Dokumen tersebut merupakan laporan analisis gangguan hubung singkat tiga fasa pada sistem distribusi 20 kV menggunakan perangkat lunak ETAP Power Station 7.0. Laporan ini membahas tentang teori dasar sistem distribusi listrik, analisis dan simulasi gangguan hubung singkat tiga fasa pada sistem distribusi tersebut menggunakan perangkat lunak tersebut, serta menentukan setting relay arus lebih.
Sistem Distribusi Tegangan Rendah merupakan bagian hilir dari suatu sistem tenaga listrik pada tegangan distribusi dibawah 1 Kilo Volt langsung kepada para pelanggan tegangan rendah
Pengertian umum Gardu Distribusi tenaga listrik yang paling dikenal adalah suatu bangunan gardu listrik berisi atau terdiri dari instalasi Perlengkapan Hubung Bagi Tegangan Menengah (PHB-TM), Transformator Distribusi (TD) dan Perlengkapan Hubung Bagi Tegangan Rendah (PHB-TR) untuk memasok kebutuhan tenaga listrik bagi para pelanggan baik dengan Tegangan Menengah (TM 20 kV) maupun Tegangan Rendah (TR 220/380V)
Dokumen tersebut membahas tentang jaringan tegangan menengah (JTM) yang merupakan bagian penting dari sistem distribusi listrik di Indonesia. JTM umumnya menggunakan tegangan 20kV dan dapat berupa saluran udara, kabel udara, atau kabel tanah. Dibahas pula proses konstruksi, penyelenggaraan, dan pemeliharaan JTM."
Dokumen tersebut menjelaskan cara menghitung kebutuhan kapasitor bank untuk memperbaiki faktor daya pada sistem listrik industri. Terdapat rumus dasar Qc = Q1 - Q2 dimana Qc adalah kebutuhan kapasitor bank, Q1 adalah daya reaktif sebelum perbaikan, dan Q2 adalah daya reaktif setelah perbaikan. Diberikan contoh perhitungan lengkap untuk suatu pabrik dengan daya terpasang 1000 kVA dan f
Sistem Distribusi merupakan bagian dari sistem tenaga listrik. Sistem distribusi ini berguna untuk menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya listrik besar (Bulk Power Source) sampai ke konsumen.
Jadi fungsi distribusi tenaga listrik adalah: 1) pembagian atau penyaluran tenaga listrik ke beberapa tempat (pelanggan), dan 2) merupakan sub sistem tenaga listrik yang langsung berhubungan dengan pelanggan, karena catu daya pada pusat-pusat beban (pelanggan) dilayani langsung melalui jaringan distribusi.
Gardu distribusi adalah bangunan yang berisi peralatan untuk menyalurkan listrik tegangan menengah dan rendah, seperti transformator distribusi, peralatan hubung tegangan menengah dan rendah, serta peralatan pengukur dan pengaman. Terdapat beberapa jenis gardu berdasarkan konstruksi dan penggunaannya.
Listrik adalah bentuk energi sekunder yang paling praktis penggunaanya oleh manusia, Kebutuhan listrik di masyarakat semakin meningkat seiring dengan meningkatnya pemanfaatan tenaga listrik. Sistem tenaga listrik yang baik adalah sistem tenaga yang dapat melayani beban secara kontinyu, tegangan dan frekwensi yang konstan, fluktuasi tegangan dan frekuensi yang terjadi harus berada pada batas toleransi yang diizinkan agar peralatan listrik konsumen dapat bekerja dengan baik dan aman
Untuk keperluan penyediaan tenaga listrik bagi para pelangggan, berbagai peralatan listrik ini dihubungkan satu sama lain dan secara keseluruhan membentuk suatu sistem tenaga listrik. Oleh karena itu dibutuhkan stabilitas pada operasi sistem tenaga listrik agar para pelanggan bisa menikmati tenaga listrik tanpa ada gangguan.
Pada prinsipnya penempatan gardu induk memiliki kriteria tertentu dimana hal penempatan ini berdasarkan kebutuhan (demand) beban yang semakin meningkat, mendekati bahkan melebihi kemampuan Gardu Induk yang ada
Sistem Distribusi Tegangan Rendah merupakan bagian hilir dari suatu sistem tenaga listrik pada tegangan distribusi dibawah 1 Kilo Volt langsung kepada para pelanggan tegangan rendah
Pengertian umum Gardu Distribusi tenaga listrik yang paling dikenal adalah suatu bangunan gardu listrik berisi atau terdiri dari instalasi Perlengkapan Hubung Bagi Tegangan Menengah (PHB-TM), Transformator Distribusi (TD) dan Perlengkapan Hubung Bagi Tegangan Rendah (PHB-TR) untuk memasok kebutuhan tenaga listrik bagi para pelanggan baik dengan Tegangan Menengah (TM 20 kV) maupun Tegangan Rendah (TR 220/380V)
Dokumen tersebut membahas tentang jaringan tegangan menengah (JTM) yang merupakan bagian penting dari sistem distribusi listrik di Indonesia. JTM umumnya menggunakan tegangan 20kV dan dapat berupa saluran udara, kabel udara, atau kabel tanah. Dibahas pula proses konstruksi, penyelenggaraan, dan pemeliharaan JTM."
