SlideShare a Scribd company logo
Asal Usul Agama "Psychologis Evolusionistis"

PENDAHULUAN

       Fenomena beragama dalam kehidupan manusia adalah fenomena yang unik,
universal, dan masih penuh misteri, sekalipun hanya kepercayaan kepada yang ghaib,
sacral, atau melakukan ritual dan mengalami kehidupan transdental. Ekspresi
religious telah ada dikalangan masyarakat primitive maupun modern. Dalam
masyarakat primitive, kehidupan beragama merupakan system social budaya,
sedangkan dalam masyarakat modern, kehidupan beragama hanya salah satu aspek
saja dari kehidupan sehari hari. Sungguhpun demikian, tidak ada aspek kebudayaan
lain selain agama yang pengaruh dan implikasinya sangat luas terhadap kehidupan
manusia. Tidak mengherankan kalau dikatakan agama mewarnai dan membentuk
suatu budaya.
         Kehidupan beragama pada dasarnya merupakan kepercayaan terhadap
keyakinan adanya kekuatan gaib, luar biasa, atau supranatural yang berpengaruh
terhadap kehidupan individu dan masyarakat, bahkan terhadap segala gejala alam.
Kepercayaan itu menimbulkan perilaku tertentu, seperti berdoa, memuja, dan
lainnya, serta menimbulkan sikap mental tertentu, seperti rasa takut, rasa optimis,
pasrah, dan lainnya dari individu dan masyarakat yang mempercayainya. Karenanya,
keinginan, petunjuk, dan ketentuan kekuatan gaib harus dipatuhi, kalau manusia dan
masyarakat ingin kehidupan ini berjalan dengan baik dan selamat.
       Kepercayaan beragama yang bertolak dari kekuatan ghaib ini tampak aneh,
tidak alamiah dan tidak rasional dalam pandangan individu dan masyarakat modern
yang terlalu dipengaruhi oleh pandangan bahwa sesuatu diyakini ada kalau kongrit,
rasional, alamiah atau terbuktik secara empiric dan ilmiah.
       Namun demikian, kehidupan beragama adalah kenyataan hidup manusia yang
ditemukan sepanjang sejarah masyarakat dan kehidupan pribadinya. Ketergantungan
masyarakat dan individu kepada kekuatan ghaib ditemukan dari zaman purba sampai
ke zaman modern ini. Kepercayaan itu diyakini kebenarannya sehingga ia menjadi
kepercayaan keagamaan atau kepercayaan religious. Mengadakan upacara upacara
pada momen momen tertentu seperti perkawinan, kelahiran, dan kematian, juga
  berlangsung dari dahulu kala sampai zaman modern ini. Upacara ini dalam agama
  dinamakan ibadah dan dalam antropologi agama disebut ritual.
     Kepercayaan terhadap sucinya sesuatu itu dinamakan dengan mempercayai
  adanya sifat sacral pada sesuatu itu. Mempercayai sesuatu sebagai yang suci atau
  sacral juga cirri khas kehidupan beragama. Adanya aturan terhadap individu dalam
  kehidupan bermasyarakat, berhubungan dengan alam lingkungannya atau dalam
  berhubungan dengan tuhan juga ditemukan disetiap masyarat, dimana dan
  dikapanpun. Beragama sebagai gejala universal masyarakat manusia juga diakui oleh
  bergson, seorang pemikir perancis. Ia menulis bahwa kita menemukan masyarakat
  manusia tanpa sains, seni dan filsafat tapi tidak pernah ada masyarakat tanpa agama
  walaupun ia tidak menyebut contoh masyatakat yang tanpa seni dan filsafat hidup.
  Namun ungkapannya ini menekankan universalnya fenomena beragama dalam
  kehidupan masyarakat.

A. PENGERTIAN AGAMA

     Agama adalah sebuah keyakinan dan kepercayaan, sehingga sulit diukur secara
  tepat. Hal ini pula yang menyulitkan para ahli untuk memberikan definisi yang tepat
  tentang agama. Bahkan Walter Houston Clark dengan tegas mengakui bahwa tidak
  ada yang lebih sukar daripada mencari kata kata yang dapat digunakan untuk
  membuat definisi agama.
     Namun pendapat ini bukan berarti bahwa agama sama sekali tak dapat dipahami
  melalui pendekatan definitive. Karena itu, walaupun mungkin belum disepakati
  semua pihak, rangkuman definisi yang dikemukakan Harun nasution1[1] dapat
  memberi gambaran tentang pengertian agama. Beranjak dari pengertian etimologis,




  1[1] Harun nasution adalah seorang sarjana Indonesia yang mengikuti gerakan
  modern abad pertengahan dari mu’tazilah. Dia lebih banyak menghabiskan waktunya
  diluar negeri, ia menghabiskan masa mudanya di Saudi, mesir, Eropa sampai
  akhirnya di Kanada. Pemikirannya sangat terpengaruh oleh mu’tazilah. Sebelum ia
  mengabdikan dirinya di IAIN Jakarta, ia telah menyelesaikan PhDnya di Isntitut
  Studi Islam di Mc Gill University selama 7 tahun.
harun Nasution kemudian merangkum sejumlah definisi tentang agama dan
     merumuskan unsur-unsur penting yang terdapat di dalam agama tersebut.
        Harun Nasution menurut pengertian agama berdasarkan asal kata, yaitu al din,
     religi (relegere, religare) dan agama. Al din (semit) berarti undang undang atau
     hokum. Kemudian, dalam bahasa arab, kata ini mengandung arti menguasai,
     menundukkan, patuh, utang, balasan, dan kebiasaan. Adapun dari kata religi (Latin)
     atau relegere berarti mengumpulkan dan membaca. Kemudian, relegere berarti
     mengikat. Adapun kata agama terdiri dari a = tak, gam = pergi mengandung arti tak
     pergi, tetap ditempat atau diwarisi turun temurun.
        Bertitik tolak dari pengertian kata kata tersebut, menurut harun nasution,
     intisarinya adalah ikatan. Karena itu, agama mengandung arti ikatan yang harus
     dipegang dan dipatuhi manusia. Ikatan dimaksud berasal dari suatu kekuatan yang
     lebih tinggi dari manusia sebagai kekuatan ghaib yang tak dapat ditangkap dengan
     panca indera, namun mempunyai pengaruh yang besar sekali terhadap kehidupan
     manusia sehari hari. Secara definitive, menurut Harun Nasution agama adalah:
a) Pengakuan terhadap adanya hubungan manusia dengan kekuatan ghaib yang harus
     dipatuhi.
b) Pengakuan terhadap adanya kekuatan ghaib yang menguasai manusia.
c)   Mengikat diri pada suatu bentuk hidup yang mengandung pengakuan pada suatu
     sumber yang berada di luar diri manusia dan yang mempengaruhi perbuatan
     perbuatan manusia.
d) Kepercayaan pada suatu kekuatan ghaib yang menimbulkan cara hidup tertentu.
e) Suatu system tingkah laku yang berasal dari kekuatan ghaib.
f)    Pengakuan terhadap adanya kewajiban kewajiban yang diyakini bersumber pada
     suatu kekuatan ghaib.
g)   Pemujaan terhadap kekuatan ghaib yang timbul dari perasaan lemah dan perasaan
     takut terhadap kekuatan misterius yang terdapat dalam alam sekitar manusia.
h) Ajaran ajaran yang diwahyukan Tuhan kepada manusia melalui seorang rasul. 2[2]



