Bangunan Pengolah Air Limbah secara AerobikJoy Irman
Pelatihan Penyusunan Rencana Teknis Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat (SPAL-T) terdiri dari beberapa modul, yaitu: Dasar-dasar Perencanaan Teknis SPAL-T, Perencanaan Teknis Unit Pelayanan, Perencanaan Teknis Unit Pengumpulan / Jaringan Perpipaan, Perencanaan Teknis Unit Pengolahan Air Limbah, Teknologi Pengolahan Lumpur, Konstruksi Bangunan, dan Rencana Anggaran Biaya. Masing-masing Modul terdiri atas beberapa sub-modul . Peserta pelatihan dapat memilih Modul/Sub-Modul sesuai dengan kebutuhannya masing-masing.
Sistem Pengolahan Air Limbah secara KimiaJoy Irman
Dokumen ini membahas proses pengolahan limbah cair secara kimiawi dengan menambahkan bahan kimia ke dalam air limbah untuk mengkondisikan air sebelum diolah oleh mikroorganisme. Proses kimia yang dijelaskan meliputi netralisasi, presipitasi, koagulasi dan flokulasi dengan menggunakan zat kimia seperti alum dan ferro sulfat. Dokumen ini juga membandingkan kelebihan dan kekurangan pengolahan kimia d
Perencanaan Teknis Sistem Pengolahan Air Limbah (IPAL) Secara FisikJoy Irman
Pelatihan Penyusunan Rencana Teknis Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat (SPAL-T) terdiri dari beberapa modul, yaitu: Dasar-dasar Perencanaan Teknis SPAL-T, Perencanaan Teknis Unit Pelayanan, Perencanaan Teknis Unit Pengumpulan / Jaringan Perpipaan, Perencanaan Teknis Unit Pengolahan Air Limbah, Teknologi Pengolahan Lumpur, Konstruksi Bangunan, dan Rencana Anggaran Biaya. Masing-masing Modul terdiri atas beberapa sub-modul . Peserta pelatihan dapat memilih Modul/Sub-Modul sesuai dengan kebutuhannya masing-masing.
Sistem Pengolahan Air Limbah secara BiologisJoy Irman
Pelatihan Penyusunan Rencana Teknis Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat (SPAL-T) terdiri dari beberapa modul, yaitu: Dasar-dasar Perencanaan Teknis SPAL-T, Perencanaan Teknis Unit Pelayanan, Perencanaan Teknis Unit Pengumpulan / Jaringan Perpipaan, Perencanaan Teknis Unit Pengolahan Air Limbah, Teknologi Pengolahan Lumpur, Konstruksi Bangunan, dan Rencana Anggaran Biaya. Masing-masing Modul terdiri atas beberapa sub-modul . Peserta pelatihan dapat memilih Modul/Sub-Modul sesuai dengan kebutuhannya masing-masing.
Sistem pengelolaan air limbah memiliki dua pilihan utama, yaitu sistem setempat (on-site) dan sistem terpusat (off-site). Sistem setempat mengolah air limbah di dalam atau dekat lokasi sumbernya menggunakan fasilitas seperti septik tank. Sistem terpusat mengalirkan seluruh air limbah ke fasilitas pengolahan terpusat melalui jaringan pipa. Pemilihan sistem ditentukan berdasarkan faktor seperti kepadatan pendu
Bangunan Pengolah Air Limbah secara AnaerobikJoy Irman
Pelatihan Penyusunan Rencana Teknis Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat (SPAL-T) terdiri dari beberapa modul, yaitu: Dasar-dasar Perencanaan Teknis SPAL-T, Perencanaan Teknis Unit Pelayanan, Perencanaan Teknis Unit Pengumpulan / Jaringan Perpipaan, Perencanaan Teknis Unit Pengolahan Air Limbah, Teknologi Pengolahan Lumpur, Konstruksi Bangunan, dan Rencana Anggaran Biaya. Masing-masing Modul terdiri atas beberapa sub-modul . Peserta pelatihan dapat memilih Modul/Sub-Modul sesuai dengan kebutuhannya masing-masing.
Perencanaan Teknis IPLT - Teknologi Pengolahan Air Limbah dan LumpurJoy Irman
Pelatihan Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem (SPAL-S atau on-site) terdiri dari beberpa modaul, yaitu Modul (A) Dasar-dasar Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL-S atau on-site), (B) Cubluk Kembar, (C) Tangki Septik dengan Bidang Resapan), (D) Mandi-Cuci-Kakus atau MCK, (E) Biofilter, (F) Upflow Aerobic Filter, (G) Rotating Biological Contactactor atau RBC, (H) Anaerobic Bafle Reactor, (I) Sarana Pengangkut Tinja, dan (J) Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT).
Masing-masing Modul tersebut terdiri lagi dari beberapa sub-modul yang menjelaskan mengenai aspek-aspek (1) Perencanaan Teknis, (2) Pelaksanaan Konstruksi, (3) Operasional, Pemeliharaan dan Rehabilitasi, (4) Kelembagaan, Administrasi dan Keuangan, (5) Pemantauan dan Evaluasi. Peserta pelatihan dapat memilih Modul/Sub-Modul sesuai dengan kebutuhannya masing-masing.
Bangunan Pengolah Air Limbah secara AerobikJoy Irman
Pelatihan Penyusunan Rencana Teknis Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat (SPAL-T) terdiri dari beberapa modul, yaitu: Dasar-dasar Perencanaan Teknis SPAL-T, Perencanaan Teknis Unit Pelayanan, Perencanaan Teknis Unit Pengumpulan / Jaringan Perpipaan, Perencanaan Teknis Unit Pengolahan Air Limbah, Teknologi Pengolahan Lumpur, Konstruksi Bangunan, dan Rencana Anggaran Biaya. Masing-masing Modul terdiri atas beberapa sub-modul . Peserta pelatihan dapat memilih Modul/Sub-Modul sesuai dengan kebutuhannya masing-masing.
Sistem Pengolahan Air Limbah secara KimiaJoy Irman
Dokumen ini membahas proses pengolahan limbah cair secara kimiawi dengan menambahkan bahan kimia ke dalam air limbah untuk mengkondisikan air sebelum diolah oleh mikroorganisme. Proses kimia yang dijelaskan meliputi netralisasi, presipitasi, koagulasi dan flokulasi dengan menggunakan zat kimia seperti alum dan ferro sulfat. Dokumen ini juga membandingkan kelebihan dan kekurangan pengolahan kimia d
Perencanaan Teknis Sistem Pengolahan Air Limbah (IPAL) Secara FisikJoy Irman
Pelatihan Penyusunan Rencana Teknis Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat (SPAL-T) terdiri dari beberapa modul, yaitu: Dasar-dasar Perencanaan Teknis SPAL-T, Perencanaan Teknis Unit Pelayanan, Perencanaan Teknis Unit Pengumpulan / Jaringan Perpipaan, Perencanaan Teknis Unit Pengolahan Air Limbah, Teknologi Pengolahan Lumpur, Konstruksi Bangunan, dan Rencana Anggaran Biaya. Masing-masing Modul terdiri atas beberapa sub-modul . Peserta pelatihan dapat memilih Modul/Sub-Modul sesuai dengan kebutuhannya masing-masing.
Sistem Pengolahan Air Limbah secara BiologisJoy Irman
Pelatihan Penyusunan Rencana Teknis Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat (SPAL-T) terdiri dari beberapa modul, yaitu: Dasar-dasar Perencanaan Teknis SPAL-T, Perencanaan Teknis Unit Pelayanan, Perencanaan Teknis Unit Pengumpulan / Jaringan Perpipaan, Perencanaan Teknis Unit Pengolahan Air Limbah, Teknologi Pengolahan Lumpur, Konstruksi Bangunan, dan Rencana Anggaran Biaya. Masing-masing Modul terdiri atas beberapa sub-modul . Peserta pelatihan dapat memilih Modul/Sub-Modul sesuai dengan kebutuhannya masing-masing.
