Shock dan Resusitasi Cairan
Akan mendiskusikan tentang
1. Konsep cairan dan elektrolit
2. Terapi cairan
3. Macam-macam shock, penyebab, penanganan dan resusitasi cairan
4. Initial assessment pada kasus shock
5. Contoh kasus
Untuk diskusi tentang slide ini atau ingin komunikasi bisa ke eri_yanuar2004@yahoo.com
Shock dan Resusitasi Cairan
Akan mendiskusikan tentang
1. Konsep cairan dan elektrolit
2. Terapi cairan
3. Macam-macam shock, penyebab, penanganan dan resusitasi cairan
4. Initial assessment pada kasus shock
5. Contoh kasus
Untuk diskusi tentang slide ini atau ingin komunikasi bisa ke eri_yanuar2004@yahoo.com
DIAGNOSA BANDING PENURUNAN KESADARAN MANAJEMEN
Dipresentasikan oleh Jofizal Jannis | Neurologist| National Brain Centre
pada PIT VI IDI Kota Bogor | 10 Nopember 2013
Stase Kepaniteraan Departemen Ilmu Penyakit Saraf (Neurologi)
Universitas Kristen Indonesia
Hanya untuk referensi bukan untuk dicopy paste
Hak cipta penulis langsung
DIAGNOSA BANDING PENURUNAN KESADARAN MANAJEMEN
Dipresentasikan oleh Jofizal Jannis | Neurologist| National Brain Centre
pada PIT VI IDI Kota Bogor | 10 Nopember 2013
Stase Kepaniteraan Departemen Ilmu Penyakit Saraf (Neurologi)
Universitas Kristen Indonesia
Hanya untuk referensi bukan untuk dicopy paste
Hak cipta penulis langsung
Kebutuhan khusus pada permasalahan psikologis.pptx
132976 envenomasi
1.
ENVENOMASI
TBM SPINE, HIPOCRATES EMERGENCY TEAM, TBM Vertex
1. DEFINISI
Envenomasi adalah keracunan yang disebabkan oleh gigitan, sengatan, atau sekret dari
serangga atau anthropoda lainnya, dan atau gigitan ular berbisa. Kebanyakan racun
ditransmisikan melalui gigitan pada kulit, tetapi beberapa racun ada yang diterapkan secara
eksternal, terutama untuk bagian jaringan yang sensitif seperti jaringan yang mengelilingi
mata. Kasus envenomasi merupakan kasus kegawatdaruratan yang perlu penanganan secara
cepat dan tepat.
2. KLASIFIKASI
2.1. Serangan Hewan Tersangka Rabies
a. Definisi
Rabies merupakan penyakit endemik yang terdapat di negara Afrika dan Asia. Rabies
merupakan penyakit infeksi virus akut pada sistem saraf pusat mamalia (manusia) yang
biasanya bersifat fatal dan menginfeksi manusia melalui sekret, cakaran, atau gigitan
hewan yang terinfeksi.
Infeksi didapat dengan masuknya virus lewat luka pada kulit atau mukosa. Paling
sering disebabkan oleh anjing, tapi bisa juga melalui kucing, rubah, kera, rakun, serigala,
kelelawar atau binatang menyusui lainnya yang terinfeksi.
b. Cara penyebaran
Virus rabies ditemukan dalam jumlah banyak pada saliva hewan yang menderita
rabies. Virus ini akan ditularkan ke hewan lain atau ke manusia terutama melalui :
1. Lewat luka gigitan pada kulit atau membran mukosa
2. Jilatan pada luka / kulit yang tidak utuh
3. Jilatan pada selaput mukosa yang utuh
4. Menghirup udara yang tercemar virus rabies (inhalasi), seperti goa kelelawar
2.
