SlideShare a Scribd company logo
ACUT LIMPHOSITYC LEUCEMIA 
A. PENGERTIAN ACUT LIMPHOSITYC LEUCEMIA 
Acut limphosityc leukemia adalah proliferasi maligna / ganas limphoblast 
dalam sumsum tulang yang disebabkan oleh sel inti tunggal yang dapat 
bersifat sistemik. (Ngastiyah, 1997; Smeltzer & Bare, 2002; Tucker, 1997; 
Reeves & Lockart, 2002). 
B. PENYEBAB ACUT LIMPHOSITYC LEUCEMIA 
Penyebab acut limphosityc leukemia sampai saat ini belum jelas, diduga 
kemungkinan karena virus (virus onkogenik) dan faktor lain yang mungkin 
berperan, yaitu: 
1. Faktor eksogen 
a. Sinar x, sinar radioaktif. 
b. Hormon. 
c. Bahan kimia seperti: bensol, arsen, preparat sulfat, chloramphinecol, 
anti neoplastic agent). 
2. Faktor endogen 
a. Ras (orang Yahudi lebih mudah terkena dibanding orang kulit hitam) 
b. Kongenital (kelainan kromosom, terutama pada anak dengan Sindrom 
Down). 
c. Herediter (kakak beradik atau kembar satu telur). 
(Ngastiyah, 1997) 
C. PATOFISIOLOGI ACUT LIMPHOSITYC LEUCEMIA 
Sel kanker menghasilkan leukosit yang imatur / abnormal dalam jumlah 
yang berlebihan. Leukosit imatur ini menyusup ke berbagai organ, termasuk 
sumsum tulang dan menggantikan unsur-unsur sel yang normal. Limfosit 
imatur berproliferasi dalam sumsum tulang dan jaringan perifer sehingga 
mengganggu perkembangan sel normal. Hal ini menyebabkan haemopoesis 
1
normal terhambat, akibatnya terjadi penurunan jumlah leucosit, sel darah 
merah dan trombosit. Infiltrasi sel kanker ke berbagai organ menyebabkan 
pembersaran hati, limpa, limfodenopati, sakit kepala, muntah, dan nyeri tulang 
serta persendian. Penurunan jumlah eritrosit menimbulkan anemia, penurunan 
jumlah trombosit mempermudah terjadinya perdarahan (echimosis, 
perdarahan gusi, epistaksis dll.). Adanya sel kanker juga mempengaruhi 
sistem retikuloendotelial yang dapat menyebabkan gangguan sistem 
pertahanan tubuh, sehingga mudah mengalami infeksi. Adanya sel kaker juga 
mengganggu metabolisme sehingga sel kekurangan makanan. (Ngastiyah, 
1997; Smeltzer & Bare, 2002; Suriadi dan Rita Yuliani, 2001, Betz & Sowden, 
2002). 
D. TANDA DAN GEJALA ACUT LIMPHOSITYC LEUCEMIA 
Manifestasi klinik dari acut limphosityc leukemia antara lain: 
1. Pilek tak sembuh-sembuh 
2. Pucat, lesu, mudah terstimulasi 
3. Demam, anoreksia, mual, muntah 
4. Berat badan menurun 
5. Ptechiae, epistaksis, perdarahan gusi, memar tanpa sebab 
6. Nyeri tulang dan persendian 
7. Nyeri abdomen 
8. Hepatosplenomegali, limfadenopati 
9. Abnormalitas WBC 
10. Nyeri kepala 
E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK PADA ACUT LIMPHOSITYC 
LEUCEMIA 
2
Pemeriksaan diagnostik yang lazim dilakukan pada anak dengan acut 
limphosityc leukemia adalah: 
1. Pemeriksaan sumsum tulang (BMP / Bone Marrow Punction): 
a. Ditemukan sel blast yang berlebihan 
b. Peningkatan protein 
2. Pemeriksaan darah tepi 
a. Pansitopenia (anemia, lekopenia, trombositopneia) 
b. Peningkatan asam urat serum 
c. Peningkatan tembaga (Cu) serum 
d. Penurunan kadar Zink (Zn) 
e. Peningkatan leukosit dapat terjadi (20.000 – 200.000 / μl) tetapi 
dalam bentuk sel blast / sel primitif 
3. Biopsi hati, limpa, ginjal, tulang untuk mengkaji keterlibatan / infiltrasi sel 
kanker ke organ tersebut 
4. Fotothorax untuk mengkaji keterlibatan mediastinum 
5. Sitogenik: 
50-60% dari pasien ALL dan AML mempunyai kelainan berupa: 
a. Kelainan jumlah kromosom, seperti diploid (2n), haploid (2n-a), 
hiperploid (2n+a) 
b. Bertambah atau hilangnya bagian kromosom (partial delection) 
c. Terdapat marker kromosom, yaitu elemen yang secara morfologis 
bukan komponen kromosom normal dari bentuk yang sangat besar 
sampai yang sangat kecil 
F. PENGOBATAN PADA ALL 
3
1. Transfusi darah, biasanya diberikan bila kadar Hb kurang dari 6 g%. Pada 
trombositopenia yang berat dan perdarahan masif, dapat diberikan 
transfusi trombosit dan bila terdapat tanda-tanda DIC dapat diberikan 
heparin. 
2. Kortikosteroid (prednison, kortison, deksametason dan sebagainya). 
Setelah dicapai remisi dosis dikurangi sedikit demi sedikit dan akhirnya 
dihentikan. 
3. Sitostatika. Selain sitostatika yang lama (6-merkaptopurin atau 6-mp, 
metotreksat atau MTX) pada waktu ini dipakai pula yang baru dan lebih 
poten seperti vinkristin (oncovin), rubidomisin (daunorubycine), sitosin, 
arabinosid, L-asparaginase, siklofosfamid atau CPA, adriamisin dan 
sebagainya. Umumnya sitostatika diberikan dalam kombinasi 
bersama-sama dengan prednison. Pada pemberian obat-obatan ini sering 
terdapat akibat samping berupa alopesia, stomatitis, leukopenia, infeksi 
sekunder atau kandidiagis. Hendaknya lebih berhziti-hati bila jumiah 
leukosit kurang dari 2.000/mm3. 
4. Infeksi sekunder dihindarkan (bila mungkin penderita diisolasi dalam 
kamar yang suci hama). 
5. Imunoterapi, merupakan cara pengobatan yang terbaru. Setelah tercapai 
remisi dan jumlah sel leukemia cukup rendah (105 - 106), imunoterapi 
mulai diberikan. Pengobatan yang aspesifik dilakukan dengan pemberian 
imunisasi BCG atau dengan Corynae bacterium dan dimaksudkan agar 
terbentuk antibodi yang dapat memperkuat daya tahan tubuh. Pengobatan 
spesifik dikerjakan dengan penyuntikan sel leukemia yang telah diradiasi. 
Dengan cara ini diharapkan akan terbentuk antibodi yang spesifik terhadap 
sel leukemia, sehingga semua sel patologis akan dihancurkan sehingga 
diharapkan penderita leukemia dapat sembuh sempurna. 
6. Cara pengobatan. 
Setiap klinik mempunyai cara tersendiri bergantung pada pengalamannya. 
Umumnya pengobatan ditujukan terhadap pencegahan kambuh dan 
4
mendapatkan masa remisi yang lebih lama. Untuk mencapai keadaan 
tersebut, pada prinsipnya dipakai pola dasar pengobatan sebagai berikut: 
a. Induksi 
Dimaksudkan untuk mencapai remisi, yaitu dengan pemberian berba-gai 
obat tersebut di atas, baik secara sistemik maupun intratekal sam-pai 
sel blast dalam sumsum tulang kurang dari 5%. 
b. Konsolidasi 
Yaitu agar sel yang tersisa tidak cepat memperbanyak diri lagi. 
c. Rumat (maintenance) 
Untuk mempertahankan masa remisi, sedapat-dapatnya suatu masa 
remisi yang lama. Biasanya dilakukan dengan pemberian sitostatika 
separuh dosis biasa. 
d. Reinduksi 
Dimaksudkan untuk mencegah relaps. Reinduksi biasanya dilakukan 
setiap 3-6 bulan dengan pemberian obat-obat seperti pada induksi se-lama 
10-14 hari. 
e. Mencegah terjadinya leukemia susunan saraf pusat. 
