SlideShare a Scribd company logo
MAKALAH K3 INDUSTRI
FAKTOR-FAKTOR LINGKUNGAN KERJA DI
LABORATORIUM
Disusun Oleh:
Satria Anugerah Suhendra (H1D112017)
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2016
i
UCAPAN TERIMAKASIH KEPADA
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat-Nya dapat menyelesaikan makalah K3 Industri ini tepat pada waktunya
dengan judul “Faktor-Faktor Lingkungan Kerja di Laboratorium”. Kami juga
berterimakasih kepada semua pihak yang telah membantu selama penyusunan
proposal penelitian ini hingga selesai tepat pada waktunya. Rasa terima kasih ini kami
ucapkan terutama kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Sutarto Hadi, M.Si., M.Sc (Rektor Universitas Lambung
Mangkurat), Bapak Dr. Ahmad Alim Bachri, SE., M.Si (PR 1) Wakil Rektor
Bidang Akademik, Ibu Dr. Hj Aslamiah, M.Pd., Ph.D (PR2) Wakil Rektor
Bidang Umum dan Keuangan, Bapak Dr. Ir. Abrani Sulaiman, M.Sc (PR3)
Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni, dan Bapak Prof. Dr. Ir. H.
Yudi Firmanul Arifin, M.Sc Wakil Rektor Bidang Perencanaan, Kerjasama, dan
Humas.
1. Dekan Fakultas Teknik Bapak Dr-Ing. Yulian Firmana Arifin, S.T., M.T, dan
Bapak Meilana Dharma Putra, Ph.D, selaku Ketua Program Studi Teknik Kimia
Universitas Lambung Mangkurat.
2. Orang tua, keluarga, teman, dan sahabat kami atas semua dukungan dan untaian
doa yang telah diberikan selama ini.
3. Ibu Dr. Qomaritasu Sholihah, Amd. Hyp., ST., M. Kes sebagai dosen K3 Indsutri
di Program Studi Teknik Kimia
Demikian makalah ini disusun, semoga dapat bermanfaat bagi berbagai pihak
khususnya bagi perkembangan ilmu pengetahuan di Teknik Kimia, Fakultas Teknik
Universitas Lambung Mangkurat. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih
terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun tetap
kami harapkan untuk lebih menyempurnakan makalah ini.
Banjarbaru, April 2016
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
UCAPAN TERIMAKASIH KEPADA ......................................................i
KATA PENGANTAR ...............................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................ iii
DAFTAR SINGKATAN ......................................................................... iii
DAFTAR TABEL......................................................................................v
DAFTAR GAMBAR ............................................................................. viii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................1
1.1 Latar Belakang.................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................2
1.3 Tujuan Umum..................................................................................................2
1.4 Tujuan Khusus.................................................................................................2
1.5 Batasan Masalah ..............................................................................................3
1.6 Manfaat Makalah .............................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................4
BAB III METODOLOGI...........................................................................8
BAB IV PEMBAHASAN........................................................................11
4.1 Pentingnya Faktor-Faktor Lingkungan Kerja di Laboratorium..............13
4.1 Faktor-Faktor Lingkungan Kerja yang Mempengaruhi Akibat dari
Kecelakaan di Laboratorium ...............................................................................15
4.3 Pencegahan Terhadap Kelalaian Faktor-Faktor Lingkungan Kerja di
Laboratorium .......................................................................................................22
4.4 Contoh Kasus Identifikasi Bahaya Kimia di Laboratorium......................27
BAB V PENUTUP .......................................................................................31
5.1 Kesimpulan...............................................................................................31
5.2 Saran .........................................................................................................31
BAB VI RINGKASAN............................................................................32
iv
BAB VII STUDI KASUS........................................................................31
DAFTAR PUSTAKA
INDEKS
v
DAFTAR SINGKATAN
APD : Alat Pelindung Diri
B3 : Bahan Berbahaya Beracun
Grav : Gravitasi
ILO : International Labour Organization
K3 : Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Kkal : Kilokalori
Lab : Laboratorium
MSDS : Material Safety Data Sheet
NAB : Nilai Ambang Batas
PP : Peraturan Pemerintah
P3K :Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan
SMK3 : Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja
DAFTAR LAMBANG
% : Persen
0
C : Satuan Suhu
- : Sampai
± :Kurang lebih
dB : Desibel (Satuan)
Mol : molarity
m :meter
s :second
= : Sama dengan
vi
DAFTAR TABEL
Nilai Ambang Batas Lingkungan Kerja Berdasarkan SNI 16-7063-2004 ............... 4
Keterangan dari Gambar 4.1........................................................................................... 12
Klasifikasi Gas dan Bahayanya...................................................................................... 36
vii
DAFTAR GAMBAR
Diagram Proses Pembuatan Makalah ........................................................................... 8
Diagram Pembuatan Sub-Judul Makalah ..................................................................... 11
Tabel Kategori Potensi Bahaya di Lingkungan Kerja................................................. 23
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keselamatan kerja merupakan salah satu hal utama untuk melakukan aktifitas
kerja yang baik. Baik dalam dalam faktor internal maupun faktor eksternal manusia.
Faktor internal meliputi kondisi psikologis, kesehatan, dan fisik. Sedangkan faktor
eksternal meliputi kondisi sosial maupun interaksi dengan karyawan maupun atasan.
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 23 Tahun 1992 tentang kesehatan
menjelaskan bahwa keselamatan dan kesehatan kerja berperan dalam upaya kesehatan
kerja agar tidak mengganggu kesehatan pekerja. Sedangkan berdasarkan Undang-
Undang Republik Indonesia No. 13 Tahun 2003 pada pasal 86 dan 87 menjelaskan
setiap buruh dalam bekerja harus mendapatkan hak baik kesehatan, asusila,
kesehatan, dan perlindungan dir, disamping itu perusahaan harus wajib menerapkan
manajemen K3 demi kelancaran dan keselamatan kegiatan saat bekerja.
Lingkungan fisik dan psikis kerja yang kurang tepat, dapat mengakibatkan tingkat
produktivitas kerja yang rendah sekitar 50%. Sehingga mengakibatkan proses kerja
dan hasil kerja yang kurang efisien dan akan mengakibatkan pemborosan dana
(Widiastuti, 2011). Untuk menciptakan kinerja yang tinggi, dibutuhkan adanya
peningkatan kerja yang optimal dan mampu menggunakan potensi sumber daya
manusia dari karyawan untuk menciptakan tujuan organisasi, sehingga akan
memberikan kontribusi positif bagi perkembangan organisasi. Organisasi perlu
memperhatikan berbagai faktor yang dapat mempengaruhi motivasi karyawan dan
menciptakan lingkungan kerja yang kondusif untuk mendorong terciptanya sikap dan
tindakan yang profesional dalam menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan bidang dan
tanggung jawab masing – masing (Wulan, 2011).
2
Lingkungan kerja yang positif dan sehat merupakan salah satu unsur pokok yang
sangat penting untuk meningkatkan produktivitas perusahaan. Oleh karena itu, perlu
diketahui faktor-faktor apa yang mempengaruhi lingkungan kerja, salah satunya
adalah lingkungan kerja di laboratorium. Karena faktor-faktor lingkungan kerja
merupakan parameter yang digunakan untuk mengetahui penyebab akibat dari
pengaruh lingkungan kerja yang benar atau salah. Sehingga kita mengetahui cara
pecegahan agar meminimalisir kesalahan kerja di laboratorium.
1.2 Rumusan Masalah
Berikut adalah rumusan masalah pada makalah ini:
1. Bagaimana peran pengaruh faktor-faktor lingkungan kerja terhadap K3 di
laboratorium?
2. Apa saja faktor-faktor lingkungan kerja yang mempengaruhi akibat dari
kecelakaan K3 di laboratorium?
3. Bagaimana cara mencegah akibat dari kelalaian faktor-faktor lingkungan kerja?
1.3 Tujuan Umum
Tujuan umum dari makalah ini adalah:
1. Menambah wawasan tentang faktor-faktor lingkungan kerja terhadap ilmu K3
Industri di laboratorium
2. Mendapatkan gambaran tentang studi kasus faktor-faktor lingkungan kerja di
laboratorium dan cara mencegah serta mengatasinya.
1.4 Tujuan Khusus
Berikut adalah tujuan khusus dari makalah ini:
1. Pentingnya faktor-faktor lingkungan kerja yang mempengaruhi akibat dari
kecelakaan K3 di laboratorium.
3
2. Jenis-jenis faktor-faktor lingkungan kerja yang mempengaruhi akibat dari
kecelakaan K3 di laboratorium.
3. Cara mencegah faktor-faktor lingkungan kerja, khususnya di laboratorium.
1.5 Batasan Masalah
Batasan masalah pada makalah ini adalah hanya bersumber pada jurnal penelitian
yang berhubungan dengan K3 industri di laboratorium.
1.6 Manfaat Makalah
Manfaat dari makalah ini adalah diharapakan mampu mempelajari dan
mengaplikasikan ilmu K3 Industri terutama tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
lingkungan kerja agar mahasiswa nantinya mampu mengaplikasikan dan menciptakan
lingkungan kerja yang baik dan kodusif saat bekerja di industri.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Lingkungan kerja adalah suatu krgiatan yang ada di sekitar kerja yang
mempengaruhi pekerja dalam menjalankan tugas yang menjadi tanggung jawabnya.
Untuk meningkatkan produktivitasnya maka lingkungan kerja sangat mempengaruhi
kinerja karena lingkungan kerja yang baik akan menciptakan kemudahan pelaksanaan
tugas. Lingkungan kerja ini sendiri terdiri dari lingkungan kerja fisik dan non-fisik
yang melekat dengan karyawan sehingga tidak dapat dipisahkan dari usaha
pengembangan kinerja karyawan (Yunanda: 2013).
Faktor fisik lingkungan kerja (faktor fisik di tempat kerja) dapat berpengaruh
terhadap baik buruknya kinerja tenaga kerja, bahkan dapat berpengaruh terhadap
produktivitas kerja. Faktor fisik yang dimaksud adalah keadaaan fisik suatu
lingkungan atau tempat kerja, yang meliputi kebisingan, temperatur, pencahayaan,
kelembaban udara, getaran, radiasi sinar ultra violet, gelombang elektromagnetik,
warna, serta bau-bauan. Pemerintah Indonesia telah menetapkan nilai ambang batas
fisik lingkungan kerja, yaitu diatur dalam KEP-51/MEN/1999 dan SNI 16-7063-2004
yang dikeluarkan oleh Badan Standar nasional (BSN) tentang Nilai Ambang Batas
(NAB) faktor fisik di tempat kerja (Widiastuti, 2011). Berikut adalah nilai ambang
batas berdasarkan SNI 16-7063-2004
Tabel 2.1 Nilai Ambang Batas Lingkungan Kerja Berdasarkan SNI 16-7063-2004
Parameter
Nilai Intensitas
Pekerjaan Ringan Pekerjaan Sedang Pekerjaan Berat
Suhu (0
C) 30 26,7 25
Kalori (kkal/jam) 100-200 200-350 350-500
Kebisingan (dB) 85
Getaran 4m/s2
atau 0,40 Grav
Radiasi Sinar Ultra Ungu 0,1 µW/cm2
5
Laboratorium sebagai sarana memperaktekkan teori yang diajarkan memiliki
aktifitas yang bersentuhan secara langsung dan tidak langsung dengan potensi
bahaya. Potensi bahaya atau sering disebut juga sebagai “hazard” merupakan sumber
risiko yang mengakibatkan kerugian baik pada material, lingkungan maupun
manusia. Pengaruh manifestasi potensi bahaya industrial seringkali tidak hanya
berakibat pada industri dan tenaga kerja saja, tetapi juga mengakibatkan kerugian
pada masyarakat maupun lingkungan sekitar industri, misalnya pada kasus kebakaran,
peledakan atau pencemaran akibat industri. Potensi bahaya yang ada di laboratorium
sering tidak disadari oleh orang-orang yang terlibat di laboratorium dikarenakan
belum adanya standar penilaian dan rendahnya sosialisasi atau pembelajaran
mengenai potensi bahaya sehingga perlu dilakukan identifikasi tingkat bahaya di
laboratorium (Sitepu, 2014).
Kondisi lingkungan kerja dikatakan sebagai lingkungan kerja yang baik jika
manusia bisa melaksanakan kegiatannya dengan optimal dengan sehat,aman dan
selamat. Ketidakberesan lingkungan kerja dapat terlihat akibatnya dalam waktu yang
lama. Lebih jauh lagi keadaan lingkungan yang kurang baik dapat menuntut tenaga
dan waktu yang lebih banyak yang tentunya tidak mendukung diperolehnya
rancangan sistem kerja yang efisien dan produktif. Faktor-faktor yang mempengaruhi
lingkungan kerja fisik yaitu, temperature (suhu), pencahayaan, kebisingan, dan lain -
lain. Kondisi lingkungan kerja akan turut berpengaruh terhadap kinerja
operator/praktikan. Dengan mempertimbangkan seluruh aspek lingkungan kerja fisik
yang memiliki potensi bahaya pada saat proses perancangan sistem kerja beserta
sistem pengendalian,maka kondisi-kondisi bahaya tersebut dapat diantisipasi dan
diberi tindakan-tindakan preventif lainnya. Pengaruh lingkungan kerja fisik terhadap
produktivitas kerja lingkungan kerja fisik merupakan kondisi yang mempengaruhi
terhadap kemampuan manusia, Manusia akan mampu melaksanakan kegiatannya
dengan baik dan mencapai hasil yang optimal apabila lingkungan kerjanya
mendukung manusia akan mampu melaksanakan pekerjaannya dengan baik apabila
ditunjang oleh lingkungan kerja yang baik. penelitian ini bermaanfaat untuk
6
mengetahui bagaimana kondisi lingkungan kerja fisik yang baik yang meliputi situasi
pencahayaan, temperatur dan kebisingan (Ramadon, 2013).
Memelihara standar kesehatan dan keselamatan yang tinggi di lingkungan
kerja mencakup pengawasan kondisi pekerjaan, termasuk tingkat kebisingan, tingkat
radiasi, temperatur, luka fisik akibat terjatuh atau terkena mesin, terluka atau
terkontaminasi dengan bahan-bahan kimia yang digunakan di tempat berkerja.
Tingkat kesehatan dari seseorang mempunyai pengaruh yang besar terhadap
penampilan dan kapasitas kerjanya. Dengan demikian maka penekanan dalam
program kesehatan kerja tidak hanya pada mengusahakan peningkatan dan
pemeliharaan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya baik fisik, mental maupun
kesejahteraan sosial pekerja di semua lapangan pekerjaan saja, tetapi juga pada
pencapaian produktivitas kerja yang optimal. Konsep bahwa yang terkena penyakit
akibat kerja (Occupational Disease) hanya pekerja itu sendiri telah berkembang dan
mencakup pula keluarga dari pekerja yang bersangkutan serta masyarakat pada
umumnya. Seorang pekerja dapat membawa debu asbes atau beryllium ke tempat
tinggalnya sehingga dapat mempengaruhi kesehatan keluarganya. Beberapa bahan
kimia seperti timah hitam, formaldehid, pestisida golongan organoklorin, dan karbon
monoksida diduga dapat membahayakan sebuah janin yang dikandung seorang
pekerja wanita tanpa selalu harus membahayakan dirinya sendiri. Tragedi Minamata
(merkuti), Bhopal (zat beracun) dan Chernobyl (bahan radio aktif), telah
mengingatkan kita bahwa kesehatan tidak hanya mempengaruhi mereka yangbekerja
di kawasan industri saja, namun dapat pula membahayakan masyarakat umum.Dari
berbagai studi epidemiologis, disamping penyakit-penyakit akibat kerja dipelajari
pula berbagai faktor yang mengganggu kesehatan di tempat kerja yang kemudian
berkontribusi terhadap timbulnya penyakit. Penyakit-penyakit tersebut disebut
sebagai penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan (Occupationalrelated
Disease), dimana pada penyakit yang dimaksud, lingkungan kerja bukan sebagai
penyebab langsung, namun berperan sebagai faktor penyokong (contributing factor)
terhadap timbulnya penyakit. Gangguan psikologis, hipertensi, kardiovaskuler, tukak
7
lambung dan lain-lain sejenisnya merupakan contoh dari golongan penyakit tersebut
(Putra, 2011).
Perhatian terhadap tenaga kerja diuraikan dengan perlunya peningkatan upaya
perlindungan kesehatan dan keselamatan kerja melalui pencegahan kecelakaan dan
penyakit akibat kerja, pembinaan lingkungan kerja yang memenuhi syarat kesehatan,
penyelenggaraan upaya kesehatan tenaga kerja dan keluarganya secara menyeluruh,
pembinaan tenaga kerja untuk upaya peningkatan kesehatan kerja, serta penyusunan,
pembakuan dan pengaturan syarat-syarat kesehatan bagi tenaga kerja. Dalam
mengantisipasi kemungkinan timbulnya gangguan kesehatan yang berhubungan
dengan pekerjaan tersebut, pendekatan yang ditempuh selain perlindungan kesehatan
(health protection) seperti imunisasi, sanitasi lingkungan kerja, penyerasian manusia
dan mesin dan lain-lain juga ditempuh cara peningkatan kesehatan (health
promotion). Peningkatan kesehatan merupakan sebuah konsep yang mencakup segala
sesuatu yang dapat meningkatkan kesehatan dan kapasitas kerja dari para pekerja
seperti pencegahan penyakit menular, perbaikan gizi, perkembangan kejiwaan yang
sehat, pemeriksaan kesehatan sebelum kerja dan lain-lain (Arianto, 2014).
Dalam usaha meningkatkan kapasitas produksi dari suatu perusahaan salah
satu faktor pendukung untuk meningkatkan kapasitas tersebut tidak terlepas dari
produktivitas tenaga kerja. Lingkungan kerja merupakan bagian yang cukup penting
dari sebuah perusahaan, karena lingkungan kerja yang tidak sesuai dengan kondisi
dan kebutuhan tenaga kerja dapat menimbulkan terjadinya kecelakaan kerja. Terdapat
beberapa hal yang terkait dengan lingkungan kerja yaitu lingkungan kerja fisik,
lingkungan kerja kimia dan lingkungan kerja biologis. Jika lingkungan kerja fisik
dalam kondisi tidak memenuhi syarat, maka dapat menyebabkan terjadinya
kecelakaan kerja di unit-unit produksi, yang pada akhirnya secara keseluruhan akan
menurunkan tingkat produktivitas perusahaan (Setyanto, 2011).
8
BAB III
METODOLOGI
Metodologi pengumpulan data yang diperlukan dalam makalah ini dilakukan
dengan studi literatur. Baik dari jurnal, tesis, skripsi, maupun buku panduan kerja di
laboaratorium. Data dari literatur-literatur tersebut sebagai pendukung yang ada
kaitannya tentang faktor-faktor lingkungan kerja di laboratorium dengan diagram alir
adalah sebagai berikut:
Start
Studi Literatur
Presentasi Pramakalah
Pembuatan Makalah
Peresentasi Hasil
Makalah
Publishing Makalah
dan Hasil Presentasi
Finish
Gambar 3.1 Diagram Proses Pembuatan Makalah
9
Berdasarkan metodologi studi literatur, terdapat sumbaer yang dijadikan
sebagai reverensi utama dan dikumpulakan untuk membahas apa saja yang menjadi
pembahasan dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Jurnal Kedokteran Meditek: Penyakit Akibat Kerja Disebabkan oleh Faktor Fisik
(Agus, 2011).
2. Jurnal Economia: Pengaruh Kedisiplinan, Lingkungan Kerja dan Budaya Kerja
Terhadap Kinerja Tenaga Pengajar (Arianto, 2014).
3. Jurnal dari Universitas Esa Unggul, Tengerang: Lingkungan Kerja Faktor Kimia
dan Biologi (Arief, 2015).
4. Jurnal Prosiding SNE Politeknik Negeri Batam: Analisa Keselamatan Kerja (K3)
pada Pembelajaran di Laboratorium Program Studi Teknik Mesin Politeknik
Negeri Batam (Hati, 2014).
5. Jurnal dari Unversitas Padjajaran, Bandung: Keselamtan Kerja di Laboratorium
(Muchtaridi, 2015).
6. Jurnal EMBA: Kepemimpinan, Motivasi, dan Lingkungan Kerja Pengaruh
Terhadap Kinerja pada Kanwil Ditjen Kekayaan Negara Suluttenggo dan Maluku
Utara di Manado (Potu, 2013).
7. Jurnal Administrasi Bisnis: Pengaruh Lingkungan Kerja Fisik dan Non-Fisik
Terhadap Kinerja Karyawan: Studi pada PT. Telkom Area III Jawa-Bali Nusra di
Surabaya (Norianggono, 2014).
8. Jurnal Universitas Negeri Sumatera Utara: Keracunan Bahan Organik dan Gas di
Lingkungan Kerja dan Upaya Pencegahannya (Putra, 2011).
9. Jurnal EKOSAIN: Pengaruh Faktor Lingkungan Fisik Kerja Terhadap Waktu
Penyelesaian Pekerja (Studi Laboratorium) (Setyanto, 2011).
10. Simposium Nasional RAPI XIII: Identifikasi Tingkat Bahaya di Laboratorium
Perguruan Tinggi (Studi Kasus Laboratorium di Lingkungan Departemen Teknik
Industri Universitas Sumatera Utara) (Sitepu, 2014).
11. Jurnal SETJEN DEPKES RI: Kesehatan dan Keselamatan Kerja Laboratorium
Analisis Kesehatan (Tresnianingsih, 2015).
10
12. Jurnal ITS: Evaluasi Ergonomis dalam Proses Perancangan Produk Laboratorium
Ergonomis dan Perancangan Kerja (Wignjosoebroto, 2013).
13. Jurnal dari Universitas Brawijaya: Pengaruh Lingkungan Kerja Terhadap
Kepuasan Kerja dan Kinerja Karyawan (Studi pada Perum Jasa Tirta I Malang
Bagian Laboratorium Kualitas Air) (Yunanda, 2013).
14. Jurnal Media Wahana Ekonomika: Pengaruh Lingkungan Kerja Fisik dan Non-
Fisisk Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan Tata Cabang Palembang (Hendri,
2015).
15. Jurnal ITS: Perancangan Lingkungan Kerja dan Alat Bantu yang Ergonomis
untuk Mengurangi Masalah Black Injury dan Tingkat Kecelakaan pada
Departemen Mesin Bubut (Wignjosoebroto, 2013).
Melalui beberapa kumpulan reverensi diatas maka nanti digunakan sebagai
literatur dalam makalah tentang Faktor-Faktor Lingkungan Kerja Di
Laboratorium dengan metode identifikasi karakteristik bahan bahan kimia dari
kasus-kasus yang akan dibahas pada makalah ini. Dengan metode tersebut diharapkan
faktor-faktor lingkungan kerja di laboratorium akan tercipta lingkungan yang safety
dan ramah lingkungan. Adapun secara umum metode tersebut yakni dengan:
a. Mengidentifikasi jenis atau merek bahan kimia yang digunakan
b. Mengetahui karakterisitik kimia dan fisika bahan-bahan kimia di laboratorium
11
BAB IV
PEMBAHASAN
Berdasarkan metodologi studi literatur pada bab 3, maka jurnal-jurnal yang
dikumpulakan kemudian dibahas sub judulnya untuk makalah ini adalah sebagai
berikut:
Gambar 4.1 Diagram Pembuatan Sub-Judul Pembahasan Makalah
12
Tabel 4.1 Keterangan dari Gambar 4.1
Simbol Keterangan
A Faktor fisik dari lingkungan kerja
B Kedisipilinan dan budaya kerja
C Faktor kimia dan biologi lingkungan kerja
D Analisis K3 di laboratorium
E K3 di laboratorium
F Leadership di lingkungan kerja
G Pengaruh kondisi fisik dan non-fisik di lingkungan kerja
H Bahaya racun di laboratorium
I Pengaruh fisik di lingkungan kerja di laboratorium
J Identifikasi bahaya di laboratorium
K K3 laboratorium
L Lingkungan kerja ergonomis
M Pengaruh fisik dan non-fisik lingkungan kerja di lab.
N Pengaruh fisik dan non-fisik lingkungan kerja
O Pengaruh ergonomi lingkungan kerja
MIGD Faktor-Faktor Lingkungan Kerja Di Laboratorium
I Pentingnya Faktor-Faktor Kerja di Laboratorium
II Faktor-Faktor Lingkungan Kerja yang Berpengaruh di
Laboratorium
III Pencegahan Terhadap Faktor-Faktor Kecelakann Kerja di
Laboratorium
IV Contoh Kasus Identifikasi Bahaya Bahan Kimia di
Laboratorium
13
4.1 Pentingnya Faktor-Faktor Lingkungan Kerja di Laboratorium
Faktor-faktor merupakan salah satu parameter yang dijadikan acuan terhadap
penyebab dari suatu kejadian. Suatu kejadian tentunya memiliki sebab, dan sebab
dikarenakan oleh suatu faktor. Pada lingkungan kerja, faktor-faktor merupakan salah
satu bagian yang sangat penting untuk mengetahui penyebab dari kejadian yang dapat
mengganggu pekerjaan. Faktor-faktor dapat diindikasi atau ditelaah lebih awal agar
menghindari terjadinya kecelakaan fatal dalam lingkungan kerja. Contohnya, saat
melakukan pekerjaan yang berat oleh atasan, tentunya hal ini akan menyebabkan
tekanan atau beban kerja meningkat sehingga dapat menyebabkan depresi atau stress,
bahkan gangguan fisik. Hal tersebut tentunya mengganggu psikologis dan fisik
karyawan, dan cara untuk meminimalisir hal tersebut adalah kenali gangguan
sebelum gangguan tersebut datang pada kita, salah satunya adalah kenali faktor-faktor
yang dapat menyebabkan beban kerja berat dan apa akibatnya serta bagaimana cara
mencegahnya. Adapun cara mencegah hal tersebut adalah dengan menciptakan
lingkungan kerja yang sehat, dan berusaha untuk meletakan suatu situasi pada
tempatnya, relaksasi, dan berolahraga. Dari contoh kasus tersebut faktor-faktor sangat
penting untuk lingkungan kerja. Faktor-faktor lingkungan kerja juga dapat
dikembangkan terhadap pencegahan bahkan mengobati situasi masalah yang ada pada
lingkungan kerja (Sholihah, 2014).
Disamping itu, K3 (Keselamatan dan Kesehata Kerja) juga merupakan salah satu
komponene yang sangat penting dalam lingkungan kerja. Pelaksanaan K3 bertujuan
untuk mencegah dan mengurangi resiko kecelakaan kerja, sehingga penerapan K3
dianggap sebagai upaya pencegahan kecelakaan kerja dan pencegahan penyakit
akibat menjalankan pekerjaaan. Konsep K3 dan implementasi yang dijalankan
merupakan investasi dalam jangka panjang untuk meningkatkan kinerja dan daya
saing perusahaan dimasa yang akan datang (Hati, 2014). Hubungannya antara faktor-
faktor lingkungan kerja dengan K3 adalah dengan mengetahui faktor-faktor yang
14
akan dihadapi di lingkungan kerja, kita sudah dapat mengimplemetasikan manajemen
K3. Sehingga dapat dikatkan bahwa faktor-faktor lingkungan kerja merupakan bagian
dari manajemen K3.
Laboratorium merupakan bagian dari lingkungan kerja yang perlu diperhatikan
dalam pengelolaannya. Karena laboratorium merupakan tempat untuk melakukan
suatu obervasi atau penelitian sehingga diperlukan penanganan khusus dalam
mendukung kondisi lingkungan kerjanya. Sehingga, dirasa perlu adanya manajemen