Dokumen tersebut menjelaskan cara menghitung kebutuhan kapasitor bank untuk memperbaiki faktor daya pada sistem listrik industri. Terdapat rumus dasar Qc = Q1 - Q2 dimana Qc adalah kebutuhan kapasitor bank, Q1 adalah daya reaktif sebelum perbaikan, dan Q2 adalah daya reaktif setelah perbaikan. Diberikan contoh perhitungan lengkap untuk suatu pabrik dengan daya terpasang 1000 kVA dan f
Sistem Distribusi merupakan bagian dari sistem tenaga listrik. Sistem distribusi ini berguna untuk menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya listrik besar (Bulk Power Source) sampai ke konsumen.
Jadi fungsi distribusi tenaga listrik adalah: 1) pembagian atau penyaluran tenaga listrik ke beberapa tempat (pelanggan), dan 2) merupakan sub sistem tenaga listrik yang langsung berhubungan dengan pelanggan, karena catu daya pada pusat-pusat beban (pelanggan) dilayani langsung melalui jaringan distribusi.
Gardu distribusi adalah bangunan yang berisi peralatan untuk menyalurkan listrik tegangan menengah dan rendah, seperti transformator distribusi, peralatan hubung tegangan menengah dan rendah, serta peralatan pengukur dan pengaman. Terdapat beberapa jenis gardu berdasarkan konstruksi dan penggunaannya.
Listrik adalah bentuk energi sekunder yang paling praktis penggunaanya oleh manusia, Kebutuhan listrik di masyarakat semakin meningkat seiring dengan meningkatnya pemanfaatan tenaga listrik. Sistem tenaga listrik yang baik adalah sistem tenaga yang dapat melayani beban secara kontinyu, tegangan dan frekwensi yang konstan, fluktuasi tegangan dan frekuensi yang terjadi harus berada pada batas toleransi yang diizinkan agar peralatan listrik konsumen dapat bekerja dengan baik dan aman
Untuk keperluan penyediaan tenaga listrik bagi para pelangggan, berbagai peralatan listrik ini dihubungkan satu sama lain dan secara keseluruhan membentuk suatu sistem tenaga listrik. Oleh karena itu dibutuhkan stabilitas pada operasi sistem tenaga listrik agar para pelanggan bisa menikmati tenaga listrik tanpa ada gangguan.
Pada prinsipnya penempatan gardu induk memiliki kriteria tertentu dimana hal penempatan ini berdasarkan kebutuhan (demand) beban yang semakin meningkat, mendekati bahkan melebihi kemampuan Gardu Induk yang ada
Mekanisme breakdown adalah sebuah fenomena yang komplek di dalam bentuk padat dan tergantung pada variasi tegangan dan waktu penerapannya.
Pada prinsipnya mekanisme kegagalan (breakdown) dalam zat padat sama dengan proses yang terjadi di gas dan udara. Suatu zat padat tergantung dari cara dan kondisi pengukuran.
Jaringan distribusi tegangan rendah merupakan bagian akhir sistem listrik yang menyalurkan listrik ke konsumen dengan tegangan di bawah 1000 Volt. Jaringan ini terdiri dari saluran kabel bawah tanah dan udara serta perlengkapan untuk menghubungkan konsumen. Ada berbagai konstruksi tiang dan kabel untuk memastikan distribusi yang aman dan handal serta mencegah gangguan pada sistem.
Gardu induk merupakan sub-sistem penting dalam sistem penyaluran tenaga listrik yang berfungsi untuk mentransformasikan, menyalurkan, dan mengatur tegangan listrik sesuai kebutuhan. Terdapat berbagai jenis gardu induk berdasarkan pemasangan peralatan, tegangan, fungsi, isolasi, dan sistem busbar yang digunakan.
Sistem proteksi generator terdiri dari berbagai jenis relay seperti differential relay, overcurrent relay, undervoltage relay, dan overspeed relay yang berfungsi untuk mendeteksi gangguan seperti hubung singkat, tegangan kurang, tegangan lebih, dan kecepatan berlebih guna melindungi generator.
Dokumen ini membahas sistem proteksi pada instalasi penyaluran tenaga listrik untuk mendeteksi berbagai jenis gangguan dan memisahkan bagian yang terganggu. Sistem proteksi harus sensitif, andal, selektif dan cepat bekerja untuk mencegah kerusakan lebih lanjut. Dokumen ini juga menjelaskan berbagai jenis peralatan proteksi seperti relay, transformator arus dan tegangan, serta metode pemeliharaan seperti preventif dan korekt
Secara umum pengertian Switch Gear adalah suatu unit peralatan listrik yang dapat memutuskan ataupun menghubungkan rangkaian listrik baik dalam keadaan normal maupun tidak normal demi keandalan sistem pelayanan daya listrik.
Dalam bahasa Indonesia artinya Panel Tegangan Menengah (PTM) atau juga disebut MVMDB (Medium Voltage Main distribution Board) dan sedangkan untuk tegangan rendah disebut LVMDB (Low Voltage Main Distribution Board).
