SlideShare a Scribd company logo
LAPORAN KHUSUS
IMPLEMENTASI IBPR PADA AREA WAREHOUSE DEPARTEMENT
SEBAGAI LANGKAH AWAL UNTUK MENCEGAH
TERJADINYA KECELAKAAN KERJA DI PT.
BUKIT MAKMUR MANDIRI UTAMA
JAKARTA
Oleh :
Resa Fahlevi Zain
NIM. R0007070
PROGRAM DIPLOMA III HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
ii
PENGESAHAN
Laporan khusus dengan judul :
Implementasi IBPR Pada Area Warehouse Departement Sebagai
Langkah Awal Untuk Mencegah Terjadinya Kecelakaan Kerja
di PT. Bukit Makmur Mandiri Utama
Jakarta
dengan peneliti :
Resa Fahlevi Zain
NIM. R0007070
telah diuji dan disahkan pada tanggal :
........................2010
Pembimbing I Pembimbing II
Sumardiyono, SKM, M.Kes. Live Setyaningsih, SKM
NIP. 19650706 198803 1 002
An. Ketua Program
D.III Hiperkes dan Keselamtan Kerja FK UNS
Sekretaris
Sumardiyono, SKM, M.Kes
NIP. 19650706 198803 1 002
iii
Laporan Khusus
IMPLEMENTASI IBPR PADA AREA WAREHOUSE DEPARTEMENT
SEBAGAI LANGKAH AWAL UNTUK MENCEGAH TERJADINYA
KECELAKAAN KERJA DI PT. BUKIT MAKMUR MANDIRI UTAMA
JAKARTA
Oleh :
Resa Fahlevi Zain
NIM. R0007070
Laporan ini telah disetujui dan disahkan pada:
PT. BUKIT MAKMUR MANDIRI UTAMA
………………..2010
Pembimbing Perusahaan Mengetahui
HENY PURWITA SARI TOTO WINARTO
SHE OFFICER SHE MANAGER
iv
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana menerapkan proses
identifikasi potensi bahaya yang ada pada area warehouse department, beserta upaya
pengendalian yang tepat sebagai sarana untuk mengenali dan mencegah terjadinya
kecelakaan kerja di PT Bukit Makmur. Jenis penelitian ini adalah deskriptif, yaitu
dengan menggambarkan proses identifikasi bahaya dan penilaian resiko bahaya pada
area warehouse department. Yaitu dengan memperhatikan segala aktifitas kerja di
area warehouse department, dapat diidentifikasi potensi-potensi bahaya yang ada.
Identifikasi potensi bahaya pada semua aktifitas kerja di area warehouse
department merupakan suatu upaya untuk mengetahui gambaran potensi bahaya
yang terdapat dalam kegiatan operasional pergudangan, Potensi-potensi bahaya yang
ada dianalisis sebab-sebabnya dan seberapa besar tingkat resiko yang
ditimbulkannya, untuk kemudian dicari cara pengendalian atau pencegahannya,
supaya potensi-potensi bahaya itu tidak menimbulkan kecelakaan yang bersifat
merugikan, baik bagi perusahaan selaku penyelenggara kegiatan pergudangan atau
bagi mitra kerja sebagai pengguna jasa ekspedisi dan supliyer.
Dari hasil penelitian didapatkan berbagai gambaran potensi-potensi bahaya
yang terdapat di area where house department yang dapat dibedakan menjadi dua
macam, yaitu bahaya operasional dan bahaya kondisional. Bahaya operasional
berhubungan dengan penggunaan sarana/alat-alat, seperti peralatan bongkar muat,
kendaraan pengangkut, dan sebagainya. Sedangakan bahaya kondisional
berhubungan dengan keadaan lingkungan. Bahaya-bahaya tersebut termasuk kelas
bahaya beresiko tinggi yang dapat mengancam banyak jiwa manusia dan dapat
mengakibatkan kerugian materi yang sangat besar.
Dengan melakukan identifikasi bahaya dan dianalisis secara kontinu
kemudian segera diambil tindakan pengendalian yang tepat, maka kecelakaan dapat
dicegah sehingga tercipta keselamatan dan kesehatan kerja di lingkungan kerja dan
tercapai standar mutu pelayanan jasa yang ditargetkan.
Kata kunci : Identifikasi Bahaya dan Penilaian Resiko
Kepustakaan : 1988 - 2010
KATA PENGANTAR
v
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT atas berkah, rahmat,
karunia, kesehatan dan kemudahan dalam pelaksanaan praktek kerja lapangan (PKL)
dan penyusunan laporan di PT. BUKIT MAKMIR MANDIRI UTAMA JAKARTA,
sehingga penulis dapat menyelesaikannya dengan baik.
Laporan penelitian ini disusun dan diajukan sebagai salah satu persyaratan
untuk menyelesaikan pendidikan Program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan
Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Di samping itu
praktek kerja lapangan ini dilaksanakan untuk membina dan menambah wawasan
guna mengenal, mengetahui dan memahami mekanisme serta mencoba
mengaplikasikan pengetahuan penulis dan mengamati permasalahan dan hambatan
yang ada mengenai penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Sesuai dengan
pendidikan yang ditempuh maka penulis mengambil judul “Implementasi IBPR Pada
Area Warehouse Departement Sebagai Langkah Awal Untuk Mencegah Kecelakaan
Kerja di PT.Bukit Makmur Mandiri Utama Jakarta”
Dalam pelaksanaan magang dan penyusunan laporan ini, penulis telah
dibantu dan dibimbing oleh berbagai pihak. Keberhasilan seseorang tidak terlepas
dari budi baik dan bimbingan orang lain, oleh karena itu, dengan segala kerendahan
hati perkenankan penulis menyampaikan terima kasih atas terselesaikannya laporan
ini kepada:
1. Allah SWT yang telah memberikan kemudahan, kelancaran dan ridho-NYA,
memberikan kesehatan dan keselamatan hingga penulis dapat menyelesaikan
tugas akhir ini.
vi
2. Bapak Prof. Dr. AA. Subiyanto, dr. MS selaku Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Bapak Putu Suriyasa, dr. MS, PKK, Sp.OK selaku Ketua Program Diploma III
Hiperkes dan Keselamatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
4. Bapak Sumardiyono, SKM, M.Kes selaku Pembimbing I.
5. Ibu Live Setyaningsih, SKM selaku Pembimbing II.
6. Bapak Toto Winarto selaku SHE Manager PT. Bukit Makmur Mandiri Utama
yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menimba ilmu
mengenai kesehatan dan keselamatan kerja.
7. Ibu Heny Purwita Sari selaku SHE Officer di Head Office PT.Bukit Makmur
Mandiri Utama yang sekaligus sebagai pembimbing lapangan yang telah
membantu penulis untuk menyusun laporan ini.
8. Bapak Ade Kurdiman, Bapak Agung Sarono, Bapak Adhi Saputra, Bapak Rafli
Rahmat, dr Doddy Alfera, Ibu Stiaiti Budi Lestari, Ibu Deasy Widyawati, selaku
SHE Officer yang telah membantu dalam memberikan informasi tentang ilmu
kesehatan dan keselamatan kerja yang telah memberikan bimbingan dan arahan
dalam penyusunan laporan ini.
9. Ibu Frederika Watimena selaku administrasi Head Office di PT. Bukit Makmur
Mandiri Utama.
10. Serta seluruh karyawan di PT. Bukit Makmur Mandiri Utama yang banyak
membantu selama penulis mengadakan praktek kerja lapangan atau magang.
11. Bapak, Ibu, adikku, serta seluruh keluarga yang selalu mendoakan, memberikan
dukungan, dan mengabarkan keadaanku selama pelaksanaan magang
vii
12. Teman-teman Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja Angkatan 2007 yang
selalu memberikan masukan saran dan penyemangat bagi saya sebelum, selama
dan setelah saya magang.
Atas segala bantuan yang telah diberikan dari semua pihak, saya ucapkan
terimakasih yang sebesar-besarnya, semoga ALLAH SWT memberi ridho dan
balasan yang lebih baik. Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan ini masih
banyak kekurangannya, maka dari itu untuk mencapai hasil yang lebih baik penulis
sangat mengharapkan kritik, saran, dan masukan demi perbaikan laporan ini.
Jakarta, April 2010
Penulis
Resa Fahlevi Zain
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... ii
viii
HALAMAN PENGESAHAN PERUSAHAAN.............................................. iii
ABSTRAK....................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ..................................................................................... v
DAFTAR ISI.................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL............................................................................................ x
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah.............................................................. 1
B. Perumusan Masalah .................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 4
D. Manfaat Penelitian ...................................................................... 4
BAB II LANDASAN TEORI........................................................................ 6
A. Tinjauan Pustaka......................................................................... 6
B. Kerangka Pemikiran.................................................................... 21
BAB III METODE PENELITIAN.................................................................. 22
A. Metode Penelitian ....................................................................... 22
B. Lokasi Penelitian......................................................................... 22
C. Obyek dan Ruang Lingkup Penelitian ........................................ 22
D. Sumber Data................................................................................ 23
E. Teknik Pengumpulan Data.......................................................... 23
F. Pelaksanaan................................................................................. 24
G. Analisis Data............................................................................... 24
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN......................................................... 25
A. Hasil Penelitian ........................................................................... 25
ix
B. Pembahasan................................................................................. 31
BAB IV KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN .................................. 45
A. Kesimpulan ................................................................................. 45
B. Implikasi...................................................................................... 46
C. Saran............................................................................................ 48
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 49
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Hasil pengukuran Heat Stress …………..………………................... 26
Tabel 2. Hasil pengukuran penerangan …………..………………................. 26
Tabel 3. Standard Intensitas Penerangan…………..………………................ 33
x
Tabel 4. Probability/kemungkinan ………………………………................... 40
Tabel 5. Severity/keparahan ............................................................................. 40
Tabel 6. Frequency/keseringan ........................................................................ 41
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Lay out ware house department
Lampiran 2. Hasil pengukuran iklim kerja
Lampiran 3. Hasil pengukuran pencahayaan
xi
Lampiran 4. Hasil pengukuran kebisingan
Lampiran 5. Profil resiko
Lampiran 6. Sasaran atau target dan program kerja warehouse departement
Lampiran 7. Standar keselamatan, kesehatan kerja dan lingkungan hidup
Lampiran 8. Form identifikasi bahaya
xii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Setiap aktifitas yang melibatkan faktor manusia, mesin dan bahan serta
melalui tahap-tahap proses memiliki resiko bahaya dengan tingkat resiko yang
berbeda-beda yang memungkinkan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
Resiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja tersebut disebabkan karena adanya
sumber-sumber bahaya akibat dari aktifitas kerja di tempat kerja. Pekerja merupakan
aset perusahaan yang sangat penting dalam proses produksi, sehingga perlu
diupayakan agar tingkat kesehatan dan keselamatan tenaga kerja selalu dalam
keadaan optimal.
Umumnya di semua tempat kerja selalu terdapat sumber-sumber bahaya.
Hampir tidak ada tempat kerja yang sama sekali bebas dari sumber bahaya (Syukri
Sahab, 1997). Sumber-sumber bahaya perlu dikendalikan untuk mengurangi
kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Untuk mengendalikan sumber-sumber bahaya
tersebut, maka sumber-sumber bahaya tersebut harus ditemukan. Untuk menemukan
dan menentukan lokasi bahaya potensial yang dapat mengakibatkan kecelakaan dan
penyakit akibat kerja, maka perlu diadakan identifikasi sumber bahaya potensial
yang ada di tempat kerja.
Setelah teridentifikasi maka dilakukan evaluasi tingkat resikonya terhadap
tenaga kerja. Dari kegiatan tersebut maka diusahakan suatu pengendalian sampai
tingkat yang aman bagi keselamatan dan kesehatan kerja.
xiii
Pengendalian terhadap sumber-sumber bahaya bertujuan untuk mengurangi
kerugian yang disebabkan oleh kecelakaan dan penyakit akibat kerja (Syukri
Sahab,1997). Kerugian yang disebabkan oleh kecelakaan ada dua macam, yaitu
kerugian ekonomi dan kerugian non ekonomi. Kerugian ekonomi berupa kerugian
yang langsung dapat ditaksir dengan menggunakan uang, kerugian non ekonomi
antara lain adalah rusaknya citra perusahaan.
Setiap perusahaan pasti tidak ingin menderita kerugian yang disebabkan
oleh karena terjadinya kecelakaan atau penyakit akibat kerja. Oleh karena itu,
dilakukan usaha-usaha pencegahan sumber-sumber bahaya yang ada di tempat kerja.
Semua warga negara instansi dan perusahaan yang berada di wilayah Republik
indonesia wajib taat dan tunduk pada semua peraturan dan perundangan yang
dikeluarkan oleh negara, tujuan dikeluarkannya peraturan dan perundangan tersebut
adalah untuk mengatur dan mengendalikan agar semuanya terarah untuk mencapai
tujuan dan selalu pada jalur hukum. Semua perusahaan telah memiliki tujuan untuk
mencapai efektifitas, efisiensi, produktivitas dan keuntungan yang besar. Agar proses
mencapai tujuan dan selalu pada jalur hukum yang syah, maka manajemen
bertanggung jawab untuk melaksanakan semua peraturan dan perundangan negara.
Pada dasarnya tanggung jawab manajemen terdiri dari tiga aspek utama,
yaitu aspek ekonomi, aspek kemanusiaan dan aspek hukum. (dikutip dari : R.W
Hearn of training ROSPA).
Ketiga aspek tersebut di atas adalah hal yang mendasari suatu perusahaan
untuk melakukan pengelolaan terhadap aspek keselamatan, kesehatan kerja dan
lingkungan hidup (K3LH). Sistem K3LH akan mengelola secara sistematis semua
komponen dari manusia, alat/mesin, metode, proses, material dan lingkungan,
xiv
sehingga unsur-unsur tersebut dapat bekerja dengan baik, menghasilkan keuntungan
yang tinggi dan tidak menimbulkan kerugian (insiden).
Sitem manajemen K3LH modern menitik beratkan pada proses pro-aktif
untuk pencegahan insiden. Untuk dapat melakukan pencegahan insiden dengan
efektif, kita harus mengidentifikasi semua bahaya yang dapat menjadi penyebab
timbulnya insiden, menilai tingkat resiko dari bahaya tersebut dan menentukan
tindakan perbaikan untuk mengendalikan bahaya tersebut. Semua proses tersebut
akan kita pelajari dalam sistem identifikasi bahaya dan penilaian risiko.
B. Perumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, maka timbul permasalahan yang mendorong
dilakukan penelitian mengenai bagaimana implementasi IBPR pada area warehouse
departement sebagai langkah awal untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja di
PT. Bukit Makmur Mandiri Utama dirumuskan masalah sebagai berikut :
a. Bagaimana implementasi IBPR pada area warehouse departement PT. Bukit
Makmur Mandiri Utama Jakarta?
b. Bagaimana upaya pengendalian yang dilakukan agar potensi-potensi bahaya yang
ada tidak menimbulkan kecelakaan dan kerugian?
c. Bagaimana cara kerja yang aman agar tidak terjadi kecelakaan kerja?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk dapat mengetahui faktor dan potensi bahaya di area warehouse
departement PT. Bukit Makmur Mandiri Utama Jakarta
xv
2. Untuk dapat mengetahui cara meminimalisir faktor dan potensi bahaya di area
warehouse departement PT. Bukit Makmur Mandiri Utama Jakarta
3. Untuk dapat mengetahui nilai resiko dari setiap jenis pekerjaan yang memiliki
resiko terjadinya kecelakaan kerja pada area warehouse departement PT. Bukit
Makmur Mandiri Utama Jakarta.
4. Untuk menentukan langkah pengendalian resiko dan pencegahaan kecelakaan
kerja pada area warehouse departement PT. Bukit Makmur Mandiri Utama
Jakarta.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :
1. Perusahaan
Sebagai masukan berupa gambaran tentang potensi bahaya dan faktor
bahaya yang ada di tempat kerjanya secara lebih jelas dan mengusahakan upaya
pengendalian potensi bahaya dan faktor bahaya tersebut serta dapat digunakan
sebagai dasar untuk menentukan tindakan yang sesuai agar dalam pengendalian
menjadi efektif.
2 . Penulis
Meningkatkan wawasan dalam mengidentifikasi potensi bahaya dan faktor
bahaya yang ada di tempat kerja yang diobservasi secara langsung sehingga dapat
merencanakan tindakan pengendalian secara praktis agar kecelakaan tidak terjadi.
3. Program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja
Dapat menambah kepustakaan tentang penerapan dan pelaksanaan
identifikasi bahaya dan pengendalian resiko sebagai langkah awal pencegahan
xvi
kecelakaan di perusahaan atau tempat kerja, sehingga dapat diambil manfaatnya
untuk perkembangan kurikulum dan keilmuan kesehatan dan keselamatan kerja.
4. Pembaca
Diharapkan menjadi informasi bagaimana melaksanakan identifikasi
bahaya dan mengendalikan resiko di tempat kerja/perusahaan sehingga dapat
mencegah terjadinya kecelakaan kerja.
xvii
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Keselamatan dan Kesehatan Kerja
a. Pengertian Umum
Keselamatan dan kesehatan kerja secara filosofis adalah suatu pemikiran
dan upaya untuk menjamin keadaan, keutuhan, dan kesempurnaan baik jasmani
maupun rohani manusia serta karya dan budayanya tertuju pada kesejahteraan
manusia pada umumnya dan tenaga kerja pada khususnya (Suma’mur, 1996).
Sedangkan secara keilmuan, keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu
cabang ilmu pengetahuan dan penerapannya yang mempelajari tentang cara
penanggulangan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja (Suma’mur, 1996).
Keselamatan dan kesehatan kerja secara praktis/hukum merupakan suatu
upaya perlindungan agar tenaga kerja selalu dalam keadaan selamat dan sehat selama
melakukan pekerjaan di tempat kerja serta begitu pula orang lain yang memasuki
tempat kerja maupun sumber dari proses produksi dapat secara aman dan efisien
dalam pemakaiannya (Suma’mur, 1996).
b. Tujuan Usaha Keselamatan dan Kesehatan Kerja
1) Agar tenaga kerja dan setiap orang lain yang berada di tempat kerja selalu
dalam keadaan selamat dan sehat.
2) Agar sumber-sumber produksi dapat diakui dan digunakan secara aman dan
efisien.
6
xviii
3) Agar proses produksi dapat berjalan lancar tanpa hambatan apapun.
(Suma’mur, 1996)
c. Sasaran Keselamatan dan Kesehatan Kerja
1) Mencegah dan mengurangi kecelakaan, bahaya peledakan dan kebakaran.
2) Mencegah dan mengurangi timbulnya penyakit akibat kerja.
3) Mencegah dan mengurangi kematian, cacat tetap dan luka ringan.
4) Mengamankan material bangunan, mesin, pesawat, bahan, alat kerja lainnya.
5) Meningkatkan produktivitas.
6) Mencegah pemborosan tenaga kerja dan modal.
7) Menjamin tempat kerja yang aman.
8) Mempelancar, meningkatkan, mengamankan sumber, dan proses produksi.
2. Pengertian Bahaya
Sifat alamiah dari suatu proses adalah menimbulkan efek negatif yang
disebut bahaya. Efek ini dapa muncul dari unsur manusia, mesin, material, metode
atau lingkungan, yang tidak aman. Bahaya tersebut dapat menimbulkan kerugian /
insiden, apabila tidak dikendalikan dengan baik. Tidak seorangpun dapat
meramalkan kapan kejadian insiden terjadi, dan seberapa parah akibat yang dapat
ditimbulkannya,
Suatu bahaya adalah kemungkinan suatu bahan yang dalam keadaan tertentu
bisa mengakibatkan kerugian pada makhluk hidup (Bird Jr dan Germain, 1990).
Pengertian lain dari bahaya adalah suatu kondisi baik yang ada maupun
yang berpotensi, yang dengan sendirinya atau berinteraksi dengan kondisi lainnya,
dapat menimbulkan kejadian yang tidak diinginkan atau diharapkan seperti kematian,
xix
cidera manusia, kerusakan fasilitas dan hilangnya fasilitas (Budi Santoso, 1999).
Sedangkan sumber bahaya adalah segala sesuatu yang menimbulkan bahaya.
3. Sumber Bahaya
Kecelakaan tidak terjadi dengan sendirinya melainkan ada faktor penyebab
yang dapat ditentukan dan dikendalikan. Sumber-sumber bahaya dari kecelakaan di
lingkungan kerja berasal dari :
a. Manusia atau Pekerja.
Manusia merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap tinbulnya
suatu kecelakaan kerja. Selalu ditemui dari hasi penelitian bahwa 80-85 %
kecelakaan disebabkan oleh karena kelalaian atau kesalahan manusia. Bahkan ada
suatu pendapat bahwa akhirnya langsung atau tidak langsung semua kecelakaan
adalah dikarenakan faktor manusia. Kesalahan tersebut mungkin saja dibuat oleh
perencana pabrik, oleh kontraktor yang membangunnya, pembuat mesin-mesin,
pengusaha, insinyur, ahli kimia, ahli listrik, pimpinan kelompok, pelaksana atau
petugas yang melakukan pemeliharaan mesin dan peralatan (Suma’mur, 1994).
Kesalahan utama sebagian besar kecelakaan, kerugian atau kerusakan
terletak pada karyawan yang kurang bergairah, kurang terampil, kurang tepat,
terganggu emosinya yang pada umumnya menyebabkan kecelakaan dan kerugian
(Bennet N. B. Silalahi dan Rumondang B. Silalahi, 1995).
Selain itu bahaya yang ditimbulkan dari pekerja lebih disebabkan oleh
pengetahuan yang kurang, kondisi fisik yang tidak memenuhi syarat, sikap yang
tidak aman yaitu sembrono, ceroboh, tidak serius dan tidak disiplin.
xx
b. Bangunan, Peralatan dan Instalasi
Bangunan dan peralatan mempunyai peranan dalam memicu timbulnya
bahaya karena bangunan yang kurang kokoh, peralatan yang tidak cocok, perangkat
peralatan yang rusak, peralatan yang tidak lengkap, dan tidak adanya sertifikasi dari
peralatan.
Maka dari itu bahaya dari bangunan, peralatan dan instalasi perlu mendapat
perhatian lebih. Instalasi harus memenuhi persyaratan keselamatan kerja baik dalam
desain maupun konstruksi. Sebelum penggunaan harus diuji terlebih dahulu serta
diperiksa oleh suatu tim ahli. Kalau diperlukan modifikasi harus sesuai dengan
persyaratan bahan dan konstruksi yang ditentukan. Sebelum operasi harus dilakukan
percobaan operasi untuk menjamin keselamatanya serta dioperasikan oleh operator
yang memenuhi syarat.
Dalam industri digunakan berbagai peralatan yang mengandung bahaya.
Apabila tidak dipergunakan dengan semestinya serta tidak dilengkapi dengan alat
pelindung dan pengaman, peralatan itu bisa menimbulkan macam-macam bahaya
seperti :
1) Kebakaran
2) Sengatan listrik
3) Ledakan
4) Luka-luka / cidera
Agar peralatan ini aman dipakai maka perlu pengaman yang telah diatur
oleh peraturan-peraturan di bidang keselamatan kerja. Untuk peralatan yang rumit
cara pengoperasiannya perlu disediakan semacam petunjuk sebagai daftar periksa
(check-list) pengoperasiannya.
xxi
c. Bahan atau Material
Tiap-tiap material mempunyai resiko bahaya dengan tingkat yang berbeda-
beda sesuai sifat bahan, yaitu:
1) Mudah terbakar,
2) Mudah meledak,
3) Menimbulkan alergi,
4) Menimbulkan kerusakan pada kulit dan jaringan tubuh,
5) Menyebabkan kanker,
6) Mengakibatkan kelainan pada janin,
7) Bersifat racun,
8) Radioaktif.
Selain resiko bahaya yang berbeda-beda, intensitas atau tingkat bahayanya
juga berbeda. Ada yang tingkat bahayanya sangat tinggi dan ada pula yang rendah,
misalnya dalam hal bahan beracun, ada yang sangat beracun yang dapat
menimbulkan kematian dalam kadar yang rendah dan dalam tempo yang singkat dan
ada pula yang kurang berbahaya. Di samping itu pengaruhnya ada yang segera dapat
dilihat (akut) tetapi ada juga yang pengaruhnya baru diketahui setelah bertahun-
tahun (kronis). Oleh sebab itu setiap pembimbing perusahaan harus mengetahui sifat
bahan yang digunakan sehingga mampu mengambil langkah-langkah untuk
mencegah terjadinya kecelakaan dan sakit akibat kerja yang akan sangat merugikan
