2. PERSIAPAN LAHAN DAN
PENANAMAN SAWIT
Kegiatan terdiri atas :
1. Mengukur,
2. Pembukaan areal,
3. Pemberantasan alang-alang,
4. Penanaman penutup tanah,
5. Pengajiran,
6. Pembuatan petakan,
7. Pembuatan lubang tanam.
Bersamaan dengan kegiatan tersebut, biasanya
dilakukan pembuatan jalan dan sarana penunjang
lainnya.
3. A. Merintis dan mengukur
Kegiatan survei di lapangan untuk mengetahui :
• bentuk areal, batas-batas areal, topografi
tanah, jenis vegetasi dan keadaan lapangan
lainnya----------- sebagai pedoman perencanaan
kegiatan selanjutnya dalam bentuk peta yang
lebih terinci daripada peta dasarnya.
4. b. Pembukaan areal
• Kegiatan pertama pembukaan areal adalah
tebas-babat semak belukar dan pepohonan yang
berdiameter < 5 cm, bertujuan membersihkan areal
sehingga tahap kegiatan selanjutnya dapat dilakukan
dengan lebih mudah.
• Tahap-tahapnya antara lain:
– Penebangan pepohonan dilakukan dengan gergaji
mesin (chain-shaw), gergaji tangan dan kapak.
– Pemotongan batang dan perancahan dahan dan
ranting
– Perumpukan dahan dan ranting yang telah kering.
– Pembakaran, kalau perlu diulang sampai 2 atau 3 kali
(tidak lagi dilakukan setelah metode TANPA Bakar)
– Pembongkaran tunggul pohon jika perlu dan mungkin.
– Metode tanpa bakar : perumpukan dan bongkar
tunggul secara mekanisasi (alat-alat berat dozer dan
excavator).
5.
6. c. Pemberantasan Alang-alang
• Areal yang terbuka merangsang
pertumbuhan alang-alang yang cepat---------
--- Perlu pengendalian alang-alang
sedini mungkin.
• secara kimiawi dengan menggunakan
herbisida
• secara mekanis dengan menggunakan bajak
dan garu.
• Dowpon-M dan Roundup merupakan contoh
herbisida yang sering digunakan. Selang
antar aplikasi masing-masing tiga minggu.
7. d. Penanaman Penutup Tanah
• Untuk mencegah erosi permukaan serta
pertumbuhan alang-alang. Pada keadaan
demikian perlu dilakukan penanaman
tanaman penutup tanah.
• Penanaman penutup tanah (benih dengan
dosis 14 kg/ha):
– 4 kg Pureria javanica (PJ),
– 6 kg Calopogonium mucunoides (CM)
– 4 kg Centrosema pubescent (CP)
8.
9. • Penanaman dilakukan dengan menggunakan
sistem larikan
– dengan mencangkul dangkal sedalam mata garu (5 -
10cm)
– Benih ditabur dalam larikan tersebut, kemudian
ditimbun kembali.
• Pemeliharaan tanaman penutup tanah:
- Pemupukan dan
- Pemurnian tanaman penutup tanah dengan
cara membersihkan dari gulma yang dilakukan
secara manual. Pemurnian dilakukan secara
intensif terutama pada saat tanaman penutup
tanah belum menutup sempurna.
10. e. Pengajiran
• Untuk mendapatkan pertanaman yang
teratur, sebelum penanaman bibit di
lapangan dilakukan pengajiran. Hal ini
berguna dalam menentukan di mana bibit
akan ditanam serta di mana jalan dan
sarana lainnya akan dibuat
• Jarak tanam, jarak antar baris dan
kerapatan tanaman per ha pada Tabel 7.
11.