     2[2] Arifin, Bambang Syamsul, Psikologi agama, Pustaka Setia, Cetakan I, Bandung,
     2008
Agama sangatlah penting dalam kehidupan manusia karena ia dapat memberikan
  beberapa perubahan.

B. PSIKOLOGI MANUSIA DALAM BERAGAMA

     Manusia sebagai subjek dari agama sudah tentu memiliki hubungan yang erat
  dengan agama itu sendiri. Hubungan antara dua variable ini ada yang menyangkut
  masalah masalah besar, menengah, dan kecil. Meneliti hubugan masalah besar dalam
  kehidupan seperti hubungan agama dengan kemujuan, pembangunan atau
  modernisasi, agama dan kebahagiaan hidup dinamakan dengan proses grand theories.
  Dibawah itu, dapat pula diteliti masalah yang lebih khusus, seperti hubungan agama
  dengan politik, ilmu pengetahuan, seni, organisasi, yang dapat dinamakan dengan
  middle theories. Kemudian perhatian peneliti antropologi dapat pula ditujukan
  kepada fenomena yang lebih khusus atau kecil dari middle theoris dalam masyarakat,
  seperti fenomena meneliti music nasyid dikampus suatu universitas umum,
  kehidupan seksual pastur suatu gereja katolik, kehidupan spiritual para selebritis
  suatu kota metropolitan. Hasil penelitian atau studi tentang hal yang lebih khusus ini
  yang biasa dinamakan studi kasus dapat dinamakan mikro teoris.
     Diantara ahli antropologi ada yang tidak setuju, antropologi ikut ikutan pula
  mengembangkan pengetahuan teoritis seperti ilmu alam, sosiologi, dan ilmu ekonomi
  sebagaimana dikemuakakan oleh geertz. Namun sebagai ilmu yang mulanya
  dikembangkan oleh kebudayaan modern barat, penilaian terhadap hubungan agama
  dan kehidupan dapat dibaca, baik secara tersurat, atau minimal secara tersirat.
     Maka muncul beberapa teori asal usul agama, diantaranya adalah teori psikologis.
     Sigmund freud mulanya seorang dokter medis. Ia menyaksikan banyak penyakit
  fisik dilatar belakangi oleh gangguan jiwa. Ia juga menulis tentang agama dan
  masyarakat primitive. Gangguan jiwa manusia, menurutnya, disebabkan keinginan
  hewani manusia yang terkumpul dalam alam bawah sadar jiwa manusia banyak yang
  terhalang untuk direalisasi oleh nilai nilai ideal yang berada dalam jiwa manusia
  yang dinamakan superego. Superego berasal dari tekanan hukum, moral, agama, dan
  budaya. Keinginan hewani manusia demikian mendasar , menurut freud, sehingga
  tampil dalam bentuk Oedipus kompleks. Dari masih kecil, anak anak sudah menaruh
cemburu kepada orang tuanya yang sejenis kelamin dengan dia karena orang tuanya
itu juga mencintai orang tuanya yang berlawanan jenis dengan dia sendiri. Dia juga
mencintai o9ran gtuanya yan gberlawanan jenis kelamin itu oleh karena itu, anak
lelaki menaruh cemburu kepada ayahnya dan anak perempuan menaruh cemburu dari
kecil kepada ibunya.
   Dalam bukunya totem dan taboo ia menjelaskan bahwa asal mula agama, etik,
masyarakat, dan seni adalah pada Oedipus kompleks. Terpengaruh oleh data suku
aborigin yang digunakan Durkheim. Freud mendasarkan teorinya pada eksogami dari
suku yang bersangkutan dan binatang atau tumbuhan totem tidak boleh dinamakan
kecuali dengan ritual tertentu. Dalam masyarakat yang hanya hidup dari berburu,
bapak punya peran besar dan menyingkirnkan peran anak laki laki yang lain. Bapak
juga memonopoli perempuan yang ada dalam sukunya. Syahdan, kata freud, pada
suatu hari, anak laki laki tersingkir nekat menyembelih ayahnya dan memekan
daging ayahnya itu. Kemudian timbul rasa bersalah dan berdosa yang serius
dikalangan mereka. Lalu mereka berbalik menghormati, memuja, menyembah, dan
memimta ampun kepada ayah tersebut. Dengan demikian, bapak yang mati akhirnya
juga menjadi sangat berkuasa. Dengan kisah Oedipus kompleks inilah dimulainya
kepercayaan keagamaan menurut freud. Dari seni lahir kepercayaan kepada totem,
taboo, incessed, eksogami, ritual totem dalam masyarakat. Binatang totem adalah
ayah itu sendiri. Lama kelamaan anggota suku biasa atau awam merasa tidak bias
berhubungan dengan totem dan tuhan itu. Lalu timbul pula lembaga pemuka agama.
Dalam agama Kristen tuhan anak juga memuja dan menyembah tuhan bapak karena
Oedipus complex.
   Namun, disamping itu, freud juga mengakui bahwa agama adalah kebutuhan
psikologis manusia. Karena ketidak mampuan manusia menghadapai berbagai
bencana alam, mereka buat patung atau lukisan yang menempatkan bahaya alam itu
sebagai tempat pelampiasan kemarahan. Mereka juga memerlukan orang kuat untuk
menhadapai semua bencana, yaitu Tuhan. Tetapi tuhan itu sebenarnya adalah orang
yang paling mereka cemburui dan takuti., yaitu ayah mereka sendir. Dengan
demikian, freud membuktikan kebenaran teori Oedipus complex. Dengan demikian,
agama tidak lain dari an in fantile opsession (obsesi kekanak kanakan).
Cerita ini juga diterapkannya untuk agama yahudi yang berasal dari agama mesir
  kuno. Amenhotep adalah raja mesir yang meresmikan satu tuhan yang maha kuasa.
  Salah satu seorang rakyatnya yang bernama musa yang tidak mau agamanya dikotori
  oleh polytheisme mereka mengajak kaumnya bangsa yahudi untuk percaya kepada
  satu tuhan, melakukan khitan bagi laki laki, memberikan hukum hukum, dan
  memerintahkan menyembah tuhan aton yang maha esa. namun, diantara bangsanya
  ada yang keras kepala, ingkar, dan malah berusaha membunuh nabi musa dan
  mengembalikan agama monotheisme yahudi ke agama polytheis suku suku
  sebelumnya yang dinamakan dengan agama yahwe. Oleh sebab itu, nabi adalah
  bapak orang yahudi, dibunuh oleh para pemberontak, anak anaknya. Kemudian anak
  anaknya merasa berdosa dan berdamai serta menghormati bapaknya dan hukumnya.
  Agama yahwe mereka intergrasikan dengan agama adonai yang diajarkan musa, si
  bapak terbunuh. Teori ini tentu mengundang banyak kritik, suatu rekonstruksi yang
  didasarkan kepada khayalan, tidak kepada fakta.3[3]

