SlideShare a Scribd company logo
ANALISIS THORPE
(Modul Pelatihan)
Pendahuluan
Turbulen atau percampuran masaa air dalam fluida berlapis terjadi secara acak dimana salah
satunya adalah pecahnya (rupturing) gelombang internal. Adanya fluida berlapis memungkinkan
timbulnya shear yaitu adanya perbedaan sifat dinamik antar lapisan. Adanya shear menyebabkan
sistem fluida tersebut menjadi tidak stabil. Jika ketidakstabilan tersebut dibiarkan terus, maka akan
terjadi turbulen dan jika variabelnya kecepatan maka ketidakstabilan tersebut sering dinamakan
ketakstabilan Kelvin-Helmhotz. Suatu gangguan yang menjalar dalam sistem tersebut dinamakan
gelombang internal. Semakin besar shear yang terjadi semakin kuat gelombang internal yang
ditimbulkannya. Pada suatu saat shear akan mengalami kondisi kritis dan akhirnya setelah melewati
kondisi kritis ini yang ditandai dengan pecahnya gelombang internal, terjadilah turbulensi atau
proses mixing telah terjadi (Monin, A.S dan R.V Ozmidov, 1985 dalam Sulaiman A. 2000).
Kondisi fluida yang tidak stabil di laut akan menyebabkan fluida mengalami proses
percampuran (Stewart, 2002). Menurut Pond dan Pickard (1983) pada saat fluida berdensitas tinggi
berada di atas fluida berdensitas rendah, maka akan terjadi pergerakan secara vertikal untuk mencari
posisi stabil. Stewart (2003) menyatakan bahwa keadaan lautan yang mengalami ketidakstabilan akan
membawa fluida dalam proses percampuran yang dikelompokkan ke dalam dua bagian diantaranya
adalah stabilitas statik dan double-diffusion. Stabilitas statik ini menunjukkan perubahan densitas
terhadap kedalaman sedangkan stabilitas dinamik untuk shear kecepatan. Selanjutnya double-
diffusion ini berkaitan dengan gradien salinitas dan suhu lautan. Pergerakan massa air yang
diakibatkan oleh variasi aliran turbulen dapat membentuk percampuran fluida dengan fluktuasi yang
sangat tinggi dan adanya proses pelapisan atau stratifikasi massa air dipengaruh oleh perbedaan suhu,
salinitas dan densitas lautan. Stratifikasi vertikal sangat ditentukan oleh nilai stabilitas vertikal dengan
menguji gradien densitasnya secara vertikal.
Salah satu pendekatan untuk menentukan percampuran massa air adalah dengan
menggunakan metode skala Thorpe yang melakukan estimasi nilai percampuran turbulen berdasarkan
profil vertikal massa air yang diperoleh dari data CTD (Conductivity Temperature Depth). Pemilihan
penggunaan data CTD ini dilakukan berdasarkan Ffield dan Gordon (1996) yang menegaskan bahwa
percampuran turbulen yang terjadi di perairan Indonesia disebabkan oleh adanya pasut internal,
dimana salah satu cara untuk mengetahui adanya pasut internal ini adalah melalui pengukuran data
CTD secara deret waktu (minimal satu siklus pasut).
Tujuan
Adapun tujuan dari analisis Thorpe ini adalah :
a. Menganalisis percampuran massa air sebagai pengaruh interaksi proses fisik dengan
kontur dasar perairan terhadap frekuensi apung (Brunt-Vaisala) dan difusivitas vertikal
eddy
b. Menghitung nilai percampuran turbulen
Alat danBahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam pelatihan ini terdiri dari :
1. Personal Computer (PC)atau Laptop
2. Data mentah CTD (Raw Data) yang telah diunduh beserta file configurasinya (ekstensi
file mentah CTD umumnya adalah *.HEX sedangkan file konfigurasi berekstensi
*.xmlcon).
3. Perangkat lunak (software) yang terdiri dari aplikasi SBE Data Processing, Ocean Data
View(ODV), MATLAB,danMicrosoftExel
ProsedurKerja
1. Pengolahan Data CTD
Data yang diolah hanya berasal dari data downcast yaitu pengukuran profil sewaktu
CTD diturunkan pada kedalaman tertentu. Data yang didapatkan dari hasil pengukuran di
lapangan dengan menggunakan CTD tidak dapat dianalisis langsung, maka harus dilakukan
pengolahan data terlebih dahulu karena data yang diperoleh dari keluaran CTD dalam bentuk
format HEX. Pengolahan data CTD dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak SBE
Data Processing. Tahap pengolahan data adalah sebagai berikut :
a. Konversi
Konversi berfungsi untuk mengubah data mentah keluaran dari CTD dalam format
HEX ke data dalam format ASCII (American Standard Code for Information Interchange)
dalam bentuk CNV. Pengkonversian data ini bertujuan agar data hasil perekaman CTD
dapat diolah menggunakan berbagai perangkat lunak, diantaranya adalah ODV, Microsoft
Exel dan Matlab 2015a.
b. Align CTD
Align CTD berfungsi untuk mensinkronkan semua parameter yang diukur berada
dalam waktu, takanan, dan massa air yang sama. Proses Align hanya dapat dilakukan pada
data oksigen sebesar 5 detik tergantung dari tekanan (McTaggaart et al., 2010).
c. Wild edit
Wild edit berfungsi untuk memperbaiki data yang memiliki nilai ekstrim setiap 100
scan bin. Proses perbaikan data dilakukan melalui dua tahap, diantaranya adalah dengan
cara memperbaiki data yang nilainya lebih besar dari dua kali standar deviasi rata-rata.
Selanjutnya dengan cara memperbaiki data hasil fase pertama yang lebih besar dari 20 kali
standar deviasi dari nilai rata-rata yang baru (McTaggaart et al., 2010).
d. Cell thermal mass
Cell thermal mass berfungsi untuk penapisan recursive untuk mengoreksi temperatur
pada sel konduktivitas pada saat pengukuran berlangsung. Nilai alfa (anomali amplitudo
temperatur) yang digunakan adalah 0.03 dan nilai beta (anomali kosntanta waktu
temperatur) adalah 7 (McTaggaart et al., 2010).
e. Filter
Filter yang digunakan adalah low pass filter yang berfungsi untuk menghilangkan
bias (noise) berupa frekuensi tinggi pada data tekanan. Cut-off frekuensi yang digunakan
adalah 0.03 detik pada low pass filter A dan 0.15 detik pada low pass filter B. Hal ini
berarti perekaman data yang lebih cepat dari Cut-off frekuensi akan melemahkan/
dihilangkan dan proses penapisan hanya dilakukan pada data tekanan dengan menerapkan
low pass filter B (McTaggaart et al. 2010).
f. Loopedit
Loopedit berfungsi untuk memperbaiki data CTD ketika penurunan CTD bergerak
kurang dari kecepatan minimum atau CTD bergerak naik turun akibat adanya guncangan
pada kapal. Kecepatan minimum yang dipakai adalah 0.25 ms-1 (McTaggaart et al., 2010).
g. Derive
Drive digunakan untuk menurunkan parameter selain yang sudah dikeluarkan
dikonversi data. Parameter yang diturunkan yaitu densitas (kg m-3), salinitas (psu),
kecepatan suara (ms-1), dan temperatur potensial ITS-90 (0C).
h. Bin avarage
Bin avarage digunakan untuk merata-ratakan data pada tekanan yang diinginkan.