5. Dari donor kornea penderita rabies
6. Kecelakaan kerja di laboratorium / akibat vaksinasi rabies yang masih hidup
Masa inkubasi dari virus rabies ini selama 1 minggu atau lebih, pada umumnya 1
bulan.
c. Tanda-tanda penyakit rabies pada hewan :
1. Bertingkah laku aneh, kadang-kadang muram, sedih, gelisah, atau mudah marah
2. Mulutnya berbusa, tidak dapat makan atau minum
3. Kadang-kadang binatang jadi liar (gila) dan dapat menggigit setiap manusia/binatang
lain disekitarnya (agresif)
4. 2-4 hari setelah gejala pertama terjadi kelumpuhan, dan mati dalam waktu 5-7 hari
d. Gambaran klinis rabies
Fase Lamanya Gejala dan tanda
Prodromal 2-10 hari Demam, nyeri kepala,
letargi, anoreksia, mual,
muntah, malaise,
parestesia, agitasi,
ansietas, depresi
Neurologik akut 2-7 hari Halusinasi, bingung,
delirium, tingkah laku
aneh, disfagia, afasia,
hiperaktif, hiperventilasi,
aerofobia, hipoksia,
respon berlebihan
terhadap rangsangan suara
dan cahaya yang
mendadak, hidrofobia,
hipersalivasi, serangan
konvulsi, sindroma
abnormalitas ADH
3.
Kelumpuhan 0-14 hari Hipoventilasi, apnea,
henti nafas, hipotensi,
aritmia jantung, henti
jantung
d. Penatalaksanaan
1. Di lapangan
ü Luka gigitan harus segera dicuci dengan sabun atau detergen dengan air mengalir
selama 5-10 menit
ü Debridement luka
ü Berikan desinfektan seperti alcohol 40-70%, tinktura yodii, atau larutan ephiran
0,1%
2. Di Rumah Sakit
• Vaksinasi
Pada luka gigitan yang ringan pemberian vaksin saja sudah cukup tetapi pada semua
kasus gigitan yang parah dan semua gigitan binatang liar yang biasanya menjadi
vektor rabies, kombinasi vaksin dan serum anti rabies (SAR) adalah yang paling ideal
dan memberikan proteksi yang jauh lebih baik dibandingkan dengan vaksin saja.
ü VAR (Vaksin Anti Rabies)
Vaksinasi pre-exposure
Untuk menghindari infeksi virus rabies, disamping pemberian VAR setelah
mendapatkan gigitan hewan tersangka rabies.
Vaksinasi post-exposure
Neutralizing antibody terhadap virus rabies dapat segera terbentuk dalam serum
setelah masuknya virus ke dalam tubuh dan sebaiknya terdapat dalam titer yang
cukup tinggi selama setahun sehubungan dengan panjangnya masa inkubasi
penyakit. Ada dua tipe vaksin anti rabies (VAR) yaitu : Nerve Tissue Vaksin
(NTV) yang berasal dari otak hewan dewasa, Non Nerve Tissue Vaccine yang
berasal dari telur itik bertunas (Duuuck embryo Vaccine = DEV) dan vaksin yang
4.
berasal dari jaringan Human Diploid Cell Vaccine (HDCV) dan Purified Vero Cell
Rabies Vaccine (PVRV).
Pada luka gigitan yang ringan pemberian vaksin saja sudah cukup tetapi pada
semua kasus gigitan yang parah dan semua gigitan binatang liar yang biasanya
menjadi vector rabies, kombinasi vaksin dan serum anti rabies (SAR) adalah yang
paling ideal dan memberikan proteksi yang jauh lebih baik dibandingkan dengan
vaksin saja.
ü SAR (Serum Anti Rabies)
SAR dapat digolongkan dalam golongan serum homolog yang berasal dari manusia
(Human Rabies Immune Globulin = HRIG) dan serum heterolog yang berasal dari
hewan. Pada luka gigitan yang parah, gigitan di daerah leher ke atas, pada jari
tangan dan genitalia diberikan SAR 20 UI/ KgBB dosis tunggal, setengahnya
diinjeksi ke dalam dan sekitar luka, sisanya diberikan secara IM
Alur penatalaksanaan kasus gigitan hewan tersangka rabies
3. P
e
r
a
w
a
t
5.
ü Perawatan Rabies
a. Infiltrasi serum anti rabies dengan dosis 40 IV/kg BB yaitu 5 ml di sekitar luka
b. ½ dosis suntikan antibodi pada luka dan ½ dosis lagi disuntikkan pada otot, biasanya pada
paha
c. Jenis Vaksin Rabies :
6.
Vaksin SMBV, dosisnya 2cc, Sc 7x sebagai dasar dan 2 x 0,25 ml sebagai booster.