Sistem pengelolaan air limbah memiliki dua pilihan utama, yaitu sistem setempat (on-site) dan sistem terpusat (off-site). Sistem setempat mengolah air limbah di dalam atau dekat lokasi sumbernya menggunakan fasilitas seperti septik tank. Sistem terpusat mengalirkan seluruh air limbah ke fasilitas pengolahan terpusat melalui jaringan pipa. Pemilihan sistem ditentukan berdasarkan faktor seperti kepadatan pendu
Bangunan Pengolah Air Limbah secara AnaerobikJoy Irman
Pelatihan Penyusunan Rencana Teknis Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat (SPAL-T) terdiri dari beberapa modul, yaitu: Dasar-dasar Perencanaan Teknis SPAL-T, Perencanaan Teknis Unit Pelayanan, Perencanaan Teknis Unit Pengumpulan / Jaringan Perpipaan, Perencanaan Teknis Unit Pengolahan Air Limbah, Teknologi Pengolahan Lumpur, Konstruksi Bangunan, dan Rencana Anggaran Biaya. Masing-masing Modul terdiri atas beberapa sub-modul . Peserta pelatihan dapat memilih Modul/Sub-Modul sesuai dengan kebutuhannya masing-masing.
Perencanaan Teknis IPLT - Teknologi Pengolahan Air Limbah dan LumpurJoy Irman
Pelatihan Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem (SPAL-S atau on-site) terdiri dari beberpa modaul, yaitu Modul (A) Dasar-dasar Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL-S atau on-site), (B) Cubluk Kembar, (C) Tangki Septik dengan Bidang Resapan), (D) Mandi-Cuci-Kakus atau MCK, (E) Biofilter, (F) Upflow Aerobic Filter, (G) Rotating Biological Contactactor atau RBC, (H) Anaerobic Bafle Reactor, (I) Sarana Pengangkut Tinja, dan (J) Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT).
Masing-masing Modul tersebut terdiri lagi dari beberapa sub-modul yang menjelaskan mengenai aspek-aspek (1) Perencanaan Teknis, (2) Pelaksanaan Konstruksi, (3) Operasional, Pemeliharaan dan Rehabilitasi, (4) Kelembagaan, Administrasi dan Keuangan, (5) Pemantauan dan Evaluasi. Peserta pelatihan dapat memilih Modul/Sub-Modul sesuai dengan kebutuhannya masing-masing.
Perencanaan Teknis dan Teknologi Pengolahan LumpurJoy Irman
Pelatihan Penyusunan Rencana Teknis Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat (SPAL-T) terdiri dari beberapa modul, yaitu: Dasar-dasar Perencanaan Teknis SPAL-T, Perencanaan Teknis Unit Pelayanan, Perencanaan Teknis Unit Pengumpulan / Jaringan Perpipaan, Perencanaan Teknis Unit Pengolahan Air Limbah, Teknologi Pengolahan Lumpur, Konstruksi Bangunan, dan Rencana Anggaran Biaya. Masing-masing Modul terdiri atas beberapa sub-modul . Peserta pelatihan dapat memilih Modul/Sub-Modul sesuai dengan kebutuhannya masing-masing.
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat - Anaerobic Bafle Reactor - Per...Joy Irman
1. Anaerobic Baffle Reactor (ABR) adalah teknologi tangki septik yang dimodifikasi dengan menambah kompartemen untuk meningkatkan waktu kontak antara limbah dengan biomassa.
2. ABR mampu menurunkan COD hingga 70% tanpa energi tetapi menghasilkan metana, dan dapat dibangun di bawah tanah dengan biaya rendah.
3. Beberapa kriteria perencanaan ABR adalah waktu retensi 2-5 jam,
Tahapan Perencanaan Teknis Unit Pengolahan Air Limbah (IPAL)Joy Irman
Pelatihan Penyusunan Rencana Teknis Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat (SPAL-T) terdiri dari beberapa modul, yaitu: Dasar-dasar Perencanaan Teknis SPAL-T, Perencanaan Teknis Unit Pelayanan, Perencanaan Teknis Unit Pengumpulan / Jaringan Perpipaan, Perencanaan Teknis Unit Pengolahan Air Limbah, Teknologi Pengolahan Lumpur, Konstruksi Bangunan, dan Rencana Anggaran Biaya. Masing-masing Modul terdiri atas beberapa sub-modul . Peserta pelatihan dapat memilih Modul/Sub-Modul sesuai dengan kebutuhannya masing-masing.
Dokumen tersebut membahas tentang pengukuran parameter kualitas air, yaitu Dissolved Oxygen (DO), Chemical Oxygen Demand (COD), dan Biological Oxygen Demand (BOD) untuk mengetahui tingkat pencemaran danau. Parameter-parameter tersebut diukur menggunakan metode titrasi iodometri, uji kimia, dan uji biologi untuk mengetahui kondisi ekosistem danau.
Teks tersebut membahas mengenai sumber air baku dan rancangan bangunan pengambilan. Sumber air baku yang digunakan adalah air sungai Lenovo dengan debit 1,4 liter/detik. Teks ini juga menjelaskan berbagai jenis bangunan pengambilan air seperti direct intake, indirect intake, dan spring intake beserta komponen-komponennya seperti screen, pompa intake, dan kriteria desainnya.
proses pengelolaan air limbah secara kimiamun farid
Dokumen tersebut membahas proses pengelolaan air limbah secara kimia yang terdiri atas netralisasi, presipitasi/pengendapan, dan koagulasi serta flokulasi untuk menghilangkan zat-zat pencemar. Keuntungan proses ini adalah penghilangan total zat pencemar anorganik dengan peralatan yang lebih sederhana, namun juga menambah beban garam logam pada air keluar.
Teknik pengambilan sampel air limbah untuk pemeriksaan BOD melibatkan penyiapan botol sampel dengan mencuci dan membilasnya dengan asam klorida dan air bebas analit. Volume sampel minimal 1000 ml diambil dari lokasi yang mewakili karakteristik air limbah sebelum dan sesudah IPAL. Sampel dimasukkan ke dalam botol sambil menghindari gelembung udara dan ditutup rapat untuk disimpan maksimal 2 hari pada suhu pending
Perencanaan Teknis IPLT - Unit Pengeringan LumpurJoy Irman
Pelatihan Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem (SPAL-S atau on-site) terdiri dari beberpa modaul, yaitu Modul (A) Dasar-dasar Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL-S atau on-site), (B) Cubluk Kembar, (C) Tangki Septik dengan Bidang Resapan), (D) Mandi-Cuci-Kakus atau MCK, (E) Biofilter, (F) Upflow Aerobic Filter, (G) Rotating Biological Contactactor atau RBC, (H) Anaerobic Bafle Reactor, (I) Sarana Pengangkut Tinja, dan (J) Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT).
Masing-masing Modul tersebut terdiri lagi dari beberapa sub-modul yang menjelaskan mengenai aspek-aspek (1) Perencanaan Teknis, (2) Pelaksanaan Konstruksi, (3) Operasional, Pemeliharaan dan Rehabilitasi, (4) Kelembagaan, Administrasi dan Keuangan, (5) Pemantauan dan Evaluasi. Peserta pelatihan dapat memilih Modul/Sub-Modul sesuai dengan kebutuhannya masing-masing.
Teknologi dan Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat (SPAL-T)Joy Irman
Pelatihan Penyusunan Rencana Teknis Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat (SPAL-T) terdiri dari beberapa modul, yaitu: Dasar-dasar Perencanaan Teknis SPAL-T, Perencanaan Teknis Unit Pelayanan, Perencanaan Teknis Unit Pengumpulan / Jaringan Perpipaan, Perencanaan Teknis Unit Pengolahan Air Limbah, Teknologi Pengolahan Lumpur, Konstruksi Bangunan, dan Rencana Anggaran Biaya. Masing-masing Modul terdiri atas beberapa sub-modul . Peserta pelatihan dapat memilih Modul/Sub-Modul sesuai dengan kebutuhannya masing-masing.
PerMenKes 492 Tahun 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air MinumJoy Irman
Dokumen tersebut membahas beberapa poin tanpa memberikan informasi spesifik. Dokumen tersebut hanya berisi nomor urut tanpa adanya kalimat atau paragraf yang memberikan makna.
Teks tersebut membahas tentang gas-gas terlarut dalam air laut, terutama nitrogen, oksigen, dan karbon dioksida. Gas-gas tersebut dapat larut dalam air laut melalui proses difusi dari atmosfer dan memiliki peran penting dalam siklus kehidupan laut seperti siklus nitrogen. Kelarutan gas-gas tersebut dipengaruhi oleh tekanan parsial dan suhu air laut.