Ukuran bin yang akan dipakai adalah 1 bin tanpa mengikutkan bin permukaan, sehingga
selang tekanan pada data adalah 1 db.
i. Koreksi Manual
Tahap manual ini dilakukan untuk memeriksa dan memperbaiki hasil keluaran dari
bin avarage untuk menghilangkan spike/ noise dan missing data, maka harus diinterpolasi
pada data yang mengalami error tersebut. Data error umumnya berada pada semua
ulangan terutama pada lapisan tercampur dan lapisan dalam dengan data error 1-3 m. Pada
umumnya dari data CTD yang dihasilkan banyak memiliki noise adalah pada salinitas,
sehingga perlunya koreksi manual dalam filter tambahan selain dari perangkat lunak SBE
Data Processing 7.21e.
j. Metode Filtering dari Medfilt Matlab
Tahap filtering dari Medfilt ini dilakukan untuk menghilangkan spike/ noise dan
missing data, terutama pada data salinitas yang kemudian hasil dari data tersebut disusun
kembali sehingga akan menghasilkan grafik yang smoothing. Metode medfilt pada Matlab
dengan panjang n, akan menggantikan setiap titik pada data ke-n dengan median dari
kumpulan data asli yang terdapat pada jendela data dengan panjang n yang titik tengahnya
terletak di titik yang akan diganti. Hal ini biasanya berkaitan dengan panjang jendela filter
yang ganjil. Jika digunakan Medfil dengan panjang jendela filter genap, maka dipakai rata-
rata dari 2 titik tengah sebagai keluaran filter (D. Jhonlighten, 2010).
3. Menghitung Percampuran Massa Air
Difusivitas Vertikal Eddy(𝐾𝜌)
Sebelum perhitungan nilai difusivitas vertikal eddy (𝐾𝑝), terlebih dahulu ditentukan nilai
Thorpe displacement (d), skala Thorpe (𝐿 𝑇), skala Ozmidov (𝐿 π‘œ), frekuensi Brunt Vaisala (N2),
dan tingkat energi kinetik disipasi turbulen eddy (πœ€). Nilai d ditentukan dari penyusunan ulang
densitas dalam bentuk stabilitas statis sesuai dengan densitas awal atau kedalaman, dimana
posisi massa air dengan densitas rendah berada di atas densitas tinggi sesuai konsep densitas
(Gambar 4). Thorpe displacement (d) dapat dihitung dengan persamaan (Dillon, 1982; Finnigan
et al., 2002; Thompson et al., 2007):
𝑑 = 𝑧 π‘Ž βˆ’ 𝑧 𝑏 (4)
Nilai 𝑧 π‘Ž menyatakan posisi tekanan awal dan 𝑧 𝑏 menyatakan tekanan setelah penyusunan ulang.
Nilai d positif menunjukkan bahwa massa air akan bergerak ke atas untuk mencari kestabilan
statis, dimana kondisi ini terjadi jika massa air berdensitas rendah berada di bawah massa air
berdensitas tinggi dan nilai d negatif menunjukkan massa air bergerak ke bawah, hal ini terjadi
jika massa air densitas tinggi berada di atas massa air densitas rendah. Nilai d merupaka nilai
nol sehingga jika profil densitas pada kondisi stabilitas statis (𝑧 π‘Ž = 𝑧 𝑏), maka nilai d dari
kedalaman tersebut tidak diikutsertakan untuk menghitung nilai 𝐿 𝑇 (Suteja, 2012).
Gambar 1. Ilustrasi proses pencarian nilai Thorpe displacement. Data densitas sebenarnya dengan
kondisi instabilitas statis (kotak dengan garis titik-titik), disusun ulang untuk mencari
densitas kondisi stabilitas statis (garis putus-putus merah). Jarak dari kedalaman 𝑧 π‘Ž ke
kedalaman 𝑧 𝑏 merupakan nilai Thorpedisplacement(Suteja,2011).
Setelah kalkulasi nilai d, selanjutnya dilakukan estimasi ketebalan minimal displacement
dari resolusi vertikal CTD. Hal ini bertujuan agar nilai d merupakan nilai displacement yang
sesungguhnya dan bukan berasal dari noise CTD. Prinsip estimasi ini dilakukan berdasarkan
pada kenyataan bahwa CTD memiliki keterbatasan kemampuan untuk mendeteksi pembalikkan
massa air. Hal ini mengacu pada Teori sampling Nyquist, dimana bila pembalikkan yang terjadi
adalah dua kali lebih rendah dibandingkan resolusi vertikal, maka pembalikkan tersebut tidak
dapat diukur. Penentuan pembalikan yang lebih kuat dapat dilakukan jika terdapat jumlah
sampel yang lebih banyak, berdasarkan pada peraturan jumlah sampel minimum yaitu lima
sampel (Koch et al., 1983) atau 7-8 sampel (Levitus, 1982 dalamGalbraith dan Kelley, 1996).
Selanjutnya penentuan batasan nilai pembalikan dari data yang telah disusun ulang
dengan menggunakan metode GK (Galbraith dan Kelley, 1996), berdasarkan metode GK nilai
yang kurang (5 π‘š) akan diabaikan dan tidak akan diikutkan untuk perhitungan selanjutnya.
Interval kedalaman vertikal ( πœ•π‘§) data CTD dibuat 1 meter untuk mendukung batas pembalikkan
massa air berdasarkan metode GK :
𝐿 𝑧 = 5πœ•π‘§ (5)
Penentuan nilai turbulen energi kinetik disipasi digunakan untuk menggamarkan jumlah energi
kinetik yang hilang atau berubah bentuk dalam perairan. Perhitungan besaran energi kinetik
yang mengalami proses disipasi berdasarkan skala Ozmidov (1965) dalam Part et al (2008)
adalah sebagai berikut :
πœ€ = 𝐿 π‘œ
2 𝑁𝑖
3
(6)
dimana 𝐿 π‘œ dan πœ€ masing-masing menyatakan skala panjang ozmidov dan disipasi energi kinetik
turbulen.
Metode perhitungan percampuran massa air secara vertikal dari lapisan dalam perairan,
sebagai analisis awal dengan menghitung nilai frekuensi Brunt Vaisala dengan persamaan :
𝑁2 =
𝑔
𝜌0
π‘‘πœŒ
𝑑𝑧
(7)
dimana 𝜌0 menunjukkan rata-rata densitas perairan seluruh ulangan (1026,52 kg m-3), π‘‘πœŒ
adalah perubahan (gradien) densitas terhadap perubahan kedalaman 𝑑𝑧 (1 m), dan 𝑔 adalah
percepatan gravitasi bumi (9,79423 m s-2). Menurut Ferron et al. (1998) nilai densitas yang
dipakai pada frekuensi Brunt Vaisala berasal dari data densitas yang sudah disusun dalam
kondisi stabil, yang berarti nilai Brunt Vaisala yang didapat dari perhitungan ini akan selalu
bernilai positif.
Untuk menghitung Persamaan (6), terlebih dahulu menentukan nilai skala panjang
ozmidov 𝐿 π‘œ pada setiap lapisan digunakan skala Thorpe ( 𝐿 𝜏)dengan menggunakan persamaan
(Dilion, 1982) :
𝐿 π‘œ
𝐿 𝜏
= 0.8 (8)
𝐿 π‘œ = 0.8 βˆ™ 𝐿 𝜏 (9)
Perhitungan skala Thorpe diperoleh dengan menggunakan persamaan (Dillon, 1962;
Finnigan et al., 2002; Cisewki et al., 2005; Park et al., 2008) :
𝐿 𝑇 = (
1
𝑛
βˆ‘ 𝑑𝑖
2
𝑛
𝑖=1
)
1/2
(10)
dimana 𝑑𝑖 adalah Thorpe displacement pada kedalaman i dan n adalah jumlah sampel. Setiap
nilai 𝐿 𝑇 didapatkan dari hasil rata-rata n buah sampel pada kedalaman yang diinginkan. Rata-
rata nilai 𝐿 𝑇 pada penelitian ini dilakukan dengan caara membagi kedalaman perairan menjadi
tiga lapisan dengan ketebalan masing-masing lapisan sebesar H (m). ketiga lapisan tersebut
adalah lapisan tercampur, lapisan termoklin, dan lapisan homogen di bagian dalam. Kedalaman
setiap lapisan pada masing-masing ulangan berbeda-beda tergantung dari profil vertikal massa
air.
