1. ANALISIS RASIO KEUANGAN UNTUK MEMPREDIKSI
KONDISI FINACIAL DISTRESS PADA PERUSAHAAN
GO-PUBLIC
SKRIPSI
Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Penyelesaian
Program Pendidikan Strata Satu
Jurusan Akuntansi
Oleh:
CHRISTANTY A. I. PATTINASARANY
2006310066
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI PERBANAS
SURABAYA
2010
2. ii
ANALISIS RASIO KEUANGAN UNTUK MEMPREDIKSI
KONDISI FINANCIAL DISTRESS PADA PERUSAHAAN
GO-PUBLIC
Diajukan oleh :
CHRISTANTY AMAZIA IMMANUELA PATTINASARANY
2006310066
Skripsi ini telah dibimbing
Dan dinyatakan siap diuji
Dosen Pembimbing,
Tanggal :.....................
Diyah Pujiati, S.E., M.Si
3. iii
SKRIPSI
ANALISIS RASIO KEUANGAN UNTUK MEMPREDIKSI KONDISI
FINANCIAL DISTRESS PADA PERUSAHAAN GO-PUBLIC
Disusun oleh:
CHRISTANTY A. I. PATTINASARANY
NIM : 2006310066
Dipertahankan di depan Tim Penguji
dan dinyatakan Lulus Ujian Skripsi
pada tanggal 18 Februari 2010
Tim Penguji
Ketua : Nurmala Ahmar S.E., Ak., M.Si .............................
Sekertaris : Diyah Pujiati, S.E., M.Si .............................
Anggota : Supriyati, S.E., Ak., M.Si ..............................
4. iv
PENGESAHAN SKRIPSI
Nama : Christanty Amazia Immanuela Pattinasarany
Tempat, Tanggal Lahir : Surabaya, 14 April 1988
N.I.M : 2006.310.066
Jurusan : Akuntansi
Program Pendidikan : Strata 1
Konsentrasi : Akuntansi Keuangan
Judul : Analisis Rasio Keuangan Untuk Memprediksi Kondisi
Financial Distress Pada Perusahaan Go-Public
Disetujui dan diterima baik oleh :
Dosen Pembimbing,
Tanggal : ...............
Diyah Pujiati, S.E., M.Si
Ketua Jurusan Akuntansi
Tanggal : ......................
Dra. Gunasti Hudiwinarsih Ak., M.Si
5. v
“ Takut akan TUHAN adalah
permulaan pengetahuan, tetapi
orang bodoh menghina hikmat
dan didikan”
-Amsal 1:7-
”Banyak hal tak kupahami dalam masa
menjelang, tapi nyata bagiku kini...
Tangan TUHAN yang pegang”
When you try to be somebody else…
You’ll find that you are nobody…
So just BE YOUR SELF!!!
6. vi
I dedicate this researh specially for:
☺ My Savior JESUS CHRIST..who helped me
Through the whole life, blessing me n never let me
down..Thank GOD!!
☺ My Beloved parents Mr. And Mrs. Pattinasarany,
makasih yaa Pa..Ma..bwt dukungan dan
doa2nya..terutama untuk segala pengorbanan, kasih
sayang dan kepercayaan yang diberikan. Aq bangga jd
anak Pa2 & Ma2..
☺ Kakak2Q yang baik, Ebet, Apit, n specially my only
sister Kun..thanks bwt omelan2nya (^_^ peace) which
is important for my life. Kak Ita n Mbak Rena...thanx
bwt support n doanya. Gloria n Nadya...yang
melengkapi kebahagiaan kluargaQ..thank GOD 4 both
of them.
☺ My luvly Tenly...the best gift from GOD, thanks buat
cinta, kasih sayang, pengorbanan n kepercayaanmu.
It means a lot for me...Tetep semangat yaa ngerjain
skripsinya, always support You babe....^_^
7. vii
☺ Seluruh keluarga besar Pattinasarany-Pelenkahu,
specially Om Piet, Usi Nona, Usi Ohie..trma kasih bwt
dukungan doa dan perhatian yang diberikan bwt
keluarga kami khususnya bwt Tanty secara pribadi.
Tete Manis jua yang bs balas smuanya..
☺ My New Family in Perak: Oma, t’Oya, t’Ebe, Alex,
Patrick, n Aaron...thanks bwt doa dan perhatiannya
slama ini, Tuhan Yesus berkati.
☺ To: Iphank, Itah n Ichunk...my best friend, thanks
bwt kebersamaannya..friendship is never end☺
☺ To: All SKKP’s crew..thanks bwt kebersamaannya dlm
Pelayanan, keep faith in JESUS...
☺ Buat Dosen WaliQ, Pak Wilopo..makasih Pak atas
Bmbngan dan perhatian yang diberikan slama ini,
makasih juga krn Bpk sdh jadi orang tua yang baik
bagi saya dan teman2 selama menempuh pndidikan d
Perbanas..
☺ Buat Dosen PembimbingQ, Bu Diyah...makasih yaa Bu
Atas kesabarannya membimbing saya slama ini,
biarpun saya bnyk nanya n sering bolak balik bmbngan
hehe..
8. viii
☺ Buat teman2 senasib sepenanggungan..Me2y n Neng,
thanx bwt tebengannya slama ini...jgn bosen2 yach
hwehehe:p Rifda, Wenda, Ama, BunDa, Endang,
Grace, Riris, Dian, Rizka, Wahyu, Amiek, Ki2
kuadrat... n smua teman2Q angkatan 2006....teman2
akhrnya jadi juga yaa qta pake merk SE dblkng
hehehe B-)
☺ Bwt maskotnya Perbanas..Trio kwek2 (Dewi, Hence,
Nia)..ndang lu2s rek!! Ayo..lapo suwe2 kuliah, selak
tuwek Ndul...hehe☺
☺ Bwt para pendahulu..Vanya, Imut n Supri..akhrnya aq
nyusul jg teman2..
☺ Bwt tmn2Q yg lain yg masi brjuang dbangku kuliah,
Nat2 n Yeni..keep fight yach!!
☺ Bwt Bu Linda, Bu Bambang n Pak Widhi...mkasih Pak,
Bu..atas bmbngannya slama saya mengajar..
☺ Bwt seluruh mahasiswaQ yg pernah q bmbng...mkasih
Bwt pngalaman baru yg seru bgt!! Aq bangga pernah
ngajar kalian. Mizz U all Guy’s n Girl’s...
☺ Bwt Seluruh Dosen dan Elemen Perpus STIE
Perbanas Sby, makasih atas bmbngan dan fasilitas
yang diberikan.
9. ix
☺ Bwt sluruh karyawan adm. & keuangan, pramubakti,
satpam dll....trima kasih atas pelayanannya.
☺ To: “CLARA ABBOTT FOUNDATION” thanks 4
supporting my study till this graduation.
10. x
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan YME atas kasih dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Analisis Rasio
Keuangan Untuk Memprediksi Kondisi Financial Distress pada Perusahaan Go-
Public“. Penulisan ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat penyelesaian progam
pendidikan strata satu jurusan akuntansi bagi mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi
Perbanas Surabaya.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis telah banyak mendapatkan bantuan dari pihak
yang tidak mungkin penulis menyebutkan satu persatu. Pada kesempatan ini penulis
menyampaikan terima kasih sedalam-dalamnya kepada yang saya hormati :
1. Ibu Prof. DR.Dra. Psi. Hj. Tatik Suryani, M.M. selaku Pimpinan Sekolah Tinggi
Ilmu Ekonomi Perbanas Surabaya
2. Ibu Dra. Gunasti Hudiwinarsih M.Si.Ak. selaku ketua jurusan Akuntansi
3. Ibu Diyah Pujiati, S.E.,M.Si selaku dosen pembimbing yang telah banyak
memberikan bimbingan dan arahan mulai dari awal penulisan skripsi sampai
skripsi ini dapat terselesaikan dengan tepat waktu.
4. Ibu Nurmala Ahmar S.E.,Ak.,M.Si selaku penguji proposal dan skripsi penelitian
ini.
5. Ibu Supriyati S.E.,Ak.,M.Si selaku penguji proposal dan skripsi penelitian ini.
6. Bapak Dr. Drs. R. Wilopo, Ak.,M.Si selaku Dosen Wali yang telah banyak
memberikan bimbingan dan pengarahan yang tidak henti-hentinya selama kuliah
di STIE Perbanas Surabaya.
11. xi
7. Bapak Ibu Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Perbanas Surabaya yang telah
memberi ilmu, pengalaman dan waktunya kepada penulis selama menuntut ilmu
di bangku kuliah.
8. Seluruh Staf Perpustakaan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Perbanas Surabaya
yang telah membantu atas terselesaikannya penulisan ini.
9. Seluruh Civitas Akademika Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Perbanas Surabaya.
Kesempurnaan hanya milik TUHAN YME, penulis sangat mengharapkan kritik
dan saran dari semua pihak guna penyempurnaan dan perbaikan di masa yang akan
datang. Semoga dengan adanya karya ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
berkepentingan dan dapat dikembangkan lebih lanjut.
Surabaya, 09 Maret 2010
Penulis
12. xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN SIAP DIUJI ................................................ ii
HALAMAN LULUS UJIAN SKRIPSI......................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI........................................................ iv
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN............................................ v
KATA PENGANTAR.................................................................................... ix
DAFTAR ISI ................................................................................................. xi
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................. xv
ABSTRAK / RINGKASAN .......................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN .................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah .................................................. 1
1.2 Perumusan Masalah ......................................................... 5
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................. 5
1.4 Manfaat Penelitian ........................................................... 6
1.5 Sistematika Penulisan ...................................................... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................... 10
2.1 Penelitian Terdahulu ........................................................ 10
2.2 Landasan teori .................................................................. 17
2.2.1 Laporan Keuangan ............................................... 17
2.2.2 Jenis-jenis Laporan Keuangan.............................. 18
2.2.3 Analisis Laporan Keuangan.................................. 19
2.2.4 Pengertian Kesulitan Keuangan
(Financial Distress) ............................................... 21
2.2.5 Indikator Financial Distress................................... 23
2.2.6 Manfaat Prediksi Financial Distress...................... 24
2.2.7 Rasio Keuangan Sebagai Prediktor
Financial Distress................................................ 26
2.3 Kerangka Pemikiran ........................................................ 32
2.4 Hipotesis Penelitian.......................................................... 32
BAB III METODE PENELITIAN ......................................................... 33
3.1 Rancangan Penelitian ....................................................... 33
3.2 Batasan Penelitian ............................................................ 34
3.3 Identifikasi Variabel ......................................................... 34
3.4 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ............... 36
3.5 Populasi, Sampel dan Teknik Sampling............................ 40
3.5.1 Populasi................................................................. 40
3.5.2 Sample................................................................... 40
3.5.3 Teknik Sampling................................................... 40
13. xiii
3.6 Data dan Metode Pengumpulan Data................................ 41
3.6.1 Data........................................................................ 41
3.6.2 Metode Pengumpulan Data................................... 42
3.7 Teknik Analisis Data ........................................................ 42
BAB IV GAMBARAN SUBYEK PENELITIAN DAN ANALISIS
DATA ………………………………………………………... 45
4.1 Gambaran Umum Subyek Penelitian ….……………….. 45
4.2 Analisis Data …………………………………………… 47
4.2.1 Analisis Deskriptif ……………………………... 47
4.2.2 Analisis Pengujian Hipotesis..………………….. 78
4.3 Pembahasan ..................................................................... 87
BAB V PENUTUP ................................................................................. 108
5.1. Kesimpulan ....................................................................... 108
5.2. Keterbatasan Penelitian .................................................... 111
5.3. Saran ................................................................................. 111
LAMPIRAN
DAFTAR RUJUKAN
14. xiv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 : Kategoti Kesulitan Keuangan 21
Tabel 2.2 : Kriteria Kebangkruran ALTMAN 23
Tabel 4.1 : Seleksi Sampel Perusahaan 45
Tabel 4.2 : Daftar Sektor Industri Sampel 46
Tabel 4.3 : Statistika Deskriptif Perusahaan Non Financial Distress
Tahun 2005-2007 48
Tabel 4.4 : Statistika Deskriptif Perusahaan Financial Dsitress
Tahun 2005-2007 49
Tabel 4.5 : Hasil Perhitungan Hosmer and Lemeshow(a) 79
Tabel 4.6 : Hasil Perhitungan Hosmer and Lemeshow(b) 80
Tabel 4.7 : Hasil Pengujian Regresi Logistik 81
Tabel 4.8 : Klasifikasi Variabel 87
Tabel 4.9 : Hasil Pengujian Variabel 105
16. xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Rekapitulasi Data Laporan Keuangan Perusahaan Tahun 2004
Lampiran 2 : Rekapitulasi Data Laporan Keuangan Perusahaan Tahun 2005
Lampiran 3 : Hasil Perhitungan Rasio Keuangan Tahun 2004
Lampiran 4 : Hasil Perhitungan Rasio Keuangan Tahun 2005
Lampiran 5 : Hasil Output Statistik Deskriptif
Lampiran 6 : Hasil Output Regresi Logistik
17. xvii
FINANCIAL RATIO ANALYSIS FOR PREDICTING FINANCIAL
DISTRESS IN GO-PUBLIC COMPANY
ABSTRACT
This study aims to know whether financial ratios can be used in predicting the
probability of financial distress in go public company listed in Indonesia Stock Exchange
(IDX).