Untuk hal ini diberikan MTX intratekal pada waktu induksi untuk 
mencegah leukemia meningeal dan radiasi kranial sebanyak 2.400- 
2.500 rad. untuk mencegah leukemia meningeal dan leukemia serebral. 
Radiasi ini tidak diulang pada reinduksi. 
f. Pengobatan imunologik 
Diharapkan semua sel leukemia dalam tubuh akan hilang sama sekali 
dan dengan demikian diharapkan penderita dapat sembuh sempurna. 
(FKUI, 1985) 
5
G. PATHWAYS 
Proliferasi sel kanker 
Sel kanker bersaing dengan sel normal 
Untuk mendapatkan nutrisi 
Infiltrasi 
Sel normal digantikan dengan 
Sel kanker 
Depresi sumsum metabolisme infiltrasi infiltrasi 
Tulang S S P ekstra medular 
Sel kekurangan meningitis pembesaran limpa, 
makanan leukemia liver,nodus limfe, 
tulang 
Eritrosit leukosit faktor tekanan 
Pembekuan jaringan nyeri tulang tulang 
& persendian mengecil& 
Anemia infeksi perdarahan lemah 
Demam trombositopeni fraktur 
fisiologis 
6
H. MASALAH KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL PADA 
ANAK DENGAN ACUT LIMPHOSITYC LEUCEMIA 
Adanya keganasan menimbulkan masalah keperawatan, antara lain: 
1. Intoleransi aktivitas 
2. Resiko tinggi infeksi 
3. Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuahn 
4. Resiko cedera (perdarahan) 
5. Resiko kerusakan integritas kulit 
6. Nyeri 
7. Resiko kekurangan volume cairan 
8. Berduka 
9. Kurang pengetahuan 
10. Perubahan proses keluarga 
11. Gangguan citra diri / gambaran diri 
I. PERAWATAN PADA ANAK DENGAN ACUT LIMPHOSITYC 
LEUCEMIA 
1. Mengatasi keletihan / intoleransi aktivitas: 
a. Kaji adanya tanda-tanda anemia: pucat, peka rangsang, cepat lelah, 
kadar Hb rendah. 
b. Pantau hitung darah lengkap dan hitung jenis 
c. Berikan cukup istirahat dan tidur tanpa gangguan 
d. Minimalkan kegelisahan dan anjurkan bermain yang tenang 
e. Bantu pasien dalam aktivitas sehari-hari 
f. Pantau frekuensi nadi, prnafasan, sebelum dan selama aktivitas 
g. Ketika kondisi membaik, dorong aktivitas sesuai toleransi 
h. Jika diprogramkan, berikan packed RBC 
2. Mencegah terjadinya infeksi 
a. Observasi adanya tanda-tanda infeksi, pantau suhu badan laporkan jika 
suhu > 38oC yang berlangsung > 24 jam, menggigil dan nadi > 100 x / 
menit. 
7
b. Sadari bahwa ketika hitung neutrofil menurun (neutropenia), resiko 
infeksi meningkat, maka: 
1). Tampatkan pasien dalam ruangan khusus 
2). Sebelum merawat pasien: cuci tangan dan memakai pakaian 
pelindung, masker dan sarung tangan. 
3). Cegah komtak dengan individu yang terinfeksi 
c. Jaga lingkungan tetap bersih, batasi tindakan invasif 
d. Bantu ambulasi jika mungkin (membalik, batuk, nafas dalam) 
e. Lakukan higiene oral dan perawatan perineal secara sering. 
f. Pantau masukan dan haluaran serta pertahankan hidarasi yang adekuat 
dengan minum 3 liter / hari 
g. Berika terapi antibiotik dan tranfusi granulosit jika diprogramkan 
h. Yakinkan pemberian makanan yang bergizi. 
3. Mencegah cidera (perdarahan) 
a. Observasi adanya tanda-tanda perdarahan dengan inspeksi kulit, mulut, 
hidung, urine, feses, muntahan, dan lokasi infus. 
b. Pantau tanda vital dan nilai trombosit 
c. Hindari injesi intravena dan intramuskuler seminimal mungkin dan 
tekan 5-10 menit setiap kali menyuntik 
d. Gunakan sikat gigi yang lebut dan lunak 
e. Hindari pengambilan temperatur rektal, pengobatan rekatl dan enema 
f. Hindari aktivitas yang dapat menyebabkan cidera fisik atau mainan 
yang dapat melukai kulit. 
4. Memberikan nutrisi yang adekuat 
a. Kaji jumlah makanan dan cairan yang ditoleransi pasien 
b. Berikan kebersihan oral sebelum dan sesudah makan 
c. Hindari bau, parfum, tindakan yang tidak menyenangkan, gangguan 
pandangan dan bunyi 
d. Ubah pola makan, berikan makanan ringan dan sering, libatkan pasien 
dalam memilih makanan yang bergizi tinggi, timbang BB tiap hari 
e. Sajikan makanan dalam suhu dingin / hangat 
8
f. Pantau masukan makanan, bila jumlah kurang berikan ciran parenteral 
dan NPT yang diprogramkan. 
5. Mencegah kekurangan cairan 
a. Kaji adanya tanda-tanda dehidrasi 
b. Berikan antiemetik awal sebelum pemberian kemoterapi 
c. Hindari pemberian makanan dan minuman yang baunya merangngsang 
mual / muntah 
d. Anjurkan minum dalam porsi kecil dan sering 
e. Kolaborasi pemberian cairan parenteral untuk mempertahankan hidrasi 
sesuai indikasi 
6. Antisipasi berduka 
a. Kaji tahapan berduka oada anak dan keluarga 
b. Berikan dukungan pada respon adaptif dan rubah respon maladaptif 
c. Luangkan waktu bersama anak untuk memberi kesempatan express 
feeling 
d. Fasilitasi express feeling melalui permainan 
7. Memberikan pendidikan kesehatan pada pasien dan keluarga tentang: 
a. Proses penyakit leukemia: gejala, pentingnya pengobatan / perawatan. 
b. Komplikasi penyakit leukemia: perdarahan, infeksi dll. 
c. Aktivitas dan latihan sesuai toleransi 
d. Mengatasi kecemasan 
e. Pemberian nutrisi 
f. Pengobatan dan efek samping pengobatan 
8. Meningkatkan peran keluarga 
a. Jelaskan alasan dilakukannya setiap prosedur pengobatan / dianostik 
b. Jadwalkan waktu bagi keluarga bersama anak tanpa diganggu oleh staf 
SR 
c. Dorong keluarga untuk express feelings 
d. Libatkan keluarga dalam perencanaan dan pelaksanaan perawatan si 
anak 
9
9. Mencegah gangguan citra diri / gambaran diri 
a. Dorong pasien untuk express feelings tentang dirinya 
b. Berikan informasi yang mendukung pasien ( misal; rambut akan 
tumbuh kembali, berat badan akan kembali naik jika terapi selesai dll.) 
c. Dukung interaksi sosial / peer group 
d. Sarankan pemakaian wig, topi / penutup kepala. 
10
DAFTAR PUSTAKA 
1. Betz, Sowden. (2002). Buku Saku Keperawatan Pediatrik. Edisi 2. Jakarta, 
EGC. 
2. Suriadi, Yuliani R. (2001). Asuhan Keperawatan pada Anak. Edisi I. 
Jakarta, CV Sagung Seto. 
3. Reeeves, Lockart. (2002). Keperawatan Medikal Bedah. Cetakan I. Jakarta, 
Salemba Raya. 
4. FKUI. (1985). Ilmu Kesehatan Anak. Volume 1. Jakarta, FKUI. 
5. Sacharin Rosa M. (1993). Prinsip Perawatan Pediatri. Edisi 2. Jakarta : EGC. 
6. Gale Danielle, Charette Jane. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan 
Onkologi, Jakarta : EGC. 
7. Price Sylvia A, Wilson Lorraine Mc Cart .(1995). Patofisiologi. Jakarta : EGC 
8. Sutarni Nani.(2003). Prosedur Dan Cara Pemberian Obat Kemoterapi. 
Disampaikan Pada Pelatihan Kemoterapi Di RS Kariadi Semarang, Tanggal 
13-15 November 2003. 
11