Nilai difusivitas vertikal eddy (𝐾𝜌) pada tiap kedalaman diperoleh melalui persamaan
berikut (Cisewski et al., 2005; Park et al., 2008 ; Osborn, 1980 dalamSuteja, 2012) :
πΎπœŒπ‘– =
Ξ“πœ€π‘–
𝑁𝑖
2 (11)
dimana Ξ“ menyatakan efesiensi percampuran (0.2) (Osborn, 1980).
Langkah-Langkah Menghitung Percampuran Massa Air
1. Tahap awal dalam penentuan percampuran massa air adalah mencari nilai potensial
densitas dengan menyusun data kedalaman, temperatur dan densitas seperti di bawah ini :
2. Setalah nilai potensial didapatkan, maka langkah selanjutnya adalah mencari nilai Brunt
Vaisaladengan langkah sebagai berikut
a. Susun data kedalaman, temperatur, salinitas, densitas dan potensial densitas seperti
pada gambar di bawah ini :
b. Kemudian disimpan dalam format .txt untuk dipanggil menggunakan aplikasi MATLAB
c. Buka aplikasi MATLAB, dengan menuliskan sintak seperti pada gambar di bawah ini :
d. Kemudian dijalankan akan tampak seperti pada gambar berikut :
3. Tahap selanjutnya adalah menentukan nilai dari ThorpeDisplacement
a. Data yang dipakai untuk mencari nilai ini adalah data densitas dari CTD, dimana dari
data densitas sebenarnya dengan kondisi instabilitas statis disusun ulang untuk mencari
densitas kondisi stabilitas statis (Gambar 1).
b. Jarak kedalaman awal (𝑧 π‘Ž)ke kedalaman pada saat kondisi stabilitas statis (𝑧 𝑏)
merupakan nilai Thorpedisplacement,yangdidapatkan dengan cara :
c. Ploting hasil displacement terhadap kedalaman menggunakan MATLAB dimana
sintaknya sama seperti plot hasil Brunt Vaisala pada point 2c yang hasilnya
didapatkan seperti pada gambar di bawah ini :
4. Langkah selanjutnya setelah didapatkan nilai displacement yaitu mencari nilai skala thorpe
menggunakan Persamaan (9) yang bisa dihitung dari MATLAB dengan menyusun ulang data
kedalaman, Brun Vaisala dan displacement yang telah didapatkan sebelumnya, seperti pada
contoh berikut :
Selanjutnya simpan dalam format .txt untuk dipanggil menggunakan program MATLAB sama
seperti cara sebelumnya.
Kemudian disusun ulang dengan format sebagai berikut :
Langkah untuk menghitung epsilon tersebut terlihat pada gambar berikut, dimana stelah
didapatkan masing-masing nilai disusun kembali seperti tabel yang telah ditentukan di atas,
kemudian di plot nilai epsilon (πœ€) terhadap kedalaman.
5. Terakhir adalah menentukan nilai difusivitas vertikal eddy (𝐾𝑧), dimana untuk menghitung
nilai dari 𝐾𝑧 menggunakan Persamaan 11 dari hasil Brun Vaisala, epsilon dan efesiensi
percampuran (0.2) yang hasilnya juga diplotkan terhadap kedalaman.
DAFTAR PUSTAKA
Atmadipoera A. dan Widyastuti. 2014. A Numerical Modeling Study On Upwelling Mechanism In
Southern Makassar Strait. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 6, No. 2,
Hlm. 355-371.
Atmadipoera A. et al. 2015. Observation Of Coastal Front And Circulation In The Northeastern
Java Sea, Indonesia. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 7, No. 1, Hlm. 91-
108
Atmadipoera A, et al. 2009. Characteristics and variability of the Indonesian Throughflow water
at the outflowstraits.Deep-Sea Research I. 56:1942-1954
Dillon TM. 1982. Vertical overturns: a comparation of Thorpe and Ozmidov length scale. J
Geophys Res
Ffield A, AL Gordon. 1996. Tidal mixing signature in the Indonesian Seas. J Phys Oceanogr
26:1924-1936
Ffield A. 1994. Tidal Mixing in the Indonesia Seas. Paper presented at Internasional Scientific
symposium at the IOC-WESTPAC,IOCBali. Indonesia
Galbraith PS, E Kelley. 1996. Identifying overturn in CTD profiles. J Atmos Ocean Tech 13:688-
702
Finnigan TD, DS Luther, R Lukas. 2002. Observation of enhanced diapycnal mixing near the
Hawaiian Ridge. J Phys Oceanogr32:2988-3002
Hatayama T. 2004. Transformation of the Indonesian Throughflow Water by Vertical Mixing and
Its Relation to Tidally GeneratedInternal Waves. Japan Agency for Marine-Earth Science
and Technology, Yokohama Institute for Earth Sciences, Showa-machi, Kanazawa-ku,
Yokohama, Kanagawa 236-0001, Japan. Journal of Oceanography , Vol. 60, pp. 569 to
585
Kaharuddin, 2012. Kajian Fluks Nutrien dan Kandungan Klorofil-a Serta Keterkaitannya dengan
ProsesPercampurandi SelatanSelat Makasar.[Tesis]. IPB Bogor
Koch-Larrouy A. et al. 2008. Physical processes contributing to the water mass transformation of
the Indonesian Throughflow. Laboratoire d’OcΓ©anographie et du Climat:
ExpΓ©rimentations et Approches NumΓ©riques (LOCEAN),
Koch-Larrouy A, et al. 2007. On the transformation of Pacific Water into Indonesian
Throughflow water by internal tidal mixing. Geophys Res Lett 34:1-6
Koch-Larrouy A. et al. 2006. On the transformation of Pacific Water into Indonesian ThroughFlow
Water by internal tidal mixing. Laboratoire d'OcΓ©anographie Dynamique et de
Climatologie (LOCEAN,ex LODYC),boite1004 place jussieu 75252 Paris, France
Koch SE, et al. 1983. An interactive Barnes objective map analysis scheme for use with
satellite and conventionaldata. J Climate Appl Meteor 22:1487-1503
Lane-Serff G F. 2004. Topographic and boundary effects on steady and unsteady flow through
straits.Topical Studies in Oceanography.Deep-Sea Research II
McTaggart K.E., et al. 2010. Notes on CTD/O2 Data Acquisition and Processing Using Sea-Bird
Hardware and Software (as available). U.S.A
Pond S, GL Pickard. 1983. Introductory Dynamical Oceanography.Ed ke-2. Oxford: Pergamon
Press.
Purwandana A. 2012. Transformasi dan Percampuran Massa Air di Perairan Selat Alor pada
Bulan Juni 2011. [Tesis]. IPBBogor
Stewart RH. 2003. Introduction to Phisycal Oceanography. Departement of Oceanography. Texas
A & M University.
Sulaiman A. 2000. Turbulensi Laut Banda. Direktorat Teknologi Inventarisasi Sumberdaya Alam
(TISDA).Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).Jakarta
Susanto R. et al. 2012. Variability of Indonesian throughflow within Makassar Strait, 2004–2009.
Lamont-Doherty Earth Observatory, Columbia University, Palisades, New York,
USA.JOURNALOF GEOPHYSICALRESEARCH,VOL. 117
Suteja Y. 2011. Percampuran Turbulen Akibat Pasang Surut Internal Dan Implikasinya Terhadap
Nutrien DiSelat Ombai.[Tesis]. IPB Bogor
Thompson AF, et al. 2007. Spatial and temporal patterns of small-scale mixing in Drake Passage.J
PhysOceanogr 37:572-592
Wyrtki, K. 1961. The physical oceanography of south east Asian waters. Naga Report Vol. 2.