The sample used in this study are go public companies listed in Indonesia
Stock Exchange (IDX) during the observation period of 2004-2007. The sampling
technique used was purposive sampling. This study sample size is 164 companies. The
data used in this research is secondary data. Data collected based on the financial
reporting of the company that seen from Indonesian Capital Market Directory (ICMD).
This study is use a logistic regression analysis as the analysis test tool.
The results of this study indicate that the financial ratios influential to the
probability of financial distress in go public company. The result shows that ratio net
income to net sales, current asset to current liability, net sales to current asset, net
income to total asset, cash to current liability are significant variables to determine the
condition of financial distress of a firm.
Keywords : financial ratios, financial distress
18. - 1 -11
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Kondisi perekonomian yang semakin merosot yang terjadi di Indonesia sejak
krisis moneter yang melanda, dimulai dari bulan Juli 1997, telah berdampak luas
pada kehidupan politik dan ekonomi. Akibatnya, banyak perusahaan yang
mengalami kesulitan keuangan sehingga tidak dapat melunasi kewajiban
keuangan yang sudah jatuh tempo dan pada akhirnya dinyatakan bangkrut. Hal ini
semakin memperkeruh kondisi perekonomian di Indonesia karena dengan
banyaknya perusahaan yang tutup, semakin banyak pula tenaga kerja yang yang
menganggur sehingga tingkat kriminalitas pun semakin tinggi. Dengan melihat
kondisi tersebut, maka perusahaan diharapkan dapat secara cepat dan tepat
membuat keputusan dan melakukan tindakan untuk memperbaiki situasi ini.
Prediksi kekuatan keuangan suatu perusahaan umumnya dilakukan oleh pihak
eksternal, seperti: Investor, Auditor, dan Pemerintah. Dengan diketahuinya
financial distress yang dialami oleh perusahaan diharapkan dapat dilakukan
tindakan untuk memperbaiki situasi ini.
Penyebab dari krisis ekonomi ini tidak hanya terletak pada fundamental
ekonomi yang lemah saja tetapi juga karena hutang swasta luar negeri yang telah
mencapai jumlah yang cukup besar. Krisis yang berkepanjangan ini adalah krisis
yang disebabkan oleh merosotnya nilai tukar rupiah yang sangat tajam, akibat
adanya peningkatan dolar Amerika Serikat dan jatuh temponya hutang swasta luar
1
19. - 2 -22
negeri dalam jumlah yang cukup besar dan secara bersamaan, sehingga
mengakibatkan permintaan akan dolar
meningkat dan ditambah dengan lemahnya sistem perbankan nasional sebagai
akat terjadinya krisis financial.
Menurut Akhyar Adnan dan Eha Kurniasa ( 2002 ) dalam Kurnia Eka Putri
Febriyanti ( 2007 ) kebangkrutan suatu perusahaan dapat dilihat dan diukur
melalui laporan keuangan dengan cara menganalisis laporan keuangan. Analisis
laporan keuangan merupakan alat yang sangat penting untuk memperoleh
informasi yang berkaitan dengan posisi keuangan perusahaan serta hasil-hasil
yang telah dicapai sehubungan dengan pemilihan strategi perusahaan yang akan
diterapkan. Dengan melakukan analisis laporan keuangan perusahaan, maka
pimpinan perusahaan dapat mengetahui keadaan serta perkembangan financial
perusahaan serta hasil-hasil yang telah dicapai di waktu lampau dan di waktu yang
sedang berjalan. Tingkat kesehatan perusahaan penting artinya bagi perusahaan
untuk meningkatkan efisiensi dalam menjalankan usahanya, sehingga kemampuan
untuk memperoleh keuntungan dapat ditingkatkan dan untuk menghindari adanya
potensi kebangkrutan.
Menurut Plat dan Plat (2002) dalam Luciana Spica Almilia (2003) yang
dikutip oleh Kurnia Eka Putri Febriyanti (2007) Financial Distress adalah sebagai
tahap penurunan kondisi keuangan yang terjadi sebelum terjadinya kebangkrutan
atau likuidasi. Plat dan Plat (2002) meyatakan kegunaan informasi jika suatu
perusahaan mengalami financial distress adalah:
20. - 3 -33
1. Dapat mempercepat tindakan manajemen untuk mencegah masalah
sebelum terjadinya kebangkrutan.
2. Pihak manajemen dapat mengambil tindakan merger atau takeover agar
perusahaan lebih mampu untuk membayar hutang dan mengelola
perusahaan dengan lebih baik.
3. Memberikan tanda peringatan awal adanya kebangkrutan dimasa yang
akan datang.
Laporan Keuangan merupakan salah satu instrumen yang digunakan untuk
mengetahui posisi keuangan suatu perusahaan pada suatu periode tertentu,
menggambarkan perubahan kondisi keuangan perusahaan dari waktu ke waktu,
yang berguna bagi pengambilan keputusan yang tepat.
Menurut Luciana Spica Almilia dan Kristijadi (2003), agar informasi yang
tersaji menjadi lebih bermanfaat dalam pengambilan keputusan, data keuangan
harus dikonversi menjadi informasi yang berguna dalam pengambilan keputusan
ekonomis. Hal ini ditempuh dengan cara melakukan analisis laporan keuangan.
Model yang sering digunakan dalam analisis tersebut adalah dalam bentuk rasio-
rasio keuangan.
Foster (1986) dalam Luciana Spica Almilia dan Kristijadi (2003) menyatakan
bahwa ada empat hal yang mendorong analisis laporan keuangan dilakukan
dengan model rasio keuangan, yaitu:
1. Untuk mengendalikan pengaruh perbedaan besaran antar perusahaan
atau antar waktu.
21. - 4 -44
2. Untuk membuat data menjadi lebih memenuhi asumsi alat statistik yang
digunakan.
3. Untuk mengeinvestigasi teori yang terkait dengan rasio keuangan.
4. untuk mengkaji hubungan empirik antara rasio keuangan dan estimasi
atau prediksi variabel tertentu (seperti kebangkrutan atau financial
distress).
Identifikasi faktor penyebab corporate failure perlu dilakukan agar kerugian
yang diderita akiabat krisis yang mungkin terjadi dapat diminimalisasi.
Argumnetasi mengenai rasio-rasio keuangan dalam mengindikasikan kesulitan
keuangan perusahaan di Indonesia di masa mendatang merupakan fenomena yang
menarik untuk diteliti kembali.
Penelitian mengenai corporate failure akan terus berlanjut walaupun
penelitian mengenai topik tersebut telah banyak dilakukan. Lebih lanjut, hasil
penelitian-penelitian terlebih dahulu masih bersifat mix result, yang berarti bahwa
berbagai temuan terdahulu cenderung tidak konsisten untuk waktu dan tempat
yang berbeda. Menurut Brigham dan Daves (2004) dalam Ikhwan Qomarudin
(2008), pengaruh dari faktor-faktor yang berbeda berubah dari tahun ke tahun
tergantung dari keadaan ekonomi dan besarnya tingkat bunga. Selain itu,
mengingat perkembangan dunia usaha yang begitu cepat sehingga menimbulkan
pertanyaan apakah faktor-faktor yang menyebabkan kesulitan keuangan
perusahaan masih tetap sama.
Kasus Bank Century yang terjadi beberapa waktu yang lalu dan sampai saat
ini masih hangat diperbincangkan merupakan salah satu bukti akan pentingnya
22. - 5 -55
prediksi Financial Distress bagi kelangsungan proses bisnis. Di mana dalam
kasus tersebut, Bank Century secara tiba-tiba dinyatakan pailit karena tidak dapat
memenuhi kewajiban kliringnya terhadap Bank Indonesia. Hal ini membuktikan
bahwa ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi, mengingat kondisi
perekonomian saat ini boleh dibilang sudah mulai stabil dibandingkan saat awal
terjadinya krisis ekonomi yang melanda Indonesia. Bagaimana dengan sektor-
sektor lain di luar sektor keuangan dan perbankan? Apakah rasio keuangan dapat
dijadikan faktor yang berpengaruh dalam prediksi Financial Distress pada sektor-
sektor tersebut? Hal ini yang akan dicoba untuk diteliti oleh penulis dalam
penelitian ini.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan di atas, maka dapat
diketahui bahwa analisis terhadap financial distress suatu perusahaan sangat
penting untuk memprediksi kelangsungan hidup perusahaan. Dengan demikian
permasalahan yang ingin dikemukakan dalam penelitian ini adalah :
• Apakah rasio keuangan dapat digunakan sebagai alat prediksi kondisi
financial distress pada perusahaan-perusahaan go-public yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, maka
tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:
23. - 6 -66
• Untuk mengetahui apakah rasio keuangan dapat digunakan untuk
memprediksi kemungkinan kondisi financial distress pada perusahaan-
peeuasahaan go-public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang
berkepentingan. Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Bagi Peneliti
Penelitian ini merupakan pelatihan kemampuan yang diharapkan dapat
mempertajam daya pikir ilmiah dengan menerapkan teori yag telah
diperoleh selama masa studi serta menambah wawasan, pengetahuan
dan pengalaman.
2. Bagi Perusahaan
Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan dalam pengambilan keputusan bagi pihak manajemen.
Sekaligus dapat membuat perusahaan melakukan perbandingan kinerja
dengan perusahaan pesaing sehingga keuangan perusahaan tetap sehat
dan tidak menurun bahkan financial distress dapat dihindari.
3. Bagi Investor
Informasi adanya prediksi financial distress memberi masukan dalam
menanamkan modal mereka, apakah mereka akan terus menanamkan
modal mereka atau menghentikan atau membatalkan penanaman
modal mereka ke perusahaan, sebab bagaimanapun para investor pasti
24. - 7 -77
tidak menginginkan kerugian akibat mereka salah dalam menanamkan
modalnya.
4. Bagi Kreditur
Prediksi financial distress dapat digunakan untuk memberikan
gambaran secara jelas tentang kelayakan usaha sehingga dapat
mempermudah untuk menganalisa dalam pemberian modal.
5. Bagi Pembaca atau Peneliti Lain
Sebagai bahan informasi tambahan bagi pembaca yang ingin lebih
mengetahui tentang analisis prediksi financial distress dan sebagai
referensi bagi peneliti lain yang ingin mengaplikasikan model yang
akan dibentuk dalam penelitian ini untuk memprediksi terjadinya
financial distress ataupun melakukan penelitian dalam bidang yang
sama.
1.5 Sistematika Penulisan Skripsi
Untuk membantu memperjelas arah, pandangan dan tujuan penulisan penelitian
ini, adapun sistematika dari penulisan skripsi adalah sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Dalam bab ini diuraikan tentang latar belakang masalah yang
menjelaskan alasan-alasan yang mendukung permasalahan dari
penelitian, perumusan masalah yang berisi tentang masalah-
masalah yang nantinya akan dicari jawabannya melalui penelitian,
tujuan penelitian untuk mencari jawaban dari perumusan masalah
penelitian, manfaat penelitian yang menjelaskan hal-hal yang
25. - 8 -88
bermanfaat yang ingin diperoleh dengan dilakukannya penelitian,
dan sistematika penulisan skripsi.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab ini diuraikan tentang teori-teori yang mendasari
penelitian ini yang terdiri dari hasil-hasil penelitian terdahulu
yang relevan dengan penelitian sekarang, teori-teori ilmu
pengetahuan yang berhubungan dengan permasalahan yang
sedang diteliti, dan kerangka pemikiran penelitian yang
memberikan gambaran bagaimana alur hubungan variabel yang
akan diteliti serta hipotesis penelitian.
BAB III : METODE PENELITIAN
Dalam bab ini diuraikan mengenai prosedur atau cara menjawab
permasalahan yang dirumuskan dalam penelitian dengan
menggunakan langkah-langkah sistematis. Hal-hal yang berkaitan
dengan prosedur penelitian ini terdiri dari rancangan penelitian,
batasan penelitian, identifikasi variabel, definisi opresional dan
pengukuran variabel, teknik sampling, data dan metode
pengumpulan data, serta teknik analisis data yang digunakan
dalam penelitian ini.
26. - 9 -99
BAB IV : GAMBARAN SUBYEK PENELITIAN DAN ANALISIS
DATA
Dalam bab ini akan dibahas mengenai gambaran subyek penelitian
yang digunakan dalam penelitian dan juga data yang sudah diolah
dengan menggunakan alat uji statistik untuk mengetahui apakah
hipotesis penelitian diterima atau ditolak serta dilakukan
pembahasan terhadap hasil penelitian.
BAB V : PENUTUP
Merupakan bab penutup dari penuliasan skripsi yang
menyimpulkan hasil dari analisis yang telah dilakukan. Disamping
itu disertakan pula beberapa keterbatasan dari penelitian ini serta
saran yang diharapkan dapat dipakai sebagai bahan perbandingan
agar tidak salah dalam pengambilan keputusan selanjutnya.
27. - 10 -1010
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
Pada bab ini penulis mengemukakan teori-teori yang mengacu pada pokok
yang permasalahan yang diambil yaitu ”Analisis Perbedaan Rasio Keuangan
Untuk Memprediksi Kondisi Financial Distress Pada Perusahaan Manufaktur
Berdasarkan Sektor Industri ”. Pembahasan yang dilakukan oleh penulis tidak
mengabaikan adanya penelitian sejenis yang telah dilakukan oleh:
1. Luciana Spica Almilia dan Kristijadi (2003)
Penelitian ini bertujuan untuk menguji rasio-rasio keuangan yang dapat
mengakibatkan kondisi financial distress pada suatu perusahaan.