bagi perusahaan (Syukri Sahab, 1997).
Sedangkan tingkat bahaya yang ditimbulkan akan tergantung pada:
1) Bentuk alami bahan atau energi yang dikandung,
2) Berapa banyak yang terpapar bahan tersebut,
xxii
3) Berapa lama seseorang terpapar,
4) Susceptibilitas seseorang.
(Soeripto, 1995).
d. Proses
Bahaya dari proses dapat membahayakan kejiwaan orang itu sendiri dan
orang lain di sekitarnya. Proses yang demikian antara lain:
1) Cara mengangkut dan mengangkat, apabila dilakukan dengan cara yang salah
dapat berakibat cidera dan yang paling sering adalah cidera pada tulang
punggung. Juga sering terjadi kecelakaan sebagai akibat cara mengangkut
dan mengangkat,
2) Cara kerja yang mengakibatkan hamburan debu dan serbuk logam, percikan
api serta tumpahan bahan berbahaya,
3) Memakai alat pelindung diri yang tidak semestinya dan cara memakai yang
salah. Penyedia perlu memperhatikan cara kerja yang dapat membahayakan
ini, baik pada tempat kerja maupun dalam pengawasan pelaksanaann
pekerjaan sehari-hari. (Syukri Sahab, 1997)
e. Lingkungan Kerja
Bahaya dari lingkungan kerja, dapat digolongkan atas berbagai jenis bahaya
yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja ataupun berbagai gangguan kesehatan
dan penyakit akibat kerja serta penurunan produktivitas dan efiensi kerja.
Bahaya-bahaya tersebut adalah:
1) Bahaya yang bersifat fisik, antara lain berupa kebisingan, radiasi,suhu,
getaran,dan lain sebagainya
xxiii
2) Bahaya yang bersifat kimia yang berasal dari uap, gas, asap, bahan komia
yang dalam kompetisi tertentu menimbilkan masalah
3) Bahaya biologis disebabkan oleh serangga, jamur, bakteri, virus, jasad renik,
gangguan binatang lain yang ada di tempat kerja,
4) Bahaya psiko sosial yang dapat terjadi karena polashift, itimidasi, hubungan
indistrial yang tidak harmonis, Bahaya ergonomi meliputi kesesuaian antara
ukuran tubuh manusia dengan peralatan kerja. (SHE BUMA, 2002).
4. Kecelakaan Kerja
Kecelakaan menurut Suma’mur (1996) adalah kejadian yang tidak terduga
dan tidak diharapkan. Tak terduga oleh karena di belakang peristiwa itu tidak
terdapat unsur kesengajaan, lebih-lebih dalam bentuk perencanaan. Tidak diharapkan
karena peristiwa kecelakaan disertai kerugian material ataupun penderitaan dari yang
paling ringan sampai yang paling berat.
Kecelakaan akibat kerja adalah kecelakaan yang berhubungan dengan
hubungan kerja pada perusahaan. Hubungan kerja disini dapat berarti bahwa
kecelakaan terjadi disebabkan oleh pekerjaan atau pada waktu melaksanakan
pekerjaan.
Dari hasil penelitian bahwa 80-85% (persen) kecelakaan disebabkan oleh
kelalaian dan kesalahan manusia. Bahkan ada suatu pendapat bahwa akhirnya
langsung atau tidak langsung semua kecelakaan adalah dikarenakan faktor manusia.
Kesalahan tersebut mungkin saja dibuat oleh perencana pabrik, pembuat mesin,
kontraktor, dan lain-lain.
Pada dasarnya kecelakaan disebabkan oleh dua hal yaitu tindakan yang
tidak aman (Unsafe Act) dan kondisi yang tidak aman (Unsafe Condition). Dari data
xxiv
Lack of
Control
Inadequate
Program
Inadequate
Program
Standart
Inadequate
to Standart
Basic
Causes
Personal
Factor
Job Factor
Immediate
Causes
Unsafe act
Unsafe
Conditions
Accident
Contact
with
Energy or
Substance
Loss
People
Property
Process
kecelakaan didapatkan 85% sebab kecelakaan adalah faktor manusia. Oleh karena itu
sumber daya manusia dalam hal ini memegang peranan penting dalam penciptaan
keselamatan dan kesehatan kerja. Tenaga kerja yang mau membiasakan dirinya
dalam keadaan aman dan melakukan pekerjaan dengan aman akan sangat membantu
dalam memperkecil angka kecelakaan kerja (Suma’mur, 1996).
Cara penelusuran penyebab kecelakaan sesuai dengan urutan Domino yang
digunakan pada cara berpikir modern dalam prinsip pencegahan kecelakaan dan Loss
Control. Teori ini menyatakan bahwa kecelakaan tidak datang dengan sendirinya,
akan tetapi ada serangkaian peristiwa sebelumnya yang mendahului terjadinya
kecelakaan tersebut. Urutan Domino dapat dilihat seperti di bawah ini.
(Sumber : PT Freeport Indonesia, 1995)
a. Kurangnya Sistem Pengendalian (Lack of Control)
Dalam urutan Domino, kurangnya pengendalian merupakan urutan pertama
menuju suatu kejadian yang mengakibatkan kerugian. Pengendalian dalam hal ini
ialah salah satu dari empat fungsi manajemen yaitu : planing (perencanaan),
organizing (pengorganisasian), leading (kepemimpinan), dan controling
(pengendalian).
xxv
Teori Domino yang pertama akan jatuh karena kelemahan pengawas dan
pihak manajemen yang tidak merencanakan dan mengorganisasi pekerja dengan
benar serta tidak mengarahkan para pekerjannya untuk terampil dalam melaksanakan
pekerjaannya. Kurangnya pengendalian dapat disebabkan karena faktor :
1) Program yang tidak memadai (Inadequate program)
Hal ini disebabkan terlalu sedikitnya program yang diterapkan di tempat kerja
atau karena terlalu banyak kegiatan-kegiatan program. Kegiatan program
yang penting bervariasi dengan lingkup, sifat, dan jenis perusahaan.
2) Standar program yang tidak layak (Inadequate Standard Program)
Guna mematuhi pelaksanaan kegiatan manajemen keselamatan dan kesehatan
kerja yang baik perusahaan harus membuat suatu program keselamatan dan
kesehatan kerja, menetapkan standar yang digunakan dan melakukan
pemantauan pelaksanaan program tersebut
3) Standar yang tidak layak (Inadequate to Standard)Faktor yang menyebabkan
kurangnya standar yang diterapkan tidak cukup spesifik dan tidak cukup jelas
serta kurang tingginya standar yang diterapkan.
b. Penyebab Dasar (Basic Causes)
Adalah penyebab nyata yang dibelakang atau melatarbelakangi penyebab
langsung yang mendasari terjadinya kecelakaan, terdiri dari :
1) Faktor Personal (Personal Factor)
2) Faktor Pekerjaan (Job Factor)
xxvi
c. Penyebab Langsung (Immediate Causes)
Adalah tindakan tidak aman dan kondisi tidak aman yang secara langsung
menyebabkan kecelakaan yang biasanya dapat dilihat dan dirasakan. Penyebab
langsung tersebut berupa :
1) Tindakan tidak aman (Unsafe Act)
Yaitu pelanggaran terhadap tata cara kerja yang aman sehingga dapat
menimbulkan peluang akan terjadinya kecelakaan
2) Kondisi tidak aman (Unsafe Condition)
Kondisi fisik yang membahayakan dan langsung membuka terhadap
kecelakaan.
d. Kecelakaan (Accident)
Kecelakaan terjadi oleh karena adanya kontak dengan suatu sumber energi
atau bahan yang melampaui NAB dari bahan atau struktur. Sumber energi ini dapat
berupa tenaga mekanis, kinetis, kimia, listrik, dsb.(PT. Sucofindo, 1998).
e. Kerugian (Loss)
Akibat dari kecelakaan adalah kerugian, sebagaimana termasuk dalam
definisi kecelakaan bahwa kerugian dapat berwujud penderitaan pada manusia,
kerusakan pada harta benda, dan lingkungan serta kerugian pada proses. Kerugian-
kerugian yang penting dan tidak langsung adalah terganggunya proses produksi dan
menurunnya keuntungan.
2. Identifikasi Bahaya
Identifikasi bahaya adalah Program yang bersifat pro-aktif dan merupakan
dasar pengelolaan keselamatan, kesehatan kerja dan lingkungan hidup modern (SHE
BUMA, 2002).
xxvii
Pada umumnya kegiatan ini melakukan identifikasi terhadap sumber bahaya
dan area yang terkena imbasnya. Identifikasi sumber bahaya dilakukan dengan
mempertimbangkan :
a. Kondisi dan kejadian yang dapat menimbulkan potensi bahaya.
b. Jenis kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang mungkin dapat terjadi.
(Depnaker RI, 2002)
Salah satu sarana yang paling mudah, dapat dilakukan, oleh siapapun, dan
langkah yang sistematis untuk mengidentifikasi bahaya di PT. Bukit Makmur
Mandiri Utama adalah dengan menggunakan empat langkah B’Safe yang ada di balik
kartu “janji safety”. Yang berbunyi:
a. Langkah pertama
Periksa sekitar anda, adakah orang yang bekerja tidak aman?
b. Langkah kedua
Periksa sekeliling, adakah situasi berbahaya?
c. Langkah ketiga
Periksa, adakah peralatan yang membahayakan?
d. Langkah keempat
Lakukan tindakan perbaikan jika anda menemukan bahaya?
Kesuksesan ini dapat dilihat bila seluruh resiko di tempat kerja dapat
teridentifikasi dangan sempurna. Tujuan dilakukan identifikasi bahaya adalah untuk
mengenali seluruh macam bahaya yang ada di tempat kerja, sehingga dapat
dilakukan pengendalian terhadap bahaya tersebut (Cross Jane, 1998). Hal yang
dilihat dalam mengidentitikasi bahaya adalah :
xxviii
a. Apa yang terjadi.
Dalam melakukan identifikasi bahaya perlu diungkap derrgan detail tentang apa
yang dapat terjadi dan dampak apa yang timbul dari kejadian tersebut.
b. Bagaimana dan mengapa hal itu dapat terjadi.
Dalam kegiatan identifikasi perlu juga dilihat bagaimana kejadian itu dapat
terjadi dengan membuat skenario kejadian dan juga perlu dilihat penyebab dari
kejadian tersebut. Dalam mengidentifikasi bahaya dapat dilakukan dengan
beberapa alat atau instrument yang berguna untuk memudahkan mengenali
komponen di atas. Alat atau instrument tersebut antara lain :
1) Preliminary Hazard Analisis (PHA)
Merupakan suatu metode identifikasi bahaya yang didasarkan pada konsep
bahaya atau kecelakaan yang terjadi jika timbul pelepasan energi yang tidak
diharapkan. Dalam metode ini perlu ditentukan sumber energi dan
mekanisme yang terkait.
2) Failure Mode & Effect Analisis (FMEA)
Merupakan teknik identifikasi yang dilakukan secara sistematik. Prinsip dari
FMEA adalah memeriksa pola kegagalan komponen dan akibatnya. FMEA
bersifat prediktif dengan mengambil kegagalan komponen tunggal sebagai
titik awal.
3) Hazard & Operability Study (Hazops)
Teknik analisis ini didasari bahwa suatu bahaya atau masalah muncul, hanya
terjadi jika terdapat penyimpangan dari ketentuan rancangan operasi.
xxix
4) Fault Tree Analisis (FTA)
Merupakan teknik identifikasi yang sifatnya deduktif. Dimulai dari
perumusan kejadian yang tidak diinginkan sebagai puncak atau top event.
5) Job Safety Analisis (JSA)
Merupakan suatu teknik identifikasi bahaya sebelum bahaya itu muncul yang
fokusnya tahapan atau langkah kerja. Intinya melihat hubungan antara
pekerja, tahapan atau langkah kerja, peralatan, dan tempat kerja. Idealnya
setelah melakukan identifikasi ini dapat diperoleh pengendalian yang sesuai
untuk mengendalikan bahaya-bahaya yang ada di lingkungan kerja.
3. Penilaian Resiko
Resiko adalah besarnya kecenderungan atau kemungkinan seseorang
terpapar suatu bahaya atau bahan yang mungkin dapat merugikan (SHE BUMA,
2002)
Setelah kita mengidentifikasi bahaya dan menemukan bahaya, proses
selanjutnya kita harus menilai resiko dari bahaya tersebut. Tujuan dari penilaian
resiko adalah mengetahui besar atau tingkat kekritisan dari bahaya yang
teridentifikasi. Penilaian resiko ini bersifat subyektif, untuk masing-masing penilai
dapat terjadi perbedaan angka.
Sumber bahaya yang teridentifikasi harus dinilai untuk menentukan tingkat
resiko yang merupakan tolak ukur kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit
akibat kerja (Depnaker RI, 2002).
Analisa resiko adalah suatu kegiatan sistematik dengan menggunakan
informasi yang ada untuk mendeterminasi seberapa tingkat keparahan dan tingkat
keseringan suatu kejadian yang muncul (Cross Jane, 1998). Tujuan dilakukannya
xxx
analisis resiko adalah untuk memisahkan antara resiko kecil dengan resiko besar
yang kemudian dapat digunakan sebagai evaluasi dan pertimbangan perlakuan
pengendalian (Cross Jane, 1998).
Dari definisi di atas, yang perlu menjadi perhatian kita adalah resiko
bukanlah sesuatu yang terjadi atau akan terjadi. Resiko bukanlah besarnya kerugian,
atau keparahan. Resiko lebih merupakan besarnya kemungkinan terjadinya kerugian
atau insiden. Hasil dari penilaian resiko akan memudahkan kita dalam melihat
tingkat kekritisan dari bahaya, sehingga kita dapat menundukkan bahaya-bahaya
tersebut sesuai urut-urutan dari yang memiliki tingkat kekritisan tinggi sampai yang
memiliki kekritisan rendah.
4. Hubungan IBPR dengan pencegahan kecelakaan
Identifikasi bahaya dan penilaian resiko adalah langkah awal dalam
pencegahan kecelakaan kerja. Kecelakaan berasal dari bahaya-bahaya yang mungkin
timbul dalam proses kerja di tempat kerja. Adapun sumber bahaya di tempat kerja
berasal dari:
a. Manusia
b. Peralatan
c. Bahan
d. Proses
e. Cara atau sikap kerja
Dari berbagai macam sumber bahaya tersebut maka akan menimbukan
potensi bahaya apabila terjadi Unsafe Condition dan Unsafe Human act apabila hal
tersebut tidak ditindak lanjuti dengan tanpa adanya analisa Unsafe Condition dan
Unsafe Human act tersebut maka besar kemungkinan akan terjadi kecelakaan kerja
xxxi
dan mengakibatkan kerugian berupa biaya-biaya tambahan akibat kecelakaan kerja.
Akan tetapi apabila Unsafe Condition dan Unsafe Human act ditangani dengan
langkah yang tepat berupa identifikasi bahaya dan penilaian resiko deengan cara:
a. Pengenalan/ Identifikasi
b. Evaluasi/ Penilaian
Setelah proses identifikasi bahaya dan penilaian resiko dilaksanakan dengan
benar, selanjutnya dilakukan upaya pengendalian yang tepat terhadapbahaya-bahaya
yang ada agar tidak menimbulkan kecelakaan kerja. Dengan adanya upaya
pengndalian tersebut maka resiko kecelakaan dapat ditekan seredah mungkin agar
tidak terjadi kecelakaan kerja sehingga terciptalah kesehatan dan keselamatan kerja
di tempat kerja, dan biaya-biaya tambahan akibat kecelakaan kerja tidak perlu
dikeluarkan sehingga tidak menambah beban perusahaan.
xxxii
B. Kerangka Pemikiran
Tempat Kerja
Sumber Bahaya:
- Manusia
- Bangunan, Peralatan dan Instalasi
- Bahan/ Material
- Cara kerja
- Lingkungan kerja
Potensi Bahaya:
- Unsafe Condition
- Unsafe Human act
Proses IBPR:
a. Identifikasi
b. Penilaian
Upaya Pengendalian
Resiko Kecelakaan
Terkendali
Tercipta Kesehatan dan
Keselamatan Kerja di Tempat
Kerja
Tidak Ada Analisis
Resiko Kecelakaan
Cost
xxxiii
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode penelitian yang diambil adalah penelitian deskriptif, dimana penulis
memberikan gambaran yang jelas terhadap project penelitian dan data yang
diperoleh dipergunakan sebagai bahan penulisan laporan. Penelitian deskriptif adalah
metode penelitian yang bertujuan mendiskripsikan atau memaparkan peristiwa-
peristiwa yang terjadi pada masa kini dan lebih menekankan pada data factual dari
pada penyimpulan (Arif M, 2003).
B. Lokasi Penelitian
Penelitian yang dilakukan dilaksanakan di area ware house departement PT.
Bukit Makmur Mandiri Utama Jakarta. Jalan Bidara Raya no 3, Kelurahan Pejagalan,
Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara.
C. Obyek dan Ruang Lingkup Penelitian
Obyek yang diteliti dalam penelitiaan ini adalah gambaran penerapan
“IBPR” di area warehouse departement PT. Bukit Makmur Mandiri Utama Jakarta,
antara lain meliputi :
1. Alat berat
2. Fork lift
22
xxxiv
3. Kotak panel instalasi listrik
4. Sistem angkat- angkut
5. Cara pengepakan
6. Sikap kerja
7. Pemotongan kayu
8. Alat Pelindung Diri
D. Sumber Data
Data yang diperoleh dan dikumpulkan dalam penelitian ini bersumber dari
data primer dan data sekunder, yaitu :
1. Data Primer
Mengadakan observasi langsung mengenai identifikasi bahaya dan penilaian
resiko terhadap sumber bahaya di tempat kerja dan bagaimana penerapannya yang
dilakukan di perusahaan.
2. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh melalui data-data yang ada pada dokumen dan
catatan perusahaan yang berhubungan dengan mengenai identifikasi bahaya dan
penilaian resiko terhadap sumber bahaya di tempat kerja.
xxxv
E. Teknik Pengumpulan Data
1. Observasi Lapangan
Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh penulis yaitu : observasi
dilakukan dengan pengamatan langsung terhadap penerapan Identifikasi Bahaya dan
Penilaian Resiko.
2. Wawancara
Wawancara dilakukan kepada pihak yang berhubungan dengan obyek
penelitian baik tenaga kerja, staf warehouse departement maupun SHE departement.
3. Dokumentasi
Dilakukan dengan cara mengumpulkan data dan mempelajari dokumen-
dokumen serta catatan-catatan perusahaan yang berhubungan dengan obyek yang
diteliti.
4. Studi Pustaka
Dilakukan untuk memperoleh pengetahuan secara teoritis dengan membaca
literatur-literatur yang berhubungan dengan obyek penelitian.
F. Pelaksanaan Penelitian
Kegiatan pelaksanaan penelitian dilakukan di area warehouse departement
dalam proses penelitian atau magang. Pelaksanaan magang dimulai dari tanggal 01
Februari 2010 sampai dengan 01 Mei 2010.
xxxvi
G. Analisis Data
Data yang diperoleh akan dibahas secara diskriptif yaitu penggambaran
masalah mengenai penerapan “Identifikasi Bahaya dan Penilaian Resiko” terhadap
alat-alat yang mempunyai potensi bahaya yang tinggi yang di gunakan pada setiap
proses yang dilakukan di area warehouse department dan cara kerja yang diterapkan
sebagai upaya pencegahan kecelakaan kerja PT. Bukit Makmur Mandiri Utama
Jakarta.
xxxvii
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Dari hasil penelitian dan observasi langsung (data primer) di lapangan,
Implementasi IBPR pada area warehouse department digunakan sebagai langkah
awal untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja di PT. Bukit Makmur Mandiri
Utama Jakarta diperoleh hasil sebagai berikut :
Warehouse department adalah sebuah department di bawah divisi material
management yang bergerak di bidang pengadaan dan pendistribusian barang. Alur
distribusi barang di mulai dari permintaan dari job site yang meminta pengadaan
beberapa barang untuk proses produksi yang diminta ke kantor pusat dalam bentuk
purchase requisition. Setelah purchase requisition selesai dibuat dan diajukan maka
akan ditindaklanjuti berupa pengajuan purchase order. Dari pengajuan purchase
order maka akan ditindak lanjuti dengan pengadaan barang dari suplayer ke
warehouse department kemudian diteruskan dengan pengiriman barang ke job site
yang memerlukan barang tersebut. Lay out warehouse department dapat dilihat di
lampiran 1.
Adapun hal-hal yang di amati dalam penelitian di warehouse department
terbagi dalam beberapa hal antara lain:
26
xxxviii
1. Faktor Bahaya
Faktor bahaya yang diamati dan telah dilakukan pengukuran di warehouse
department antara lain adalah sebagai berikut:
a. Heat Stress
Kondisi ruang kerja di area warehouse department PT Bukit Makmur
Mandiri Utama tidak menggunakan mesin pendingin tetapi di sediakan kipas angin
agar suhu udara selalu terjaga dan karyawan tidak mengalami kepanasan.
Hasil pengukuran Heat Stress di area warehouse department menunjukkan:
Tabel 1. Hasil pengukuran Heat Stress
No Obyek Waktu Hasil NAB Kategori
1 R. Packing 11.20-13.20 30,20
C 29,00
C Tidak Sesuai
2 R. Spare part (1) 13.30-15.30 30,20
C 29,00
C Tidak Sesuai
3 R. Spare part (2) 13.30-15.30 30,30
C 29,00
C Tidak Sesuai
Sumber: Data Primer
Pekerjaan yang dilakukan memiliki beban kerja untuk kategori 75% kerja
dan 25% istirahat. Hasil pengukuran heat stress dapat dilihat pada lampiran 2.
b. Penerangan
Intensitas penerangan di PT. Bukit Makmur Mandiri Utama diperoleh dari
penerangan alami dan buatan. Yaitu dengan menggunakan penerangan cahaya
matahari tidak langsung (penerangan alami) dan menggunakan lampu TL
(penerangan buatan). Pengukuran penerangan dilakukan satu tahun satu kali.
Pengukuran tersebut dilakukan oleh safety officer head office. Hasil pengukuran
penerangan di area warehouse department menunjukkan:
xxxix
Tabel 2. Hasil pengukuran penerangan
No Obyek Waktu Hasil NAB Kategori
1 R. Packing 09.30 166 lux 300 lux Tidak Sesuai
2 R. Spare part (1) 09.32 37 lux 200 lux Tidak Sesuai
3 Offise whd 09.37 113 lux 300 lux Tidak Sesuai
4 Loading/unloading 09.40 375 lux 200 lux Sesuai
Sumber: Data Primer
Pekerjaan yang dilakukan di area warehouse department tergolong pekerjaan
kasar dan terus menerus (tidak menggunakan komputer). Penerangan yang
diperlukan untuk pekerjaan tersebut adalah 170-350 lux. Hasil pengukuran
pencahayaan dapat dilihat pada lampiran 3.
c. Kebisingan
Hasil pengukuran di area pemotongan yaitu sebesar 82,06 dB(A), dan di
area loading atau unloading barang sebesar 77,14 dB(A) Nilai ambang batas
kebisingan yang diperkenankan di tempat kerja adalah 85dB untuk 8 jam kerja per
hari dan 40 jam per minggu hal ini telah sesuai tetapi alangkah baiknya jika pada saat
melakukan pemotongan dengan mesin, pekerja hendaknya mengunakan Alat
Pelindung Diri agar tidak mengganggu pendengaran. Hasil pengukuran kebisingan
dapat dilihat pada lampiran 4.
2. Potensi Bahaya
Adapun kegiatan yang dilakukan di area warehouse department memiliki
tingkat bahaya yang tinggi mulai dari datangnya barang dari suplayer sampai dengan
pengiriman barang hingga tempat tujuan, terutama pada saat pengepakan dan angkat-
angkut barang, maka dari itu diperlukan adanya proses identifikasi bahaya dan
xl
penilaian resiko di area warehouse department. Potensi bahaya yang mungkin terjadi
pada proses pekerjaan di area warehouse department antara lain:
a. Tertimpa
Pekerjaan yang memiliki potensi bahaya tertimpa bagi karyawan yang
melakukan proses pekerjaan tersebut antara lain:
1) Bongkar muat spare parts
2) Bongkar muat barang bekas
3) Bongkar muat ban
4) Pengepakan barang
5) Penataan spare parts
6) Penataan ban
7) Penataan barang bekas
8) Stock Taking
b. Tertabrak
Pekerjaan yang memiliki potensi bahaya tertabrak bagi karyawan yang
melakukan proses pekerjaan tersebut antara lain:
1) Bongkar muat spare parts menggunakan fork lift
2) Bongkar muat barang bekas menggunakan fork lift
3) Bongkar muat ban menggunakan fork lift
4) Pengangkutan barang dengan fork lift
5) Parkir unit
c. Tertusuk, terpotong dan terjepit
Pekerjaan yang memiliki potensi bahaya tertimpa bagi karyawan yang
melakukan proses pekerjaan tersebut antara lain:
xli
1) Pemotongan papan packing
2) Pengepakan dengan paku dan palu
3) Bongkar muat dan penataan barang
4) Penjahitan karung
d. Kebakaran dan tersengat listrik
Potensi kebakaran sangat besar terjadinya apabila ada hubungan arus
pendek, selain itu yang menyebabkan terjadinya kebakaran adalah merokok di area
yang banyak terdapat barang-barang yang mudah terbakar. Oleh karena itu dalam
melakukan pekerjaannya, karyawan hendaknya tidak diperbolehkan untuk merokok,
dan disediakan waktu dan ruang tertentu untuk merokok bagi pekerja yang terbiasa
merokok.
Bahaya tersebut bukanlah bahaya yang sepele, karena dalam prakteknya,
barang-barang yang terlibat dalam proses pekerjaan di area warehouse departement
adalah barang dengan ukuran yang besar, misalnya ban HD (2400,R35), ban SDT
(1200,R-24) yang memiliki diameter sebesar 3 meter. Drum tempat solar, box tempat
barang, karung barang, dan juga tempat penataan memiliki ukuran yang besar.
Selain berukuran besar, peralatanpun juga memiliki ketajaman, seperti
mesin pemotong, paku, mesin penjahit karung dan lain-lain memiliki potensi bahaya
tertusuk, tergores, terpotong yang besar.
Potensi bahaya di tempat kerja melibatkan beberapa aspek antara lain:
Aspek keselamatan, aspek kesehatan, aspek lingkungan. Profil resiko yang mungkin
terjadi dapat dilihat di lampiran 5.
xlii
a. Aspek keselamatan
Dalam sutu proses pekerjaan kita tidak boleh mengabaikan tentang aspek
keselamatan pekerja itu, aspek keselamatan tersebut antara lain:
1) Pengangkatan beban yang lebih dari 18 kg secara manual
2) Pengangkatan menggunakan alat (fork lift dan crane)
3) Penyusunan barang
4) Manufer dari unit
5) Penggunaan mesin strapping dan pemotong
6) Penghitungan physic barang
7) Bekerja di ketinggian ( lebih dari 2 m)
8) Kebakaran
b. Aspek kesehatan
Kesehatan karyawan sangat penting agar proses pekerjaan dapat berjalan
lancar sesuai dengan apa yang telah ditargetkan, maka dari itu dalam bekerja,