Perencanaan Teknis dan Teknologi Pengolahan LumpurJoy Irman
Pelatihan Penyusunan Rencana Teknis Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat (SPAL-T) terdiri dari beberapa modul, yaitu: Dasar-dasar Perencanaan Teknis SPAL-T, Perencanaan Teknis Unit Pelayanan, Perencanaan Teknis Unit Pengumpulan / Jaringan Perpipaan, Perencanaan Teknis Unit Pengolahan Air Limbah, Teknologi Pengolahan Lumpur, Konstruksi Bangunan, dan Rencana Anggaran Biaya. Masing-masing Modul terdiri atas beberapa sub-modul . Peserta pelatihan dapat memilih Modul/Sub-Modul sesuai dengan kebutuhannya masing-masing.
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat - Anaerobic Bafle Reactor - Per...Joy Irman
1. Anaerobic Baffle Reactor (ABR) adalah teknologi tangki septik yang dimodifikasi dengan menambah kompartemen untuk meningkatkan waktu kontak antara limbah dengan biomassa.
2. ABR mampu menurunkan COD hingga 70% tanpa energi tetapi menghasilkan metana, dan dapat dibangun di bawah tanah dengan biaya rendah.
3. Beberapa kriteria perencanaan ABR adalah waktu retensi 2-5 jam,
Tahapan Perencanaan Teknis Unit Pengolahan Air Limbah (IPAL)Joy Irman
Pelatihan Penyusunan Rencana Teknis Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat (SPAL-T) terdiri dari beberapa modul, yaitu: Dasar-dasar Perencanaan Teknis SPAL-T, Perencanaan Teknis Unit Pelayanan, Perencanaan Teknis Unit Pengumpulan / Jaringan Perpipaan, Perencanaan Teknis Unit Pengolahan Air Limbah, Teknologi Pengolahan Lumpur, Konstruksi Bangunan, dan Rencana Anggaran Biaya. Masing-masing Modul terdiri atas beberapa sub-modul . Peserta pelatihan dapat memilih Modul/Sub-Modul sesuai dengan kebutuhannya masing-masing.
Dokumen tersebut membahas tentang pengukuran parameter kualitas air, yaitu Dissolved Oxygen (DO), Chemical Oxygen Demand (COD), dan Biological Oxygen Demand (BOD) untuk mengetahui tingkat pencemaran danau. Parameter-parameter tersebut diukur menggunakan metode titrasi iodometri, uji kimia, dan uji biologi untuk mengetahui kondisi ekosistem danau.
Teks tersebut membahas mengenai sumber air baku dan rancangan bangunan pengambilan. Sumber air baku yang digunakan adalah air sungai Lenovo dengan debit 1,4 liter/detik. Teks ini juga menjelaskan berbagai jenis bangunan pengambilan air seperti direct intake, indirect intake, dan spring intake beserta komponen-komponennya seperti screen, pompa intake, dan kriteria desainnya.
proses pengelolaan air limbah secara kimiamun farid
Dokumen tersebut membahas proses pengelolaan air limbah secara kimia yang terdiri atas netralisasi, presipitasi/pengendapan, dan koagulasi serta flokulasi untuk menghilangkan zat-zat pencemar. Keuntungan proses ini adalah penghilangan total zat pencemar anorganik dengan peralatan yang lebih sederhana, namun juga menambah beban garam logam pada air keluar.
Teknik pengambilan sampel air limbah untuk pemeriksaan BOD melibatkan penyiapan botol sampel dengan mencuci dan membilasnya dengan asam klorida dan air bebas analit. Volume sampel minimal 1000 ml diambil dari lokasi yang mewakili karakteristik air limbah sebelum dan sesudah IPAL. Sampel dimasukkan ke dalam botol sambil menghindari gelembung udara dan ditutup rapat untuk disimpan maksimal 2 hari pada suhu pending
Perencanaan Teknis IPLT - Unit Pengeringan LumpurJoy Irman
Pelatihan Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem (SPAL-S atau on-site) terdiri dari beberpa modaul, yaitu Modul (A) Dasar-dasar Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL-S atau on-site), (B) Cubluk Kembar, (C) Tangki Septik dengan Bidang Resapan), (D) Mandi-Cuci-Kakus atau MCK, (E) Biofilter, (F) Upflow Aerobic Filter, (G) Rotating Biological Contactactor atau RBC, (H) Anaerobic Bafle Reactor, (I) Sarana Pengangkut Tinja, dan (J) Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT).
Masing-masing Modul tersebut terdiri lagi dari beberapa sub-modul yang menjelaskan mengenai aspek-aspek (1) Perencanaan Teknis, (2) Pelaksanaan Konstruksi, (3) Operasional, Pemeliharaan dan Rehabilitasi, (4) Kelembagaan, Administrasi dan Keuangan, (5) Pemantauan dan Evaluasi. Peserta pelatihan dapat memilih Modul/Sub-Modul sesuai dengan kebutuhannya masing-masing.
Teknologi dan Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat (SPAL-T)Joy Irman
Pelatihan Penyusunan Rencana Teknis Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat (SPAL-T) terdiri dari beberapa modul, yaitu: Dasar-dasar Perencanaan Teknis SPAL-T, Perencanaan Teknis Unit Pelayanan, Perencanaan Teknis Unit Pengumpulan / Jaringan Perpipaan, Perencanaan Teknis Unit Pengolahan Air Limbah, Teknologi Pengolahan Lumpur, Konstruksi Bangunan, dan Rencana Anggaran Biaya. Masing-masing Modul terdiri atas beberapa sub-modul . Peserta pelatihan dapat memilih Modul/Sub-Modul sesuai dengan kebutuhannya masing-masing.
PerMenKes 492 Tahun 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air MinumJoy Irman
Dokumen tersebut membahas beberapa poin tanpa memberikan informasi spesifik. Dokumen tersebut hanya berisi nomor urut tanpa adanya kalimat atau paragraf yang memberikan makna.
Teks tersebut membahas tentang gas-gas terlarut dalam air laut, terutama nitrogen, oksigen, dan karbon dioksida. Gas-gas tersebut dapat larut dalam air laut melalui proses difusi dari atmosfer dan memiliki peran penting dalam siklus kehidupan laut seperti siklus nitrogen. Kelarutan gas-gas tersebut dipengaruhi oleh tekanan parsial dan suhu air laut.
Jurnal Absorbsi CO2 dengan larutan NaOHIta Pratiwi
1. Semakin besar konsentrasi NaOH, semakin banyak jumlah CO2 yang terserap dan nilai konstanta perpindahan massa gas (kGa) dan reaksi (k2) meningkat.
2. Nilai konstanta perpindahan massa cair (kLa) konstan karena keadaan keseimbangan telah tercapai.
3. Penelitian mengkaji pengaruh konsentrasi NaOH terhadap absorpsi CO2 dalam larutan NaOH.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
Oksigen terlarut (DO) adalah parameter penting untuk menilai kualitas perairan. Berbagai faktor seperti suhu, tekanan udara, kedalaman, dan aktivitas biologi mempengaruhi kadar oksigen terlarut. Metode titrasi Winkler digunakan untuk mengukur kadar oksigen terlarut.
1. Dokumen tersebut membahas proses absorpsi CO2 dalam larutan NaOH, termasuk prinsip dasar absorpsi, faktor yang mempengaruhi laju absorpsi, dan jenis-jenis kolom absorber.
Materi ini dari Dosen (Uca, Ph.D)
a. Mahasiswa dapat menjelaskan dengan benar pengertian evaporasi dan transpirasi
b. Mahasiswa dapat menyebutkan alat-alat untuk mengukur evaporasi dan transpirasi.
c. Mahasiswa dapat menjelaskan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap proses evapotranspirasi.
d. Mahasiswa dapat menjelaskan dengan benar cara menghitung evapotranspirasi menggunakan rumus empiris
e. Mahasiswa dapat menjelaskan dengan benar cara menghitung evotranspirasi potensial dengan menggunakan rumus Thotnwhaite.
f. Mahasiswa dapat menjelaskan dengan benar cara menghitung evapotranspirasi dengan metode Penman.