Vaksin HDCV atau RVA dengan dosis pertama 1cc IM dan selanjutnya hari ke 3,7,14, dan
28, pada orang dewasa diberikan pada otot deltoid dan pada anak-anak pada paha
anterolateral.
iv. Anti Tetanus Serum
ü Penanganan pada hewan
i. Diserahkan pada dinas peternakan/dokter hewan untuk diobservasi
lebih kurang 10 hari
ii. Pemeriksaan air liur
iii.Pemeriksaan patologi jaringan otak ( badan negri )
Bila dalam 10 hari menunjukkan tanda-tanda menderita rabies maka
hewan tersebut dibunuh, kemudian jaringan otaknya dikirim ke
laboratorium untuk memeriksa antigen rabies.
iv. Jika binatang tidak tertangkap, perkirakan adanya wabah
2.2. Gigitan Ular
i. a. Klasifikasi ular
Ular Berbisa Ular Tidak Berbisa
1. Bentuk kepala segitiga
2. Dua gigi taring besar di rahang atas
1. Bentuk kepala segiempat panjang
2. Gigi kecil
7.
3. Dua luka gigitan utama akibat gigi
taring yang berbisa
4. Ada lekukan (lubang) diantara mata
dan lubang hidungnya
5. Mata sipit (bentuk elips)
6. Mengeluarkan bunyi gemeretak
dengan menggetarkan cincin pada
ujung ekornya
7. Memiliki lapisan bewarna keputihan
di dalam mulutnya
8. Memiliki cincin merah, kuning, dan
hitam sepanjang tubuhnya
3. Luka halus di sepanjang lengkungan bekas
gigitan (bentuk U)
Famili Contoh Spesies di Indonesia Keterangan
Elapidae Cobra,King Bungarus candidus Kepala kecil dan
8.
cobra,Kraits,ular
batu karang,ular
australia, serta ular
laut
(sumatra dan jawa),
Naja sputarix (jawa
dan kepulauan
sunda), Naja
sumatrana(sumatra
dan kalimantan),
Acanthrophis laevis
(papua dan maluku)
bulat, dengan pupil
bulat dan taring
lebih kecil(1-
3mm). Beberapa
jenis cobra dapat
menyemburkan
bisa dari jarak 1
meter atau lebih ke
arah mata sang
target
Viperidae Terdiri dari 2 sub
familia :
a. Viperinae
b. Pit vipers
(crotaline)
Calloselasma
rhodostoma (jawa),
Cryptelytrops
albolabris, Daboia
siamensis
Kepala berbentuk
triangular, pupil
mata elips, serta
terdapat lubang
diantara hidung
dan mata. Ular pit
vipers memiliki
taring yang cukup
panjang (3-4mm),
serta mampu
mendeteksi mangsa
berdarah panas.
9.
b. Jenis – jenis ular
1. King Cobra
Nama latin : Ophiopagus hannah
Penyebaran : Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi
Ukuran dewasa : 200 - 550 cm
Habitat : Hutan tropis, padang rumput, dataran rendah, sampai pada Ketinggian
1800mdpl
Jenis bisa : Postsynaptic Neurotoxin
Efek klinis : Terkena bisa 80% (20% dry bite) berpotensi mematikan. Tingkat
kematian sekitar 70% - 85%.
2. Cobra
Nama latin : Naja sputatrix
10.
Penyebaran : Jawa
Ukuran dewasa : 130 - 185 cm
Habitat : Hutan tropis, sawah, sungai, padang rumput terbuka.
Jenis bisa : Postsynaptic neurotoxin
Efek klinis : Terkena bisa 80% (20% dry bite) berpotensi mematikan. Tingkat
kematian sekitar 40% - 60%.
3. Weling
Nama latin : Bungarus candidus
Penyebaran : Jawa, Sumatra, Bali, Sulawesi.
Ukuran dewasa : 80 - 160 cm
Habitat : Dataran rendah, sawah, perbukitan sampai pd ketinggian 1600m dpl.
Jenis bisa : Neurotoxin
Efek klinis : Kemungkinan terkena bisa sangat besar dan berpotensi mematikan.
Tingkat kematian 60% - 80%.
11.
4. Welang
Nama latin : Bungarus fasciatus
Penyebaran : Sumatra, Jawa dan Kalimantan.
Ukuran dewasa : 110 - 213 cm
Habitat : Hutan bakau, persawahan, perkebunan karet,atau di sekitar permukiaman
penduduk.