karyawan harus memperhatikan aspek kesehatan yang mungkin timbul dari pekerjan
itu, antara lain:
1) Terpapar bensin/solar saat refueling
2) Terpapar debu
3) Pengangkatan beban yang lebih dari 18 kg secara manual
4) Posisi tubuh kurang ideal
5) Terpapar bahan kimia
6) Terkena percikan solar
xliii
b. Aspek lingkungan
Selain manusia pekerja, lingkungan juga harus diperhatikan agar tidak
mengakibatkan pencemaran yang berbahaya baik dalam lingkungan warehouse
department itu sendiri maupun lingkungan sekitar. Aspek lingkungan yang mungkin
timbul antara lain:
1) Penggunaan solar atau bensin
2) Emisi knalpot
3) Ceceran BBM
4) Limbah segel atau strapping
5) Penggunaan listrik, alat-alat kantor
Sasaran atau target dan program kerja warehouse deprtement dapat dilihat di
lampiran 6.
3. Alat Pelindung Diri
Penyediaan alat pelindung diri bagi karyawan sangat penting untuk
menjaga kesehatan dan keselamatan kerja karyawan, tetapi apalah artinya jika sudah
disediakan tetapi karyawan tersebut enggan mengenakan Alat Pelindung Diri. Alat
Pelindung Diri yang di berikan perusahaan antara lain:
a. ear plug
b. ear Muf
c. Safety shoes
d. Helmet
xliv
B. Pembahasan
Keselamatan kerja merupakan masalah yang sangat penting untuk
dilaksanakan di perusahaan. PT. Bukit Makmur Mandiri Utama telah melaksanakan
upaya pemeliharaan keselamatan kerja dalam upaya pencegahan kecelakaan kerja.
Hal-hal yang diperlukan sebagai langkah awal untuk mencegah terjadinya
kecelakaan kerja antara lain:
1. Faktor Bahaya
a. Heat Stress
Hasil pengukuran Heat Stress di area warehouse department menunjukkan
hasil diatas NAB yang diperkenankan yaitu NAB iklim kerja yang diperkenankan
untuk kategori 75% kerja dan 25% istirahat adalah 29,o
C, untuk itu diperlukan
langkah-langkah perbaikan agar tenaga kerja tidak cepat mengalami kelelahan yaitu
dengan:
1) Penyediaan air minum bagi tenaga kerja
2) Pemberian jendela (ventilasi di tempat kerja)
3) Pengadaan local exhauster
4) Penggunaan pakaian yang mudah menyerap keringat
Dengan penerapan langkah pengendalian tersebut diharapkan tenaga kerja tidak
cepat mengalami kelelahan.
b. Penerangan
Menurut Peraturan Menteri Perburuhan No. 7 Tahun 1964, tentang Syarat
Kesehatan, Kebersihan dan Penerangan dalam Tempat Kerja. Pada pasal 2
disebutkan bahwa setiap bangunan harus mendapat penerangan yang cukup dan
memenuhi syarat untuk melakukan pekerjaan. Syarat tersebut terdapat pada pasal 14
xlv
ayat (7) yang isinya yaitu penerangan yang cukup untuk pekerjaan yang
membedakan barang-barang kecil dan halus paling sedikit 300 Lux seperti pekerjaan
kantor. Sedangkan di bagian packing, loading, unloading, penyimpanan spare parts
tergolong pekerjaan tidak teliti dengan intensitas penerangan 170-350 lux. Menurut
intensitas penerangan yang baik secara umum menurut Suma’mur P.K. adalah
sebagai berikut:
Tabel 1. Standard Intensitas Penerangan
Pekerjaan Contoh-contoh Intensitas Penerangan (Lux)
Tidak teliti Penimbunan barang 80-170
Agak teliti Pemasangan (tidak teliti) 170-350
Teliti Membaca, menggambar 350-700
Sangat teliti Pemasangan (teliti) 700-10.000
Sumber: Suma’mur P.K,1996
Di area warehouse department PT. Bukit Makmur Mandiri Utama,
intensitas cahaya penerangan rata-rata belum memenuhi standar tersebut di
karenakan kurangnya intensitas lampu, jadi untuk penerangan Di PT. Bukit Makmur
Mandiri Utama belum sesuai dengan Peraturan Menteri Perburuhan No. 7 Tahun
1964.untuk itu diperlukan langkah perbaikan dengan cara penambahan jumlah
lampu.
c. Kebisingan
Intensitas kebisingan Menurut Kepmenaker Nomor : KEP-51/MEN/1999
pasal 3 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisik di Tempat Kerja, bahwa Nilai
Ambang Batas kebisingan ditetapkan sebesar 85 dB(A) untuk 8 jam kerja per hari
dan 40 jam per minggu. Di area warehouse department Intensitas kebisingannya di
bawah 85 Db(A). Tetapi alangkah baiknya dilakukan upaya-upaya yang yaitu
xlvi
melakukan pengurangan sumber kebisingan pada sumbernya (enginering control),
yang dilakukan dengan menempatkan peredam pada sumber kebisingan, perawatan
secara rutin mesin-mesin atau proses yang menimbulkan kebisingan. Perusahaan
juga melakukan proteksi terhadap tenaga kerja, dengan pemberian berbagai macam
merk alat pelindung telinga baik yang berupa ear plug maupun ear muff. Pemberian
ear plug dapat mereduksi bising sampai dengan 15 dB(A), sedangkan ear muff dapat
mereduksi bising sampai dengan 25 dB(A) sampai 30 dB(A). Namun terkadang
dijumpai tenaga kerja yang tidak memakai APD pada saat bekerja di area dengan
intensitas bising tinggi.
2. Potensi Bahaya
Potensi bahaya di tempat kerja melibatkan beberapa aspek antara lain:
Aspek keselamatan, kesehatan, dan lingkungan. Untuk dapat meminimalisir potensi
bahaya di tempat kerja, maka perlu dibuat langkah pengendalian bahaya dengan baik
dan dapat menangkap sebanyak mungkin potensi bahaya, segenap karyawan harus
melakukannya dengan teknik yang benar. Potensi bahaya dapat diminimalisir
dengan cara:
a. Identifikasi Bahaya
Untuk dapat mengidentifikasi bahaya dengan baik dan dapat menangkap
sebanyak mungkin bahaya, kita harus melakukannya dengan teknik yang benar.
Dibawah ini adalah beberapa contoh teknik dalam mengidentifikasi bahaya :
1) Berjalanlah berkeliling dan perhatikan hal-hal yang dapat menjadi sumber
kecelakaan.
2) Jangan hiraukan hal-hal yang sepele, pusatkan perhatian pada sesuatu yang
dapat menyebabkan insiden serius
xlvii
3) Tanyakan kepada pekerja mengenai pendapat mereka tentang bahaya dari
pekerjaan yang dilakukan.
4) Cermati instruksi kerja yang dibuat oleh pabrik.
5) Pelajari catatan insiden dan catatan kesehatan pekerja ditempat tersebut
6) Pelajari hasil temuan inspeksi terdahulu.
7) Cermati semua jenis pekerjaan yang ada di lokasi tersebut
8) Pertimbangkan keberadaan orang lain yang tidak selalu berada di lokasi
tersebut.
9) Perkirakan semua orang yang dimungkinkan bisa terluka akibat dari
kegiatan di lokasi tersebut.
10) Dari setiap bahaya yang teridentifikasi, perhatikan jumlah orang dan
lamanya terkena paparan bahaya tersebut.
Identifikasi bahaya, penilaian resiko dan kontrol pengendalian dapat di lihat di
standar keselamatan, kesehatan kerja dan lingkungan hidup pada lampiran 7.
Kita dapat mengidentifikasi bahaya dengan melihat catatan-catatan insiden
yang pernah terjadi dan catatan hasil inspeksi terdahulu di lokasi tersebut. Pokok-
pokok yang harus dicermati dari catatan insiden, antara lain :
1) Benda yang menjadi sumber kecelakaan (palu, sling, plat besi, dump truck,
dan lain-lain).
2) Jenis kecelakaan yang terjadi (terjepit, jatuh, tabrakan, dan lain-lain).
3) Kondisi tidak standar yang menimbulkan insiden (licin, tajam, sempit
berdebu, dan lain-lain).
4) Tindakan tidak aman yang menimbulkan insiden (tidak pakai APD,
tidak melaksanakan prosedur, dan lain-lain).
xlviii
5) Bagian tubuh yang cedera (kepala, tubuh, kaki, tangan, dan lain-lain).
6) Seksi-seksi mana yang sering ditemukan penyimpangan / deviasi pada
catatan inspeksi terdahulu,
7) Jenis-jenis deviasi/penyimpangan yang ditemukan dari hasil inspeksi
terdahulu,
8) Daerah-daerah kritis mana yang sering terlepas dari pengawasan supervisor.
Dengan bantuan catatan insiden dan inspeksi terdahulu, kita dapat lebih fokus
dalam mengidentifikasi bahaya. Langkah-langkah dalam proses identifikasi bahaya
antara lain:
1) Memutuskan
Sebelum kita melakukan proses IBPR, kita harus terlebih dahulu memutuskan
hal-hal berikut ini :
a) Lokasi/area/unit mana yang akan diidentifikasi bahayanya (misalnya
workshop, gudang, tambang, dan lain-lain).
b) Jenis bahaya apa yang akan kita identifikasi (misalnya bahaya kebakaran,
pencemaran, terjepit, semua bahaya, dan lain-lain).
c) Kapan kita akan melakukan identifikasi (misalnya awal shift, jam 10 pagi,
waktu over shift, dan lain-lain).
d) Alat Bantu yang digunakan (misalnya form P2H, form inspeksi, kartu
laporan bahaya, alat ukur, dan lain-lain).
2) Observasi
Untuk lebih melengkapi dan lebih fokus dalam melakukan pengamatan, kita
dapat menggunakan ‘4 Langkah B’Safe’. Ada tiga hal utama yang harus kita
cermati :
xlix
a) Situasi sekeliling yang tidak aman
b) Peralatan/komponen yang tidak aman
c) Orang lain yang melakukan tindakan tidak aman
Semua kondisi/tindakan tidak aman yang berhasil kita identifikasi, harus kita
catat di form atau kertas.
3) Penilaian
Dari semua kondisi/tindakan tidak aman (bahaya) yang berhasil diidentifikasi
dan dicatat, harus dilakukan penilaian untuk mengetahui seberapa besar
tingkat resikonya.
4) Langkah Perbaikan Awal
Apabila dari hasil identifikasi ditemukan bahaya dengan tingkat kekritisan
tinggi, maka kita harus melakukan langkah perbaikan awal. Bentuk dari
langkah perbaikan awal ini dapat berupa :
a) Menghentikan pekerjaannya
b) Memperbaiki/menghilangkan bahaya tersebut (jika mampu).
c) Memberi tanda/rambu-rambu peringatan.
d) Melaporkan ke atasan atau orang yang bertanggung jawab untuk
perbaikan.
5) Langkah Perbaikan Lanjutan
Dari semua bahaya yang berhasil diidentifikasi, kita harus membuat daftar
bahaya. Langkah selanjutnya, kita mendiskusikan dengan tim manajemen
untuk melakukan hal-hal dibawah ini :
l
a) Buat daftar dari langkah pengendalian dari masing-masing bahaya yang
sudah dilakukan sampai saat ini,
b) Lakukan penilaian resiko, apakah kontrol/langkah pengendalian yang ada
telah memadai atau belum,
c) Jika belum memadai, tentukan langkah pengendalian lainnya sampai nilai
resiko dapat ditekan seminimal mungkin.
Komposisi tim manajemen untuk mendiskusikan hasil IBPR dapat
terdiri dari:
a) Project Manajer/Deputy Project Manager
b) Kepala Bagian
c) Safety Officer
d) Perwakilan K3LH
e) Tenaga Ahli/Pakar.
Semua langkah pengendalian yang telah diputuskan oleh tim, harus
didistribusikan kepada semua pihak yang bertanggung jawab dalam
melakukan tindakan perbaikan. Dan semua pihak yang bertanggung jawab
wajib melakukan tindak lanjut.
6) Dokumentasi
Semua dokumentasi dari hasil proses IBPR harus disimpan. Ada beberapa hal
yang harus diperhatikan dalam dokumentasi proses IBPR :
a) Harus menggunakan form IBPR standar (lihat standar B’Safe Nomor :
K3LH/2002/02.01/STD).
b) Disusun berurutan sesuai waktu, Jika akan melakukan proses IBPR baru,
harus mereview hasil IBPR yang sudah ada,
li
Dalam Permenaker 05/Men/1996 sumber bahaya yang teridentifikasi harus
dinilai untuk menentukan tingkat resiko yang merupakan tolok ukur
kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Berdasarkan hasil
penilaian resiko tersebut kita dapat mengidentifikasi atau menentukan tindakan
yang akan kita lakukan terhadap setiap resiko.
Form identifikasi bahaya dapat dilihat di lampiran 8.
b. Penilaian Resiko
Setiap bahaya yang sudah kita nilai risikonya disusun dari bahaya yang
memiliki nilai resiko tinggi diletakkan pada bagian atas dan seterusnya ke bawah.
Tindakan pengendalian akan dimulai dari bahaya yang memiliki nilai risiko tinggi
lebih dahulu
Penilaian resiko terutama ditujukan untuk menyusun prioritas pengendalian
bahaya yang telah diidentifikasi. Semakin tinggi nilai resiko yang dikandung suatu
bahaya, semakin kritis sifat bahaya tersebut, dan berarti menuntut tindakan perbaikan
atau pengendalian yang sesegera mungkin. Tetapi ada satu hal yang harus kita ingat,
jika kita menemukan bahaya dengan tingkat kemungkian yang tingi, maka kita harus
melakukan tindakan pencegahan awal.
Sebagai contoh kita melihat orang menaiki tangga portable yang tiga buah
anak tangganya rusak. Hal ini adalah bahaya yang mengandung nilai kemungkinan
besar, maka kita harus melakukan tindakan pencegahan awal. Misalnya
menghentikan kegiatan tersebut dan mengganti dengan tangga lain yang standar.
Penilaian resiko dapat kita lakukan pada saat kita melakukan kegiatan-
kegiatan di bawah ini:
lii
1) Inspeksi terencana
2) P2H (Pelaksanaan Perawatan Harian)
3) Observasi tugas terencana
4) Inspeksi harian
5) Periodical service
c. Teknik Penilaian Resiko
Resiko pada dasarnya adalah perkalian dari tiga komponen yaitu: tingkat
kemungkinan, tingkat keparahan, dan tingkat keseringan. Penjelasan dari masing-
masing kimponen adalah sebagai berikut:
1) Kemungkinan (P = Probability)
Adalah besarnya kesempatan terjadinya suatu cidera, kerusakan atau kerugian
akibat bahaya tersebut.
Nilai dan penjelasan dari tingkat kemungkinan adalah sebagai berikut:
Tabel 2. Probability/kemungkinan
PROBABILITY/KEMUNGKINAN
Tidak ada kemungkinan terjadi 1
Kemungkinan terjadi lebih kecil dari rata-rata 2
Kemungkinan terjadi rata-rata 3
Kemungkinan besar terjadi 4
Pasti akan terjadi 5
(SHE BUMA, 2002)
2) Keparahan (S = Severity)
Adalah tingkat keparahan yang mungkin terjadi jika bahaya tersebut
menimbulkan insiden.
liii
Nilai dan penjelasan dari tingkat keparahan adalah sebagai berikut:
Tabel 3. Severity/keparahan
SEVERITY/KEPARAHAN
Cedera ringan atau property damage kurang dari US$ 100 1
Cedera LTI tanpa cacat permanen atau property damage antara
US$ 100 sampai dengan US$ 1.000
2
Cedera LTI dengan cacat permanen atau property damage antara
US$ 1.000 sampai dengan US$ 5.000
3
Fatal insiden satu orang atau property damage antara US$ 5.000
sampai dengan US$ 10.000
4
Fatal insiden banyak orang atau property damage lebih dari US$
100.000
5
(SHE BUMA, 2002)
3) Keseringan (F = Frequency)
Adalah seberapa sering bahaya tersebut ditemui/muncul dilokasi kerja.
Nilai dan penjelasan dari tingkat keseringan adalah sebagai berikut:
Tabel 4. Frequency/keseringan
FREQUENCY/KESERINGAN
Sedikit kejadian,sekalin dalam setahun (JARANG) 5
Beberapa kejadian, setiap bulan (TIDAK BIASA) 3
Beberapa kejadian, setiap bulan (KADANG-KADANG) 2
Sedikit kejadian, sekali dalam sehari (SERING) 3
Banyak kejadian, berkali-kali setiap hari (TERUS-MENERUS) 5
(SHE BUMA, 2002)
RESIKO = Kemungkinan x Keparahan x Keseringan
Sehingga dari formula tersebut kita dapat menilai tingkat risiko dari suatu
bahaya.
liv
d. Pengendalian Resiko
Langkah terakhir dalam proses Identifikasi Bahaya dan Penilaian Resiko
adalah menentukan langkah pengendalian yang tepat atas bahaya yang telah kita
identifikasi. Langkah ini adalah langkah yang terpenting dan paling menentukan
apakah proses IBPR yang kita lakukan efektif atau tidak, dapat menurunkan tingkat
resiko serendah mungkin atau tidak.
Dalam menentukan langkah pengendalian resiko, kita harus berfikir
bagaimana caranya agar bahaya ini dapat diturunkan serendah mungkin, atau
mendekati nol. Hierarki pengendalian resiko dikelompokkan menjadi 6 jenis :
1) Eliminasi (menghilangkan) yaitu merupakan langkah memodifikasi /
menghilangkan metode / bahan / proses untuk menghilangkan bahaya secara
keseluruhan (nol). Biasanya proses eliminasi dibarengi dengan proses
subtitusi. Efektifitas dari eliminasi ini adalah 100%, artinya dapat
menghilangkan bahaya sampai pada titik nol.
2) Subtitusi (mengganti) yaitu mengganti material, bahan, proses dengan yang
mempunyai nilai resiko lebih kecil. Efektifitasnya adalah 75 %.
3) Isolasi (pemisahan) yaitu memisahkan bahaya dari manusia dengan pagar,
ruang atau pemisahan waktu. Efektifitasnya adalah 50 %
4) Administrasi yaitu pengaturan paparan dengan waktu dan kondisi.
Efektifitasnya adalah 30 %.
5) Training (pelatihan) yaitu meningkatkan kemampuan karyawan sehingga
dapat melakukan tugasnya dengan aman. Efektifitasnya adalah 20 %.
lv
6) Alat Pelindung Diri yaitu dengan memberikan alat pengaman yang dipakai
karyawan untuk mengurangi keparahan resiko yang timbul. Efektifitasnya
adalah 10 %.
(SHE BUMA, 2002)
Dalam menentukan pengendalian resiko atas bahaya yang kita identifikasi,
harus diperhatikan hal-hal dibawah ini :
1) Apakah telah ada kontrol / pengendalian resiko yang telah lalu ? Jika telah
ada, apakah kontrol tersebut telah memadai atau belum ?
2) Jika belum memadai, tentukan tindakan pengendalian baru untuk
menghilangkan atau menekan resiko sampai pada tingkat serendah mungkin.
Perusahaan harus merencanakan pengelolaan dan pengendalian kegiatan-
kegiatan, produk barang dan jasa yang dapat menimbulkan resiko kecelakaan kerja
yang tinggi. Hal ini dapat dicapai dengan mendokumentasikan dan menerapkan
kebijakan standar bagi tempat kerja, perancangan pabrik dan bahan, prosedur dan
instruksi kerja untuk mengatur dan mengendalikan resiko yang ada pada
kegiatan,produk barang dan jasa seperti yang telah disyaratkan dalam Kepmenaker
05/Men/1996.
3. Alat Pelindung Diri
Perusahaan telah menyediakan alat pelindung diri sesuai dengan jenis
pekerjaan karyawan itu sendiri, antara lain:
a. Helmet untuk setiap pekejaan
b. Sarung tangan untuk pekerjaan angkat-angkut, pengepakan, pemotongan
c. Safety shoes untuk setiap pekejaan.
lvi
d. Ear muff untuk pekerjaan yang memounyai potensi kebisingan sperti
pemotongan kayu.
e. Pakaian yang terbuat dari bahan yang mudah menyerap keringat, karena
pekerjaan tersebut karyawan sering mengeluarkan keringat.
Perusahaan telah menyediakan alat pelindung diri berupa ear plug dan ear
nuf secara cuma-cuma kepada tenaga kerja. Hal ini berarti sesuai dengan Undang-
Undang No.01 tahun 1970 pasal 14 ayat 3 tentang kewajiban pengurus untuk
menyediakan alat pelindung diri kepada tenaga kerja yang berada dibawah
pimpinannya secara cuma-cuma.
lvii
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dan penilaian terhadap implementasi IBPR
pada area ware house departement sebagai langkah awal untuk mencegah terjadinya
kecelakaan kerja di PT. Bukit Makmur Mandiri Utama Jakarta dapat disimpulkan
sebagai berikut :
1. Faktor bahaya di area warehouse department PT. Bukit Makmur Mandiri
Utama Jakarta yaitu: heat stress, penerangan, kebisingan. Sedangkan potensi
bahaya yaitu: tertimpa, tertabrak, tertusuk, terpotong, terjepit, kebakaran dan
tersengat listrik
2. Potensi dan faktor bahaya pada area ware house departement dapat
diminimalisir dengan cara:
a. Identifikasi bahaya
b. Penilaian Resiko
c. Pengendalian Resiko
d. Pemberian Alat Pelindung Diri pada karyawan
3. Nilai resiko dari setiap pekerjaan yang memiliki potensi terjadinya resiko
kecelakaan kerja di area warehouse department PT. Bukit Makmur Mandiri
Utama Jakarta dapat diketahui dengan matrik resiko
45
lviii
4. Langkah pengendalian resiko pada area warehouse departement PT. Bukit
Makmur Mandiri Utama Jakarta berupa hierarki Hierarki pengendalian resiko
dikelompokkan menjadi 6 jenis yaitu:
a. Eliminasi (menghilangkan)
b. Subtitusi (mengganti)
c. Isolasi (pemisahan)
d. Administrasi
e. Training (pelatihan).
5. PT. Bukit Makmur Mandiri Utama telah menyediakan APD berupa masker,
Safety shoes, Ear muff, untuk meminimalisir terjadinya kecelakaan kerja pada
karyawan dalam melakukan proses pekerjaan.
Area ware house departement PT. Bukit Makmur Mandiri Utama Jakarta
telah menerapkan proses identifikasi bahaya dan penilaian risiko sebagai langkah
awal untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja telah sesuai dengan Peraturan
Menteri Tenaga Kerja No.Per. 05/MEN/1996 lamp.1 No.33 tentang Identifikasi
Bahaya dan Penilaian Resiko.
B. Implikasi
Tempat kerja merupakan tempat dimana dilakukan pekerjaan bagi suatu
usaha, terdapat tenaga kerja yang bekerja dan juga tidak terlepas adanya potensi
bahaya sebagai sumber resiko yang mempunyai kemungkinan mengakibatkan
kerugian baik cedera, penyakit, harta benda dan lingkungan. Melihat kondisi tersebut
diatas perlu adanya upaya pencegahan dan pengendalian resiko. Melalui analisis dan
lix
penilaian potensi bahaya dan resiko dapat ditentukan upaya atau tindakan
mengeliminir agar tidak menjadi bencana atau kerugian lainnya.
Berdasarkan kegiatan identifikasi bahaya di area ware house department
PT. Bukit Makmur Mandiri Utama Jakarta beberapa potensi bahaya dan upaya
pengendaliannya yang sudah dan memungkinkan untuk dilakukan, antara lain:
1. Analisa keselamatan pekerjaan, analisa bahaya dari cara atau sikap kerja dan
analisa bahaya lingkungan kerja dapat digunakan untuk merencanakan upaya
pengendalian kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
2. Penerapan upaya pengendalian potensi bahaya meliputi :
a. Pengendalian dengan metode administrasi kontrol, rekayasa teknik dan
penggunaan alat pelindung diri.
b. Evaluasi terhadap sarana kerja yang belum mendukung keselamatan agar
dapat dilakukan upaya perbaikan berdasarkan pertimbangan antara bahaya
dan tingkat resiko bahaya.
3. Adanya potensi bahaya di tempat kerja apabila tidak diidentifikasi, dievaluasi,
dan dikendaliakan maka akan timbul resiko atau kecelakaan.
Dengan demikian identifikasi bahaya merupakan faktor penting dalam
menciptakan kondisi aman di suatu tempat kerja. Oleh karena itu perlu dilaksanakan
analisis faktor/potensi bahaya yang ada pada semua sarana kerja dan juga semua
kegiatan kerja agar faktor/potensi bahaya yang ada dapat dikendalikan dan tepat
sasaran. Usaha untuk menciptakan suatu tempat kerja yang aman tidak akan bisa
tercapai hanya dengan melakukan suatu analisis, tetapi perlu ditunjang dengan
diterapkannya tindakan pengendalian terhadap faktor dan potensi bahaya yang
ditemukan dalam analisis baik dari kaidah keilmuan maupun tuntutan hukum.
lx
C. Saran
Dari kesimpulan di atas maka dapat disarankan hal-hal sebagai berikut :
1. Bahan-bahan yang memiliki potensi dan faktor bahaya yang tinggi hendaknya
dapat dihilangkan agar tidak mengakibakan kecelakaan kerja
2. Penggantian material, bahan, proses dengan yang mempunyai nilai tinggi
dengan yang mempunyai nilai resiko lebih kecil guna mengurangi resiko
terjadinya kecelakaan kerja
3. Pengaturan waktu kerja dengan shifft kerja agar karyawan tidak merasakan
kejenuhan dalam bekerja
4. Diharapkan pihak mnajemen bersedia memberikan Training (pelatihan) secara
kontinyu agar dapat meningkatkan kemampuan karyawan sehingga dapat
melakukan tugasnya dengan aman
5. Dilakukan pengawasan dalam penggunakan alat pelindung diri pada karyawan
dan pemberian sanksi bagi karyawan yang dengan sengaja tidak menggunakan
APD saat melakukan pekerjaan
6. Setiap karyawan hendaknya mengetahui profil risiko dari setiap jenis pekerjaan
yang akan dilakukan.
lxi
DAFTAR PUSTAKA
Arief M, 2003. Metode Penelitian Kedokteran dan Kesehatan. Surakarta : CSGF
(Community of Self Help Group Forum).
Bennet N.B. Silalahi dan Rumondang B. Silalahi, 1995. Manajemen Keselamatan
dan Kesehatan Kerja. Jakarta: PT. Pustaka Binaman Pressindo.
Budi Santoso, 1999. Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Hiperkes dan
Keselamatan Kerja.
Burd Jr., F. E. & Germany,GL., 1990. Practical Loss Control Leadersip, Logville:
institute Publishing (A Division of Internasional Loss Control Institute).
Departemen Tenaga Kerja RI, 1999. Permenaker No PER 05/MEN/1996 tentang
Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja. Jakarta: Depnaker.
Departemen Tenaga Kerja RI, 1999. Himpunan Peraturan Perundang-undangan
Keselamatan Kerja. Jakarta: Depnaker.
Departementrans RI, 2007. Himpunan Peraturan Perundang-undangan Kesehatan
dan Kesehatan Kerja. Bandung.
SHE Departement, 2002 . Identifikasi Bahaya dan Penilaian Resiko. Jakarta. PT.
Bukit Makmur Mandiri Utama.
Suma’mur, 19961
. Higiene Perusahaan dan Keselamatan Kerja. Jakarta : PT. Toko
Gunung Agung.
Suma’mur, 19962
. Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Jakarta : CV Masagung.
Syukri Sahab, 1997. Teknik Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Jakarta :
PT Bina Sumber Daya Manusia.
Tarwaka, HA Solichul, Backri, Sudiajeng L, 2004. Ergonomi untuk Keselamatan
Kerja dan Produktivitas. Surakarta.

