SlideShare a Scribd company logo
MAKALAH
“Pentingnya Kode Etik Humas Bagi Seorang Profesional Humas”
Ditujukan Untuk Memenuhi Syarat Ujian Khusus Mata Kuliah Etika Profesi Humas
Disusun oleh:
Resha Noor Puji
142050319
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
JURUSAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS PASUNDAN BANDUNG
2019
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, penulis
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah etika profesi
humas dengan baik.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam penulisan makalah ini,
oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan kritik, dan saran yang membangun agar penulis
bisa memperbaiki kekurangan dan kesalahan dalam pembuatan dan penulisan makalah.
Semoga makalah ini bisa berguna dan bermanfaat bagi para pembaca pada umumnya dan
khususnya bagi penulis sendiri.
Bandung, 29 Januari 2019
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
PR (public relations) atau humas merupakan suatu profesi, dimana fungsi dan
kegunaanya di terapkan pada organisasi pemerintahan maupun swasta. Humas atau
hubungan masyarakat adalah seni menciptakan pengertian publik yang lebih baik
sehingga dapat memperdalam kepercayaan publik terhadap suatu individu atau
organisasi. sebagai profesi, humas atau PR mempunyai etika yang harus di terapkan dan
dijalankan.
Dalam hal ini yang dimaksud dengan Humas (Public Relations) menurut Frank
Jefkins adalah sesuatu yang merangkum keseluruhan komunikasi yang terencana baik
kedalam maupun keluar antara suatu organisasi dengan semua khalayak dalam rangka
mencapai tujuan-tujuan spesifik yang berlandaskan pada saling pengertian.
Etika merupakan cabang dari filsafat dimana mempelajari pandangan-pandangan
dan persoalan-persoalan yang berhubungan dengan masalah kesusilaan yang kadang-
kadang orang memakai dengan istilah filsafat etika, filsafat moral, filsafat susila.etika
ilmu yang mempelajari apa yang benar dan apa yang salah, fungsi praktis dari etika
adalah memberikan pertimbangan dalam berprilaku. Tujuan mempelajari etika, untuk
mendapatkan konsep yang sama mengenai penilaian baik dan buruk bagi semua manusia
dalam ruang dan waktu tertentu pengertian baik sesuatu hal dikatakan baik bila ia
mendatangkan rahmat, dan memberikan perasaan senang, atau bahagia (Sesuatu
dikatakan baik bila ia dihargai secara positif) Pengertian buruk segala yang tercela.
Perbuatan buruk berarti perbuatan yang bertentangan dengan norma-norma masyarakat
yang berlaku.
Akan tetapi pada kenyataanya tidak semua praktisi humas professional
menerapkan etika dalam menjalankan profesi kehumasanya. karena kurang menyadari
atau bahkan kurang perduli,betapa pentingnya etika profesi dalam menjalankan profesi
kehumasanya.maka dari itu makalah ini di buat dengan harapan dapat mengetahui
pentingnya etika profesi dalam dunia kehumasan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa Definisi Etika?
2. Bagaimana Pendapat Para Pakar Atau Ilmuan Tentang Etika?
3. Bagaimana Etika Dalam Kehumasan?
4. Apa Jenis Dan Kegunaan Etika?
5. Apa Definisi Kode Etik?
6. Fungsi Kode Etik Dalam Kehumasan?
7. Apa Pentingnya Kode Etik Humas Bagi Seorang Profesional Humas?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui lebih dalam terkait definisi Etika.
2. Untuk mengetahui lebih dalam terkait Pendapat Para Pakar Atau Ilmuan Tentang
Etika.
3. Untuk mengetahui lebih dalam terkait Etika Dalam Kehumasan.
4. Untuk mengetahui lebih dalam terkait Jenis Dan Kegunaan Etika.
5. Untuk mengetahui lebih dalam terkait definisi Kode Etik Humas.
6. Untuk mengetahui lebih dalam terkait fungsi Kode Etik Kehumasan.
7. Untuk mengetahui arti pentingnya kode etik Humas bagi seorang Profesional Humas.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Untuk menambah pengetahuan terkait definisi Etika.
2. Untuk menambah pengetahuan terkait Pendapat Para Pakar Atau Ilmuan Tentang
Etika.
3. Untuk menambah pengetahuan terkait Etika Dalam Kehumasan.
4. Untuk menambah pengetahuan terkait Jenis dan Kegunaan Etika.
5. Untuk menambah pengetahuan terkait definisi Kode Etik Humas.
6. Untuk menambah pengetahuan terkait fungsi Kode Etik Kehumasan.
7. Untuk menambah pengetahuan terkait Arti Pentingnya Kode Etik Humas Bagi
Seorang Profesional Humas.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Etika
Pengertian etika (etimologi) berasal dari bahasa Yunani, yaitu ethos yang berarti
watak kesusilaan atau adat kebiasaan (custom). Etika biasanya berkaitan erat dengan
perkataan moral yang merupakan istilah dari bahasa Latin, yaitu mos dan dalam bentuk
jamaknya mores, yang berarti juga adat kebiasaan atau cara hidup seseorang dengan
melakukan perbuatan yang baik (kesusilaan) dan menghindari hal-hal tindakan yang
buruk. Etika dan moral hampir sama pengertiannya, tetapi dalam kegiatan sehari-hari
terdapat perbedaan. Moral atau moralitas digunakan untuk penilaian perbuatan yang
dilakukan, sedangkan etika digunakan untuk pengkajian sistem nilai-nilai yang berlaku.
Istilah lain yang identik dengan etika adalah sebagai berikut:
A. Susila (Sanskerta), lebih menunjukkan dasar-dasar, prinsip, aturan hidup (sila)
yang lebih baik (su).
B. Akhlak (Arab), berarti moral, dan etika berarti ilmu akhlak.
Filsuf Aristoteles dalam bukunya Etika Nikomacheia menjelaskan tentang
pembahasan etika sebagai berikut:
1. Terminius Techicus Pengertian etika dalam hal ini, etika dipelajari untuk ilmu
pengetahuan yang mempelajari masalah perbuatan atau tindakan manusia.
2. Manner dan Custom Membahas etika yang berkaitan dengan tata cara dan
kebiasaan (adat) yang melekat dalam kodrat manusia (Inherent in human nature)
yang terikat dengan pengertian "baik dan buruk" suatu tingkah laku atau perbuatan
manusia.
Sesungguhnya Etika tersebut merupakan studi tentang “benar atau salah” dalam
tingkah laku atau perilaku manusia (Right or wrong in human conduct). Pengertian etika
menurut beberapa pengamat, tokoh masyarakat, atau filsuf yaitu pendapat dari. I.R.
Poedjawijatna, dalam bukunya Etika, mengemukakan bahwa etika merupakan cabang
dari filsafat. Etika mencari kebenaran dan sebagai filsafat ia mencari keterangan benar
yang sedalam-dalamnya. Tugas etika adalah mencari ukuran baik-buruknya tingkah laku
manusia. Etika hendak mencari tindakan manusia manakah yang baik. Menurut Ki Hajar
Dewantara (1962), etika ialah ilmu yang mempelajari segala soal kebaikan dan
keburukan di dalam hidup manusia semuanya, teristimewa yang mengenai gerak-gerik
pikiran dan rasa yang dapat merupakan pertimbangan dan perasaan, sampai mengenai
tujuan yang dapat merupakan perbuatan.
Menurut Austin Fogothey, dalam bukunya Rights and Reason Ethic (1953), etika
berhubungan dengan seluruh ilmu pengetahuan tentang manusia dan masyarakat sebagai
antropologi, psikologi, sosiologi, ekonomi, ilmu politik, dan hukum. Perbedaan terletak
pada aspek keharusan. Etika berbeda dengan teologi moral karena bersandar pada kaidah-
kaidah keagamaan, tetapi terbatas pada pengetahuan yang dilahirkan tenaga manusia
sendiri. Etika adalah ilmu pengetahuan normatif yang praktis mengenai “kelakuan benar
dan tidak benar” manusia dan dapat dimengerti oleh akal murni.
Definisi etika menurut William Lillie, dalam bukunya An Introduction to Ethics
adalah “The normative science of conduct of human beings living in societies is a science
which judge this conduct to be right or wrong to be good or bad, or in some similar way.
This definition says, first of all, that ethics is a science, and a science may be defined as a
systematic and more or less complete body of knowledge about a particular set of related
events or objects.” Pengertian dan definisi etika dari para filsuf atau ahli tersebut di atas
berbeda-beda pokok perhatiannya, antara lain:
a. merupakan prinsip-prinsip moral yang termasuk ilmu tentang kebaikan dan
sifat dari hak (The principles of morality, including the science of good and the
nature of the right);
b. pedoman perilaku yang diakui berkaitan dengan memperhatikan bagian utama
dari kegiatan manusia. (The rules of conduct, recognize in respect to a
particular class of human actions);
c. ilmu watak manusia yang ideal dan prinsip-prinsip moral sebagai individual
(The science of human character in its ideal state, and moral principles as of
an individual);
d. merupakan ilmu mengenai suatu kewajiban (The science of duty).
Berkaitan dengan definisi atau pendapat para tokoh tersebut di atas tentang etika,
dapat ditarik suatu kesimpulan secara umum bahwa “hubungan dengan perbuatan
seseorang yang dapat menimbulkan 'penilaian' dari pihak lainnya akan baik-buruknya
perbuatan yang bersangkutan disebut etika.
2.2 Pendapat Para Pakar Atau Ilmuan Tentang Etika
1. “I.R. Poedjawijatna” dalam bukunya Etika, mengemukakan bahwa Etka merupakan
cabang dari filsafat. Etika mencari kebenaran & sebagai filsafat ia mencari
keterangan benar yang sedalam-dalamnya. Tugas Etika adalah mencari ukuran baik-
buruknya tingkah laku manusia.
2. “Ki Hajar Dewantara” (1962), Etika adalah ilmu yang mempelajari segala soal
kebaikan & keburukan di dalam hidup manusia semuanya, teristimewa yang
mengenai gerak-gerik pikiran & rasa yang dapat merupakan pertimbangan &
perasaan, sampai mengenai tujuan yang dapat merupakan perbuatan.
3. “Austin Fogothey”, dalam bukunya “Rights & Reason Ethic (1953)”, Etika
berhubungan dengan seluruh ilmu pengetahuan tentang manusia & masyarakat
sebagai antropologi, psikologi, sosiologi, ekonomi, ilmu politik & hukum.
4. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1988), etika memiliki tiga arti :
a. Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban
moral (akhlak);
b. Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak; pengertian ini
tertuang dalam kajian kode etik profesi, misalnya: Kode Etik Jurnalistik, Kode
Etik Humas, atau Kode Etik Periklanan
c. Nilai mengenai tindakan yang benar dan salah yang dianut suatu golongan
masyarakat. Pengertian & definisi Etika dari para filsuf atau ahli tersebut diatas
berbeda-beda pokok perhatiannya, antara lain :
1. Merupakan prinsip-prinsip moral yang termasuk ilmu tentang kebaikan dan
sifat dari hak (The principles of morality, including the science of good and the
nature of the right).
2. Pedoman perilaku yang diakui berkaitan dengan memperhatikan bagian utama
dari kegiatan manusia (The rules of conduct, recognize in respect to a
particular class of human actions).
3. Ilmu watak manusia yang ideal & prinsip-prinsip moral sebagai individual (The
science of human character in its ideal state, and moral priciples as of an
individual).
4. Merupakan ilmu mengenai suatu kewajiban (The science of duty). Berkaitan
dengan definisi atau pendapat para tokoh tersebut di atas tentang etika, dapat
ditarik suatu kesimpulan secara umum bahwa “hubungan dengan perbuatan
seseorang yang dapat menimbulkan “penilaian” dari pihak lainnya akan baik-
buruknya perbuatan yang bersangkutan disebut ETIKA”.
2.3 Etika Kehumasan
1. Etika Profesional
Prinsip di balik etika profesional adalah tindakan seseorang dirancang untuk
menciptakan kebaikan yang paling tinggi baik bagi klien maupun bagi komunitas secara
keseluruhan, bukan untuk meningkatkan posisi dan kekuasaan praktisi. Perilaku
profesional di dasarkan pada apa yang secara umum di anggap sebagai motif yang luhur,
yang di pantau dan di ukur berdasarkan kode perilaku yang berlaku dan di laksanakan
melalui interpretasi kongkrit bagi mereka yang menyimpang dari standar kinerja yang
telah di terima. Kode perilaku profesional di tujukan untuk menentukan norma perilaku
yang dapat di terima bagi para karyawan dan profesional dalam berkarya.
Hubungan klien dengan profesional merupakan sebuah hubungan kepercayaan,
hubungan kepercayaan ini berbeda dengan hubungan dengan pelayan ketrampilan. Etika
erat kaitannya dengan pelaksanaan kode etik perilaku. Fungsi dari keduanya adalah untuk