Jenis bisa : Neurotoxin
Efek klinis : Kemungkinan terkena bisa sangat besar dan berpotensi mematikan.
Tingkat kematian sekitar 60% - 80%.
5. Malayan Pit Viper
Nama latin : Calloselasma rhodostoma
Penyebaran : Pulau jawa
12.
Ukuran dewasa : 50 - 110 cm
Habitat : Hutan bambu, hutan karet, lahan perkebunan, dan sekitar persawahan.
Jenis bisa : Hemotoxin
Efek klinis : Terkena bisa 60% - 80% berpotensi mematikan. Tingkat kematian
sekitar 45% - 70%.
6. Vipera Russelii
Nama latin : Daboia russelii siamensis
Penyebaran : Jawa Timur, dan NTT (P. Ende, P. Flores, P. Komodo, P. Lomblen)
Ukuran dewasa : 100 - 150 cm. Jantan lebih besar dari betina.
Habitat : Arboreal. Ladang pertanian, persawahan, daerah bebatuan, atau padang
rumput pd ketinggian sampai 2000 dpl
Jenis bisa : Hemotoxin
Efek klinis : Jika terkena bisa 80% (20% dry bite) berpotensi mematikan. Tingkat
kematian sekitar 60% - 80%.
13.
7. White Lipped Pit Viper
Nama latin : Trimeresurus albolabris
Penyebaran : P.Sumatra, P.Kalimantan, P. Sulawesi, P.Jawa,P. Madura, P.Lombok,
P. Sumbawa, P. Komodo, Flores, Sumba, P. Roti, Timor, Kisar, Wetar.
Ukuran dewasa : 40 - 100 cm
Habitat : Arboreal. Hutan bambu, semak belukar dengan pepohonan kecil tidak jauh
dari sungai atau kali kecil.
Jenis bisa : Hemotoxin
Efek klinis : Jika terkena bisa tidak di ketahui namun berpotensi mematikan. Tingkat
kematian sekitar 40% - 70%.
8. Wagler's Pit Viper
Nama latin : Tropidolaemus wagleri
14.
Penyebaran : Sumatra, Mentawi, Nias, Kepulauan Riau , Billiton, Bangka, Natuna,
Kalimantan, Karimata, Buton, Sulawesi.
Ukuran dewasa : 80 - 135 cm
Habitat : Arboreal. Dapat di temukan di hutan hujan pd ketinggian sampai 1200 dpl.
Jenis bisa : Hemotoxin
Efek klinis : Jika terkena bisa tidak diketahui namun berpotensi mematikan. Tingkat
kematian sekitar 40% - 70%.
9. Flat Nosed Pit Viper
Nama latin : Trimeresurus puniceus
Penyebaran : Jawa, Sumatra, Simalur, Mentawai, Kepulauan Natuna.
Ukuran dewasa : 50 - 90 cm
Habitat : Arboreal. Dataran rendah hutan hujan sampai ketingian 1450 m dpl.
Jenis bisa : Hemotoxin
Efek klinis : belum diketahui. berpotensi mematian.
15.
10. Insularis
Nama latin : Trimeresurus insularis
Penyebaran : Adonara, Alor, Bali, Flores, Komodo, Lombok, Padar, Rinca, Romang,
Roti, Sumba, Sumbawa, Timor, Wetar.
Ukuran dewasa : 40 - 70 cm
Habitat : Arboreal, Hutan hujan.
Jenis bisa : Hemotoxin
Efek klinis : Belum diketahui. Tingkat kematian karena tdk tertangani sekitar 40% -
75%.
c. Gejala klinis
Gejala dan tanda gigitan ular berbisa dapat dibagi menjadi beberapa kategori:
1. Efek lokal
Rasa sakit dan pelunakan di daerah gigitan luka dapat membengkak hebat dan dapat
berdarah serta melepuh
2. Perdarahan
Korban dapat berdarah dari luka gigtan atau berdarah spontan dari luka yang lama.
Perdarahan yang tidak terkontrol dapat menyebabkan syok atau bahkan kematian
3. Efek sistem syaraf
Bisa ular dapat bereaksi menghentikan otot-otot pernafasan. Gejala awalnya korban
dapat menderita masalah visual, kesulitan bicara, bernafas, dan kesemutan.