Dokumen tersebut membahas tentang koordinasi isolasi dalam sistem tenaga listrik. Ia menjelaskan prinsip, karakteristik, dan faktor-faktor yang mempengaruhi koordinasi isolasi peralatan seperti trafo, arester, isolator, dan komponen lainnya guna melindungi peralatan dari kerusakan akibat tegangan lebih. Dokumen ini juga membahas sejarah perkembangan koordinasi isolasi dan standar yang diterapkan.
Proteksi Tenaga Listrik merupakan alat pemutus dan penyambung pada suatu rangkaian sehingga jika pada rangkaian mengalami suatu gangguan maka alat yang digunakan untuk memutuskan dan menghubungkan dari suatu rangkaian dalam kadaan berbeban disebut pemutus tenaga (PMT) atau Circuit Breaker/CB.
Dimana alat tersebut dilengkapi dengan alat pemadam busur api sedangkan untuk memisahkan dari rangakain tanpa beban digunakan saklar pemisah beban atau Disconnecting switch (DS). Dimana alat ini hanya digunakan jika CB pemutus tenaga telah terbuka untuk memisahkan rangkaian
Presentasi ini membahas tentang gardu induk, termasuk pengertian dan fungsinya, jenis-jenisnya berdasarkan pelayanan, penempatan, isolasi, dan bentuk rangkaian relnya. Juga dibahas fasilitas dan peralatan gardu induk seperti transformator utama, rel daya, dan peralatan penghubung. Dijelaskan pula prinsip kerja, gangguan-gangguan pengaman, isolasi, serta transformator utama dalam gardu induk. "
distribusi tenaga listrik adalah menghubungkan antara konsumen atau pemakai tenaga listrik (industri atau perumahan ) dengan sumber daya besar (bulk power source), sedangkan dalam penyalurannya terdapat masalah bagaimana menyalurkan daya ke konsumen dengan cara sebaik-baiknya, mengingat hal tersebut diatas, maka suatu sistem distribusi dengan bagian-bagiannya dapat mempunyai susunan atau bentuk yang berbeda-beda.
Dokumen tersebut memberikan penjelasan mengenai konsep dasar, komponen utama, konstruksi, instalasi, dan gambar monogram dari gardu distribusi. Secara singkat, gardu distribusi adalah bangunan yang berisi peralatan untuk menyalurkan listrik tegangan menengah dan rendah ke pelanggan, terdiri atas transformator, peralatan hubung dan proteksi, serta dirancang berdasarkan optimalisasi biaya.
Dokumen tersebut membahas tentang jaringan distribusi tenaga listrik, termasuk pengertian, klasifikasi, dan komponen jaringan distribusi. Jaringan distribusi merupakan jaringan yang menghubungkan sumber daya listrik besar dengan konsumen, dan terdiri atas jaringan distribusi primer dan sekunder dengan tegangan yang berbeda. Dokumen ini juga membahas tentang berbagai faktor yang mempengaruhi perencanaan jaringan distribusi.
Pengertian : gardu distribusi adalah bagian peralatan listrik yang menerima daya listrik dari tegangan primer dan mengubah menjadi tegangan sekunder yang langsung di salurkan ke konsumen.
Fungsi : Gardu distribusi peralatan yang berfungsi untuk menurunkan tegangan primer menjadi tegangan sekunder/pelayanan.
Dokumen tersebut membahas tentang penyearah satu fasa tidak terkontrol, termasuk penyearah setengah gelombang dan gelombang penuh dengan berbagai jenis beban seperti resistif, induktif, dan kapasitif. Dokumen ini juga membandingkan kelebihan dan kekurangan penyearah gelombang penuh satu fasa dibandingkan jenis penyearah lainnya.
1. Dokumen ini membahas analisis karakteristik voltage sag pada jaringan distribusi 20 kV akibat berbagai kondisi gangguan menggunakan simulasi ATP-EMTP. Metode proteksi yang berbeda dianalisis dan dibandingkan untuk mengetahui efek koordinasinya terhadap karakteristik voltage sag.
2. Hasil simulasi menunjukkan bahwa metode keempat yang menggunakan fuse F3B dan recloser memberikan durasi gangguan terpendek dan kinerja ter
Analisis penggunaan swer untuk mengatasi masalah jatuhSimon Patabang
Penelitian ini menganalisis jatuh tegangan pada sistem distribusi listrik tanpa dan dengan menggunakan sistem SWER. Hasil analisis menunjukkan bahwa jatuh tegangan pada sistem tanpa SWER adalah 45,481 Volt atau 19,689%, sedangkan pada sistem dengan SWER hanya 2,458 Volt atau 1,064%. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan sistem SWER dapat mengurangi jatuh tegangan pada jaringan distribusi tegangan rendah di
Mekanisme breakdown adalah sebuah fenomena yang komplek di dalam bentuk padat dan tergantung pada variasi tegangan dan waktu penerapannya.
Pada prinsipnya mekanisme kegagalan (breakdown) dalam zat padat sama dengan proses yang terjadi di gas dan udara. Suatu zat padat tergantung dari cara dan kondisi pengukuran.
Jaringan distribusi tegangan rendah merupakan bagian akhir sistem listrik yang menyalurkan listrik ke konsumen dengan tegangan di bawah 1000 Volt. Jaringan ini terdiri dari saluran kabel bawah tanah dan udara serta perlengkapan untuk menghubungkan konsumen. Ada berbagai konstruksi tiang dan kabel untuk memastikan distribusi yang aman dan handal serta mencegah gangguan pada sistem.