Penelitian ini menggunakan sampel perusahaan yang mengalami financial
distress sebanyak 24 perusahaan dan perusahaan yang tidak mengalami
financial distress sebanyak 37 perusahaan yang dipilih berdasarkan
purposive sampling.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Rasio Profit Margin (
Laba Bersih / Penjualan Bersih), Financial Leverage (Hutang Lancar /
Total Aktiva), Rasio Likuiditas ( Aktiva Lancar / Kewajiban Lancar) dan
Rasio Pertumbuhan ( Prosentase Pertumbuhan Laba Bersih / Total Aktiva)
merupakan variabel yang signifikan untuk menentukan apakah suatu
perusahaan mengalami Financial Distress atau tidak.
10
28. - 11 -1111
Adapun persamaan penelitian tersebut dengan penelitian yang dillakukan
penulis adalah variabel independen yang digunakan sama dengan yang digunakan
oleh penulis yaitu rasio keuangan perusahaan berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Platt dan Platt (2002) yang meliputi: Rasio Profit Margin,
Likuiditas, Efisiensi Operasi, Profitabilitas, Financial Leverage, Posisi Kas, dan
Pertumbuhan.
Sedangkan perbedaannya adalah sebagai berikut:
a. Pada penelitian Luciana Spica Almilia dan Kristijadi
menggunakan 12 persamaan regresi logit ysng
mengkombinasikan 7 rasio keuangan yang ada, sedangkan pada
penelitian yang dilakukan oleh peneliti, rasio keuangan diuji
secara bersama-sama untuk menentukan rasio mana saja yang
signifikan untuk digunakan dalam memprediksi Financial
Distress suatu perusahaan.
b. Pada penelitian Luciana Spica Almilia dan Kristijadi populasi
yang digunakan adalah perusahaan manufaktur, sedangkan
pada peneliti menggunakan seluruh perusahaan go-public yang
terdaftar di BEI.
2. Rowland Bismark Fernando Pasaribu (2008)
Penelitian ini mencoba untuk memprediksi financial distress pada
perusahaan-perusahaan go public yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta,
secara spesifik perusahaan-perusahaan publik yang termasuk dalam
industri perdagangan. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini
29. - 12 -1212
meliputi seluruh perusahaan yang termasuk dalam industri perdagangan
pada periode tahun 2002-2006. Selain itu, penelitian ini menggunakan
enam diskriminator dan 34 rasio keuangan sebagai variabel operasional.
Tehnik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah binary logit.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada 18 rasio keuangan
yang signifikan untuk memprediksi financial distress. Penelitian ini juga
menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan yang tidak mampu
menciptakan nilai tambah ekonomi, tidak likuid, memiliki efisiensi
operasional yang rendah, serta memiliki tingkat financial leverage yang
rendah, akan memiliki tingkat probabilitas kesulitan yang tinggi.
Adapun persamaan penelitian dengan penulis adalah sama-sama
bertujuan untuk mengetahui rasio keuangan yang dapat dipakai dalam
prediksi financial distress.
Sedangkan perbedaannya adalah sebagai berikut:
a. Pada penelitian Rowland juga menilai akurasi prediksi financial
distress dari analisis binary logit yang dilakukan sedangkan pada
peneliti hanya mencari rasio-rasio apa saja yang signifikan dalam
memprediksi financial distress.
b. Periode penelitian Rowland yaitu periode 2002-2006 sementara
pada penulis periode 2004-2007.
3. Abdul Mongid (2004)
Penelitian ini bertujuan untuk memprediksi kebangkrutan
perbankan dengan menggunakan tipe data CAMEL. Dalam penelitian ini
30. - 13 -1313
pertama-tama dikaji dua konsep kegagalan (concept of failure) yaitu
economic failure dan official failure.
Dengan menggunakan model CAMEL sebagai alat untuk
mendeteksi kesehatan bank, dengan data sekunder berdasarkan beberapa
penelitian, dapat disimpulkan bahwa dalam studi sebelumnya ditandai
adanya dimensi variabel likuiditas yang tidak konsisten untuk model early
warning of failure, khususnya di negara-negara berkembang. Dikatakan
bahwa likuiditas bukanlah predictor yang baik sebagai model
pendeteksian awal kegagalan bank (early warning of failure). Sebaliknya,
asset quality, management dan earning merupakan variabel yang paling
baik untuk model memprediksi kegagalan bank. Untuk modal dan
likuidasi menunjukkan hasil tidak konsisten.
Adapun persamaan penelitian tersebut dengan penelitian penulis
adalah sama-sama bertujuan untuk memprediksi kegagalan keuangan serta
kebangkrutan lebih awal.
Sedangkan perbedaannya adalah sebagai berikut:
a. Pada penelitian Abdul Mongid tidak mengambil sampel tertentu
namun menggunakan data dari penelitian-penelitian sebelumnya
dan terfokus pada sektor perbankan. Sedangkan pada peneliti
mengambil sampel perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI
pada periode 2004-2007.
b. Penelitian Abdul Mongid menggunakan variabel model CAMEL
untuk memprediksi kegagalan bank, sedangkan peneliti
31. - 14 -1414
menggunakan rasio-rasio keuangan untuk memprediksi financial
distress pada perusahaan.
4. Fazilah Samad, dkk (2009)
Dengan menggunakan model prediksi kebangkrutan Z-Score
sebagai pendekatan terhadap distress risk dan return saham yang
terealisasi kemudian dari perusahaan-perusahaan distress-listed sebagai
pendekatan terhadap resiko sistematis, penelitian ini menyimpulkan bahwa
efek dari distress risk serta size dan book-to-market equity tidak cukup
signifikan untuk menentukan expected return dari suatu saham. Penelitian
ini juga menyimpulkan bahwa ekspektasi teoritis dari efek size dan book-
to-market equity pada distress risk juga tidak dapat digunakan dalam kasus
Malaysian distress listed-firms. Bagaimanapun juga, serupa dengan apa
yang dikemukakan oleh Griffin dan Lemmon (2002), penelitian ini juga
menemukan adanya hubungan yang berbanding terbalik antara distress
risk dan book-to-market equity yang menunjukkan bahwa Malaysian
distress listed-companies dengan probabilitas distress risk yang lebih
tinggi menunjukkan book-to-market value of equity yang lebih rendah.
Dengan demikian, tidak dapat dipastikan apakah distress risk merupakan
resiko sistematis dalam hubungannya dengan Malaysian stock market.
5. Archieliza Angelina (2008).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui rasio keuangan yang
dapat berpengaruh dalam memprediksi kondisi financial distress pada
perusahaan manufaktur.
32. - 15 -1515
Data yang digunakan adalah data kuantitatif atau data sekunder
yang diambil dari laporan keuangan manufaktur yang terdapat di
Indonesian Capital Market Directory (ICMD) dengan periode 2001-2004.
Penelitian ini dibatasi pada prusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Jakarta yang dikelompokkan yaitu perusahaan yang mengalami
financial distress tahun 2001-2004 yang memiliki tiga laporan keuangan
terakhir dan perusahaan yang tidak mengalami financial distress tahun
2001-2004. Dalam penelitian ini digunakan dua variabel yaitu variabel
terikat dan variabel bebas. Di mana variabel terikatnya adalah kondisi
perusahaan (Y). Sedangkan variabel bebasnya adalah variabel rasio
keuangan perusahaan yaitu Rasio Modal Kerja Terhadap Total Aktiva
(X1), Rasio Laba Ditahan Terhadap Total Aktiva (X2), Rasio EBIT
Terhadap Total Aktiva (X3), Rasio Nilai Buku Modal Terhadap Nilai
Buku Hutang (X4), dan Rasio Penjualan Terhadap Total Aktiva (X5).
Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif, uji
normalitas data dan analisis regresi logit.
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan dalam penelitian
ini dapat dijelaskan bahwa rasio modal kerja terhadap total aktiva, rasio
laba ditahan terhadap total aktiva, rasio EBIT terhadap total aktiva, rasio
nilai buku modal terhadap nilai buku hutang, dan rasio penjualan terhadap
total aktiva pada perusahaan yang listed, apabila dilakukan pengujian
secara bersama ternyata rasio model Altman dapat memprediksi secara
signifikan kemungkinan kondisi financial distress perusahaan manufaktur
33. - 16 -1616
yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Sedangkan variabel yang paling
dominan untuk memprediksi probabilitas suatu perusahaan terhadap
kondisi delisted adalah variabel rasio laba ditahan terhadap total aktiva,
rasio nilai buku modal terhadap nilai buku hutang, dan rasio penjualan
terhadap total aktiva.
Adapun persamaan penelitian tersebut dengan penelitian penulis adalah
menggunakan analisis rasio keuangan dalam memprediksi kondisi
financial distress perusahaan.
Sedangkan perbedaannya adalah sebagai berikut:
a. Pada penelitian Archieliza Angelina populasi yang digunakan
adalah perusahaan manufaktur, sedangkan pada peneliti
menggunakan seluruh perusahaan go-public yang terdaftar di BEI.
b. Periode penelitian Archieliza Angelina yaitu 2000-2005, sementara
pada penulis pada periode 2004-2007.
6. Ikhwan Qomarudin (2008)
Penelitian ini mempunyai tujuan untuk menguji secara empiris bahwa
rasio keuangan dapat digunakan sebagai alat prediksi kondisi financial
distress perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta.
Sampel yang digunakan adalah perusahaan manufaktur.
Pengumpulan data yaitu dengan metode dokumentasi yang mana
menggunakan laporan keuangan tahunan dari perusahaan yang terdaftar di
BEJ. Teknik analisis yang digunakan adalah denagn menggunakan logistic
regression.
34. - 17 -1717
Dari hasil pengujian dapat disimpulkan bahwa rasio keuangan
dapat digunakan untuk memprediksi financial distress adalah rasio
efisiensi operasi yang diukur dengan variabel perputaran total aktiva
(S/TA), rasio profitabilitas yang diukur dengan variabel profit margin
(NI/S), rasio financial leverage yang diukur dengan variabel hutang lancar
terhadap total aktiva (CL/TA) dan rasio posisi kas yang diukur dengan
variabel cash ratio (CASH/TA).
Adapun persamaan penelitian tersebut dengan penelitian yang
dilakukan penulis adalah menggunakan analisis rasio keuangan dalam
memprediksi kondisi financial distress perusahaan
Sedangkan perbedaannya adalah sebagai berikut:
a. Pada penelitian Ikhwan Qomarudin populasi yang digunakan
adalah perusahaan manufaktur, sedangkan pada peneliti
menggunakan seluruh perusahaan go-public yang terdaftar di BEI.
b. Periode penelitian Ikhwan Qomarudin yaitu 2003-2006, sementara
pada penulis pada periode 2004-2007.
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Laporan Keuangan
Bentuk informasi yang disajikan oleh bagian akuntansi adalah laporan
keuangan. Laporan keuangan ini dapat dikatakan sebagai bentuk
pertanggungjawaban manajemen terhadap pihak-pihak yang berkepantingan
atas aktivitas atau kinerja yang telah dicapai selama periode tertentu.
35. - 18 -1818
Laporan keuangan yang dimaksud adalah Neraca, Laporan Rugi/Laba,
Laporan Komitmen dan Kontijensi, Laporan Arus Kas dan Catatan atas
Laporan Keuangan. Laporan keuangan harus disusun sesuai dengan prinsip-
prinsip, metode, kualifikasi serta syarat-syarat tertentu yang harus dipenuhi
disamping harus memperhatikan keterkaitan antara masing-masing laporan
keuangan tersebut. Hal ini sangat penting diperhatikan karena Laporan
Keuangan merupakan hasil akhir dari proses akuntansi da merupakan sasaran
yang mengarahkan dan harus dipakai sebagai pedoman dalam
penyelenggaraan akuntansi. (Taswan, 1997:33).
2.2.2 Jenis-Jenis Laporan Keuangan
Jenis-jenis Laporan Keuangan (Financial Statement) yang sering disajikan ada
empat yaitu:
1. Laporan Laba Rugi
Laporan Laba Rugi adalah suatu ikhtisar pendapatan dan beban selama
periode waktu tertentu misalnya sebulan atau setahun. Laporan laba rugi
melaporkan kelebihan pendapatan dan beban-beban yang terjadi.
Kelebihan ini disebut laba bersih atau keuntungan bersih (net income / net
profit). Jika beban melebihi pendapatan, maka disebut rugi bersih (net
loss)
2. Laporan Ekuitas Pemilik
Laporan ekuitas pemilik adala suatuikhtisar perubahan ekuitas pemilik
yang terjadi selama periode tertentu. Misalnya sebulan atau setahun.
Laporan ekuitas melaporkan perubahan ekuitas pemilik selama jangka
36. - 19 -1919
waktu tertentu. Laporan tersebut dipersiapkan setelah laporan laba rugi,
karena laba bersih atau rugi bersih periode berjalan harus dilaporkan
dalam laporan ini.
3. Neraca
Neraca adalah suatu daftar aktiva, kewajiban dan ekuitas pemilik pada
tanggal tertentu. Biasanya pada akhir bulan atau akhir tahun. Seksi aktiva
dalam neraca biasanya disusun berdasarkan urutan cepat lambatnya aktiva
tersebut dikonversikan menjadi kas atau digunakan dalam operasi. Seksi
kewajiban, utang usaha merupakan satu-satunya kewajiban jika terdapat
satu atau lebih jenis kewajiban.