K3 dalam menunjang hal tersebut. Dalam kegiatan laboratorium tentunya kita akan
menghadapi alat atau bahan yang kalau penggunaannya salah akan berdampak pada
kita. Seperti terpapar radiasi, bahan kimia, bahkan akan menyebabkan kelainan pada
keturunan. Sehingga faktor-faktor lingkungan kerja memiliki peran penting untuk
meminimalisir insiden tersebut.
Dari uraian tersebut, dapat dikatakan bahwa faktor-faktor lingkungan kerja
merupakan bagian dari manajeman K3 yang dirasa perlu untuk diimplementasikan
supaya mengurangi terjadinya kecelakaan kerja baik dari segi fisik maupun non-fisik.
Karena jika terjadi kelalaian dalam lingkungan kerja maka akan berpengaruh
terhadap kinerja perusahaan (Wignjosoebroto, 2013), khususnya di laboratorium.
Sehingga dengan terciptanya kondisi lingkungan kerja yang baik, maka pekerja dalam
menganalisa bahan di laboratorium serta tuntutan kerja dari perusahaan akan lebih
mudah untuk menciptakan lingkungan kerja yang positif. Perlindungan dan jaminan
keselamatan dan kesehatan kerja dibutuhkan oleh tenaga kerja agar merasa aman,
nyaman, dan tidak terbebani dalam menyelesaikan pekerjaan. Tenaga kerja yang
sehat akan bekerja produktif, sehingga diharapkan mampu meningkatkan
produktivitas kerja yang dapat mendukung pencapaian tujuan perusahaan dalam
membangun dan membesarkan usahanya (Grahanintyas, 2012).
15
4.2 Faktor-Faktor Lingkungan Kerja yang Mempengaruhi Akibat Dari
Kecelakaan K3 Di Laboratorium
Faktor-faktor lingkugan kerja dibagi menjadi faktor lingkungan kerja fisik dan
non-fisik. Menurut Hendri (Hendri, 2015) dalam jurnalnya menyebutkan bahwa
lingkungan kerja fisik adalah segala sesuatu yang ada di sekitar karyawan bekerja
yang mempengaruhi karyawan dalam melaksanakan beban tugasnya. Masalah
lingkungan kerja dalam suatu organisasi sangatlah penting, dalam hal ini diperlukan
adanya pengaturan maupun penataan faktor-faktor lingkungan kerja fisik dalam
penyelenggaraan aktivitas organisasi. Lingkungan fisik kantor akan bersentuhan
langsung dengan tubuh kita, melalui media panca indera kemudian mengalir ke dalam
hati sehingga lingkungan fisik kantor yang baik akan menimbulkan perasaan nyaman.
Faktor-faktor fisik lingkungan kerja merupakan komponen yang ada pada lingkungan
kerja seperti kebisingan, penerangan, temperatur, getaran, dan radiasi yang bisa
mempengaruhi kerja (Agus, 2011). Sedangkan faktor non-fiksi merupakan
lingkungan kerja non-fisik adalah lingkungan kerja yang tidak dapat ditangkap
dengan panca indera manusia, akan tetapi lingkungan kerja non-fisik ini dapat
dirasakan oleh para pekerja melalui hubungan-hubungan sesama pekerja maupun
dengan atasan (Hendri, 2015). Faktor-faktor lingkungan kerja non-fisik merupakan
semua keadaan yang berkaitan dengan hubungan kerja, baik hubungan dengan atasan
maupun hubungan sesama rekan kerja, ataupun hubungan dengan bawahan
(Norianggono, 2014).
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa faktor-faktor lingkungan kerja baik
fisik maupun non-fisik sangan berkaiatan dengan tingkat kenyamanan dan pengaruh
untuk karyawan. Berdasarkan indikatornya, faktor-faktor fisik dari lingkungan kerja
berdasarkan pada penerangan, pewarnaan, udara, tingkat kebisingan, ruang gerak,
kebersihan, dan keamanan (Hendri, 2015). Sedangkan indikator untuk faktor-faktor
lingkungan kerja non-fisik meliputi perasaan, psikologis, interaksi sesama karyawan
16
maupun karyawan dengan atasan, serta tingkat kepuasan karyawan dan semuanya
akan berjalan dengan positif jika dikendalikan dengan:
1. Pengawasan yang dilakukan secara kontinyu dengan menggunakan sistem
pengawasan yang ketat.
2. Suasana kerja yang dapat memberikan dorongan dan semangat kerja yang tinggi.
3. Sistem pemberian imbalan (baik gaji maupun perangsang lain) yang menarik.
4. Perlakuan dengan baik, manusiawi, tidak disamakan dengan robot atau mesin,
kesempatan untuk mengembangkan karier semaksimal mungkin sesuai dengan
batas kemampuan masing-masing anggota.
5. Ada rasa aman dari para anggota, baik di dalam dinas maupun di luar dinas.
6. Hubungan berlangsung secara serasi, lebih bersifat informal, penuh kekeluargaan.
7. Para anggota mendapat perlakuan secara adil dan objektif.
(Hendri, 2012).
Kepuasan kerja adalah seperangkat perasaan pegawai tentang menyenangkan
atau tidaknya pekerjaan mereka. Ada perbedaan yang penting antara perasaan ini
dengan dua unsur lainnya dari sikap pegawai. Menurut Davis dan john Strom
(1985:105) Kepuasan kerja adalah perasaan senang atau tidak senang yang relatif
yang berbeda dari pemikiran obyektif dan keinginan perilaku. Ketiga sikap itu
membantu para manajer memahami reaksi karyawan terhadap pekerjaan mereka dan
memperkirakan dampaknya pada perilaku di masa datang. Terdapat lima faktor yang
dapat mempengaruhi timbulnya kepuasan kerja, yaitu Need fulfillment (pemenuhan
kebutuhan), Discrepancies (perbedaan), Value attainment (pencapaian nilai), Equity
(keadilan), Dispositional/genetic components (komponen genetik) (Yunanda, 2013).
Disamping itu, kinerja yang dimiliki oleh seseorang dapat dipengaruhi oleh
berbagai faktor. Lingkungan kerja merupakan salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi kinerja. kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang
dicapai oleh seseorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan
tanggung jawab yang diberikan. Penilaian kinerja karyawan selalu dilakukan oleh
setiap perusahaan untuk melihat sejauh mana kinerja yang dihasilkan oleh
17
karyawannya. Kinerja dipengaruhi oleh faktor-faktor, baik dari dalam maupun luar
individu karyawan. Faktor-faktor kinerja terdiri dari faktor internal dan eksternal.
Faktor-faktor eksternal yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja seseorang
yang berasal dari lingkungan kerja organisasi (Norianggono, 2014).
Faktor-faktor lingkungan kerja berpengaruh juga terhadap kerja di
laboratorium. Berdasarkan klasifikasinya, faktor-faktor lingkungan kerja di
laboratorium terbagi menjadi:
a. Faktor Kimia
Faktor kimia adalah faktor di dalam tempat kerja yang bersifat kimia, yang
meliputi bentuk padatan, partikel, cair, gas, kabut, aerosol, dan uap yang berasal dari
bahan- bahan kimia, mencakup wujud yang bersifat partikel adalah debu, awan,
kabut, uap logam, dan asap ; serta wujud yang tidak bersifat partikel adalah gas dan
uap (Arief, 2015). Dampak lingkungan kerja yang tergolong bahaya kimia adalah
sebagai berikut:
1. Debu yang menyebabkan pneumoconioses, di antaranya: silicosis, asbestosis dan
lain-lain.
2. Uap yang di antaranya menyebabkan “metal fume fever “, darmatitis atau
keracunan.
3. Gas, misalnya keracunan oleh CO, H2S dan lain-lain.
4. Larutan misalnya menyebabkan dermatitis.
Zat-zat kimia yang dapat menyebabkan luka-luka, dan mengenai manusia dengan
berbagai cara. Beberapa zat menyebabkan kerusakan bila mengenai kulit atau bagian
yang paling sensitif dari permukaan paling luar dari tubuh manusia, mata. Zat-zat
kimia yang masuk ke dalam tubuh didistribusikan melalui aliran darah. Bila suatu
toksikan masuk ke dalam tubuh, maka harus diperhatikan organ yang mana yang akan
dirusaknya, berapa lama dia akan tinggal di dalam tubuh dan bagaimana cara
menghilangkannya. Sebagai contoh adalah penyakit kulit akibat kerja dapat berupa
dermatitis dan urtikaria. Dermatitis kontak merupakan 50% dari semua PAK
(Penyakit Akibat Kerja), terbanyak bersifat nonalergi atau iritasi. Dikenal dua jenis
18
dermatitis kontak, yaitu dermatitis kontak iritan yang merupakan respon
nonimunologi dan dermatitis kontak alergik yang diakibatkan oleh mekanisme
imunologik spesifik.Keduanya dapat bersifat akut maupun kronis. Bahan penyebab
dermatitis kontak alergi pada umumnya adalah bahan kimia yang terkandung dalam
alat-alat yang dikenakan oleh penderita, yang berhubungan dengan pekerjaan/hobi,
atau oleh bahan yang berada di sekitarnya. Disamping bahan penyebab tersebut, ada
faktor penunjang yang mempermudah timbulnya dermatitis kontak tersebut yaitu
suhu udara, kelembaban, gesekan, dan oklusi (Nuraga, 2008).
Keracunan bahan kimia, dimana dalam keadaan normal, badan manusia
mampu mengatasi bermacam-macam bahan dalam batas-batas tertentu. Keracunan
terjadi apabila batas-batas tersebut dilampui dimana badan tidak mampu
mengatasinya(melalui saluran pencernaan, penyerapan atau pembuangan). Derajat
racun (toxicity), adalah potensi kandungan bahan kimia yang menyebabkan
keracunan. Racun dari bahan kimia sangat beragam (contoh ; beberapa tetesan bahan
kimia bisa mematikan, sementara yang lain baru memberikan efek kalau dikonsumsi
dalam jumlah yang besar). Bahaya kimia (chemical hazard) adalah bahan kimia yang
digolongkan kedalam bahan-bahan berbahaya atau memiliki informasi yang
menyatakan bahwa bahan tersebut berbahaya, biasanya informasi tersebut dalam
“lembar data keselamatan (chemical safety data sheet)”, yang memuat dokumen dan
informasi penting untuk para pengguna yang bertalian dengan sifat kandungan
bahayanya dan cara-cara penggunaan yang aman, ciri-ciri, supplier, penggolongan,
bahayanya, peringatan-peringatan, bahaya dan prosedur tanggap darurat. Faktor-
faktor yang menciptakan kondisi intensitas bahaya di area lingkungan tempat kerja
yang berhubungan dengan penggunaan bahan kimia meliputi derajat racun, sifat-sifat
fisik dari bahan, tata cara kerja, sifat dasar, tempat/jalan masuk, kerentanan individu
para pekerja, dan kombinasi faktor-faktor sampai dengan akan menimbulkan situasi
yang berbahaya (Arief, 2015).
19
b. Faktor Biologi
Faktor biologi merupakan bagian dari faktor lingkungan kerja yang meliputi pada
anatomi tubuh, mikroorganisme, maupun virus. Di dalam laboratorium, sering kali
faktor biologi menjadi faktor yang sangat umum, khususnya pada industri pembuatan
pangan, obat-obatan, dan minuman. Akibat jika melakukan kesalahan dalam bekerja
di laboratorium dari faktor biologi akan mengakibatkan adanya infeksi, dan
kontaminasi virus maupun bakteri patogen (Tresnianingsih, 2015). Di dalam
laboratorium diperlukan di sisi faktor biologi yang perlu diperhatikan adalah
bagaimana cara menggukan bahan-bahan tersebut. Karena jika terjadi kesalahan
dalam menggunakannya bisa berkibat fatal bahkan dapat menular.
c. Faktor Ergonomi
Pengertian Ergonomi dalam buku Sritomo Wignjosoebroto adalah sebagai
disiplin keilmuan yang mempelajari manusia dalam kaitannya dengan pekerjaan
(Wignjosoebroto, 2013). Disiplin ergonomi secara khusus akan mempelajari
keterbatasan dari kemampuan manusia dalam berinteraksi dengan teknologi dan
produk-produk buatannya. Disamping itu, disiplin kerja adalah sikap, tingkah laku
dan perbuatan yang sesuai dengan peraturan dari organisasi baik yang tertulis maupun
tidak tertulis. Indikator kedisiplinan kerja adalah sebagai berikut: tujuan dan
kemampuan, teladan pimpinan, balas jasa, keadilan, waskat atau pengawasan, sanksi
hukuman, ketegasan dan hubungan kemanusiaan (Arianto, 2014).
Menurut Tresnianingsih (Tresnianingsih, 2015) dalam jurnalnya mengatakan
bahwa ergonomi sebagai ilmu, teknologi dan seni berupaya menyerasikan alat, cara,
proses dan lingkungan kerja terhadap kemampuan, kebolehan dan batasan manusia
untuk terwujudnya kondisi dan lingkungan kerja yang sehat, aman, nyaman dan
tercapai efisiensi yang setinggi-tingginya. Permasalahan yang berkaitan dengan faktor
ergonomi umumnya disebabkan oleh adanya ketidak sesuaian antara pekerja dan
lingkungan kerja secara menyeluruh termasuk peralatan kerja. Secara khusus disiplin
ergonomi mempelajari keterbatasan dari kemampuan manusia dalam berinteraksi
20
dengan teknologi dan produk-produk buatannya. Dengan ergonomi, manusia tidak
lagi harus menyesuaikan dirinya dengan mesin yang dioperasikan (the man fits to the
design), melainkan sebaliknya yaitu mesin dirancang terlebih dahulu memperhatikan
kelebihan dan kekurangan manusia yang mengoperasikan (the design fits to the man)
sehingga manusia sebagai pusat sistem. Karena manusia sebagai pusat sistem, maka
semua sistem kerja diarahkan pada perancangan yang sesuai dengan manusia itu
sendiri (Christofora, 2014). Sebagian besar pekerja di laboratorium masalah dari
faktor ergonomi sering terjadi, misalnya tenaga operator peralatan, hal ini disebabkan
peralatan yang digunakan pada umumnya barang dari negara lain yang desainnya
tidak sesuai dengan standar ukuran pekerja Indonesia. Posisi kerja yang salah dan
dipaksakan dapat menyebabkan mudah lelah sehingga kerja menjadi kurang efisien
dan dalam jangka panjang dapat menyebakan gangguan fisik dan psikologis (stress)
dan keluhan yang paling sering adalah nyeri pinggang kerja (low back pain).
Disamping itu, faktor kelelahan juga menjadi salah satu penyebab dari faktor
ergonomi jika terjadinya kegiatan yang berlebihan dari batas kemampuan kita.
Menurut Nisa (Nisa, 2013) dalam jurnalnya menyebutkan bahwa kelelahan
merupakan rasa luar biasa atau hilangnya kemauan untuk menghasilkan kekuatan
yang maksimum yang ditandai kurangnya energi dan kurangnya daya tahan tubuh
sehingga terjadi hilang semangat dalam melakukan suatu pekerjaan. Kelelahan
dibedakan menjadi dua yaitu kelelahan mental dan kelelahan fisik. Kelelahan mental
biasa disebut kelelahan umum sedangkan kelelahan fisik biasa disebut kelelahan otot.
Kelelahan umum biasanya ditandai dengan rasa malas untuk melakukan suatu
pekerjaan sedangkan kelelahan otot biasa ditandai dengan nyeri otot atau tegang pada
otot yang dipengaruhi oleh faktor alat mapun psikologi.
d. Faktor Psikososial
Faktor psikososial merupakan salah satu faktor kerja yang berhubungan dengan
dengan psikologi hubungan antara sesama karyawan atau karyawan dengan atasan.
21
Pada faktor ini, kontribusi organisasi sangat berperan dalam perkembangan di
lingkungan kerja. Sehingga untuk meciptakan hal tersebut adalah dengan
meningkatkan lingkungan sosial kerja yang kondusif seperti saling menghargai dan
bahu-membahu dalam pekerjaan sesuai dengan bidang dan keahlian masing-masing,
motivasi juga berpengaruh untuk menciptakan lingkungan yang profesional
(Yunanda, 2013). Dari hal tersebut dapat diketahui bahwa yang menjadi faktor untuk
menciptakan hal tersebut adalah tergantung pada sumber daya manusia dan
kemampuan karyawan untuk beradaptasi dengan lingkungan untuk menciptakan
manjemen kerja dan kepemimpinan yang baik. Akibat dari kurangnya psikososial
dalam faktor lingkungan pekerjaan, khususnya di laboratorium menurut
Tresnianingsih (Tresnianingsih, 2015) adalah sebagai berikut:
1. Pelayanan kesehatan sering kali bersifat emergency dan menyangkut hidup mati
seseorang. Untuk itu pekerja di laboratorium kesehatan di tuntut untuk
memberikan pelayanan yang tepat dan cepat disertai dengan kewibawaan dan
keramahan-tamahan.
2. Pekerjaan pada unit-unit tertentu yang sangat monoton.
3. Hubungan kerja yang kurang serasi antara pimpinan dan bawahan atau sesama
teman kerja.
4. Beban mental karena menjadi panutan bagi mitra kerja di sektor formal ataupun
informal.
Dari penjelasan tersebut dapat dikethui bahwa faktor-faktor yang berkontribusi
terhadap penyebab kecelakaan disebabkan oleh:
a. Faktor manusia: Tindakan-tindakan yang diambil atau tidak diambil, untuk
mengontrol cara kerja yang dilakukan.
b. Faktor material: Risiko ledakan, kebakaran dan trauma paparan tak terduga untuk
zat yang sangat beracun, seperti asam.
c. Faktor Peralatan: Peralatan, jika tidak terjaga dengan baik, rentan terhadap
kegagalan yang dapat menyebabkan kecelakaan.
22
d. Faktor lingkungan: lingkungan mengacu pada keadaan tempat kerja. Suhu,
kelembaban, kebisingan, udara dan kualitas pencahayaan merupakan contoh
faktor lingkungan.
e. Faktor proses: Ini termasuk risiko yang timbul dari proses produksi dan produk
samping seperti panas, kebisingan, debu, uap dan asap.
4.3 Pencegahan Terhadap Kelalaian Faktor-Faktor Lingkungan Kerja di
Laboratorium
Kalalaian bekerja dapat menyebabkan produktivitas terganggu dan merugikan
suatu usaha atau organisasi yang salah satunya disebabkan karena kurang karyawan
mengetahui faktor-faktor lingkungan kerja yang akan dilakukannya. Sebelum
terjadinya hal yang tak diinginkan dalam bekerja, hendaknya kita mencegah kelalaian
tersebut dengan memperhatikan SOP (Standard Operasi Prosedur) yang ada di
perusahaan atau organisasi. Di sinilah pentingnya peran manajemen K3 untuk
mengatur SOP agar karyawan dapat selamat dan mengurangi kelalaian bagi karyawan
untuk beraktifitas di lingkungan kerja sesuai dengan stander hokum nasional dan
internasional. Selain itu, faktor tempat kerja yang aman dan sehat juga sangat penting
agara dapat melanjutkan pekerjaan secara efektif dan sefisien. Menurut ILO bahwa
lebih dari 250 juta terjadi kecelakaan di tempat kerja dan lebih dari 160 juta pekerja
menjadi sakit karena bahaya di tempat kerja, serta 1,2 juta pekerja meninggal akibat
kecelkaan dan sakit di tempat kerja dalam setiap tahunnya, dan berikut adalah gambar
yang menjelaskan potensi bahaya di lingkungan kerja
23
Gambar. 4.1 Tabel Kategori Potensi Bahaya di Lingkungan Kerja
Dari gambar tersebut terlihat bahwa kategori A merupakan kategori potensi bahaya
terhadap faktor fisik. Faktor B merupakan potensi bahaya terhadap kondisi internal
atau tempat kerja. Faktor C merupakan potensi bahaya terhadap fasilitas di
lingkungan kerja. Sedangkan faktor D merupakan potensi bahaya terhadap faktor
psikososial. Berikut adalah pencegahan potensi bahaya dari berbagai lingkungan
kerja, khususnya di laboratorium:
1. Faktor Kimia
a. Menggunakan masker gas untuk senyawa Amonia, Klorin, dll. yang
disediakan di pabrik (Nigam, 2011).
b. Mengikuti training yang memberikan aturan terhadap safety/ prosedur yang
diberikan (Nigam, 2011) di laboratorium.
c. Menggunakan alat pelindung khusus untuk menggunakan bahan kimia yang
sangat sensitif seperti gas, bahan kimia yang mudah terbakar, bahan kimia
24
yang bersifat toxic, dan bahan kimia yang mengandung radiasi tinggi (Nigam,
2011).
d. ”Material safety data sheet” (MSDS) dari seluruh bahan kimia yang ada untuk
diketahui oleh seluruh petugas laboratorium (Tresnianingsih, 2015).
e. Hindari penggunaan lensa kontak, karena dapat melekat antara mata dan lensa
(Tresnianingsih, 2015).
f. Dilarang memakai sandal atau sepatu terbuka atau sepatu berhak tinggi
(Muchtaridi, 2015).
g. Pastikan kran air dan gas selalu dalam keadaan tertutup pada sebelum dan
sesudah praktikum selesai (Muchtaridi, 2015).
2. Faktor Biologi
a. Seluruh pekerja harus mendapat pelatihan dasar tentang kebersihan,
pidemilogi dan desinfeksi.
b. Sebelum bekerja dilakukan pemeriksaan kesehatan untuk memastikan dalam
keadaan sehat, punya cukup kekebalan alami untuk bekerja dengan bahan
infeksius, dan dilakukan imunisasi.
c. Melakukan pekerjaan laboratorium dengan praktek yang benar (Good
Laboratory Practice).
d. Menggunakan desinfektan yang sesuai dan cara penggunaan yang benar.
e. Sterilisasi dan desinfeksi terhadap tempat, peralatan, sisa bahan infeksius dan
spesimen secara benar.
f. Pengelolaan limbah yang berpotensi menyebabkan infeksi dengan benar
g. Kebersihan diri dari petugas.
(Tresnianingsih, 2015).
3. Faktor Ergonomi
a. Kenali kemampuan fisik terhadap apa yang dikerjakan, seperti penggunaan
mesin yang harus sesuai dengan standard pemakaiannya (Christofora, 2014).
25
b. Olahraga dan istirahat yang cukup dan teratur, serta pergunakan waktu untuk
relaksasi di sela pekerjaan.
c. Kandungan kalori pada tubuh harus dijaga dengan cara makan makanan yang
sehat, agar kebutuhan energi tubuh dapat tercukupi (Christofora, 2014).
d. Kenali spesifikasi dan tingkatkan pengetahuan tentang alat proses yang akan
digunakan (Christofora, 2014).
e. Motivasi dan manjemen kerja perlu ditingkatkan (Potu, 2013).
f. Setiap perusahaan hendaknya selalu menjaga kebersihan lingkungan sebab
selain mempengaruhi kesehatan fisik, juga akan mempengaruhi kesehatan
jiwa seseorang (Almustofa, 2014).
g. Mengatur tingkat intensitas cahaya, kebisingan alat, kemanan di ruang kerja,
seperti megatur bangku dan / atau tikar bantalan untuk berdiri.Desain
workstation sehingga alat-alat mudah dijangkau dan bahu pada posisi netral,
rileks dan lengan lurus ke depan ketika bekerja.
h. Apabila ada alat laboratorium yang tidak sesuai spesifikasi segara laporkan ke
atasan atau pihak perusahhan yang mengani di bidang tesebut.
i. Mengurangi konsentrasi pekerja, akurasi dan perhatian mereka untuk praktek
kerja yang aman.
4. Faktor Psikososial
a. Menciptakan hubungan yang sreasi dan baik dengan sesama karyawan dan
pimpinan agar produktivis kerja meningkat dan kondisi lingkungan kerja
menjadi sehat (Almustofa, 2014).
b. Menjaga hubungan atau komunikasi anggota kerja yang baik di luar jam kerja.
c. Menjaga sikap (attitude) yang baik dalam lingkungan kerja agar kepercayaan,
tanggung jawab, menghargai, dan respon yang baik dalam lingkungan kerja
(Dahlawy, 2008).
d. Disiplin dalam bekerja sangat diperlukan agar keselarasan dan sistem dalam
lingkungan kerja mejadi lebih baik.
26
e. Kurangi pergaulan negatif pada lingkungan kerja seperti menggunjing,
menghina, dan mencemooh sesama karyawan maupun atasan agar pikiran
positif menjadi baik.
f. Apabila ada masalah sosial dalam lingkungan kerja, segera konsultasi dengan
atasan dan pihak perusahaan yang menangani masalah tersebut.
Dari penjelasan tersebut, diketahui bahwa faktor lingkungan kerja diepengaruhi oleh
kondisi karyawan, lingkungan, psikologi, alat, dan bahan. Untuk mmembentuk
lingkungan kerja yang sehat, dierlukan motivasi, kedisiplinan, keefisienan tenaga,
keterampilan, dan perspektif karyawan terhadap kenyamanan kerja. Pentingnya
Motivasi karena motivasi adalah hal yang menyebabkan, menyalurkan dan
mendukung perilaku manusia, supaya mau bekerja giat dan antusias untuk mencapai
hasil yang optimal. Motivasi semakin penting karena manajer membagikan pekerjaan
pada bawahannya untuk dikerjakan dengan baik dan terintegrasi kepada tujuan yang
diinginkan. Perusahaan tidak hanya mengharapkan karyawan mampu, cakap dan
terampil tetapi yang terpenting mereka memiliki keinginan untuk bekerja dengan giat
dan mencapai hasil kerja yang baik. Sedangkan Kedisiplinan dengan demikian adalah
suatu sikap ketaatan pada aturan. Sifat ini sudah merupakan dasar dari disiplin tanpa
memperhatikan baik atau buruknya aturan tersebut. Disiplin tidak ada kaitannya
dengan nilai yang akan dicapai oleh suatu aturan. Seorang pegawai harus mengetahui
benar suatu aturan dimana ia terlibat didalamnya agar dalam melaksanakan aturan
tersebut dengan sifat disiplin sadar dengan apa yang dilakukannya. Disiplin kerja
mempunyai hubungan yang sangat erat dengan motivasi, kedisiplinan dengan suatu
latihan antara lain dengan bekerja menghargai waktu dan biaya akan memberikan
pengaruh yang positif terhadap kinerja pegawai. Sedangkan perspektif merupaka
suatu pangdangan tentang baik buruknya lingkungan kerja, perspektif yang baik maka
akan menghasilokan kenyamanan keryawan, khusunya di laboratorium. Keefisienan
tenaga berpengaruh terhadapm daya kita untuk menghasilkan proses kerja menjadi
lebih baik. Keefisienan kerja terikat pada kedisiplinan, keterampilan, dan motivasi
27
kerja. Semakin baik kedisiplinan di dalam lingkungan kerja laboratorium, tingkat
motivasi dan keefiseanan akan menjadi baik, sedangkan karyawan akan
menghasilkan persfektif positif untuk mengembangkan keterampilannya dalam
bekerja di laboratorium.
4.4 Contoh Kasus Identifikasi Bahaya Bahan Kimia di Laboratorium
Identifikasi lingkungan kerja perlu diperhatikan di laboratorium. Sebagai contoh
adalah identifikasi bahan kimia di laboratorium. Apakah sebagian besar bahan-bahan
yang kita gunakan mengandung senyawa berbahaya atau tidak. Nama bahan kimia
merupakan hal yang paling utama dalam identifikasi bahaya bahan-bahan kimia di
laboratorium. Contohnya asam asetil salisilat yang berarti aspirin bagi ahli kimia.
Contoh lain adalah H2S bagi ahli kimia berarti hidrogen sulfida bagi insinyur,
kalsium hipoklorit sama dengan kapur klor, fenol menjadi asam karbolat, dan soda
kue menjadi soda bikarbonat.
Bahan kimia dapat berbentuk padat,cair, atau gas- bukan sifat fisik secara
umum. Misalnya natrium hidroksida (NaOH) yang dapat dibeli sebagai padatan di
drum atau larutan kuat di tankker atau drum; karbon dioksida dapat dibeli sebagai
padatan,cairan, atau gas. Secara umum, panas masuk atau panas keluar diperlukan
untuk pengubahan bentuk, sehingga identifikasi ini menentukan bagaimana dan
dimana bahan kimia harus disimpan. Bahaya dapat terjadi karena beberapa hal,
seperti temperatur yang naik dengan cepat karena kebakaran.dan emisi yang cepat.
Kadar racun yang berbahaya harus dimengerti dengan jelas. Cedera tidak akan
terjadi tanpa pemaparan konsentrasi yang diberikan dan rancangan dan operasi proses
bahan kimia yang menentukan banyaknya pemaparan, konsentrasi dan lain-lain.
Karenanya, dengan rancangan yang benar dan penanganan yang aman, bahaya dapat
dihilangkan atau tanda-tanda potensinya dapat diredakan. Sebagai contoh, asam sulfat
