Dokumen tersebut membahas tentang pengertian agama menurut beberapa sumber, termasuk Kamus Besar Bahasa Indonesia, Harun Nasution, Yusuf Qordawi, dan Elizabeth K. Nottingham. Dokumen ini juga membahas perkembangan agama dari agama yang dianut masyarakat primitif seperti dinamisme, animisme, dan politeisme hingga agama monoteisme.
American Piety : The Nature of Religious CommitmentArif Setyawan
Dokumen tersebut membahas tentang religiusitas dalam Islam yang terdiri dari lima dimensi yaitu aqidah, ibadah, amal, akhlak dan pengetahuan. Dimensi-dimensi tersebut mencerminkan komitmen seseorang terhadap agama Islam melalui keyakinan, ritual, perilaku, sikap dan pengetahuan agama. Dokumen ini juga menjelaskan berbagai pengertian dan fungsi agama bagi manusia.
Agama diperlukan manusia karena:
1. Fitrah manusia memiliki potensi beragama
2. Manusia memiliki kelemahan seperti nafsu yang berpotensi baik atau buruk sehingga butuh pedoman
Sistem keprcayaan masyarakat pra sejarah.pptx (aan nitip)Aan Khoirudin
Sistem kepercayaan masyarakat tradisional meliputi animisme, dinamisme, dan totemisme. Animisme meyakini setiap benda hidup atau mati memiliki roh. Dinamisme meyakini benda-benda tertentu memiliki kekuatan gaib. Totemisme meyakini binatang-binatang memiliki roh yang membuat manusia menghargai atau takut pada binatang tertentu.
Agama Hindu muncul sekitar tahun 3120 SM sampai 1300 SM dan merupakan agama tertua yang masih bertahan hingga kini. Agama Hindu memuja berbagai dewa tetapi meyakini bahwa Tuhan itu maha esa. Pada abad ke-6 SM, agama Hindu mengalami kemunduran akibat upacara keagamaan yang dimonopoli kaum Brahman, sistem kasta, dan kemunculan agama Buddha.
American Piety : The Nature of Religious CommitmentArif Setyawan
Dokumen tersebut membahas tentang religiusitas dalam Islam yang terdiri dari lima dimensi yaitu aqidah, ibadah, amal, akhlak dan pengetahuan. Dimensi-dimensi tersebut mencerminkan komitmen seseorang terhadap agama Islam melalui keyakinan, ritual, perilaku, sikap dan pengetahuan agama. Dokumen ini juga menjelaskan berbagai pengertian dan fungsi agama bagi manusia.
Agama diperlukan manusia karena:
1. Fitrah manusia memiliki potensi beragama
2. Manusia memiliki kelemahan seperti nafsu yang berpotensi baik atau buruk sehingga butuh pedoman
Sistem keprcayaan masyarakat pra sejarah.pptx (aan nitip)Aan Khoirudin
Sistem kepercayaan masyarakat tradisional meliputi animisme, dinamisme, dan totemisme. Animisme meyakini setiap benda hidup atau mati memiliki roh. Dinamisme meyakini benda-benda tertentu memiliki kekuatan gaib. Totemisme meyakini binatang-binatang memiliki roh yang membuat manusia menghargai atau takut pada binatang tertentu.
Agama Hindu muncul sekitar tahun 3120 SM sampai 1300 SM dan merupakan agama tertua yang masih bertahan hingga kini. Agama Hindu memuja berbagai dewa tetapi meyakini bahwa Tuhan itu maha esa. Pada abad ke-6 SM, agama Hindu mengalami kemunduran akibat upacara keagamaan yang dimonopoli kaum Brahman, sistem kasta, dan kemunculan agama Buddha.
Agama Hindu merupakan agama tertua di dunia yang masih bertahan hingga kini dengan jumlah penganut hampir 1 bilion. Agama Hindu muncul sekitar tahun 3120 SM hingga 1300 SM di India barat daya. Hindu meyakini dalam kewujudan satu Tuhan yang maha esa walaupun memuja pelbagai dewa. Mereka percaya konsep karma dan samsara serta tujuan utama mencapai kebahagiaan rohani.
Agama Hindu adalah agama tertua di India yang dikenali sebagai Sanatana Dharma. Ia mempunyai kitab suci utama empat Veda dan percaya dalam konsep Trimurti iaitu Brahma, Vishnu dan Shiva. Agama Hindu mempengaruhi budaya India dalam aspek sistem kasta, peranan wanita, bahasa dan kesusasteraan. Kedatangan agama Buddha dan Islam turut memberi kesan dalam masyarakat Hindu di India.
Teks tersebut membahas tentang agama Hindu, termasuk sejarah, penganut, keyakinan, dan konsep ketuhanan dalam agama Hindu. Agama Hindu adalah agama tertua di dunia yang berasal dari anak benua India dan memiliki penganut sekitar 1 milyar jiwa. Ada lima keyakinan utama dalam agama Hindu yaitu percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa, jiwa, hukum sebab akibat, reinkarnasi, dan moksa. Konsep ketuhanan d
Teks tersebut membahas tentang manusia dan agama. Pertama, menjelaskan bahwa beragama merupakan kebutuhan manusia baik secara fisik maupun nonfisik. Kedua, membahas pengertian dan asal usul agama serta beberapa agama besar di dunia. Ketiga, Islam dijelaskan sebagai agama fitrah dari Allah SWT yang memberikan hidayah kepada manusia.