4. Laporan Arus Kas
Laporan arus kas adalah suatu ikhtisar penerimaan kas dan pembayaran
kas selama periode waktu tertentu, misalnya sebulan atau setahun. Lpaoran
arus kas terdiri dari tiga seksi, yaitu:
a. Aktivitas Operasi
b. Aktivitas Investasi
c. Aktivitas Pendanaan
2.2.3 Analisis Laporan Keuangan
Laporan Keuangan merupakan ikhtisar mengenai keadaan keuangan suatu
perusahaan pada periode tertentu. Secara umum ada empat bentuk laporan
keuangan pokok yang dihasilkan perusahaan yaitu laporan neraca, laporan
laba rugi, laporan perubahan modal, laporan aliran kas. Dari keempat laporan
37. - 20 -2020
tersebut hanya dua yang umum digunakan untuk analisis, yaitu laporan neraca
dan laporan laba rugi.
Analisis laporan keuangan merupakan analisis mengenai kondisi keuangan
suatu perusahaan yang melibatkan neraca dan laporan laba rugi. Neraca
(balance sheet) suatu perusahaan menggambarkan jumlah kekayaan (harta),
kewajiban (hutang) dan modal dari perusahaan tersebut pada saat tertentu.
Kekayaan atau harta disajikan pada sisi aktiva, sedangkan kewajiban atau
hutang disajikan pada sisi passiva. Laporan rugi laba (income statement) suatu
perusahaan menggambarkan jumlah penghasilan atau pendapatan dan biaya
dari perusahaan tersebut pada periode tertentu. (Martono, 2002:62).
Tujuan penyusunan laporan keuangan secara umum adalah sebagai
berikut:
1. Memberikan informasi keuangan tentang jumlah aktiva, kewajiban dan
modal perusahaan pada waktu tertentu.
2. Memberikan informasi tentang hasil usaha yang tercermin dari pendapatan
yang diperoleh dari biaya-biaya yang dikeluarkan dalam periode tertentu.
3. Memberikan informasi tentang perubahan-perubahan yang terjadi dalam
aktiva, kewajiban dan modal suatu perusahaan.
4. Memberikan informasi tentang kinerja manajemen perusahaan dalam suatu
periode.
38. - 21 -2121
2.2.4 Pengertian Kesulitan Keuangan (Financial Distress)
Dalam praktek, dan juga dalam penelitian empiris, kesulitan keuangan
sulit untuk didefinisikan. Kesulitan semacam itu bisa berarti mulai dari
kesulitan likuiditas (jangka pendek), yang merupakan kesulitan keuangan yang
paling ringan, sampai ke pernyataan kebangkrutan, yang merupakan kesulitan
yang paling berat. Dengan demikian kesulitan keuangan bisa dilihat sebagai
kontinum yang panjang, mulai dari yang ringan sampai yang paling berat.
Penelitian-penelitian empiris biasanya menggunakan pernyataan kebangkrutan
sebagai definisi kebangkrutan. (Mamduh M. Hanafi, 2003:263).
Tabel 2.1
KATEGORI KESULITAN KEUANGAN
Tidak Dalam Kesulitan
Keuangan
Dalam Kesulitan
Keuangan
Tidak Bangkrut I II
Bangkrut III IV
Sumber : Mamduh M. Hanafi (2003 : 263).
Perusahaan yang berada dalam kategori II barangkali mengalami
kesulitan, tetapi berhasil mengatasi masalah tersebut dan karena itu tidak
bangkrut. Perusahaan yang berada pada kategori III sebenarnya tidak
mengalami kesulitan keuangan, tetapi karena sesuatu hal, misalkan karena
ingin mengatasi tekanan dari pekerja, perusahaan tersebut memutuskan
untuk menyatakan bagkrut. Dengan situasi semacam itu nampak
kebangkrutan bisa mempunyai pengertian yang tidak jelas. Pada situasi ke
IV, pengertian kebagkrutan relatif jelas, perusahaan mengalami kesulitan
keuangan dan karena itu akan bangkrut. Demikian juga pada situasi I,
situasi keuangan cukup jelas, dalam hal ini perusahaan tidak mempunyai
39. - 22 -2222
kesulitan keuangan dan tidak mengalami kebangkrutan. Tidak demikian
halnya dengan situasi II dan III yang bisa mempunyai pengertian yang
kabur.
Istilah kesulitan keuangan (financial distress) digunakan untuk
mencerminkan adanya permasalahan likuiditas yang tidak dapat dijawab
atau diatasi tanpa harus melakukan perubahan skala operasi atau
restrukturisasi perusahaan. Pengelolaan kesulitan keuangan jangka pendek
(tidak mampu membayar kewajiban keuangan pada saat jatuh temponya)
yang tidak tepat akan menimbulkan permasalahan yang lebih besar yaitu
menjadi tidak solvable (jumlah utang lebih besar daripada jumlah aktiva)
dan akhirnya mengalami kebangkrutan. Dalam kaitannya dengan kesehatan
keuangan dan potensi kebangkrutan perusahaan dapat dikelompokkan
menjadi empat kategori : (S. Munawir, 2002: 291)
1. Perusahaan yang tidak mengalami kesulitan keuangan (posisi keuangan
jangka pendek maupun jangka panjang sehat sehingga tidak mengalami
kebangkrutan).
2. Perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan (jangka pendek) dan
manajemennya berhasil mengatasi dengan baik sehingga tidak pailit
(bangkrut).
3. Perusahaan yang tidak mengalami kesulitan keuangan tetapi
menghadapi kesulitan yang bersifat non keuangan sehingga diambil
keputusan menyatakan pailit.
40. - 23 -2323
4. Perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan dan manajemen tidak
berhasil mengatasinya sehingga akhirnya jatuh pailit.
Sedangkan gejala-gejala kebangkrutan diantaranya:
Pada saat suatu perusahaan memasuki tahap-tahap akhir menjelang
kegagalan atau kebangkrutan, ada suatu pola perubahan profil finansial.
Meskpiun kebangkrutan atau insolvabilitas tidak dapat diramalkan secara
pasti, ada beberapa rasio finansial yang telah terbukti berhasil menjadi
indikator segera terjadinya malapetaka itu. Sebuah penelitian yang
dilakukan oleh Altman mengembangkan sebuah model statistik yang
kemudian berhasil merumuskan rasio-rasio financial terbaik dalam
memprediksi terjadinya kebangkrutan. (J.D. Martin, A.J. Keown, J.W Petty,
1993:380).
Tabel 2.2
KRITERIA KEBANGKRUTAN ALTMAN
Skor Kebangkrutan
Kurang dari 1,81 1,81 – 2,99 Lebih dari 2,99
Kemungkinan gagal
terbilang besar
Kemungkinan gagal sulit
dipastikan
Kemungkinan gagal
terbilang kecil
Skor meramalkan
terjadinya kgagalan
Kurang dari 2,675 meramalkan
kegagakan, lebih dari itu
meramalkan keberhasilan
Skor ini meramalkan
keberhasilan
Sumber : John D. Martin, dkk (1993 : 381).
2.2.5 Indikator Financial Distress
Menurut Foster (1986) dalam Luciana Spica Almilia dan Kristijadi (2003)
ada beberapa indikator atau sumber informasi tentang kemungkinan adanya
financial distress.
41. - 24 -2424
1. Analisa terhadap laporan arus kas untuk saat ini dan periode-periode
mendatang. Keuntungan dari penggunaan sumber informasi tersebut
adalah focus langsung menunjukkan gambaran kesulitan keuangan pada
periode-periode yang dikehendaki.
2. Analisis terhadap corporate strategi. Dalam analisis tersebut
mempertimbangkan potensi para pesaing perusahaan yang berkaitan
dengan struktur biaya secara relative, kemampuan manajemen
mengendalikan biaya serta kualitas manajemen.
3. Analisis laporan keuangan perusahaan dengan teknik perbandingan dengan
beberapa perusahaan.
2.2.6 Manfaat Prediksi Financial Distress
Menurut Harnanto (1938: 483-484) dalam Archieliza Angelina (2008),
menyatakan bahwa prediksi Financial Distress suatu perusahaan memberikan
manfaat bagi beberapa pihak antara lain:
1. Bagi investor
Informasi adanya prediksi financial distress memberi masukkan
dalam menanamkan modal mereka, apakah mereka akan terus
menanamkan modal mereka ke perusahaan, sebab bagaimanapun para
investor pasti tidak menginginkan kerugian akibat mereka salah dalam
menanamkan modalnya.
42. - 25 -2525
2. Bagi pemerintah
Prediksi financial distress dapat digunakan untuk menetapkan
kebijakan di bidang perpajakan dan kebijakan-kebijakan lain yang
berhubungan antara pemerintah dan perusahaan.
3. Bagi Bank dan Lembaga Perkreditan
Informasi adanya kemungkinan kesulitan keuangan yang dihadapi
perusahaan nasabahnya dan calon nasabahnya sangat diperlukan untuk
menentukan status apakah pinjaman harus diberikan, negosiasi
pembayaran kembali pinjaman perlu dibuat ulang dan kebijakan lain
sehubungan dengan pemberian pinjaman.
4. Bagi Badan Pelaksana Pasar Modal
Prediksi akan kemungkinan terjadinya kesulitan keuangan dan
kebangkrutan suatu perusahaan diperlukan untuk memutuskan dapat atau
tidaknya suatu perusahaan diberi rekomendasi dan ijin untuk menawarkan
sahamnya atau surat berharganya di bursa efek. Informasi ini dibutuhkan
Bapepam untuk melindungi masyarakat atau calon investor.
5. Bagi Akuntan Publik
Informasi tentang kesulitan keuangan perusahaan diperlukan
akuntan public untuk merumuskan pendapatnya terhadap Lapoeran
Keuangan klien yang telah di audit. Hal ini dikarenakan suatu pernyataan
pendapatnya atas Laporan Keuangan perusahaan klien harus didasarkan
pada asumsi bahwa perusahaan akan dapat mempertahankan kelangsungan
hidupnya.
43. - 26 -2626
2.2.7 Rasio Keuangan Sebagai Prediktor Financial Distress
Sejumlah kombinasi angka yang berbeda bisa digunakan untuk menghasilkan
rasio keuangan. Kunci utama dalam analsis rasio keuangan adalah memahami
angka yang dikomunikasikan masing-masing rasio untuk menentukan
keputusan investasi. Rasio keuangan merupakan teknik analisis laporan
keuangan yang paling banyak digunakan untuk mengevaluasi kondisi serta
prestasi keuangan perusahaan. Menurut Plat dan Plat (2002) rasio keuangan
yang dapat digunakan untuk memprediksi financial distress dapat
dikelompokkan sebagai berikut:
1. Rasio Profit Margin, meliputi:
a. Laba bersih dibagi penjualan (NI/S)
Variabel ini menghitung sejauh mana kemampuan perusahaan
menghasilkan laba bersih pada tingkat penjualan tertentu. Atau
dapat dirumuskan sebagai berikut:
Profit Margin (NPM) = x 100%...........................(1)
2. Rasio Likuiditas, meliputi:
a. Current Ratio
Alasan penggunaan current ratio sebagai ukuran likuiditas antara
lain karena rasio tersebut mempunyai kemampuan untuk mengukur
current liabilities coverage, buffer agairst losses dan reserve of
liquid funds. Current liabilities coverage mengukur proporsi aset
lancar terhadap kewajiban lancar dan menunjukkan tingkat
kepastian perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek.
44. - 27 -2727
Semakin besar current ratio, semakin besar pula tingkat jaminan
atas terbayarnya kewajiban lancar perusahaan. Rumus untuk
menghitung variabel ini adalah:
Current Ratio = x 100%....................................(2)
b. Modal kerja terhadap total aktiva
Variabel ini dihitung dengan menggunakan aktiva lancar dengan
kewajiban lancar dan membaginya dengan total aktiva. Rumus
variabel ini adalah:
Modal kerja thd jumlah aktiva = x 100%..............(3)
c. Struktur aktiva
Variabel ini mengukur total aktiva yang berasal dari aktiva lancar.
Rumus variabel ini adalah:
Struktur aktiva = x 100%....................................(4)
d. Aktiva Tetap Bersih terhadap Total Aktiva
Variabel ini mengukur total aktiva yang berasal dari aktiva tetap
bersih. Rumus variabel ini adalah:
Aktv. ttp brsh thd tot. aktiva = x100%..........(5)
45. - 28 -2828
3. Rasio Efisiensi Operasi, meliputi:
a. Perputaran Total Aktiva
Variabel ini mengukur aktifitas aktiva, kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan penjualan melalui aktiva dan mengukur
seberapa efisien aktiva tersebut telah dimanfaatkan untuk
memperoleh penghasilan. Semakin tinggi perputaran total aktiva,
maka semakin efektif total aktiva dalam menghasilkan penjualan.
Rumus variable ini adalah:
Perputaran Total Aktiva = X 100%...…………....(6)
b. Perputaran Aktiva Lancar
Variabel ini mengukur kemampuan aktiva dalam menghasilkan
penjualan melalui penggunaanaktiva lancar. Rumus variable ini
adalah:
Perputaran aktiva lancar = X 100%……………(7)
c. Perputaran Modal Kerja
Variabel ini menunjukkan bagaimana perusahaan menggunakan
modal kerjanya. Rumus variable ini adalah:
Perputaran modal kerja = X 100%..………………(8)
46. - 29 -2929
4. Rasio Profitabilitas, meliputi:
a. Return on investment (ROI)
Variabel ini juga disebut return on assets (ROA), bisa
diinterpretasikan dalam dua cara. Pertama, variable ini mengukur
kemampuan manajemen dan efisiensi penggunaan asset perusahaan
untuk menghasilkan profit. Kedua, variable ini melaporkan tingkat
pengembalian total yang dihasilkan dari semua sumber pendanaan
yaitu utang dan ekuitas. Rumus untuk menghitung variable ini
adalah:
Return On Investment = x 100%...........................(9)
b. Return On Equity
Variabel ini mengukur tingkat pengembalian dari ekuitas, dengan
membandingkan antara laba setelah pajak dengan modal sendiri.
