Bab ini menjelaskan peristiwa-peristiwa politik dan ekonomi Indonesia pasca pengakuan kedaulatan, termasuk proses kembalinya NKRI, Pemilu 1955, Dekrit Presiden 1959 yang membubarkan Konstituante, dan dampak persaingan politik nasional seperti berbagai kabinet.
Teks tersebut merangkum periode demokrasi liberal di Indonesia setelah kemerdekaan, meliputi berbagai kabinet yang berkuasa antara 1950-1957. Kabinet-kabinet tersebut berjuang mempertahankan kedaulatan negara serta meningkatkan perekonomian dan keamanan, namun dihadapkan pada berbagai masalah seperti pemberontakan, konflik militer, dan krisis ekonomi.
Dokumen tersebut membahas masa Demokrasi Liberal di Indonesia antara tahun 1950-1959. Masa ini ditandai dengan sering bergantinya kabinet akibat banyaknya partai politik namun tidak ada yang mempunyai mayoritas. Hal ini menyebabkan ketidakstabilan politik dan ekonomi. Pemerintah berupaya meningkatkan stabilitas dengan kebijakan ekonomi seperti devaluasi mata uang dan nasionalisasi bank, namun kondisi ekonomi masih sulit.
Bab ini menjelaskan peristiwa-peristiwa politik dan ekonomi Indonesia pasca pengakuan kedaulatan, termasuk proses kembalinya NKRI, Pemilu 1955, Dekrit Presiden 1959 yang membubarkan Konstituante, dan dampak persaingan politik nasional seperti berbagai kabinet.
Teks tersebut merangkum periode demokrasi liberal di Indonesia setelah kemerdekaan, meliputi berbagai kabinet yang berkuasa antara 1950-1957. Kabinet-kabinet tersebut berjuang mempertahankan kedaulatan negara serta meningkatkan perekonomian dan keamanan, namun dihadapkan pada berbagai masalah seperti pemberontakan, konflik militer, dan krisis ekonomi.
Dokumen tersebut membahas masa Demokrasi Liberal di Indonesia antara tahun 1950-1959. Masa ini ditandai dengan sering bergantinya kabinet akibat banyaknya partai politik namun tidak ada yang mempunyai mayoritas. Hal ini menyebabkan ketidakstabilan politik dan ekonomi. Pemerintah berupaya meningkatkan stabilitas dengan kebijakan ekonomi seperti devaluasi mata uang dan nasionalisasi bank, namun kondisi ekonomi masih sulit.
1. Pemerintahan Indonesia mengalami ketidakstabilan selama masa demokrasi liberal dari 1950-1959 dengan seringnya pergantian kabinet akibat konflik antar partai politik dan gangguan keamanan.
2. Sistem pemerintahan menganut sistem parlementer dengan perdana menteri sebagai kepala pemerintahan.
3. Terdapat tujuh kabinet selama masa demokrasi liberal akibat mosi tidak percaya dari parlemen.
Konflik dan pergolakan terkait sistem pemerintahan yang mengancam disintegrasi bangsa meliputi pemberontakan PRRI dan Permesta serta persoalan negara federal dan BFO yang menimbulkan ketegangan antara pusat dan daerah."
Militer berperan penting dalam revolusi kemerdekaan Indonesia dan menjaga kedaulatan negara, sehingga mereka merasa berhak ikut campur dalam politik. Faktor lainnya adalah konflik internal militer yang menimbulkan demonstrasi massal untuk membubarkan parlemen, serta diberlakukannya undang-undang darurat perang untuk mengatasi berbagai pergolakan daerah. Konsep jalan tengah Nasution kemudian menjadi dasar bagi militer untuk terlibat dalam
7 kabinet indonesia_pada_masa_demokrasi_liberalAkhmad Akbar
Kabinet Indonesia pada masa demokrasi liberal (1950-1955) mengalami banyak pergantian kabinet akibat ketidakstabilan politik. Empat kabinet utama yang berkuasa antara 1950-1955 yaitu Kabinet Natsir (Masyumi), Kabinet Sukiman (koalisi Masyumi dan PNI), Kabinet Wilopo (PNI), dan Kabinet Ali Sastroamijoyo I (koalisi beberapa partai). Kabinet Ali Sastroamijoyo I berhasil menyelenggarakan Konferensi Asia Afrika 1955
Tiga kalimat ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas peran tokoh-tokoh nasional dan daerah dalam mempertahankan NKRI pada masa 1945-1965.