C. KESIMPULAN

         Dalam menelusuri asal usul mengapa manusia beragama, kebanyakan
  ilmuwan social mengembalikannya kepada factor kelemahan manusia. Manusia
  beragama karena beberapa hal berikut. Yang pertama, karena ia tidak mampu
  mengatasi bencana alam dengan kemampuan sendiri. Kedua, karena ia tidak mampu
  melestarikan sumber daya dan keharmohisan alam, seperti tidak mampu menjamin
  matahari tetap bersinar dan apdi mereka tetap menjadi. Ketiga, mereka tidak mampu
  mengatur tindakan manusia untuk dapat hidup damai satu sama lain dalam
  masyarakat. Karena ketidak mampuan itulah mereka mempercayai adanya kekuatan
  ghaib yang maha mampu menyelamatkan atau membantu mereka. Ini berarti bahwa
  kepercayaan kepada kekuatan ghaib tersebut mereka buat sendiri untuk menjwab
  misteri kehidupan dan gejala alam.
         Sehingga pada awal mula munculnya agama inilah mau tidak mau manusia
  harus mempercayai kepada hal yang ghaib kekuatan supernatural yang mereka

  3[3] Agus, Bustanuddin, Agama dalam kehidupan manusia pengantar antropologi
  agama, Jakarta, PT Rajagrafindo Persada, 2006
harapkan dapat membantu manusia dalam menyelesaikan semua permasalahan yang
tidak mampu manusia selesaikan. Inilah fitrah manusia, psikologis manusia yang
selalu meminta bantuan kepada yang lebih bisa dan lebih mampu apabila ia sendiri
tidak mampu melakukannya.
Wallahu a’lam.
                                  REFRENSI

Ø Agus, Bustanuddin, Agama dalam kehidupan manusia pengantar antropologi
   agama, Jakarta, PT Rajagrafindo Persada, 2006
Ø Thomas F.O’DEA,Sosiologi Agama,Suatu pengenalan Awal,Jakarta, Yayasan
   Solidaritas Gajah Mada,1996

More Related Content

What's hot

Konsep ilmu
Konsep ilmuKonsep ilmu
Konsep ilmu
Suardi Al-Bukhari
 
Islam dalam pandangan epistimologi
Islam dalam pandangan epistimologiIslam dalam pandangan epistimologi
Islam dalam pandangan epistimologiM fazrul
 
Islam sebagai produk budaya dan pengetahuan ilmiah
Islam sebagai produk budaya dan pengetahuan ilmiahIslam sebagai produk budaya dan pengetahuan ilmiah
Islam sebagai produk budaya dan pengetahuan ilmiahazzahracaem
 
Perbandingan Agama II (Abdul Manam)
Perbandingan Agama II (Abdul Manam)Perbandingan Agama II (Abdul Manam)
Perbandingan Agama II (Abdul Manam)
wk_aiman
 
Pendekatan sosiologis-studi-islam
Pendekatan sosiologis-studi-islamPendekatan sosiologis-studi-islam
Pendekatan sosiologis-studi-islam
semangatbaru85
 
Agama Hindu
Agama HinduAgama Hindu
Agama Hindu
Florence Nandong
 
Tugas pai 2
Tugas pai 2Tugas pai 2
Tugas pai 2
Agus Triyono
 
Ppt kons. agama
Ppt kons. agamaPpt kons. agama
Ppt kons. agama
adepeniiafiifah
 
Spirituality and religion
Spirituality and religionSpirituality and religion
Spirituality and religion
Kurniati Zainuddin
 
Psikologi agama 1
Psikologi agama 1Psikologi agama 1
Psikologi agama 1elmakrufi
 
Psikologi agama 1
Psikologi agama 1Psikologi agama 1
Psikologi agama 1
elmakrufi
 
Sejarah Perkembangan Psikologi Agama
Sejarah Perkembangan Psikologi AgamaSejarah Perkembangan Psikologi Agama
Sejarah Perkembangan Psikologi Agama
Bhayu Sulistiawan
 
metodologi study islam
metodologi study islammetodologi study islam
metodologi study islamFitri Lely
 