More Related Content

What's hot

Konsep asuhan keperawatan Leukemia
Konsep asuhan keperawatan LeukemiaKonsep asuhan keperawatan Leukemia
Konsep asuhan keperawatan Leukemia
Verar Oka
 
Mutasi gen pada penderita leukimia
Mutasi gen pada penderita leukimiaMutasi gen pada penderita leukimia
Mutasi gen pada penderita leukimiaWindi Apsari
 
Leukemia pada anak 1
Leukemia pada anak 1Leukemia pada anak 1
Leukemia pada anak 1Nova Ci Necis
 
Peran anti C1q pada penderita SLE
Peran anti C1q pada penderita SLEPeran anti C1q pada penderita SLE
Peran anti C1q pada penderita SLE
MettaFerdy FerdianFamily
 
KMB SLE (Sistemik Lupus Eritematosus)
KMB SLE (Sistemik Lupus Eritematosus)KMB SLE (Sistemik Lupus Eritematosus)
KMB SLE (Sistemik Lupus Eritematosus)
Victor Madritsta
 
48401693 tb-tulang-dan-sendi
48401693 tb-tulang-dan-sendi48401693 tb-tulang-dan-sendi
48401693 tb-tulang-dan-sendi
khriesna
 
Sistem Imun dan Ginjal
Sistem Imun dan GinjalSistem Imun dan Ginjal
Sistem Imun dan Ginjal
Monika Yolanda
 
Diabetes&hiperbarik
Diabetes&hiperbarikDiabetes&hiperbarik
Diabetes&hiperbarikPeter Giarso
 
Askep leukemia (konsep medic)
Askep leukemia (konsep medic)Askep leukemia (konsep medic)
Askep leukemia (konsep medic)
frangky hilala
 
Leukemia
LeukemiaLeukemia
Leukemia
tamutowolom
 
Askep anak glomerulonefritis akut (gna)
Askep anak glomerulonefritis akut (gna)Askep anak glomerulonefritis akut (gna)
Askep anak glomerulonefritis akut (gna)
Omay Khan
 
Askep Trombositopenia
Askep TrombositopeniaAskep Trombositopenia
Askep Trombositopenia
STIKES GRAHA MEDIKA
 
LEUKEMIA
LEUKEMIALEUKEMIA
LEUKEMIA
andalizah
 
Penatalaksanaan Lupus Eritematosus Sistemik
Penatalaksanaan Lupus Eritematosus SistemikPenatalaksanaan Lupus Eritematosus Sistemik
Penatalaksanaan Lupus Eritematosus Sistemik
Rachmat Gunadi Wachjudi
 

What's hot (20)

Konsep asuhan keperawatan Leukemia
Konsep asuhan keperawatan LeukemiaKonsep asuhan keperawatan Leukemia
Konsep asuhan keperawatan Leukemia
 
Mutasi gen pada penderita leukimia
Mutasi gen pada penderita leukimiaMutasi gen pada penderita leukimia
Mutasi gen pada penderita leukimia
 
Leukemia pada anak 1
Leukemia pada anak 1Leukemia pada anak 1
Leukemia pada anak 1
 
Peran anti C1q pada penderita SLE
Peran anti C1q pada penderita SLEPeran anti C1q pada penderita SLE
Peran anti C1q pada penderita SLE
 
Sle jadi
Sle jadiSle jadi
Sle jadi
 
Nefrotik sindrom kecil
Nefrotik sindrom kecilNefrotik sindrom kecil
Nefrotik sindrom kecil
 