More Related Content

What's hot

Laporan magang mahasiswa TI Universitas Wahab Chasbullah Jombang
Laporan magang mahasiswa TI Universitas Wahab Chasbullah JombangLaporan magang mahasiswa TI Universitas Wahab Chasbullah Jombang
Laporan magang mahasiswa TI Universitas Wahab Chasbullah JombangYudha Doank
 
Digital 20361525 pr-agatha dwi setiastuti-pt molex
Digital 20361525 pr-agatha dwi setiastuti-pt molexDigital 20361525 pr-agatha dwi setiastuti-pt molex
Digital 20361525 pr-agatha dwi setiastuti-pt molex
eko_apt
 
Laporan KKN UNNES Desa Mororejo Kec Kaliwungu
Laporan KKN UNNES  Desa Mororejo Kec KaliwunguLaporan KKN UNNES  Desa Mororejo Kec Kaliwungu
Laporan KKN UNNES Desa Mororejo Kec Kaliwungu
Fikri Nisa
 
Laporan kerja praktek batubara
Laporan kerja praktek batubaraLaporan kerja praktek batubara
Laporan kerja praktek batubaraRio Erviant
 
Laporan praktek kerja industri (prakerin) smk al baisuny 2014-2015 (jazuli)
Laporan praktek kerja industri (prakerin) smk al baisuny 2014-2015 (jazuli)Laporan praktek kerja industri (prakerin) smk al baisuny 2014-2015 (jazuli)
Laporan praktek kerja industri (prakerin) smk al baisuny 2014-2015 (jazuli)
Ahmad Sayadi
 
CONTOH LAPORAN PPL-KKN IKIP MATARAM 2015
CONTOH LAPORAN PPL-KKN IKIP MATARAM 2015CONTOH LAPORAN PPL-KKN IKIP MATARAM 2015
CONTOH LAPORAN PPL-KKN IKIP MATARAM 2015
Amir Net
 
Laporan PKL 2016-2017
Laporan PKL 2016-2017Laporan PKL 2016-2017
Laporan PKL 2016-2017
Ibnu Hexa Nurdin
 
Contoh lpj
Contoh lpjContoh lpj
Contoh lpj
Roqyal RA
 
Laporan Perjalanan Study Tour Smk Trisakti Ngawi
Laporan Perjalanan Study Tour Smk Trisakti NgawiLaporan Perjalanan Study Tour Smk Trisakti Ngawi
Laporan Perjalanan Study Tour Smk Trisakti Ngawi
Dian Arifin
 
Laporan KKN Alternatif UNNES 2014
Laporan KKN Alternatif UNNES 2014Laporan KKN Alternatif UNNES 2014
Laporan KKN Alternatif UNNES 2014
Zulyy Zelyytta
 
Prakerin Budidaya teh Hitam Orthodox
Prakerin Budidaya teh Hitam OrthodoxPrakerin Budidaya teh Hitam Orthodox
Prakerin Budidaya teh Hitam Orthodox
VJ Asenk
 
Kata pengantar dftr isi, lembar pengesahan hasi l kkn
Kata pengantar dftr isi, lembar pengesahan hasi l kknKata pengantar dftr isi, lembar pengesahan hasi l kkn
Kata pengantar dftr isi, lembar pengesahan hasi l kknNikmon Amal
 
Laporan kerja paktek aplikasi penjualan pada cv. muda mandiri menggunakan v...
Laporan kerja paktek   aplikasi penjualan pada cv. muda mandiri menggunakan v...Laporan kerja paktek   aplikasi penjualan pada cv. muda mandiri menggunakan v...
Laporan kerja paktek aplikasi penjualan pada cv. muda mandiri menggunakan v...
Suwito
 
Sistem Keamanan dan Optimalisasi Bandwidth menggunakan MikroTik RB750
Sistem Keamanan dan Optimalisasi Bandwidth menggunakan MikroTik RB750 Sistem Keamanan dan Optimalisasi Bandwidth menggunakan MikroTik RB750
Sistem Keamanan dan Optimalisasi Bandwidth menggunakan MikroTik RB750
Arif Wahyudi
 
Proses pengolahan rss (ribbed smoked sheet) ptpn xii kebun kendeng lembu
Proses pengolahan rss (ribbed smoked sheet) ptpn xii kebun kendeng lembuProses pengolahan rss (ribbed smoked sheet) ptpn xii kebun kendeng lembu
Proses pengolahan rss (ribbed smoked sheet) ptpn xii kebun kendeng lembu
Pascasarjana POLITEKNIK NEGERI JEMBER
 
laporan pelaksanaan KKLP STKIP YPUP MAKASSAR 2015
laporan pelaksanaan KKLP STKIP YPUP MAKASSAR 2015laporan pelaksanaan KKLP STKIP YPUP MAKASSAR 2015
laporan pelaksanaan KKLP STKIP YPUP MAKASSAR 2015
Musdalifah yusuf
 
Marenitas tika 2013
Marenitas tika 2013Marenitas tika 2013
Marenitas tika 2013heri damanik
 
Laporan kkl wahid (98%)
Laporan kkl wahid (98%)Laporan kkl wahid (98%)
Laporan kkl wahid (98%)
Ucil Outsiderz
 

What's hot (20)

Laporan magang mahasiswa TI Universitas Wahab Chasbullah Jombang
Laporan magang mahasiswa TI Universitas Wahab Chasbullah JombangLaporan magang mahasiswa TI Universitas Wahab Chasbullah Jombang
Laporan magang mahasiswa TI Universitas Wahab Chasbullah Jombang
 
Digital 20361525 pr-agatha dwi setiastuti-pt molex
Digital 20361525 pr-agatha dwi setiastuti-pt molexDigital 20361525 pr-agatha dwi setiastuti-pt molex
Digital 20361525 pr-agatha dwi setiastuti-pt molex
 
Laporan KKN UNNES Desa Mororejo Kec Kaliwungu
Laporan KKN UNNES  Desa Mororejo Kec KaliwunguLaporan KKN UNNES  Desa Mororejo Kec Kaliwungu
Laporan KKN UNNES Desa Mororejo Kec Kaliwungu
 
Laporan kerja praktek batubara
Laporan kerja praktek batubaraLaporan kerja praktek batubara
Laporan kerja praktek batubara
 
Laporan praktek kerja industri (prakerin) smk al baisuny 2014-2015 (jazuli)
Laporan praktek kerja industri (prakerin) smk al baisuny 2014-2015 (jazuli)Laporan praktek kerja industri (prakerin) smk al baisuny 2014-2015 (jazuli)
Laporan praktek kerja industri (prakerin) smk al baisuny 2014-2015 (jazuli)
 
CONTOH LAPORAN PPL-KKN IKIP MATARAM 2015
CONTOH LAPORAN PPL-KKN IKIP MATARAM 2015CONTOH LAPORAN PPL-KKN IKIP MATARAM 2015
CONTOH LAPORAN PPL-KKN IKIP MATARAM 2015
 
Laporan PKL 2016-2017
Laporan PKL 2016-2017Laporan PKL 2016-2017
Laporan PKL 2016-2017
 
Contoh lpj
Contoh lpjContoh lpj
Contoh lpj
 
Laporan Perjalanan Study Tour Smk Trisakti Ngawi
Laporan Perjalanan Study Tour Smk Trisakti NgawiLaporan Perjalanan Study Tour Smk Trisakti Ngawi
Laporan Perjalanan Study Tour Smk Trisakti Ngawi
 
Laporan KKN Alternatif UNNES 2014
Laporan KKN Alternatif UNNES 2014Laporan KKN Alternatif UNNES 2014
Laporan KKN Alternatif UNNES 2014
 
Prakerin Budidaya teh Hitam Orthodox
Prakerin Budidaya teh Hitam OrthodoxPrakerin Budidaya teh Hitam Orthodox
Prakerin Budidaya teh Hitam Orthodox
 
Kata pengantar dftr isi, lembar pengesahan hasi l kkn
Kata pengantar dftr isi, lembar pengesahan hasi l kknKata pengantar dftr isi, lembar pengesahan hasi l kkn
Kata pengantar dftr isi, lembar pengesahan hasi l kkn
 
Laporan kerja paktek aplikasi penjualan pada cv. muda mandiri menggunakan v...
Laporan kerja paktek   aplikasi penjualan pada cv. muda mandiri menggunakan v...Laporan kerja paktek   aplikasi penjualan pada cv. muda mandiri menggunakan v...
Laporan kerja paktek aplikasi penjualan pada cv. muda mandiri menggunakan v...
 
Sistem Keamanan dan Optimalisasi Bandwidth menggunakan MikroTik RB750
Sistem Keamanan dan Optimalisasi Bandwidth menggunakan MikroTik RB750 Sistem Keamanan dan Optimalisasi Bandwidth menggunakan MikroTik RB750
Sistem Keamanan dan Optimalisasi Bandwidth menggunakan MikroTik RB750
 
146698764 konservasi-sumber-daya-perikanan
146698764 konservasi-sumber-daya-perikanan146698764 konservasi-sumber-daya-perikanan
146698764 konservasi-sumber-daya-perikanan
 
Proses pengolahan rss (ribbed smoked sheet) ptpn xii kebun kendeng lembu
Proses pengolahan rss (ribbed smoked sheet) ptpn xii kebun kendeng lembuProses pengolahan rss (ribbed smoked sheet) ptpn xii kebun kendeng lembu
Proses pengolahan rss (ribbed smoked sheet) ptpn xii kebun kendeng lembu
 
laporan pelaksanaan KKLP STKIP YPUP MAKASSAR 2015
laporan pelaksanaan KKLP STKIP YPUP MAKASSAR 2015laporan pelaksanaan KKLP STKIP YPUP MAKASSAR 2015
laporan pelaksanaan KKLP STKIP YPUP MAKASSAR 2015
 
cth laporan
cth laporancth laporan
cth laporan
 
Marenitas tika 2013
Marenitas tika 2013Marenitas tika 2013
Marenitas tika 2013
 
Laporan kkl wahid (98%)
Laporan kkl wahid (98%)Laporan kkl wahid (98%)
Laporan kkl wahid (98%)
 

Viewers also liked

Jtptunimus gdl-s1-2008-ulfasafitr-478-3-bab2
Jtptunimus gdl-s1-2008-ulfasafitr-478-3-bab2Jtptunimus gdl-s1-2008-ulfasafitr-478-3-bab2
Jtptunimus gdl-s1-2008-ulfasafitr-478-3-bab2Tanti fironika
 
155112208201011561
155112208201011561155112208201011561
155112208201011561Agus Witono
 
Daftar pustaka
Daftar pustaka Daftar pustaka
Daftar pustaka
Rochmad Tege
 
Bab i
Bab iBab i
Skripsi016
Skripsi016Skripsi016
Skripsi Imam H.
Skripsi Imam H.Skripsi Imam H.
Skripsi Imam H.
Uofa_Unsada
 
Hubungan Locus of contol, gaya kepemimpina, dan rekan kerja terhadap komitmen...
Hubungan Locus of contol, gaya kepemimpina, dan rekan kerja terhadap komitmen...Hubungan Locus of contol, gaya kepemimpina, dan rekan kerja terhadap komitmen...
Hubungan Locus of contol, gaya kepemimpina, dan rekan kerja terhadap komitmen...
alif puranama
 
Digital 20282739 t yeni iswari
Digital 20282739 t yeni iswariDigital 20282739 t yeni iswari
Digital 20282739 t yeni iswariBayu Rahmanto
 
Proposal Sistem informasi administrasi berbasis desktop
Proposal Sistem informasi administrasi berbasis desktopProposal Sistem informasi administrasi berbasis desktop
Proposal Sistem informasi administrasi berbasis desktopdnasty3
 
Perancangan dan Analisa Sistem
Perancangan dan Analisa SistemPerancangan dan Analisa Sistem
Perancangan dan Analisa Sistemguestb7aaaf1e
 

Viewers also liked (11)

Jtptunimus gdl-s1-2008-ulfasafitr-478-3-bab2
Jtptunimus gdl-s1-2008-ulfasafitr-478-3-bab2Jtptunimus gdl-s1-2008-ulfasafitr-478-3-bab2
Jtptunimus gdl-s1-2008-ulfasafitr-478-3-bab2
 
155112208201011561
155112208201011561155112208201011561
155112208201011561
 
Daftar pustaka
Daftar pustaka Daftar pustaka
Daftar pustaka
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Skripsi016
Skripsi016Skripsi016
Skripsi016
 
Skripsi Imam H.
Skripsi Imam H.Skripsi Imam H.
Skripsi Imam H.
 
Bagan kerangka berfikir
Bagan kerangka berfikirBagan kerangka berfikir
Bagan kerangka berfikir
 
Hubungan Locus of contol, gaya kepemimpina, dan rekan kerja terhadap komitmen...
Hubungan Locus of contol, gaya kepemimpina, dan rekan kerja terhadap komitmen...Hubungan Locus of contol, gaya kepemimpina, dan rekan kerja terhadap komitmen...
Hubungan Locus of contol, gaya kepemimpina, dan rekan kerja terhadap komitmen...
 
