tidak berkunjung lagi pada saat jam tidur Pukul: 13.40 S: Klien mengatakan susah tidur akibat batuk O: klien tampak menguap Klien tampak gelisah A: Masalah belum teratasi P: Lanjutkan intervensi 1, 2, dan 3 - Mengkaji kebiasaan tidur klien pada saat sakit - Menciptakan suasana lingkungan yang nyaman dan tenang.
  • 26. - Memberitahukan pada keluarga klien untuk tidak berisik di dalam kamar pada saat jam tidur 4 09.45 1. Mengkaji tingkat pemahaman klien Hasil: klien mengatakan tidak tahu bagaimana penyakitnya bisa muncul 09.50 2. Memberikan informasi tentang penyakit Hasil: klien mengatakan mengerti setelah diberi informasi 09.52 3. Memberikan informasi tentang tujuan dari tindakan-tindakan pengobatan yang diberikan Hasil: klien mengerti Pukul 13.45 S: klien mengatakan mengerti tentang Penyakit, proses penularan dan tindakan pengobatan yang diberikan O: klien tidak bertanya lagi tentang Penyakitnya A: Masalah kurang pengetahuan teratasi P : Pertahankan intervensi
  • 27. H. CATATAN PERKEMBANGAN Hari/Tanggal No.Dx Implementasi Evaluasi 1 10.30 1. Mengkaji Frekuensi/jumlah napas Klien. Hasil: Jumlah napas klien 28 x/ menit 10.32 2. Mengajarkan tekhnik relaksasi Hasil: Klien telah di ajarkan tekhnik napas dalam 10.34 3. Mengajarkan klien tentang metode yang tepat pengontrolan batuk agar tidak keras-keras. Hasil: Klien batuk-batuk tapi tidak keras- keras dan tidak memaksakan dirinya untuk batuk. 10.35 4. Menjelaskan pada klien dan keluarga mematuhi anjuran dari dokter dan perawat seperti menghindari makanan yang menyebabkan batuk. Hasil : Makanan yang dikonsumsi setiap harinya makanan yang di bagikan dan makanan yang di anjurkan oleh dokter. Pukul: 13.30 S: Klien mengatakan masih sesak Klien mengatakan pada saat batuk masih mengeluarkan dahak. O: klien tampak sesak Klien tampak batuk A: Masalah belum teratasi P: Lanjutkan intervensi 1, 2, 3 & 4
  • 28. 2 10.03 1. Mengkaji tingkat pemasukan nutrisi klien dalam sehari Hasil: Pemasukan nutrisi klien sehari tidak mencukupi kebutuhan tubuh 13.04 2. Mengobservasi pola makan klien Hasil: Klien tidak memiliki nafsu makan 13.06 3. Menganjurkan klien untuk makan sedikit tapi sering dan menghindari makanan yang merangsang batuk Hasil: Klien mengerti dan mau mengikuti anjuran yang di berikan Pukul: 13.30 S: klien mengatakan tidak ada nafsu makan O: klien tampak lemah A: Masalah belum teratasi P: Lanjutkan intervensi; 1, 2 dan 3 3 10.30 1. Mengkaji kebiasaan tidur klien pada saat sakit Hasil: Klien pada saat sakit susah untuk tidur dan istrahat Pukul: 13.30 S: Klien mengatakan susah tidur akibat batuk O: Klien tampak gelisah A: Masalah belum teratasi P: Lanjutkan intervensi 1 - Mengkaji kebiasaan tidur klien pada saat sakit
  • 29. 1 09.30 1. Mengkaji Frekuensi/jumlah napas Klien. Hasil: Jumlah napas klien 22 x/ menit 09.32 2. Mengajarkan klien tentang metode yang tepat pengontrolan batuk agar tidak keras-keras. Hasil: Klien masih batuk tapi sudah berkurang 09.35 3. Menjelaskan pada klien dan keluarga mematuhi anjuran dari dokter dan perawat seperti menghindari makanan yang menyebabkan batuk. Hasil : Makanan yang dikonsumsi setiap harinya makanan yang di bagikan dan makanan yang di anjurkan oleh dokter. Pukul: 13.30 S: Klien mengatakan masih batuk O: klien tampak batuk A: Masalah belum teratasi P: Lanjutkan intervensi 1, 2, & 3 2 09.03 1. Mengkaji tingkat pemasukan nutrisi klien dalam sehari Hasil: Pemasukan nutrisi klien sehari sudah mencukupi kebutuhan tubuh Pukul: 13.30 S: klien mengatan sudah ada nafsu makan O: klien tampak rileks A: Masalah teratasi
  • 30. 09.04 2. Mengobservasi pola makan klien Hasil: Klien sudah ada nafsu makan 09.06 3. Menganjurkan klien untuk makan sedikit tapi sering dan menghindari makanan yang merangsang batuk Hasil: Klien mengerti dan mau mengikuti anjuran yang di berikan P: pertahankan intervensi 3 09.30 1. Mengkaji kebiasaan tidur klien pada saat sakit Hasil: Klien sudah bisa tidur dan istrahat dengan baik Pukul: 13.30 S: Klien mengatakan sudah bisa tidur dan istrahat O: Klien tampak santai A: Masalah teratasi P: pertahankan intervensi
  • 31. DAFTAR PUSTAKA Australia Department of Health. Chronic respiratory conditions - including asthma and chronic obstructive pulmonary disease (COPD). November 2015 [Cited 2017 15 March]; available from http://www.health.gov.au/internet/main/publishing.nsf/Content/chronic- respiratory#s2 Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2013. LITBANG DEPKES RI. Jakarta. 2013. Halbert RJ, Natoli JL, Gano A, et al. Global Burden of COPD: Systematic Review and Meta-analysis. Eur Resoir J. 2006 Sep. 28(3):523-32. Kementerian Kesehatan RI, Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis. 2014, Dirjen P3L Kementerian Kesehatan Republik Indonesia: Jakarta. Kowalak. (2011). Penatalaksanaan TB Paru. Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689–1699. http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/1362/4/BAB II.pdf WHO. Chronic obstructive pulmonary disease (COPD). November 2016 [Cited 2017 15 March]; available from: http://www.who.int/respiratory/copd/ Patofisiologi Tuberkulosis Paru - Alomedika Pathway TB Paru - Pathway Patofisiologi