Teks tersebut membahas tentang aliran fluida dalam saluran tertutup seperti pipa. Ada dua jenis aliran yaitu aliran laminer dan turbulen, tergantung pada bilangan Reynolds. Aliran laminer terjadi pada bilangan Reynolds rendah (<2000) sedangkan aliran turbulen terjadi pada bilangan Reynolds tinggi (>4000). Teks ini juga menjelaskan hukum viskositas Newton dan hukum tekanan geser Reynolds untuk menganalisis aliran fluida dalam pipa.
Dokumen tersebut membahas konsep-konsep dasar aliran fluida dalam pipa, termasuk pembentukan aliran, panjang kemasukan, pola aliran laminar dan turbulen, serta persamaan-persamaan yang terkait."
Teknologi humidifikasi dan dehumidifikasi melibatkan proses penambahan dan pengurangan uap air dalam campuran udara. Humidifikasi menambahkan uap air ke udara sedangkan dehumidifikasi menghilangkan uap air dari udara. Kedua proses ini penting dalam berbagai aplikasi industri seperti pengeringan.
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum MerdekaFathan Emran
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka - abdiera.com. Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka.
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28 Juni 2024Kanaidi ken
Dlm wktu dekat, Pelatihan/WORKSHOP ”CSR/TJSL & Community Development (ISO 26000)” akn diselenggarakan di Swiss-BelHotel – BALI (26-28 Juni 2024)...
Dgn materi yg mupuni & Narasumber yg kompeten...akn banyak manfaat dan keuntungan yg didpt mengikuti Pelatihan menarik ini.
Boleh jga info ini👆 utk dishare_kan lgi kpda tmn2 lain/sanak keluarga yg sekiranya membutuhkan training tsb.
Smga Bermanfaat
Thanks Ken Kanaidi
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...nasrudienaulia
Dalam teori fungsionalisme kulturalisasi Talcott Parsons, konsep struktur sosial sangat erat hubungannya dengan kulturalisasi. Struktur sosial merujuk pada pola-pola hubungan sosial yang terorganisir dalam masyarakat, termasuk hierarki, peran, dan institusi yang mengatur interaksi antara individu. Hubungan antara konsep struktur sosial dan kulturalisasi dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Pola Interaksi Sosial: Struktur sosial menentukan pola interaksi sosial antara individu dalam masyarakat. Pola-pola ini dipengaruhi oleh norma-norma budaya yang diinternalisasi oleh anggota masyarakat melalui proses sosialisasi. Dengan demikian, struktur sosial dan kulturalisasi saling memengaruhi dalam membentuk cara individu berinteraksi dan berperilaku.
2. Distribusi Kekuasaan dan Otoritas: Struktur sosial menentukan distribusi kekuasaan dan otoritas dalam masyarakat. Nilai-nilai budaya yang dianut oleh masyarakat juga memengaruhi bagaimana kekuasaan dan otoritas didistribusikan dalam struktur sosial. Kulturalisasi memainkan peran dalam melegitimasi sistem kekuasaan yang ada melalui nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat.
3. Fungsi Sosial: Struktur sosial dan kulturalisasi saling terkait dalam menjalankan fungsi-fungsi sosial dalam masyarakat. Nilai-nilai budaya dan norma-norma yang terinternalisasi membentuk dasar bagi pelaksanaan fungsi-fungsi sosial yang diperlukan untuk menjaga keseimbangan dan stabilitas dalam masyarakat.
Dengan demikian, konsep struktur sosial dalam teori fungsionalisme kulturalisasi Parsons tidak dapat dipisahkan dari kulturalisasi karena keduanya saling berinteraksi dan saling memengaruhi dalam membentuk pola-pola hubungan sosial, distribusi kekuasaan, dan pelaksanaan fungsi-fungsi sosial dalam masyarakat.
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdffadlurrahman260903
Ppt landasan pendidikan tentang pendidikan seumur hidup.
Prodi pendidikan agama Islam
Fakultas tarbiyah dan ilmu keguruan
Universitas Islam negeri syekh Ali Hasan Ahmad addary Padangsidimpuan
Pendidikan sepanjang hayat atau pendidikan seumur hidup adalah sebuah system konsepkonsep pendidikan yang menerangkan keseluruhan peristiwa-peristiwa kegiatan belajarmengajar yang berlangsung dalam keseluruhan kehidupan manusia. Pendidikan sepanjang
hayat memandang jauh ke depan, berusaha untuk menghasilkan manusia dan masyarakat yang
baru, merupakan suatu proyek masyarakat yang sangat besar. Pendidikan sepanjang hayat
merupakan asas pendidikan yang cocok bagi orang-orang yang hidup dalam dunia
transformasi dan informasi, yaitu masyarakat modern. Manusia harus lebih bisa menyesuaikan
dirinya secara terus menerus dengan situasi yang baru.
Aksi Nyata Disiplin Positif: Hukuman vs Restitusi vs Konsekuensi
3 unit-aerasi-so
1. 1
BAB 3
UNIT AERASI
3.1. Teori Transfer Gas
Transfer gas didefinisikan sebagai perpindahan gas dari fase gas ke fase cair atau
sebaiknya. Transfer gas melibatkan terjadinya kontak antara udara atau gas lain dengan air yang
menyebabkan berpindahnya suatu senyawa dari fase gas ke fase cair atau menguapnya suatu
senyawa dari fase cair (dalam bentuk terlarut) menjadi fase gas (lepas ke udara). Perpindahan
massa zat dari fase gas ke fase cair atau sebaliknya (absorpsi – desorpsi), terjadi bila ada kontak
antar permukaan cairan dengan gas atau udara. Mekanisme ini terjadi secara difusi. Gaya
penggerak perpindahan massa dari udara ke dalam air atau sebaliknya dikendalikan oleh
perbedaan konsentrasi zat dalam larutan dan kelarutan gas pada kondisi tertentu.
Faktor utama yang mempengaruhi kelarutan gas dalam air adalah: suhu air, tekanan
parsial gas dalam fase gas, konsentrasi padatan terlarut dalam fase air dan komposisi kimia gas.
Kelarutan gas, tidak seperti kelarutan zat padat dalam air, menurun seiring dengan
kenaikan suhu. Pada tekanan parsial sampai 1 atm, konsentrasi keseimbangan gas dalam larutan
pada suatu suhu tertentu sebanding dengan tekanan parsial gas dalam air, sesuai dengan hukum
Henry:
PHCs . (3.1)
dimana: Cs = konsentrasi jenuh atau keseimbangan gas dalam larutan, mg/l
P = Tekanan parsial phase gas dalam air, atm
H = koefisien kelarutan Henry.
Hukum Henry banyak digunakan pada gas-gas yang sering dijumpai dalam teknik
pengolahan air seperti oksigen, metana, karbondioksida, dan hidrogen sulfida. Dua gas terakhir
mengalami reaksi dalam air.
CO2 terlarut bereaksi dengan air sebagai berikut:
CO2 + H2O H2CO3 (3.2)
H2CO3 H+
+ HCO3
-
(3.3)
HCO3
-
H+
+ CO3
2-
(3.4)
Dalam kondisi normal konsentrasi H2CO3 dalam air tidak lebih dari 1% dari konsentrasi CO2.
Hidrogen sulfida bereaksi dalam larutan sebagai berikut:
H2S H+
+ HS-
(3.5)
HS-
H+
+ S2-
(3.6)
Berdasar pada persamaan 3.5. dan 3.6. kelarutan dari H2S tergantung pada derajat pH larutan.
Ammonia (NH3) dan klorin (Cl2) memiliki kelarutan gas tinggi dan mudah bereaksi dengan
air. Hubungan kelarutan – tekanan gas ini bias bila digunakan hukum Henry.
Bila permukaan air dipaparkan dengan udara atau gas dan belum terjadi kesetimbangan
sebelumnya, maka secara serentak dan segera pada bidang kontak antar fase akan jenuh dengan
gas dan gas ditransportasikan ke badan air dengan proses difusi molekuler sebagai berikut:
2. 2
x
c
D
t
m
(3.7)
dimana:
t
m
= Laju perpindahan gas melintas permukaan area bidang kontak
D = koefisien difusi molekuler
x
c
= Gradien konsentrasi pada interface.
Model secara fisik dari konsep persamaan 3.8 ditunjukkan dalam Gambar 3.1.