Pengaruh Agama Hindu dalam Pembangunan sahsiahNur Kareena
Dokumen tersebut merangkum perspektif agama Hindu terhadap pembangunan sahsiah. Tiga prinsip utama yang ditekankan adalah: (1) prinsip ajaran Hindu yang menekankan bahwa kehidupan manusia adalah penderitaan tetapi dapat terbebas dengan menyadari jiwa sebagai bagian dari Tuhan, (2) prinsip kitab Weda yang menyatakan bahwa setiap tindakan memiliki akibat sesuai hukum karma
Agama Hindu dan Buddha lahir di India pada abad ke-6 SM. Agama Hindu tumbuh dari akulturasi antara bangsa Aria dan Dravida yang membawa ajaran Weda, sementara Buddha lahir dari ajaran Siddharta Gautama yang mengajarkan empat kebenaran mulia untuk mengakhiri penderitaan."
Dokumen tersebut membahas konsep-konsep keagamaan Hindu di Bali seperti kitab suci, hari raya, tempat ibadah, permasalahan yang dihadapi umat Hindu, dan beberapa simbol agama Hindu."
Teks tersebut membahas sejarah perkembangan agama Hindu di Indonesia. Ringkasannya adalah: Agama Hindu diperkirakan mulai masuk Indonesia pada abad ke-4 Masehi berdasarkan bukti arkeologis. Agama ini kemudian berkembang di berbagai kerajaan di Jawa dan Bali hingga abad ke-15. Perkembangan agama Hindu di Indonesia terus berlanjut hingga saat ini terutama di Bali.
1) Dokumen tersebut membahas tentang pengertian moksa dalam agama Hindu, yaitu tujuan hidup tertinggi agama Hindu untuk mencapai kebebasan dari ikatan duniawi dan bersatu dengan Tuhan. 2) Ada beberapa cara untuk mencapai moksa seperti melalui pendekatan spiritual, berbuat baik, dan meningkatkan kesucian. 3) Terdapat tingkatan-tingkatan moksa tergantung karma selama hidup.
Agama Hindu dan Buddha berasal dari anak benua India. Agama Hindu muncul antara abad ke-3 sampai 1 SM dan merupakan agama tertua di dunia yang masih bertahan, sedangkan Agama Buddha muncul sebagai reaksi penentangan terhadap dominasi golongan Brahmana atas ajaran dan ritual masyarakat India, yang diajarkan oleh Sidharta Gautama. Kedua agama ini memiliki kitab suci dan tempat suci yang dianggap penting bagi umatnya.
Tiga poin utama dokumen tersebut adalah:
1. Implementasi Harkat dan Martabat Manusia (HMM) dalam Undang-Undang Sisdiknas No. 20 tahun 2003 mencakup pengembangan potensi spiritual, pengendalian diri, dan kepribadian peserta didik.
2. Kelima dimensi kemanusiaan saling terkait dan berpengaruh untuk memungkinkan perkembangan individu menjadi manusia seutuhnya.
3. Tujuan pendidikan diarahkan p
Agama diperlukan manusia karena fitrah manusia memiliki potensi beragama dan karena kelemahan serta kekurangan manusia. Fitrah manusia memiliki kecenderungan untuk beribadah kepada Tuhan, sementara manusia juga memiliki keterbatasan akal dan kelemahan. Agama diperlukan untuk memberi pedoman hidup agar manusia bahagia di dunia dan akhirat.
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian, asal-usul, macam-macam, unsur-unsur, tujuan dan fungsi agama. Secara ringkas, agama adalah keyakinan akan kekuatan gaib dan cara berhubungan dengan kekuatan tersebut, yang mencakup ritual keagamaan dan sistem nilai. Agama berasal dari kebutuhan manusia akan penjelasan mengenai kematian dan alam semesta, dan dibedakan menjadi agama wahyu dan bu
Dokumen tersebut membahas teori psikologis evolusionis tentang asal usul agama menurut Sigmund Freud. Freud berpendapat bahwa agama bermula dari kompleks Oedipus dan rasa bersalah manusia setelah membunuh ayahnya pada zaman prasejarah. Teori ini menjelaskan asal-usul kepercayaan, ritual, dan lembaga-lembaga keagamaan berdasarkan psikologi manusia.
Agama Hindu merupakan agama tertua di dunia yang masih bertahan hingga kini dengan jumlah penganut hampir 1 bilion. Agama Hindu muncul sekitar tahun 3120 SM hingga 1300 SM di India barat daya. Hindu meyakini dalam kewujudan satu Tuhan yang maha esa walaupun memuja pelbagai dewa. Mereka percaya konsep karma dan samsara serta tujuan utama mencapai kebahagiaan rohani.
Agama Hindu adalah agama tertua di India yang dikenali sebagai Sanatana Dharma. Ia mempunyai kitab suci utama empat Veda dan percaya dalam konsep Trimurti iaitu Brahma, Vishnu dan Shiva. Agama Hindu mempengaruhi budaya India dalam aspek sistem kasta, peranan wanita, bahasa dan kesusasteraan. Kedatangan agama Buddha dan Islam turut memberi kesan dalam masyarakat Hindu di India.