melindungi mereka yang mempercayakan kesejahteraan di tangan profesional.
Perlindungan terhadap profesi tersebut berupa hak istimewa, status, dan kolegitas
profesional. Dalam profesi, penerapan nilai-nilai moral dlam prakteknya di sebut sebagai
etika terapan.
Etika profesi merupakan norma-norma, nilai-nilai, kaidah-kaidah, ukuran-ukuran
yang diterima dan di taati oleh para pegawai atau karyawan, berupa peraturan-peraturan,
tatanan yang di taati semua karyawan dari organisasi tertentu, yang telah di ketahuinya
untuk di laksanakan, karena hal tersebut melekat pada status atau jabatannya. Dalam kata
lain etika profesi adalah kebiasaan yang baik atau peraturan yang diterima dan ditaati
oleh para karyawan dan telah mengendap menjadi bersifat normatif.
Sebagian besar organisasi profesional dan banyak perusahaan bisnis lainnya
mempunyai kode etik. Dalam setiap profesi tersebut pasti memiliki kode etik yang
berbeda. Kode etik merupakan aturan-aturan susila yang ditetapkan bersama dan ditaati
bersama oleh seluruh anggota yang bergabung dalam suatu profesi.
Kode etik meupakan persetujuan bersama yang timbul secara murni dari diri
pribadi para anggota. Kode etik merupakan serangkaian peraturan yang di sepakati
bersama guna menyatakan sikap atau perilaku anggota profesi. Kode etik lebih
mengingatkan pembinaan para anggota sehingga mampu memberikan pelayanan kepada
masyarakat. Kode etik profesi dilaksanakan oleh pribadi-pribadi yang memiliki profesi
terkait karena hal tersebut melekat pada jabatannya dan bersifat normatif.
Dalam usaha mencanangkan patokan dari perilaku bertanggung jawab, mereka
harus menegakkan kede etik yang merupakan dasar bagi profesionalisme sesuai dengan
pernyataan mereka dengan pertimbangannya adalah kredibilitas. Etika profesi sangat
penting terutama dalam rangka untuk pembinaan karyawan, untuk meningkatkan mutu
serta mewujudkan pribadi karyawan yang jujur, bersih, berwibawa, semakin mempunyai
rasa memiliki organisasi, tanggung jawab, dalam keterlibatannya untuk mengembangkan
organisasiny, rasa ikut memiliki besar.
Etika profesi dapat membimbing karyawan dalam menjalankan tugasnya sehingga
mampu menyelesaikan tugas-tugasnya dengan seksama, etos kerja yang tinggi, dengan
tanggung jawab, sehingga memperoleh hasil yang memuaskan. Selain itu etika profesi
juga dapat memberi arah, petunjuk untuk membentuk kepribadian seseorang sesuai
dengan profesinya kemudian hasil kerjanya dapat memuaskan publik yang dilayaninya.
2. Etika Kehumasan
Public Relation adalah merupakan salah satu profesi yang memiliki kode etik.
Dalam Public Ralation kode etik disebut sebagai kode etik Publik Relation atau kode etik
kehumasan atau etika profesi humas. Dalam buku Etika Kehumasan karangan Rosady
Ruslan disebutkan bahwa etika profesi humas merupakan bagian dari bidang etika khusus
atau etika terapan yang menyangkut demensi sosial, khususnya bidang profesi.
Kegiatan Humas atau profesi Humas (Public Relation Professional), baik secara
kelembagaan atau dalam stuktur organisasi (Public Relation by Function) maupun
individual sebagai penyandang professional Humas (Public relation Officer by
Professional) berfungsi untuk menghadapi dan mengantisipasi tantangan kedepan, yaitu
pergeseran sistem pemerintahan otokratik menuju sistem reformasi yang lebih
demokratik dalam era globaluisasi yang ditandai dengan unculnya kebebasan pers,
mengeluarkan pendapat, opini dan berekspresi yang terbuk, serta kemampuan untuk
berkompetitif dalam persaingan pasar bebas, khususnya di bidang jasa teknologi
informasi dan bisnis lainnya yang mampu menerobos batas- batas wilayah suatu negara,
sehingga dampaknya sulit dibendung oleh negara lain sebagai target sasarannya. Perlunya
penyesuan, perubahan (revisi) dan modifikasi mengenai seperangkat pengaturan dan
peundang-undangan yang ada, baik di idang hukum komunikasi, etika, maupun kode etik
profesi (code of proffesion) khususnya profesi kehumasan (public relation ethics,
jurnalistik / pers media cetak dan elektronik, periklanan, promosi pemasaran, dan bidang
profesi komunikasi lainnya.
Pada akhirnya munculah titik tolak dari kode etik tersebut adalah untuk
menciptakan rasa tanggung jawab (sense of responsibility) yang hendak dicapai atau
dikembangkan oleh pihak profesi bidang komuniksi pada umumnya, dan pada profesi
kehumasan khususnya, melalui kode etik dan etika profesi sebagai refleksi bentuk
tanggung jawab, perilaku, dan moral yang baik.
Dalam buku Etika Kehumasan, Roslan Rosady mengungkapkan aspek aspek yang
kode perilaku seorang praktisi humas, antara lain:
 code of conduct, merupakan kode perilaku sehari-hari terhadap integritas pribadi,
klien dan majkan, media dan umum, serta perilaku terhadap rekan seprofesinya.
 code of profession, merupakan standar moral, bertindak etis dan memiliki
kualifikasi serta kemampuan tertentu secara profesional.
 code of publication, merupakan standar moral dan yuridis etis melakukan
kegiatna komunikasi, proses dan teknis publikasi untuk menciptakan publisitas
yang positif demi kepentingan publik.
 code of enterprise, menyangkut aspek hukum perizinan dan usaha, UU PT, UU
Hak Cipta, Merek dan Paten, serta peraturan lainnya.
Di antara praktisi public relation terdapat perbedaan pendapat yang besar
mengenai apakah public relations adalah suatu karya seni, ketrampilan, atau sebuah
profesi dalam pengertian yang sama denagn kedokteran dan hukum.
Ada juga gagasan, yang dikembangkan oleh banyak profesional bahwa yang palig
penting adalah bagi individu bersangkutan untuk nertindak sebagai seorang profesional
dalam bidang ini. Kemudaian seorang praktisi humas harus memiliki: rasa kemandirian;
rasa tanggung jawab terhadap masyarakat dan kepentingan umum; kepedulian nyata
terhadap kompentensi dan kehormatan profesi ini secara menyeluruh; kesetiaan yang
lebih tinggi terhadap standar profesi dan sesama profesional daripada kepada pihak yang
memberi pekerjaan kepadanya pada saat itu. Hambatan besar bagi profesionalisme adalah
sikap banyak praktisi itu sendiri terhadap pekerjaan mereka, mereka memandang lebih
tinggi arti keamanan kerja prestise dalam organisasi, jumlah gaji, dan pengakuan dari
atasan bibandingkan nilai-nilai tersebut.
International Public Relation Association (IPRA) menyatakan kode etik humas
yang kemudian diterima dalam konvensi-nya di Venice pada Mei 1961, isinya adalah:
1. Integritas pribadi dan profesional, reputasi yang sehat, ketaatan pada konstitusi
dan kode IPRA
2. Perilaku kepada klien dan karyawan:
 perlakuan yang adil terhadap klien dan karyawan;
 tidak mewakili kepentingan yang berselisih bersaing tanpa persetujuan;
 menjaga kepercayaan klien dan karyawan;
 tidak menerima upah, kecuali dari klien lain atau majikan lain;
 tidak menggunakan metode yang menghina klien atau majikan lain;
 menjaga kompensasi yang bergantung pada pencapaian suatu hasil
tertentu.
3. Perilaku terhadap publik dan media:
 memperhatikan kepentingan umum dan harga diri seseorang;
 tidak merusak integritas media komunikasi;
 tidak menyebarkan secara sengaja informasi yang palsu atau menyesatkan;
 memberikan gambarabyang dapat dipercaya mengenai organisasi yang
dilayani;
 tidak menciptakan atau menggunakan pengorganisasian palsu untuk
melayani kepentingan pribadi yang terbuka
4. Perilaku terhadap teman sejawat:
 tidak melukai secara senaga reputasi profesional atau praktek anggota lain;
 tidak berupaya mengganti anggota lain dengan kliennya;
 bekerja sama dengan anggota lain dalam menunjunjung tinggi
danmelaksanakan kode etik ini.
Dalam hubungannya dengan kegiatan menejemen perusahaan sikap etislah yang
harus ditunjukkan seorang humas dalam profesinya sehari-hari. Seorang humas juga
harus menguasai etika-etika umum keprofesionalitasan dan etika-etika khusus seorang
humas pada khususnya. Kemampuan tertentu tersebuat antara lain: kemampuan untuk
kesadaran etis; bkemampuan untuk berpikir secara etis; kemampuan untuk berperilaku
secara etis; kemampuan untuk kepemimpinan yang etis (Soleh Soemirat, 2005:177).
Kemudian Soleh Soemirat juga menanbahkan bahwa sebagai seorang profesional humas
harus mampu bekerja atau bertindak melalui pertimbangan yang matang dan benar,
yaitudapat membedakan secara etis mana yang dapat dilakukan dan mana yang tidak,
sesuai dengan pedoman kode etik profesi yang disandang.
3. Etika Sebagai Pencipta Hubungan baik dengan Klien
Sesuai yang telah dipaparkan oleh IPRA terdapat fungsi Public Relation terhadap
kliennya. Etika profesi kehumasan dapat menciptakan hubungan sinergis antara
organisasi dengan kliennya. Pelayanan terhadap klien seharusnya dapat menjadi perhatian
khusus oleh Public Relation karena sebagai fungsi menejemen yang berada di organisasi
atau perusahaan peran humas dan hubungannya sangat dekat dengan klien dan bahkan
menjadi pihak penengah antara organisasi dengan kliennya.
2.4 Jenis Dan Kegunaan Etika
1. Jenis-jenis etika
Beberapa pandangan terhadap etika:
Etika dapat dityinjau dari beberapa pandangan. Dalams ejarah lazimnya
pandangan ini dilihat dari segi filosofis yang melahirkan etika filosofis, ditinjau
dari segi teologis yang melahirkan etika teologis, dan ditinjau dari pandangan
sosiologis yang melahirkan etika sosiologis.
a. Etika Filosofis
Etika filosofis adalah etika yang dipandang dari sudut filsafat. Kata filosofis
sendiri berasal dari kata “philosophis” yang asalnya dari bahasa Yunani yakni:
“philos” yang berarti cinta, dan “sophia” yang berarti kebenaran atau
kebijaksanaan. Etika filosofis adalah etika yang menguraikan pokok-pokok etika
atau moral menurut pandangan filsafat.
Dalam filsafat yang diuraikan terbatas pada baik-buruk, masalah hak-
kewajiban, maslah nilai-nilai moral secara mendasar. Disini ditinjau hubungan
antara moral dan kemanusiaan secraa mendalam dengan menggunakan rasio
sebagai dasar untuk menganalisa.
b. Etika Teologis
Etika teologis adalah etika yang mengajarkan hal-hal yang baik dan buruk
berdasarkan ajaran-ajaran agama. Etika ini memandang semua perbuatan moral
sebagai:
 Perbuatan-perbuatan yang mewujudkan kehendak Tuhan ataub sesuai
dengan kehendak Tuhan.
 Perbuatan-perbuatan sbegai perwujudan cinta kasih kepada Tuhan
 Perbuatan-perbuatan sebagai penyerahan diri kepada Tuhan.
Orang beragama mempunyai keyakinan bahwa tidak mungkin moral itu
dibangun tanpa agama atau tanpa menjalankan ajaran-ajaran Tuhan dalam
kehidupan sehari-hari. Sumber pengetahuan dan kebenaran etika ini adalah kitab
suci.
c. Etika Sosiologis
Etika sosiologis berbeda dengan dua etika sebelumnya. Etika ini menitik
beratkan pada keselamatan ataupun kesejahteraan hidup bermasyarakat. Etika
sosiologis memandang etika sebagai alat mencapai keamanan, keselamatan, dan
kesejahteraan hidup bermasyarakat.
Jadi etika sosiologis lebih menyibukkan diri dengan pembicaraan tentang
bagaimana seharusnya seseorang menjalankan hidupnya dalam hubungannya
dengan masyarakat.
d. Etika Diskriptif dan Etika Normatif
Dalam kaitan dengan nilai dan norma yang digumuli dalam etika ditemukan
dua macam etika, yaitu :
1. Etika Diskriptif
Etika ini berusaha meneropong secara kritis dan rasional sikap dan
perilaku manusia dan apa yang dikejar oleh manusia dalam kehidupan sebagai
sesuatu yang bernilai. Etika ini berbicara tentang kenyataan sebagaimana
adanya tentang nilai dan pola perilaku manusia sebagai suatu fakjta yang
terkait dengan situasi dan realitas konkrit. Dengan demikian etika ini
berbicara tentang realitas penghayatan nilau, namun tidak menilai. Etika ini
hanya memaparkab, karenyanya dikatakan bersifat diskriptif.
2. Etika Normatif
Etika ini berusaha untuk menetapkan sikap dan pola perilaku yang ideal
yang seharusnya dimiliki oleh manusia dalam bertindak. Jadi etika ini
berbicara tentang norma-norma yang menuntun perilaku manusia serta
memberi penilaian dan hiambauan kepada manusia untuk bertindak
sebagaimana seharusnya Dengan. Demikian etika normatif memberikan
petunjuk secara jelas bagaimana manusia harus hidup secara baik dan