University California Press. La Jolla, California. 195p

More Related Content

What's hot

Laporan praktikum fisika hidrostatika
Laporan praktikum fisika hidrostatikaLaporan praktikum fisika hidrostatika
Laporan praktikum fisika hidrostatika
Nur An'nisa
Β 
Jurnal fisika konstanta pegas
Jurnal fisika konstanta pegasJurnal fisika konstanta pegas
Jurnal fisika konstanta pegasDedew Wijayanti
Β 
Dinamika Gerak
Dinamika GerakDinamika Gerak
Dinamika Gerak
SMPN 3 TAMAN SIDOARJO
Β 
Percobaan a 2 sifat koligatif larutan
Percobaan a 2 sifat koligatif larutanPercobaan a 2 sifat koligatif larutan
Percobaan a 2 sifat koligatif larutan
PT. SASA
Β 
MATERI FLUIDA STATIS (TEKANAN HIDROSTATIS, HUKUM PASCAL, DAN HUKUM ARCHIMEDES)
MATERI FLUIDA STATIS (TEKANAN HIDROSTATIS, HUKUM PASCAL, DAN HUKUM ARCHIMEDES)MATERI FLUIDA STATIS (TEKANAN HIDROSTATIS, HUKUM PASCAL, DAN HUKUM ARCHIMEDES)
MATERI FLUIDA STATIS (TEKANAN HIDROSTATIS, HUKUM PASCAL, DAN HUKUM ARCHIMEDES)
NovaPriyanaLestari
Β 
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR VISKOSITAS FLUIDA
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR VISKOSITAS FLUIDALAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR VISKOSITAS FLUIDA
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR VISKOSITAS FLUIDA
MUHAMMAD DESAR EKA SYAPUTRA
Β 
Standardisasi larutan na oh dan penentuan asam cuka perdagangan
Standardisasi larutan na oh dan penentuan asam cuka perdaganganStandardisasi larutan na oh dan penentuan asam cuka perdagangan
Standardisasi larutan na oh dan penentuan asam cuka perdaganganOperator Warnet Vast Raha
Β 
2. Alkena, alkuna dan Aromatik.pptx
2. Alkena, alkuna dan Aromatik.pptx2. Alkena, alkuna dan Aromatik.pptx
2. Alkena, alkuna dan Aromatik.pptx
damarismutiara91
Β 
Aplikasi integral dalam menghitung volume keranjang buah jeruk
Aplikasi integral dalam menghitung volume keranjang buah jerukAplikasi integral dalam menghitung volume keranjang buah jeruk
Aplikasi integral dalam menghitung volume keranjang buah jeruk
Mutiaagustin15
Β 
Uji larutan elektrolit dan non elektrolit
Uji larutan elektrolit dan non elektrolitUji larutan elektrolit dan non elektrolit
Uji larutan elektrolit dan non elektrolit
Bella Kriwangko
Β 
LAPORAN PRAKTIKUM TITIK BERAT
LAPORAN PRAKTIKUM TITIK BERATLAPORAN PRAKTIKUM TITIK BERAT
LAPORAN PRAKTIKUM TITIK BERAT
Nesha Mutiara
Β 
Hukum Hukum Dasar Kimia PPT
Hukum Hukum Dasar Kimia PPTHukum Hukum Dasar Kimia PPT
Hukum Hukum Dasar Kimia PPT
Puswita Septia Usman
Β 
Laporan Kimia_Hidrolisis Garam
Laporan Kimia_Hidrolisis GaramLaporan Kimia_Hidrolisis Garam
Laporan Kimia_Hidrolisis GaramFeren Jr
Β 
Percobaan titik berat
Percobaan titik beratPercobaan titik berat
Percobaan titik berat
Sudarwanto Wongsodiharjo
Β 
Hukum Dalton
Hukum DaltonHukum Dalton
Hukum Dalton
Muhammad Amal
Β 
Soal2 laju reaksi kesetimbangan
Soal2 laju reaksi  kesetimbanganSoal2 laju reaksi  kesetimbangan
Soal2 laju reaksi kesetimbangan
Dian Fery Irawan
Β 
Hukum termodinamika kedua
Hukum termodinamika keduaHukum termodinamika kedua
Hukum termodinamika keduaEdi B Mulyana
Β 
Tantangan makanan khas daerah
Tantangan makanan khas daerahTantangan makanan khas daerah
Tantangan makanan khas daerah
Kadal Terbang
Β 
Laporan Fisika Neraca Jarum / Timbangan
Laporan Fisika Neraca Jarum / Timbangan Laporan Fisika Neraca Jarum / Timbangan
Laporan Fisika Neraca Jarum / Timbangan
Jeny Safitri
Β 
Tugas kelompok termodinamika
Tugas kelompok termodinamikaTugas kelompok termodinamika
Tugas kelompok termodinamika
Fatahillah Agung
Β 

What's hot (20)

Laporan praktikum fisika hidrostatika
Laporan praktikum fisika hidrostatikaLaporan praktikum fisika hidrostatika
Laporan praktikum fisika hidrostatika
Β 
Jurnal fisika konstanta pegas
Jurnal fisika konstanta pegasJurnal fisika konstanta pegas
Jurnal fisika konstanta pegas
Β 
Dinamika Gerak
Dinamika GerakDinamika Gerak
Dinamika Gerak
Β 
Percobaan a 2 sifat koligatif larutan
Percobaan a 2 sifat koligatif larutanPercobaan a 2 sifat koligatif larutan
Percobaan a 2 sifat koligatif larutan
Β 
MATERI FLUIDA STATIS (TEKANAN HIDROSTATIS, HUKUM PASCAL, DAN HUKUM ARCHIMEDES)
MATERI FLUIDA STATIS (TEKANAN HIDROSTATIS, HUKUM PASCAL, DAN HUKUM ARCHIMEDES)MATERI FLUIDA STATIS (TEKANAN HIDROSTATIS, HUKUM PASCAL, DAN HUKUM ARCHIMEDES)
MATERI FLUIDA STATIS (TEKANAN HIDROSTATIS, HUKUM PASCAL, DAN HUKUM ARCHIMEDES)
Β 
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR VISKOSITAS FLUIDA
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR VISKOSITAS FLUIDALAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR VISKOSITAS FLUIDA
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR VISKOSITAS FLUIDA
Β 
Standardisasi larutan na oh dan penentuan asam cuka perdagangan
Standardisasi larutan na oh dan penentuan asam cuka perdaganganStandardisasi larutan na oh dan penentuan asam cuka perdagangan
Standardisasi larutan na oh dan penentuan asam cuka perdagangan
Β 
2. Alkena, alkuna dan Aromatik.pptx
2. Alkena, alkuna dan Aromatik.pptx2. Alkena, alkuna dan Aromatik.pptx
2. Alkena, alkuna dan Aromatik.pptx
Β 
Aplikasi integral dalam menghitung volume keranjang buah jeruk
Aplikasi integral dalam menghitung volume keranjang buah jerukAplikasi integral dalam menghitung volume keranjang buah jeruk
Aplikasi integral dalam menghitung volume keranjang buah jeruk
Β 
Uji larutan elektrolit dan non elektrolit
Uji larutan elektrolit dan non elektrolitUji larutan elektrolit dan non elektrolit
Uji larutan elektrolit dan non elektrolit
Β 
LAPORAN PRAKTIKUM TITIK BERAT
LAPORAN PRAKTIKUM TITIK BERATLAPORAN PRAKTIKUM TITIK BERAT
LAPORAN PRAKTIKUM TITIK BERAT
Β 
Hukum Hukum Dasar Kimia PPT
Hukum Hukum Dasar Kimia PPTHukum Hukum Dasar Kimia PPT
Hukum Hukum Dasar Kimia PPT
Β 
Laporan Kimia_Hidrolisis Garam
Laporan Kimia_Hidrolisis GaramLaporan Kimia_Hidrolisis Garam
Laporan Kimia_Hidrolisis Garam
Β 
Percobaan titik berat
Percobaan titik beratPercobaan titik berat
Percobaan titik berat
Β 
Hukum Dalton
Hukum DaltonHukum Dalton
Hukum Dalton
Β 
Soal2 laju reaksi kesetimbangan
Soal2 laju reaksi  kesetimbanganSoal2 laju reaksi  kesetimbangan
Soal2 laju reaksi kesetimbangan
Β 
Hukum termodinamika kedua
Hukum termodinamika keduaHukum termodinamika kedua
Hukum termodinamika kedua
Β 
Tantangan makanan khas daerah
Tantangan makanan khas daerahTantangan makanan khas daerah