Teks tersebut membahas tentang agama Hindu, termasuk sejarah, penganut, keyakinan, dan konsep ketuhanan dalam agama Hindu. Agama Hindu adalah agama tertua di dunia yang berasal dari anak benua India dan memiliki penganut sekitar 1 milyar jiwa. Ada lima keyakinan utama dalam agama Hindu yaitu percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa, jiwa, hukum sebab akibat, reinkarnasi, dan moksa. Konsep ketuhanan d
Teks tersebut membahas tentang manusia dan agama. Pertama, menjelaskan bahwa beragama merupakan kebutuhan manusia baik secara fisik maupun nonfisik. Kedua, membahas pengertian dan asal usul agama serta beberapa agama besar di dunia. Ketiga, Islam dijelaskan sebagai agama fitrah dari Allah SWT yang memberikan hidayah kepada manusia.
Pengaruh Agama Hindu dalam Pembangunan sahsiahNur Kareena
Dokumen tersebut merangkum perspektif agama Hindu terhadap pembangunan sahsiah. Tiga prinsip utama yang ditekankan adalah: (1) prinsip ajaran Hindu yang menekankan bahwa kehidupan manusia adalah penderitaan tetapi dapat terbebas dengan menyadari jiwa sebagai bagian dari Tuhan, (2) prinsip kitab Weda yang menyatakan bahwa setiap tindakan memiliki akibat sesuai hukum karma
Agama Hindu dan Buddha lahir di India pada abad ke-6 SM. Agama Hindu tumbuh dari akulturasi antara bangsa Aria dan Dravida yang membawa ajaran Weda, sementara Buddha lahir dari ajaran Siddharta Gautama yang mengajarkan empat kebenaran mulia untuk mengakhiri penderitaan."
Dokumen tersebut membahas konsep-konsep keagamaan Hindu di Bali seperti kitab suci, hari raya, tempat ibadah, permasalahan yang dihadapi umat Hindu, dan beberapa simbol agama Hindu."
Teks tersebut membahas sejarah perkembangan agama Hindu di Indonesia. Ringkasannya adalah: Agama Hindu diperkirakan mulai masuk Indonesia pada abad ke-4 Masehi berdasarkan bukti arkeologis. Agama ini kemudian berkembang di berbagai kerajaan di Jawa dan Bali hingga abad ke-15. Perkembangan agama Hindu di Indonesia terus berlanjut hingga saat ini terutama di Bali.
1) Dokumen tersebut membahas tentang pengertian moksa dalam agama Hindu, yaitu tujuan hidup tertinggi agama Hindu untuk mencapai kebebasan dari ikatan duniawi dan bersatu dengan Tuhan. 2) Ada beberapa cara untuk mencapai moksa seperti melalui pendekatan spiritual, berbuat baik, dan meningkatkan kesucian. 3) Terdapat tingkatan-tingkatan moksa tergantung karma selama hidup.
Agama Hindu dan Buddha berasal dari anak benua India. Agama Hindu muncul antara abad ke-3 sampai 1 SM dan merupakan agama tertua di dunia yang masih bertahan, sedangkan Agama Buddha muncul sebagai reaksi penentangan terhadap dominasi golongan Brahmana atas ajaran dan ritual masyarakat India, yang diajarkan oleh Sidharta Gautama. Kedua agama ini memiliki kitab suci dan tempat suci yang dianggap penting bagi umatnya.
Tiga poin utama dokumen tersebut adalah:
1. Implementasi Harkat dan Martabat Manusia (HMM) dalam Undang-Undang Sisdiknas No. 20 tahun 2003 mencakup pengembangan potensi spiritual, pengendalian diri, dan kepribadian peserta didik.
2. Kelima dimensi kemanusiaan saling terkait dan berpengaruh untuk memungkinkan perkembangan individu menjadi manusia seutuhnya.
3. Tujuan pendidikan diarahkan p
Agama diperlukan manusia karena fitrah manusia memiliki potensi beragama dan karena kelemahan serta kekurangan manusia. Fitrah manusia memiliki kecenderungan untuk beribadah kepada Tuhan, sementara manusia juga memiliki keterbatasan akal dan kelemahan. Agama diperlukan untuk memberi pedoman hidup agar manusia bahagia di dunia dan akhirat.
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian, asal-usul, macam-macam, unsur-unsur, tujuan dan fungsi agama. Secara ringkas, agama adalah keyakinan akan kekuatan gaib dan cara berhubungan dengan kekuatan tersebut, yang mencakup ritual keagamaan dan sistem nilai. Agama berasal dari kebutuhan manusia akan penjelasan mengenai kematian dan alam semesta, dan dibedakan menjadi agama wahyu dan bu
Dokumen tersebut membahas teori psikologis evolusionis tentang asal usul agama menurut Sigmund Freud. Freud berpendapat bahwa agama bermula dari kompleks Oedipus dan rasa bersalah manusia setelah membunuh ayahnya pada zaman prasejarah. Teori ini menjelaskan asal-usul kepercayaan, ritual, dan lembaga-lembaga keagamaan berdasarkan psikologi manusia.
Teks tersebut memberikan penjelasan mengenai konsep kebudayaan dan ciri-ciri kebudayaan menurut beberapa ahli antropologi. Ia juga menjelaskan pengaruh animisme dalam masyarakat tradisional seperti kepercayaan terhadap roh dan semangat, upacara keagamaan tradisional, serta sistem perkahwinan dalam masyarakat primitif.
Bab ini membincangkan agama-agama utama di Malaysia seperti Islam, Buddha, Hindu, Kristian, dan Konfusianisme. Islam dijadikan agama rasmi negara manakala agama-agama lain diiktiraf. Prinsip-prinsip utama setiap agama dibincangkan secara ringkas.
