1. Dokumen tersebut membahas tentang konsep penyakit tetanus, termasuk pengertian, etiologi, patofisiologi, gejala, komplikasi, diagnosis, dan penatalaksanaan penyakit tetanus.
2. Tetanus adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh toksin Clostridium tetani, dengan gejala kejang otot dan kaku. Penyakit ini biasanya disebabkan oleh luka dalam yang terkontaminasi.
3. Diagnosis tetanus
1. Asuhan keperawatan pada pasien tetanus meliputi pencegahan kejang dan trauma, pemeliharaan fungsi pernafasan yang efektif, serta peningkatan pengetahuan pasien tentang kondisi dan penatalaksanaannya.
Dokumen tersebut membahas konsep penyakit tetanus, meliputi definisi, etiologi, patofisiologi, gejala klinis, komplikasi, diagnosis, dan penatalaksanaan penyakit tetanus. Penyakit ini disebabkan oleh toksin dari Clostridium tetani dan bermanifestasi dengan kejang otot. Diagnosis didasarkan pada riwayat luka dan gejala klinis kejang, sedangkan penatalaksanaannya meliputi pemberian antibiotik, relaksan otot, dan
1. Dokumen tersebut membahas tentang konsep penyakit tetanus, termasuk pengertian, etiologi, patofisiologi, gejala, komplikasi, diagnosis, dan penatalaksanaan penyakit tetanus.
2. Tetanus adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh toksin Clostridium tetani, dengan gejala kejang otot dan kaku. Penyakit ini biasanya disebabkan oleh luka dalam yang terkontaminasi.
3. Diagnosis tetanus
1. Asuhan keperawatan pada pasien tetanus meliputi pencegahan kejang dan trauma, pemeliharaan fungsi pernafasan yang efektif, serta peningkatan pengetahuan pasien tentang kondisi dan penatalaksanaannya.
Dokumen tersebut membahas konsep penyakit tetanus, meliputi definisi, etiologi, patofisiologi, gejala klinis, komplikasi, diagnosis, dan penatalaksanaan penyakit tetanus. Penyakit ini disebabkan oleh toksin dari Clostridium tetani dan bermanifestasi dengan kejang otot. Diagnosis didasarkan pada riwayat luka dan gejala klinis kejang, sedangkan penatalaksanaannya meliputi pemberian antibiotik, relaksan otot, dan
Laporan kasus wanita usia 30 tahun yang mengalami gawat janin dan ileus obstruktif, dilakukan persalinan melalui sectio caesarea dan operasi untuk membebaskan target band usus. Pasien diberi perawatan selama 6 hari dan pulih.
[Ringkasan]
Dokumen tersebut membahas tentang tetanus pada anak, mencakup pengertian, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, penatalaksanaan medik, dan konsep asuhan keperawatan. Secara ringkas, dokumen menjelaskan bahwa tetanus adalah penyakit yang ditandai dengan kekakuan otot akibat toksin Clostridium tetani, yang dapat ditangani dengan debridement luka, antibiotik, dan antikonvulsan serta per
1. Tetanus adalah penyakit yang disebabkan oleh toksin Clostridium tetani yang memunculkan gejala kekakuan otot. Penyakit ini disebabkan oleh masuknya spora Clostridium tetani lewat luka dan berubah menjadi bentuk vegetatif yang menghasilkan toksin.
Dokumen tersebut membahas tentang tetanus dan gangren gas. Tetanus disebabkan oleh toksin Clostridium tetani yang memasuki tubuh melalui luka dan menyebabkan kekakuan otot. Gangren gas disebabkan oleh Clostridium perfringens yang memasuki luka dan memproduksi toksin nekrotik serta gas yang menyebabkan nekrosis jaringan luas. Kedua kondisi membutuhkan debridemen luka, antitoksin, dan antibiotik seperti penisilin.
Pasien wanita berusia 70 tahun dirawat dengan keluhan sulit membuka mulut, kaku leher, dan kejang sejak menderita luka tusuk di tangan. Berdasarkan pemeriksaan fisik dan kriteria Patel Joag didiagnosis menderita tetanus umum grade IV disertai gangguan sistem otonom.
Dokumen tersebut membahas diagnosis dan penatalaksanaan difteri pada anak. Secara ringkas, difteri disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphtheriae yang menghasilkan toksin yang menyebabkan gejala klinis dan komplikasi. Diagnosis didasarkan pada gejala klinis dan isolasi bakteri, sementara penatalaksananya meliputi pemberian antitoksin, antimikrobial, dan isolasi pasien beserta kontak eratnya.