KMB SLE (Sistemik Lupus Eritematosus)
KMB SLE (Sistemik Lupus Eritematosus)KMB SLE (Sistemik Lupus Eritematosus)
KMB SLE (Sistemik Lupus Eritematosus)
 
Nefritis
NefritisNefritis
Nefritis
 
48401693 tb-tulang-dan-sendi
48401693 tb-tulang-dan-sendi48401693 tb-tulang-dan-sendi
48401693 tb-tulang-dan-sendi
 
Sistem Imun dan Ginjal
Sistem Imun dan GinjalSistem Imun dan Ginjal
Sistem Imun dan Ginjal
 
Bab ii
Bab iiBab ii
Bab ii
 
Askep gout (asam urat)
Askep gout (asam urat)Askep gout (asam urat)
Askep gout (asam urat)
 
Diabetes&hiperbarik
Diabetes&hiperbarikDiabetes&hiperbarik
Diabetes&hiperbarik
 
Askep leukemia (konsep medic)
Askep leukemia (konsep medic)Askep leukemia (konsep medic)
Askep leukemia (konsep medic)
 
Leukemia
LeukemiaLeukemia
Leukemia
 
Askep anak glomerulonefritis akut (gna)
Askep anak glomerulonefritis akut (gna)Askep anak glomerulonefritis akut (gna)
Askep anak glomerulonefritis akut (gna)
 
Askep Trombositopenia
Askep TrombositopeniaAskep Trombositopenia
Askep Trombositopenia
 
LEUKEMIA
LEUKEMIALEUKEMIA
LEUKEMIA
 
Askep glomerulonefritis akut
Askep glomerulonefritis akutAskep glomerulonefritis akut
Askep glomerulonefritis akut
 
Penatalaksanaan Lupus Eritematosus Sistemik
Penatalaksanaan Lupus Eritematosus SistemikPenatalaksanaan Lupus Eritematosus Sistemik
Penatalaksanaan Lupus Eritematosus Sistemik
 

Similar to Askep all

Leukemia P6.pptx
Leukemia P6.pptxLeukemia P6.pptx
Leukemia P6.pptx
ssuseraaec01
 
PPT_Leukemia_Siti Jazirotul Jannah .pptx
PPT_Leukemia_Siti Jazirotul Jannah .pptxPPT_Leukemia_Siti Jazirotul Jannah .pptx
PPT_Leukemia_Siti Jazirotul Jannah .pptx
Siti Jazirotul Jannah
 
Anemia Aplasi.pptx
Anemia Aplasi.pptxAnemia Aplasi.pptx
Anemia Aplasi.pptx
bismelkasrihanza
 
ppt ITP.pptx
ppt ITP.pptxppt ITP.pptx
ppt ITP.pptx
NadelaAfif
 
Askep lupus
Askep lupusAskep lupus
Askep lupus
Ros dyana
 
Leukemia.pptxe
Leukemia.pptxeLeukemia.pptxe
Leukemia.pptxe
JoniSiahaan
 
gingiva edited.docx
gingiva edited.docxgingiva edited.docx
gingiva edited.docx
listamimo
 
Blok 24 (limfoma hodgkin)
Blok 24 (limfoma hodgkin)Blok 24 (limfoma hodgkin)
Blok 24 (limfoma hodgkin)
novaliakhoe
 
Referat sepsis bramantyo
Referat sepsis   bramantyoReferat sepsis   bramantyo
Referat sepsis bramantyo
Soroy Lardo
 
Presentation1 Idk 2
Presentation1 Idk 2Presentation1 Idk 2
Presentation1 Idk 2
nahla jovial nisa
 
Konsep Asuhan Keperawatan Steven Johnson Sindrom
Konsep Asuhan Keperawatan Steven Johnson SindromKonsep Asuhan Keperawatan Steven Johnson Sindrom
Konsep Asuhan Keperawatan Steven Johnson Sindrom
Encepal Cere
 
LAPORAN KASUS WULAN RSUD KLK.pptx
LAPORAN KASUS WULAN RSUD KLK.pptxLAPORAN KASUS WULAN RSUD KLK.pptx
LAPORAN KASUS WULAN RSUD KLK.pptx
FaturReyhan2
 
Askep Chusing Sindrom
Askep Chusing SindromAskep Chusing Sindrom
Askep Chusing Sindrom
Sri Nala
 
DBD, leptospirosis, chikungunya, zika, filariasis, trypanosomiasis, Lyme dise...
DBD, leptospirosis, chikungunya, zika, filariasis, trypanosomiasis, Lyme dise...DBD, leptospirosis, chikungunya, zika, filariasis, trypanosomiasis, Lyme dise...
DBD, leptospirosis, chikungunya, zika, filariasis, trypanosomiasis, Lyme dise...
dodyprasetia2
 
DBD, leptospirosis, chikungunya, zika, filariasis, trypanosomiasis, Lyme dise...
DBD, leptospirosis, chikungunya, zika, filariasis, trypanosomiasis, Lyme dise...DBD, leptospirosis, chikungunya, zika, filariasis, trypanosomiasis, Lyme dise...
DBD, leptospirosis, chikungunya, zika, filariasis, trypanosomiasis, Lyme dise...
dodyprasetia2
 
DBD, leptospirosis, chikungunya, zika, filariasis, trypanosomiasis, Lyme dise...
DBD, leptospirosis, chikungunya, zika, filariasis, trypanosomiasis, Lyme dise...DBD, leptospirosis, chikungunya, zika, filariasis, trypanosomiasis, Lyme dise...
DBD, leptospirosis, chikungunya, zika, filariasis, trypanosomiasis, Lyme dise...
dodyprasetia2
 

Similar to Askep all (20)

Leukemia P6.pptx
Leukemia P6.pptxLeukemia P6.pptx
Leukemia P6.pptx
 
PPT_Leukemia_Siti Jazirotul Jannah .pptx
PPT_Leukemia_Siti Jazirotul Jannah .pptxPPT_Leukemia_Siti Jazirotul Jannah .pptx
PPT_Leukemia_Siti Jazirotul Jannah .pptx
 
Anemia Aplasi.pptx
Anemia Aplasi.pptxAnemia Aplasi.pptx
Anemia Aplasi.pptx
 
ppt ITP.pptx
ppt ITP.pptxppt ITP.pptx
ppt ITP.pptx
 
Askep lupus
Askep lupusAskep lupus
Askep lupus
 
Leukemia.pptxe
Leukemia.pptxeLeukemia.pptxe
Leukemia.pptxe
 
gingiva edited.docx
gingiva edited.docxgingiva edited.docx
gingiva edited.docx
 
Blok 24 (limfoma hodgkin)
Blok 24 (limfoma hodgkin)Blok 24 (limfoma hodgkin)
Blok 24 (limfoma hodgkin)
 