Dokumen tersebut membahas tentang agama Islam dan hubungannya dengan manusia. Agama Islam memberikan penjelasan bahwa manusia memiliki potensi untuk berbuat baik maupun buruk, dan agama diperlukan untuk mengendalikan hawa nafsu manusia agar sesuai dengan ajaran agama. Dokumen ini juga membahas tentang pendidikan agama yang diperlukan sejak usia dini untuk membentuk manusia yang bertakwa.
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian filsafat, pemecahan masalah melalui filsafat, pengertian akal dalam Islam, keutamaan akal, dan hubungan antara agama dan budaya dalam 3 kalimat atau kurang. Dokumen tersebut menjelaskan bahwa filsafat adalah ilmu yang berkaitan dengan logika, estetika, metafisika dan epistemologi, pemecahan masalah dapat dilakukan dengan berpikir menggunakan akal
Materi ini membahas tentang defenisi dan Usia Anak di Indonesia serta hubungannya dengan risiko terpapar kekerasan. Dalam modul ini, akan diuraikan berbagai bentuk kekerasan yang dapat dialami anak-anak, seperti kekerasan fisik, emosional, seksual, dan penelantaran.
PPT RENCANA AKSI 2 modul ajar matematika berdiferensiasi kelas 1Arumdwikinasih
Pembelajaran berdiferensiasi merupakan pembelajaran yang mengakomodasi dari semua perbedaan murid, terbuka untuk semua dan memberikan kebutuhan-kebutuhan yang dibutuhkan oleh setiap individu.kelas 1 ........
PPT RENCANA AKSI 2 modul ajar matematika berdiferensiasi kelas 1
Materi msi
1. BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Agama
Agama menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sistem yang mengatur tata
keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa serta tata kaidah
yang berhubungan dengan pergaulan manusia serta lingkungannya.
Menurut Harun Nasution, dalam masyarakat Indonesia selain dari kata agama, dikenal
pula kata din (دين) dari bahasa Arab dan kata religi dalam bahasa Eropa. Menurutnya, agama
berasal dari bahasa Sansekerta, “a” yang berarti tidak dan “gam” yang artinya pergi. Jadi agama
artinya tidak pergi, tetap ditempat, diwarisi secara turun-temurun. Selanjutnya din dalam
bahasa semit berarti undang-undang atau hukum. Dalam bahasa Arab kata ini mengandung arti
menguasai, menundukkan, patuh, utang, balasan, dan kebiasaan.1
Harun Nasution menyimpulkan bahwa intisari yang terkandung dalam istilah-istilah di
atas ialah ikatan. Agama memang mengandung arti ikatan yang harus dipegang dan dipatuhi
manusia. Ikatan ini mempunyai pengaruh besar sekali terhadap kehidupan manusia sehari-hari.
Ikatan itu berasal dari suatu kekuatan yang lebih tinggi dari manusia. Suatu kekuatan gaib yang
tak dapat ditangkap oleh pancaindera.2
Menurut Prof. Yusuf Qordawi bahwa kata ad-din adalah keyakinan (keimanan) tentang
suatu zat ketuhanan (ilahiyah) yang pantas untuk menerima ketaatan dan ibadah
(penyembahan).3
Adapun pengertian agama dari segi istilah menurut Elizabet K. Nottingham adalah gejala
yang begitu sering terdapat dimana-mana sehingga sedikit membantu usaha-usaha kita untuk
membuat abstraksi ilmiah. Lebih lanjut Nottingham mengatakan bahwa agama berkaitan
dengan usaha-usaha manusia untuk mengukur dalamnya makna dari keberadaannya sendiri
dan keberadaan alam semesta. Agama telah menimbulkan khayalnya yang paling luas dan juga
digunakan untuk membenarkan kekejaman orang yang luar biasa terhadap orang lain. Agama
1 Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta, Rajawali Pers, 2016), hlm. 9.
2 Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, Jilid I, (Jakarta: UI Press, 1979), hlm. 9-10.
3 Solihah Titin Sumanti, Dasar-dasar Materi Pendidikan Agama Islam untuk Perguruan Tinggi, (Jakarta: Rajawali
Pers, 2015), hlm. 26.
2. dapat membangkitkan kebahagiaan batin yang paling sempurna dan juga perasaan takut dan
ngeri.4
Menurut Hendro Puspito, agama adalah suatu jenis sistem sosial yang dibuat oleh
penganut-penganutnya yang berproses pada kekuatan-kekuatan non empiris yang
dipercayainya dan didayagunakan untuk mencapai keselamatan bagi mereka dan masyarakat
pada umumnya.5
Menurut A. M. Saefuddin (1987), menyatakan bahwa agama merupakan kebutuhan
manusia yang paling esensial yang bersifat universal. Karena itu, agama merupakan kesadaran
spiritual yang di dalamnya ada satu kenyataan di luar kenyataan yang nampak ini, yaitu bahwa
manusia selalu mengharap belas kasihan-Nya, bimbingan-Nya, serta belaian-Nya, yang secara
ontologis tidak bisa diingkari, walaupun oleh manusia yang mengingkari agama (komunis)
sekalipun.
B. Agama dan Perkembangannya
Dalam perjalanan sejarahnya, agama dapat dibedakan menjadi dua kategori. Ada agama
yang dianut oleh masyarakat yang masih bersifat primitif dan ada pula yang dianut oleh
masyarakat yang telah meninggalkan fase primitif. Di antara bentuk agama yang terdapat dalam
masyarakat primitif adalah dinamisme, animisme, dan politeisme.