Rasio ini biasanya lebih tinggi dari pada return on assets karena
hanya mengukur tingkat pengembalian yang diterima pemegang
saham. Pemegang saham menerima resiko tertinggi atas investasi
yang dilakukan sehingga mereka biasanya menerima
pendapatanyang terbesar pula. Variabel ini dihitung dengan rumus:
Return On Equity = x 100%............................(10)
47. - 30 -3030
5. Rasio Financial Leverage, meliputi:
a. Debt Ratio
Variabel ini mengukur jumlah aktiva perusahaan yang dibiayai
oleh hutang atau modal yang berasal dari kreditur. Semakin besar
debt ratio, maka semakin besar resiko yang akan dihadapi. Rumus
variable ini adalah:
Debt Ratio = x 100%........................................(11)
b. Hutang lancar terhadap total aktiva
Variabel ini mengukur jumlah aktiva perusahaan yang dibiayai
oleh hutang lancar. Rumus variable ini adalah:
Hutang lancar thd total aktiva = x 100%.........(12)
c. Notes Payable tarhadap total aktiva
Variabel ini mengukur jumlah aktiva perusahaan yang dibiayai
oleh hutang lain-lain (selain hutang lancar). Rumus variable ini
adalah:
Notes Payable thd total aktiva = X 100%......…(13)
d. Notes payable terhadap total hutang
Variabel ini mengukur Total hutang yang berasal dari notes
payable. Rumus variabel ini adalah:
Notes payable thd total hutang = x 100%........(14)
48. - 31 -3131
e. Ekuitas saham terhadap total aktiva
Variable ini mengukur jumlah aktiva perusahaan yang dibiayai
oleh ekuitas saham. Rumus variabel ini adalah:
Ekuitas shm thd total aktiva = x100%...........(15)
6. Posisi kas, meliputi:
a. Cash ratio to liabilities
Variabel ini mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar
hutang jangka pendek dengan kas yang tersedia. Rumus variable
ini adalah:
Cash ratio to liabilities = x 100%..................(16)
b. Cash Ratio
Variabel ini mengukur jumlah aktiva perusahaan yang berasal dari
kas. Rumus variable ini adalah:
Cash Ratio = x 100%...........................................(17)
7. Rasio Pertumbuhan, meliputi:
a. Variabel ini mengukur tingkat pertumbuhan penjualan perusahaan
pada suatu periode. Rumus variabel ini adalah:
Prosentase pertumbuhan penjualan (GROWTH-S)……………(18)
b. Variebel ini mengukur kemampuan manajemen dalam efisiensi
penggunaan total aktiva untuk menghasilkan pertumbuhan laba
pada suatu periode.
49. - 32 -3232
Prosentase pertumbuhan laba bersih dibagi total aktiva atau dapat
dirumuskan sbb: GROWTH NI / TA……………………….…(19)
2.3 Kerangka Pemikiran
Gambar 2.1
2.4 Hipotesis Penelitian
Hi : Rasio Keuangan dapat digunakan sebagai alat prediksi kondisi
financial distress perusahaan go-public yang terdaftar di BEI.
1. Rasio Profit Margin
2. Rasio Likuiditas
3. Rasio Efisiensi Operasi
4. Rasio Profitabilitas
5. Rasio Financial Leverage
6. Rasio Posisi Kas
7. Rasio Pertumbuhan
Prediksi Financial Distress
50. - 33 -3333
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian
Metode penelitian berperan penting dalam menjawab permasalahan yang
telah dirumuskan. Selain itu, metode penelitian juga diperlukan dalam
menentukan arah penelitian, terutama berkaitan dengan sumber data yag
digunakan dan analisis yang dilakukan. Hal ini dimaksudkan agar proses
penelitian dapat mengarah pada permasalahan yang ingin diteliti secara tepat.
Dilihat dari sisi paradigma, maka penelitian ini termasuk penelitian
kuantitatif yaitu penelitian yang menekankan pada pengujian teori-teori
melalui pengukuran variabel-variabel penelitian dengan angka dan melakukan
analisis data dengan prosedur statistik. (Nur Indriantoro, 2002: 12)
Berdasarkan tujuan penelitian, maka penelitian ini termasuk dalam
penelitian dasar yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengembangkan teori.
Di mana pendekatan yang digunakan adalah pendekatan deduktif yang
bertujuan untuk menguji hipotesis melalui validasi teori atau pengujian
aplikasi teori pada keadaan tertentu. (Nur Indriantoro, 2002: 23)
Adapun data yang digunakan dalam penelitian kali ini, berdasarkan
sumber datanya adalah data sekunder. Data sekunder merupakan sumber data
penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media
perantara (diperoleh dab dicatat oleh pihak lain). Data sekunder umumnya
33
51. - 34 -3434
berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip
(data dokumenter) yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan.
3.2 Batasan Penelitian
Penetuan batasan penelitian sangat berguna di dalam menjaga agar
penelitian tidak menjadi terlalu luas dan menyimpang dari tujuan semula.
Analisis penelitian ini dibatasi pada rasio-rasio keuangan perusahaan
berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Plat dan Plat, yaitu menentukan
apakah rasio-rasio tersebut dapat digunakan dalam memprediksi financial
distress perusahaan go-public yang terdaftar di BEI. Sampel penelitian yang
digunakan adalah seluruh perusahaan go-public kecuali sektor keuangan dan
perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Laporan keuangan yang
digunakan adalah laporan keuangan publikasi periode 2004-2007.
3.3 Identifikasi Variabel
Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini meliputi variabel
dependen dan variabel independen.
1. Variabel dependen
Y = Kondisi financial distress perusahaan.
2. Variabel independen
1. Rasio Profit Margin
a. Laba bersih dibagi penjualan.........................................................X1
2. Rasio Likuiditas
a. Aktiva lancar dibagi kewajiban lancar...........................................X2
52. - 35 -3535
b. Modal kerja (aktiva lancar-kewajiban lancar) dibagi total
aktiva..........X3
c. Aktiva lancar dibagi total aktiva....................................................X4
d. Aktiva tetap bersih dibagi total aktiva...........................................X5
3. Rasio Efisiensi Operasi
a. Penjualan dibagi total aktiva..........................................................X6
b. Penjualan dibagi aktiva lancar.......................................................X7
c. Penjualan dibagi modal kerja.........................................................X8
4. Rasio Profitabilitas
a. Laba bersih dibagi total aktiva.......................................................X9
b. Laba bersih dibagi ekuitas saham.................................................X10
5. Rasio Financial Leverage
a. Total hutang dibagi total aktiva....................................................X11
b. Hutang lancar dibagi total aktiva..................................................X12
c. Notes Payable dibagi total aktiva.................................................X13
d. Notes Payable dibagi total hutang................................................X14
e. Ekuitas saham dibagi total aktiva.................................................X15
6. Rasio Posisi kas
a. Kas dibagi hutang lancar..............................................................X16
b. Kas dibagi total aktiva..................................................................X17
7. Rasio Pertumbuhan
a. Prosentase pertumbuhan penjualan..............................................X18
b. Prosentase pertumbuhan laba bersih dibagi total aktiva...............X19
53. - 36 -3636
3.4 Definisi Operasional Dan Pengukuran Variabel
Untuk menghindari ketidakjelasan makna dari variabel di atas maka
diberikan definisi operasional dari variabel tersebut. Berikut akan diuraikan
definisi operasional serta pengukuran dari masing-masing variabel.
Variabel Dependen (Y)
Di dalam penelitian ini perusahaan dapat dikatakan mengalami financial
distress apabila:
a. Selama 2 tahun berturut-turut mengalami laba operasi bersih (net operating
income) negatif (sesuai dengan penelitian Hofer 1980 dan Whitaker 1999,
dalam jurnal Luciana dan Kristijadi, (2003)
b. Selama lebih dari satu tahun tidak melakukan pembayaran deviden (sesuai
dengan penelitian Lau 1987, dalam jurnal Luciana dan Kristijadi, (2003)
Sedangkan untuk suatu perusahaan yang dikatakan tidak mengalami
financial distress apabila:
a. Selama 2 tahun berturut-turut mengalami laba operasi bersih positif
b. Selama lebih dari satu tahun melakukan pembayaran deviden
Kondisi financial distress diukur dengan menggunakan variabel dummy,
dengan memberikan kode di mana dalam penelitian ini kode 0 (nol) untuk
perusahaan yang tidak mengalami financial distress dan 1 (satu) untuk
perusahaan yang mengalami financial distress.
Variabel Independen
Variabel independen yang dipakai dalam penelitian ini adalah rasio keuangan
berdasarkan penelitian yang telah dilakukan Plat dan Plat (2002) yaitu:
54. - 37 -3737
1. Rasio Profit Margin
Rasio profit margin merupakan rasio yang mengindikasikan kemampuan
suatu perusahaan untuk menghasilkan laba pada tingkat penjualan tertentu.
Rasio ini dihitung dengan rumus:
a. Net Profit Margin yang bisa dihitung dengan menggunakan persamaan
(1)
2. Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas merupakan kelompok rasio yang menyediakan informasi
tentang kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban keuangan
jangka pendek. Rasio ini dihitung dengan rumus:
a. Current ratio yang bisa dihitung dengan menggunakan persamaan (2)
b. Modal kerja terhadap total aktiva yang dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan (3)
c. Struktur aktiva yang dapat dihitung dengan menggunakan persamaan
(4)
d. Aktiva tetap bersih terhadap total aktiva yang dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan (5)
3. Rasio Efisiensi Operasi
Rasio ini mengukur sejauh mana efektifitas penggunaan asset dengan
melihat tingkat asset. Rasio ini dapat dihitung dengan menggunakan
rumus:
a. Perputaran total aktiva dapat dihitung dengan menggunakan persamaan
(6)
55. - 38 -3838
b. Perputaran aktiva lancar dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan (7)
c. Perputaran modal kerja dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan (8)
4. Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas dimaksudkan untuk mengukur efisiensi perusahaan
dalam menggunakan aset dan mengelola kegiatan operasional. Analisis
ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba, dalam hubungannya dengan penjualan dan investasi.
Rasio ini dapat dihitung dengan menggunakanrumus:
a. ROI yang dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (9)
b. ROE yang dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (10)
5. Rasio Financial Leverage
Rasio ini mengukur sejauh mana perusahaan dibelanjai dengan hutang atau
dengan kata lain financial leverage menunjukkan proporsi atas
penggunaan hutang untuk membiayai investasi perusahaan. Rasio ini dapat
dihitung dengan menggunakan rumus:
a. Debt ratio yang bisa dihitung dengan menggunakan persamaan (11)
b. Hutang lancar terhadap total aktiva yang bisa dihitung dengan
menggunakan persamaan (12)
c. Notes Payable terhadap total aktiva yang bisa dihitung dengan
menggunakan persamaan (13)
56. - 39 -3939
d. Notes payable terhadap total hutang yang bisa dihitung dengan
menggunakan persamaan (14)
e. Ekuitas saham terhadap total aktiva yang bisa dihitung dengan
menggunakan persamaan (15)
6. Rasio Posisi Kas
Rasio ini menghitung bagaimana perusahaan dapat memenuhi kewajiban
jangka pendek dengan kas yang ada. Rasio ini dapat dihitung dngan
menggunakan rumus:
a. Cash ratio to liabilities bisa dihitung dengan menggunakan persamaan
(16)
b. Cash ratio yang bisa dihitung dengan menggunakan persamaan (17)
7. Rasio Pertumbuhan
Rasio ini menghitung tingkat pertumbuhan suatu perusahaan berdasarkan
prosentase pertumbuhan penjualan serta pertumbuhan laba bersih terhadap
total aktiva. Rasio ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
a. Prosentase pertumbuhan penjualan bisa dihitung dengan menggunakan
persamaan (18)
b. Prosentase pertumbuhan laba bersih dibagi total aktiva bisa dihitung
dengan menggunakan rumus (19)
57. - 40 -4040
3.5 Populasi, Sampel dan Teknik Sampling
3.5.1 Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Sugiono (1999:72). Dalam
penelitian ini populasi yang digunakan adalah perusahaan go-public yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode 2004-2007.
3.5.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. Sugiono (1999:73). Dalam penelitian ini, sampel penelitian
yang dipakai adalah seluruh perusahaan go-public, kecuali sektor keuangan
dan perbankan yang mengalami kondisi financial distress pada tahun 2005-
2007. Sebagai kontrol juga dipilih perusahaan yang sehat pada tahun 2005-
2007. Dalam pemilihan sampel, sektor keuangan dan perbankan tidak
diikutkan dalam penelitian karena memiliki rasio yang berbeda.
Dalam penelitian ini data laporan keuangan tahun 2004 merupakan data yang
diolah untuk prediksi financial distress perusahaan pada tahun 2005 dan 2006,
data laporan keuangan tahun 2005 merupakan data yang diolah untuk prediksi
financial distress pada tahun 2006-2007.
3.5.3 Teknik Sampling
Teknik Sampling adalah merupakan teknik pengambilan sampel. Sugiono
(1999:73). Dalam penelitiian ini menggunakan sampling purposive yaitu
58. - 41 -4141
teknik pengumpulan sampel dengan pertimbangan tertentu atau disesuaikan
dengan syarat-syarat tertentu.