menghindari diri dari yang jelek.
Dalam pergaulan sehari-hari kita menemukan berbagai etika normative yang
menjadi pedoman bagi manusia untuk bertindak.
Norma-norma tersebut sekaligus menjadi dasar penilaian bagi manusia baik atau
buruk, salah atau benar. Secara umum norma-norma tersebut dikelompokkan menjadi dua
yaitu:
a. Norma khusus
Norma khusus adalah norma yang mengatur tingkah laku dan tindakan
manusia dalam kelompok/bidang tertentu. Seperti etika medis, etika
kedokteran, etika lingkungan, eyika wahyu, aturan main catur, aturan main
bola, dll. Di mana aturan tersebut hanya berlaku untuk bidang khusus dan
tidak bisa mengatur semua bidang. Misal: aturan main catur hanya bisa
dipakai untuk permainan catur dan tidak bisa dipakai untuk mengatur
permainan bola.
b. Norma Umum
Norma umum justru sebaliknya karena norma umum bersifat universal, yang
artinya berlaku luas tanpa membedakan kondisi atau situasi, kelompok orang
tertentu. Secara umum norma umum dibagi menjadi tiga (3) bagian, yaitu :
 Norma sopan santun ; norma ini menyangkut aturan pola tingkah laku
dan sikap lahiriah seperti tata cara berpakaian, cara bertamu, cara
duduk, dll. Norma ini lebih berkaitan dengan tata cara lahiriah dalam
pergaulan sehari-hari, amak penilaiannnya kurang mendalam karena
hanya dilihat sekedar yang lahiriah.
 Norma hukum ; norma ini sangat tegas dituntut oleh masyarakat.
Alasan ketegasan tuntutan ini karena demi kepentingan bersama.
Dengan adanya berbagai macam peraturan, masyarakat mengharapkan
mendapatkan keselamatan dan kesejahteraan bersama. Keberlakuan
norma hukum dibandingkan dengan norma sopan santun lebih
tegasdan lebih pasti karena disertai dengan jaminan, yakni hukuman
terhadap orang yang melanggar norma ini. Norma hukum ini juga
kurang berbobot karena hanya memberikan penilaian secara lahiriah
saja, sehingga tidak mutlak menentukan moralitas seseorang.
 Norma moral ; norma ini mengenai sikap dan perilaku manusia
sebagai manusia. Norma moral menjadi tolok ukur untuk menilai
tindakan seseorang itu baik atau buruk, oleh karena ini bobot norma
moral lebih tinggi dari norma sebelumnya. Norma ini tidak menilai
manusia dari satus segi saja, melainkan dari segi manusia sebagai
manusia. Dengan kata lain norma moral melihat manusia secara
menyeluruh, dari seluruh kepribadiannya.
Di sini terlihat secara jelas, penilannya lebih mendasar karena menekankan sikap
manusia dalam menghadapi tugasnya, menghargai kehidupan manusia, dan menampilkan
dirinya sebgai manusia dalam profesi yang diembannya. Norma moral ini memiliki
kekhusunan yaitu :
 Norma moral merupakan norma yang paling dasariah, karena langsung
mengenai inti pribadi kita sebagai manusia.
 Norma moral menegaskan kewajiban dasariah manusia dalam bentuk
perintah atau larangan.
 Norma moral merupakan norma yang berlaku umum.
 Norma moral mengarahkan perilaku manusia pada kesuburan dan
kepenuhan hidupnya sebgai manusia.
2.5 Definisi Kode Etik
Dari segi etimologi (asal kata), istilah etika berasal dari kata latin ethicus yang
berarti kebiasaan. Sesuatu dianggap etis atau baik, apabila sesuai dengan kebiasaan
masyarakat. Kenyataannya, banyak orang tertarik untuk mempelajari etika, sehingga
terdapat pengertian lain tentang etika ialah sebagai studi atau ilmu yang membicarakan
perbuatan atau tingkah laku manusia, mana yang dinilai baik dan mana pula yang dinilai
buruk.Courtland L. Bovee dan John V. Thill mendefinisikan etika adalah prinsip perilaku
yang mengatur seseorang atau sekelompok orang. Orang yang tidak memiliki etika,
melakukan apapun yang diperlalukan untuk mencapai tujuannya. Orang – orang yang
memiliki etika umumnya dapat dipercaya, adil, dan tidak memihak, menghargai orang
lain, dan menunjukan kepedulian terhadap dampak atas tindakan di masyarakat.
Secara umum kode etik merupakan suatu sistem norma, nilai, dan aturan
profesional tertulis yang secara tegas menyatakan apa yang benar dan apa yang salah, apa
yang baik dan apa yang tidak baik. Kode etik juga menyatakan perbuatan apa saja yang
harus dilakukan dan perbuatan apa saja yang harus dihindari. Singkatnya, kode etik
adalah suatu pola aturan, tata cara, pedoman, dan batasan-batasan ketika melakukan suatu
kegiatan atau pekerjaan dengan tujuan untuk meningkatakan kualitas anggota perusahaan.
Kode etik biasanya berupa aturan tertulis yang sistematis dan dengan sengaja dibuat
berdasarkan prinsip-prinsip moral yang ada dan ketika dibutuhkan dapat difungsikan
sebagaimana mestinya.
2.6 Fungsi Kode Etik Kehumasan
Menurut Gibson dan Michel (1945:449) fungsi dari kode etik adalah sebagai
pedoman atau perlindungan dalam pelaksanaan tugas profesional dan pedoman bagi
masyarakat sebagai seorang profesional. Sedangakan menurut Biggs dan Blocher
(1986:10) mengemukakan 3 fungsi dari kode etik, yaitu:
A. Melindungi suatu profesi dari campur tangan pemerintah
Dengan adanya kode etik yang mengatur hubungan antara praktisi humas
dengan pihak pemerintah akan semakin memperjelas tentang apa yang boleh
dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan. Hal ini menjadi sangat penting,
karena dengan terjalinya hubungan baik dengan pihak pemerintah sebagai
pemangku kebijakan suatu daerah tentunya sangat berpengaruh terhadap
jalanya perusahaan, sehingga adanya kode etik ini dapat meminimalisir tindak
semena-mena pemerintah terhadap perusahaan.
B. Mencegah terjadinya pertentangan internal dalam suatu profesi
Dengan adanya kode etik humas akan memberikan penjelasan tentang
bagaimana cara menjalin hubungan yang baik dengan rekan kerja, yang
tentunya akan sangat berpengaruh terhadap performa dan motivasi kerja dari
masing-masing aggota humas.
C. Melindungi para praktisi dari kesalahan praktik suatu profesi
Dengan adanya kode etik humas tentunya sangat berkaitan dengan hasil kerja
para praktisi dalam profesi humas. Praktisi humas yang bijaksana tidak akan
memberikan kemudahan terhadap penyelewengan kerja, yang mana tindakan
tersebut akan berdampak negatif baik terhadap dirinya sendiri maupun
terhadap perusahaan. Praktisi humas yang baik, yang taat terhadap kode etik
adalah mereka yang meminimalisir sekecil apapun kesalahan dalam berkeja
serta menjaga nama baik profesinya.
Sedangkan beberapa pihak mengatakan bahwa, fungsi kode etik hanyalah “
khotbah untuk panduan suara” dan tidak membantu jika diperlukan : yakni tidak
membantu training etika dan penalaran moral atau pengembangan moral. Kode etik itu
sebagai lembaga pedoman yang konsisten untuk praktik PR di seluruh dunia. Apakah
kode itu dipakai atau tidak, itu biasanya tergantung kepada siapa yang bertanggung jawab
dalam pembentukan keputusan etis. Seoramg ahli etika mengatakan : Dasar pembuatan
keputusan etis di bidang kita akan terus berada di tangan praktisi individual.
2.7 Pentingnya Kode Etik Humas Bagi Seorang Profesional Humas
Salah satu alasan mengapa industri PR memunculkan kritik adalah kapan pula
pada saat politisi, perusahaan, ataupun selebritis bermasalah maka tindakan pertama yang
dilakukan PR adalah selalu menjadi penasihat mereka. Namun demikian, kebanyakan
penunjukan praktisi PR untuk suatu kasus akan membawa dampak baik, karena akan
memberikan kejelasan dan memberikan manfaat bagi setiap orang yang terkait, termasuk
media massa. Hal ini menunjukkan bahwa pada dasarnya bukan praktisi PR-nya yang
tidak bersifat etis sehingga membutuhkan pandangan netral terhadap PR.
Baker & Martinson (2002) mengatakan ada lima prinsip yang harus di patuhi
individu dalam melakukan pekerjaan. Prinsip tersebut yaitu kebenaran (truthfulness),
otentisitas (authenticity), rasa hormat (respect), dan tanggung jawab social (social
responsibility). Untuk prinsip kebenaranya, para praktisi PR ada dalam pengawasan ketat,
khusunya oleh paara jurnalis yang menganggap bahwa praktisi PR adalah “musuh”.
Sebagaimana lazimnya kaum profesional, praktisi humas (public relations)
memiliki etika profesi atau kode etik humas yang harus ditaati, sehingga praktisi PR
harus memiliki standar etika personal yang tinggi yang mengilhami kerjanya sebagai PR.
Seorang praktisi humas dikatakan profesional apabila pribadinya mampu
memahami dan menerapkan kode etik dengan benar sesuai profesi yang diembannya dan
memberikan dampak yang positif baik bagi profesinya maupun bagi dirinnya sendiri.
Sebagai contoh seorang humas dituntut memiliki kemampuan seperti
berkomunikasi, mengorganisir, bergaul, berelasi, dan berkepribadian yang kuat. Selain itu
juga harus memiliki ketrampilan yang tinggi dalam bidang penguasaan teknologi
informasi untuk menunjang tuntutan pekerjaanya. Dari kemampuan dan ketrampilan
tersebut dapat dikatakan bahwa seorang praktisi humas adalah seorang yang profesional
jika mampu menjalankannya sesuai kode etik yang telah ditetapkan.
Dizaman yang serba modern seperti sekarang ini serta tantangan masa depan yang
semakin besar, yang ditandai dengan munculnya kebebasan pers, kebebasan
mengeluarkan pendapat dan berekspresi, terlebih dalam bidang teknologi dan informasi
seorang praktisi humas dalam melaksanakan peran dan aktivitasnya tidak boleh lepas dari
kode etik yang dimilikinya. Karena kode etik itulah yang menjadi standart moral yang
harus dipengang oleh para praktisi humas agar dirinya tetap hidup. Kesadaran memegang
teguh kode etik berpengaruh terhadap posisi dirinya dimata masyarakat. Ia juga dapat
menjalankan tugas dan kewajibannya dengan penuh tanggung jawab dan setiap
kemampuan dan ketrampilan yang dimilikinya dapat diolah dengan baik untuk
menciptakan konsep kerja yang baik terhadap perusahaan yang diwakilinya, masyarakat
dan lebih besar lagi dampaknya adalah bagi dirinya sendiri.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Etika dalam industri kehumasan sangatlah penting.dengan adanya etika dalam
humas menjadikan kontrol bagi pribadi humas maupun bagi industri kehumasan itu
sendiri. Tanpa adanya etika seorang humas akan bertindak semaunya sendiri, bertingkah
laku sesuai keinginannya sendiri.tanpa adanya aturan yang membatasinya.tanpa adanya
etika profesi dalam industri kehumasan akan banyak kecurangan-kecurangan yang
dilakukan, akan banyak kebohongan-kebohongan yang diciptakan untuk menutupi
kesalahan perusahaan atau organisasi. Selain itu etika juga dapat berperan untuk
mengukur dan melihat profesionalisme yang di miliki pribadi humas,karena etika dalam
sebuah profesi berkaitan pula dengan profesionalitas dari profesi itu sendiri. dapat
mengimplementasikan etika dan etiket dalam setiap langkah dan setiap kegiatan humas.
Oleh karena itu dalam industri kehumasan sikap atau etika yang baik,wajib
dimiliki oleh seorang humas. Maka bagi seseorang dalam industri kehumasan sangatlah
penting unuk memiliki pemahaman mengenai etika karena menyangkut penampilan
(profile) dalam rangka menciptakan & membina citra (image) organisasi yang
diwakilinya.karena industri humas meliputi pengertian dan menuju kepada kemauan baik
dan reputasi, yang tergantung kepada kepercayaan. maka berlaku jujur adalah jalan yang
terbaik, karena hubungan masyarakat tidak akan berjalan tanpa adanya kepercayaan.
Selain itu pula etika dapat berperan dalam pembuktian profesionalitas yang dimiliki oleh
pribadi humas itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
http://indinarizqi0705.blogspot.com/2016/12/kode-etik-humas.html
https://biasta.files.wordpress.com/2008/10/kode-etik-humas.pdf
https://www.seputarpengetahuan.co.id/2015/10/15-pengertian-etika-
menurut-para-ahli-terlengkap.html
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penelitian
1.4 Manfaat Penelitian
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi Etika
2.2 Pendapat Para Pakar Atau Ilmuan Tentang Etika
2.3 Etika Dalam Kehumasan
2.4 Jenis Dan Kegunaan Etika
2.5 Definisi Kode Etik
2.6 Fungsi Kode Etik Dalam Kehumasan
2.7 Pentingnya Kode Etik Humas Bagi Seorang Profesional Humas
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
Makalah ujian khusus