2. Tokoh-tokoh seperti Jenderal Sudirman dan Haji Agus Salim dibahas peranannya dalam revolusi kemerdekaan Indonesia.
3. Kabinet-kabinet seperti Natsir, Wilopo, dan Ali Sastroamijoyo I dibahas program dan tantangannya
Dokumen tersebut membahas tentang pelaksanaan demokrasi di Indonesia pada masa awal kemerdekaan hingga masa Orde Lama, mencakup masa demokrasi liberal, demokrasi terpimpin, dan beberapa perbedaan antara kedua sistem tersebut.
1. Masa Demokrasi Parlementer di Indonesia berlangsung dari 1950-1959 dengan menggunakan sistem pemerintahan parlementer di bawah UUDS 1950.
2. Pemerintahan menghadapi berbagai gangguan keamanan seperti pemberontakan dan ketidakstabilan politik akibat persaingan antar partai.
3. Ekonomi dihadapkan pada masalah seperti inflasi yang tinggi akibat gunting uang dan kesulitan mengimplementasikan sistem ekonomi nasional.
Demokrasi Liberal adalah sistem demokrasi yang memberi kebebasan yang luas kepada warga negara. Indonesia menerapkan sistem ini antara 1950-1959 yang ditandai seringnya pergantian kabinet. Terdapat tujuh perdana menteri yaitu Natsir, Sukiman, Wilopo, Ali Sastroamijoyo I, Burhanuddin Harahap, Ali Sastroamijoyo II, dan Djuanda.
Demokrasi Terpimpin adalah sistem pemerintahan yang dipimpin oleh Presiden Soekarno dari 1959 hingga 1966. Ia menggantikan sistem demokrasi liberal karena dianggap tidak mencapai tujuan revolusi. Demokrasi Terpimpin memberikan pedoman UUD 1945 tetapi juga melemahkan lembaga legislatif dan hak asasi manusia. Sistem ini berakhir setelah peristiwa G30S/PKI pada 1969.
PPT SEJARAH INDONESIA - Perkembangan Politik Masa Demokrasi LiberalErika N. D
Sistem demokrasi liberal di Indonesia mengalami ketidakstabilan karena sistem kabinet parlementer. Terdapat tujuh kabinet berturut-turut selama berlakunya UUDS 1950. Sistem multipartai menghasilkan persaingan yang tidak sehat di parlemen namun memberikan ruang partisipasi politik bagi rakyat. Pemilu 1955 menghasilkan empat partai terbesar yaitu PNI, Masyumi, NU, dan PKI.
Bab 2 membahas kehidupan politik dan ekonomi Indonesia pada masa awal kemerdekaan, masa demokrasi liberal, dan masa demokrasi terpimpin. Pada masa awal kemerdekaan, kehidupan politik Indonesia belum stabil karena berbagai faktor internal dan eksternal. Pada masa demokrasi liberal, sistem politik menganut demokrasi liberal tetapi sering terjadi pergantian kabinet. Pada masa demokrasi terpimpin, Soekarno memperkenalkan kon
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...nasrudienaulia
Dalam teori fungsionalisme kulturalisasi Talcott Parsons, konsep struktur sosial sangat erat hubungannya dengan kulturalisasi. Struktur sosial merujuk pada pola-pola hubungan sosial yang terorganisir dalam masyarakat, termasuk hierarki, peran, dan institusi yang mengatur interaksi antara individu. Hubungan antara konsep struktur sosial dan kulturalisasi dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Pola Interaksi Sosial: Struktur sosial menentukan pola interaksi sosial antara individu dalam masyarakat. Pola-pola ini dipengaruhi oleh norma-norma budaya yang diinternalisasi oleh anggota masyarakat melalui proses sosialisasi. Dengan demikian, struktur sosial dan kulturalisasi saling memengaruhi dalam membentuk cara individu berinteraksi dan berperilaku.