Impelementasi pendidikan sufisme
Impelementasi pendidikan sufismeImpelementasi pendidikan sufisme
Impelementasi pendidikan sufisme
FAI Unmuh Ponorogo
 
Pengertian, Fungsi, Tujuan, dan Unsur-unsur Agama
Pengertian, Fungsi, Tujuan, dan Unsur-unsur AgamaPengertian, Fungsi, Tujuan, dan Unsur-unsur Agama
Pengertian, Fungsi, Tujuan, dan Unsur-unsur Agama
Jimatul Arrobi
 
Slide pemikiran islam semasa
Slide pemikiran islam semasaSlide pemikiran islam semasa
Slide pemikiran islam semasa
wanhishamudin
 
Agama masyarakat primitif & modern
Agama masyarakat primitif & modernAgama masyarakat primitif & modern
Agama masyarakat primitif & modernRlin Goldenbee
 

What's hot (20)

Konsep ilmu
Konsep ilmuKonsep ilmu
Konsep ilmu
 
Pertemuan 1
Pertemuan 1Pertemuan 1
Pertemuan 1
 
Islam dalam pandangan epistimologi
Islam dalam pandangan epistimologiIslam dalam pandangan epistimologi
Islam dalam pandangan epistimologi
 
Islam sebagai produk budaya dan pengetahuan ilmiah
Islam sebagai produk budaya dan pengetahuan ilmiahIslam sebagai produk budaya dan pengetahuan ilmiah
Islam sebagai produk budaya dan pengetahuan ilmiah
 
Perbandingan Agama II (Abdul Manam)
Perbandingan Agama II (Abdul Manam)Perbandingan Agama II (Abdul Manam)
Perbandingan Agama II (Abdul Manam)
 
Pendekatan sosiologis-studi-islam
Pendekatan sosiologis-studi-islamPendekatan sosiologis-studi-islam
Pendekatan sosiologis-studi-islam
 
Agama Hindu
Agama HinduAgama Hindu
Agama Hindu
 
Tugas pai 2
Tugas pai 2Tugas pai 2
Tugas pai 2
 
Ppt kons. agama
Ppt kons. agamaPpt kons. agama
Ppt kons. agama
 
Spirituality and religion
Spirituality and religionSpirituality and religion
Spirituality and religion
 
Psikologi agama 1
Psikologi agama 1Psikologi agama 1
Psikologi agama 1
 
Pertemuan 6
Pertemuan 6Pertemuan 6
Pertemuan 6
 
Psikologi agama 1
Psikologi agama 1Psikologi agama 1
Psikologi agama 1
 
Sejarah Perkembangan Psikologi Agama
Sejarah Perkembangan Psikologi AgamaSejarah Perkembangan Psikologi Agama
Sejarah Perkembangan Psikologi Agama
 
metodologi study islam
metodologi study islammetodologi study islam
metodologi study islam
 
Impelementasi pendidikan sufisme
Impelementasi pendidikan sufismeImpelementasi pendidikan sufisme
Impelementasi pendidikan sufisme
 
Pengertian, Fungsi, Tujuan, dan Unsur-unsur Agama
Pengertian, Fungsi, Tujuan, dan Unsur-unsur AgamaPengertian, Fungsi, Tujuan, dan Unsur-unsur Agama
Pengertian, Fungsi, Tujuan, dan Unsur-unsur Agama
 
Slide pemikiran islam semasa
Slide pemikiran islam semasaSlide pemikiran islam semasa
Slide pemikiran islam semasa
 
Emile durkheim
Emile durkheimEmile durkheim
Emile durkheim
 
Agama masyarakat primitif & modern
Agama masyarakat primitif & modernAgama masyarakat primitif & modern
Agama masyarakat primitif & modern
 

Similar to Asal usul agama psychologis evolusionistis

Bab ii tgas
Bab ii tgasBab ii tgas
Bab ii tgas33335
 
Presentation1
Presentation1Presentation1
Presentation1
jayacapture
 
Agama arti dan r lingkupnya
Agama arti dan r lingkupnyaAgama arti dan r lingkupnya
Agama arti dan r lingkupnyaSutipyo Ru'iya
 
1. konsep agama (1)
1. konsep agama (1)1. konsep agama (1)
1. konsep agama (1)
Erwin Line
 
14. FILSAFAT ILMU KONTEKSTUAL (FILSAFAT, ILMU, DAN AGAMA).pptx
14. FILSAFAT ILMU KONTEKSTUAL (FILSAFAT, ILMU, DAN AGAMA).pptx14. FILSAFAT ILMU KONTEKSTUAL (FILSAFAT, ILMU, DAN AGAMA).pptx
14. FILSAFAT ILMU KONTEKSTUAL (FILSAFAT, ILMU, DAN AGAMA).pptx
nada521515
 
Metodologi Studi Islam - Materi IAIN Tulungagung (Mr. Khutbuddin Aibak,M. HI)
Metodologi Studi Islam - Materi IAIN Tulungagung (Mr. Khutbuddin Aibak,M. HI)Metodologi Studi Islam - Materi IAIN Tulungagung (Mr. Khutbuddin Aibak,M. HI)
Metodologi Studi Islam - Materi IAIN Tulungagung (Mr. Khutbuddin Aibak,M. HI)
Asma'ul Khusna
 
American Piety : The Nature of Religious Commitment
 American Piety : The Nature of Religious Commitment American Piety : The Nature of Religious Commitment
American Piety : The Nature of Religious CommitmentArif Setyawan
 
psikologi-agama-pengantar.ppt
psikologi-agama-pengantar.pptpsikologi-agama-pengantar.ppt
psikologi-agama-pengantar.ppt
Afrizal73
 
Pai 3 kebutuhan agama 2003
Pai 3  kebutuhan agama 2003Pai 3  kebutuhan agama 2003
Pai 3 kebutuhan agama 2003
Hamba Alloh Part II
 
Makalah agama
Makalah agamaMakalah agama
Makalah agama
andreanapulu
 
Agama Sebagai Sistem Kebudayaan.pptx
Agama Sebagai Sistem Kebudayaan.pptxAgama Sebagai Sistem Kebudayaan.pptx
Agama Sebagai Sistem Kebudayaan.pptx
YayanNasikin1
 