pekat merupakan cairan korosif yang dengan cepat dapat menghancurkan jaringan
badan dan membuat luka bakar. Hal ini disebabkan sifat-sifat racunnya telah
diketahui dan difahami dan cara-cara pencegahan kecelakaannya telah dibuat. Hasil;
28
kontak dengan asam sulfat terjadi dengan cepat dan akut, tetapi meskipun benzene
dalam kuantitas sedikit dikulit tidak merupakan hal yang berbahaya, efek akumulatif
dari sifat-sifatnya dapat memicu anemia yang serius dan kematian.
Nilai Ambang Batas (NAB) dinyatakan dalam bagian per juta seberapa besar
kondisi karyawan dapat terpapar setiap hari tanpa mengalami efek yang berarti.
Tetapi, peringatan harus diberikan bahwa NAB, dalam konteks yang benar, hanya
dapat diinterpretasikan dengan benar oleh personil yang terlatih dalam higiene
laboratorium, dan tidak boleh digunakan sebagai:
a. Indeks relatif atas bahaya atau kadar racun;
b. Alat evaluasi pada gangguan polusi udara;
c. Perkiraan potensi racun pada pemaparan terus-menerus yang tidak berhenti.
Meskipun bahaya yang terditeksi sebagai bau tidak dapat diyakinkan benar, tetapi
tidak ada keraguan bahwa bau khas dari beberapa bahan kimia merupakan indikasi
yang jelas akan adanya bahan kimia tersebut, meskipun bukan konsentrasinya.
Contoh lain, bau dari klorin (Cl2) dapat dikenali dengan tercium pada konsentrasi
yang sangat kecil. Karena tidak ada efek iritasi yang nyata dalam waktu cepat, maka
tidak ada tindakan perbaikan. Konsentrasi maksimum yang diperbolehkan untuk
klorin di udara adalah satu bagian klorin per satu juta bagian udara untuk delepan jam
pemaparan, dan konsentrasi terkecil yang dapat terditeksi oleh manusia pada
umumnya adalah tiga sampai empat bagian klorin per satu juta bagian udara. Semua
cairan akan menguap, tetapi kecepatan penguapannya tergantung pada suhu dan
tekanan dan secara umum cairan panas menguap lebih cepat daripada cairan dingin.
Tekanan uap cairan dan larutan harus diperhatikan, terutama pada suhu ruang. Hal ini
sangat penting bila menyimpan drum berisi cairan berbahaya. Kebocoran dari
beberapa bahan kimia, dapat menimbulkan bahaya. Perbandingan berat jenis antara
uap/gas dengan udara menunjukkan apakah uap pada suhu normal (0°C) dan tekanan
normal (76cm-Hg) lebih padat atau lebih renggang daripada udara; karena uap itu
akan naik ke atmosfir atau turun.
29
Pentingnya pengetahuan tentang specfic grafvity terlihat nyata saat menentukan
tindakan yang hrus diambil saat menghadapi kebocoran besar. Perbandingan berat
jenis bahan kimia dengan berat jenis air menunjakan apakah bahan kimia akan
mengambang di atas air atau tenggelam. Semua cairan bocor diarahkan mencapai
saluran buang, dan ledakan dibawah tanah akibat kontaminasi oleh cairan sangat
mudah terbakar dapat membuat kerusakan hebat di area yang luas. Contohnya adalah
petroleum, memiliki berat jenis 0,80, sehingga bocoran akan mengambang di atas air.
Karenanya air tidak direkomendasikan sebagai bahan pemadam untuk kebakaran
petroleum cair, karena air akan tenggelam di bawah petroleum, dan dengan naiknya
volume cairan, maka cenderung memperlebar area kebakaran. Membiarkan
petroleum keluar kesaluran buang hanya akan meningkatkan bahaya. Sebaliknya, bila
cairan karbon disulfida yang sangat mudah terbakar, memiliki titik nyala yang rendah
dan titiok bakar yang rendah, memiliki specific gravity 1,26 terbakar, maka dapat
dikendalikan dengan menggunakan air yang cukup.
Bila bahan kimia yang dapat larut dalam air akan mudah bergabung karena
dapat dijenuhkan dengan air dan setelah pencegahan yang layak telah dilakukan, dan
hal ini dapat dikeluarkan ke sistem efluent. Sehubungan dengan kemampuan
pelarutan bahan kimia ke dalam air, harus pula diperhatikan bahaya yang mungkin
terjadi pada beberapa bahan kimia. Beberapa kasus pernah terjadi yang menimbulkan
cedera serius yang timbul akibat masuknya air ke dalam wadah kosong berbagai
bahan kimia menyebabkan reaksi yang hebat. Sebagai contoh adalah fosfor klorida
yang bukan bahan kimia korosif, tetapi setelah kontak dengan air atau uap air, akan
bereaksi hebat, melepas panas dan uap klorosif asam klorida. Contoh lain adalah
sejumlah natrium sianida dengan air di saluran buang. Reaksi antara natrium sianida
dengan air di saluran buang memperbesar volume gas asam sianida yang mematikan.
Bahan kimia seperti asam sulfat jika bercampur dengan air akan menghasilkan uap air
yang cukup untukdalam air memerlukan penanganan yang tepat.
Beberapa bahan kimia bereaksi hebat dengan bahan kimia lain yang
berhubungan tersebut disebut inkompatibel. Sebagai contoh adalah asetilene yang
30
akan bereaksi hebat dengan klorin. Kcelakaan yang memungkinkan bergabingnya dua
bahan kimia tersebut harus dicegah. Sama halnya dengan asam nitrat yang tidak boleh
dibawa sampai kontak dengan cairan yang mudah terbakar. Bahaya sesungguhnya
dari inkompatibilitas terjadi akibat kesalahan dalam melakukan asesmen, karena
bahan kimia dibawa bersama-sama kurang hati-hati, terjadi reaksi hebat.
Kemungkinan akibat pencampuran yang tidak direncanakan harus selalu diawasi.
Beberapa bahan kimia yang tidak terbakar mampu membantu dengan baik
pembakaran saat berkombinasi dengan bahan kimia lain yang menghasilkan oksigan
dalam jumlah yang besar. Tidak hanya atmosfir dengan cepat dipenuhi oleh oksigen,
tetapi panas reaksi mungkin cukup untukj membuat pembakaran dan kebakaran dapat
terjadi.
Oksidsi adalah kombinasi oksigen bahan kimia denga bahan lain bahannya
dengan cepat dapat memberikan oksigennya ke bahan lain disebut oksidator, seperti
asam nitrat (HNO3), mangan oksida (MnO2), hidrogen peroksida (H2O2), dan asam
kromat (CrO3). Bahan yang mengambil oksigen dari senyawa dan kombinasinya
disebut reduktor, seperti hidrogen, karbon,hidrokarbon, bahan organik, dan lain-lain.
Oksidasi dan reduksi adalah proses yang berlawanan yang selalu terjadi bersamaan,
dan bahan yang inkompatibilitas seperti kalium permanganat (KmnO4), yang
merupakan oksidator kuat, bila tergabung dengan bubuk alumunium, yang
merupakan reduktor kuat, dengan cepat mengibah sifat-sifat alamiahnya dengan
memperlihatkan bahwa kedua bahan tidak boleh disimpan berdekatan.
31
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Faktor-faktor lingkugan kerja sangat berperan penting untuk menciptakan kondisi
lingkungan kerja, khususnya di laboratorium. Adapun faktor-faktor lingkungan
kerja juga bagian dari manajemen K3 sebagai pengatur dalam aktivitas di
lingkungan kerja agar menjadi lebih baik.
2. Secara umum, faktor-faktor lingkungan kerja terbagi menjadi fisik dan non-fisik.
Sedangkan jika secara khusus untuk faktor-faktor lingkungan kerja di
laboratorium terbagi menjadi faktor kimia, biologi, ergonomik, dan psikososial.
3. Pencegahan jika adanya kelalaian dari faktor-faktor lingkungan kerja di
laboratorium didasarkan pada kondisi kerja, alat, bahan, dan psikologi karyawan.
Adapun untuk mengurangi kelalaian kerja tersebut adalah dengan memperhatikan
manajemen K3, meningkatkan motivasi, melatih kedisiplinan dan attitude, dan
mengkodisikan lingkungan kerja agar lebih nyaman dan baik.
4. Salah satu contoh kasus dari pencegahan faktor-faktor lingkungan kerja di
laboratorium adalah keracunan, ledakan bahan-bahan kimia, kebocoran bahan
kimia yang melebihi ambang batas, dan kemudiahan bahan kimia untuk korosi
dan reduksi.
5.2 Saran
Faktor-faktor lingkungan kerja sangat mempengaruhi kondisi fisik dan non-fisik
kita, sehingga diperlukan analisis langsung untuk mengetahui seberapa besar keluhan
karyawan jika mengalami kelalaian akibat melanggar faktor-faktor tersebut.
32
BAB VI
RINGKASAN
Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) merupakan salah satu
menajeman yang mengatur aktivitas di dunia kerja. Jika terjadi kelalaian dalm
aktivitas kerja, maka akan menyebabkan kecelakaan yang dapat menggangu kondisi
fisik dan non-fisik karyawan. Hal inilah yang diperlukan untuk mengetahui apa yang
menyebabkan dan apa akibat kelalaian dari insiden tersebut. Salah satunya adalah
dengan cara mempelajari tentang faktor-faktor lingkungan kerja.
Faktor lingkungan kerja di laboratorium menjadi salah satu hal yang harus
diperhatikan di dalam perusahaan. Begitu banyak penjelasan mengenai faktor-faktor
lingkungan kerja di laboratorium. Namun, secara khusus faktor-faktor lingkungan
kerja terbagi menjadi faktor kimia yang dipengaruhi oleh komposisi bahan, MSDS
bahan, dan sifat dari bahan kimia. Dari hal tersebut tentunya kita dapat
mengidentifikasi kelalaian apa saja yang mempengaruhi kondisi fisik dan non-fisik
kita ketika menggunakan bahan kimia tersebut. Faktor biologi dipengaruhi oleh sifat
bahan, kondisi fisik karyawan terutama dalam hal alergi. Faktor ergonomi
berhubungan dengan kenyamanan karyawan dalam bekerja, peoses, dan kondisi fisik
karyawan, serta kondisi lingkungan kerja. Sedangkan faktor psikososial berpengaruh
terhadap kondisi sosia, psikologi, dan ineteraksi dalam lingkungan kerja.
Faktor-faktor lingkungan kerja juga sangat berpengaruh dalam pembentukan
karakter karyawan. Dengan menciptakan karakter yang baik, maka kondisi
lingkungan kerja akan berjalan serasi, harmonis, dan positif. Salah satu kerakter yang
harus ditanamkan di lingkungan kerja laboratorium adalah motivasi, manajemen
kerja, perspektif yang baik, kedisiplinan, dan atitude yang baik.
31
BAB VII
STUDI KASUS
1. Bagaimana peran faktor ergonomi dalam lingkungan kerja?
Jawab:
Peran faktor ergonomi dalam hal ini adalah meningkatkan efektifitas kerja yang
dihasilkan oleh sistem kerja dengan tetap memandang manusia sebagai pusat sistem
untuk mempertahankan dan meningkatkan unsur kenyamanan dan kesehatan.
2. Sebagai calon engineer, khususnya Teknik Kimia, mengapa faktor-faktor
lingkungan kerja di laboratorium penting untuk dipelajari?
Jawab:
Teknik Kimia merupakan salah satu ilmu industri yang sangat penting untuk
dipelajari. Karena ilmu teknik kimia berperan dalam proses, quality cotrol,
pemanfaatan limbah, dan cost pabrik. Karena juga berhubungan dengan quality
control sehingga pembelajaran mengenai laboratorium juga sangat penting. Dimana,
sebagai calon engineer kita harus mengetahui bahan-bahan apa saja yang akan
digunakan pada proses di industri tersebut. Disamping itu, spesifikasi bahan juga
berperan penting karena hal ini berguna untuk menangani bahan tersebut agar
memrlukan proses yang lancar dengan memperhatikan faktor-faktor apa saja jika
terjadi kalalaian penggunaan bahan baku tersebut dan apa akibatnya. Dari sinilah
faktor-faktor lingkungan kerja di laboratorium penting untuk dipelajari.
32
3. Diketahui suatu pabrik kimia mengalami kebakaran, jika hal itu terjadi maka
bagaimana cara pencegahannya? (minimal 3)
Jawab:
Dalam kasus ini ada berbagai cara untuk menggulangi kebakan, salah satungya
adalah:
a. Pengendalian Setiap Bentuk Energi :
1) Melakukan identifikasi semua sumber energi yang ada di tempat kerja/
perusahaan baik berupa peralatan, bahan, proses, cara kerja dan lingkungan
yang dapat menimbulkan timbulnya proses kebakaran (pemanasan, percikan
api, nyala api atau ledakan);
2) Melakukan penilaian dan pengendalian resiko bahaya kebakaran
berdasarkan peraturan perundangan atau standar teknis yang berlaku.
b. Penyediaan Sarana Deteksi, Alarm, Pemadam Kebakaran Dan Sarana
Evakuasi:
1) Menganalisa ruangan / tempat kerja, untuk menentukan jenis detektor,
alarm, alat pemadam dan sarana evakuasi yang sesuai dengan kondisi
ruangan/tempat kerja;
2) Melakukan perencanaan dan pemasangan peralatan;
3) Membuat prosedur pemakaian peralatan dan sarana pemadam kebakaran;
4) Membuat tanda pemasangan peralatan pemadam kebakaran dan sarana
evakuasi;
5) Melakukan pelatihan penggunaan peralatan pemadam dan sarana
evakuasi;
6) Melakukan pemeriksaan dan pengujian secara berkala.
c. Pembentukan Unit Penanggulangan Kebakaran Di Tempat Kerja :
1) Menghitung jumlah tenaga kerja yang berada di tempat kerja/ perusahaan.
2) Membentuk unit penanggulangan kebakaran, sesuai dengan jumlah tenaga
kerja dan tingkat resiko bahaya kebakaran, besar, sedang atau kecil. Setiap
33
25 pekerja minimal ada 2 petugas peran kebakaran, tempat kerja yang
mempunyai lebih dari 300 orang atau mempunyai tingkat resiko berat,
perlu adanya regu pemadam, tempat kerja yang memiliki 100 orang tenaga
kerja perlu dan mempunyai, tingkat resiko bahaya sedang dan besar perlu
adanya coordinator penanggulangan kebakaran.
3) Bagi tempat kerja yang mempunyai tingkat resiko besar bahaya
kebakaran, maka perlu ada fire safety supervisor.
4. Jelaskan sifat-sifat bahan baku kimia yang ada di laboratorium?
Jawab:
a. Bahan kimia berbahaya
Bahan berbahaya khususnya bahan kimia adalah bahan-bahan yang pada suatu
kondisi tertentu dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan, pada setiap tingkat
pekerjaan yang dilakukan (penyimpanan, pengangkutan, penggunaan, pembuatan dan
pembuangan).
Secara umum, bahan-bahan kimia berbahaya dapat dikelompokkan menjadi :
b. Bahan kimia mudah meledak
Adalah bahan kimia berupa padatan atau cairan, atau campurannya yang sebagai
akibat suatu perubahan (reaksi kimia, gesekan, tekanan, panas, atau perubahan
lainnya) menjadi bentuk gas yang berlangsung dalam proses yang relative singkat
disertai dengan tenaga perusakan yang besar, pelepasan tekanan yang besar serta
suara yang keras.
c. Bahan kimia mudah terbakar
Adalah bahan kimia bila mengalami suatu reaksi oksidasi pada suatu kondisi tertentu,
Akan menghasilkan nyala API. Tingkat bahaya dari bahan-bahan ini ditentukan oleh
titik bakarnya, makin rendah titik bakar bahan tersebut semakin berbahaya.
e. Bahan kimia korosif
34
Adalah bahan kimia meliputi senyawa asam-asam alkali dan bahan-bahan kuat
lainnya, yang sering mengakibatkan kerusakan logam-logam bejana atau penyimpan.
Senyawa asam alkali dapat menyebabkan luka bakar pada tubuh, merusak mata,
merangsang kulit dan system pernafasan.
f. Bahan kimia radioaktif
Yaitu bahan kimia yang mempunyai kemampuan untuk memancarkan sinar-sinar
radioaktif seperti sinar alfa, beta, sinar gamma, sinar netron, dan lain-lain, yang dapat
membahayakan tubuh manusia.
Suatu bahan kimia dikatakan memiliki sifat berbahaya apabila satu atau lebih dari
sifat-sifat bahaya tersebut diatas terdapat didalam bahan kimia tersebut, yang selain
mudah meledak, dapat pula menjadi bahan kimia beracun dan meracuni kehidupan.
f. Bahan kimia oksidator
Bahan kimia oksidator bersifat eksplosif karena sangat reaktif dan tidak stabil,
mampu menghasilkan oksigen dalam reaksi atau penguraianya sehingga dapat
menimbulkan kebakaran selain ledakan. Bahan oksidator terdiri dari :
– Oksidator organik : Permanganat, Perklorat, Dikromat, Hidrogen Peroksida,
Periodat, Persulfat.
– Peroksida organik : Benzil Peroksida, Asetil Peroksida, Eteroksida, Asam Parasetat.
– Peroksida-peroksida organik dapat pula terbentuk pada penyimpanan pelarut
organik seperti eter, keton, ester, senyawa-senyawa tidak jenuh dsb yang bersifat
eksplosif.
Bahan kimia reaktif
Adalah bahan kimia yang sangat mudah bereaksi dengan bahan-bahan lainnya,
disertai pelepasan panas dan menghasilkan gas-gas yang mudah terbakar atau
keracunan, atau korosi.
Sifat reaktif dari bahan-bahan kimia dapat dibedakan atas dua jenis :
– Reaktif terhadap air, yaitu bahan kimia reaktif yang sangat mudah bereaksi dengan
air, mengeluarkan panas dan gas yang mudah terbakar.
35
– Reaktif tehadap asam, yaitu bahan kimia reaktif yang sangat mudah bereaksi
dengan asam, menghasilkan panas dan gas yang mudah terbakar atau gas-gas beracun
serta bersifat korosif.
h. Bahan reaktif terhadap air
Beberapa bahan kimia dapat bereaksi hebat dengan air, dapat meledak atau terbakar.
Ini disebabkan zat-zat tersebut bereaksi secara eksotermik (mengeluarkan panas)
yang besar atau mengeluarkan gas yang mudah terbakar, contoh :
– Alkali (Na, K) dan Alkali tanah (Ca)
– Logam Halida (Alumunium tibromida)
– Oksida logam anhidrat (CaO)
– Oksida non logam Halida (Sulfuril Halida)
Jelas bahan-bahan tersebut harus jauh dari air atau disimpan ditempat yang kering
dan bebas dari kebocoran bila hujan turun, dan bahan reaktif diatas juga reaktif
terhadap asam. Selain itu juga terdapat bahan-bahan lain yang dapat bereaksi dengan
asam secara hebat. Reaksi yang terjadi adalah reaksi eksotermis atau menghasilkan
gas-gas yang mudah terbakar atau eksplosif, contoh : Kalium Klorat/perklorat,
Kalium Permanganat, Asam Akromat (Cr₂O₃).
i. Gas bertekanan
Gas bertekanan telah banyak digunakan dalam industri ataupun laboratorium. Bahaya
dari gas tersebut pada dasarnya adalah karena tekanan tinggi dan juga efek yang
mungkin juga bersifat racun, aspiksian, korosif, dan mudah terbakar yang
diklasifikasikan menjadi:
36
Tabel 7.1 Klasifikasi Gas dan Bahayanya
GAS Penggunaan Bahaya
Asetilen Gas bakar Mudah terbakar,
aspiksian
Ammonia Bahan baku pupuk Beracun
Etilen Oksida Sterilisasi Beracun dan mudah
terbakar
Hidrogen Hidrogenasi, gas
karier
Mudah terbakar dan
meledak
Nitrogen Gas pencuci,
membuat udara inert
Aspiksian
Klor Klorinasi Beracun, korosif
Vinil Klorida Produksi plastic Beracun dan mudah
terbakar
5. Bagaimana cara identifikasi bahan kimia di laboratorium?
Jawab
Bahan-bahan kimia adalah bahan baku yang digunakan dalam proses produksi dan
atau proses kerja serta sisa sisa proses produksi dan atau proses kerja. Potensi bahaya
kimia yang memungkinkan terjadi di lingkungan kerja akibat penggunaan bahan
kimia dalam proses produksi atau proses kerja. Ada dua cara praktis yang dapat
digunakan untuk mengenal bahaya bahan kimia di tempat kerja, yakni :
a. Membaca Diangram Alir Produksi
Dengan melihat secara garis besar tentang diagram alir proses produksi di dalam
suatu industri sehingga dapat diketahui di setiap bagian mana saja yang
memungkinkna untuk menimbulkan bahaya dan dapat dicegah agar tidak
berlanjut ke proses berikutnya.
b. Melakukan Survey Bahan – Bahan Kimia di Tempat Kerja
Tujuan utama dari kegiatan ini adalah untuk menentukan apakah ada bahaya
potensial dari bahan – bahan yang ada di lingkungan kerja. Jadi di dalam survey
ini harus mencatat dan melakukan inventarisasi terhadap semua bahan yang
37
digunakan dalam proses produksi itu maupun yang dihasilkan selama proses
sampai akhir proses.
DAFTAR PUSTAKA
Almustofa R. 20014. Pengaruh Lingkungan Kerja, Motivasi Kerja, Disiplin Kerja
Terhadap Kinerja Pegawai (Studi Pada Pegawai Perum Bulog Divisi Regional
Jakarta). Skripsi. Universitas Diponegoro: Semarang.
Agus, Hudoyono J. 2011. Penyakit Akibat Kerja Disebabkan Faktor Fisik. Jurnal
Kedokteran Meditek. Vol. 17. No. 43. Januari-April 2011. Universitas Kristen
Krida Wacana: Jakarta.
Arianto, D. A. N. 2014. Pengaruh Kedisiplinan, Lingkungan Kerja dan Budaya Kerja
Terhadap Kinerja Tenaga Pengajar. Jurnla Economia. Vol. 9. No.2. Oktober
2013. Universitas Nahdlatul Ulama: Jepara.
Arief, L. M. 2015. Lingkungan Kerja Faktor Kimia dan Biologi. Higiene Industri.
Universitas Esa Unggul: Tangerang.
Christofora, D. K., Rina Oktaviana, Erna Yuliawati. 2014. Aplikasi Nordic Body Map
Untuk Mengurangi Musculoskeletal Disorder Pada Pengrajin Songket. Jurnal
Ilmiah Tekno. Universitas Bina Darma, Palembang.
Dahlawy, A. D. 2008. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) di Area Pengolahan P.T. ANTAM Tbk., Unit Bisinis
Pertambangan Emas Pongkor Kabupaten Bogor. Skripsi. Universitas Negeri
Syarif Hidayatullah: Jakarta.
Grahanintyas, D. Sritomo W., dan Effi L. 2012. Analisa Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3) Dalam Meningkatkan Produktivitas Kerja (Studi Kasus: Pabrik Teh
Wonosari PTPN XII). Jurnal Teknik POMITS. Vol.1.No.1. ITS: Surabaya.
Hati, S. W. 2014. Analisa Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada
Pembelajaran di Laboratorium Program Studi Teknik Mesi Politeknik Negeri
Batam. Prosiding SNE “Pembangunan Manusia Melalui Pendidikan dalam
Menghadapi ASEAN Economic Community 2015”. Politeknik Negeri Batam:
Riau.
Hendri, E. 2015. Pengaruh Lingkugan Kerja Fisik dan Non-fisik Terhadap Kepuasan
Kerja Karyawan pada P.T. Asuransi Wahana Tata Cabang Palembang. Jurnal
Media Wahana Ekonomika. Vo.9 No.3, Oktober 2012. Universitas PGRI:
Palembang.
International Labour Organization. 2013. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Sarana
Untuk Produktivitas. SCORE: Jakarta.
Muchtaridi. 2015. Keselamatan Kerja di Laboratorium. Universitas Pandjajaran:
Bandung.
Nigam, N. C., A. K. Maheswari, N. P. Rao. 2011. Safety and Health in Chemical
Industry. Indian Farmers Fertiliser Cooperative Ltd., Aonla Unit.
Nisa, A. Z., dan Tri Martiana. 2013. Faktor yang Memepengaruhi Keluhan Kelelahan
pada Gigi di Laboratorium Gigi Surabaya. The Indonesian Journal of
Occupational Safety and Health. Vol. 2.No. 1. Jan-Jun 2013: 61-66. Universitas
Airlangga: Surabaya.
Norianggono, Y. C. P. 2014. Pengaruh Lingkungan Kerja Fisik dan Non Fisik
Terhadap Kinerja Karyawan: Studi pada P.T. Telkom Area III Jawa-Bali Nusra
di Surabaya). Jurnal Administrasi Bisnis. Vol. 8. No.2. Maret 2014. Universitas
Brawijaya: Malang.
Nuraga, W. Fatma L., L. Meily K.2008. Dermatitis Kontak Pada Pekerjaan yang
Terpajan Dengan Bahan Kimia di Perusahaan Industri Otomitif Kawasan
Industri Cibitung Jawa Barat. Jurnal MAKARA, Kesehatan. Vol. 12. No. 2.
Desember 2008: 63-69. Universitas Indonesia: Depok.
Potu, A. 2013. Kepimipinan, Motivasi, dan Lingkungan Kerja Pengaruh Terhadap
Kinerja Karyawan pada Kanwil Ditjen Kekayaan Negara Suluttenggo dan
Maluku Utara di Manado. Jurnal EMBA. Vol. 1. No.4. Desember 2013. Hal
1208-1218. Universitas Sam Ratulangi: Manado.
Putra, E. D. L. 2011. Keracunan Bahan Organik dan Gas di Lingkungan Kerja dan
Upaya Pencegahannya. Universitas Negeri Sumatera Utara: Medan.
Ramadon, S. Yanti S., dan Desi K. 2013. Pengaruh Lingkungan Kerja Fisik
Terhadap Produktivitas Kerja. Universitas Hassanudin:Makassar.
Setyanto, R. H., A.A. Subiyanto, dan Wiryanto. 2011. Pengaruh Faktor Lingkungan
Fisik Kerja Terhadap Waktu Penyelesaian Pekerjaan (Studi Laboratorium).
Jurnal EKOSAIN. Vol. III. No.2, Juli 2011. Universitas Sebelas Maret:
Surakarta.
Sholihah, Q., Kuncoro Wahyudi, Dan Rahmi Fauziah. 2014. Predisposition Factors
Analysis Hygienic And Healthy Behaviour Of Family Order In Lontar Pulau
Laut Barat Kotabaru, South Kalimantan, Indonesia. International Journal of
Academic Research. Januari 2014. EBSCO Information Service.
Sitepu H. K., Buchari, Mangara M. T. 2014. Identifikasi Tingkat Bahaya di
Laboratorium Perguruan Tinggi (Studi Kasus Laboratorium di Lingkungan
Departemen Teknik Industri Unversitas Sumatera Utara). Simposium Nasional
RAPI XIII. ISSN 1412-9612. Unversitas Sumatera Utara: Medan.
Tresnaningsih, E. 2015. Kesehatan dan Keselamatan Kerja Laboratorium Analisis
Kesehatan. Pusat Kesehatan Kerja. SETJEN DEPKES RI: Jakarta.
Widiastuti, R. 2011. Studi Ergonomi Kognitif Untuk Mengetahui Penrunan
Produktivitas Kerja Akibat Kenaikan Tingkat Kebisingan. Universitas
Sarjanawinata: Yogyakarta.
Wignjosoebroto, S., Arief Rahaman,dan Dwi Pramono. 2013. Perancangan
Lingklungan Kerja dan Alat Bantu yang Ergonomis untuk Mengurangi Masalah
Back Injury dan Tingkat Kecelakaan Kerja pada Departemen Mesin Bubut
(Studi Kasus P.T. Atak Indometal Ngingas Waru-Sidoarjo). ITS: Surabaya.
Wignjosoebroto, S. 2013. Evaluasi Ergonomis dalam Proses Perancangan Produk.
Laboratorium Ergonomis dan Pernacangan Kerja. ITS: Surabaya.
Yunanda, M. A. 2013. Pengaruh Lingkungan Kerja Terhadap Kepuasan Kerja dan
Kinerja Karyawan (Studi pada Perum Jasa Tirta I Malang Bagian
Laboratorium Kualitas Air). Universitas Brawijaya: Malang.
INDEKS
A
Analisa: 10; 32
Ambang Batas: 4; 24; 26; 27.
B
Bahaya: 5; 13; 14; 18; 19; 23; 24; 25; 26; 27; 32; 33; 34; 35; 36.
Biologi: 7; 15; 29; 30.
C
Cahaya 4; 5; 6; 25.
D
Dampak: 10; 12; 13.
Dermatitis: 13; 14.
Disiplin: 15; 21; 22; 23.
E
Ergonomi: 15; 16; 20; 30; 31.
Efisien: 1; 5; 15; 16; 18; 22.
Efektivitas: 18; 31.
F
Faktor Kerja: 16
Faktor Lingkungan Kerja: 2; 3; 8; 9; 10; 11; 13; 17; 18; 22; 29.
Fisik dan Non-Fifik: 1; 4; 6; 9; 11; 14; 16; 20; 21; 23; 26; 29; 30.
G
Gas: 17; 23; 24; 25; 33; 34; 35; 36.
H
Hipertensi: 6.
I
Intensitas: 4; 14; 21.
Industri: 2; 3; 5; 15; 23; 25; 31; 35; 36.
J
Janin: 6.
Jurnal: 3; 8; 9; 10; 11; 19.
K
Kimia: 6; 7; 10; 13; 14; 19; 20; 23; 24; 25; 26; 27; 28; 29; 30; 31; 32; 33; 34; 35;
36.
Kasus: 2; 5; 9; 27; 32.
K3: 1; 2; 3; 9; 10; 11; 18; 29; 30.
L
Laboratorium: 2; 3; 5; 8; 10; 11; 13; 15; 16; 17; 18; 19; 20; 21; 22; 23; 29; 30;
31; 33; 36.
Lingkungan: 1; 2; 3; 4; 5; 6; 7; 8; 9; 10; 11; 12; 13; 15; 17; 18; 19; 21; 22; 23;
29; 30; 31; 32; 36.
M
Motivasi: 1; 17; 21; 22; 23; 29.
N
Non-Fisik: 4; 9; 10; 12; 15; 16.
O
Organisasi: 1; 15; 19; 21.
P
Psikologi: 1; 7; 9; 11; 16; 22; 29; 30.
Psikososial: 16; 17; 19; 29; 30.
Persfektif: 23
Q
Quality Control: 33.
R
Risiko: 5; 17; 18.
S
Sehat: 7; 14; 19; 22; 24; 25; 26.
Stress: 13; 20.
T
Tenaga Kerja: 4; 5; 7; 14; 20; 26; 34.
U
Usaha: 4; 7; 14.
V
Value attainment: 16.
Virus: 19.
W
Wujud: 19
Z
Zat: 4; 6; 21.