Skenario menggambarkan pasien laki-laki berusia 41 tahun yang mengalami demam tinggi yang berlangsung selama 5 hari beserta gejala seperti menggigil, kuningnya kulit dan mata, perubahan warna urine, sakit tubuh, dan muntah darah. Gejala-gejala tersebut mengarah pada kemungkinan diagnosis malaria, leptospirosis, atau demam kuning.
Laporan kasus wanita usia 30 tahun yang mengalami gawat janin dan ileus obstruktif, dilakukan persalinan melalui sectio caesarea dan operasi untuk membebaskan target band usus. Pasien diberi perawatan selama 6 hari dan pulih.
[Ringkasan]
Dokumen tersebut membahas tentang tetanus pada anak, mencakup pengertian, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, penatalaksanaan medik, dan konsep asuhan keperawatan. Secara ringkas, dokumen menjelaskan bahwa tetanus adalah penyakit yang ditandai dengan kekakuan otot akibat toksin Clostridium tetani, yang dapat ditangani dengan debridement luka, antibiotik, dan antikonvulsan serta per
1. Tetanus adalah penyakit yang disebabkan oleh toksin Clostridium tetani yang memunculkan gejala kekakuan otot. Penyakit ini disebabkan oleh masuknya spora Clostridium tetani lewat luka dan berubah menjadi bentuk vegetatif yang menghasilkan toksin.
Dokumen tersebut membahas tentang tetanus dan gangren gas. Tetanus disebabkan oleh toksin Clostridium tetani yang memasuki tubuh melalui luka dan menyebabkan kekakuan otot. Gangren gas disebabkan oleh Clostridium perfringens yang memasuki luka dan memproduksi toksin nekrotik serta gas yang menyebabkan nekrosis jaringan luas. Kedua kondisi membutuhkan debridemen luka, antitoksin, dan antibiotik seperti penisilin.
Pasien wanita berusia 70 tahun dirawat dengan keluhan sulit membuka mulut, kaku leher, dan kejang sejak menderita luka tusuk di tangan. Berdasarkan pemeriksaan fisik dan kriteria Patel Joag didiagnosis menderita tetanus umum grade IV disertai gangguan sistem otonom.
Dokumen tersebut membahas diagnosis dan penatalaksanaan difteri pada anak. Secara ringkas, difteri disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphtheriae yang menghasilkan toksin yang menyebabkan gejala klinis dan komplikasi. Diagnosis didasarkan pada gejala klinis dan isolasi bakteri, sementara penatalaksananya meliputi pemberian antitoksin, antimikrobial, dan isolasi pasien beserta kontak eratnya.
Skenario menggambarkan pasien laki-laki berusia 41 tahun yang mengalami demam tinggi yang berlangsung selama 5 hari beserta gejala seperti menggigil, kuningnya kulit dan mata, perubahan warna urine, sakit tubuh, dan muntah darah. Gejala-gejala tersebut mengarah pada kemungkinan diagnosis malaria, leptospirosis, atau demam kuning.
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfNur afiyah
Pembelajaran landasan pendidikan yang membahas tentang profesionalisasi pendidikan. Semoga dengan adanya materi ini dapat memudahkan kita untuk memahami dengan baik serta menambah pengetahuan kita tentang profesionalisasi pendidikan.
2. IDENTITAS PASIEN
• Nama : Tn. B
• Umur : 58 tahun
• Pekerjaan : Petani
• Agama : Islam
• Rekam medik : 116550
• Tgl. Masuk : 14-11-2013
3. ANAMNESIS & PEMERIKSAAN FISIS
• Pasien masuk UGD dengan keluhan utama nyeri
tulang belakang yang dialami sejak 1 hari yang
lalu. Pasien juga mengeluhkan nyeri ulu hati.
Mual (-), muntah (-), nyeri menelan (+). BAB
biasa. Ada riwayat terkena parang pada jari kaki
kiri 10 hari yang lalu.
• Pada pemeriksaan fisis ditemukan luka pada jari
kaki kiri (+), hipertoni (+), trismus (+), perut
papan (+), epistotonus (+), kejang (-), suhu 36,8
C
9. Definisi
• Penyakit tetanus adalah penyakit infeksi yang
diakibatkan toksin kuman Clostridium tetani,
bermanifestasi dengan kejang otot secara
proksimal dan diikuti kekakuan otot seluruh
badan
10. Etologi
• Clostridium tetani
• Bentuk batang, ramping, berukuran 2-5 x 0,4-0,5 mm
• spora hidup diluar tubuh manusia, di tanah dan
mengeluarkan toksin bila dalam kondisi baik.