Referat sepsis bramantyo
Referat sepsis   bramantyoReferat sepsis   bramantyo
Referat sepsis bramantyo
 
PPT LEUKEMIA.pptx
PPT LEUKEMIA.pptxPPT LEUKEMIA.pptx
PPT LEUKEMIA.pptx
 
Presentation1 Idk 2
Presentation1 Idk 2Presentation1 Idk 2
Presentation1 Idk 2
 
Konsep Asuhan Keperawatan Steven Johnson Sindrom
Konsep Asuhan Keperawatan Steven Johnson SindromKonsep Asuhan Keperawatan Steven Johnson Sindrom
Konsep Asuhan Keperawatan Steven Johnson Sindrom
 
93394402 leaflet-ssj-docx
93394402 leaflet-ssj-docx93394402 leaflet-ssj-docx
93394402 leaflet-ssj-docx
 
Idiopathic trombocytopenic purpura ( itp )
Idiopathic trombocytopenic purpura ( itp )Idiopathic trombocytopenic purpura ( itp )
Idiopathic trombocytopenic purpura ( itp )
 
LAPORAN KASUS WULAN RSUD KLK.pptx
LAPORAN KASUS WULAN RSUD KLK.pptxLAPORAN KASUS WULAN RSUD KLK.pptx
LAPORAN KASUS WULAN RSUD KLK.pptx
 
Askep anemia sabit AKPER PEMDA MUNA
Askep anemia sabit AKPER PEMDA MUNA Askep anemia sabit AKPER PEMDA MUNA
Askep anemia sabit AKPER PEMDA MUNA
 
Askep Chusing Sindrom
Askep Chusing SindromAskep Chusing Sindrom
Askep Chusing Sindrom
 
DBD, leptospirosis, chikungunya, zika, filariasis, trypanosomiasis, Lyme dise...
DBD, leptospirosis, chikungunya, zika, filariasis, trypanosomiasis, Lyme dise...DBD, leptospirosis, chikungunya, zika, filariasis, trypanosomiasis, Lyme dise...
DBD, leptospirosis, chikungunya, zika, filariasis, trypanosomiasis, Lyme dise...
 
DBD, leptospirosis, chikungunya, zika, filariasis, trypanosomiasis, Lyme dise...
DBD, leptospirosis, chikungunya, zika, filariasis, trypanosomiasis, Lyme dise...DBD, leptospirosis, chikungunya, zika, filariasis, trypanosomiasis, Lyme dise...
DBD, leptospirosis, chikungunya, zika, filariasis, trypanosomiasis, Lyme dise...
 
DBD, leptospirosis, chikungunya, zika, filariasis, trypanosomiasis, Lyme dise...
DBD, leptospirosis, chikungunya, zika, filariasis, trypanosomiasis, Lyme dise...DBD, leptospirosis, chikungunya, zika, filariasis, trypanosomiasis, Lyme dise...
DBD, leptospirosis, chikungunya, zika, filariasis, trypanosomiasis, Lyme dise...
 

More from Sumadin1112

Sistem informasi keperawatan di puskesmas
Sistem informasi keperawatan di puskesmasSistem informasi keperawatan di puskesmas
Sistem informasi keperawatan di puskesmas
Sumadin1112
 
Sistem informasi keperawatan berbasis komputer
Sistem informasi keperawatan berbasis komputerSistem informasi keperawatan berbasis komputer
Sistem informasi keperawatan berbasis komputer
Sumadin1112
 
Sejarah perkembangan komunikasi dalam keperawwatan
Sejarah perkembangan komunikasi dalam keperawwatanSejarah perkembangan komunikasi dalam keperawwatan
Sejarah perkembangan komunikasi dalam keperawwatan
Sumadin1112
 
Penerapan tik dalam bidang kesehatan
Penerapan tik dalam bidang kesehatanPenerapan tik dalam bidang kesehatan
Penerapan tik dalam bidang kesehatan
Sumadin1112
 
Pemanfaatan tik pada riset keperawatan
Pemanfaatan tik pada riset keperawatanPemanfaatan tik pada riset keperawatan
Pemanfaatan tik pada riset keperawatan
Sumadin1112
 
peralatan dan_perkembangan_teknologi_informasi
 peralatan dan_perkembangan_teknologi_informasi peralatan dan_perkembangan_teknologi_informasi
peralatan dan_perkembangan_teknologi_informasi
Sumadin1112
 
Sistem informasi keperawatan di puskesmas
Sistem informasi keperawatan di puskesmasSistem informasi keperawatan di puskesmas
Sistem informasi keperawatan di puskesmas
Sumadin1112
 
Sistem informasi keperawatan berbasis komputer
Sistem informasi keperawatan berbasis komputerSistem informasi keperawatan berbasis komputer
Sistem informasi keperawatan berbasis komputer
Sumadin1112
 
Sejarah perkembangan komunikasi dalam keperawwatan
Sejarah perkembangan komunikasi dalam keperawwatanSejarah perkembangan komunikasi dalam keperawwatan
Sejarah perkembangan komunikasi dalam keperawwatan
Sumadin1112
 
Penerapan tik dalam bidang kesehatan
Penerapan tik dalam bidang kesehatanPenerapan tik dalam bidang kesehatan
Penerapan tik dalam bidang kesehatan
Sumadin1112
 
Pemanfaatan tik pada riset keperawatan
Pemanfaatan tik pada riset keperawatanPemanfaatan tik pada riset keperawatan
Pemanfaatan tik pada riset keperawatan
Sumadin1112
 
Sistem informasi keperawatan berbasis komputer
Sistem informasi keperawatan berbasis komputerSistem informasi keperawatan berbasis komputer
Sistem informasi keperawatan berbasis komputer
Sumadin1112
 
Pemanfaatan tik pada riset keperawatan
Pemanfaatan tik pada riset keperawatanPemanfaatan tik pada riset keperawatan
Pemanfaatan tik pada riset keperawatan
Sumadin1112
 
Sistem informasi keperawatan di puskesmas
Sistem informasi keperawatan di puskesmasSistem informasi keperawatan di puskesmas
Sistem informasi keperawatan di puskesmas
Sumadin1112
 
Penerapan tik dalam bidang kesehatan
Penerapan tik dalam bidang kesehatanPenerapan tik dalam bidang kesehatan
Penerapan tik dalam bidang kesehatan
Sumadin1112
 