More Related Content

What's hot

Buku ajar mata kuliah wajib umum pendidikan agama kristen perguruan tinggi ma...
Buku ajar mata kuliah wajib umum pendidikan agama kristen perguruan tinggi ma...Buku ajar mata kuliah wajib umum pendidikan agama kristen perguruan tinggi ma...
Buku ajar mata kuliah wajib umum pendidikan agama kristen perguruan tinggi ma...
Pajeg Lempung
 
5 uji perkolasi
5 uji perkolasi5 uji perkolasi
5 uji perkolasi
070373
 
Makalah sterilisasi
Makalah sterilisasiMakalah sterilisasi
Makalah sterilisasi
Septian Muna Barakati
 
Konsep penyebab penyakit bag.7
Konsep penyebab penyakit bag.7Konsep penyebab penyakit bag.7
Konsep penyebab penyakit bag.7tristyanto
 
Rantai Penularan Penyakit
Rantai Penularan PenyakitRantai Penularan Penyakit
Kata pengantar
Kata pengantarKata pengantar
Kata pengantarVio Robin
 
Rumah sehat
Rumah sehatRumah sehat
Rumah sehat
Nurul Angreliany
 
2A_11_Nur Azizah_Laporan Akhir Praktikum_Gerak Harmonis Sederhana pada Pegas
2A_11_Nur Azizah_Laporan Akhir Praktikum_Gerak Harmonis Sederhana pada Pegas2A_11_Nur Azizah_Laporan Akhir Praktikum_Gerak Harmonis Sederhana pada Pegas
2A_11_Nur Azizah_Laporan Akhir Praktikum_Gerak Harmonis Sederhana pada Pegas
Nur Azizah
 
Contoh Review Jurnal Ilmiah (PENGARUH KEPEMIMPINAN, BUDAYA ORGANISASI DAN LIN...
Contoh Review Jurnal Ilmiah (PENGARUH KEPEMIMPINAN, BUDAYA ORGANISASI DAN LIN...Contoh Review Jurnal Ilmiah (PENGARUH KEPEMIMPINAN, BUDAYA ORGANISASI DAN LIN...
Contoh Review Jurnal Ilmiah (PENGARUH KEPEMIMPINAN, BUDAYA ORGANISASI DAN LIN...
Wulandari Rima Kumari
 
Peran bakteri dalam pengolahan limbah
Peran bakteri dalam pengolahan limbahPeran bakteri dalam pengolahan limbah
Peran bakteri dalam pengolahan limbah
Dzikri Imaduddin
 
Makalah entomologi
Makalah entomologiMakalah entomologi
Makalah entomologi
Jessy Damayanti
 
Makalah biogas
Makalah biogas Makalah biogas
Makalah biogas
Wahyuni Baharuddin
 
Ciri-ciri Teks Akademik
Ciri-ciri Teks AkademikCiri-ciri Teks Akademik
Ciri-ciri Teks Akademik
Uwes Chaeruman
 
Laporan Praktikum Respirasi
Laporan Praktikum Respirasi Laporan Praktikum Respirasi
Laporan Praktikum Respirasi
Ade Irma Suryani
 
Pengambilan Sampel dan Pemeriksaan Kekeruhan Air Sumur Gali
Pengambilan Sampel dan Pemeriksaan Kekeruhan Air Sumur GaliPengambilan Sampel dan Pemeriksaan Kekeruhan Air Sumur Gali
Pengambilan Sampel dan Pemeriksaan Kekeruhan Air Sumur Gali
Hesty Kartika Dewi
 
Laporan fisika dasar resonansi bunyi dari gelombang suara (edit)
Laporan fisika dasar resonansi bunyi dari gelombang suara (edit)Laporan fisika dasar resonansi bunyi dari gelombang suara (edit)
Laporan fisika dasar resonansi bunyi dari gelombang suara (edit)
Erliana Amalia Diandra
 
Laporan praktikum pengamatan suhu dan kelembapan aspal
Laporan praktikum pengamatan suhu dan kelembapan aspalLaporan praktikum pengamatan suhu dan kelembapan aspal
Laporan praktikum pengamatan suhu dan kelembapan aspal
Joel mabes
 
Sistem Pengukuran Suhu dan Kelembaban Udara
Sistem Pengukuran Suhu dan Kelembaban UdaraSistem Pengukuran Suhu dan Kelembaban Udara
Sistem Pengukuran Suhu dan Kelembaban Udara
Nabila Apriliastri
 

What's hot (20)

Buku ajar mata kuliah wajib umum pendidikan agama kristen perguruan tinggi ma...
Buku ajar mata kuliah wajib umum pendidikan agama kristen perguruan tinggi ma...Buku ajar mata kuliah wajib umum pendidikan agama kristen perguruan tinggi ma...
Buku ajar mata kuliah wajib umum pendidikan agama kristen perguruan tinggi ma...
 
5 uji perkolasi
5 uji perkolasi5 uji perkolasi
5 uji perkolasi
 
Makalah sterilisasi
Makalah sterilisasiMakalah sterilisasi
Makalah sterilisasi
 
Konsep penyebab penyakit bag.7
Konsep penyebab penyakit bag.7Konsep penyebab penyakit bag.7
Konsep penyebab penyakit bag.7
 
Rantai Penularan Penyakit
Rantai Penularan PenyakitRantai Penularan Penyakit
Rantai Penularan Penyakit
 
Biomekanika
BiomekanikaBiomekanika
Biomekanika
 
Kata pengantar
Kata pengantarKata pengantar
Kata pengantar
 
Rumah sehat
Rumah sehatRumah sehat
Rumah sehat
 
2A_11_Nur Azizah_Laporan Akhir Praktikum_Gerak Harmonis Sederhana pada Pegas
2A_11_Nur Azizah_Laporan Akhir Praktikum_Gerak Harmonis Sederhana pada Pegas2A_11_Nur Azizah_Laporan Akhir Praktikum_Gerak Harmonis Sederhana pada Pegas
2A_11_Nur Azizah_Laporan Akhir Praktikum_Gerak Harmonis Sederhana pada Pegas
 
Contoh Review Jurnal Ilmiah (PENGARUH KEPEMIMPINAN, BUDAYA ORGANISASI DAN LIN...
Contoh Review Jurnal Ilmiah (PENGARUH KEPEMIMPINAN, BUDAYA ORGANISASI DAN LIN...Contoh Review Jurnal Ilmiah (PENGARUH KEPEMIMPINAN, BUDAYA ORGANISASI DAN LIN...
Contoh Review Jurnal Ilmiah (PENGARUH KEPEMIMPINAN, BUDAYA ORGANISASI DAN LIN...
 