Agama dan masyarakat
Agama dan masyarakatAgama dan masyarakat
Agama dan masyarakat
naufalando
 
Materi msi
Materi msiMateri msi
Materi msi
Kelvin550675
 
Pendidikan agama
Pendidikan agamaPendidikan agama
Pendidikan agama
Muhammad Sudarbi
 
Agama dan manusia
Agama dan manusiaAgama dan manusia
Agama dan manusiaahmadt2000
 
Agama islam kel.1
Agama islam kel.1Agama islam kel.1
Agama islam kel.1elhamidi
 

Similar to Asal usul agama psychologis evolusionistis (20)

Bab ii tgas
Bab ii tgasBab ii tgas
Bab ii tgas
 
04 Agama
04 Agama04 Agama
04 Agama
 
Presentation1
Presentation1Presentation1
Presentation1
 
Agama arti dan r lingkupnya
Agama arti dan r lingkupnyaAgama arti dan r lingkupnya
Agama arti dan r lingkupnya
 
1. konsep agama (1)
1. konsep agama (1)1. konsep agama (1)
1. konsep agama (1)
 
14. FILSAFAT ILMU KONTEKSTUAL (FILSAFAT, ILMU, DAN AGAMA).pptx
14. FILSAFAT ILMU KONTEKSTUAL (FILSAFAT, ILMU, DAN AGAMA).pptx14. FILSAFAT ILMU KONTEKSTUAL (FILSAFAT, ILMU, DAN AGAMA).pptx
14. FILSAFAT ILMU KONTEKSTUAL (FILSAFAT, ILMU, DAN AGAMA).pptx
 
Metodologi Studi Islam - Materi IAIN Tulungagung (Mr. Khutbuddin Aibak,M. HI)
Metodologi Studi Islam - Materi IAIN Tulungagung (Mr. Khutbuddin Aibak,M. HI)Metodologi Studi Islam - Materi IAIN Tulungagung (Mr. Khutbuddin Aibak,M. HI)
Metodologi Studi Islam - Materi IAIN Tulungagung (Mr. Khutbuddin Aibak,M. HI)
 
Latar belakang
Latar belakangLatar belakang
Latar belakang
 
American Piety : The Nature of Religious Commitment
 American Piety : The Nature of Religious Commitment American Piety : The Nature of Religious Commitment
American Piety : The Nature of Religious Commitment
 
psikologi-agama-pengantar.ppt
psikologi-agama-pengantar.pptpsikologi-agama-pengantar.ppt
psikologi-agama-pengantar.ppt
 
Pai 3 kebutuhan agama 2003
Pai 3  kebutuhan agama 2003Pai 3  kebutuhan agama 2003
Pai 3 kebutuhan agama 2003
 
Worldview Slide Lengkap
Worldview Slide LengkapWorldview Slide Lengkap
Worldview Slide Lengkap
 
Pai 3 kebutuhan agama 2003
Pai 3  kebutuhan agama 2003Pai 3  kebutuhan agama 2003
Pai 3 kebutuhan agama 2003
 
Makalah agama
Makalah agamaMakalah agama
Makalah agama
 
Agama Sebagai Sistem Kebudayaan.pptx
Agama Sebagai Sistem Kebudayaan.pptxAgama Sebagai Sistem Kebudayaan.pptx
Agama Sebagai Sistem Kebudayaan.pptx
 
Agama dan masyarakat
Agama dan masyarakatAgama dan masyarakat
Agama dan masyarakat
 
Materi msi
Materi msiMateri msi
Materi msi
 
Pendidikan agama
Pendidikan agamaPendidikan agama
Pendidikan agama
 
Agama dan manusia
Agama dan manusiaAgama dan manusia
Agama dan manusia
 
Agama islam kel.1
Agama islam kel.1Agama islam kel.1
Agama islam kel.1
 

More from Syaikhuna Al-Asyhi

RPS_Mata_Kuliah_Teknologi_Pembelajaran_M.pdf
RPS_Mata_Kuliah_Teknologi_Pembelajaran_M.pdfRPS_Mata_Kuliah_Teknologi_Pembelajaran_M.pdf
RPS_Mata_Kuliah_Teknologi_Pembelajaran_M.pdf
Syaikhuna Al-Asyhi
 
Konsep Perubahan (Teori dan Bentuk)
Konsep Perubahan (Teori dan Bentuk)Konsep Perubahan (Teori dan Bentuk)
Konsep Perubahan (Teori dan Bentuk)
Syaikhuna Al-Asyhi
 
32245-Article Text-94698-2-10-20221028.pdf
32245-Article Text-94698-2-10-20221028.pdf32245-Article Text-94698-2-10-20221028.pdf
32245-Article Text-94698-2-10-20221028.pdf
Syaikhuna Al-Asyhi
 
Petunjuk Penggunaan Zotero dan HTC.pdf
Petunjuk Penggunaan Zotero dan HTC.pdfPetunjuk Penggunaan Zotero dan HTC.pdf
Petunjuk Penggunaan Zotero dan HTC.pdf
Syaikhuna Al-Asyhi
 
fenomenologi.pdf
fenomenologi.pdffenomenologi.pdf
fenomenologi.pdf
Syaikhuna Al-Asyhi
 
MODEL PELAYANAN PENDIDIKAN INKLUSIF MANDIRI.pdf
MODEL PELAYANAN PENDIDIKAN INKLUSIF MANDIRI.pdfMODEL PELAYANAN PENDIDIKAN INKLUSIF MANDIRI.pdf
MODEL PELAYANAN PENDIDIKAN INKLUSIF MANDIRI.pdf
Syaikhuna Al-Asyhi
 
Filsafat-pendidikan-idealisme
Filsafat-pendidikan-idealismeFilsafat-pendidikan-idealisme
Filsafat-pendidikan-idealisme
Syaikhuna Al-Asyhi
 
Job description
Job descriptionJob description
Job description
Syaikhuna Al-Asyhi
 
Manajemen umum
Manajemen umumManajemen umum
Manajemen umum
Syaikhuna Al-Asyhi
 
Mengingat allah
Mengingat allahMengingat allah
Mengingat allah
Syaikhuna Al-Asyhi
 