Gardu induk merupakan sub-sistem penting dalam sistem penyaluran tenaga listrik yang berfungsi untuk mentransformasikan, menyalurkan, dan mengatur tegangan listrik sesuai kebutuhan. Terdapat berbagai jenis gardu induk berdasarkan pemasangan peralatan, tegangan, fungsi, isolasi, dan sistem busbar yang digunakan.
Sistem proteksi generator terdiri dari berbagai jenis relay seperti differential relay, overcurrent relay, undervoltage relay, dan overspeed relay yang berfungsi untuk mendeteksi gangguan seperti hubung singkat, tegangan kurang, tegangan lebih, dan kecepatan berlebih guna melindungi generator.
Dokumen ini membahas sistem proteksi pada instalasi penyaluran tenaga listrik untuk mendeteksi berbagai jenis gangguan dan memisahkan bagian yang terganggu. Sistem proteksi harus sensitif, andal, selektif dan cepat bekerja untuk mencegah kerusakan lebih lanjut. Dokumen ini juga menjelaskan berbagai jenis peralatan proteksi seperti relay, transformator arus dan tegangan, serta metode pemeliharaan seperti preventif dan korekt
Secara umum pengertian Switch Gear adalah suatu unit peralatan listrik yang dapat memutuskan ataupun menghubungkan rangkaian listrik baik dalam keadaan normal maupun tidak normal demi keandalan sistem pelayanan daya listrik.
Dalam bahasa Indonesia artinya Panel Tegangan Menengah (PTM) atau juga disebut MVMDB (Medium Voltage Main distribution Board) dan sedangkan untuk tegangan rendah disebut LVMDB (Low Voltage Main Distribution Board).
Dokumen tersebut membahas tentang koordinasi isolasi dalam sistem tenaga listrik. Ia menjelaskan prinsip, karakteristik, dan faktor-faktor yang mempengaruhi koordinasi isolasi peralatan seperti trafo, arester, isolator, dan komponen lainnya guna melindungi peralatan dari kerusakan akibat tegangan lebih. Dokumen ini juga membahas sejarah perkembangan koordinasi isolasi dan standar yang diterapkan.
Proteksi Tenaga Listrik merupakan alat pemutus dan penyambung pada suatu rangkaian sehingga jika pada rangkaian mengalami suatu gangguan maka alat yang digunakan untuk memutuskan dan menghubungkan dari suatu rangkaian dalam kadaan berbeban disebut pemutus tenaga (PMT) atau Circuit Breaker/CB.
Dimana alat tersebut dilengkapi dengan alat pemadam busur api sedangkan untuk memisahkan dari rangakain tanpa beban digunakan saklar pemisah beban atau Disconnecting switch (DS). Dimana alat ini hanya digunakan jika CB pemutus tenaga telah terbuka untuk memisahkan rangkaian
Presentasi ini membahas tentang gardu induk, termasuk pengertian dan fungsinya, jenis-jenisnya berdasarkan pelayanan, penempatan, isolasi, dan bentuk rangkaian relnya. Juga dibahas fasilitas dan peralatan gardu induk seperti transformator utama, rel daya, dan peralatan penghubung. Dijelaskan pula prinsip kerja, gangguan-gangguan pengaman, isolasi, serta transformator utama dalam gardu induk. "
distribusi tenaga listrik adalah menghubungkan antara konsumen atau pemakai tenaga listrik (industri atau perumahan ) dengan sumber daya besar (bulk power source), sedangkan dalam penyalurannya terdapat masalah bagaimana menyalurkan daya ke konsumen dengan cara sebaik-baiknya, mengingat hal tersebut diatas, maka suatu sistem distribusi dengan bagian-bagiannya dapat mempunyai susunan atau bentuk yang berbeda-beda.
Dokumen tersebut memberikan penjelasan mengenai konsep dasar, komponen utama, konstruksi, instalasi, dan gambar monogram dari gardu distribusi. Secara singkat, gardu distribusi adalah bangunan yang berisi peralatan untuk menyalurkan listrik tegangan menengah dan rendah ke pelanggan, terdiri atas transformator, peralatan hubung dan proteksi, serta dirancang berdasarkan optimalisasi biaya.
Dokumen tersebut membahas tentang jaringan distribusi tenaga listrik, termasuk pengertian, klasifikasi, dan komponen jaringan distribusi. Jaringan distribusi merupakan jaringan yang menghubungkan sumber daya listrik besar dengan konsumen, dan terdiri atas jaringan distribusi primer dan sekunder dengan tegangan yang berbeda. Dokumen ini juga membahas tentang berbagai faktor yang mempengaruhi perencanaan jaringan distribusi.
Pengertian : gardu distribusi adalah bagian peralatan listrik yang menerima daya listrik dari tegangan primer dan mengubah menjadi tegangan sekunder yang langsung di salurkan ke konsumen.
Fungsi : Gardu distribusi peralatan yang berfungsi untuk menurunkan tegangan primer menjadi tegangan sekunder/pelayanan.