2. Distribusi Kekuasaan dan Otoritas: Struktur sosial menentukan distribusi kekuasaan dan otoritas dalam masyarakat. Nilai-nilai budaya yang dianut oleh masyarakat juga memengaruhi bagaimana kekuasaan dan otoritas didistribusikan dalam struktur sosial. Kulturalisasi memainkan peran dalam melegitimasi sistem kekuasaan yang ada melalui nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat.
3. Fungsi Sosial: Struktur sosial dan kulturalisasi saling terkait dalam menjalankan fungsi-fungsi sosial dalam masyarakat. Nilai-nilai budaya dan norma-norma yang terinternalisasi membentuk dasar bagi pelaksanaan fungsi-fungsi sosial yang diperlukan untuk menjaga keseimbangan dan stabilitas dalam masyarakat.
Dengan demikian, konsep struktur sosial dalam teori fungsionalisme kulturalisasi Parsons tidak dapat dipisahkan dari kulturalisasi karena keduanya saling berinteraksi dan saling memengaruhi dalam membentuk pola-pola hubungan sosial, distribusi kekuasaan, dan pelaksanaan fungsi-fungsi sosial dalam masyarakat.
1. Pemerintahan Indonesia mengalami ketidakstabilan selama masa demokrasi liberal dari 1950-1959 dengan seringnya pergantian kabinet akibat konflik antar partai politik dan gangguan keamanan.
2. Sistem pemerintahan menganut sistem parlementer dengan perdana menteri sebagai kepala pemerintahan.
3. Terdapat tujuh kabinet selama masa demokrasi liberal akibat mosi tidak percaya dari parlemen.
Konflik dan pergolakan terkait sistem pemerintahan yang mengancam disintegrasi bangsa meliputi pemberontakan PRRI dan Permesta serta persoalan negara federal dan BFO yang menimbulkan ketegangan antara pusat dan daerah."
Militer berperan penting dalam revolusi kemerdekaan Indonesia dan menjaga kedaulatan negara, sehingga mereka merasa berhak ikut campur dalam politik. Faktor lainnya adalah konflik internal militer yang menimbulkan demonstrasi massal untuk membubarkan parlemen, serta diberlakukannya undang-undang darurat perang untuk mengatasi berbagai pergolakan daerah. Konsep jalan tengah Nasution kemudian menjadi dasar bagi militer untuk terlibat dalam
7 kabinet indonesia_pada_masa_demokrasi_liberalAkhmad Akbar
Kabinet Indonesia pada masa demokrasi liberal (1950-1955) mengalami banyak pergantian kabinet akibat ketidakstabilan politik. Empat kabinet utama yang berkuasa antara 1950-1955 yaitu Kabinet Natsir (Masyumi), Kabinet Sukiman (koalisi Masyumi dan PNI), Kabinet Wilopo (PNI), dan Kabinet Ali Sastroamijoyo I (koalisi beberapa partai). Kabinet Ali Sastroamijoyo I berhasil menyelenggarakan Konferensi Asia Afrika 1955
Tiga kalimat ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas peran tokoh-tokoh nasional dan daerah dalam mempertahankan NKRI pada masa 1945-1965.
2. Tokoh-tokoh seperti Jenderal Sudirman dan Haji Agus Salim dibahas peranannya dalam revolusi kemerdekaan Indonesia.
3. Kabinet-kabinet seperti Natsir, Wilopo, dan Ali Sastroamijoyo I dibahas program dan tantangannya
Dokumen tersebut membahas tentang pelaksanaan demokrasi di Indonesia pada masa awal kemerdekaan hingga masa Orde Lama, mencakup masa demokrasi liberal, demokrasi terpimpin, dan beberapa perbedaan antara kedua sistem tersebut.
1. Masa Demokrasi Parlementer di Indonesia berlangsung dari 1950-1959 dengan menggunakan sistem pemerintahan parlementer di bawah UUDS 1950.
2. Pemerintahan menghadapi berbagai gangguan keamanan seperti pemberontakan dan ketidakstabilan politik akibat persaingan antar partai.
3. Ekonomi dihadapkan pada masalah seperti inflasi yang tinggi akibat gunting uang dan kesulitan mengimplementasikan sistem ekonomi nasional.