More Related Content

What's hot

Makalah etika profesi depandi enda
Makalah etika profesi   depandi endaMakalah etika profesi   depandi enda
Makalah etika profesi depandi endaDevandy Enda
 
Tugas makalah-etika-dan-moral-tia-fitriani-15308026
Tugas makalah-etika-dan-moral-tia-fitriani-15308026Tugas makalah-etika-dan-moral-tia-fitriani-15308026
Tugas makalah-etika-dan-moral-tia-fitriani-15308026
Rewa D
 
Pertemuan 2 3
Pertemuan 2 3Pertemuan 2 3
Pertemuan 2 3
sakisya
 
Makalah etika profesi hacker
Makalah etika profesi hackerMakalah etika profesi hacker
Makalah etika profesi hackerEgi Mustakim
 
TINGKAT KESOPANAN MAHASISWA TPB KEPADA DOSEN
TINGKAT KESOPANAN MAHASISWA TPB KEPADA DOSENTINGKAT KESOPANAN MAHASISWA TPB KEPADA DOSEN
TINGKAT KESOPANAN MAHASISWA TPB KEPADA DOSEN
sari nurfiani
 
Ilmu Adab atau Etik
Ilmu Adab atau EtikIlmu Adab atau Etik
Ilmu Adab atau Etik
Adhi Panjie Gumilang
 
Pengertian etika profesi
Pengertian etika profesiPengertian etika profesi
Pengertian etika profesiTaMim Rouf
 
Softskill teoritika etika bisnis
Softskill teoritika etika bisnisSoftskill teoritika etika bisnis
Softskill teoritika etika bisnis
Dedy Setiady
 
Etika sebagai cabang filsafat
Etika sebagai cabang filsafatEtika sebagai cabang filsafat
Etika sebagai cabang filsafat
Angga Debby Frayudha
 
Filsafat etika
Filsafat etikaFilsafat etika
Apakah etika itu
Apakah etika ituApakah etika itu
Apakah etika itu
djoko123
 
Etika bisnis 1 adytira Rachman, M.Pd
Etika bisnis 1 adytira Rachman,  M.PdEtika bisnis 1 adytira Rachman,  M.Pd
Etika bisnis 1 adytira Rachman, M.Pd
Adett Rachman
 
Etika bisnis dan informasi teori etika
Etika bisnis dan informasi  teori etikaEtika bisnis dan informasi  teori etika
Etika bisnis dan informasi teori etika
Harisno Al-anshori
 
Pengertian Etika
Pengertian EtikaPengertian Etika
Pengertian Etika
Mrirfan
 
Dasar-Dasar Pengertian Moral
Dasar-Dasar Pengertian MoralDasar-Dasar Pengertian Moral
Dasar-Dasar Pengertian Moral
Dedy Wiranto
 
PANCASILA (makalah pancasila sebagai etika politik)
PANCASILA (makalah pancasila sebagai etika politik) PANCASILA (makalah pancasila sebagai etika politik)
PANCASILA (makalah pancasila sebagai etika politik)
tita_chubie
 
Resume Etika Profesi 'ETIKA PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI'
Resume Etika Profesi 'ETIKA PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI'Resume Etika Profesi 'ETIKA PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI'
Resume Etika Profesi 'ETIKA PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI'
Rachardy Andriyanto
 

What's hot (19)

Makalah etika profesi depandi enda
Makalah etika profesi   depandi endaMakalah etika profesi   depandi enda
Makalah etika profesi depandi enda
 
Tugas makalah-etika-dan-moral-tia-fitriani-15308026
Tugas makalah-etika-dan-moral-tia-fitriani-15308026Tugas makalah-etika-dan-moral-tia-fitriani-15308026
Tugas makalah-etika-dan-moral-tia-fitriani-15308026
 
Pertemuan 2 3
Pertemuan 2 3Pertemuan 2 3
Pertemuan 2 3
 
Pengertian etika
Pengertian etikaPengertian etika
Pengertian etika
 
Makalah etika profesi hacker
Makalah etika profesi hackerMakalah etika profesi hacker
Makalah etika profesi hacker
 
TINGKAT KESOPANAN MAHASISWA TPB KEPADA DOSEN
TINGKAT KESOPANAN MAHASISWA TPB KEPADA DOSENTINGKAT KESOPANAN MAHASISWA TPB KEPADA DOSEN
TINGKAT KESOPANAN MAHASISWA TPB KEPADA DOSEN
 
Ilmu Adab atau Etik
Ilmu Adab atau EtikIlmu Adab atau Etik
Ilmu Adab atau Etik
 
Pengertian etika profesi
Pengertian etika profesiPengertian etika profesi
Pengertian etika profesi
 
Softskill teoritika etika bisnis
Softskill teoritika etika bisnisSoftskill teoritika etika bisnis
Softskill teoritika etika bisnis
 
Etika sebagai cabang filsafat
Etika sebagai cabang filsafatEtika sebagai cabang filsafat
Etika sebagai cabang filsafat
 
Filsafat etika
Filsafat etikaFilsafat etika
Filsafat etika
 
Apakah etika itu
Apakah etika ituApakah etika itu
Apakah etika itu
 
Pancasila sebagai etika politik
Pancasila sebagai etika politikPancasila sebagai etika politik
Pancasila sebagai etika politik
 
Etika bisnis 1 adytira Rachman, M.Pd
Etika bisnis 1 adytira Rachman,  M.PdEtika bisnis 1 adytira Rachman,  M.Pd
Etika bisnis 1 adytira Rachman, M.Pd
 
Etika bisnis dan informasi teori etika
Etika bisnis dan informasi  teori etikaEtika bisnis dan informasi  teori etika
Etika bisnis dan informasi teori etika
 
Pengertian Etika
Pengertian EtikaPengertian Etika
Pengertian Etika
 
Dasar-Dasar Pengertian Moral
Dasar-Dasar Pengertian MoralDasar-Dasar Pengertian Moral
Dasar-Dasar Pengertian Moral
 
PANCASILA (makalah pancasila sebagai etika politik)
PANCASILA (makalah pancasila sebagai etika politik) PANCASILA (makalah pancasila sebagai etika politik)
PANCASILA (makalah pancasila sebagai etika politik)
 