Dokumen tersebut membahas tentang penyearah satu fasa tidak terkontrol, termasuk penyearah setengah gelombang dan gelombang penuh dengan berbagai jenis beban seperti resistif, induktif, dan kapasitif. Dokumen ini juga membandingkan kelebihan dan kekurangan penyearah gelombang penuh satu fasa dibandingkan jenis penyearah lainnya.
1. Dokumen ini membahas analisis karakteristik voltage sag pada jaringan distribusi 20 kV akibat berbagai kondisi gangguan menggunakan simulasi ATP-EMTP. Metode proteksi yang berbeda dianalisis dan dibandingkan untuk mengetahui efek koordinasinya terhadap karakteristik voltage sag.
2. Hasil simulasi menunjukkan bahwa metode keempat yang menggunakan fuse F3B dan recloser memberikan durasi gangguan terpendek dan kinerja ter
Analisis penggunaan swer untuk mengatasi masalah jatuhSimon Patabang
Penelitian ini menganalisis jatuh tegangan pada sistem distribusi listrik tanpa dan dengan menggunakan sistem SWER. Hasil analisis menunjukkan bahwa jatuh tegangan pada sistem tanpa SWER adalah 45,481 Volt atau 19,689%, sedangkan pada sistem dengan SWER hanya 2,458 Volt atau 1,064%. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan sistem SWER dapat mengurangi jatuh tegangan pada jaringan distribusi tegangan rendah di
Miniatur Circuit Breaker (MCB) digunakan sebagai pengaman otomatis untuk melindungi instalasi listrik. MCB bekerja dengan sistem termal dan elektromagnetik, dimana sistem termal menggunakan unsur logam yang memanas dan melebar untuk memutus arus, sedangkan sistem elektromagnetik memutus arus lebih cepat pada kondisi hubung singkat. Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik kerja dan waktu putus MCB dengan
Sistem distribusi listrik berguna untuk menyalurkan listrik dari sumber daya besar ke konsumen. Rugi tegangan atau drop voltage terjadi karena hambatan pada saluran distribusi dan menyebabkan tegangan yang diterima konsumen lebih rendah dari tegangan sumber. Faktor yang mempengaruhi besarnya rugi tegangan antara lain panjang saluran, luas penampang kawat, dan besarnya beban listrik.
Dokumen tersebut membahas simulasi kinerja arrester ZnO terhadap pengaruh perubahan beban penyulang dalam perlindungan tegangan lebih akibat petir. Simulasi dilakukan dengan program ATP-EMTP untuk mendapatkan tegangan sisa puncak arrester pada berbagai kondisi arus petir dan beban. Hasilnya, peningkatan beban penyulang atau penurunan impedansi beban dengan faktor daya tetap akan menurunkan tegangan sisa
1. Dokumen ini membahas sistem monitoring pencurian energi listrik dengan mendeteksi berbagai modus pencurian melalui sensor-sensor yang membandingkan pembacaan KWH meter dengan putaran piringannya. 2. Sistem ini dapat mendeteksi pencurian dengan mengirimkan sinyal lewat SMS gateway apabila terjadi selisih antara parameter daya dan putaran piringan. 3. Pengujian secara terintegrasi menunjukkan sistem mampu mendeteksi berbagai modus penc
Percobaan menguji Earth Leakage Circuit Breaker (ELCB) tunggal fase dan tiga fase untuk menentukan arus pemutusnya. ELCB tunggal fase memiliki arus pemutus rata-rata 24 Ampere sedangkan ELCB tiga fase memiliki arus pemutus masing-masing fase antara 23,43-23,93 Ampere. ELCB tiga fase juga diuji dengan beban tidak seimbang namun arus pemutusnya tidak berbeda signifikan."
TTT 20231 Kelompok 5 - Rangkaian Cockroft WaltonRommySoeli1
2024/01/31
Dipresentasikan:
2023/12/11
Penyearah Cockroft-Walton
Institut Teknologi PLN
Teknik Tegangan Tinggi
Semester 20231
Kelas A
Kelompok 5
Anggota Kelompok
1. (202111168)Muhammad Fiqri Aikal
2. (201811265)Rommy Soeli
Dokumen tersebut membahas tentang komponen simetris dan transformasi komponen simetris yang diterapkan pada sistem transmisi listrik tiga fasa untuk menganalisis gangguan tak simetris."
Laporan Perlengkapan Sistem Tenaga Listrik - Circuit Breakerbernadus lokaputra
Praktikum ini bertujuan untuk mempelajari prinsip kerja sistem kendali pemutus tenaga (PMT) melalui tiga percobaan: (1) menentukan tegangan dan arus untuk mengaktifkan relay, (2) menghitung lilitan sensor arus PMT, dan (3) menguji sensor arus PMT. Hasilnya adalah tegangan relay 162,5 V dan arus 0,157 mA, serta semakin tinggi arus PMT maka lilitan primer sensor akan semakin sedikit.
Sistem distribusi tenaga listrik bertujuan untuk menyalurkan listrik dari sumber daya besar ke konsumen dengan menurunkan tegangan secara bertahap melalui jaringan transmisi, distribusi primer, dan sekunder serta menggunakan berbagai jenis kabel sesuai dengan tegangan dan kondisi lingkungannya.