Bulk Gas Well Mixed
(Turbulen area) Interface
Pg
Fixed Gas Film (Laminer area)
Pi Ci=Cs
Fixed Liquid Film (laminer area)
CL
(Turbulen area)
Bulk Liquid Well Mixed.
Gambar 3.1 Model transfer gas dua-film
Diasumsikan bahwa tahanan pada perpindahan gas berada dalam lapisan tetap (fixed
film) gas dan cair pada antar bidang (interface) gas - cair. Perpindahan gas melintasi bidang
permukaan lapisan gas menunjukkan adanya gradien tekanan dalam lapisan gas dan oleh sebab itu
tekanan gas pada bidang permukaan (interface), Pi lebih rendah dari tekanan bulk gas, Pg.
Perpindahan gas terjadi dalam dua langkah (1) perpindahan dari keseluruhan fase gas dengan
tekanan gas (Pg) ke interface, dengan tekanan parsial gas (Pi), selanjutnya dikonversi ke fase
liquid dengan konsentrasi Ci, (2) Transformasi dalam fase cair ke bulk liquid dengan konsentrasi
(CL). Perpindahan ini dapat terjadi dalam dua arah tergantung pada perbedaan konsentrasi CL dan
Ci. Jika CL > Ci dan Pi > Pg maka terjadi pelepasan gas dari fase cair ke fase gas.
Laju perpindahan gas melintas bidang permukaan A dinyatakan dalam persamaan:
)( sL CC
h
AD
t
m
A
(3.8).
Untuk menyatakan massa gas dalam bentuk konsentrasi maka satuan massa gas dibagi
dengan volume cairan yang ada dan disederhanakan maka diperoleh persamaan:
)*(.)( AAGsLLA pAKCC
V
A
KN
dt
dc
p
(3.9)
dimana: a =
V
A
KL = koefisien transfer dalam fase cair.
KG = koefisien transfer dalam fase gas.
NA = Laju perpindahan massa,
3. 3
Persamaan (3.9) dapat ditulis dalam bentuk yang lebih sederhana, yaitu:
)( CCK
dt
dc
sLa (3.10)
di mana: KLa = koefisien transfer total, jam-1
Cs = konsentrasi gas jenuh, mg/l
C = konsentrasi gas di cairan, mg/l
Aerator untuk perpindahan oksigen ditentukan berdasar pada kapasitas oksigenasinya
(OC), yang didefinisikan sebagai laju suplai oksigen oleh aerator ke dalam air bersih pada kondisi
standar (20C, 1 atm). Oxygenation Capacity (OC) dapat dituliskan:
OC = V
dt
dc
(3.11)
atau
OC = KLa. C*
20 . V (3.12).
Nilai KLa dapat ditentukan dalam skala percobaan dengan melakukan integrasi terhadap
persamaan (3.10) diperoleh persamaan garis lurus:
ln(Cs-Ct) = ln(Cs-Ci) – KLa.t (3.13)
Dari data percobaan dengan konsentrasi awal oksigen Ci dan konsentrasi oksigen dalam
interval waktu percobaan Ct, maka dapat diplot ln(Cs-Ct) Vs t, maka diperoleh garis lurus dengan
besarnya sudut arah (slope) adalah KLa.
Gas-gas yang menjadi perhatian pada bidang pengolahan air adalah oksigen,
karbondioksida, metana, hidrogen sulfida, ammonia, dan klor. Tujuan transfer gas dalam
pengolahan air adalah:
(1) untuk mengurangi konsentrasi bahan penyebab rasa dan bau, seperti hidrogen sulfida dan
beberapa senyawa organik, dengan jalan penguapan atau oksidasi
(2) untuk mengoksidasi besi dan mangan
(3) untuk melarutkan gas ke dalam air (seperti penambahan oksigen ke dalam air tanah dan
penambahan karbondioksida setelah pelunakan air)
(4) untuk menyisihkan senyawa yang mungkin dapat meningkatkan biaya pengolahan (misal:
adanya hidrogen sulfida akan meningkatkan kebutuhan klor pada proses diklorinasi;
adanya karbondioksida akan meningkatkan kebutuhan kapur pada proses pelunakan, dan
sebagainya).
3.2. Aerasi dan Stripping
3.2.1. Aerasi
"Aerasi" merupakan salah satu proses dari transfer gas yang lebih dikhususkan pada
transfer oksigen dari fase gas ke fase cair. Fungsi utama aerasi dalam pengolahan air adalah
melarutkan oksigen ke dalam air untuk meningkatkan kadar oksigen terlarut dalam air dan
melepaskan kandungan gas-gas yang terlarut dalam air, serta membantu pengadukan air.
Aerasi dipergunakan pula untuk menghilangkan kandungan gas – gas terlarut, oksidasi
kandungan besi dan mangan dalam air, mereduksi kandungan ammonia dalam air melalui proses
nitrifikasi dan untuk meningkatkan kandungan oksigen terlarut agar air terasa lebih segar.
4. 4
Penyisihan rasa dan bau. Aerasi mempunyai keterbatasan dalam hal penyisihan rasa dan bau.
Sebagian besar rasa dan bau disebabkan oleh bahan yang sangat larut dalam air, sehingga aerasi
kurang efisien dalam menyisihkan rasa dan bau ini dibandingkan dengan metoda pengolahan lain,
misalnya oksidasi kiiawi atau adsorpsi.
Penyisihan besi dan mangan. Penyisihan besi dan mangan dapat dilakukan dengan proses
oksidasi. Aplikasi aerasi dalam proses ini dapat memberikan cukup banyak oksigen untuk
berlangsungnya reaksi. Proses ini biasanya digunakan pada air tanah yang kebanyakan mempunyai
kandungan oksigen terlarut yang rendah. Oleh karena itu, aerasi dalam aplikasi ini akan
menghasilkan endapan dan meningkatkan konsentrasi oksigen terlarut. Mangan sering kali tidak
dapat teroksidasi pada pH normal. Peningkatan pH sampai 8,5 dapat memperbesar oksidasi
mangan, khususnya jika digunakan menara aerator.
Penyisihan senyawa organik volatile. Senyawa organik yang bersifat mudah menguap (volatile)
dapat disisihkan dengan cara aerasi.
Penyisihan karbondioksida. Karbondioksida dapat cepat dihilangkan dengan cara aerasi.
Karbondioksida mempunyai kelarutan yang rendah dalam air, sehingga aerasi sangat efisien dalam
penyisihannya. Proses ini biasanya diterapkan pada pelunakan air tanah yang umumnya
mempunyai kandungan karbondioksida yang tinggi. Tingginya konsentrasi karbondioksida dalam air
dapat meningkatkan pemakaian bahan kimia untuk keperluan pelunakan.
Penyisihan hidrogen sulfida. Hidrogen sulfida adalah senyawa utama penyebab rasa dan bau yang
dapat diolah cukup efektif dengan aerasi. Mekanisme pengolahannya adalah terjadi oksidasi
hidrogen sulfida menghasilkan air dan belerang bebas.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perpindahan oksigen adalah (1) suhu, (2) kejenuhan
oksigen, (3) karakteristik air, dan (4) derajat turbulensi.
3.2.1.1. Pengaruh Suhu
Koefisien penyerapan oksigen kLa meningkat seiring dengan kenaikan suhu, karena suhu dalam air
akan mempengaruhi tingkat difusi, tegangan permukaan dan kekentalan air. Kemampuan difusi
oksigen meningkat dengan peningkatan suhu, sedang tegangan permukaan dan kekentalan
menurun seiring dengan kenaikan suhu. Pengaruh suhu pada berbagai faktor tersebut dirangkum
dalam persamaan dengan koefisien empiris (f) sebagai berikut:
)(
)()( T
TLL faKaK
20
20 (3.14)
Nilai f untuk aerasi permukaan umumnya memiliki rentang nilai 1,012 – 1,047.
3.2.1.2. Kejenuhan Oksigen
Konsentrasi jenuh oksigen dalam air tergantung pada derajat salinitas air, suhu, dan tekanan
parsial oksigen yang berkontak dengan air. Eckenfelder dan O’Connor dalam Benefield dan Randal
(1982) menyarankan bahwa konsentrasi jenuh dapat ditentukan dari persamaan:
T
S
Cs
533
652475
760
,
, (3.15)
5. 5
dimana:
(Cs)760 = nilai kejenuhan oksigen pada tekanan udara 760 mm Hg, mg/l
S = konsentrasi padatan terlarut dalam air, gram/l
T = suhu, C
Nilai konsentrasi jenuh oksigen pada persamaan (3.15) dapat dikoreksi untuk tekanan udara
barometrik dengan pernyataan:
p
pP
CC ss
760760
(3.16)
P menyatakan tekanan barometrik dalam mm Hg dan p menyatakan tekanan jenuh uap air pada
suhu air yang diaerasi. Tekanan jenuh uap air pada berbagai suhu disampaikan pada tabel 3.1.