16.
4. Kematian otot
Jaringan parut dapat menyebabkan penyumbatan ginjal, yang mencoba menyaring
protein. Hal ini dapat menyebabkan gagal ginjal.
5. Mata
Semburan bisa ular kobra dapat secara tepat mengenai mata korban, menghasilkan
sakit dan kerusakan, bahkan kebutaan sementara pada mata.
d. Klasififkasi gigitan ular berbisa
1. Derajat 0
ü Bekas gigitan satu/ banyak dan datar
ü Tidak nyeri
ü Eritema minimal
ü Tanpa gejala sistemik 12 jam pertama
2. Derajat 1
ü Didapatkan bekas taring
ü Nyeri dan eritema sampai 12 jam pertama
ü Oedema 1-5 cm sekitar gigitan
3. Derajat 2
ü Tampak bekas taring
ü Nyeri berat
ü Edema dan eritema 6-12 jam pertama dan meluas ± gejala sistemik mual,
neurotosik, dan syok
4. Derajat 3
ü Derajat 2 + gejala sistemik hipotensi, petekiae, ekimosis, dan syok
5. Derajat 4
ü Derajat 3 dengan multiple organ failure seperti gagal ginjal, koma, sputum
berdarah, edema distal dari gigitan.
17.
Derajat Venerasi Luka gigit Nyeri Edema/eritema Tanda sistemik
0 0 + +/- <3cm/12jam 0
I +/- + + 3-12cm/12jam 0
II + + +++ >12-
25cm/12jam
+
Neurotoksik,mual,
pusing,syok
III + + +++ >25cm/12jam ++
Syok,petekia,
Ekimosis
IV + + +++ >ekstremitas ++
GG(gagal ginjal),
Koma,perdarahan
e. Penatalaksanaan
1. Di lapangan
ü Cek ABC
ü Tenangkan korban yang cemasRendahkan dari jantung
ü Inspeksi area gigitan : cari tanda gigitan taring (fang marks), edema, eritema, nyeri
lokal, perdarahan, memar, dan nekrosis jaringan (terutama akibat ggitan ular dari
familia vipiridae)
ü Buka semua perhiasan atau aksesoris yang dapat menimbulkan terjadinya
hambatan pada aliran pembuluh darah
ü Lakukan PBI (pressure bandage immobilitation)
i. Tujuan: mencegah pergerakan dan kontraksi otot yang dapat meningkatkan
penyebaran bisa ke dalam aliran darah dan getah bening.
ii. Teknik :
Bersihkan area gigitan dengan air steril
Gunakan perban kasar elastis (lebar ±10-15 cm), lakukan pembebata di area
gigitan mulai dari distal (jari kaki) ke bagian proksimal sampai meutupi seluruh
tungkai
18.
Periksa neurovaskularisasi pada bagian yang di bebat untuk menghindari
hambatan aliran darah
Posisikan daerah yang tergigit tetap berada di bawah jantung untuk mengurangi
aliran darah
Jangan lepas perban sebelum ke tempat pelayanan medis
Jaga stabilisasi jalan nafas, fungsi pernafasan, sirkulasi
ü Lakukan resusitasi bila ditemukan hipotensi berat dan shock, shock perdarahan,
kelumpuhan saraf pernafasan, nekrosis lokal, dan kondisi buruk lainnya
ü Segera bawa korban ke rumah sakit
ü Yang harus dihindari
i. NO suction and NO incisions
ii. NO ice directly on wound
iii. NO tourniquet
iv. NO alcohol on wound
v. NO electric shock or folk remedies
vi. NO antihistamin and corticosteroid
2. Di rumah sakit
Pemberian obat-obat untuk gigitan ular berbisa
ü Infus, NaCl, plasma/darah
ü Penyuntikan serum Anti Bisa Ular (ABU) IV/ intra arteri, dapat diulangi sesuai
keparahan gigitan dan gejala klinis, contoh: 3-5 vial diberikan IV drips dalam
500cc NaCl 0,9%/ Dextrose 5% dapat ditambahkan menjadi 6-8 ampul
ü Pemberian fibrinogen
ü Pemberian kortikosteroid
ü Pemberian adrenalin 0,5 IM dan hidrokortison 100 mg IV, bila ada tanda-tanda
laringospasme, urtikaria, hipotensi
ü Pemberian antibiotik spektrum luas dan vaksinasi tetanus
20.