Digital 20282739 t yeni iswari
Digital 20282739 t yeni iswariDigital 20282739 t yeni iswari
Digital 20282739 t yeni iswari
 
Proposal Sistem informasi administrasi berbasis desktop
Proposal Sistem informasi administrasi berbasis desktopProposal Sistem informasi administrasi berbasis desktop
Proposal Sistem informasi administrasi berbasis desktop
 
Perancangan dan Analisa Sistem
Perancangan dan Analisa SistemPerancangan dan Analisa Sistem
Perancangan dan Analisa Sistem
 

Similar to 163182708201011241

Yustinus krisna kusnendar lk
Yustinus krisna kusnendar lkYustinus krisna kusnendar lk
Yustinus krisna kusnendar lk
rundee87
 
Langkah pelaksanaan sml u sertifikasi iso 14001
Langkah pelaksanaan sml u sertifikasi iso 14001Langkah pelaksanaan sml u sertifikasi iso 14001
Langkah pelaksanaan sml u sertifikasi iso 14001
frisca maulida
 
PENGARUH KEPEMIMPINAN DAN PENERAPAN K3 (KESELAMATAN, KESEHATAN, KECELAKAAN KE...
PENGARUH KEPEMIMPINAN DAN PENERAPAN K3 (KESELAMATAN, KESEHATAN, KECELAKAAN KE...PENGARUH KEPEMIMPINAN DAN PENERAPAN K3 (KESELAMATAN, KESEHATAN, KECELAKAAN KE...
PENGARUH KEPEMIMPINAN DAN PENERAPAN K3 (KESELAMATAN, KESEHATAN, KECELAKAAN KE...
Uofa_Unsada
 
189771011201109521
189771011201109521189771011201109521
189771011201109521Agus Witono
 
Skrining kecelakaan kerja epidemiologi
Skrining kecelakaan kerja epidemiologiSkrining kecelakaan kerja epidemiologi
Skrining kecelakaan kerja epidemiologi
lenalda febriany
 
Laporan magang rsad dkt 2013
Laporan magang rsad dkt 2013Laporan magang rsad dkt 2013
Laporan magang rsad dkt 2013
Caesalpinia Swartz
 
SKKNI K3 LISTRIKannsnnsnnnnnn.pdf dajjasjadsms
SKKNI K3 LISTRIKannsnnsnnnnnn.pdf dajjasjadsmsSKKNI K3 LISTRIKannsnnsnnnnnn.pdf dajjasjadsms
SKKNI K3 LISTRIKannsnnsnnnnnn.pdf dajjasjadsms
Elka Pranika
 
83cbb895307a059a8fe221a39355537d
83cbb895307a059a8fe221a39355537d83cbb895307a059a8fe221a39355537d
83cbb895307a059a8fe221a39355537d
HasanulArif1
 
Laporan pkl penyehatan air di pt bromo steel indonesia pasuruan
Laporan pkl penyehatan air di pt bromo steel indonesia pasuruanLaporan pkl penyehatan air di pt bromo steel indonesia pasuruan
Laporan pkl penyehatan air di pt bromo steel indonesia pasuruanToriq Pavana
 
toto.pdf
toto.pdftoto.pdf
toto.pdf
Indraagra2
 
LAPORAN PRAKTEK BELAJAR LAPANGAN PPT.pptx
LAPORAN PRAKTEK BELAJAR LAPANGAN PPT.pptxLAPORAN PRAKTEK BELAJAR LAPANGAN PPT.pptx
LAPORAN PRAKTEK BELAJAR LAPANGAN PPT.pptx
hrmmitabang
 
CONTOH LAPORAN PPL S2
CONTOH LAPORAN PPL S2CONTOH LAPORAN PPL S2
CONTOH LAPORAN PPL S2
Nur Arifaizal Basri
 
Faktor faktor lingkungan kerja di lab. makalah k3 industri satria as (ulm)
Faktor faktor lingkungan kerja di lab. makalah k3 industri satria as (ulm)Faktor faktor lingkungan kerja di lab. makalah k3 industri satria as (ulm)
Faktor faktor lingkungan kerja di lab. makalah k3 industri satria as (ulm)
Satria Anugerah Suhendra
 
Pengembangan prototipe sistem pengadaan barang
Pengembangan prototipe sistem pengadaan barangPengembangan prototipe sistem pengadaan barang
Pengembangan prototipe sistem pengadaan barangyogieardhensa
 
RSUP NASIONAL Dr. CIPTO MANGUNKUSUMO
RSUP NASIONAL Dr. CIPTO MANGUNKUSUMORSUP NASIONAL Dr. CIPTO MANGUNKUSUMO
RSUP NASIONAL Dr. CIPTO MANGUNKUSUMO
mitamutiara
 
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPNG DI PROVINSI BALI
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPNG DI PROVINSI BALILAPORAN PRAKTEK KERJA LAPNG DI PROVINSI BALI
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPNG DI PROVINSI BALI
Dionisius Ventus
 

Similar to 163182708201011241 (20)

Yustinus krisna kusnendar lk
Yustinus krisna kusnendar lkYustinus krisna kusnendar lk
Yustinus krisna kusnendar lk
 
Langkah pelaksanaan sml u sertifikasi iso 14001
Langkah pelaksanaan sml u sertifikasi iso 14001Langkah pelaksanaan sml u sertifikasi iso 14001
Langkah pelaksanaan sml u sertifikasi iso 14001
 
PENGARUH KEPEMIMPINAN DAN PENERAPAN K3 (KESELAMATAN, KESEHATAN, KECELAKAAN KE...
PENGARUH KEPEMIMPINAN DAN PENERAPAN K3 (KESELAMATAN, KESEHATAN, KECELAKAAN KE...PENGARUH KEPEMIMPINAN DAN PENERAPAN K3 (KESELAMATAN, KESEHATAN, KECELAKAAN KE...
PENGARUH KEPEMIMPINAN DAN PENERAPAN K3 (KESELAMATAN, KESEHATAN, KECELAKAAN KE...
 
189771011201109521
189771011201109521189771011201109521
189771011201109521
 
Skrining kecelakaan kerja epidemiologi
Skrining kecelakaan kerja epidemiologiSkrining kecelakaan kerja epidemiologi
Skrining kecelakaan kerja epidemiologi
 
Laporan magang rsad dkt 2013
Laporan magang rsad dkt 2013Laporan magang rsad dkt 2013
Laporan magang rsad dkt 2013
 
SKKNI K3 LISTRIKannsnnsnnnnnn.pdf dajjasjadsms
SKKNI K3 LISTRIKannsnnsnnnnnn.pdf dajjasjadsmsSKKNI K3 LISTRIKannsnnsnnnnnn.pdf dajjasjadsms
SKKNI K3 LISTRIKannsnnsnnnnnn.pdf dajjasjadsms
 
83cbb895307a059a8fe221a39355537d
83cbb895307a059a8fe221a39355537d83cbb895307a059a8fe221a39355537d
83cbb895307a059a8fe221a39355537d
 
Pak fadli 1
Pak fadli 1Pak fadli 1
Pak fadli 1
 
Laporan pkl penyehatan air di pt bromo steel indonesia pasuruan
Laporan pkl penyehatan air di pt bromo steel indonesia pasuruanLaporan pkl penyehatan air di pt bromo steel indonesia pasuruan
Laporan pkl penyehatan air di pt bromo steel indonesia pasuruan
 
Apd
ApdApd
Apd
 
toto.pdf
toto.pdftoto.pdf
toto.pdf
 
LAPORAN PRAKTEK BELAJAR LAPANGAN PPT.pptx
LAPORAN PRAKTEK BELAJAR LAPANGAN PPT.pptxLAPORAN PRAKTEK BELAJAR LAPANGAN PPT.pptx
LAPORAN PRAKTEK BELAJAR LAPANGAN PPT.pptx
 
CONTOH LAPORAN PPL S2
CONTOH LAPORAN PPL S2CONTOH LAPORAN PPL S2
CONTOH LAPORAN PPL S2
 
Faktor faktor lingkungan kerja di lab. makalah k3 industri satria as (ulm)
Faktor faktor lingkungan kerja di lab. makalah k3 industri satria as (ulm)Faktor faktor lingkungan kerja di lab. makalah k3 industri satria as (ulm)
Faktor faktor lingkungan kerja di lab. makalah k3 industri satria as (ulm)
 
Tugas plh
Tugas plhTugas plh
Tugas plh
 
Pengembangan prototipe sistem pengadaan barang
Pengembangan prototipe sistem pengadaan barangPengembangan prototipe sistem pengadaan barang
Pengembangan prototipe sistem pengadaan barang
 
RSUP NASIONAL Dr. CIPTO MANGUNKUSUMO
RSUP NASIONAL Dr. CIPTO MANGUNKUSUMORSUP NASIONAL Dr. CIPTO MANGUNKUSUMO
RSUP NASIONAL Dr. CIPTO MANGUNKUSUMO
 
Tugas bunda ernias
Tugas bunda erniasTugas bunda ernias
Tugas bunda ernias
 
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPNG DI PROVINSI BALI
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPNG DI PROVINSI BALILAPORAN PRAKTEK KERJA LAPNG DI PROVINSI BALI
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPNG DI PROVINSI BALI
 

More from Agus Witono

Hazwoper hazardous waste site 40 hour student initial course manual
Hazwoper hazardous waste site 40 hour student initial course manualHazwoper hazardous waste site 40 hour student initial course manual
Hazwoper hazardous waste site 40 hour student initial course manualAgus Witono
 
Protap dalkarhutlah sumsel 2007
Protap dalkarhutlah sumsel 2007Protap dalkarhutlah sumsel 2007
Protap dalkarhutlah sumsel 2007Agus Witono
 
Digital 20297367 s-sri rezeki
Digital 20297367 s-sri rezekiDigital 20297367 s-sri rezeki
Digital 20297367 s-sri rezekiAgus Witono
 
Emergency response planning guide for public wastewater syst
Emergency response planning guide for public wastewater systEmergency response planning guide for public wastewater syst
Emergency response planning guide for public wastewater systAgus Witono
 
Fireemergegencyman 2
Fireemergegencyman 2Fireemergegencyman 2
Fireemergegencyman 2Agus Witono
 
Digital 114001 [-konten_]-m.82.bagian 3
Digital 114001 [-konten_]-m.82.bagian 3Digital 114001 [-konten_]-m.82.bagian 3
Digital 114001 [-konten_]-m.82.bagian 3Agus Witono
 
Bnpb update on lombok earthquake
Bnpb update on lombok earthquakeBnpb update on lombok earthquake
Bnpb update on lombok earthquakeAgus Witono
 
Tanggap darurat-dan-pencehagan-kebakaran-pertemuan-4
Tanggap darurat-dan-pencehagan-kebakaran-pertemuan-4Tanggap darurat-dan-pencehagan-kebakaran-pertemuan-4
Tanggap darurat-dan-pencehagan-kebakaran-pertemuan-4Agus Witono
 
190371290 tanggap-darurat
190371290 tanggap-darurat190371290 tanggap-darurat
190371290 tanggap-daruratAgus Witono
 
Tanggap darurat-di-gedung-perkantoran
Tanggap darurat-di-gedung-perkantoranTanggap darurat-di-gedung-perkantoran
Tanggap darurat-di-gedung-perkantoranAgus Witono
 
Training & konsultasi_hse
Training & konsultasi_hseTraining & konsultasi_hse
Training & konsultasi_hseAgus Witono
 
Osha 3114-hazwoper
Osha 3114-hazwoperOsha 3114-hazwoper
Osha 3114-hazwoperAgus Witono
 
Petunjuk perusahaan rekomendasi izin pengumpulan limbah b3 skala nasional
Petunjuk perusahaan rekomendasi izin pengumpulan limbah b3 skala nasionalPetunjuk perusahaan rekomendasi izin pengumpulan limbah b3 skala nasional
Petunjuk perusahaan rekomendasi izin pengumpulan limbah b3 skala nasionalAgus Witono
 
Social compliance manual
Social compliance manualSocial compliance manual
Social compliance manualAgus Witono
 
Better work-indonesia-synthesis-report-en
Better work-indonesia-synthesis-report-enBetter work-indonesia-synthesis-report-en
Better work-indonesia-synthesis-report-enAgus Witono
 
Ijiem vol4 no3_10
Ijiem vol4 no3_10Ijiem vol4 no3_10
Ijiem vol4 no3_10Agus Witono
 

More from Agus Witono (20)

Hazwoper hazardous waste site 40 hour student initial course manual
Hazwoper hazardous waste site 40 hour student initial course manualHazwoper hazardous waste site 40 hour student initial course manual
Hazwoper hazardous waste site 40 hour student initial course manual
 
Ar2011
Ar2011Ar2011
Ar2011
 
Trblgn25
Trblgn25Trblgn25
Trblgn25
 
9100 mhav
9100 mhav9100 mhav
9100 mhav
 
Protap dalkarhutlah sumsel 2007
Protap dalkarhutlah sumsel 2007Protap dalkarhutlah sumsel 2007
Protap dalkarhutlah sumsel 2007
 
Digital 20297367 s-sri rezeki
Digital 20297367 s-sri rezekiDigital 20297367 s-sri rezeki
Digital 20297367 s-sri rezeki
 
Emergency response planning guide for public wastewater syst
Emergency response planning guide for public wastewater systEmergency response planning guide for public wastewater syst
Emergency response planning guide for public wastewater syst
 
Fireemergegencyman 2
Fireemergegencyman 2Fireemergegencyman 2
Fireemergegencyman 2
 
Digital 114001 [-konten_]-m.82.bagian 3
Digital 114001 [-konten_]-m.82.bagian 3Digital 114001 [-konten_]-m.82.bagian 3
Digital 114001 [-konten_]-m.82.bagian 3
 
Bnpb update on lombok earthquake
Bnpb update on lombok earthquakeBnpb update on lombok earthquake
Bnpb update on lombok earthquake
 
Tanggap darurat-dan-pencehagan-kebakaran-pertemuan-4
Tanggap darurat-dan-pencehagan-kebakaran-pertemuan-4Tanggap darurat-dan-pencehagan-kebakaran-pertemuan-4
Tanggap darurat-dan-pencehagan-kebakaran-pertemuan-4
 
190371290 tanggap-darurat
190371290 tanggap-darurat190371290 tanggap-darurat
190371290 tanggap-darurat
 
Bencana11
Bencana11Bencana11
Bencana11
 
Tanggap darurat-di-gedung-perkantoran
Tanggap darurat-di-gedung-perkantoranTanggap darurat-di-gedung-perkantoran
Tanggap darurat-di-gedung-perkantoran
 
Training & konsultasi_hse
Training & konsultasi_hseTraining & konsultasi_hse
Training & konsultasi_hse
 
Osha 3114-hazwoper
Osha 3114-hazwoperOsha 3114-hazwoper
Osha 3114-hazwoper
 
Petunjuk perusahaan rekomendasi izin pengumpulan limbah b3 skala nasional
Petunjuk perusahaan rekomendasi izin pengumpulan limbah b3 skala nasionalPetunjuk perusahaan rekomendasi izin pengumpulan limbah b3 skala nasional
Petunjuk perusahaan rekomendasi izin pengumpulan limbah b3 skala nasional
 
Social compliance manual
Social compliance manualSocial compliance manual
Social compliance manual
 
Better work-indonesia-synthesis-report-en
Better work-indonesia-synthesis-report-enBetter work-indonesia-synthesis-report-en
Better work-indonesia-synthesis-report-en
 