Sejarah perkembangan komunikasi dalam keperawwatan
Sejarah perkembangan komunikasi dalam keperawwatanSejarah perkembangan komunikasi dalam keperawwatan
Sejarah perkembangan komunikasi dalam keperawwatan
Sumadin1112
 
Saraf kranial
Saraf kranialSaraf kranial
Saraf kranial
Sumadin1112
 
Aku buknlah mereka
Aku buknlah merekaAku buknlah mereka
Aku buknlah mereka
Sumadin1112
 
Sistem kardiovaskuler
Sistem kardiovaskulerSistem kardiovaskuler
Sistem kardiovaskuler
Sumadin1112
 
Saraf kranial
Saraf kranialSaraf kranial
Saraf kranial
Sumadin1112
 

More from Sumadin1112 (20)

Sistem informasi keperawatan di puskesmas
Sistem informasi keperawatan di puskesmasSistem informasi keperawatan di puskesmas
Sistem informasi keperawatan di puskesmas
 
Sistem informasi keperawatan berbasis komputer
Sistem informasi keperawatan berbasis komputerSistem informasi keperawatan berbasis komputer
Sistem informasi keperawatan berbasis komputer
 
Sejarah perkembangan komunikasi dalam keperawwatan
Sejarah perkembangan komunikasi dalam keperawwatanSejarah perkembangan komunikasi dalam keperawwatan
Sejarah perkembangan komunikasi dalam keperawwatan
 
Penerapan tik dalam bidang kesehatan
Penerapan tik dalam bidang kesehatanPenerapan tik dalam bidang kesehatan
Penerapan tik dalam bidang kesehatan
 
Pemanfaatan tik pada riset keperawatan
Pemanfaatan tik pada riset keperawatanPemanfaatan tik pada riset keperawatan
Pemanfaatan tik pada riset keperawatan
 
peralatan dan_perkembangan_teknologi_informasi
 peralatan dan_perkembangan_teknologi_informasi peralatan dan_perkembangan_teknologi_informasi
peralatan dan_perkembangan_teknologi_informasi
 
Sistem informasi keperawatan di puskesmas
Sistem informasi keperawatan di puskesmasSistem informasi keperawatan di puskesmas
Sistem informasi keperawatan di puskesmas
 
Sistem informasi keperawatan berbasis komputer
Sistem informasi keperawatan berbasis komputerSistem informasi keperawatan berbasis komputer
Sistem informasi keperawatan berbasis komputer
 
Sejarah perkembangan komunikasi dalam keperawwatan
Sejarah perkembangan komunikasi dalam keperawwatanSejarah perkembangan komunikasi dalam keperawwatan
Sejarah perkembangan komunikasi dalam keperawwatan
 
Penerapan tik dalam bidang kesehatan
Penerapan tik dalam bidang kesehatanPenerapan tik dalam bidang kesehatan
Penerapan tik dalam bidang kesehatan
 
Pemanfaatan tik pada riset keperawatan
Pemanfaatan tik pada riset keperawatanPemanfaatan tik pada riset keperawatan
Pemanfaatan tik pada riset keperawatan
 
Sistem informasi keperawatan berbasis komputer
Sistem informasi keperawatan berbasis komputerSistem informasi keperawatan berbasis komputer
Sistem informasi keperawatan berbasis komputer
 
Pemanfaatan tik pada riset keperawatan
Pemanfaatan tik pada riset keperawatanPemanfaatan tik pada riset keperawatan
Pemanfaatan tik pada riset keperawatan
 
Sistem informasi keperawatan di puskesmas
Sistem informasi keperawatan di puskesmasSistem informasi keperawatan di puskesmas
Sistem informasi keperawatan di puskesmas
 
Penerapan tik dalam bidang kesehatan
Penerapan tik dalam bidang kesehatanPenerapan tik dalam bidang kesehatan
Penerapan tik dalam bidang kesehatan
 
Sejarah perkembangan komunikasi dalam keperawwatan
Sejarah perkembangan komunikasi dalam keperawwatanSejarah perkembangan komunikasi dalam keperawwatan
Sejarah perkembangan komunikasi dalam keperawwatan
 
Saraf kranial
Saraf kranialSaraf kranial
Saraf kranial
 
Aku buknlah mereka
Aku buknlah merekaAku buknlah mereka
Aku buknlah mereka
 
Sistem kardiovaskuler
Sistem kardiovaskulerSistem kardiovaskuler
Sistem kardiovaskuler
 