2.3 Gigitan Serangga
Korban oleh gigitan serangga biasanya ringan dan tak banyak bahayanya. Dasar timbul
reaksi dari penderita adalah suatu reaksi alergi. Reaksi ini bermacam-macam dan sangat
tergantung kepada individu. Bukan saja bisanya tetapi komponen serangga itu sendiri
bersifat alergen. Kematian disebabkan reaksi anafilaktis dan timbulnya akibat sengatan.
a. Gejala Klinik
Reaksi hebat yang terjadi bukan karena bisanya tetapi reaksi hipersensitivitas
terhadap protein asing. Dari bentuk urtikaria sampai reaksi alergi kronik yang muncul
hebat dengan reaksi anafiaksis dan didahului oleh reaksi setempat berupa kemerahan,
bengkak, rasa terbakar, nyeri, enek, muntah, trismus, laringospasme, konvulsi, dan
kesadaran menurun.
Sifat bisa dari serangga : Warna jernih seperti air, larut dalam air dan asam, tak
dapat larut dalam alkohol, rasa tajam, neurotoksik, hemoraghia dan hemolitik,
mengandung unsur-unsur hiphonidhae, fosfolise A dan histamin
b. Penatalaksanaan
1. Berantas anafilaksis dengan epinefrin IM/SC
2. Lanjutkan simpatomimetik
3. Infus
4. Antihistamin dan kortikosteroid
5. Imunisasi dengan antigen (desesitisasi)
c. Sengatan Tawon
21.
Pada orang yang tak sensitif hanya mengeluh sakit setempat, bengkak, kemerahan.
Pertolongan pertama:
1. Kompres es
2. Berikan krem yang mengandung soda disekitar sengatan
Gejala Klinik
Berupa gatal-gatal dan kemerahan yang berat berupa syok sebagai reaksi histamin
Penatalaksanaan
1. Atasi anafilaksis dengan epinefrin IM/SC
2. Lanjutkan simpatomimetik
3. Infus NaCl 0,5%
4. Antihistamin/kortikosteroid/beta adregenik untuk urtikaria
5. Imunisasi dengan antigen (desentisasi)
22.
Algoritma
2.4 Gigitan Kalajengking
a. Gejala klinis
1. Nyeri lokal meluas dengan cepat
2. Hiperestesia berlanjut menjadi hipostesia
3. Timbul rasa gatal pada hidung, mulut dan kerongkongan, lidah terasa tebal,
trismus,ontinensia, berbuih, salivasi, hipersalivasi, laringospasme, kejang.
4. Bila korban mampu melewati masa kritis yaitu 3 jam pertama maka prognosis baik
Korban
ditemukan
Periksa
ABC
Sadar/stabil
Tidak
sadar/tidak
stabil
RKP
Sadar/stabil
Terlihat
:
Dari
bentuk
urtikaria
sampai
reaksi
alergi
kronik
yang
muncul
hebat
dengan
reaksi
anafilaksis
dan
didahului
oleh
reaksi
setempat
berupa
kemerahan,
bengkak,
rasa
terbakar,
nyeri,
enek,
muntah,
trimus,
laringospasme,
konvulsi,
dan
kesadaran
menurun
Penatalaksanaan:
1. atasi
anafilaksis
dengan
epinefrin
IM/SC
2. Lanjutkan
simpatomimetik
3. Infus
NaCl
0,5%
4. Antihistamin/kortikosteroid/beta
adregenik
untuk
urtikaria
5. Imunisasi
dengan
antigen
(desentisasi)
23.
Ketemu
korban
Periksa
ABC
Sadar/stabil
Tidak
sadar/tidak
stabil
RKP
Sadar/stabil
Tenangkan
korban
Pasang
torniquet
Eksisi
tempat
sengatan
Kompres
es
Injeksi
emetin
HCl
1
gr
dalam
1
ml
larutan
NaCl
0,9%
didekat
sengatan
sebagai
anti
bisa
Pemberian
obat-‐obatan
lain:
- Prednison
3x1
- Antihistamin-‐-‐-‐interhistin
- As.