Pembukaan Materi POP terkait kaidah pertambangan yang baik kepmen esdm 1827HadisHasyimiMiftahul
terkait kebijakan publik pada bidang pertambangan. berisi tentang dasar hukum dan asas asas yang digunakan untuk membuat peraturan terkait good mining practice atau kaidah pertambangan yang baik
Analisa Gangguan Hubung Singkat Tiga Phasa Pada Sistem Distribusi 20 KV PT PLN Rayon Sidikalang
1. ANALISA GANGGUAN HUBUNG SINGKAT TIGA PHASA PADA SISTEM
DISTRIBUSI 20 KV DENGAN MENGGUNAKAN ETAP POWER STATION 7.0
TUGAS AKHIR
Disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana strata satu (S-1) pada jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi industri
Institut teknologi medan
Disusun Oleh :
PARULIAN SINAGA
NIM:13203085
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI MEDAN
2017 1
2. 2
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
TEORI PENUNJANG
SISTEM KELISTRIKAN PT. PLN (persero) area
Binjai rayon Sidikalang
ANALISA DAN SIMULASI
KESIMPULAN
3. 3
LATAR BELAKANG
Gangguan hubung singkat akan menimbulkan
arus hubung singkat yang cukup besar dan
tegangan yang sangat rendah di lokasi yang
terjadi gangguan.
Gangguan hubung singkat yang besar dapat
mengakibatkan kerusakan atau mempengaruhi
suatu sistem tenaga listrik.
4. RUMUSAN MASALAH
Bagaimana pengaruh gangguan hubung singkat tiga phasa
terhadap tegangan di sistem distribusi 20 kV?
Bagaimana analisis nilai arus gangguan hubung singkat tiga
phasa sistem distribusi tenaga listrik menggunakan software
ETAP power station 7.0?
Bagaimana menentukan setting relay arus lebih dan karakteristik
Relay arus lebih pada penyulang SD2 gardu induk sidikalang
dengan menggunakan ETAP power station 7.0?
4
5. 5
BATASAN MASALAH
Penelitian dilakukan pada jaringan sistem distribusi 20
kV.
Hanya melakukan Simulasi hubung singkat tiga phasa
pada sistem distribusi mengunakan software ETAP power
station 7.0.
Analisis hubung singkat tiga phasa pada sistem distribusi
6. 6
TUJUAN PENELITIAN
Untuk mengetahui pengaruh gangguan hubung singkat 3
phasa terhadap tegangan di sistem distribusi 20 kV.
Untuk mengetahui hasil simulasi nilai arus gangguan
hubung singkat tiga phasa pada sistem distribusi dengan
menggunakan software ETAP power station 7.0.
Untuk mengetahui dan menentukan setting relay arus lebih
dan karakteristik relay arus lebih pada penyulang SD2
gardu induk sidikalang dengan menggunakan ETAP power
station 7.0.
7. 7
MANFAAT PENELITIAN
Manfaat yang diharapkan penulis dari penelitian ini adalah:
Penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk mengetahui arus
hubung singkat 3 phasa pada sistem distribusi.
Menambah informasi tentang software ETAP power station 7.0
yang dapat digunakan untuk melakukan simulasi sebuah sistem,
misalnya untuk melakukan analisis arus hubung singkat pada
suatu sistem distribusi.
8. II. LANDASAN TEORI
2.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik
8
Gambar 2.1 sistem penyaluran tenaga listrik
9. 9
Berdasarkan ANSI/IEEE Std. 100-1992 gangguan
didefenisikan sebagai suatu kondisi fisis yang disebabkan
kegagalan suatu perangkat, komponen atau suatu elemen
untuk bekerja sesuai dengan fungsinya. Gangguan hampir
selalu ditimbulkan oleh hubung singkat antar fase atau
hubung singkat fase ke tanah. Suatu gangguan hampir
selalu berupa hubung langsung atau melalui impedansi.
Istilah gangguan identik dengan hubung singkat, sesuai
standart ANSI/IEEE Std. 100-1992.
Gangguan hubung singkat
10. 10
Hubung singkat sebagai salah satu gangguan dalam sistem
tenaga listrik yang mempunyai karakteristik transient yang
harus dapat diatasi oleh peralatan pengaman. Terjadinya
hubung singkat mengakibatkan timbulnya lonjakan arus dengan
tingkat lebih tinggi dari keadaan normal dan tegangan di tempat
tersebut menjadi sangat rendah yang dapat mengakibatkan
kerusakan pada peralatan sistem tenaga listrik.
11. 11
RELE ARUS LEBIH (OCR)
• Rele arus lebih merupakan rele Pengaman yang bekerja karena
adanya besaran arus dan terpasang pada Jaringan Tegangan tinggi,
Tegangan menengah juga pada pengaman Transformator tenaga.
• Rele OCR berfungsi untuk mengamankan peralatan listrik akibat
adanya gangguan phasa-phasa.
13. III.1 Metode Penelitian
Dalam Penulisan Tugas akhir ini Penulis melakukan Penelitian dengan
Survey lapangan Di PT. PLN (persero) Area Binjai rayon sidikalang,
dengan metode literatur untuk mengambil data, juga dengan diskusi dan
dokumentasi untuk mendukung data serta berkonsultasi dengan dosen
pembimbing.