Saraf kranial
Saraf kranialSaraf kranial
Saraf kranial
 

Askep all

  • 1. ACUT LIMPHOSITYC LEUCEMIA A. PENGERTIAN ACUT LIMPHOSITYC LEUCEMIA Acut limphosityc leukemia adalah proliferasi maligna / ganas limphoblast dalam sumsum tulang yang disebabkan oleh sel inti tunggal yang dapat bersifat sistemik. (Ngastiyah, 1997; Smeltzer & Bare, 2002; Tucker, 1997; Reeves & Lockart, 2002). B. PENYEBAB ACUT LIMPHOSITYC LEUCEMIA Penyebab acut limphosityc leukemia sampai saat ini belum jelas, diduga kemungkinan karena virus (virus onkogenik) dan faktor lain yang mungkin berperan, yaitu: 1. Faktor eksogen a. Sinar x, sinar radioaktif. b. Hormon. c. Bahan kimia seperti: bensol, arsen, preparat sulfat, chloramphinecol, anti neoplastic agent). 2. Faktor endogen a. Ras (orang Yahudi lebih mudah terkena dibanding orang kulit hitam) b. Kongenital (kelainan kromosom, terutama pada anak dengan Sindrom Down). c. Herediter (kakak beradik atau kembar satu telur). (Ngastiyah, 1997) C. PATOFISIOLOGI ACUT LIMPHOSITYC LEUCEMIA Sel kanker menghasilkan leukosit yang imatur / abnormal dalam jumlah yang berlebihan. Leukosit imatur ini menyusup ke berbagai organ, termasuk sumsum tulang dan menggantikan unsur-unsur sel yang normal. Limfosit imatur berproliferasi dalam sumsum tulang dan jaringan perifer sehingga mengganggu perkembangan sel normal. Hal ini menyebabkan haemopoesis 1
  • 2. normal terhambat, akibatnya terjadi penurunan jumlah leucosit, sel darah merah dan trombosit. Infiltrasi sel kanker ke berbagai organ menyebabkan pembersaran hati, limpa, limfodenopati, sakit kepala, muntah, dan nyeri tulang serta persendian. Penurunan jumlah eritrosit menimbulkan anemia, penurunan jumlah trombosit mempermudah terjadinya perdarahan (echimosis, perdarahan gusi, epistaksis dll.). Adanya sel kanker juga mempengaruhi sistem retikuloendotelial yang dapat menyebabkan gangguan sistem pertahanan tubuh, sehingga mudah mengalami infeksi. Adanya sel kaker juga mengganggu metabolisme sehingga sel kekurangan makanan. (Ngastiyah, 1997; Smeltzer & Bare, 2002; Suriadi dan Rita Yuliani, 2001, Betz & Sowden, 2002). D. TANDA DAN GEJALA ACUT LIMPHOSITYC LEUCEMIA Manifestasi klinik dari acut limphosityc leukemia antara lain: 1. Pilek tak sembuh-sembuh 2. Pucat, lesu, mudah terstimulasi 3. Demam, anoreksia, mual, muntah 4. Berat badan menurun 5. Ptechiae, epistaksis, perdarahan gusi, memar tanpa sebab 6. Nyeri tulang dan persendian 7. Nyeri abdomen 8. Hepatosplenomegali, limfadenopati 9. Abnormalitas WBC 10. Nyeri kepala E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK PADA ACUT LIMPHOSITYC LEUCEMIA 2
  • 3. Pemeriksaan diagnostik yang lazim dilakukan pada anak dengan acut limphosityc leukemia adalah: 1. Pemeriksaan sumsum tulang (BMP / Bone Marrow Punction): a. Ditemukan sel blast yang berlebihan b. Peningkatan protein 2. Pemeriksaan darah tepi a. Pansitopenia (anemia, lekopenia, trombositopneia) b. Peningkatan asam urat serum c. Peningkatan tembaga (Cu) serum d. Penurunan kadar Zink (Zn) e. Peningkatan leukosit dapat terjadi (20.000 – 200.000 / μl) tetapi dalam bentuk sel blast / sel primitif 3. Biopsi hati, limpa, ginjal, tulang untuk mengkaji keterlibatan / infiltrasi sel kanker ke organ tersebut 4. Fotothorax untuk mengkaji keterlibatan mediastinum 5. Sitogenik: 50-60% dari pasien ALL dan AML mempunyai kelainan berupa: a. Kelainan jumlah kromosom, seperti diploid (2n), haploid (2n-a), hiperploid (2n+a) b. Bertambah atau hilangnya bagian kromosom (partial delection) c. Terdapat marker kromosom, yaitu elemen yang secara morfologis bukan komponen kromosom normal dari bentuk yang sangat besar sampai yang sangat kecil F. PENGOBATAN PADA ALL 3
  • 4. 1. Transfusi darah, biasanya diberikan bila kadar Hb kurang dari 6 g%. Pada trombositopenia yang berat dan perdarahan masif, dapat diberikan transfusi trombosit dan bila terdapat tanda-tanda DIC dapat diberikan heparin. 2. Kortikosteroid (prednison, kortison, deksametason dan sebagainya). Setelah dicapai remisi dosis dikurangi sedikit demi sedikit dan akhirnya dihentikan. 3. Sitostatika. Selain sitostatika yang lama (6-merkaptopurin atau 6-mp, metotreksat atau MTX) pada waktu ini dipakai pula yang baru dan lebih poten seperti vinkristin (oncovin), rubidomisin (daunorubycine), sitosin, arabinosid, L-asparaginase, siklofosfamid atau CPA, adriamisin dan sebagainya. Umumnya sitostatika diberikan dalam kombinasi bersama-sama dengan prednison. Pada pemberian obat-obatan ini sering terdapat akibat samping berupa alopesia, stomatitis, leukopenia, infeksi sekunder atau kandidiagis. Hendaknya lebih berhziti-hati bila jumiah leukosit kurang dari 2.000/mm3. 4. Infeksi sekunder dihindarkan (bila mungkin penderita diisolasi dalam kamar yang suci hama). 5. Imunoterapi, merupakan cara pengobatan yang terbaru. Setelah tercapai remisi dan jumlah sel leukemia cukup rendah (105 - 106), imunoterapi mulai diberikan. Pengobatan yang aspesifik dilakukan dengan pemberian imunisasi BCG atau dengan Corynae bacterium dan dimaksudkan agar terbentuk antibodi yang dapat memperkuat daya tahan tubuh. Pengobatan spesifik dikerjakan dengan penyuntikan sel leukemia yang telah diradiasi. Dengan cara ini diharapkan akan terbentuk antibodi yang spesifik terhadap sel leukemia, sehingga semua sel patologis akan dihancurkan sehingga diharapkan penderita leukemia dapat sembuh sempurna. 6. Cara pengobatan. Setiap klinik mempunyai cara tersendiri bergantung pada pengalamannya. Umumnya pengobatan ditujukan terhadap pencegahan kambuh dan 4
  • 5. mendapatkan masa remisi yang lebih lama. Untuk mencapai keadaan tersebut, pada prinsipnya dipakai pola dasar pengobatan sebagai berikut: a. Induksi Dimaksudkan untuk mencapai remisi, yaitu dengan pemberian berba-gai obat tersebut di atas, baik secara sistemik maupun intratekal sam-pai sel blast dalam sumsum tulang kurang dari 5%. b. Konsolidasi Yaitu agar sel yang tersisa tidak cepat memperbanyak diri lagi. c. Rumat (maintenance) Untuk mempertahankan masa remisi, sedapat-dapatnya suatu masa remisi yang lama. Biasanya dilakukan dengan pemberian sitostatika separuh dosis biasa. d. Reinduksi Dimaksudkan untuk mencegah relaps. Reinduksi biasanya dilakukan setiap 3-6 bulan dengan pemberian obat-obat seperti pada induksi se-lama 10-14 hari. e. Mencegah terjadinya leukemia susunan saraf pusat. Untuk hal ini diberikan MTX intratekal pada waktu induksi untuk mencegah leukemia meningeal dan radiasi kranial sebanyak 2.400- 2.500 rad. untuk mencegah leukemia meningeal dan leukemia serebral. Radiasi ini tidak diulang pada reinduksi. f. Pengobatan imunologik Diharapkan semua sel leukemia dalam tubuh akan hilang sama sekali dan dengan demikian diharapkan penderita dapat sembuh sempurna. (FKUI, 1985) 5