12. Tabel 7. Kerapatan Tanaman pada Sistem
Tanam Segi Tiga Sama Sisi
sy
Jarak tanam (m) Jarak antar baris
(m)
Kerapatan
tanaman/ha
8.8 x 8.8 x 8.8 7.62 150
9.0 x 9.0 x 9.0 7.79 143
9.2 x 9.2 x9.2 7.97 136
9.5 x 9.5 x 9.5 8.23 128
10.0 x 10.0 x10.0 8.67 116
13. f. Pembuatan Petakan
Pada areal yang merupakan tebing-tebing
yang cukup terjal, untuk mengurangi erosi,
dibuat sistem teras : teras individu dan teras
bersambung.
Teras individu berbentuk tapal kuda dengan
panjang 4 m dan lebar 3 m dengan ujung
berbentuk setengah lingkaran (Gambar 3).
Teras bersambung umunya dibuat dengan
mengikuti garis kontur dengan jarak antar kontur
sekitar 2 m.
Teras individu merupakan petakan di mana bibit
akan ditanam. Petakan dibuat dengan jalan
mencangkul (menggali tanah sebelah atas ajir
dan ditimbunkan ke bagian bawahnya, sehingga
dapat terbentuk tanah yang datar (Gambar 4).
14.
15. G. Pembuatan Lubang Tanam
• Pembuatan Lubang Tanam
Lubang tanam dibuat pada ajir-ajir
Lubang tanam berukuran 60 cm x 60
cm x 60 cm pada segitiga atas 40 cm x
40 cm x 40 cm pada bagian dasarnya
kedalaman 60 cm.
16. Penanaman Bibit
• Seminggu sebelum tanam dilakukan pemutusan
akar-akar bibit yang keluar dari kantung plastik.
• Dasar kantung plastik dan salah satu pinggirnya
ditoreh dengan pisau atau silet.
• Dimasukkan bersama-sama ke dalam lubang
tanam. Setelah berada di lubang tanam, kantung
plastik dilepaskan secara hati-hati dan
dikeluarkan dari lubang tanam.
• Penimbunan secara bertahap, sub soil
kemudian top soil. Tanah di sekitar bibit
dipadatkan dengan cara menginjak-injak dengan
hati-hati. Leher akar diusahakan tepat berada
pada permukaan tanah.
• Pada saat penanaman dilakukan pemupukan
dengan pupuk Rock Phosphate (RP) sebanyak
500 gram/lubang tanam. Setengah bagian
dimasukkan ke dasar lubang dan sisanya
dicampur dengan top soil.
17. Pemeliharaan
• Pemeliharaan meliputi penyiraman, pemupukan,
pengendalian hama dan penyakit, penjarangan
naungan.
# Penyiraman dilakukan dua kali satu hari jika
tidak ada hujan.
# Pemupukan dengan menggunakan urea atau
pupuk majemuk dengan dosis 2 g/liter air.
# Setelah bibit berumur 2,5 – 3 bulan naungan
perlu dihilangkan, agar bibit dapat beradaptasi.
# Demikian pula seleksi di persemaian
pendahuluan
dimulai saat tanaman berumur 2,5 – 3 bulan.
18.
19. Pemeliharaan tanaman
Penyiraman, penyiangan, pemupukan,
pengendalian hama dan penyakit serta seleksi
bibit.
• Penyiraman dilakukan dua kali sehari (pagi dan
sore) jika curah hujan kurang dari 10 mm.
• Penyiangan dilakukan terhadap gulma di dalam
kantong plastik dan di petakan pembibitan. Pada
saat penyiangan sekaligus dilakukan penggemburan
tanah. Rotasi penyiangan dilakukan dua minggu
sekali.
20.
21. PEMUPUKAN
• Strategi pemupukan:
– Tepat jenis (memilih kombinasi jenis pupuk
berdasarkan komposisi unsur hara utama &
tambahan; memilh berdasarkan sifat kelarutan
dan sifat tanahnya).