Demokrasi Liberal adalah sistem demokrasi yang memberi kebebasan yang luas kepada warga negara. Indonesia menerapkan sistem ini antara 1950-1959 yang ditandai seringnya pergantian kabinet. Terdapat tujuh perdana menteri yaitu Natsir, Sukiman, Wilopo, Ali Sastroamijoyo I, Burhanuddin Harahap, Ali Sastroamijoyo II, dan Djuanda.
Demokrasi Terpimpin adalah sistem pemerintahan yang dipimpin oleh Presiden Soekarno dari 1959 hingga 1966. Ia menggantikan sistem demokrasi liberal karena dianggap tidak mencapai tujuan revolusi. Demokrasi Terpimpin memberikan pedoman UUD 1945 tetapi juga melemahkan lembaga legislatif dan hak asasi manusia. Sistem ini berakhir setelah peristiwa G30S/PKI pada 1969.
PPT SEJARAH INDONESIA - Perkembangan Politik Masa Demokrasi LiberalErika N. D
Sistem demokrasi liberal di Indonesia mengalami ketidakstabilan karena sistem kabinet parlementer. Terdapat tujuh kabinet berturut-turut selama berlakunya UUDS 1950. Sistem multipartai menghasilkan persaingan yang tidak sehat di parlemen namun memberikan ruang partisipasi politik bagi rakyat. Pemilu 1955 menghasilkan empat partai terbesar yaitu PNI, Masyumi, NU, dan PKI.
Bab 2 membahas kehidupan politik dan ekonomi Indonesia pada masa awal kemerdekaan, masa demokrasi liberal, dan masa demokrasi terpimpin. Pada masa awal kemerdekaan, kehidupan politik Indonesia belum stabil karena berbagai faktor internal dan eksternal. Pada masa demokrasi liberal, sistem politik menganut demokrasi liberal tetapi sering terjadi pergantian kabinet. Pada masa demokrasi terpimpin, Soekarno memperkenalkan kon
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...nasrudienaulia
Dalam teori fungsionalisme kulturalisasi Talcott Parsons, konsep struktur sosial sangat erat hubungannya dengan kulturalisasi. Struktur sosial merujuk pada pola-pola hubungan sosial yang terorganisir dalam masyarakat, termasuk hierarki, peran, dan institusi yang mengatur interaksi antara individu. Hubungan antara konsep struktur sosial dan kulturalisasi dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Pola Interaksi Sosial: Struktur sosial menentukan pola interaksi sosial antara individu dalam masyarakat. Pola-pola ini dipengaruhi oleh norma-norma budaya yang diinternalisasi oleh anggota masyarakat melalui proses sosialisasi. Dengan demikian, struktur sosial dan kulturalisasi saling memengaruhi dalam membentuk cara individu berinteraksi dan berperilaku.
2. Distribusi Kekuasaan dan Otoritas: Struktur sosial menentukan distribusi kekuasaan dan otoritas dalam masyarakat. Nilai-nilai budaya yang dianut oleh masyarakat juga memengaruhi bagaimana kekuasaan dan otoritas didistribusikan dalam struktur sosial. Kulturalisasi memainkan peran dalam melegitimasi sistem kekuasaan yang ada melalui nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat.
3. Fungsi Sosial: Struktur sosial dan kulturalisasi saling terkait dalam menjalankan fungsi-fungsi sosial dalam masyarakat. Nilai-nilai budaya dan norma-norma yang terinternalisasi membentuk dasar bagi pelaksanaan fungsi-fungsi sosial yang diperlukan untuk menjaga keseimbangan dan stabilitas dalam masyarakat.
Dengan demikian, konsep struktur sosial dalam teori fungsionalisme kulturalisasi Parsons tidak dapat dipisahkan dari kulturalisasi karena keduanya saling berinteraksi dan saling memengaruhi dalam membentuk pola-pola hubungan sosial, distribusi kekuasaan, dan pelaksanaan fungsi-fungsi sosial dalam masyarakat.
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaFathan Emran
Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka - abdiera.com. Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka.
Materi ini membahas tentang defenisi dan Usia Anak di Indonesia serta hubungannya dengan risiko terpapar kekerasan. Dalam modul ini, akan diuraikan berbagai bentuk kekerasan yang dapat dialami anak-anak, seperti kekerasan fisik, emosional, seksual, dan penelantaran.