Peran bakteri dalam pengolahan limbah
Peran bakteri dalam pengolahan limbahPeran bakteri dalam pengolahan limbah
Peran bakteri dalam pengolahan limbah
 
Makalah entomologi
Makalah entomologiMakalah entomologi
Makalah entomologi
 
Makalah biogas
Makalah biogas Makalah biogas
Makalah biogas
 
Ciri-ciri Teks Akademik
Ciri-ciri Teks AkademikCiri-ciri Teks Akademik
Ciri-ciri Teks Akademik
 
1. pendahuluan ppt
1. pendahuluan ppt1. pendahuluan ppt
1. pendahuluan ppt
 
Laporan Praktikum Respirasi
Laporan Praktikum Respirasi Laporan Praktikum Respirasi
Laporan Praktikum Respirasi
 
Pengambilan Sampel dan Pemeriksaan Kekeruhan Air Sumur Gali
Pengambilan Sampel dan Pemeriksaan Kekeruhan Air Sumur GaliPengambilan Sampel dan Pemeriksaan Kekeruhan Air Sumur Gali
Pengambilan Sampel dan Pemeriksaan Kekeruhan Air Sumur Gali
 
Laporan fisika dasar resonansi bunyi dari gelombang suara (edit)
Laporan fisika dasar resonansi bunyi dari gelombang suara (edit)Laporan fisika dasar resonansi bunyi dari gelombang suara (edit)
Laporan fisika dasar resonansi bunyi dari gelombang suara (edit)
 
Laporan praktikum pengamatan suhu dan kelembapan aspal
Laporan praktikum pengamatan suhu dan kelembapan aspalLaporan praktikum pengamatan suhu dan kelembapan aspal
Laporan praktikum pengamatan suhu dan kelembapan aspal
 
Sistem Pengukuran Suhu dan Kelembaban Udara
Sistem Pengukuran Suhu dan Kelembaban UdaraSistem Pengukuran Suhu dan Kelembaban Udara
Sistem Pengukuran Suhu dan Kelembaban Udara
 

Similar to Faktor faktor lingkungan kerja di lab. makalah k3 industri satria as (ulm)

Keselamatan Kesehatan Kerja Dan Lingkungan
Keselamatan Kesehatan Kerja Dan LingkunganKeselamatan Kesehatan Kerja Dan Lingkungan
Keselamatan Kesehatan Kerja Dan LingkunganRochmad Putra
 
makalah-kesehatan-dan-keselamatan-kerja-k3-di-laboratorium.docx
makalah-kesehatan-dan-keselamatan-kerja-k3-di-laboratorium.docxmakalah-kesehatan-dan-keselamatan-kerja-k3-di-laboratorium.docx
makalah-kesehatan-dan-keselamatan-kerja-k3-di-laboratorium.docx
RatihWulandari26
 
SISTEM DAN MEKANISME PENGELOLAAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA PELAKSA...
SISTEM DAN MEKANISME PENGELOLAAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA PELAKSA...SISTEM DAN MEKANISME PENGELOLAAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA PELAKSA...
SISTEM DAN MEKANISME PENGELOLAAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA PELAKSA...
Reski Aprilia
 
HIP MAKALAH.docx
HIP MAKALAH.docxHIP MAKALAH.docx
HIP MAKALAH.docx
AyuSaputri37
 
Ekonomi teknik
Ekonomi teknikEkonomi teknik
Ekonomi teknik
Fernando Pradita
 
Yustinus krisna kusnendar lk
Yustinus krisna kusnendar lkYustinus krisna kusnendar lk
Yustinus krisna kusnendar lk
rundee87
 
Analisis Dampak Penerapan Sistem Kerja Lembur (overtime) Terhadap karyawan Ol...
Analisis Dampak Penerapan Sistem Kerja Lembur (overtime) Terhadap karyawan Ol...Analisis Dampak Penerapan Sistem Kerja Lembur (overtime) Terhadap karyawan Ol...
Analisis Dampak Penerapan Sistem Kerja Lembur (overtime) Terhadap karyawan Ol...
Asep Jaenudin
 
1.-Buku-Keselamatan-dan-Kesehatan-Kerja-di-Laboratorium-Farmasi-ISBN.pdf
1.-Buku-Keselamatan-dan-Kesehatan-Kerja-di-Laboratorium-Farmasi-ISBN.pdf1.-Buku-Keselamatan-dan-Kesehatan-Kerja-di-Laboratorium-Farmasi-ISBN.pdf
1.-Buku-Keselamatan-dan-Kesehatan-Kerja-di-Laboratorium-Farmasi-ISBN.pdf
AuliaRizkiRamadhanti
 
Laporan pkl penyehatan air di pt bromo steel indonesia pasuruan
Laporan pkl penyehatan air di pt bromo steel indonesia pasuruanLaporan pkl penyehatan air di pt bromo steel indonesia pasuruan
Laporan pkl penyehatan air di pt bromo steel indonesia pasuruanToriq Pavana
 
Skrining kecelakaan kerja epidemiologi
Skrining kecelakaan kerja epidemiologiSkrining kecelakaan kerja epidemiologi
Skrining kecelakaan kerja epidemiologi
lenalda febriany
 
Makalah swaludin
Makalah  swaludinMakalah  swaludin
Makalah swaludin
Septian Muna Barakati
 
Makalah swaludin (2)
Makalah  swaludin (2)Makalah  swaludin (2)
Makalah swaludin (2)
Septian Muna Barakati
 
BukuKelelahanKerjaIkhram (1).pdf
BukuKelelahanKerjaIkhram (1).pdfBukuKelelahanKerjaIkhram (1).pdf
BukuKelelahanKerjaIkhram (1).pdf
mahfud39
 
BukuKelelahanKerjaIkhram (1).pdf
BukuKelelahanKerjaIkhram (1).pdfBukuKelelahanKerjaIkhram (1).pdf
BukuKelelahanKerjaIkhram (1).pdf
mahfud39
 
Makalah swaludin
Makalah  swaludinMakalah  swaludin
Makalah swaludin
Warnet Raha
 
Makalah swaludin (2)
Makalah  swaludin (2)Makalah  swaludin (2)
Makalah swaludin (2)
Warnet Raha
 

Similar to Faktor faktor lingkungan kerja di lab. makalah k3 industri satria as (ulm) (20)

Keselamatan Kesehatan Kerja Dan Lingkungan
Keselamatan Kesehatan Kerja Dan LingkunganKeselamatan Kesehatan Kerja Dan Lingkungan
Keselamatan Kesehatan Kerja Dan Lingkungan
 
Tugas bunda ernias
Tugas bunda erniasTugas bunda ernias
Tugas bunda ernias
 
makalah-kesehatan-dan-keselamatan-kerja-k3-di-laboratorium.docx
makalah-kesehatan-dan-keselamatan-kerja-k3-di-laboratorium.docxmakalah-kesehatan-dan-keselamatan-kerja-k3-di-laboratorium.docx
makalah-kesehatan-dan-keselamatan-kerja-k3-di-laboratorium.docx
 
SISTEM DAN MEKANISME PENGELOLAAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA PELAKSA...
SISTEM DAN MEKANISME PENGELOLAAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA PELAKSA...SISTEM DAN MEKANISME PENGELOLAAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA PELAKSA...
SISTEM DAN MEKANISME PENGELOLAAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA PELAKSA...
 
HIP MAKALAH.docx
HIP MAKALAH.docxHIP MAKALAH.docx
HIP MAKALAH.docx
 
Ekonomi teknik
Ekonomi teknikEkonomi teknik
Ekonomi teknik
 
Yustinus krisna kusnendar lk
Yustinus krisna kusnendar lkYustinus krisna kusnendar lk
Yustinus krisna kusnendar lk
 
Analisis Dampak Penerapan Sistem Kerja Lembur (overtime) Terhadap karyawan Ol...
Analisis Dampak Penerapan Sistem Kerja Lembur (overtime) Terhadap karyawan Ol...Analisis Dampak Penerapan Sistem Kerja Lembur (overtime) Terhadap karyawan Ol...
Analisis Dampak Penerapan Sistem Kerja Lembur (overtime) Terhadap karyawan Ol...
 
1.-Buku-Keselamatan-dan-Kesehatan-Kerja-di-Laboratorium-Farmasi-ISBN.pdf
1.-Buku-Keselamatan-dan-Kesehatan-Kerja-di-Laboratorium-Farmasi-ISBN.pdf1.-Buku-Keselamatan-dan-Kesehatan-Kerja-di-Laboratorium-Farmasi-ISBN.pdf
1.-Buku-Keselamatan-dan-Kesehatan-Kerja-di-Laboratorium-Farmasi-ISBN.pdf
 
Laporan pkl penyehatan air di pt bromo steel indonesia pasuruan
Laporan pkl penyehatan air di pt bromo steel indonesia pasuruanLaporan pkl penyehatan air di pt bromo steel indonesia pasuruan
Laporan pkl penyehatan air di pt bromo steel indonesia pasuruan
 
Skrining kecelakaan kerja epidemiologi
Skrining kecelakaan kerja epidemiologiSkrining kecelakaan kerja epidemiologi
Skrining kecelakaan kerja epidemiologi
 
Makalah swaludin
Makalah  swaludinMakalah  swaludin
Makalah swaludin
 
Makalah swaludin (2)
Makalah  swaludin (2)Makalah  swaludin (2)
Makalah swaludin (2)
 
Pak fadli 1
Pak fadli 1Pak fadli 1
Pak fadli 1
 
BukuKelelahanKerjaIkhram (1).pdf
BukuKelelahanKerjaIkhram (1).pdfBukuKelelahanKerjaIkhram (1).pdf
BukuKelelahanKerjaIkhram (1).pdf
 
BukuKelelahanKerjaIkhram (1).pdf
BukuKelelahanKerjaIkhram (1).pdfBukuKelelahanKerjaIkhram (1).pdf
BukuKelelahanKerjaIkhram (1).pdf
 
Makalah swaludin
Makalah  swaludinMakalah  swaludin
Makalah swaludin
 
Makalah swaludin (2)
Makalah  swaludin (2)Makalah  swaludin (2)
Makalah swaludin (2)
 
Makalah swaludin AKPER PEMKAB MUNA
Makalah  swaludin AKPER PEMKAB MUNA Makalah  swaludin AKPER PEMKAB MUNA
Makalah swaludin AKPER PEMKAB MUNA
 
Makalah swaludin (2)
Makalah  swaludin (2)Makalah  swaludin (2)
Makalah swaludin (2)
 

Recently uploaded

Materi 7 Evaluasi Interaksi Manusia dan Komputer
Materi 7 Evaluasi Interaksi Manusia dan KomputerMateri 7 Evaluasi Interaksi Manusia dan Komputer
Materi 7 Evaluasi Interaksi Manusia dan Komputer
MuhammadZidan94
 
SLIDE SHO
SLIDE SHOSLIDE SHO
SLIDE SHO
NordinMohd
 
PPT Analisa Harga Satuan Pekerjaan 2024
PPT Analisa Harga Satuan Pekerjaan  2024PPT Analisa Harga Satuan Pekerjaan  2024
PPT Analisa Harga Satuan Pekerjaan 2024
muhammadridwanxz2
 
Geofoam - Copy.pptx teknologi bahan geofoam
Geofoam - Copy.pptx teknologi bahan geofoamGeofoam - Copy.pptx teknologi bahan geofoam
Geofoam - Copy.pptx teknologi bahan geofoam
ZamruddinHambali
 
Pembukaan Materi POP terkait kaidah pertambangan yang baik kepmen esdm 1827
Pembukaan Materi POP terkait kaidah pertambangan yang baik kepmen esdm 1827Pembukaan Materi POP terkait kaidah pertambangan yang baik kepmen esdm 1827
Pembukaan Materi POP terkait kaidah pertambangan yang baik kepmen esdm 1827
HadisHasyimiMiftahul
 
PPT KERJA PRAKTEK.pptxbjkjknjnnmnknknklnlnknknkl
PPT KERJA PRAKTEK.pptxbjkjknjnnmnknknklnlnknknklPPT KERJA PRAKTEK.pptxbjkjknjnnmnknknklnlnknknkl
PPT KERJA PRAKTEK.pptxbjkjknjnnmnknknklnlnknknkl
AlifMuhammadRifq
 
Rangkaian Resonator (elektronika telekomunikasi)
Rangkaian Resonator (elektronika telekomunikasi)Rangkaian Resonator (elektronika telekomunikasi)
Rangkaian Resonator (elektronika telekomunikasi)
dedysuryadi10
 
674001537-Ppt-Syaifulloh-Pelaksana-Pemeliharaan-Jalan.pptx
674001537-Ppt-Syaifulloh-Pelaksana-Pemeliharaan-Jalan.pptx674001537-Ppt-Syaifulloh-Pelaksana-Pemeliharaan-Jalan.pptx
674001537-Ppt-Syaifulloh-Pelaksana-Pemeliharaan-Jalan.pptx
HaniDul
 

Recently uploaded (8)

Materi 7 Evaluasi Interaksi Manusia dan Komputer
Materi 7 Evaluasi Interaksi Manusia dan KomputerMateri 7 Evaluasi Interaksi Manusia dan Komputer
Materi 7 Evaluasi Interaksi Manusia dan Komputer
 
SLIDE SHO
SLIDE SHOSLIDE SHO
SLIDE SHO
 
PPT Analisa Harga Satuan Pekerjaan 2024
PPT Analisa Harga Satuan Pekerjaan  2024PPT Analisa Harga Satuan Pekerjaan  2024
PPT Analisa Harga Satuan Pekerjaan 2024
 
Geofoam - Copy.pptx teknologi bahan geofoam
Geofoam - Copy.pptx teknologi bahan geofoamGeofoam - Copy.pptx teknologi bahan geofoam
Geofoam - Copy.pptx teknologi bahan geofoam
 
Pembukaan Materi POP terkait kaidah pertambangan yang baik kepmen esdm 1827
Pembukaan Materi POP terkait kaidah pertambangan yang baik kepmen esdm 1827Pembukaan Materi POP terkait kaidah pertambangan yang baik kepmen esdm 1827
Pembukaan Materi POP terkait kaidah pertambangan yang baik kepmen esdm 1827
 
PPT KERJA PRAKTEK.pptxbjkjknjnnmnknknklnlnknknkl
PPT KERJA PRAKTEK.pptxbjkjknjnnmnknknklnlnknknklPPT KERJA PRAKTEK.pptxbjkjknjnnmnknknklnlnknknkl
PPT KERJA PRAKTEK.pptxbjkjknjnnmnknknklnlnknknkl
 
Rangkaian Resonator (elektronika telekomunikasi)
Rangkaian Resonator (elektronika telekomunikasi)Rangkaian Resonator (elektronika telekomunikasi)
Rangkaian Resonator (elektronika telekomunikasi)
 
674001537-Ppt-Syaifulloh-Pelaksana-Pemeliharaan-Jalan.pptx
674001537-Ppt-Syaifulloh-Pelaksana-Pemeliharaan-Jalan.pptx674001537-Ppt-Syaifulloh-Pelaksana-Pemeliharaan-Jalan.pptx
674001537-Ppt-Syaifulloh-Pelaksana-Pemeliharaan-Jalan.pptx
 

Faktor faktor lingkungan kerja di lab. makalah k3 industri satria as (ulm)