Resume Etika Profesi 'ETIKA PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI'
Resume Etika Profesi 'ETIKA PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI'Resume Etika Profesi 'ETIKA PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI'
Resume Etika Profesi 'ETIKA PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI'
 

Similar to Makalah ujian khusus

Makalah etika11
Makalah etika11Makalah etika11
Makalah etika11
Makalah etika11Makalah etika11
Etika, Profesi dan Profesionalisme
Etika, Profesi dan ProfesionalismeEtika, Profesi dan Profesionalisme
Etika, Profesi dan Profesionalisme
Universitas Teknokrat Indonesia
 
12,sm, achmad susmiyanto 55118010001, hapzi ali, business ethic, universitas ...
12,sm, achmad susmiyanto 55118010001, hapzi ali, business ethic, universitas ...12,sm, achmad susmiyanto 55118010001, hapzi ali, business ethic, universitas ...
12,sm, achmad susmiyanto 55118010001, hapzi ali, business ethic, universitas ...
Achmad Susmiyanto
 
siskom etika-profesi
siskom etika-profesisiskom etika-profesi
siskom etika-profesihilma_alley
 
Meeting 1
Meeting 1Meeting 1
Meeting 1
AdeDwiPutraPutra
 
Makalah pr kelompok 2
Makalah pr kelompok 2Makalah pr kelompok 2
Makalah pr kelompok 2
Arjuna Ahmadi
 
Modul Pertemuan 4 Etika, Dasar-dasar Moral dan Konflik (1).docx
Modul Pertemuan 4 Etika, Dasar-dasar Moral dan Konflik  (1).docxModul Pertemuan 4 Etika, Dasar-dasar Moral dan Konflik  (1).docx
Modul Pertemuan 4 Etika, Dasar-dasar Moral dan Konflik (1).docx
RirikErtiga
 
ETIKA-PROFESI-PENGERTIAN-ETIKA-PROFESI & pertanyaan.pptx
ETIKA-PROFESI-PENGERTIAN-ETIKA-PROFESI & pertanyaan.pptxETIKA-PROFESI-PENGERTIAN-ETIKA-PROFESI & pertanyaan.pptx
ETIKA-PROFESI-PENGERTIAN-ETIKA-PROFESI & pertanyaan.pptx
rendypribadi89
 
Kajia2
Kajia2Kajia2
etika profesi d4 2019.pdf
etika profesi d4 2019.pdfetika profesi d4 2019.pdf
etika profesi d4 2019.pdf
RizkyHabiburrohman
 
Makalah etika manusia dalam masyarakat
Makalah etika manusia dalam masyarakatMakalah etika manusia dalam masyarakat
Makalah etika manusia dalam masyarakat
Warnet Raha
 
Makalah etika manusia dalam masyarakat
Makalah etika manusia dalam masyarakatMakalah etika manusia dalam masyarakat
Makalah etika manusia dalam masyarakat
Warnet Raha
 
Makalah etika manusia dalam masyarakat
Makalah etika manusia dalam masyarakatMakalah etika manusia dalam masyarakat
Makalah etika manusia dalam masyarakatSeptian Muna Barakati
 
Etika dan kode etik dosen dan bidan baru
Etika  dan kode etik dosen dan bidan baruEtika  dan kode etik dosen dan bidan baru
Etika dan kode etik dosen dan bidan baru
evi munawir
 
Etika 1.ppt
Etika 1.pptEtika 1.ppt
Etika 1.ppt
Yuniarti51
 
Etika
Etika Etika
Etika
D'jaln Sunyi
 
Etika profesi dalam kantor
Etika profesi dalam kantorEtika profesi dalam kantor
Etika profesi dalam kantorIdram M. Ladji
 

Similar to Makalah ujian khusus (20)

Makalah etika11
Makalah etika11Makalah etika11
Makalah etika11
 
Makalah etika11
Makalah etika11Makalah etika11
Makalah etika11
 
Etika, Profesi dan Profesionalisme
Etika, Profesi dan ProfesionalismeEtika, Profesi dan Profesionalisme
Etika, Profesi dan Profesionalisme
 
12,sm, achmad susmiyanto 55118010001, hapzi ali, business ethic, universitas ...
12,sm, achmad susmiyanto 55118010001, hapzi ali, business ethic, universitas ...12,sm, achmad susmiyanto 55118010001, hapzi ali, business ethic, universitas ...
12,sm, achmad susmiyanto 55118010001, hapzi ali, business ethic, universitas ...
 
siskom etika-profesi
siskom etika-profesisiskom etika-profesi
siskom etika-profesi
 
Meeting 1
Meeting 1Meeting 1
Meeting 1
 
Makalah pr kelompok 2
Makalah pr kelompok 2Makalah pr kelompok 2
Makalah pr kelompok 2
 
Modul Pertemuan 4 Etika, Dasar-dasar Moral dan Konflik (1).docx
Modul Pertemuan 4 Etika, Dasar-dasar Moral dan Konflik  (1).docxModul Pertemuan 4 Etika, Dasar-dasar Moral dan Konflik  (1).docx
Modul Pertemuan 4 Etika, Dasar-dasar Moral dan Konflik (1).docx
 
ETIKA-PROFESI-PENGERTIAN-ETIKA-PROFESI & pertanyaan.pptx
ETIKA-PROFESI-PENGERTIAN-ETIKA-PROFESI & pertanyaan.pptxETIKA-PROFESI-PENGERTIAN-ETIKA-PROFESI & pertanyaan.pptx
ETIKA-PROFESI-PENGERTIAN-ETIKA-PROFESI & pertanyaan.pptx
 
Kajia2
Kajia2Kajia2
Kajia2
 
Etika profes1
Etika profes1Etika profes1
Etika profes1
 
etika profesi d4 2019.pdf
etika profesi d4 2019.pdfetika profesi d4 2019.pdf
etika profesi d4 2019.pdf
 
Makalah etika manusia dalam masyarakat
Makalah etika manusia dalam masyarakatMakalah etika manusia dalam masyarakat
Makalah etika manusia dalam masyarakat
 
Siane 2
Siane 2Siane 2
Siane 2
 
Makalah etika manusia dalam masyarakat
Makalah etika manusia dalam masyarakatMakalah etika manusia dalam masyarakat
Makalah etika manusia dalam masyarakat
 
Makalah etika manusia dalam masyarakat
Makalah etika manusia dalam masyarakatMakalah etika manusia dalam masyarakat
Makalah etika manusia dalam masyarakat
 
Etika dan kode etik dosen dan bidan baru
Etika  dan kode etik dosen dan bidan baruEtika  dan kode etik dosen dan bidan baru
Etika dan kode etik dosen dan bidan baru
 
Etika 1.ppt
Etika 1.pptEtika 1.ppt
Etika 1.ppt
 
Etika
Etika Etika
Etika
 
Etika profesi dalam kantor
Etika profesi dalam kantorEtika profesi dalam kantor
Etika profesi dalam kantor
 