Agama dinamisme mengandung kepercayaan pada kekuatan gaib yang misterius. Dalam
paham ini, benda-benda tertentu diyakini mempunyai kekuatan gaib dan berpengaruh terhadap
kehidupan manusia sehari-hari. Kekuatan gaib itu ada yang bersifat baik dan ada yang bersifat
jahat. Benda yang mempunyai kekuatan gaib baik akan disenangi dan dipakai atau dimakan
agar orang yang memakai atau memakannya senantiasa dipelihara dan dilindungi oleh kekuatan
gaib yang terdapat di dalamnya. Benda yang mempunyai kekuatan gaib dan jahat ditakuti dan
karena itu dijauhi. Kekuatan gaib itu tidak mengambil tempat yang tetap, tetapi berpindah dari
satu tempat ke tempat yang lain. Lebih lanjut, kekuatan gaib itu tak dapat dilihat, yang dapat
dilihat hanyalah efek atau bekas dan pengaruhnya. Pengaruh baiknya umumnya terlihat dalam
bentuk kesuburan bagi sebidang tanah, rindangnya buah bagi sesuatu pohon, panjangnya umur
bagi seseorang, keberanian luar biasa bagi pahlawan perang, kekuatan luar biasa bagi seekor
4 Elizabeth K. Nottingham, Agama dan Masyarakat Suatu Pengantar Sosiologi Agama, (Jakarta: Rajawali, 1985),
cet. I, hlm. 4.
5 Hendropuspito,Sosiologi Agama (Yogyakarta: Kanisius, 1998) hlm. 34
3. bina-tang, dan sebagainya. Kalau efek-efek tersebut telah hilang dari tanah, atau pohon, atau
pun dari selainnya, maka benda yang diang-gap membawa kesuburan, umur panjang, dan
sebagainya itu berarti telah kehilangan kekuatan gaibnya, dan benda itu pun tidak dihargai lagi.
Dalam literatur ilmiah, kekuatan gaib itu disebut “mana”, orang Jepang menyebutnya
“kami”, orang India “hari”, “sakti”, dan sebagainya, orang Pigmi di Afrika menyebutnya,
“oudah”, dan orang Indian Amerika menyebutnya “wakan”,“orienda”, dan “maniti”.6 Dalam
bahasa Indonesia mana ini disebut tuah atau sakti. Di kalangan masyarakat Indonesia, orang
masih menghargai barang-barang yang dianggap bersakti dan bertuah, seperti keris, batu cincin,
dan lain-lain. Dengan memakai benda serupa ini, orang menganggap dirinya akan dapat
terpelihara dari penyakit, kecelakaan, bencana, dan lain-lain. Mana yang terdapat dalam benda
yang bersangkutan dan merupakan kekuatan gaib itulah yang dianggap memelihara manusia
dari hal-hal buruk yang disebut di atas. Dalam paham agama dinamisme, diyakini bahwa
semakin bertambah mana yang diperoleh seseorang semakin bertambah jauh pula dia dari
bahaya dan bertambah selamat hidupnya. Kehilangan mana berarti maut. Oleh karena itu,
tujuan beragama di sini, ialah mengumpulkan mana sebanyak mungkin.7
Dalam masyarakat primitif peran seorang dukun atau ahli sihir dipandang masih penting
karena mereka inilah yang diyakini dapat mengontrol dan menguasai mana yang beraneka
ragam itu. Mereka dianggap dapat membuat mana berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya.
Karena kemampuan seperti ini, mereka diyakini dapat pula menempatkan mana ke dalam
benda-benda yang telah mereka tentukan, biasanya benda-benda kecil yang mudah diikatkan ke
anggota badan dan mudah dapat di bawa ke mana-mana. Benda-benda serupa ini disebut fetish.
Dengan cara demikian, seorang anggota masyara-kat primitif dapat memperoleh mana yang
diperlukan untuk memelihara keselamatan diri mereka dari bahaya-bahaya yang selalu
mengancam hidup mereka.
Agama animisme, adalah agama yang mengajarkan bahwa tiap-tiap benda, baik yang
bernyawa maupun yang tidak bernyawa, mempunyai roh. Roh dalam masyarakat primitif belum
mengambil bentuk roh seperti yang dipahami oleh paham masyarakat yang lebih maju. Dalam
masyarakat primitif, roh masih tersusun dari materi yang halus sekali, yang lebih menyerupai
6 Harun Nasution, Falsafat Agama (Jakarta: Bulan Bintang, 1991), hlm. 23-24.
7 Harun Nasution, Islam Ditinjau, Jilid II, hlm.10-11.
4. uap atau udara. Roh bagi mereka mempunyai rupa, misalnya berkaki dan bertangan yang
panjang-panjang, mempunyai umur dan perlu pada makanan. Mereka bertingkah laku seperti
manusia, misalnya pergi berburu, menari, dan menyanyi. Terkadang roh dapat juga dilihat,
walaupun ia tersusun dari materi yang halus sekali. Roh dari benda-benda tertentu mempunyai
pengaruh terhadap kehidupan manusia. Mereka menghormati dan merasa takut pada Roh dari
benda-benda yang menimbulkan perasaan dahsyat, seperti hutan yang lebat, danau yang dalam,
sungai yang arusnya deras, pohon besar lagi rindang daunnya, gua yang gelap, dan sebagainya.