Ijiem vol4 no3_10
Ijiem vol4 no3_10Ijiem vol4 no3_10
Ijiem vol4 no3_10
 

163182708201011241

  • 1. LAPORAN KHUSUS IMPLEMENTASI IBPR PADA AREA WAREHOUSE DEPARTEMENT SEBAGAI LANGKAH AWAL UNTUK MENCEGAH TERJADINYA KECELAKAAN KERJA DI PT. BUKIT MAKMUR MANDIRI UTAMA JAKARTA Oleh : Resa Fahlevi Zain NIM. R0007070 PROGRAM DIPLOMA III HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010
  • 2. ii PENGESAHAN Laporan khusus dengan judul : Implementasi IBPR Pada Area Warehouse Departement Sebagai Langkah Awal Untuk Mencegah Terjadinya Kecelakaan Kerja di PT. Bukit Makmur Mandiri Utama Jakarta dengan peneliti : Resa Fahlevi Zain NIM. R0007070 telah diuji dan disahkan pada tanggal : ........................2010 Pembimbing I Pembimbing II Sumardiyono, SKM, M.Kes. Live Setyaningsih, SKM NIP. 19650706 198803 1 002 An. Ketua Program D.III Hiperkes dan Keselamtan Kerja FK UNS Sekretaris Sumardiyono, SKM, M.Kes NIP. 19650706 198803 1 002
  • 3. iii Laporan Khusus IMPLEMENTASI IBPR PADA AREA WAREHOUSE DEPARTEMENT SEBAGAI LANGKAH AWAL UNTUK MENCEGAH TERJADINYA KECELAKAAN KERJA DI PT. BUKIT MAKMUR MANDIRI UTAMA JAKARTA Oleh : Resa Fahlevi Zain NIM. R0007070 Laporan ini telah disetujui dan disahkan pada: PT. BUKIT MAKMUR MANDIRI UTAMA ………………..2010 Pembimbing Perusahaan Mengetahui HENY PURWITA SARI TOTO WINARTO SHE OFFICER SHE MANAGER
  • 4. iv ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana menerapkan proses identifikasi potensi bahaya yang ada pada area warehouse department, beserta upaya pengendalian yang tepat sebagai sarana untuk mengenali dan mencegah terjadinya kecelakaan kerja di PT Bukit Makmur. Jenis penelitian ini adalah deskriptif, yaitu dengan menggambarkan proses identifikasi bahaya dan penilaian resiko bahaya pada area warehouse department. Yaitu dengan memperhatikan segala aktifitas kerja di area warehouse department, dapat diidentifikasi potensi-potensi bahaya yang ada. Identifikasi potensi bahaya pada semua aktifitas kerja di area warehouse department merupakan suatu upaya untuk mengetahui gambaran potensi bahaya yang terdapat dalam kegiatan operasional pergudangan, Potensi-potensi bahaya yang ada dianalisis sebab-sebabnya dan seberapa besar tingkat resiko yang ditimbulkannya, untuk kemudian dicari cara pengendalian atau pencegahannya, supaya potensi-potensi bahaya itu tidak menimbulkan kecelakaan yang bersifat merugikan, baik bagi perusahaan selaku penyelenggara kegiatan pergudangan atau bagi mitra kerja sebagai pengguna jasa ekspedisi dan supliyer. Dari hasil penelitian didapatkan berbagai gambaran potensi-potensi bahaya yang terdapat di area where house department yang dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu bahaya operasional dan bahaya kondisional. Bahaya operasional berhubungan dengan penggunaan sarana/alat-alat, seperti peralatan bongkar muat, kendaraan pengangkut, dan sebagainya. Sedangakan bahaya kondisional berhubungan dengan keadaan lingkungan. Bahaya-bahaya tersebut termasuk kelas bahaya beresiko tinggi yang dapat mengancam banyak jiwa manusia dan dapat mengakibatkan kerugian materi yang sangat besar. Dengan melakukan identifikasi bahaya dan dianalisis secara kontinu kemudian segera diambil tindakan pengendalian yang tepat, maka kecelakaan dapat dicegah sehingga tercipta keselamatan dan kesehatan kerja di lingkungan kerja dan tercapai standar mutu pelayanan jasa yang ditargetkan. Kata kunci : Identifikasi Bahaya dan Penilaian Resiko Kepustakaan : 1988 - 2010 KATA PENGANTAR
  • 5. v Assalamu’alaikum Wr.Wb. Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT atas berkah, rahmat, karunia, kesehatan dan kemudahan dalam pelaksanaan praktek kerja lapangan (PKL) dan penyusunan laporan di PT. BUKIT MAKMIR MANDIRI UTAMA JAKARTA, sehingga penulis dapat menyelesaikannya dengan baik. Laporan penelitian ini disusun dan diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan Program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Di samping itu praktek kerja lapangan ini dilaksanakan untuk membina dan menambah wawasan guna mengenal, mengetahui dan memahami mekanisme serta mencoba mengaplikasikan pengetahuan penulis dan mengamati permasalahan dan hambatan yang ada mengenai penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Sesuai dengan pendidikan yang ditempuh maka penulis mengambil judul “Implementasi IBPR Pada Area Warehouse Departement Sebagai Langkah Awal Untuk Mencegah Kecelakaan Kerja di PT.Bukit Makmur Mandiri Utama Jakarta” Dalam pelaksanaan magang dan penyusunan laporan ini, penulis telah dibantu dan dibimbing oleh berbagai pihak. Keberhasilan seseorang tidak terlepas dari budi baik dan bimbingan orang lain, oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati perkenankan penulis menyampaikan terima kasih atas terselesaikannya laporan ini kepada: 1. Allah SWT yang telah memberikan kemudahan, kelancaran dan ridho-NYA, memberikan kesehatan dan keselamatan hingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini.
  • 6. vi 2. Bapak Prof. Dr. AA. Subiyanto, dr. MS selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Bapak Putu Suriyasa, dr. MS, PKK, Sp.OK selaku Ketua Program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. 4. Bapak Sumardiyono, SKM, M.Kes selaku Pembimbing I. 5. Ibu Live Setyaningsih, SKM selaku Pembimbing II. 6. Bapak Toto Winarto selaku SHE Manager PT. Bukit Makmur Mandiri Utama yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menimba ilmu mengenai kesehatan dan keselamatan kerja. 7. Ibu Heny Purwita Sari selaku SHE Officer di Head Office PT.Bukit Makmur Mandiri Utama yang sekaligus sebagai pembimbing lapangan yang telah membantu penulis untuk menyusun laporan ini. 8. Bapak Ade Kurdiman, Bapak Agung Sarono, Bapak Adhi Saputra, Bapak Rafli Rahmat, dr Doddy Alfera, Ibu Stiaiti Budi Lestari, Ibu Deasy Widyawati, selaku SHE Officer yang telah membantu dalam memberikan informasi tentang ilmu kesehatan dan keselamatan kerja yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan laporan ini. 9. Ibu Frederika Watimena selaku administrasi Head Office di PT. Bukit Makmur Mandiri Utama. 10. Serta seluruh karyawan di PT. Bukit Makmur Mandiri Utama yang banyak membantu selama penulis mengadakan praktek kerja lapangan atau magang. 11. Bapak, Ibu, adikku, serta seluruh keluarga yang selalu mendoakan, memberikan dukungan, dan mengabarkan keadaanku selama pelaksanaan magang
  • 7. vii 12. Teman-teman Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja Angkatan 2007 yang selalu memberikan masukan saran dan penyemangat bagi saya sebelum, selama dan setelah saya magang. Atas segala bantuan yang telah diberikan dari semua pihak, saya ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya, semoga ALLAH SWT memberi ridho dan balasan yang lebih baik. Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan ini masih banyak kekurangannya, maka dari itu untuk mencapai hasil yang lebih baik penulis sangat mengharapkan kritik, saran, dan masukan demi perbaikan laporan ini. Jakarta, April 2010 Penulis Resa Fahlevi Zain DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL........................................................................................ i HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... ii
  • 8. viii HALAMAN PENGESAHAN PERUSAHAAN.............................................. iii ABSTRAK....................................................................................................... iv KATA PENGANTAR ..................................................................................... v DAFTAR ISI.................................................................................................... viii DAFTAR TABEL............................................................................................ x DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... xi BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1 A. Latar Belakang Masalah.............................................................. 1 B. Perumusan Masalah .................................................................... 3 C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 4 D. Manfaat Penelitian ...................................................................... 4 BAB II LANDASAN TEORI........................................................................ 6 A. Tinjauan Pustaka......................................................................... 6 B. Kerangka Pemikiran.................................................................... 21 BAB III METODE PENELITIAN.................................................................. 22 A. Metode Penelitian ....................................................................... 22 B. Lokasi Penelitian......................................................................... 22 C. Obyek dan Ruang Lingkup Penelitian ........................................ 22 D. Sumber Data................................................................................ 23 E. Teknik Pengumpulan Data.......................................................... 23 F. Pelaksanaan................................................................................. 24 G. Analisis Data............................................................................... 24 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN......................................................... 25 A. Hasil Penelitian ........................................................................... 25
  • 9. ix B. Pembahasan................................................................................. 31 BAB IV KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN .................................. 45 A. Kesimpulan ................................................................................. 45 B. Implikasi...................................................................................... 46 C. Saran............................................................................................ 48 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 49 LAMPIRAN DAFTAR TABEL Tabel 1. Hasil pengukuran Heat Stress …………..………………................... 26 Tabel 2. Hasil pengukuran penerangan …………..………………................. 26 Tabel 3. Standard Intensitas Penerangan…………..………………................ 33
  • 10. x Tabel 4. Probability/kemungkinan ………………………………................... 40 Tabel 5. Severity/keparahan ............................................................................. 40 Tabel 6. Frequency/keseringan ........................................................................ 41 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Lay out ware house department Lampiran 2. Hasil pengukuran iklim kerja Lampiran 3. Hasil pengukuran pencahayaan
  • 11. xi Lampiran 4. Hasil pengukuran kebisingan Lampiran 5. Profil resiko Lampiran 6. Sasaran atau target dan program kerja warehouse departement Lampiran 7. Standar keselamatan, kesehatan kerja dan lingkungan hidup Lampiran 8. Form identifikasi bahaya
  • 12. xii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap aktifitas yang melibatkan faktor manusia, mesin dan bahan serta melalui tahap-tahap proses memiliki resiko bahaya dengan tingkat resiko yang berbeda-beda yang memungkinkan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Resiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja tersebut disebabkan karena adanya sumber-sumber bahaya akibat dari aktifitas kerja di tempat kerja. Pekerja merupakan aset perusahaan yang sangat penting dalam proses produksi, sehingga perlu diupayakan agar tingkat kesehatan dan keselamatan tenaga kerja selalu dalam keadaan optimal. Umumnya di semua tempat kerja selalu terdapat sumber-sumber bahaya. Hampir tidak ada tempat kerja yang sama sekali bebas dari sumber bahaya (Syukri Sahab, 1997). Sumber-sumber bahaya perlu dikendalikan untuk mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Untuk mengendalikan sumber-sumber bahaya tersebut, maka sumber-sumber bahaya tersebut harus ditemukan. Untuk menemukan dan menentukan lokasi bahaya potensial yang dapat mengakibatkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja, maka perlu diadakan identifikasi sumber bahaya potensial yang ada di tempat kerja. Setelah teridentifikasi maka dilakukan evaluasi tingkat resikonya terhadap tenaga kerja. Dari kegiatan tersebut maka diusahakan suatu pengendalian sampai tingkat yang aman bagi keselamatan dan kesehatan kerja.
  • 13. xiii Pengendalian terhadap sumber-sumber bahaya bertujuan untuk mengurangi kerugian yang disebabkan oleh kecelakaan dan penyakit akibat kerja (Syukri Sahab,1997). Kerugian yang disebabkan oleh kecelakaan ada dua macam, yaitu kerugian ekonomi dan kerugian non ekonomi. Kerugian ekonomi berupa kerugian yang langsung dapat ditaksir dengan menggunakan uang, kerugian non ekonomi antara lain adalah rusaknya citra perusahaan. Setiap perusahaan pasti tidak ingin menderita kerugian yang disebabkan oleh karena terjadinya kecelakaan atau penyakit akibat kerja. Oleh karena itu, dilakukan usaha-usaha pencegahan sumber-sumber bahaya yang ada di tempat kerja. Semua warga negara instansi dan perusahaan yang berada di wilayah Republik indonesia wajib taat dan tunduk pada semua peraturan dan perundangan yang dikeluarkan oleh negara, tujuan dikeluarkannya peraturan dan perundangan tersebut adalah untuk mengatur dan mengendalikan agar semuanya terarah untuk mencapai tujuan dan selalu pada jalur hukum. Semua perusahaan telah memiliki tujuan untuk mencapai efektifitas, efisiensi, produktivitas dan keuntungan yang besar. Agar proses mencapai tujuan dan selalu pada jalur hukum yang syah, maka manajemen bertanggung jawab untuk melaksanakan semua peraturan dan perundangan negara. Pada dasarnya tanggung jawab manajemen terdiri dari tiga aspek utama, yaitu aspek ekonomi, aspek kemanusiaan dan aspek hukum. (dikutip dari : R.W Hearn of training ROSPA). Ketiga aspek tersebut di atas adalah hal yang mendasari suatu perusahaan untuk melakukan pengelolaan terhadap aspek keselamatan, kesehatan kerja dan lingkungan hidup (K3LH). Sistem K3LH akan mengelola secara sistematis semua komponen dari manusia, alat/mesin, metode, proses, material dan lingkungan,
  • 14. xiv sehingga unsur-unsur tersebut dapat bekerja dengan baik, menghasilkan keuntungan yang tinggi dan tidak menimbulkan kerugian (insiden). Sitem manajemen K3LH modern menitik beratkan pada proses pro-aktif untuk pencegahan insiden. Untuk dapat melakukan pencegahan insiden dengan efektif, kita harus mengidentifikasi semua bahaya yang dapat menjadi penyebab timbulnya insiden, menilai tingkat resiko dari bahaya tersebut dan menentukan tindakan perbaikan untuk mengendalikan bahaya tersebut. Semua proses tersebut akan kita pelajari dalam sistem identifikasi bahaya dan penilaian risiko. B. Perumusan Masalah Dari latar belakang di atas, maka timbul permasalahan yang mendorong dilakukan penelitian mengenai bagaimana implementasi IBPR pada area warehouse departement sebagai langkah awal untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja di PT. Bukit Makmur Mandiri Utama dirumuskan masalah sebagai berikut : a. Bagaimana implementasi IBPR pada area warehouse departement PT. Bukit Makmur Mandiri Utama Jakarta? b. Bagaimana upaya pengendalian yang dilakukan agar potensi-potensi bahaya yang ada tidak menimbulkan kecelakaan dan kerugian? c. Bagaimana cara kerja yang aman agar tidak terjadi kecelakaan kerja? C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk dapat mengetahui faktor dan potensi bahaya di area warehouse departement PT. Bukit Makmur Mandiri Utama Jakarta
  • 15. xv 2. Untuk dapat mengetahui cara meminimalisir faktor dan potensi bahaya di area warehouse departement PT. Bukit Makmur Mandiri Utama Jakarta 3. Untuk dapat mengetahui nilai resiko dari setiap jenis pekerjaan yang memiliki resiko terjadinya kecelakaan kerja pada area warehouse departement PT. Bukit Makmur Mandiri Utama Jakarta. 4. Untuk menentukan langkah pengendalian resiko dan pencegahaan kecelakaan kerja pada area warehouse departement PT. Bukit Makmur Mandiri Utama Jakarta. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi : 1. Perusahaan Sebagai masukan berupa gambaran tentang potensi bahaya dan faktor bahaya yang ada di tempat kerjanya secara lebih jelas dan mengusahakan upaya pengendalian potensi bahaya dan faktor bahaya tersebut serta dapat digunakan sebagai dasar untuk menentukan tindakan yang sesuai agar dalam pengendalian menjadi efektif. 2 . Penulis Meningkatkan wawasan dalam mengidentifikasi potensi bahaya dan faktor bahaya yang ada di tempat kerja yang diobservasi secara langsung sehingga dapat merencanakan tindakan pengendalian secara praktis agar kecelakaan tidak terjadi. 3. Program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja Dapat menambah kepustakaan tentang penerapan dan pelaksanaan identifikasi bahaya dan pengendalian resiko sebagai langkah awal pencegahan
  • 16. xvi kecelakaan di perusahaan atau tempat kerja, sehingga dapat diambil manfaatnya untuk perkembangan kurikulum dan keilmuan kesehatan dan keselamatan kerja. 4. Pembaca Diharapkan menjadi informasi bagaimana melaksanakan identifikasi bahaya dan mengendalikan resiko di tempat kerja/perusahaan sehingga dapat mencegah terjadinya kecelakaan kerja.
  • 17. xvii BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Keselamatan dan Kesehatan Kerja a. Pengertian Umum Keselamatan dan kesehatan kerja secara filosofis adalah suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keadaan, keutuhan, dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani manusia serta karya dan budayanya tertuju pada kesejahteraan manusia pada umumnya dan tenaga kerja pada khususnya (Suma’mur, 1996). Sedangkan secara keilmuan, keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu cabang ilmu pengetahuan dan penerapannya yang mempelajari tentang cara penanggulangan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja (Suma’mur, 1996). Keselamatan dan kesehatan kerja secara praktis/hukum merupakan suatu upaya perlindungan agar tenaga kerja selalu dalam keadaan selamat dan sehat selama melakukan pekerjaan di tempat kerja serta begitu pula orang lain yang memasuki tempat kerja maupun sumber dari proses produksi dapat secara aman dan efisien dalam pemakaiannya (Suma’mur, 1996). b. Tujuan Usaha Keselamatan dan Kesehatan Kerja 1) Agar tenaga kerja dan setiap orang lain yang berada di tempat kerja selalu dalam keadaan selamat dan sehat. 2) Agar sumber-sumber produksi dapat diakui dan digunakan secara aman dan efisien. 6
  • 18. xviii 3) Agar proses produksi dapat berjalan lancar tanpa hambatan apapun. (Suma’mur, 1996) c. Sasaran Keselamatan dan Kesehatan Kerja 1) Mencegah dan mengurangi kecelakaan, bahaya peledakan dan kebakaran. 2) Mencegah dan mengurangi timbulnya penyakit akibat kerja. 3) Mencegah dan mengurangi kematian, cacat tetap dan luka ringan. 4) Mengamankan material bangunan, mesin, pesawat, bahan, alat kerja lainnya. 5) Meningkatkan produktivitas. 6) Mencegah pemborosan tenaga kerja dan modal. 7) Menjamin tempat kerja yang aman. 8) Mempelancar, meningkatkan, mengamankan sumber, dan proses produksi. 2. Pengertian Bahaya Sifat alamiah dari suatu proses adalah menimbulkan efek negatif yang disebut bahaya. Efek ini dapa muncul dari unsur manusia, mesin, material, metode atau lingkungan, yang tidak aman. Bahaya tersebut dapat menimbulkan kerugian / insiden, apabila tidak dikendalikan dengan baik. Tidak seorangpun dapat meramalkan kapan kejadian insiden terjadi, dan seberapa parah akibat yang dapat ditimbulkannya, Suatu bahaya adalah kemungkinan suatu bahan yang dalam keadaan tertentu bisa mengakibatkan kerugian pada makhluk hidup (Bird Jr dan Germain, 1990). Pengertian lain dari bahaya adalah suatu kondisi baik yang ada maupun yang berpotensi, yang dengan sendirinya atau berinteraksi dengan kondisi lainnya, dapat menimbulkan kejadian yang tidak diinginkan atau diharapkan seperti kematian,
  • 19. xix cidera manusia, kerusakan fasilitas dan hilangnya fasilitas (Budi Santoso, 1999). Sedangkan sumber bahaya adalah segala sesuatu yang menimbulkan bahaya. 3. Sumber Bahaya Kecelakaan tidak terjadi dengan sendirinya melainkan ada faktor penyebab yang dapat ditentukan dan dikendalikan. Sumber-sumber bahaya dari kecelakaan di lingkungan kerja berasal dari : a. Manusia atau Pekerja. Manusia merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap tinbulnya suatu kecelakaan kerja. Selalu ditemui dari hasi penelitian bahwa 80-85 % kecelakaan disebabkan oleh karena kelalaian atau kesalahan manusia. Bahkan ada suatu pendapat bahwa akhirnya langsung atau tidak langsung semua kecelakaan adalah dikarenakan faktor manusia. Kesalahan tersebut mungkin saja dibuat oleh perencana pabrik, oleh kontraktor yang membangunnya, pembuat mesin-mesin, pengusaha, insinyur, ahli kimia, ahli listrik, pimpinan kelompok, pelaksana atau petugas yang melakukan pemeliharaan mesin dan peralatan (Suma’mur, 1994). Kesalahan utama sebagian besar kecelakaan, kerugian atau kerusakan terletak pada karyawan yang kurang bergairah, kurang terampil, kurang tepat, terganggu emosinya yang pada umumnya menyebabkan kecelakaan dan kerugian (Bennet N. B. Silalahi dan Rumondang B. Silalahi, 1995). Selain itu bahaya yang ditimbulkan dari pekerja lebih disebabkan oleh pengetahuan yang kurang, kondisi fisik yang tidak memenuhi syarat, sikap yang tidak aman yaitu sembrono, ceroboh, tidak serius dan tidak disiplin.
  • 20. xx b. Bangunan, Peralatan dan Instalasi Bangunan dan peralatan mempunyai peranan dalam memicu timbulnya bahaya karena bangunan yang kurang kokoh, peralatan yang tidak cocok, perangkat peralatan yang rusak, peralatan yang tidak lengkap, dan tidak adanya sertifikasi dari peralatan. Maka dari itu bahaya dari bangunan, peralatan dan instalasi perlu mendapat perhatian lebih. Instalasi harus memenuhi persyaratan keselamatan kerja baik dalam desain maupun konstruksi. Sebelum penggunaan harus diuji terlebih dahulu serta diperiksa oleh suatu tim ahli. Kalau diperlukan modifikasi harus sesuai dengan persyaratan bahan dan konstruksi yang ditentukan. Sebelum operasi harus dilakukan percobaan operasi untuk menjamin keselamatanya serta dioperasikan oleh operator yang memenuhi syarat. Dalam industri digunakan berbagai peralatan yang mengandung bahaya. Apabila tidak dipergunakan dengan semestinya serta tidak dilengkapi dengan alat pelindung dan pengaman, peralatan itu bisa menimbulkan macam-macam bahaya seperti : 1) Kebakaran 2) Sengatan listrik 3) Ledakan 4) Luka-luka / cidera Agar peralatan ini aman dipakai maka perlu pengaman yang telah diatur oleh peraturan-peraturan di bidang keselamatan kerja. Untuk peralatan yang rumit cara pengoperasiannya perlu disediakan semacam petunjuk sebagai daftar periksa (check-list) pengoperasiannya.
  • 21. xxi c. Bahan atau Material Tiap-tiap material mempunyai resiko bahaya dengan tingkat yang berbeda- beda sesuai sifat bahan, yaitu: 1) Mudah terbakar, 2) Mudah meledak, 3) Menimbulkan alergi, 4) Menimbulkan kerusakan pada kulit dan jaringan tubuh, 5) Menyebabkan kanker, 6) Mengakibatkan kelainan pada janin, 7) Bersifat racun, 8) Radioaktif. Selain resiko bahaya yang berbeda-beda, intensitas atau tingkat bahayanya juga berbeda. Ada yang tingkat bahayanya sangat tinggi dan ada pula yang rendah, misalnya dalam hal bahan beracun, ada yang sangat beracun yang dapat menimbulkan kematian dalam kadar yang rendah dan dalam tempo yang singkat dan ada pula yang kurang berbahaya. Di samping itu pengaruhnya ada yang segera dapat dilihat (akut) tetapi ada juga yang pengaruhnya baru diketahui setelah bertahun- tahun (kronis). Oleh sebab itu setiap pembimbing perusahaan harus mengetahui sifat bahan yang digunakan sehingga mampu mengambil langkah-langkah untuk mencegah terjadinya kecelakaan dan sakit akibat kerja yang akan sangat merugikan bagi perusahaan (Syukri Sahab, 1997). Sedangkan tingkat bahaya yang ditimbulkan akan tergantung pada: 1) Bentuk alami bahan atau energi yang dikandung, 2) Berapa banyak yang terpapar bahan tersebut,