Makalah ujian khusus

  • 1. MAKALAH “Pentingnya Kode Etik Humas Bagi Seorang Profesional Humas” Ditujukan Untuk Memenuhi Syarat Ujian Khusus Mata Kuliah Etika Profesi Humas Disusun oleh: Resha Noor Puji 142050319 FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK JURUSAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS PASUNDAN BANDUNG 2019
  • 2. KATA PENGANTAR Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, penulis panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah etika profesi humas dengan baik. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam penulisan makalah ini, oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan kritik, dan saran yang membangun agar penulis bisa memperbaiki kekurangan dan kesalahan dalam pembuatan dan penulisan makalah. Semoga makalah ini bisa berguna dan bermanfaat bagi para pembaca pada umumnya dan khususnya bagi penulis sendiri. Bandung, 29 Januari 2019 Penulis
  • 3. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PR (public relations) atau humas merupakan suatu profesi, dimana fungsi dan kegunaanya di terapkan pada organisasi pemerintahan maupun swasta. Humas atau hubungan masyarakat adalah seni menciptakan pengertian publik yang lebih baik sehingga dapat memperdalam kepercayaan publik terhadap suatu individu atau organisasi. sebagai profesi, humas atau PR mempunyai etika yang harus di terapkan dan dijalankan. Dalam hal ini yang dimaksud dengan Humas (Public Relations) menurut Frank Jefkins adalah sesuatu yang merangkum keseluruhan komunikasi yang terencana baik kedalam maupun keluar antara suatu organisasi dengan semua khalayak dalam rangka mencapai tujuan-tujuan spesifik yang berlandaskan pada saling pengertian. Etika merupakan cabang dari filsafat dimana mempelajari pandangan-pandangan dan persoalan-persoalan yang berhubungan dengan masalah kesusilaan yang kadang- kadang orang memakai dengan istilah filsafat etika, filsafat moral, filsafat susila.etika ilmu yang mempelajari apa yang benar dan apa yang salah, fungsi praktis dari etika adalah memberikan pertimbangan dalam berprilaku. Tujuan mempelajari etika, untuk mendapatkan konsep yang sama mengenai penilaian baik dan buruk bagi semua manusia dalam ruang dan waktu tertentu pengertian baik sesuatu hal dikatakan baik bila ia mendatangkan rahmat, dan memberikan perasaan senang, atau bahagia (Sesuatu dikatakan baik bila ia dihargai secara positif) Pengertian buruk segala yang tercela. Perbuatan buruk berarti perbuatan yang bertentangan dengan norma-norma masyarakat yang berlaku. Akan tetapi pada kenyataanya tidak semua praktisi humas professional menerapkan etika dalam menjalankan profesi kehumasanya. karena kurang menyadari atau bahkan kurang perduli,betapa pentingnya etika profesi dalam menjalankan profesi kehumasanya.maka dari itu makalah ini di buat dengan harapan dapat mengetahui pentingnya etika profesi dalam dunia kehumasan.
  • 4. 1.2 Rumusan Masalah 1. Apa Definisi Etika? 2. Bagaimana Pendapat Para Pakar Atau Ilmuan Tentang Etika? 3. Bagaimana Etika Dalam Kehumasan? 4. Apa Jenis Dan Kegunaan Etika? 5. Apa Definisi Kode Etik? 6. Fungsi Kode Etik Dalam Kehumasan? 7. Apa Pentingnya Kode Etik Humas Bagi Seorang Profesional Humas? 1.3 Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui lebih dalam terkait definisi Etika. 2. Untuk mengetahui lebih dalam terkait Pendapat Para Pakar Atau Ilmuan Tentang Etika. 3. Untuk mengetahui lebih dalam terkait Etika Dalam Kehumasan. 4. Untuk mengetahui lebih dalam terkait Jenis Dan Kegunaan Etika. 5. Untuk mengetahui lebih dalam terkait definisi Kode Etik Humas. 6. Untuk mengetahui lebih dalam terkait fungsi Kode Etik Kehumasan. 7. Untuk mengetahui arti pentingnya kode etik Humas bagi seorang Profesional Humas. 1.4 Manfaat Penelitian 1. Untuk menambah pengetahuan terkait definisi Etika. 2. Untuk menambah pengetahuan terkait Pendapat Para Pakar Atau Ilmuan Tentang Etika. 3. Untuk menambah pengetahuan terkait Etika Dalam Kehumasan. 4. Untuk menambah pengetahuan terkait Jenis dan Kegunaan Etika. 5. Untuk menambah pengetahuan terkait definisi Kode Etik Humas. 6. Untuk menambah pengetahuan terkait fungsi Kode Etik Kehumasan. 7. Untuk menambah pengetahuan terkait Arti Pentingnya Kode Etik Humas Bagi Seorang Profesional Humas.
  • 5. BAB II PEMBAHASAN 2.1 Definisi Etika Pengertian etika (etimologi) berasal dari bahasa Yunani, yaitu ethos yang berarti watak kesusilaan atau adat kebiasaan (custom). Etika biasanya berkaitan erat dengan perkataan moral yang merupakan istilah dari bahasa Latin, yaitu mos dan dalam bentuk jamaknya mores, yang berarti juga adat kebiasaan atau cara hidup seseorang dengan melakukan perbuatan yang baik (kesusilaan) dan menghindari hal-hal tindakan yang buruk. Etika dan moral hampir sama pengertiannya, tetapi dalam kegiatan sehari-hari terdapat perbedaan. Moral atau moralitas digunakan untuk penilaian perbuatan yang dilakukan, sedangkan etika digunakan untuk pengkajian sistem nilai-nilai yang berlaku. Istilah lain yang identik dengan etika adalah sebagai berikut: A. Susila (Sanskerta), lebih menunjukkan dasar-dasar, prinsip, aturan hidup (sila) yang lebih baik (su). B. Akhlak (Arab), berarti moral, dan etika berarti ilmu akhlak. Filsuf Aristoteles dalam bukunya Etika Nikomacheia menjelaskan tentang pembahasan etika sebagai berikut: 1. Terminius Techicus Pengertian etika dalam hal ini, etika dipelajari untuk ilmu pengetahuan yang mempelajari masalah perbuatan atau tindakan manusia. 2. Manner dan Custom Membahas etika yang berkaitan dengan tata cara dan kebiasaan (adat) yang melekat dalam kodrat manusia (Inherent in human nature) yang terikat dengan pengertian "baik dan buruk" suatu tingkah laku atau perbuatan manusia. Sesungguhnya Etika tersebut merupakan studi tentang “benar atau salah” dalam tingkah laku atau perilaku manusia (Right or wrong in human conduct). Pengertian etika menurut beberapa pengamat, tokoh masyarakat, atau filsuf yaitu pendapat dari. I.R. Poedjawijatna, dalam bukunya Etika, mengemukakan bahwa etika merupakan cabang dari filsafat. Etika mencari kebenaran dan sebagai filsafat ia mencari keterangan benar yang sedalam-dalamnya. Tugas etika adalah mencari ukuran baik-buruknya tingkah laku
  • 6. manusia. Etika hendak mencari tindakan manusia manakah yang baik. Menurut Ki Hajar Dewantara (1962), etika ialah ilmu yang mempelajari segala soal kebaikan dan keburukan di dalam hidup manusia semuanya, teristimewa yang mengenai gerak-gerik pikiran dan rasa yang dapat merupakan pertimbangan dan perasaan, sampai mengenai tujuan yang dapat merupakan perbuatan. Menurut Austin Fogothey, dalam bukunya Rights and Reason Ethic (1953), etika berhubungan dengan seluruh ilmu pengetahuan tentang manusia dan masyarakat sebagai antropologi, psikologi, sosiologi, ekonomi, ilmu politik, dan hukum. Perbedaan terletak pada aspek keharusan. Etika berbeda dengan teologi moral karena bersandar pada kaidah- kaidah keagamaan, tetapi terbatas pada pengetahuan yang dilahirkan tenaga manusia sendiri. Etika adalah ilmu pengetahuan normatif yang praktis mengenai “kelakuan benar dan tidak benar” manusia dan dapat dimengerti oleh akal murni. Definisi etika menurut William Lillie, dalam bukunya An Introduction to Ethics adalah “The normative science of conduct of human beings living in societies is a science which judge this conduct to be right or wrong to be good or bad, or in some similar way. This definition says, first of all, that ethics is a science, and a science may be defined as a systematic and more or less complete body of knowledge about a particular set of related events or objects.” Pengertian dan definisi etika dari para filsuf atau ahli tersebut di atas berbeda-beda pokok perhatiannya, antara lain: a. merupakan prinsip-prinsip moral yang termasuk ilmu tentang kebaikan dan sifat dari hak (The principles of morality, including the science of good and the nature of the right); b. pedoman perilaku yang diakui berkaitan dengan memperhatikan bagian utama dari kegiatan manusia. (The rules of conduct, recognize in respect to a particular class of human actions); c. ilmu watak manusia yang ideal dan prinsip-prinsip moral sebagai individual (The science of human character in its ideal state, and moral principles as of an individual); d. merupakan ilmu mengenai suatu kewajiban (The science of duty).
  • 7. Berkaitan dengan definisi atau pendapat para tokoh tersebut di atas tentang etika, dapat ditarik suatu kesimpulan secara umum bahwa “hubungan dengan perbuatan seseorang yang dapat menimbulkan 'penilaian' dari pihak lainnya akan baik-buruknya perbuatan yang bersangkutan disebut etika. 2.2 Pendapat Para Pakar Atau Ilmuan Tentang Etika 1. “I.R. Poedjawijatna” dalam bukunya Etika, mengemukakan bahwa Etka merupakan cabang dari filsafat. Etika mencari kebenaran & sebagai filsafat ia mencari keterangan benar yang sedalam-dalamnya. Tugas Etika adalah mencari ukuran baik- buruknya tingkah laku manusia. 2. “Ki Hajar Dewantara” (1962), Etika adalah ilmu yang mempelajari segala soal kebaikan & keburukan di dalam hidup manusia semuanya, teristimewa yang mengenai gerak-gerik pikiran & rasa yang dapat merupakan pertimbangan & perasaan, sampai mengenai tujuan yang dapat merupakan perbuatan. 3. “Austin Fogothey”, dalam bukunya “Rights & Reason Ethic (1953)”, Etika berhubungan dengan seluruh ilmu pengetahuan tentang manusia & masyarakat sebagai antropologi, psikologi, sosiologi, ekonomi, ilmu politik & hukum. 4. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1988), etika memiliki tiga arti : a. Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak); b. Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak; pengertian ini tertuang dalam kajian kode etik profesi, misalnya: Kode Etik Jurnalistik, Kode Etik Humas, atau Kode Etik Periklanan c. Nilai mengenai tindakan yang benar dan salah yang dianut suatu golongan masyarakat. Pengertian & definisi Etika dari para filsuf atau ahli tersebut diatas berbeda-beda pokok perhatiannya, antara lain : 1. Merupakan prinsip-prinsip moral yang termasuk ilmu tentang kebaikan dan sifat dari hak (The principles of morality, including the science of good and the nature of the right).
  • 8. 2. Pedoman perilaku yang diakui berkaitan dengan memperhatikan bagian utama dari kegiatan manusia (The rules of conduct, recognize in respect to a particular class of human actions). 3. Ilmu watak manusia yang ideal & prinsip-prinsip moral sebagai individual (The science of human character in its ideal state, and moral priciples as of an individual). 4. Merupakan ilmu mengenai suatu kewajiban (The science of duty). Berkaitan dengan definisi atau pendapat para tokoh tersebut di atas tentang etika, dapat ditarik suatu kesimpulan secara umum bahwa “hubungan dengan perbuatan seseorang yang dapat menimbulkan “penilaian” dari pihak lainnya akan baik- buruknya perbuatan yang bersangkutan disebut ETIKA”. 2.3 Etika Kehumasan 1. Etika Profesional Prinsip di balik etika profesional adalah tindakan seseorang dirancang untuk menciptakan kebaikan yang paling tinggi baik bagi klien maupun bagi komunitas secara keseluruhan, bukan untuk meningkatkan posisi dan kekuasaan praktisi. Perilaku profesional di dasarkan pada apa yang secara umum di anggap sebagai motif yang luhur, yang di pantau dan di ukur berdasarkan kode perilaku yang berlaku dan di laksanakan melalui interpretasi kongkrit bagi mereka yang menyimpang dari standar kinerja yang telah di terima. Kode perilaku profesional di tujukan untuk menentukan norma perilaku yang dapat di terima bagi para karyawan dan profesional dalam berkarya. Hubungan klien dengan profesional merupakan sebuah hubungan kepercayaan, hubungan kepercayaan ini berbeda dengan hubungan dengan pelayan ketrampilan. Etika erat kaitannya dengan pelaksanaan kode etik perilaku. Fungsi dari keduanya adalah untuk melindungi mereka yang mempercayakan kesejahteraan di tangan profesional. Perlindungan terhadap profesi tersebut berupa hak istimewa, status, dan kolegitas profesional. Dalam profesi, penerapan nilai-nilai moral dlam prakteknya di sebut sebagai etika terapan. Etika profesi merupakan norma-norma, nilai-nilai, kaidah-kaidah, ukuran-ukuran yang diterima dan di taati oleh para pegawai atau karyawan, berupa peraturan-peraturan,