Tantangan makanan khas daerah
Β 
Laporan Fisika Neraca Jarum / Timbangan
Laporan Fisika Neraca Jarum / Timbangan Laporan Fisika Neraca Jarum / Timbangan
Laporan Fisika Neraca Jarum / Timbangan
Β 
Tugas kelompok termodinamika
Tugas kelompok termodinamikaTugas kelompok termodinamika
Tugas kelompok termodinamika
Β 

Similar to Analisis thorpe displacement

ppt pengukuran teknik.pptx
ppt pengukuran teknik.pptxppt pengukuran teknik.pptx
ppt pengukuran teknik.pptx
HanifEka2210
Β 
1. pengantar pengetahuan teknik dan mesin fluida
1. pengantar pengetahuan teknik dan mesin fluida1. pengantar pengetahuan teknik dan mesin fluida
1. pengantar pengetahuan teknik dan mesin fluida
Riswan Badu
Β 
K-4_GeoStudio_Solnum 3.pptx
K-4_GeoStudio_Solnum 3.pptxK-4_GeoStudio_Solnum 3.pptx
K-4_GeoStudio_Solnum 3.pptx
Valah3
Β 
01 introduction to fluids mechanics
01 introduction  to fluids mechanics01 introduction  to fluids mechanics
01 introduction to fluids mechanics
praptome
Β 
01 introduction to fluids mechanics
01 introduction  to fluids mechanics01 introduction  to fluids mechanics
01 introduction to fluids mechanics
praptome
Β 
01 introduction to fluids mechanics
01 introduction  to fluids mechanics01 introduction  to fluids mechanics
01 introduction to fluids mechanics
praptome
Β 
3 pengukuran evapotranspirasi (metode perhitungan uap air yang
3 pengukuran evapotranspirasi (metode perhitungan uap air yang3 pengukuran evapotranspirasi (metode perhitungan uap air yang
3 pengukuran evapotranspirasi (metode perhitungan uap air yang
Gusti Rusmayadi
Β 
Paper
PaperPaper
E4141 sistem kawalan 1 unit3
E4141 sistem kawalan 1 unit3E4141 sistem kawalan 1 unit3
E4141 sistem kawalan 1 unit3
Asraf Malik
Β 
fdokumen.site_bahan-ajar-mekanika-fluida.ppt
fdokumen.site_bahan-ajar-mekanika-fluida.pptfdokumen.site_bahan-ajar-mekanika-fluida.ppt
fdokumen.site_bahan-ajar-mekanika-fluida.ppt
RickyAzrofiSamara3
Β 
Fluida Statis
Fluida StatisFluida Statis
Fluida Statis
Hedwigis Octavia
Β 
Getaran teredam
Getaran teredamGetaran teredam
Getaran teredam
SHITAIDRUS
Β 
(FIXED) Modul I Decomposition and Smoothing Data Analysis
(FIXED) Modul I Decomposition and Smoothing Data Analysis(FIXED) Modul I Decomposition and Smoothing Data Analysis
(FIXED) Modul I Decomposition and Smoothing Data Analysis
Muhammad Rafi Al-Hariri Nasution
Β 
Laporan praktikum aliran seragam ( modul 2 )itb
Laporan praktikum aliran seragam ( modul 2 )itbLaporan praktikum aliran seragam ( modul 2 )itb
Laporan praktikum aliran seragam ( modul 2 )itb
Health Polytechnic of Bandung
Β 
Adcp gelombang
Adcp gelombangAdcp gelombang
Adcp gelombangMahdan Ipb
Β 
Tugas dinamika israaa
Tugas dinamika israaaTugas dinamika israaa
Tugas dinamika israaamadeserver
Β 
Chapter ii 2
Chapter ii 2Chapter ii 2
Chapter ii 2
Hery Andy
Β 
Laporan praktikum irigasi dan drainase pengukuran kadar air aktual
Laporan praktikum irigasi dan drainase pengukuran kadar air aktualLaporan praktikum irigasi dan drainase pengukuran kadar air aktual
Laporan praktikum irigasi dan drainase pengukuran kadar air aktualfahmiganteng
Β 
Tugas Review - Analysis of Rainfall Climate Variability in Saudi Arabia by U...
Tugas Review - Analysis of Rainfall Climate Variability in Saudi Arabia by U...Tugas Review - Analysis of Rainfall Climate Variability in Saudi Arabia by U...
Tugas Review - Analysis of Rainfall Climate Variability in Saudi Arabia by U...
ayu bekti
Β 
Laporan praktikum loncatan hidrolis ( modul 3 ) itb fixs
Laporan praktikum loncatan hidrolis ( modul 3 ) itb fixsLaporan praktikum loncatan hidrolis ( modul 3 ) itb fixs
Laporan praktikum loncatan hidrolis ( modul 3 ) itb fixs
Health Polytechnic of Bandung
Β 

Similar to Analisis thorpe displacement (20)

ppt pengukuran teknik.pptx
ppt pengukuran teknik.pptxppt pengukuran teknik.pptx
ppt pengukuran teknik.pptx
Β 
1. pengantar pengetahuan teknik dan mesin fluida
1. pengantar pengetahuan teknik dan mesin fluida1. pengantar pengetahuan teknik dan mesin fluida
1. pengantar pengetahuan teknik dan mesin fluida
Β 
K-4_GeoStudio_Solnum 3.pptx
K-4_GeoStudio_Solnum 3.pptxK-4_GeoStudio_Solnum 3.pptx
K-4_GeoStudio_Solnum 3.pptx
Β 
01 introduction to fluids mechanics
01 introduction  to fluids mechanics01 introduction  to fluids mechanics
01 introduction to fluids mechanics
Β 
01 introduction to fluids mechanics
01 introduction  to fluids mechanics01 introduction  to fluids mechanics
01 introduction to fluids mechanics
Β 
01 introduction to fluids mechanics
01 introduction  to fluids mechanics01 introduction  to fluids mechanics
01 introduction to fluids mechanics
Β 
3 pengukuran evapotranspirasi (metode perhitungan uap air yang
3 pengukuran evapotranspirasi (metode perhitungan uap air yang3 pengukuran evapotranspirasi (metode perhitungan uap air yang
3 pengukuran evapotranspirasi (metode perhitungan uap air yang
Β 
Paper
PaperPaper
Paper
Β 
E4141 sistem kawalan 1 unit3
E4141 sistem kawalan 1 unit3E4141 sistem kawalan 1 unit3
E4141 sistem kawalan 1 unit3
Β 
fdokumen.site_bahan-ajar-mekanika-fluida.ppt
fdokumen.site_bahan-ajar-mekanika-fluida.pptfdokumen.site_bahan-ajar-mekanika-fluida.ppt
fdokumen.site_bahan-ajar-mekanika-fluida.ppt
Β 
Fluida Statis
Fluida StatisFluida Statis
Fluida Statis
Β 
Getaran teredam
Getaran teredamGetaran teredam
Getaran teredam
Β 
(FIXED) Modul I Decomposition and Smoothing Data Analysis
(FIXED) Modul I Decomposition and Smoothing Data Analysis(FIXED) Modul I Decomposition and Smoothing Data Analysis
(FIXED) Modul I Decomposition and Smoothing Data Analysis
Β 
Laporan praktikum aliran seragam ( modul 2 )itb
Laporan praktikum aliran seragam ( modul 2 )itbLaporan praktikum aliran seragam ( modul 2 )itb
Laporan praktikum aliran seragam ( modul 2 )itb
Β 
Adcp gelombang
Adcp gelombangAdcp gelombang
Adcp gelombang
Β 
Tugas dinamika israaa
Tugas dinamika israaaTugas dinamika israaa
Tugas dinamika israaa
Β 
Chapter ii 2
Chapter ii 2Chapter ii 2
Chapter ii 2
Β 
Laporan praktikum irigasi dan drainase pengukuran kadar air aktual
Laporan praktikum irigasi dan drainase pengukuran kadar air aktualLaporan praktikum irigasi dan drainase pengukuran kadar air aktual
Laporan praktikum irigasi dan drainase pengukuran kadar air aktual
Β 
Tugas Review - Analysis of Rainfall Climate Variability in Saudi Arabia by U...