Bahan uji kurikulum 2013
Bahan uji kurikulum 2013Bahan uji kurikulum 2013
Bahan uji kurikulum 2013
Syaikhuna Al-Asyhi
 
33 propinsi di indonesia
33 propinsi di indonesia33 propinsi di indonesia
33 propinsi di indonesia
Syaikhuna Al-Asyhi
 

More from Syaikhuna Al-Asyhi (14)

RPS_Mata_Kuliah_Teknologi_Pembelajaran_M.pdf
RPS_Mata_Kuliah_Teknologi_Pembelajaran_M.pdfRPS_Mata_Kuliah_Teknologi_Pembelajaran_M.pdf
RPS_Mata_Kuliah_Teknologi_Pembelajaran_M.pdf
 
Konsep Perubahan (Teori dan Bentuk)
Konsep Perubahan (Teori dan Bentuk)Konsep Perubahan (Teori dan Bentuk)
Konsep Perubahan (Teori dan Bentuk)
 
32245-Article Text-94698-2-10-20221028.pdf
32245-Article Text-94698-2-10-20221028.pdf32245-Article Text-94698-2-10-20221028.pdf
32245-Article Text-94698-2-10-20221028.pdf
 
Petunjuk Penggunaan Zotero dan HTC.pdf
Petunjuk Penggunaan Zotero dan HTC.pdfPetunjuk Penggunaan Zotero dan HTC.pdf
Petunjuk Penggunaan Zotero dan HTC.pdf
 
fenomenologi.pdf
fenomenologi.pdffenomenologi.pdf
fenomenologi.pdf
 
MODEL PELAYANAN PENDIDIKAN INKLUSIF MANDIRI.pdf
MODEL PELAYANAN PENDIDIKAN INKLUSIF MANDIRI.pdfMODEL PELAYANAN PENDIDIKAN INKLUSIF MANDIRI.pdf
MODEL PELAYANAN PENDIDIKAN INKLUSIF MANDIRI.pdf
 
Filsafat-pendidikan-idealisme
Filsafat-pendidikan-idealismeFilsafat-pendidikan-idealisme
Filsafat-pendidikan-idealisme
 
Job description
Job descriptionJob description
Job description
 
Manajemen umum
Manajemen umumManajemen umum
Manajemen umum
 
Mengingat allah
Mengingat allahMengingat allah
Mengingat allah
 
Bahan uji kurikulum 2013
Bahan uji kurikulum 2013Bahan uji kurikulum 2013
Bahan uji kurikulum 2013
 
33 propinsi di indonesia
33 propinsi di indonesia33 propinsi di indonesia
33 propinsi di indonesia
 