  • 9. tatanan yang di taati semua karyawan dari organisasi tertentu, yang telah di ketahuinya untuk di laksanakan, karena hal tersebut melekat pada status atau jabatannya. Dalam kata lain etika profesi adalah kebiasaan yang baik atau peraturan yang diterima dan ditaati oleh para karyawan dan telah mengendap menjadi bersifat normatif. Sebagian besar organisasi profesional dan banyak perusahaan bisnis lainnya mempunyai kode etik. Dalam setiap profesi tersebut pasti memiliki kode etik yang berbeda. Kode etik merupakan aturan-aturan susila yang ditetapkan bersama dan ditaati bersama oleh seluruh anggota yang bergabung dalam suatu profesi. Kode etik meupakan persetujuan bersama yang timbul secara murni dari diri pribadi para anggota. Kode etik merupakan serangkaian peraturan yang di sepakati bersama guna menyatakan sikap atau perilaku anggota profesi. Kode etik lebih mengingatkan pembinaan para anggota sehingga mampu memberikan pelayanan kepada masyarakat. Kode etik profesi dilaksanakan oleh pribadi-pribadi yang memiliki profesi terkait karena hal tersebut melekat pada jabatannya dan bersifat normatif. Dalam usaha mencanangkan patokan dari perilaku bertanggung jawab, mereka harus menegakkan kede etik yang merupakan dasar bagi profesionalisme sesuai dengan pernyataan mereka dengan pertimbangannya adalah kredibilitas. Etika profesi sangat penting terutama dalam rangka untuk pembinaan karyawan, untuk meningkatkan mutu serta mewujudkan pribadi karyawan yang jujur, bersih, berwibawa, semakin mempunyai rasa memiliki organisasi, tanggung jawab, dalam keterlibatannya untuk mengembangkan organisasiny, rasa ikut memiliki besar. Etika profesi dapat membimbing karyawan dalam menjalankan tugasnya sehingga mampu menyelesaikan tugas-tugasnya dengan seksama, etos kerja yang tinggi, dengan tanggung jawab, sehingga memperoleh hasil yang memuaskan. Selain itu etika profesi juga dapat memberi arah, petunjuk untuk membentuk kepribadian seseorang sesuai dengan profesinya kemudian hasil kerjanya dapat memuaskan publik yang dilayaninya. 2. Etika Kehumasan Public Relation adalah merupakan salah satu profesi yang memiliki kode etik. Dalam Public Ralation kode etik disebut sebagai kode etik Publik Relation atau kode etik kehumasan atau etika profesi humas. Dalam buku Etika Kehumasan karangan Rosady
  • 10. Ruslan disebutkan bahwa etika profesi humas merupakan bagian dari bidang etika khusus atau etika terapan yang menyangkut demensi sosial, khususnya bidang profesi. Kegiatan Humas atau profesi Humas (Public Relation Professional), baik secara kelembagaan atau dalam stuktur organisasi (Public Relation by Function) maupun individual sebagai penyandang professional Humas (Public relation Officer by Professional) berfungsi untuk menghadapi dan mengantisipasi tantangan kedepan, yaitu pergeseran sistem pemerintahan otokratik menuju sistem reformasi yang lebih demokratik dalam era globaluisasi yang ditandai dengan unculnya kebebasan pers, mengeluarkan pendapat, opini dan berekspresi yang terbuk, serta kemampuan untuk berkompetitif dalam persaingan pasar bebas, khususnya di bidang jasa teknologi informasi dan bisnis lainnya yang mampu menerobos batas- batas wilayah suatu negara, sehingga dampaknya sulit dibendung oleh negara lain sebagai target sasarannya. Perlunya penyesuan, perubahan (revisi) dan modifikasi mengenai seperangkat pengaturan dan peundang-undangan yang ada, baik di idang hukum komunikasi, etika, maupun kode etik profesi (code of proffesion) khususnya profesi kehumasan (public relation ethics, jurnalistik / pers media cetak dan elektronik, periklanan, promosi pemasaran, dan bidang profesi komunikasi lainnya. Pada akhirnya munculah titik tolak dari kode etik tersebut adalah untuk menciptakan rasa tanggung jawab (sense of responsibility) yang hendak dicapai atau dikembangkan oleh pihak profesi bidang komuniksi pada umumnya, dan pada profesi kehumasan khususnya, melalui kode etik dan etika profesi sebagai refleksi bentuk tanggung jawab, perilaku, dan moral yang baik. Dalam buku Etika Kehumasan, Roslan Rosady mengungkapkan aspek aspek yang kode perilaku seorang praktisi humas, antara lain:  code of conduct, merupakan kode perilaku sehari-hari terhadap integritas pribadi, klien dan majkan, media dan umum, serta perilaku terhadap rekan seprofesinya.  code of profession, merupakan standar moral, bertindak etis dan memiliki kualifikasi serta kemampuan tertentu secara profesional.  code of publication, merupakan standar moral dan yuridis etis melakukan kegiatna komunikasi, proses dan teknis publikasi untuk menciptakan publisitas yang positif demi kepentingan publik.
  • 11.  code of enterprise, menyangkut aspek hukum perizinan dan usaha, UU PT, UU Hak Cipta, Merek dan Paten, serta peraturan lainnya. Di antara praktisi public relation terdapat perbedaan pendapat yang besar mengenai apakah public relations adalah suatu karya seni, ketrampilan, atau sebuah profesi dalam pengertian yang sama denagn kedokteran dan hukum. Ada juga gagasan, yang dikembangkan oleh banyak profesional bahwa yang palig penting adalah bagi individu bersangkutan untuk nertindak sebagai seorang profesional dalam bidang ini. Kemudaian seorang praktisi humas harus memiliki: rasa kemandirian; rasa tanggung jawab terhadap masyarakat dan kepentingan umum; kepedulian nyata terhadap kompentensi dan kehormatan profesi ini secara menyeluruh; kesetiaan yang lebih tinggi terhadap standar profesi dan sesama profesional daripada kepada pihak yang memberi pekerjaan kepadanya pada saat itu. Hambatan besar bagi profesionalisme adalah sikap banyak praktisi itu sendiri terhadap pekerjaan mereka, mereka memandang lebih tinggi arti keamanan kerja prestise dalam organisasi, jumlah gaji, dan pengakuan dari atasan bibandingkan nilai-nilai tersebut. International Public Relation Association (IPRA) menyatakan kode etik humas yang kemudian diterima dalam konvensi-nya di Venice pada Mei 1961, isinya adalah: 1. Integritas pribadi dan profesional, reputasi yang sehat, ketaatan pada konstitusi dan kode IPRA 2. Perilaku kepada klien dan karyawan:  perlakuan yang adil terhadap klien dan karyawan;  tidak mewakili kepentingan yang berselisih bersaing tanpa persetujuan;  menjaga kepercayaan klien dan karyawan;  tidak menerima upah, kecuali dari klien lain atau majikan lain;  tidak menggunakan metode yang menghina klien atau majikan lain;  menjaga kompensasi yang bergantung pada pencapaian suatu hasil tertentu. 3. Perilaku terhadap publik dan media:  memperhatikan kepentingan umum dan harga diri seseorang;  tidak merusak integritas media komunikasi;  tidak menyebarkan secara sengaja informasi yang palsu atau menyesatkan;
  • 12.  memberikan gambarabyang dapat dipercaya mengenai organisasi yang dilayani;  tidak menciptakan atau menggunakan pengorganisasian palsu untuk melayani kepentingan pribadi yang terbuka 4. Perilaku terhadap teman sejawat:  tidak melukai secara senaga reputasi profesional atau praktek anggota lain;  tidak berupaya mengganti anggota lain dengan kliennya;  bekerja sama dengan anggota lain dalam menunjunjung tinggi danmelaksanakan kode etik ini. Dalam hubungannya dengan kegiatan menejemen perusahaan sikap etislah yang harus ditunjukkan seorang humas dalam profesinya sehari-hari. Seorang humas juga harus menguasai etika-etika umum keprofesionalitasan dan etika-etika khusus seorang humas pada khususnya. Kemampuan tertentu tersebuat antara lain: kemampuan untuk kesadaran etis; bkemampuan untuk berpikir secara etis; kemampuan untuk berperilaku secara etis; kemampuan untuk kepemimpinan yang etis (Soleh Soemirat, 2005:177). Kemudian Soleh Soemirat juga menanbahkan bahwa sebagai seorang profesional humas harus mampu bekerja atau bertindak melalui pertimbangan yang matang dan benar, yaitudapat membedakan secara etis mana yang dapat dilakukan dan mana yang tidak, sesuai dengan pedoman kode etik profesi yang disandang. 3. Etika Sebagai Pencipta Hubungan baik dengan Klien Sesuai yang telah dipaparkan oleh IPRA terdapat fungsi Public Relation terhadap kliennya. Etika profesi kehumasan dapat menciptakan hubungan sinergis antara organisasi dengan kliennya. Pelayanan terhadap klien seharusnya dapat menjadi perhatian khusus oleh Public Relation karena sebagai fungsi menejemen yang berada di organisasi atau perusahaan peran humas dan hubungannya sangat dekat dengan klien dan bahkan menjadi pihak penengah antara organisasi dengan kliennya. 2.4 Jenis Dan Kegunaan Etika 1. Jenis-jenis etika Beberapa pandangan terhadap etika:
  • 13. Etika dapat dityinjau dari beberapa pandangan. Dalams ejarah lazimnya pandangan ini dilihat dari segi filosofis yang melahirkan etika filosofis, ditinjau dari segi teologis yang melahirkan etika teologis, dan ditinjau dari pandangan sosiologis yang melahirkan etika sosiologis. a. Etika Filosofis Etika filosofis adalah etika yang dipandang dari sudut filsafat. Kata filosofis sendiri berasal dari kata “philosophis” yang asalnya dari bahasa Yunani yakni: “philos” yang berarti cinta, dan “sophia” yang berarti kebenaran atau kebijaksanaan. Etika filosofis adalah etika yang menguraikan pokok-pokok etika atau moral menurut pandangan filsafat. Dalam filsafat yang diuraikan terbatas pada baik-buruk, masalah hak- kewajiban, maslah nilai-nilai moral secara mendasar. Disini ditinjau hubungan antara moral dan kemanusiaan secraa mendalam dengan menggunakan rasio sebagai dasar untuk menganalisa. b. Etika Teologis Etika teologis adalah etika yang mengajarkan hal-hal yang baik dan buruk berdasarkan ajaran-ajaran agama. Etika ini memandang semua perbuatan moral sebagai:  Perbuatan-perbuatan yang mewujudkan kehendak Tuhan ataub sesuai dengan kehendak Tuhan.  Perbuatan-perbuatan sbegai perwujudan cinta kasih kepada Tuhan  Perbuatan-perbuatan sebagai penyerahan diri kepada Tuhan. Orang beragama mempunyai keyakinan bahwa tidak mungkin moral itu dibangun tanpa agama atau tanpa menjalankan ajaran-ajaran Tuhan dalam kehidupan sehari-hari. Sumber pengetahuan dan kebenaran etika ini adalah kitab suci. c. Etika Sosiologis Etika sosiologis berbeda dengan dua etika sebelumnya. Etika ini menitik beratkan pada keselamatan ataupun kesejahteraan hidup bermasyarakat. Etika
  • 14. sosiologis memandang etika sebagai alat mencapai keamanan, keselamatan, dan kesejahteraan hidup bermasyarakat. Jadi etika sosiologis lebih menyibukkan diri dengan pembicaraan tentang bagaimana seharusnya seseorang menjalankan hidupnya dalam hubungannya dengan masyarakat. d. Etika Diskriptif dan Etika Normatif Dalam kaitan dengan nilai dan norma yang digumuli dalam etika ditemukan dua macam etika, yaitu : 1. Etika Diskriptif Etika ini berusaha meneropong secara kritis dan rasional sikap dan perilaku manusia dan apa yang dikejar oleh manusia dalam kehidupan sebagai sesuatu yang bernilai. Etika ini berbicara tentang kenyataan sebagaimana adanya tentang nilai dan pola perilaku manusia sebagai suatu fakjta yang terkait dengan situasi dan realitas konkrit. Dengan demikian etika ini berbicara tentang realitas penghayatan nilau, namun tidak menilai. Etika ini hanya memaparkab, karenyanya dikatakan bersifat diskriptif. 2. Etika Normatif Etika ini berusaha untuk menetapkan sikap dan pola perilaku yang ideal yang seharusnya dimiliki oleh manusia dalam bertindak. Jadi etika ini berbicara tentang norma-norma yang menuntun perilaku manusia serta memberi penilaian dan hiambauan kepada manusia untuk bertindak sebagaimana seharusnya Dengan. Demikian etika normatif memberikan petunjuk secara jelas bagaimana manusia harus hidup secara baik dan menghindari diri dari yang jelek. Dalam pergaulan sehari-hari kita menemukan berbagai etika normative yang menjadi pedoman bagi manusia untuk bertindak. Norma-norma tersebut sekaligus menjadi dasar penilaian bagi manusia baik atau buruk, salah atau benar. Secara umum norma-norma tersebut dikelompokkan menjadi dua yaitu:
  • 15. a. Norma khusus Norma khusus adalah norma yang mengatur tingkah laku dan tindakan manusia dalam kelompok/bidang tertentu. Seperti etika medis, etika kedokteran, etika lingkungan, eyika wahyu, aturan main catur, aturan main bola, dll. Di mana aturan tersebut hanya berlaku untuk bidang khusus dan tidak bisa mengatur semua bidang. Misal: aturan main catur hanya bisa dipakai untuk permainan catur dan tidak bisa dipakai untuk mengatur permainan bola. b. Norma Umum Norma umum justru sebaliknya karena norma umum bersifat universal, yang artinya berlaku luas tanpa membedakan kondisi atau situasi, kelompok orang tertentu. Secara umum norma umum dibagi menjadi tiga (3) bagian, yaitu :  Norma sopan santun ; norma ini menyangkut aturan pola tingkah laku dan sikap lahiriah seperti tata cara berpakaian, cara bertamu, cara duduk, dll. Norma ini lebih berkaitan dengan tata cara lahiriah dalam pergaulan sehari-hari, amak penilaiannnya kurang mendalam karena hanya dilihat sekedar yang lahiriah.  Norma hukum ; norma ini sangat tegas dituntut oleh masyarakat. Alasan ketegasan tuntutan ini karena demi kepentingan bersama. Dengan adanya berbagai macam peraturan, masyarakat mengharapkan mendapatkan keselamatan dan kesejahteraan bersama. Keberlakuan norma hukum dibandingkan dengan norma sopan santun lebih tegasdan lebih pasti karena disertai dengan jaminan, yakni hukuman terhadap orang yang melanggar norma ini. Norma hukum ini juga kurang berbobot karena hanya memberikan penilaian secara lahiriah saja, sehingga tidak mutlak menentukan moralitas seseorang.  Norma moral ; norma ini mengenai sikap dan perilaku manusia sebagai manusia. Norma moral menjadi tolok ukur untuk menilai tindakan seseorang itu baik atau buruk, oleh karena ini bobot norma moral lebih tinggi dari norma sebelumnya. Norma ini tidak menilai manusia dari satus segi saja, melainkan dari segi manusia sebagai
  • 16. manusia. Dengan kata lain norma moral melihat manusia secara menyeluruh, dari seluruh kepribadiannya. Di sini terlihat secara jelas, penilannya lebih mendasar karena menekankan sikap manusia dalam menghadapi tugasnya, menghargai kehidupan manusia, dan menampilkan dirinya sebgai manusia dalam profesi yang diembannya. Norma moral ini memiliki kekhusunan yaitu :  Norma moral merupakan norma yang paling dasariah, karena langsung mengenai inti pribadi kita sebagai manusia.  Norma moral menegaskan kewajiban dasariah manusia dalam bentuk perintah atau larangan.  Norma moral merupakan norma yang berlaku umum.  Norma moral mengarahkan perilaku manusia pada kesuburan dan kepenuhan hidupnya sebgai manusia. 2.5 Definisi Kode Etik Dari segi etimologi (asal kata), istilah etika berasal dari kata latin ethicus yang berarti kebiasaan. Sesuatu dianggap etis atau baik, apabila sesuai dengan kebiasaan masyarakat. Kenyataannya, banyak orang tertarik untuk mempelajari etika, sehingga terdapat pengertian lain tentang etika ialah sebagai studi atau ilmu yang membicarakan perbuatan atau tingkah laku manusia, mana yang dinilai baik dan mana pula yang dinilai buruk.Courtland L. Bovee dan John V. Thill mendefinisikan etika adalah prinsip perilaku yang mengatur seseorang atau sekelompok orang. Orang yang tidak memiliki etika, melakukan apapun yang diperlalukan untuk mencapai tujuannya. Orang – orang yang memiliki etika umumnya dapat dipercaya, adil, dan tidak memihak, menghargai orang lain, dan menunjukan kepedulian terhadap dampak atas tindakan di masyarakat. Secara umum kode etik merupakan suatu sistem norma, nilai, dan aturan profesional tertulis yang secara tegas menyatakan apa yang benar dan apa yang salah, apa yang baik dan apa yang tidak baik. Kode etik juga menyatakan perbuatan apa saja yang harus dilakukan dan perbuatan apa saja yang harus dihindari. Singkatnya, kode etik adalah suatu pola aturan, tata cara, pedoman, dan batasan-batasan ketika melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan dengan tujuan untuk meningkatakan kualitas anggota perusahaan.
  • 17. Kode etik biasanya berupa aturan tertulis yang sistematis dan dengan sengaja dibuat berdasarkan prinsip-prinsip moral yang ada dan ketika dibutuhkan dapat difungsikan sebagaimana mestinya. 2.6 Fungsi Kode Etik Kehumasan Menurut Gibson dan Michel (1945:449) fungsi dari kode etik adalah sebagai pedoman atau perlindungan dalam pelaksanaan tugas profesional dan pedoman bagi masyarakat sebagai seorang profesional. Sedangakan menurut Biggs dan Blocher (1986:10) mengemukakan 3 fungsi dari kode etik, yaitu: A. Melindungi suatu profesi dari campur tangan pemerintah Dengan adanya kode etik yang mengatur hubungan antara praktisi humas dengan pihak pemerintah akan semakin memperjelas tentang apa yang boleh dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan. Hal ini menjadi sangat penting, karena dengan terjalinya hubungan baik dengan pihak pemerintah sebagai pemangku kebijakan suatu daerah tentunya sangat berpengaruh terhadap jalanya perusahaan, sehingga adanya kode etik ini dapat meminimalisir tindak semena-mena pemerintah terhadap perusahaan. B. Mencegah terjadinya pertentangan internal dalam suatu profesi Dengan adanya kode etik humas akan memberikan penjelasan tentang bagaimana cara menjalin hubungan yang baik dengan rekan kerja, yang tentunya akan sangat berpengaruh terhadap performa dan motivasi kerja dari masing-masing aggota humas. C. Melindungi para praktisi dari kesalahan praktik suatu profesi Dengan adanya kode etik humas tentunya sangat berkaitan dengan hasil kerja para praktisi dalam profesi humas. Praktisi humas yang bijaksana tidak akan memberikan kemudahan terhadap penyelewengan kerja, yang mana tindakan tersebut akan berdampak negatif baik terhadap dirinya sendiri maupun terhadap perusahaan. Praktisi humas yang baik, yang taat terhadap kode etik adalah mereka yang meminimalisir sekecil apapun kesalahan dalam berkeja serta menjaga nama baik profesinya.
  • 18. Sedangkan beberapa pihak mengatakan bahwa, fungsi kode etik hanyalah “ khotbah untuk panduan suara” dan tidak membantu jika diperlukan : yakni tidak membantu training etika dan penalaran moral atau pengembangan moral. Kode etik itu sebagai lembaga pedoman yang konsisten untuk praktik PR di seluruh dunia. Apakah kode itu dipakai atau tidak, itu biasanya tergantung kepada siapa yang bertanggung jawab dalam pembentukan keputusan etis. Seoramg ahli etika mengatakan : Dasar pembuatan keputusan etis di bidang kita akan terus berada di tangan praktisi individual. 2.7 Pentingnya Kode Etik Humas Bagi Seorang Profesional Humas Salah satu alasan mengapa industri PR memunculkan kritik adalah kapan pula pada saat politisi, perusahaan, ataupun selebritis bermasalah maka tindakan pertama yang dilakukan PR adalah selalu menjadi penasihat mereka. Namun demikian, kebanyakan penunjukan praktisi PR untuk suatu kasus akan membawa dampak baik, karena akan memberikan kejelasan dan memberikan manfaat bagi setiap orang yang terkait, termasuk media massa. Hal ini menunjukkan bahwa pada dasarnya bukan praktisi PR-nya yang tidak bersifat etis sehingga membutuhkan pandangan netral terhadap PR. Baker & Martinson (2002) mengatakan ada lima prinsip yang harus di patuhi individu dalam melakukan pekerjaan. Prinsip tersebut yaitu kebenaran (truthfulness), otentisitas (authenticity), rasa hormat (respect), dan tanggung jawab social (social responsibility). Untuk prinsip kebenaranya, para praktisi PR ada dalam pengawasan ketat, khusunya oleh paara jurnalis yang menganggap bahwa praktisi PR adalah “musuh”. Sebagaimana lazimnya kaum profesional, praktisi humas (public relations) memiliki etika profesi atau kode etik humas yang harus ditaati, sehingga praktisi PR harus memiliki standar etika personal yang tinggi yang mengilhami kerjanya sebagai PR. Seorang praktisi humas dikatakan profesional apabila pribadinya mampu memahami dan menerapkan kode etik dengan benar sesuai profesi yang diembannya dan memberikan dampak yang positif baik bagi profesinya maupun bagi dirinnya sendiri. Sebagai contoh seorang humas dituntut memiliki kemampuan seperti berkomunikasi, mengorganisir, bergaul, berelasi, dan berkepribadian yang kuat. Selain itu juga harus memiliki ketrampilan yang tinggi dalam bidang penguasaan teknologi informasi untuk menunjang tuntutan pekerjaanya. Dari kemampuan dan ketrampilan
  • 19. tersebut dapat dikatakan bahwa seorang praktisi humas adalah seorang yang profesional jika mampu menjalankannya sesuai kode etik yang telah ditetapkan. Dizaman yang serba modern seperti sekarang ini serta tantangan masa depan yang semakin besar, yang ditandai dengan munculnya kebebasan pers, kebebasan mengeluarkan pendapat dan berekspresi, terlebih dalam bidang teknologi dan informasi seorang praktisi humas dalam melaksanakan peran dan aktivitasnya tidak boleh lepas dari kode etik yang dimilikinya. Karena kode etik itulah yang menjadi standart moral yang harus dipengang oleh para praktisi humas agar dirinya tetap hidup. Kesadaran memegang teguh kode etik berpengaruh terhadap posisi dirinya dimata masyarakat. Ia juga dapat menjalankan tugas dan kewajibannya dengan penuh tanggung jawab dan setiap kemampuan dan ketrampilan yang dimilikinya dapat diolah dengan baik untuk menciptakan konsep kerja yang baik terhadap perusahaan yang diwakilinya, masyarakat dan lebih besar lagi dampaknya adalah bagi dirinya sendiri.
  • 20. BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Etika dalam industri kehumasan sangatlah penting.dengan adanya etika dalam humas menjadikan kontrol bagi pribadi humas maupun bagi industri kehumasan itu sendiri. Tanpa adanya etika seorang humas akan bertindak semaunya sendiri, bertingkah laku sesuai keinginannya sendiri.tanpa adanya aturan yang membatasinya.tanpa adanya etika profesi dalam industri kehumasan akan banyak kecurangan-kecurangan yang dilakukan, akan banyak kebohongan-kebohongan yang diciptakan untuk menutupi kesalahan perusahaan atau organisasi. Selain itu etika juga dapat berperan untuk mengukur dan melihat profesionalisme yang di miliki pribadi humas,karena etika dalam sebuah profesi berkaitan pula dengan profesionalitas dari profesi itu sendiri. dapat mengimplementasikan etika dan etiket dalam setiap langkah dan setiap kegiatan humas. Oleh karena itu dalam industri kehumasan sikap atau etika yang baik,wajib dimiliki oleh seorang humas. Maka bagi seseorang dalam industri kehumasan sangatlah penting unuk memiliki pemahaman mengenai etika karena menyangkut penampilan (profile) dalam rangka menciptakan & membina citra (image) organisasi yang diwakilinya.karena industri humas meliputi pengertian dan menuju kepada kemauan baik dan reputasi, yang tergantung kepada kepercayaan. maka berlaku jujur adalah jalan yang terbaik, karena hubungan masyarakat tidak akan berjalan tanpa adanya kepercayaan. Selain itu pula etika dapat berperan dalam pembuktian profesionalitas yang dimiliki oleh pribadi humas itu sendiri.
  • 22. DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah 1.3 Tujuan Penelitian 1.4 Manfaat Penelitian BAB II PEMBAHASAN 2.1 Definisi Etika 2.2 Pendapat Para Pakar Atau Ilmuan Tentang Etika 2.3 Etika Dalam Kehumasan 2.4 Jenis Dan Kegunaan Etika 2.5 Definisi Kode Etik 2.6 Fungsi Kode Etik Dalam Kehumasan 2.7 Pentingnya Kode Etik Humas Bagi Seorang Profesional Humas BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan DAFTAR PUSTAKA