Tugas Review - Analysis of Rainfall Climate Variability in Saudi Arabia by U...Tugas Review - Analysis of Rainfall Climate Variability in Saudi Arabia by U...
Tugas Review - Analysis of Rainfall Climate Variability in Saudi Arabia by U...
Β 
Laporan praktikum loncatan hidrolis ( modul 3 ) itb fixs
Laporan praktikum loncatan hidrolis ( modul 3 ) itb fixsLaporan praktikum loncatan hidrolis ( modul 3 ) itb fixs
Laporan praktikum loncatan hidrolis ( modul 3 ) itb fixs
Β 

Analisis thorpe displacement

  • 1. ANALISIS THORPE (Modul Pelatihan) Pendahuluan Turbulen atau percampuran masaa air dalam fluida berlapis terjadi secara acak dimana salah satunya adalah pecahnya (rupturing) gelombang internal. Adanya fluida berlapis memungkinkan timbulnya shear yaitu adanya perbedaan sifat dinamik antar lapisan. Adanya shear menyebabkan sistem fluida tersebut menjadi tidak stabil. Jika ketidakstabilan tersebut dibiarkan terus, maka akan terjadi turbulen dan jika variabelnya kecepatan maka ketidakstabilan tersebut sering dinamakan ketakstabilan Kelvin-Helmhotz. Suatu gangguan yang menjalar dalam sistem tersebut dinamakan gelombang internal. Semakin besar shear yang terjadi semakin kuat gelombang internal yang ditimbulkannya. Pada suatu saat shear akan mengalami kondisi kritis dan akhirnya setelah melewati kondisi kritis ini yang ditandai dengan pecahnya gelombang internal, terjadilah turbulensi atau proses mixing telah terjadi (Monin, A.S dan R.V Ozmidov, 1985 dalam Sulaiman A. 2000). Kondisi fluida yang tidak stabil di laut akan menyebabkan fluida mengalami proses percampuran (Stewart, 2002). Menurut Pond dan Pickard (1983) pada saat fluida berdensitas tinggi berada di atas fluida berdensitas rendah, maka akan terjadi pergerakan secara vertikal untuk mencari posisi stabil. Stewart (2003) menyatakan bahwa keadaan lautan yang mengalami ketidakstabilan akan membawa fluida dalam proses percampuran yang dikelompokkan ke dalam dua bagian diantaranya adalah stabilitas statik dan double-diffusion. Stabilitas statik ini menunjukkan perubahan densitas terhadap kedalaman sedangkan stabilitas dinamik untuk shear kecepatan. Selanjutnya double- diffusion ini berkaitan dengan gradien salinitas dan suhu lautan. Pergerakan massa air yang diakibatkan oleh variasi aliran turbulen dapat membentuk percampuran fluida dengan fluktuasi yang sangat tinggi dan adanya proses pelapisan atau stratifikasi massa air dipengaruh oleh perbedaan suhu, salinitas dan densitas lautan. Stratifikasi vertikal sangat ditentukan oleh nilai stabilitas vertikal dengan menguji gradien densitasnya secara vertikal. Salah satu pendekatan untuk menentukan percampuran massa air adalah dengan menggunakan metode skala Thorpe yang melakukan estimasi nilai percampuran turbulen berdasarkan profil vertikal massa air yang diperoleh dari data CTD (Conductivity Temperature Depth). Pemilihan penggunaan data CTD ini dilakukan berdasarkan Ffield dan Gordon (1996) yang menegaskan bahwa percampuran turbulen yang terjadi di perairan Indonesia disebabkan oleh adanya pasut internal, dimana salah satu cara untuk mengetahui adanya pasut internal ini adalah melalui pengukuran data CTD secara deret waktu (minimal satu siklus pasut). Tujuan Adapun tujuan dari analisis Thorpe ini adalah : a. Menganalisis percampuran massa air sebagai pengaruh interaksi proses fisik dengan kontur dasar perairan terhadap frekuensi apung (Brunt-Vaisala) dan difusivitas vertikal eddy b. Menghitung nilai percampuran turbulen Alat danBahan Alat dan bahan yang digunakan dalam pelatihan ini terdiri dari : 1. Personal Computer (PC)atau Laptop
  • 2. 2. Data mentah CTD (Raw Data) yang telah diunduh beserta file configurasinya (ekstensi file mentah CTD umumnya adalah *.HEX sedangkan file konfigurasi berekstensi *.xmlcon). 3. Perangkat lunak (software) yang terdiri dari aplikasi SBE Data Processing, Ocean Data View(ODV), MATLAB,danMicrosoftExel ProsedurKerja 1. Pengolahan Data CTD Data yang diolah hanya berasal dari data downcast yaitu pengukuran profil sewaktu CTD diturunkan pada kedalaman tertentu. Data yang didapatkan dari hasil pengukuran di lapangan dengan menggunakan CTD tidak dapat dianalisis langsung, maka harus dilakukan pengolahan data terlebih dahulu karena data yang diperoleh dari keluaran CTD dalam bentuk format HEX. Pengolahan data CTD dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak SBE Data Processing. Tahap pengolahan data adalah sebagai berikut : a. Konversi Konversi berfungsi untuk mengubah data mentah keluaran dari CTD dalam format HEX ke data dalam format ASCII (American Standard Code for Information Interchange) dalam bentuk CNV. Pengkonversian data ini bertujuan agar data hasil perekaman CTD dapat diolah menggunakan berbagai perangkat lunak, diantaranya adalah ODV, Microsoft Exel dan Matlab 2015a. b. Align CTD Align CTD berfungsi untuk mensinkronkan semua parameter yang diukur berada dalam waktu, takanan, dan massa air yang sama. Proses Align hanya dapat dilakukan pada data oksigen sebesar 5 detik tergantung dari tekanan (McTaggaart et al., 2010). c. Wild edit Wild edit berfungsi untuk memperbaiki data yang memiliki nilai ekstrim setiap 100 scan bin. Proses perbaikan data dilakukan melalui dua tahap, diantaranya adalah dengan cara memperbaiki data yang nilainya lebih besar dari dua kali standar deviasi rata-rata. Selanjutnya dengan cara memperbaiki data hasil fase pertama yang lebih besar dari 20 kali standar deviasi dari nilai rata-rata yang baru (McTaggaart et al., 2010). d. Cell thermal mass Cell thermal mass berfungsi untuk penapisan recursive untuk mengoreksi temperatur pada sel konduktivitas pada saat pengukuran berlangsung. Nilai alfa (anomali amplitudo temperatur) yang digunakan adalah 0.03 dan nilai beta (anomali kosntanta waktu temperatur) adalah 7 (McTaggaart et al., 2010). e. Filter Filter yang digunakan adalah low pass filter yang berfungsi untuk menghilangkan bias (noise) berupa frekuensi tinggi pada data tekanan. Cut-off frekuensi yang digunakan adalah 0.03 detik pada low pass filter A dan 0.15 detik pada low pass filter B. Hal ini berarti perekaman data yang lebih cepat dari Cut-off frekuensi akan melemahkan/