  • 1. MAKALAH K3 INDUSTRI FAKTOR-FAKTOR LINGKUNGAN KERJA DI LABORATORIUM Disusun Oleh: Satria Anugerah Suhendra (H1D112017) PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARBARU 2016
  • 3. ii KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat-Nya dapat menyelesaikan makalah K3 Industri ini tepat pada waktunya dengan judul “Faktor-Faktor Lingkungan Kerja di Laboratorium”. Kami juga berterimakasih kepada semua pihak yang telah membantu selama penyusunan proposal penelitian ini hingga selesai tepat pada waktunya. Rasa terima kasih ini kami ucapkan terutama kepada: 1. Bapak Prof. Dr. H. Sutarto Hadi, M.Si., M.Sc (Rektor Universitas Lambung Mangkurat), Bapak Dr. Ahmad Alim Bachri, SE., M.Si (PR 1) Wakil Rektor Bidang Akademik, Ibu Dr. Hj Aslamiah, M.Pd., Ph.D (PR2) Wakil Rektor Bidang Umum dan Keuangan, Bapak Dr. Ir. Abrani Sulaiman, M.Sc (PR3) Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni, dan Bapak Prof. Dr. Ir. H. Yudi Firmanul Arifin, M.Sc Wakil Rektor Bidang Perencanaan, Kerjasama, dan Humas. 1. Dekan Fakultas Teknik Bapak Dr-Ing. Yulian Firmana Arifin, S.T., M.T, dan Bapak Meilana Dharma Putra, Ph.D, selaku Ketua Program Studi Teknik Kimia Universitas Lambung Mangkurat. 2. Orang tua, keluarga, teman, dan sahabat kami atas semua dukungan dan untaian doa yang telah diberikan selama ini. 3. Ibu Dr. Qomaritasu Sholihah, Amd. Hyp., ST., M. Kes sebagai dosen K3 Indsutri di Program Studi Teknik Kimia Demikian makalah ini disusun, semoga dapat bermanfaat bagi berbagai pihak khususnya bagi perkembangan ilmu pengetahuan di Teknik Kimia, Fakultas Teknik Universitas Lambung Mangkurat. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun tetap kami harapkan untuk lebih menyempurnakan makalah ini. Banjarbaru, April 2016 Penyusun
  • 4. iii DAFTAR ISI UCAPAN TERIMAKASIH KEPADA ......................................................i KATA PENGANTAR ...............................................................................ii DAFTAR ISI............................................................................................ iii DAFTAR SINGKATAN ......................................................................... iii DAFTAR TABEL......................................................................................v DAFTAR GAMBAR ............................................................................. viii BAB I PENDAHULUAN..........................................................................1 1.1 Latar Belakang.................................................................................................1 1.2 Rumusan Masalah............................................................................................2 1.3 Tujuan Umum..................................................................................................2 1.4 Tujuan Khusus.................................................................................................2 1.5 Batasan Masalah ..............................................................................................3 1.6 Manfaat Makalah .............................................................................................3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................4 BAB III METODOLOGI...........................................................................8 BAB IV PEMBAHASAN........................................................................11 4.1 Pentingnya Faktor-Faktor Lingkungan Kerja di Laboratorium..............13 4.1 Faktor-Faktor Lingkungan Kerja yang Mempengaruhi Akibat dari Kecelakaan di Laboratorium ...............................................................................15 4.3 Pencegahan Terhadap Kelalaian Faktor-Faktor Lingkungan Kerja di Laboratorium .......................................................................................................22 4.4 Contoh Kasus Identifikasi Bahaya Kimia di Laboratorium......................27 BAB V PENUTUP .......................................................................................31 5.1 Kesimpulan...............................................................................................31 5.2 Saran .........................................................................................................31 BAB VI RINGKASAN............................................................................32
  • 5. iv BAB VII STUDI KASUS........................................................................31 DAFTAR PUSTAKA INDEKS
  • 6. v DAFTAR SINGKATAN APD : Alat Pelindung Diri B3 : Bahan Berbahaya Beracun Grav : Gravitasi ILO : International Labour Organization K3 : Kesehatan dan Keselamatan Kerja Kkal : Kilokalori Lab : Laboratorium MSDS : Material Safety Data Sheet NAB : Nilai Ambang Batas PP : Peraturan Pemerintah P3K :Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan SMK3 : Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja DAFTAR LAMBANG % : Persen 0 C : Satuan Suhu - : Sampai ± :Kurang lebih dB : Desibel (Satuan) Mol : molarity m :meter s :second = : Sama dengan
  • 7. vi DAFTAR TABEL Nilai Ambang Batas Lingkungan Kerja Berdasarkan SNI 16-7063-2004 ............... 4 Keterangan dari Gambar 4.1........................................................................................... 12 Klasifikasi Gas dan Bahayanya...................................................................................... 36
  • 8. vii DAFTAR GAMBAR Diagram Proses Pembuatan Makalah ........................................................................... 8 Diagram Pembuatan Sub-Judul Makalah ..................................................................... 11 Tabel Kategori Potensi Bahaya di Lingkungan Kerja................................................. 23
  • 9. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keselamatan kerja merupakan salah satu hal utama untuk melakukan aktifitas kerja yang baik. Baik dalam dalam faktor internal maupun faktor eksternal manusia. Faktor internal meliputi kondisi psikologis, kesehatan, dan fisik. Sedangkan faktor eksternal meliputi kondisi sosial maupun interaksi dengan karyawan maupun atasan. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 23 Tahun 1992 tentang kesehatan menjelaskan bahwa keselamatan dan kesehatan kerja berperan dalam upaya kesehatan kerja agar tidak mengganggu kesehatan pekerja. Sedangkan berdasarkan Undang- Undang Republik Indonesia No. 13 Tahun 2003 pada pasal 86 dan 87 menjelaskan setiap buruh dalam bekerja harus mendapatkan hak baik kesehatan, asusila, kesehatan, dan perlindungan dir, disamping itu perusahaan harus wajib menerapkan manajemen K3 demi kelancaran dan keselamatan kegiatan saat bekerja. Lingkungan fisik dan psikis kerja yang kurang tepat, dapat mengakibatkan tingkat produktivitas kerja yang rendah sekitar 50%. Sehingga mengakibatkan proses kerja dan hasil kerja yang kurang efisien dan akan mengakibatkan pemborosan dana (Widiastuti, 2011). Untuk menciptakan kinerja yang tinggi, dibutuhkan adanya peningkatan kerja yang optimal dan mampu menggunakan potensi sumber daya manusia dari karyawan untuk menciptakan tujuan organisasi, sehingga akan memberikan kontribusi positif bagi perkembangan organisasi. Organisasi perlu memperhatikan berbagai faktor yang dapat mempengaruhi motivasi karyawan dan menciptakan lingkungan kerja yang kondusif untuk mendorong terciptanya sikap dan tindakan yang profesional dalam menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan bidang dan tanggung jawab masing – masing (Wulan, 2011).
  • 10. 2 Lingkungan kerja yang positif dan sehat merupakan salah satu unsur pokok yang sangat penting untuk meningkatkan produktivitas perusahaan. Oleh karena itu, perlu diketahui faktor-faktor apa yang mempengaruhi lingkungan kerja, salah satunya adalah lingkungan kerja di laboratorium. Karena faktor-faktor lingkungan kerja merupakan parameter yang digunakan untuk mengetahui penyebab akibat dari pengaruh lingkungan kerja yang benar atau salah. Sehingga kita mengetahui cara pecegahan agar meminimalisir kesalahan kerja di laboratorium. 1.2 Rumusan Masalah Berikut adalah rumusan masalah pada makalah ini: 1. Bagaimana peran pengaruh faktor-faktor lingkungan kerja terhadap K3 di laboratorium? 2. Apa saja faktor-faktor lingkungan kerja yang mempengaruhi akibat dari kecelakaan K3 di laboratorium? 3. Bagaimana cara mencegah akibat dari kelalaian faktor-faktor lingkungan kerja? 1.3 Tujuan Umum Tujuan umum dari makalah ini adalah: 1. Menambah wawasan tentang faktor-faktor lingkungan kerja terhadap ilmu K3 Industri di laboratorium 2. Mendapatkan gambaran tentang studi kasus faktor-faktor lingkungan kerja di laboratorium dan cara mencegah serta mengatasinya. 1.4 Tujuan Khusus Berikut adalah tujuan khusus dari makalah ini: 1. Pentingnya faktor-faktor lingkungan kerja yang mempengaruhi akibat dari kecelakaan K3 di laboratorium.
  • 11. 3 2. Jenis-jenis faktor-faktor lingkungan kerja yang mempengaruhi akibat dari kecelakaan K3 di laboratorium. 3. Cara mencegah faktor-faktor lingkungan kerja, khususnya di laboratorium. 1.5 Batasan Masalah Batasan masalah pada makalah ini adalah hanya bersumber pada jurnal penelitian yang berhubungan dengan K3 industri di laboratorium. 1.6 Manfaat Makalah Manfaat dari makalah ini adalah diharapakan mampu mempelajari dan mengaplikasikan ilmu K3 Industri terutama tentang faktor-faktor yang mempengaruhi lingkungan kerja agar mahasiswa nantinya mampu mengaplikasikan dan menciptakan lingkungan kerja yang baik dan kodusif saat bekerja di industri.
  • 12. 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Lingkungan kerja adalah suatu krgiatan yang ada di sekitar kerja yang mempengaruhi pekerja dalam menjalankan tugas yang menjadi tanggung jawabnya. Untuk meningkatkan produktivitasnya maka lingkungan kerja sangat mempengaruhi kinerja karena lingkungan kerja yang baik akan menciptakan kemudahan pelaksanaan tugas. Lingkungan kerja ini sendiri terdiri dari lingkungan kerja fisik dan non-fisik yang melekat dengan karyawan sehingga tidak dapat dipisahkan dari usaha pengembangan kinerja karyawan (Yunanda: 2013). Faktor fisik lingkungan kerja (faktor fisik di tempat kerja) dapat berpengaruh terhadap baik buruknya kinerja tenaga kerja, bahkan dapat berpengaruh terhadap produktivitas kerja. Faktor fisik yang dimaksud adalah keadaaan fisik suatu lingkungan atau tempat kerja, yang meliputi kebisingan, temperatur, pencahayaan, kelembaban udara, getaran, radiasi sinar ultra violet, gelombang elektromagnetik, warna, serta bau-bauan. Pemerintah Indonesia telah menetapkan nilai ambang batas fisik lingkungan kerja, yaitu diatur dalam KEP-51/MEN/1999 dan SNI 16-7063-2004 yang dikeluarkan oleh Badan Standar nasional (BSN) tentang Nilai Ambang Batas (NAB) faktor fisik di tempat kerja (Widiastuti, 2011). Berikut adalah nilai ambang batas berdasarkan SNI 16-7063-2004 Tabel 2.1 Nilai Ambang Batas Lingkungan Kerja Berdasarkan SNI 16-7063-2004 Parameter Nilai Intensitas Pekerjaan Ringan Pekerjaan Sedang Pekerjaan Berat Suhu (0 C) 30 26,7 25 Kalori (kkal/jam) 100-200 200-350 350-500 Kebisingan (dB) 85 Getaran 4m/s2 atau 0,40 Grav Radiasi Sinar Ultra Ungu 0,1 µW/cm2
  • 13. 5 Laboratorium sebagai sarana memperaktekkan teori yang diajarkan memiliki aktifitas yang bersentuhan secara langsung dan tidak langsung dengan potensi bahaya. Potensi bahaya atau sering disebut juga sebagai “hazard” merupakan sumber risiko yang mengakibatkan kerugian baik pada material, lingkungan maupun manusia. Pengaruh manifestasi potensi bahaya industrial seringkali tidak hanya berakibat pada industri dan tenaga kerja saja, tetapi juga mengakibatkan kerugian pada masyarakat maupun lingkungan sekitar industri, misalnya pada kasus kebakaran, peledakan atau pencemaran akibat industri. Potensi bahaya yang ada di laboratorium sering tidak disadari oleh orang-orang yang terlibat di laboratorium dikarenakan belum adanya standar penilaian dan rendahnya sosialisasi atau pembelajaran mengenai potensi bahaya sehingga perlu dilakukan identifikasi tingkat bahaya di laboratorium (Sitepu, 2014). Kondisi lingkungan kerja dikatakan sebagai lingkungan kerja yang baik jika manusia bisa melaksanakan kegiatannya dengan optimal dengan sehat,aman dan selamat. Ketidakberesan lingkungan kerja dapat terlihat akibatnya dalam waktu yang lama. Lebih jauh lagi keadaan lingkungan yang kurang baik dapat menuntut tenaga dan waktu yang lebih banyak yang tentunya tidak mendukung diperolehnya rancangan sistem kerja yang efisien dan produktif. Faktor-faktor yang mempengaruhi lingkungan kerja fisik yaitu, temperature (suhu), pencahayaan, kebisingan, dan lain - lain. Kondisi lingkungan kerja akan turut berpengaruh terhadap kinerja operator/praktikan. Dengan mempertimbangkan seluruh aspek lingkungan kerja fisik yang memiliki potensi bahaya pada saat proses perancangan sistem kerja beserta sistem pengendalian,maka kondisi-kondisi bahaya tersebut dapat diantisipasi dan diberi tindakan-tindakan preventif lainnya. Pengaruh lingkungan kerja fisik terhadap produktivitas kerja lingkungan kerja fisik merupakan kondisi yang mempengaruhi terhadap kemampuan manusia, Manusia akan mampu melaksanakan kegiatannya dengan baik dan mencapai hasil yang optimal apabila lingkungan kerjanya mendukung manusia akan mampu melaksanakan pekerjaannya dengan baik apabila ditunjang oleh lingkungan kerja yang baik. penelitian ini bermaanfaat untuk
  • 14. 6 mengetahui bagaimana kondisi lingkungan kerja fisik yang baik yang meliputi situasi pencahayaan, temperatur dan kebisingan (Ramadon, 2013). Memelihara standar kesehatan dan keselamatan yang tinggi di lingkungan kerja mencakup pengawasan kondisi pekerjaan, termasuk tingkat kebisingan, tingkat radiasi, temperatur, luka fisik akibat terjatuh atau terkena mesin, terluka atau terkontaminasi dengan bahan-bahan kimia yang digunakan di tempat berkerja. Tingkat kesehatan dari seseorang mempunyai pengaruh yang besar terhadap penampilan dan kapasitas kerjanya. Dengan demikian maka penekanan dalam program kesehatan kerja tidak hanya pada mengusahakan peningkatan dan pemeliharaan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya baik fisik, mental maupun kesejahteraan sosial pekerja di semua lapangan pekerjaan saja, tetapi juga pada pencapaian produktivitas kerja yang optimal. Konsep bahwa yang terkena penyakit akibat kerja (Occupational Disease) hanya pekerja itu sendiri telah berkembang dan mencakup pula keluarga dari pekerja yang bersangkutan serta masyarakat pada umumnya. Seorang pekerja dapat membawa debu asbes atau beryllium ke tempat tinggalnya sehingga dapat mempengaruhi kesehatan keluarganya. Beberapa bahan kimia seperti timah hitam, formaldehid, pestisida golongan organoklorin, dan karbon monoksida diduga dapat membahayakan sebuah janin yang dikandung seorang pekerja wanita tanpa selalu harus membahayakan dirinya sendiri. Tragedi Minamata (merkuti), Bhopal (zat beracun) dan Chernobyl (bahan radio aktif), telah mengingatkan kita bahwa kesehatan tidak hanya mempengaruhi mereka yangbekerja di kawasan industri saja, namun dapat pula membahayakan masyarakat umum.Dari berbagai studi epidemiologis, disamping penyakit-penyakit akibat kerja dipelajari pula berbagai faktor yang mengganggu kesehatan di tempat kerja yang kemudian berkontribusi terhadap timbulnya penyakit. Penyakit-penyakit tersebut disebut sebagai penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan (Occupationalrelated Disease), dimana pada penyakit yang dimaksud, lingkungan kerja bukan sebagai penyebab langsung, namun berperan sebagai faktor penyokong (contributing factor) terhadap timbulnya penyakit. Gangguan psikologis, hipertensi, kardiovaskuler, tukak
  • 15. 7 lambung dan lain-lain sejenisnya merupakan contoh dari golongan penyakit tersebut (Putra, 2011). Perhatian terhadap tenaga kerja diuraikan dengan perlunya peningkatan upaya perlindungan kesehatan dan keselamatan kerja melalui pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat kerja, pembinaan lingkungan kerja yang memenuhi syarat kesehatan, penyelenggaraan upaya kesehatan tenaga kerja dan keluarganya secara menyeluruh, pembinaan tenaga kerja untuk upaya peningkatan kesehatan kerja, serta penyusunan, pembakuan dan pengaturan syarat-syarat kesehatan bagi tenaga kerja. Dalam mengantisipasi kemungkinan timbulnya gangguan kesehatan yang berhubungan dengan pekerjaan tersebut, pendekatan yang ditempuh selain perlindungan kesehatan (health protection) seperti imunisasi, sanitasi lingkungan kerja, penyerasian manusia dan mesin dan lain-lain juga ditempuh cara peningkatan kesehatan (health promotion). Peningkatan kesehatan merupakan sebuah konsep yang mencakup segala sesuatu yang dapat meningkatkan kesehatan dan kapasitas kerja dari para pekerja seperti pencegahan penyakit menular, perbaikan gizi, perkembangan kejiwaan yang sehat, pemeriksaan kesehatan sebelum kerja dan lain-lain (Arianto, 2014). Dalam usaha meningkatkan kapasitas produksi dari suatu perusahaan salah satu faktor pendukung untuk meningkatkan kapasitas tersebut tidak terlepas dari produktivitas tenaga kerja. Lingkungan kerja merupakan bagian yang cukup penting dari sebuah perusahaan, karena lingkungan kerja yang tidak sesuai dengan kondisi dan kebutuhan tenaga kerja dapat menimbulkan terjadinya kecelakaan kerja. Terdapat beberapa hal yang terkait dengan lingkungan kerja yaitu lingkungan kerja fisik, lingkungan kerja kimia dan lingkungan kerja biologis. Jika lingkungan kerja fisik dalam kondisi tidak memenuhi syarat, maka dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja di unit-unit produksi, yang pada akhirnya secara keseluruhan akan menurunkan tingkat produktivitas perusahaan (Setyanto, 2011).
  • 16. 8 BAB III METODOLOGI Metodologi pengumpulan data yang diperlukan dalam makalah ini dilakukan dengan studi literatur. Baik dari jurnal, tesis, skripsi, maupun buku panduan kerja di laboaratorium. Data dari literatur-literatur tersebut sebagai pendukung yang ada kaitannya tentang faktor-faktor lingkungan kerja di laboratorium dengan diagram alir adalah sebagai berikut: Start Studi Literatur Presentasi Pramakalah Pembuatan Makalah Peresentasi Hasil Makalah Publishing Makalah dan Hasil Presentasi Finish Gambar 3.1 Diagram Proses Pembuatan Makalah
  • 17. 9 Berdasarkan metodologi studi literatur, terdapat sumbaer yang dijadikan sebagai reverensi utama dan dikumpulakan untuk membahas apa saja yang menjadi pembahasan dalam makalah ini adalah sebagai berikut: 1. Jurnal Kedokteran Meditek: Penyakit Akibat Kerja Disebabkan oleh Faktor Fisik (Agus, 2011). 2. Jurnal Economia: Pengaruh Kedisiplinan, Lingkungan Kerja dan Budaya Kerja Terhadap Kinerja Tenaga Pengajar (Arianto, 2014). 3. Jurnal dari Universitas Esa Unggul, Tengerang: Lingkungan Kerja Faktor Kimia dan Biologi (Arief, 2015). 4. Jurnal Prosiding SNE Politeknik Negeri Batam: Analisa Keselamatan Kerja (K3) pada Pembelajaran di Laboratorium Program Studi Teknik Mesin Politeknik Negeri Batam (Hati, 2014). 5. Jurnal dari Unversitas Padjajaran, Bandung: Keselamtan Kerja di Laboratorium (Muchtaridi, 2015). 6. Jurnal EMBA: Kepemimpinan, Motivasi, dan Lingkungan Kerja Pengaruh Terhadap Kinerja pada Kanwil Ditjen Kekayaan Negara Suluttenggo dan Maluku Utara di Manado (Potu, 2013). 7. Jurnal Administrasi Bisnis: Pengaruh Lingkungan Kerja Fisik dan Non-Fisik Terhadap Kinerja Karyawan: Studi pada PT. Telkom Area III Jawa-Bali Nusra di Surabaya (Norianggono, 2014). 8. Jurnal Universitas Negeri Sumatera Utara: Keracunan Bahan Organik dan Gas di Lingkungan Kerja dan Upaya Pencegahannya (Putra, 2011). 9. Jurnal EKOSAIN: Pengaruh Faktor Lingkungan Fisik Kerja Terhadap Waktu Penyelesaian Pekerja (Studi Laboratorium) (Setyanto, 2011). 10. Simposium Nasional RAPI XIII: Identifikasi Tingkat Bahaya di Laboratorium Perguruan Tinggi (Studi Kasus Laboratorium di Lingkungan Departemen Teknik Industri Universitas Sumatera Utara) (Sitepu, 2014). 11. Jurnal SETJEN DEPKES RI: Kesehatan dan Keselamatan Kerja Laboratorium Analisis Kesehatan (Tresnianingsih, 2015).
  • 18. 10 12. Jurnal ITS: Evaluasi Ergonomis dalam Proses Perancangan Produk Laboratorium Ergonomis dan Perancangan Kerja (Wignjosoebroto, 2013). 13. Jurnal dari Universitas Brawijaya: Pengaruh Lingkungan Kerja Terhadap Kepuasan Kerja dan Kinerja Karyawan (Studi pada Perum Jasa Tirta I Malang Bagian Laboratorium Kualitas Air) (Yunanda, 2013). 14. Jurnal Media Wahana Ekonomika: Pengaruh Lingkungan Kerja Fisik dan Non- Fisisk Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan Tata Cabang Palembang (Hendri, 2015). 15. Jurnal ITS: Perancangan Lingkungan Kerja dan Alat Bantu yang Ergonomis untuk Mengurangi Masalah Black Injury dan Tingkat Kecelakaan pada Departemen Mesin Bubut (Wignjosoebroto, 2013). Melalui beberapa kumpulan reverensi diatas maka nanti digunakan sebagai literatur dalam makalah tentang Faktor-Faktor Lingkungan Kerja Di Laboratorium dengan metode identifikasi karakteristik bahan bahan kimia dari kasus-kasus yang akan dibahas pada makalah ini. Dengan metode tersebut diharapkan faktor-faktor lingkungan kerja di laboratorium akan tercipta lingkungan yang safety dan ramah lingkungan. Adapun secara umum metode tersebut yakni dengan: a. Mengidentifikasi jenis atau merek bahan kimia yang digunakan b. Mengetahui karakterisitik kimia dan fisika bahan-bahan kimia di laboratorium
  • 19. 11 BAB IV PEMBAHASAN Berdasarkan metodologi studi literatur pada bab 3, maka jurnal-jurnal yang dikumpulakan kemudian dibahas sub judulnya untuk makalah ini adalah sebagai berikut: Gambar 4.1 Diagram Pembuatan Sub-Judul Pembahasan Makalah
  • 20. 12 Tabel 4.1 Keterangan dari Gambar 4.1 Simbol Keterangan A Faktor fisik dari lingkungan kerja B Kedisipilinan dan budaya kerja C Faktor kimia dan biologi lingkungan kerja D Analisis K3 di laboratorium E K3 di laboratorium F Leadership di lingkungan kerja G Pengaruh kondisi fisik dan non-fisik di lingkungan kerja H Bahaya racun di laboratorium I Pengaruh fisik di lingkungan kerja di laboratorium J Identifikasi bahaya di laboratorium K K3 laboratorium L Lingkungan kerja ergonomis M Pengaruh fisik dan non-fisik lingkungan kerja di lab. N Pengaruh fisik dan non-fisik lingkungan kerja O Pengaruh ergonomi lingkungan kerja MIGD Faktor-Faktor Lingkungan Kerja Di Laboratorium I Pentingnya Faktor-Faktor Kerja di Laboratorium II Faktor-Faktor Lingkungan Kerja yang Berpengaruh di Laboratorium III Pencegahan Terhadap Faktor-Faktor Kecelakann Kerja di Laboratorium IV Contoh Kasus Identifikasi Bahaya Bahan Kimia di Laboratorium
  • 21. 13 4.1 Pentingnya Faktor-Faktor Lingkungan Kerja di Laboratorium Faktor-faktor merupakan salah satu parameter yang dijadikan acuan terhadap penyebab dari suatu kejadian. Suatu kejadian tentunya memiliki sebab, dan sebab dikarenakan oleh suatu faktor. Pada lingkungan kerja, faktor-faktor merupakan salah satu bagian yang sangat penting untuk mengetahui penyebab dari kejadian yang dapat mengganggu pekerjaan. Faktor-faktor dapat diindikasi atau ditelaah lebih awal agar menghindari terjadinya kecelakaan fatal dalam lingkungan kerja. Contohnya, saat melakukan pekerjaan yang berat oleh atasan, tentunya hal ini akan menyebabkan tekanan atau beban kerja meningkat sehingga dapat menyebabkan depresi atau stress, bahkan gangguan fisik. Hal tersebut tentunya mengganggu psikologis dan fisik karyawan, dan cara untuk meminimalisir hal tersebut adalah kenali gangguan sebelum gangguan tersebut datang pada kita, salah satunya adalah kenali faktor-faktor yang dapat menyebabkan beban kerja berat dan apa akibatnya serta bagaimana cara mencegahnya. Adapun cara mencegah hal tersebut adalah dengan menciptakan lingkungan kerja yang sehat, dan berusaha untuk meletakan suatu situasi pada tempatnya, relaksasi, dan berolahraga. Dari contoh kasus tersebut faktor-faktor sangat penting untuk lingkungan kerja. Faktor-faktor lingkungan kerja juga dapat dikembangkan terhadap pencegahan bahkan mengobati situasi masalah yang ada pada lingkungan kerja (Sholihah, 2014). Disamping itu, K3 (Keselamatan dan Kesehata Kerja) juga merupakan salah satu komponene yang sangat penting dalam lingkungan kerja. Pelaksanaan K3 bertujuan untuk mencegah dan mengurangi resiko kecelakaan kerja, sehingga penerapan K3 dianggap sebagai upaya pencegahan kecelakaan kerja dan pencegahan penyakit akibat menjalankan pekerjaaan. Konsep K3 dan implementasi yang dijalankan merupakan investasi dalam jangka panjang untuk meningkatkan kinerja dan daya saing perusahaan dimasa yang akan datang (Hati, 2014). Hubungannya antara faktor- faktor lingkungan kerja dengan K3 adalah dengan mengetahui faktor-faktor yang