• gram positif anaerob.
• Kuman mengeluarkan toksin yang bersifat neurotoksik.
Toksin ini (tetanospasmin) kejang otot dan saraf
perifer setempat.
• Toksin ini labil pada pemanasan,
• pada suhu 65 C akan hancur dalam lima menit.
11. Gejala klinis
• Masa tunas 5 – 14 hari,
Dalam waktu 48 jam penyakit ini menjadi nyata dengan
1.Trismus
2.Kaku kuduk sampai epistotonus
3.Ketegangan otot dinding perut
4.Kejang tonik
5.Risus sardonikus (grinning on face)
6.Kesukaran menelan, gelisah, nyeri anggota badan
7.Spasme
8.Asfiksia dan sianosis , Retensi urine
9.Panas biasanya tidak tinggi dan terdapat pada stadium akhir.
10.Biasanya terdapat leukositosis ringan dan kadang-kadang
peninggian tekanan cairan otak.
13. Diagnosis
• Biasanya tidak sukar.
• Anamnesis terdapat luka dan ketegangan otot
yang khas terutama pada rahang sangat
membantu.
14. Diagnosis banding
1. Spasme yang disebabkan oleh striknin (racun semacam
pestisida) jarang spasme otot rahang tetapi didiagnosis
dengan pemeriksaan darah (kalsium dan fosfat).
2. Kejang pada meningitis dapat dibedakan kelainan cairan
serebropinalis.
3. Pada rabies anamnesis gigitan anjing dan kucing disertai
gejala spasme laring dan faring yang terus menerus dengan
pleiositosis tetapi tanpa trismus.
4. Trismus dapat pula terjadi pada abses retrofaringeal, abses
gigi yang hebat, pembesaran getah bening leher.
15. Komplikasi
1.Spasme otot faring terkumpulnya air
liur (saliva) di dalam rongga mulut
aspirasi sehingga dapat terjadi pneumonia
aspirasi.
2.Asfiksia
3.Atelektaksis karena obstruksi sekret
4.Fraktur kompresi
16. Prognosis
• Dipengaruhi oleh beberapa faktor dan akan
buruk pada masa tunas yang pendek (kurang
dari 7 hari),
• usia yang sangat mudah (neonatus)
• usia lanjut,
• kejang yang tinggi,
• kenaikan suhu tubuh yang tinggi,
• pengobatan yang terlambat,
• period of onsed yang pendek (jarak antara
trismus dan timbulnya kejang)
• kompikasi spasme otot pernafasan dan
obstruksi saluran pernafasan.
17. Penatalaksanaan
a.Secara Umum
~ Merawat dan membersihkan luka sebaik-baiknya.
~ Diet TKTP pemberian tergantung kemampuan menelan,
bila trismus, makanan diberi dengan sonde parenteral.
~ Isolasi pada ruang yang tenang bebas dari rangsangan
luar.
~ Oksigen, pernafasan buatan dan trakeotomi bila perlu.
~ Mengatur cairan dan elektrolit.
18. Penatalaksanaan
• b.Obat-obatan
• 1.Antitoksin
Immunoglobulin tetanus. Dosis terapi:
Dewasa: 3000-6000 IU hari pertama, diteruskan dengan dosis
3000 IU/hari.
Anak: 500-3000 IU
• 2.Anti kejang/Antikonvulsan
~ Fenobarbital (luminal)
~ Klorpromasin
~ Diazepam
20. Pencegahan
1.Imunisasi aktif toksoid tetanus, yang diberikan pada
usia 2,4 dan 6 bulan.
Booster diberikan 1 tahun kemudian selanjutnya pada
umur 5-6 tahun.
Booster selanjutnya dianjurkan setiap 10 tahun.
2.Bila mendapat luka :
~ Perawatan luka yang baik : luka tusuk harus di
eksplorasi dan dicuci dengan H2O2.
~ Pemberian ATS 1500 IU secepatnya.
~ Tetanus toksoid sebagai booster bagi yang telah
mendapat imunisasi dasar.
~ Bila luka berat berikan pp selama 2-3 hari (50.000 iu/kg
BB/hari).