  • 3. dihilangkan dan proses penapisan hanya dilakukan pada data tekanan dengan menerapkan low pass filter B (McTaggaart et al. 2010). f. Loopedit Loopedit berfungsi untuk memperbaiki data CTD ketika penurunan CTD bergerak kurang dari kecepatan minimum atau CTD bergerak naik turun akibat adanya guncangan pada kapal. Kecepatan minimum yang dipakai adalah 0.25 ms-1 (McTaggaart et al., 2010). g. Derive Drive digunakan untuk menurunkan parameter selain yang sudah dikeluarkan dikonversi data. Parameter yang diturunkan yaitu densitas (kg m-3), salinitas (psu), kecepatan suara (ms-1), dan temperatur potensial ITS-90 (0C). h. Bin avarage Bin avarage digunakan untuk merata-ratakan data pada tekanan yang diinginkan. Ukuran bin yang akan dipakai adalah 1 bin tanpa mengikutkan bin permukaan, sehingga selang tekanan pada data adalah 1 db. i. Koreksi Manual Tahap manual ini dilakukan untuk memeriksa dan memperbaiki hasil keluaran dari bin avarage untuk menghilangkan spike/ noise dan missing data, maka harus diinterpolasi pada data yang mengalami error tersebut. Data error umumnya berada pada semua ulangan terutama pada lapisan tercampur dan lapisan dalam dengan data error 1-3 m. Pada umumnya dari data CTD yang dihasilkan banyak memiliki noise adalah pada salinitas, sehingga perlunya koreksi manual dalam filter tambahan selain dari perangkat lunak SBE Data Processing 7.21e. j. Metode Filtering dari Medfilt Matlab Tahap filtering dari Medfilt ini dilakukan untuk menghilangkan spike/ noise dan missing data, terutama pada data salinitas yang kemudian hasil dari data tersebut disusun kembali sehingga akan menghasilkan grafik yang smoothing. Metode medfilt pada Matlab dengan panjang n, akan menggantikan setiap titik pada data ke-n dengan median dari kumpulan data asli yang terdapat pada jendela data dengan panjang n yang titik tengahnya terletak di titik yang akan diganti. Hal ini biasanya berkaitan dengan panjang jendela filter yang ganjil. Jika digunakan Medfil dengan panjang jendela filter genap, maka dipakai rata- rata dari 2 titik tengah sebagai keluaran filter (D. Jhonlighten, 2010). 3. Menghitung Percampuran Massa Air Difusivitas Vertikal Eddy(𝐾𝜌) Sebelum perhitungan nilai difusivitas vertikal eddy (𝐾𝑝), terlebih dahulu ditentukan nilai Thorpe displacement (d), skala Thorpe (𝐿 𝑇), skala Ozmidov (𝐿 π‘œ), frekuensi Brunt Vaisala (N2), dan tingkat energi kinetik disipasi turbulen eddy (πœ€). Nilai d ditentukan dari penyusunan ulang densitas dalam bentuk stabilitas statis sesuai dengan densitas awal atau kedalaman, dimana posisi massa air dengan densitas rendah berada di atas densitas tinggi sesuai konsep densitas (Gambar 4). Thorpe displacement (d) dapat dihitung dengan persamaan (Dillon, 1982; Finnigan et al., 2002; Thompson et al., 2007):
  • 4. 𝑑 = 𝑧 π‘Ž βˆ’ 𝑧 𝑏 (4) Nilai 𝑧 π‘Ž menyatakan posisi tekanan awal dan 𝑧 𝑏 menyatakan tekanan setelah penyusunan ulang. Nilai d positif menunjukkan bahwa massa air akan bergerak ke atas untuk mencari kestabilan statis, dimana kondisi ini terjadi jika massa air berdensitas rendah berada di bawah massa air berdensitas tinggi dan nilai d negatif menunjukkan massa air bergerak ke bawah, hal ini terjadi jika massa air densitas tinggi berada di atas massa air densitas rendah. Nilai d merupaka nilai nol sehingga jika profil densitas pada kondisi stabilitas statis (𝑧 π‘Ž = 𝑧 𝑏), maka nilai d dari kedalaman tersebut tidak diikutsertakan untuk menghitung nilai 𝐿 𝑇 (Suteja, 2012). Gambar 1. Ilustrasi proses pencarian nilai Thorpe displacement. Data densitas sebenarnya dengan kondisi instabilitas statis (kotak dengan garis titik-titik), disusun ulang untuk mencari densitas kondisi stabilitas statis (garis putus-putus merah). Jarak dari kedalaman 𝑧 π‘Ž ke kedalaman 𝑧 𝑏 merupakan nilai Thorpedisplacement(Suteja,2011). Setelah kalkulasi nilai d, selanjutnya dilakukan estimasi ketebalan minimal displacement dari resolusi vertikal CTD. Hal ini bertujuan agar nilai d merupakan nilai displacement yang sesungguhnya dan bukan berasal dari noise CTD. Prinsip estimasi ini dilakukan berdasarkan pada kenyataan bahwa CTD memiliki keterbatasan kemampuan untuk mendeteksi pembalikkan massa air. Hal ini mengacu pada Teori sampling Nyquist, dimana bila pembalikkan yang terjadi adalah dua kali lebih rendah dibandingkan resolusi vertikal, maka pembalikkan tersebut tidak dapat diukur. Penentuan pembalikan yang lebih kuat dapat dilakukan jika terdapat jumlah sampel yang lebih banyak, berdasarkan pada peraturan jumlah sampel minimum yaitu lima sampel (Koch et al., 1983) atau 7-8 sampel (Levitus, 1982 dalamGalbraith dan Kelley, 1996). Selanjutnya penentuan batasan nilai pembalikan dari data yang telah disusun ulang dengan menggunakan metode GK (Galbraith dan Kelley, 1996), berdasarkan metode GK nilai yang kurang (5 π‘š) akan diabaikan dan tidak akan diikutkan untuk perhitungan selanjutnya. Interval kedalaman vertikal ( πœ•π‘§) data CTD dibuat 1 meter untuk mendukung batas pembalikkan massa air berdasarkan metode GK : 𝐿 𝑧 = 5πœ•π‘§ (5)
  • 5. Penentuan nilai turbulen energi kinetik disipasi digunakan untuk menggamarkan jumlah energi kinetik yang hilang atau berubah bentuk dalam perairan. Perhitungan besaran energi kinetik yang mengalami proses disipasi berdasarkan skala Ozmidov (1965) dalam Part et al (2008) adalah sebagai berikut : πœ€ = 𝐿 π‘œ 2 𝑁𝑖 3 (6) dimana 𝐿 π‘œ dan πœ€ masing-masing menyatakan skala panjang ozmidov dan disipasi energi kinetik turbulen. Metode perhitungan percampuran massa air secara vertikal dari lapisan dalam perairan, sebagai analisis awal dengan menghitung nilai frekuensi Brunt Vaisala dengan persamaan : 𝑁2 = 𝑔 𝜌0 π‘‘πœŒ 𝑑𝑧 (7) dimana 𝜌0 menunjukkan rata-rata densitas perairan seluruh ulangan (1026,52 kg m-3), π‘‘πœŒ adalah perubahan (gradien) densitas terhadap perubahan kedalaman 𝑑𝑧 (1 m), dan 𝑔 adalah percepatan gravitasi bumi (9,79423 m s-2). Menurut Ferron et al. (1998) nilai densitas yang dipakai pada frekuensi Brunt Vaisala berasal dari data densitas yang sudah disusun dalam kondisi stabil, yang berarti nilai Brunt Vaisala yang didapat dari perhitungan ini akan selalu bernilai positif. Untuk menghitung Persamaan (6), terlebih dahulu menentukan nilai skala panjang ozmidov 𝐿 π‘œ pada setiap lapisan digunakan skala Thorpe ( 𝐿 𝜏)dengan menggunakan persamaan (Dilion, 1982) : 𝐿 π‘œ 𝐿 𝜏 = 0.8 (8) 𝐿 π‘œ = 0.8 βˆ™ 𝐿 𝜏 (9) Perhitungan skala Thorpe diperoleh dengan menggunakan persamaan (Dillon, 1962; Finnigan et al., 2002; Cisewki et al., 2005; Park et al., 2008) : 𝐿 𝑇 = ( 1 𝑛 βˆ‘ 𝑑𝑖 2 𝑛 𝑖=1 ) 1/2 (10) dimana 𝑑𝑖 adalah Thorpe displacement pada kedalaman i dan n adalah jumlah sampel. Setiap nilai 𝐿 𝑇 didapatkan dari hasil rata-rata n buah sampel pada kedalaman yang diinginkan. Rata- rata nilai 𝐿 𝑇 pada penelitian ini dilakukan dengan caara membagi kedalaman perairan menjadi tiga lapisan dengan ketebalan masing-masing lapisan sebesar H (m). ketiga lapisan tersebut adalah lapisan tercampur, lapisan termoklin, dan lapisan homogen di bagian dalam. Kedalaman setiap lapisan pada masing-masing ulangan berbeda-beda tergantung dari profil vertikal massa air.