  • 22. 14 akan dihadapi di lingkungan kerja, kita sudah dapat mengimplemetasikan manajemen K3. Sehingga dapat dikatkan bahwa faktor-faktor lingkungan kerja merupakan bagian dari manajemen K3. Laboratorium merupakan bagian dari lingkungan kerja yang perlu diperhatikan dalam pengelolaannya. Karena laboratorium merupakan tempat untuk melakukan suatu obervasi atau penelitian sehingga diperlukan penanganan khusus dalam mendukung kondisi lingkungan kerjanya. Sehingga, dirasa perlu adanya manajemen K3 dalam menunjang hal tersebut. Dalam kegiatan laboratorium tentunya kita akan menghadapi alat atau bahan yang kalau penggunaannya salah akan berdampak pada kita. Seperti terpapar radiasi, bahan kimia, bahkan akan menyebabkan kelainan pada keturunan. Sehingga faktor-faktor lingkungan kerja memiliki peran penting untuk meminimalisir insiden tersebut. Dari uraian tersebut, dapat dikatakan bahwa faktor-faktor lingkungan kerja merupakan bagian dari manajeman K3 yang dirasa perlu untuk diimplementasikan supaya mengurangi terjadinya kecelakaan kerja baik dari segi fisik maupun non-fisik. Karena jika terjadi kelalaian dalam lingkungan kerja maka akan berpengaruh terhadap kinerja perusahaan (Wignjosoebroto, 2013), khususnya di laboratorium. Sehingga dengan terciptanya kondisi lingkungan kerja yang baik, maka pekerja dalam menganalisa bahan di laboratorium serta tuntutan kerja dari perusahaan akan lebih mudah untuk menciptakan lingkungan kerja yang positif. Perlindungan dan jaminan keselamatan dan kesehatan kerja dibutuhkan oleh tenaga kerja agar merasa aman, nyaman, dan tidak terbebani dalam menyelesaikan pekerjaan. Tenaga kerja yang sehat akan bekerja produktif, sehingga diharapkan mampu meningkatkan produktivitas kerja yang dapat mendukung pencapaian tujuan perusahaan dalam membangun dan membesarkan usahanya (Grahanintyas, 2012).
  • 23. 15 4.2 Faktor-Faktor Lingkungan Kerja yang Mempengaruhi Akibat Dari Kecelakaan K3 Di Laboratorium Faktor-faktor lingkugan kerja dibagi menjadi faktor lingkungan kerja fisik dan non-fisik. Menurut Hendri (Hendri, 2015) dalam jurnalnya menyebutkan bahwa lingkungan kerja fisik adalah segala sesuatu yang ada di sekitar karyawan bekerja yang mempengaruhi karyawan dalam melaksanakan beban tugasnya. Masalah lingkungan kerja dalam suatu organisasi sangatlah penting, dalam hal ini diperlukan adanya pengaturan maupun penataan faktor-faktor lingkungan kerja fisik dalam penyelenggaraan aktivitas organisasi. Lingkungan fisik kantor akan bersentuhan langsung dengan tubuh kita, melalui media panca indera kemudian mengalir ke dalam hati sehingga lingkungan fisik kantor yang baik akan menimbulkan perasaan nyaman. Faktor-faktor fisik lingkungan kerja merupakan komponen yang ada pada lingkungan kerja seperti kebisingan, penerangan, temperatur, getaran, dan radiasi yang bisa mempengaruhi kerja (Agus, 2011). Sedangkan faktor non-fiksi merupakan lingkungan kerja non-fisik adalah lingkungan kerja yang tidak dapat ditangkap dengan panca indera manusia, akan tetapi lingkungan kerja non-fisik ini dapat dirasakan oleh para pekerja melalui hubungan-hubungan sesama pekerja maupun dengan atasan (Hendri, 2015). Faktor-faktor lingkungan kerja non-fisik merupakan semua keadaan yang berkaitan dengan hubungan kerja, baik hubungan dengan atasan maupun hubungan sesama rekan kerja, ataupun hubungan dengan bawahan (Norianggono, 2014). Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa faktor-faktor lingkungan kerja baik fisik maupun non-fisik sangan berkaiatan dengan tingkat kenyamanan dan pengaruh untuk karyawan. Berdasarkan indikatornya, faktor-faktor fisik dari lingkungan kerja berdasarkan pada penerangan, pewarnaan, udara, tingkat kebisingan, ruang gerak, kebersihan, dan keamanan (Hendri, 2015). Sedangkan indikator untuk faktor-faktor lingkungan kerja non-fisik meliputi perasaan, psikologis, interaksi sesama karyawan
  • 24. 16 maupun karyawan dengan atasan, serta tingkat kepuasan karyawan dan semuanya akan berjalan dengan positif jika dikendalikan dengan: 1. Pengawasan yang dilakukan secara kontinyu dengan menggunakan sistem pengawasan yang ketat. 2. Suasana kerja yang dapat memberikan dorongan dan semangat kerja yang tinggi. 3. Sistem pemberian imbalan (baik gaji maupun perangsang lain) yang menarik. 4. Perlakuan dengan baik, manusiawi, tidak disamakan dengan robot atau mesin, kesempatan untuk mengembangkan karier semaksimal mungkin sesuai dengan batas kemampuan masing-masing anggota. 5. Ada rasa aman dari para anggota, baik di dalam dinas maupun di luar dinas. 6. Hubungan berlangsung secara serasi, lebih bersifat informal, penuh kekeluargaan. 7. Para anggota mendapat perlakuan secara adil dan objektif. (Hendri, 2012). Kepuasan kerja adalah seperangkat perasaan pegawai tentang menyenangkan atau tidaknya pekerjaan mereka. Ada perbedaan yang penting antara perasaan ini dengan dua unsur lainnya dari sikap pegawai. Menurut Davis dan john Strom (1985:105) Kepuasan kerja adalah perasaan senang atau tidak senang yang relatif yang berbeda dari pemikiran obyektif dan keinginan perilaku. Ketiga sikap itu membantu para manajer memahami reaksi karyawan terhadap pekerjaan mereka dan memperkirakan dampaknya pada perilaku di masa datang. Terdapat lima faktor yang dapat mempengaruhi timbulnya kepuasan kerja, yaitu Need fulfillment (pemenuhan kebutuhan), Discrepancies (perbedaan), Value attainment (pencapaian nilai), Equity (keadilan), Dispositional/genetic components (komponen genetik) (Yunanda, 2013). Disamping itu, kinerja yang dimiliki oleh seseorang dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Lingkungan kerja merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja. kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan. Penilaian kinerja karyawan selalu dilakukan oleh setiap perusahaan untuk melihat sejauh mana kinerja yang dihasilkan oleh
  • 25. 17 karyawannya. Kinerja dipengaruhi oleh faktor-faktor, baik dari dalam maupun luar individu karyawan. Faktor-faktor kinerja terdiri dari faktor internal dan eksternal. Faktor-faktor eksternal yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja seseorang yang berasal dari lingkungan kerja organisasi (Norianggono, 2014). Faktor-faktor lingkungan kerja berpengaruh juga terhadap kerja di laboratorium. Berdasarkan klasifikasinya, faktor-faktor lingkungan kerja di laboratorium terbagi menjadi: a. Faktor Kimia Faktor kimia adalah faktor di dalam tempat kerja yang bersifat kimia, yang meliputi bentuk padatan, partikel, cair, gas, kabut, aerosol, dan uap yang berasal dari bahan- bahan kimia, mencakup wujud yang bersifat partikel adalah debu, awan, kabut, uap logam, dan asap ; serta wujud yang tidak bersifat partikel adalah gas dan uap (Arief, 2015). Dampak lingkungan kerja yang tergolong bahaya kimia adalah sebagai berikut: 1. Debu yang menyebabkan pneumoconioses, di antaranya: silicosis, asbestosis dan lain-lain. 2. Uap yang di antaranya menyebabkan “metal fume fever “, darmatitis atau keracunan. 3. Gas, misalnya keracunan oleh CO, H2S dan lain-lain. 4. Larutan misalnya menyebabkan dermatitis. Zat-zat kimia yang dapat menyebabkan luka-luka, dan mengenai manusia dengan berbagai cara. Beberapa zat menyebabkan kerusakan bila mengenai kulit atau bagian yang paling sensitif dari permukaan paling luar dari tubuh manusia, mata. Zat-zat kimia yang masuk ke dalam tubuh didistribusikan melalui aliran darah. Bila suatu toksikan masuk ke dalam tubuh, maka harus diperhatikan organ yang mana yang akan dirusaknya, berapa lama dia akan tinggal di dalam tubuh dan bagaimana cara menghilangkannya. Sebagai contoh adalah penyakit kulit akibat kerja dapat berupa dermatitis dan urtikaria. Dermatitis kontak merupakan 50% dari semua PAK (Penyakit Akibat Kerja), terbanyak bersifat nonalergi atau iritasi. Dikenal dua jenis
  • 26. 18 dermatitis kontak, yaitu dermatitis kontak iritan yang merupakan respon nonimunologi dan dermatitis kontak alergik yang diakibatkan oleh mekanisme imunologik spesifik.Keduanya dapat bersifat akut maupun kronis. Bahan penyebab dermatitis kontak alergi pada umumnya adalah bahan kimia yang terkandung dalam alat-alat yang dikenakan oleh penderita, yang berhubungan dengan pekerjaan/hobi, atau oleh bahan yang berada di sekitarnya. Disamping bahan penyebab tersebut, ada faktor penunjang yang mempermudah timbulnya dermatitis kontak tersebut yaitu suhu udara, kelembaban, gesekan, dan oklusi (Nuraga, 2008). Keracunan bahan kimia, dimana dalam keadaan normal, badan manusia mampu mengatasi bermacam-macam bahan dalam batas-batas tertentu. Keracunan terjadi apabila batas-batas tersebut dilampui dimana badan tidak mampu mengatasinya(melalui saluran pencernaan, penyerapan atau pembuangan). Derajat racun (toxicity), adalah potensi kandungan bahan kimia yang menyebabkan keracunan. Racun dari bahan kimia sangat beragam (contoh ; beberapa tetesan bahan kimia bisa mematikan, sementara yang lain baru memberikan efek kalau dikonsumsi dalam jumlah yang besar). Bahaya kimia (chemical hazard) adalah bahan kimia yang digolongkan kedalam bahan-bahan berbahaya atau memiliki informasi yang menyatakan bahwa bahan tersebut berbahaya, biasanya informasi tersebut dalam “lembar data keselamatan (chemical safety data sheet)”, yang memuat dokumen dan informasi penting untuk para pengguna yang bertalian dengan sifat kandungan bahayanya dan cara-cara penggunaan yang aman, ciri-ciri, supplier, penggolongan, bahayanya, peringatan-peringatan, bahaya dan prosedur tanggap darurat. Faktor- faktor yang menciptakan kondisi intensitas bahaya di area lingkungan tempat kerja yang berhubungan dengan penggunaan bahan kimia meliputi derajat racun, sifat-sifat fisik dari bahan, tata cara kerja, sifat dasar, tempat/jalan masuk, kerentanan individu para pekerja, dan kombinasi faktor-faktor sampai dengan akan menimbulkan situasi yang berbahaya (Arief, 2015).
  • 27. 19 b. Faktor Biologi Faktor biologi merupakan bagian dari faktor lingkungan kerja yang meliputi pada anatomi tubuh, mikroorganisme, maupun virus. Di dalam laboratorium, sering kali faktor biologi menjadi faktor yang sangat umum, khususnya pada industri pembuatan pangan, obat-obatan, dan minuman. Akibat jika melakukan kesalahan dalam bekerja di laboratorium dari faktor biologi akan mengakibatkan adanya infeksi, dan kontaminasi virus maupun bakteri patogen (Tresnianingsih, 2015). Di dalam laboratorium diperlukan di sisi faktor biologi yang perlu diperhatikan adalah bagaimana cara menggukan bahan-bahan tersebut. Karena jika terjadi kesalahan dalam menggunakannya bisa berkibat fatal bahkan dapat menular. c. Faktor Ergonomi Pengertian Ergonomi dalam buku Sritomo Wignjosoebroto adalah sebagai disiplin keilmuan yang mempelajari manusia dalam kaitannya dengan pekerjaan (Wignjosoebroto, 2013). Disiplin ergonomi secara khusus akan mempelajari keterbatasan dari kemampuan manusia dalam berinteraksi dengan teknologi dan produk-produk buatannya. Disamping itu, disiplin kerja adalah sikap, tingkah laku dan perbuatan yang sesuai dengan peraturan dari organisasi baik yang tertulis maupun tidak tertulis. Indikator kedisiplinan kerja adalah sebagai berikut: tujuan dan kemampuan, teladan pimpinan, balas jasa, keadilan, waskat atau pengawasan, sanksi hukuman, ketegasan dan hubungan kemanusiaan (Arianto, 2014). Menurut Tresnianingsih (Tresnianingsih, 2015) dalam jurnalnya mengatakan bahwa ergonomi sebagai ilmu, teknologi dan seni berupaya menyerasikan alat, cara, proses dan lingkungan kerja terhadap kemampuan, kebolehan dan batasan manusia untuk terwujudnya kondisi dan lingkungan kerja yang sehat, aman, nyaman dan tercapai efisiensi yang setinggi-tingginya. Permasalahan yang berkaitan dengan faktor ergonomi umumnya disebabkan oleh adanya ketidak sesuaian antara pekerja dan lingkungan kerja secara menyeluruh termasuk peralatan kerja. Secara khusus disiplin ergonomi mempelajari keterbatasan dari kemampuan manusia dalam berinteraksi
  • 28. 20 dengan teknologi dan produk-produk buatannya. Dengan ergonomi, manusia tidak lagi harus menyesuaikan dirinya dengan mesin yang dioperasikan (the man fits to the design), melainkan sebaliknya yaitu mesin dirancang terlebih dahulu memperhatikan kelebihan dan kekurangan manusia yang mengoperasikan (the design fits to the man) sehingga manusia sebagai pusat sistem. Karena manusia sebagai pusat sistem, maka semua sistem kerja diarahkan pada perancangan yang sesuai dengan manusia itu sendiri (Christofora, 2014). Sebagian besar pekerja di laboratorium masalah dari faktor ergonomi sering terjadi, misalnya tenaga operator peralatan, hal ini disebabkan peralatan yang digunakan pada umumnya barang dari negara lain yang desainnya tidak sesuai dengan standar ukuran pekerja Indonesia. Posisi kerja yang salah dan dipaksakan dapat menyebabkan mudah lelah sehingga kerja menjadi kurang efisien dan dalam jangka panjang dapat menyebakan gangguan fisik dan psikologis (stress) dan keluhan yang paling sering adalah nyeri pinggang kerja (low back pain). Disamping itu, faktor kelelahan juga menjadi salah satu penyebab dari faktor ergonomi jika terjadinya kegiatan yang berlebihan dari batas kemampuan kita. Menurut Nisa (Nisa, 2013) dalam jurnalnya menyebutkan bahwa kelelahan merupakan rasa luar biasa atau hilangnya kemauan untuk menghasilkan kekuatan yang maksimum yang ditandai kurangnya energi dan kurangnya daya tahan tubuh sehingga terjadi hilang semangat dalam melakukan suatu pekerjaan. Kelelahan dibedakan menjadi dua yaitu kelelahan mental dan kelelahan fisik. Kelelahan mental biasa disebut kelelahan umum sedangkan kelelahan fisik biasa disebut kelelahan otot. Kelelahan umum biasanya ditandai dengan rasa malas untuk melakukan suatu pekerjaan sedangkan kelelahan otot biasa ditandai dengan nyeri otot atau tegang pada otot yang dipengaruhi oleh faktor alat mapun psikologi. d. Faktor Psikososial Faktor psikososial merupakan salah satu faktor kerja yang berhubungan dengan dengan psikologi hubungan antara sesama karyawan atau karyawan dengan atasan.
  • 29. 21 Pada faktor ini, kontribusi organisasi sangat berperan dalam perkembangan di lingkungan kerja. Sehingga untuk meciptakan hal tersebut adalah dengan meningkatkan lingkungan sosial kerja yang kondusif seperti saling menghargai dan bahu-membahu dalam pekerjaan sesuai dengan bidang dan keahlian masing-masing, motivasi juga berpengaruh untuk menciptakan lingkungan yang profesional (Yunanda, 2013). Dari hal tersebut dapat diketahui bahwa yang menjadi faktor untuk menciptakan hal tersebut adalah tergantung pada sumber daya manusia dan kemampuan karyawan untuk beradaptasi dengan lingkungan untuk menciptakan manjemen kerja dan kepemimpinan yang baik. Akibat dari kurangnya psikososial dalam faktor lingkungan pekerjaan, khususnya di laboratorium menurut Tresnianingsih (Tresnianingsih, 2015) adalah sebagai berikut: 1. Pelayanan kesehatan sering kali bersifat emergency dan menyangkut hidup mati seseorang. Untuk itu pekerja di laboratorium kesehatan di tuntut untuk memberikan pelayanan yang tepat dan cepat disertai dengan kewibawaan dan keramahan-tamahan. 2. Pekerjaan pada unit-unit tertentu yang sangat monoton. 3. Hubungan kerja yang kurang serasi antara pimpinan dan bawahan atau sesama teman kerja. 4. Beban mental karena menjadi panutan bagi mitra kerja di sektor formal ataupun informal. Dari penjelasan tersebut dapat dikethui bahwa faktor-faktor yang berkontribusi terhadap penyebab kecelakaan disebabkan oleh: a. Faktor manusia: Tindakan-tindakan yang diambil atau tidak diambil, untuk mengontrol cara kerja yang dilakukan. b. Faktor material: Risiko ledakan, kebakaran dan trauma paparan tak terduga untuk zat yang sangat beracun, seperti asam. c. Faktor Peralatan: Peralatan, jika tidak terjaga dengan baik, rentan terhadap kegagalan yang dapat menyebabkan kecelakaan.
  • 30. 22 d. Faktor lingkungan: lingkungan mengacu pada keadaan tempat kerja. Suhu, kelembaban, kebisingan, udara dan kualitas pencahayaan merupakan contoh faktor lingkungan. e. Faktor proses: Ini termasuk risiko yang timbul dari proses produksi dan produk samping seperti panas, kebisingan, debu, uap dan asap. 4.3 Pencegahan Terhadap Kelalaian Faktor-Faktor Lingkungan Kerja di Laboratorium Kalalaian bekerja dapat menyebabkan produktivitas terganggu dan merugikan suatu usaha atau organisasi yang salah satunya disebabkan karena kurang karyawan mengetahui faktor-faktor lingkungan kerja yang akan dilakukannya. Sebelum terjadinya hal yang tak diinginkan dalam bekerja, hendaknya kita mencegah kelalaian tersebut dengan memperhatikan SOP (Standard Operasi Prosedur) yang ada di perusahaan atau organisasi. Di sinilah pentingnya peran manajemen K3 untuk mengatur SOP agar karyawan dapat selamat dan mengurangi kelalaian bagi karyawan untuk beraktifitas di lingkungan kerja sesuai dengan stander hokum nasional dan internasional. Selain itu, faktor tempat kerja yang aman dan sehat juga sangat penting agara dapat melanjutkan pekerjaan secara efektif dan sefisien. Menurut ILO bahwa lebih dari 250 juta terjadi kecelakaan di tempat kerja dan lebih dari 160 juta pekerja menjadi sakit karena bahaya di tempat kerja, serta 1,2 juta pekerja meninggal akibat kecelkaan dan sakit di tempat kerja dalam setiap tahunnya, dan berikut adalah gambar yang menjelaskan potensi bahaya di lingkungan kerja
  • 31. 23 Gambar. 4.1 Tabel Kategori Potensi Bahaya di Lingkungan Kerja Dari gambar tersebut terlihat bahwa kategori A merupakan kategori potensi bahaya terhadap faktor fisik. Faktor B merupakan potensi bahaya terhadap kondisi internal atau tempat kerja. Faktor C merupakan potensi bahaya terhadap fasilitas di lingkungan kerja. Sedangkan faktor D merupakan potensi bahaya terhadap faktor psikososial. Berikut adalah pencegahan potensi bahaya dari berbagai lingkungan kerja, khususnya di laboratorium: 1. Faktor Kimia a. Menggunakan masker gas untuk senyawa Amonia, Klorin, dll. yang disediakan di pabrik (Nigam, 2011). b. Mengikuti training yang memberikan aturan terhadap safety/ prosedur yang diberikan (Nigam, 2011) di laboratorium. c. Menggunakan alat pelindung khusus untuk menggunakan bahan kimia yang sangat sensitif seperti gas, bahan kimia yang mudah terbakar, bahan kimia
  • 32. 24 yang bersifat toxic, dan bahan kimia yang mengandung radiasi tinggi (Nigam, 2011). d. ”Material safety data sheet” (MSDS) dari seluruh bahan kimia yang ada untuk diketahui oleh seluruh petugas laboratorium (Tresnianingsih, 2015). e. Hindari penggunaan lensa kontak, karena dapat melekat antara mata dan lensa (Tresnianingsih, 2015). f. Dilarang memakai sandal atau sepatu terbuka atau sepatu berhak tinggi (Muchtaridi, 2015). g. Pastikan kran air dan gas selalu dalam keadaan tertutup pada sebelum dan sesudah praktikum selesai (Muchtaridi, 2015). 2. Faktor Biologi a. Seluruh pekerja harus mendapat pelatihan dasar tentang kebersihan, pidemilogi dan desinfeksi. b. Sebelum bekerja dilakukan pemeriksaan kesehatan untuk memastikan dalam keadaan sehat, punya cukup kekebalan alami untuk bekerja dengan bahan infeksius, dan dilakukan imunisasi. c. Melakukan pekerjaan laboratorium dengan praktek yang benar (Good Laboratory Practice). d. Menggunakan desinfektan yang sesuai dan cara penggunaan yang benar. e. Sterilisasi dan desinfeksi terhadap tempat, peralatan, sisa bahan infeksius dan spesimen secara benar. f. Pengelolaan limbah yang berpotensi menyebabkan infeksi dengan benar g. Kebersihan diri dari petugas. (Tresnianingsih, 2015). 3. Faktor Ergonomi a. Kenali kemampuan fisik terhadap apa yang dikerjakan, seperti penggunaan mesin yang harus sesuai dengan standard pemakaiannya (Christofora, 2014).
  • 33. 25 b. Olahraga dan istirahat yang cukup dan teratur, serta pergunakan waktu untuk relaksasi di sela pekerjaan. c. Kandungan kalori pada tubuh harus dijaga dengan cara makan makanan yang sehat, agar kebutuhan energi tubuh dapat tercukupi (Christofora, 2014). d. Kenali spesifikasi dan tingkatkan pengetahuan tentang alat proses yang akan digunakan (Christofora, 2014). e. Motivasi dan manjemen kerja perlu ditingkatkan (Potu, 2013). f. Setiap perusahaan hendaknya selalu menjaga kebersihan lingkungan sebab selain mempengaruhi kesehatan fisik, juga akan mempengaruhi kesehatan jiwa seseorang (Almustofa, 2014). g. Mengatur tingkat intensitas cahaya, kebisingan alat, kemanan di ruang kerja, seperti megatur bangku dan / atau tikar bantalan untuk berdiri.Desain workstation sehingga alat-alat mudah dijangkau dan bahu pada posisi netral, rileks dan lengan lurus ke depan ketika bekerja. h. Apabila ada alat laboratorium yang tidak sesuai spesifikasi segara laporkan ke atasan atau pihak perusahhan yang mengani di bidang tesebut. i. Mengurangi konsentrasi pekerja, akurasi dan perhatian mereka untuk praktek kerja yang aman. 4. Faktor Psikososial a. Menciptakan hubungan yang sreasi dan baik dengan sesama karyawan dan pimpinan agar produktivis kerja meningkat dan kondisi lingkungan kerja menjadi sehat (Almustofa, 2014). b. Menjaga hubungan atau komunikasi anggota kerja yang baik di luar jam kerja. c. Menjaga sikap (attitude) yang baik dalam lingkungan kerja agar kepercayaan, tanggung jawab, menghargai, dan respon yang baik dalam lingkungan kerja (Dahlawy, 2008). d. Disiplin dalam bekerja sangat diperlukan agar keselarasan dan sistem dalam lingkungan kerja mejadi lebih baik.
  • 34. 26 e. Kurangi pergaulan negatif pada lingkungan kerja seperti menggunjing, menghina, dan mencemooh sesama karyawan maupun atasan agar pikiran positif menjadi baik. f. Apabila ada masalah sosial dalam lingkungan kerja, segera konsultasi dengan atasan dan pihak perusahaan yang menangani masalah tersebut. Dari penjelasan tersebut, diketahui bahwa faktor lingkungan kerja diepengaruhi oleh kondisi karyawan, lingkungan, psikologi, alat, dan bahan. Untuk mmembentuk lingkungan kerja yang sehat, dierlukan motivasi, kedisiplinan, keefisienan tenaga, keterampilan, dan perspektif karyawan terhadap kenyamanan kerja. Pentingnya Motivasi karena motivasi adalah hal yang menyebabkan, menyalurkan dan mendukung perilaku manusia, supaya mau bekerja giat dan antusias untuk mencapai hasil yang optimal. Motivasi semakin penting karena manajer membagikan pekerjaan pada bawahannya untuk dikerjakan dengan baik dan terintegrasi kepada tujuan yang diinginkan. Perusahaan tidak hanya mengharapkan karyawan mampu, cakap dan terampil tetapi yang terpenting mereka memiliki keinginan untuk bekerja dengan giat dan mencapai hasil kerja yang baik. Sedangkan Kedisiplinan dengan demikian adalah suatu sikap ketaatan pada aturan. Sifat ini sudah merupakan dasar dari disiplin tanpa memperhatikan baik atau buruknya aturan tersebut. Disiplin tidak ada kaitannya dengan nilai yang akan dicapai oleh suatu aturan. Seorang pegawai harus mengetahui benar suatu aturan dimana ia terlibat didalamnya agar dalam melaksanakan aturan tersebut dengan sifat disiplin sadar dengan apa yang dilakukannya. Disiplin kerja mempunyai hubungan yang sangat erat dengan motivasi, kedisiplinan dengan suatu latihan antara lain dengan bekerja menghargai waktu dan biaya akan memberikan pengaruh yang positif terhadap kinerja pegawai. Sedangkan perspektif merupaka suatu pangdangan tentang baik buruknya lingkungan kerja, perspektif yang baik maka akan menghasilokan kenyamanan keryawan, khusunya di laboratorium. Keefisienan tenaga berpengaruh terhadapm daya kita untuk menghasilkan proses kerja menjadi lebih baik. Keefisienan kerja terikat pada kedisiplinan, keterampilan, dan motivasi
  • 35. 27 kerja. Semakin baik kedisiplinan di dalam lingkungan kerja laboratorium, tingkat motivasi dan keefiseanan akan menjadi baik, sedangkan karyawan akan menghasilkan persfektif positif untuk mengembangkan keterampilannya dalam bekerja di laboratorium. 4.4 Contoh Kasus Identifikasi Bahaya Bahan Kimia di Laboratorium Identifikasi lingkungan kerja perlu diperhatikan di laboratorium. Sebagai contoh adalah identifikasi bahan kimia di laboratorium. Apakah sebagian besar bahan-bahan yang kita gunakan mengandung senyawa berbahaya atau tidak. Nama bahan kimia merupakan hal yang paling utama dalam identifikasi bahaya bahan-bahan kimia di laboratorium. Contohnya asam asetil salisilat yang berarti aspirin bagi ahli kimia. Contoh lain adalah H2S bagi ahli kimia berarti hidrogen sulfida bagi insinyur, kalsium hipoklorit sama dengan kapur klor, fenol menjadi asam karbolat, dan soda kue menjadi soda bikarbonat. Bahan kimia dapat berbentuk padat,cair, atau gas- bukan sifat fisik secara umum. Misalnya natrium hidroksida (NaOH) yang dapat dibeli sebagai padatan di drum atau larutan kuat di tankker atau drum; karbon dioksida dapat dibeli sebagai padatan,cairan, atau gas. Secara umum, panas masuk atau panas keluar diperlukan untuk pengubahan bentuk, sehingga identifikasi ini menentukan bagaimana dan dimana bahan kimia harus disimpan. Bahaya dapat terjadi karena beberapa hal, seperti temperatur yang naik dengan cepat karena kebakaran.dan emisi yang cepat. Kadar racun yang berbahaya harus dimengerti dengan jelas. Cedera tidak akan terjadi tanpa pemaparan konsentrasi yang diberikan dan rancangan dan operasi proses bahan kimia yang menentukan banyaknya pemaparan, konsentrasi dan lain-lain. Karenanya, dengan rancangan yang benar dan penanganan yang aman, bahaya dapat dihilangkan atau tanda-tanda potensinya dapat diredakan. Sebagai contoh, asam sulfat pekat merupakan cairan korosif yang dengan cepat dapat menghancurkan jaringan badan dan membuat luka bakar. Hal ini disebabkan sifat-sifat racunnya telah diketahui dan difahami dan cara-cara pencegahan kecelakaannya telah dibuat. Hasil;