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdffadlurrahman260903
Ppt landasan pendidikan tentang pendidikan seumur hidup.
Prodi pendidikan agama Islam
Fakultas tarbiyah dan ilmu keguruan
Universitas Islam negeri syekh Ali Hasan Ahmad addary Padangsidimpuan
Pendidikan sepanjang hayat atau pendidikan seumur hidup adalah sebuah system konsepkonsep pendidikan yang menerangkan keseluruhan peristiwa-peristiwa kegiatan belajarmengajar yang berlangsung dalam keseluruhan kehidupan manusia. Pendidikan sepanjang
hayat memandang jauh ke depan, berusaha untuk menghasilkan manusia dan masyarakat yang
baru, merupakan suatu proyek masyarakat yang sangat besar. Pendidikan sepanjang hayat
merupakan asas pendidikan yang cocok bagi orang-orang yang hidup dalam dunia
transformasi dan informasi, yaitu masyarakat modern. Manusia harus lebih bisa menyesuaikan
dirinya secara terus menerus dengan situasi yang baru.
Paper ini bertujuan untuk menganalisis pencemaran udara akibat pabrik aspal. Analisis ini akan fokus pada emisi udara yang dihasilkan oleh pabrik aspal, dampak kesehatan dan lingkungan dari emisi tersebut, dan upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi pencemaran udara
GERAKAN KERJASAMA DAN BEBERAPA INSTRUMEN NASIONAL PENCEGAHAN KORUPSI.pptx
1.docx
1. 1. Tempat terjadinya pemberontakan PKI yang pertama dilakukan adalah di Madiun, Jawa
Timur.
2. Salah satu tokoh PKI yang terlibat dalam pemberontakan tahun 1948 adalah Musso.
3. Faktor yang membuat gerakan PKI Madiun dianggap sebagai ancaman bagi keutuhan NKRI
adalah peristiwa tersebut mengancam stabilitas pemerintahan yang baru terbentuk pasca-
kemerdekaan Indonesia.
4. Tokoh militer yang terlibat dalam penumpasan PKI tahun 1948 adalah Letnan Kolonel
Suharto.
5. Tokoh yang sempat memimpin salah satu kabinet dalam pemerintahan Negara Kesatuan
Republik Indonesia yang mengeluarkan program Reorganisasi dan Rasionalisasi (Rera) adalah
Ali Sastroamidjojo.
6. Salah satu faktor pemicu timbulnya peristiwa militer di salah satu daerah di Indonesia adalah
ketidakpuasan terhadap kebijakan pemerintah atau ketegangan antar etnis/kebudayaan.
7. Tokoh yang tidak terkait dengan pemberontakan tentara Hizbullah tidak tersedia informasi
yang spesifik terkait hal ini.
8. Letnan Kolonel Eri Sudewo menjadi delegasi dalam perundingan dengan pemberontak untuk
mencari solusi damai.
9. Pemimpin gerakan pemberontakan yang dilakukan dengan faktor penyebab yang serupa
dengan gerakan yang dipimpin oleh Kartosuwiryo tidak memiliki informasi yang spesifik.
10. Kedatangan TNI dianggap sebagai ancaman bagi sekelompok pasukan di wilayah Sulawesi
Selatan. Hal ini memicu terjadinya pemberontakan yang dipimpin oleh Andi Azis.
11. Gerakan operasi militer yang tidak memiliki keterkaitan untuk menumpas gerakan DI/TII di
Indonesia tidak tersedia informasi yang spesifik.
12. Alasan munculnya gerakan DI/TII Aceh berkaitan dengan perasaan ketidakpuasan terhadap
pemerintahan dan keinginan untuk memperjuangkan ideologi yang berbeda.
13. Menteri pertahanan yang menjadi target pembunuhan dari gerakan APRA adalah Letnan
Kolonel Maludin Simbolon.
14. Terdapat suatu anggapan yang menyatakan bahwa gerakan APRA merupakan gerakan
yang berasal dari kolonial Belanda yang memanfaatkan bangsa Indonesia.