Tabel 3.1 Tekanan Uap Air yang Berkontak dengan Udara
Suhu C Tekanan uap (mm Hg)
0
5
10
15
20
25
30
4,5
6,5
9,2
12,8
17,5
23,8
31,8
Sumber: Benefield L.D & Randall (1982)
Konsentrasi jenuh oksigen terlarut pada tekanan 1 atm dan kandungan klorida = 0 mg/l yang
dipaparkan pada udara dengan kandungan oksigen 21 % tergantung pada suhu air (Tabel 3.2).
Tabel 3.2 Pengaruh Suhu terhadap Konsentrasi Jenuh Oksigen Terlarut pada Tekanan 1 atm
Suhu Air (C Cs (mg/l)
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
22
24
26
28
30
14.62
13.84
13.13
12.48
11.87
11.33
10.83
10.37
9.95
9.54
9.17
8.83
8.53
8.22
7.92
7.63
Sumber: Benefield & Randall (1982
6. 6
3.2.1.3. Karakteristik Air
Dalam praktek ada perbedaan nilai KLa untuk air bersih dengan KLa air limbah yang mengandung
materi tersuspensi, surfactant (detergen) dalam larutan dan perbedan temperatur. Faktor-faktor
ini juga mempengaruhi nilai Cs. Pengaruh faktor ini, dikoreksi dengan menggunakan koefisien
empirik () untuk pengaruh padatan tersuspensi dan surfactant dan () untuk pengaruh perbedaan
temperatur.
)(
)(
bersihair
limbahair
La
La
K
K
(3.17)
)(
)(
bersihair
limbahair
s
s
C
C
(3.18)
Nilai tipikal untuk surface aerator berkisar 0,8 – 1,2 dan nilai berkisar 0,9 – 1.
3.2.1.4. Derajat Turbulensi
Derajat turbulensi dalam tangki aerasi akan mempengaruhi nilai sebagai berikut:
1. Turbulensi akan menurunkan derajat tahanan liquid – film
2. Turbulensi akan meningkatkan laju perpindahan masa oksigen karena terjadi percepatan laju
pergantian permukaan bidang kontak, yang berakibat pada defisit oksigen (driving-force, C)
tetap terjaga konstan.
3. Turbulensi secara langsung akan meningkatkan nilai koefisien perpindahan oksigen (KLa).
Contoh Soal 3.1:
Percobaan aerasi dengan menggunakan surface aerator dalam tangki uji berbentuk silinder
dengan volume 600 m3
dengan kondisi suhu air 15C dan tekanan atmosfer 750 mm Hg. Data
yang diperoleh adalah:
Waktu (menit) C (mg O2/l)
0
10
20
30
40
50
60
0
2,6
4,8
6
7,1
7,9
8,5
Tentukanlah Nilai KLa (1/jam).
Penyelesaian:
Pada suhu 15C dan tekanan 750 mm Hg nilai Cs = 10,2 mg/l, karena dipergunakan surface
aerator, maka diperlukan koreksi nilai Cs untuk penentuan KLa. Pada suhu ini tekanan uap air Pv
= 12,788 mm Hg sehingga:
mg/lt110
78812760
78812750
210
750
760 ,
,
,
,
x
pP
p
CsCs
7. 7
Contoh Soal 3.2:
Surface aerator pada Contoh Soal 3.1 digunakan pada tangki aerasi dengan volume 500 m3
dan
suhu air 20C. Hitunglah (a) nilai KLa, (b) jumlah oksigen yang ditransfer per jam pada kondisi
standar.
Penyelesaian:
(a) (KLa)15C = 1,85 /jam
(KLa) 20C = (KLa)T x 20-T
=(1,85) x (1,024)20-15
= 2,083 /jam
(b) Jumlah Oksigen yang diperlukan:
kg O2/ jam = (KLa) 20C x Cs x V
pada suhu 20C konsentrasi jenuh Cs = 9,17 mg O2/l = 9,17. 10-6
kg O2/l
kg O2/ jam = 2,083/jam x 9,17 x 10-6
kg O2/l x 500.000 liter
= 9,55 kg O2/jam
= 24 lb O2/ jam
Data percobaan diolah sebagai berikut:
Waktu (menit) C (mg O2/l) Cs - C
0
10
20
30
40
50
60
0
2,6
4,8
6
7,1
7,9
8,5
10,1
7,5
5,3
4,1
3,0
2,2
1,6
Selanjutnya dibuat grafik hubungan antara ln (Cs – C) Vs t, diperoleh kemiringan garis (slope) =
KLa = 1,85/jam.
0
0,5
1
1,5
2
2,5
0 20 40 60 80
Ln(Cs-C)
Waktu (menit)
8. 8
3.2.2. Stripping
"Stripping" merupakan salah satu dari transfer gas yang lebih dikhususkan pada transfer
gas dari fase cair ke fase gas. Fungsi utama stripping dalam pengolahan air adalah untuk
menyisihkan kandungan gas terlarut yang tidak diinginkan, seperti ammonia, karbondioksida,
hidrogen sulfida, organik volatile, dan sebagainya.
Jenis peralatan stripping untuk penyisihan ammonia umumnya adalah menara dengan
sistem counter-current antara udara (upflow) dan air (downflow). Menara dilengkapi dengan kipas
angin, rak untuk mendistribusikan air, lubang untuk pengeluaran gas, dan sebagainya. Gambar 3.2
menunjukkan skema ammonia stripping.
Dasar perancangan ammonia stripping menggunakan persamaan Henry's sebagai berikut:
pA = m X (3.19)
dalam hal ini:
pA = tekanan parsial ammonia di campuran udara, mmHg (lihat Tabel 3.3)
m = konstanta
X = kadar ammonia di larutan pada kesetimbangan, ratio mol atau massa
Gambar 3.2 Skema ammonia stripping
Tabel 3.3 Tekanan Parsial Ammonia
Suhu, o
C Tekanan parsial ammonia, pA
(mmHg)
X
(gr NH3/106
gr air)
0
10
20
25
30
40
50
0,0112
0,0189
0,0300
0,0370
0,0479
0,0770
0,1110
50
50
50
50
50
50
50
Sumber: Qasim et al. (2000)
H
G
Y2
L
X2
L
X1
G
Y1
Keterangan:
H = tinggi tower
L = debit air
G = debit udara
X1, X2 = kadar ammonia di air
(sebaga ratio massa)
Y1, Y2 = kadar ammonia di udara
(sebaga ratio massa)
9. 9
Kadar ammonia setimbang dalam campuran udara dinyatakan sebagai ratio massa atau
berat, dihubungkan dengan tekanan parsial sebagai berikut:
udara
A
t M
M
P
pA
Y* (3.20)
dalam hal ini:
Y* = ratio massa atau berat ammonia
Pt = tekanan total atmosfer, mmHg
pA = tekanan parsial ammonia, mmHg
MA = merat molekul ammonia, 17 gr/gr mol
Mudara = berat molekul udara, 29 gr/gr mol
Dalam ammonia stripping, perlu diketahui persen ammonia di larutan yaitu dalam bentuk
gas ammonia. Gas ammonia dalam kesetimbangan dengan ion ammonium diberikan dalam
persamaan reaksi:
NH3 + H2O NH4
+
+ OH-
(3.21)
Pada saat pH meningkat, kesetimbangan akan bergerak ke kiri. Persen ammonia dalam
bentuk gas pada suhu 25o
C adalah (Metcalf dan Eddy dalam Reynolds, 1996):
][
H93
10x1,751
100
(persen)NH (3.22)
dalam hal ini, H+
= kadar ion hidrogen. Pada suhu 25o
C dan pH 10,8, 97,3% ammonia akan berada
dalam bentuk molekul gas ammonia terlarut di air. Ketika tekanan parsial ammonia di udara
adalah nol, ammonia stripping akan terjadi pada pH netral, tetapi efisiensinya sangat rendah
karena kebanyakan ammonia berada dalam bentuk ion ammonium, Meningkatnya pH sampai
sekitar 10,8 menyebabkan ammonia berubah dalam bentuk molekul gas ammonia, sehingga
stripping akan berlangsung dengan efisiensi yang tinggi.