  • 36. 28 kontak dengan asam sulfat terjadi dengan cepat dan akut, tetapi meskipun benzene dalam kuantitas sedikit dikulit tidak merupakan hal yang berbahaya, efek akumulatif dari sifat-sifatnya dapat memicu anemia yang serius dan kematian. Nilai Ambang Batas (NAB) dinyatakan dalam bagian per juta seberapa besar kondisi karyawan dapat terpapar setiap hari tanpa mengalami efek yang berarti. Tetapi, peringatan harus diberikan bahwa NAB, dalam konteks yang benar, hanya dapat diinterpretasikan dengan benar oleh personil yang terlatih dalam higiene laboratorium, dan tidak boleh digunakan sebagai: a. Indeks relatif atas bahaya atau kadar racun; b. Alat evaluasi pada gangguan polusi udara; c. Perkiraan potensi racun pada pemaparan terus-menerus yang tidak berhenti. Meskipun bahaya yang terditeksi sebagai bau tidak dapat diyakinkan benar, tetapi tidak ada keraguan bahwa bau khas dari beberapa bahan kimia merupakan indikasi yang jelas akan adanya bahan kimia tersebut, meskipun bukan konsentrasinya. Contoh lain, bau dari klorin (Cl2) dapat dikenali dengan tercium pada konsentrasi yang sangat kecil. Karena tidak ada efek iritasi yang nyata dalam waktu cepat, maka tidak ada tindakan perbaikan. Konsentrasi maksimum yang diperbolehkan untuk klorin di udara adalah satu bagian klorin per satu juta bagian udara untuk delepan jam pemaparan, dan konsentrasi terkecil yang dapat terditeksi oleh manusia pada umumnya adalah tiga sampai empat bagian klorin per satu juta bagian udara. Semua cairan akan menguap, tetapi kecepatan penguapannya tergantung pada suhu dan tekanan dan secara umum cairan panas menguap lebih cepat daripada cairan dingin. Tekanan uap cairan dan larutan harus diperhatikan, terutama pada suhu ruang. Hal ini sangat penting bila menyimpan drum berisi cairan berbahaya. Kebocoran dari beberapa bahan kimia, dapat menimbulkan bahaya. Perbandingan berat jenis antara uap/gas dengan udara menunjukkan apakah uap pada suhu normal (0°C) dan tekanan normal (76cm-Hg) lebih padat atau lebih renggang daripada udara; karena uap itu akan naik ke atmosfir atau turun.
  • 37. 29 Pentingnya pengetahuan tentang specfic grafvity terlihat nyata saat menentukan tindakan yang hrus diambil saat menghadapi kebocoran besar. Perbandingan berat jenis bahan kimia dengan berat jenis air menunjakan apakah bahan kimia akan mengambang di atas air atau tenggelam. Semua cairan bocor diarahkan mencapai saluran buang, dan ledakan dibawah tanah akibat kontaminasi oleh cairan sangat mudah terbakar dapat membuat kerusakan hebat di area yang luas. Contohnya adalah petroleum, memiliki berat jenis 0,80, sehingga bocoran akan mengambang di atas air. Karenanya air tidak direkomendasikan sebagai bahan pemadam untuk kebakaran petroleum cair, karena air akan tenggelam di bawah petroleum, dan dengan naiknya volume cairan, maka cenderung memperlebar area kebakaran. Membiarkan petroleum keluar kesaluran buang hanya akan meningkatkan bahaya. Sebaliknya, bila cairan karbon disulfida yang sangat mudah terbakar, memiliki titik nyala yang rendah dan titiok bakar yang rendah, memiliki specific gravity 1,26 terbakar, maka dapat dikendalikan dengan menggunakan air yang cukup. Bila bahan kimia yang dapat larut dalam air akan mudah bergabung karena dapat dijenuhkan dengan air dan setelah pencegahan yang layak telah dilakukan, dan hal ini dapat dikeluarkan ke sistem efluent. Sehubungan dengan kemampuan pelarutan bahan kimia ke dalam air, harus pula diperhatikan bahaya yang mungkin terjadi pada beberapa bahan kimia. Beberapa kasus pernah terjadi yang menimbulkan cedera serius yang timbul akibat masuknya air ke dalam wadah kosong berbagai bahan kimia menyebabkan reaksi yang hebat. Sebagai contoh adalah fosfor klorida yang bukan bahan kimia korosif, tetapi setelah kontak dengan air atau uap air, akan bereaksi hebat, melepas panas dan uap klorosif asam klorida. Contoh lain adalah sejumlah natrium sianida dengan air di saluran buang. Reaksi antara natrium sianida dengan air di saluran buang memperbesar volume gas asam sianida yang mematikan. Bahan kimia seperti asam sulfat jika bercampur dengan air akan menghasilkan uap air yang cukup untukdalam air memerlukan penanganan yang tepat. Beberapa bahan kimia bereaksi hebat dengan bahan kimia lain yang berhubungan tersebut disebut inkompatibel. Sebagai contoh adalah asetilene yang
  • 38. 30 akan bereaksi hebat dengan klorin. Kcelakaan yang memungkinkan bergabingnya dua bahan kimia tersebut harus dicegah. Sama halnya dengan asam nitrat yang tidak boleh dibawa sampai kontak dengan cairan yang mudah terbakar. Bahaya sesungguhnya dari inkompatibilitas terjadi akibat kesalahan dalam melakukan asesmen, karena bahan kimia dibawa bersama-sama kurang hati-hati, terjadi reaksi hebat. Kemungkinan akibat pencampuran yang tidak direncanakan harus selalu diawasi. Beberapa bahan kimia yang tidak terbakar mampu membantu dengan baik pembakaran saat berkombinasi dengan bahan kimia lain yang menghasilkan oksigan dalam jumlah yang besar. Tidak hanya atmosfir dengan cepat dipenuhi oleh oksigen, tetapi panas reaksi mungkin cukup untukj membuat pembakaran dan kebakaran dapat terjadi. Oksidsi adalah kombinasi oksigen bahan kimia denga bahan lain bahannya dengan cepat dapat memberikan oksigennya ke bahan lain disebut oksidator, seperti asam nitrat (HNO3), mangan oksida (MnO2), hidrogen peroksida (H2O2), dan asam kromat (CrO3). Bahan yang mengambil oksigen dari senyawa dan kombinasinya disebut reduktor, seperti hidrogen, karbon,hidrokarbon, bahan organik, dan lain-lain. Oksidasi dan reduksi adalah proses yang berlawanan yang selalu terjadi bersamaan, dan bahan yang inkompatibilitas seperti kalium permanganat (KmnO4), yang merupakan oksidator kuat, bila tergabung dengan bubuk alumunium, yang merupakan reduktor kuat, dengan cepat mengibah sifat-sifat alamiahnya dengan memperlihatkan bahwa kedua bahan tidak boleh disimpan berdekatan.
  • 39. 31 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan 1. Faktor-faktor lingkugan kerja sangat berperan penting untuk menciptakan kondisi lingkungan kerja, khususnya di laboratorium. Adapun faktor-faktor lingkungan kerja juga bagian dari manajemen K3 sebagai pengatur dalam aktivitas di lingkungan kerja agar menjadi lebih baik. 2. Secara umum, faktor-faktor lingkungan kerja terbagi menjadi fisik dan non-fisik. Sedangkan jika secara khusus untuk faktor-faktor lingkungan kerja di laboratorium terbagi menjadi faktor kimia, biologi, ergonomik, dan psikososial. 3. Pencegahan jika adanya kelalaian dari faktor-faktor lingkungan kerja di laboratorium didasarkan pada kondisi kerja, alat, bahan, dan psikologi karyawan. Adapun untuk mengurangi kelalaian kerja tersebut adalah dengan memperhatikan manajemen K3, meningkatkan motivasi, melatih kedisiplinan dan attitude, dan mengkodisikan lingkungan kerja agar lebih nyaman dan baik. 4. Salah satu contoh kasus dari pencegahan faktor-faktor lingkungan kerja di laboratorium adalah keracunan, ledakan bahan-bahan kimia, kebocoran bahan kimia yang melebihi ambang batas, dan kemudiahan bahan kimia untuk korosi dan reduksi. 5.2 Saran Faktor-faktor lingkungan kerja sangat mempengaruhi kondisi fisik dan non-fisik kita, sehingga diperlukan analisis langsung untuk mengetahui seberapa besar keluhan karyawan jika mengalami kelalaian akibat melanggar faktor-faktor tersebut.
  • 40. 32 BAB VI RINGKASAN Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) merupakan salah satu menajeman yang mengatur aktivitas di dunia kerja. Jika terjadi kelalaian dalm aktivitas kerja, maka akan menyebabkan kecelakaan yang dapat menggangu kondisi fisik dan non-fisik karyawan. Hal inilah yang diperlukan untuk mengetahui apa yang menyebabkan dan apa akibat kelalaian dari insiden tersebut. Salah satunya adalah dengan cara mempelajari tentang faktor-faktor lingkungan kerja. Faktor lingkungan kerja di laboratorium menjadi salah satu hal yang harus diperhatikan di dalam perusahaan. Begitu banyak penjelasan mengenai faktor-faktor lingkungan kerja di laboratorium. Namun, secara khusus faktor-faktor lingkungan kerja terbagi menjadi faktor kimia yang dipengaruhi oleh komposisi bahan, MSDS bahan, dan sifat dari bahan kimia. Dari hal tersebut tentunya kita dapat mengidentifikasi kelalaian apa saja yang mempengaruhi kondisi fisik dan non-fisik kita ketika menggunakan bahan kimia tersebut. Faktor biologi dipengaruhi oleh sifat bahan, kondisi fisik karyawan terutama dalam hal alergi. Faktor ergonomi berhubungan dengan kenyamanan karyawan dalam bekerja, peoses, dan kondisi fisik karyawan, serta kondisi lingkungan kerja. Sedangkan faktor psikososial berpengaruh terhadap kondisi sosia, psikologi, dan ineteraksi dalam lingkungan kerja. Faktor-faktor lingkungan kerja juga sangat berpengaruh dalam pembentukan karakter karyawan. Dengan menciptakan karakter yang baik, maka kondisi lingkungan kerja akan berjalan serasi, harmonis, dan positif. Salah satu kerakter yang harus ditanamkan di lingkungan kerja laboratorium adalah motivasi, manajemen kerja, perspektif yang baik, kedisiplinan, dan atitude yang baik.
  • 41. 31 BAB VII STUDI KASUS 1. Bagaimana peran faktor ergonomi dalam lingkungan kerja? Jawab: Peran faktor ergonomi dalam hal ini adalah meningkatkan efektifitas kerja yang dihasilkan oleh sistem kerja dengan tetap memandang manusia sebagai pusat sistem untuk mempertahankan dan meningkatkan unsur kenyamanan dan kesehatan. 2. Sebagai calon engineer, khususnya Teknik Kimia, mengapa faktor-faktor lingkungan kerja di laboratorium penting untuk dipelajari? Jawab: Teknik Kimia merupakan salah satu ilmu industri yang sangat penting untuk dipelajari. Karena ilmu teknik kimia berperan dalam proses, quality cotrol, pemanfaatan limbah, dan cost pabrik. Karena juga berhubungan dengan quality control sehingga pembelajaran mengenai laboratorium juga sangat penting. Dimana, sebagai calon engineer kita harus mengetahui bahan-bahan apa saja yang akan digunakan pada proses di industri tersebut. Disamping itu, spesifikasi bahan juga berperan penting karena hal ini berguna untuk menangani bahan tersebut agar memrlukan proses yang lancar dengan memperhatikan faktor-faktor apa saja jika terjadi kalalaian penggunaan bahan baku tersebut dan apa akibatnya. Dari sinilah faktor-faktor lingkungan kerja di laboratorium penting untuk dipelajari.
  • 42. 32 3. Diketahui suatu pabrik kimia mengalami kebakaran, jika hal itu terjadi maka bagaimana cara pencegahannya? (minimal 3) Jawab: Dalam kasus ini ada berbagai cara untuk menggulangi kebakan, salah satungya adalah: a. Pengendalian Setiap Bentuk Energi : 1) Melakukan identifikasi semua sumber energi yang ada di tempat kerja/ perusahaan baik berupa peralatan, bahan, proses, cara kerja dan lingkungan yang dapat menimbulkan timbulnya proses kebakaran (pemanasan, percikan api, nyala api atau ledakan); 2) Melakukan penilaian dan pengendalian resiko bahaya kebakaran berdasarkan peraturan perundangan atau standar teknis yang berlaku. b. Penyediaan Sarana Deteksi, Alarm, Pemadam Kebakaran Dan Sarana Evakuasi: 1) Menganalisa ruangan / tempat kerja, untuk menentukan jenis detektor, alarm, alat pemadam dan sarana evakuasi yang sesuai dengan kondisi ruangan/tempat kerja; 2) Melakukan perencanaan dan pemasangan peralatan; 3) Membuat prosedur pemakaian peralatan dan sarana pemadam kebakaran; 4) Membuat tanda pemasangan peralatan pemadam kebakaran dan sarana evakuasi; 5) Melakukan pelatihan penggunaan peralatan pemadam dan sarana evakuasi; 6) Melakukan pemeriksaan dan pengujian secara berkala. c. Pembentukan Unit Penanggulangan Kebakaran Di Tempat Kerja : 1) Menghitung jumlah tenaga kerja yang berada di tempat kerja/ perusahaan. 2) Membentuk unit penanggulangan kebakaran, sesuai dengan jumlah tenaga kerja dan tingkat resiko bahaya kebakaran, besar, sedang atau kecil. Setiap
  • 43. 33 25 pekerja minimal ada 2 petugas peran kebakaran, tempat kerja yang mempunyai lebih dari 300 orang atau mempunyai tingkat resiko berat, perlu adanya regu pemadam, tempat kerja yang memiliki 100 orang tenaga kerja perlu dan mempunyai, tingkat resiko bahaya sedang dan besar perlu adanya coordinator penanggulangan kebakaran. 3) Bagi tempat kerja yang mempunyai tingkat resiko besar bahaya kebakaran, maka perlu ada fire safety supervisor. 4. Jelaskan sifat-sifat bahan baku kimia yang ada di laboratorium? Jawab: a. Bahan kimia berbahaya Bahan berbahaya khususnya bahan kimia adalah bahan-bahan yang pada suatu kondisi tertentu dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan, pada setiap tingkat pekerjaan yang dilakukan (penyimpanan, pengangkutan, penggunaan, pembuatan dan pembuangan). Secara umum, bahan-bahan kimia berbahaya dapat dikelompokkan menjadi : b. Bahan kimia mudah meledak Adalah bahan kimia berupa padatan atau cairan, atau campurannya yang sebagai akibat suatu perubahan (reaksi kimia, gesekan, tekanan, panas, atau perubahan lainnya) menjadi bentuk gas yang berlangsung dalam proses yang relative singkat disertai dengan tenaga perusakan yang besar, pelepasan tekanan yang besar serta suara yang keras. c. Bahan kimia mudah terbakar Adalah bahan kimia bila mengalami suatu reaksi oksidasi pada suatu kondisi tertentu, Akan menghasilkan nyala API. Tingkat bahaya dari bahan-bahan ini ditentukan oleh titik bakarnya, makin rendah titik bakar bahan tersebut semakin berbahaya. e. Bahan kimia korosif
  • 44. 34 Adalah bahan kimia meliputi senyawa asam-asam alkali dan bahan-bahan kuat lainnya, yang sering mengakibatkan kerusakan logam-logam bejana atau penyimpan. Senyawa asam alkali dapat menyebabkan luka bakar pada tubuh, merusak mata, merangsang kulit dan system pernafasan. f. Bahan kimia radioaktif Yaitu bahan kimia yang mempunyai kemampuan untuk memancarkan sinar-sinar radioaktif seperti sinar alfa, beta, sinar gamma, sinar netron, dan lain-lain, yang dapat membahayakan tubuh manusia. Suatu bahan kimia dikatakan memiliki sifat berbahaya apabila satu atau lebih dari sifat-sifat bahaya tersebut diatas terdapat didalam bahan kimia tersebut, yang selain mudah meledak, dapat pula menjadi bahan kimia beracun dan meracuni kehidupan. f. Bahan kimia oksidator Bahan kimia oksidator bersifat eksplosif karena sangat reaktif dan tidak stabil, mampu menghasilkan oksigen dalam reaksi atau penguraianya sehingga dapat menimbulkan kebakaran selain ledakan. Bahan oksidator terdiri dari : – Oksidator organik : Permanganat, Perklorat, Dikromat, Hidrogen Peroksida, Periodat, Persulfat. – Peroksida organik : Benzil Peroksida, Asetil Peroksida, Eteroksida, Asam Parasetat. – Peroksida-peroksida organik dapat pula terbentuk pada penyimpanan pelarut organik seperti eter, keton, ester, senyawa-senyawa tidak jenuh dsb yang bersifat eksplosif. Bahan kimia reaktif Adalah bahan kimia yang sangat mudah bereaksi dengan bahan-bahan lainnya, disertai pelepasan panas dan menghasilkan gas-gas yang mudah terbakar atau keracunan, atau korosi. Sifat reaktif dari bahan-bahan kimia dapat dibedakan atas dua jenis : – Reaktif terhadap air, yaitu bahan kimia reaktif yang sangat mudah bereaksi dengan air, mengeluarkan panas dan gas yang mudah terbakar.
  • 45. 35 – Reaktif tehadap asam, yaitu bahan kimia reaktif yang sangat mudah bereaksi dengan asam, menghasilkan panas dan gas yang mudah terbakar atau gas-gas beracun serta bersifat korosif. h. Bahan reaktif terhadap air Beberapa bahan kimia dapat bereaksi hebat dengan air, dapat meledak atau terbakar. Ini disebabkan zat-zat tersebut bereaksi secara eksotermik (mengeluarkan panas) yang besar atau mengeluarkan gas yang mudah terbakar, contoh : – Alkali (Na, K) dan Alkali tanah (Ca) – Logam Halida (Alumunium tibromida) – Oksida logam anhidrat (CaO) – Oksida non logam Halida (Sulfuril Halida) Jelas bahan-bahan tersebut harus jauh dari air atau disimpan ditempat yang kering dan bebas dari kebocoran bila hujan turun, dan bahan reaktif diatas juga reaktif terhadap asam. Selain itu juga terdapat bahan-bahan lain yang dapat bereaksi dengan asam secara hebat. Reaksi yang terjadi adalah reaksi eksotermis atau menghasilkan gas-gas yang mudah terbakar atau eksplosif, contoh : Kalium Klorat/perklorat, Kalium Permanganat, Asam Akromat (Cr₂O₃). i. Gas bertekanan Gas bertekanan telah banyak digunakan dalam industri ataupun laboratorium. Bahaya dari gas tersebut pada dasarnya adalah karena tekanan tinggi dan juga efek yang mungkin juga bersifat racun, aspiksian, korosif, dan mudah terbakar yang diklasifikasikan menjadi:
  • 46. 36 Tabel 7.1 Klasifikasi Gas dan Bahayanya GAS Penggunaan Bahaya Asetilen Gas bakar Mudah terbakar, aspiksian Ammonia Bahan baku pupuk Beracun Etilen Oksida Sterilisasi Beracun dan mudah terbakar Hidrogen Hidrogenasi, gas karier Mudah terbakar dan meledak Nitrogen Gas pencuci, membuat udara inert Aspiksian Klor Klorinasi Beracun, korosif Vinil Klorida Produksi plastic Beracun dan mudah terbakar 5. Bagaimana cara identifikasi bahan kimia di laboratorium? Jawab Bahan-bahan kimia adalah bahan baku yang digunakan dalam proses produksi dan atau proses kerja serta sisa sisa proses produksi dan atau proses kerja. Potensi bahaya kimia yang memungkinkan terjadi di lingkungan kerja akibat penggunaan bahan kimia dalam proses produksi atau proses kerja. Ada dua cara praktis yang dapat digunakan untuk mengenal bahaya bahan kimia di tempat kerja, yakni : a. Membaca Diangram Alir Produksi Dengan melihat secara garis besar tentang diagram alir proses produksi di dalam suatu industri sehingga dapat diketahui di setiap bagian mana saja yang memungkinkna untuk menimbulkan bahaya dan dapat dicegah agar tidak berlanjut ke proses berikutnya. b. Melakukan Survey Bahan – Bahan Kimia di Tempat Kerja Tujuan utama dari kegiatan ini adalah untuk menentukan apakah ada bahaya potensial dari bahan – bahan yang ada di lingkungan kerja. Jadi di dalam survey ini harus mencatat dan melakukan inventarisasi terhadap semua bahan yang
  • 47. 37 digunakan dalam proses produksi itu maupun yang dihasilkan selama proses sampai akhir proses.
  • 48. DAFTAR PUSTAKA Almustofa R. 20014. Pengaruh Lingkungan Kerja, Motivasi Kerja, Disiplin Kerja Terhadap Kinerja Pegawai (Studi Pada Pegawai Perum Bulog Divisi Regional Jakarta). Skripsi. Universitas Diponegoro: Semarang. Agus, Hudoyono J. 2011. Penyakit Akibat Kerja Disebabkan Faktor Fisik. Jurnal Kedokteran Meditek. Vol. 17. No. 43. Januari-April 2011. Universitas Kristen Krida Wacana: Jakarta. Arianto, D. A. N. 2014. Pengaruh Kedisiplinan, Lingkungan Kerja dan Budaya Kerja Terhadap Kinerja Tenaga Pengajar. Jurnla Economia. Vol. 9. No.2. Oktober 2013. Universitas Nahdlatul Ulama: Jepara. Arief, L. M. 2015. Lingkungan Kerja Faktor Kimia dan Biologi. Higiene Industri. Universitas Esa Unggul: Tangerang. Christofora, D. K., Rina Oktaviana, Erna Yuliawati. 2014. Aplikasi Nordic Body Map Untuk Mengurangi Musculoskeletal Disorder Pada Pengrajin Songket. Jurnal Ilmiah Tekno. Universitas Bina Darma, Palembang. Dahlawy, A. D. 2008. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di Area Pengolahan P.T. ANTAM Tbk., Unit Bisinis Pertambangan Emas Pongkor Kabupaten Bogor. Skripsi. Universitas Negeri Syarif Hidayatullah: Jakarta.
  • 49. Grahanintyas, D. Sritomo W., dan Effi L. 2012. Analisa Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Dalam Meningkatkan Produktivitas Kerja (Studi Kasus: Pabrik Teh Wonosari PTPN XII). Jurnal Teknik POMITS. Vol.1.No.1. ITS: Surabaya. Hati, S. W. 2014. Analisa Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada Pembelajaran di Laboratorium Program Studi Teknik Mesi Politeknik Negeri Batam. Prosiding SNE “Pembangunan Manusia Melalui Pendidikan dalam Menghadapi ASEAN Economic Community 2015”. Politeknik Negeri Batam: Riau. Hendri, E. 2015. Pengaruh Lingkugan Kerja Fisik dan Non-fisik Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan pada P.T. Asuransi Wahana Tata Cabang Palembang. Jurnal Media Wahana Ekonomika. Vo.9 No.3, Oktober 2012. Universitas PGRI: Palembang. International Labour Organization. 2013. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Sarana Untuk Produktivitas. SCORE: Jakarta. Muchtaridi. 2015. Keselamatan Kerja di Laboratorium. Universitas Pandjajaran: Bandung. Nigam, N. C., A. K. Maheswari, N. P. Rao. 2011. Safety and Health in Chemical Industry. Indian Farmers Fertiliser Cooperative Ltd., Aonla Unit. Nisa, A. Z., dan Tri Martiana. 2013. Faktor yang Memepengaruhi Keluhan Kelelahan pada Gigi di Laboratorium Gigi Surabaya. The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health. Vol. 2.No. 1. Jan-Jun 2013: 61-66. Universitas Airlangga: Surabaya.
  • 50. Norianggono, Y. C. P. 2014. Pengaruh Lingkungan Kerja Fisik dan Non Fisik Terhadap Kinerja Karyawan: Studi pada P.T. Telkom Area III Jawa-Bali Nusra di Surabaya). Jurnal Administrasi Bisnis. Vol. 8. No.2. Maret 2014. Universitas Brawijaya: Malang. Nuraga, W. Fatma L., L. Meily K.2008. Dermatitis Kontak Pada Pekerjaan yang Terpajan Dengan Bahan Kimia di Perusahaan Industri Otomitif Kawasan Industri Cibitung Jawa Barat. Jurnal MAKARA, Kesehatan. Vol. 12. No. 2. Desember 2008: 63-69. Universitas Indonesia: Depok. Potu, A. 2013. Kepimipinan, Motivasi, dan Lingkungan Kerja Pengaruh Terhadap Kinerja Karyawan pada Kanwil Ditjen Kekayaan Negara Suluttenggo dan Maluku Utara di Manado. Jurnal EMBA. Vol. 1. No.4. Desember 2013. Hal 1208-1218. Universitas Sam Ratulangi: Manado. Putra, E. D. L. 2011. Keracunan Bahan Organik dan Gas di Lingkungan Kerja dan Upaya Pencegahannya. Universitas Negeri Sumatera Utara: Medan. Ramadon, S. Yanti S., dan Desi K. 2013. Pengaruh Lingkungan Kerja Fisik Terhadap Produktivitas Kerja. Universitas Hassanudin:Makassar. Setyanto, R. H., A.A. Subiyanto, dan Wiryanto. 2011. Pengaruh Faktor Lingkungan Fisik Kerja Terhadap Waktu Penyelesaian Pekerjaan (Studi Laboratorium). Jurnal EKOSAIN. Vol. III. No.2, Juli 2011. Universitas Sebelas Maret: Surakarta.
  • 51. Sholihah, Q., Kuncoro Wahyudi, Dan Rahmi Fauziah. 2014. Predisposition Factors Analysis Hygienic And Healthy Behaviour Of Family Order In Lontar Pulau Laut Barat Kotabaru, South Kalimantan, Indonesia. International Journal of Academic Research. Januari 2014. EBSCO Information Service. Sitepu H. K., Buchari, Mangara M. T. 2014. Identifikasi Tingkat Bahaya di Laboratorium Perguruan Tinggi (Studi Kasus Laboratorium di Lingkungan Departemen Teknik Industri Unversitas Sumatera Utara). Simposium Nasional RAPI XIII. ISSN 1412-9612. Unversitas Sumatera Utara: Medan. Tresnaningsih, E. 2015. Kesehatan dan Keselamatan Kerja Laboratorium Analisis Kesehatan. Pusat Kesehatan Kerja. SETJEN DEPKES RI: Jakarta. Widiastuti, R. 2011. Studi Ergonomi Kognitif Untuk Mengetahui Penrunan Produktivitas Kerja Akibat Kenaikan Tingkat Kebisingan. Universitas Sarjanawinata: Yogyakarta. Wignjosoebroto, S., Arief Rahaman,dan Dwi Pramono. 2013. Perancangan Lingklungan Kerja dan Alat Bantu yang Ergonomis untuk Mengurangi Masalah Back Injury dan Tingkat Kecelakaan Kerja pada Departemen Mesin Bubut (Studi Kasus P.T. Atak Indometal Ngingas Waru-Sidoarjo). ITS: Surabaya. Wignjosoebroto, S. 2013. Evaluasi Ergonomis dalam Proses Perancangan Produk. Laboratorium Ergonomis dan Pernacangan Kerja. ITS: Surabaya. Yunanda, M. A. 2013. Pengaruh Lingkungan Kerja Terhadap Kepuasan Kerja dan Kinerja Karyawan (Studi pada Perum Jasa Tirta I Malang Bagian Laboratorium Kualitas Air). Universitas Brawijaya: Malang.
  • 52. INDEKS A Analisa: 10; 32 Ambang Batas: 4; 24; 26; 27. B Bahaya: 5; 13; 14; 18; 19; 23; 24; 25; 26; 27; 32; 33; 34; 35; 36. Biologi: 7; 15; 29; 30. C Cahaya 4; 5; 6; 25. D Dampak: 10; 12; 13. Dermatitis: 13; 14. Disiplin: 15; 21; 22; 23. E Ergonomi: 15; 16; 20; 30; 31. Efisien: 1; 5; 15; 16; 18; 22. Efektivitas: 18; 31. F Faktor Kerja: 16 Faktor Lingkungan Kerja: 2; 3; 8; 9; 10; 11; 13; 17; 18; 22; 29. Fisik dan Non-Fifik: 1; 4; 6; 9; 11; 14; 16; 20; 21; 23; 26; 29; 30. G Gas: 17; 23; 24; 25; 33; 34; 35; 36.
  • 53. H Hipertensi: 6. I Intensitas: 4; 14; 21. Industri: 2; 3; 5; 15; 23; 25; 31; 35; 36. J Janin: 6. Jurnal: 3; 8; 9; 10; 11; 19. K Kimia: 6; 7; 10; 13; 14; 19; 20; 23; 24; 25; 26; 27; 28; 29; 30; 31; 32; 33; 34; 35; 36. Kasus: 2; 5; 9; 27; 32. K3: 1; 2; 3; 9; 10; 11; 18; 29; 30. L Laboratorium: 2; 3; 5; 8; 10; 11; 13; 15; 16; 17; 18; 19; 20; 21; 22; 23; 29; 30; 31; 33; 36. Lingkungan: 1; 2; 3; 4; 5; 6; 7; 8; 9; 10; 11; 12; 13; 15; 17; 18; 19; 21; 22; 23; 29; 30; 31; 32; 36. M Motivasi: 1; 17; 21; 22; 23; 29. N Non-Fisik: 4; 9; 10; 12; 15; 16.
  • 54. O Organisasi: 1; 15; 19; 21. P Psikologi: 1; 7; 9; 11; 16; 22; 29; 30. Psikososial: 16; 17; 19; 29; 30. Persfektif: 23 Q Quality Control: 33. R Risiko: 5; 17; 18. S Sehat: 7; 14; 19; 22; 24; 25; 26. Stress: 13; 20. T Tenaga Kerja: 4; 5; 7; 14; 20; 26; 34. U Usaha: 4; 7; 14. V Value attainment: 16. Virus: 19.