Masyarakat primitif mempersembahkan sesajen kepada roh-roh seperti ini untuk
menyenangkan hati mereka. Sesajen biasanya berupa binatang, makanan, kembang, dan
sebagainya. Bagi penganut animisme, roh nenek moyang mereka juga menjadi objek yang
ditakuti dan dihormati. Dalam konteks agama animisme, tujuan beragama masih terbatas pada
penciptaan atau penjalinan hubungan baik dengan roh-roh yang ditakuti dan dihormati itu
dengan cara berupaya menyenangkan hati mereka. Tindakan yang membuat mereka marah
harus dijauhi karena kemarahan roh-roh itu akan menimbulkan bahaya dan malapetaka. Yang
diyakini dapat mengontrol roh-roh tersebut, seperti halnya dalam agama dinamisme, adalah
dukun dan ahli sihir juga.
Dalam masyarakat Indonesia, masih dijumpai kepercayaan kepada roh, seperti halnya
kepercayaan kepada mana. Bentuknya banyak terlihat dalam tradisi pemberian sasajen,
selamatan, kepercayaan kepada ”makhluk halus” dan lain-lain. Ritus dan tradisi seperti ini
adalah bekas dan peninggalan dari kepercayaan animistis masyarakat kita dari zaman yang
silam.
Agama politeisme mengandung kepercayaan pada dewa-dewa. Dalam agama ini, bukan
lagi roh-roh yang yang menimbulkan perasaan takjub dan dahsyat, tapi dewa-dewa. Kalau roh-
roh dalam animisme tidak diketahui tugas-tugasnya yang sebenarnya, dewadewa dalam
politeisme mempunyai tugas-tugas tertentu. Ada dewa yang bertugas menyinarkan cahaya dan
panas ke permukaan bumi. Dewa ini dalam agama Mesir kuno disebut Ra, dalam agama India
Kuno disebut Surya, dan dalam agama Persia kuno disebut Mithra. Ada pula dewa yang
tugasnya menurunkan hujan, yang diberi nama Indera dalam agama India kuno, dan Donnar
dalam agama Jerman kuno. Selanjutnya, ada pula dewa angin yang disebut Wata dalam agama
India kuno, dan Wotan dalam agama Jerman kuno.
5. Dalam politeisme, dewa-dewa diyakini lebih berkuasa daripada roh-roh. Oleh karena itu,
tujuan hidup beragama di sini bukanlah hanya memberi sasajen dan persembahan kepada dewa-
dewa itu, tetapi juga menyembah dan berdoa pada mereka untuk menjauhkan amarahnya dari
masyarakat yang bersangkutan. Dalam politeisme terdapat paham pertentangan tugas antara
dewa-dewa yang banyak itu. Dewa hujan dan dewa kemarau mempunyai tugas bertentangan,
dewa musim dingin dengan dewa musim panas, dewa pembanguan dengan dewa penghancuran,
dan sebagainya. Oleh karena itu, bila berdoa, seorang penganut politeisme (politeis) tidak
memanjatkan doa hanya kepada satu dewa, tetapi juga kepada dewa lawannya.
Ada kalanya tiga dari dewa-dewa yang banyak dalam politeisme meningkat statusnya
menjadi tiga dewa utama yang mendapat perhatian dan pujaan yang lebih besar dari yang lain.
Dari sini timbul paham dewa tiga. Dalam ajaran agama Hindu, dewa tiga itu mengambil bentuk
Brahma, Wisnu, Syiwa; dalam agama Weda menjadi Indra, Vithra dan Varuna; dalam agama
Mesir kuno, Osioris dengan isterinya Isis dan anaknya Herus; dan dalam agama Arab pra-Islam
ketiga dewa itu adalah al-Lata, al-‘Uzza, dan Manata.
Namun demikian, kalau dewa yang terbesar itu saja kemudian yang dihormati dan dipuja,
sedang dewa-dewa lain ditinggalkan, paham demikian telah keluar dari politeisme dan
meningkat kepada Henoteisme. Henoteisme mengakui satu tuhan untuk satu bangsa, dan
bangsa-bangsa lain mempunyai tuhannya sendiri-sendiri. Henoteisme mengandung paham
Tuhan Nasional. Paham seperti ini terdapat dalam perkembangan paham keagamaan
masyarakat Yahudi. Yahweh pada akhirnya mengalahkan dan menghancurkan semua dewa
suku bangsa Yahudi lain, sehingga Yahweh menjadi tuhan nasional bangsa Yahudi. Paham
tuhan utama dalam satu agama ini bisa meningkat menjadi paham tuhan tunggal yang disebut
dengan monoteisme, seperti akan dijelaskan di bawah.
Agama selanjutnya adalah agama monoteisme. Dalam masyarakat yang sudah maju,
agama yang dianut bukan lagi dinamisme, animisme, politeisme, dan henoteisme, tetapi agama
monoteisme atau, dalam istilah Islam disebut agama tauhid. Dasar ajaran monoteisme adalah
kepercayaan kepada adanya satu tuhan, Tuhan Maha Esa, pencipta alam semesta. Dengan
demikian, perbedaan antara henoteisme dengan monoteisme ialah bahwa pada agama yang
6. disebut terakhir tuhan tidak lagi merupakan tuhan nasional, tetapi tuhan internasional,8 tuhan
semua bangsa di dunia ini, bukan tuhan alam semesta.