  • 22. xxii 3) Berapa lama seseorang terpapar, 4) Susceptibilitas seseorang. (Soeripto, 1995). d. Proses Bahaya dari proses dapat membahayakan kejiwaan orang itu sendiri dan orang lain di sekitarnya. Proses yang demikian antara lain: 1) Cara mengangkut dan mengangkat, apabila dilakukan dengan cara yang salah dapat berakibat cidera dan yang paling sering adalah cidera pada tulang punggung. Juga sering terjadi kecelakaan sebagai akibat cara mengangkut dan mengangkat, 2) Cara kerja yang mengakibatkan hamburan debu dan serbuk logam, percikan api serta tumpahan bahan berbahaya, 3) Memakai alat pelindung diri yang tidak semestinya dan cara memakai yang salah. Penyedia perlu memperhatikan cara kerja yang dapat membahayakan ini, baik pada tempat kerja maupun dalam pengawasan pelaksanaann pekerjaan sehari-hari. (Syukri Sahab, 1997) e. Lingkungan Kerja Bahaya dari lingkungan kerja, dapat digolongkan atas berbagai jenis bahaya yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja ataupun berbagai gangguan kesehatan dan penyakit akibat kerja serta penurunan produktivitas dan efiensi kerja. Bahaya-bahaya tersebut adalah: 1) Bahaya yang bersifat fisik, antara lain berupa kebisingan, radiasi,suhu, getaran,dan lain sebagainya
  • 23. xxiii 2) Bahaya yang bersifat kimia yang berasal dari uap, gas, asap, bahan komia yang dalam kompetisi tertentu menimbilkan masalah 3) Bahaya biologis disebabkan oleh serangga, jamur, bakteri, virus, jasad renik, gangguan binatang lain yang ada di tempat kerja, 4) Bahaya psiko sosial yang dapat terjadi karena polashift, itimidasi, hubungan indistrial yang tidak harmonis, Bahaya ergonomi meliputi kesesuaian antara ukuran tubuh manusia dengan peralatan kerja. (SHE BUMA, 2002). 4. Kecelakaan Kerja Kecelakaan menurut Suma’mur (1996) adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak diharapkan. Tak terduga oleh karena di belakang peristiwa itu tidak terdapat unsur kesengajaan, lebih-lebih dalam bentuk perencanaan. Tidak diharapkan karena peristiwa kecelakaan disertai kerugian material ataupun penderitaan dari yang paling ringan sampai yang paling berat. Kecelakaan akibat kerja adalah kecelakaan yang berhubungan dengan hubungan kerja pada perusahaan. Hubungan kerja disini dapat berarti bahwa kecelakaan terjadi disebabkan oleh pekerjaan atau pada waktu melaksanakan pekerjaan. Dari hasil penelitian bahwa 80-85% (persen) kecelakaan disebabkan oleh kelalaian dan kesalahan manusia. Bahkan ada suatu pendapat bahwa akhirnya langsung atau tidak langsung semua kecelakaan adalah dikarenakan faktor manusia. Kesalahan tersebut mungkin saja dibuat oleh perencana pabrik, pembuat mesin, kontraktor, dan lain-lain. Pada dasarnya kecelakaan disebabkan oleh dua hal yaitu tindakan yang tidak aman (Unsafe Act) dan kondisi yang tidak aman (Unsafe Condition). Dari data
  • 24. xxiv Lack of Control Inadequate Program Inadequate Program Standart Inadequate to Standart Basic Causes Personal Factor Job Factor Immediate Causes Unsafe act Unsafe Conditions Accident Contact with Energy or Substance Loss People Property Process kecelakaan didapatkan 85% sebab kecelakaan adalah faktor manusia. Oleh karena itu sumber daya manusia dalam hal ini memegang peranan penting dalam penciptaan keselamatan dan kesehatan kerja. Tenaga kerja yang mau membiasakan dirinya dalam keadaan aman dan melakukan pekerjaan dengan aman akan sangat membantu dalam memperkecil angka kecelakaan kerja (Suma’mur, 1996). Cara penelusuran penyebab kecelakaan sesuai dengan urutan Domino yang digunakan pada cara berpikir modern dalam prinsip pencegahan kecelakaan dan Loss Control. Teori ini menyatakan bahwa kecelakaan tidak datang dengan sendirinya, akan tetapi ada serangkaian peristiwa sebelumnya yang mendahului terjadinya kecelakaan tersebut. Urutan Domino dapat dilihat seperti di bawah ini. (Sumber : PT Freeport Indonesia, 1995) a. Kurangnya Sistem Pengendalian (Lack of Control) Dalam urutan Domino, kurangnya pengendalian merupakan urutan pertama menuju suatu kejadian yang mengakibatkan kerugian. Pengendalian dalam hal ini ialah salah satu dari empat fungsi manajemen yaitu : planing (perencanaan), organizing (pengorganisasian), leading (kepemimpinan), dan controling (pengendalian).
  • 25. xxv Teori Domino yang pertama akan jatuh karena kelemahan pengawas dan pihak manajemen yang tidak merencanakan dan mengorganisasi pekerja dengan benar serta tidak mengarahkan para pekerjannya untuk terampil dalam melaksanakan pekerjaannya. Kurangnya pengendalian dapat disebabkan karena faktor : 1) Program yang tidak memadai (Inadequate program) Hal ini disebabkan terlalu sedikitnya program yang diterapkan di tempat kerja atau karena terlalu banyak kegiatan-kegiatan program. Kegiatan program yang penting bervariasi dengan lingkup, sifat, dan jenis perusahaan. 2) Standar program yang tidak layak (Inadequate Standard Program) Guna mematuhi pelaksanaan kegiatan manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang baik perusahaan harus membuat suatu program keselamatan dan kesehatan kerja, menetapkan standar yang digunakan dan melakukan pemantauan pelaksanaan program tersebut 3) Standar yang tidak layak (Inadequate to Standard)Faktor yang menyebabkan kurangnya standar yang diterapkan tidak cukup spesifik dan tidak cukup jelas serta kurang tingginya standar yang diterapkan. b. Penyebab Dasar (Basic Causes) Adalah penyebab nyata yang dibelakang atau melatarbelakangi penyebab langsung yang mendasari terjadinya kecelakaan, terdiri dari : 1) Faktor Personal (Personal Factor) 2) Faktor Pekerjaan (Job Factor)
  • 26. xxvi c. Penyebab Langsung (Immediate Causes) Adalah tindakan tidak aman dan kondisi tidak aman yang secara langsung menyebabkan kecelakaan yang biasanya dapat dilihat dan dirasakan. Penyebab langsung tersebut berupa : 1) Tindakan tidak aman (Unsafe Act) Yaitu pelanggaran terhadap tata cara kerja yang aman sehingga dapat menimbulkan peluang akan terjadinya kecelakaan 2) Kondisi tidak aman (Unsafe Condition) Kondisi fisik yang membahayakan dan langsung membuka terhadap kecelakaan. d. Kecelakaan (Accident) Kecelakaan terjadi oleh karena adanya kontak dengan suatu sumber energi atau bahan yang melampaui NAB dari bahan atau struktur. Sumber energi ini dapat berupa tenaga mekanis, kinetis, kimia, listrik, dsb.(PT. Sucofindo, 1998). e. Kerugian (Loss) Akibat dari kecelakaan adalah kerugian, sebagaimana termasuk dalam definisi kecelakaan bahwa kerugian dapat berwujud penderitaan pada manusia, kerusakan pada harta benda, dan lingkungan serta kerugian pada proses. Kerugian- kerugian yang penting dan tidak langsung adalah terganggunya proses produksi dan menurunnya keuntungan. 2. Identifikasi Bahaya Identifikasi bahaya adalah Program yang bersifat pro-aktif dan merupakan dasar pengelolaan keselamatan, kesehatan kerja dan lingkungan hidup modern (SHE BUMA, 2002).
  • 27. xxvii Pada umumnya kegiatan ini melakukan identifikasi terhadap sumber bahaya dan area yang terkena imbasnya. Identifikasi sumber bahaya dilakukan dengan mempertimbangkan : a. Kondisi dan kejadian yang dapat menimbulkan potensi bahaya. b. Jenis kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang mungkin dapat terjadi. (Depnaker RI, 2002) Salah satu sarana yang paling mudah, dapat dilakukan, oleh siapapun, dan langkah yang sistematis untuk mengidentifikasi bahaya di PT. Bukit Makmur Mandiri Utama adalah dengan menggunakan empat langkah B’Safe yang ada di balik kartu “janji safety”. Yang berbunyi: a. Langkah pertama Periksa sekitar anda, adakah orang yang bekerja tidak aman? b. Langkah kedua Periksa sekeliling, adakah situasi berbahaya? c. Langkah ketiga Periksa, adakah peralatan yang membahayakan? d. Langkah keempat Lakukan tindakan perbaikan jika anda menemukan bahaya? Kesuksesan ini dapat dilihat bila seluruh resiko di tempat kerja dapat teridentifikasi dangan sempurna. Tujuan dilakukan identifikasi bahaya adalah untuk mengenali seluruh macam bahaya yang ada di tempat kerja, sehingga dapat dilakukan pengendalian terhadap bahaya tersebut (Cross Jane, 1998). Hal yang dilihat dalam mengidentitikasi bahaya adalah :
  • 28. xxviii a. Apa yang terjadi. Dalam melakukan identifikasi bahaya perlu diungkap derrgan detail tentang apa yang dapat terjadi dan dampak apa yang timbul dari kejadian tersebut. b. Bagaimana dan mengapa hal itu dapat terjadi. Dalam kegiatan identifikasi perlu juga dilihat bagaimana kejadian itu dapat terjadi dengan membuat skenario kejadian dan juga perlu dilihat penyebab dari kejadian tersebut. Dalam mengidentifikasi bahaya dapat dilakukan dengan beberapa alat atau instrument yang berguna untuk memudahkan mengenali komponen di atas. Alat atau instrument tersebut antara lain : 1) Preliminary Hazard Analisis (PHA) Merupakan suatu metode identifikasi bahaya yang didasarkan pada konsep bahaya atau kecelakaan yang terjadi jika timbul pelepasan energi yang tidak diharapkan. Dalam metode ini perlu ditentukan sumber energi dan mekanisme yang terkait. 2) Failure Mode & Effect Analisis (FMEA) Merupakan teknik identifikasi yang dilakukan secara sistematik. Prinsip dari FMEA adalah memeriksa pola kegagalan komponen dan akibatnya. FMEA bersifat prediktif dengan mengambil kegagalan komponen tunggal sebagai titik awal. 3) Hazard & Operability Study (Hazops) Teknik analisis ini didasari bahwa suatu bahaya atau masalah muncul, hanya terjadi jika terdapat penyimpangan dari ketentuan rancangan operasi.
  • 29. xxix 4) Fault Tree Analisis (FTA) Merupakan teknik identifikasi yang sifatnya deduktif. Dimulai dari perumusan kejadian yang tidak diinginkan sebagai puncak atau top event. 5) Job Safety Analisis (JSA) Merupakan suatu teknik identifikasi bahaya sebelum bahaya itu muncul yang fokusnya tahapan atau langkah kerja. Intinya melihat hubungan antara pekerja, tahapan atau langkah kerja, peralatan, dan tempat kerja. Idealnya setelah melakukan identifikasi ini dapat diperoleh pengendalian yang sesuai untuk mengendalikan bahaya-bahaya yang ada di lingkungan kerja. 3. Penilaian Resiko Resiko adalah besarnya kecenderungan atau kemungkinan seseorang terpapar suatu bahaya atau bahan yang mungkin dapat merugikan (SHE BUMA, 2002) Setelah kita mengidentifikasi bahaya dan menemukan bahaya, proses selanjutnya kita harus menilai resiko dari bahaya tersebut. Tujuan dari penilaian resiko adalah mengetahui besar atau tingkat kekritisan dari bahaya yang teridentifikasi. Penilaian resiko ini bersifat subyektif, untuk masing-masing penilai dapat terjadi perbedaan angka. Sumber bahaya yang teridentifikasi harus dinilai untuk menentukan tingkat resiko yang merupakan tolak ukur kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja (Depnaker RI, 2002). Analisa resiko adalah suatu kegiatan sistematik dengan menggunakan informasi yang ada untuk mendeterminasi seberapa tingkat keparahan dan tingkat keseringan suatu kejadian yang muncul (Cross Jane, 1998). Tujuan dilakukannya
  • 30. xxx analisis resiko adalah untuk memisahkan antara resiko kecil dengan resiko besar yang kemudian dapat digunakan sebagai evaluasi dan pertimbangan perlakuan pengendalian (Cross Jane, 1998). Dari definisi di atas, yang perlu menjadi perhatian kita adalah resiko bukanlah sesuatu yang terjadi atau akan terjadi. Resiko bukanlah besarnya kerugian, atau keparahan. Resiko lebih merupakan besarnya kemungkinan terjadinya kerugian atau insiden. Hasil dari penilaian resiko akan memudahkan kita dalam melihat tingkat kekritisan dari bahaya, sehingga kita dapat menundukkan bahaya-bahaya tersebut sesuai urut-urutan dari yang memiliki tingkat kekritisan tinggi sampai yang memiliki kekritisan rendah. 4. Hubungan IBPR dengan pencegahan kecelakaan Identifikasi bahaya dan penilaian resiko adalah langkah awal dalam pencegahan kecelakaan kerja. Kecelakaan berasal dari bahaya-bahaya yang mungkin timbul dalam proses kerja di tempat kerja. Adapun sumber bahaya di tempat kerja berasal dari: a. Manusia b. Peralatan c. Bahan d. Proses e. Cara atau sikap kerja Dari berbagai macam sumber bahaya tersebut maka akan menimbukan potensi bahaya apabila terjadi Unsafe Condition dan Unsafe Human act apabila hal tersebut tidak ditindak lanjuti dengan tanpa adanya analisa Unsafe Condition dan Unsafe Human act tersebut maka besar kemungkinan akan terjadi kecelakaan kerja
  • 31. xxxi dan mengakibatkan kerugian berupa biaya-biaya tambahan akibat kecelakaan kerja. Akan tetapi apabila Unsafe Condition dan Unsafe Human act ditangani dengan langkah yang tepat berupa identifikasi bahaya dan penilaian resiko deengan cara: a. Pengenalan/ Identifikasi b. Evaluasi/ Penilaian Setelah proses identifikasi bahaya dan penilaian resiko dilaksanakan dengan benar, selanjutnya dilakukan upaya pengendalian yang tepat terhadapbahaya-bahaya yang ada agar tidak menimbulkan kecelakaan kerja. Dengan adanya upaya pengndalian tersebut maka resiko kecelakaan dapat ditekan seredah mungkin agar tidak terjadi kecelakaan kerja sehingga terciptalah kesehatan dan keselamatan kerja di tempat kerja, dan biaya-biaya tambahan akibat kecelakaan kerja tidak perlu dikeluarkan sehingga tidak menambah beban perusahaan.
  • 32. xxxii B. Kerangka Pemikiran Tempat Kerja Sumber Bahaya: - Manusia - Bangunan, Peralatan dan Instalasi - Bahan/ Material - Cara kerja - Lingkungan kerja Potensi Bahaya: - Unsafe Condition - Unsafe Human act Proses IBPR: a. Identifikasi b. Penilaian Upaya Pengendalian Resiko Kecelakaan Terkendali Tercipta Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Tempat Kerja Tidak Ada Analisis Resiko Kecelakaan Cost
  • 33. xxxiii BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang diambil adalah penelitian deskriptif, dimana penulis memberikan gambaran yang jelas terhadap project penelitian dan data yang diperoleh dipergunakan sebagai bahan penulisan laporan. Penelitian deskriptif adalah metode penelitian yang bertujuan mendiskripsikan atau memaparkan peristiwa- peristiwa yang terjadi pada masa kini dan lebih menekankan pada data factual dari pada penyimpulan (Arif M, 2003). B. Lokasi Penelitian Penelitian yang dilakukan dilaksanakan di area ware house departement PT. Bukit Makmur Mandiri Utama Jakarta. Jalan Bidara Raya no 3, Kelurahan Pejagalan, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara. C. Obyek dan Ruang Lingkup Penelitian Obyek yang diteliti dalam penelitiaan ini adalah gambaran penerapan “IBPR” di area warehouse departement PT. Bukit Makmur Mandiri Utama Jakarta, antara lain meliputi : 1. Alat berat 2. Fork lift 22
  • 34. xxxiv 3. Kotak panel instalasi listrik 4. Sistem angkat- angkut 5. Cara pengepakan 6. Sikap kerja 7. Pemotongan kayu 8. Alat Pelindung Diri D. Sumber Data Data yang diperoleh dan dikumpulkan dalam penelitian ini bersumber dari data primer dan data sekunder, yaitu : 1. Data Primer Mengadakan observasi langsung mengenai identifikasi bahaya dan penilaian resiko terhadap sumber bahaya di tempat kerja dan bagaimana penerapannya yang dilakukan di perusahaan. 2. Data Sekunder Data sekunder diperoleh melalui data-data yang ada pada dokumen dan catatan perusahaan yang berhubungan dengan mengenai identifikasi bahaya dan penilaian resiko terhadap sumber bahaya di tempat kerja.
  • 35. xxxv E. Teknik Pengumpulan Data 1. Observasi Lapangan Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh penulis yaitu : observasi dilakukan dengan pengamatan langsung terhadap penerapan Identifikasi Bahaya dan Penilaian Resiko. 2. Wawancara Wawancara dilakukan kepada pihak yang berhubungan dengan obyek penelitian baik tenaga kerja, staf warehouse departement maupun SHE departement. 3. Dokumentasi Dilakukan dengan cara mengumpulkan data dan mempelajari dokumen- dokumen serta catatan-catatan perusahaan yang berhubungan dengan obyek yang diteliti. 4. Studi Pustaka Dilakukan untuk memperoleh pengetahuan secara teoritis dengan membaca literatur-literatur yang berhubungan dengan obyek penelitian. F. Pelaksanaan Penelitian Kegiatan pelaksanaan penelitian dilakukan di area warehouse departement dalam proses penelitian atau magang. Pelaksanaan magang dimulai dari tanggal 01 Februari 2010 sampai dengan 01 Mei 2010.
  • 36. xxxvi G. Analisis Data Data yang diperoleh akan dibahas secara diskriptif yaitu penggambaran masalah mengenai penerapan “Identifikasi Bahaya dan Penilaian Resiko” terhadap alat-alat yang mempunyai potensi bahaya yang tinggi yang di gunakan pada setiap proses yang dilakukan di area warehouse department dan cara kerja yang diterapkan sebagai upaya pencegahan kecelakaan kerja PT. Bukit Makmur Mandiri Utama Jakarta.
  • 37. xxxvii BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Dari hasil penelitian dan observasi langsung (data primer) di lapangan, Implementasi IBPR pada area warehouse department digunakan sebagai langkah awal untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja di PT. Bukit Makmur Mandiri Utama Jakarta diperoleh hasil sebagai berikut : Warehouse department adalah sebuah department di bawah divisi material management yang bergerak di bidang pengadaan dan pendistribusian barang. Alur distribusi barang di mulai dari permintaan dari job site yang meminta pengadaan beberapa barang untuk proses produksi yang diminta ke kantor pusat dalam bentuk purchase requisition. Setelah purchase requisition selesai dibuat dan diajukan maka akan ditindaklanjuti berupa pengajuan purchase order. Dari pengajuan purchase order maka akan ditindak lanjuti dengan pengadaan barang dari suplayer ke warehouse department kemudian diteruskan dengan pengiriman barang ke job site yang memerlukan barang tersebut. Lay out warehouse department dapat dilihat di lampiran 1. Adapun hal-hal yang di amati dalam penelitian di warehouse department terbagi dalam beberapa hal antara lain: 26
  • 38. xxxviii 1. Faktor Bahaya Faktor bahaya yang diamati dan telah dilakukan pengukuran di warehouse department antara lain adalah sebagai berikut: a. Heat Stress Kondisi ruang kerja di area warehouse department PT Bukit Makmur Mandiri Utama tidak menggunakan mesin pendingin tetapi di sediakan kipas angin agar suhu udara selalu terjaga dan karyawan tidak mengalami kepanasan. Hasil pengukuran Heat Stress di area warehouse department menunjukkan: Tabel 1. Hasil pengukuran Heat Stress No Obyek Waktu Hasil NAB Kategori 1 R. Packing 11.20-13.20 30,20 C 29,00 C Tidak Sesuai 2 R. Spare part (1) 13.30-15.30 30,20 C 29,00 C Tidak Sesuai 3 R. Spare part (2) 13.30-15.30 30,30 C 29,00 C Tidak Sesuai Sumber: Data Primer Pekerjaan yang dilakukan memiliki beban kerja untuk kategori 75% kerja dan 25% istirahat. Hasil pengukuran heat stress dapat dilihat pada lampiran 2. b. Penerangan Intensitas penerangan di PT. Bukit Makmur Mandiri Utama diperoleh dari penerangan alami dan buatan. Yaitu dengan menggunakan penerangan cahaya matahari tidak langsung (penerangan alami) dan menggunakan lampu TL (penerangan buatan). Pengukuran penerangan dilakukan satu tahun satu kali. Pengukuran tersebut dilakukan oleh safety officer head office. Hasil pengukuran penerangan di area warehouse department menunjukkan:
  • 39. xxxix Tabel 2. Hasil pengukuran penerangan No Obyek Waktu Hasil NAB Kategori 1 R. Packing 09.30 166 lux 300 lux Tidak Sesuai 2 R. Spare part (1) 09.32 37 lux 200 lux Tidak Sesuai 3 Offise whd 09.37 113 lux 300 lux Tidak Sesuai 4 Loading/unloading 09.40 375 lux 200 lux Sesuai Sumber: Data Primer Pekerjaan yang dilakukan di area warehouse department tergolong pekerjaan kasar dan terus menerus (tidak menggunakan komputer). Penerangan yang diperlukan untuk pekerjaan tersebut adalah 170-350 lux. Hasil pengukuran pencahayaan dapat dilihat pada lampiran 3. c. Kebisingan Hasil pengukuran di area pemotongan yaitu sebesar 82,06 dB(A), dan di area loading atau unloading barang sebesar 77,14 dB(A) Nilai ambang batas kebisingan yang diperkenankan di tempat kerja adalah 85dB untuk 8 jam kerja per hari dan 40 jam per minggu hal ini telah sesuai tetapi alangkah baiknya jika pada saat melakukan pemotongan dengan mesin, pekerja hendaknya mengunakan Alat Pelindung Diri agar tidak mengganggu pendengaran. Hasil pengukuran kebisingan dapat dilihat pada lampiran 4. 2. Potensi Bahaya Adapun kegiatan yang dilakukan di area warehouse department memiliki tingkat bahaya yang tinggi mulai dari datangnya barang dari suplayer sampai dengan pengiriman barang hingga tempat tujuan, terutama pada saat pengepakan dan angkat- angkut barang, maka dari itu diperlukan adanya proses identifikasi bahaya dan
  • 40. xl penilaian resiko di area warehouse department. Potensi bahaya yang mungkin terjadi pada proses pekerjaan di area warehouse department antara lain: a. Tertimpa Pekerjaan yang memiliki potensi bahaya tertimpa bagi karyawan yang melakukan proses pekerjaan tersebut antara lain: 1) Bongkar muat spare parts 2) Bongkar muat barang bekas 3) Bongkar muat ban 4) Pengepakan barang 5) Penataan spare parts 6) Penataan ban 7) Penataan barang bekas 8) Stock Taking b. Tertabrak Pekerjaan yang memiliki potensi bahaya tertabrak bagi karyawan yang melakukan proses pekerjaan tersebut antara lain: 1) Bongkar muat spare parts menggunakan fork lift 2) Bongkar muat barang bekas menggunakan fork lift 3) Bongkar muat ban menggunakan fork lift 4) Pengangkutan barang dengan fork lift 5) Parkir unit c. Tertusuk, terpotong dan terjepit Pekerjaan yang memiliki potensi bahaya tertimpa bagi karyawan yang melakukan proses pekerjaan tersebut antara lain:
  • 41. xli 1) Pemotongan papan packing 2) Pengepakan dengan paku dan palu 3) Bongkar muat dan penataan barang 4) Penjahitan karung d. Kebakaran dan tersengat listrik Potensi kebakaran sangat besar terjadinya apabila ada hubungan arus pendek, selain itu yang menyebabkan terjadinya kebakaran adalah merokok di area yang banyak terdapat barang-barang yang mudah terbakar. Oleh karena itu dalam melakukan pekerjaannya, karyawan hendaknya tidak diperbolehkan untuk merokok, dan disediakan waktu dan ruang tertentu untuk merokok bagi pekerja yang terbiasa merokok. Bahaya tersebut bukanlah bahaya yang sepele, karena dalam prakteknya, barang-barang yang terlibat dalam proses pekerjaan di area warehouse departement adalah barang dengan ukuran yang besar, misalnya ban HD (2400,R35), ban SDT (1200,R-24) yang memiliki diameter sebesar 3 meter. Drum tempat solar, box tempat barang, karung barang, dan juga tempat penataan memiliki ukuran yang besar. Selain berukuran besar, peralatanpun juga memiliki ketajaman, seperti mesin pemotong, paku, mesin penjahit karung dan lain-lain memiliki potensi bahaya tertusuk, tergores, terpotong yang besar. Potensi bahaya di tempat kerja melibatkan beberapa aspek antara lain: Aspek keselamatan, aspek kesehatan, aspek lingkungan. Profil resiko yang mungkin terjadi dapat dilihat di lampiran 5.
  • 42. xlii a. Aspek keselamatan Dalam sutu proses pekerjaan kita tidak boleh mengabaikan tentang aspek keselamatan pekerja itu, aspek keselamatan tersebut antara lain: 1) Pengangkatan beban yang lebih dari 18 kg secara manual 2) Pengangkatan menggunakan alat (fork lift dan crane) 3) Penyusunan barang 4) Manufer dari unit 5) Penggunaan mesin strapping dan pemotong 6) Penghitungan physic barang 7) Bekerja di ketinggian ( lebih dari 2 m) 8) Kebakaran b. Aspek kesehatan Kesehatan karyawan sangat penting agar proses pekerjaan dapat berjalan lancar sesuai dengan apa yang telah ditargetkan, maka dari itu dalam bekerja, karyawan harus memperhatikan aspek kesehatan yang mungkin timbul dari pekerjan itu, antara lain: 1) Terpapar bensin/solar saat refueling 2) Terpapar debu 3) Pengangkatan beban yang lebih dari 18 kg secara manual 4) Posisi tubuh kurang ideal 5) Terpapar bahan kimia 6) Terkena percikan solar