– Tepat waktu & frekuensi (ditentukan oleh iklim/
CH, sifat fisik tanah, logistik pupuk, adanya sifat
sinergis & antagonis antar unsur hara
– Tepat cara (ditentukan berdasarkan jenis pupuk,
umur tanaman, jenis tanah)
– Tepat dosis (pd TBM vs TM; diagnosis visual dan
secara kimia, yakni analisis tanah, analisis daun )
– Pemanfaatan limbah sbg penyedia hara.
22. • Cara pemupukan :
1. Penyebaran secara merata pada lingkar luar dan
dalam batang (lihat gambar)
2. Penempatan pupuk pd jalur lingkaran
3. Penempatan pupuk pd larikan (lubang
memanjang) mengelilingi pokok dan pupuk
dibenamkan dalam larikan yg ditimbun lg dg
tanah
4. Pemupukan melalui daun
5. Pemupukan melalui ketiak pelepah (pupuk
Borate, pada daun ke-9 spi ke-17 )
6. Pemupukan melalui infus akar (unsur mikro).
23. • ● : pohon kelapa sawit ● : pohon kelapa sawit
• : daerah penyebaran pupuk N : daerah penyebaran N, P, K, Mg
Gambar : Penyebaran pupuk N, P, K, dan Mg pada piringan KS TM
Jari-jari
Piringan
0.50 m
1.00 m
2.75 m
24.
25. Faktor Biotik : Hama, Penyakit dan Gulma
Jenis Hama, Tingkat Kepentingan dan Kemudahan Diatasi
Hama yang umumnya menyerang tanaman kelapa
sawit adalah serangga. Tabel 8 berikut ini
merupakan jenis hama yang umum menyerang
kelapa sawit dan cara menanggulanginya.
Berbagai jenis hama tersebut dapat dengan cepat
tersebar dari suatu areal kebun ke areal lainnya.
Keadaan yang demikian menghendaki adanya
upaya pengendalian hama secara berkelompok dari
petani-petani sehamparan.
26. Tabel 8. Jenis Hama dan Cara
Menanggulanginya
No. Jenis Hama Cara Menanggulanginya
1 Serangga (kumbang malam,
kutu daun, belalang
dan ulat api) pada tahap
pembibitan
Menggunakan
insektisida
dengan sangat hati-
hati karena bibit peka
terhadap bahan-bahan
kimia
2 Mammalia, seperti landak
(Porcupine), gajah, babi
dan tikus pada tanaman muda
dan pohon dewasa
Dengan pestisida,
mekanis, biologis
(burung hantu utk tikus)
Sumber : Vademekum Kelapa Sawit (1993)
27. Jenis Penyakit, Tingkat Kepentingan
• Penyakit, patogen penyebab, gejala dan cara
menanggulangi disajikan pada Tabel 9
28. Tabel 9. Jenis Penyakit dan Cara
Menanggulanginya
No. Jenis Penyakit Gejala Cara Menanggulangi-
nya
1 Anthracnose Daun membusuk, berwarna
kelabu dan sangat rapuh
Fungisida
2 Helminthosporium Bercak pada daun Fungisida
3 Phytopthora Daun berwarna kecoklatan Fungisida
4 Rhizotonia sp. Dan
Phytium
sp.
Warna daun berubah menjadi
coklat kemerahan seperti
terbakar dan akar busuk
Fungisida
5 Botiodiplodia sp.,
Glomaerella
singulata,
Melacoiem elaedis
(Anthracnose)
Menyerap daun (bercak daun
hijau)
Fungisida
6 Culvularia sp.,
Helminthosporium
sp.
Bercak daun/black spot Fungisida
Sumber : Vademekum Kelapa Sawit (1993)
29. Jenis Gulma Dominan dan
Pengendaliannya
Gulma yang biasa sukar diatasi pada tanaman
kelapa sawit umumnya adalah alang-alang
dan pakis-pakisan. Jenis-jenis gulma dan cara
menanggulanginya selengkapnya dapat
dilihat pada Tabel 10.