15. Gerakan pemberontak ini terjadi atas dasar adanya campur tangan dari pemerintah asing
dan bersifat separatis, seperti yang terjadi pada gerakan di Papua, Aceh, atau Timor Timur
(Timor Leste).
16. Penghimpunan pasukan yang dilakukan dengan memanfaatkan kepercayaan masyarakat
pada suatu cerita rakyat dilakukan oleh kelompok yang dipimpin oleh tokoh-tokoh lokal atau
pejuang yang memiliki pengaruh di masyarakat setempat.
17. Upaya pemerintah Indonesia untuk menghancurkan APRA melalui operasi militer dan upaya
diplomatik.
18. Perdana Menteri NIT yang mengundurkan diri dari jabatannya karena tidak setuju dengan
gerakan separatis yang dipimpin oleh Andi Azis adalah A.J. Kawilarang.
19. Gerakan Permesta dimulai dengan adanya gerakan yang terjadi di kota Manado, Sulawesi
Utara.
20. Tindakan pertama dalam pemberontakan yang didalangi oleh RMS (Republik Maluku
Selatan) adalah penyerangan terhadap beberapa pos militer Belanda di Ambon pada April
1950.
2. 21. Faktor utama yang menyebabkan terjadinya peristiwa pemberontakan pada 30 September
1965 adalah dugaan adanya upaya kudeta terhadap pemerintahan Soekarno oleh sebagian
anggota militer yang terhubung dengan Gerakan 30 September (G30S).
22. Salah satu alasan diambilnya langkah perubahan dalam struktur pemerintahan Republik
Indonesia adalah untuk meningkatkan stabilitas politik dan meningkatkan efisiensi dalam
pengambilan keputusan.
23. Faktor yang menyebabkan dijalankannya sistem pemerintahan yang bersifat parlementer
adalah untuk memberikan kontrol yang lebih kuat kepada parlemen dalam pengambilan
keputusan politik dan kebijakan pemerintah.
24. Kabinet Natsir adalah kabinet koalisi tanpa PNI (Partai Nasional Indonesia) sebagai partai
kedua terbesar yang tidak turut serta dalam parlemen.
25. Kabinet Natsir harus berakhir karena mendapat mosi tidak percaya dari parlemen pada
masa pemerintahannya.
26. Nasionalisasi De Javasche Bank dijalankan pada masa pemerintahan kabinet Djuanda.
27. Salah satu faktor yang menyebabkan jatuhnya Kabinet yang ada pada demokrasi liberal
adalah ketidakstabilan politik, konflik internal, atau mosi tidak percaya dari parlemen.
28. Selama masa Demokrasi Liberal terjadi beberapa kali pergantian kabinet. Pada masa
berjalannya suatu kabinet sempat terjadi permasalahan yang melibatkan ketidakharmonisan
antara perwira-perwira TNI AD dan parlemen di beberapa periode.
29. Selama kepemimpinan Kabinet Wilopo dalam pemerintahan demokrasi Indonesia, beberapa
peristiwa yang akhirnya menjatuhkan kabinet tersebut meliputi masalah keuangan dan konflik
internal di dalam kabinet.
30. Partai yang berhaluan Komunis di Indonesia diduga menjadi dalang terjadinya peristiwa
yang menyebabkan tewasnya banyak petani di Sumatra Timur pada peristiwa Gerakan 30
September 1965.
31. Dasasila Bandung adalah salah satu keberhasilan dari kabinet yang dipimpin oleh Ali
Sastroamidjojo pada tahun 1955.
32. Kabinet yang mencanangkan secara terbuka pemberantasan korupsi dalam program
kerjanya berjalan selama kurun waktu kepemimpinan Presiden Abdurrahman Wahid.
33. Munculnya sentimen anti-Tionghoa terjadi pada masa pemerintahan Soeharto, terutama
setelah peristiwa kerusuhan Mei 1998.
34. Kebijakan RPLT pada mulanya direncanakan akan berlangsung selama 5 tahun pada tahun
1966-1971.
35. Kebijakan Rencana Pembangunan Lima Tahun memiliki hubungan yang keterkaitan dengan
Musyawarah Nasional untuk mencapai kesepakatan dalam merumuskan rencana
pembangunan jangka panjang.