  • 6. Nilai difusivitas vertikal eddy (𝐾𝜌) pada tiap kedalaman diperoleh melalui persamaan berikut (Cisewski et al., 2005; Park et al., 2008 ; Osborn, 1980 dalamSuteja, 2012) : πΎπœŒπ‘– = Ξ“πœ€π‘– 𝑁𝑖 2 (11) dimana Ξ“ menyatakan efesiensi percampuran (0.2) (Osborn, 1980). Langkah-Langkah Menghitung Percampuran Massa Air 1. Tahap awal dalam penentuan percampuran massa air adalah mencari nilai potensial densitas dengan menyusun data kedalaman, temperatur dan densitas seperti di bawah ini : 2. Setalah nilai potensial didapatkan, maka langkah selanjutnya adalah mencari nilai Brunt Vaisaladengan langkah sebagai berikut a. Susun data kedalaman, temperatur, salinitas, densitas dan potensial densitas seperti pada gambar di bawah ini :
  • 7. b. Kemudian disimpan dalam format .txt untuk dipanggil menggunakan aplikasi MATLAB c. Buka aplikasi MATLAB, dengan menuliskan sintak seperti pada gambar di bawah ini : d. Kemudian dijalankan akan tampak seperti pada gambar berikut :
  • 8. 3. Tahap selanjutnya adalah menentukan nilai dari ThorpeDisplacement a. Data yang dipakai untuk mencari nilai ini adalah data densitas dari CTD, dimana dari data densitas sebenarnya dengan kondisi instabilitas statis disusun ulang untuk mencari densitas kondisi stabilitas statis (Gambar 1). b. Jarak kedalaman awal (𝑧 π‘Ž)ke kedalaman pada saat kondisi stabilitas statis (𝑧 𝑏) merupakan nilai Thorpedisplacement,yangdidapatkan dengan cara : c. Ploting hasil displacement terhadap kedalaman menggunakan MATLAB dimana sintaknya sama seperti plot hasil Brunt Vaisala pada point 2c yang hasilnya didapatkan seperti pada gambar di bawah ini :
  • 9. 4. Langkah selanjutnya setelah didapatkan nilai displacement yaitu mencari nilai skala thorpe menggunakan Persamaan (9) yang bisa dihitung dari MATLAB dengan menyusun ulang data kedalaman, Brun Vaisala dan displacement yang telah didapatkan sebelumnya, seperti pada contoh berikut : Selanjutnya simpan dalam format .txt untuk dipanggil menggunakan program MATLAB sama seperti cara sebelumnya. Kemudian disusun ulang dengan format sebagai berikut :
  • 10. Langkah untuk menghitung epsilon tersebut terlihat pada gambar berikut, dimana stelah didapatkan masing-masing nilai disusun kembali seperti tabel yang telah ditentukan di atas, kemudian di plot nilai epsilon (πœ€) terhadap kedalaman. 5. Terakhir adalah menentukan nilai difusivitas vertikal eddy (𝐾𝑧), dimana untuk menghitung nilai dari 𝐾𝑧 menggunakan Persamaan 11 dari hasil Brun Vaisala, epsilon dan efesiensi percampuran (0.2) yang hasilnya juga diplotkan terhadap kedalaman.
  • 11. DAFTAR PUSTAKA Atmadipoera A. dan Widyastuti. 2014. A Numerical Modeling Study On Upwelling Mechanism In Southern Makassar Strait. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 6, No. 2, Hlm. 355-371. Atmadipoera A. et al. 2015. Observation Of Coastal Front And Circulation In The Northeastern Java Sea, Indonesia. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 7, No. 1, Hlm. 91- 108 Atmadipoera A, et al. 2009. Characteristics and variability of the Indonesian Throughflow water at the outflowstraits.Deep-Sea Research I. 56:1942-1954 Dillon TM. 1982. Vertical overturns: a comparation of Thorpe and Ozmidov length scale. J Geophys Res Ffield A, AL Gordon. 1996. Tidal mixing signature in the Indonesian Seas. J Phys Oceanogr 26:1924-1936 Ffield A. 1994. Tidal Mixing in the Indonesia Seas. Paper presented at Internasional Scientific symposium at the IOC-WESTPAC,IOCBali. Indonesia Galbraith PS, E Kelley. 1996. Identifying overturn in CTD profiles. J Atmos Ocean Tech 13:688- 702 Finnigan TD, DS Luther, R Lukas. 2002. Observation of enhanced diapycnal mixing near the Hawaiian Ridge. J Phys Oceanogr32:2988-3002 Hatayama T. 2004. Transformation of the Indonesian Throughflow Water by Vertical Mixing and Its Relation to Tidally GeneratedInternal Waves. Japan Agency for Marine-Earth Science and Technology, Yokohama Institute for Earth Sciences, Showa-machi, Kanazawa-ku, Yokohama, Kanagawa 236-0001, Japan. Journal of Oceanography , Vol. 60, pp. 569 to 585 Kaharuddin, 2012. Kajian Fluks Nutrien dan Kandungan Klorofil-a Serta Keterkaitannya dengan ProsesPercampurandi SelatanSelat Makasar.[Tesis]. IPB Bogor Koch-Larrouy A. et al. 2008. Physical processes contributing to the water mass transformation of the Indonesian Throughflow. Laboratoire d’OcΓ©anographie et du Climat: ExpΓ©rimentations et Approches NumΓ©riques (LOCEAN), Koch-Larrouy A, et al. 2007. On the transformation of Pacific Water into Indonesian Throughflow water by internal tidal mixing. Geophys Res Lett 34:1-6 Koch-Larrouy A. et al. 2006. On the transformation of Pacific Water into Indonesian ThroughFlow Water by internal tidal mixing. Laboratoire d'OcΓ©anographie Dynamique et de Climatologie (LOCEAN,ex LODYC),boite1004 place jussieu 75252 Paris, France Koch SE, et al. 1983. An interactive Barnes objective map analysis scheme for use with satellite and conventionaldata. J Climate Appl Meteor 22:1487-1503
  • 12. Lane-Serff G F. 2004. Topographic and boundary effects on steady and unsteady flow through straits.Topical Studies in Oceanography.Deep-Sea Research II McTaggart K.E., et al. 2010. Notes on CTD/O2 Data Acquisition and Processing Using Sea-Bird Hardware and Software (as available). U.S.A Pond S, GL Pickard. 1983. Introductory Dynamical Oceanography.Ed ke-2. Oxford: Pergamon Press. Purwandana A. 2012. Transformasi dan Percampuran Massa Air di Perairan Selat Alor pada Bulan Juni 2011. [Tesis]. IPBBogor Stewart RH. 2003. Introduction to Phisycal Oceanography. Departement of Oceanography. Texas A & M University. Sulaiman A. 2000. Turbulensi Laut Banda. Direktorat Teknologi Inventarisasi Sumberdaya Alam (TISDA).Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).Jakarta Susanto R. et al. 2012. Variability of Indonesian throughflow within Makassar Strait, 2004–2009. Lamont-Doherty Earth Observatory, Columbia University, Palisades, New York, USA.JOURNALOF GEOPHYSICALRESEARCH,VOL. 117 Suteja Y. 2011. Percampuran Turbulen Akibat Pasang Surut Internal Dan Implikasinya Terhadap Nutrien DiSelat Ombai.[Tesis]. IPB Bogor Thompson AF, et al. 2007. Spatial and temporal patterns of small-scale mixing in Drake Passage.J PhysOceanogr 37:572-592 Wyrtki, K. 1961. The physical oceanography of south east Asian waters. Naga Report Vol. 2. University California Press. La Jolla, California. 195p