Kalau dalam agama-agama sebelumnya, asal-usul manusia belum memperoleh perhatian,
dalam agama monoteisme, manusia telah diyakini berasal dari Tuhan dan akhirnya akan
kembali ke Tuhan. Oleh karena itu, dalam agama monoteisme telah muncul kesadaran bahwa
kehidupan manusia tidak hanya terbatas pada kehidupan fisikmaterial di dunia ini, tetapi akan
berlanjut ke kehidupan berikutnya setelah manusia meninggal dunia. Dalam Islam, kehidupan
kedua ini biasa disebut sebagai kehidupan akhirat. Di samping itu, dalam agama monoteisme
terdapat keyakinan monoteisme bahwa di antara kedua periode kehidupan tersebut, kehidupan
tahap kedualah yang lebih penting. Periode kehidupan pertama bersifat sementara saja sedang
yang kedua bersifat kekal. Senang atau sengsaranya seseorang di periode kehidupan kedua nanti
bergantung pada baik dan buruknya kehidupan yang dia jalani dalam periode yang pertama.
Kalau dia hidup di sini sebagai orang-orang baik, dia akan memperoleh kesenangan di sisi
Tuhan kelak. Akan tetapi, kalau dia hidup dalam keadaan jahat, dia akan mengalami
kesengsaraan di akhirat nanti. Paham seperti ini belum jelas terlihat dalam agama politeisme
apalagi dalam agama-agama dinamisme dan animisme.
Tujuan hidup dalam agama monoteisme bukan lagi mencari keselamatan hidup material
saja, tetapi juga keselamatan hidup kedua atau hidup spiritual. Dalam istilah agama, hal ini
disebut keselamatan dunia dan keselamatan akhirat. Jalan mencari keselamatan itu bukan lagi
dengan memperoleh sebanyak mungkin mana, seperti dalam masyarakat dinamisme, dan tidak
pula dengan membujuk dan menyogok roh-roh dan dewa-dewa, seperti dalam masyarakat
animisme dan politeisme. Dalam agama monoteisme, kekuatan gaib atau supernatural itu
dipandang sebagai suatu zat yang berkuasa mutlak dan bukan lagi sebagai suatu zat yang
menguasai suatu fenomena alam, seperti dalam paham animisme dan politeisme. Oleh karena
itu, Tuhan dalam monoteisme tidak dapat dibujuk dengan saji-sajian. Kepada Tuhan sebagai
pencipta yang mutlak, orang tidak bisa kecuali menyerahkan diri kepada kehendak-Nya. Pada
dasarnya, inilah arti kata “islam” yang menjadi nama agama yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad saw. Islam bermakna penyerahan diri seutuhnya kepada kehendak Tuhan. Dengan
8 Al-Imam Syekh Muhammad ‘Abduh, al-Qur’an al-Karim Juz ‘Amma (Mesir: Dar al-Taufiqiyyah, 1978), hlm.124-
125.
7. penyerahan diri inilah, yaitu dengan mematuhi perintah dan larangan-larangan Tuhan, seorang
penganut agama monoteisme mencoba mencari keselamatan.
Di sinilah letak perbedaan besar antara agama-agama primitif dan agama monoteis. Dalam
agama-agama primitif, manusia mencoba membujuk dan menarik perhatian kekuatan
supernatural dengan penyembahan dan saji-sajian supaya kekuatan itu mengikuti kemauan
manusia. Sebaliknya, dalam agama monoteisme, manusialah yang tunduk kepada kemauan
Tuhan. Tuhan dalam paham monoteisme adalah Maha Suci dan Dia menghendaki supaya
manusia pun tetap suci. Manusia akan kembali kepada Tuhan, dan yang dapat kembali ke sisi
Tuhan Yang Maha Suci hanyalah orang-orang yang suci. Orang-orang yang kotor tidak akan
diterima kembali ke sisi Tuhan Yang Maha Suci. Orang-orang kotor akan berada di neraka,
yang berarti jauh dari Tuhan. Orang yang suci akan berada dekat Tuhan dalam surga. Jalan
untuk tetap suci adalah dengan senantiasa berusaha mendekati dan mengingat Dia, dan tidak
pernah melupakan-Nya. Dengan senantiasa mendekati dan mengingat Tuhan, manusia tidak
akan mudah terperdaya oleh kesenangan kepada materi yang akan membawa kepada kejahatan,
tetapi justru berupaya untuk memperoleh kesenangan abadi di akhirat. Dengan jalan demikian,
manusia senantiasa diharapkan berusaha supaya tetap mempunyai jiwa yang suci dan bersih
serta berusaha untuk menjauhi perbuatan-perbuatan buruk dan jahat.9
C. Kebutuhan Manusia Terhadap Agama
Sekurang-kurangnya ada empat alasan yang melatarbelakangi perlunya manusia terhadap
agama. Keempat alasan tersebut secara singkat dapat dikemukakan sebagai berikut:
1. Latar Belakang Fitrah Manusia
Murtadha Muthahari mengatakan bahwa pada saat berbicara tentang para nabi, Imam
Ali menyebutkan bahwa mereka diutus untuk mengigatkan manusia kepada perjanjian
yang telah diikat oleh fitrah mereka, yang kelak mereka akan dituntut untuk memenuhinya.
Perjanjian itu tidak tercatat diatas kertas, tidak pula diucapkan oleh lidah, melainkan terukir
dengan pena ciptaan Allah di permukaan kalbu dan lubuk fitrah manusia, dan diatas
permuakaan hati nurani serta di kedalaman perasaan batiniah.10
9 Mustafa Kamal Pasha, Aqidah Islam (Jogjakarta: Citra Karsa Mandiri, 2003), hlm.13-20.
10 Murthada Muthahhari, Prespektif Manusia dan Agama, (Bandung: Mizan, 1990), cet. V, hlm. 45.
8. Kenyataan bahwa manusia memiliki fitrah keagamaan tersebut, untuk pertama kali
ditegaskan dalam ajaran islam, yakni bahwa agama adalah kebutuhan fitrah manusia.