Kriteria yang dipakai dalam penentuan perusahaan yang mengalami
financial distress dalam penelitian ini adalah:
a. Selama 2 tahun berturut-turut mengalami laba operasi bersih (net
operating income) negatif (sesuai dengan penelitian Hofer 1980 dan
Whitaker 1999, dalam jurnal Luciana dan Kristijadi, (2003)
b. Selama lebih dari satu tahun tidak melakukan pembayaran deviden (sesuai
dengan penelitian Lau 1987, dalam jurnal Luciana dan Kristijadi, (2003)
c. Bukan merupakan perusahaan yang tergolong dalam sektor keuangan dan
perbankan
Sedangkan untuk suatu perusahaan yang dikatakan tidak mengalami
financial distress apabila:
a. Selama 2 tahun berturut-turut mengalami laba operasi bersih positif
b. Selama lebih dari satu tahun melakukan pembayaran deviden
c. Bukan merupakan perusahaan yang tergolong dalam sektor keuangan dan
perbankan
3.6 Data dan Metode Pengumpulan Data
3.6.1 Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu
merupakan sumber data penelitian yang secara tidak langsung melalui media
perantara. Nur Indriantoro & Bambang Supomo (1999:147). Data penelitian ini
berupa laporan keuangan tahunan perusahaan sampel mulai tahun 2004-2007 yang
59. - 42 -4242
diperoleh dari Indonesia Capital Market Directory (ICMD) yang diterbitkan oleh
Bursa efek Indonesia pada tahun 2004-2007. Di mana data berupa laporan
keuangan tahunan perusahaan sampel pada tahun 2004 dan 2005 digunakan
sebagai data rasio keuangan yang akan diolah, dan data laporan keuangan tahunan
perusahaan sampel pada tahun 2005-2007 digunakan sebagai data untuk
menentukan apakah perusahaan tersebut tergolong dalam perusahaan Financial
Distress atau Non Financial Distress.
3.6.2 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan metode dokumenter. Nur Indriantoro & Bambang Supomo (1999:
146). Yaitu pengumpulan data berupa laporan keuangan tahunan yang dikeluarkan
oleh Perusahaan Go-public yang terdaftar di BEI.
3.7 Teknik Analisis Data
Teknik analisis yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Mengumpulkan data-data berupa laporan keuangan dari Perusahaan Go-
Public yang menjadi sampel penelitian periode 2004-2007.
2. Mengelompokkan kondisi perusahaan manjadi dua kelompok sesuai
dengan kriteria penelitian yaitu perusahaan yang tidak mengalami
financial distress dan perusahaan yang mengalami financial distress.
3. Menghitung rasio-rasio keuangan perusahaan yang digunakan dalam
penelitian
60. - 43 -4343
4. Analisis Deskriptif
Analisis ini akan digunakan untuk memberikan gambaran variabel-
variabel penelitian sebagai variabel bebas dalam memprediksi secara
signifikan kemungkinan kondisi financial distress.
5. Pengujian Hipotesis
Uji pengaruh dilakukan untuk mengetahui kekuatan pengaruh dari masing-
masing variabel bebas untuk memprediksi financial distress suatu
perusahaan. Pengujian dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan
logistic regression untuk mengetahui kekuatan prediksi rasio keuangan
terhadap penentuan financial distress suatu perusahaan. Adapun
Formulasinya adalah sebagai berikut : (Luciana dan Kristijadi, 2003)
Pi = 1/ [1 + exp - (Bo + B1Xi1 + B2 Xi2 +.........+ Bn Xin)]
Dimana:
Pi = Probabilitas perusahaan mengalami financial distress
Xin = Variabel-variabel rasio keuangan
Bo-Bn = Parameter estimasi
Exp = Exponential (observasi)
Adapun tahap-tahap pengujiannya adalah sebagai berikut:
a. Menilai model fit
Ho : Model yang dihipotesiskan fit dengan data ( Rasio keuangan dapat
digunakan untuk memprediksi financial distress)
Ha : Model yang dihipotesiskan tidak fit dengan data (Rasio keuangan
tidak dapat digunakan untuk memprediksi financial distress).
61. - 44 -4444
b. Menentukan tingkat signifikansi = 5% dan 10%
c. Menguji hipotesis dengan Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test.
i. Jika tingkat signifikansinya > 0,05 dan 0,1 maka Ho diterima. Berarti
bahwa rasio keuangan dapat digunakan untuk memprediksi financial
distress.
ii. Jika tingkat signifikansinya ≤ 0,05 dan 0,1 maka Ho ditolak. Berarti
bahwa rasio keuangan tidak dapat digunakan untuk memprediksi
financial distress.
d. Berdasarkan uji statistik yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan
Ho diterima: jika nilai Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test > 0.05
dan 0,1, berarti rasio keuangan dapat digunakan untuk memprediksi financial
distress.
Ho ditolak: jika nilai Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test ≤ 0.05
dan 0,1, berarti rasio keuangan tidak dapat digunakan untuk memprediksi
financial distress
62. - 45 -4545
BAB IV
GAMBARAN SUBYEK PENELITIAN DAN ANALISIS DATA
4.1 Gambaran Umum Subyek Penelitian
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan go-
public yang laporan keuangannya terdapat di Publikasi Bursa Efek Indonesia
dengan periode 2004-2007. Subyek penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah seluruh perusahaan go-public, kecuali sektor keuangan
dan perbankan yang mengalami financial distress dan yang tidak mengalami
financial distress. Data laporan keuangan tahun 2005 sampai dengan tahun
2007 digunakan sebagai pedoman penentu apakah suatu perusahaan
mengalami financial distress atau tidak, sedangkan data laporan keuangan
tahun 2004 dan tahun 2005 adalah merupakan data yang diolah. Seleksi
sampel perusahaannya berdasarkan kriteria sampel yang digunakan adalah
sebagai berikut:
Tabel 4.1
Seleksi Sampel Perusahaan periode tahun 2005-2007
2005-2006 2006-2007
Perusahaan Go-Public 318 318
Sektor Keuangan dan Perbankan (72) (72)
Tidak Memenuhi Kriteria (159) (169)
Tidak Mengalami Financial Distress 54 44
Mengalami Financial Distress 33 33
87 77
Total Sampel 164
Sumber: data diolah
45
63. - 46 -4646
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa total sampel dari
penelitian ini adalah 164 perusahaan, di mana perusahaan yang tidak
mengalami Financial Distress pada periode 2005-2007 adalah sebanyak
98 perusahaan dan yang mengalami Financial Distress pada periode 2005-
2007 adalah sebanyak 66 perusahaan. Dalam penelitian ini tidak semua
sektor industri dimasukan ke dalam sampel penelitian, ada beberapa
industri yang perusahaannya tidak memenuhi kriteria. Oleh sebab itu harus
dikeluarkan dari sampel. Adapun sektor industri di Bursa Efek Indonesia
yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Tabel 4.2
Daftar Sektor Industri Sampel
No. Sektor Industri Banyaknya sampel Prosentase
1 Agriculture, forestry and Fishing 7 4,27%
2 Animal Feed and Husbandry 1 0,61%
3 Mining and mining service 14 8,54%
4 Food and Beverage 11 6,71%
5 Tobacco Manufacturers 4 2,44%
6 Textile Mill Products 7 4,27%
7 Apparel and Other Textile Products 8 4,88%
8 Lumber and wood Products 3 1,83%
9 Paper and Allied Products 2 1,22%
10 Chemical and Allied Products 7 4,27%
11 Adhesive 2 1,22%
12 Plastics and Glass Products 5 3,05%
13 Cement 2 1,22%
14 Metal and Allied products 9 5,49%
15 Fabricated Metal Products 2 1,22%
16 Stone, Clay, Glass and Concrete Products 2 1,22%
17 Cables 4 2,44%
18 Electronic and Office Equipment 5 3,05%
19 Automotive and Allied Products 14 8,54%
20 Pharmaceuticals 4 2,44%
21 Consumer Goods 3 1,83%
22 Transportation Service 10 6,10%
23 Whole Sale and Retail Trade 11 6,71%
24 Real Estate and Property 12 7,32%
25 Hotel and Travel Services 3 1,83%
26 Others 12 7,32%
Jumlah 164 100%
Sumber : Indonesian Capital Market Directory Tahun 2004-2007
64. - 47 -4747
4.2 Analisis Data
Pada sub bab ini akan dilakukan analisis terhadap permasalahan yang
diajukan. Analisis ini terdiri dari analisis deskriptif dan analisis pengujian
hipotesis. Kedua analisis tersebut akan diuraikan dalam sub bagian berikut ini:
4.2.1 Analisis Deskriptif
Sebelum dilakukan pengujian hipotesis, dilakukan analisis deskriptif terlebih
dahulu terhadap variabel-variabel bebas sebagai berikut:
1. Rasio Laba Bersih terhadap Penjualan
2. Rasio Aktiva Lancar terhadap Kewajiban Lancar
3. Rasio Modal Kerja terhadap Total Aktiva
4. Rasio Aktiva Lancar terhadap Total Aktiva
5. Rasio Aktiva Tetap Bersih terhadap Total Aktiva
6. Rasio Penjualan terhadap Total Aktiva
7. Rasio Penjualan terhadap Aktiva Lancar
8. Rasio Penjualan terhadap Modal Kerja
9. Rasio Laba Bersih terhadap Total Aktiva
10. Rasio Laba Bersih terhadap terhadap Ekuitas Saham
11. Rasio Total Hutang terhadap Total Aktiva
12. Rasio Hutang Lancar terhadap Total Aktiva
13. Rasio Notes Payable terhadap Total Aktiva
14. Rasio Notes Payable terhadap Total Hutang
15. Rasio Ekuitas Saham terhadap Total Aktiva
16. Rasio Kas terhadap Hutang Lancar
65. - 48 -4848
17. Rasio Kas terhadap Total Aktiva
18. Rasio Pertumbuhan Penjualan
19. Rasio Pertumbuhan Laba Bersih terhadap Total Aktiva
Selanjutnya dalam analisis data akan ditunjukkan hasil pengolahan data untuk
menentukan nilai dari variabel yang diteliti. Berikut ini analisis deskriptif
terhadap variabel-variabel tersebut.
Tabel 4.3
Statistika Deskriptif Perusahaan Non Financial Distress Tahun 2005-2007
Descriptive Statistics
98 -5,945087859 1,000000000 -,185446384 -,00189231004 ,647758746583
98 ,050937256 80,182000000 304,73647909 3,10955590906 8,29021167374
98 -1,339685813 ,879955047 28,627975726 ,29212220129 ,342745046563
98 ,023609459 ,893039762 49,819069784 ,50835785493 ,212419096680
98 ,005580806 ,922189947 33,468410592 ,34151439380 ,190192449760
98 ,015743922 3,134588786 115,19973674 1,17550751774 ,766069512353
98 ,052659250 7,330610731 230,89197909 2,35604060301 1,24634372228
98 -183,13758079 94,331166193 428,34514743 4,37086885128 28,2175498200
98 -,170688634 ,401464946 7,480135213 ,07632791034 ,087111834094
98 -4,225739574 1,286261501 13,947202308 ,14231839090 ,492614744175
98 ,016949153 1,707967217 49,605655402 ,50618015716 ,247696101237
98 ,010449539 1,638663150 31,316926715 ,31956047668 ,223443396084
98 ,000000000 ,842914031 17,158943978 ,17509126508 ,167884131276
98 ,000000000 ,858993888 32,509718603 ,33173182248 ,246201261302
98 -,707967217 6,645173200 58,094180123 ,59279775635 ,732835196237
98 ,000251322 11,461601718 71,786151324 ,73251174820 1,59674844163
98 ,000411832 ,416633650 10,939758287 ,11163018660 ,097038195717
98 -,381162670 2,565754126 31,774863569 ,32423330172 ,390257299617
98 -,000016897 ,000056544 ,000078652 ,00000080257 ,000007043580
98
NI/S
CA/CL
WC/TA
CA/TA
NFA/TA
S/TA
S/CA
S/WC
NI/TA
NI/EQ
TL/TA
CL/TA
NP/TA
NP/TL
EQ/TA
CASH/CL
CASH/TA
GROWTH-S
GROWTH NI/TA
Valid N (listwise)
N Minimum Maximum Sum Mean Std. Deviation
Sumber : Lampiran 5
66. - 49 -4949
Tabel 4.4
Statistika Deskriptif Perusahaan Financial Distress Tahun 2005-2007
Descriptive Statistics
66 -5,9450879 2,371636944 -30,5383220 -,4627018481 1,169807453186
66 ,036779204 80,18200000 262,9237815 3,983693659 1,169807453186
66 -4,6788035 ,848499385 -19,5144871 -,2956740474 ,861300354664
66 ,029598708 ,890111113 25,004871383 ,37886168762 ,238228481714
66 ,003094213 ,922189947 29,505522039 ,44705336423 1,169807453186
66 ,015743922 2,143775946 31,080885629 ,47092250953 ,420340333610
66 ,033649264 6,558514753 116,3369061 1,762680395 1,482236598077
66 -33,039462 36,69010787 28,561013910 ,43274263501 6,994830663580
66 -1,2618203 ,299892896 -8,108872153 -,1228616993 ,217352621678
66 -6,2965517 3,379553903 -13,6690088 -,2071061934 1,246694984423
66 ,007878413 3,415717272 51,971114456 ,78744112812 ,673756092401
66 ,005763244 5,105667111 44,519358513 ,67453573505 ,788247745875
66 ,000000000 2,673841244 12,657284196 ,19177703328 ,361333990770
66 ,000000000 5,194919900 19,465361783 ,29492972399 ,649555858659
66 -2,4157173 1,490230633 13,625770273 ,20645106474 ,678336422045
66 ,000251322 3,706000000 13,506409510 ,20464256834 ,536397101819
66 ,000192490 ,323558447 1,617960291 ,02451454987 ,049060669032
66 -,878678296 2,565754126 5,294941455 ,08022638569 ,494688623715
66 -,000367958 ,000100837 -,000815521 -,0000123564 ,000052233255
66
NI/S
CA/CL
WC/TA
CA/TA
NFA/TA
S/TA
S/CA
S/WC
NI/TA
NI/EQ
TL/TA
CL/TA
NP/TA
NP/TL
EQ/TA
CASH/CL
CASH/TA
GROWTH-S
GROWTH NI/TA
Valid N
(listwise)
N Minimum Maximum Sum Mean Std. Deviation
Sumber: Lampiran 5
Rasio keuangan merupakan rasio yang menggambarkan kondisi
suatu perusahaan. Berdasarkan rasio keuangan dapat diketahui kinerja
suatu perusahaan, sehingga karakteristik perusahaan yang mengalami
financial distress dan yang tidak mangalami financial distress dapat
ditentukan. Adapun rasio-rasio keuangan yang digunakan adalah
sebagai berikut:
a. Rasio Laba Bersih terhadap Penjualan (X1)
Rasio ini merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan
menghasilkan laba bersih pada tingkat penjualan tertentu. Semakin besar
rasio ini berarti menunjukkan kondisi perusahaan yang semakin baik.