III.2. Waktu Dan Tempat
Untuk mendukung penulisan tugas akhir ini, penulis melakukan
penelitian pada tanggal 16 mei 2017 – 17 mei 2017 di PT PT. PLN (persero)
Area Binjai rayon sidikalang yang bertempat di JL. Sudirman no 29
Sidikalang-kabupaten Dairi
III.3 Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik – teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data –
data dalam Tugas Akhir ini yaitu menggunakan observasi terhadap
objek/sasaran penelitian serta mengadakan diskusi terhadap pihak-
pihak tertentu yang terkait dengan sistem tenaga listrik di PT PT. PLN
(persero) Area Binjai rayon sidikalang
13
III. METODOLOGI PENELITIAN
16. 4.1. Perhitungan Impedansi Penyulang
Dari hasil analisa pembebanan dan temperatur pada Bab sebelumya dapat di lihat hasilnya pada tabel
dibawah ini:
16
Tabel 4.1 impedansi saluran menurut
jarak antar gardu menggunakan AAAC
3x150 mm2
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
17. 17
Tegangan dalam keadaan Normal
Tabel 4.2 hasil Tegangan dalam keadaan Normal saat
WBP dan LWBP
ID BUS
SAAT WBP SAAT LWBP
TEGANGAN (KV) TEGANGAN (KV)
Bus 3 19.9094 19.938
Bus 6 19.7132 19.834
Bus 15 19.7078 19.8002
Bus 30 19.6732 19.78
Bus 60 19.6438 19.7582
Bus 107 19.5492 19.6952
19.9094
19.7132 19.7078
19.6732
19.6438
19.5492
19.938
19.834
19.8002
19.78
19.7582
19.6952
19.3
19.4
19.5
19.6
19.7
19.8
19.9
20
BUS 3 BUS 6 BUS 15 BUS 30 BUS 60 BUS 107
Chart Title
WBP
LWBP
Gambar 4.1 Grafik Tegangan masing-masing bus dalam keadaan
Normal Saat keadaan WBP dan LWBP
Dari grafik tersebut dapat dilihat bahwa semakin jauh
jarak bus ke Grid maka tegangan juga semakin turun,
ini dikarenakan karena nilai impedansinya yg
semakin tinggi
19. 19
NO Lokasi Isc (kA) TMS (s) Tsett (s)
1 Bus 3 14,68 0.121 0.402
2 Bus 6 7,211 0.07 0.362
3 Bus 15 4,565 0.05 0.378
4 Bus 30 8,865 0.012 0.0525
5 Bus 60 4,648 0.054 0.41
6 Bus 107 4,608 0.0536 0.401
Hasil perhitungan arus rele OCR
21. 21
No Nama Bus Sebelum
gangguan(kV)
Setelah gangguan
(Kv)
1 Bus 1 150 111,106
2 Bus 3 19,911 0
3 Bus 4 20 14,81
4 Bus 5 19,86 0,084
5 Bus 6 0,369 0,01
6 Bus 7 19,832 0,06
7 Bus 8 0,365 0,01
8 Bus 9 19,806 0,08Tegangan sebelum dan setelah gangguan
Dari tabel dapat dilihat bahwa jika
terjadi gangguan di bus 3 maka
tegangan di Bus 3 mengalami drop
tegangan dan demikian juga
pengaruhnya dengan beberapa bus
lainnya yang langsung mengalami
penurunan yang signifikan
22. 22
pada saat terjadi gangguan di Bus 3, CB
1 Relay incoming akan bekerja pertama
kali 76.1 ms untuk arus gangguan
sebesar 14,598 kA relay tersebut akan
memerintahkan CB1 trip setelah delay
30 ms. Gangguan tersebut dapat
dibebaskan setelah 106 ms setelah
terjadinya gangguan hubung singkat.
24. 24
Tegangan sebelum dan setelah gangguan
Dari tabel dapat dilihat bahwa jika
terjadi gangguan di bus 6 maka
tegangan di Bus 6 mengalami drop
tegangan sebesar 0 kV dan
demikian juga pengaruhnya
dengan beberapa bus lainnya
yang langsung mengalami
penurunan yang signifikan
No Nama Bus Sebelum gangguan(kV) Setelah gangguan (kV)
1 Bus 1 150 149,66
2 Bus 3 19,911 19,83
3 Bus 5 19,86 19,77
4 Bus 6 0,369 0
5 Bus 7 19,832 19,77
6 Bus 8 0,365 0,38
7 Bus 9 19,806 19,77
25. 25
pada saat terjadi gangguan di Bus 6,
CB 2 akan bekerja pertama kali 1287
ms untuk arus gangguan sebesar
7.212 relay tersebut akan
memerintahkan CB2 trip setelah
delay 50 ms. Gangguan tersebut
dapat dibebaskan setelah 1337 ms
setelah terjadinya gangguan hubung
singkat.