Mefenamat
- Topical:
hidrokortisol
cream
b. Penatalaksanaan
1. Pemasangan tormiquet diproksimal sengatan
2. Eksisi tempat sengatan
3. Kompres es
4. Injeksi emetin HCl 1 gram dalam 1 ml larutan NaCl 0,9% didekat sengatan sebagai
antagonis terhadap racun kalajengking sebagai anti bisa
c. Algoritma
24.
2.5 Gigitan Laba-Laba
a. Gejala klinis
1. Gigitan pada ektremitas inferior menyebabkan nyeri abdomen dan rigiditas mirip
peritonitis
2. Gigitan pada ekstremitas superior menyebabkan nyeri dada, retensi urin, mual, muntah,
keringat dingin, vertigo, insomnis, priapisme (ereksi penis yang terus-menerus)
b. Tatalaksana
1. Suntikan 10% calcium gluconat, 10 ml yang disuntikkan IV dengan perlahan-lahan
2. Diazepam untuk serangan kejang
ü dewasa : mulai dari 5-10 mg
ü anak-anak : mulai lebih sedikit dari 5 mg
25.
c. Algoritma
Ketemu
korban
Periksa
ABC
Sadar/stabil
Tidak
sadar/tidak
stabil
RKP
Sadar/stabil
Terlihat
(
gradasi
reaksi
)
1. reaksi
ringan
:
urtikaria,
malaise,
gelisah
lebih
kurang
24’
2. reaksi
sedang
:
edema
anasarka,
sesak
nafas,
wheezing,
nyeri
perut,
enek-‐enek,
muntah
3. reaksi
berat
:
reaksi
diikuti
sesak
hebat
diafragma,
suara
serak,
pelo,
tidak
sadar
4. reaksi
syok
:
salah
satu
gejala
diatas
diikuti
dengan
sianosis,
tensi
turun,
tidak
sadar
Cabut
sungut
yang
menempel
(
tidak
menekan
daerah
yang
disengat
)
Kompres
es
Berikan
cream
yang
mengandung
soda
disekitar
sengatan
Rumah
sakit
dan
pemberian
obat-‐obatan:
- Antihistamin
(
interhistin/CTM
)
- Kortikosteroid
(
prednison
)
26.
2.6 Gigitan Binatang Laut
a. Ubur-ubur dan Jelatang
Gejala:
Bisa biasanya hanya menyebabkan gatal dan edema lokal, hiperemis. Reaksi
anafilaksis terjadi bila jumlah serangan banyak. Gejala dapat berupa oksilasi tekanan
arah, kegagalan pernafasan dan kardiovaskuler.
Pengobatan
1. Resusitasi
2. Torniquet
3. Lokal: air panas, alkohol
4. Obat-obatan: narkotik, anestesi lokal, kortison cream
Prognosa
Baik bila masa 10 menit dilewati setelah keracunan
Algoritma penatalaksanaan luka akibat gigitan ubur-ubur dan jelatang
Ketemu
korban
Periksa
ABC
Sadar/stabil
Tidak
sadar/tidak
stabil
RKP
Sadar/stabil
Terlihat
:
gatal,
oedem
local,
hipersensitivitas
Pasang
torniquet
Berikan
air
panas/betadine
Rumah
sakit
dan
pemberian
obat-‐
obatan:
analgesik,
antihistamin
27.
b. Gurita
Bisa dari gurita berasal dari sekret ludah yang mengandung hyalurudinase dan
neurotoksin yang bersifat blokade pada neuromuskular.
Gejala Klinis
1. Bekas gigitan tidak sakit, hanya bengkak dengan cairan serohemoragis
2. Beberapa menit kemudian muncul gejala keracunan dengan bentuk paralise otot-
otot termasuk otot pernafasan kadang-kadang diikuti dengan enek, muntah,
hipotensi, dan bradikardi. Gejala ini biasanya berakhir setelah beberapa jam.