Rasio ini memiliki hubungan negatif terhadap kemungkinan kondisi
67. - 50 -5050
financial distress suatu perusahaan. Semakin kecil rasio ini maka semakin
besar kemungkinan perusahaan yang diprediksi mengalami financial
distress akan benar-benar mengalami kondisi tersebut.
Berdasarkan tabel 4.3 dan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa nilai
rata-rata rasio laba bersih terhadap penjualan dari perusahaan yang tidak
mengalami financial distress adalah -0,0018231004 sedangkan nilai rata-
rata rasio laba bersih terhadap penjualan dari perusahaan yang
diprediksikan mengalami financial distress adalah -0,4627018481. Dari
nilai rata-rata perusahaan yang mengalami financial distress dan
perusahaan yang tidak mengalami financial distress tersbut dapat
diketahui bahwa perusahaan yang tidak mengalami financial distress
memiliki rasio laba bersih terhadap penjualan yang lebih tinggi
dibandingkan dengan perusahaan yang mengalami financial distress.
Sehingga dapat dikatakan perusahaan yang tidak mengalami kondisi
financial distress memiliki kemampuan menghasikan laba bersih yang
lebih baik.
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui nilai rasio laba bersih
terhadap penjualan tertinggi pada perusahaan yang tidak mengalami
financial distress adalah 1 sedangkan nilai terendahnya adalah -
5.945087859. Adapun nilai rasio laba bersih terhadap penjualan tertinggi
pada perusahaan yang mengalami financial distress adalah 2,371636944
sedangkan nilai terendahnya adalah -5,9450879. Dari keterangan tersebut
memang tidak dapat disimpulkan bahwa nilai rasio laba bersih terhadap
68. - 51 -5151
penjualan pada perusahaan yang tidak mengalami financial distress lebih
tinggi dibandingkan pada perusahaan yang mengalami financial distress.
Namun bila dilihat dari nilai standar deviasinya, perusahaan yang tidak
mengalami financial distress memiliki nilai standar deviasi yang lebih
rendah dibandingkan dengan perusahaan yang mengalami financial
distress. Standar deviasi yang tinggi menjelaskan bahwa pada masing-
masing perusahaan yang mengalami financial distress memiliki nilai rasio
laba bersih terhadap penjualan yang menyebar (bias) sedangkan standar
deviasi yang rendah menjelaskan bahwa pada masing-masing perusahaan
yang tidak mengalami financial distress memiliki nilai rasio laba bersih
terhadap penjualan yang hampir sama (jauh dari bias).
b. Rasio Aktiva Lancar terhadap Kewajiban Lancar (X2)
Rasio ini merupakan rasio yang mengukur proporsi aset lancar
terhadap kewajiban lancar dan menunjukkan tingkat kepastian perusahaan
untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Semakin besar rasio ini,
semakin besar pula tingkat jaminan atas terbayarnya kewaiban lancar
perusahaan. Rasio ini memiliki hubungan negatif terhadap kemungkinan
kondisi financial distress suatu perusahaan. Semakin kecil rasio ini maka
semakin besar kemungkinan perusahaan yang diprediksi mengalami
financial distress akan benar-benar mengalami kondisi tersebut.
Selanjutnya berdasarkan tabel 4.3 dan tabel 4.4 dapat diketahui
bahwa nilai rata-rata rasio aktiva lancar terhadap kewajiban lancar dari
perusahaan yang tidak mengalami financial distress adalah 3, 1095559
69. - 52 -5252
sedangkan nilai rata-rata rasio aktiva lancar terhadap kewajiban lancar
untuk perusahaan yang mengalami financial distress adalah 3, 9836936.
Sedangkan nilai standar deviasi untuk perusahaan yang tidak mengalami
financial distress adalah 8,290211 dan pada perusahaan yang mengalami
financial distress adalah 1, 169807.
Berdasarkan tabel di atas pula dapat diketahui bahwa nilai rasio
aktiva lancar terhadap kewajiban lancar tertinggi pada perusahaan yang
tidak mengalami financial distress adalah sama dengan nilai rasio aktiva
lancar terhadap kewajiban lancar tertinggi pada perusahaan yang
mengalami financial distress yaitu sebesar 80,182. Sedangkan untuk nilai
rasio aktiva lancar terhadap kewajiban lancar terendah pada perusahaan
yang tidak mengalami financial distress adalah 0,0509. Dan pada
perusahaan yang mengalami financial distress nilai terendahnya adalah
0,0367.
c. Rasio Modal Kerja terhadap Total Aktiva (X3)
Rasio ini merupakan rasio likuiditas yang mengukuar kemampuan
perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya dari total aktiva
dan posisi modal kerja bersih. Semakin kecil rasio ini berarti
menunujukkan kondisi likuiditas perusahaan semakin buruk. Rasio ini
memiliki hubungan negatif terhadap kemungkinan kondisi financial
distress suatu perusahaan. Semakin kecil rasio ini maka semakin besar
kemungkinan perusahaan yang diprediksi mengalami financial distress
akan benar-benar mengalami kondisi tersebut.
70. - 53 -5353
Berdasarkan tabel 4.3 dan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa nilai
rata-rata rasio modal kerja terhadap total aktiva pada perusahaan yang
tidak mengalami financial distress adalah 0,29212 sedangkan nilai rata-
rata rasio modal kerja terhadap total aktiva untuk perusahaan yang
mengalami financial distress adalah -0,2956. Dari nilai rata-rata
perusahaan yang mengalami financial distress dan perusahaan yang tidak
mengalami financial distress tersebut dapat diketahui bahwa perusahaan
yang tidak mengalami financial distress memiliki rasio modal kerja
terhadap total aktiva yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan
yang mengalami financial distress.
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui nilai rasio modal kerja
terhadap total aktiva tertinggi pada perusahaan yang tidak mengalami
financial distress adalah 0,8799 sedangkan nilai tertinggi pada perusahaan
yang mengalami financial distress adalah 0,8484. Adapun nilai rasio
modal kerja terhadap total aktiva terendah pada perusahaan yang tidak
mengalami financial distress adalah -1,3396 sedangkan nilai rasio modal
kerja terhadap total aktiva terendah pada perusahaan yang mengalami
financial distress adalah -4,6788. Dari keterangan tersebut dapat
disimpulkan bahwa nilai rasio modal kerja terhadap total aktiva pada
perusahaan yang tidak mengalami financial distress lebih besar
dibandingkan perusahaan yang mengalami financial distress. Hal ini
didukung dengan nilai standar deviasi pada perusahaan yang tidak
mengalami financial distress yang lebih kecil dibandingkan dengan
71. - 54 -5454
perusahaan yang mengalami financial distress. Standar deviasi yang tinggi
menjelaskan bahwa pada masing-masing perusahaan yang mengalami
financial distress memiliki nilai rasio modal kerja terhadap total aktiva
yang menyebar (bias) sedangkan standar deviasi yang rendah menjelaskan
bahwa pada masing-masing perusahaan yang tidak mengalami financial
distress memiliki nilai modal kerja terhadap total aktiva yang hampir sama
(jauh dari bias).
d. Rasio Aktiva Lancar terhadap Total aktiva (X4)
Rasio ini merupakan rasio yang mengukur total aktiva yang berasal
dari aktiva lancar. Semakin besar rasio ini berarti menunjukkan kondisi
perusahaan yang semakin baik. Rasio ini memiliki hubungan negatif
terhadap kemungkinan kondisi financial distress suatu perusahaan.
Semakin kecil rasio ini maka semakin besar kemungkinan perusahaan
yang diprediksi mengalami financial distress akan benar-benar mengalami
kondisi tersebut.
Berdasarkan tabel 4.3 dan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa nilai
rata-rata rasio Aktiva lancar terhadap total aktiva pada perusahaan yang
tidak mengalami financial distress adalah 0,5083 sedangkan nilai rata-rata
rasio aktiva lancar terhadap total aktiva untuk perusahaan yang mengalami
financial distress adalah 0,3788. Dari nilai rata-rata perusahaan yang
mengalami financial distress dan perusahaan yang tidak mengalami
financial distress tersebut dapat diketahui bahwa perusahaan yang tidak
mengalami financial distress memiliki rasio aktiva lancar terhadap total
72. - 55 -5555
aktiva yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang mengalami
financial distress.
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui nilai rasio aktiva lancar
terhadap total aktiva tertinggi pada perusahaan yang tidak mengalami
financial distress adalah 0,89303 sedangkan nilai tertinggi pada
perusahaan yang mengalami financial distress adalah 0,89011. Adapun
nilai rasio aktiva lancar terhadap total aktiva terendah pada perusahaan
yang tidak mengalami financial distress adalah 0,0236 sedangkan nilai
rasio aktiva lancar terhadap total aktiva terendah pada perusahaan yang
mengalami financial distress adalah 0,0295. Dari keterangan tersebut
dapat disimpulkan bahwa nilai rasio aktiva lancar terhadap total aktiva
pada perusahaan yang tidak mengalami financial dsitress lebih besar
dibandingkan perusahaan yang mengalami financial ditress. Hal ini
didukung dengan nilai standar deviasi pada perusahaan yang tidak
mengalami financial distress yang lebih kecil dibandingkan dengan
perusahaan yang mengalami financial distress. Standar deviasi yang tinggi
menjelaskan bahwa pada masing-masing perusahaan yang mengalami
financial distress memiliki nilai rasio aktiva lancar terhadap total aktiva
yang menyebar (bias) sedangkan standar deviasi yang rendah menjelaskan
bahwa pada masing-masing perusahaan yang tidak mengalami financial
distress memiliki nilai aktiva lancar terhadap total aktiva yang hampir
sama (jauh dari bias).
73. - 56 -5656
e. Rasio Aktiva Tetap Bersih terhadap Total Aktiva (X5)
Rasio ini merupakan rasio yang mengukur total aktiva yang berasal
dari aktiva tetap bersih. Semakin kecil rasio ini berarti menunjukkan
kondisi perusahaan yang semakin baik. Rasio ini memiliki hubungan
positif terhadap kemungkinan kondisi financial distress suatu perusahaan.
Semakin besar rasio ini maka semakin besar kemungkinan perusahaan
yang diprediksi mengalami financial distress akan benar-benar mengalami
kondisi tersebut.
Berdasarkan tabel 4.3 dan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa nilai
rata-rata rasio aktiva tetap bersih terhadap total aktiva pada perusahaan
yang tidak mengalami financial distress adalah 0,3415 sedangkan nilai
rata-rata rasio aktiva tetap bersih terhadap total aktiva untuk perusahaan
yang mengalami financial distress adalah 0,44705. Dari nilai rata-rata
perusahaan yang mengalami financial distress dan perusahaan yang tidak
mengalami financial distress tersebut dapat diketahui bahwa perusahaan
yang tidak mengalami financial distress memiliki rasio aktiva tetap bersih
terhadap total aktiva yang lebih rendah dibandingkan dengan perusahaan
yang mengalami financial distress.
Berdasarkan tabel di atas pula dapat diketahui bahwa nilai rasio
aktiva tetap bersih terhadap total aktiva tertinggi pada perusahaan yang
tidak mengalami finacial distress adalah sama dengan nilai rasio aktiva
tetap bersih terhadap total aktiva tertinggi pada perusahaan yang
mengalami finacial distress yaitu sebesar 0,9221. Sedangkan untuk nilai
74. - 57 -5757
rasio aktiva tetap bersih terhadap total aktiva terendah pada perusahaan
yang tidak mengalami financial distress adalah 0,0055. Dan pada
perusahaan yang mengalami financial distress nilai terendahnya adalah
0,00309.