  • 6. G. PATHWAYS Proliferasi sel kanker Sel kanker bersaing dengan sel normal Untuk mendapatkan nutrisi Infiltrasi Sel normal digantikan dengan Sel kanker Depresi sumsum metabolisme infiltrasi infiltrasi Tulang S S P ekstra medular Sel kekurangan meningitis pembesaran limpa, makanan leukemia liver,nodus limfe, tulang Eritrosit leukosit faktor tekanan Pembekuan jaringan nyeri tulang tulang & persendian mengecil& Anemia infeksi perdarahan lemah Demam trombositopeni fraktur fisiologis 6
  • 7. H. MASALAH KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL PADA ANAK DENGAN ACUT LIMPHOSITYC LEUCEMIA Adanya keganasan menimbulkan masalah keperawatan, antara lain: 1. Intoleransi aktivitas 2. Resiko tinggi infeksi 3. Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuahn 4. Resiko cedera (perdarahan) 5. Resiko kerusakan integritas kulit 6. Nyeri 7. Resiko kekurangan volume cairan 8. Berduka 9. Kurang pengetahuan 10. Perubahan proses keluarga 11. Gangguan citra diri / gambaran diri I. PERAWATAN PADA ANAK DENGAN ACUT LIMPHOSITYC LEUCEMIA 1. Mengatasi keletihan / intoleransi aktivitas: a. Kaji adanya tanda-tanda anemia: pucat, peka rangsang, cepat lelah, kadar Hb rendah. b. Pantau hitung darah lengkap dan hitung jenis c. Berikan cukup istirahat dan tidur tanpa gangguan d. Minimalkan kegelisahan dan anjurkan bermain yang tenang e. Bantu pasien dalam aktivitas sehari-hari f. Pantau frekuensi nadi, prnafasan, sebelum dan selama aktivitas g. Ketika kondisi membaik, dorong aktivitas sesuai toleransi h. Jika diprogramkan, berikan packed RBC 2. Mencegah terjadinya infeksi a. Observasi adanya tanda-tanda infeksi, pantau suhu badan laporkan jika suhu > 38oC yang berlangsung > 24 jam, menggigil dan nadi > 100 x / menit. 7
  • 8. b. Sadari bahwa ketika hitung neutrofil menurun (neutropenia), resiko infeksi meningkat, maka: 1). Tampatkan pasien dalam ruangan khusus 2). Sebelum merawat pasien: cuci tangan dan memakai pakaian pelindung, masker dan sarung tangan. 3). Cegah komtak dengan individu yang terinfeksi c. Jaga lingkungan tetap bersih, batasi tindakan invasif d. Bantu ambulasi jika mungkin (membalik, batuk, nafas dalam) e. Lakukan higiene oral dan perawatan perineal secara sering. f. Pantau masukan dan haluaran serta pertahankan hidarasi yang adekuat dengan minum 3 liter / hari g. Berika terapi antibiotik dan tranfusi granulosit jika diprogramkan h. Yakinkan pemberian makanan yang bergizi. 3. Mencegah cidera (perdarahan) a. Observasi adanya tanda-tanda perdarahan dengan inspeksi kulit, mulut, hidung, urine, feses, muntahan, dan lokasi infus. b. Pantau tanda vital dan nilai trombosit c. Hindari injesi intravena dan intramuskuler seminimal mungkin dan tekan 5-10 menit setiap kali menyuntik d. Gunakan sikat gigi yang lebut dan lunak e. Hindari pengambilan temperatur rektal, pengobatan rekatl dan enema f. Hindari aktivitas yang dapat menyebabkan cidera fisik atau mainan yang dapat melukai kulit. 4. Memberikan nutrisi yang adekuat a. Kaji jumlah makanan dan cairan yang ditoleransi pasien b. Berikan kebersihan oral sebelum dan sesudah makan c. Hindari bau, parfum, tindakan yang tidak menyenangkan, gangguan pandangan dan bunyi d. Ubah pola makan, berikan makanan ringan dan sering, libatkan pasien dalam memilih makanan yang bergizi tinggi, timbang BB tiap hari e. Sajikan makanan dalam suhu dingin / hangat 8
  • 9. f. Pantau masukan makanan, bila jumlah kurang berikan ciran parenteral dan NPT yang diprogramkan. 5. Mencegah kekurangan cairan a. Kaji adanya tanda-tanda dehidrasi b. Berikan antiemetik awal sebelum pemberian kemoterapi c. Hindari pemberian makanan dan minuman yang baunya merangngsang mual / muntah d. Anjurkan minum dalam porsi kecil dan sering e. Kolaborasi pemberian cairan parenteral untuk mempertahankan hidrasi sesuai indikasi 6. Antisipasi berduka a. Kaji tahapan berduka oada anak dan keluarga b. Berikan dukungan pada respon adaptif dan rubah respon maladaptif c. Luangkan waktu bersama anak untuk memberi kesempatan express feeling d. Fasilitasi express feeling melalui permainan 7. Memberikan pendidikan kesehatan pada pasien dan keluarga tentang: a. Proses penyakit leukemia: gejala, pentingnya pengobatan / perawatan. b. Komplikasi penyakit leukemia: perdarahan, infeksi dll. c. Aktivitas dan latihan sesuai toleransi d. Mengatasi kecemasan e. Pemberian nutrisi f. Pengobatan dan efek samping pengobatan 8. Meningkatkan peran keluarga a. Jelaskan alasan dilakukannya setiap prosedur pengobatan / dianostik b. Jadwalkan waktu bagi keluarga bersama anak tanpa diganggu oleh staf SR c. Dorong keluarga untuk express feelings d. Libatkan keluarga dalam perencanaan dan pelaksanaan perawatan si anak 9
  • 10. 9. Mencegah gangguan citra diri / gambaran diri a. Dorong pasien untuk express feelings tentang dirinya b. Berikan informasi yang mendukung pasien ( misal; rambut akan tumbuh kembali, berat badan akan kembali naik jika terapi selesai dll.) c. Dukung interaksi sosial / peer group d. Sarankan pemakaian wig, topi / penutup kepala. 10
  • 11. DAFTAR PUSTAKA 1. Betz, Sowden. (2002). Buku Saku Keperawatan Pediatrik. Edisi 2. Jakarta, EGC. 2. Suriadi, Yuliani R. (2001). Asuhan Keperawatan pada Anak. Edisi I. Jakarta, CV Sagung Seto. 3. Reeeves, Lockart. (2002). Keperawatan Medikal Bedah. Cetakan I. Jakarta, Salemba Raya. 4. FKUI. (1985). Ilmu Kesehatan Anak. Volume 1. Jakarta, FKUI. 5. Sacharin Rosa M. (1993). Prinsip Perawatan Pediatri. Edisi 2. Jakarta : EGC. 6. Gale Danielle, Charette Jane. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan Onkologi, Jakarta : EGC. 7. Price Sylvia A, Wilson Lorraine Mc Cart .(1995). Patofisiologi. Jakarta : EGC 8. Sutarni Nani.(2003). Prosedur Dan Cara Pemberian Obat Kemoterapi. Disampaikan Pada Pelatihan Kemoterapi Di RS Kariadi Semarang, Tanggal 13-15 November 2003. 11