27. 27
Tegangan sebelum dan setelah gangguan
Dari tabel dapat dilihat bahwa jika
terjadi gangguan di bus 15 maka
tegangan di Bus 15 mengalami
drop tegangan sebesar 0 kV dan
demikian juga pengaruhnya dengan
beberapa bus lainnya yang
langsung mengalami penurunan
yang signifikan
No Nama Bus Sebelum
gangguan(kV)
Setelah gangguan
(Kv)
1 Bus 15 19,734 0
2 Bus 17 0,366 0,01
3 Bus 18 19,734 0
4 Bus 19 19,733 0
5 Bus 20 0,366 0,01
6 Bus 21 0,37 0,01
7 Bus 23 0,366 0,04
8 Bus 24 19,796 1,62
9 Bus 25 19,708 1,64
10 Bus 29 19,707 1,64
11 Bus 31 19,705 1,64
12 Bus 135 0,366 0,06
13 Bus 144 19,773 4,02
14 Bus 148 19,754 2,82
15 Bus 150 19,691 1,65
28. 28
bahwa pada saat terjadi gangguan di
Bus 15, CB 2 akan bekerja pertama kali
76.1 ms untuk arus gangguan sebesar
6.433 relay tersebut akan
memerintahkan CB3 trip setelah delay
90 ms. Gangguan tersebut dapat
dibebaskan setelah 166 ms setelah
terjadinya gangguan hubung singkat.
30. 30
Tegangan sebelum dan setelah gangguan
Dari tabel dapat dilihat bahwa jika
terjadi gangguan di bus 30 maka
tegangan di Bus 30 mengalami
drop tegangan sebesar 0 kV dan
demikian juga pengaruhnya dengan
beberapa bus lainnya yang
langsung mengalami penurunan
yang signifikan
No Nama Bus Sebelum
gangguan(kV)
Setelah gangguan
(Kv)
1 Bus 24 19,736 19,53
2 Bus 25 19,708 19,45
3 Bus 26 0,363 0,35
4 Bus 27 19,706 19,48
5 Bus 29 19,704 19,48
6 Bus 30 0,363 0
7 Bu 31 19,705 19,49
8 Bus 149 19,707 19,48
9 Bus 150 19,691 19,49
31. 31
bahwa pada saat terjadi gangguan di
Bus 3, CB 4 akan bekerja pertama
kali 905 ms untuk arus gangguan
sebesar 8.4651 kA relay tersebut akan
memerintahkan CB4 trip setelah
delay 90 ms. Gangguan tersebut
dapat dibebaskan setelah 995 ms
setelah terjadinya gangguan hubung
singkat.
33. 33
Tegangan sebelum dan setelah gangguan
Dari tabel dapat dilihat bahwa jika
terjadi gangguan di bus 60 maka
tegangan di Bus 60 mengalami
drop tegangan sebesar 0 kV dan
demikian juga pengaruhnya dengan
beberapa bus lainnya yang
langsung mengalami penurunan
yang signifikan
No Nama Bus Sebelum
gangguan(kV)
Setelah gangguan (Kv)
1 Bus 55 19,667 2,98
2 Bus 56 0,363 0,05
3 Bus 57 19,659 2,27
4 Bus 58 19,65 1,404
5 Bus 59 0,363 2,98
6 Bus 61 0,369 0,01
7 Bus 62 19,635 1,42
8 Bus 63 19,635 0
9 Bus 64 0,36 0,01
10 Bus 65 19,626 0
11 Bus 66 0,363 0,01
12 Bus 67 19,622 0,01
13 Bus 68 0,366 0,01
14 Bus 69 19,62 0,01
34. 34
pada saat terjadi gangguan di Bus 60,
CB 5 akan bekerja pertama kali 114
ms untuk arus gangguan sebesar
4.552 relay tersebut akan
memerintahkan CB5 trip setelah
delay 60 ms.
36. 36
Tegangan sebelum dan setelah gangguan
Dari tabel dapat dilihat bahwa jika
terjadi gangguan di bus 107 maka
tegangan di Bus 107 mengalami
drop tegangan sebesar 0 kV dan
demikian juga pengaruhnya dengan
beberapa bus lainnya yang
langsung mengalami penurunan
yang signifikan
No Nama Bus Sebelum
gangguan(kV)
Setelah gangguan
(Kv)
1 Bus 52 19,682 4,24
2 Bus 55 19,667 3,11
3 Bus 57 19,659 3,12
4 Bus 105 19,665 2,4
5 Bus 107 19,66 0
6 Bus 108 19,658 0
7 Bus 109 19,657 0
8 Bus 110 19,656 0
9 Bus 116 0,358 0,01
10 Bus 117 0,358 0,01
11 Bus 119 0,367 0
12 Bus 121 0,362 0
13 Bus 122 19,657 0
14 Bus 123 0,366 0,01
15 Bus 124 19,654 0,01
37. 37
pada saat terjadi gangguan di Bus 107,
CB 6 akan bekerja pertama kali 114 ms
untuk arus gangguan sebesar 4.487 kA
relay tersebut akan memerintahkan CB6
trip setelah delay 80 ms. Gangguan
tersebut dapat dibebaskan setelah 156 ms
setelah terjadinya gangguan hubung
singkat.
38. V. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
38
• Dimana terdapat penurunan tegangan yang besar di setiap bus
yang terhubung dengan bus yang mengalami gangguan hubung
singkat
• Analisis arus hubung singkat digunakan untuk memprediksi
ketika terjadinya arus gangguan hubung singkat maksimum
untuk menentukan kapasitas pengaman
• Kinerja relay tidak hanya dipengaruhi oleh TMS nya saja,
jarak gangguan dan besarnya arus gangguan yang terjadi
mempengaruhi kerja dari relay.