  • 43. xliii b. Aspek lingkungan Selain manusia pekerja, lingkungan juga harus diperhatikan agar tidak mengakibatkan pencemaran yang berbahaya baik dalam lingkungan warehouse department itu sendiri maupun lingkungan sekitar. Aspek lingkungan yang mungkin timbul antara lain: 1) Penggunaan solar atau bensin 2) Emisi knalpot 3) Ceceran BBM 4) Limbah segel atau strapping 5) Penggunaan listrik, alat-alat kantor Sasaran atau target dan program kerja warehouse deprtement dapat dilihat di lampiran 6. 3. Alat Pelindung Diri Penyediaan alat pelindung diri bagi karyawan sangat penting untuk menjaga kesehatan dan keselamatan kerja karyawan, tetapi apalah artinya jika sudah disediakan tetapi karyawan tersebut enggan mengenakan Alat Pelindung Diri. Alat Pelindung Diri yang di berikan perusahaan antara lain: a. ear plug b. ear Muf c. Safety shoes d. Helmet
  • 44. xliv B. Pembahasan Keselamatan kerja merupakan masalah yang sangat penting untuk dilaksanakan di perusahaan. PT. Bukit Makmur Mandiri Utama telah melaksanakan upaya pemeliharaan keselamatan kerja dalam upaya pencegahan kecelakaan kerja. Hal-hal yang diperlukan sebagai langkah awal untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja antara lain: 1. Faktor Bahaya a. Heat Stress Hasil pengukuran Heat Stress di area warehouse department menunjukkan hasil diatas NAB yang diperkenankan yaitu NAB iklim kerja yang diperkenankan untuk kategori 75% kerja dan 25% istirahat adalah 29,o C, untuk itu diperlukan langkah-langkah perbaikan agar tenaga kerja tidak cepat mengalami kelelahan yaitu dengan: 1) Penyediaan air minum bagi tenaga kerja 2) Pemberian jendela (ventilasi di tempat kerja) 3) Pengadaan local exhauster 4) Penggunaan pakaian yang mudah menyerap keringat Dengan penerapan langkah pengendalian tersebut diharapkan tenaga kerja tidak cepat mengalami kelelahan. b. Penerangan Menurut Peraturan Menteri Perburuhan No. 7 Tahun 1964, tentang Syarat Kesehatan, Kebersihan dan Penerangan dalam Tempat Kerja. Pada pasal 2 disebutkan bahwa setiap bangunan harus mendapat penerangan yang cukup dan memenuhi syarat untuk melakukan pekerjaan. Syarat tersebut terdapat pada pasal 14
  • 45. xlv ayat (7) yang isinya yaitu penerangan yang cukup untuk pekerjaan yang membedakan barang-barang kecil dan halus paling sedikit 300 Lux seperti pekerjaan kantor. Sedangkan di bagian packing, loading, unloading, penyimpanan spare parts tergolong pekerjaan tidak teliti dengan intensitas penerangan 170-350 lux. Menurut intensitas penerangan yang baik secara umum menurut Suma’mur P.K. adalah sebagai berikut: Tabel 1. Standard Intensitas Penerangan Pekerjaan Contoh-contoh Intensitas Penerangan (Lux) Tidak teliti Penimbunan barang 80-170 Agak teliti Pemasangan (tidak teliti) 170-350 Teliti Membaca, menggambar 350-700 Sangat teliti Pemasangan (teliti) 700-10.000 Sumber: Suma’mur P.K,1996 Di area warehouse department PT. Bukit Makmur Mandiri Utama, intensitas cahaya penerangan rata-rata belum memenuhi standar tersebut di karenakan kurangnya intensitas lampu, jadi untuk penerangan Di PT. Bukit Makmur Mandiri Utama belum sesuai dengan Peraturan Menteri Perburuhan No. 7 Tahun 1964.untuk itu diperlukan langkah perbaikan dengan cara penambahan jumlah lampu. c. Kebisingan Intensitas kebisingan Menurut Kepmenaker Nomor : KEP-51/MEN/1999 pasal 3 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisik di Tempat Kerja, bahwa Nilai Ambang Batas kebisingan ditetapkan sebesar 85 dB(A) untuk 8 jam kerja per hari dan 40 jam per minggu. Di area warehouse department Intensitas kebisingannya di bawah 85 Db(A). Tetapi alangkah baiknya dilakukan upaya-upaya yang yaitu
  • 46. xlvi melakukan pengurangan sumber kebisingan pada sumbernya (enginering control), yang dilakukan dengan menempatkan peredam pada sumber kebisingan, perawatan secara rutin mesin-mesin atau proses yang menimbulkan kebisingan. Perusahaan juga melakukan proteksi terhadap tenaga kerja, dengan pemberian berbagai macam merk alat pelindung telinga baik yang berupa ear plug maupun ear muff. Pemberian ear plug dapat mereduksi bising sampai dengan 15 dB(A), sedangkan ear muff dapat mereduksi bising sampai dengan 25 dB(A) sampai 30 dB(A). Namun terkadang dijumpai tenaga kerja yang tidak memakai APD pada saat bekerja di area dengan intensitas bising tinggi. 2. Potensi Bahaya Potensi bahaya di tempat kerja melibatkan beberapa aspek antara lain: Aspek keselamatan, kesehatan, dan lingkungan. Untuk dapat meminimalisir potensi bahaya di tempat kerja, maka perlu dibuat langkah pengendalian bahaya dengan baik dan dapat menangkap sebanyak mungkin potensi bahaya, segenap karyawan harus melakukannya dengan teknik yang benar. Potensi bahaya dapat diminimalisir dengan cara: a. Identifikasi Bahaya Untuk dapat mengidentifikasi bahaya dengan baik dan dapat menangkap sebanyak mungkin bahaya, kita harus melakukannya dengan teknik yang benar. Dibawah ini adalah beberapa contoh teknik dalam mengidentifikasi bahaya : 1) Berjalanlah berkeliling dan perhatikan hal-hal yang dapat menjadi sumber kecelakaan. 2) Jangan hiraukan hal-hal yang sepele, pusatkan perhatian pada sesuatu yang dapat menyebabkan insiden serius
  • 47. xlvii 3) Tanyakan kepada pekerja mengenai pendapat mereka tentang bahaya dari pekerjaan yang dilakukan. 4) Cermati instruksi kerja yang dibuat oleh pabrik. 5) Pelajari catatan insiden dan catatan kesehatan pekerja ditempat tersebut 6) Pelajari hasil temuan inspeksi terdahulu. 7) Cermati semua jenis pekerjaan yang ada di lokasi tersebut 8) Pertimbangkan keberadaan orang lain yang tidak selalu berada di lokasi tersebut. 9) Perkirakan semua orang yang dimungkinkan bisa terluka akibat dari kegiatan di lokasi tersebut. 10) Dari setiap bahaya yang teridentifikasi, perhatikan jumlah orang dan lamanya terkena paparan bahaya tersebut. Identifikasi bahaya, penilaian resiko dan kontrol pengendalian dapat di lihat di standar keselamatan, kesehatan kerja dan lingkungan hidup pada lampiran 7. Kita dapat mengidentifikasi bahaya dengan melihat catatan-catatan insiden yang pernah terjadi dan catatan hasil inspeksi terdahulu di lokasi tersebut. Pokok- pokok yang harus dicermati dari catatan insiden, antara lain : 1) Benda yang menjadi sumber kecelakaan (palu, sling, plat besi, dump truck, dan lain-lain). 2) Jenis kecelakaan yang terjadi (terjepit, jatuh, tabrakan, dan lain-lain). 3) Kondisi tidak standar yang menimbulkan insiden (licin, tajam, sempit berdebu, dan lain-lain). 4) Tindakan tidak aman yang menimbulkan insiden (tidak pakai APD, tidak melaksanakan prosedur, dan lain-lain).
  • 48. xlviii 5) Bagian tubuh yang cedera (kepala, tubuh, kaki, tangan, dan lain-lain). 6) Seksi-seksi mana yang sering ditemukan penyimpangan / deviasi pada catatan inspeksi terdahulu, 7) Jenis-jenis deviasi/penyimpangan yang ditemukan dari hasil inspeksi terdahulu, 8) Daerah-daerah kritis mana yang sering terlepas dari pengawasan supervisor. Dengan bantuan catatan insiden dan inspeksi terdahulu, kita dapat lebih fokus dalam mengidentifikasi bahaya. Langkah-langkah dalam proses identifikasi bahaya antara lain: 1) Memutuskan Sebelum kita melakukan proses IBPR, kita harus terlebih dahulu memutuskan hal-hal berikut ini : a) Lokasi/area/unit mana yang akan diidentifikasi bahayanya (misalnya workshop, gudang, tambang, dan lain-lain). b) Jenis bahaya apa yang akan kita identifikasi (misalnya bahaya kebakaran, pencemaran, terjepit, semua bahaya, dan lain-lain). c) Kapan kita akan melakukan identifikasi (misalnya awal shift, jam 10 pagi, waktu over shift, dan lain-lain). d) Alat Bantu yang digunakan (misalnya form P2H, form inspeksi, kartu laporan bahaya, alat ukur, dan lain-lain). 2) Observasi Untuk lebih melengkapi dan lebih fokus dalam melakukan pengamatan, kita dapat menggunakan ‘4 Langkah B’Safe’. Ada tiga hal utama yang harus kita cermati :
  • 49. xlix a) Situasi sekeliling yang tidak aman b) Peralatan/komponen yang tidak aman c) Orang lain yang melakukan tindakan tidak aman Semua kondisi/tindakan tidak aman yang berhasil kita identifikasi, harus kita catat di form atau kertas. 3) Penilaian Dari semua kondisi/tindakan tidak aman (bahaya) yang berhasil diidentifikasi dan dicatat, harus dilakukan penilaian untuk mengetahui seberapa besar tingkat resikonya. 4) Langkah Perbaikan Awal Apabila dari hasil identifikasi ditemukan bahaya dengan tingkat kekritisan tinggi, maka kita harus melakukan langkah perbaikan awal. Bentuk dari langkah perbaikan awal ini dapat berupa : a) Menghentikan pekerjaannya b) Memperbaiki/menghilangkan bahaya tersebut (jika mampu). c) Memberi tanda/rambu-rambu peringatan. d) Melaporkan ke atasan atau orang yang bertanggung jawab untuk perbaikan. 5) Langkah Perbaikan Lanjutan Dari semua bahaya yang berhasil diidentifikasi, kita harus membuat daftar bahaya. Langkah selanjutnya, kita mendiskusikan dengan tim manajemen untuk melakukan hal-hal dibawah ini :
  • 50. l a) Buat daftar dari langkah pengendalian dari masing-masing bahaya yang sudah dilakukan sampai saat ini, b) Lakukan penilaian resiko, apakah kontrol/langkah pengendalian yang ada telah memadai atau belum, c) Jika belum memadai, tentukan langkah pengendalian lainnya sampai nilai resiko dapat ditekan seminimal mungkin. Komposisi tim manajemen untuk mendiskusikan hasil IBPR dapat terdiri dari: a) Project Manajer/Deputy Project Manager b) Kepala Bagian c) Safety Officer d) Perwakilan K3LH e) Tenaga Ahli/Pakar. Semua langkah pengendalian yang telah diputuskan oleh tim, harus didistribusikan kepada semua pihak yang bertanggung jawab dalam melakukan tindakan perbaikan. Dan semua pihak yang bertanggung jawab wajib melakukan tindak lanjut. 6) Dokumentasi Semua dokumentasi dari hasil proses IBPR harus disimpan. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam dokumentasi proses IBPR : a) Harus menggunakan form IBPR standar (lihat standar B’Safe Nomor : K3LH/2002/02.01/STD). b) Disusun berurutan sesuai waktu, Jika akan melakukan proses IBPR baru, harus mereview hasil IBPR yang sudah ada,
  • 51. li Dalam Permenaker 05/Men/1996 sumber bahaya yang teridentifikasi harus dinilai untuk menentukan tingkat resiko yang merupakan tolok ukur kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Berdasarkan hasil penilaian resiko tersebut kita dapat mengidentifikasi atau menentukan tindakan yang akan kita lakukan terhadap setiap resiko. Form identifikasi bahaya dapat dilihat di lampiran 8. b. Penilaian Resiko Setiap bahaya yang sudah kita nilai risikonya disusun dari bahaya yang memiliki nilai resiko tinggi diletakkan pada bagian atas dan seterusnya ke bawah. Tindakan pengendalian akan dimulai dari bahaya yang memiliki nilai risiko tinggi lebih dahulu Penilaian resiko terutama ditujukan untuk menyusun prioritas pengendalian bahaya yang telah diidentifikasi. Semakin tinggi nilai resiko yang dikandung suatu bahaya, semakin kritis sifat bahaya tersebut, dan berarti menuntut tindakan perbaikan atau pengendalian yang sesegera mungkin. Tetapi ada satu hal yang harus kita ingat, jika kita menemukan bahaya dengan tingkat kemungkian yang tingi, maka kita harus melakukan tindakan pencegahan awal. Sebagai contoh kita melihat orang menaiki tangga portable yang tiga buah anak tangganya rusak. Hal ini adalah bahaya yang mengandung nilai kemungkinan besar, maka kita harus melakukan tindakan pencegahan awal. Misalnya menghentikan kegiatan tersebut dan mengganti dengan tangga lain yang standar. Penilaian resiko dapat kita lakukan pada saat kita melakukan kegiatan- kegiatan di bawah ini:
  • 52. lii 1) Inspeksi terencana 2) P2H (Pelaksanaan Perawatan Harian) 3) Observasi tugas terencana 4) Inspeksi harian 5) Periodical service c. Teknik Penilaian Resiko Resiko pada dasarnya adalah perkalian dari tiga komponen yaitu: tingkat kemungkinan, tingkat keparahan, dan tingkat keseringan. Penjelasan dari masing- masing kimponen adalah sebagai berikut: 1) Kemungkinan (P = Probability) Adalah besarnya kesempatan terjadinya suatu cidera, kerusakan atau kerugian akibat bahaya tersebut. Nilai dan penjelasan dari tingkat kemungkinan adalah sebagai berikut: Tabel 2. Probability/kemungkinan PROBABILITY/KEMUNGKINAN Tidak ada kemungkinan terjadi 1 Kemungkinan terjadi lebih kecil dari rata-rata 2 Kemungkinan terjadi rata-rata 3 Kemungkinan besar terjadi 4 Pasti akan terjadi 5 (SHE BUMA, 2002) 2) Keparahan (S = Severity) Adalah tingkat keparahan yang mungkin terjadi jika bahaya tersebut menimbulkan insiden.
  • 53. liii Nilai dan penjelasan dari tingkat keparahan adalah sebagai berikut: Tabel 3. Severity/keparahan SEVERITY/KEPARAHAN Cedera ringan atau property damage kurang dari US$ 100 1 Cedera LTI tanpa cacat permanen atau property damage antara US$ 100 sampai dengan US$ 1.000 2 Cedera LTI dengan cacat permanen atau property damage antara US$ 1.000 sampai dengan US$ 5.000 3 Fatal insiden satu orang atau property damage antara US$ 5.000 sampai dengan US$ 10.000 4 Fatal insiden banyak orang atau property damage lebih dari US$ 100.000 5 (SHE BUMA, 2002) 3) Keseringan (F = Frequency) Adalah seberapa sering bahaya tersebut ditemui/muncul dilokasi kerja. Nilai dan penjelasan dari tingkat keseringan adalah sebagai berikut: Tabel 4. Frequency/keseringan FREQUENCY/KESERINGAN Sedikit kejadian,sekalin dalam setahun (JARANG) 5 Beberapa kejadian, setiap bulan (TIDAK BIASA) 3 Beberapa kejadian, setiap bulan (KADANG-KADANG) 2 Sedikit kejadian, sekali dalam sehari (SERING) 3 Banyak kejadian, berkali-kali setiap hari (TERUS-MENERUS) 5 (SHE BUMA, 2002) RESIKO = Kemungkinan x Keparahan x Keseringan Sehingga dari formula tersebut kita dapat menilai tingkat risiko dari suatu bahaya.
  • 54. liv d. Pengendalian Resiko Langkah terakhir dalam proses Identifikasi Bahaya dan Penilaian Resiko adalah menentukan langkah pengendalian yang tepat atas bahaya yang telah kita identifikasi. Langkah ini adalah langkah yang terpenting dan paling menentukan apakah proses IBPR yang kita lakukan efektif atau tidak, dapat menurunkan tingkat resiko serendah mungkin atau tidak. Dalam menentukan langkah pengendalian resiko, kita harus berfikir bagaimana caranya agar bahaya ini dapat diturunkan serendah mungkin, atau mendekati nol. Hierarki pengendalian resiko dikelompokkan menjadi 6 jenis : 1) Eliminasi (menghilangkan) yaitu merupakan langkah memodifikasi / menghilangkan metode / bahan / proses untuk menghilangkan bahaya secara keseluruhan (nol). Biasanya proses eliminasi dibarengi dengan proses subtitusi. Efektifitas dari eliminasi ini adalah 100%, artinya dapat menghilangkan bahaya sampai pada titik nol. 2) Subtitusi (mengganti) yaitu mengganti material, bahan, proses dengan yang mempunyai nilai resiko lebih kecil. Efektifitasnya adalah 75 %. 3) Isolasi (pemisahan) yaitu memisahkan bahaya dari manusia dengan pagar, ruang atau pemisahan waktu. Efektifitasnya adalah 50 % 4) Administrasi yaitu pengaturan paparan dengan waktu dan kondisi. Efektifitasnya adalah 30 %. 5) Training (pelatihan) yaitu meningkatkan kemampuan karyawan sehingga dapat melakukan tugasnya dengan aman. Efektifitasnya adalah 20 %.
  • 55. lv 6) Alat Pelindung Diri yaitu dengan memberikan alat pengaman yang dipakai karyawan untuk mengurangi keparahan resiko yang timbul. Efektifitasnya adalah 10 %. (SHE BUMA, 2002) Dalam menentukan pengendalian resiko atas bahaya yang kita identifikasi, harus diperhatikan hal-hal dibawah ini : 1) Apakah telah ada kontrol / pengendalian resiko yang telah lalu ? Jika telah ada, apakah kontrol tersebut telah memadai atau belum ? 2) Jika belum memadai, tentukan tindakan pengendalian baru untuk menghilangkan atau menekan resiko sampai pada tingkat serendah mungkin. Perusahaan harus merencanakan pengelolaan dan pengendalian kegiatan- kegiatan, produk barang dan jasa yang dapat menimbulkan resiko kecelakaan kerja yang tinggi. Hal ini dapat dicapai dengan mendokumentasikan dan menerapkan kebijakan standar bagi tempat kerja, perancangan pabrik dan bahan, prosedur dan instruksi kerja untuk mengatur dan mengendalikan resiko yang ada pada kegiatan,produk barang dan jasa seperti yang telah disyaratkan dalam Kepmenaker 05/Men/1996. 3. Alat Pelindung Diri Perusahaan telah menyediakan alat pelindung diri sesuai dengan jenis pekerjaan karyawan itu sendiri, antara lain: a. Helmet untuk setiap pekejaan b. Sarung tangan untuk pekerjaan angkat-angkut, pengepakan, pemotongan c. Safety shoes untuk setiap pekejaan.
  • 56. lvi d. Ear muff untuk pekerjaan yang memounyai potensi kebisingan sperti pemotongan kayu. e. Pakaian yang terbuat dari bahan yang mudah menyerap keringat, karena pekerjaan tersebut karyawan sering mengeluarkan keringat. Perusahaan telah menyediakan alat pelindung diri berupa ear plug dan ear nuf secara cuma-cuma kepada tenaga kerja. Hal ini berarti sesuai dengan Undang- Undang No.01 tahun 1970 pasal 14 ayat 3 tentang kewajiban pengurus untuk menyediakan alat pelindung diri kepada tenaga kerja yang berada dibawah pimpinannya secara cuma-cuma.
  • 57. lvii BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil pengamatan dan penilaian terhadap implementasi IBPR pada area ware house departement sebagai langkah awal untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja di PT. Bukit Makmur Mandiri Utama Jakarta dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Faktor bahaya di area warehouse department PT. Bukit Makmur Mandiri Utama Jakarta yaitu: heat stress, penerangan, kebisingan. Sedangkan potensi bahaya yaitu: tertimpa, tertabrak, tertusuk, terpotong, terjepit, kebakaran dan tersengat listrik 2. Potensi dan faktor bahaya pada area ware house departement dapat diminimalisir dengan cara: a. Identifikasi bahaya b. Penilaian Resiko c. Pengendalian Resiko d. Pemberian Alat Pelindung Diri pada karyawan 3. Nilai resiko dari setiap pekerjaan yang memiliki potensi terjadinya resiko kecelakaan kerja di area warehouse department PT. Bukit Makmur Mandiri Utama Jakarta dapat diketahui dengan matrik resiko 45
  • 58. lviii 4. Langkah pengendalian resiko pada area warehouse departement PT. Bukit Makmur Mandiri Utama Jakarta berupa hierarki Hierarki pengendalian resiko dikelompokkan menjadi 6 jenis yaitu: a. Eliminasi (menghilangkan) b. Subtitusi (mengganti) c. Isolasi (pemisahan) d. Administrasi e. Training (pelatihan). 5. PT. Bukit Makmur Mandiri Utama telah menyediakan APD berupa masker, Safety shoes, Ear muff, untuk meminimalisir terjadinya kecelakaan kerja pada karyawan dalam melakukan proses pekerjaan. Area ware house departement PT. Bukit Makmur Mandiri Utama Jakarta telah menerapkan proses identifikasi bahaya dan penilaian risiko sebagai langkah awal untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja telah sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.Per. 05/MEN/1996 lamp.1 No.33 tentang Identifikasi Bahaya dan Penilaian Resiko. B. Implikasi Tempat kerja merupakan tempat dimana dilakukan pekerjaan bagi suatu usaha, terdapat tenaga kerja yang bekerja dan juga tidak terlepas adanya potensi bahaya sebagai sumber resiko yang mempunyai kemungkinan mengakibatkan kerugian baik cedera, penyakit, harta benda dan lingkungan. Melihat kondisi tersebut diatas perlu adanya upaya pencegahan dan pengendalian resiko. Melalui analisis dan
  • 59. lix penilaian potensi bahaya dan resiko dapat ditentukan upaya atau tindakan mengeliminir agar tidak menjadi bencana atau kerugian lainnya. Berdasarkan kegiatan identifikasi bahaya di area ware house department PT. Bukit Makmur Mandiri Utama Jakarta beberapa potensi bahaya dan upaya pengendaliannya yang sudah dan memungkinkan untuk dilakukan, antara lain: 1. Analisa keselamatan pekerjaan, analisa bahaya dari cara atau sikap kerja dan analisa bahaya lingkungan kerja dapat digunakan untuk merencanakan upaya pengendalian kecelakaan dan penyakit akibat kerja. 2. Penerapan upaya pengendalian potensi bahaya meliputi : a. Pengendalian dengan metode administrasi kontrol, rekayasa teknik dan penggunaan alat pelindung diri. b. Evaluasi terhadap sarana kerja yang belum mendukung keselamatan agar dapat dilakukan upaya perbaikan berdasarkan pertimbangan antara bahaya dan tingkat resiko bahaya. 3. Adanya potensi bahaya di tempat kerja apabila tidak diidentifikasi, dievaluasi, dan dikendaliakan maka akan timbul resiko atau kecelakaan. Dengan demikian identifikasi bahaya merupakan faktor penting dalam menciptakan kondisi aman di suatu tempat kerja. Oleh karena itu perlu dilaksanakan analisis faktor/potensi bahaya yang ada pada semua sarana kerja dan juga semua kegiatan kerja agar faktor/potensi bahaya yang ada dapat dikendalikan dan tepat sasaran. Usaha untuk menciptakan suatu tempat kerja yang aman tidak akan bisa tercapai hanya dengan melakukan suatu analisis, tetapi perlu ditunjang dengan diterapkannya tindakan pengendalian terhadap faktor dan potensi bahaya yang ditemukan dalam analisis baik dari kaidah keilmuan maupun tuntutan hukum.
  • 60. lx C. Saran Dari kesimpulan di atas maka dapat disarankan hal-hal sebagai berikut : 1. Bahan-bahan yang memiliki potensi dan faktor bahaya yang tinggi hendaknya dapat dihilangkan agar tidak mengakibakan kecelakaan kerja 2. Penggantian material, bahan, proses dengan yang mempunyai nilai tinggi dengan yang mempunyai nilai resiko lebih kecil guna mengurangi resiko terjadinya kecelakaan kerja 3. Pengaturan waktu kerja dengan shifft kerja agar karyawan tidak merasakan kejenuhan dalam bekerja 4. Diharapkan pihak mnajemen bersedia memberikan Training (pelatihan) secara kontinyu agar dapat meningkatkan kemampuan karyawan sehingga dapat melakukan tugasnya dengan aman 5. Dilakukan pengawasan dalam penggunakan alat pelindung diri pada karyawan dan pemberian sanksi bagi karyawan yang dengan sengaja tidak menggunakan APD saat melakukan pekerjaan 6. Setiap karyawan hendaknya mengetahui profil risiko dari setiap jenis pekerjaan yang akan dilakukan.
  • 61. lxi DAFTAR PUSTAKA Arief M, 2003. Metode Penelitian Kedokteran dan Kesehatan. Surakarta : CSGF (Community of Self Help Group Forum). Bennet N.B. Silalahi dan Rumondang B. Silalahi, 1995. Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: PT. Pustaka Binaman Pressindo. Budi Santoso, 1999. Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Hiperkes dan Keselamatan Kerja. Burd Jr., F. E. & Germany,GL., 1990. Practical Loss Control Leadersip, Logville: institute Publishing (A Division of Internasional Loss Control Institute). Departemen Tenaga Kerja RI, 1999. Permenaker No PER 05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja. Jakarta: Depnaker. Departemen Tenaga Kerja RI, 1999. Himpunan Peraturan Perundang-undangan Keselamatan Kerja. Jakarta: Depnaker. Departementrans RI, 2007. Himpunan Peraturan Perundang-undangan Kesehatan dan Kesehatan Kerja. Bandung. SHE Departement, 2002 . Identifikasi Bahaya dan Penilaian Resiko. Jakarta. PT. Bukit Makmur Mandiri Utama. Suma’mur, 19961 . Higiene Perusahaan dan Keselamatan Kerja. Jakarta : PT. Toko Gunung Agung. Suma’mur, 19962 . Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Jakarta : CV Masagung. Syukri Sahab, 1997. Teknik Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Jakarta : PT Bina Sumber Daya Manusia. Tarwaka, HA Solichul, Backri, Sudiajeng L, 2004. Ergonomi untuk Keselamatan Kerja dan Produktivitas. Surakarta.