Mengingat allah
Mengingat allahMengingat allah
Mengingat allah
 
Diam itu emas
Diam itu emasDiam itu emas
Diam itu emas
 

Asal usul agama psychologis evolusionistis

  • 1. Asal Usul Agama "Psychologis Evolusionistis" PENDAHULUAN Fenomena beragama dalam kehidupan manusia adalah fenomena yang unik, universal, dan masih penuh misteri, sekalipun hanya kepercayaan kepada yang ghaib, sacral, atau melakukan ritual dan mengalami kehidupan transdental. Ekspresi religious telah ada dikalangan masyarakat primitive maupun modern. Dalam masyarakat primitive, kehidupan beragama merupakan system social budaya, sedangkan dalam masyarakat modern, kehidupan beragama hanya salah satu aspek saja dari kehidupan sehari hari. Sungguhpun demikian, tidak ada aspek kebudayaan lain selain agama yang pengaruh dan implikasinya sangat luas terhadap kehidupan manusia. Tidak mengherankan kalau dikatakan agama mewarnai dan membentuk suatu budaya. Kehidupan beragama pada dasarnya merupakan kepercayaan terhadap keyakinan adanya kekuatan gaib, luar biasa, atau supranatural yang berpengaruh terhadap kehidupan individu dan masyarakat, bahkan terhadap segala gejala alam. Kepercayaan itu menimbulkan perilaku tertentu, seperti berdoa, memuja, dan lainnya, serta menimbulkan sikap mental tertentu, seperti rasa takut, rasa optimis, pasrah, dan lainnya dari individu dan masyarakat yang mempercayainya. Karenanya, keinginan, petunjuk, dan ketentuan kekuatan gaib harus dipatuhi, kalau manusia dan masyarakat ingin kehidupan ini berjalan dengan baik dan selamat. Kepercayaan beragama yang bertolak dari kekuatan ghaib ini tampak aneh, tidak alamiah dan tidak rasional dalam pandangan individu dan masyarakat modern yang terlalu dipengaruhi oleh pandangan bahwa sesuatu diyakini ada kalau kongrit, rasional, alamiah atau terbuktik secara empiric dan ilmiah. Namun demikian, kehidupan beragama adalah kenyataan hidup manusia yang ditemukan sepanjang sejarah masyarakat dan kehidupan pribadinya. Ketergantungan masyarakat dan individu kepada kekuatan ghaib ditemukan dari zaman purba sampai ke zaman modern ini. Kepercayaan itu diyakini kebenarannya sehingga ia menjadi kepercayaan keagamaan atau kepercayaan religious. Mengadakan upacara upacara
  • 2. pada momen momen tertentu seperti perkawinan, kelahiran, dan kematian, juga berlangsung dari dahulu kala sampai zaman modern ini. Upacara ini dalam agama dinamakan ibadah dan dalam antropologi agama disebut ritual. Kepercayaan terhadap sucinya sesuatu itu dinamakan dengan mempercayai adanya sifat sacral pada sesuatu itu. Mempercayai sesuatu sebagai yang suci atau sacral juga cirri khas kehidupan beragama. Adanya aturan terhadap individu dalam kehidupan bermasyarakat, berhubungan dengan alam lingkungannya atau dalam berhubungan dengan tuhan juga ditemukan disetiap masyarat, dimana dan dikapanpun. Beragama sebagai gejala universal masyarakat manusia juga diakui oleh bergson, seorang pemikir perancis. Ia menulis bahwa kita menemukan masyarakat manusia tanpa sains, seni dan filsafat tapi tidak pernah ada masyarakat tanpa agama walaupun ia tidak menyebut contoh masyatakat yang tanpa seni dan filsafat hidup. Namun ungkapannya ini menekankan universalnya fenomena beragama dalam kehidupan masyarakat. A. PENGERTIAN AGAMA Agama adalah sebuah keyakinan dan kepercayaan, sehingga sulit diukur secara tepat. Hal ini pula yang menyulitkan para ahli untuk memberikan definisi yang tepat tentang agama. Bahkan Walter Houston Clark dengan tegas mengakui bahwa tidak ada yang lebih sukar daripada mencari kata kata yang dapat digunakan untuk membuat definisi agama. Namun pendapat ini bukan berarti bahwa agama sama sekali tak dapat dipahami melalui pendekatan definitive. Karena itu, walaupun mungkin belum disepakati semua pihak, rangkuman definisi yang dikemukakan Harun nasution1[1] dapat memberi gambaran tentang pengertian agama. Beranjak dari pengertian etimologis, 1[1] Harun nasution adalah seorang sarjana Indonesia yang mengikuti gerakan modern abad pertengahan dari mu’tazilah. Dia lebih banyak menghabiskan waktunya diluar negeri, ia menghabiskan masa mudanya di Saudi, mesir, Eropa sampai akhirnya di Kanada. Pemikirannya sangat terpengaruh oleh mu’tazilah. Sebelum ia mengabdikan dirinya di IAIN Jakarta, ia telah menyelesaikan PhDnya di Isntitut Studi Islam di Mc Gill University selama 7 tahun.
  • 3. harun Nasution kemudian merangkum sejumlah definisi tentang agama dan merumuskan unsur-unsur penting yang terdapat di dalam agama tersebut. Harun Nasution menurut pengertian agama berdasarkan asal kata, yaitu al din, religi (relegere, religare) dan agama. Al din (semit) berarti undang undang atau hokum. Kemudian, dalam bahasa arab, kata ini mengandung arti menguasai, menundukkan, patuh, utang, balasan, dan kebiasaan. Adapun dari kata religi (Latin) atau relegere berarti mengumpulkan dan membaca. Kemudian, relegere berarti mengikat. Adapun kata agama terdiri dari a = tak, gam = pergi mengandung arti tak pergi, tetap ditempat atau diwarisi turun temurun. Bertitik tolak dari pengertian kata kata tersebut, menurut harun nasution, intisarinya adalah ikatan. Karena itu, agama mengandung arti ikatan yang harus dipegang dan dipatuhi manusia. Ikatan dimaksud berasal dari suatu kekuatan yang lebih tinggi dari manusia sebagai kekuatan ghaib yang tak dapat ditangkap dengan panca indera, namun mempunyai pengaruh yang besar sekali terhadap kehidupan manusia sehari hari. Secara definitive, menurut Harun Nasution agama adalah: a) Pengakuan terhadap adanya hubungan manusia dengan kekuatan ghaib yang harus dipatuhi. b) Pengakuan terhadap adanya kekuatan ghaib yang menguasai manusia. c) Mengikat diri pada suatu bentuk hidup yang mengandung pengakuan pada suatu sumber yang berada di luar diri manusia dan yang mempengaruhi perbuatan perbuatan manusia. d) Kepercayaan pada suatu kekuatan ghaib yang menimbulkan cara hidup tertentu. e) Suatu system tingkah laku yang berasal dari kekuatan ghaib. f) Pengakuan terhadap adanya kewajiban kewajiban yang diyakini bersumber pada suatu kekuatan ghaib. g) Pemujaan terhadap kekuatan ghaib yang timbul dari perasaan lemah dan perasaan takut terhadap kekuatan misterius yang terdapat dalam alam sekitar manusia. h) Ajaran ajaran yang diwahyukan Tuhan kepada manusia melalui seorang rasul. 2[2] 2[2] Arifin, Bambang Syamsul, Psikologi agama, Pustaka Setia, Cetakan I, Bandung, 2008