36. Kabinet Djuanda berakhir pada tahun 1957.
37. Perubahan sistem pemerintahan yang terkait dengan konstitusi sempat terjadi di Indonesia.
Perubahan tersebut menjadi akhir dari kabinet Ali Sastroamidjojo.
38. Pada saat diberlakukannya sistem ekonomi Gunting Syafruddin, potongan uang yang
sebelah kanan dapat digunakan untuk transaksi kecil atau pembayaran.
39. Salah satu penyebab berakhirnya sistem ekonomi Gerakan Benteng adalah karena
ketidakberhasilan dan ketidakstabilan ekonomi yang dihasilkan dari kebijakan tersebut.
3. 40. Hanya saja uang yang dapat digunakan untuk pembayaran hanya yang bagian kiri dari
uang De Javasche Bank yang utuh karena bagian kanannya telah dipotong sebagai langkah
dalam kebijakan Gunting Syafruddin.
41. Tingkat inflasi Indonesia yang melonjak naik hingga mencapai hampir 400% pada masa
Demokrasi Terpimpin disebabkan oleh kebijakan ekonomi yang kurang stabil, defisit anggaran
yang tinggi, serta penggunaan moneter yang tidak terkendali.
42. Pemerintah Indonesia juga menggabungkan bank-bank negara ke dalam satu bank sentral
untuk mengonsolidasikan sistem perbankan dan mengatur kebijakan moneter secara lebih
efisien.
43. Sistem ekonomi negara-negara sosialis meliputi kepemilikan kolektif atas sumber daya,
perencanaan sentral ekonomi oleh pemerintah, dan redistribusi hasil produksi berdasarkan
pada kebutuhan masyarakat.
44. Kebijakan ekonomi pada masa Demokrasi Terpimpin terfokus pada pembangunan berbasis
ekonomi sosialis, intervensi pemerintah dalam sektor ekonomi, dan pembentukan badan-badan
usaha milik negara.
45. Lembaga yang bertugas menyusun rencana pembangunan nasional adalah Bappenas
(Badan Perencanaan Pembangunan Nasional).
46. Tugas Komando Mandala tidak mencakup pengaturan kegiatan industri, melainkan lebih
pada koordinasi kegiatan militer di wilayah tertentu.
47. Tindakan Presiden Sukarno yang menyimpang dari ketentuan UUD 1945 termasuk dalam
pemaksaan pembentukan DPR-GR (Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong) yang tidak
sesuai dengan UUD 1945.
48. Dalam upaya pengembalian Irian Barat, pertempuran di Laut Aru pada 15 Januari 1962
terjadi sebagai bagian dari operasi militer yang dilakukan oleh Indonesia.
49. Sesuai isi Perjanjian New York, Irian Barat tidak langsung diserahkan kepada Indonesia
tetapi diserahkan kepada PBB untuk kemudian diserahkan kepada Indonesia setelah
referendum yang dilakukan beberapa waktu kemudian.
50. Upaya konfrontasi ekonomi dalam penyelesaian Irian Barat meliputi pembatasan
perdagangan dengan negara-negara yang mendukung Belanda dalam masalah Irian Barat.
51. Proyek mercusuar Indonesia adalah proyek pembangunan yang melibatkan pembangunan
jalan-jalan raya sebagai bagian dari program pembangunan infrastruktur.
52. Indonesia mulai condong ke Blok Timur sebagai porosnya karena ketegangan politik
dengan Blok Barat, terutama terkait dengan isu-isu Irian Barat dan ketidaksetujuan terhadap
kebijakan Blok Barat di Asia Tenggara.
53. Salah satu penyebab kegagalan Konstituante dalam menyusun UUD yang baru adalah
adanya perbedaan pandangan politik di antara anggotanya terkait dengan bentuk negara,
sistem pemerintahan, dan hak asasi manusia.
54. Alasan Presiden Sukarno membubarkan DPR hasil pemilu pertama dan segera membentuk
DPR-GR adalah untuk mempertahankan kekuasaannya dan mengurangi pengaruh partai
politik.
55. Dampak politis dikeluarkannya Konsepsi Presiden 21 Februari 1957 adalah meningkatnya
otoriterisme politik dan peningkatan kekuasaan presiden dalam sistem politik Indonesia.