Tatalaksana
1. Luka gigitan dicuci
2. Jalan nafas dipertahankan kalau perlu di resusitasi
3. Simptomatis
Algoritma pada gigitan gurita
NB: tidak ada antibisa spesifik
Ketemu
korban
Periksa
ABC
Sadar/stabil
Tidak
sadar/tidak
stabil
RKP
Sadar/stabil
Terlihat
:
gejal
sistemik,
paralise
otot,
hipotensi,
mual,
muntah,
gejala
keracunan
Luka
dicuci
immobilisasi
Larikan
ke
RS
28.
c. Ikan Pari Dan Ikan Singa
Ikan pari berbahaya karena sabetan ekornya yang bergerigi 2 baris pada sisi dorsal,
racun dihasilkan oleh sel sekretoris integumen yang menutup alur ventrolateral yang
biasanya rusak pada waktu duri menancap pada korban. Ikan singa yang terdiri dari
beberapa jenis megeluarkan racun dari 12-13 sirip dorsal, 3 sirip anal, dan sepasang sirip
panggul.
Gejala dan tanda
Umumnya menunjukkan tanda keracunan hebat yang timbul bila tusukan mencapai
5 atau 6 tempat. Dapat berupa sinkop, rasa lemah, mual, muntah, berkeringat, fasikulasi,
kejang-kejang otot. Syok primer dan sekunder sampai koma fatal dapat terjadi pada
sengatan ikan pari.
Umumnya sengatan ikan beracun berakibat sama dengan gigitan ular berbisa, yaitu
nyeri hebat yang tak sebanding dengan berat lukanya.
Nyeri menjalar mencapai puncak dalam 90 menit jika tidak ditolong dapat
langsung dapat berlangsung sampai 10 jam, gigitan ikan singa berbentuk berbentuk luka
tusuk dengan tepi membengkak berwarna kemerahan.
Tatalaksana
1. Lokal
ü Luka dicuci dengan air garam dan kulit yang teracun dibersihkan
ü Luka direndam dengan air panas hangat kuku karena toksin rusak dengan suhu
tinggi
ü Dapat ditambahkan dengan asam encer, amoniak, atau MgSO4
2. Sistemik
ü ATS/ toksoid
ü Diazepam
ü Atropin
ü Antibiotik
29.
Algoritma pada gigitan ikan pari dan ikan singa
d. Bulu Babi
Bulu babi berbahaya karena duri primer dan sekunder yang panjang dan mudah patah
jika disentuh kaki dan terinjak. Duri sekunder berakhir pada kelenjar racun yang
memuntahkan produknya lewat lubang pada ujung duri. Bulu babi juga punya organ
penjepit (pedicelariae) diantara duri. Tertusuk pedicelariae agak lebih berat sampai
menyebabkan nyeri. Bengkak, mual dan sinkop.
Tatalaksana
Ujung duri yang tertinggal harus dikeluarkan secepat mungkin. Pengeluaran duri
dicoba dengan merenadam luka dengan cairan cuka selama 1 jam. Kemudian selama
30 menit 4 kali sehari untuk 3 hari berturut-turut.
Ketemu
korban
Periksa
ABC
Sadar/stabil
Tidak
sadar/tidak
stabil
Luka
dicuci
dengan
air
garam
dan
robekan
kulit
yang
teracuni
dibersihkan
RKP
Sadar/stabil
Luka
direndam
dalam
air
panas
dengan
suhu
tertinggi
yang
tidak
menimbulkan
luka
bakar
Pada
air
perendam
tambahkan
asam
encer,
amoniak/
magnesium
sulfat
-‐berikan
serum
antitetanus
-‐kombinasi
atropine
dan
diazepam
untuk
atasi
mual
dan
kejang
30.
Algoritma pada luka gigitan bulu babi
Ketemu
korban
Periksa
ABC
Sadar/stabil
Tidak
sadar/tidak
stabil
Ujung
duri
yang
tertinggal
harus
dikeluarkan
secepat
mungkin
Rendam
luka
dalam
cairan
cuka
selama
1
jam,
kemudian
selama
30
menit
4x
sehari
untuk
3
hari
berturut-‐turut
RKP
Sadar/stabil
31.
DAFTAR PUSTAKA
1. Buku Materi Diklat Medis, KAT dan Pengabdian masyarakat Hippocrates Emergency Team Angkatan
XXV
2. Depkes. Flow Chart Penatalaksanaan Kasus Gigitan Hewan Tersangka Rabies.
http://www.Depkes.go.id . Diunduh tanggal 25 november 2016 pukul 22.10
3. Kapita selekta kedokteran edisi 4 jilid 2 Bab Kegawat Daruratan Penyakit Dalam hal 848
disusun oleh chris Tanto