  • 4. Agama sangatlah penting dalam kehidupan manusia karena ia dapat memberikan beberapa perubahan. B. PSIKOLOGI MANUSIA DALAM BERAGAMA Manusia sebagai subjek dari agama sudah tentu memiliki hubungan yang erat dengan agama itu sendiri. Hubungan antara dua variable ini ada yang menyangkut masalah masalah besar, menengah, dan kecil. Meneliti hubugan masalah besar dalam kehidupan seperti hubungan agama dengan kemujuan, pembangunan atau modernisasi, agama dan kebahagiaan hidup dinamakan dengan proses grand theories. Dibawah itu, dapat pula diteliti masalah yang lebih khusus, seperti hubungan agama dengan politik, ilmu pengetahuan, seni, organisasi, yang dapat dinamakan dengan middle theories. Kemudian perhatian peneliti antropologi dapat pula ditujukan kepada fenomena yang lebih khusus atau kecil dari middle theoris dalam masyarakat, seperti fenomena meneliti music nasyid dikampus suatu universitas umum, kehidupan seksual pastur suatu gereja katolik, kehidupan spiritual para selebritis suatu kota metropolitan. Hasil penelitian atau studi tentang hal yang lebih khusus ini yang biasa dinamakan studi kasus dapat dinamakan mikro teoris. Diantara ahli antropologi ada yang tidak setuju, antropologi ikut ikutan pula mengembangkan pengetahuan teoritis seperti ilmu alam, sosiologi, dan ilmu ekonomi sebagaimana dikemuakakan oleh geertz. Namun sebagai ilmu yang mulanya dikembangkan oleh kebudayaan modern barat, penilaian terhadap hubungan agama dan kehidupan dapat dibaca, baik secara tersurat, atau minimal secara tersirat. Maka muncul beberapa teori asal usul agama, diantaranya adalah teori psikologis. Sigmund freud mulanya seorang dokter medis. Ia menyaksikan banyak penyakit fisik dilatar belakangi oleh gangguan jiwa. Ia juga menulis tentang agama dan masyarakat primitive. Gangguan jiwa manusia, menurutnya, disebabkan keinginan hewani manusia yang terkumpul dalam alam bawah sadar jiwa manusia banyak yang terhalang untuk direalisasi oleh nilai nilai ideal yang berada dalam jiwa manusia yang dinamakan superego. Superego berasal dari tekanan hukum, moral, agama, dan budaya. Keinginan hewani manusia demikian mendasar , menurut freud, sehingga tampil dalam bentuk Oedipus kompleks. Dari masih kecil, anak anak sudah menaruh
  • 5. cemburu kepada orang tuanya yang sejenis kelamin dengan dia karena orang tuanya itu juga mencintai orang tuanya yang berlawanan jenis dengan dia sendiri. Dia juga mencintai o9ran gtuanya yan gberlawanan jenis kelamin itu oleh karena itu, anak lelaki menaruh cemburu kepada ayahnya dan anak perempuan menaruh cemburu dari kecil kepada ibunya. Dalam bukunya totem dan taboo ia menjelaskan bahwa asal mula agama, etik, masyarakat, dan seni adalah pada Oedipus kompleks. Terpengaruh oleh data suku aborigin yang digunakan Durkheim. Freud mendasarkan teorinya pada eksogami dari suku yang bersangkutan dan binatang atau tumbuhan totem tidak boleh dinamakan kecuali dengan ritual tertentu. Dalam masyarakat yang hanya hidup dari berburu, bapak punya peran besar dan menyingkirnkan peran anak laki laki yang lain. Bapak juga memonopoli perempuan yang ada dalam sukunya. Syahdan, kata freud, pada suatu hari, anak laki laki tersingkir nekat menyembelih ayahnya dan memekan daging ayahnya itu. Kemudian timbul rasa bersalah dan berdosa yang serius dikalangan mereka. Lalu mereka berbalik menghormati, memuja, menyembah, dan memimta ampun kepada ayah tersebut. Dengan demikian, bapak yang mati akhirnya juga menjadi sangat berkuasa. Dengan kisah Oedipus kompleks inilah dimulainya kepercayaan keagamaan menurut freud. Dari seni lahir kepercayaan kepada totem, taboo, incessed, eksogami, ritual totem dalam masyarakat. Binatang totem adalah ayah itu sendiri. Lama kelamaan anggota suku biasa atau awam merasa tidak bias berhubungan dengan totem dan tuhan itu. Lalu timbul pula lembaga pemuka agama. Dalam agama Kristen tuhan anak juga memuja dan menyembah tuhan bapak karena Oedipus complex. Namun, disamping itu, freud juga mengakui bahwa agama adalah kebutuhan psikologis manusia. Karena ketidak mampuan manusia menghadapai berbagai bencana alam, mereka buat patung atau lukisan yang menempatkan bahaya alam itu sebagai tempat pelampiasan kemarahan. Mereka juga memerlukan orang kuat untuk menhadapai semua bencana, yaitu Tuhan. Tetapi tuhan itu sebenarnya adalah orang yang paling mereka cemburui dan takuti., yaitu ayah mereka sendir. Dengan demikian, freud membuktikan kebenaran teori Oedipus complex. Dengan demikian, agama tidak lain dari an in fantile opsession (obsesi kekanak kanakan).
  • 6. Cerita ini juga diterapkannya untuk agama yahudi yang berasal dari agama mesir kuno. Amenhotep adalah raja mesir yang meresmikan satu tuhan yang maha kuasa. Salah satu seorang rakyatnya yang bernama musa yang tidak mau agamanya dikotori oleh polytheisme mereka mengajak kaumnya bangsa yahudi untuk percaya kepada satu tuhan, melakukan khitan bagi laki laki, memberikan hukum hukum, dan memerintahkan menyembah tuhan aton yang maha esa. namun, diantara bangsanya ada yang keras kepala, ingkar, dan malah berusaha membunuh nabi musa dan mengembalikan agama monotheisme yahudi ke agama polytheis suku suku sebelumnya yang dinamakan dengan agama yahwe. Oleh sebab itu, nabi adalah bapak orang yahudi, dibunuh oleh para pemberontak, anak anaknya. Kemudian anak anaknya merasa berdosa dan berdamai serta menghormati bapaknya dan hukumnya. Agama yahwe mereka intergrasikan dengan agama adonai yang diajarkan musa, si bapak terbunuh. Teori ini tentu mengundang banyak kritik, suatu rekonstruksi yang didasarkan kepada khayalan, tidak kepada fakta.3[3] C. KESIMPULAN Dalam menelusuri asal usul mengapa manusia beragama, kebanyakan ilmuwan social mengembalikannya kepada factor kelemahan manusia. Manusia beragama karena beberapa hal berikut. Yang pertama, karena ia tidak mampu mengatasi bencana alam dengan kemampuan sendiri. Kedua, karena ia tidak mampu melestarikan sumber daya dan keharmohisan alam, seperti tidak mampu menjamin matahari tetap bersinar dan apdi mereka tetap menjadi. Ketiga, mereka tidak mampu mengatur tindakan manusia untuk dapat hidup damai satu sama lain dalam masyarakat. Karena ketidak mampuan itulah mereka mempercayai adanya kekuatan ghaib yang maha mampu menyelamatkan atau membantu mereka. Ini berarti bahwa kepercayaan kepada kekuatan ghaib tersebut mereka buat sendiri untuk menjwab misteri kehidupan dan gejala alam. Sehingga pada awal mula munculnya agama inilah mau tidak mau manusia harus mempercayai kepada hal yang ghaib kekuatan supernatural yang mereka 3[3] Agus, Bustanuddin, Agama dalam kehidupan manusia pengantar antropologi agama, Jakarta, PT Rajagrafindo Persada, 2006
  • 7. harapkan dapat membantu manusia dalam menyelesaikan semua permasalahan yang tidak mampu manusia selesaikan. Inilah fitrah manusia, psikologis manusia yang selalu meminta bantuan kepada yang lebih bisa dan lebih mampu apabila ia sendiri tidak mampu melakukannya. Wallahu a’lam. REFRENSI Ø Agus, Bustanuddin, Agama dalam kehidupan manusia pengantar antropologi agama, Jakarta, PT Rajagrafindo Persada, 2006 Ø Thomas F.O’DEA,Sosiologi Agama,Suatu pengenalan Awal,Jakarta, Yayasan Solidaritas Gajah Mada,1996