Sebelumnya manusia tidak mengenal kenyataan ini. Kemudian, muncul beberapa orag
yang menyerukan dan memopulerkannya. Fitrah keagamaan yang ada dalam diri manusia
inilah yang melatarbelakangi perlunya manusia pada agama. Oleh karena itu, ketika datang
wahyu Tuhan yang menyeru manusia agar beragama, seruan tersebut memang sejalan
dengan fitrahnnya. Dalam konteks ini, Allah berfirman dalam QS. Ar-Rum, 30: 30:
ْ
مَِقأَف
ْ
ْاً
فيِنَ
ْحِ
نيِ
لدِْل َ
كَ
هجَ
و
ْ
هلْاِه
ْاَّلل َ
تَ
رطِف
ْاَ
هيَلَ
ْع َ
هاسنْالَ
رَطَفْ ِ
ِت
Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah
Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu (QS. Ar-Rum, 30:30).
Berdasarkan informasi tersebut, terlihat dengan jelas bahwa manusia secara fitri
merupakan makhluk yang memiliki kemampuan untuk beragama. Hal demikian sejalan
dengan petunjuk nabi dalam salah satu hadisnya yang mengatakan bahwa setiap anak yang
dilahirkan memiliki fitrah (potensi beragama), maka tinggal orang tuanyalah yang
menjadikan anak tersebut menjadi Yahudi, Nasrani, atau Majusi.
2. Kelemahan dan Kekurangan Manusia
Faktor lain yang melatarbelakangi manusia memerlukan agama adalah karena di
samping manusia memiliki kesempurnaan juga memiliki kekurangan. Hal ini antara lain di
ungkapkan oleh kata an-nafs. Menurut Qurash shihab, bahwa dalam pandangan Al-Qur’an,
nafs diciptakan Allah dalam keadaan sempurna dan berfungsi menampung serta
mendorong manusia berbuat kebaikan dan keburukan, dan karena itu sisi dalam manusia
inilah yang oleh Al-Qur’an dianjurkan untuk diberi perhatian lebih besar. Kita misalnya
membaca ayat yang berbunyi:
(ْاَ
اهه
وَ
اْسَ
مَ
ْو ٍ
سفَنَ
و
٧
(ْاَ
اهَ
وقَتَ
اْوَ
هَ
ورُ
جُفْاَ
هَ
مََْلأَفْ)
٨
)
Demi jiwa dan penyempurnaan (ciptaannya), maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu
(jalan) kefasikan dan ketakwaannya (QS. As-Syams, 91: 7-8).
9. Menurut Quraish Shihab bahwa kata mengilhamkan berarti potensi agar manusia
melalui nafs menangkap makna baik dan buruk, serta dapat mendorongnya untuk
melakukan kebaikan dan keburukan. Di sini antara lain terlihat perbedaan pengertian kata
ini menurut Al-Qur’an dengan terminologi kaum Sufi, yang oleh Al-Qusyairi dalam
risalahnya dinyatakan bahwa nafs dalam pengertian sufi adalah sesuatu yang melahirkan
sifat tercela dan perilaku buruk.11
3. Tantangan Manusia
Faktor lain yang menyebabkan manusia memerlukan agama adalah kehidupan manusia
yang senantiasa menghadapi berbagai tantangan, baik yang datang dari dalam maupun dari
luar. Tantangan dari dalam dapat berupa dorongan hawa nafsu dan bisikan setan. Adapun
tantangan dari luar berupa rekayasa dan dan upaya-upaya yang dilakukan manusia yang
secara sengaja berupaya ingin memalingkan manusia dari Tuhan. Mereka dengan rela
mengeluarkan biaya, tenaga, dan pikiran yang dimanifestasikan dalam berbagai bentuk
kebudayaan yang didalamnya mengandung misi menjauhkan manusia dari Tuhan. Kita
misalnya membaca ayat yang berbunyi:
َْ
نوُ
قِ
فنُاْيوُ
رَ
فَ
كَْ
ينِ
ذهلْاه
نِإ
ْ
ِْه
ْاَّلل ِ
يلِبَ
ْسنَ
اْعوُّ
دُ
صَيِْلمَُ
ْلاَ
وَمأ
Sesungguhnya orang-orang yang kafir menafkahkan harta mereka untuk menghalangi
(orang) dari jalan Allah. (QS. Al-Anfal, 8: 36).
Orang-orang kafir itu sengaja mengeluarkan biaya yang tidak sedikit untuk mereka
gunakan agar orang mengikuti keinginannya. Sebagai bentuk budaya, hiburan, obat-obat
terlarang dan lain sebagainya dibuat dengan sengaja. Untuk itu, upaya mengatasi dan
membentengi manusia adalah dengan mengajar mereka agar taat menjalankan agama.
Godaan dan tantangan hidup demikian itu, saat ini semakin meningkat, sehingga upaya
mengamankan masyarakat menjadi penting.
11 Abd Al-Karim Hawazan Al-Qusyairi Al-Naisabury, al-Risalah al-Qusyairiyah fi’Ilm al-Tasawuf, (Mesir: Dar al-
Khair, t.t.), hlm. 319.