Penentuan kebutuhan udara untuk ammonia stripping berdasarkan Gambar 3.2 dapat
dihitung dengan material balance berikut:
LX2 + GY1 = LX1 + GY2 (3.23)
atau
L(X2 - X1) = G(Y2 - Y1) (3.24)
Bila kadar ammonia di udara influen adalah nol (Y1 = 0) dan kadar ammonia di air efluen diabaikan
(X1 ~ 0), maka persamaan (3.24) disederhanakan menjadi:
2
2
X
Y
G
L
(3.25)
L/G adalah ratio massa air - udara. Pada umumnya debit udara disain diperoleh dari debit udara
teoritis dilkalikan faktor disain sebesar 1,50 hingga 1,75.
10. 10
3.3. Operasi dan Peralatan Aerasi
Peralatan untuk perpindahan massa dari fase gas ke fase cair atau sebaliknya dapat
dibedakan dalam beberapa jenis sesuai dengan sifat operasinya, yaitu:
(1) Gravitasi / jatuhan
(2) Semprotan
(3) Diffuser
(4) Mekanik
Perbandingan untuk pelaksanaan berbagai macam bentuk aerasi disajikan pada Tabel 3.4.
Tabel 3.4 Disain dan Karakteristik Operasi Aerator
Aerator Penyisihan Spesifikasi
Aerator Gravitasi:
Cascade 20-45% CO2 Tinggi: 1,0-3,0 m
Luas: 85-105 m2
/m2
.det
Kecepatan aliran 0,3 m/det
Packing Tower >95% VOC
>90% CO2
Diameter kolom maksimum 3 m
Beban hidrolik: 2000 m3
/m2
.hari
Tray >90% CO2 Kecepatan: 0,8-1,5 m3
/m2
/menit
Kebutuhan udara 7,5 m3
/m3
air
Jarak rak (tray): 30-75 cm
Luas: 50-160m2
/m3
det
Spray 70-90% CO2
25-40 H2S
Tinggi: 1,2-9 m
Diameter nozzle: 2,5-4,0 cm
Jarak Nozzle: 0,6-3,6 m
Debit nozzle:5-10 L/det
Luas bak: 105-320 m2
/m3
det
Tekanan semprot: 70 kPa
Aerator terdifusi 80% VOC Waktu detensi: 10-30 menit
Udara:0,7-1,1 m3
/m3
air
Tangki: kedalaman 2,7-4,5 m, lebar 3-9 m
Lebar / kedalaman < 2
Volume maksimum =150 m3
Diameter lubang diffuser: 2-5 mm diameter
Aerator Mekanik 50-80% CO2 Waktu detensi: 10-30 menit
Kedalaman tangki: 2-4 m
Sumber: Qasim et al. (2000)
Aerator gravitasi meliputi pelimpah, terjunan air, cascade, aliran di atas bidang miring, menara
(tray atau packed). Kontak antara air dan udara terjadi ketika air dijatuhkan dari ketinggian
tertentu.
Aerasi metoda jatuhan dapat dilakukan dengan berbagai jenis operasi antara lain (lihat
Gambar 3.3):
11. 11
1. Aerasi jatuhan bertingkat (Cascade Aeration)
2. Aerasi aliran dalam talang dengan pelimpah
3. Kombinasi jatuhan dan pengudaraan dengan aliran berlawanan.
4. Tray aeration
Gambar 3.3 Beberapa tipe aerator garvitasi
(i) cascade, (ii) packed tower counter-current, (iii) tray aerator
Operasi aerasi dengan sistem ini, dilakukan dengan memompa air pada ketinggian
tertentu kemudian dilepaskan pada titik pancaran pada bagian paling atas dari alat. Suhu udara
dan kecepatan angin sangat berpengaruh pada laju aerasi. Waktu kontak ditentukan oleh tinggi
jatuhan dan kapasitas aliran air yang direncanakan.
Rumus umum efisiensi aerasi dengan metoda jatuhan bertingkat adalah:
CoCs
CoCe
K
(3.26)
12. 12
dimana:
K = koefisien efisiensi
Cs = konsentrasi jenuh oksigen terlarut pada suhu operasi., mg/l
Ce= konsentrasi oksigen setelah aerasi,mg/l
Co = konsentrasi oksigen pada saat awal, mg/l.
Pengaruh faktor suhu dan tinggi jatuhan pada efisiensi aerasi untuk berbagai jenis air
dirumuskan secara empiris sebagai berikut:
1. Air tanah tak terpolusi: K = 0,45 (1 + 0,026. T). H (3.27)
2. Air tercemar: K = 0,36 (1+0,046.T). H (3.28)
3. Air limbah domestik: K = 0,29 (1+0,046.T).H (3.29)
dimana: T = suhu air ,
h = tinggi jatuhan, m
Waktu kontak antara air dan udara untuk gravity aerator jatuh bebas:
g
h
t
2
(3.30)
t adalah waktu kontak, h adalah tinggi jatuhan, dan g adalah percepatan gravitasi.
Aerasi dengan weir berganda, secara empiris dirumuskan:
n
n
K
xCoCsCsCn
1 (3.31)
Dalam formulasi ini, n adalah jumlah weir atau cascade untuk jatuhan.
Aerator semprot menyemprotkan butiran air ke udara melalui lubang atau nozzle, baik yang
bergerak maupun diam. Bentuk aerator semprot dapat dilihat pada Gambar 3.4. Berikut adalah
persamaan yang digunakan dalam perhitungan aerator semprot (spray aerator):
Q = nq = nCda 2𝑔ℎ
dengan: Q = debit total, m3
/detik
Cd = koefisien lubang
n = jumlah lubang
q = debit tiap lubang, m3
/detik
a = luas penampang lubang, m2
h = head pada lubang, m
Nilai Cd tergantung pada bentuk lubang. Pada tipe sharp edged, nilai Cd = 0,6, rounded Cd = 0,8,
dan streamline Cd = 0,85 hingga 0,92.
13. 13
Gambar 3.4 Spray aerator
Aerator udara terdifusi melakukan transfer oksigen dari udara bertekanan yang diinjeksikan ke
dalam air. Injeksi udara berlangsung dalam bak besar melalui difuser berpori berbentuk plat atau
tabung. Udara yang keluar dari difuser biasa berbentuk gelembung udara yang akan menyebabkan
peningkatan turbulensi air. Gelembung yang dihasilkan oleh difuser diklasifikasikan menjadi fine
dan coarse bubble. Efisiensi yang dapat dicapai dengan fine bubble aerator adalah 8 - 12%,
sementara untuk coarse bubble aerator adalah 4 - 8%. Periode aerasi berkisar 10 – 30 menit,
suplai udara 0,1 – 1 m3
/menit per m3
volume tangki.
Laju perpindahan oksigen untuk aerasi dengan injeksi udara (diffused aeration) diformulasikan
(Eckenfelder dan Ford dalam Reynolds,1996):
)(,
,*)( 206701
021
T
Lsm
n
a CCDCGN (3.32)
C dan n = konstanta
Ga = debit udara pada 20o
C dan 1 atm, m3
/menit
D = kedalaman difuser, m
Csm = konsentrasi gas jenuh pada setengah kedalaman bak, mg/l
= KLa (air)/KLa (air bersih)
Karena kelarutan oksigen bervariasi terhadap tekanan, konsentrasi jenuh oksigen, Csm ditentukan
pada setengah kedalaman tangki aerasi yang dapat didekati dengan rumus:
42203
er
sm
OP
CC (3.33)
Cs = konsentrasi gas jenuh, mg/l
Pr = tekanan absolut pada kedalaman pelepasan udara, kPa
Oe = % gas dalam aliran udara yang dikeluarkan
Kebutuhan energi untuk suatu kompressor udara dapat dihitung dengan persamaan:
1
1
21
n
p
p
EnC
FRT
P
..