Adapun nilai standar deviasi pada perusahaan yang tidak
mengalami financial distress yang lebih kecil dibandingkan dengan
perusahaan yang mengalami financial distress. Standar deviasi yang tinggi
menjelaskan bahwa pada masing-masing perusahaan yang mengalami
financial distress memiliki nilai rasio aktiva tetap bersih terhadap total
aktiva yang menyebar (bias) sedangkan standar deviasi yang rendah
menjelaskan bahwa pada masing-masing perusahaan yang tidak
mengalami financial distress memiliki nilai aktiva tetap bersih terhadap
total aktiva yang hampir sama (jauh dari bias).
f. Rasio Penjualan terhadap Total Aset (X6)
Rasio ini merupakan rasio yang mengukur aktifitas aktiva,
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan penjualan melalui aktiva dan
mengukur seberapa efisien aktiva tersebut telah dimanfaatkan untuk
memperoleh penghasilan. Semakin tinggi perputaran total aktiva, maka
semakin efektif total aktiva dalam menghasilkan penjualan. Semakin besar
rasio ini berarti menunjukkan kondisi perusahaan yang semakin baik.
Rasio ini memiliki hubungan negatif terhadap kemungkinan kondisi
financial distress suatu perusahaan. Semakin kecil rasio ini maka semakin
75. - 58 -5858
besar kemungkinan perusahaan yang diprediksi mengalami financial
distress akan benar-benar mengalami kondisi tersebut.
Berdasarkan tabel 4.3 dan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa nilai
rata-rata rasio penjualan terhadap total aktiva pada perusahaan yang tidak
mengalami financial distress adalah 1,1755 sedangkan nilai rata-rata rasio
penjualan terhadap total aktiva untuk perusahaan yang mengalami
financial distress adalah 0,4709. Dari nilai rata-rata perusahaan yang
mengalami financial distress dan perusahaan yang tidak mengalami
financial distress tersebut dapat diketahui bahwa perusahaan yang tidak
mengalami financial distress memiliki rasio penjualan terhadap total
aktiva yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang mengalami
financial distress.
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui nilai rasio penjualan
terhadap total aktiva tertinggi pada perusahaan yang tidak mengalami
financial distress adalah 3,1345 sedangkan nilai tertinggi pada perusahaan
yang mengalami financial distress adalah 2,1437. Adapun nilai rasio
penjualan terhadap total aktiva terendah pada perusahaan yang tidak
mengalami financial distress adalah sama dengan nilai rasio penjualan
terhadap total aktiva terendah pada perusahaan yang mengalami financial
distress yaitu sebesar 0,0157. Dari keterangan tersebut dapat disimpulkan
bahwa nilai rasio penjualan terhadap total aktiva pada perusahaan yang
tidak mengalami financial distress lebih besar dibandingkan perusahaan
yang mengalami financial distress.
76. - 59 -5959
Selanjutnya berdasarkan tabel di atas pula dapat diketahui bahwa
nilai standar deviasi pada perusahaan yang tidak mengalami financial
distress adalah sebesar 0.76606 sedangkan pada perusahaan yang
mengalami financial distress standar deviasinya adalah sebesar 0,42034.
g. Rasio Penjualan terhadap Aktiva Lancar (X7)
Rasio ini merupakan rasio yang mengukur kemampuan aktiva
dalam menghasilkan penjualan melalui penggunaan aktiva lancarnya.
Semakin besar rasio ini berarti menunjukkan kondisi perusahaan yang
semakin baik. Rasio ini memiliki hubungan negatif terhadap kemungkinan
kondisi financial distress suatu perusahaan. Semakin kecil rasio ini maka
semakin besar kemungkinan perusahaan yang diprediksi mengalami
financial distress akan benar-benar mengalami kondisi tersebut.
Berdasarkan tabel 4.3 dan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa nilai
rata-rata rasio penjualan terhadap aktiva lancar pada perusahaan yang tidak
mengalami financial distress adalah 2,35604 sedangkan nilai rata-rata
rasio penjualan terhadap aktiva lancar untuk perusahaan yang mengalami
financial distress adalah 1,76268. Dari nilai rata-rata perusahaan yang
mengalami financial distress dan perusahaan yang tidak mengalami
financial distress tersebut dapat diketahui bahwa perusahaan yang tidak
mengalami financial distress memiliki rasio penjualan terhadap aktiva
lancar yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang mengalami
financial distress.
77. - 60 -6060
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui nilai rasio penjualan
terhadap aktiva lancar tertinggi pada perusahaan yang tidak mengalami
financial distress adalah 7,3306 sedangkan nilai tertinggi pada perusahaan
yang mengalami financial distress adalah 6,5585. Adapun nilai rasio
penjualan terhadap aktiva lancar terendah pada perusahaan yang tidak
mengalami financial distress adalah 0,0526 sedangkan nilai rasio
penjualan terhadap aktiva lancar terendah pada perusahaan yang
mengalami financial distress adalah 0,0336. Dari keterangan tersebut
dapat disimpulkan bahwa nilai rasio penjualan terhadap aktiva lancar pada
perusahaan yang tidak mengalami financial distress lebih besar
dibandingkan perusahaan yang mengalami financial distress. Hal ini
didukung dengan nilai standar deviasi pada perusahaan yang tidak
mengalami financial distress yang lebih kecil dibandingkan dengan
perusahaan yang mengalami financial distress. Standar deviasi yang tinggi
menjelaskan bahwa pada masing-masing perusahaan yang mengalami
financial distress memiliki nilai rasio penjualan terhadap aktiva lancar
yang menyebar (bias) sedangkan standar deviasi yang rendah menjelaskan
bahwa pada masing-masing perusahaan yang tidak mengalami financial
distress memiliki nilai penjualan terhadap aktiva lancar yang hampir sama
(jauh dari bias).
h. Rasio Penjualan terhadap Modal Kerja (X8)
Rasio ini merupakan rasio yang mengukur efektifitas perusahaan
dalam menggunakan modal kerjanya untuk menghasilkan tingkat
78. - 61 -6161
penjualan tertentu. Semakin besar rasio ini berarti menunjukkan kondisi
perusahaan yang semakin baik. Rasio ini memiliki hubungan negatif
terhadap kemungkinan kondisi financial distress suatu perusahaan.
Semakin kecil rasio ini maka semakin besar kemungkinan perusahaan
yang diprediksi mengalami financial distress akan benar-benar mengalami
kondisi tersebut.
Berdasarkan tabel 4.3 dan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa nilai
rata-rata rasio penjualan terhadap modal kerja pada perusahaan yang tidak
mengalami financial distress adalah 4,3708 sedangkan nilai rata-rata rasio
penjualan terhadap modal kerja untuk perusahaan yang mengalami
financial distress adalah 0,4327. Dari nilai rata-rata perusahaan yang
mengalami financial distress dan perusahaan yang tidak mengalami
financial distress tersebut dapat diketahui bahwa perusahaan yang tidak
mengalami financial distress memiliki rasio penjualan terhadap modal
kerja yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang mengalami
financial distress.
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui nilai rasio penjualan
terhadap modal kerja tertinggi pada perusahaan yang tidak mengalami
financial distress adalah 94,3311 sedangkan nilai tertinggi pada
perusahaan yang mengalami financial distress adalah 36,6901. Adapun
nilai rasio penjualan terhadap modal kerja terendah pada perusahaan yang
tidak mengalami financial distress adalah sebesar -183,1375 sedangkan
nilai rasio penjualan terhadap total aktiva terendah pada perusahaan yang
79. - 62 -6262
mengalami financial distress adalah sebesar -33,0394. Dari keterangan
tersebut dapat disimpulkan bahwa nilai rasio penjualan terhadap modal
kerja pada perusahaan yang tidak mengalami financial dsitress lebih besar
dibandingkan perusahaan yang mengalami financial distress.
Selanjutnya berdasarkan tabel di atas pula dapat diketahui bahwa
nilai standar deviasi pada perusahaan yang tidak mengalami financial
distress adalah sebesar 28,2175 sedangkan pada perusahaan yang
mengalami financial distress standar deviasinya adalah sebesar 6,9948.
i. Rasio Laba Bersih terhadap Total Aktiva (X9)
Rasio ini merupakan rasio yang mengukur kemampuan manajemen
dan efisiensi penggunaan asset perusahaan untuk menghasikan laba bersih.
Rasio ini juga dapat mengukur tingkat pengembalian total yang dihasilkan
dari semua sumber pendanaan yaitu utang dan ekuitas. Semakin besar
rasio ini berarti menunjukkan kondisi perusahaan yang semakin baik.
Rasio ini memiliki hubungan negatif terhadap kemungkinan kondisi
financial distress suatu perusahaan. Semakin kecil rasio ini maka semakin
besar kemungkinan perusahaan yang diprediksi mengalami financial
distress akan benar-benar mengalami kondisi tersebut.
Berdasarkan tabel 4.3 dan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa nilai
rata-rata rasio laba bersih terhadap total aktiva pada perusahaan yang tidak
mengalami financial distress adalah 0,0763 sedangkan nilai rata-rata rasio
laba bersih terhadap total aktiva untuk perusahaan yang mengalami
financial distress adalah -0,1222. Dari nilai rata-rata perusahaan yang
80. - 63 -6363
mengalami financial distress dan perusahaan yang tidak mengalami
financial distress tersebut dapat diketahui bahwa perusahaan yang tidak
mengalami financial distress memiliki rasio laba bersih terhadap total
aktiva yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang mengalami
financial distress.
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui nilai rasio laba bersih
terhadap total aktiva tertinggi pada perusahaan yang tidak mengalami
financial distress adalah 0,4014 sedangkan nilai tertinggi pada perusahaan
yang mengalami financial distress adalah 0,2998. Adapun nilai rasio laba
bersih terhadap total aktiva terendah pada perusahaan yang tidak
mengalami financial distress adalah -0,1706 sedangkan nilai rasio laba
bersih terhadap total aktiva terendah pada perusahaan yang mengalami
financial distress adalah -1,2618. Dari keterangan tersebut dapat
disimpulkan bahwa nilai rasio laba bersih terhadap total aktiva pada
perusahaan yang tidak mengalami financial distress lebih besar
dibandingkan perusahaan yang mengalami financial distress. Hal ini
didukung dengan nilai standar deviasi pada perusahaan yang tidak
mengalami financial distress yang lebih kecil dibandingkan dengan
perusahaan yang mengalami financial distress. Standar deviasi yang tinggi
menjelaskan bahwa pada masing-masing perusahaan yang mengalami
financial distress memiliki nilai rasio laba bersih terhadap total aktiva
yang menyebar (bias) sedangkan standar deviasi yang rendah menjelaskan
bahwa pada masing-masing perusahaan yang tidak mengalami financial
81. - 64 -6464
distress memiliki nilai laba bersih terhadap total aktiva yang hampir sama
(jauh dari bias).
j. Rasio Laba Bersih terhadap Ekuitas Saham (X10)
Rasio ini merupakan rasio yang mengukur tingkat pengembalian
dari ekuitas, dengan membandingkan laba bersih dengan ekuitas saham.
Atau dengan kata lain rasio ini mengukur sejauh mana efektifitas
manajemen dalam menggunakan ekuitas sahamnya untuk menghasilkan
laba bersih. Semakin besar rasio ini berarti menunjukkan kondisi
perusahaan yang semakin baik. Rasio ini memiliki hubungan negatif
terhadap kemungkinan kondisi financial distress suatu perusahaan.
Semakin kecil rasio ini maka semakin besar kemungkinan perusahaan
yang diprediksi mengalami financial distress akan benar-benar mengalami
kondisi tersebut.
Berdasarkan tabel 4.3 dan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa nilai
rata-rata rasio laba bersih terhadap ekuitas saham pada perusahaan yang
tidak mengalami financial distress adalah 0,1423 sedangkan nilai rata-rata
rasio laba bersih terhadap ekitas saham untuk perusahaan yang mengalami
financial distress adalah -0,2071. Dari nilai rata-rata perusahaan yang
mengalami financial distress dan perusahaan yang tidak mengalami
financial distress tersebut dapat diketahui bahwa perusahaan yang tidak
mengalami financial distress memiliki rasio laba bersih terhadap ekuitas
saham yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang mengalami
financial distress.
82. - 65 -6565
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui nilai rasio laba bersih
terhadap ekuitas saham tertinggi pada perusahaan yang tidak mengalami
financial distress adalah 1,2862 sedangkan nilai terendahnya adalah -
4,2257. Adapun nilai rasio laba bersih terhadap ekuitas saham tertinggi
pada perusahaan yang mengalami financial distress adalah 3,3795
sedangkan nilai terendahnya adalah -6,2965. Dari keterangan tersebut
memang tidak dapat disimpulkan bahwa nilai rasio laba bersih terhadap
ekuitas saham pada perusahaan yang tidak mengalami financial distress
lebih tinggi dibandingkan pada perusahaan yang mengalami financial
distress. Namun bila dilihat dari nilai standar deviasinya, perusahaan yang
tidak mengalami financial distress memiliki nilai standar deviasi yang
lebih rendah dibandingkan dengan perusahaan yang mengalami financial
distress. Standar deviasi yang tinggi menjelaskan bahwa pada masing-
masing perusahaan yang mengalami financial distress memiliki nilai rasio
laba bersih terhadap ekuitas saham yang menyebar (bias) sedangkan
standar deviasi yang rendah menjelaskan bahwa pada masing-masing
perusahaan yang tidak mengalami financial distress memiliki nilai rasio
laba bersih terhadap ekuitas saham yang hampir sama (jauh dari bias).
k. Rasio Total Hutang terhadap Total Aktiva (X11)
Rasio ini merupakan rasio yang mengukur jumlah aktiva
perusahaan yang dibiayai oleh hutang atau modal yang berasal dari
kreditur. Semakin besar rasio ini maka semakin besar resiko yang akan
dihadapi. Oleh sebab itu dapat dikatakan bahwa rasio ini memiliki