30. Tabel 10. Jenis Gulma Dominan dan Cara
Menanggulanginya
No. Jenis Gulma Cara Menanggulanginya
1. Alang-alang, cynodon,
cyperus dan beberapa
jenis rumput-rumputan
(berdaun sempit)
Secara manual dengan babat
tangan dan kored dan
secara kimia dengan
herbisida.
Jenis herbisida yang
digunakan
disesuaikan dengan kelompok
disesuaikan dengan kelompok
spesies pada areal yang
sangat luas.
2. Mikania micrantha,
Eupathorium odoratum,
Boreraria alata (berdaun
lebar)
3. Paku-pakuan
Sumber : Vademekum Kelapa Sawit (1993)
31. Tabel 11. Perkembangan Bunga Betina
dan Tandan Kelapa Sawit
Umur Setelah
Seludang
Terbuka
Keadaan Bunga/Tandan Daging Buah
10 hari Bunga anthesis Belum ada
1 bulan Buah kecil terbentuk
pada tandan
Putih kehijauan
lunak berair
2 bulan Tandan muda Putih kehijauan
3 bulan Tandan muda Kuning kehijauan
4 bulan Tandan mentah Kuning kemerahan
5 bulan Hampir masak Kuning kemerahan
Sumber : PTPN VII (1993)
32. Kastrasi : Membuang bunga
Keuntungan kastrasi pada tanaman
kelapa sawit antara lain :
1. Merangsang pertumbuhan vegetatif dan
menghemat penggunaan unsur hara dan air.
2. Menyeragamkan pembungaan.
3. Menciptakan kondisi tanaman yang bersih
sehingga dapat mengurangi serangan
penyakit busuk buah.
4. Kastrasi masih dilakukan sampai sekitar 6
bln sebelum panen pertama
34. Tabel 13. Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit Menurut
Umur Tanaman dalam Kondisi Kebun Percobaan
Balit Marihat
Umur Di
Lapangan
(Tahun)
Produksi
TBS
(ton/ha/
Thn)
Rendemen
Minyak
Sawit (%)
Produksi
Minyak
Sawit
(kg/ha/Thn)
Minyak Inti
Sawit
Rende
men
(%)
4 8 15 1.280 2,5 200
5 15 18 2.700 3,0 450
6 17 19 3.230 3,5 595
7 18 21 3.780 3,5 630
8 20 22 4.400 2,5 700
9 21 23 4.830 3,5 735
10 23 23 5.290 2,5 805
37. Beberapa gejala visual tanaman yang tumbuh tidak normal di
lapangan antara lain
1. Pertumbuhan pelepah daun berputar (twisted frond).
2. Tanaman memperlihatkan gejala bercak oranye
(orange spotting).
3. Helaian daun melengkung berputar ke bawah, sebagian
daunnya membusuk.
4. Susunan anak daun pada pelepah sempit memanjang
(narrow leaves).
5. Susunan anak daun sangat rapat seperti sirip ikan.
6. Pohon kerdil atau kurus akibat terserang penyakit.
7. Tanaman bertunas atau bercabang (Viviparous).
8. Anak daun keriting-kusut (Wrinckled).
38. Tabel 15. Tingkat Kematangan Buah
pada Tanaman Kelapa Sawit
Fraksi Jumlah Berondolan Yang Lepas Derajat Kematangan
00 Buah yang masih berwarna hitam *) dan belum
ada yang memberondol
Sangat mentah
0 Buah sudah berwarna merah/orange dan buah
luar sudah memberondol 1 sampai 12,5 %
Mentah
1 Buah luar sudah memberondol 12,5 sampai 25
%
Hampir matang
2 Buah luar sudah memberondol 25 sampai 50 % Matang
3 Buah luar sudah memberondol 50 sampai 70 % Matang
4 Buah luar sudah memberondol 75 sampai 100
%
Lewat matang
5 Bagian dalam buah sudah ikut memberondol Lewat matang
Sumber : Pedoman Teknis No. 40 tahun 1984, PPM Medan