(3.34)
14. 14
dimana:
P = daya, kW
F = massa aliran udara, kg/det
= Ga (m3
/det) x densitas udara (kg/m3
)
R = konstanta gas = 0,288
T1 = suhu absolut udara masuk, K
p1 = tekanan absolut udara masuk, kPa
p2 = tekanan absolut udara keluar, kPa
n = 0,283 untuk udara
E = efisiensi kompressor biasanya berkisar antara 70 – 80 %.
C = 1,0
Aerator mekanik menggunakan alat pengaduk yang digerakkan motor. Ada beberapa tipe alat
pengaduk, yaitu paddle tenggelam, paddle permukaan, propeller, turbine, dan aerator draft-
tube.
Formulasi laju perpindahan oksigen untuk aerasi mekanik adalah:
)(
,.
,
20
021
179
TLs
o
CC
NN (3.35)
dimana:
N = laju perpindahan oksigen pada kondisi operasi, lb/jam
No = Perpindahan oksigen dalam aerator, lb/jam.
Klasifikasi aerator mekanik meliputi:
high-speed axial-flow pump
- sering digunakan untuk aerated lagoon
- daya motor: 1 - 150 hp (0,75 - 112 kW)
- kecepatan putaran: 900 - 1800 rpm
- kedalaman air: 0,9 - 5,5 m
- kecepatan transfer oksigen: 1,22 - 2,37 kg/kW.jam
slow speed vertical turbine
- digunakan untuk activated sludge, aerobic digestion, aerated lagoon
- daya motor: 3 - 150 hp (2,2 - 112 kW)
- diameter turbine: 0,9 - 3,7 m
- speed: 30 - 60 rpm
- kedalaman air: 0,9 - 9,1 m
- kecepatan transfer oksigen: 1,22 - 2,37 kg/kW.jam
submerged slow-speed vertical turbine
- ditempatkan pada 0,46 m di atas dasar bak
15. 15
- diameter turbine: 0,1 - 0,2 kali lebar bak
- kecepatan transfer oksigen: 1,22 - 1,83 kg/kW.jam
- diperlukan sumber udara bertekanan
rotating brush aerator
- digunakan untuk oxidation ditch
- tersusun atas poros horisontal yang panjang dengan bristle yang tercelup air sebagian
- kecepatan transfer oksigen: 1,83 - 2,13 kg/kW.jam
Contoh Soal 3.3:
Suatu diffuser udara digunakan untuk aerasi proses lumpur aktif. Diffuser diletakkan pada
kedalaman 4 m di bawah permukaan air. Kehilangan gesekan di sistem perpipaan
diestimasikan sebesar 13 kPa. Perancangan didasarkan pada tekanan barometrik rata-rata
sebesar 740 mm Hg dan suhu operasi 25 C. Spesifikasi dari pabrik menunjukkan bahwa setiap
difuser mampu mentransfer 0,8 kg O2/jam, jika dioperasikan pada debit udara udara 0,3
m3
/menit. Estimasikan massa O2/jam yang ditransfer per unit difuser pada kondisi aktual.
Asumsikan bahwa 7 % oksigen yang ada dalam gelembung udara terserap dalam air. Pada
kondisi tunak konsentrasi oksigen terlarut sebesar 2,5 mg/lt.
Penyelesaian:
1. Dihitung nilai Cs untuk air kran pada suhu 25C & P = 740 mm Hg .
pada tekanan 760 mm Hg nilai Cs = 8,4 mg/lt dan pu = 23,8 mm Hg
Sehingga ltmgCs /,
,
,
, 178
823760
823740
48
2. Hitung nilai Csm pada titik tengah dengan Pers (3.33)
42203
er
sm
OP
CC
1 atm = 10,34 m air = 101,37 kPa
Pr = Patm + (H/10,34) x 101,37 + (kehilangan energi gesekan)
Pr = [(740/760) x101,35]+[(4/10,34) x 101,37]+13 = 150,9 kPa
Oe = 21 % (1-x) = 21 % (1-0,07) = 19,5 %
Jadi Csm = 8,17 [(150,9/203) + (19,5/42)] = 9,87 mg/lt.
3. Massa oksigen yang ditransfer dihitung dengan Pers (7.26):
)(,
,*)( 206701
021
T
Lsm
n
a CCDCGN , dengan asumsi konstanta C dan n masing-masing
0,04233 dan 0,1 dan = 0,75, maka:
75002152879430042330 202567090
,*,*),,(*,*, )(,,
N = 0,221 kg O2/jam
16. 16
3.4. Soal-soal
1. Tentukan nilai KLa dari data oksigen terlarut yang diberikan pada tabel berikut:
Waktu (menit) C (mg O2/l)
0
1
2
3
4
5
6
8
10
12
15
20
25
30
0
2,2
3,85
5,05
6,00
6,65
7,10
7,85
8,25
8,55
8,60
8,70
8,75
8,75
Temperatur air adalah 26o
C
2. Suatu studi “unsteady-state aeration” dilakukan dengan menggunakan bak aerasi memakai
sistem diffusi udara. Karakteristik sistem adalah sebagai berikut:
Dimensi tanki: 15 m x 7,5 m x 4,5 m (p x l x h)
Flow rate udara per diffuser: 3,5 m3
/menit (pada 760 mm Hg dan 0°C).
Percobaan pertama, tanki aerasi diisi penuh dengan air kran suhu air 25°C. Tekanan atmosfer
765 mm Hg. Air kran dideoksigenasi dengan menginjeksikan dengan gas nitrogen setelah kadar
oksigen mencapai nol aerasi dimulai. Selama aerasi tangki ditutup rapat dan udara yang
keluar dianalisis. Data yang diperoleh adalah sebagai berikut:
Waktu (menit) DO (mg/l ) Parameter Volume (%)
0 0,0 CO2 2,3
5 2,4 O2 16,9
10 4,4 N2 80,8
15 5,9
20 7,2
25 8,2
Percobaan kedua sama seperti percobaan pertama hanya air krannya diganti dengan air
limbah yang bersuhu 35°C dan tekanan atmosfer = 770 mm Hg. Data yang diperoleh adalah
sebagai berikut:
Waktu (menit) DO (mg/l ) Parameter Volume (%)
0 0,0 CO2 2,7
5 1,5 O2 18,8
10 2,8 N2 78,5
15 4,1
20 5,2
25 6,1
Penurunan tekanan akibat gesekan yang terjadi dalam sistem perpipaan = 1 psi dan nilai ß =
0,9 dan konsentrasi biomass pada air limbah diabaikan.
17. 17
Hitunglah:
a. Konsentrasi jenuh oksigen pada air kran pada “mid-depth” (T=25°C dan P = 765 mm Hg).
b. Konsentrasi jenuh oksigen pada air limbah pada “mid-depth” (T=30°C dan P = 770 mm
Hg).
c. KLa air kran (1/jam) pada suhu 25°C dan 20°C
d. KLa air limbah (1/jam) pada suhu 35°C dan 20°C
e. Koefisien α pada 20°C
f. Lb O2/Jam yang ditransfer ke air limbah pada 35°C untuk aerasi steady state dengan
konsentrasi DO rata - rata = 2 mg O2/L.
3.5. Bahan Bacaan
1. Bennefield, Larry D; Randall, Clifford W. Biological Process Design for Wastewater
Treatment, Prentice-Hall, Inc, Englewwod Cliffs, NJ 07632, 1982.
2. Casey. T.J., Unit Treatment Processes in Water and Wastewater Engineering, John
Wiley & Sons, Singapore, 1997.
3. Droste, Ronald L., Theory and Practice of Water and Wastewater Treatment, John Wiley
& Sons, New York, 1997
4. Qasim, Syed R, Edward M. Motley, dan Guang Zhu, Water Works Engineering: Planning,
Design dan Operation, Prentice Hall PTR, Upper Saddle River, NJ 07458, 2000.
5. Ramalho, R.S., Introduction to Wastewater Treatment Processes, Second Edition,
Academic Press Inc.111 Fith Avenue, New York 10003, 1983.
6. Reynolds, Tom D, Unit Operations and Processes in Environmental Engineering,
Brooks/Cole Engineering Divisions, Moenterey, California, 1996.
7. Sundstrom, Donald. W., Wastewater Treatment, Prentice-Hall, Inc, Englewood Cliffs, NJ
07632, 1979.